Kortisol Fix
-
Upload
andika-indra-purwantoro -
Category
Documents
-
view
257 -
download
9
Transcript of Kortisol Fix
-
7/27/2019 Kortisol Fix
1/7
A. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana tingkat dari kortisol dan ACTH dapat digunakan untuk
mendiagnosis kelainan endokrin.
B. Tinjauan Pustaka
1. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal merupakan kelenjar endokrin yang berpasangan dan masing-
masing berada di atas ginjal kanan dan kiri pada ruang retroperitoneal, dan terbagi
atas dua bagian, yaitu korteks dan medulla. Bagian korteks terbagi lagi atas tiga zona,
dimana masing-masing memiliki fungsi untuk sekresi hormone yang berbeda. Zona
glomerulosa yang paling luar mensekresi mineralokortikoid yang berperan dalan
homeostasis mineral tubuh, zona fasiculata yang merupakan zona terluas ini
mensekresi hormone glukokortikoid untuk homeostasis glukosa, dan di bagian palingdalam ada zona retikularis yang mensekresi sejumlah kecil androgen, yaitu hormone
steroid untuk efek maskulinasi.
Hormon mineralokortikoid salah satunya aldosteron berfungsi meregulasi ion
Na+ dan K+ sehingga dapat membantu mengatur tekanan dan volume darah. Sekresi
hormone ini memiliki jalur yang cukup kompleks dengan sistem RAA (rennin
angiotensin aldosteron). Hormon glukokortikoid yang meregulasi metabolism dan
resistensi stress berikut adalah kortisol, kortikosteron, dan kortison. Kontrol
sekresinya melalui sistem negative feedback dimana ketika terjadi kadar
glukokortikoid yang rendah makan neurosekretori di hipotalamus akan terstimulasiuntuk sekresi CRH, yang dilanjutkan dengan sekresi ACTH oleh hipofisis anterior.
Beberapa efek glukokortikoid adalah pemecahan protein, pembentukan glukosa,
lipolisis, resistensi pada stress, anti inflamasi, dan depresi respon imun. Yang terakhir
hormone androgen yang baik pada pria maupun wanita disekresi dalam jumlah kecil.
Pada pria nantinya peran ini akan diambil banyak oleh androgen testoteron yang
disekresi testis setelah pubertas, namun pada wanita hormone ini dapat diubah
menjadi estrogen oleh jaringan tubuh. Hormon ini menginduksi pertumbuhan rambut
pada ketiak dan daerah pubis.
Bagian medulla adrenal merupakan ganglion simpatetik yang dimodifikasi
dari sistem saraf autonom. Secara struktur, pada bagian ini terdapat sel-sel kromafin
yang mensekresi hormone katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Tidak seperti
pada bagian korteks, hormone dari medulla merupakan respon simpatetik dari bagian
tubuh lainnya, sehingga ia hanya menjawab rangsang bukan terus menerus dihasilkan
dan diinhibisi dalam mempertahankan kadar normalnya dalam tubuh. Hormon
disekresi saat terjadi stress misal karena olahraga, dimana akan meningkatkan pacu
jantung, kontraksi, dan peningkatan tekanan darah.
2. Hormon ACTH : Pengontrolan sekresi hormone ACTH dan mekanisme
kerjanya
-
7/27/2019 Kortisol Fix
2/7
ACTH disintesis pada sel kortikotrop hipofisis anterior dan dilepaskan pada stimulasi
sel kortikotrop oleh hormone pelepas kortikotropin (corticotrophin-releasing
hormone, CRH) hipotalamus. CRH manusia merupakan peptide yang mengandung 41
asam amino dan kadang disebut CRH-41. Hormon ini merupakan pelepas ACTH
yang poten, baik in vivo maupun in vitro. CRH-41 terdistribusi luas di seluruh otak,
namun konsentrasi terbesarnya adalah pada hipotalamus, di dalam neuron
parvoselular di nucleus paraventrikularis. Neuron ini memproyeksikan banyak serat
ke eminensia mediana, dapat mempotensiasi secara fisiologis efek pelepasan ACTH
oleh CRH. Interaksi antara CRH dan vasopressin (disingkat AVP, karena strukturnya
arginin-vasiopresin) melibatkan interaksi keduanya dengan reseptor pada membrane
sel kortikotrop anterior.
AVP mengaktivasi system second messenger IP3 yang membuka kanal
kalsium bergebang reseptor (receptor-gated). CRH bekerja melalui system second
messenger adenilat siklase-cAMP dan membuka kanal kalsium bergerbang voltase.
Peningkatan Ca2+ bebas intraseluler menstimulasi pelepasan ACTH. Sintesis ACTH
distimulasi melalui peningkatan ekspresi gen pro-opiomelanokortin (pro-
opiomelanocortin, POMC) yang dimediasi CRH, yang mengandung informasi genetic
yang dibutuhkan untuk sintesis ACTH dan hormone penstimulasi hormone melanosit.
Pelepasan CRH dari hipotalamus distimulasi oleh neurotransimitter asetilkolin
dan serotonin (5HT). Pelepasan tersebut dihambat oleh asam gamma-aminobutirat
(GABA) dan norepinefrin (NE). Pelepasan CRH dan ACTH dihambat oleh
glukokortikoid melalui system umpan balik negative; system ini berguna dalam
memeriksa integritas aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.
ACTH berikatan dengan reseptor membrane berafinitas tinggi pada sel
adrenal, dan mengaktivasi system adenilat siklase. Stimulasi maksimual
steroidogenesis dapat dicapai dengan konstentrasi ACTH plasma sekitar 3 ng/L.
Peningkatan konstentrasi cAMP intraseluler meningkatkan transport kolesterol ke
enzim pembelahan rantai-samping mitokondria, dan mengaktivasi ester koleterol
hidroksilase. Selain itu, sintesis protein dan RNA di dalam sel distimulasi dan terjadi
peningkatan fosforilasi protein adrenal.
-
7/27/2019 Kortisol Fix
3/7
3. Hormon Cortisol
Biosintesis glukokortikoid
Sintesis kortisol berlangsung melalu hidroksilasi-17 pregnenolon oleh gen
CYP17 dalam reticulum endoplasmic membentuk 17-hidroksipregnolon. Steroid ini
kemudian diubah menjadi 17-hidroksiprogesteron setelah ikatan ganda 5,6 diubah
menjadi ikatan ganda 4,5 oleh 3-hidroksisteroid dehidrogenase: 5,4-oxosteroid
isomerase enzyme complex, yang juga terletak dalam reticulum polos endoplasmic.
Jalur (pathway) yang kurang penting pada zona fasikulata dan retikularis adalah dari
pregnenolon progesterone17-hidroksiprogesteron.
Langkah berikutnya, yang juga berlangsung di mikrosom, melibatkan 21-
hidrosilasi oleh CYP21A2 dari 17-hidroksiprogesteron membentuk 11-
deoksikortisol, senyawa ini selanjutnya dihidroksilasi dalam mitokondria oleh 11-
hidroksilase (CYP11B1) membentuk kortisol. Zona fasikulata dan retikularis juga
menghasilkan 11-deoksikortikosteron (DOC), 18 hidroksikortikosteron, dan
kortikosteron. Bila tidak ada gen CYP11B2 mitokondria akan terhambat produksi
aldosteron oleh zona retikularis dan fasikulata korteks adrenal ini. Sekresi kortisol
pada keadaan basal (nonstres) berkisar 8-25 mg/dl (22-69 mmol/dl), dengan rata-rata
kira-kira 9,2 mg/dl (25 mmol/dl).
Kortisol dan aldosteron disekresi secara episodic, dan umumnya kadar bervariasi pada
siang hari, dengan nilai puncak pada pagi hari dan kadar rendah pada sore hari. Kadar
aldosteron plasma, bukan kortisol, meningkat dengan pembebanan kalium pada makanan,
dengan pembatasan natrium, atau dengan sikap berdiri.
-
7/27/2019 Kortisol Fix
4/7
-
7/27/2019 Kortisol Fix
5/7
Mekanisme kerja kortisol
Kortisol, seperti hormone steroid lainnya, masuk dengan bebas ke dalam
sitoplasma di mana akan berikatan dengan reseptor. Kompleks glukokortikoid-
reseptor ditranslokasi ke dalam nucleus sehingga akan berikatan dengan elemen
respons spesifik dan menyebabkan sintesis RNA dan protein, walaupun transkripsi
terkadang dihambat. Terbukti bahwa beberapa efek segera kortisol, misalnya umpan
balik ke otak dan kelenjar hipofisis, terjadi melalui reseptor di membrane sel untuk
kortisol.
3. Kelainan Kelenjar Adrenal
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh
hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau
asupan glukokortikoid yang berlebihan. Bila terdapat sekresi sekunder hormon
adrenokortikoid yang berlebihan akibat adenoma hipofisis dikenal sebagai Cushing
Disease.
Sindrom Cushing sering disebabkan oleh suatu tumor di hipofisis dan
hiperproduksi ACTH. Gejala utamanya adalah retensi cairan di jaringan-jaringan yang
menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, wajah menjadi tembem dan bundar
(moon face), adakalanya kaki dan tangan gemuk (bagian atas). Selain itu, terjadi,
penumpukan lemak di bahu dan tengkuk. Kulit menjadi tipis, lebih mudah terluka dan
timbul garis kebiru-biruan (striae). Penyakit ini dapat membahayakan bila tidak
ditangani dengan segera.
Penyakit Addison dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik atau
hipokortisolisme. Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari
kelenjar adrenal, dengan defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan
kelebihan dari ACTH dan CRH yang berhubungan dengan hilangnya feedback
negatif. Patofisiologi dari penyakit addison ini adalah insufisiensi adrenal kronis
terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk mengeluarkan hormone dalam jumlah yang
adekwat, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, walaupun ACTH keluar dari kelenjar
pituitari. Adapun etiologi dari Penyakit Addison ini, antara lain:
1. Autoimun (kuranglebih 70-90 kasus)
2. Infeksi (TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
3. Keganasan (metastase dari paru-paru, mamae, carcinoma colon, melanoma,
lymphoma)
-
7/27/2019 Kortisol Fix
6/7
C. METODOLOGI
1. Mulai praktikum dengan mengklik tombol kortisol. Ini akan menyiapkan kolomuntuk separasi dan ukuran dari kortisol.
2. Klik dan tahan pipet tetes dan drag ke atas sampel pasien pertama. kemudianlepaskan. Pipet tetes akan dipenuhi plasma.
3. klik dan tahan pipet tetes serta drag ke injector HPLC. kemudian lepaskansehingga sampel memasuki tabung dan mengalir melewati kolum. detektor akan
menampilkan konsentrasi dari kortisol pada sampel pasien pertama.
4. Klik Record Data.5. Klik tombol Clean dibawah pipet tetes untuk menyiapkan sampel berikutnya6. Klik kolum Clean dekat di atas dari layar untuk membuang sisa kortisol dari
kolum
7. ulangi langkah 26 untuk sampel yang tersisa (2-5).8. Selanjutnya, siapkan kolum untuk separasi dan ukuran dari ACTH9. Klik dan tahan pipet tetes dan drag ke atas sampel pasien pertama. kemudian
lepaskan. Pipet tetes akan dipenuhi plasma.
10.klik dan tahan pipet tetes serta drag ke injector HPLC. kemudian lepaskansehingga sampel memasuki tabung dan mengalir melewati kolum. detektor akan
menampilkan konsentrasi dari kortisol pada sampel pasien pertama.
11.Klik Record Data.12.Klik tombol Clean dibawah pipet tetes untuk menyiapkan sampel berikutnya13.Klik kolum Clean dekat di atas dari layar untuk membuang sisa kortisol dari
kolum
14.ulangi langkah 26 untuk sampel yang tersisa (9-13).
DAFTAR PUSTAKA :
1. Dorland, W.A Newman. 2002.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.2. Fauci AS, Kasper DL, Barunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J:
Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th Edition:
http://www.accessmedicine.com
3. Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007.Farmakologidan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.
http://www.accessmedicine.com/http://www.accessmedicine.com/http://www.accessmedicine.com/ -
7/27/2019 Kortisol Fix
7/7
4. Greenstein B, Wood D. At a Glance Sistem Endokrin. Yasmine E, Rachmawati AD,translator. Safitri A, Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010. p. 39, 41.
5. IGN Adhiarta, Nanny NM Soetedjo. 2009. Krisis Adrenal .Bagian Ilmu PenyakitDalam Sub Bagian Endokrinologi dan Metabolisme. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung.6. Piliang S, Bahri C. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 5 th ed. Sudoyo AW dkk.Ed. Jakarta: Internal Publishing; 2009. p. 2055-6
7. Sherwood, L. 2010. Human Physiology : from Cells to System 7th Ed. CengageLearning : Canada.
8. Tortora, G.J. & Bryan D. 2009. Principles of Anatomy and Physiology 12th Ed. JohnWilley & Sons : USA.