KOORDINASI STREET LEVEL BUREAUCRACY DALAM …
Transcript of KOORDINASI STREET LEVEL BUREAUCRACY DALAM …
KOORDINASI STREET LEVEL BUREAUCRACY DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD TAUFIQ ARIFIN NIM. 105720542015
Moh. Aris Pasigai, SE., MM Muh. Nur Rasyid, SE., MM
NIDN: 0008056301 NIDN: 0927078201
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
KOORDINASI STREET LEVEL BUREAUCRACY DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Manajemen Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
MUHAMMAD TAUFIQ ARIFIN NIM. 105720542015
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua saya, Ayahanda Arifin dan Ibunda Sarsina yang telah
memberikan pendidikan serta semangat dan motivasi sehigga saya
bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kepada kedua dosen pembimbing
yang telah membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Teman-teman di Prodi Manajemen, terima kasih telah menjadi teman
diskusi selama dalam proses penyelesaian skripsi ini.
MOTTO HIDUP
“Teruslah Berproses”
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Alamat : Jl. Sultan Alauddin No.259 Telp.(0411) 860 132 Makassar 90221
PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Penelitian : Koordinasi Street Level Bureaucracy dalam Pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan Kota Makassar
Nama Mahasiswa : MUHAMMAD TAUFIQ ARIFIN
No. Stambuk / NIM : 105720542015
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, 11 November 2020
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Moh. Aris Pasigai, SE., MM Muh. Nur Rasyid, SE., MM
NIDN: 0008056301 NIDN: 0927078201
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua prodi Studi Manajemen
Ismail Rasulong, S.E., M.M. Muh. Nur Rasyid, SE., MM
NBM: 903078 NBM: 1085576
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Alamat : Jl. Sultan Alauddin No.259 Telp.(0411) 860 132 Makassar 90221
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi atas Nama MUHAMMAD TAUFIQ ARIFIN, NIM 105720542015, diterima
dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 001/1442H/2020M, tanggal 21 Rabiul
Awal 1442 H / 07 November 2020 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
25 Rabiul Awal 1442 H Makassar,
11 November 2020 M
PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M,Ag. (...........................) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Ismail Rasulong, S.E., M.M. (...........................) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, S.E., M.M (...........................) (WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
4. Penguji : 1. Dr. Muhammad Rusydi, M.Si (...........................)
2. Samsul Rizal, S.E., M.M (...........................)
3. Muh. Nur Rasyid, SE., MM (...........................)
4. Dr. Edi Jusriadi, S.E., M.M. (...........................)
Disahkan Oleh,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
Ismail Rasulong, S.E., M.M.
NBM: 903078
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Alamat : Jl. Sultan Alauddin No.259 Telp.(0411) 860 132 Makassar 90221
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUHAMMAD TAUFIQ ARIFIN
No. Stambuk / NIM : 105720542015
Program Studi : Manajemen
Dengan Judul : Koordinasi Street Level Bureaucracy dalam Pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan Kota Makassar.
Dengan ini menyatakan bahwa :
Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri,
bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 11 November 2020
Yang membuat pernyataan,
Muhammad Taufiq Arifin
NIM: 105720542015
Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua prodi Studi Manajemen
Ismail Rasulong, S.E., M.M. Muh. Nur Rasyid, SE., MM
NBM: 903078 NBM: 1085576
ABSTRAK
Muhammad Taufiq Arifin, 2020. Koordinasi Street-level bureaucracy dalam pelayanan IMB Kota Makassar. Dibimbing oleh Moh. Aris Pasigai dan Muh. Nur Rasyid. Program studi Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Koordinasi Street-level bureaucracy dalam pelayanan IMB Kota Makassar. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, kemudian dianalisa berdasarkan indikator proses koordinasi yaitu informasi, komunikasi, dan teknologi informasi, kesadaran pentingnya koordinasi, kompetensi partisipan, kesepakatan dan komitmen, penetapan kesepakatan, insentif koordinasi, feedback.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Koordinasi Street-level bureaucracy dalam pelayanan IMB Kota Makassar berjalan dengan baik Proses komunikasi dilakukan secara langsung apabila memerlukan persetujuan secara formal seperti surat namun untuk komunikasi yang lebih efektif dilakukan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp atau yang populer saat ini untuk meeting menggunakan Zoom. Hal ini tentu tidak bisa menggunakan secara keseluruhan cara tersebut karena penggunaan berkas dan tanda tangan tidak sepenuhnya bisa dilakukan secara online. Dari gambaran tersebut dapat dipahami bahwa informasi dan komunikasi memberikan cara kepada pegawai street level bureaucracy bekerja maksimal dalam memberikan pelayanan publik. Adanya koordinasi yang dilakukan didasarkan pada adanya kesadaran hal ini ditandai dengan pentingnya koordinasi saat menginventarisasi permasalahan-permasalahan pelaksanaan program. yang bekerja pada street level bureaucracy adalah orang yang mengerti manajemen dan aplikasi dengan latar belakang disiplin ilmu yang sesuai. Kekurangan struktur pada saat ini adalah jabatan fungsional tertentu misalnya perencana pertama / perencana muda. Koordinasi yang dilakukan terkait penetapan kesepakatan pada setiap proses seperti pada pengurusan administratif tidak ada persoalan hanya menghadapi masalah teknis seperti masalah jaringan karena pelayanan DPM-PTSP Makassar telah menerapkan Online Single Submission. Untuk rapat tertentu memang membutuhkan insentif agar koordinasi dapat diselenggarakan dengan baik Terdapat pujian untuk pelayanan street level bereaucracy yaitu keramahan dan respon yang baik namun masalah jaringan menjadi kendala dan perlu perbaikan.
Kata Kunci : Koordinasi, Pelayanan IMB
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain Alhamdulillah kepada Allah
SWT, karena tiada kehidupan melainkan dalam keridhaan-Nya, menjadi
sebaik-baiknya penolong yang telah memberikan berbagai nikmat dan
kemudahan sehingga skripsi dengan judul “Koordinasi Street Level
Bureaucracy dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Kota Makassar”
dapat diselesaikan meskipun dalam konteks yang sangat terbatas
kesempurnaanya. Tak lupa salam dan shalawat dipanjatkan kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam
semesta, iman bagi orang-orang yang bertakwa.
Penulis menyadari dari awal hingga akhir penyusun skripsi ini,
penulis tidak luput dari berbagai macam hambatan dan tantangan namun
semua dapat terlewati dengan baik atas bimbingan Allah SWT dan
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, selayaknya apabila dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Secara khusus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Moh. Aris Pasigai, SE., MM dan Muh. Nur
Rasyid, SE., MM. selaku pembimbing yang senantiasa memberikan
bimbingan, dukungan dan motivasi untuk kesuksesan penulis. Semoga
Allah SWT memberikan kesehatan, perlindungan dan pahala atas segala
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
Pada kesempatan ini, penghargaan dan terima kasih secara
khusus pula penulis sampaikan kepada,
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Ismail Rasulong, SE.,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, atas segala kebijakannya
sebagai pimpinan fakultas tempat peneliti menimba ilmu sebagai
mahasiswa.
3. Muh. Nur Rasyid, SE., MM. selaku Ketua Prodi studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih atas segala
arahan dan bantuan selama peneliti menimba ilmu.
4. Bapak dan ibu dosen prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah
Makassar yang kurang lebih empat tahun membimbing peneliti baik di
dalam maupun di luar kelas perkuliahan serta menjadi fasilitator,
motivator yang hebat.
5. Ayahanda Arifin dan Ibunda Sarsina, yang telah mendidik dan
membesarkan penulis, serta kepada saudara-saudaraku yang terus
menyemangati penulis.
6. Teman-teman di Prodi Manajemen, terima kasih telah menjadi teman
diskusi selama masa perkuliahan.
Akhir kata, Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan dalam penulisan skripsi ini serta penulis senantiasa
mengharapkan saran yang membangun sehingga dapat berkarya lebih
baik lagi dimasa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua yang membutuhkannya. Amin Ya Rabbal Alamin
Makassar, November 2020
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………… i
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO…………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI………………………………… iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………… v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………… vi
ABSTRAK………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian…………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 6
A. Konsep Koordinasi…………………………………………… 6
B. Street Level Bureacracy…………………………………… 12
C. Konsep Pelayanan…………………………………………… 15
D. Pelayanan Terpadu dan Izin Mendirikan Bangunan……… 19
E. Penelitian Terdahulu………………………………………… 21
F. Kerangka Konsep…………………………………………… 25
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 27
A. Waktu dan Lokasi Penelitian……………………………… 27
B. Jenis dan Tipe Penelitian…………………………………… 27
C. Sumber Data………………………………………………… 27
D. Informan Penelitian…………………………………………… 28
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………… 29
F. Defenisi Operasional………………………………………… 30
G. Fokus Penelitian……………………………………………… 31
H. Teknik Analisis Data………………………………………… 32
I. Pengabsahan Data………………………………………… 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 35
A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………… 35
B. Hasil Penelitian……………………………………………… 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 72
A. Kesimpulan…………………………………………………… 72
B. Saran………………………………………………………… 73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 74
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu……………………………… 21
Tabel 3.1 Daftar Informan…………………………………………… 29
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hal
Gambar 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu………………………………
26
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
Lampiran 1 Pedoman Wawancara…………………………………… 78
Lampiran 2 Transkrip Wawancara…………………………………… 80
Lampiran 3 Dokumentasi……………………………………………… 91
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik telah mengamanatkan negara wajib memenuhi
kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga
negaranya. Namun saat ini pelayanan publik masih diperhadapkan pada
kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai
bidang. Hal ini terjadi karena ketidaksiapan untuk menanggapi perubahan
zaman dan kebutuhan masyarakat.
Fenomena buruknya pelayanan publik yang terjadi di Indonesia,
tidak terkecuali di daerah. Banyak laporan masyarakat ke Ombudsman
Republik Indonesia dalam kurun waktu 2014 yang sebagian besar
merupakan keluhan atas buruknya pelayanan publik pemerintah daerah.
Dari 6.180 laporan yang masuk, 43,7% ialah keluhan terhadap pelayanan
publik Pemerintah Daerah. Menurut Ombudsman Republik Indonesia,
kondisi ini meneruskan tradisi dari tahun-tahun sebelumnya bahwa
Pemerintah daerah selalu menempati peringkat satu terbanyak sebagai
pihak terlapor atas keluhan pelayanan publik (Putri, 2015).
Street level bureaucracy merupakan aparat birokrasi yang langsung
bersentuhan dengan pelayanan public namun secara structural pejabat
1
2
tetaplah menjadi penanggung jawab penuh terhadap buruknya layanan
yang diberikan oleh karena itu street level perlu mendapatkan arahan dan
budaya organisasi yang melayani yang tentunya dipengaruhi oleh
keberadaan pimpinan yang memberikan control secara internal terhadap
pegawai dibawah strukturalnya.
Street level sebagai garda terdepan dari pelayanan dan
berhadapan langsung dengan publik, adalah pihak yang pertama kali
yang bertemu dan bertatap muka dengan publik. Sehingga, seluruh keluh
kesah, tanggapan, respon dan juga tindakan yang dilakukan publik yang
tercermin pada tindakan individu didalamnya langsung mereka hadapi.
Keadaan ini memang merupakan tugas mereka,akan tetapi terkadang
birokrasi pada tingkat ’street level’ tidak dapat menyelesaikan seluruh
tugas yang ada (Hutuely, 2013).
Masalah nyata yang masih sering terjadi pada proses pelayanan
umum/publik yaitu mengenai lambannya aparatur pemerintah dalam
memberikan pelayanan, prosedur pelayanan yang berbelit-belit, sarana
prasarana pendukung pelayanan yang masih kurang dan masih banyal
lagi. Peran pemerintah yang strategis, akan banyak ditopang oleh
kemampuan aparat pemerintah dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Salah satu tantangan besar yang dihadapi pemerintah adalah
kemampuan melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien, karena
selama ini aparat pemerintah identik dengan kinerja yang berbelit -belit
3
penuh dengan KKN serta tidak ada standar yang pasti. Rusnani
(2013:367).
Salah satu perspektif dalam pelayanan melihat publik sebagai
pelanggan (customer) pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
birokrasi publik. Lipsky mengembangkan konsep street-level bureaucracy,
untuk menunjukan interaksi yang erat antara aparat pelayanan publik
dengan masyarakat yang dilayani. Namun, iapun mensinyalir bahwa
birokrasi lebih melayani kepentingannya dari pada kepentingan
masyarakat, dan street-level bureaucracy lebih memfungsikan dirinya
sebagai kelompok kepentingan. Walaupun perspektif ini mempunyai
kelemahan, terutama aktualisasi kepentingan publik, namun didalam
pembahasan manajemen pelayanan publik, definisi publik lebih
menggunakan perspektif ini (Nurmandi, 2010:3).
Pelayanan yang dilakukan street-level bureaucracy berbeda-beda
disetiap organisasi hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk
didalamnya kepemimpinan dan budaya organisasi namun hal yang kurang
mendapat perhatian adalah motivasi pelayanan yang dilakukan oleh
pegawai street-level bureaucracy.
Pandangan negatif lekat pada birokrasi pelayanan publik yang
cenderung lamban dan kurang efisien. Masyarakat banyak mengeluhkan
karena lambannya kinerja birokrasi. Masyarakat sebagai objek penerima
layanan yang merasakan langsung kinerja dari pegawai. Penulis tertarik
4
untuk mengkaji pelayanan publik di Kota Makassar yang secara khusus
pada bidang Izin Mendirikan Bangunan.
Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada pemilik
bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi
dan merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan
teknis yang berlaku. Jangka waktu pelayanan perizinan dan/atau non
perizinan tertuang dalam Peraturan Walikota Makassar Nomor 17/2017.
Pada pasal 17 menyebutkan jangka waktu pelayanan ditetapkan oleh
Kepala Dinas dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan
masing-masing perizinan dan/atau non perizinan dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penulis tertarik untuk membahas Koordinasi Street Level
Bureaucracy khususnya di PTSP Mall Panakukang dengan DPM-PTSP
Kota Makassar dalam memberikan Pelayanan IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) Kota Makassar karena berdasarkan pengalaman penulis ada
koordinasi yang kurang maksimal antara pegawai yang berada pada
Street-level bureaucracy dengan pimpinan atau kepala SKPD terkait
persyaratan dan SOP (Standar Operasional Prosedur) Izin Mendirikan
Bangunan yang dirasakan masih sangat memberatkan dalam hal
persyaratan. Hal ini bertolak belakang dari rencana pemerintah untuk
memangkas birokrasi yang .
5
Berdasarkan uraian latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk
mengangkat sebuah penelitian yang berjudul: “Koordinasi Street Level
Bureaucracy dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
Bagaimana Koordinasi Street level bureaucracy dalam Pelayanan
Izin Mendirikan Bangunan Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Koordinasi Street level
bureaucracy dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara
akademis maupun praktis.
1. Kegunaan praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi
pelayanan IMB Kota Makassar.
2. Kegunaan akademik, diharapkan penelitian ini, menjadi salah satu
rujukan akademis dalam bidang ilmu pemeritahan dan menjadi
informasi awal bagi peneliti lainnya yang mengkaji tentang Konsep
Koordinasi dan Street Level Bureaucracy.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi
Menurut Manullang (2009) mengatakan bahwa coordinating atau
mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang
terarah dalam usaha mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberi
instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan
penjelasan, bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching
(pelatihan) dan bila perlu memberi teguran. Koordinasi terkadang disebut
juga kerjasama, akan tetapi sebenarnya lebih dari pada sekedar
kerjasama, karena dalam koordinasi juga terkandung sinkronisasi.
Sementara kerjasama merupakan suatu kegiatan kolektif dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kerjasama dapat
terjadi tanpa koordinasi, sedangkan dalam koordinasi pasti ada upaya
kerjasama. Untuk mencapai tujuan yang kolektif perlulah dilakukan
koordinasi yang baik sehingga kerja sama yang dilakukan dapat
menghasilkan satu tujuan yang sama dan diantara yang melakukan kerja
sama bisa bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Dikemukakan dalam Rohman (2017:439) kebutuhan akan
koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam
6
7
pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam
satuan pelaksanaannya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat
bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa
koordinasi dan kepemimpinan (lendership) adalah tidak bisa dipisahkan
satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi, dari definisi-
definisi diatas dijelaskan bahwa koordinasi selalu diperlukan dalam setiap
organiasi kecil dan besar, baik organisasi yang sederhana maupun yang
kompleks. Dalam mencapai tujuan organisasi selalu ada saja hal-hal yang
saling berkaitan dan perlu dikoordinasikan.
Hasibuan (2007) mengatakan koordinasi adalah kegiatan
mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur
manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai
tujuan organisasi. Ada dua tipe dalam mengukur koordinasi yaitu :
1. Koordinasi vertikal (vertical coordination) adalah kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit,
kesatuan-kesatun kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung
jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada
di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini
secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan
sanksi kepada aparat yang sulit diatur.
2. Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah mengkoordinasi
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan
8
yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi
(aparat) yang setingkat.
Selanjutnya dikemukakan dalam Ramadani (2017 : 151) koordinasi
dapat terjadi apabila ada dua atau lebih orang atau intansi yang
melakukan kerja sama, selain itu juga kordinasi tercipta karna pelaku kerja
sama satu sama lainnya saling mempengaruhi. Koordinasi adalah suatu
usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu
yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu
tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan
menurut G.R. Terry. Melihat dari pendapat G.R. Terry di atas dapat
disimpulkan koordinasi dapat tercapai apabila adanya kerja sama yang
singkron antara yang melakukan kerja sama. Sedangkan koordinasi
adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha
kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan
tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam sebuah organisasi, untuk menjalankan kegiatan organisasi
dibutuhkan koordinasi yang baik.Agar koordinasi tersebut dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan, suatu organisasi harus membuat
pembagian kerja agar tidak terjadinya tumpang tindih tugas. Dalam
mengadakan pembagian kerja, ada beberapa dasar yang dapat dijadikan
sebagai pedoman, yaitu:
1. Pembagian kerja atas dasar wilayah atau territorial.
2. Pembagian kerja atas jenis benda yang dapat diproduksikan.
9
3. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani.
4. Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian kerja).
5. Pembagian kerja atas dasar waktu.
Untuk terciptanya suatu organisasi yang baik menurut Henry Fayol
(dalam Rahmeina, 2018:4) berupa :
1. Antara unit dan sub unit dengan unit lainnya dapat bekerja sama
dengan serasi.
2. Masing-masing unit dan sub unit mengetahui bagian tugas yang mana
yang harus bekerja sama dengan unit lainnya.
3. Unit atau sub unit harus dapat menyesuaikan diri dengan jadwal waktu
kerjasama dengan unit/sub unit lainnya.
Koontz, H., & O’Donnel, C. (1985) menyatakan bahwa koordinasi
yang baik hendaklah memuat hal-hal yang sebagai berikut :
1. Adanya perencanaan yaitu menyangkut proses persiapan dan
pelaksanaan secara sistematis dari pada kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
2. Adanya hubungan koordinasi yang baik antara pimpinan dengan
bawahan.
3. Adanya pertemuan melalui rapat.
Menurut Hasibuan (2007: 88) mengemukakan terdapat empat
syarat koordinasi, yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk kerjasama ), ini harus dilihat
dari sudut bagian perbagian bidang pekerja, bukan orang per orang.
10
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan
persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-
lomba untuk mencapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang
diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang
bersamangat.”
4. Espit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau
dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemanagat.
Koordinasi sangat diperlukan dalam manajemen, terutama untuk
menyatukan kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan organisasi. Koordinasi
diperlukan untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang
lain sehingga tercipta suatukegiatan yang terpadu mengarah pada tujuan
umum lembaga sebagaimana jari-jari kerangka payung. Tanpa koordinasi,
spesialisasi dan lembagian kerja yang dilakukan pada setiap usaha kerja
sama akan sia-sia karena setiap bagian cenderung hanya memikirkan
pekerjaan atau tugas masing-masing dan melupakan tujuan lembaga
secara keseluruhan.
Koordinasi dapat diukur melalui proses manajemen (Ndraha,
2003:279), yang perlu diukur dari :
11
1. Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif, koordinasi secara
langsung tergantung pada perolehan penyebaran dan pemrosesan
informasi, semakin besar ketidakpastian tugas yang
dikoordinasikan, semakin membutuhkan informasi untuk alasan ini,
koordinasi pada dasarnya merupakan tugas pemrosesan informasi,
sedangkan teknologi informasi dapat dilakukan dengan
menggunakan alat seperti email dan sebagainya untuk
mempermudah proses koordinasi tersebut.
2. Kesadaran Pentingnya koordinasi; berkoordinasi;
Koordinasi built-in di dalam setiap job atau task. Kesadaran
merupakan sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang sesuai dengan
yang dinyakininya. Kesadaranmerupakan hal yang sangat
berkaitan dengan manusia bahkan dengan hal ini lah manusia
dapat dibedakan dengan binatang. Kesadaran pada dasarnya
keadaan sadar bukan merupakankeadaan pasif melainkan suatu
proses yang aktif, kegiatan hakiki pada kesadaran adalah
menindak dan mengatakan tidak.
3. Kompetensi Partisipan, Kalender Pemerintahan.
Peserta forum koordinasi harus berkompeten mengambil
keputusan untuk menjamin kehadiran pejabat yang demikian, harus
ditetapkan kalender pemerintahan (koordinasi) yang diataati
sepenuhnya dari atas ke bawah
12
4. Kesepakatan dan Komitmen
Kesepakatan dan komitmen harus diagendakan (diprogramkan)
oleh setiap pihak secara institusional (formal).
5. Penetapan Kesepakatan
Penetapatan kesepakatan yang dilakukan oleh setiap pihak yang
berkoordinasi.
6. Insentif Koordinasi
Yaitu sanksi bagi pihak yang ingkar atau tidak menaati
kesepakatan bersama. Sanksi itu datang dari pihak atasan yang
terkait.
7. Feedback
Sebagai masukan umpan-balik ke dalam proses koordinasi
selanjutnya.
B. Street Level Bureaucracy
Melihat kembali ke masa lalu terdapat teori yang muncul pada era
1980an adalah teori street-level bureaucracy oleh Michle Lipsky dan karya
Frederick Mosher yang berjudul “Democracy and the Public Service: The
Collective Services”. (Lipsky, 1980) mendefinisikan street-level
bureaucracy sebagai:
“public service worker who interact directly with citizens in the
course of their jobs, who have substantial discretion in the execution of
their work, such as teacher, police officers, law enforcement personel,
13
social workers, judges, health worker and many other public employees
whi grant access to government programs and provide services withthem”.
Dari sudut pandang warga negara, peran street level bureaucracy
luas yaitu sebagai fungsi pemerintahan dan intensif. Sebagai rutinitas
sehari-hari mengharuskan mereka untuk berinteraksi dengan pendidikan,
penyelesaian sengketa, dan layanan kesehatan. Sebagai individu, street
level bureaucracy mewakili harapan warga untuk perlakuan yang adil dan
efektif oleh pemerintah bahkan saat mereka diposisikan untuk melihat
dengan jelas keterbatasan intervensi yang efektif dan kendala pada
respon yang telah ditimbulkan.
Dalam street-level bureaucracy membahas tentang birokrasi
pelayanan publik yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Birokrat
level bawah menghadapai tugas-tugas yang mempunyai karakteristik-
karateristik seperti pengambilan kebijakan controversial, membuat
kebijakan-kebijakan personal dan langsung (immediate), redistibutif dan
alokatif, menghadapai reaksi personal dari masyarakat, dipengaruhi oleh
karakter komunitas dan pengatur konflik dalam masyarakat (Nurmandi,
2010:13).
Lipsky (1980) berpendapat bahwa praktek street level bureaucracy
tersebut merupakan mekanisme untuk mengatasi situasi yang sulit, yaitu
sebagai upaya untuk keluar dari situasi frustatif antara besarnya
permintaan pelayanan dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
Apalagi dalam kenyataannya permintaan peningkatan pelayanan seperti
14
tidak pernah berhenti. Selanjutnya Lipsky (1980) mendeskripsikan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh street-level bureaucracy.
Kekuatan street level bureaucracy :
a. Street-level bureaucracy sebagai pemberi pelayanan secara langsung
artinya bahwa para birokrat ini yang memberikan pelayanan langsung
kepada para customernya (publik).
b. Sebagai birokrat yang memberikan sanksi dan membatasi kehidupan
masyarakat sesuai dengan kebijakan atau prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan. Para birokrat ini mengarahkan orang bertindak dalam
konteks kehidupan sosial.
c. Mereka menentukan kelayakan warga negara untuk tunjangan
pemerintah dan sanksi. Mereka mengawasi pelayanan (servis) warga
dalam menerima program tersebut. Jadi, secara tersirat street level
bureaucracy memediasi aspek hubungan konstitusional warga
negara. Singkatnya, mereka memegang kunci ke dimensi
kewarganegaraan.
Adapun Kelemahan street level bureaucracy :
a. Perekrutan pegawai dikalangan street level bureaucracy yang
mengedepankan perwakilan komposisi sosial masyarakat disekitar
birokrasi, membuat birokrasi mengabaikan merit sistem dan objektifitas
berdasarkan kualifikasi standar yang telah ditetapkan dalam
perekrutan pegawai. Oleh sebab itu dalam perekrutan anggota
birokrasi sering muncul istilah putra daerah. Putra daerah yang
15
mewakili belum tentu memiliki kapasitas yang memadai untuk
menduduki suatu jabatan dalam pelayanan publik. Hal tersebut dapat
membuat kinerja birokrasi kurang maksimal atau bisa dikatakan tidak
profesional.
b. Orientasi street level bureaucracy terhadap peraturan dan prosedur
amat tinggi dan menjadikannya sebagai barometer pelayanan yang
mengakibatkan rendahnya kemampuan street level bureaucracy dalam
merespon perubahan, tidak adanya inisiatif dan pengembangan
kreatifitas dalam mengendalikan perubahan sehingga rutinitas
dianggap sesuatu yang wajar dan benar.
c. Kinerja street level bureaucracy menjadi instrumen penguasa. Sistem
kekuasaan yang cenderung sentralistik dan paternalistik
mengakibatkan kinerja street level bureaucracy terkonsentrasi pada
pejabat atasan. Kepentingan penguasa yang cenderung sentral dan
menggusur kepentingan publik mengakibatkan krisis kepercayaan
terhadap birokrasi publik.
C. Konsep Pelayanan
Menurut Sinambela (2006) pelayanan publik diartikan sebagai
pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan. Pelayanan publik berkaitan dengan
segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan
16
peraturan perundang-undangan. Adapun yang dimaksud sebagai
penyelenggaraan pelayanan publik adalah instansi pemerintah yang
meliputi, Satuan kerja/ satuan organisaasi kementerian, Departemen,
Lembaga pemerintah non departemen, Kesekretariatan lembaga tertinggi
dan tinggi Negara, Badan usaha milik Negara, Badan Hukum Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan, Instansi pemerintah lainnya, baik
pusat dan daerah termasuk dinas-dinas dan badan (Monoarfa, 2012).
Disimpulkan dalam (Pasolong, 2007), pelayanan publik adalah pemberian
pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan. Layanan bermutu dalam pengertian
yang luas diartikan sejauh mana realitas layanan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan kriteria dan standar profesional medis terkini dan
baik yang sekaligus telah memenuhi atau bahkan melebihi kebutuhan dan
keinginan pelanggan dengan tingkat efisiensi yang optimal.
Menurut Suryono dalam Nurdiansyah (2013), secara ideal
persyaratan teori administrasi yang menyangkut pelayanan publik antara
lain :
1. Harus mampu menyatakan sesuatu yang berarti dan bermakna yang
dapat diterapkan pada situasi kehidupan nyata dalam masyarakat
(konteksual)
2. Harus mampu menyajikan suatu perspektif ke depan
17
3. Harus dapat mendorong lahirnya cara-cara atau metode baru dalam
situasi dan kondisi yang berbeda
4. Teori administrasi yang sudah ada harus dapat merupakan dasar
untuk mengembangkan teori administrasi lainnya, khususnya
pelayanan publik
5. Harus dapat membantu pemakainya untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang dihadapi
6. Bersifat multi disipliner dan multi dimensional (komprehensif)
Penyelenggaaraan pelayanan publik dapat diuraikan melalui
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, yang
memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan
penyelenggara dalam pelayanan publik. Tujuan Undang-Undang Tentang
Pelayanan Publik adalah:
1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang
baik
3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
18
Menurut Saggaf dkk, (2014:23) pemikiran tentang layanan tersebut,
maka dapat diketahui bahwa bicara tentang layanan (service), maka ada
dua pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pelayanan (servant) dan
pelanggan (customer). Dalam hal ini servant merupakan pihak yang
menyediakan layanan bagi customer. Konsep ini lebih identik dengan
organisasi privat, karena dalam organisasi publik pengertian costumer
belum sepenuhnya digunakan sebagai pengganti istilah masyarakat
dalam hubungan dengan pelayanan. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka diskusi tentang pelayanan kepada masyarakat peneliti akan
melibatkan empat unsur yang terkait, yaitu (1) pihak pemerintah atau
birokrasi yang melayani, (2) pihak masyarakat yang dilayani, (3) terjalin
hubungan antara yang melayani dengan yang dilayani, dan (4) pengaruh
lingkungan di luar birokrasi dan masyarakat, seperti politik, sosial, budaya,
ekonomi dan sebagainya.
Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban menyusun dan
menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan
penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan. Dalam
menyusun dan menetapkan standar pelayanan, penyelenggara wajib
mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait. Pengikutsertaan
masyarakat dan pihak terkait dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif,
terkait langsung dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan
mengutamakan musyawarah, serta memperhatikan keberagaman dan
19
penyusunan standar pelayanan dilakukan dengan pedoman tertentu yang
diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Jika pelayanan publik dikaitkan dengan Street Level bureaucracy
adalah berbicara mengenai kualitas pelayanan yang diberikan oleh garda
terdepan dari birokrasi yang dirasakan masih kurang. Kekurangan ini
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1) Krisis kepercayaan
terhadap birokrasi publik, karena birokrasi menjadi instrumen penguasa,
kepentingan penguasa cenderung sentral dan menggusur kepentingan
publik tercermin dalam kebijakan publik; (2) Sedikitnya kesempatan dan
ruang yang dimiliki masyarakat dalam proses kebijakan publik; (3)
Pengabaian aspirasi dan kepentingan masyarakat , dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; (4) Meluasnya praktek KKN, sebagai
sumber dari bureaucratic –cost; (5) Rendahnya kemampuan birokrasi
merespon krisis, tidak adanya inisiatif dan kreativitas dalam
mengendalikan krisis; (6) Orientasi kepada kekuasaan, distorsi pelayanan
publik, memperburuk krisis ekonomi dan politik (Cahyadi, 2013).
D. Pelayanan Terpadu dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Dikemukakan dalam Takumansang (2013) penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan
perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap
permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu
tempat. Sedangkan Pasal 11 angka 12 Permendagri Nomor 24 Tahun
2006 menjelaskan tentang perizinan paralel adalah penyelenggaraan
20
perizinan yang diberikan kepada pelaku usaha yang dilakukan sekaligus
mencakup lebih dari satu jenis izin, yang diproses secara terpadu dan
bersamaan. Dalam Pasal 26 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal disebutkan bahwa : (2)
“Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang
berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian
atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan non perisizinan di tingkat pusat atau lembaga
atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan non perizinan
di provinsi atau kabupaten/kota”. (3) “Ketentuan mengenai tata cara dan
pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden”.
Menurut Efridawati & Nasution (2013) membangun terlebih dahulu
tanpa disertai surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tetap melanggar
aturan, karena di dalam aturannya surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
harus ada terlebih dahulu dan untuk mengeluarkan IMB selain dilengkapi
gambar dan struktur bangunan, harus ada izin tetangga jangan sampai
memakan tanah sebelahnya, harus mematuhi garis sepadan dari badan
jalan, harus menyisakan ruang publik dan lainnya. Setelah surat IMB
tersebut keluar, baru bisa dilaksanakan pembangunan, dan semua itu
telah diatur dalam Peraturan Daerah.
21
E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
N
o
Nama
Peneliti
dan Tahun
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Zulkarnaen
, I.,
Hidayat, M.
T., &
Nursahidin,
N. (2013).
Pengaruh
Koordinasi
Terhadap
Efektivitas
Pelayanan
Pembuatan Izin
Mendirikan
Bangunan (Imb)
Di Badan
Pelayanan
Perizinan
Terpadu (BPPT)
Kabupaten
Cirebon
penelitian
kualitatif
1. Pelaksanaan koordinasi
antara Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT)
dengan Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang Kabupaten
Cirebondalam hal
pelayanan pembuatan Izin
Mendirikan Bangunan
(IMB) belum optimal
sebagaimana terlihat dari
keberhasilan
pelaksanaannya yang baru
mencapai 56,3 % atau
berada pada tingkatan
cukup baik, dengan total
skor 6157.
2. Efektivitas pelayanan
pembuatan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) belum
optimal karena tingkat
keberhasilan
pelaksanaannya baru
mencapai 55,17 % atau
berada pada tingkatan
cukup baik, dengan total
skor 2458
22
2 Baleke.
(2016)
Implementasi
Kebijakan
Pelayanan Izin
Mendirikan
Bangunan (IMB)
di Kabupaten
Nunukan
penelitian
kualitatif
Deskriptif
Implementasi kebijakan
pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) di Kabupaten
Nunukan dalam pelaksanaan
proses pelayanan IMB
mengacu pada Peraturan
Daerah Kabupaten Nunukan
Nomor 13 Tahun 2013 tentang
perubahan aras peraturan
daerah Nomor 6 Tahun 2100
tentang Izin Mendirikan
Bangunan
3 Triana, M.
(2017).
Pengaruh
koordinasi
vertikal dan
horizonatal
terhadap
optimalisasi
penerimaan
retribusi izin
mendirikan
bangungan di
Kecamatan
Pelabuhan Ratu
Sukabumi
Penelitian
kuantitatif
metode
asosiatif
kausal
Hasil perhitungan deskriptif
menunjukkan bahwa
koordinasi vertikal dan
horizontal adalah 3,44% dan
termasuk dalam kategori
tinggi, sedangkan bangunan
izin konstruksi Retribusi
sekitar 3,47%. Maka tidak ada
pengaruh yang signifikan dari
tindakan optimalisasi kesatuan
yaitu sekitar 1,023%,
selanjutnya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari
optimalisasi pembagian kerja
yaitu sekitar 1,459%, Ada
hubungan yang signifikan
antara komunikasi dengan
optimalisasi jumlah yang sama
yaitu sekitar 2,226% dan
23
sisanya 97,774%. Perbedaan
yang signifikan antara
kesatuan tindakan, pembagian
kerja, dan optimalisasi
komunikasi 36,8% dan
sisanya 63,12%.
4 Oktariyand
a, T. A.,
Zauhar, S.,
&
Rochmah,
S. (2013).
Pelayanan Izin
Mendirikan
Bangunan (IMB)
Dalam
Mencapai
Kualitas
Pelayanan
Publik yang
Optimal
kualitatif
dengan
pendekata
n
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa BPPT Kabupaten
Sidoarjo pada pelaksanaan
pelayanan IMB dalam rangka
mencapai kualitas pelayanan
publik sudah berjalan dengan
baik walaupun masih ada
beberapa kendala-kendala
yang dihadapi dalam upaya
optimalisasi kualitas
pelayanan publik, seperti SDM
dan sarana prasarana
5 Sahuri, C.,
&
Wardhani,
N. E. W. K.
(2016).
Koordinasi
Dinas
Pendapatan
Daerah Kota
Pekanbaru dan
Dinas Tata
Ruang dan
Bangunan Kota
Pekanbaru
dalam
Menangani
Pajak Reklame
kualitatif
dengan
pendekata
n
deskriptif.
1. Dari hasil penelitian dan
pembahasan dapat
disimpulkan bahwa
koordinasi Dinas
Pendapatan Daerah Kota
Pekanbaru dan Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Kota
Pekanbaru dalam
menangani Pajak Reklame
di Kota Pekanbaru yang
dilihat dari empat indikator
yaitu komunikasi,
24
di Kota
Pekanbaru
kerjasama, pembagian
tugas, dan pertemuan
masih belum optimal. Salah
satu koordinasi yang belum
berjalan optimal adalah
salah satu yang
menyebabkan kurangnya
pengawasan terhadap
kejelasan informasi yang
diberikan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kota
Pekanbaru terhadap Dinas
Tata Ruang dan Bangunan
Kota Pekanbaru yang
terkadang mengalami miss
komunikasi.
2. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya Koordinasi Dinas
Pendapatan Daerah Kota
Pekanbaru dan Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Kota
Pekanbaru dalam
menangani Pajak Reklame
di Kota Pekanbaru yaitu
kurang nya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang
dimiliki Dinas Pendapatan
Daerah Kota Pekanbaru
dan kurangnya sarana dan
prasarana yang
menghambat pengelolaan
25
F. Kerangka Konsep
Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini maka
diperlukan alur Kerangka pikir yang mengambarkan tentang Koordinasi
Street Level Bureaucracy khususnya di PTSP Mall Panakukang dengan
DPM-PTSP Kota Makassar dalam memberikan Pelayanan IMB Kota
Makassar. Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu
fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan
sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
itu, antara lain dengan memberi instruksi, perintah, mengadakan
pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat, dan
mengadakan coaching (pelatihan) dan bila perlu memberi teguran.
Aspek utama yang diamati yaitu koordinasi yang dilakukan oleh
Street Level Bureaucracy Dalam Pelayanan IMB Kota Makassar. Untuk
mengukur bagaimana proses koordinasi yang terjadi dalam menangani
permasalahan ketertiban berlalu lintas di kota Makassar maka dapat
dilihat dari 7 indikator utama menurut Ndraha (2003:279) yaitu Informasi,
Komunikasi, dan Teknologi Informasi, Kesadaran Pentingnya koordinasi,
Kompetensi Partisipan, Kesepakatan dan Komitmen, Penetapan
pajak reklame.
26
Kesepakatan, Insentif Koordinasi, dan Feedback. Untuk uraian lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Konsep
Sumber : Ndraha (2003:279)
Indikator Proses Koordinasi. :
1. Informasi, Komunikasi,
dan Teknologi Informasi
2. Kesadaran Pentingnya
koordinasi
3. Kompetensi Partisipan
4. Kesepakatan dan
Komitmen
5. Penetapan Kesepakatan
6. Insentif Koordinasi
7. Feedback
Street Level Bureaucracy
PTSP Mall Panakukang
DPM-PTSP Kota
Makassar
27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PTSP Mall Panakukang dan Kantor
DPM-PTSP Kota Makassar, mulai pada bulan Juni hingga September
2020.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik (utuh) dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong,
2012).
Adapun tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus berusaha mengungkapkan
suatu masalah atau keadaan atau peristiwa secara mendalam sehingga
bersifat mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.
C. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Moleong, 2012). Kata-kata dan tindakan orang-orang yang
27
28
diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data
utama dicatat melalui catatan tertulis, melalui perekaman, pengambilan
foto atau film. Secara umum sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas dua, yaitu :
1. Data primer
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
catatan tertulis, melalui perekaman, pengambilan foto atau film.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu diperoleh melalui sumber-sumber tertulis.
Strategi ini dilakukan untuk dapat membangun sebuah abstraksi tentang
tujuan penelitian yang didukung oleh data yang dikumpulkan dan saling
berhubungan, sehingga sifat penyusunannya adalah dari kesimpulan
umum ke khusus. Data sekunder diperoleh dari buku, dokumen
pemerintah, dan literatur yang relevan dengan penelitian ini.
D. Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, untuk mendapatkan data yang tepat maka perlu
ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan
kebutuhan data atau lebih dikenal dengan istilah purposive. Menurut
Sugiyono (2013), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
29
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.
Adapun daftar informan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Daftar Informan
No. Informan Penelitian Jumlah /
orang
1.
2.
3.
4.
5.
Kepala Kantor DPM-PTSP Kota Makassar (JN)
Sekretaris Kantor DPM-PTSP Kota Makassar (AA)
Kepala PTSP Mall Panakukang (AM)
Pegawai PTSP Mall Panakukang (ML, BA)
Masyararakat Penerima Layanan (AS, B, MH)
1
1
1
2
3
Total Informan 8
E. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan ini yaitu mendapatkan
data melalui pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh data langsung dari sumbernya. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan informasi dari informan untuk memperkuat penelitian.
30
2. Observasi
Observasi ialah teknik pengumpulan data dengan cara
menggunakan data yang diperoleh secara langsung yang disesuaikan
dengan objek yang diteliti. Jenis filed research yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi dimana penulis terjun langsung mendatangi
informan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara
mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian
yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di
lokasi penelitian.
F. Defenisi Operasional
Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat
membantu peneliti yang ingin melakukan penelitian, dengan
menggunakan variabel penelitian defenisi operasional mencakup:
1. Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan
mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan
para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Street-level bureaucracy terkait birokrasi pelayanan publik yang
berhadapan langsung dengan masyarakat.
3. IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada
pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas,
31
mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
G. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyoroti koordinasi maka dapat dilihat dari
indikator berikut:
1. Informasi dan komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif,
koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan penyebaran
dan pemrosesan informasi yang berhubungan dengan Street Level
Bureaucracy dalam memberikan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan
Kota Makassar.
2. Kesadaran Pentingnya koordinasi; Kesadaran pada dasarnya keadaan
sadar bukan merupakan keadaan pasif melainkan suatu proses yang
aktif, kegiatan hakiki pada kesadaran kaan pentingnya pemberian
pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Kota Makassar pegawai.
3. Kompetensi Partisipan, peserta forum koordinasi harus berkompeten
mengambil keputusan hal ini berarti bahwa kompetensi yang
diperlukan untuk pekerjaan teknis mesti sesuai dengan kebuhan
pelayanan perizinan.
4. Kesepakatan dan Komitmen, Kesepakatan dan komitmen harus
diagendakan (diprogramkan) oleh setiap pihak secara institusional
(formal) dalam pelayanan perizinan.
32
5. Penetapan Kesepakatan, Penetapatan kesepakatan yang dilakukan
oleh setiap pihak yang berkoordinasi dalam pelayanan perizinan
terutama pegawai street level bureaucracy.
6. Insentif Koordinasi yaitu mencakup sasaran dan tindakan bersama
berupa penghargaan umum kepada pegawai street level bureaucracy
dalam memberikan pelayanan perizinan.
7. Feedback yaitu Sebagai masukan umpan-balik ke dalam proses
koordinasi yang berkaitan dengan pemberian pelayanan pegawai
street level bureaucracy.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles
dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus dan sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.(Sugiyono, 2012).
1. Data Reduction (Reduksi Data).
Reduksi data yaitu proses pemilihan, permusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan dilapangan. Dalam reduksi data peneliti menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhirnya dapat di tarik dan diverifikasi oleh peneliti.
33
2. Data Display (Penyajian Data).
Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Penyajian ini kemudian untuk menggabungkan informasi yang tersusun
dalam suatu bentuk yang terpadu sehingga mudah diamati apa yang
sedang terjadi kemudian menentukan penarikan kesimpulan secara
benar.
3. Conclusion Drawing / Verification (Menarik Kesimpulan / Verifikasi).
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Kesimpulan juga diverifikasi oleh peneliti selama penelitian
berlangsung. Verifikasi ini mungkin sesingkat pemikiran kembali yang
melintas dalam pemikiran peneliti pada suatu tinjauan ulang pada catatan
lapangan atau melihat salinan suatu temuan yang disimpan dalam
perangkat data yang lain.
I. Pengabsahan Data
Menurut (Moleong, 2012) uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility
atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Triangulasi
34
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik tringulasi
yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Pada penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan cara
membandingkan jawaban yang disampaikan oleh informan utama dengan
informan pendukung untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai.
2. Member Check
Pengecekan dengan anggota atau member check yang terlibat
dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan
derajat kepercayaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi
data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. Para anggota yang
terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk
memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri
terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
3. Diskusi Dengan Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan
sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan
dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki
pengetahuan umum yang sama tentang apa sedang diteliti, sehingga
bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan
analisis yang sedang dilakukan.
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kota Makassar berada pada posisi yang strategis karena posisi
persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di
Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur
Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Secara
goegrafis wilayah kota Makassar berada pada koordinat 119 derajat bujur
timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi
antara 1-25 meter dari permukaan laut. Dengan batas wilayah :
Utara : Kabupaten Kepulauan Pangkajenne
Selatan : Kabupaten Bone
Barat : Selat Makassar
Timur : Kabupaten Maros
Kota ini merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dari
aspek pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku
bangsa yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota
Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa,
dan Tionghoa.
Adapun Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Rappocini,
yang terdiri dari 10 Kelurahan yaitu Balla Parang, Banta Bantaeng, Bonto
Makkio, Buakana, Gunung Sari, Karunrung, Kassi-Kassi, Mappala,
Rappocini, Tidung. Kelurahan Buakana merupakan lokasi penelitian ini
35
36
dilakukan karena terdapat BULO (Badan Usaha Lorong) yang mudah
diakses peneliti.
1. Visi Misi Kota Makassar.
Visi Pemerintah Kota Makassar 2014- 2019 memiliki konsistensi
dengan visi Kota Makassar 2005-2025, khususnya pada penekanan
“orientasi global”, dalam RPJMD dirumuskan sebagai “kota dunia”.
Penekanan “berwawasan lingkungan” dan “paling bersahabat” pada visi
dalam RPJPD dirumuskan sebagai “yang nyaman untuk semua” pada visi
dalam RPJMD 2014-2019. Pokok visi “kota maritim, niaga, pendidikan,
budaya dan jasa” pada visi dalam RPJPD, pada visi dalam RPJMD 2014-
2019 ditempatkan sebagai bagian dari substansi “kota dunia”.
Jika dihubungkan dengan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan 2018, relevansi visi Pemerintah Kota Makassar 2014-2019
terletak pada posisi “Makassar kota dunia yang nyaman untuk semua”
yang merupakan bagian penting dari terwujudnya “Sulawesi Selatan
sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring
Akselerasi Kesejahteraan pada Tahun 2018”.
Pernyataan visi Pemerintah Kota Makassar 2019 memiliki tiga
pokok visi yang merupakan gambaran kondisi yang ingin dicapai Kota
Makassar pada akhir periode 2014-2019. Penjelasan masing-masing
pokok visi tersebut, adalah sebagai berikut. Kota Dunia, dimaksudkan
adalah Kota Makassar yang memiliki keunggulan komparatif, kompetitif,
37
aksesibel dan inklusifitas yang berdaya tarik tinggi atau memukau dalam
banyak hal.
Diantaranya potensi sumberdaya alam dan infrastruktur sosial
ekonomi yang menjanjikan terwujudnya kesejahteraan masyarakat
dengan standar dunia. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai
terwujudnya “masyarakat sejahtera standar dunia”. Nyaman, dimaksudkan
adalah terwujudnya proses pembangunan yang semakin menyempitkan
kesenjangan dan melahirkan kemandirian secara stabil, dalam struktur
dan pola ruang kota yang menjamin kenyamanan dan keamanan bagi
berkembangnya masyarakat yang mengedepankankan prinsip inklusifitas
serta pola hubungan yang setara antara stakeholder dan stakeholder
dalam pembangunan. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai
terwujudnya “kota nyaman kelas dunia”.
Untuk Semua, dimaksudkan adalah proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemanfaatan pembangunan yang dapat dinikmati dan
dirasakaan seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi berdasarkan
jenjang umur, jenis kelamin, status sosial dan kemampuan diri (termasuk
kelompok disabilitas). Pokok visi ini dapat diristalkan sebagai terwujudnya
“pelayanan publik standar dunia dan bebas korupsi”.
2. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Makassar
Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu, terdiri atas :
38
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, terdiri atas :
1) Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;
2) Subbagian Keuangan;
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Penanaman Modal, terdiri atas:
1) Seksi Perencanaan dan Pengawasan Penanaman Modal;
2) Seksi Pemberdayaan Usaha Daerah;
3) Seksi Promosi Penanaman Modal.
d. Bidang Pelayanan Depan Perizinan, terdiri atas :
1) Seksi Layanan Informasi dan Pengaduan;
2) Seksi Pendaftaran dan Verifikasi Berkas Perizinan;
3) Seksi Sistem Informasi, Dokumentasi, Evaluasi dan Pelaporan
Perizinan.
e. Bidang Pelayanan Belakang Perizinan Teknis, terdiri atas :
1) Seksi Pengkajian dan Verifikasi Perizinan Teknis;
2) Seksi Peninjauan Perizinan Teknis;
3) Seksi Penetapan Perizinan Teknis.
f. Bidang Pelayanan Belakang Perizinan Non Teknis, terdiri atas :
1) Seksi Pengkajian dan Verifikasi Perizinan Non Teknis;
2) Seksi Peninjauan Perizinan Non Teknis;
3) Seksi Penetapan Perizinan Non Teknis.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
39
h. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan Urusan
Pemerintahan bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan
Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. Dinas
Penanaman Modal dan PTSP dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang
penanaman modal;
b. Pelaksanaan kebijakan Urusan Pemerintahan bidang penanaman
modal;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Urusan Pemerintahan bidang
penanaman modal;
d. Pelaksanaan administrasi dinas Urusan Pemerintahan bidang
penanaman modal;
e. Pembinaan, pengoordinasian, pengelolaan, pengendalian, dan
pengawasan program dan kegiatan bidang penanaman modal;
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi, Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu mempunyai uraian tugas :
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanaman
modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
40
b. Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi dinas;
c. Merumuskan dan mengendalikan pelaksanaan program dan kegiatan
Sekretariat dan Bidang Penanaman Modal, Bidang Pelayanan Depan
Perizinan, Bidang Pelayanan Belakang Perizinan Teknis, Dan Bidang
Pelayanan Belakang Perizinan Non Teknis ;
d. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja
(RENJA), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK) dinas;
e. Mengoordinasikan dan merumuskan bahan penyiapan penyusunan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) Kota dan segala bentuk pelaporan
lainnya sesuai bidang tugasnya;
f. Merumuskan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
dinas;
g. Mengoordinasikan pembinaan dan pengembangan kapasitas
organisasi dan tata laksana;
h. Menyelenggarakan pelayanan di bidang penanaman modal dan
pelayanan terpadu satu pintu;
41
i. Melaksanakan pembinaan, pengendalian, dan pelayanan perizinan
dan non perizinan;
j. Membina dan melaksanakan pelayanan, informasi, pemrosesan/
pengolahan dan pelaporan penyelenggaraan perizinan dan non
perizinan;
k. Melaksanakan pelayanan pengaduan dan penyelesaian atas
pengaduan;
l. Melakukan penandatanganan perizinan dan non perizinan yang
menjadi kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu;
m. Mengoordinasikan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non
perizinan,;
n. Merumuskan, mengembangkan dan mengendalikan penyelenggaraan
pelayanan perizinan sesuai dengan kewenangannya;
o. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian teknis operasional
pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik
Daerah yang berada dalam penguasaannya;
p. Melaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah Provinsi ke
pemerintah Kota sesuai dengan bidang tugasnya;
q. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
42
r. Mempelajari memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;
s. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada pimpinan;
t. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait lainnya sesuai
dengan lingkup tugasnya;
u. Membina, membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan
mengevaluasi hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
v. Melaksanakan pembinaan jabatan fungsional;
w. Melaksanakan pembinaan unit pelaksana teknis;
x. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada walikota
melalui Sekretaris Daerah;
y. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh walikota.
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pelayanan administrasi kepada
semua unit organisasi di lingkungan dinas. Sekretariat dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan operasional urusan perencanaan dan pelaporan,
keuangan, umum dan kepegawaian;
b. Pelaksanaan urusan perencanaan dan pelaporan, keuangan, umum
dan kepegawaian;
43
c. Pengoordinasian urusan perencanaan dan pelaporan, keuangan,
umum dan kepegawaian;
d. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan urusan perencanaan dan
pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan
fungsinya. Berdasarkan tugas dan fungsi, Sekretariat mempunyai
uraian tugas:
f. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
Sekretariat;
g. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis urusan perencanaan dan
pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian;
h. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian Perencanaan dan
Pelaporan, Subbagian Keuangan dan Subbagian Umum dan
Kepegawaian;
i. Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA
Sekretariat;
j. Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Sekretariat;
k. Mengoordinasikan setiap bidang dalam penyusunan Rencana
Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA), Indikator Kinerja
Utama (IKU), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK),
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dinas;
l. Mengoordinasikan setiap bidang dalam penyiapan bahan penyusunan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) kota dan segala bentuk pelaporan lainnya
sesuai bidang tugasnya;
m. Mengoordinasikan setiap bidang dalam penyusunan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP) dinas;
n. Mengoordinasikan setiap bidang dalam pembinaan dan
pengembangan kapasitas organisasi dan tata laksana;
o. Mengoordinasikan penyelenggaraan urusan ketatausahaan,
administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan aset serta
urusan kehumasan, dokumentasi dan protokoler dinas;
p. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
q. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
r. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
45
s. Melaksanakan pembinaan disiplin aparatur sipil negara di lingkup
dinas.
t. Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil
kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
u. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
v. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
Bidang Pelayanan Depan Perizinan mempunyai tugas menyusun
rencana, meneliti berkas pemohon dan melakukan koordinasi sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan. Bidang Pelayanan Depan Perizinan
dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan kegiatan operasional di bidang pelayanan depan
perizinan;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan depan perizinan;
c. Pengoordinasian kegiatan di bidang pelayanan depan perizinan;
d. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pelayanan
depan perizinan;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan
fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi, Bidang Pelayanan Depan Perizinan
mempunyai uraian tugas :
46
a. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Depan Perizinan;
b. Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang
Pelayanan Depan Perizinan;
c. Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Pelayanan
Depan Perizinan;
d. Merumusan dan melaksanakan kebijakan di bidang administrasi
pelayanan perizinan;
e. Menetapkan standar dan prosedur pelaksanaan pelayanan perizinan;
f. Mengoordinasikan dan menyelenggarakan pelayanan administrasi
perizinan;
g. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
h. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
i. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
j. Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil
kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
47
k. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
Seksi Layanan Informasi dan Pengaduan mempunyai tugas
menyusun rencana, mengolah bahan dan data informasi dan pengaduan
terkait perizinan. Seksi Layanan Informasi dan Pengaduan dalam
melaksanakan menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan kegiatan di bidang layanan informasi dan pengaduan;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang layanan informasi dan pengaduan;
c. Pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan di bidang
layanan informasi dan pengaduan;
d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan
fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi, Seksi Layanan Informasi dan
Pengaduan mempunyai uraian tugas :
a. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
Seksi Layanan Informasi dan Pengaduan;
b. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA,
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Seksi Layanan
Informasi dan Pengaduan;
c. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Seksi
Layanan Informasi dan Pengaduan;
48
d. Merencanakan penanganan informasi dan pengaduan pelayanan
perizinan;
e. Memberikan pelayanan informasi terkait pelayanan perizinan;
f. Mengelola data dan bahan terkait pengaduan pelayanan perizinan;
g. Memberikan informasi pelayanan perizinan dan pelayanan keberatan
yang diajukan oleh pemohon;
h. Mengoordinasikan penanganan pengaduan pelayanan perizinan;
i. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan dilingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
j. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
k. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
l. Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil
kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
m. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Seksi Pendaftaran dan Verifikasi Berkas Perizinan. Seksi
Pendaftaran dan Verifikasi Berkas Perizinan mempunyai tugas melakukan
pelayanan pendaftaran dan verifikasi berkas perizinan. Seksi Pendaftaran
49
dan Verifikasi Berkas Perizinan dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan kegiatan di bidang pendaftaran dan verifikasi berkas
perizinan;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang pendaftaran dan verifikasi berkas
perizinan;
c. Pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan kegiatan di bidang
pendaftaran dan verifikasi berkas perizinan;
d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan
fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi Seksi Pendaftaran dan Verifikasi
Berkas Perizinan mempunyai uraian tugas:
a. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
Seksi Pendaftaran dan Verifikasi Berkas Perizinan;
b. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA,
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Seksi Pendaftaran dan
Verifikasi Berkas Perizinan;
c. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Seksi
Pendaftaran dan Verifikasi Berkas Perizinan;
d. Menyelenggaraan pelayanan pendaftaran dan verifikasi berkas
perizinan;
e. Melakukan penelitian kelengkapan berkas izin dan kelengkapannya
yang diajukan oleh pemohon sesuai ketentuan yang berlaku;
50
f. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan dilingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
g. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
h. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan; i.
membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil
kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
i. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
j. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Seksi Sistem Informasi, Dokumentasi, Evaluasi dan Pelaporan
Perizinan dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan kegiatan di bidang sistem informasi, dokumentasi,
evaluasi dan pelaporan perizinan;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang sistem informasi, dokumentasi,
evaluasi dan pelaporan perizinan;
c. Pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaaan kegiatan di bidang
sistem informasi, dokumentasi, evaluasi dan pelaporan perizinan;
d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan
fungsinya.
51
Berdasarkan tugas dan fungsi Seksi Sistem Informasi,
Dokumentasi, Evaluasi dan Pelaporan Perizinan mempunyai uraian tugas:
a. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
Seksi Sistem Informasi, Dokumentasi, Evaluasi dan Pelaporan
Perizinan;
b. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA,
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Seksi Sistem
Informasi, Dokumentasi, Evaluasi dan Pelaporan Perizinan;
c. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Seksi
Sistem Informasi, Dokumentasi, Evaluasi dan Pelaporan Perizinan;
d. Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, peningkatan
dan pengembangan sistem informasi, dokumentasi, evaluasi dan
pelaporan perizinan;
e. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data perizinan;
f. Melakukan evaluasi perkembangan pelayanan perizinan;
g. Melaksanakan pemutakhiran data, pembinaan, pengawasan dan
pelaksanaan system informasi perizinan;
h. Mengolah data dalam hal pelaporan hasil pelayanan; i. menyusun
laporan pelayanan perizinan;
i. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan dilingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
52
j. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
k. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan; m.
membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil
kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
l. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
m. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Bagian Bidang Pelayanan Belakang Perizinan Teknis yang
mempunyai tugas memberikan pelayanan dan pengelolaan perizinan
teknis. Bidang Pelayanan Belakang Perizinan Teknis dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan kegiatan operasional di bidang pelayanan belakang
perizinan teknis;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan belakang perizinan teknis;
c. Pengoordinasian kegiatan di bidang pelayanan belakang perizinan
teknis;
d. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pelayanan
belakang perizinan teknis;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan
fungsinya.
53
Berdasarkan tugas dan fungsi Bidang Pelayanan Belakang
Perizinan Teknis mempunyai uraian tugas :
a. Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Belakang Perizinan Teknis;
b. Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang
Pelayanan Belakang Perizinan Teknis;
c. Mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Pelayanan
Belakang Perizinan Teknis;
d. Membuat standar dan prosedur kegiatan terkait pelayanan perizinan
teknis;
e. Melaksanakan pelayanan perizinan teknis;
f. Melaksanakan verifikasi administrasi, pengkajian, peninjauan lokasi
serta penetapan retribusi pelayanan perizinan teknis;
g. Melaksanakan koordinasi dengan Perangkat Daerah terkait pelayanan
dan proses perizinan teknis;
h. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif
pemecahannya;
i. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
54
j. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
k. Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil
kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
l. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
B. HASIL PENELITIAN
1. Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi
Untuk menggali pemahaman pelayanan IMB Kota Makassar dalam
pelaksanaan tugas yang mengedepan koordinasi yaitu bertujuan untuk
meberikan pelayanan dalam menciptakan tata letak bangunan yang aman
dan sesuai dengan peruntukan lahan. Bahkan keberadaan IMB juga
sangat dibutuhkan ketika terjadi transaksi jual beli rumah. Untuk
memperoleh penjelasan mengenai sumber informasi yang diterima dalam
pelaksanaan tugas pelayanan IMB maka dilakukan wawancara dengan
informan Sekretaris Kantor DPM-PTSP Kota Makassar yang mengatakan
bahwa:
“agar pelayanan lebih dapat dimaksimalkan yang bertujuan
untuk memuaskan masyarakat guna pengurusan pembuatan
Izin Mendirikan Bangunan. Salah satu solusi yang penulis
tawarkan adalah dengan pembuatan sebuah aplikasi yang
berbasis computer telephony integration yang terintegarasi
dalam pelayanan IMB”
(Sumber: hasil wawancara dengan AA tanggal, 24 Juni 2020)
55
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam
menajemen informasi pelayanan perlu diperkuat dengan aplikasi computer
telephony integration yang terintegarasi dalam pelayanan IMB.
Selanjutnya hasil wawancara dengan informan Pegawai PTSP Mall
Panakukang:
“analisis yang digunakan adalah analisis kebutuhan pemohon IMB yaitu kebutuhan akan informasi syarat, prosedur, status pengurusan dan biaya akhir IMB dan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) sudah mengembangkan pengajuan IMB secara online yang dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) dan semuanya dilakukan melalui OSS” (Sumber: hasil wawancara dengan BA tanggal, 3 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dipahami bahwa kebutuhan
informasi berupa syarat, prosedur, status pengurusan dan biaya akhir IMB
terintegarasi pada data yang terkait dengan kementerian lainnya salah
satunya yaitu Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG).
telah diundangkan Berdasarkan Permen PUPR No. 19 Tahun 2018
tentang penyelenggaraan IMB dan SLF melalui Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.maka dikembangkan Sistem
Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG). SIMBG diharapkan
dapat membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan
Bangunan Gedung di wilayahnya baik dalam proses penyelenggaraan
IMB dan SLF sehingga lebih tertib dan transparan sesuai dengan
prosedur penyelenggaraan bangunan gedung yang telah ditetapkan.
Dengan adanya SIMBG diharapkan proses penyelenggaraan bangunan
56
gedung juga menjadi lebih efektif dan koordinasi antar perangkat daerah
terkait menjadi lebih jelas. Semua pelayanan saat ini telah dilakukan
dengan Online Single Submission (OSS) yang bersifat terinregrasi.
Selanjutnya untuk proses komunikasi yang terjadi dalam koordinasi
Pegawai PTSP Mall Panakukang yang mengatakan bahwa:
“kita ini berkomunikasi secara langsung ada juga secara
formal surat, namun sekarang lebihnya via Zoom atau kita
komunikasi WA terlebih dahulu, jadi komunikasinya
misalnya saat ada operasi maka kita ini di pront line yang
menindaklanjuti secara lebih efektif begitu”
(Sumber: hasil wawancara ML tanggal, 18 Juni 2020)
Kemudian hasil wawancara dengan Sekretaris Kantor DPM-PTSP
Kota Makassar yang mengatakan bahwa:
“Tidak ada prosedur khusus, Cuma kalau kita liat struktur
yang berjenjang, jika keadaan normal maka koordinasi tidak
bisa langsung ke pimpinan, namun harus melewati tahapan-
tahapan atau prosedur yang ada. Tapi tidak menutup
kemungkinan bisa langsung ke pimpinan jika keadaannya
mendesak”
(Sumber: hasil wawancara dengan AA tanggal, 8 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa proses
komunikasi dilakukan secara langsung apabila memerlukan persetujuan
secara formal seperti surat namun untuk komunikasi yang lebih efektif
dilakukan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp atau yang populer
saat ini untuk meeting menggunakan Zoom. Hal ini tentu tidak bisa
menggunakan secara keseluruhan cara tersebut karena penggunaan
berkas dan tanda tangan tidak sepenuhnya bisa dilakukan secara online.
Dari gambaran tersebut dapat dipahami bahwa informasi dan komunikasi
57
memberikan cara kepada pegawai street level bureaucracy bekerja
maksimal dalam memberikan pelayanan publik.
Kemudian komunikasi juga tidak memiliki prosedur khusus
meskipun struktur yang berjenjang, jika keadaan normal maka koordinasi
tidak bisa langsung ke pimpinan, namun harus melewati tahapan-tahapan
atau prosedur yang ada. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa langsung
ke pimpinan jika keadaannya mendesak.
2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
Kesadaran merupakan sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang
sesuai dengan yang dinyakininya. Kesadaran merupakan hal yang sangat
berkaitan dengan manusia bahkan dengan hal ini lah manusia dapat
dibedakan dengan binatang. Kesadaran pada dasarnya keadaan sadar
bukan merupakan keadaan pasif melainkan suatu proses yang aktif,
kegiatan hakiki pada kesadaran adalah menindak dan mengatakan tidak.
Untuk menelusuri kesadaran pentingnya koordinasi street level
bureaucracy pelayanan IMB kota Makassar maka dilakukan wawancara
dengan informan Pegawai PTSP Mall Panakukang yang mengatakan
bahwa:
“Koordinasi tentu juga memperhatikan apakah ini perlu dilakukan pertemuan atau tidak saya rasa kita tahu apa yang jadi tugas pokok kita kerjakan sesuai prosedur yang kalau tidak maka ini jadi ketahuan kalau misalnya ada yang tidak beres datanya misalnya maka kita akan dapat teguran” (Sumber: hasil wawancara dengan BA tanggal, 10 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
kesadaraan akan pentingnya koordinasi perlu dilakukan jika sejumlah hal
58
yang belum diketahui persis misalnya dalam tugas pokok dan fungsi yang
masih belum terlalu jelas maka perlu dilakukan koordinasi. Selanjutnya
hasil wawancara dengan informan lain yaitu Kepala PTSP Mall
Panakukang yang mengatakan bahwa:
“keperluan koordinasi tentu itu penting karena akan sangat berguna bagi kelancaran pekerjaan seperti menginventarisasi permasalahan-permasalahan pelaksanaan program kegiatan seksi pelayanan perizinan dan non perizinan meliputi izin Prinsipnya itu Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan IMB ya dan Izin Kelayakan Lingkungan atau IKL berdasarkan pelaksanaan kegiatan untuk bahan evaluasi program itu” (Sumber: hasil wawancara AM, tanggal, 12 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa
adanya koordinasi yang dilakukan didasarkan pada adanya kesadaran hal
ini ditandai dengan pentingnya koordinasi saat menginventarisasi
permasalahan-permasalahan pelaksanaan program kegiatan seksi
pelayanan perizinan dan non perizinan meliputi izin Prinsip, Izin Lokasi,
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Kelayakan Lingkungan atau IKL
berdasarkan pelaksanaan kegiatan untuk bahan evaluasi program dan
kegiatan.
3. Kompetensi Partisipan
Peserta forum koordinasi harus berkompeten mengambil
keputusan untuk menjamin kehadiran pejabat yang demikian, harus
ditetapkan kalender pemerintahan (koordinasi) yang diataati sepenuhnya
dari atas ke bawah untuk menelusuri hal ini maka dilakukan wawancara
59
dengan informan Kepala Kantor DPM-PTSP Kota Makassar yang
mengatakan bahwa:
“jadi kompetensi juga diperlukan dalam hal pekerjaan yang memerlukan kemampuan teknis tertentu seksi pelayanan perizinan dan non perizinan berdasarkan lingkup tugas yang ada organisasi agar pelaksanaan kegiatan berkualitas menilai prestasi kerja bawahan seksi pelayanan perizinan dan non perizinan berdasarkan Sasaran kerja pegawai dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir” (Sumber: hasil wawancara dengan JN tanggal, 12 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
kompetensi yang diperlukan untuk pekerjaan teknis mesti menyesuaikan
dengan kebutuhan tugas sebagai contoh pelayanan yang berikan hendak
orang-orang yang mampu mengoprasikan komputer dan aplikasi.
Kompetensi partisipan tidaklah cukup namun akan terus dinilai oleh
pimpinan dan akan menunjang perkembangan karier. Untuk memperoleh
informasi lebih lanjut mengenai kompetensi partisipan ini maka dilakukan
wawancara dengan informan Pegawai PTSP Mall Panakukang yang
mengatakan bahwa:
“perumusan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengawasan, monitoring dan evaluasi yang harus mengerti betul tentang hukum dan manajemen publik hal ini perlu dikuasai namun untuk pelayanan publik itu memerlukan kemampuan memahami aplikasi untuk kompetensi saat ini perencana pertama / perencana muda kurang” (Sumber: hasil wawancara ML tanggal, 19 Juni 2020)
Selanjutnya hasil wawancara informan Pegawai PTSP Mall
Panakukang yang mengatakan bahwa
60
“suara perlu diperjelas saat memberikan penjelasan kepada masyarakat bahkan ada yang memerlukan penjelasan yang berulang-ulang namun kita sudah dibekali dengan pelatihan dan pendidikan sehingga sudah sabar memberikan pelayanan kepada masyarakat” (Sumber: hasil wawancara BA tanggal, 19 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
kompetensi yang dimiliki oleh pegawai misalnya yang melakukan
pengawasan mesti memahami aturan dan hukum dan yang bekerja pada
street level bureaucracy adalah orang yang mengerti manajemen dan
aplikasi dengan latar belakang disiplin ilmu yang sesuai. Kekurangan
struktur pada saat ini adalah jabatan fungsional tertentu. Misalnya
perencana pertama / perencana muda.
4. Kesepakatan dan Komitmen
Kesepakatan dan komitmen harus diagendakan (diprogramkan)
oleh setiap pihak secara institusional (formal). Untuk mengetahui indikator
kesepakatan dan komitmen dalam kaitannya dengan koordinasi maka
dilakukan wawancara dengan Kepala Kantor DPM-PTSP Kota Makassar
yang mengatakan bahwa:
“Kita tentu memiliki komitmen untuk meberikan pelayanan yang baik kepada warga untuk mengurus IMB dengan mendatangi langsung Kantor BPTPM Makassar. Agar terhindar dari calo apalagi pungutan liar (pungli). Jadi saya tegaskan untuk pengurusan penerbitan IMB pribadi atau rumah sendiri itu didapatkan secara gratis. Kecuali IMB perusahaan itu bayar sesuai aturan yang ada” (Sumber: hasil wawancara dengan JN tanggal, 9 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat
dipahami bahwa kesepakatan dan komitmen ditunjukkan dengan jelas
61
bahwa ditekankan untuk menghindari calo apalagi pungutan liar karena
pengurusan IMB rumah itu gratis kecuali IMB perusahaan yang berbayar
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Adapun persyaratan dalam pengurusan IMB yaitu:
a. Foto copy syarat pemilik tanah (dua rangkap) perlihatkan yang asli.
b. Foto copy formulir yang sudah disahkan lurah dan camat.
c. foto copy Pajak Bumi dan Bangunan (dua rangkap 2 tahun terakhir).
d. Foto copy KTP dua rangkap
e. Pas Foto ukuran 3x4 cm sebangak empat lembar (pemohon - pemilik).
f. Foto copy dan keikutsertaan pada BPJS Ketenagakerjaan (bagi Badan
Usaha) dan BPJS Kesehatan.
Selanjutnya hasil wawancara dengan informan Pegawai PTSP Mall
Panakukang yang mengatakan bahwa:
“kami tentu harus memiliki komitmen untuk tidak melayani yang mau diuruskan silahkan itu saja prosedurnya kan jelas jadi kalau ada persyaratan yang tidak lengkap ya kami tidak bisa melanjutkan tidak ada istilah mau bayar” (Sumber: hasil wawancara dengan BA tanggal, 12 Juni 2020)
Ditambahkan lagi hasil wawancara dengan informan Pegawai
PTSP Mall Panakukang yang lain mengatakan bahwa:
“kami menjelaskan terlebih dahulu untuk kelengkapan berkas jadi kalau ada kurang kita minta lengkapi dan ini akan membutuhkan waktu lama bagi masyarakat jika berkas mereka tidak lengkap maka kami memberikan waktu untuk melengkapi namun tetap sesuai dengan aturan dan antrian” (Sumber: hasil wawancara dengan ML tanggal, 12 Juni 2020)
62
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
pegawai street level bureaucracy mengerjakan pekerjaan secara
profesional dan berkomitmen untuk pelayanan yang baik dan
mengesampingkan permintaan-permintaan diluar prosedur yang telah
ditetapkan.
5. Penetapan Kesepakatan
Penetapan kesepakatan yang dilakukan oleh setiap pihak yang
berkoordinasi. Untuk memperoleh penjelasan mengenai hal tersebut maka
dilakukan wawancara dengan informan Sekretaris Kantor DPM-PTSP
Kota Makassar yang mengatakan bahwa:
“kami di DPM-PTSP sebatas administrasi saja kemudian memberikan teguran dalam bentuk surat pernyataan bila ada didapatkan dan itu yang baru kita perlakukan selama saya berada di sini. Mereka mengakui kesalahannya dengan tidak mengurus IMB dari awal dan itu diketahui oleh lurah setempat” (Sumber: hasil wawancara dengan AA tanggal, 10 Juni 2020)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa
kesepakatan dalam penanganan masalah IMB seperti masyarakat yang
tidak membayar IMB akan diberikan teguran dalam bentuk surat hal inilah
yang dapat disepakati bersama tanpa ada sanksi yang mengikuti.
Untuk mengetahui koordinasi yang dilakukan dalam persoalan ini
maka dilakukan wawancara dengan informan Pegawai PTSP Mall
Panakukang yang mengatakan bahwa:
63
“memang kita perlu mengedukasi warga bahwa pengurusan administrasi sudah mudah apalagi kita di DPM-PTSP Makassar menerapkan Online Single Submission jadi koordanasi yang kita lakukan hanya sebatas permasalahan administatif seperti persoalan sistem yang kurang berjalan baik atau masalah jaringan” (Sumber: hasil wawancara dengan ML tanggal, 8 Juni 2020) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa
koordinasi yang dilakukan terkait penetapan kesepakatan pada setiap
proses seperti pada pengurusan administratif tidak ada persoalan hanya
menghadapi masalah teknis seperti masalah jaringan karena pelayanan
DPM-PTSP Makassar telah menerapkan Online Single Submission.
Online Single Submission (OSS) adalah Perizinan Berusaha yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui
sistem elektronik yang terintegrasi.
6. Insentif Koordinasi
Insentif yang dimaksudkan mencakup sasaran dan tindakan
bersama berupa penghargaan umum. Untuk mengetahui pengalaman
masing-masing informan mengenai intensif ini maka dilakukan wawancara
dengan informan Sekretaris Kantor DPM-PTSP Kota Makassar yang
mengemukakan bahwa:
“kalau insentif yang diberikan dalam rapat dalam berupa makanan atau konsumsi untuk menunjung kebutuhan peserta rapat, sudah ada gaji yang diberikan tiap bulannya dan ada pula yang juga diberikan tiap bulannya dan honor rapat juga sudah ada penentuannya”. (Sumber: hasil wawancara dengan AA, tanggal 8 Juni 2020)
64
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
insentif yang berikan pada peserta yang melakukan rapat koordinasi yaitu
dalam bentuk uang dan juga dalam bentuk makanan atau komsumsi guna
memfasilitasi kebutuhan peserta rapat selama waktu rapat berlangsung.
Selanjutnya hasil wawancara dengan informan Pegawai PTSP Mall
Panakukang mengemukakan bahwa:
“jadi insentif dalam rapat diberikan dalam berupa konsumsi yaitu makanan dan minuman kalau yang lain berupa uang ada juga jika rapatnya berlangsung dalam kondisi formal akan diberikan insentif sudah ada penghasilan dari gaji tiap bulan yang diterima hal ini ” (Sumber: hasil wawancara dengan BA, tanggal 13 Juni 2020) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
insentif hanya berupa pemberian konsumsi pada saat rapat berlangsung
yaitu pemberian makan dan minuman. Untuk rapat tertentu memang
membutuhkan insentif agar koordinasi dapat diselenggarakan dengan
baik namun insentif yang diberikan dapat dilihat bervariasi misalnya pada
level pimpinan itu tentu ada insentif lebih berupa uang namun pada level
bawah dengan koordinasi yang ringan maka insentif hanya dalam bentuk
komsumsi hal ini penting untuk menunjang terselenggaranya rapat
dengan baik.
7. Feedback
Sebagai masukan umpan-balik ke dalam proses koordinasi
selanjutnya. Untuk memperoleh gambaran mengenai feedback ini maka
dilakukan wawancara dengan informan Kepala PTSP Mall Panakukang
yang mengatakan bahwa:
65
“masyarakat perlu diedukasi IMB sebenarnya banyak manfaatnya bila kita ingin mengajukan kredit di bank atau misalnya mau jual bangunan atau fungsi lain dapat memudahkan untuk bisa diproses segera. lain halnya jika kita tidak memilik IMB, dan tidak mungkin diberikan izin usaha kalau IMB tidak ada apa lagi kalau tidak sesuai peruntukan yang semestinya” (Sumber: hasil wawancara kepada JN, tanggal 13 Juni 2020) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
terdapat saran yang patut dipertimbangkan mengenai ketidaktaatan orang
dalam mengurus IMB yaitu perlunya dilakukan sosialisasi tentang
manfaatnya mengurus IMB seperti dalam mengajukan kredit di bank atau
dalam menjual bangunan dapat memudahkan untuk bisa diproses. Namun
apabila tidak memilik IMB maka proses tersebut tidak mendapat ijin.
Kemudian dari pandangan masyarakat AS mengemukakan bahwa: “respon mereka itu baik.. karena pas saya datang di pintu gerbang kami langsung di arahkan dengan baik. mereka mengarahkan saya, pelayananya cepat ,tapi untuk sekarang karena jaringan lagi bermasalah jadi surat izin saya belum keluar” (Sumber: hasil wawancara dengan AS, tanggal 10 Juni 2020) Selanjutnya hasil wawancara dengan masyarakat yaitu saudara B
mengemukakan bahwa:
“kesan saya ,saya sangat senang yg tadinya tegang karena takut tidak sesuai yg diharapkan ,tetapi sekarang data saya sudah di input jadi tinggal menunggu surat izinnya keluar walaupun terkendala oleh jaringan yang ini pas katanya terjadi” (Sumber: hasil wawancara dengan B, tanggal 18 Juni 2020) Selanjutnya hasil wawancara dengan masyarakat yaitu MH yang
mengatakan bahwa:
66
“Komunikasi seperti biasa. Mereka bertanya keperluan saya. Cara berbicaranya pun ramah. respon mereka itu bagus, mereka disana menyammbut kedatangan saya dan pengunjung yang lain. Mereka mengarahkan saya untuk apa-apa saya yang harus saya lakukan, kesan saya dengan pelayanannya saya merasa cukup puas, karena tidak merasa diabaikan, sarannya itu agar pelayanan dari pegawainya lebih di tingkatkan, lebih gesit dalam mengurus keperluar-keperluan masyarakat” (Sumber: hasil wawancara dengan MH, tanggal 13 Juni 2020) Berdasarkan rangkaian wawancara di atas dapat dipahami bahwa
terdapat pujian untuk pelayanan street level bereaucracy yaitu keramahan
dan respon yang baik namun masalah jaringan menjadi kendala dan perlu
perbaikan dalam hal tersebut selain itu ada tuntutan masyarakat agar
pegawai semakin gesit dalam bekerja agar dapat melayani masyarakat
dengan cepat sehingga pelayanan yang diberikan dapat menjadi
pelayanan prima.
Secara keseluruhan pelaksanaan Koordinasi Street-level
bureaucracy dalam pelayanan IMB Kota Makassar berjalan dengan baik
hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sejumlah aspek
yaitu Informasi, Komunikasi, dan Teknologi Informasi menunjukkan bahwa
dalam menajemen informasi pelayanan perlu diperkuat dengan aplikasi
computer telephony integration yang terintegarasi dalam pelayanan IMB.
Kebutuhan informasi berupa syarat, prosedur, status pengurusan
dan biaya akhir IMB terintegarasi pada data yang terkait dengan
kementerian lainnya salah satunya yaitu Sistem Informasi Manajemen
Bangunan Gedung (SIMBG).
67
Proses komunikasi dilakukan secara langsung apabila memerlukan
persetujuan secara formal seperti surat namun untuk komunikasi yang
lebih efektif dilakukan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp atau yang
populer saat ini untuk meeting menggunakan Zoom. Hal ini tentu tidak
bisa menggunakan secara keseluruhan cara tersebut karena penggunaan
berkas dan tanda tangan tidak sepenuhnya bisa dilakukan secara online.
Dari gambaran tersebut dapat dipahami bahwa informasi dan komunikasi
memberikan cara kepada pegawai street level bureaucracy bekerja
maksimal dalam memberikan pelayanan publik. Kemudian komunikasi
juga tidak memiliki prosedur khusus meskipun struktur yang berjenjang,
jika keadaan normal maka koordinasi tidak bisa langsung ke pimpinan,
namun harus melewati tahapan-tahapan atau prosedur yang ada. Tapi
tidak menutup kemungkinan bisa langsung ke pimpinan jika keadaannya
mendesak.
Pada aspek Kesadaran Pentingnya Koordinasi menujukkan bahwa
kesadaraan akan pentingnya koordinasi perlu dilakukan jika sejumlah hal
yang belum diketahui persis misalnya dalam tugas pokok dan fungsi yang
masih belum terlalu jelas maka perlu dilakukan koordinasi. Adanya
koordinasi yang dilakukan didasarkan pada adanya kesadaran hal ini
ditandai dengan pentingnya koordinasi saat menginventarisasi
permasalahan-permasalahan pelaksanaan program kegiatan seksi
pelayanan perizinan dan non perizinan meliputi izin Prinsip, Izin Lokasi,
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Kelayakan Lingkungan atau IKL
68
berdasarkan pelaksanaan kegiatan untuk bahan evaluasi program dan
kegiatan.
Pada aspek kompetensi partisipan menunjukkan bahwa
kompetensi yang diperlukan untuk pekerjaan teknis mesti menyesuaikan
dengan kebutuhan tugas sebagai contoh pelayanan yang berikan hendak
orang-orang yang mampu mengoprasikan komputer dan aplikasi.
Kompetensi partisipan tidaklah cukup namun akan terus dinilai oleh
pimpinan dan akan menunjang perkembangan karier.
Kompetensi yang dimiliki oleh pegawai misalnya yang melakukan
pengawasan mesti memahami aturan dan hukum dan yang bekerja pada
street level bureaucracy adalah orang yang mengerti manajemen dan
aplikasi dengan latar belakang disiplin ilmu yang sesuai. Kekurangan
struktur pada saat ini adalah jabatan fungsional tertentu misalnya
perencana pertama / perencana muda.
Pada aspek kesepakatan dan komitmen menunjukkan bahwa
kesepakatan dan komitmen ditunjukkan dengan jelas bahwa ditekankan
untuk menghindari calo apalagi pungutan liar karena pengurusan IMB
rumah itu gratis kecuali IMB perusahaan yang berbayar sesuai dengan
aturan yang berlaku. Pegawai street level bureaucracy mengerjakan
pekerjaan secara profesional dan berkomitmen untuk pelayanan yang baik
dan mengesampingkan permintaan-permintaan diluar prosedur yang telah
ditetapkan.
69
Pada aspek penetapan kesepakatan menunjukkan bahwa
kesepakatan dalam penanganan masalah IMB seperti masyarakat yang
tidak membayar IMB akan diberikan teguran dalam bentuk surat hal inilah
yang dapat disepakati bersama tanpa ada sanksi yang mengikuti.
Koordinasi yang dilakukan terkait penetapan kesepakatan pada setiap
proses seperti pada pengurusan administratif tidak ada persoalan hanya
menghadapi masalah teknis seperti masalah jaringan karena pelayanan
DPM-PTSP Makassar telah menerapkan Online Single Submission.
Online Single Submission (OSS) adalah Perizinan Berusaha yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui
sistem elektronik yang terintegrasi.
Pada aspek insentif koordinasi menujukkan bahwa insentif yang
berikan pada peserta yang melakukan rapat koordinasi yaitu dalam bentuk
uang dan juga dalam bentuk makanan atau komsumsi guna memfasilitasi
kebutuhan peserta rapat selama waktu rapat berlangsung. Insentif hanya
berupa pemberian konsumsi pada saat rapat berlangsung yaitu pemberian
makan dan minuman. Untuk rapat tertentu memang membutuhkan insentif
agar koordinasi dapat diselenggarakan dengan baik namun insentif yang
diberikan dapat dilihat bervariasi misalnya pada level pimpinan itu tentu
ada insentif lebih berupa uang namun pada level bawah dengan
koordinasi yang ringan maka insentif hanya dalam bentuk komsumsi hal
ini penting untuk menunjang terselenggaranya rapat dengan baik.
70
Pada aspek feedback menunjukkan bahwa terdapat saran yang
patut dipertimbangkan mengenai ketidaktaatan orang dalam mengurus
IMB yaitu perlunya dilakukan sosialisasi tentang manfaatnya mengurus
IMB seperti dalam mengajukan kredit di bank atau dalam menjual
bangunan dapat memudahkan untuk bisa diproses. Namun apabila tidak
memilik IMB maka proses tersebut tidak mendapat ijin. Terdapat pujian
untuk pelayanan street level bereaucracy yaitu keramahan dan respon
yang baik namun masalah jaringan menjadi kendala dan perlu perbaikan
dalam hal tersebut selain itu ada tuntutan masyarakat agar pegawai
semakin gesit dalam bekerja melayani masyarakat.
Kualitas layanan untuk menghasilkan pelayanan prima bagai
pengawai perlu ditingkatkan terutama dalam hal efektivitas waktu yang
digunakan street level bereaucracy yang masih dinilai lambat sehingga
pelayanan prima masih belum terjangkau dimana syarat pelayanan prima
adalah keramahan, Sikap Bersahabat, Pelayanan yang cepat dan
memuaskan, Informasi yang tepat, jelas dan akurat belum semuanya
terpenuhi secara maksimal.
Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu penelitian Oktariyanda dkk
(2013) kualitas pelayanan publik IMB belum optimal karena seperti SDM
dan sarana prasarana belum maksimal dan pada penelitian. Kemudian
penelitian Sahuri & Wardhani (2016) menjelaskan bahwa salah satu
koordinasi yang belum berjalan optimal adalah salah satu yang
menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap kejelasan informasi.
71
Sementara pada penelitian tidak terdapat pemasalahan seperti penelitian
terdahulu karena pengurusan administratif tidak ada persoalan hanya
menghadapi masalah teknis yang sifatnya jarang terjadi seperti masalah
jaringan karena pelayanan DPM-PTSP Makassar telah menerapkan
Online Single Submission sehingga memudahkan pelayanan.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Koordinasi Street-level bureaucracy dalam pelayanan IMB Kota
Makassar berjalan dengan baik Proses komunikasi dilakukan secara
langsung apabila memerlukan persetujuan secara formal seperti surat
namun untuk komunikasi yang lebih efektif dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Whatsapp atau yang populer saat ini untuk meeting
menggunakan Zoom. Hal ini tentu tidak bisa menggunakan secara
keseluruhan cara tersebut karena penggunaan berkas dan tanda tangan
tidak sepenuhnya bisa dilakukan secara online. Dari gambaran tersebut
dapat dipahami bahwa informasi dan komunikasi memberikan cara
kepada pegawai street level bureaucracy bekerja maksimal dalam
memberikan pelayanan publik. Adanya koordinasi yang dilakukan
didasarkan pada adanya kesadaran hal ini ditandai dengan pentingnya
koordinasi saat menginventarisasi permasalahan-permasalahan
pelaksanaan program. yang bekerja pada street level bureaucracy adalah
orang yang mengerti manajemen dan aplikasi dengan latar belakang
disiplin ilmu yang sesuai. Kekurangan struktur pada saat ini adalah
jabatan fungsional tertentu misalnya perencana pertama / perencana
muda. Koordinasi yang dilakukan terkait penetapan kesepakatan pada
setiap proses seperti pada pengurusan administratif tidak ada persoalan
hanya menghadapi masalah teknis seperti masalah jaringan karena
72
73
pelayanan DPM-PTSP Makassar telah menerapkan Online Single
Submission. Untuk rapat tertentu memang membutuhkan insentif agar
koordinasi dapat diselenggarakan dengan baik Terdapat pujian untuk
pelayanan street level bereaucracy yaitu keramahan dan respon yang baik
namun masalah jaringan menjadi kendala dan perlu perbaikan dalam hal
tersebut selain itu ada tuntutan masyarakat agar pegawai semakin gesit.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Diperlukan rekuruitmen pegawai terutama setelah mengetahui
kekurangan struktur pada saat ini adalah jabatan fungsional tertentu
misalnya perencana pertama / perencana muda.
2. Peningkatan kapasitas jaringan perlu diperbaiki agar semakin
meningkatkan kualitas pelayanan meskipun koordinasi bagus namun
apabila kendala teknis menganggu akan menurunkan kualitas
layanan.
3. Pelatihan pengawai street level bureaucracy perlu menekan
pelayanan publik yang prima agar pelayanan yang lambat dapat
dimonitoring maka perlu pengawasan melalui alat seperti CCTV dan
tombol penilaian pelayanan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Baleke. (2016). Implementasi Kebijakan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten Nunukan. Tesis. Universitas Terbuka
Cahyadi, R. (2013). Street Level Birokrasi, Kinerja dan Idealitas
Pelayanan Publik. Paper dalam http://fisip. unila. ac. id/jurnal/files/journals/3/articles/37/submission/review/37-113-1-RV. doc.
Efridawati, E., & Nasution, M. A. (2013). Studi Kebijakan Pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan. Publikauma: Jurnal Administrasi Publik Universitas Medan Area, 1(1).
Hutuely, dkk. (2013). Diskresi Dalam Implementasi Kebijakan Alokasi
Dana Desa Di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal, http://pasca.unhas.ac.id. Diakses tanggal 12 Oktober 2016.
Koontz, H., & O’Donnel, C. (1985). Manajemen Personalia. Jakarta:
Ghalia Indonesia. Lipsky, Michael. (1980). Street–Level Bureaucracy, Russel Sage
Foundation, New York Manullang, M. (2009). Dasar-Dasar Manajemen, Cetakan ke XXI. Gajah
Mada University Press Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset, Bandung. Monoarfa, H. (2012). Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan
publik: Suatu tinjauan kinerja lembaga pemerintahan. Jurnal Pelangi Ilmu, 5(01).
Ndraha, Taliziduhu. (2003). Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru).
Jakarta: Rineka Cipta. Nurdiansyah, W. 2013. Akuntabilitas Pelayanan Publik (Studi Kasus :
Pembuatan Paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Makassar). Tesis, Universitas Hasanuddin.
Nurmandi, Achmad. (2010). Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Sinergi Visi Utama.
74
75
Oktariyanda, T. A., Zauhar, S., & Rochmah, S. (2013). Pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam Mencapai Kualitas Pelayanan
Publik yang Optimal. Wacana Vol. 16 No.4.
https://www.neliti.com/id/publications/40089/ pelayanan-izin-
mendirikan-bangunan-imb-dalam-mencapai-kualitas-pelayanan-
publik. 27 Agustus 2020
Pasolong, Harbani. (2007). Teori Administrasi Publik. Bandung; Alfabeta. Putri, Shinta Rayana Kartika. (2015). Studi Deskriptif Kualitas Pelayanan
dan Faktor-Faktor Determinan Kualitas Pelayanan Dalam Penanganan Keluhan Di Media Center Pemerintah Kota Surabaya. Kebijakan dan Manajemen Publik, Volume 3, Nomor 2.
Ramadani, I. R. (2017). Koordinasi Dalam Pembangunan Infrastruktur
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Oleh Pt Swakarsa Sinar Sentosa Di Desa Muara Wahau Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1.
Rohman, S. (2017). Koordinasi Camat Dengan Kepala Desa Dalam
Pembangunan Infrastruktur Di Desa Wanasari Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 3.
Rusnani, Sitti. (2013). Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Publik Di
Kantor Kelurahan Handil Bakti Kecamatan Palaran Kota Samarinda. eJournal Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 2, 365-379.
Saggaf, S., Salam, R., Kahar, F., & Akib, H. (2014). Pelayanan Fungsi
Administrasi Perkantoran Modern. Jurnal Ad'ministrare, 1(1), 20-27. Sahuri, C., & Wardhani, N. E. W. K. (2016). Koordinasi Dinas Pendapatan
Daerah Kota Pekanbaru dan Dinas Tata Ruang dan Bangunan
Kota Pekanbaru dalam Menangani Pajak Reklame di Kota
Pekanbaru. Tesis. Universitas Riau
Sinambela, L. P. (2006). Reformasi pelayanan publik: teori, Kebijakan dan implementasi. Katalog Perpustakaan Badan PPSDMK Kemenkes RI.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta.
67
76
Takumansang, C. M. (2013). Implemtasi Kebijakan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado. Acta Diurna Komunikasi, s2(4).
Triana, M. (2017). Pengaruh koordinasi vertikal dan horizonatal terhadap
optimalisasi penerimaan retribusi izin mendirikan bangungan di
Kecamatan Pelabuhan Ratu Sukabumi. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Zulkarnaen, I., Hidayat, M. T., & Nursahidin, N. (2013). Pengaruh
Koordinasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Cirebon. Jurnal Ilmiah Publika, 1(2).
77
LAMPIRAN
78
PEDOMAN WAWANCARA
“KOORDINASI STREET LEVEL BUREAUCRACY DALAM PELAYANAN
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MAKASSAR”
Data yang dibutuhkan Keterangan
Profil Dinas Penanaman Modal Dan PTSP Kota Makassar
Tugas pokok dan fungsi, keadaan SDM, Sarana Prasarana, Visi Misi, struktur, keadaan pegawai, Struktur, dll
PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan untuk informan Dinas PMPTPS
1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai struktur organisasi saat ini
?
2. Apakah ada kekurangan pada struktur yang ada saat ini ?
3. Menurut bapak/ibu apakah struktur organisasi ini sudah mewakili
tugas dan fungsi semua pegawai ?
4. Bagaimana koordinasi dalam pekerjaan yang bapak/ibu lakukan ?
5. Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan
pimpinan ?
6. Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan
rekan kerja ?
7. Apa saja kendala dalam melakukan koordinasi baik dengan
pimpinan maupun rekan kerja ?
8. Apakah ada insentif dalam melakukan koordinasi rapat yang
bapak/ibu lakukan secara internal organisasi ?
9. Bagaimana bentuk insentif yang berikan ?
10. Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari
pimpinan ?
79
11. Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari rekan
kerja ?
12. Bagaimana bapak/ibu melihat budaya kerja dalam organisasi ini ?
13. Apa hal yang bapak/ibu anggap berkesan setiap melakukan
koordinasi dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
14. Apa ada cara unik dan menarik setiap koordinasi dilakukan antar
pimpinan, bagian atau rekan kerja ?
15. Apa saran bapak/ibu dalam setiap pelaksanaan koordinasi di kantor
bapak/ibu ?
Informan Masyarakat
1) Apakah bapak/ibu rasakan saat berkunjung di Kantor ini?
2) Bagaimana bentuk pelayanan pegawai dalam pengurusan Izin ?
3) Bagaimana bapak/ibu berkomunikasi dengan pegawai ?
4) Bagaimana respon mereka terhadap kedatangan bapak/ibu ?
5) Apakah pegawai memberikan arahan mengenai kebutuhan bapak
ibu datang terkait pelayanan Perizinan ?
6) Apakah pegawai melayani Anda dengan cepat ?
7) Apa kesan bapak/ibu setelah dilayani pegawai?
8) Apakah saran bapak/ibu mengenai pelayanan pegawai?
80
TRANSKIP WAWANCARA
Judul Penelitian : Koordinasi Street Level Bureaucracy dalam Pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan Kota Makassar
Hasil Wawancara
Narasumber 1
Nama / Inisial : JN
Jabatan : Kepala Kantor DPM-PTSP Kota Makassar
1 Peneliti
Bagaimana tanggapan bapak mengenai struktur organisasi saat ini ?
Narasumber Struktur organisasinya saya rasa sudah bagus
2
Peneliti Apakah ada kekurangan pada struktur yang ada saat ini ?
Narasumber
Kekurangan srtuktur pada saat ini adalah jabatan fungsional tertentu. Misalnya perencana pertama / perencana muda
3
Peneliti Menurut bapak/ibu apakah struktur organisasi ini sudah mewakili tugas dan fungsi semua pegawai ?
Narasumber
Sudah mewakili, namun kompetensi juga diperlukan dalam hal pekerjaan yang memerlukan kemampuan teknis tertentu seksi pelayanan perizinan dan non perizinan berdasarkan lingkup tugas yang ada organisasi agar pelaksanaan kegiatan berkualitas menilai prestasi kerja bawahan seksi pelayanan perizinan dan non perizinan berdasarkan Sasaran kerja pegawai dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir
4 Peneliti Bagaimana koordinasi dalam pekerjaan yang bapak/ibu lakukan ?
Narasumber Lancar-lancar saja
5
Peneliti Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan pimpinan ?
Narasumber Tidak ada prosedur khusus, jika keadaan normal maka koordinasi sesuai aruran, tidak bisa langsung ke pimpinan, namun harus melewati prosedur yang ada.
6 Peneliti
Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan rekan kerja ?
Narasumber Tidak ada prosedur khusus
7 Peneliti
Apa saja kendala dalam melakukan koordinasi baik dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber Tidak ada kendala berarti
8
Peneliti Apakah ada insentif dalam melakukan koordinasi rapat yang bapak/ibu lakukan secara internal organisasi ?
Narasumber
Kalau secara internal tidak ada, tapi jika secara eksternal, keluar maka ada intensifnya (misalnya uang transfer)
81
9 Peneliti Bagaimana bentuk insentif yang berikan ?
Narasumber Dalam bentuk uang transfer atau biaya perjalanan dinas
10 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari pimpinan ?
Narasumber Tidak ada intervensi sama sekali dari pimpinan
11 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari rekan kerja ?
Narasumber Kalau sya liat selama ini tidak ada, kita bekerja secra profesional
12
Peneliti Bagaimana bapak/ibu melihat budaya kerja dalam organisasi ini ?
Narasumber
Budaya kerjanya saya liat semakin hari semakin baik, dan semoga kedepannya bisa lebih ditingkatkan lagi
13
Peneliti Apa hal yang bapak/ibu anggap berkesan setiap melakukan koordinasi dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber
Kerja sama dari semua unsur, karena kerja samanya ini sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik
14
Peneliti Apa ada cara unik dan menarik setiap koordinasi dilakukan antar pimpinan, bagian atau rekan kerja ?
Narasumber
Kita tentu memiliki komitmen untuk meberikan pelayanan yang baik kepada warga untuk mengurus IMB dengan mendatangi langsung Kantor BPTPM Makassar. Agar terhindar dari calo apalagi pungutan liar (pungli). Jadi saya tegaskan untuk pengurusan penerbitan IMB pribadi atau rumah sendiri itu didapatkan secara gratis. Kecuali IMB perusahaan itu bayar sesuai aturan yang ada
15
Peneliti Apa saran bapak/ibu dalam setiap pelaksanaan koordinasi di kantor bapak/ibu ?
Narasumber
masyarakat perlu diedukasi IMB sebenarnya banyak manfaatnya bila kita ingin mengajukan kredit di bank atau misalnya mau jual bangunan atau fungsi lain dapat memudahkan untuk bisa diproses segera. lain halnya jika kita tidak memilik IMB, dan tidak mungkin diberikan izin usaha kalau IMB tidak ada apa lagi kalau tidak sesuai peruntukan yang semestinya
Narasumber 2
Nama / Inisial : AA
Jabatan : Sekretaris Kantor DPM-PTSP Kota Makassar
1
Peneliti Bagaimana tanggapan bapak mengenai struktur organisasi saat ini ?
Narasumber
Struktut organisasi saat ini sudah baik, walaupun masih ada beberapa bagian yang harus di tambhakan.
82
2 Peneliti Apakah ada kekurangan pada struktur yang ada saat ini ?
Narasumber Ada beberapa untuk jabatan fungsional
3 Peneliti
Menurut bapak/ibu apakah struktur organisasi ini sudah mewakili tugas dan fungsi semua pegawai ?
Narasumber Iya, saya rasa sudah mewakili
4 Peneliti Bagaimana koordinasi dalam pekerjaan yang bapak/ibu lakukan ?
Narasumber Kalau koordinasi saat ini sudah berjalan dengan baik
5
Peneliti Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan pimpinan ?
Narasumber
Tidak ada prosedur khusus, Cuma kalau kita liat struktur yang berjenjang, jika keadaan normal maka koordinasi tidak bisa langsung ke pimpinan, namun harus melewati tahapan-tahapan atau prosedur yang ada. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa langsung ke pimpinan jika keadaannya mendesak
6 Peneliti
Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan rekan kerja ?
Narasumber
Tidak ada prosedur khususnya, semuanya harus sesuai dengan aturan
7 Peneliti
Apa saja kendala dalam melakukan koordinasi baik dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber selama ini koordinasi berjalan lancar
8 Peneliti
Apakah ada insentif dalam melakukan koordinasi rapat yang bapak/ibu lakukan secara internal organisasi ?
Narasumber Ada
9
Peneliti Bagaimana bentuk insentif yang berikan ?
Narasumber
kalau insentif yang diberikan dalam rapat dalam berupa makanan atau konsumsi untuk menunjung kebutuhan peserta rapat, sudah ada gaji yang diberikan tiap bulannya dan ada pula yang juga diberikan tiap bulannya dan honor rapat juga sudah ada penentuannya
10 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari pimpinan ?
Narasumber Tidak ada intervensi sama sekali
11
Peneliti Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari rekan kerja ?
Narasumber
kami di DPM-PTSP sebatas administrasi saja kemudian memberikan teguran dalam bentuk surat pernyataan bila ada didapatkan dan itu yang baru kita perlakukan selama saya berada di sini. Mereka mengakui kesalahannya dengan tidak mengurus IMB dari awal dan itu diketahui oleh lurah setempat
12 Peneliti Bagaimana bapak/ibu melihat budaya kerja dalam organisasi ini ?
83
Narasumber Kalau saya liat sudah berjalan dengan baik
13 Peneliti
Apa hal yang bapak/ibu anggap berkesan setiap melakukan koordinasi dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber Kerjasamanya pada setiap bidang
14
Peneliti Apa ada cara unik dan menarik setiap koordinasi dilakukan antar pimpinan, bagian atau rekan kerja ?
Narasumber
agar pelayanan lebih dapat dimaksimalkan yang bertujuan untuk memuaskan masyarakat guna pengurusan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan. Salah satu solusi yang penulis tawarkan adalah dengan pembuatan sebuah aplikasi yang berbasis computer telephone integration yang terintegarasi dalam pelayanan IMB
15 Peneliti
Apa saran bapak/ibu dalam setiap pelaksanaan koordinasi di kantor bapak/ibu ?
Narasumber
Sarannya untuk setiap koordinasi dilakukan sesuai dengan bidangnya
Narasumber 3
Nama / Inisial : AM
Jabatan : Kepala PTSP Mall Panakukang
1 Peneliti
Bagaimana tanggapan bapak mengenai struktur organisasi saat ini ?
Narasumber Struktut organisasi saat ini sudah cukup bagus sara rasa
2
Peneliti Apakah ada kekurangan pada struktur yang ada saat ini ?
Narasumber
Ada beberapa yang kurang, yang saya rasa harus segera diisi, tapi sampai saat ini pekerjaan masih berjalan lancar
3 Peneliti
Menurut bapak/ibu apakah struktur organisasi ini sudah mewakili tugas dan fungsi semua pegawai ?
Narasumber Iya,
4
Peneliti Bagaimana koordinasi dalam pekerjaan yang bapak/ibu lakukan ?
Narasumber
Seperti yang saya katakana tadi, semuanya masih berjalan dengan lancar
5 Peneliti
Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan pimpinan ?
84
Narasumber
keperluan koordinasi tentu itu penting karena akan sangat berguna bagi kelancaran pekerjaan seperti menginventarisasi permasalahan-permasalahan pelaksanaan program kegiatan seksi pelayanan perizinan dan non perizinan meliputi izin Prinsipnya itu Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan IMB ya dan Izin Kelayakan Lingkungan atau IKL berdasarkan pelaksanaan kegiatan untuk bahan evaluasi program itu
6 Peneliti
Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan rekan kerja ?
Narasumber Tidak ada prosedur khususnya
7 Peneliti
Apa saja kendala dalam melakukan koordinasi baik dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber selama ini koordinasi berjalan lancar
8 Peneliti
Apakah ada insentif dalam melakukan koordinasi rapat yang bapak/ibu lakukan secara internal organisasi ?
Narasumber Ada
9 Peneliti Bagaimana bentuk insentif yang berikan ?
Narasumber Biasanya dalam bentuk makanan, ataupun uang transportasi
10 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari pimpinan ?
Narasumber Tidak ada hal seperti itu
11
Peneliti Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari rekan kerja ?
Narasumber
Ini juga tidak ada, pokoknya semua berjalan dan bekerja sesuai dengan porsinya masing-masing
12
Peneliti Bagaimana bapak/ibu melihat budaya kerja dalam organisasi ini ?
Narasumber
Selama saya bekerja disini, saya rasa semuanya berjalan dengan baik
13
Peneliti Apa hal yang bapak/ibu anggap berkesan setiap melakukan koordinasi dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber
Yang berkesan yah,,, mungkin kita bekerja dengan penuh tanggung jawab, masing-masing tahu apa yang harus dilakukan
14
Peneliti Apa ada cara unik dan menarik setiap koordinasi dilakukan antar pimpinan, bagian atau rekan kerja ?
Narasumber Sebenarnya tidak ada cara unik, hanya saja kita lakukan dengan tanpa beban dan tentunya dalam melaksanakan tugas tidak ada tekanan yang berarti, jadi dilakukan senyaman mungkin
15 Peneliti
Apa saran bapak/ibu dalam setiap pelaksanaan koordinasi di kantor bapak/ibu ?
Narasumber Saran saya tetap kompaklah
85
Narasumber 4
Nama / Inisial : ML
Jabatan : Pegawai PTSP Mall Panakukang
1
Peneliti Bagaimana tanggapan bapak mengenai struktur organisasi saat ini ?
Narasumber
Kalau ditanya soal struktur organisasinya, kalau saya menurutku sudah bagus
2
Peneliti Apakah ada kekurangan pada struktur yang ada saat ini ?
Narasumber
perumusan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengawasan, monitoring dan evaluasi yang harus mengerti betul tentang hukum dan manajemen publik hal ini perlu dikuasai namun untuk pelayanan publik itu memerlukan kemampuan memahami aplikasi untuk kompetensi saat ini perencana pertama / perencana muda kurang
3 Peneliti
Menurut bapak/ibu apakah struktur organisasi ini sudah mewakili tugas dan fungsi semua pegawai ?
Narasumber Iya,
4
Peneliti Bagaimana koordinasi dalam pekerjaan yang bapak/ibu lakukan ?
Narasumber
kita ini berkomunikasi secara langsung ada juga secara formal surat, namun sekarang lebihnya via Zoom atau kita komunikasi WA terlebih dahulu, jadi komunikasinya misalnya saat ada operasi maka kita ini di pront line yang menindaklanjuti secara lebih efektif begitu
5
Peneliti Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan pimpinan ?
Narasumber
Saya rasa tidak, intinya koordinasi dengan pimpinanan dilakukan sesuai dengan jalurya
6 Peneliti
Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan rekan kerja ?
Narasumber Ini juga tidak ada
7
Peneliti Apa saja kendala dalam melakukan koordinasi baik dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber
Mungkin ada beberapa, tapi bisa diselesaikan dengan cepat tanpa harus mengganggu kerja kami.
8 Peneliti
Apakah ada insentif dalam melakukan koordinasi rapat yang bapak/ibu lakukan secara internal organisasi ?
Narasumber Ada
9 Peneliti Bagaimana bentuk insentif yang berikan ?
Narasumber uang transportasi biasanya
10 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari pimpinan ?
Narasumber Tidak ada
86
11 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari rekan kerja ?
Narasumber Selama ini kami bekerja sama dengan baik
12 Peneliti Bagaimana bapak/ibu melihat budaya kerja dalam organisasi ini ?
Narasumber Saya rasa baik-baik saja
13 Peneliti
Apa hal yang bapak/ibu anggap berkesan setiap melakukan koordinasi dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber Kesadaran akan tugas masing-masing
14
Peneliti Apa ada cara unik dan menarik setiap koordinasi dilakukan antar pimpinan, bagian atau rekan kerja ?
Narasumber
kami menjelaskan terlebih dahulu untuk kelengkapan berkas jadi kalau ada kurang kita minta lengkapi dan ini akan membutuhkan waktu lama bagi masyarakat jika berkas mereka tidak lengkap maka kami memberikan waktu untuk melengkapi namun tetap sesuai dengan aturan dan antrian. Dan juga memang kita perlu mengedukasi warga bahwa pengurusan administrasi sudah mudah apalagi kita di DPM-PTSP Makassar menerapkan Online Single Submission jadi koordanasi yang kita lakukan hanya sebatas permasalahan administatif seperti persoalan sistem yang kurang berjalan baik atau masalah jaringan
15
Peneliti Apa saran bapak/ibu dalam setiap pelaksanaan koordinasi di kantor bapak/ibu ?
Narasumber
Lebih tingkatkan kualitas kerja saja, agar semua penerima layanan merasa puas.
Narasumber 5
Nama / Inisial : BA
Jabatan : Pegawai PTSP Mall Panakukang
1 Peneliti
Bagaimana tanggapan bapak mengenai struktur organisasi saat ini ?
Narasumber Strukturnya sudah bagus
2
Peneliti Apakah ada kekurangan pada struktur yang ada saat ini ?
Narasumber
Ada beberapa yang kurang, yang saya rasa harus segera diisi, tapi sampai saat ini pekerjaan masih berjalan lancar
3 Peneliti
Menurut bapak/ibu apakah struktur organisasi ini sudah mewakili tugas dan fungsi semua pegawai ?
Narasumber Iya,
4 Peneliti Bagaimana koordinasi dalam pekerjaan yang bapak/ibu lakukan ?
87
Narasumber
Koordinasi tentu juga memperhatikan apakah ini perlu dilakukan pertemuan atau tidak saya rasa kita tahu apa yang jadi tugas pokok kita kerjakan sesuai prosedur yang kalau tidak maka ini jadi ketahuan kalau misalnya ada yang tidak beres datanya misalnya maka kita akan dapat teguran
5 Peneliti
Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan pimpinan ?
Narasumber Sesuai dengan aturan
6
Peneliti Apakah ada prosedur khusus dalam melakukan koordinasi dengan rekan kerja ?
Narasumber
analisis yang digunakan adalah analisis kebutuhan pemohon IMB yaitu kebutuhan akan informasi syarat, prosedur, status pengurusan dan biaya akhir IMB dan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) sudah mengembangkan pengajuan IMB secara online yang dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) dan semuanya dilakukan melalui OSS
7 Peneliti
Apa saja kendala dalam melakukan koordinasi baik dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
Narasumber Saya rasa lancar-lancar saja
8 Peneliti
Apakah ada insentif dalam melakukan koordinasi rapat yang bapak/ibu lakukan secara internal organisasi ?
Narasumber Ada
9
Peneliti Bagaimana bentuk insentif yang berikan ?
Narasumber
jadi insentif dalam rapat diberikan dalam berupa konsumsi yaitu makanan dan minuman kalau yang lain berupa uang ada juga jika rapatnya berlangsung dalam kondisi formal akan diberikan insentif sudah ada penghasilan dari gaji tiap bulan yang diterima hal ini
10 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari pimpinan ?
Narasumber Tidak ada
11 Peneliti
Apakah dalam koordinasi yang dilakukan ada intervensi dari rekan kerja ?
Narasumber Tidak
12
Peneliti Bagaimana bapak/ibu melihat budaya kerja dalam organisasi ini ?
Narasumber
suara perlu diperjelas saat memberikan penjelasan kepada masyarakat bahkan ada yang memerlukan penjelasan yang berulang-ulang namun kita sudah dibekali dengan pelatihan dan pendidikan sehingga sudah sabar memberikan pelayanan kepada masyarakat
13 Peneliti
Apa hal yang bapak/ibu anggap berkesan setiap melakukan koordinasi dengan pimpinan maupun rekan kerja ?
88
Narasumber
Yang berkesan ini adalah kesadaran kita sesame rekan kerja, apabila ada yang memerlukan bantuan, dan kami bisa membantu yah, kita kerjakan bersama, selama itu tidak mengganggu tugas pokok kami.
14
Peneliti Apa ada cara unik dan menarik setiap koordinasi dilakukan antar pimpinan, bagian atau rekan kerja ?
Narasumber
kami tentu harus memiliki komitmen untuk tidak melayani yang mau diuruskan silahkan itu saja prosedurnya kan jelas jadi kalau ada persyaratan yang tidak lengkap ya kami tidak bisa melanjutkan tidak ada istilah mau bayar
15 Peneliti
Apa saran bapak/ibu dalam setiap pelaksanaan koordinasi di kantor bapak/ibu ?
Narasumber Tetap bekerja dengan baik
Narasumber 6
Nama / Inisial : AS
Jabatan : Masyararakat Penerima Layanan
1 Peneliti Apakah bapak/ibu rasakan saat berkunjung di Kantor ini?
Narasumber Tegang takut urusannya tidak berjalan sesuai yg diharapkan
2 Peneliti Bagaimana bentuk pelayanan pegawai dalam pengurusan Izin ?
Narasumber pelayanannya baik,kita di pandu sesuai apa yg di inginkan
3 Peneliti Bagaimana bapak/ibu berkomunikasi dengan pegawai ?
Narasumber kalau dari segi komunikasi pegawai di kantor ini ramah ,santun .
4
Peneliti Bagaimana respon mereka terhadap kedatangan bapak/ibu ?
Narasumber
respon mereka itu baik.. karena pas saya datang di pintu gerbang kami langsung di arahkan dengan baik. mereka mengarahkan saya, pelayananya cepat ,tapi untuk sekarang karena jaringan lagi bermasalah jadi surat izin saya belum keluar
5 Peneliti
Apakah pegawai memberikan arahan mengenai kebutuhan bapak ibu datang terkait pelayanan Perizinan ?
Narasumber ya, mereka mengarahkan saya
6
Peneliti Apakah pegawai melayani Anda dengan cepat ?
Narasumber
pelayananya cepat ,tapi untuk sekarang karena jaringan lagi bermasalah jadi surat izin saya belum keluar
7
Peneliti Apa kesan bapak/ibu setelah dilayani pegawai?
Narasumber
kesan saya ,saya sangat senang yg tadinya tegang karena takut tidak sesuai yg diharapkan ,tetapi sekarang data saya sudah di input jadi tinggal menunggu surat izinnya keluar walaupun terkendala oleh jaringan
8 Peneliti Apakah saran bapak/ibu mengenai pelayanan pegawai?
89
Narasumber Pesan saya yaitu seharunya untuk kedepan Pelayanan harus di percepat lagi. Kan proses pembuatan surat izin itu min 3hari. ,jadi saran saya itu lebih di percepat
Narasumber 7
Nama / Inisial : B
Jabatan : Masyarakat Penerima Layanan
1
Peneliti Apakah bapak/ibu rasakan saat berkunjung di Kantor ini?
Narasumber
Agak ragu, urusan bisa cepat selesai atau tidak. Soalnya baru pertama kali
2
Peneliti Bagaimana bentuk pelayanan pegawai dalam pengurusan Izin ?
Narasumber
Bentuk pelayanannya sudah bagus, jadi sampai disan saya langsung ditanya apa keperluannya
3
Peneliti Bagaimana bapak/ibu berkomunikasi dengan pegawai ?
Narasumber
Untuk cara komunikasinya seperti biasa, mereka ramah bertanya untuk maksud kedatangan saya
4 Peneliti Bagaimana respon mereka terhadap kedatangan bapak/ibu ?
Narasumber Respon mereka baik, mereka langsung menanggapi saya
5 Peneliti
Apakah pegawai memberikan arahan mengenai kebutuhan bapak ibu datang terkait pelayanan Perizinan ?
Narasumber ya, mereka mengarahkan saya
6 Peneliti Apakah pegawai melayani Anda dengan cepat ?
Narasumber Ya, respon mereka cepat
7
Peneliti Apa kesan bapak/ibu setelah dilayani pegawai?
Narasumber
kesan saya ,saya sangat senang yg tadinya tegang karena takut tidak sesuai yg diharapkan ,tetapi sekarang data saya sudah di input jadi tinggal menunggu surat izinnya keluar walaupun terkendala oleh jaringan yang ini pas katanya terjadi
8 Peneliti Apakah saran bapak/ibu mengenai pelayanan pegawai?
Narasumber Saran saya untuk kedepannya pelayanannya lebih baik lagi
Narasumber 8
Nama / Inisial : MH
Jabatan : Masyarakat Penerima Layanan
1 Peneliti Apakah bapak/ibu rasakan saat berkunjung di Kantor ini?
Narasumber Awalnya agak was-was, soalnya baru pertama kali
2 Peneliti Bagaimana bentuk pelayanan pegawai dalam pengurusan Izin ?
90
Narasumber
Pelayanannya baik, jadi sampai di kantor pegawainya langsung bertanya keperluannya
3
Peneliti Bagaimana bapak/ibu berkomunikasi dengan pegawai ?
Narasumber
Komunikasi seperti biasa. Mereka bertanya keperluan saya. Cara berbicaranya pun ramah. respon mereka itu bagus, mereka disana menyammbut kedatangan saya dan pengunjung yang lain. Mereka mengarahkan saya untuk apa-apa saya yang harus saya lakukan, kesan saya dengan pelayanannya saya merasa cukup puas, karena tidak merasa diabaikan, sarannya itu agar pelayanan dari pegawainya lebih di tingkatkan, lebih gesit dalam mengurus keperluar-keperluan masyarakat
4
Peneliti Bagaimana respon mereka terhadap kedatangan bapak/ibu ?
Narasumber
respon mereka itu bagus, mereka disana menyammbut kedatangan saya dan pengunjung yang lain
5
Peneliti Apakah pegawai memberikan arahan mengenai kebutuhan bapak ibu datang terkait pelayanan Perizinan ?
Narasumber
ya, mereka mengarahkan saya untuk apa-apa saya yang harus saya lakukan
6 Peneliti Apakah pegawai melayani Anda dengan cepat ?
Narasumber pelayananya lumayan cepat.
7
Peneliti Apa kesan bapak/ibu setelah dilayani pegawai?
Narasumber
kesan saya dengan pelayanannya saya merasa cukup puas, karena tidak merasa diabaikan
8
Peneliti Apakah saran bapak/ibu mengenai pelayanan pegawai?
Narasumber
Sarannya itu agar pelayanan dari pegawainya lebih di tingkatkan, lebih gesit dalam mengurus keperluar-keperluan masyarakat
91
DOKUMENTASI