KONSEP DAN PENERAPAN

Strategic Family Therapydalam Perselingkuhan dan Perceraian

Life is interrelated. We are caught in an inescapable network of mutuality; tied in the single garment of destiny. Whatever affects one directly, affects all indirectly.

Martin Luther King, Jr.

Defining Historical Event

• In the 1950s a number of researchers who were working independently began to look at schizophrenia as an area where family influences might be connected to the development of psychotic symptoms.

• Those efforts of Bateson’s Palo Alto, California group, Lidz’s project at Yale, and Bowen and Wynn at the Institute of Mental Health led to research discoveries of the therapeutic value of seeing family members together

Strategic therapyJay Haley

1923-2007

Cloe Madanes

1941-

• Combined structural family therapy with ideas of hierarchy, power, and strategic interventions.

• Master's in Arts and Communication• Influenced by communication

dynamics and the work of Milton Erickson

• Another leading advocate of strategic therapy was Cloe Madanes, who was also at married to Haley.

• Founded the Family Institute in Washington,D.C.in 1970's

• This therapy became the most popular family therapy approach by the 1980's.

(Corey, 2009)

Haley menyebut terapi ini sebagai “strategic”

“It is a therapy where the therapist initiates what happens during therapy, design a spesific

approach for each problem, and where the therapist takes responsibility for directly

influencing people.”

•Akar dari strategic adalah structural therapy

•Didasari konsep dari communication theory

Strategic therapy

What is Strategic Therapy?• Therapist initiates goals and creates an approach for each

problems.• Symptoms are seen as ways to communicate.• Therapist evaluate the family through observing their

interactions

Goal• To solve the presenting problem

Distinction from traditional therapies

• Present instead of past focused

• Action instead of insight (understanding)

• Describe instead of label

• Directive instead of non-directive

• Identify good in bad instead bad as bad

• Brief instead of lengthy

• Unique plan for each case instead of standard plan

• Involve other professional colleagues instead of just working with client alone

• Pragmatic assumptions instead of elaborate theory of personality or dysfunction

• Strategic sangat populer karena

menawarkan framework yang sederhana

mengapa sebuah keluarga dapat stuck,

dan memiliki beberapa set teknik yang

cerdas untuk menolong (unstuck).

• “The essence of strategic therapy is getting

people to try something different.”

“The ideas of strategic therapy are

deceptively simple. Carrying out these

ideas in action is not so simple.”

Haley, J. & Madeleine, R. H. (2003). The Art of

Strategic Therapy

Strategic Family Therapy

• Family members’ behavior can only be understood within the family context

• Haley (1973) - therapist initiates what happens in therapy and plan for solving each problem

What brings the family therapy?

• Attempting the same solutions with no results

• Getting stuck in vicious cycles

• Family life cycle transitions

• The symptom is an indication of a family disturbance.

• Symptoms indicate problems in hierarchy

WHAT STANDS OUT

• Manipulation

– Manipulasi seringkali dikonotasikan negatif

– Seseorang itu tidak mungkin tidak manipulatif

– Dengan mengatakan: “Saya ini gak ada

agenda, dan hanya dengan tulus menolong

kamu adalah cara supaya kita tidak

melakukan manipulasi. Tapi di sisi lain,

kejujuran seperti itu adalah usaha untuk

memanipulasi.

WHAT STANDS OUT

• Symptom

– Dilihat sebagai strategi seseorang terhadap

orang lainnya sebagai usaha untuk

menggambarkan relasi antar mereka.

– Merupakan perilaku yang tersembunyi atau

terisolasi

– Merupakan bagian dari konteks sosial

WHAT STANDS OUT

• Map is not the teritory

– Persepsi kita tentang realita bukanlah sebuah

realita yang sesungguhnya, melainkan versi

realita kita sendiri atau “peta” / gambaran

– Perlu memberikan beberapa alternatif.

– Beberapa hal terjadi karena orang-orang

didalamnya membangun hal tersebut dan

mengartikan hal tersebut.

Nature and Process of Therapy

Nature of Therapy

• This therapy does not have a formal assessment

(or diagnosis) because they believe that

"diagnostic labels" are risky.

• Psychoactive medication should be discontinued

Process of Therapy

• Haley (1974) first counseling session with family• Mandatory for everyone to be there

Key Concepts and Terms

• Reframing

– Memodifikasi pandangan klien sehingga dapat mengubah perilaku, dan pengalaman klien.

• Directives (straight-forward directives)

– Tugas yang diberikan konselor untuk dilakukan di luar terapi dengan tujuan mendapatkan pengalaman yang berbeda

– Primary directives ditujukan agar menghasilkan solusi atas presenting problem (first order)

– Second order directives ditujukan untuk mengubah sistem dalam keluarga.

Key Concepts and Terms

• Directives (Paradoxical Interventions)• Memanfaatkan penolakan yang kuat dari klien

untuk berubah dan mengambil arahan (directives) dari terapis/konselor.

• Terapis memanfaatkan resistance untuk membawa perubahan dan memperbaiki sistem dalam keluarga.

• Contoh: semakin suami tidak bertanggung jawab, semakin istri bertanggung jawab, dan sebaliknya.

• Meminta istri untuk tidak bertanggung jawab.

• pernyataan yg seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks

• Contoh: the paradox that standing is more tiring than walking

Key Concepts and Terms

• Double Binds – buah simalakama, dimakan papa mati, gak dimakan mama mati.

– Contoh: jealous salah, gak jealous salah.

– “Saya gak mau kamu lakukan itu karena saya minta kamu lakukan itu, saya maunya kamu lakukan itu, karena kamu mau lakukan itu.

• Circular Questioning – to expand family’s belief beyond the meanings that they currently hold.

– Asking questions to individuals that probe how others view the situation

Therapeutic Techniques

• Adanya aturan-aturan (rules) dalam melakukan komunikasi dan memanipulasi interaksi dengan cara-cara yang strategik.

• Pada umumnya terapis bertanya kepada setiap anggota keluarga, satu per satu, untuk mendiskusikan masalah mereka.

• Terapis akan mendengarkan, namun fokus kepada PROSES komunikasi dan bukan isi pembicaraan (content)

Rules of therapeutic techniques

• 1. Setiap orang harus berbicara sebagai ganti orang pertama jika mereka menyatakan pikiran atau perasaan mereka.

– Suami: Kami selalu menyukai pacarnya Celia

– Terapis: Saya ingin, bapak bicara untuk bapak sendiri, nanti biar ibu menyatakan apa yang ia pikirkan.

– Suami: Oh iya, tapi kita selalu sepakat koq dalam hal-hal ini.

– Terapis: Mungkin saja, tapi dalam hal perasaanmu, Andalah yang paling memahami. Bicara saja untuk posisi Anda, nanti ibu akan bicara untuk posisinya sendiri.

Rules of therapeutic techniques

• 2. Opini dan pandangan pribadi tidak sama dengan fakta ataupun prinsip umum.

– Istri: Orang-orang biasanya gak mau pergi atau melakukan sesuatu tanpa anak-anak mereka.

– Terapis: Jadi, ibu lebih suka membawa anak-anak, pada saat pergi berdua dengan suami?

– Istri: Oh iya, bukannya semua orang juga begitu?

– Suami: Saya nggak. Saya lebih suka kita bisa pergi keluar berdua saja, sesekali waktu.

Rules of therapeutic techniques

• 3. Setiap orang harus berbicara secara langsung, dan bukan tentang orang lain.

– Remaja: (kepada terapis). Nyokap mah harus selalu benar.. Iya gak Pih?

– Terapis: Coba deh kamu ngomong langsung ke Mami mu..

– Remaja: Iya, saya udah ngomong, tapi dia gak mau denger..

– Terapis: Coba kasih tau lagi..

– Remaja: (kepada terapis) OK.. (kepada ibu).. Kadang saya merasa.. (balik lagi ke terapis) Oh, apa sih gunanya?

– Terapis: Saya bisa lihat kalau itu cukup sulit ya untuk bicara langsung, dan saya lihat kamu sudah memutuskan bahwa gak ada gunanya untuk bicara langsung ke mami mu, kalau dia gak mau dengarkan. Tapi disini, saya harap setiap kita bisa belajar untuk bicara secara langsung satu sama lain, sehingga tidak ada satu orangpun yang merasa kata-katanya tidak ada pengaruhnya bagi yang lain.

Strategic Family Therapy

• DeShazer and Molnar (1984)

• Team approach of common interventions for solution-focused brief family therapy

o 40-minute interview with family

o 10-minute consultation with team

o 10-minute delivery of intervention

o closing of session

Strategic Family Therapy

Chasin, Roth, and Bograd (1989)1. contract to promote safe, voluntary

participation

2. participant lists individual strengths and relationship strengths

3. enact (memunculkan) three dramatizations

4. states problem(s)

5. therapist recommends next step

Strategic Family Therapy

Haley (1976) describes four stages of a typical first interview:1. Social Stage: build rapport and assess

2. Problem Stage: get clear statement of concern

3. Interaction Stage; family interacts

4. Goal Setting: define therapy goal in concise, observable, behavioral terms

Strategic Family Therapy

Brief-Strategic school:1. Problem

Definition

2. Attempted Solution

3. Desired Change

4. Intervention

Role of Therapist

• Active, directive, and skillful

• Engage clients to reduce resistance

• Solve the presenting problem

• Plan and initiate what he/she would like to have happen in therapy

• Design spesific strategy for each problem

• Take responsibility for therapy progress and outcome, including failure.

Strengths and Weakness

• Strength: Time limited

• Weakness: Doesn’t incorporate multicultural perspectives, relies on “common sense”

Research

• More effective than individual psychodinamic

• More effective than group therapy for conduct problems

• Families were more engaged

• Effective for youth behavior problems and poor family functioning

Contoh Kasus Perselingkuhan• Ron adalah seorang aktivis gereja dan sudah menikah selama 35 tahun. Ia memiliki

istri yang baik dan penurut, dan selalu supportif dengan apa yang suami kerjakan. Mereka mengerjakan bisnis bersama-sama untuk menunjang kehidupan mereka.

• Beberapa bulan yang lalu istri (Jen) menemukan bahwa Ron memiliki perselingkuhan yang sudah berjalan lebih dari 5 tahun. Wanita lain ini merupakan orang yang agresif dan berusaha ingin merebut Ron dari istrinya, apalagi mengetahui bahwa bisnis Ron dan Jen sudah berhasil.

• Jen sangat sedih, dan tidak menyangka hal ini dapat terjadi, apalagi Ron merupakan orang yang sangat baik di rumah maupun gereja. Jen juga merasa sangat bodoh apalagi ketika ia mengingat pernah mengantar jemput Ron menuju bandara untuk tugas luar kota, ternyata Ron bersama dengan selingkuhannya.

• Ron sangat menyesal dengan kejadian ini dan mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena perempuan ini terus menerus mendekati dan Ron merasa bersimpati atas cerita perempuan tersebut. Ron menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dan ingin berubah. Istri mau memaafkan namun tidak mudah melupakan apa yang pernah terjadi.apalagi saat ini Ron sepertinya tidak tegas terhadap perempuan ini karena Ron khawatir perempuan ini akan mengganggu berbagai aspek kehidupan Ron dan keluarganya.

Contoh Kasus Perceraian

• Anto dan Mei telah menikah selama 15 tahun, dan memiliki 3 orang anak (Al, usia 14 tahun, El, usia 10 tahun, dan Mel usia 6 tahun).

• Mei kesal karena Anto tidak bisa bekerja dengan baik, dan Mei menjadi tulang punggung keluarga. Anto merasa selama ini pekerjaannya tidak sesuai dengan karakter dirinya, dan ingin bekerja di luar negeri yang sepertinya lebih sesuai dengan dirinya.

• Mei merasa hal tersebut adalah sebuah excuse karena Anto tidak mau berjuang, dan berpikir Anto memiliki selingkuhan. Di sisi lain, Mei merasa sudah lelah dengan pernikahan yang terus menerus dipenuhi konflik dan ingin bercerai dari Anto. Anto berusaha mempertahankan pernikahan, namun Mei begitu kuat menginginkan perceraian.

• Saat ini, Anto dan Mei sudah bercerai, namun karena anak-anak mereka masih tinggal satu rumah, meskipun memiliki kehidupan masing-masing. Mereka datang kepada konselor karena menginginkan persamaan dalam mendidik anak.

Tugas Konselor:

• 1. Temukan “unspoken rules” atau pola aturan yang berlaku di dalam relasi suami dan istri.

• 2. Rumuskan gejala masalah (symptom) sejelas mungkin.

• 3. Rancang intervensi di dalam konteks sosial kehidupan klien, yakni orang-orang yang terlibat di dalam hidupnya, agar dapat mengubah persoalan yang dihadapi klien.

• 4. Cek tahapan-tahapan perkembangan dalam keluarga:

– A. Pada saat berpacaran

– B. Awal pernikahan, kelahiran anak dan pada saat anak masih kecil

– C. Tahap-tahap pertengahan, tahap-tahap ketika anak lepas dari orangtua

– D. Tahap pada usia pensiun dan usia lanjut.

• 5. Amati respons keluarga terhadap intervensi yang dilakukan.

• 6. Amati hasil akhir terapi.

Problem Definition / Definisi Masalah

• sebuah perilaku yang merupakan bagian dari runutan (sequence) tindakan, yang dilakukan oleh beberapa individu.

• Pernikahan merupakan suatu runutan perilaku yang terjadi sesuai dengan pola aturan tertentu (rules)

• Gejala masalah (simptom) merupakan akibat dari upaya yang keliru untuk mengubah persoalan yang dihadapi

• Masalah adalah sebuah upaya yang dilakukan, namun tidak membuahkan hasil, dan justru memperburuk keadaan.

• Gejala masalah sesungguhnya adalah merupakan bahasa komunikasi satu kepada yang lain.

– Komunikasi Digital (satu makna untuk satu objek)

– Komunikasi Analog (ada beberapa makna dan hanya dapat diketahui melalui konteks pembicaraan)

• Masalah yang sesungguhnya terjadi ketika seseorang berada dalam situasi yang sulit dan ia berusaha keluar darinya namun tidak berdaya karena ia “terkunci” di dalam runutan perilaku yang telah terpola di dalam keluarga, sehingga ia hanya dapat membebaskan diri melalui perilaku bermasalah.

Memaknai gejala masalah

• Sejak kapan masalah itu muncul?

• Apakah selalu ada atau hanya dalam waktu-waktu tertentu?

• Apakah dapat lenyap dengan sendirinya atau tidak?

• Apakah cenderung memburuk dalam situasi tertentu? Apa sajakah faktor pencetusnya?

• Kapan masalah tersebut muncul? (pagi, siang, malam, hari biasa, atau akhir pekan?)

• Berapa sering terjadi? Upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala masalah ini?

Socializing stage

• Penting untuk membuat semua merasa nyaman.

• Mempersilahkan semua duduk – di mana saja.

• Tanyakan nama masing-masing dan siapa yang tinggal serumah

• Jika ada orang yang langsung ingin mengutarakan masalah, mintalah untuk menundanya sejenak, sebaliknya menciptakan suasana yang santai dan nyaman terlebih dahulu.

• Perhatikan (observe) siapa yang duduk di sebelah siapa.

Notes dalam socializing stage

• Konselor perlu memahami bahwa setiap anggota keluarga akan datang dengan berbagai perasaan. Ada yang merasa malu, merasa gagal sehingga harus menemui orang lain untuk mengatasi masalahnya.

• Ada anggota keluarga yang lain yang merasa kesal, marah, sedih, atau sebaliknya memberikan kesan semua baik-baik saja.

• Ada anggota keluarga yang menggunakan terapi sebagai hukuman bagi anggota keluarga yang bersalah, dan harus terus menerus datang.

Tahapan Masalah

• Perlu mengingatkan bahwa sesi pertemuan mempunyai tujuan tertentu:

– A. Menjelaskan mengapa konselor meminta semua untuk hadir.

– B. Mengajukan pertanyaan pada awalnya kepada orang yang sepertinya tidak ingin terlibat. Kepada pihak yang berkuasa membawa keluarga ini datang, kita harus memperlihatkan sikap hormat dan simpatik. • Sebaiknya tidak mengajukan pertanyaan kepada pihak yang

dianggap paling bermasalah. Bertanyalah kepada yang lain terlebih dahulu, terakhir baru kepadanya.

• C. Dengarkan masalah, dan tidak melakukan interpretasi terlebih dahulu atau mencoba menjernihkan masalah.– Sebaliknya dapat mengajukan pertanyaan jika kurang jelas.

– Paraphrasing dapat dilakukan untuk menunjukkan bahwa konselor memahami permasalahan yang diungkapkan.

• D. Tidak memberikan solusi pada tahap ini, melainkan mengumpulkan data, fakta, opini.

• E. Pastikan semua pihak mendapat giliran untuk berbicara.

– Jangan biarkan seseorang mendominasi atau mengintimidasi yang lain,

– Setelah seseorang mengungkapkan pendapatnya tentang masalah yang dihadapi, silahkan tanya kepada yang lainnya tentang pendapatnya terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh orang itu.

– Amati perilaku klien, amati reaksi orang lain.

– Perhatikan setiap individu.

Interaction Stage (Tahap Interaksi)

• Tujuan: menggiring semua pihak untuk berkomunikasi secara langsung kepada satu sama lain.

• Cara 1: Konselor meminta klien masing-masing menceritakan masalahnya (konselor yang memutar roda percakapan)

• Cara 2: Meminta masing-masing untuk berbicara dengan satu sama lain tentang masalahnya.

• Di tahap awal, konselor akan meminta masing-masing bercerita akan masalahnya, namun perlahan-lahan menggiring klien untuk berbicara langsung satu kepada yang lain (enactment).

– Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap apa yang dikemukan pihak lainnya, sehingga mulai tercipta interaksi.

– Jika ada debat kusir, konselor dapat menghentikan dan berkata: “mungkin ada baiknya kita mendengarkan pendapat yang lainnya dulu.”

Goal Setting (Tahap Penetapan Target Terapi)

• Merupakan perumusan masalah dan perubahan yang diinginkan.

• Pada tahapan ini, konselor dapat menanyakan kepada klien perubahan apa yang diinginkan.– Penting bagi konselor untuk dapat menentukan dan merumuskan

masalah serta sejauh apa perubahan yang sungguh-sungguh diinginkan.

– Problem/masalah yang ingin diubah harus diungkapkan secara kongkrit dalam bentuk perilaku.

– Jangan langsung melemparkan perubahan kepada semua anggota keluarga, namun pada pihak yang dianggap bermasalah sehingga konselor dapat memanfaatkan gejala masalah sebagai katalisator perubahan yang diinginkan.

Intervention Plan (Teknik Terapi)

• 1. Pemberian tugas (directives)

• Tujuan: klien bersikap/berperilaku berbeda sehingga memiliki pengalaman yang berbeda; relasi konselor dan klien akan menjadi lebih intens; pengumpulan informasi akan perkembangan klien.

Jenis Directives

• A. Tugas langsung: meminta klien menghentikan perbuatannya, atau mengubah cara klien melakukan sesuatu.

• B. Tugas tidak langsung: konselor mendorong dan menciptakan kesempatan untuk membicarakan problem yang dihadapi sehingga klien menyadari bahwa mereka tidak mengetahui lagi cara yang lain untuk menyelesaikan masalah.

Metafora

• Adanya kondisi dimana konselor tidak bisa secara langsung mengangkat masalah tertentu. Namun konselor dapat menggunakan situasi lain yang memiliki kesamaan.

– Contoh: Orangtua tidak mau membicarakan relasi pernikahan, sebaliknya ingin fokus kepada relasi anak. Konselor tidak perlu memaksakan, sebaliknya pada saat berbicara tentang anak dan mengungkapkan isi hati masing-masing, klien dapat menemukan prinsip-prinsip yang sama mengenai pernikahan, meskipun tidak berbicara secara langsung.

Paradoks

• Tujuan: Klien memberikan perlawanan sehingga akhirnya terjadi perubahan, karena sebelumnya ada resistensi terhadap upaya konselor untuk menolongnya.

• 1. Paradoks prescribing – meminta klien untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan untuk melenyapkannya.

– Contoh: meminta istri yang tidak mau meneruskan pernikahan dengan suaminya untuk mulai mempersiapkan rencana perceraian.

• 2. Paradoks Restraining: memberitahukan klien bahwa mereka tidak dapat atau mustahil untuk berubah, seperti tidak ada harapan lagi.

– Contoh: “Apa bapak betul-betul mau diperlakukan seperti keset? Begging for love? Jika hanya itu satu-satunya cara untuk memenangkan hati ibu kembali?

– Intinya justru meminta suami melakukan hal tersebut, meskipun terkesan bahwa “kamu pasti tidak akan mau melakukannya” – impossible.

• 3. Paradoks Positioning: mengiyakan dan bahkan melebih-lebihkan persoalan.

– Contoh: “saya yakin kalau kamu meneruskan ini sampai kepada perceraian, maka suamimu akan membawa bukti perselingkuhanmu ke meja hijau dan betul, kamu akan mendapatkan yang kamu mau yaitu perceraian, tapi di sisi lain, belum tentu kamu akan mendapatkan hak asuh, dan harta gono-gini seperti yang kamu harapkan.”

Reframing and positive conotation

• Salah satu tugas konselor adalah menemukan motivasi positif dalam diri klien, yang mungkin selama ini keluarga sulit melihatnya.

– Contoh: istri begitu marah dan kecewa kepada suami karena pernah selingkuh, dan sulit melupakannya.

– Reframing: begitu kuatnya rasa sayang ibu kepada bapak sehingga tidak mudah melupakan hal-hal yang begitu dalam dan mengecewakan.

• Konotasi positif – memberikan pengakuan positif terhadap upaya klien untuk memelihara keseimbangan di dalam sistem keluarganya.

Pustaka: