KEGAGALAN MULTIKULTURALISME DI REPUBLIK FEDERAL …thesis.umy.ac.id/datapublik/t51830.pdf ·...
-
Upload
nguyenphuc -
Category
Documents
-
view
224 -
download
2
Transcript of KEGAGALAN MULTIKULTURALISME DI REPUBLIK FEDERAL …thesis.umy.ac.id/datapublik/t51830.pdf ·...
KEGAGALAN MULTIKULTURALISME DI REPUBLIK
FEDERAL JERMAN PADA MASA PEMERINTAHAN
KANSELIR ANGELA MERKEL
The Failure of Multiculturalism in Federal Republic of Germany during
Chancellor “Angela Merkel” Goverment
SKRIPSI
]
Disusun Oleh:
SANNYA PESTARI DEWI
20110510235
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
i
KEGAGALAN MULTIKULTURALISME DI REPUBLIK
FEDERAL JERMAN PADA MASA PEMERINTAHAN
KANSELIR ANGELA MERKEL
The Failure of Multiculturalism in Federal Republic of Germany during
Chancellor “Angela Merkel” Goverment
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh:
SANNYA PESTARI DEWI
20110510235
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
KEGAGALAN MULTIKULTURALISME DI REPUBLIK
FEDERAL JERMAN PADA MASA PEMERINTAHAN
KANSELIR ANGELA MERKEL
The Failure of Multiculturalism in Federal Republic of Germany during
Chancellor “Angela Merkel” Goverment
SANNYA PESTARI DEWI
20110510235
Telah di pertahankan, dinyatakan Lulus dan disahkan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada:
Hari/tanggal : Kamis, 23 April 2015
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : HI-C FISIPOL UMY
TIM PENGUJI
Bambang Wahyu Nugroho, S.IP, M.A
Ketua Penguji
Dra.Mutia Hariati H, M.Si Dian Azmawati, S.IP, M.A
Penguji Samping I Penguji Samping II
Pas Foto
3X4
iii
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS
Letter of Authenticity Statement
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul: Kegagalan
Multikulturalisme Di Republik Federal Jerman Pada Masa Pemerintahan
Kanselir Angela Merkel adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat
gelar sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun perguruan
tinggi lain.
Dalam skripsi saya tidak terdapat karya, ide dan pendapat orang lain,
terkecuali tertulis dengan jelas referensi yang di cantumkan dalam skripsi dengan
disebutkan nama dan dicantumkan daftar pustaka.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan diproses sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Demikian
pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 26 Maret 2015
Sannya Pestari Dewi
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
ALHAMDULILLAH, segala puji bagi ALLAH SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi strata satu Program Studi Ilmu Hubungan Internasional berjudul
“Kegagalan Multikulturalisme Di Republik Federal Jerman Pada Masa
Pemerintahan Kanselir Angela Merkel”. Skripsi ini merupakan karya
perjalanan akademik yang dilalui oleh penulis selama 3,5 tahun terakhir. Penulis
sangat berharap bahwa Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat serta berkontribusi bagi kemajuan kajian
internasional saat ini.
Pertama, penulis mengucapkan terimakasih atas kasih sayang, dukungan,
semangat dan doa yang selalu diberikan oleh Ibunda (Ibu Dra. Dewi Yani
Octaviani, M.Si) sebagai seorang single parents demi kesuksesan penulis hingga
menempuh sarjana strata satu dan menjadi salah satu inspirator bagi penulis dalam
berjuang mendukung kelompok minoritas. Melalui kata pengantar ini penulis juga
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Dr. Ali Muhammad, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UMY sekaligus Dosen Penguji Proposal yang telah
memberikan masukan yang konstruktif terhadap pondasi hingga
menjadi bangunan pemikiran yang utuh.
2. Ibu Dra. Mutia Hariati, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Bambang Wahyu Nugroho, S.IP, M.A (Penguji Skripsi I) dan
v
Ibu Dian Azmawati, S.IP, M.A (Penguji Skripsi II) yang telah menguji
skripsi ini dengan sangat baik pada tanggal 23 April 2015.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional yang telah
memberikan tambahan ilmu dan wawasan kepada penulis.
5. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari Kepala PUSSIS Universitas Negeri
Medan dan Alumni Pelajar Indonesia-Jerman terimakasih atas
bimbingan dan sumber informasi terkait dengan skripsi ini.
6. Para teman baik penulis, Manap, S.IP, Fairuz Indira Rezky, Annisa
Sartika Sari, Afifah, Lucitania Rizky, S.IP, dan Arde Isriani Shaputri
atas dukungan dan bantuannya hingga penulis dapat menyelesaikan
tulisan ini.
7. Seluruh rekan-rekan civitas akademika HI UMY, bapak dan ibu dosen
HI UMY yang telah memberikan ananda pengetahuan sehingga dapat
menyelesaikan studi, administrasi TU HI pak Jumari, pak Ayyub, dan
pak Waluyo yang membantu proses administrasi dijurusan berjalan
lancar.
Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan masukan
dan saran dari pembaca melalui email [email protected].
Wassalamu alaikum wr wb.
Yogyakarta, 26 Maret 2015
Sannya Pestari Dewi
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk :
Ibundaku tercinta, Dra. Dewi Yani Octaviani, M.Si,
&
Adik kecilku, Septhia Rahmada Santoso
vii
HALAMAN MOTTO
“Being democratic is not enough, a majority cannot
turn what is wrong into right. In order to be
considered truly free, countries must also have a
deep love of liberty and a abiding respect for the
rule of law” - Margareth Thatcher
“The Question is not whether we are able to
change but whether we are changing fast
enough”- Angela Merkel
“I love argument. I love debate. I don’t expect
anyone just to sit there and agree with me-
that’s not their job”- Margareth Thatcher
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN. ....................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK, TABEL, DAN BAGAN .............................................. x
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
D. Kerangka Konseptual ........................................................................... 9
E. Hipotesa ................................................................................................ 14
F. Jangkauan Penelitian ............................................................................ 14
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 15
BAB II
IMIGRAN TURKI DI JERMAN DAN PEMERINTAHAN ANGELA
MERKEL ........................................................................................................ 17
A. Sejarah dan Dinamika Masuknya Imigran Turki di Jerman ................ 19
B. Perbedaan Identitas Antara Kelompok Imigran Turki Dengan
Masyarakat Asli Jerman ....................................................................... 31
B.1. Aspek Budaya ............................................................................... 34
B.2. Segi Sosial .................................................................................... 40
B.3. Segi Hukum .................................................................................. 43
B.4. Segi ekonomi ................................................................................ 45
C. Upaya Pemerintah Jerman dalam Integrasi Imigran ............................ 48
ix
BAB III
KEBIJAKAN MULTIKULTURALISME .................................................. 55
A. Konsep Ideal Penerapan Politik Multikulturalisme Dalam Kebijakan 56
B. Kebijakan Multikulturalisme Dalam Kurun 1960 Sampai 1990 .......... 63
C. Kebijakan Multikulturalisme Pada Masa Pemerintahan Angela
Merkel .................................................................................................. 67
C.1. Konferensi Berlin Tahun 2006 ..................................................... 68
C.2. Rencana Strategi Nasional ............................................................ 68
C.3. Konferensi Lanjutan Tahun 2010 ................................................. 69
C.4. Piagam Kebaikan .......................................................................... 70
BAB IV
FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN MULTIKULTURALISME
DAN DAMPAKNYA DIREPUBLIK FEDERAL JERMAN ..................... 73
A. Faktor penyebab kegagalan multikulturalisme di Jerman ................... 72
A.1.Hak Polietnis terabaikan ................................................................ 77
A.1.1.Penerapan Multikulturalisme dalam Kurikulum
Pendidikan ......................................................................... 79
A.1.2. Pengecualian Dalam Berbusana Baik Oleh Undang-
Undang Atau Peraturan Pengadilan .................................. 85
A.1.3. Pendanaan Pendidikan Bahasa Dan Instruksi Bahasa Ibu.. 90
A.2. Hak Perwakilan Khusus Tidak Terpenuhi .................................... 97
A.2.1. Penegasan Konstitusi, Legislatif, Atau Parlementer
Terkait Multikulturalisme .................................................. 98
A.2.2. Representasi Kelompok Minoritas Dalam Media Publik
Ataupun Politik .................................................................. 101
A.2.3. Kewarganegaraan Ganda .................................................... 106
A.2.4. Penerapan Kebijakan Affirmatif Terhadap Kelompok
Imigran Turki Dan Keturunannya ..................................... 108
B. Dampak Kegagalan Multikulturalisme di Jerman ................................ 122
B.1. Meningkatnya Xenophobia di Jerman .......................................... 122
B.2. Menguatnya Gerakan Anti Imigran di Jerman ............................. 124
B.3. Kemunculan Gerakan Neo-Nazi di Jerman .................................. 127
BAB V
KESIMPULAN ............................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 132
x
DAFTAR GRAFIK, TABEL, DAN BAGAN.
1. Bagan.2.1. Alur Prosedural Perekrutan Para Pekerja Hingga di Kirim ke
Jerman ......................................................................................................... 21
2. Tabel 2.1. Komposisi Etnis di Republik Federal Jerman Pada Tahun
2012. ............................................................................................................ 26
3. Grafik 2.1. Grafik Negara Tujuan Imigran Internasional Pada Tiga
Negara Uni Eropa (dari tahun 1960-2013) ................................................. 24
4. Bagan.4.1. Perbandingan Jumlah Anggota Parlemen Jerman (Bundestag)
Periode 2005-2009 ...................................................................................... 113
5. Bagan.4.2. Perbandingan Jumlah Anggota Parlemen Jerman (Bundestag)
Periode 2009-2013 ...................................................................................... 115
6. Grafik.4.1 Grafik Indikator Kebijakan Multikulturalisme di Negara-
Negara Barat Pada Tiga Jangka Waktu ........................................................... 119
xi
KEGAGALAN MULTIKULTURALISME DI REPUBLIK FEDERAL
JERMAN PADA MASA PEMERINTAHAN KANSELIR ANGELA
MERKEL
The Failure of Multiculturalism in Federal Republic of Germany during
Chancellor “Angela Merkel” Goverment
Sannya Pestari Dewi
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Abstrak
Tujuan terpenting dari skripsi ini adalah menjelaskan kegagalan
multikulturalisme di Jerman pada masa pemerintahan kanselir Angela Merkel. Skripsi ini
juga mencoba memberikan penjelasan penyebab Jerman dikatakan gagal dalam
multikulturalisme. Oleh sebab itu, dalam menjelaskan fokus utama dari penelitian
digunakan konsep politik multikulturalisme dimana indikator keberhasilan suatu negara
dalam kebijakan multikulturalisme dinilai dari perwujudan hak-hak kolektif kelompok
minoritasnya, berupa hak atas pemerintahan sendiri, hak polietnis, dan hak perwakilan
khusus. Dalam kasus Jerman, subjek kolektif hak minoritasnya adalah kelompok imigran
Turki dan keturunannya sebagai kelompok minoritas terbesar di Jerman.
Sehubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, penulisan skripsi ini
menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah telaah pustaka, dengan menggunakan data teoritis, yang berasal
dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal, dan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jerman telah gagal menerpakan
multikulturalisme di negaranya pada masa pemerintahan kanselir Angela Merkel
dikarenakan tidak terpenuhinya hak polietnis dan hak perwakilan khusus dari
kelompok minoritas di Jerman, terutama kelompok imigran Turki dan
keturunannya. Jerman tidak dapat memenuhi hak polietnis dan hak perwakilan
khusus dari kelompok minoritasnya berupa penerapan multikultural dalam
kurikulum pendidikan, pengecualian dalam model berbusana baik dilindungi
dalam Undang-Undang atau/dan peraturan pengadilan, pendanaan dalam
pendidikan bahasa dan penggunaan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari,
penegasan konstitusi, legislatif, atau parlementer terkait penerapan kebijakan
multikulturalisme di pusat dan/atau daerah kota serta kehadiran badan pemerintah,
kesekretariatan atau perwakilan luar negeri dalam implementasi kebijakan melalui
pertimbangan dengan kelompok minoritas, representasi kelompok minoritas
dalam media public ataupun politik, kewarganegaraan ganda, dan penerapan
kebijakan affirmative terhadap kelompok imigran. Pada akhirnya, kegagalan
tersebut meningkatkan sikap xenophobia bagi masyarakat Jerman dan
memunculkan gerakan Neo-Nazi lebih besar di Jerman.
Kata kunci : Multikulturalisme, Hak-Hak Minoritas, Jerman, Kelompok Imigran Turki
xii
Abstract
The most important objective of this scientific paper is to explain the failure of
multiculturalism in Federal Republic of Germany during chancellor “Angela
Merkel” government. The aim of research is to explain why Germany failed in
multiculturalism during Chancellor Angela Merkel government. Therefore, in
explaination of the main focus of the research used the political concept of
multiculturalism in which the success indicators of a country in multiculturalism
policy assessed from the embodiment of the minority collective rights, such as the
right to self-government, the poliethnic rights, and special representation rights.
In the case of Germany, the subject of the minority collective rights is a group of
Turkish immigrants and their descendants as the largest minority group in
Germany. In relation to the objectives to be achieved, and then use it again
writing this essay descriptive analytical research method. Data collection
techniques used are literature review, using theoretical data, which come from
various sources, such as books, magazines, newspapers, journals, and more. The
results showed that Germany had failed to implement the multiculturalism in the
country during the reign of Chancellor Angela Merkel due to unfulfilled of
poliethnic rights and special representation rights of minorities in Germany,
especially Turkish imigrants group and their descendants. Germany can’t fill
poliethnic rights and special representation rights of minorities such as the
application of multicultural education in the curriculum, the excemption from
dress codes (either by statue or court cases), theb funding of language education
and the use of the mother tongue in everyday life, assertion of constitutional,
legislative, or parliamentary related to the implementation of multiculturalism
policy in the central and / or area of the city as well as the presence of
government agencies, secretarial or foreign representatives in policy
implementation through consideration of minorities, the representation of
minorities in public media or politics, dual citizenship, and implementation of
affirmative policies toward immigrant groups. In the end, the failure increases the
xenophobic attitude of German society and led to a more neo-Nazi movement in
Germany.
Keywords: Multiculturalism, Minority Rights, German, Turkish Immigrant Group
1
BAB I
PENDAHULUAN
Jerman mengalami beberapa retakan historis dalam perjalanan
sejarahnya terkait multikulturalisme dan kelompok minoritas, terutama pada
era Nazi. Tetapi, runtuhnya tembok Berlin menjadikan Jerman negara dengan
peningkatan signifikan dalam arus imigrasi dibandingkan Italia dan Perancis.1
Kemudian, secara perlahan kelompok imigran yang berkembang di Jerman
menjadi suatu perhatian khusus bagi struktur sosial di Jerman hingga
menimbulkan beberapa keresahan dari pemerintah Jerman dan pribumi
Jerman. Kondisi tersebut menjadi suatu bahasan menarik dan menimbulkan
problematika dimana arus migrasi terkendali di Jerman dan keresahan tersebut
ditelaah lebih lanjut dengan konsep dan metodologi serta dasar-dasar
penelitian secara rinci dalam bab ini, sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah
Jerman merupakan salah satu negara berpengaruh di dunia internasional
sejak Perang Dunia I. Jerman terlibat aktif dalam Perang Dunia I dan II.
Jerman adalah salah satu negara yang sangat terkenal dengan idiologi Fasisme
yang sangat kuat pada masa kepemimpinan Adolf Hitler. Ideologi tersebut
yang menjadi pembangkit dan kekuatan Jerman setelah Perang Dunia I.
Fasisme Jerman adalah semangat chauvinisme bangsa Jerman sebagai bangsa
keturunan ras Arya yang dikenal agung dan mulia, berbeda dengan bangsa
1 Migrationpolicy.org, International migrants by country of destination,1960-2013,diakses 17
Maret 2015 pukul 03.08 dari; http://migrationpolicy.org/programs/data-hub/charts/international-
migrants-country-destination-1960-2013?width=1000&height=850&iframe=true
2
lainnya yang dianggap sebagai keturunan primitif.2 Melalui ideologi Fasisime
tersebut, Hitler membangkitkan Jerman dan menguasai Jerman dengan tangan
besinya. Kekuasaan yang berpusat penuh pada Hitler membangkitkan Jerman
dari kekalahan Perang Dunia I serta menimbulkan kebencian bagi negara-
negara sekutu pemenang Perang Dunia I.
Fasisme juga menjadi pemicu bagi Jerman dalam memulai Perang Dunia
Kedua yang pada akhirnya memisahkan Jerman menjadi dua yaitu Jerman
Barat dan Jerman Timur. Selain itu, fasisme juga menyebabkan penyingkiran
kaum yang mereka sebut Lebensunwertes Leben yaitu diantaranya adalah
orang Yahudi, Orang Slavia, Orang Rom, dan Homoseksual.3 Tetapi kekuatan
Jerman yang dipimpin oleh Hitler akhirnya mulai runtuh akibat kekalahan
Jerman yang terulang kembali pada Perang Dunia kedua. Dimana Jerman juga
harus terbagi dua yang berdasarkan kekuasaan yang berbeda yaitu di Jerman
Timur dikuasai oleh Uni Soviet dan Jerman Barat oleh Amerika Serikat.
Pembagian kekuasaan tersebut juga dilatarbelakangi oleh perbedaan idiologis
dari Jerman Timur dan Jerman Barat serta menjadi tanda mulai runtuhnya
kekuatan idiologi fasisme di Jerman.
Pada Tahun 1989 dengan runtuhnya tembok Berlin menandakan bahwa
berakhirnya perdebatan idiologi yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman
Timur menjadi satu dengan menerapkan sistem pemerintahan federal
parlementar. Runtuhnya tembok berlin juga menjadi awal keterbukaan Jerman
dengan dunia luar, yang menjadikan Jerman menjadi negara yang lebih
2 Ibad,Faizul.,2013.Pemikiran Politik Barat. Makalah.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Muhammadyah Jakarta, hal 12 3 Ibid
3
demokratis. Penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur mengakibatkan
peningkatan arus imigrasi di Jerman. Pada awalnya, Jerman merupakan negara
penerima “pekerja tamu” (Immigrant Worker), kemudian menjadi negara
dengan arus imigrasi terkendali. Di tahun 1960, Jerman Barat telah
membangun kerjasama bilateral dengan beberapa negara seperti Italia, Maroko,
Turki, Tunisia, dan Yugoslavia untuk merekrut pekerja luar sebagai tambahan
pekerja di Jerman Barat dengan tenaga terampil sederhana dan upah rendah.4
Sebagian besar pendatang yang dinamakan “pekerja tamu” pada waktu itu
telah kembali ke negara-negara asal mereka di Eropa Selatan atau Tenggara,
namun tidak sedikit yang menetap di Jerman. Banyak di antara migran Turki
yang datang kemudian menetap pula.5
Oleh karena itu, Jerman merupakan
salah satu negara di kawasan Eropa Barat yang menerima banyak imigran
untuk membantu perkembangan industrialisasi di Jerman pasca perang.6
Pada akhirnya, tahun 1980-an jumlah imigran di Jerman meningkat tajam
sehingga dibutuhkan suatu kebijakan integrasi antara masyarakat pribumi
Jerman dengan kelompok imgran. Jumlah imigran yang meningkat tajam
disebabkan Eropa (khususnya Eropa Barat) dikenal sebagai wilayah yang
dinamis dengan derasnya aliran uang,barang, jasa dan informasi dari dan ke
Eropa yang menjadikannya indikator tingginya tingkat kesejahteraan ekonomi
4 History of the Guest Workers-Immigration of Foreign Workers. Diunduh, 12 Oktober 2014 pukul
18.47, dari; http://www.germany.info/Vertretung/usa/en/04__W__t__G/02/03/Feature__3.html 5 Fakta mengenai Jerman-Migrasi dan Integrasi, diakses 11 Oktober 2014 pukul 16.10 WIB, dari http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/migrasi-dan-
integrasi.html 6 Ahmad Muhammad, Globalisasi dan Migrasi: Problematika Integrasi Imigran Turki ke dalam
masyarakat Jerman,November 2012,diakses 06 November 2014, dari;http://ahmad_m-
fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-67268-Umum-
Globalisasi%20dan%20Migrasi:%20Problematika%20Integrasi%20Imigran%20Turki%20ke%20
dalam%20Masyarakat%20Jerman.html
4
Eropa (Barat).7 Selain itu, keberadaan mereka (kelompok pekerja imigran) di
Jerman dapat membantu perekonomian di negara asal para imigran yang
mayoritas adalah negara berkembang. Sehingga, para “pekerja tamu” banyak
yang memutuskan untuk menetap di Jerman. Oleh sebab itu, muncul konsep
politik multikulturalisme di Jerman sebaagai respon terhadap meningkatnya
jumlah imigran di Jerman yang diwujudkan melalui upaya integrasi. Upaya
tersebut menawarkan para imigran boleh mempertahankan cara hidup sesuai
kultur asli mereka (termasuk bahasa dan pola hidup beragama), tetapi harus
menyatakan kesetiaan kepada negara Jerman. Dua budaya yang berbeda
diharapkan bisa hidup berdampingan secara damai dengan sendirinya. Pada
kenyataannya, pemerintah Jerman mengharapkan para imigran tersebut
melebur menjadi bagian dari bangsa Jerman. Hal tersebut dikarenakan para
pekerja tamu yang asalnya dianggap hanya sebagai penduduk sementara telah
menjadi penduduk tetap dengan keluarganya dan tidak jarang anak-anak
(bahkan hingga cucu-cucu mereka). Pemerintah Jerman mengharapkan,
kelompok imigran tersebut dapat berasimilasi dengan baik dan hanya mengenal
Jerman sebagai tanah airnya. Peningkatan arus migrasi yang tajam, menjadi
keran multikulturalisme di Jerman. Penerapan multikulturalisme di Jerman
diharapkan pemerintah Jerman dapat menunjukkan bahwa Jerman semakin
terbuka dengan keberagaman kelompok dan menghilangkan isu fasisme yang
masih berkembang di lingkungan domestik Jerman. Multikulturalisme juga
dapat mempermudah integrasi imigran dengan masyarakat asli Jerman.
7 Baiq Wardhani, Nasionalisme dan Etnisitas di Eropa Kontemporer, (Surabaya: Universitas
Airlangga, Desember 2011) hal. 226
5
Dari peningkatan arus migrasi Jerman setiap tahunnya, terdapat dua
kelompok imigran terbanyak di Jerman, yaitu imigran asal Turki dan para
transmigran keturunan Jerman yang telah bermukim sejak beberapa generasi di
negara-negara bekas Uni Soviet, di Rumania dan di Polandia dan kemudian
kembali ke Jerman.8 Dengan adanya kedua kelompok pendatang itu, angka
arus imigrasi perkapita di Jerman pada tahun 1980-an bahkan jauh lebih tinggi
daripada angka tersebut di negara-negara imigrasi klasik seperti Amerika
Serikat, Kanada atau Australia. Dari data yang di peroleh, lebih dari 15 juta
orang dengan apa yang disebut “latar belakang imigrasi“ yang tinggal di
Jerman. Menurut definisi Badan Statistik Federal, kelompok itu mencakup
semua orang yang berimigrasi di Jerman, serta orang yang lahir di Jerman dari
orang tua yang paling sedikit satu orangnya adalah imigran. Sekitar 7 juta
orang di antara mereka adalah warga negara asing, dan 8 juta orang telah
memperoleh kewarganegaraan Jerman atau melalui naturalisasi, atau karena
mereka tergolong ke-4 juta transmigran keturunan Jerman.9
Imigran Turki merupakan kelompok imigran yang paling banyak di
Jerman. Menurut data yang diperoleh, Jerman memiliki hampir empat juta jiwa
populasi Muslim dan 2,5 juta dari jumlah populasi Muslim tersebut merupakan
8 Fakta mengenai Jerman-Migrasi dan Integrasi, diakses 11 Oktober 2014 pukul 16.10 WIB, dari; http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/migrasi-dan-
integrasi.html 9 Ibid
6
imigran keturunan Turki.10
Sejak tahun 1961 imigran dari Turki mulai masuk
ke Jerman dikarenakan kebutuhan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja
dan tenaga ahli di Jerman cukup tinggi.11
Dilihat dari pengalaman sejarah
Jerman, kekurangan sumber daya manusia di Jerman dilatar belakangi oleh
keterlibatan Jerman berturut-turut dalam Perang Dunia dan juga peristiwa
Holocaust yang terjadi di Jerman pada masa pemerintahan Adolf Hitler. Oleh
karena itu, pada tahun 1961 para imigran tersebut datang ke Jerman atas
undangan Jerman sebagai pekerja tamu dan diharapkan mendorong proses
industrialisasi Jerman yang tengah berkembang pada saat itu.
Keberadaan imigran dalam jumlah besar tersebut menjadi permasalahan
tersendiri di Jerman sebab banyak imigran merupakan tenaga tidak terampil,
karena Jerman mengundang “pekerja tamu” untuk pekerjaan sederhana dengan
upah murah. Sehingga terdapat kesulitan-kesulitan bagi kelompok imigran
untuk dapat berintegrasi dengan pola kehidupan di Jerman. Dalam dua
dasawarsa terakhir dari kedatangan para imigran di Jerman, hanya tercapai dua
kemajuan dalam hal integrasi yaitu kewarganegaraan Jerman dapat diperoleh
dengan lebih mudah, kontak antara para migran dan masyarakat Jerman
digiatkan, dan sikap menerima keanekaan etno-budaya telah meningkat
10
Angela Merkel Multikulturalisme di Jerman telah gagal, diakses 07 Agustus 2014 pukul 09.51,
dari;http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/10/18/140864-angela-
merkel-multikulturalisme-jerman-telah-gagal
Lihat
Multikultural Jerman gagal, Upaya membangun sebuah masyarakat yang multikultural di
Jerman dinyatakan “sama sekali gagal’ oleh Kanselir Jerman Angela Merkel, Diunduh 07
Agustus 2014, dari;
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/10/101017_germanymultikultural.shtml 11
History of the Guest Workers-Immigration of Foreign Workers. Diunduh, 12 Oktober 2014
pukul 18.47, dari;
http://www.germany.info/Vertretung/usa/en/04__W__t__G/02/03/Feature__3.html.
7
Kemajuan itu semakin diperkuat dengan ditetapkannya Undang-Undang
Urusan Migrasi yang mulai berlaku pada tahun 2005 pada masa pemerintahan
Angela Merkel. Tidak hanya itu, Angela Merkel juga memberikan respon yang
signifikan terkait permasalahan integrasi dengan imigran. Realisasi dari respon
Angela Merkel terhadap permasalahan imigran adalah “Rencana Integrasi
Nasional” di tahun 2007. Rencana tersebut diperiksa secara teratur setiap
tahunnya dengan mengadakan konferensi bersama wakil semua kelompok
masyarakat yang terkait dan organisasi-organisasi kaum imigran. Sasaran
utama dari rencana integrasi tersebut adalah integrasi ke dalam pasaran kerja
melalui pendidikan dan peningkatan kemampuan bahasa Jerman.12
Upaya-
upaya yang dilakukan pemerintah Jerman untuk mengintegrasikan imigran
dengan masyarakat asli Jerman tidak dapat berjalan dengan baik bagi kelompok
imigran dan keturunannya, terutama kelompok imigran Turki. Secara perlahan
timbul keresahan-keresahan tersendiri bagi masyarakat asli Jerman terhadap
keberadaan kelompok imigran terutama kelompok imigran Turki dan
keturunannya. Pernyataan kanselir Angela Merkel pada 16 Oktober 2010
mendukung pernyataan bahwa Jerman telah gagal dalam multikulturalisme.
Dikutip dalam pidatonya di Postdam kepada kaum muda partai konservatif
pimpinannya Serikat Kristen Demokrat atau Partai CDU, sebagai berikut:
12
Fakta mengenai Jerman-Migrasi dan Integrasi, diakses 11 Oktober 2014 pukul 16.10,
dari;http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/main-content-08/migrasi-dan-
integrasi.html
8
“Diawal tahun 60-an, negara kita memanggil para pekerja asing untuk datang
ke Jerman dan sekarang mereka telah tinggal di negara kita, kita mempercayai
kalau mereka tidak akan tinggal dan pergi pada satu waktu, tetapi
kenyataannya tidak begitu. Dan tentu saja, upaya untuk membangun sebuah
masyarakat multikultural dan hidup berdampingan...telah gagal, sama sekali
gagal”13
Sehingga, pada akhirnya persoalan multikulturalisme dan integrasi
menjadi perdebatan dalam negeri Jerman.
Dari karakteristiknya, Jerman adalah salah satu bangsa Eropa yang
memiliki karakteristik khusus dimana pengalaman perang dan peristiwa jaman
Nazi membentuk masyarakat Jerman menjadi bangsa yang sangat cinta damai.
Oleh karena itu, masalah integrasi antara masyarakat Jerman dan imigran Turki
sangat menarik dilihat Jerman memiliki pengalaman sejarah tersendiri terkait
isu rasisme dan karakteristik bangsa unik yang sangat cinta damai serta
memiliki pengaruh yang cukup besar bagi integrasi Uni Eropa dimana Jerman
menjadi kelompok negara pelopor terbentuknya Uni Eropa serta negara yang
hingga pada tahun 2014 mendukung integrasi Eropa ditengah maraknya
Eurosceptic serta isu Xenophobia di kawasan Eropa Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
“Mengapa politik multikulturalisme tidak berhasil di Jerman?”
13 Bbc.co.uk, Multikultural Jerman Gagal, diakses pada tanggal 02 Maret 2015 pukul 14.08 dari;
http://www.bbc.co.uk/indonesia/lg/dunia/2010/10/101017_germanymultikultural.shtml
9
C. Tujuan Penelitian
Melalui penulisan skripsi beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti, sebagai berikut:
1. Mengetahui pokok-pokok permasalahan yang dihadapi imigran dan orang
asli Jerman terkait upaya integrasi yang dilakukan pemerintah Jerman.
2. Mengetahui faktor-faktor pendorong kemunculan dan menguatnya gerakan
anti-imigran di Jerman pada masa pemerintahan Angela Merkel.
3. Berkontribusi dalam kajian hubungan internasional terkait masalah
imigran di negara-negara maju sebagai upaya perlindungan hak-hak
minoritas di negara liberal.
4. Mengetahui efektivitas upaya integrasi imigran dengan orang asli Jerman
yang dilakukan oleh pemerintah Jerman.
5. Memperkaya kajian Ilmu Hubungan Internasional mengenai permasalahan
di kawasan Uni Eropa (HI).
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam membahas permasalahan penelitian sangat
diperlukan. Teori maupun konsep yang digunakan dalam suatu penelitian
merupakan jembatan yang akan menghubungkan antara rumusan masalah
dengan hipotesa. Dikarenakan teori merupakan generalisasi abstrak mengenai
beberapa fenomena, yang dalam menyusun generalisasinya, teori selalu
memakai konsep-konsep yang lahir dari pikiran manusia. Oleh karena itu, teori
memiliki sifat yang abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai atau digunakan
10
sebagai sarana untuk memahami fenomena atau permasalahan yang ada. Pada
penelitan ini akan digunakan konsep politik multukulturalisme.
Konsep Politik Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah aliran atau paham tentang banyak budaya yang
mengarah pada keberagaman budaya. Dalam menjelaskan mengenai nilai-nilai
multikultural yang ada, terdapat beberapa indikator sebagai berikut; belajar
hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara
saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai
(mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepensi, resolusi
konflik, dan rekonsiliasi nir-kekerasaan.14
Menurut H.A.R Tilaar,
multikulturalisme merupakan institusionalisasi dari keanekaragaman
kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok etnis di dalam suatu
nation-state melalui bidang atau sistem hukum, pendidikan, kebijakan
pemerintah dalam kesehatan dan perumahan, bahasa, praktik-praktik
keagamaaan dan bidang lainnya.15
Sedangkan politik multikulturalisme adalah politik tentang hak-hak
minoritas. Politik multikulturalisme mendorong negara liberal untuk
memperluas respek terhadap otonomi kultural bangsa lain di luar negeri ke
dalam negerinya dalam bentuk pengakuan hak-hak kelompok minoritas. Salah
tokoh dalam kajian multikulturalisme terkait hak-hak minoritas dalam teori-
14
Zakiyatun Baidhawy,Building Harmony and Peace Through Multiculturalist Theology,(British
Journal of relogious Education, Vol 29. No.1, 2007), hal-77 s/d 97 15
H.A.R Tilaar,Multikulturalisme : Tantangan-tantangan global masa depan dalam transformasi
pendidikan nasional,(Jakarta : Grasindo, 2004), hal.387
11
teori liberal adalah Will Kymlicka. Menurutnya, subjek hak dalam
pendekatannya melalui teori liberal adalah bukan individu melainkan subjek
kolektif atau kelompok. Dan subjek kolektif tersebut dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1. “Gerakan-gerakan sosial baru” yaitu gerakan kaum homoseksual, kaum
miskin kota, kaum cacat atau feminisme.
2. “Minoritas nasional” yaitu kelompok-kelompok masyarakat yang
potensial dapat memerintah sendiri,tetapi diintegrasikan ke dalam sebuah
negara yang lebih luas,seperti penduduk berbahasa Perancis di Quebec-
Kanada.
3. Kelompok-kelompok etnis yaitu para imigran yang meninggalkan
komunitas nasionalnya untuk masuk ke dalam masyarakat lain, misalnya
orang Turki di Jerman.
Ketiga subjek itu memiliki masing-masing tiga macam hak kolektif,
yakni hak-hak perwakilan khusus, hak-hak untuk memerintah sendiri dan hak
polietnis.16
Istilah “multikultural” mencakup berbagai bentuk pluralisme budaya
yang berbeda. Keberagaman tersebut memiliki dua pola besar yaitu, keragaman
budaya timbul dari masuknya ke dalam negara yang lebih besar, budaya-
budaya yang berkuasa sebelumnya, terkonsentrasi secara teritorial yang disebut
negara multi-bangsa dan yang kedua yaitu keragaman budaya timbul dari
imigrasi perorangan atau keluarga yang disebut negara polietnis. Para imigran
16
Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural, (Jakarta: Pustaka LP3ES,2002), hal.xxi
12
pada kategori kedua itu bergabung ke dalam suatu perkumpulan lepas yang
disebut kelompok etnis. Mereka berintegrasi ke dalam masyarakat yang lebih
besar dan diterima sebagai anggota penuh masyarakat tersebut. Sementara
mereka sering mencari pengakuan yang lebih besar atas identitas etnis mereka,
tujuan mereka bukan untuk menjadi bangsa terpisah dan mempunyai
pemerintah sendiri di sisi masyarakat yang lebih besar, melainkan mengubah
institusi dan undang-undang masyarakat dominan untuk menjadikannya lebih
menerima perbedaan kebudayaan.17
Dalam kajiannya mengenai politik multikulturalisme, Kymlicka
berpendapat bahwa minoritas bangsa tidak berbicara mengenai kelompok ras
atau keturunan, melainkan mengenai kelompok kebudayaan.18
Oleh karena itu,
subjek hak dalam pendekatannya bukan perorangan melainkan kolektivitas.
Menurutnya, hak kolektif adalah hak yang dijalankan oleh kolektivitas,
bertentangan dengan hak yang dijalankan oleh perorangan.19
Sehingga terdapat
tiga hak spesifik kelompok dalam politik multikulturalisme yaitu:
1. Hak atas pemerintahan sendiri. Di kebanyakan negara multibangsa, unsur
bangsa cenderung menuntut bentuk otonomi politik atau yuridiksi
wilayah, agar dapat memastikan pengembangan yang bebas dan penuh
dari kebudayaan mereka dan kepentingan rakyatnya. Pada tingkat
ekstrem, bangsa dapat menginginkan melepaskan diri, apabila mereka
berpikir bahwa penentuan nasib sendiri itu tidak mungkin di dalam
negara yang lebih besar.
17
Ibid, hal.14 18
Ibid,hal 33 19
Ibid, hal 51
13
2. Hak-hak polietnis. Dalam tiga puluh tahun terakhir ini, kelompok
imigran telah berhasil menantang model „konformitas Inggris‟ yang
menerima bahwa mereka harus meninggalkan semua aspek warisan etnis
mereka dan berasimilasi pada norma-norma dan adat istiadat kebudayaan
yang ada. Pada awalnya tantangan itu hanya berbentuk tuntutan hak
untuk menyatakan secara bebas kekhasan mereka tanpa takut akan
prasangka atau diskriminasi dalam masyarakat dominan.
3. Hak perwakilan khusus. Sementara kepedulian tradisional para minoritas
bangsa dan kelompok etnis adalah untuk pemerintahan sendiri atau hak
polietnis, kini tampak semakin meningkat perhatian kelompok-kelompok
itu, dan juga kelompok sosial non-etnis lainnya, pada gagasan atas hak
perwakilan khusus.20
Dari tiga bentuk hak-hak kelompok yang dibedakan diatas, Kymlicka
juga memberikan dua garis besar mengenai tuntutan atas hak-hak kolektif yang
diajukan oleh suatu kelompok etnis atau bangsa. Yang pertama menyangkut
tuntutan suatu kelompok terhadap anggotanya sendiri dan yang kedua terhadap
yang lebih besar. Kedua macam tuntutan itu, disebut yang pertama
„pembatasan internal‟ dan yang kedua „perlindungan eksternal‟. Pembatasan
internal menyangkut hubungan di dalam kelompok-kelompok etnis atau
kelompok bangsa dapat mencari penggunaan kekuasaan negara untuk
membatasi kebebasan kelompoknya sendiri atas nama solidaritas kelompok.
Perlindungan eksternal mencakup hubungan antar kelompok yakni kelompok
20
Ibid, hal.40 s/d 47
14
etnis atau nasional dapat meminta untuk melindungi keberadaan dan
identitasnya yang berbeda itu dengan membatasi dampak keputusan yang
diambil oleh masyarakat yang lebih luas.21
Dalam politik multikulturalisme
unsur-unsur dari hak kolektif tersebut menjadi bagian terpenting dalam
penerapaannya terhadap kewarganegaraan multikultural.
Konsep politik multikulturalisme menjadi acuan dalam melihat
penerapan kebijakan integrasi antara masyarakat asli Jerman dengan kelompok
imigran. Konsep ini menjadi gambaran kondisi ideal dalam kewargaan
multikultural di Jerman, dilihat bahwa Jerman merupakan negara dengan
keberagaman tipe kedua yaitu negara polietnis. Pada akhirnya, melalui konsep
ini memberikan saran kebijakan yang tepat dalam mengintegrasikan
masyarakat Jerman dengan para imigran Turki.
E. Hipotesa
Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan
hipotesa sebagai berikut : kegagalan multikulturalisme di Republik Federal
Jerman pada masa pemerintahan Angela Merkel disebabkan oleh tidak
terpenuhinya dua unsur dari hak minoritas dalam penerapan politik
multikulturalisme di Jerman untuk masayarakat keturunan imigran Turki yaitu:
1. Hak polietnis berupa pembatasan keberadaan identitas yang berbeda
dari masyarakat yang lebih luas.
2. Hak perwakilan khusus berupa pengakuan dan partisipasi dalam
pemerintahan di Jerman.
21
Ibid, hal 52 s/d 53
15
F. Jangkauan Penelitian
Jangkauan penelitian dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam
menganalisis permasalahan yang dirumuskan. Sehingga peneliti membatasi
penelitian yang akan diteliti. Peneliti mengarahkan penelitiian ini pada kasus
kegagalan integrasi masyarakat Jerman dengan imigran Turki pada tahun 2010
sampai dengan 2014. Namun, tidak menutup kemungkinan peneliti
menggunakan data dan fakta sebelum tahun 2010 sebagai unit eksplanasi yang
memperkuat analisis, terutama dalam melihat kasus disintegrasi antara imigran
dan masyarakat Jerman.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakaan dalam tulisan ini adalah
telaah pustaka (library research) yaitu data penelitian yang didapat dari
beberapa sumber dalam hal ini diwakili oleh informasi-informasi dari literatur-
literatur yang relevan seperti buku, majalah, surat kabar, dan data elektronik
(internet) yang berkaitan dengan pokok permasalahan dan dilakukan dengan
cara menghimpun data sekunder. Data-data yang didapat dari berbagai sumber
tersebut akan digunakan sebagai bahan untuk membantu menganalisa
fenomena yang akan dibahas dalam penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan skripsi ini dipaparkan sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi tentang pendahuluan. Pada bab ini
menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesa,
16
jangkauan penelitian, teknik pengumpulan data, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Bab dua membahas tentang sejarah masuknya dan
dinamika imigran di Jerman sebelum masa pemerintahan
Angela Merkel dan pada saat masa pemerintahan
kanselir Angela Merkel, upaya-upaya integrasi
masyarakat keturunan imigran Turki dengan masyarakat
asli yang dilakukan pemerintah Jerman serta perbedaan
pola nilai-nilai yang dianut masyarakat Jerman dengan
masyarakat keturunan imigran Turki dari segi budaya,
sosial, hukum, dan kegiatan ekonomi.
BAB III : Bab tiga membahas mengenai analisis kebijakan
multikulturalisme di Jerman dari awal masuknya
kelompok imigran hingga meningkat sampai pada masa
kanselir Angela Merkel.
BAB IV : Bab empat membahas tentang faktor-faktor penyebab
kegagalan multikulturalisme di Jerman serta dampak
kegagalan multikulturalisme tersebut bagi integrasi dan
lingkungan domestik Jerman.
BAB V : Bab lima berisi kesimpulan, yang menguraikan
kesimpulan atas penyebab kegagalan multikulturalisme
di Jerman pada masa pemerintahan kanselir Angela
Merkel.