KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PERENDAMAN TAHU YANG ...
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PERENDAMAN TAHU YANG ...
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PERENDAMAN TAHU YANG BERFORMALIN
DENGAN VARIASI KONSENTRASI
LARUTAN GARAM
ANNA MANALU
P07534016052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PERENDAMAN TAHU YANG BERFORMALIN
DENGAN VARIASI KONSENTRASI
LARUTAN GARAM
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III
ANNA MANALU
P07534016052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
DEPARTEMENT OF HEALTH ANALYST
KTI, JUNY 2019
ANNA MANALU
The Effect of Formalin Soaking Tofu with Variation in Salt Solution
Concentration
x + 28 pages + 6 tables + 4 pictures + 1 grafic + 3 attachment
ABSTRACT
Tofu is food material that very interested by society because of its low
price. The existence of protein and fat content is quite high, make tofu including
products that are easy or fast rot. So thatthere are traders who use formalin as a
preservative. Formalin is a toxic and dangerous ingredient when it enters the body
which can suppress cell function, poisoning and even cause death.In general, the
purpose of this study was to determine the percentage decrease in formalin
content in tofu before and after soaking with salt solvent.
The study was conducted in March-June 2019 in the Amami Chemistry
Laboratory Health Polytechnic of the Indonesian Ministry in Medan. This type of
research uses quasi experimental with post-test only control group design. The
samples were purchased from the Medan Aksara Market and were given
immersion intervention a 1% formalin for 30 minutes.
Based on the semi quantitative test results with the Food Contamination
Test Kit F-09, the concentration of 2.5% salt solution can reduce formalin levels
0.80 ppm (50%),5% the concentration of salt solution can reduce the formalin
level of 1.40 ppm (70%),7.5% the concentration of salt solution can reduce the
formalin level of 1.20 ppm (75%),10% the concentration of salt solution can
reduce the formalin level of 1.20 ppm (80%), 12.5% the concentration of salt
solution can reduce the formalin level of 1.25 ppm (83.34%), all variations in the
concentration of saltv Solvent, can reduce the formalin levels in tofu.
Keywords : Tofu, formalin, salt solution
Reading List : 17 (2005-2018)
ii
POLITEKNIK KESEHATAN RI MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
KTI, JUNI 2019
ANNA MANALU
Pengaruh Perendaman Tahu yang Berformalin dengan Variasi Konsentrasi
Larutan Garam
x + 28 halaman + 6 tabel + 4 gambar + 1 grafik + 3 lampiran
ABSTRAK
Tahumerupakanbahanmakanan yang sangatdigemariolehmasyarakat
karenaharganya yang murah.Adanyakandungan protein danlemak yang
cukuptinggi, membuattahutermasukproduk yang mudahataucepatbusuk.Sehingga
ada pedagang yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Formalin
merupakan bahan beracun dan berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh yang
dapat menekan fungsi sel, keracunan bahkan menyebabkan kematian. Secara
umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentasi penurunan
kandungan formalin pada tahu sebelum dan sesudah di rendam dengan larutan
garam.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2019 di Laboratorium Kimia
Amami Poltekkes Kemenkes RI Medan. Jenis penelitian menggunakan
eksperimental semu dengan desain post-test only control group. Sampel di beli
dari Pasar Aksara Medan dan diberi intervensi perendaman formalin konsentrasi
1% selama 30 menit.
Berdasarkan hasil uji secara semi kuantitatif dengan Food Contamination Tes
Kit F-09, konsentrasi larutan garam 2,5% dapat menurunkan kadar formalin
0,80 ppm (50%), konsentrasi larutan garam 5% dapat menurunkan kadar formalin
1,40 ppm (70%), konsentrasi larutan garam 7,5% dapat menurunkan kadar
formalin 1,20 ppm (75%), konsentrasi larutan garam 10% dapat menurunkan
kadar formalin 1,20 ppm (80%), konsentrasi larutan garam 12,5% dapat
menurunkan kadar formalin 1,25 ppm (83,34%), Semua variasi konsentrasi
larutan garam, dapat menurunkan kadar formalin pada tahu.
Kata kunci : Tahu, Formalin, Larutan garam
Daftar Bacaan : 17 (2005-2018)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Perendaman Tahu yang Berformalin dengan
Variasi Konsentrasi Larutan Garam”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Program Diploma III di Poltekkes Kemenkes Medan
Jurusan Analis Kesehatan. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
mendapat banyak bimbingan, saran, bantuan,serta doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Ahli Teknologi Laboratorium
Medik.
2. Ibu Endang Sofia,S.Si. M.Si selaku ketua Jurusan Analis Kesehatn Medan
3. Bapak Musthari, S.Si, M.Biomed selaku pembimbing dan ketua penguji
yang telah memberikan waktu seta tenaga dalam membimbing, memberi
dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Rosmayani Hasibuan, S.Si, M.Si selaku penguji I dan Ibu Halimah
Fitriani Pane, SKM, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
masukan berupa kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Seluruh Dosen dan staff pegawai Jurusan Analis Kesehatan Medan.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis yaitu Bapak Lintong Manalu, Ibu
Farida Siallagan serta kakak dan adik penulis yang telah memberikan
dukungan materil dan doa yang tulus, semangat, motivasi selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman-teman seperjuangan jurusan Analis Kesehatan stambuk 2016,
sahabat (Ira Sinaga, Murni Purba, Tesalonika Marpaung, Novita Tarigan,
iv
Gita Simanjuntak, Estetika Gulo), adik-adik stambuk 2017 dan 2018 dan
masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
selalu setia memberikan dukungan dan semangat. Semoga kita bisa menjadi
Analis yang profesional dan bertanggungjawab.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari sempurna.Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini.Akhir kata kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Medan, Juni 2019
Penulis
Anna Manalu
v
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR GRAFIK ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1. Tujuan Umum 3
1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Tahu 4
2.1.1. Nilai Gizi Tahu 5
2.1.2. Syarat Mutu Tahu 5
2.1.3. Pembuatan Tahu 6
2.2. Bahan Tambahan Makanan 8
2.3. Pengawetan Pangan 9
2.4. Formalin (Formaldehida) 11
2.4.1. Kegunaan Formalin 12
2.4.2. Formalin Bukan Bahan Tambahan Makanan 13
2.4.3. Bahaya Formalin 13
2.4.4. Tanda-tanda Makanan Mengandung Formalin 14
2.5. Garam 14
2.6. Uji Test Formalin Metode Colorimetric KIT Test 16
2.7. Kerangka Konsep 17
2.8. Defenisi Operational 17
BAB 3METODE PENELITIAN 18
3.1. Jenis dan Desain Penelitian 18
3.1.1. Jenis Penelitian 18
3.1.2. Desain Penelitian 18
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 18
3.2.1. Lokasi Penelitian 18
3.2.2. Waktu Penelitian 18
3.3. Sampel Penelitian 18
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18
3.4.1. Jenis Data 18
vi
3.4.2. Cara Pengumpulan Data 19
3.5. Metode Penelitian 19
3.6. Alat dan Reagensia 19
3.6.1. Alat 19
3.6.2. Reagensia 19
3.6.2.1.Prosedur Pembuatan Larutan Reagensia 20
3.6.2.2.Pengujian Larutan Standar 20
3.7. Prosedur Kerja 20
3.7.1. Persiapan Sampel 20
3.7.2. Cara Kerja Pengujian Tes Formldehyda 21
3.8. Pengolahan dan Analisa Data 22
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23
4.1. Hasil 23
4.2. Pembahasan 25
BAB 5 SIMPULAN SAN SARAN 28
5.1. Simpulan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 gr Tahu 5
Tabel 2.2. Syarat Mutu Tahu 6
Tabel 3.1. Alat yang digunakan 20
Tabel 4.1.Hasil Uji Kadar Formalin Tahu Putih sebelumPerendaman
dengan Variasi Konsentrasi Larutan Garam 24
Tabel 4.2.Hasil Uji Kadar Formalin Tahu PutihsetelahPerendaman
denganVariasi Konsentrasi Larutan Garam 25
Tabel 4.3. Persentase Penurunan Kadar Formalin Tahu Putih 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Tahu Putih 5
Gambar 2.2. Struktur Kimia Formaldehide 11
Gambar 2.3. Garam 16
Gambar 3.1. Ilustrasi Perlakuan Pada Tahu 22
ix
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 4.1. Grafik Persentase Penurunan Kadar Formalin 26
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Menteri Kesehatan
Lampiran 2 Gambar Proses dan Hasil Penelitian
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Akhir-akhir ini di Indonesia banyak terjadi permasalahan konsumen
khususnya pada bidang pangan.Diantaranya adalah kasus-kasus tentang masalah
penyalahgunaan bahan berbahaya pada produk pangan ataupun bahan yang
diperbolehkan tetapi melebihi batas yang ditentukan. Produk pangan yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat yang merupakan sumber protein nabati, tidak
disadari telah terkontaminasi oleh bahan berbahaya. Produk pangan yang
dimaksud salah satunya adalah tahu.
Tahu merupakan bahan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat
Indonesia.Karena harganya yang murah, dan dapat dijangkau oleh masyarakat
lapisan bawah sekalipun.Adanya kandungan protein dan lemak yang cukup tinggi,
membuat tahu termasuk produk yang mudah atau cepat busuk.Protein dan lemak
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jasad renik pembusuk seperti
bakteri(B.Sarwono, 2005).
Dalam suhu ruang dan tanpa kemasan, umur simpan tahu hanya 1-2
hari.Penyimpanan yang relatif singkat sangat merugikan pedagang dan produsen
tahu, sehingga melakukan penyalahgunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan
pangan.Salah satu bahan kimia yang sering disalahgunakan adalah formalin.
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung
dan tenggorokan, dan rasa membakar. Beberapa hal yang menyebabkan
pemakaian formalin untuk bahan tambahan makanan meningkat, antara lain
harganya lebih murah,jumlah yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet
lainnya, mudah digunakan untuk proses pengawetan karena bentuknya larutan,
waktu pemprosesan pengawetan lebih singkat, mudah didapatkan di toko bahan
kimia(Cahyadi, 2008).
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan
protein sehingga membentuk suatu rangkaian-rangakaian antara protein yang
2
berdekatan.Sifat antimicrobial dari formaldehid menginaktivasi protein dengan
cara mengkondensasi dengan amino bebas. Akibat dari reaksi tersebut, protein
mengeras dan tidak dapat larut. Formaldehid mungkin berkombinasi dengan asam
amino bebas dari protein pada sel protoplasma, merusak nucleus, dan
mengkoagulasi protein (Cahyadi, 2008).
Adapun tanda-tanda tahu yang mengandung formalin adalah bentuknya sangat
bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah
busuk.Bau agak menyengat dan aroma kedelai sudah tak nyata lagi.Tandayang
paling mudah dikenali bahwa makanan mengandung formalin adalah lalat tidak
mau mendekat (Widyaningsih, 2006).
Hasil pengujian Balai Besar POM di Jakarta pada November-Desember 2005
terhadap 98 sampel yang dicurigai mengandung formalin, 56 sampel diantaranya
mengandung formalin dan dengan perincian tahu sebanyak 46% positif
mengandung formalin (Sudirman, 2012).
Kekhawatiran akan gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi bahan makanan
yang mengandung formalin mendorong masyarakat untuk mengambil sikap safety
dengan mengurangi bahkan menghindari produk itu. Untuk mengurangikadar
formalin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya melalui proses
penggaraman(Widyaningsih, 2006).
Pada proses penggaraman terjadi penetrasi garam karena adanya perbedaan
konsentrasi. Lama kelamaan kecepatan proses pertukaran garam semakin lambat
dan menurun bahkan berhenti sama sekali setelah terjadinya keseimbangan.
Garam dengan konsentrasi tinggi akan menyerap cairan pada sampel yang
memiliki konsentrasi lebih rendah (Adawyah, 2014).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wella Mutia didapatkan
hasil bahwa adanya penurunan kadar formalin pada tahu dengan perendaman air
garam pada konsentrasi 1,3 %, 2 %, 3%, 4,5%, dan 6, 75% dengan berturut-turut
yaitu 28,07%, 37,74%, 42,59%, 50,14% dan 66,34%. Hal ini menunjukkan bahwa
variasi konsentrasi larutan air garam dapat menurunkan kadar formalin pada tahu.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik ingin melakukan penelitiankembali
dengan judul “Pengaruh Perendaman Tahu yang Berformalin dengan Variasi
3
Konsentrasi Larutan Garam. Adapun konsentrasi larutan garam yang digunakan
adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, dan 12,5% serta waktu perendaman selama 15
menitsecara semi kuantitatifdengan melihat hasil perbandingan antara reaksi yang
ada pada kertas uji dengan skala warna.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalahapakah ada pengaruh perendamaan tahu yang berformalin dengan berbagai
konsentrasi larutan garam?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui persentasi penurunan kadar formalin pada tahu sebelum
dan sesudah direndam dengan larutan garam.
1.3.2.Tujuan Khusus
Untuk menentukanpada konsentrasi berapa larutan garam mempunyai
kemampuan tertinggi dalam mengurangi kandungan formalin pada tahu.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat mengenai cara mengurangi formalin yang terdapat pada tahu
putih, sehingga masyarakat dapat mengaplikasikan penurunan formalin pada
tahu putih dengan menggunakan larutan air garam dan dengan lama waktu
perendaman.
2. Dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa/I untuk penelitian di masa
yang akan datang.
3. Informasi yang diperoleh dari penelitian diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tahu
Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyaringan
kedelai yang telah digiling dengan penambahan air. Penggumpalan protein
dilakukan dengan cara penambahan cairan biang atau garam garam kalsium,
misalnya kalsium sulfat yang dikenal dengan nama batu tahu, batu coko, atau
sioko. Tahu juga dikenal dengan makanan rakyat karena harganya yang murah,
dapat dijangkau oleh masyarakat lapisan bawah sekalipun.
Selain nilai NPU (net protein utilization) yang baik, tahu mempunyai daya cerna
yang tinggi, karena sebagian serat kasar yang larut dalam air kedelai telah
terbuang selama proses pengolahan. Daya cerna tahu berkisar antara 85-98%, nilai
paling tinggi antara produk kedelai lainnya.Itulah sebabnya tahu dapat dikonsumsi
oleh semua kelompok umur, termasuk para penderita saluran pencernaan
(Rahmawati F. , 2013).
Selain sebagai sumber protein, tahu juga mengandung zat gizi lain yang
diperlukan oleh tubuh seperti lemak, vitamin dan mineral. Kadar lemak tahu
memang tidak tinggi.Namun lemak tahu tergolong bermutu tinggi karena 80%
dari asam lemak penyusunnya terdiri dari asam lemak tak jenuh.Kadar asam
lemak jenuh hanya sekitar 15% dan tidak mengandung kolesterol. Lesitin yang
terdapat pada tahu dapat mengurangi penimbunan asam lemak lain maupun
kolesterol yang terakumilasi dalam organ-organ tubuh seperti pembuluh darah.
Adanya kandungan protein yang cukup tinggi dan lemak, tahu termasuk produk
yang mudah atau cepat busuk.Protein dan lemak merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan jasad renik pembusuk seperti bakteri.Dalam suhu ruang dan
tanpa kemasan, umur simpan tahu hanya 1-2 hari.Lebih dari waktu tersebut
rasanya menjadi asam, lalu berangsur-angsur menjadi membusuk. Untuk
mengatasinya cara perebusan dan perendaman dapat dilakukan untuk
memperpanjang masa simpan tahu 3-4 hari. Sementara pendinginan dapat
mempertahankan umur simpan tahu sekitar 5 hari(B.Sarwono, 2005).
5
Gambar 2.1. Tahu Putih
2.1.1. Nilai Gizi Tahu
Tahu sebagai produk olahan dari kedelai mempunyai kandungan gizi yang
cukup tinggi terutama protein.Dan merupakan makanan andalan untuk perbaikan
gizi.
Tabel 2.1.Kandungan gizi dalam tiap 100 gram tahu.
Kandungan gizi Jumlah
Energi (kal) 79
Protein (g) 7,8
Lemak (g) 4,6
Karbohidrat (g) 1,6
Kalsium (mg) 124
Fosfor (mg) 63
Zat besi (mg) 0,8
Vitamin A (S.I.) 0
Vitamin B 1 (mg) 0,06
Sumber:(Sobardan, 2006)
2.1.2. Syarat Mutu Tahu
Departemen perindustrian telah mengeluarkan standar mutu tahu yaitu SNI
Nomor 01-3142-1998.Standar ini meliputi beberapa parameter yang
mempengaruhi mutu tahu.
6
Tabel 2.2.Syarat Mutu Tahu
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
a. Bau
b. Rasa
c. Warna
d. Penampakan
-
-
-
-
Normal
Normal
Putih normal atau kuning normal
Normal tidak berlendir dan tidak
berjamur
2 Abu % b/b Maksimal 1,0
3 Protein % b/b Minimal 9,0
4 Lemak % b/b Minimal 0,5
5 Serat kasar % b/b Maksimal 0,1
6 Bahan tambahan
pangan
% b/b Sesuai SNI 01-0222-M dan peraturan
Ment. Kes No.772/Ment.
Kes/per/IX/1998
7 Cemaran arsen mg/kg Maksimal 0,1
8 Cemaran mikroba
- E.coli
- Salmonella
APM/g
/25 g
Maksimal 6
Negative / 25 gram
Sumber:(Rahmawati F. , 2013)
2.1.3. Pembuatan Tahu
Pada dasarnya proses pembuatan tahu terdiri atas dua bagian, yaitu
pembuatan susu kedelai dan penggumpalan proteinnya. Sebagai zat penggumpal
secara tradisional biasanya digunakan biang, yaitu cairan yang keluar pada waktu
pengepresan dan sudah diasamkan semalam.Sebagai pengganti, dapat digunakan
air jeruk, cuka, larutan asam laktat, Larutan CaCl2 dan CaSO4.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rendaman protein dan mutu tahu
adalah cara penggilingan atau ekstraksi, pemilihan bahan baku, bahan
penggumpal, dan keadaan sanitasi proses pengolahan pada umumnya.
7
Hasilpenelitian telah menunjukkan bahwa ekstraksi secara panas menghasilkan
rendaman lebih banyak.
Proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut:
1. Perendaman
Kedelai kering dibersihkan, kemudian ditimbang beratnya dan di rendam
dalam air semalaman. Volume air yang digunakan untuk merendam 2-3 kali berat
kedelai
2. Penirisan
Kedelai direndam, dicuci, dan ditiriskan dengan air bersih sebanyak 2-3 kali.
3. Penggilingan
Kedelai hasil rendaman di giling dan ditambahkan air dengan rasio air kedelai
sekitar 6:1.Bubur kedelai yang dihasilakan ditempatkan pada wadah besar untuk
dihilangkan buihnya yang ada di permukaan.
4. Penyaringan
Bubur kedelai disaring dengan kain, ampas kedelai biasanya diekstrak
cairannnya lagi dengan ditambah air panas, diaduk dan disaring.
5. Pendidihan
Susu kedelai dipanaskan sampai mendidh. Untuk menghindari kegosongan
pada dasar bejana pemasak, pendidihan dilakukan dengan api kecil dan diaduk
terus menerus. Setelah dididihkan selama 10-20 menit.Kemudian didinginkan.
6. Koagulasi
Larutan koagulasi atau pennggumpal disiapkan pada saat susu kedelai
didinginkan. Pembuatan larutan penggumpal dengan ditambah air panas dan di
aduk. Dua jenis penggumpal yang biasa digunakan adalah Kristal Ca-sulfat dan
nigari yang kandungan utamanya adalah MgCl2. Garam Ca mula-mula dilarutkan
dalam air panas dan larutan tesebut di campur rata dengan 1 liter susu kedelai
panas (70-800C).
7. Pengepresan
Setelah gumpalan mengendap, cairan supernatant dibuang dan endapan di
pindah dalam cetakan kayu berlubang-lubang kecil pada dasar dan dinding
cetakan yang telah diberi alas kain tipis.Bagian pinggir kain kemudian di lipat di
8
bagian atas endapan.Dari endapan yang terbungkus kain ditekan dengan beban
seberat 500 gram, selama 30 menit atau sampai terbentuk tahu.Tahu yang
dihasilkan mempunyai rasa yang hambar, tekstur lembut dan warna yang putih.
Biasanya tahuyang telah diperoleh dieramkan dulu selama semalam, kemudian
direbus kembali sebelum dipasarkan.Pada saat ini dapat dilakukan penambahan
garam atau pewarnaan dengan kunyit, masing-masing sekitar 2% (Kanetro, 2017).
2.2.Bahan Tambahan Makanan
Pada umumnya pengolahan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Atribut kualitas makanan
meliputi:
1. Sifat indrawi atau organoleptic, yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai dengan
panca indra seperti sifat kenampakan (bentuk, ukuran, warna): cita
rasa:asam,asin, manis, pahit; tekstur, yaitu sifat yang dinilai dengan indra
peraba (halus, lembut,kasar)
2. Kandungan dengan nilai gizi yaitu karbohidrat, protein,lemak, vitamin,
mineral dan lain-lain.
3. Keasaman makanan yang dikonsumsi, yaitu terbebas dari bahan-bahan kimia
berbahaya/tercemaratau racun yang bersifat mikrobiologis.
Makanan yang tersaji harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih
menarik, rasa enak, warna dan konsistensinya baik serta awet. Untuk
mendapatkan makanan yang diinginkan maka sering pada proses pembuatannya
dilakukan penambahan bahan tambahan makanan (Widyaningsih, 2006).
Defenisi bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, flavor, dan memperpanjang daya simpan.Selain
itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral, dan vitamin.Jenis-
jenis bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah bahan pengawet,
pewarna, pemutih, pemanis, antioksidan, pengikat logam, pengental, emulsifier,
buffer, zat gizi, flavoring agent, dan sebagainya (Widyaningsih, 2006).
9
Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut
Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dan No.1168/Menkes/PER/X/1999
sebagai berikut:
1. Natrium tetraborat (boraks)
2. Formalin (formaldehyde)
3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oils)
4. Kloramfenikol (chloramphenicol)
5. Kalium klorat (potassium chlorate)
6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate, DEPC)
7. Nitofuranzon (nitrofuranzone)
8. P-Phenetilkarbamida
9. Asam salisilat dan garamnya(Cahyadi, 2008).
Adapun Bahan Tambahan Makanan yang aman digunakan sebagai bahan
pengawet yang telah diizinkan oleh badan POM, adalah asam benzoate, asam
propionate, asam sorbet, natrium benzoat (yuliarti, 2007).
2.3. Pengawetan Pangan
Beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bahan
pangan, antara lain:
1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba
Dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba dalam bahan pangan tidak
banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut. Akan tetapi,
apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan
berkembang lebih cepat sehingga bahan pangan akan mudah rusak.
2. Aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan pangan
Enzim dapat berasal secara alami di dalam bahan pangan, atau dapat berasal
dari mikroba yang mencemari bahan pangan.Enzim yang dikeluarkan oleh
mikroba dapat menimbulkan perubahan bau, warna, dan tekstur pada bahan
pangan.
3. Kandungan air dalam bahan pangan
10
Umumnya bahan pangan yang mudah rusak adalah bahan pangan yang
mempunyai kandungan air yang tinggi.Air dibutuhkan oleh mikroba dalam
pertumbuhannya serta berlangsungnya reaksi biokimia.Air yang dibutuhkan
adalah air bebas, apabila air yang terikat kuat secara kimia sulit digunakan
mikroba untuk hidup.Oleh sebab itu, dengan menambahkan gula, garam dan
sejenisnya dalam jumlah yang cukup dapat mengikat air, dan makanan tetap awet
walaupun memiliki kandungan air yang tinggi.
4. Factor lingkungan
a. Suhu
Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempercepat kerusakan bahan
pangan tergantung pada jenis bahan pangan.Pada umumnya suhu penanganan
bahan pangan, setiap kenaikan 100C, kecepatan reaksi kimia naik dua kali lipat.
b. Udara
Udara khususnya oksigen yang terkandung dalam pangan merupakan penyebab
utama ketengikan bahan pangan yang berlemak.Oksigen menimbulkan kerusakan
warna sehingga pangan menjadi pucat.
c. Sinar
Kerusakan pangan akibat tersinari matahari nampak jelas pada makanan yang
berwarna.Sinar merusak kandungan vitamin pada bahan pangan misalnya vitamin
B2, Vitamin A dan vitamin C.
d. Waktu penyimpanan
Untuk penyimpanan jangka panjang, metode pengawetan harus dilakukan denagn
cara membunuh mikroba atau menginaktifkan enzim yang menjadi penyebab
kerusakan(Sonhaji, 2014).
Oleh karena banyak faktor yang menyebabkan kerusakan pada bahan pangan
maka dibutuhkan pengawetan makanan. Pengawetan makanan merupakan cara
yang digunakan untuk memperpanjang daya simpan bahan makanan dan cara
mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Pengawetan makanan
ditujukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur serta memperlambat
oksidasi dari lemak yang menyebabkan ketengikan.
11
Pengawetan dapat dilakukan dengan cara biologi, kimia, dan fisika. Pengawetan
bahan makanan secarakimia menggunakan bahan kimia seperti gula pasir, garam
dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoate, asam propionate, asam sitrat, dan garam
sulfat(Ayustaningwarno, 2014).
Larutan garam yang digunakan sebagai bahan pengawet seharusnya lebih pekat
dari sitoplasma dalam sel mikroorganisme. Oleh sebab itu, air akan keluar dalam
sel dan sel akan mengalami dehidrasi dan menjadi kering.
2.4. Formalin (Formaldehida)
Formaldehid merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang
ditambahkan pada bahan pangan (makanan), tetapi ada kemungkinan formaldehid
digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan asin, ikan basah, dan produk
pangan lainnya. Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama
dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O
mengandung kira-kira 37% gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10-
15% methanol untuk menghindari polimerasasi (Cahyadi, 2008).
Struktur bangun dari formaldehida dapat dilihat dari gambar 2.1.sebagai berikut:
Gambar 2.2. Struktur Kimia Formaldehida
Formaldehid adalah gas dengan titik didih 210C sehingga tidak dapat disimpan
dalam keadaan cair ataupun gas. Namun jika disimpan formaldehid akan di
metabolism menjadi asam formiat dan methanol untuk menghindari
metilformat.Dalam perdagangan dijumpai formalin, yaitu larutan formaldehid
yang mengandung 34-38% b/b CH2O dengan metil alcohol sebagai stabilisator
untuk memperlambat polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang
padat (Cahyadi, 2008).
12
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung
dan tenggorokan, dan rasa membakar. Bobot tiap milliliter ialah 1,08 gram. Dapat
becampurdalam air dan alcohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan
eter. Sifatnya yang mudah larut dalam air dikarenakan adanya electron sunyi pada
oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hydrogen molekul air (Cahyadi,
2008).
Sifat antimicrobial dari formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya
menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan amino bebas dalam
protein menjadi campuran lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat seiring
dengan peningkatan suhu.Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika
formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk suatu rangkaian-
rangakaian antara protein yang berdekatan.Akibat dari reaksi tersebut, protein
mengeras dan tidak dapat larut. Formaldehid mungkin berkombinasi dengan asam
amino bebas dari protein pada sel protoplasma, merusak nucleus, dan
mengkoagulasi protein(Cahyadi, 2008).
Formaldehid dapat merusak bakteri karena bakteri adalah protein.Pada reaksi
formaldehid dengan protein, yang pertama kali diserang adalah gugus amina pada
posisi dari lisin di antara gugus-gugus polar dari peptidannya.
Bila tahu direndam dalam tahu direndam dalam larutan formalin 2% selama 30
menit dapat memperpanjang daya tahan penyimpanannya pada suhu ruang selama
4-5 hari tahu menjadi keras dan tidak berlendir (Suprati, 2012).
2.4.1.Kegunaan Formalin
Dalam dunia fotografi formalin digunakan sebagai pengeras gelatin dan kertas.
Formalin juga sering digunakan dalam pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan
parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi
busa.Formalin digunakan sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam
berbagai keperluan industry, yaitu pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
pembasmi lalat maupun bebagai serangga lainnya.Di bidang industry kayu,
formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis.
13
Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1%) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai bahan konsumenseperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet.Di dalam industry
perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di
sisik ikan.Formalin efektif dalam pengobatan kulit berlendir. Formalin dalam
dunia kedokteran digunakan dalam pengawetan mayat, untuk pengawetan
biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10% (yuliarti, 2007).
2.4.2. Formalin Bukan Bahan Tambahan Makanan
Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita yang
sangat mengejutkan pada penghujung tahun 2005 dan awal 2006, Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan telah melakukan uji laboratorium 761 sampel
makanan di beberapa kota besar Indonesia. Hasilnya beberapa jenis bahan
makanan olahan yaitu mi basah, bakso, tahu, dan ikan asin positif mengandung
formalin.
Ada beberapa hal yang menyebabkan pemakaian formalin untuk bahan tambahan
makanan meningkat, antara lain harganya lebih murah dibanding pengawet
lainnya seperti natrium benzoate, atau natrium sorbet. Selain itu, jumlah yang
digunakan tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah digunakan untuk proses
pengawetan karena bentuknya larutan, waktu pemprosesan pengawetan lebih
singkat, mudah didapatkan di toko bahan kimia dalam jumlah besar, dan
rendahnya pengetahuan masyarakat produsen tentang bahan formalin.
Pada pembuatan tahu, penambahan formalin dilakukan pada proses pengumpulan
tahu yang akan menyebabkan tekstur tahu yang lebih keras atau tidak mudah
hancur. Formalin juga digunakan untuk perendaman tahu yang sudah jadi karena
tahu yang direndam formalin selain tekstur tahu menjadi lebih keras juga tahu
lebih awet tidak berbau atau berlendir selama 5 hari dalam air rendaman.Tahu
tanpa formalin, satu hari setelah produksi berbau agak asam dan berlendir
(Cahyadi, 2008).
2.4.3.Bahaya Formalin
14
Umumnya formalin masuk ke dalam tubuh manusia, melalui 2 jalan, yakni
melalui mulut dan saluran pernafasan.Jika formalin terhirup lewat pernafasan
akan segera di absorbsi ke paru dan menyebabkan paparan.
Formalin akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentuk DNA
di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA kacau, maka akan memicu terjadinya
sel-sel kanker dalam tubuh manusia.
Bahaya formalin:
1) Bila terhirup dapat menimbulkan iritasi, kerusakan jaringan dan luka pada
saluran pernafasan, hidung, dan tenggorokan. Tanda tanda lainnya adalah
bersin, batuk-batuk radang tenggorokan sakit dada, lelah, jantung berdebar,
sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan kematian.
2) Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna yaitu kulit menjadi
merah, keras mati rasa dan terbakar.
3) Bila terkena mata dapat menimbulkan iritasi sehingga mata memerah, sakit,
gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat sehingga lensa
mata rusak.
4) Bila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, mual,
muntah, diare, kejang, atau tidak sadar hingga koma. Selain itu juga terjadi
kerusakan hati, jantung, otak, system susunan saraf pusat (yuliarti, 2007).
2.4.4.Tanda-tanda Makanan Mengandung Formalin
Makanan yang mengandung formalin umumnya awet dan dapat bertahan
lebih lama.Bahan makanan yang mengandung formalin ketika sedang dimasak
kadang-kadang masih mengeluarkan bau khas formalin yang menusuk. Tanda-
tanda tahu yang mengandung formalin adalah bentuknya sangat bagus, kenyal,
tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah busuk. Bau agak
menyengat dan aroma kedelai sudah tak nyata lagi.Tandayang paling mudah
15
dikenali bahwa makanan mengandung formalin adalah lalat tidak mau mendekat
(yuliarti, 2007).
2.5. Garam
Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya
kristal putih, seringkali dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang
tersedia secara umum adalah natrium klorida (NaCl), dengan komposisi natrium
(40%) dan klorida (60%) (Sasongkowati, 2014).
Kecepatan penetrasi garam, dipengaruhi oleh tingkat kemurnian dari
garam.Garam yang baik adalah garam yang mengandung NaCl cukup tinggi dan
sedikit mengandung elemen magnesium (Mg) maupun kalsium (Ca) (Adawyah,
2014).
Garam memiliki karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air,
dengan tingkat kepadatan sebesar 2,16 g/cm3, titik lebur pada tingkat suhu 8010c,
dan titik didih 14560C, serta kelarutan dalam air adalah 35,9 g/100 mL. Garam
dapur dibuat melalui penguapan air laut, dengan proses sederhana, dan
meninggalkan sejumlah mineral dan elemen lainnya sehingga diangggap sebagai
garam yang paling alamiah (Sasongkowati, 2014).
Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan tertahan
garam akan mati. Kondisi selektifnya memungkinkan mikroorganisme yang tahan
garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi
mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotikyang
tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan kebanyakan
mikroorganisme tidak dapat hidup (Estiasih, 2017).
Proses penggaraman menggunakan garam sebagai media pengawet, baik yang
berbentuk larutan maupun kristal. Proses penggaraman sebaiknya dilakukan
ditempat yang teduh. Daya awet sampel yang digarami beragam bergantung pada
jumlah garam yang dipakai.Semakin banyak garam yang di pakai semakin
panjang daya awet sampel karena garam dapat berfungsi menghambat atau
menghentikan reaksi autolysis dan membunuh bakteri yang terdapat pada sampel
yang diawetkan.Cara kerja garam ialah menyerap cairan tubuh bakteri sehingga
16
proses metabolisme bakteri terganggu karena kekurangan cairan, akhirnya bakteri
mengalami kekeringan dan mati.Sebelum melakukan proses penggaraman
sebaiknya di tangani lebih dahulu dengan baikagar sebagian bakteri yang
dikandung dapat dihilangkan.Di dalam proses osmosis, kepekatan garam makin
lama makin berkurang karena air dari dalam sampel secara berangsur-angsur
masuk ke dalam larutan garam, sementara sebagian garam masuk ke dalam
sampel (Adawyah, 2014).
Kadar garam mempunyai pengaruh dalam penurunan kadar formalin.
Formalin dapat larut dalam air garam karena garam merupakan golongan
surfaktanyang dapat menimbulkan reaksi safonifikasi.Larutan Safonifikasi
mempunyai daya bersihterhadap formalin yang lebih baik daripada larutan air saja
(Suprati, 2012).
Gambar 2.3. Garam
2.6. Uji Tes FormalinMetode Colorimetric KIT Test
Prinsip kerja dari Colrometric KIT Test yaitu formaldehid bereaksi dengan 4-
amino-3-hidrazino-5-mercapto-1,2,4 trizole untuk membentuk suatu warna ungu
tetrazine, konsentrasi dari formalin diketahui melalui pengukuran semi kuantitatif
dengan hasil perbandingan visual larutan dengan bidang warna pada skala kartu
warna. Reaksi kimia yang terjadi antara reagen dengan sampel yang mengandung
formalin akan menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna ungu tetrazin dan
air. Hal ini dikarenakan adanya reaksi hidrolisis dari 4-amino-3-hidrazino-5-
mercapto-1,2,4 trizole. Formalin dalam sampel membentuk senyawa perantara.
Senyawa tersebut apabila ditambahkan Pottasium Iodide akan mengalami reaksi
17
oksidasi gugus karbonil yang teroksidasi sehingga menghasilkan senyawa
kompleks berwarna ungu tetrazine(Rahmawati, 2017).
Jika hasil warna adalah sama atau lebih kuat dibandingkan dengan warna gelap
pada skala, ulangi pengukuran dengan menggunakan tabung uji baru, sampel
diencerkan sampai diperoleh nilai kurang dari 1,5 mg/l HCHO (Environmental,
2012).
2.7. Kerangka Konsep
2.8. Defenisi Operational
1. Garam mempunyai sifat mengikat air bebas pada sampel sehingga tidak
tersedia air bebas pada sampel sehingga menghambat pertumbuhan mikroba.
Garam yang digunakan adalah garam dapur cap Jangkaryang biasa di
konsumsi masyarakat. Konsentrasi garam dapur cap Jangkar yang digunakan
sebagai pengawet, memiliki variasi yang berbeda-beda antara lain:2,5%, 5%,
7,5%, 10%, dan 12,5% serta lama perendaman tahu dengan larutan garam
selama 15 menit.
2. Kualitas tahu yang tidak memenuhi syarat, berpengaruh buruk pada
konsumen karena zat pengawet yang digunakan seperti formalin bersifat
Variabel Bebas Variabel Terikat
Perendaman dengan
Variasi konsentrasi
larutan garam
Kadar Formalin pada
tahu yang berformalin
Hasil Analisis = Hasil pengukuran x factor pengenceran
18
karsinogenik. Tahu yang akan diberi perlakuan pada penelitian ini diambil
dari tahu putih yang dijual di pasar Aksara Medan.
3. Kandungan formalin yang digunakan sebagai bahan pengawet pada tahu
sesuai dengan syarat yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
772/Menkes/Per/ IX/1998. Dengan kriteria Objektif :
Memenuhi syarat: bila tahu yang dijual tidak mengandung formalin
Tidak memenuhi syarat: bila tahu yang dijual mengandung formalin.
4. Pemeriksaan formalinpada penelitian ini dengan metode kolorimetri
menggunakan Food Contamination Tes Kit F-09. Konsentrasi formaldehida
dapat diketahui melalui pengukuran semi kuantitatif dengan melihat hasil
perbandingan antara reaksi yang terbentuk pada kertas skala warna.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1.Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan jenis Eksperimental semu untuk
mengetahuipengaruh perendamantahu yang mengandung formalin dengan variasi
konsentrasi larutan garam tanpa menyimpulkan perubahan yang disebabkan oleh
perlakuan.
3.1.2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain post-test only control group dengan
memberikan perlakuan. Dari desain ini efek dari perlakuan terhadap variabel
dependen akan di uji dengan cara membandingkan pada kelompok setelah dikenai
perlakuan untuk menentukan keefektifan dari perlakuan tersebut.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Amami Politeknik Kesehatan RI
Medan Jurusan Analis Kesehatan di Jl.Williem Iskandar No.6 Pasar V Barat,
Medan Estate.
3.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2019.
3.3.Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tahu putih yang dijual di pasar
Aksara Medan. Nantinya akan di rendam dalam formalin dengan konsentrasi 1%
dengan tujuan agar tahu terindikasi positif mengandung formalin.
3.4.Jenis dan Cara pengumpulan Data
3.4.1.Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan data primer dengan mengumpulkan dan
mengolah sendiri data dari objek yang diteliti.
20
3.4.2.Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data diperoleh melalui pengujian secara semi kuantitatif
dengan Food Contamination Tes Kit F-09 sebelum dan sesudah dilakukan
perendaman dengan konsentrasi larutan garamyang berbeda-beda.
3.5.Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode
kolorimetri dengan menggunakan Food Contamination Tes Kit F-09.
3.6.Alat dan Reagensia
3.6.1. Alat
Tabel 3.1.Alat yang digunakan
No Nama alat Ukuran
1 Labu Erlenmeyer 250 ml
2 Tabung uji atau tabung reaksi -
3 Pipet volume 5 ml
4 Beaker glass 100 ml
5 Neraca analitik -
6 Labu Ukur 100 ml
7 Tangkai pengaduk -
8
9
10
11
12
Pipet tetes
Sentrifugasi
Bulp Pipet
Mortar dan Pestle
Pipet skala
-
-
-
-
-
3.6.2. Reagensia
Aquadest
Garam cap Jangkar untuk pembuatan larutan garam konsentrasi 2,5%, 5%,
7,5%, 10%, dan 12,5%.
21
Formalin 1%
Reagen Fo-1 28 ml
Reagen Fo-23 g
3.6.2.1.Prosedur Pembuatan Larutan Reagensia
1. Larutan garam
Pembuatan reagensia larutan garam konsentrasi 2,5%, yaitu:
2,5 gr garam dapur, ditambah dengan aquadest hingga 100 ml.
Pembuatan reagensia larutan garam konsentrasi 5%, yaitu:
5 gr garam dapur, ditambah dengan aquadest hingga 100 ml, begitu juga
dengan konsentrasi garam lainnya.
2. Pembuatan reagensia larutan formalin konsentrasi 1%, yaitu: 2,7ml formalin,
ditambah dengan aquadest hingga 100 ml.
3.6.2.2. Pengujian Larutan Standar
1. Larutan standar formalin 1% di pipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi.
2. Tambahkan 5 tetes reagen F0-1
3. Tambahkan 1 level microspoon hijau pada tutup yang terdapat pada reagent
Fo-2.
4. Jika terjadi perubahan warna menjadi ungu yang menunjukkan formalin
positif dan reagen dapat digunakan.
3.7. Prosedur Kerja
3.7.1. Persiapan Sampel
1. Tahu direndam dengan formalin dengan konsentrasi 1% selama 30 menit,
dengan tujuan agar terindikasi positif mengandung formalin. Pastikan
sampel tahu terendam seluruhnya.
2. Kemudian ditiriskan
3. Tahu yang telah terindikasi formalin ditimbang dengan berat yang sama
yaitu 20 gram dan kemudian dilakukan perendaman menggunakan suhu
ruangan (20-250C) dan perlakuan ini dilakukan sebanyak sampel yang ada.
22
4. Masing-masing bagian sampel tahu yang telah mengandung formalin
kemudian di rendam dengan variasi konsentrasi larutan garam 2,5%, 5%,
7,5%, 10%, dan 12,5%. Setelah melalui proses perendaman lihat hasil
perbandingan warna pada kertas uji melalui pengukuran semi kuantitatif.
Garam 2,5%, 15 menit Garam 5%, 15 menit Garam 7,5%, 15 menit
Garam 10%, 15 menit Garam 12,5%, 15 menit Aquadest 15 menit
Gambar 3.1. Ilustrasi Perlakuan Terhadap Tahu
3.7.2. Cara Kerja Pengujian Tes Kit Formaldehyda
1. Haluskan masing-masing sampel tahu sebelum direndam dan sesudah di
rendam dengan variasi konsentrasi larutan garam 2,5%, 5%, 7,5%, 10%,
dan 12,5%.
2. Sampel dicairkan dengan aquadest.
3. Kemudian masukkan sampel yang sudah di haluskan ke dalam tabung
reaksi.
4. Masukkan sampel ke dalam tabung uji masing-masing sebanyak 5 ml
5. Tambahkan 5 tetes reagent Fo-1 kemudian aduk hingga rata. (Posisi
menambahkan reagent harus tegak lurus/vertical)
6. Tambahkan 1 level microspoon hijau pada tutup yang terdapat pada reagent
Fo-2.
7. Diamkan selama 5 menit masukkan kedua tabung uji ke dalam comprator
geser, kemudian geser comprator dari atas, buka kedua tutup tabung uji lalu
bandingkan dengan standar skala warna
8. Apabila sampel mengandung formalin maka terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu.
23
3.8.Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dilakukan secara manual, disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik dan setelah itu dinarasikan sebagai penjelasan untuk melihat penurunan
formalin pada tahu.
23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data Hasil Penelitian diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di
Laboratorium Kimia Amami Poltekkes Kemenkes RI Medan Jurusan Analis
Kesehatan. Sampel Tahu putih yang digunakan dalam penelitian di beli dari Pasar
Aksara Medan, yang akan direndam dengan formalin konsentrasi 1% selama 30
menit agar tahu putih terindikasi positif mengandung formalin.
Pemeriksaan sampel pada penelitian ini, menggunakan Food Contamination
Tes Kit F-09 secara semi kuantitatif. Pengamatan terhadap perubahan warna
larutan yang terbentuk warna ungu sampai ungu tua setelah sampel direaksikan
dengan Reagen Fo-1 dan Reagen Fo-2 menandakan sampel mengandung
formalin.
Apabila hasil warna adalah sama atau lebih kuat dibandingkan dengan warna
gelap pada skala, ulangi pengukuran dengan menggunakan tabung uji baru,
sampel diencerkan sampai diperoleh nilai kurang dari 1,5 mg/l.
Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1. Hasil Uji Kadar Formalin Tahu Putih setelah Perendaman dengan
Formalin
No Kode
Sampel
Hasil Pengukuran
(ppm)
Faktor
Pengenceran
Hasil Analisis
Kadar Formalin (ppm)
1 A 0,8 2x 1,6
2 B 0,8 2x 1,6
3 C 1,0 2x 2,0
4 D 0,8 2x 1,6
5 E 1,5 Tanpa
pengenceran 1,5
6 F 1,5 Tanpa
pengenceran 1,5
24
Tabel 4.2. Hasil Uji Kadar Formalin Tahu Putih setelah Perendaman dengan
Variasi Konsentrasi Larutan Garam
No Kode
Sampel
Konsentrasi
Larutan
Garam
Hasil
Pengukuran
(ppm)
Faktor
Pengenceran
Hasil Analisis
Kadar Formalin
(ppm)
1 A Kontrol 1,50 Tanpa
pengenceran 1,50
2 B 2,5 % 0,80 Tanpa
pengenceran 0,80
3 C 5,0 % 0,60 Tanpa
pengenceran 0,60
4 D 7,5 % 0,40 Tanpa
pengenceran 0,40
5 E 10,0 % 0,10 3x 0,30
6 F 12,5% 0,25 Tanpa
pengenceran 0,25
Keterangan : Kontrol ( Perendaman dengan aquades)
Tabel 4.3. Persentase Penurunan Kadar Formalin Tahu Putih
No KonsentrasiLarutan
Garam
Kadar Formalin (ppm)
Penurunan kadar
formalin (%)
Sebelum
Perendaman
Sesudah
Perendaman
Selisih
(ppm) Persentase
1 Kontrol 1,60 1,50 0,10 6,25
2 2,5 % 1,60 0,80 0,80 50
3 5,0 % 2,00 0,60 1,40 70
4 7,5 % 1,60 0,40 1,20 75
5 10,0 % 1,50 0,30 1,20 80
6 12,5% 1,50 0,25 1,25 83,34
Pada tabel hasil penelitian diatas penurunan kadar formalin pada tahu putih
dengan perendaman berbagai konsentrasi larutan garam, menunjukkan bahwa
seluruh sampel mengalami penurunan setelah diberi perlakuan. Dimana persentase
penurunan konsentrasi larutan garam 2,5% sebesar 50%, pada konsentrasi larutan
garam 5% sebesar 70%, pada konsentrasi larutan garam 7,5% sebesar 75%, pada
25
konsentrasi larutan garam 10% sebesar 80%, pada konsentrasi larutan garam
12,5% sebesar 83,34%.
Grafik 4.1. Grafik Persentase Penurunan Kadar Formalin
Dari grafik diatas penurunan kadar formalin pada tahu dengan variasi
konsentrasi larutan garam berturut-turut mengalami kenaikan, artinya kadar
formalin pada tahu mengalami penurunan, ini dikarenakan oleh salah satu sifat
formalin yang larut dalam air garam.
4.2. Pembahasan
Sampel untuk penelitian ini adalah tahu putih yang sengaja direndam dalam
formalin 1% selama 30 menit. Menurut jurnal (Suprati, 2012), bila tahu direndam
dalam larutan formalin dosis agak tinggi (2%) selama 30 menit dapat
memperpanjang daya simpan tahu selama 4-5 hari pada suhu ruang, tahu menjadi
keras dan tidak berlendir. Adapun hasil pengamatan dari penelitian yang
dilakukan setelah sampel tahu sengaja diberi formalin memiliki bentuk sangat
bagus, tidak mudah hancur, kenyal, bau agak menyengat dan aroma kedelai tidak
ada lagi.
Tahu putih yang telah di rendam dengan formalin konsentrasi 1% selama 30
menit, kemudian direndam dengan larutan garam dengan konsentrasi 2,5%, 5%,
6,25
50
7075
8083,34
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Kontrol 2,50% 5% 7,50% 10% 12,50%
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e
Konsentrasi Larutan Garam
Persentase Penurunan Kadar Formalin
Persentase PenurunanKadar
26
7,5%, 10%, 12,5% selama 15 menit. Semua kadar formalin hasil pengukuran yang
tertera pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 tidak layak untuk dikonsumsi karena menurut
Permenkes RI Nomor 033 Tahun 2012, formalin merupakan bahan tambahan
yang dilarang digunakan dalam makanan.
Penurunan kadar tertinggi yang terdapat pada tabel 4.3 yaitu pada perlakuan
perendaman dengan konsentrasi larutan garam 12,5% sebesar 1,25 ppm (83,34
%). Dan penurunan kadar terendah terjadi pada sampel tahu putih pada perlakuan
perendaman larutan garam 2,5% sebesar 0,80 ppm (50%). Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh Wella Mutia bahwa tahu berformalin yang direndam dengan
larutan garam dapat mengalami penurunan kadar formalin.
Proses perendaman dengan larutan garam dapat menurunkan kadar formalin
karena sifat formalin yang mudah larut dalam air (Cahyadi,2008). Serta garam
dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyerap kadar air pada sampel tahu putih
yang memiliki konsentrasi lebih rendah (bersifat higroskopis). Sehingga nantinya
akan terjadi proses osmosis dan proses pertukaran garam semakin lambat bahkan
berhenti sama sekali karena terserapnya air dalam tahu ke dalam air garam
perendaman menyebabkan formalin pada tahu ikut larut. Formalin dapat larut
dalam air garam karena garam merupakan golongan surfaktan yang dapat
menimbulkan reaksi saponifikasi yaitu mempunyai daya bersih terhadap formalin.
Pada penelitian ini, penurunan kadar formalin tahu putih tidak konsisten atau
penyerapan formalinnya selama perendaman tidak sama walaupun polanya sama,
bisa terjadi karena dipengaruhi oleh tekstur dan kandungan kadar air yang terdapat
sampel tahu putih. Ketika kandungan air pada tahu lebih tinggi maka formalin
akan lebih banyak terikat pada tahu dibanding pada tahu dengan kandungan air
rendah. Pada setiap sampel A, B, C, D, maupun E memiliki tingkat kejenuhan
yang berbeda-beda yang ternyata berpengaruh terhadap tingkat penyerapan
formalin. Tahu yang berformalin mempunyai interaksi yang melibatkan senyawa
formaldehid dengan air, yang menyebabkan rendahnya kadar air pada tahu yang
berformalin. Sedangkan tekstur tahu yang telah diberi formalin menjadi keras
dibandingkan tanpa menggunakan formalin. Kerasnya tekstur tahu disebabkan
karena formalin masih mengendap dalam sampel sehingga tahu menjadi sukar
27
hancur. Factor lingkungan juga mempengaruhi proses penyerapan formalin
seperti suhu. Ketika protein diperhadapkan dengan peningkatan suhu yang
melebihi batas normal, sejumlah ikatan molekul protein menjadi melemah. Suhu
yang diharapkan saat proses perendaman dengan formalin ialah pada suhu
ruangan (20-250C). Setelah dilakukan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
larutan garam dapat menurunkan kadar formalin pada tahu putih.
28
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan larutan garam mampu menurunkan kadar
formalin pada tahu. Semakin tinggi konsentrasi kadargaram maka semakin besar
penurunan kadar formalin. Perendaman dengan larutan garam konsentrasi 12,5%,
memiliki kemampuan tertinggi dalam menurunkan kadar formalin pada tahu
dengan persentasi penurunan sebesar 83,34 %.
5.2. Saran
1. Bagi masyarakat yang akan mengkonsumsi tahu supaya merendam dengan
air garam terlebih dahulu dan mencuci kembali dengan air bersih agar tahu
lebih aman dari bahaya formalin. Serta masyarakat sebaiknya lebih
memperhatikan ciri-ciri tahu yang mengandung formalin sebelum
membelinya.
2. Bagi produsen tahu agar tidak menambahkan formalin dalam makanan
sebagai bahan pengawet karena dampak formalin ini sangat berbahaya bagi
kesehatan.
3. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan
bagi peneliti lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. (2014). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ayustaningwarno, F. (2014). Teknologi Pangan, Teori Praktis & Aplikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
B.Sarwono. (2005). Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Cahyadi, W. (2008). Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Environmental, L. M. (2012). Food Contamination Test Kit F-09. Jakarta: Indo
Tekno Plus.
Estiasih, K. A. (2017). Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kanetro, B. (2017). Teknologi Pengolahan dan Pangan Fungsional Kacang-
Kacangan. Yogyakarta: Plantaxia.
Rahmawati, F. (2013). Teknologi Proses Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan
Limbahnya. 4.
Rahmawati, H. (2017). Identifikasi Kandungan Formalin Pada Ikan Asin.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan,
56-57.
Ramdan, U. M. (2018). Efektifitas Penggunaan Air Leri Terhadap Keberadaan
Formalin Yang Terdapat Pada Produk Makanan Mie Basah. Prosiding
Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan, 174.
Sasongkowati, R. (2014). Bahaya Gula, Garam, Lemak. Yogyakarta: Indoterasi.
Sobardan, D. A. (2006). Mengenal Makanan Sehat. Jakarta: CV mandiri Pratama.
Sonhaji, A. (2014). Ragam Cara Pengawatan Makanan. Bandung: Sagita
Publishing.
Sudirman, N. (2012). Gambaran Penggunaan Pengawet Formalin Pada Tahu di
Pasar Tradisional Pabaeng-baeng Kota Makassar. Skripsi Jurusan
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri
Makassar, 5.
Suprati. (2012). Efektivitas Variasi Konsentrasi Larutan Air Garam dan Variasi
Waktu Perendaman dalam Menurunkan Kadar Formalin Pada Tahu Putih
. Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Semarang, 119.
Widyaningsih, E. S. (2006). Alternatif Pengganti Formalin pada Produk Pangan.
Surabaya: Trubus Agrisarana.
Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi
Publisher.
Lampiran 2 Gambar Hasil Penelitian
Labu Ukur Tabung Reaksi
Garam Food Contamination tes kit F-09
GelasUkur PipetSkala
Tahudirendamdengan formalin Tahutampakkenyal, tidakmudahhancur
Sampeldihaluskan Sampeldicairkandenganaquades
Sampel di sentrifugasi
Filrat sampel
Sampel direndam dengan larutan garam Ditetesi reagen Fo-1
Ditetesi reagen Fo-2 Filtrat bewarna ungu
Perbandingan warna yang terjadi setelah ditetesi reagen
Tabungtutupujidibuka, compratordigeser di atasstandarskalawarna
Warnapadatabung di sesuaikanpadakadar yang terterapadaskalawarna
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
NO JADWAL
BULAN
M
A
R
E
T
A
P
R
I
L
M
E
I
J
U
N
I
J
U
L
I
A
G
U
S
T
U
S
1 Penelusuran Pustaka
2 Pengajuan Judul
KTI
3 Konsultasi Judul
4 Konsultasi dengan
Pembimbing
5 Penulisan Proposal
6 Ujian Proposal
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Penulisan Laporan
KTI
9 Ujian KTI
10 Perbaikan KTI
11 Yudisium
12 Wisuda