karakteristik ilmuwan
-
Upload
christine-prita-bie -
Category
Documents
-
view
89 -
download
3
Transcript of karakteristik ilmuwan
KARAKTERISTIK ILMUWAN
DOSEN PENGAJAR :
Prof. Ir. Dewa Ketut Harya Putra, M.Sc, Ph.D
OLEH :
Christine Prita Purwanto
1291261009
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
Ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek
yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa sistem dan struktur ilmu
dapat dipertanggungjawabkan secarra terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka
untuk diuji oleh siapapun. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya
memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan
suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga
masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang
kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat
disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar. Akan
tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia
bukan sebaliknya. Disinilah letak tang-gung jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak
amat diperlukan. Oleh karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah.
Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah
barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan.
Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas Hamami M.,
1996, hal. 161).
Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena
sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah
yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang
tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari
prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan seca-ra sosial untuk melestarikan dan
keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya
selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.
Oleh karena itu, penulis menganggap ada beberapa hal penting yang harus dimiliki
oleh seorang ilmuwan, agar teorinya nanti menjadi suatu adi karya dan tidak ditolak
mentah-mentah oleh masyarakat, tetapi setidaknya dapat diterima dan dibandingkan
dahulu oleh masyarakat dengan teori sebelumnya. Kesepuluh karakteristik ilmuwan itu
adalah:
Rasional, seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus bersifat
rasional, artinya peneliti tersebut harus mampu menempatkan sesuatu pada
tempatnya, apa yang ia dapatkan dari meneliti haruslah diolah dengan baik
sehingga yang dihasilkan dapat diapahami oleh masyarakat. Jangan sampai
penelitian yang dihasilkan menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat,
sehingga secara logis masyarakat dapat menerima dan memahaminya.
Objektif, dalam melakukan penelitian seseorang tidak boleh menunjukkan
rasa simpatik pada objek yang diteliti, artinya dia merasa tidak berada dalam
objek tersebut, sehingga hasi penelitian lebih objektif, pun dalam
menyampaikan penelitiannya harus objektif dengan tidak memasukkan
pendapat-pendapat pribadi peneliti yang sifatnya subjektif. Selain itu
ilmuwan tidak boleh merasa pamrih terhadap objek yang diteliti
(disinterstedness).
Tekun, banyak peneliti terutama peneliti ilmu alam yang ketika dalam
proses penelitian mengalami kegagalan langsung merasa drop begitu saja,
sehingga malas untuk kembali melakukan penelitian. Sifat tekun dan pantang
menyerah ini perlu karena merupakan penunjang keberhasilan seorang
peneliti. Ambil contoh Thomas Alfa Edison yang terus mengulang
penelitiannya samapi 1000 kali dan akhirnya menemukan bola lampu.
Inovatif, seorang ilmuwan tidak boleh merasa puas begitu saja terhadap
teori yang dihasilkannya, seorang ilmuwan setidaknya dapat mengahasilkan
sesuatu yang baru tiap saat, dengan melakukan riset dan berbagai aktivitas
untuk menghasilkan penemuan yang baru dan lebih relevan dengan
perkembangan zaman
Demokratis,dalam artian bersikap terbuka apa hasil dari penelitiannya.
Seorang ilmuwan harus terbuka menyampaikan isi penelitiannya, sehingga
semua orang dapat mengetahuinya. Demokratis disini juga berarti, bahwa
ketika teorinya dikemukakan lalu ada orang atau ilmuwan lain yang
mengkritiknya, maka sebagai ilmuwan yang baik harus dapat menerima
kritikan itu untuk perbaikan hasil penelitian atau teorinya, serta mau
mengakui kesalahannya jika terdapat titik-titik kesalahan dalam teorinya.
Kritis, peneliti atau calon ilmuwan bahkan seorang ilmuwan juga perlu
memiliki sikap kritis. Kritis terhadap teori-teori lama maupun baru. Selain
menjadi objek kritikan sebagai penemu teori, ilmuwan juga harus kritis
dalam menanggapi teori-teori yang ada tetapi juga merasa pasti bahwa
pendapat terdahulu tersebut telah mencapai suatu kepastian, sehingga
diperlukan kejelian dalam melihat teori-teori tersebut. Pun dalam melakukan
penelitian, seorang peneliti harus kritis, bahwa semua yang ada didepannya
tidak semuanya baik dan diperlukan sebagai bahan penelitiannya, sehingga
peneliti dengan kekritisannya ini bersikap selektif pula.
Percaya diri, saat penelitian selesai dilakukan dan teorinya ditemukan dan
disampaikan pada khalayak, maka seorang ilmuwan harus memiliki sikap
convident (pecaya diri). Dalam penyampaian teorinya ilmuwan tidak boleh
merasa takut dengan kritikan yang akan diterimanya, jangan ketika dikritik
malahan menjadi inkonsisten terhadap apa yang dihasilkannya, walaupun
memang harus mengakui jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penelitiannya, tetapi setidaknya seorang ilmuwan dapat menyampaikan
argumen yang kuat untuk meyakinkan orang lain bahwa teori yang
dihasilkannya mencapai suatu kepastian.
Etis, seorang ilmuwan juga dituntut memiliki sikap etis yang selalu
berkehendak untuk mengembangkan ilmu, sikap etis ini juga menjadi
batasan bagi ilmuwan terutama ilmuwan-ilmuwan spesialisasi, dengan taat
terhadap batasan etik tersebut diharapkan akan menghilangkan kegelisahan
dan ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
Peka, sebagai seorang peneliti sekaligus ilmuwan yang peduli terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan demi kebahagiaan umat manusia. Maka
seorang ilmuwan harus peka terhadap kondisi yang ada disekitarnya, seorang
ilmuwan dituntut memeliki rasa sensitif terhadap perkembangan dan
kemajuan iptek. Dengan sikap demikian, maka ilmuwan merasa terpanggil
naluri ilmiahnya untuk melakukan penelitian-penelitian baru lagi dengan
harapan mendapatkan teori-teori baru pula, dimana temuan baru ini
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin besar
mengikuti pola perkembangan zaman
Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih
ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan
tertentu. Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi
lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan
kepatuhan terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan
menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manu-sia terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang
membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini
sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian
obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.
Daftar Pustaka
Amelia, Prisca. 2010. Sifat Ilmiah Ilmuan. [cited. 2012 November 2012]. Available from. http://priscaameliapica.blogspot.com/2010/06/sifat-ilmiah-ilmuan.html/
Putra, Ekamara Ananami. 2011. Menjadi Ilmuwan yang Baik. [cited. 2012 November 2012]. Available from. http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/27/menjadi-ilmuwan-yang-baik/