Jurnal Skripsi Mirza P

22
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SARANA PRODUKSI DAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT DI DESA BEBANIR BANGUN KECAMATAN SAMBALIUNG KABUPATEN BERAU Mirza Puspita Widiasari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman ABSTRACT This study was conducted to know the farmers’ income which derived by farming rice system in tidal swamps area, and to know efficiency in using input of productions of rice farming, and to know the contribution of rice production to fulfill rice requirement in this region. This study was conducted in Bebanir Bangun village, Sambaliung Sub District, Berau regency. There were thirty two respondents who were chosen randomly and grouped them based on their tidal swamps areas larges first. Then, the efficiency in using the input of productions of rice farming in tidal swamps area was analyzed by using Cobb Douglas production function. The study result was shown that the thirty two respondents’ income from their rice farming for 30.75 hectares per planting period was Rp 181,291,954.00 or the average income was Rp 5,665,373.56 per 0.96 hectare with the rices’ average productions 3.13 ton per 0.96 hectare. The using of urea and KCl fertilizer, Round Up herbicide and Labor were still inefficient, this was based on the value of allocation efficiency was higher than one, therefore the using of them need to be increase. Whereas, the using of seed, SP-36 fertilizer and Decis insecticide was over value (the value of allocation efficiency less than one) so that using of them should be decreased. Moreover, the contribution value of tidal swamps rice in Bebanir Bangun village was still lack to fulfill rice requirement in Sambaliung Sub district and Berau regency, each of both was only 5.83% and

Transcript of Jurnal Skripsi Mirza P

Page 1: Jurnal Skripsi  Mirza P

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SARANA PRODUKSIDAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI

(Oryza sativa L.) SAWAH DI LAHAN PASANG SURUTDI DESA BEBANIR BANGUN KECAMATAN SAMBALIUNG

KABUPATEN BERAU

Mirza Puspita Widiasari

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

ABSTRACT

This study was conducted to know the farmers’ income which derived by

farming rice system in tidal swamps area, and to know efficiency in using input of

productions of rice farming, and to know the contribution of rice production to

fulfill rice requirement in this region. This study was conducted in Bebanir

Bangun village, Sambaliung Sub District, Berau regency.

There were thirty two respondents who were chosen randomly and grouped

them based on their tidal swamps areas larges first. Then, the efficiency in using

the input of productions of rice farming in tidal swamps area was analyzed by

using Cobb Douglas production function.

The study result was shown that the thirty two respondents’ income from

their rice farming for 30.75 hectares per planting period was Rp 181,291,954.00

or the average income was Rp 5,665,373.56 per 0.96 hectare with the rices’

average productions 3.13 ton per 0.96 hectare. The using of urea and KCl

fertilizer, Round Up herbicide and Labor were still inefficient, this was based on

the value of allocation efficiency was higher than one, therefore the using of them

need to be increase. Whereas, the using of seed, SP-36 fertilizer and Decis

insecticide was over value (the value of allocation efficiency less than one) so that

using of them should be decreased. Moreover, the contribution value of tidal

swamps rice in Bebanir Bangun village was still lack to fulfill rice requirement in

Sambaliung Sub district and Berau regency, each of both was only 5.83% and

Page 2: Jurnal Skripsi  Mirza P

1.17% repectively. But, the contribution of rice production to fulfill rice

requirement of Bebanir Bangun can reached at 41.39%.

The data indicated that rice farming system in tidal swamps area can be

done more efficiently, the rice production will increase. So the contribution was

given to farmers’ income and able to fulfill rice requirement to be so high.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani padi

sawah di lahan pasang surut, mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sarana

produksi dan tenaga kerja oleh petani, serta mengetahui kontribusi produksinya

terhadap pemenuhan kebutuhan pangan daerah. Penelitian ini dilakukan di Desa

Bebanir Bangun Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau.

Petani responden ditentukan secara acak sederhana sebanyak 32 (tiga puluh

dua) orang yang sebelumnya dikelompokkan terlebih dahulu dalam strata

berdasarkan luas lahan. Tingkat efisiensi penggunaan sarana produksi dan tenaga

kerja dianalisis dengan fungsi Cobb-Douglas.

Hasil penelitian menunjukkan besar pendapatan usahatani padi sawah di

lahan pasang surut dalam satu musim tanam untuk 32 responden pada luasan

lahan 30,75 ha adalah Rp 181.291.954,00 atau rata-rata sebesar Rp

5.665.373,56/0,96 ha, dengan produksi rata-rata 3,13 ton/0,96 ha. Sedangkan

untuk penggunaan pupuk Urea, pupuk KCl, herbisida Round Up dan tenaga kerja

belum efisien, ini ditunjukkan dengan nilai efisiensi alokatif lebih besar dari satu

sehingga penggunaannya perlu ditambah. Sedangkan untuk penggunaan benih,

pupuk SP-36 dan insektisida Decis tidak efisien (berlebihan) dengan nilai efisiensi

alokatif kurang dari satu sehingga penggunaannya perlu dikurangi. Dan nilai

kontribusi padi pasang surut di Desa Bebanir Bangun terhadap pemenuhan

kebutuhan pangan Kecamatan Sambaliung dan Kabupaten Berau sangat kecil

masing-masing yaitu 5,83% dan 1,17%. Namun, kontribusi di Desa itu sendiri

dapat mencapai 41,39%.

Page 3: Jurnal Skripsi  Mirza P

Jika usahatani bisa dilakukan dengan lebih efisien, maka produksi akan

tinggi sehingga kontribusi yang diberikan akan sangat besar untuk pendapatan

petani maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor Pertanian selalu

diharapkan dapat menopang

perekonomian, baik tingkat nasional

maupun daerah. Peranan sektor

pertanian dalam sistem perekonomian

selama ini dalam bentuk penyediaan

pangan bagi penduduk, menyerap

sebagian besar tenaga kerja di

pedesaan, menyediakan bahan baku

industri dan ekspor serta mendorong

pertumbuhan ekonomi wilayah,

karena masyarakat pertanian

merupakan potensi pasar yang sangat

besar bagi produk sektor industri dan

jasa (Nappu, dkk., 2006).

Demikian juga di Kalimantan

Timur, sektor pertanian masih

diharapkan menjadi salah satu sektor

andalan (Nappu, dkk.,2006). Namun,

saat ini masih banyak lahan potensial

pertanian yang tidak termanfaatkan

secara optimal, misalnya lahan yang

sudah direklamasi atau lahan tidur

yang tidak diusahakan (Alihamsyah,

2003).

Padi merupakan komoditas

strategis dalam perekonomian dan

ketahanan pangan, dan apabila terjadi

penurunan produksi padi dapat

mengancam stabilitas nasional. Saat

ini walaupun daya saing padi terhadap

beberapa komoditas lain cenderung

turun, namun upaya pengembangan

dan peningkatan produksi padi

nasional mutlak diperlukan dengan

sasaran utama pencapaian

swasembada pangan dan peningkatan

kesejahteraan petani.

Saat ini ada sekitar 90%

produksi padi nasional dipasok dari

lahan sawah irigasi. Lahan sawah

dengan irigasi terluas berada di Pulau

Jawa, di Sulawesi Selatan dan

Sumatera Utara, akan tetapi dewasa

ini potensi untuk memperluas lahan

sawah dengan irigasi terbatas, karena

telah banyak yang terkonversi untuk

berbagai keperluan diluar pertanian.

Oleh karena itu, pada masa sekarang

ini salah satu lahan yang potensial

Page 4: Jurnal Skripsi  Mirza P

untuk dikembangkan menjadi lahan

pertanian adalah lahan pasang surut.

Lahan pasang surut merupakan

salah satu dari lahan marjinal yang

mempunyai potensi rendah dalam

menghasilkan suatu komoditas

pertanian. Namun, di Indonesia

keberadaan lahan pasang surut masih

cukup luas terutama di daerah

Sumatera (1,92 juta ha), Kalimantan

(1,01 juta ha) serta Maluku dan Papua

(3,51 juta ha), sehingga dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan

produksi padi sekaligus sebagai

peluang untuk meningkatkan

pendapatan para petani (Litbang

Deptan, 2006). Berdasakan data dari

Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Propinsi Kalimantan Timur pada

tahun 2005 luas lahan sawah pasang

surut di Kalimantan Timur mencapai

16.124 ha.

Pentingnya pengembangan

lahan-lahan diluar Pulau Jawa,

terutama lahan pasang surut untuk

ketahanan pangan dimasa mendatang

telah disadari sejak tahun 1968,

sehingga untuk pengembangan

tanaman pertanian khususnya padi

juga telah dipikirkan dan dilakukan

riset serta mulai dibuka dan

dikembangkan dengan penerapan

berbagai teknologi. Menurut Noor

(1996) lahan pasang surut di

Kalimantan memiliki produksi padi

yang tinggi yaitu 2 sampai 4,6 ton

Gabah Kering Giling (GKG)/ha.

Setiap tahun pertumbuhan

penduduk lebih tinggi dari laju

penurunan konsumsi, sehingga jumlah

permintaan pangan meningkat.

Menurut Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Propinsi Kaltim (2006) pada

tahun 2005 jumlah penduduk

Kalimantan Timur 2.928.655 jiwa dan

kebutuhan konsumsi beras 330.938

ton, sedangkan produksi padi 499.557

ton GKG setara dengan 289.684 ton

beras, dengan demikian kekurangan

beras untuk konsumsi sebanyak

41.254 ton.

Kabupaten Berau merupakan

salah satu wilayah yang potensial

untuk pengembangan usahatani padi

sawah baik dengan menggunakan

sistem irigasi, pasang surut dan tadah

hujan. Data statistik Dinas Pertanian

Kabupaten Berau (2005) menyebutkan

bahwa luas panen untuk padi sawah

terbesar adalah di Kecamatan

Sambaliung dengan luas panen 1.053

ha dan produksi 3.464 ton pada tahun

Page 5: Jurnal Skripsi  Mirza P

2005, dengan luas lahan sawah pasang

surut di Kabupaten Berau adalah

seluas 2.936 ha.

Desa Bebanir Bangun yang

termasuk kedalam wilayah Kecamatan

Sambaliung merupakan daerah

terbesar kedua setelah Desa Sukan

untuk pengembangan usahatani padi

sawah di lahan pasang surut di

Kabupaten Berau. Adapun luas panen

padi sawah di lahan pasang surut di

Desa Bebanir Bangun pada tahun

2005 adalah 115 ha dengan jumlah

produksi sebesar 324,3 ton dan pada

tahun 2006 produksi meningkat

menjadi 359,6 ton dengan luas lahan

116 ha karena dikerjakan secara

intensif (Dinas Pertanian dan

Peternakan Kab. Berau, 2006).

Dengan rata-rata produksi padi sawah

di lahan pasang surut sebesar 3 ton/ha,

diharapkan mampu mencukupi

kekurangan produksi padi di

Kabupaten Berau sebesar 3.500 ton/th.

Saat ini tidak banyak petani

yang menggunakan sarana produksi

secara tepat sesuai yang dianjurkan.

Hal itu disebabkan antara lain tingkat

pendidikan sebagian petani masih

rendah sehingga pola pikir dan daya

intelektual terbatas. Keterbatasan

itulah yang menyebabkan penggunaan

sarana produksi yang bervariasi.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu

adanya upaya untuk meningkatkan

produksi dengan peningkatan

pemenuhan sarana produksi seperti

benih, pupuk, pestisida dan tenaga

kerja secara tepat dan tersedia dengan

harga yang terjangkau, sehingga

diharapkan petani dalam mengelola

usahataninya dapat lebih efisien.

Dengan jumlah produksi yang

meningkat tersebut, diharapkan pula

mampu untuk mencukupi penyediaan

kebutuhan pangan bagi penduduk

desa, kecamatan bahkan kabupaten.

Berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan diatas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang “Analisis Efisiensi

Penggunaan Sarana Produksi dan

Tenaga Kerja pada Usahatani Padi

(Oryza sativa L.) Sawah di Lahan

Pasang Surut di Desa Bebanir Bangun

Kecamatan Sambaliung Kabupaten

Berau”.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui : (1) tingkat

efisiensi penggunaan sarana produksi

dan tenaga kerja pada usahatani padi

Page 6: Jurnal Skripsi  Mirza P

sawah pasang surut, (2) besar

pendapatan petani dari usahatani padi

sawah di lahan pasang surut, dan (3)

besar produksi padi sawah pasang

surut dan kontribusinya terhadap

kebutuhan pangan daerah.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama

tiga bulan yaitu mulai bulan Februari

sampai dengan April 2007. Lokasi

penelitian di Desa Bebanir Bangun

Kecamatan Sambaliung Kabupaten

Berau.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh

dengan cara observasi langsung ke

lokasi penelitian dan mengadakan

wawancara langsung dengan

responden menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disusun sesuai

dengan tujuan penelitian. Data

sekunder diperlukan untuk menunjang

data primer diperoleh dari studi

kepustakaan, lembaga-lembaga yang

terkait, petugas penyuluh lapangan

(PPL) setempat dan instansi-instansi

terkait seperti Dinas Pertanian dan

Tanaman Pangan tingkat I dan tingkat

II.

Metode Pengambilan Sampel

Berdasarkan karakteristik luas

lahan yang dimiliki petani padi sawah

di lahan pasang surut di Desa Bebanir

Bangun, maka dapat diketahui bahwa

populasi bersifat heterogen, sehingga

populasi petani perlu dikelompokkan

dalam strata agar lebih tampak

homogen. Hal ini dimaksudkan agar

petani yang terpilih sebagai sampel

benar-benar mewakili seluruh

populasi. Setelah dilakukan

pengelompokan dalam strata,

kemudian ditentukan ukuran sampel

dari setiap stratumnya. Pengambilan

sampel seperti ini dikenal sebagai

metode acak berstratifikasi (stratified

random sampling).

Dalam penentuan ukuran sampel

tidak ada aturan tegas yang menjadi

syarat untuk suatu penelitian dari

populasi yang tersedia. Arikunto

(2002) menyebutkan apabila populasi

atau subjek kurang dari 100, maka

untuk sampel lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya, jika jumlah subjeknya

Page 7: Jurnal Skripsi  Mirza P

besar dapat diambil antara 10 sampai

15% atau 20 sampai 25% atau lebih,

disesuaikan dengan ketersediaan dana,

waktu dan tenaga dari peneliti;

keadaan populasi; dan resiko yang

ditanggung peneliti. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, maka peneliti

menetapkan ukuran sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebesar

20% dari populasi.

Pada saat ini jumlah petani padi

sawah di lahan pasang surut di Desa

Bebanir Bangun sebanyak 161 petani

yang tergabung dalam enam kelompok

tani, sehingga diperoleh sampel

sebesar 32 petani sebagai responden.

Nazir (1999) menyatakan bahwa

untuk menentukan besarnya sampel

tiap strata ditentukan dengan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

ni = Jumlah sampel dari strata ke-i

Ni = Jumlah populasi dari strata ke-i

n = Besarnya sampel yang diambil

pada seluruh strata

N = Jumlah populasi pada seluruh

strata

Berdasarkan rumus tersebut,

maka banyaknya sampel untuk setiap

luas lahan yang diusahakan dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah sampel berdasarkan luas lahan padi sawah di lahan pasang surutyang diusahakan di Desa Bebanir Bangun.

No. Luas Lahan (ha) Populasi (Ni) Sampel (ni)

1. 0,50 38 8

2. > 0,50-1,00 96 19

3. > 1,00-1,50 16 3

4. > 1,50-2,00 11 2

Jumlah 161 32

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan

dalam bentuk tabel, kemudian

dianalisis, dibahas dan ditarik

kesimpulan.

Menurut Soekartawi (2003),

Pendapatan (Income) adalah selisih

antara penerimaan total dengan biaya

total. Menurut Rosyidi (2001),

Penerimaan merupakan hasil kali dari

harga jual dari hasil produksi dengan

nNNini .=

Page 8: Jurnal Skripsi  Mirza P

jumlah produksi, sedangkan biaya

total (total cost) merupakan

penjumlahan seluruh biaya yang

dikeluarkan baik untuk biaya tetap

maupun untuk biaya variabel.

Keterangan diatas secara lebih singkat

akan terlihat sebagai berikut :

I = TR – TC ……………………. (1)

TR = Pq . Q …………………….. (2)

VCFCTC += ………………….. (3)

Keterangan :

I = Pendapatan (Income)

TR = Penerimaan total (Total

revenue)

Pq = Harga (Price)

Q = Jumlah yang diminta (Quantity

demand)

TC = Biaya total (Total cost)

FC = Biaya tetap (Fixed cost)

VC = Biaya variabel (Variable cost)

Soekartawi (2003) menyatakan

efisiensi penggunaan input (sarana

produksi dan tenaga kerja) diperoleh

jika nilai produk marginal (NPM)

untuk sarana produksi dan tenaga

kerja sama dengan harga sarana

produksi dan tenaga kerja tersebut.

Rumus efisiensi tersebut dapat ditulis

sebagai berikut :

NPMx = Px

Fungsi Cobb-Douglas adalah

suatu fungsi persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel,

dua variabel yang satu disebut dengan

variabel dependen yaitu Y dan yang

lain disebut variabel independen yaitu

X. Secara matematik, fungsi Cobb-

Douglas dengan 7 variabel bebas

dapat ditulis sebagai berikut :Ubbbbbbb eXXXXXXaXY 7

76

65

54

43

32

21

1=

Keterangan :

Y = Variabel yang dijelaskan

(Produksi)

X = Variabel yang menjelaskan

(Benih, Pupuk Urea, Pupuk

SP-36, Pupuk KCl,

Herbisida, Insektisida, Tenaga

Kerja)

a, b = Besaran yang akan diduga

U = Kesalahan (Disturbance term)

e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan

terhadap persamaan, maka persamaan

tersebut diubah menjadi bentuk linier

berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan sebagai berikut, yaitu :

log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 +

b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log

X5 + b6 log X6 + b7 log X7 + U

Page 9: Jurnal Skripsi  Mirza P

Y* = a* + b1X1* + b2X2* + b3X3* +

b4X4* + b5X5* + b6X6* +

b7X7* + U*

Keterangan :

Y* = log Y

a* = log a

Xi* = log Xi

U* = log U

Pengujian terhadap koefisien regresi

dilakukan dengan uji t, nilai F dan

koefisien determinasi (R2).

Dalam fungsi produksi cobb-

douglas, maka besaran pangkat (b1, b2,

b3, b4, b5, b6, b7) disebut koefisien

regresi yang menggambarkan

elastisitas produksi. Nilai produk

marginal (NPM) faktor produksi X

ditulis sebagai berikut :

xPyYbNPMx ..

=

Keterangan :

b = Elastisitas produksi

Y = Produksi

Py = Harga produksi

x = Faktor produksi X

Sehingga kondisi efisiensi

alokatif usahataninya adalah :

PxxPyYb

=.. atau 1

...

=PxxPyYb

Keterangan :

Px = Harga faktor produksi X

Dalam perhitungan nilai X, Y,

Px dan Py adalah nilai rata-

ratanya, sehingga persamaan

menjadi :

1.**

=iPx

PyXiYbi

Keterangan :

Y* = rata-rata geometrik Y

Xi* = rata-rata geometrik Xi

Pxi = rata-rata hitung Pxi

Py = rata-rata hitung Py

Kondisi diatas mempunyai

ketentuan sebagai berikut :

1.**

>iPx

PyXiYbi : bahwa penggunaan

fungsi produksi Xibelum efisiensehingga faktorproduksi Xi perluditambah.

1.**

=iPx

PyXiYbi : bahwa penggunaan

faktor produksi Xiefisien.

1.**

<iPx

PyXiYbi : bahwa penggunaan

fungsi produksi Xitidak efisiensehingga faktorproduksi Xi perludikurangi.

Menurut Widodo (1991)

besarnya kontribusi padi pasang surut

Desa Bebanir Bangun terhadap

Page 10: Jurnal Skripsi  Mirza P

pemenuhan kebutuhan pangan di desa

itu sendiri, Kecamatan Sambaliung

dan Kabupaten Berau dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

%100.PrPvK =

Keterangan :

K = Kontribusi Padi Pasang Surut

Pv = Produksi padi pasang surut pada

tingkat Desa (kg/th)

Pr = Produksi padi (padi sawah dan

padi ladang) pada tingkat

Desa/Kecamatan/Kabupaten

(kg/th)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum DaerahPenelitian

Desa Bebanir Bangun

merupakan salah satu desa yang

terletak di Kecamatan Sambaliung

Kabupaten Berau dengan luas wilayah

daratan 42,32 km2 dan wilayah

perairan 42,32 km2. Secara topografi

wilayah Desa Bebanir Bangun terbagi

kedalam 2 topografi yaitu daratan dan

perairan. Struktur tanah pada

umumnya remah dan tanah liat dengan

pH tanah 4-5,5 dan suhu udara 25

sampai 28º C.

Desa Bebanir Bangun memiliki

lahan pertanian seluas 720 ha yang

terdiri dari lahan persawahan, ladang

dan perkebunan. Apabila keseluruhan

lahan tersebut termanfaatkan secara

optimal, maka hasil pertanian akan

semakin meningkat setiap tahun.

Adapun ragam komoditas yang

telah dihasilkan di Desa Bebanir

Bangun antara lain padi sawah, padi

ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar,

kacang panjang, ketimun, sawi,

bayam, labu, lombok, kopi, cengkeh,

kelapa dan kakao (Monografi Desa

Bebanir Bangun, 2006).

Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden

dibedakan menurut umur, pendidikan,

tanggungan keluarga dan luas lahan.

Tingkat pendidikan petani responden

rata-rata masih relatif rendah yaitu

tamatan Sekolah Dasar (SD), sehingga

perlu adanya tambahan penyuluhan

guna meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petani.

Umur petani responden yang

terbanyak terdapat pada umur 35

sampai 44 tahun (40,62%). Ini

Page 11: Jurnal Skripsi  Mirza P

menunjukkan bahwa petani responden

masih tergolong usia produktif.

Jumlah tanggungan keluarga rata-rata

4 jiwa. Sedangkan pemilikan lahan

cukup luas yaitu 1 ha, tetapi

pengolahannya masih kurang

produktif.

Sistem Usahatani Padi Sawah diLahan Pasang Surut

Usahatani padi sawah di lahan

pasang surut memiliki teknik

pengerjaan yang berbeda dengan

usahatani padi sawah di lahan irigasi.

Pengairan pada lahan pasang surut

mengikuti pasang surutnya air sungai,

sehingga secara berkala lahan ini

mengalami luapan air pasang. Pada

umumnya kegiatan usahatani ini

dilakukan hanya sekali dalam setahun,

tetapi di Desa Bebanir Bangun

dilakukan dua kali dalam setahun

yaitu pada musim Gadu yang dimulai

dari bulan Maret dan musim

Rendengan yang dimulai pada bulan

September.

Persiapan lahan dilakukan

dengan sistem TOT (Tanpa Olah

Tanah) yaitu dengan penyemprotan

gulma dengan herbisida (Round Up).

Karena usahatani ini berada di lahan

pasang surut, maka penyemprotan

dilakukan saat air sedang tidak

pasang. Selanjutnya sambil menunggu

rumput kering, petani akan melakukan

persemaian. Persemaian dilakukan

dengan sistem sebar, dan akan siap

dipindah saat berumur 15 sampai 25

hari. Adapun varietas padi sawah yang

banyak digunakan petani pasang surut

di Desa Bebanir Bangun adalah jenis

lokal seperti Breh, Pelita, Siam, Panci,

Katumbar, Santana dan Lakattan.

Sedangkan untuk varietas unnggul

yang diusahakan adalah IR-64, tetapi

jarang sekali petani yang

menggunakan varietas ini.

Penanaman padi sawah biasanya

dilakukan pada bulan April dan

Oktober. Penanaman dilakukan

dengan sistem tandur jajar dengan

jarak 20x20 cm dengan 4 sampai 5

bibit per rumpun.

Pemeliharaan tanaman padi

setelah tanam terbagi kedalam 3

kegiatan yaitu pemupukan,

penyiangan, penyulaman dan

perlindungan tanaman dari hama dan

penyakit. Pemupukan dilakukan

sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama

merupakan pemupukan dasar yang

diberikan sebelum tanam. Sedangkan

pemupukan yang kedua dan ketiga

diberikan pada hari ke 15 dan 45

Page 12: Jurnal Skripsi  Mirza P

setelah tanam. Adapun pupuk yang

digunakan untuk pemupukan ini

adalah Urea dan KCl. Pemupukan

kedua menggunakan Urea sebanyak

100 kg dan KCl sebanyak 20 kg. Dan

untuk pemupukan yang ketiga

menggunakan Urea sebanyak 50 kg

dan KCl sebanyak 30 kg.

Penyiangan dilakukan sebanyak

2 kali yaitu pada saat tanaman

berumur 3 minggu setelah tanam dan

selanjutnya 3 minggu kemudian.

Sedangkan penyulaman dilakukan

apabila ada tanaman yang mati setelah

tanam yaitu umur 7 sampai 10 hari.

Hama yang menyerang tanaman

padi yaitu wereng, walang sangit,

tikus, orong-orong dan kepiting kecil.

Untuk mencegah serangan hama

wereng dan walang sangit, para petani

biasanya melakukan tanam serempak

dan melakukan penyemprotan dengan

insektisida pada awal tanam. Apabila

telah terjadi serangan hama tersebut,

maka dilakukan pengendalian dengan

penyemprotan insektisida sebanyak

0,5 sampai 1 L/ha. Pengendalian untuk

hama tikus adalah dengan pemasangan

umpan beracun seperti Klerat RMB

sebanyak 2 sampai 10 kg/ha di

beberapa tempat. Sedangkan untuk

orong-orong menggunakan insektisida

Furadan 3G sebanyak 10 sampai 20

kg/ha. Namun, pengendalian ini

jarang dilakukan karena serangan

terkadang tidak ada dan dianggap

tidak menimbulkan kerusakan berat.

Panen dilakukan saat sebagian

besar bulir tanaman padi bewarna

kuning. Panen dilakukan saat tanaman

padi berumur 120 sampai 150 hari

setelah tanam. Alat yang digunakan

untuk memanen adalah arit. Setelah

pemanenan, bulir dipisahkan dari

malainya atau dirontok untuk

memperoleh gabah. Perontokan

dapat dilakukan dengan cara

tradisional seperti diinjak dan dipukul-

pukul (digebuk) atau dengan cara yang

lebih maju yaitu dengan menggunakan

power tresher.

Setelah dirontok, gabah dijemur

dibawah sinar matahari yang terik

selama 2 sampai 3 hari. Kemudian

gabah yang sudah kering dapat

disimpan dalam karung untuk

disimpan, digiling dan dipasarkan.

Pendapatan Petani

Suatu usahatani memiliki

prospek untuk berkembang apabila

usahatani bersangkutan adalah

Page 13: Jurnal Skripsi  Mirza P

menguntungkan dalam jangka pendek.

Pengeluaran dan penerimaan serta

pendapatan usahatani padi sawah di

lahan pasang surut dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Analisa Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Lahan PasangSurut di Desa Bebanir Bangun Kecamatan Sambaliung KabupatenBerau

UsahataniPadi Sawah di lahan Pasang Surut

No Uraian Jumlah/MT(n=32)

Rata-rata/0,96 ha/MT

(n=32)1. Produksi GKG (kg) 100.250,00 3.132,812. Penerimaan (Rp) 325.125.000,00 10.160.156,253. Biaya (Rp)

1) Biaya Tetap(1) Biaya Penyusutan Alat

2) Biaya Variabel(1) Biaya Benih(2) Pupuk(3) Pestisida(4) Tenaga Kerja

1.214.047,62

5.680.000,008.235.000,00

20.520.000,00100.184.000,00

37.938,99

177.500,00374.318,18641.250,00

3.130.750,004. Pendapatan (Rp) 181.291.954,00 5.665.373,565. Perbandingan Penerimaan dan Biaya

(R/C Ratio)75,49 2,36

Sumber : Data diolah, 2007

Ditinjau dari biaya total, dapat

diperhatikan bahwa 32 responden

usahatani padi sawah di lahan pasang

surut membutuhkan biaya yang

cukup besar yaitu Rp

135.833.046,00/MT dengan rata-rata

Rp 4.549.533,74/ha. Biaya tertinggi

terdapat pada biaya tenaga kerja.

Tenaga kerja yang digunakan adalah

tenaga keluarga dan tenaga luar

keluarga. Dalam analisis biaya

tenaga keluarga diperhitungkan sama

dengan tenaga luar keluarga.

Produksi yang dihasilkan

adalah 100.250 kg dengan luasan

lahan 30,75 ha dengan rata-rata

3.263,34 kg/ha. Harga jual rata-rata

Rp 3.250,00/kg, sehingga dengan

penjualan hasil diperoleh penerimaan

sebesar Rp 325.125.000,00 dengan

rata-rata Rp 10.160.156,25/0,96

ha/MT.

Page 14: Jurnal Skripsi  Mirza P

Dengan diketahui jumlah biaya

dan penerimaan, maka pendapatan

Rp 181.291.954,00/MT dengan rata-

rata Rp 6.253.851,67/ha. Dari besar

pendapatan tersebut dapat dikatakan

bahwa petani responden di lokasi

penelitian telah memperoleh

keuntungan dalam kegiatan

usahataninya.

R/C Ratio bernilai 2,36. Ini

menunjukkan bahwa untuk setiap Rp

1.000,00 yang dikeluarkan pada awal

kegiatan usahatani akan diperoleh

penerimaan sebesar Rp 2.360,00

pada akhir kegiatan usahatani.

Efisiensi Penggunaan SaranaProduksi dan Tenaga Kerja

Dari hasil perhitungan analisis

sidik ragam diketahui FHitung sebesar

66,232. Nilai FTabel (7,24) pada taraf

kepercayaan 95% sebesar 2,42,

sehingga FHitung lebih besar dari FTabel.

Dengan demikian Ha diterima dan

Ho ditolak, artinya variabel bebas

meliputi benih, pupuk Urea, pupuk

SP-36, pupuk KCl, Herbisida Round

Up, Insektisida Decis dan tenaga

kerja berpengaruh nyata terhadap

produksi GKG.

Variabel benih, pupuk KCl,

herbisida Round Up dan insektisida

Decis tidak berpengaruh secara nyata

terhadap produksi. Hal ini dapat

dilihat pada nilai tHitung untuk masing-

masing variabel tersebut yaitu 0,645;

1,412; 1,304; 0,646 lebih kecil dari

tTabel = 1,711 pada taraf kepercayaan

95%. Sedangkan variabel pupuk

Urea, pupuk SP-36 dan tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap

produksi, dimana tHitung sebesar

1,866; 2,361 dan 3,493 lebih besar

dari tTabel. Hal ini disebabkan pupuk

Urea digunakan sebagai pupuk utama

dan sangat mempengaruhi hasil.

Pupuk Urea mengandung unsur N

(Nitrogen) yang berperan untuk

merangsang pertumbuhan vegetatif

(batang dan daun), meningkatkan

jumlah anakan dan meningkatkan

jumlah bulir dan rumpun. Pupuk SP-

36 digunakan sebagai pupuk dasar

oleh responden, karena pupuk SP-36

mengandung unsur P (Posfor) yang

memacu pembentukan bunga dan

bulir pada malai, memperbaiki

kualitas gabah, memperkuat jerami

sehingga tidak mudah rebah dan

membantu perkembangan akar halus

dan akar rambut. Sedangkan tenaga

kerja penggunaannya untuk masing-

masing responden bervariasi sesuai

kemampuan dan tenaga kerja

Page 15: Jurnal Skripsi  Mirza P

dibutuhkan dalam setiap tahapan

usahatani mulai dari awal kegiatan

sampai dengan akhir kegiatan

usahatani.

Besarnya koefisien determinasi

(R2) adalah 0,951, dapat diartikan

bahwa variasi indeks produksi GKG

(Y) dijelaskan oleh variabel X

(benih, pupuk, pestisida dan tenaga

kerja) sebesar 95,1% dan sisanya

oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model regresi

seperti faktor iklim, kesuburan tanah

dan lain-lain.

Tabel 3. Analisis Regresi Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerjapada Usahatani Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

Variabel Bebas Uraian Koefisien Regresi T HitungLog X0 Konstanta 2,170 10,298*Log X1 Benih -0,099 0,645Log X2 Pupuk Urea 0,181 1,866*Log X3 Pupuk SP-36 -0,388 2,361*Log X4 Pupuk KCl 0,229 1,412Log X5 Herbisida Round Up 0,171 1,304Log X6 Insektisida Decis -0,002 0,646Log X7 Tenaga Kerja 0,727 3,493*Koefisien Determinasi (R2) 0,951F Hitung 66,232*Taraf Kepercayaan 95% : F Tabel = 2,42 ; t Tabel = 1,711Keterangan : * = signifikan pada tingkat kesalahan 5 %

Sumber : Data diolah, 2007

Perhitungan efisiensi

penggunaan sarana produksi benih,

pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk

KCl, herbisida Round Up, insektisida

Decis dan tenaga kerja dapat

dihitung dengan menggunakan

efisiensi harga (alokatif). Efisiensi

alokatif atau harga menggambarkan

kemampuan suatu usahatani untuk

menggunakan input dalam proporsi

yang optimal pada harga tertentu.

Suatu faktor produksi dikatakan telah

digunakan secara efisien, apabila

penggunaan faktor produksi tersebut

telah menghasilkan keuntungan

maksimum.

Untuk mengetahui efisiensi

masing-masing faktor produksi suatu

usahatani dihitung dengan

membandingkan Nilai Produk

Marginal (NPMx) dengan harga

input (Px), dengan kata lain bahwa

Page 16: Jurnal Skripsi  Mirza P

efisiensi dapat dicapai apabila Nilai

Produk Marginal (NPMx) sama

dengan harga benih, pupuk Urea,

pupuk SP-36, pupuk KCl, herbisida

Round Up, insektisida Decis dan

tenaga kerja. Apabila nilai NPMx >

Px, maka penggunaan faktor

produksi belum efisien (kurang) dan

perlu ditambah. Selanjutnya bila

NPM < Px, maka penggunaan faktor

produksi tidak efisien (lebih) dan

perlu dikurangi.

Dalam usahatani padi sawah di

lahan pasang surut di lokasi

penelitian, diketahui diketahui rata-

rata penggunaan luas lahan adalah

0,96 ha dengan rata-rata geometrik

penggunaan benih adalah 40,945 kg,

pupuk Urea sebesar 0,326 kg, pupuk

SP-36 sebesar 0,263 kg, pupuk KCl

sebesar 0,165 kg, herbisida Round

Up sebesar 6,360 L, insektisida

Decis sebesar 0,012 L dan tenaga

kerja sebesar 73,927 HOK.

Sedangkan rata-rata geometrik

produksi GKG sebesar 2.944,300 kg.

Besarnya harga yang digunakan

dalam analisa ini adalah harga yang

diambil dari rata-rata harga yang

berlaku di lokasi penelitian dari

petani responden. Harga benih

sebesar Rp 4.000,00/kg, pupuk Urea

sebesar Rp 1.000,00/kg, pupuk SP-

36 sebesar Rp 2.000,00/kg, pupuk

KCl sebesar Rp 2.000,00/kg,

herbisida Round Up sebesar

60.000,00/L, insektisida Decis

sebesar Rp 360.000,00/L dan tenaga

kerja sebesar Rp 40.000,00/HOK.

Harga rata-rata penjualan produksi

GKG sebesar Rp 3.250,00/kg.

Setelah diketahui rata-rata

penggunaan faktor produksi tersebut

beserta harga rata-ratanya, maka

dapat dihitung nilai efisiensi alokatif

dari masing-masing faktor produksi.

Perhitungan efisiensi alokatif dapat

dilihat pada tabel 4.

Page 17: Jurnal Skripsi  Mirza P

Tabel 4. Analisis Efisiensi Alokatif Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga

Kerja pada Usahatani Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

Faktor Rata-rataProduksi

i

GeometrikX1 -0,099 40,945 -7,119 -23.136,611 -5,784X2 0,181 0,326 1.634,719 5.312,836 5.312,836X3 -0,388 0,263 -4.343,682 -14.116.966,920 -7.058,483X4 0,229 0,165 4.086,332 13.280.577,424 6.640,289X5 0,171 6,360 79,163 257.279,045 4,288X6 -0,002 0,012 -490,717 -1.594.829,167 -4,430X7 0,727 73,927 28,954 94.101,544 2,353Y 2.944,300

Sumber : Data diolah, 2007

Dari tabel diketahui bahwa

penggunaan pupuk Urea, pupuk KCl,

herbisida Round Up dan tenaga kerja

mempunyai indeks alokatif lebih dari

satu. Ini menunjukkan bahwa

penggunaan faktor produksi tersebut

belum efisien, sehingga perlu adanya

penambahan penggunaan agar

efisien. Sedangkan untuk

penggunaan benih, pupuk SP-36 dan

insektisida Decis mempunyai indeks

alokatif kurang dari satu. Ini

menunjukkan bahwa penggunaan

faktor produksi tersebut tidak efisien

(berlebihan), sehingga

penggunaannya perlu dikurangi agar

efisien.

Kontribusi Padi Sawah di LahanPasang Surut terhadapPemenuhan Kebutuhan PanganDaerah

Kontribusi dihitung dengan

membandingkan produksi padi

sawah di lahan pasang surut di Desa

Bebanir Bangun dengan jumlah

produksi padi baik di tingkat desa,

kecamatan maupun kabupaten.

Berdasarkan analisis data

diketahui bahwa besarnya kontribusi

padi pasang surut di Desa Bebanir

Bangun baik terhadap desa itu

sendiri, Kecamatan Sambaliung,

Kabupaten Berau berturut-turut

adalah 41,39%, 5,83% dan 1,17%

(lampiran 15). Nilai kontribusi pada

kecamatan dan kabupaten dapat

**

XYbiMPP = MPPPyNPMxi .=

PxiNPMxidi =

Page 18: Jurnal Skripsi  Mirza P

dikatakan sangat rendah karena tidak

mencapai 10 %. Hal ini

menunjukkan bahwa produksi padi

pasang surut di Desa Bebanir

Bangun sudah mampu memberikan

kontribusi bagi pemenuhan

kebutuhan pangan khususnya di

desa itu sendiri dan pada umumnya

di Kecamatan Sambaliung (14 desa)

dan Kabupaten Berau (11

kecamatan) walaupun dengan nilai

yang sangat kecil.

Pada tahun 2005 diketahui luas

panen pasang surut di Desa Bebanir

Bangun adalah 115 ha dengan rata-

rata produksi mencapai 2,82 ton/ha.

Sedangkan luas lahan pasang surut di

Kabupaten Berau secara keseluruhan

adalah 2.936 ha, terdiri dari luas

lahan yang diusahakan 676 ha dan

yang tidak diusahakan 2.260 ha.

Potensi luas lahan pasang surut

yang tidak diusahakan dan belum

intensifnya pengelolaan lahan yang

telah diusahakan, membuka peluang

yang sangat besar bagi peningkatan

produksi padi, bahkan diversifikasi

dan peningkatan pendapatan.

Menurut Alihamsyah (2003)

peningkatan produksi padi di lahan

pasang surut dapat dilakukan

melalui:

1. Peningkatan produktivitas lahan

dan intensitas tanam pada areal

yang sudah diusahakan dengan

menerapkan teknologi

pengelolaan lahan dan tanaman

terpadu disesuaikan dengan

karakteristik wilayah.

2. Perluasan areal tanam pada lahan

tidur dan pembukaan lahan baru

melalui penerapan teknologi

rehabilitasi dan reklamasi lahan.

Sejauh ini, dengan jumlah

penduduk 24.227 jiwa, kebutuhan

konsumsi 2.738 ton, sedangkan

produksi padi 5.563 ton GKG setara

dengan 3.218 ton beras, Kecamatan

Sambaliung mempunyai kelebihan

beras untuk konsumsi sebanyak 481

ton. Namun, kelebihan produksi

tersebut belum mampu menutupi

kebutuhan 133.226 jiwa penduduk

Kabupaten Berau (10 kecamatan

selain Kecamatan Sambaliung) yang

memerlukan konsumsi beras sebesar

15.054 ton dan jumlah produksi padi

yang tersedia 22.031 ton GKG setara

dengan 12.745 ton beras, sehingga

terjadi kekurangan beras untuk

konsumsi sebanyak 2.309 ton (Dinas

Page 19: Jurnal Skripsi  Mirza P

Pertanian dan Peternakan Berau,

2005).

Oleh karena itu, jika lahan

pasang surut di Kabupaten Berau

yang telah diusahakan seluas 676 ha

mampu dikelola secara intensif dan

lahan yang tidak diusahakan (2.260

ha) dioptimalkan untuk

menghasilkan produksi GKG 4

ton/ha, maka diperkirakan produksi

total dapat mencapai 11.744 ton

GKG dalam setiap musim tanam.

Dengan demikian, sumbangan

produksi padi pasang surut

Kabupaten Berau terhadap produksi

padi secara keseluruhan di

Kabupaten Berau adalah sebesar

84,46% dalam setiap tahun.

Dengan kata lain, produksi

padi pasang surut yang semula hanya

mampu berproduksi setiap musim

tanam sebesar 2.028 ton (rata-rata

produksi 3 ton/ha), akhirnya mampu

memberikan tambahan produksi

sebesar 9.716 ton/MT (rata-rata

produksi 4 ton/ha). Dengan jumlah

produksi yang besar tersebut tidak

hanya dapat menutupi kekurangan

permintaan beras selama ini, tetapi

juga dapat memenuhi permintaan

beras dari luar daerah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai efisiensi alokatif untuk 7

variabel pengamatan adalah

sebagai berikut:

- Nilai efisiensi alokatif benih,

pupuk SP-36 dan insektisida

Decis < 1 (tidak efisien),

sehingga penggunaannya

perlu dikurangi.

- Nilai efisiensi alokatif pupuk

Urea, KCl, herbisida Round

Up dan tenaga kerja > 1

(belum efisien), sehingga

penggunaannya perlu

ditambah.

2. Usahatani padi sawah di lahan

pasang surut di Desa Bebanir

Bangun Kecamatan Sambaliung

cukup menguntungkan dan layak

untuk diusahakan dilihat dari

pendapatan 32 responden sebesar

Rp 181.291.954,00/MT dengan

rata-rata Rp 5.665.373,56/MT

pada luas lahan 0,96 ha atau

sebesar Rp 6.253.851,67/ha

dengan nilai R/C ratio sebesar

2,36.

3. Nilai produksi padi sawah di

lahan pasang surut di Desa

Page 20: Jurnal Skripsi  Mirza P

Bebanir Bangun adalah 324.300

kg, sehingga diketahui nilai

kontribusinya terhadap

pemenuhan pangan :

- Di Desa Bebanir Bangun

adalah 41,39%, dimana total

produksi padi (sawah dan

ladang) sebesar 783.600 kg.

- Di Kecamatan Sambaliung

adalah 5,83%, dimana total

produksi padi (sawah dan

ladang) sebesar 5.563.000 kg.

- Di Kabupaten Berau adalah

1,17%, dimana total produksi

padi (sawah dan ladang)

sebesar 27.594.000 kg.

Saran

1. Pengalokasian dana untuk benih,

pupuk SP-36 dan insektisida

Decis yang berlebihan dapat

dialihkan untuk pembelian pupuk

Urea, KCl, herbisida Round Up

dan Tenaga Kerja yang

penggunaannya masih kurang.

2. Pemerintah hendaknya dapat

memberikan bantuan subsidi

untuk sarana produksi seperti

benih, pupuk dan pestisida agar

petani dapat menggunakannya

secara lebih efisien.

3. PPL dapat bergerak lebih intensif

lagi dalam hal teknik

pembudidayaan tanaman secara

terpadu, salah satunya adalah

dengan membuat demplot.

4. Perlu adanya kemauan dari

petani untuk mengembangkan

dan membudidayakan tanaman

padi di lahan pasang surut

dengan lebih baik dengan

mengaplikasikan teknologi

pertanian yang masuk ke desa,

karena saat ini masih relatif

sedikit sekali petani yang dapat

menerima teknologi yang telah

dikenalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 1991. Dasar-dasar Bercocok Tanam.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Aksi Agraris Kanisius. 2004.Budidaya Tanaman Padi.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Alihamsyah, T. 2003. Potensi danPendayagunaan Lahan Rawauntuk Peningkatan ProduksiPadi. Hlm. 327-346. DalamFaisal Kasryno, dkk (peny.).Ekonomi Padi dan BerasIndonesia. Balai Penelitian danPengembangan PertanianDepartemen Pertanian, Jakarta.

Page 21: Jurnal Skripsi  Mirza P

Arikunto, S. 2002. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.

Boediono. 2002. Pengantar IlmuEkonomi No. 1 (EkonomiMikro). BPFE, Yogyakarta.

BPS. 2006. Kalimantan DalamAngka 2006. Badan PusatStatistik Kalimantan Timur,Samarinda.

BPTP Kalimantan Timur. 2006.Budidaya Padi Pada LahanPasang Surut.http://bp2tp.deptan.go.id/file/kaltim1.pdf. 10 December 2006.

Daniel, M. 2002. Pengantar EkonomiPertanian. PT. Bumi Aksara,Jakarta.

Dinas Pertanian dan Peternakan.2006 Identifikasi KampungPenghasil Padi dan Palawija.Dinas Pertanian danPeternakan Kab. Berau,Tanjung Redeb.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan.2006. Data Penggunaan LahanKalimantan Timur, DinasPertanian Tanaman PanganPropinsi Kaltim, Samarinda.

Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani.Penebar Swadaya, Jakarta.

Jumin, H. B. 1991. Dasar-dasarAgronomi. PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Kantor Desa Bebanir Bangun. 2006.Monografi dan Profil Desa

Bebanir Bangun. Desa BebanirBangun Kec. Sambaliung,Kabupaten Berau, TanjungRedeb.

Lembar Informasi Pertanian(LIPTAN) BIP Irian Jaya.1995. Budidaya Padi SawahTanpa Olah Tanah. BalaiInformasi Pertanian Irian Jaya,Jayapura.

Lingga, P. dan Marsono. 2002.Petunjuk Pennggunaan Pupuk.Penebar Swadaya, Jakarta.

Litbang Deptan. 2006. Prospek danArah Pengembangan AgriisnisPadi.http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0104.PADI.pdf. 10 December 2006.

Mubyarto. 1995. Pengantar EkonomiPertanian. PT. Pustaka LP3ES,Jakarta.

Nappu, B., dkk. 2003. AnalisisKebijakan Strategis dalamMendukung Sistem UsahataniBerkelanjutan di Lahan PasangSurut Sebakung KalimantanTimur. Jurnal Pengkajian danPengembangan TeknologiPertanian. 6:81-94.

Nasution. 1996. Metode Research(Penelitian Ilmiah). PT. BumiAksara, Jakarta.

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian.Ghalia Indonesia, Jakarta.

Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal.Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 22: Jurnal Skripsi  Mirza P

Novizan. 2002. PetunjukPenggunaan Pestisida.Agromedia Pustaka, Jakarta

Prihmantoro, H. 2001. MemupukTanaman Buah. PenebarSwadaya, Jakarta.

Rosyidi, S. 2001. Pengantar TeoriEkonomi (Pendekatan kepadaTeori Ekonomi Mikro danMakro). PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu UsahaTani dan Penelitian untukPengembangan Petani Kecil.Penerbit UI Press, Jakarta.

Soekartawi. 2002. Prinsip DasarEkonomi Pertanian (Teori danAplikasi). PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori EkonomiProduksi dengan PokokBahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Soekartawi. 2005. Agribisnis (Teoridan Aplikasinya). PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Suastika, I. , Basaruddin, N. danTumarlan, T. 1997. Budi DayaPadi Sawah di Lahan PasangSurut.http://www.pustaka.deptan.go.id/agritech/isdp0105.pdf. 10December 2006.

Sudarmo, S. 2003. Pestisida untukTanaman. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

Sukirno, S. 2002. Pengantar TeoriMikroekonomi. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sutedjo, M.M., dan A.G.Karasapoetra. 1988. BudidayaTanaman Padi di Lahan PasangSurut. Bina Aksara, Jakarta.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih.PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Widodo, H.S.T. 1991. IndikatorEkonomi Dasar PerhitunganPerekonomian Indonesia.Kanisius, Yogyakarta.

Wikipedia Indonesia. 2006.Ensiklopedia BebasBerbahasa Indonesia.http://www.id.wikipedia.org/wiki/padi. 18 February 2006.

Wudianto, R. 2005. PetunjukPenggunaan Pestisida.Penebar Swadaya, Jakarta.