Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

download Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

of 44

description

Jurnal Farmasi dan Kesehatan

Transcript of Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    1/44

    SSCCIIEENNTTIIAAVVOOLL..11NNOO.. 11,,22001111

    IISSSSNN::22008877--55004455

    SScc iieennttiiaa,,VVooll..11,,NNoo..11,,22001111;;hhaallaammaann115588IISSSSNN::22008877--55004455SSeekkoollaahhTTiinnggggiiFFaarrmmaassiiIInnddoonneessiiaa((SSTTIIFFII))PPeerriinnttiissPPaaddaanngg

    Volume 4, Nomor 2, Agustus 2014ISSN : 2087-5045

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    2/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045

    SSCCIIEENNTTIIAA

    JJUURRNNAALLFFAARRMMAASSIIDDAANNKKEESS EEHHAATTAANN

    TTEERRBBIITTDDUUAAKKAALLIISSEETTAAHHUUNN

    SSEETTIIAAPPBBUULLAANNFFEEBBRRUUAARRIIDDAANNAAGGUUSSTTUUSS

    DD EE WWAA NNRR EEDD AAKKSS II

    Penanggung Jawab :

    Prof. H. Syahriar Harun, Apt

    Pemimpin Umum :DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt

    Redaktur Pelaksana :Verawati, M.Farm, Apt

    Eka Fitrianda, M.Farm, Apt

    Sekretariat :Afdhil Arel, S.Farm, Apt

    Khairul

    Dewan Penyunting :

    Prof.H. Syahriar Harun, AptProf.DR.H. Amri Bakhtiar,MS,DESS, Apt

    Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt

    DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, AptDR. H. Yufri Aldi, MSi, Apt

    Drs. B.A. Martinus, MSi

    Hj. Fifi Harmely, M.Farm, AptFarida Rahim, M.Farm, Apt

    Revi Yenti, M.Si, Apt

    Verawati, M.Farm, AptRia Afrianti, M.Farm, Apt

    Eka Fitrianda, M.Farm, Apt

    Mimi Aria, M.Farm, AptDira, MSc, Apt

    Penerbit :

    Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang

    ISSN : 2087-5045Alamat Redaksi/Tata Usaha :

    STIFI Perintis Padang

    Jl. Adinegoro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya PadangTelp. (0751)482171, Fax. (0751)484522

    e-mail : [email protected]

    website : www.stifi-padang.ac.id

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    3/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045

    SALAM REDAKSI

    Scient ia edisi Agustus 2014 ini diisi oleh penelit ian bioaktivitas tumbuhan obat. Tumbuhan obat

    merupakan sumber daya alam yang terdistribusi luas sehingga mudah diperoleh dan sangat cocokdigunakan untuk penyakit-penyakit kronis dan degeneratif. Namun perbedaan lingkungan tempat tumbuh,

    iklim dan cuaca menyebabkan adanya variasi komponen Fitokimia baik dari segi kualitatif maupun

    kuantitatif hal ini berakibat kepada bioktivitas tumbuhan obat dari spesies yang sama bisa menjadi

    berbeda.

    Oleh kerena itu sangat dibutuhkan standarisasi obat tradisional dimulai dari proses pengumpulan

    tumbuhan, pembuatan ekstrak hingga pengolahannya menjadi sediaan obat. Kedepan masih sangat

    terbuka luas kesempatan bagi obat tradisional berkualitas untuk dapat disejajarkan dari obat sintent ik.

    Semoga kehadiran jurnal Scientia ini dapat memperkaya khazanah keilmuan para pembaca sekalian

    serta memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu kefarmasian dan kesehatan.

    Padang, Agustus 2014

    Salam Sehat

    a/n Redaksi Scientia

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    4/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 Halaman 46 - 84

    DD AA FF TT AA RR II SS II

    UJI EFEK TERATOGEN ANTI NYAMUK BAKAR YANG MENGANDUNG 46-50

    TRANS FLUTHRIN TERHADAP FETUS MENCIT PUTIHAlmahdy A, Dachriyanus, Maryorie Rosa

    UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES TIPE II EKSTRAK ETANOL SISA 51-54

    PENYULINGAN KULIT BATANG KAYU MANIS DENGAN INDUKSI

    LEMAK TERHADAP MENCIT PUTIH JANTANRia Afrianti, M. Husni Mukhtar, Allen Baksir

    PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT PUTIH JANTAN 55-59

    MENGGUNAKAN MEMBRAN PEMBALUT DARI PATI BENGKUANG(Pachyrrhizus erosus(L) Urban)

    Yufri Aldi, Dedi Nofiandi, Elya Sari

    FORMULASI GEL MINYAK NILAM DAN UJI DAYA HAMBATNYA 60-65TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

    Widyastuti, Farizal

    UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURIS EMIA EKSTRAK ETANOL KULIT 66-70

    BUAH MANGGIS (Garcinia mangostanaL.) DAN BUAH ASAM GELUGUR

    (Garcinia atroviridisGriff. ex. T. Anders.) SECARAIN VITRODira, Eka Fitrianda, Novita Sari

    UJI EFEK ANTIHIP ERGLIKEMIA EKSTRAK ETANO L DAUN 71-74

    LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb)TERHADAP MENCIT PUTIH

    JANTAN YANG DI INDUKSI DEKSAMETASONMimi Aria, Husni Mukhtar, Ike Mulianti

    PERBANDINGAN KADAR FENOLAT TOTAL DAN AKTIVITAS 75-80

    ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK DAUN TEH (Camellia sinensis [L.] O. K.)

    DARI KAYU ARO DENGAN PRODUK TEH HITAMNYA YANG TELAH BEREDARB.A. Martinus, Afdhil Arel, Adi Gusman

    PENGARUH PEMB ERIAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP WAKTU 81-84

    PEMULIHAN PADA ATLET TAEKWONDO DOJANG UNIVERSITASNEGERI PADANG

    Rinal Kurniawan, Syafrizar, Wilda Welis

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    5/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 46

    UJI EFEK TERATOGEN ANTI NYAMUK BAKAR YANG

    MENGANDUNG TRANSFLUTHRIN TERHADAP FETUS

    MENCIT PUTIH

    Almahdy A, Dachriyanus, Maryorie Rosa

    Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang

    ABSTRACT

    Teratogenic test of anti-mosquito coils containing transfluthrin has been conducted on fetus of

    laboratory mice. Pregnant mice had been given anti-mosquito exposure by inhalation of anti-mosquitocoils smoke during the period of organogenesis which begins from the sixth to the fifteenth day of

    pregnancy. Laparactomy was conducted on the eighteenth day of pregnancy, then two-thirds of the fetus

    is immersed in a solution of red-alizarin and the remaining in Bouin's solution. The results showed thatthe fetus with two times of exposure to anti-mosquito coils smoke leads to resorption tread and slower

    fetal growth. At t hree times of exposure, showing slower fetal growth, fatality when the laparactomi was

    conducted, haemorrhage and anencephaly. At four times of the exposure can cause slower fetal growth,fatality on laparactomy and haemorrhage. Exposure to anti-mosquito coils smoke can also lead to

    reducing weight of the mice and fetus significantly.

    Keywords :mosquito coil, d-allethrin, teratogen, mice

    PENDAHULUAN

    Kejadian penyakit yang disebabkan oleh

    nyamuk semakin meningkat, termasuk diIndonesia yang mempunyai iklim t ropis, karena

    daerah beriklim tropis merupakan tempat yangcocok untuk nyamuk berkembang biak. Usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat untuk

    penanggulangan nyamuk t ersebut salah satunya

    yaitu dengan pemakaian obat anti nyamuk, yangtentunya mengandung insektisida beberapa

    senyawa kimia. Beberapa produk pestisidarumah tangga juga tersedia untuk

    mengendalikan hama yang mengganggu di

    rumah, misalnya lalat dan nyamuk (Lu, 1995).Insektisida merupakan salah satu golongan dari

    pest isida, dimana pestisida adalah bagian dari

    zat toksik (Hayes, 2001).Salah satu kandungan obat anti nyamuk

    adalah transfluthrin. Bahan kimia ini golongan

    pyretroid yang merupakan bagian dariinsektisida organik sintetik (Triharso, 1994).

    Analog sintetis dari insektisida alami phyretrum

    yang berasal dari bunga tanaman Chrysantenimcinerariafolium yang diketahui dapat

    menyebabkan immobilisasi pada serangga

    dengan meracuni sistem saraf (Okine, 2004).

    Untuk melihat tingkat keamananpenggunaan obat nyamuk bakar ini terutama

    pada manusia dan wanit a usia subur, maka

    penelitian ini dicobakan pada mencit. Masakehamilan merupakan saat yang rawan bagi

    wanit a terhadap pengaruh lingkungan. T idakhanya bagi ibu tapi juga keselamatan fetus yangdikandungnya, terutama tahap organogenesis

    karena pada tahap itu sel-sel fetus sedang aktif

    berpoliferasi (Robert, 1971). Frekuensipemakaian senyawa kimia yang berulang dapat

    menyebabkan akumulasi pada janin sementarajanin belum mempunyai sistem metabolisme

    yang berfungsi secara sempurna (Manson,

    1986).Salah satu faktor yang banyak

    berpengaruh tetapi tidak disadari

    penggunaannya adalah paparan asap antinyamuk bakar selama berjam-jam saat tidur.

    Apabila asap tersebut terhisap oleh wanita

    hamil, kemungkinan besar akan mempengaruhikondisi fetus atau perkembangan embrio,

    sehingga dapat menimbulkan kelainan

    kongenital baik berupa kelainan bentuk luarmaupun kelainan fungsional yang terlihat

    setelah masa kehidupan yang lama.

    Beberapa insektisida telah diketahui dapatmenyebabkan pengaruh buruk pada kelahiran

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    6/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 47

    atau penyimpangan dari perkembangan yang

    normal. Berdasarkan latar belakang di atas,maka perlu dilakukan uji teratogenis yaitu suatu

    pengamatan terhadap kemungkinan terjadinyakelainan kongenital atau kelainan fungsi organ

    yang bersifat permanen akibat penggunaan dan

    paparan asap obat nyamuk bakar sebagaiinsektisida pada masa pertumbuhan dan

    perkembangan organ fetus.

    METODA PENELITIAN

    Alat dan BahanAlat yang digunakan adalah kaca objek,

    cover glass, alat alat bedah, handheld digital

    microscope, jarum oral, timbangan analitik,

    timbangan hewan, kandang mencit, gelas ukur,spatel, pipet tetes, corong kertas tisu, mikroskop,

    wadah perendam fetus, batang pengaduk,

    lumpang alu, kaca arloji, sudip, pinset , kamera,

    wadah pewarnaan. Sedangkan bahan yang

    digunakan antara lain anti nyamuk bakar X yang

    mengandung bahan aktif transfluthrin, Larutan

    Bouins (formaldehid 14%, asam pikrat jenuh,

    asam asetat glasial), larutan alizarin merah(KOH 1% dan alizarin merah 6 mg/L) dan

    aquadest.

    Hewan PercobaanHewan percobaan yang digunakan adalah

    mencit putih betina, dengan umur lebih kurang

    dua bulan dengan berat badan berkisar antara

    25-30 gram, sehat, memiliki daur estrus yangteraturyaitu 4-5 hari. Beberapa ekor mencit

    jantan berumur lebih kurang tiga bulan, sehat

    dan berat lebih kurang 30 gram (Almahdy,2007).

    Pemaparan Anti Nyamuk Bakar

    Tabel 1 . Kelompok Pemaparan Anti Nyamuk Bakar

    Kelompok

    Perlakuan

    Jumlah

    HewanPemaparan Anti Nyamuk Keterangan

    P0 5 - -

    P1 5 2 jam pada hari ke-6 1x

    P2 5 2 jam pada hari ke-6 dan ke-9 2x

    P3 5 2 jam pada hari ke-6, 9, dan 12 3xP4 5 2 jam pada hari ke-6, 9, 12, dan 15 4x

    Pengawinan Hewan PercobaanPada masa estrus hewan dikawinkan

    dengan perbandingan jantan dan betina 1: 4.

    Mencit jantan dimasukkan ke kandang mencit

    betina pada pukul empat sore dan dipisahkanlagi besok paginya. Pada pagi harinya dilakukan

    pemeriksaan sumbat vagina. Sumbat vagina

    menandakan mencit telah mengalami kopulasidan berada hari kehamilan ke nol. Mencit yang

    telah hamil dipisahkan dan yang belum kawindicampur kembali dengan mencit jantan

    (Almahdy, 2004).

    Urutan kegiatan penelitian ini adalah sebagaiberikut :

    Analisa Data

    Data hasil penelitian ini dianalisa secara

    statistik menggunakan analisis variasi

    (ANOVA) satu arah meliputi berat badan induk

    mencit, jumlah fetus, berat badan dan panjang

    badan fet us. Analisa lanjut digunakan metode uji

    jarak berganda Duncan untuk hasil yang

    bermakna. Pengamatan jenis cacat, jumlah fetus

    yang cacat, dan pengamatan hasil fiksasi dengan

    larutan alizarin merah serta larutan bouins

    dianalisa secara deskriptif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini menggunakan sediaan uji

    anti nyamuk bakar (X) yang mengandung

    transfluthrin 0,03%. Transfluthrin merupakansalah satu insektisida golongan pyretroid yaitu

    analog sintetis dari insektisida alami phyretrumyang berasal dari bunga tanaman Chrysantenim

    cinerariafolium yang diketahui dapat

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    7/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 48

    menyebabkan immobilisasi pada serangga

    dengan meracuni sistem saraf (Okine, 2004).Anti nyamuk bakar akan mengeluarkan asap

    yang mengandung beberapa gas sepertikarbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO),

    nitrogen oksida, amoniak, metana, dan partikel

    lain yang dapat membahayakan kesehatanmanusia (Liu et al., 2003).

    Pemaparan anti nyamuk bakar dilakukan

    mulai pada hari ke-6 dan berakhir pada hari ke-15 kehamilan secara inhalasi, karena pada masa

    ini fetus berada pada periode organogenesis,

    dimana fetus sangat rentan terhadap senyawateratogenik. Pada periode organogenesis, mulai

    terbentuk organ-organ dari embrio seperti mata,

    otak, jantung, rangka, urogenital, dansebagainya. Periode ini disebut periode kritis

    kehamilan (Harbinson, 2001). Pada hari ke-1sampai hari ke-5 kehamilan, tidak diberikaninhalasi anti nyamuk bakar karena pada saat itu

    terdapat sifat totipotensi pada janin yang dapat

    memperbaiki jaringan yang rusak. Pada hari ke-16 dan seterusnya, senyawa teratogen tidak

    menyebabkan cacat morfologis, tetapimengakibatkan kelainan fungsional yang tidak

    dapat dideteksi segera setelah kelahiran (Lu,

    1995).Mencit yang telah hamil mengalami

    paparan anti nyamuk bakar secara inhalasi set iap

    tiga hari sekali, dimulai pada hari ke- 6 sampaike- 15 kehamilan. Presentasi peningkatan berat

    badan induk mencit dari masing masing

    kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol49,89%; kelompok 1 kali pemaparan 46,27%;

    kelompok 2 kali pemaparan 45,58%; kelompok

    3 kali pemaparan 43,50%; kelompok 4 kalipemaparan 39,94%

    Jumlah fetus masing masing kelompok

    perlakuan yaitu kelompok kontrol 47 ekor;kelompok 1 kali pemaparan 44 ekor; kelompok

    2 kali pemaparan 48 ekor; kelompok 3 kali

    pemaparan 48 ekor; kelompok 4 kali pemaparan47 ekor. Sedangkan berat badan fetus mencit

    masing masing kelompok perlakuan yaitukelompok kontrol 0,93 g; kelompok 1 kali

    pemaparan 0,80 g; kelompok 2 kali pemaparan

    0,83 g; kelompok 3 kali pemaparan 0,89 g;kelompok 4 kali pemaparan 0,66 g. Berdasarkan

    hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa

    pemberian paparan anti nyamuk bakarmempengaruhi berat badan induk dan berat

    badan rata rata fetus secara bermakna.

    Pada t iap kelompok uji pengamatan pada

    larutan merah alizarin tidak ditemukannyakelainan pertulangan dan pengamatan dengan

    larutan bouins tidak memperlihatkan kelainanpada langit langit, telinga, kelopak mata, jari

    jari, kaki, ekor, kelopak mata.

    Dari hasil pengamatan, Pada kelompok 2kali pemaparan anti nyamuk bakar

    ditemukannya 2 tapak resorpsi dan 1 fetus

    lambat pertumbuhan. Pada kelompok 3 kalipemaparan anti nyamuk bakar ditemukannya

    fetus anencephaly 1, fetus mati 1, fetus

    mengalami penggumpalan darah dan fetuslambat pertumbuhan 1. Salah satu penyebab

    anencephaly adalah hipertermia. Kenaikan suhu

    tubuh dapat menandakan adanya gangguanmetabolic. Suhu tinggi selama trimester pertama

    kehamilan bisa menyebabkan kelainan padabayinya seperti anencephaly. Pada kelompok 4kali pemaparan anti nyamuk bakar

    ditemukannya fetus yang mati saat

    dilaparaktomi 1, fetus yang mengalami lambatpertumbuhan sebanyak 3 ekor dan juga

    ditemukannya fetus yang mengalami trombus

    Gambar 2. Foto fetus setelah laparaktomi; A. Fetus

    lambat pertumbuhan dan mengalami

    penggumpalan darah C; B. Fetus normal;

    B

    A B

    C

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    8/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 49

    Gambar 3. Fetus mengalami anencepaly: A.

    Sebelum direndam dalam larutanBouins : B. setelah direndam.

    Gambar fet us setelahKelainan perkembangan fetus dapat

    disebabkan masuknya zat teratogen ke dalam

    tubuh induk hamil yang bertepatan denganperiode organogenesis. Penelitian ini

    membuktikan bahwa asap obat nyamuk bakar

    bersifat teratogenik karena dapat menyebabkanabnormalitas fetus.

    Kelainan morfologi tidak terjadi pada

    semua fetus dalam satu kelompok bahkan dalamsatu induk yang sama. Hal ini disebabkan karena

    adanya kerentanan genetik antar individu

    walaupun berasal dari induk yang sama(Harbinson, 2001). Komposisi bahan kimia yang

    berbeda diduga akan menyebabkan komposisigas dan partikel asap juga bervariasi sehinggamenimbulkan dampak yang berbeda terhadap

    partikel darah . Adanya karbonmonoksida dalam

    darah dapat mengakibatkan denaturasihemoglobin dan menurunkan persediaan oksigen

    untuk jarian seluruh tubuh. Karbonmonoksidamenggantikan tempat oksigen dan mempercepat

    arteosklerosis (pengapuran/penabalan dinding

    pembuluh darah). Hal ini mengakibatkanpeningkatan viskositas darah sehingga

    mempermudah penggumpalan darah (Tandra,

    2003).. Fetus normal dan fetus yangmengaTapak resospsi disebabkan karena

    pengaruh pemakaian anti nyamuk bakar pada

    masa organogenesis yang mengakibatkankurangnya oksigen dan mengakibatkan embrio

    tidak berkembang. Pada masa ini tidak terdapat

    lagi sifat totipotensi sehingga tidak dapatmemperbaiki kerusakan pada jaringan dan t idak

    terjadi perkembangan selanjutnya. Lambat

    petumbuhan pada fetus diduga disebabkanadanya faktor kerentanan individu dari fetus

    tersebut terhadap senyawa teratogen yaitu anti

    nyamuk bakar (Lu, 1995)Pada jurnal Content of transfluthrin in

    indoor air during the use of electro vaporizers

    disebutkan bahwa kandungan zat aktif

    transfluthrin pada udara akan menghilang

    setelah 18 24 jam pemakaiannya dihentikan.

    Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat aktif

    transfluthrin hanya terdapat selama

    penggunaannya berlangsung dan akan hilang

    setelah penggunaannya dihentikan. Meskipun

    pada berbagai jenis pest isida yang t elah diteliti

    pada umumnya meninggalkan residu tetapi tidak

    pada transfluthrin yang diteliti pada penelitian

    ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    kecacatan yang terjadi pada janin belum tentu

    disebabkan oleh kandungan transfluthrin saja,tetapi kemungkinan dapat juga disebabkan oleh

    faktor-faktor lain yang mungkin lebih

    mempengaruhi seperti adanya kandungan CO

    yang terhirup dan juga peningkatan temperatur

    udara dilingkungan dari hasil pembakaran anti

    nyamuk yang menyebabkan induk mencit

    mengalami hipertermi.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa pemaparan anti nyamuk bakar yang

    mengandung transflutrhin pada induk mencit

    putih selama masa kehamilan dapatmenyebabkan kelainan pada fetus mencit putih

    dan penurunan berat badan induk mencit.

    DAFTAR PUSTAKA

    Almahdy ., (2004). Uji Aktivitas TeratogenitasEkstrak Etanol Daun Inggu (Rutagraveolens Linn.) pada Mencit Putih.

    Jurnal Sa ins dan Teknologi Farmasi. 82-

    87.Almahdy., Arifin, H., Delvita, V. (2007).

    Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap

    Fetus pada Mencit Diabetes. Jurnal Sa insdan Teknologi Farmasi. 12(1). 32-40.

    Almahdy. (2010). Pengaruh Ekstrak Gambir

    (Uncaria gambier Roxb.) terhadap Fetusdari Mencit Hamil yang Diinduksi

    Alkohol, Majalah Farmasi Indonesia.21(2). 115-120.

    Almahdy., Marusin, N., Fitri, H. (2011). Uji

    Aktivitas Vitamin A terhadap EfekTeratogen Warfarin pada Fetus Mencit

    Putih, disampaikan pada Prosiding

    Seminar Nasional Biologi Dept. BiologiFMIPA USU. Medan: USU Press.

    Harbinson, R. D. (2001). The Basic Science of

    Poison in Cassaret and Doulls

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    9/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 50

    Toxicology. New York: Macmillan

    Publishing Co. Inc.Hayes, A. Wallace. (2001). Principles and

    Methods of Toxicology. (Edisi Keempat).USA: T aylor & Francis Routledge.

    Liu, W., Zhang, J., Hashim, J.H., Jalaludin, J.,

    Hashim, Z., & Goldstein, B.D. (2003).Mosquito Coil Emissions and Health

    Implications. Environment Health

    Perspective, 111(2), 1454-1460.Lu, F.C. (1995).Basic Toxicology(Edisi kedua).

    Penerjemah: E. Nugroho. Chicago

    :University of Chicago Press.Marjuki, M. I. (2009). Daya bunuh beberapa

    obat nyamuk bakar terhadap kematian

    nyamuk Anopheles aconitus. (skripsi).Surakarta : Fakultas farmasi UMS.

    Manson, J.M. (1986). The Basic Science ofPoisons in Casarett and DoullsToxicology. New York : MC Millan

    Publishing Co.

    Okine, L.K.N., Nyarko, A.K., Armah, G.E.,Awumbila, B., Owusu, K., Setsoavia, S.,

    Ofosuhene, M. ( 2004). Adverse Effectsof Mosquito Coil Smoke on Lung, Liver

    and Certain Drug Metabilishing Enzymes

    in Male Wistar Albino Rats, GhanaMedical Journal, 38(3), 89-95.

    Roberts, S.J. (1971). Veterinary Obstetrict and

    Genital Diseases (Therioge- nology).Ithaca. New York.

    Triharso. (1994). Dasar - Dasar Perlindungan

    Tanaman. Yogyakarta: Fakultas pertanianUGM.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    10/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 51

    UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES TIPE II EKSTRAK ETANOL SISA

    PENYULINGAN KULIT BATANG KAYU MANIS DENGAN INDUKSI

    LEMAK TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN

    Ria Afrianti1, M. Husni Mukhtar

    2, Allen Baksir

    1

    1Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis2Fak. Farmasi Universitas Andalas

    ABSTRACT

    The antidiabetic effect type II extract etanol of destilation residu stem bark Cinnamomum burmani

    (Ness)BL to male white mice has been studied, wich induction with lipid with use method of oral glucose

    test. Extract given by oral with dose 100 mg/kg Bodyweight, 300 mg/kg Bodyweight, 1000 mg/kg

    Bodyweight, and glibenclamid with dose 0,65 mg/kg Bodyweight as comparison, measuring blood

    glucose execute day to 0,14, 15,18 and 21 with use instrument the blood glukosa reader (terumo).The

    result analysis statistic use test analysis variant and test at show that extract etanol of residu stem bark

    Cinnamomum burmanii (Ness) BL in decrease blood glucose mice be significant .

    Keywords: antidiabetic, Cinnamomum burmani (Ness)BL

    PENDAHULUAN

    Diabetes mellitus merupakan masalahkesehatan yang banyak menarik perhatian

    karena angka prevalensi yang bertambah setiap

    tahunnya, terutama berkembang seperti di

    Indonesia. Jumlah penderita diabetes mellitusminimal 2,5 juta pada tahun 1994, tahun 2000menjadi 4 juta dan tahun 2010 diperkirakan

    minimal terdapat 5 juta penderita. Diabetes

    mellitus (DM) merupakan gangguanmetabolisme glukosa yang ditandai dengan

    peningkatan kadar gula darah dan berhubungan

    dengan komplikasi akut maupun kronik(Setiawan , 2007).

    Kasus diabetes yang paling banyak

    dijumpai adalah diabetes mellitus tipe II yangmempunyai latar belakang kelainan berupa

    resistensi insulin pada pasien diabetes mellitustipe II, pengobatannya dengan perencanaanmakanan (diet), oleh karena itu diabetes mellitus

    merupakan penyakit degeneratif yang

    memerlukan penanganan yang tepat dan serius(Mahdi , 2008).

    Salah satu tanaman yang diketahui dapatdigunakan untuk pengobatan diabetes adalah

    kulit kayu batang manis Cinnamomum burmanii

    (Ness ex BI),biasanya tanaman ini ditambahkansebagai rempah-rempah untuk menambah cita

    rasa dalam makanan dan memberikan aroma

    yang enak dan segar (Gunawan, 2004).

    Berdasarkan pengalaman tradisional kulit batangkayu manis dapat berkhasiat sebagai : obat

    pelega perut, obat sariawan, karminatif,

    diabetes, diaforetik, anti reumatik, menurunkan

    nafsu makan, anti diare, dan obat batuk(Supratmi, 2006). Kulit batang kayu manismengandung minyak atsiri 13 % dengan

    komponen utama adalah sinamaldehid (6070%)

    serta polyfenol, eugenol, damar, lendir, dankalsium oksalat selain minyak atsiri kulit batang

    kayu manis juga mengandung Saponin,

    Flavonoid dan Tanin (Rismunandar, 2001 danKartasapoetra , 1992).

    Pada penelitian yang telah dilakukan oleh

    para ahli sebelumnya telah dilakukan pengujianaktifitas anti diabetes yang diinduksi dengan

    lemak menggunakan sampel murni kulit batangkayu manis (Ade, 2009 ). Pada penelitian inidigunakan metoda yang sama dengan

    menggunakan sampel yang berbeda yaitu sisa

    penyulingan kulit batang kayu manis, diperolehdari PT. Forestrade IndonesiaLubuk Minturun

    Padang, yang mana penyulingannya denganmenggunakan air sebagai pelarut untuk

    mendapatkan minyak atsiri, sehingga sisa dari

    penyulingan kulit batang kayu manis tersebutdibuang dan tidak digunakan. Oleh karena itu

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    11/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 52

    peneliti mencoba untuk melakukan pengujian

    terhadap sisa penyulingan tersebut, sisapenyulingan diekstraksi menggunakan etanol 96

    %, ekstrak yang diperoleh dilakukan pengujianaktifitas antidiabetes tipe II pada mencit putih

    jantan.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan BahanAlat yang digunakan adalah Seperangkat alat

    destilasi vakum dan rotary epavorator, spatel,kapas, pinset, corong, penangas air, timbangan

    analitik, vial, jarum oral, timbangan hewan,

    kandang hewan, mortir dan stamfer, gunting,krus, alat suntik, krus porselen, alat pengukur

    glukosa darah Blood GlukosaReader(Terumo).Bahan-bahan yang digunakan adalah

    ekstrak sisa penyulingan kulit batang kayu

    manis, aquadest, margarine (Blueband), Na.CMC 0,5 %, glibenklamid, etanol 96 %,

    makanan st andar pellet.

    Hewan PercobaanMencit putih jantan yang berumur 2 3 bulandengan berat badan 20 - 30 gram.

    Pengambilan Ampas Sisa Penyulingan kulitbatang kayu manis.Sampel diambil dari pabrik PT . Forestrade

    Indonesia Lubuk Minturun.

    Pembuatan Ekstrak Etanol Sisa Penyulingan

    kulit batang kayu manisDitimbang 2 kg sampel kemudian

    dimaserasi dengan etanol 96% sampai seluruh

    sampel terendam, biarkan selama 5 hari didalambotol maserasi yang berwarna gelap sambil

    sesekali diaduk lalu disaring dan didapatkan

    filtratnya. Ampas dimaserasi kembali, lakukansampai 3 kali. Lalu filtrat yang didapat di

    uapkan secara vakum dengan rotary evaporator(Depkes RI, 1979).

    Dosis yang digunakanPerlakuan dengan pemberian sediaan uji

    digunakan dosis 100, 300, 1000 mg/kg BB dan

    glibenklamid sebagai pembanding dengan dosis0,65 mg/kg BB

    Uji Efek Anti Diabetes Ekstrak Etanol Sisa

    Penyulingan Kulit Batang Kayu Manis1. Disiapkan 6 kelompok mencit yang setiap

    kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, yaitu :a.

    Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi

    makanan pellet 5 g/ekor mencit

    b.

    Kelompok II sebagai kontrol positifdiberi makanan pellet dan mentega 5

    g/ekor mencit dengan perbandingan (1:1)

    c.

    Kelompok III, IV, V diberi makananpellet dan mentega 5 g/ekor mencit

    dengan perbandingan (1:1), merupakan

    kelompok mencit diabetes yang diberisediaan uji dengan dosis 100, 300 dan

    1000 mg/kg BB secara oral.

    d.

    Kelompok VI diberi makanan pellet danmentega 5 g/ekor mencit dengan

    perbandingan (1:1) sebagai kelompokpembanding yang diberi glibenclamiddengan dosis 0.65 mg/kg BB secara oral

    2. a. Pada kelompok II, III, IV, V, VI diberi

    makanan pelet dan mentega 5 g/ekormencit (1:1) setiap hari sampai hari ke -

    21.b. Pada hari ke 14, 15 , 18, dan 21 dilakukan

    pemberian sediaan uji pada kelompok

    III, IV dan V, dengan dosis 100, 300 dan1000 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI

    diberikan glibenklamid sebagai

    pembanding dengan dosis 0 ,65 mg/kgBBsetelah penimbangan berat badan.

    c. Penimbangan berat badan mencit

    dilakukan pada hari 7, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20 dan 21 sebelum pemberian

    makanan (pellet) dan mentega

    d. Lakukan pengukuran kadar glukosanormal mencit dengan mengunakan alat

    blood glukosa reader, dengan cara :

    3. Oleskan kapas yang telah di basahi denganalkohol ke ekor mencit kemudian ekornya

    ditoreh dengan menggunakan pisau silet

    sampai darah mencit keluar dari ujung ekor.4. Pasang strip test pada alat blood glukosa

    reader, lalu pada daerah ekor mencit yangditoreh tempelkan strip test. Tunggu 10 detik

    dan amati kadar glukosa darah yang terbaca

    pada layar monitor.

    Analisa DataData perubahan kadar glukosa darah yang

    diperoleh , diolah secara statistik memakai

    analisa variable (Anova) dua arah dan

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    12/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 53

    dilanjutkan uji wilayah Duncan.(Hanafiah, 2005

    dan Supranto, 2000)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Ekstrak kental yang diperoleh dari 2 gampas penyulingan kulit kayu manis adalah

    14,03 g (0,7 %). Ekstrak dibuat menjadi 3

    variasi dosis yaitu 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, yang didapat dari rumus

    thomson, kemudian dibuat dalam bentuk sediaan

    berupa suspensi dengan NaCMC 0,5 % sehinggadihasilkan campuran yang homogen.

    Pada penelitian ini digunakan lemak

    sebagai penginduksi, dimana lemak disebut jugalipid, merupakan zat yang kaya energi, sehingga

    pemberian lemak yang berlebihan dapatmempengaruhi kenaikan berat badan atau kitakenal juga dengan obesitas (Smaolin, 1997).

    Obesitas dapat memacu terjadinya penyakit

    diabetes mellitus atau lebih dikenal dengankencing manis. Penyakit ini ditandai dengan

    gejala-gejala khas yang sering dirasakan adalahrasa haus berlebihan, pengeluaran urin yang

    berlebihan dan makan yang berlebihan. (Jhon,

    1997 dan Guyton, 1998).Pengamatan dilakukan pada hari ke 14,

    15, 18 dan 21 dengan tujuan untuk melihat

    pengaruh lamanya pemberian ekstrak sisapenyulingan kulit batang kayu manis terhadap

    glukosa darah mencit selama 7 hari. Mencit

    percobaan yang t elah diaklimatisai selama satuminggu, ditimbang berat badannya satu persatu

    dan diukur kadar glukosa darah normal. Kadar

    glukosa darah puasa normal jika kecil dari 90mg/dl, sedangkan kadar glukosa darah puasa

    diabetes jika besar sama dengan 110 mg/dl.(Widowati, 2005). Untuk melihat efek

    penurunan kadar glukosa darah dari ekst rak sisa

    penyulingan kulit batang kayu manis terlebihdahulu mencit diinduksi dengan makanan kaya

    lemak selama 2 minggu yang masing-masingnya

    5 gr/hari/ekor mencit. Setelah dua mingguterjadi peningkatan kadar glukosa darah dan

    berat badan.

    Pengukuran kadar glukosa darah mencitdilakukan dengan menggunakan alat Blood

    Glukosa Reader. Keuntungan menggunakan alat

    ini karena kerjanya sederhana dan membutuhkansedikit darah (1 2 tetes) dan dapat mengukur

    kadar glukosa darah dengan cepat dan tepatantara 20-600 mg/dL (Wade, 1986).Dari hasil penelitian semua kelompok

    mencit yang diberi ekstrak sisa penyulingan

    kulit batang kayu manis selama 7 hari berturut-turut mengalami penurunan kadar glukosa darah

    yang bermakna pada P

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    13/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 54

    kelompok 6 sangat berbeda. Sedangkan hasil

    perhitungan statistik terhadap berat badanmencit terlihat bahwa penurunan berat badan

    mencit setiap kelompok yang diberi ekstraketanol sisa penyulingan kulit batang kayu manis

    dosis 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 1000

    mg/kgBB dan pembanding glibenklamid 0,65mg/kgBB tidak mengalami penurunan berat

    badan secara berbeda nyata dan waktu juga

    tidak mempengaruhi penurunan berat badansecara berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena

    perbedaan berat badan rata-rata mencit tidak

    berbeda jauh.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukandi ambil kesimpulan bahwa pada dosis 1000mg/kgBB ekstrak etanol sisa penyulingan kulit

    batang kayu manis menunjukkan penurunan

    kadar glukosa darah sangat berbeda nyatadiambil dari perhitungan statistik, dibandingkan

    kelompok ekstrak dosis 100 , 300 mg/kg BB dankelompok pembanding glibenklamid dosis 0,65

    mg/kgBB.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ade T.P.2009, Uji efek anti Diabetes Melitus

    TIpe II Ekstrak Etanol kayu Manis

    Cinnamomum burmanii(Nees ex BI)Terhadap Mencit Putih Jantan, Skripsi S1

    sekolah T inggi Ilmu Farmasi

    Indonesia.Padang .Departeman Kesehatan Republik

    Indonesia.1979, Farmakope Indonesia,

    Edisi III, Jakarta.Gunawan, D., Mulyani, S.2004,Ilmu Obat Alam

    (Farmakognosi)Jilid I. Penebar Swadaya,

    Jakarta.Guyton, W.1998 ,Fungsi Endokrin Pankreas

    dan Pengaturan MetabolismeKarbohidrat,Diterjemahkan oleh

    A.Dharma dan P .Lukmanto, Buku Ajar

    Fisiologi Kedokteran, Ed XVII, Jakarta.Hanafiah, K.A.2005, Rancangan Percobaan,

    Teori dan Aplikasi, Edisi III, PT

    Grapindon P ersada, Jakarta.Jhon, H.1997, Hormon Pangkreas dan Obat-

    Obatan Antidiabetes , Farmakologi Dasar

    dan Klinik, Penerbit Buku Kedokteran

    EGC, Jakart a.Kartasapoetra, G.1992, Budidaya Tanaman

    Berkhasiat Obat, Rineka Cipta, Jakarta.Mahdi.2008, Analisis Interaksi Obat

    Antidiabetik Oral. Jurnal Farmasi

    Indonesia.Rismunandar, Paimin, Farry, B.2001, Kayu

    Manis Budidaya dan Pengelolaannya ,

    Penebar Swadaya, Jakarta.Setiawan.2007, Distribusi Penggunaan

    Antidiabetik Oral di Rumah Sakit , Jurnal

    Farmasi Indonesia. Universitas FarmasiPurwokerto.

    Soemarji, A.2004, Penentuan Kadar Glukosa

    Darah Mencit Secara Tepat, UntukDiterapkan Dalam Pemisahan Antdiabetes

    In Vivo Acta Pharmasetical Indonesia,Vol. XXIX.Smaolin, L.A., M.B Grovenor.1997, Nutrition

    Science and Application, Edisi 2,

    Soundres College, New York.Supranto, J.2000, Teori dan Aplikasi, Statistik,

    Edisi VI, 14, Jakarta.Supratmi.2006, Efektifitas Ekstrak Kulit Batang

    Kulit Kayu Manis Sebagai Obat , Jurnal

    Ilmiah Farmasi. Universitas IslamIndonesia Yogjakarta.

    Wade, A., Weller P.1986, Pharmasetical

    Exicipients, Edisi 2, The PharmaceuticalPress, London.

    Widiowati, L., Kusuma.2005, Pengaruh

    Ekstrak Biji Klabet Terhadap Gambaran

    Kerusakan Sel Beta Pankreas Pada Tikus

    NIDDM, Majalah Medika No. 10,hal 18

    -21.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    14/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 55

    PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT PUTIH

    JANTAN MENGGUNAKAN MEMBRAN PEMBALUT DARI PATIBENGKUANG(Pachyrrhizus erosus(L) Urban)

    Yufri Aldi

    1

    , Dedi Nofiandi

    2

    dan Elya Sari

    2

    1Fakultas Farmasi Universitas Andalas2Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

    ABSTRACT

    Study of the effect of varying the concentration of the absorption propilenglicol membrane wounddressing yam starch in the healing process of burns on whit e mice. The concentration of propilenglicol are

    used 20%, 30%, 40% of the total analyzed poliblen. Parameter of analysis are organoleptic, membrane

    thickness, pH,absorption t est , antibacterial activity and pharmacological act ivity. The reasults show thatconcentrations propilenglicol effect was not significantly different in membrane thickness formula 1 and

    formula 2, but significantly different from the formula 3, the absorption test formula 3 have the betterabsorption of the formula 1 and formula 2. in the healing process of burn, healing percentages were notsignificantly different in each formula, but significantly different from controls.

    Keywords : Yam bean,plasticizer, membrane wound dressing, burns

    PENDAHULUAN

    Pembalut luka (wound dressing) berfungsi

    untuk menutupi atau melindungi jaringan baru,menyerap cairan yang keluar dari luka/nanah,

    mengurangi rasa sakit dan juga diharapkan dapat

    mempercepat proses penyembuhan luka.Pembalut luka primer yang kontak langsung

    dengan luka saat ini pada umumnya berbahan

    dasar karbohidrat antara lain kitoson danalginat. Dari bahan tersebut akan dihasilkan

    produk pembalut luka yang berdaya serap tinggi,

    mudah digunakan/dilepaskan, melindungiterhadap serangan bakteri, dan menutupi luka

    (Mutia, 2011).

    Bengkuang (Pachyrrhizus erosus (L)

    Urban) merupakan sumber daya alam yangmemiliki prospek pengembangan yang sangat

    luas. Oleh karena itu dilakukan pengolahanbengkuang yang bertujuan memanfaatkan

    sumber daya alam yang tersedia menjadi produk

    yang mempunyai nilai tambah yang tinggi(Alina, 2006). Pati bengkuang telah digunakan

    dalam berbagai bentuk sediaan, seperti dalambentuk bedak dingin, masker, pelembab, lotion,

    dan bath gel (Kusnandar, 2010).

    Berdasarkan uraian diatas, mendorongpeneliti untuk melakukan penelitian terhadap

    membran pembalut luka dari bahan pati

    bengkuang dengan memvariasikan konsentrasipropilenglikol.

    METODA PENELITIAN

    Alat dan BahanAlat yang digunakan adalah oven,

    autoklaf, erlemeyer, cawan petri, kapas, ose,tabung reaksi, spatel, mikrometer, kaca arloji,

    beaker glass, magnetik stirer, gelas ukur,

    timbangan analitik, pinset, kasa, plester,desikator, krus porselein, buret, pipet tetes, dan

    kaca arloji.

    Bahanbahan yang digunakan adalah

    neomisin sulfat, pati bengkuang, polivinilalkohol, propilenglikol, nipagin, nipasol, air

    suling, Staphylococcus aureus, mencit putihjantan, NaCl fisiologis, nutrient agar (NA),

    Mueller-Hilton agar, alkohol 70%, H2SO4 2 N,

    fenolftalein 0.1 %, larutan iodium dan NaOH 0,1N.

    Pembuatan pati bengkuangUmbi bengkuang (Pachyrrhizus erozus

    (L) Urban) diambil di daerah Kecamatan KotoTangah, Padang. 3 kg umbi bengkuang yang

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    15/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 56

    telah dikupas dan dibersihkn, dipotong kecil,

    diblender diperas dan disaring, sehinggadiperoleh sari bengkuang. Sari bengkuang

    diendapkan. Endapan yang diperolehdikeringkan, digerus dan diayak. Sehingga

    diperoleh pati bengkuang.

    Pembuatan membran pembalut luka

    Tabel 1. Formula Membran PembalutLuka

    No Nama Zat F1 F2 F3

    1 Neomisin sulfat(gr) 0,5 0,5 0,5

    2 Pati Bengkuang(gr) 4 4 4

    3 PolivinilAlkohol(gr)

    2 2 2

    4 Propilenglikol(gr) 1,2 1,8 2,4

    5 Nipagin(gr) 0,05 0,05 0,05

    6 Nipasol (gr) 0,1 0,1 0,1

    7 Aquades ad(ml) 100 100 100

    Proses pembuatan membran yang dilakukan pada penelit ian ini mengunakan metode

    tuang. Pati bengkuang, polivinil alkohol (PVA),

    propilenglikol, nipagin, nipasol serta neomisinsulfat ditambahkan air suling yang tersedia

    dalam beaker glass, kemudian diaduk dengan

    batang pengaduk dan dipanaskan sambildiaduk dengan magnetik stirrer . Suhu yang

    digunakan waktu pemanasan adalah 70 C

    selama 40 menit, Kemudian tuangkan padacetakan membran modifikasi dan biarkan kering

    selama 3 hari pada suhu kamar. Membran yangsudah mengering dilepaskan dari cetakan.

    Kemudian dilakukan evaluasi terhadap membran

    pembalut luka(Anwar, 2012)

    Evaluasi membran pembalut luka

    a. Pemeriksaan OrganoleptisPemeriksaan organoleptis meliputi

    pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa

    dari membran yang dihasilkan (DepKes RI,1995).

    b. Pemeriksaan pHPengukuran pH dilakukan dengan cara 1 grmembran diencerkan dengan air suling

    hingga 10 ml. elektroda dicelupkan dalam

    wadah tersebut, biarkan jarum bergeraksampai posisi konstan. Angka yang

    ditunjukan pHmeter merupakan nilai pHtersebut (Martin, 1993 dan DepKes RI,

    1995).

    c. Ketebalanmembran

    Ketebalan membran diukur pada 5 titikberbeda menggunakan mikrometer

    kemudian dihitung nilai rata-ratanya(Krochta, 1994).

    d. Uji Daya SerapMembran di potong dengan ukuran 22 cm,kemudian ditimbang beratnya sebagai berat

    awal (Wt). Lalu membran di rendam dalam

    5 ml NaCl fisiologis selama 1, 10, 20, 30menit. Setelah di rendam permukaan

    membran dikeringkan dengan tisu kertas

    dan di timbang beratnya sebagai berat akhir(Wf)(Lachman, 1994).

    Rumus :

    %

    e.

    Uji aktivitas antibakteri membran

    pembalut luka pati bengkuangMedium Mueller-Hilton Agar (MHA) yang

    telah dicairkan dimasukan dalam cawan

    petri steril sebanyak 10 ml dan dibiarkanmemadat (base layer). Setelah itu dibuat

    seed layeruntuk bakteri uji dengan cara

    mencampur 5 ml medium MHA dengan 1ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus,

    dihomogenkan lalu dituang di atas base

    layer dan dibiarkan memadat. Sediaan uji

    yang telah dibentuk seperti paper discdiletakkan diatas media kemudian

    diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam.Diamati dan diukur zona hambatnya

    (Fatmawati, 2009).

    f. Uji efektifitas membran pembalut lukabakar pada hewan percobaanHewan dikelompokkan menjadi 5kelompok, masing-masing terdiri dari 5

    ekor, yaitu; kelompok kontrol (tidak

    mengandung neomisin sulfat ), kelompokF1, kelompok F2, kelompok F3 dan

    kelompok membran pembanding(Daryantulle

    ). Setiap formula

    mengandung neomisin sulfat 0,5%.

    Bulu pada bagian punggung hewan

    dirontokkan dengan menggunakan krimperontok bulu. Bagian punggung yang telah

    dirontokkan bulunya dibersihkan dengan alkohol

    70%, selanjutnya luka bakar dibuat denganmenggunakan lingkaran logam berdiameter 1,5

    cm yang dipanaskan dalam air panas hingga

    suhu 85 C selama 15 menit. Logam panas

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    16/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 57

    tersebut ditempelkan pada bagian punggung

    mencit yang telah dirontokan bulunya selama 20detik, timbul luka berbentuk lingkaran

    dipunggung mencit. Luka yang terbentukkemudian dioleskan suspensi bakteri

    Staphylococcus aureus dengan kapas pada

    seluruh permukaan luka, kemudian luka ditutupidengan kain kasa dan diplester (Jewezt , 2012).

    Setelah 24 jam terinfeksi, luka bakar

    dibersihkan dengan NaCl fisiologis kemudianditutupi dengan membran pembalut luka pati

    bengkuang berdasarkan masing-masing

    kelompok, setelah itu ditutupi dengan kain kasadan diplester. Selanjutnya membran yang baru

    di tempelkan lagi seperti prosedur diatas setiap

    satu hari selama 21 hari. Lakukan pengamatanpada luas daerah luka yang sembuh pada hari

    ke-7, ke-14, ke-21 (Mutia, 2011).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penggunaan pati memiliki keterbatasan

    apabila diaplikasikan dalam bentuk sediaanseperti film atau membran karena menghasilkan

    sediaan yang rapuh dalam kondisi kering dan

    kemampuan menyerap air yang tinggi untuk ituperlu penambahan bahan yang dapat

    memperbaiki sifat pati tersebut. Dalam

    penelitian ini menggunakan propilenglikolsebagai plasticizer. T ujuan penambahan

    plasticizer yaitu untuk menurunkan kekakuan

    dan meningkatkan fleksibilitas sediaan.Kombinasi antara propilenglikol dengan PVA

    akan menghasilkan sediaan yang lebih lebih

    kompatibel (terlihat dari film yang dihasilkantransparan dengan permukaan yang relatif rata).

    Pemilihan penambahan PVA pada formula dapat

    mempercepat proses pengeringan, danmemberikan kontak yang baik dengan kulit.

    Pada formula ditambahkan nipagin dan nipasol

    hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhanjamur selama pengeringan sediaan.

    Konsentrasi penambahan plasticizer padapenelitiaan ini adalah 20%,30%,40% dari

    polimer. Pemilihan konsentrasi ini berdasarkan

    uji pendahuluan yang telah dilakukan bahwapada konsentrasi besar dari 40% maka membran

    yang terbentuk akan mengkerut dan susah

    diangkat dari cetakan membran. . Apabilakonsentrasi propilenglikol yang digunakan kecil

    dari 20% membran yang dihasilkan mudah patah

    dan kaku.Hasil pemeriksaan organoleptis dari

    membran F1, membran yang terbentuk tapisusah diangkat dari cetakan. Hal ini disebabkan

    karena kecilnya konsentrasi propilenglikol yang

    digunakan sebagaiplasticizerkarenaplasticizermerupakan komponen yang sangat berperan

    dalam pembentukan membran untuk

    menghindari lengketnya membranpada cetakandan tidak robek pada saat dilepas. Warnanya

    yang dihasilkan coklat muda, bau khas , dan

    berasa agak manis.Hasil pemeriksaan organoleptis F2 dan F3

    diperoleh membran yang utuh, warna coklat

    muda, bau khas, rasa agak manis, serta semakinmudah untuk dikeluarkan dari cetakan.

    Plasticizer dapat meningkatkan elastisitas darimembran. Peningkatan konsentrasipropilenglikol menyebabkan ketebalan lapisan

    membran semakin meningkat dan lebih

    fleksibilitas.Pada pemeriksaan pH membran tanpa

    neomisin sulfat diperoleh hasil pH 7,38 7,39sedangkan membran F1 6,39, F2 6,20 dan F3

    6,10. Terjadinya penurunan pH pada Formula

    disebabkan adanya kandungan neomisin sulfatyang memiliki pH 6,7. pH membran yang

    diperoleh sudah sesuai dengan pH fisiologis

    kulit yaitu 4,2 6,5 (Wasitaatmadja, 1997).Ketebalan membran pada F3 memiliki

    perbedaan yang signifikan (p

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    17/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 58

    Tabel 3 . Hasil pengukuran uji daya serap membran pembalut luka

    Menit ke F1(%) F2 (%) F3 (%

    1 68,14 10,00 85,53c

    18,59 42,00a 8,31

    5 156,72 17,21 156,9 24,58 109,55a 21,63

    10 191,09a 6,52 192,13

    a 12,25 173,48

    a 69,55

    20 210,89a 3,88 234,99 13,09 242,88 11,71

    30 224,84a 4,20 239,93a 14,04 257,24 10,21

    Aktivitas antibakteri dari membran dapatdilihat pada tabel III, dimana secara statistik

    tidak ada perbedaan bermakna antara F1, F2 dan

    F3, artinya bahwa semua formula memiliki dayahambat yang sama terhadap bakteri.

    Tabel 4. Aktifitas antibakteri membranpembalut luka

    KelompokDiameter daya

    hambat (mm)Keterangan

    Kontrol 0,00a 0,00 Resisten

    Formula 1 19,91 0,0224 Sensiti

    Formula 2 19,92 0,0274 Sensiti

    Formula 3 19,92 0,0274 Sensiti

    Dari hasil uji statistik persentasepenyembuhan luka t idak ada perbedaan secara

    bermakna antara semua formula dengan

    pembanding mencit , namun berbeda nyatadengan kontrol.

    Tabel 5.Persentase penyembuhan luka bakar pada putih jantan.

    KelompokPersen penyembuhan

    pada hari ke 7

    Persen penyembuhan

    pada hari ke 14

    Persen penyembuhan

    pada hari ke 21

    Kontrol negatif 5,19a 7,11 57,11

    a 3,89 100 0,00

    F1 31,41 91,67 72,52 8,87 100 0,00

    F2 31,41 91,67 72,52 8,87 100 0,00

    F3 39,78 11,56 79,03 7,59 100 0,00

    Pembanding 29,38 6,19 71,39 7,23 100 0,00

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukandapat disimpulkan sebagai berikut :

    1.

    Variasi konsentrasi propilenglikol padamembran pembalut luka pati bengkuangmemberikan daya serap yang lebih besar.

    2. Proses penyembuhan luka bakar pada mencitputih yang di induksi dengan logam panas

    menggunakan 3 variasi Formula hasilnya

    tidak berbeda (P>0,05).

    DAFTAR PUSTAKA

    Alina W, Ersa CB, Fitrianti D, Apriyanti danLestari R, 2006, Industri Makanan Dan

    Minuman Berbasis Bengkuang,Kumpulan Makalah PKMP PIMNAS XIX, Universitas Muhamadiyah Malang.

    Anwar E, 2012, Eksipien Dalam SediaanFarmasi Karakteristik dan Aplikasi,

    Penerbit Dian Rakyat, Jakarta

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,

    Dirjen POM, Jakarta.

    Fatmawati A, Mufidah, Sartini dan HalilintarVD, 2009, Aktifitas Antibakteri Krim

    Ekstrak Daun Kakurang (Stacytarpheta

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    18/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 59

    Jamaicensis (L) Vahl) Terhadap

    Stapylococcus aureus dan Pseudomonasaeruginods secara in vitro, Majalah

    Farmasi dan Farmakologi Vol. 13 No. 3,hal 71-75.

    Jawetz E, Melnick JL dan Adelberg EA, 2012.

    Mikrobiologi Kedokteran edisi 25.Jakarta:EGC Penerbit Buku Kedokteran

    Krochta JM, EA Baldwin, and MO Nisperos-

    Carriedo., 1994,Edible Coating and Filmto Improve Food Quality, Technomic

    Publishing Company, New York, NY.

    Kusnandar F, 2010, Kimia Pangan KomponenMakro, Dian Rakyat, Jakarta.

    Lachman L, Lieberman and JL Kaning, 1994,

    Teori dan Praktek Farmasi Industri II,Edisi 3, alih bahasa oleh S.Suyami,

    Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.Mutia T, Eriningsih R dan Safitri R, 2011,Membran Alginat Sebagai Pembalut Luka

    Primer dan Media Penyampaian Obat

    Topikal Untuk Luka Yang Terinfeksi,Jurnal Riset Industri Vo.V, No.2,2011,

    Hal 161-174.Wasiatmadja SM., 1997, Penuntun Ilmu

    Kosmetik Medik, Universitas Indonesia,

    Jakarta.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    19/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 60

    FORMULASI GEL MINYAK NILAM DAN UJI DAYA HAMBATNYATERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

    Widyastuti, FarizalAkademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi

    ABSTRACT

    A study on antibacterial activity of gel formulation of patchouli oil has been carried out towardsStaphylococcus aureus. Seven different concentrations of patchouli oil 535% were formulated as gel

    using 3% HPMC as a bases. Several evaluation were examined on the gel formulation including

    organoleptic examination, homogeneous, pH test, skin irritation test, stability test and spreadability.While antibacterial activity test of the obtained formulation was tested on MHA medium. Antibacterial

    act ivity was test es by using difution method. The result showed that patchouli oil was successfully

    formulated and physically stable in gel form. The antibacterial effect test showed that FVI (patchouli oil30%) demonstrated the strongest activity with 12,372 0,395 mm diameter of inhibition towards

    Staphylococcus aureus. Antibacterial activity patchaouli oil at concentration 30% was higher than the gelform at the same concentration with 14,708 0,859 mm diameter of inhibition.

    Keywords : minyak nilam, patchouli oil, gel, HPMC

    PENDAHULUAN

    Minyak nilam, sekitar 90% produksidunia berasal dari penyulingan di Indonesia.

    Minyak nilam pada bidang farmasi digunakan

    untuk obat antiradang, antimikroba,antiserangga, antidepresi dan untuk aromaterapi

    (Mangun et.al, 2012). Komponen kimiapenyusun minyak nilam terdiri dari dua

    golongan yaitu golongan hidrokarbon yang

    berupa senyawa seskuiterpen, berjumlah sekitar4045% dari berat minyak dan golongan

    hidrokarbon beroksigen yang berjumlah sekitar

    5257% dari berat minyak (Guenther, 1990).Komponen-komponen kimia penyusun minyak

    nilam yang mempunyai persentase terbesar

    adalah patchouli alcohol (32,60%), -guaiene

    (23,07%), -guaiene (15,91%), seychellene(6,95%) dan -patchoulene (5,47%) Minyak

    nilam dengan fraksi yang memiliki titik didihtinggi (Patchouli Alkohol) memiliki kemampuan

    sebagai antibakteri (Aisyah et.al, 2008).

    Kandungan minyak nilam tertinggi terdapatpada bagian daun yaitu 45%. Minyak nilam

    menunjukkan aktivitas antimikroba terhadapEscherichia coli, Staphylococcus aureus,

    Candida albicans, Aspergillus niger dan

    Microsporum gypseum(Ulfa, 2008).

    Pengembangan formulasi minyak nilam

    sebagai obat antibakteri pada kulit dapat dibuat

    dalam bentuk sediaan setengah padat seperti gel.Salah satu zat pembentuk gel tersebut turunan

    selulosa seperti hidroksipropilmetilselulosa

    (HPMC) (Anonim, 1994 & Lachman et.al,1994). Minyak nilam yang telah disuling selama

    ini masih bertujuan untuk ekspor, belum adasediaan at au pengolahan lebih lanjut dari minyak

    nilam tersebut. Aktivitas minyak nilam sebagai

    antimikroba dapat mengurangi penyakit padakulit, sehingga dapat dibuat sediaan setengah

    padat seperti gel.

    METODA PENELITIAN

    Alat dan BahanTimbangan, neraca analit ik, alat destilasi,

    beaker glas, gelas ukur, batang pengaduk, spatel,termostat, corong, spatel, wadah gel, deck glass,

    pH meter, termometer, piknometer, ose steril,

    kapas, kasa steril, aluminium foil, tabungreaksi, lemari aseptis, autoclave, inkubator,

    cawan petri, pipet mikro, jangka sorong.Daun nilam, minyak nilam, Natrium

    sulfat, HPMC, propilenglikol, metil paraben,

    propil paraben, air suling, biakan bakteri

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    20/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 61

    Staphylococcus aureus, NaCl fisiologis, media

    Nutrient Agar dan Mueller Hinton Agar.

    Cara KerjaIsolasi Minyak Nilam

    Daun nilam yang telah dikeringanginkan

    dimasukkan ke dalam alat destilasi, tambahkanair suling dan dilakukan penyulingan dengan

    metode uap air. Minyak atsiri yang keluar

    ditampung dan diberi Natrium sulfat untuk

    menghilangkan sisa air. Minyak nilam yangdidapat dilakukan pengujian organoleptis,

    kelarutan dan bobot jen is.

    Pembuatan Sediaan GelFormula sediaan gel dibuat dengan komposisisebagai berikut:

    Tabel 1 . Formula Gel Minyak Nilam

    No. Nama ZatFormula

    I II III IV V VI VII

    1. Minyak Nilam 5 10 15 20 25 30 35

    2. HPMC 3 3 3 3 3 3 3

    3. Propilenglikol 10 10 10 10 10 10 10

    4. Metil Paraben 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15

    5. Propel Paraben 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

    6. Air suling ad 100 100 100 100 100 100 100

    Sediaan dibuat dengan cara 40 ml air

    suling didihkan dan dimasukkan metil parabendan propil paraben sambil diaduk hingga larut.

    HPMC sebanyak 3 gram dimasukkan ke dalam

    larutan diatas. Termostat diturunkan suhunyadan sediaan dibiarkan selama 5 menit sambil

    diaduk. Sediaan diturunkan dari termostat, aduk

    hingga dingin. Minyak atsiri dicampur denganpropilenglikol dan ditambahkan kedalam sedikit

    demi sedikit ke dalam basis gel sambil diadukhomogen. Sisa air suling ditambahkan hinggadiperoleh bobot yang cukup sambil diaduk

    homogen.

    Evaluasi Sediaan GelEvaluasi sediaan gel meliputi warna dan

    bau dilakukan secara visual, homogenitas,pengaruh perubahan suhu, pemeriksaan pH dan

    pemeriksaan daya sebar.

    Pengujian Aktivitas Antibakteri Gel Minyak

    NilamCawan petri yang telah disterilkan

    diletakkan beberapa silinder dengan diameter 6

    mm. Suspensi bakteri sebanyak 0,5 mLditambahkan kedalam media MHA sebanyak 15

    mL, selanjutnya dimasukkan kedalam cawan

    petri. Setelah media memadat, silinder diangkat,sehingga membentuk lubang pada media.

    Sediaan gel minyak nilam diletakkan didalam

    lubang. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu37

    oC. Hasil diamati ada tidaknya daerah

    hambatan yang jernih disekeliling lubang dan

    diukur diameternya.

    Analisis DataAnalisis data yang didapat menggunakan

    Uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan

    95% dan dilanjutkan dengan Uji Students

    Newman Keuls (SNK) jika ada perbedaan yangsignifikan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Daun nilam yang telah dikeringkantersebut selanjutnya dilakukan penyulingan

    dengan cara penyulingan dengan uap langsung.

    Metode penyulingan ini dipilih karenamempunyai beberapa keuntungan diantaranya

    uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi

    jernih sehingga dapat dilihat batas antara air danminyak yang dihasilkan. Selain itu, suhu yang

    dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkatkegosongan minyak lebih terkendali. Namun,

    cara ini juga memiliki suatu kelemahan, yaitu

    tekanan uap yang dihasilkan relatif rendahsehingga belum dapat menghasilkan minyak

    dengan waktu yang cepat (Mangun, et.al, 2012).

    Dari hasil penyulingan tersebutdidapatkan rendemen minyak nilam yang

    dihasilkan berkisar 0,77%. Teknik penyulingan

    minyak nilam mempengaruhi hasil yangdidapatkan. Yuliana (2003) telah melalukan

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    21/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 62

    isolasi minyak nilam dengan teknik destilasi,

    ekstraksi dan fermentasi. Rendemen minyaknilam dari daun kering yang diperoleh dengan

    menggunakan teknik destilasi sebanyak 0,73%,teknik ekstraksi sebanyak 3,56% dan teknik

    fermentasi sebanyak 6,22%. Proses destilasi

    yang dilakukan pada daun nilam dapatmengakibatkan kehilangan minyak atsiri karena

    terjadi penguapan.

    Pemeriksaan organoleptis dari minyaknilam hasil penyulingan didapatkan berupa

    cairan kental berwarna kuning kecoklatan

    dengan bau khas minyak nilam. Hal ini berbedadengan minyak nilam yang dihasilkan oleh

    penyulingan yang dilakukan masyarakat

    Pasaman, dimana warnanya coklat kemerahan.Perbedaan warna minyak nilam kemungkinan

    karena masyarakat Pasaman menyuling tanamannilam dengan menggunakan alat yang sederhanayaitu banyak memakai drum bekas (Saputra,

    2009).

    Minyak nilam yang dihasilkan larutdengan alkohol 90% pada suhu 23

    oC. hal ini

    sesuai dengan syarat mutu minyak nilam yangtertera dalam SNI Minyak Nilam. Untuk

    pemeriksaan bobot jenis didapatkan hasil

    0,98322 dan pada minyak nilam hasilpenyulingan masyarakat di dapatkan bobot jenis

    0,99037. Pemeriksaan dilakukan pada suhu

    23oC. Menurut SNI Minyak Nilam, bobot jenis

    minyak nilam berkisar 0,950 0,975 padapengukuran suhu 25

    oC. Perbedaan hasil bobot

    jenis kemungkinan disebabkan oleh perbedaanpada suhu pengukuran.

    Formula sediaan minyak nilam dibuat

    dalam bentuk gel. Dasar gel yang digunakanberbentuk setengah padat, bening transparan dan

    berbau khas. Hasil pemeriksaan dasar gel

    menunjukkan bahwa gel homogen, tidakmemisah karena perubahan suhu, tidak

    mengiritasi kulit, mempunyai pH 7,10 dan daya

    sebar sebesar 24,936 1,357 cm2pada beban 5

    g dan setelah disimpan selama 8 minggu daya

    sebar menurun menjadi 19,386 1,186 cm2 .

    Hal ini menunjukkan bahwa dasar gel dapatdigunakan untuk pemakaian pada kulit.

    Hasil pemeriksaan pada semua formuladengan perbedaan konsentrasi minyak nilammenunjukkan bentuk setengah padat, warna

    kuning muda, bau khas minyak nilam, homogen,

    tidak memisah dengan perubahan suhu dan tidakmengiritasi kulit. Warna kuning muda

    disebabkan karena minyak nilam tidak larutdalam air sehingga tidak tercampur dalam

    bentuk terlarut tetapi dalam bentuk partikel

    halus terbagi rata dalam sediaan gel. Denganadanya minyak nilam maka gel yang dihasilkan

    tidak lagi transparan.

    Tabel 2 . Evaluasi Gel Minyak Nilam

    No. PemeriksaanFormula

    BS FI FII FIII FIV FV FVI FVII

    1. Pemerian

    Bentuk

    Warna

    Bau

    sp sp sp sp sp sp sp sp

    bng km km km km km km km

    tb bkn bkn bkn bkn bkn bkn bkn

    2. Homogenitas hmg hmg hmg hmg hmg hmg hmg hmg

    3. Pengaruh perubahan suhu tm tm tm tm tm tm tm tm

    4. Uji iritasi kulit ti ti ti ti ti ti ti ti

    5. pH 6,80 5,47 5,05 4,91 4,81 4,71 4,61 6,21

    6. Daya Sebar (cm )

    Awal

    Beban 5 g

    3,28 2,03 2,11 1,93 1,77 1,77 1,47 1,07

    19,39 6,47 7,93 6,01 4,91 4,04 4,28 3,04

    Keterangan:sp = setengah padat hmg = homogenitas

    km = kuning muda tm = tidak memisah

    bkn = bau khas nilam ti = tidak mengiritasibng = bening transparan tb = tidak berbau

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    22/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 63

    pH gel mengalami penurunan dengan

    adanya minyak nilam. Hal ini dapat terjadikarena sebagian besar minyak atsiri merupakan

    asam lemah atau netral (Guenther, 1990).Terdapat perbedaan harga pH dari masing-

    masing formula, dimana dengan kenaikan

    konsentrasi minyak nilam maka terjadipenurunan pH sediaan. pH juga mengalami

    penurunan setelah sediaan disimpan selama 8

    minggu. Tetapi harga pH masih memenuhipersyaratan, persyaratan sediaan untuk kulit

    mempunyai pH antara 4,5 6,5.

    Pada pengujian daya sebar juga terjadiperubahan, dimana semakin besar konsentrasi

    minyak nilam, maka daya sebar gel semakin

    menurun. Demikian juga pada penyimpanansediaan selama 8 minggu juga terjadi penurunan

    besarnya daya sebar. Hal ini kemungkinandisebabkan karena pengaruh polimer yangdigunakan sebagai bahan dasar gel yang akan

    mengalami swelling sehingga menyerap

    sebagian air yang ada dalam gel. Daya sebar gelyang baik berkisar antara 5 7 cm

    2(Garg et.al,

    2002). Dengan melihat hasil yang didapat makaFIV, FV dan FVI memenuhi persyaratan daya

    sebar gel. Setelah dilakukan penyimpanan, maka

    FI dan FIII yang memenuhi persyaratan dayasebar gel. Dari penelitian yang dilakukan

    didapatkan daya sebar gel akan menurun dengan

    penambahan konsentrasi minyak nilam. Hal iniberart i semakin besar konsentrasi minyak nilam

    maka gel yang dihasilkan semakin kental.

    Pada pengujian aktivitas antibakteriminyak nilam pada konsentrasi 30% terhadap

    bakteri Staphylococcus aureus yang dilakukan

    oleh Dzakwan (2012) didapatkan diameterdaerah hambatan sebesar 18,30 mm dan yang

    dilakukan oleh Das et.al, (2011) padakonsentrasi 30% sebesar 14,53 0,37,

    sedangkan pada penelitian yang dilakukan juga

    pada konsentrasi 30% didapatkan daerah hambatsebesar 14,708 0,859 mm. Hal ini

    kemungkinan disebabkan karena perbedaan

    kandungan patchouli alcohol dari masing-masing tanaman nilam dengan daerah yang

    berbeda (Mangun et.al, 2012). Pengujian

    aktivitas antibakteri gel terhadap bakteriStaphylococcus aureus dengan konsentrasi

    minyak nilam 535% secara keseluruhan

    menunjukkan aktivitas antibakteri. Dasar geltidak menunjukkan aktivitas antibakteri karena

    tidak menghasilkan daerah bening. Padapenelitian ini peningkatan konsentrasi minyaknilam dalam sediaan sampai dengan 30%

    menunjukkan peningkatan diameter hambatan,

    tetapi pada konsentrasi 35% menunjukkanpenurunan diameter daerah hambat. Hal ini

    kemungkinan disebabkan karena padakonsentrasi minyak nilam yang tinggi

    menyebabkan gel menjadi lebih kental yang

    ditunjukkan oleh ukuran daya sebar yang lebihkecil dibandingkan konsentrasi 30%, sehingga

    kemungkinan proses difusi zat aktif untuk

    menghambat pertumbuhan bakteri menjadimenurun.

    Tabel 3 . Diameter Daerah Hambat

    Formula A (mm) B (mm) C (mm) D (mm)

    FI 10,398 0,814 10,202 1,031 9,628 1,079 9,570 0,555

    FII 10,866 0,512 11,202 1,169 9,516 0,405 10,418 0,934

    FIII 11,084 0,417 10,824 0,294 9,850 0,439 11,002 0,693

    FIV 11,484 0,381 11,092 0,428 11,092 0,627 10,652 0,710FV 12,214 0,619 11,722 0,571 13,382 1,529 11,408 1,298

    FVI 12,372 0,395 11,942 0,432 14,708 0,859 15,034 0,685

    FVII 12,164 0,690 11,382 1,018 14,620 0,661 14,752 0,502

    Keterangan:A = Gel Minyak Nilam Hasil Penyulingan

    B = Gel Minyak Nilam Hasil Penyulingan Masyarakat

    C = Minyak Nilam Hasil PenyulinganD = Minyak Nilam Hasil Penyulingan Masyarakat

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    23/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 64

    Gambar 1. Uji Daya Hambat Minyak Nilamdan Gel Minyak Nilam Dalam

    Berbagai Konsentrasi terhadapBakteri Staphylococcus aureus

    Dengan melakukan uji statistik terhadapminyak nilam dan sediaan gel dengan

    konsentrasi yang sama dengan menggunakanmetoda analisa varian (anova) dan dilanjutkandengan uji SNK, maka didapatkan pada

    konsentrasi 30% terdapat perbedaan yang

    bermakna antara diameter daerah hambatminyak nilam dengan sediaan gelnya (p

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    24/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 65

    Formulations An Update, Pharmaceutical

    Technology: September 2002, 84 105.Guenther, E., 1990, Minyak Atsiri, Jilid IV,

    diterjemahkan oleh Ketaren, UI-Press,Jakarta.

    Lachman, L., H.A. Lieberman & J.L. Kanig,

    1994, Teori dan Praktek FarmasiIndustri, Edisi 3, diterjemahkan oleh Siti

    Suyatmi, UI-Press, Jakarta.

    Mangun, H.M.S., H. Waluyo & A. Purnama,2012,Nilam, Penebar Swadaya, Jakarta.

    Saputra, A.Y., 2009, Strategi Peningkatan Mutu

    Minyak Nilam dengan Pendekatan BauranPemasaran di Kecamatan Lembah

    Malintang Kabupaten Pasaman Barat,

    Thesis, Fakultas Pertanian UniversitasAndalas, Padang.

    Ulfa, M.A., 2008, Uji Aktivitas AntimikrobaEkstrak Etanol dan Minyak AtsiriBeberapa Jenis Tumbuhan Suku

    Lamiaceae, Skripsi Sarjana, Departemen

    Farmasi FMIPA, ITB, Bandung.Yuliana, D., 2003, Alternatif Lain Isolasi

    Minyak Atsiri dari Daun Nilam, SkripsiSarjana, Departemen Kimia FMIPA, ITB,

    Bandung

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    25/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 66

    UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL KULITBUAH MANGGIS (Garcinia mangostanaL.) DAN BUAH ASAM GELUGUR

    (Garcinia atroviridisGriff. ex. T. Anders.) SECARA IN VITRO

    Dira, Eka Fitrianda, Novita Sari

    Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

    ABSTRACT

    A research had been done to investigate in vitro antihyperuricemia activity testing of ethanolic

    extract of mangostanas mesocarp fruit (Garcinia mangostana L.) and gelugur acid fruit (GarciniaatroviridisGriff. ex. T. Anders.). Antihyperuricemia activity testing was done to investigate the influence

    of ethanolic extract of mangostanas mesocarp fruit and gelugur acid fruit as xanthine oxidase inhibitor.

    Inhibition concentration 50 (IC50) value of ethanolic extract of mangostanas mesocarp fruit and geluguracid fruit were 8,310 g/mL and 15,544 g/mL respectively, indicated that they were potential to be used

    as medicine.

    Keywords : antihiperurisemia, kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.),buah asam gelugur

    (Garcinia atroviridis Griff. ex. T. Anders.), in vitro

    PENDAHULUAN

    Penyakit asam urat, biasa juga dikenalsebagai gout, merupakan suatu penyakit akibat

    terjadinya penimbunan kristal mononatrium urat

    di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyerisendi (artritis gout), benjolan-benjolan pada

    bagian-bagian tertentu dari tubuh (t ofi), sertagangguan dan batu pada saluran kemih.Kejadian arthritis gout dalam beberapa

    dasawarsa terakhir ini baik di negara-negara

    maju maupun yang sedang berkembang semakinmeningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun.

    Di Amerika, gout menyerang lebih dari 5 jutapenduduk (Yu, 2006).

    Obat sintetik yang biasa dikonsumsi untuk

    mengobati asam urat oleh masyarakat adalahallopurinol yang menginhibisi aktivitas xantin

    oksidase. Xantin oksidase mengkatalisis

    oksidasi xantin menjadi asam urat. Penggunaanalopurinol yang terlalu sering atau berlebihan

    dapat menimbulkan efek samping, yaitu

    hepatitis, gangguan pencernaan, timbulnya ruamdi kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih,

    dan kerusakan hati. Oleh sebab itu, diperlukan

    obat yang lebih aman dengan harga terjangkau.Informasi ilmiah mengenai efek

    tumbuhan obat terhadap penghambatan kerja

    enzim xanthin oksidase masih terbatas. Olehkarena itu, perlu dilakukan penelitian secara

    intensif mengenai pemanfaatan tumbuhan obat

    ini bagi penemuan obat antigout yang baru dan

    digunakan sebagai alternatif dalam pengobatanpenyakit encok.

    Penelitian yang dapat membuktikan

    khasiat tanaman obat asli Indonesia lainnyasebagai anti-asam urat sangat perlu dilakukan

    mengingat bahwa beberapa tanaman obat asliIndonesia berpotensi untuk mengobati gout.

    Dalam pengobatan tradisional Indonesia,

    beberapa spesies dari family clusiaceae

    digunakan sebagai ramuan obat untukmenurunkan kadar asam urat, yaitu kulit buah

    manggis (Garcinia mangostana L.) dan buahasam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T.

    Anders.). Kandungan kulit buah manggis antara

    lain xanthon, flavonoid, dan tanin. Kulit buahmanggis berpotensi sebagai antihiperurisemia

    karena xanthon merupakan antioksidan tingkat

    tinggi, yang dapat membantu mengobatikerusakan sel akibat oksidasi radikal bebas,

    menghambat proses penuaan dan mencegah

    penyakit generatif (Cahyo, 2011; Mardiana,2011). Kandungan buah asam gelugur antara

    lain asam sitrat, asam malat, dan asam askorbat

    yang mempunyai suatu aktivitas antioksidan(Dweck, 1999). Asam gelugur juga berpotensi

    sebagai antihiperurisemia karena asam askorbat

    dapat meningkatkan ekskresi asam urat melaluiurin sehingga meringankan keadaan

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    26/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 67

    hiperurisemia (Soeroso, 2012). Berdasarkan

    penelitian Mackeen et al. (2000), buah asamgelugur mengandung antioksidan yang kuat

    karena kandungan senyawa asam hidroksisitrat.Sejauh ini, data ilmiah mengenai potensi

    kerja kulit buah manggis dan buah asam gelugur

    dalam menurunkan kadar asam urat masihkurang sehingga perlu diteliti kembali.

    Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong

    untuk melakukan penelitian terhadap kulit buahmanggis dan buah asam gelugur sebagai

    antihiperurisemia secara in vitro dengan

    menghitung persentase inhibisi enzim xantinoksidase yang kemudian akan dibandingkan

    dengan standar penghambat xantin oksidase

    yaitu allopurinol dan secara in vivo denganpengukuran kadar asam urat dalam darah t ikus

    setelah diberi ekstrak.

    METODE PENELITIAN

    Bahan-BahanBahan-bahan yang digunakan pada

    penelitian ini adalah : kulit buah manggis

    (Garcinia mangostana L.), buah asam gelugur

    (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders.),etanol 70%, etanol 96%, aquadest, NaOH,

    xantin dari Sigma (USA), xantin oksidase dari

    Sigma (USA), HCl 1 M, dikalium hidrogenfosfat (K2HPO4), kalium dihidrogen fosfat

    (KH2PO4), dimetilsulfoksida (DMSO),

    allopurinol.

    Alat-AlatAlat-alat yang digunakan pada penelitian

    ini adalah : botol maserasi, corong, kertas saring,

    rotary evaporator, tabung reaksi, timbangan

    digital, labu ukur, pipet volume, tabung reaksibertutup, pH meter, vorteks, kuvet,

    spektrofotometer UV-Visibel.

    PROSEDUR PENELITIAN

    Penyiapan Ekstak

    Ekstraksi Kulit Buah ManggisSampel dicuci, dirajang kecil lalu dikering

    anginkan di udara terbuka selama lebih kurang 7

    hari. Sampel yang telah ditimbang dimasukkanke dalam botol maserasi kemudian tambahkan

    etanol 70% sampai terendam dan dimaserasi

    selama 5 hari sebanyak tiga kali pengulangan.

    Maserat disaring, kemudian dikumpulkan dandiuapkan dengan menggunakan rotary

    evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental(Voight , 1994).

    Ekstraksi Buah Asam GelugurSampel dicuci, dirajang kecil, dimasukkan

    ke dalam botol maserasi kemudian tambahkan

    etanol 96% sampai terendam dan dimaserasiselama 5 hari sebanyak tiga kali pengulangan.

    Maserat disaring, kemudian dikumpulkan dan

    diuapkan dengan menggunakan rotaryevaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

    (Voight , 1994).

    Uji Aktivitas Antihiperurisemia Secara In

    VitroDipipet 1.0 mL larutan ekstrak, 2.9 mLlarutan buffer fosfat pH 7,5 dan 0.1 mL larutan

    xantin oksidase (0.2 unit/mL) dicampurkan

    dalam tabung reaksi bertutup sebelum pengujiandilakukan. Campuran tadi diinkubasi selama 15

    menit pada suhu kamar. Sesudah inkubasi, 2 mLlarutan xantin (0.15 mM) ditambahkan dan

    divorteks. Kemudian campuran tadi diinkubasi

    lagi selama 30 menit pada suhu kamar. Sesudahproses ini, 1 mL asam klorida (1M) ditambahkan

    ke dalam campuran untuk menghentikan reaksi.

    Setiap campuran diukur serapannya denganspektofotometer UV pada panjang gelombang

    serapan maksimum. Larutan pembanding yang

    digunakan adalah allopurinol.Aktivitas inhibisi dihitung berdasarkan rumus

    berikut :

    % Inhibisi =

    x 100%

    Keterangan :A (Absorban kontrol) : serapan enzim tanpa

    kehadiran ekstrak sampel dikurangi serapan

    tanpa kehadiran enzim dan ekstrak sampel.

    B (Absorban sampel) : serapan enzim dengankehadiran ekstrak sampel dikurangi serapanekstrak sampel tanpa kehadiran enzim.

    Dari data masing-masing konsentrasilarutan sampel dan % inhibisi tersebut dapat

    dibuat kurva sehingga dapat diperoleh

    persamaan regresi linearnya. IC50larutan sampeladalah konsentrasi larutan sampel yang

    memberikan inhibisi sebesar 50% yang dapat

    dihitung dengan menggunakan persamaanregresi linear yang telah diperoleh.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    27/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 68

    Analisa DataData hasil pengukuran kadar asam urat

    dianalisa dengan menggunakan metoda analisa

    varian (Anova) satu arah, dan dilanjutkandengan Uji Lanjut Berjarak Duncan (Duncan

    New Multiple Range Test), menggunakan

    software statistic SPSS 17.0 for WindowsEvaluation Version.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol kulitbuah manggis (Garcinia mangostana L.) dan

    buah asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff.

    ex. T. Anders.) secara in vitro. Uji aktivitasantihiperurisemia kedua ekstrak ini dilakukan

    dengan menghitung persentase inhibisi enzimxantin oksidase yang kemudian akandibandingkan dengan standar penghambat enzim

    xantin oksidase yaitu allopurinol.

    Parameter pengujian aktivitasantihiperurisemia secara in vitro yang diamati

    adalah inhibisi enzim xantin oksidase. Xantinoksidase adalah suatu enzim yang berperan

    penting dalam sintesis asam urat, yang sangat

    aktif bekerja di dalam hati, usus halus, danginjal. Enzim ini dapat mengoksidasi hipoxantin

    menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat.

    Sehingga, jika enzim ini dihambat tidak akanterjadi peningkatan kadar asam urat dalam tubuh

    (Fields et al.,1996). Uji inhibisi enzim xantin

    oksidase dilakukan pada ekstrak etanol kulitbuah manggis dan buah asam gelugur, kemudian

    dibandingkan terhadap zat pembanding yang

    telah diakui dapat menghambat aktivitas enzim

    xantin oksidase yaitu allopurinol. Sebelum uji

    inhibisi dilakukan, ditentukan panjanggelombang serapan maksimumnya terlebih

    dahulu. Pengukuran dilakukan menggunakanspektrofotometer ultraviolet (UV) pada panjang

    gelombang 200-400 nm karena senyawa yang

    akan diukur tidak berwarna. Panjang gelombangserapan maksimum yang diperoleh adalah

    276,50 nm.

    Konsentrasi yang digunakan untukekstrak etanol kulit buah manggis dan buah

    asam gelugur adalah 8, 12, 16, 20, 24 dan 28

    g/mL, sedangkan untuk allopurinol 1, 2, 4, 6,8, dan 10 g/mL. Pengujian dilakukan dengan

    berbagai konsentrasi bertujuan untuk melihat

    pengaruh penambahan konsentrasi padapeningkatan daya inhibisi. Selain itu, dilakukan

    juga pengamatan aktivitas enzim tanpapenambahan ekstrak, untuk melihat pengaruhinhibisi ekstrak tersebut pada aktivitas enzim.

    Ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki

    daya inhibisi yang lebih besar (49,231%)dibandingkan dengan ekstrak etanol buah asam

    gelugur (39,872%) pada konsentrasi 8 g/mL(Gambar 1). Tetapi, jika dibandingkan

    allopurinol pada konsentrasi yang sama, daya

    inhibisi kedua ekstrak ini masih dibawahallopurinol (58,846%) Ekstrak etanol kulit buah

    manggis dan buah asam gelugur pada

    konsentrasi 28 g/mL berturut-turut memilikidaya inhibisi sebesar 81,154% dan 67,051%.

    Menurut Noro et al. (1983), ekstrak dikatakan

    berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase danbisa dimanfaatkan sebagai obat asam urat bila

    memiliki daya inhibisi lebih besar dari 50%.

    Gambar 1. Persentase Inhibisi Xantin Oksidase Oleh Ektrak Etanol

    49,255,4

    63,3

    70,0

    77,3 81,2

    39,87246,154

    50,153 55,769

    60

    67,051

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    8 12 16 20 24 28

    %

    I

    n

    h

    i

    b

    i

    s

    i

    Konsentrasi (g/ml)

    manggis

    asam gelugur

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    28/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 69

    Gambar 2. Persentase Inhibisi Xantin Oksidase Oleh allupurinol

    Aktivitas inhibisi enzim xantin oksidase

    oleh suatu senyawa didasarkan pada nilai IC50,

    senyawa dikatakan aktif bila memiliki nilai IC50kurang dari 100 g/mL (T huong et al, 2006).

    IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang

    dibutuhkan untuk menghambat 50% enzimxantin oksidase. Perhitungan nilai IC50 dapat

    ditentukan dengan membuat kurva antara

    konsentrasi larutan dengan persen inhibisi.Ekstrak etanol kulit buah manggis dapat

    menghambat 50% aktivitas enzim xantinoksidase dengan IC50 8,310 g/mL, ekstrak

    etanol buah asam gelugur dapat menghambat50% aktivitas enzim xantin oksidase denganIC50 15,544 g/mL, sedangkan allopurinol dapat

    menghambat 50% aktivitas enzim xantin

    oksidase dengan IC504,316 g/mL.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    ekstrak etanol kulit buah manggis dan buah

    asam gelugur memiliki IC50 kurang dari 100g/mL. Ekstrak etanol kulit buah manggis

    memiliki IC50 yang lebih rendah jika

    dibandingkan dengan ekstrak etanol buah asamgelugur. Ekstrak etanol kulit buah manggis dan

    buah asam gelugur terbukti secara in vitromemiliki aktivitas antihiperurisemia. Jadisemakin rendah IC50 suatu ekstrak tanaman

    dalam menghambat enzim xantin oksidase,

    semakin bagus karena bisa digunakan sebagaiobat antihiperurisemia.

    KESIMPULAN

    Ekstrak etanol kulit buah manggis(Garcinia mangostana L.) dan buah asam

    gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex. T.

    Anders.) memiliki aktivitas antihiperurisemiasecara in vitro karena dapat menghambat

    aktivitas enzim xantin oksidase, sehingga

    mencegah peningkatan kadar asam urat dansecara in vivo karena dapat menurunkan kadar

    asam urat t ikus putih jantan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Cahyo, A. N., 2011, Ajaibnya Manggis Untuk

    Kesehatan dan Kecantikan, PenerbitLaksana, Jogjakarta

    Dweck, A. C.,1999, A Review of Asam Gelugur

    (Garcinia atroviridis Griff. ex. T. Anders),www. pdf.co.id., [16 Des 2012].

    Fields, M., Charles, G. L., Mark, D. L., 1996,

    Allopurinol, an inhibitor of xanthineoxidase, reduces uric acid levels and

    modififies the signs associated withcopper deficiency in rats fed fructose, JFree Radical Biology and Medicine,

    20(4):595-600.

    Mackeen, M. M., Ali, A. M., Lajis, N. H.,Kawazu, K., Hassan, Z., Amran, M.,

    Habsah, M., Mooi, L. Y., Mohamed, S.M., 2000, Antimicrobial, antioxidant,

    antitumour-promoting and cytotoxic

    activities of different plant part extracts ofGarcinia atroviridis Griff. ex T. Anders,

    39,744

    45,128

    51,53854,744

    58,84662,051

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    1 2 4 6 8 10

    %

    I

    n

    hi

    b

    i

    s

    i

    Konsentrasi (g/ml)

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    29/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 70

    Journal of Ethnopharmacology, 72

    (3):395-402.Mardiana, L., 2011, Ramuan dan Khasiat Kulit

    Manggis, Penerbit Penebar Swadaya,Jakarta.

    Noro, T ., Oda, Y., Miyase, T ., Ueno, A.,

    Fukushima, S., 1983, Inhibition ofXhantine Oxidase from the Flowers and

    Buds of Daphne genkwa, Chem Pharm

    Bull, 31:3984-3987.Soeroso, J., & Algristian, H., 2012, Asam Urat,

    Penebar Plus, Jakarta.

    Thuong, P. T., Na, M. K., Dang, N. H., Hung, T .M., Ky, P. M., Thanh, T . V., Nam, N. H.,

    Thuan, N. D., Sok, D. E., Bae, K. I., 2006,

    Antioxidant Activities of VietnameseMedical Plants, J. Natural Prod,

    Sci,12(1):29-37.Voight, R., 1994, Buku Pelajaran TeknologiFarmasi, Edisi V, Gadjah Mada

    University Press, Yogyakarta.

    Yu Kuang-Hui. 2006. Febuxostat: a novel non-purine selective inhibitor of xanthine

    oxidase for the treatment ofhyperuricemia in Gout. 70 Recent Patents

    on Inflammation & Allergy Drug

    Discovery. 1:1.

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    30/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 71

    UJI EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAHBUAYA (Aloe vera (L.) Webb)TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN

    YANG DI INDUKSI DEKSAMETASON

    Mimi Aria, Husni Mukhtar, Ike Mulianti

    Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

    ABSTRACT

    The research about the test of ethanolic extract of Aloe vera L. leaves to the level of blood glucose

    levels of white male mice induced hyperglycemia with dexamethasone 5 mg / kg and 10% glucose 2 g /kg enzymatically using GlucoDr tool. This research was done experimentally using 5 groups of mice,

    each group consists of 5 mice, which are control group, comparison (glibenklamid) and 3 group of

    treatment with doses 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB and 800 mg/kgBB. Ethanolic extract of Aloe veraleaves and glibenklamid as comparison were given orally for 14 days and blood glucose measurements

    performed on days 0, 14, 21 and 28. The data obtained were analyzed with one and twoway ANOVA

    with SPSS17 program. The Result of statistical analysis showed that the ethanol extract of Aloe veraL.leaves at doses 400mg/kgBB and 800 mg / kgBB can lower blood glucose levels were significantly

    hyperglycemic mice (p

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    31/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 72

    penelitian untuk mengetahui sejauh mana

    aktivitas antihiperglikemia ekstrak etanol daunlidah buaya pada mencit putih jantan

    hiperglikemia yang diinduksi dengandeksametason.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam penelitian ini antaralain

    Pembuatan Ekstrak Daun Lidah Buaya(Depkes RI, 2000)

    Daun lidah buaya (Aloe vera(L.)Webb)

    segar yang telah dibersihkan dan di buangdurinya, di potong tipis secara horizontal dan di

    timbang sebanyak 2 kg. Kemudiaan di maserasidengan etanol 96% selama 3x5 hari. Hasilmaserasi disaring, kemudian filtrat dipekatkan

    dengan rotary evaporator sehingga diperoleh

    ekstrak kental. Ekstrak daun lidah buayadiperiksa secara organoleptis, skrining fitokimia,

    kandungan kadar abu dan susut pengeringan.

    Penentuan DosisDosis yang digunakan adalah 200 mg, 400

    mg, dan 800 mg/kgBB yang diperoleh dari

    penelitian sebelumnya. Penginduksi yang di

    pakai adalah deksametason dengan dosis yangdapat menimbulkan keadaan resistensi insulin

    yaitu 5 mg/kgBB (Shalam, 2006) dan glukosa

    dengan dosis 2g/kgBB. Sebagai pembandingdigunakan glibenklamid dengan dosis 0,013

    mg/20 g BB mencit berdasarkan konversi dosis

    glibenklamid dari manusia ke mencit .

    Pembuatan Suspensi Sediaan UjiBuat suspensi Na.CMC 0,5% dengan cara

    : timbang Na.CMC sebanyak 50 mg untuk tiap-

    tiap kelompok dosis, dan di tabur di atas air

    panas sebanyak 20 kalinya, biarkan selama 15menit dan gerus hingga membentuk massa yang

    homogen. Kemudian timbang ekstrak kentaldaun lidah buaya sesuai konsentrasi yang telah

    ditentukan lalu tambahkan suspensi Na.CMC

    yang sudah di buat sedikit demi sedikit sambil diaduk dan gerus homogen sampai volume yang

    diinginkan.

    Uji Efek Antihiperglikemia Ekstrak Etanol

    Daun Lidah BuayaHewan percobaan yang digunakan adalah

    mencit putih jantan. Aklimatisasi hewanpercobaan selama satu minggu. Semua hewan

    percobaan di timbang berat badannya dan di

    periksa kadar glukosa darah awal (hari ke-0),kemudian semua hewan percobaan di induksi

    dengan deksametason 5 mg/kgBB secara

    subcutan (s.c) selama 7 hari dan dilanjutkandengan pemberian larutan glukosa 10%, dosis

    2g/kg BB secara peroral (p.o) sampai hari ke-14.

    Kemudian bagi hewan percobaan menjadi 5kelompok (tabel 1). T iap kelompok terdiri dari 5

    ekor mencit.

    Tabel 1. Kelompok perlakuan

    Kelompok Perlakuan

    I (kontrol)Suspensi Na.CMC 0,5%

    II (pembanding) Glibenklamid 0,013 mg/20 g BB

    III (dosis I)ekstrak 200mg/kg BB

    IV (dosis II) ekstrak 400mg/kg BB

    V (dosis III) ekstrak 800mg/kg BB

    Sediaan uji diberikan pada hari ke-15

    sampai hari ke-28 sesuai dosis tiap kelompokhewan percobaan dan pemeriksaan kadar

    glukosa darah dilakukan pada hari ke-14, 21,

    dan 28 serta penimbangan berat badan akhirpada hari ke-28.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari 2 kg daun lidah buaya segar

    diperoleh ekstrak kental sebanyak 27,62 g

    (1,381%). Hasil ini menunjukkan bahwa prosesekstraksi yang dilakukan masih efektif karena

    menurut Farmakope Herbal, randemen ekstrak

    kental daun lidah buaya tidak boleh < 0.4%.Secara organoleptis ekstrak berwarna coklat

    kehitaman, bau khas dan rasa pahit. Setelah

    dilakukan uji pendahuluan metabolit sekunderdari ekstrak daun lidah buaya, diketahui bahwa

    tanaman daun lidah buaya mengandung senyawa

    fenolik, flavonoid, terpenoid dan saponin.Besarnya susut pengeringan yang diperoleh dari

    ekstrak ini adalah sebesar 10.13%. Kadar abu

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    32/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 73

    ekstrak yang diperoleh dengan rata-rata sebesar

    4.86%. Hal ini sesuai dengan yang terteradidalam Farmakope Herbal bahwa kadar abu

    untuk ekstrak kental daun lidah buaya tidakboleh > 4.9%.

    Kondisi diabetes pada hewan percobaan

    diinduksi dengan menggunakan deksametasondan glukosa. Glukosa yang diberikan setelah

    pemberian deksametason bertujuan untuk

    memaksimalkan kenaikan glukosa darah, danjuga untuk mencegah terjadinya hipoglikemia

    hingga kematian pada hewan percobaan karena

    penghentian deksametason secara mendadak.Hiperglikemia pada hewan percobaan

    disebabkan karena pemakaian deksametason

    dosis tinggi atau jangka panjang dapatmenghambat ambilan glukosa oleh sel-sel otot

    sehingga meningkatkan kadar glukosa darahyang menyebabkan sekresi insulin meningkatdan lipolisis juga meningkat. Walaupun sekresi

    insulin meningkat, tapi hal tersebut tidak dapat

    meminimalisir terjadinya lipolisis yang

    menyebabkan asam lemak dan gliserolterakumulasi di dalam aliran darah. Keadaan ini

    dapat menimbulkan kegagalan kerja insulinyang diiringi dengan timbulnya gejala-gejala

    diabetes (Katzung, 2002).

    Ekstrak etanol daun lidah buaya diberikanselama 14 hari, yang di mulai dari hari ke-15

    setelah hewan percobaan di induksi sampai hari

    ke-28 dan pemeriksaan kadar glukosa darahdilakukan pada hari ke-21 (7 hari setelah

    pemberian ekstrak) dan hari ke-28 (14 hari

    setelah pemberian ekstrak). Penentuan kadarglukosa darah mencit dilakukan dengan

    menggunakan alat digital, yakni GlucoDr. Alat

    ini digunakan untuk menentukan kadar glukosadarah karena lebih praktis dalam

    pengerjaannnya, membutuhkan sedikit darahdan kadar glukosa cepat terbaca.

    Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Mencit Pada Hari ke-0, 14, 21, dan 28

    Kelompok

    Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Hewan Percobaan

    Hari ke-0 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28

    I 85,6 9,788 145,6 9,236 143,4a 8,050 142,2

    c 6,611

    II 101 6,557 140,4 3,209 127,8a

    7,050 84,2a7,855

    III 85,4 9,127 151,2 6,686 138c4,950 128 5,701

    IV 78 5,874 145,6 8,562 124a15,476 92,8

    a 13,274

    V 90,4 13,390 145,2 7,171 122,8a 5,630 86,6

    a 9,915

    Keterangan: Huruf yang berbeda setelah angka pada satu kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang

    bermakna pada p

  • 5/19/2018 Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

    33/44

    SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

    ISSN : 2087-5045 74

    membuktikan bahwa daun lidah buaya dapat

    menurunkan kadar glukosa darah mencithiperglikemia yang diinduksi dengan

    deksametason 5 mg/kgBB dan glukosa 10% 2g/kg BB.

    Penimbangan berat badan juga dilakukan

    pada hari ke-0 dan 28 yang bertujuan untukmelihat pengaruh diabetes terhadap berat badan.

    Tabel 3. Hasil Penimbangan Rata-Rata BeratBadan Mencit Pada Hari ke-0 dan

    Hari ke-28

    Kelomp