Jurnal Salman

24
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI SWASTA PALEMBANG TERHADAP PERAN AKUNTAN FORENSIK SEBAGAI PENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD) (Case Study of Bina Darma University, University of Muhammadiyah Palembang, STIE Musi Palembang) @saltonk [email protected] by : Moch Salman Azharie Saputra ABSTRACT This study will conduct an assessment of the accounting students' perceptions of private universities in Palembang on the role of forensic accountants as detecting fraud. The type of data in this study, namely primary and secondary data. The primary data obtained from questionnaires, while secondary data obtained from documents, research literature, articles and the internet. In this study using data analysis techniques of multiple linear regression, t test and f test. Based on the results of data processing with SPSS 17.0, where the obtained values for the regression Physiological variables (X1) of 0,201. Variable Attention (X2) of 0.175. Variable Interests (X3) of 0.217. Variable Needs Unidirectional (X4) of 0.145. Experience variable (X5) of 0.146. Mood variables (X6) of 0.127. Based on the t test and F test shows that the perception of Accounting Students significant effect on the Role of the Forensic Accountant. This indicates that the indirect role of forensic accountants will be needed because college accounting students Palembang assume the role of a forensic accountant accounting students feel important and the role of forensic accountants are increasingly required in both private sector businesses and public sector as well as uncover the perpetrators of fraud detection fraud is difficult to detect by public accountants.

description

YUK Mariiii

Transcript of Jurnal Salman

Page 1: Jurnal Salman

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI SWASTA PALEMBANG

TERHADAP PERAN AKUNTAN FORENSIK SEBAGAI PENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD)

(Case Study of Bina Darma University, University of Muhammadiyah Palembang, STIE Musi Palembang)

@[email protected]

by :

Moch Salman Azharie Saputra

ABSTRACTThis study will conduct an assessment of the accounting students' perceptions of private universities in Palembang on the role of forensic accountants as detecting fraud. The type of data in this study, namely primary and secondary data. The primary data obtained from questionnaires, while secondary data obtained from documents, research literature, articles and the internet. In this study using data analysis techniques of multiple linear regression, t test and f test. Based on the results of data processing with SPSS 17.0, where the obtained values for the regression Physiological variables (X1) of 0,201. Variable Attention (X2) of 0.175. Variable Interests (X3) of 0.217. Variable Needs Unidirectional (X4) of 0.145. Experience variable (X5) of 0.146. Mood variables (X6) of 0.127. Based on the t test and F test shows that the perception of Accounting Students significant effect on the Role of the Forensic Accountant. This indicates that the indirect role of forensic accountants will be needed because college accounting students Palembang assume the role of a forensic accountant accounting students feel important and the role of forensic accountants are increasingly required in both private sector businesses and public sector as well as uncover the perpetrators of fraud detection fraud is difficult to detect by public accountants.

Keywords: Perception, Forensic Accountant, Fraud

ABSTRAKPenelitian ini akan melakukan penilaian terhadap persepsi mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta di palembang tentang peranan akuntan forensik sebagai pendeteksi kecurangan (fraud). Jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, riset kepustakaan, artikel dan internet. Dalam penelitian ini menggunakan tekhnik analisis data regresi linier berganda, uji t dan uji f. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 17.0, dimana didapat nilai regresi untuk variabel Fisiologis (X1) sebesar 0,201. Variabel Perhatian (X2) sebesar 0,175. Variabel Minat (X3) sebesar 0,217. Variabel Kebutuhan Searah (X4) sebesar 0,145. Variabel Pengalaman (X5) sebesar 0,146. Variabel Suasana Hati (X6) sebesar 0,127. Berdasarkan uji t dan uji F terlihat bahwa Persepsi Mahasiswa Akuntansi berpengaruh signifikan terhadap

Page 2: Jurnal Salman

Peran Akuntan Forensik. Hal ini mengindikasikan bahwa secara tidak langsung Peran Akuntan Forensik akan semakin dibutuhkan dikarenakan mahasiswa akuntansi perguruan tinggi Palembang menganggap peran seorang akuntan forensik itu penting dan mahasiswa akuntansi merasa peran akuntan forensik semakin dibutuhkan di dunia usaha baik sektor swasta maupun sektor publik sebagai pendeteksi kecurangan sekaligus mengungkap pelaku kecurangan yang sulit untuk dideteksi oleh akuntan-akuntan umum.

Kata Kunci :Persepsi, AkuntanForensik, Kecurangan (Fraud)

Page 3: Jurnal Salman

PENDAHULUANSemakin berkembangnya suatu negara maka akan mempengaruhi perkembangan perekonomian negara tersebut. Baik dalam sektor swasta maupun sektor publik. Dengan perkembangan perekonomian ini maka semakin banyak ancaman terjadinya kecurangan (fraud).

Menurut MNC Media Research Polling, kasus di daerah berdasarkan data Kemendagri, sepanjang 2004 hingga 2012, ada 2.976 anggota DPRD Tingkat I dan DPRD Tingkat II yang terlibat kasus kriminal. Di antara kasus-kasus tersebut kasus korupsi adalah kasus terbanyak dengan jumlah 349 kasus atau 33,2%. Sepanjang periode itu pula, sebanyak 155 kasus korupsi melibatkan kepala daerah. Sementara itu KPK baru Menyelesaikan 37 dari 155 kasus yang ada.

Dengan adanya kesempatan yang begitu besar untuk terjadinya kecurangan (fraud) maka dunia akuntansi di tuntut untuk melakukan praktik akuntansi yang sehat dan audit yang berkualitas yang berguna untuk penyajian laporan keuangan. Dalam hal ini para akuntan dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang akuntansi yang didukung oleh pengetahuan luas di bidang ekonomi, keuangan, perbankan, perpajakan, bisnis, teknologi, informasi, dan pengetahuan di bidang hukum.

Cabang ilmu yang dapat mendukung seorang akuntan untuk menyelidiki dan mencegah fraud ini yaitu akuntansi forensik, akuntansi forensik ini yaitu bagian dari disiplin akuntansi dengan pemeriksaan dan hukum pidana (Charterji, 2009).

Dalam hal ini Akuntan forensik dirasa tepat untuk meminimalisasi kesempatan terjadinya fraud. Maka, dengan banyaknya terjadi kecurangan (fraud) di Indonesia membuat akuntansi forensik menjadi peluang karir yang menarik bagi

para akuntan untuk digunakan sebagai alat pendeteksian kecurangan (fraud).

Dengan banyaknya terjadi kasus-kasus fraud di Indonesia khususnya di Palembang maka peran seorang akuntan forensik semakin dibutuhkan. Persepsi mahasiswa akuntansi dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana tanggapan mahasiswa akuntansi tentang ilmu akuntansi forensik dan akuntan forensik itu sendiri, mengingat betapa pentingnya peranan dari akuntan forensik dalam rangka pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud) yang sekarang marak terjadi di Indonesia baik di sektor swasta maupun lembaga pemerintahan.

Sebagai pendeteksi fraud maka seberapa jauh peran akuntan forensik dalam melakukan pendeteksian fraud?. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di Palembang tentang peran akuntan forensik tersebut dalam mendeteksi suatu kecurangan (fraud) itu sendiri. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi pada tiga perguruan tinggi swasta di Palembang yaitu Universitas Bina Darma, Universitas Muhammadiyah, dan STIE Musi Palembang, dari persepsi mahasiswa akuntansi dari perguruan tinggi ini maka akan diketahui persepsi masing-masing mahasiswa akuntansi terhadap peran akuntan forensik dalam mendeteksi kecurangan.

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Persepsi Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Swasta Palembang Terhadap Peran Akuntan Forensik Sebagai Pendeteksi Kecurangan (Fraud)” (Studi kasus pada Universitas Bina Darma, Universitas Muhammadiyah, dan STIE Musi Palembang).

Page 4: Jurnal Salman

TINJAUAN PUSTAKAPersepsiMenurut Kottler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterprstasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

Menurut Gibson, dkk (1989) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dapat berupa :1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat

indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-

obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

Audit ForensikAwalnya di Amerika Serikat Audit forensik digunakan untuk menentukan pembagian warisan atau mengungkap motif pembunuhan. Istilah audit forensik tersebut bermula dari penerapan akuntansi untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah hukum. Di amerika profesi yang bergerak dibidang audit forensik disebut aduitor forensik atau pemeriksa fraud bersertifikasi (Certified Fraud Examiners/CFE) yang bergabung dalam Association of Certified Fraud Examiners (ACFE).

Nunik Lestari (2005) mendefinisikan audit forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau diluar pengadilan, disektor publik maupun privat. Audit forensik juga dapat diartikan sebagai audit yang akurat untuk tujuan hukum atau audit yang tahan uji dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan atau dalam proses peninjauan yudisial atau tinjauan administratif. Audit forensik merupakan gabungan dari keahlian di bidang akuntansi, audit, dan hukum. Hasil dari audit forensik dapat digunakan dalam proses pengadilan atau bentuk hukum lainnya.

Page 5: Jurnal Salman

Akuntansi forensik menekankan pada tiga area utama yaitu:1. Litigasi, dapat diartikan bahwa seorang

akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan. Pendapat seorang akuntan forensik ini sangat dibutuhkan oleh pengadilan dalam mengambil keputusan untuk memvonis seseorang itu memang benar-benar melakukan kecurangan atau tidak (Tuanakotta, 2010).

2. Investigasi, Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya pembuktian, umumnya pembuktian berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum acara yang berlaku di Indonesia yaitu Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Analisis data yang tersedia, ciptakan/kembangkan hipotesis berdasar analisis, uji hipotesis dan terakhir perhalus atau ubah hipotesis berdasar pengujian (Tuanakotta, 2010).Di dalam audit investigasi, teknik audit bersifat eksploratif, mencari ”wilayah garapan” atau probing yang terdiri dari:

a. Memeriksa fisik (phisical examination) yaitu penghitungan uang tunai, kertas berharga, persediaan barang, aktiva tetap dan barang berwujud lainnya,

b. Meminta Konfirmasi (confirmation) dalam investigasi konfirmasi harus dikolaborasidengansumberlain(substained),

c. Memeriksa dokumen (documentation) termasuk didalamnya dokumen digital,

d. Reviw analitikal (analytical review) tekhnik ini mengharuskan dasar atas perbandingan yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus terjadi dan berusahamenjawab terjadinyakesenjangan,

e. Meminta Informasi lisan atau tertulis dari yang diperiksa (inquiries of the auditee) hal tersebut penting untuk pendukung permasalahan,

f. Menghitung Kembali (reperformance) tehknik ini dilakukan dengan mencek kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang dan lain-lain) untuk menjamin kebenaran angka,

g. Mengamati (observation) pengamatan ini lebih menggunakan intuisi auditor apakah terdapat hal-hal lain yang disembunyikan.

3. Penyelesaian Sengketa, Sengketa biasa terjadi karena satu pihak merasa haknya dikurangi atau dirampas oleh pihak lain.Hak yang dikurangi atau dihilangkan itu dapat berupa (Tuanakotta,2010) :

a. Uang atau asset lainb. Reputasic. Peluang bisnisd. Gaya hidupe. Hak-hak lain yang berhubungan dengan kegiatan bisnis.

Gambaran Umum Proses Audit ForensikBerikut ini adalah gambaran proses audit forensik (Tuanakotta, 2010):1.   Identifikasi masalah

Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.

2. Pembicaraan dengan klienDalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.

3. Pemeriksaan pendahuluanDalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil pemeriksaan pendahuluan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who,

Page 6: Jurnal Salman

what, where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.

4. Pengembangan rencana pemeriksaan       Dalam tahap ini, auditor akan menyusun

dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.

5. Pemeriksaan lanjutan       Dalam tahap ini, auditor akan

melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.

6. Penyusunan Laporan       Pada tahap akhir ini, auditor melakukan

penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain adalah:

1.      Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.2.    Kriteria, yaitu standar yang menjadi

patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan.

3.    Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.

Pendekatan Audit ForensikAudit forensik dilakukan dengan pendekatan investigasi terhadap suatu kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan suatu organisasi atau perusahaan Kayo (2012). Dalam hal ini auditor mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti akuntansi yang kompeten, relevan, dan cukup serta menggali modus operandi penyimpangan dengan teknik wawancara kepada pihak-pihak terkait sehingga ditemukannya penyimpangan yang berindikasi tindak pidana, sebab-sebab hakiki penyimpangan, pihak-pihak yang harus bertanggung jawab serta jumlah kerugian keuangan yang dialami oleh organisasi atau perusahaan yang ditimbulkan oleh perbuatan pelaku yang berindikasi tindak pidana.

Aksioma InvestigasiUntuk seorang auditor forensik harus memahami tiga aksioma dalam investigasi yaitu (Tuanakotta, 2010):1. Sifat fraud yang selalu tersembunyi,

tidak ada investigasi yang 100% dapat mengungkapkan fakta yang sebenar-benarnya. Selain itu, umumnya kecurangan tidak pernah berulang dalam arti tidak ada dua kecurangan yang sama persis. Karena itu dibutuhkan kreativitas dan intuisi dalam mengungkapkan penyimpangan yang dimaksud.

2. Pembuktian fraud secara timbal balik, tidak ada keyakinan absolut yang dapat diberikan bahwa kecurangan tidak terjadi, auditor harus juga berupaya membuktikan kecurangan telah terjadi. Demikian juga untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, auditor harus juga berupaya membuktikan kecurangan tidak terjadi.

3. Hanya pengadilan yang menetapkan bahwa fraud memang terjadi, auditor forensik hanya berupaya membuktikan

Page 7: Jurnal Salman

terjadinya kecurangan, namun hanya pengadilan yang mempunyai wewenang untuk menetapkan bahwa telah terjadi perbuatan tindak pidana atau tidak dan apakah terdakwa yang melakukan tindak pidana atau tidak serta menetapkan besarnya kerugian keuangan suatu organisasi atau perusahaan sebagai dampak dari tindak pidana tersebut.

Akuntan ForensikHopwood, Leiner, & Young (2008)

dalam makalah ilmiah Sukesih (2012), menyatakan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di dalam pengadilan hukum. Meskipun demikian Akuntan forensik juga mempraktekkan keahlian khusus dalam bidang akuntansi, auditing, keuangan, metode-metode kuantitatif, bidang-bidang tertentu dalam hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam mengumpulkan bukti, menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan menginterpretasi serta mengkomunikasikan hasil dari temuan tersebut.

Nunik Lestari (2005) menyatakan bahwa akuntan forensik digunakan di sektor publik maupun sektor privat, akan tetapi penggunaan akuntan forensik di sektor publik lebih menonjol dibandingkan di sektor privat. Hal ini disebabkan karena penyelesaian sengketa di sektor privat cenderung diselesaikan diluar pengadilan. Akuntan forensik memiliki ciri-ciri yang sama dengan akuntan dan auditor, yaitu harus tunduk pada kode etik profesinya.

Kualitas Yang Harus Dimiliki Akuntan ForensikNunik Lestari dalam karya ilmiahnya (2010) menyatakan ada beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh seorang akuntan forensik yaitu sebagai berikut :

1. Kreatif : Kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap

situasi bisnis normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak perlu merupakan situasi bisnis normal.2. Rasa Ingin Tahu : Keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi.3. Tidak Menyerah : Kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun

fakta seolah-olah tidak mendukung, dan ketika daokumen atau informasi sulit untuk didapat.4. Akal Sehat : Kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata.

Ada yang menyebutnya perspektif anak jalanan yang mengerti betul

kerasnya kehidupan.5. Bussines Sense : Kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.6. Percaya Diri : Kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita

sehingga kita dapat bertahan di bawah Cross Examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela).

Kompetensi Akuntan ForensikKayo (2012) menyatakan kompetensi akuntan forensik memiliki tiga dimensi yaitu :1. Pengetahuan Dasar

Seorang akuntan forensik harus memiliki pengetahuan dasar yang memadai antara lain terkait dengan ilmu akuntansi, auditing, sistem administrasi pemerintahan, komunikasi dan pemahaman tentang kecurangan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan negara. Dengan memiliki pengetahuan dasar tersebut, seorang akuntan forensik akan lebih percaya diri dan memudahkan dalam memahami kasus yang sedang dihadapi terutama yang terkait

Page 8: Jurnal Salman

dengan rekayasa bukti-bukti dalam transaksi keuangan.2. Kemampuan Teknis

Kemampuan teknis dalam pelaksanaan tugas audit akuntan forensik sangat diperlukan. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama dan secara hati-hati dalam setiap penugasan. Akuntan forensik memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan teknis yang dituntut oleh profesi untuk melakukan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti secara objektif.

Kayo (2012:28) menyatakan sesuai dengan hasil studi literatur dan praktik audit yang umumnya dilakukan, konsep standar kompetensi audit forensik mencakup semua aspek kemampuan menyelenggarakan tugas untuk membangun wawasan yang tidak terbatas pada kemampuan secara sempit. Berdasarkan kajian tersebut terdapat empat komponen kompetensi utama yang perlu dikembangkan oleh profesi akuntan forensik yaitu :a) Kemampuan mencegah dan mendeteksi

fraudb) Kemampuan melaksanakan audit

forensikc) Kemampuan memberikan pernyataan

secara keahliand) Kemampuan melaksanakan

penghitungan kerugian keuangan dan penelusuran aset.

3. Sikap MentalSikap mental moral merupakan

kondisi mental seseorang menjadi pedoman perilakunya dalam pergaulan. Integritas moral diterapkan dalam kehidupan sebagai sikap dan perilaku yang memancarkan nilai-nilai seperti memiliki sifat jujur, egaliter, menghormati sesama, rela berkorban,

mendahulukan kepentingan umum dari kepentingan pribadi atau golongan dan senantiasa membela kebenaran.

Keahlian Akuntan ForensikJames (2008) dalam Sukesih (2012) sebagai dasar penelitian dengan menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi forensik yang sangat dibutuhkan yaitu :1. Keahlian yang penting bagi seorang

akuntan forensik adalah analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi yang wajar.

2. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah pemikiran yang kritis: kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta.

3. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan pendekatan terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak wajar) melalui pendekatan yang tidak terstruktur.

4. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar ketentuan/prosedur yang berlaku.

5. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada (yang seharusnya tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).

6. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara lisan melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar opini.

Page 9: Jurnal Salman

7. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tulisan melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasar-dasar opini.

8. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-proses hokum dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of evidence).

9. Keahlian yang penting bagi seorang akuntan forensik adalah composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang meskipun dalam situasi tertekan.

Tugas Akuntan ForensikSeorang akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation). Disamping tugas akuntan forensik untuk memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation) ada juga peran akuntan forensik dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak (Kayo, 2012).

Definisi FraudInternational Standards on Auditing (ISA) seksi 240 menyatakan Fraud adalah sebagai tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam govermance perusahaan, karyawan atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan utnuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau ilegal. Fraud juga didefinisikan sebagai kecurangan dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan. Seorang auditor berkepentingan untuk menguji apakah satu

tindakan yang mengandung fraud mengakibatkan salah saji dalam pelaporan keuangan.

Fraud Laporan KeuanganAmirudin dalam karya ilmiahnya (2006) menyatakan tujuan jangka pendek suatu perusahaan adalah memaksimalkan laba, yaitu dengan cara meningkatkan pendapatan atau menekan biaya/kewajiban. Atas dasar inilah perusahaan ingin terlihat mempunyai kinerja yang baik. Kecurigaan fraud atas laporan keuangan dapat dibangun dari dasar tersebut. Dengan kata lain, motif untuk melakukan fraud berasal dari internal perusahaan.

Fraud Terhadap AsetTan Kwang En (2010) Fraud terhadap aset dapat diartikan sebagai penyalahgunaan aset perusahaan entah itu dicuri atau digunakan oleh orang yang telah diberi wewenang untuk mengelola aset tersebut untuk keperluan pribadi tanpa izin dari perusahaan. Fraud terhadap aset dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :1. Cash Misappropriation yaitu

penyelewangan terhadap aset yang berupa kas misalnya penggelapan kas, menggelapkan cek, menahan pembayaran cek untuk vendor.

2. Non-Cash Misappropriation yaitu penyelewengan terhadap aset yang bukan berupa kas misalnya menggunakan fasilitas perusahaan.

KorupsiTan Kwang En (2010) Korupsi dapat diartikan sebagai aktivitas seseorang yang melakukan tipu daya untuk memanipulasi anggaran keuangan yang ada, dan uang dari hasil tipu daya ini akan digunakan untuk kepentingan pribadinya sendiri ataupun kelompoknya. Korupsi ini sendiri terbagi menjadi berbagai macam diantaranya sebagai berikut :

Page 10: Jurnal Salman

1. Penyuapan, yaitu yang meliputi sumbangan, pemberian, penerimaan, persembahan sesuatu yang bernilai dengan maksud untuk mempengaruhi

suatu tindakan/official act. Istilah official act mencakup penyuapan yang

dilakukan dengan maksud mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pegawai atau instansi pemerintah.

2. Konflik Kepentingan (Conflict of Interest), yang terjadi manakala seorang pegawai, manajer, atau seorang eksekutif memiliki kepentingan ekonomi atau kepentingan pribadi yang tersembunyi dalam suatu transaksi yang bertentangan dengan perusahaan.

3. Economic Extortion, yang merupakan kebalikan dari penyuapan (bribery).

Dalam economic extortion, bukannya penjual yang menawarkan sesuatu

yang bernilai untuk mempengaruhi keputusan, melainkan pegawai/karyawan perusahaan yang meminta pembayaran dari

penjual/vendor untuk suatu keputusan yang akan menguntungkan penjual tersebut.

4. Illegal Gratuities, yang seperti halnya penyuapan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan yang akan dibuat, tetapi suatu imbalan yang

diberikan karena telah dibuatnya keputusan yang menguntungkan.

Cara Mendeteksi FraudPendeteksian atau cara mengetahui adanya kecurangan (fraud) menjadi hal yang paling penting untuk menjaga keberlangsungan suatu entitas. Dengan adanya usaha pendeteksian ini maka diharapkan gejala kekurangan yang mungkin terjadi dapat didiagnosa yang kemudian dilakukan tindakan yang menuju pada pembenaran secara akuntansi.

ACFE (2004) menguraikan garis besar cara mendeteksi kecurangan sebagai berikut :1. Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:a. Analisis Vertikal

Yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.

b. Analisis HorizontalYaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.

c. Analisis RasioYaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.

2. Penyalahgunaan AsetVariasi pendeteksian kecurangan

jenis ini sangat beragam. Pemahaman terhadap pengendalian intern atas pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam mendeteksi kecurangan. Metode-metode yang bias digunakan antara lain:a. Analitical Review

Review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.

b. Stastitical SamplingMelakukan sampling atas pos-pos tertentu yang dicurigai, misalnya persediaan. Dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan, mettode deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu atributnya, misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar

Page 11: Jurnal Salman

PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif.

c. Vendor or Outside ComplaintsKomplain/keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

d. Site Visite-ObservationObservasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut.

3. KorupsiKecurangan ini dapat dideteksi

melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan complain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini menggunakan paradigm penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel yang digunakan adalah 90 mahasiswa akuntansi dari tiga perguruan tinggi swasta di Palembang. Metode Pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu metode survey (kuesioner) dan metode kepustakaan. Data yang diperoleh diolah menggunakan teknik analisis data dengan analisis pendahuluan yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, sedangkan untuk uji hipotesisnya menggunakan regresi linier berganda.

HASIL DAN PEMBAHASANUji ValiditasBerdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa hasil pengujian validitas menunjukkan korelasi yang lebih dari 0,396 pada seluruh item peryataan yang berarti bahwa pernyataan dalam kuesioner mampu mengungkapkan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap peran akuntan forensik.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid, dan memiliki ketepatan dalam mengukur bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di Palembang terhadap peran akuntan forensik.

Uji ReliabilitasDari output tabel reliability dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari setiap varibel nilainya diatas 0,6, karena nilainya lebih dari 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel yang menyatakan item-item yang menjadi pernyataan dalam kuesioner mampu menjelaskan bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di Palembang terhadap peran akuntan forensik yang ingin diukur pengaruhnya menunjukkan item-item dalam pernyataan tetap dapat diandalkan dan konsisten jika pengukuran ini diulang.

Regresi Linier BergandaDari persamaan regresi Y’= - 0,079 + 0,201X1 + 0,175X2 + 0,217X3 + 0,145X4 + 0,146X5 + 0,127X6 + e dapat kita simpulkan bahwa dengan melihat nilai a yang negatif (-0,079) berarti jika tidak ada persepsi mahasiswa akuntansi dari sisi fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan yang searah, pengalaman, dan suasana hati maka, mahasiswa akuntansi merasa tidak terlalu membutuhkan atau tertarik dengan peran akuntan forensik.

PEMBAHASANPersepsi Mahasiswa Akuntansi Dari Sisi Fisiologis (X1) Terhadap Peran Akuntan Forensik (Y)Pada variabel fisiologis ini terlihat bahwa proses informasi tentang akuntan forensik masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi tentang akuntan forensik yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan

Page 12: Jurnal Salman

melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap peran akuntan forensik.

Pada Variabel Fisiologis ini mayoritas responden menyatakan penting pada setiap pernyataan. Dilihat dari pernyataan dalam alat ukur, maka dapat diketahui bahwa hubungan positif yang terjadi yaitu mahasiswa akuntansi di Palembang menganggap peran akuntan forensik itu penting dan secara tidak langsung akan mempengaruhi peran akuntan forensik, dalam hal ini peran akuntan forensik dirasakan akan semakin dibutuhkan.

Dari sisi fisiologis mahasiswa akuntansi selaku responden beranggapan bahwa peran akuntan forensik itu penting sebagai pendeteksi kecurangan dan mendukung terjadinya penerapan akuntansi yang sehat di dunia ekonomi global saat ini karena didalam diri seorang akuntan forensik terdapat kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh akuntan-akuntan umum lainnya.

Persepsi Mahasiwa Akuntansi Dari Sisi Perhatian (X2) Terhadap Peran Akuntan Forensik (Y)Energi tiap responden berbeda-beda sehingga perhatian responden terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap peran akuntan forensik.

Pada variabel perhatian ini mayoritas responden menyatakan penting pada setiap pernyataan. Dilihat dari pernyataan dalam alat ukur, maka dapat diketahui bahwa hubungan positif yang terjadi yaitu mahasiswa akuntansi di Palembang menganggap peran akuntan forensik itu penting dan secara tidak langsung akan mempengaruhi peran akuntan forensik, dalam hal ini peran akuntan forensik dirasakan akan semakin dibutuhkan.

Dari sisi perhatian mahasiswa akuntansi selaku responden beranggapan bahwa peran akuntan forensik itu penting sebagai

pendeteksi kecurangan dan mendukung terjadinya penerapan akuntansi yang sehat di dunia ekonomi global saat ini karena didalam diri seorang akuntan forensik terdapat kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh akuntan-akuntan umum lainnya.

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Dari Sisi Minat (X3) Terhadap Peran Akuntan Forensik (Y)Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. Minat disini berarti bagaimana kemauan/minat mahasiswa akuntansi untuk menyatakan pendapatnya tentang peran akuntan forensik dan bagaimana kemauan mereka untuk mengetahui peran akuntan forensik.

Pada variabel minat ini mayoritas responden menyatakan penting pada setiap pernyataan. Dilihat dari pernyataan dalam alat ukur, maka dapat diketahui bahwa hubungan positif yang terjadi yaitu mahasiswa akuntansi di Palembang menganggap peran akuntan forensik itu penting dan secara tidak langsung akan mempengaruhi peran akuntan forensik, dalam hal ini peran akuntan forensik dirasakan akan semakin dibutuhkan.

Dari sisi minat mahasiswa akuntansi selaku responden beranggapan bahwa peran akuntan forensik itu penting sebagai pendeteksi kecurangan dan mendukung terjadinya penerapan akuntansi yang sehat di dunia ekonomi global saat ini karena didalam diri seorang akuntan forensik terdapat kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh akuntan-akuntan umum lainnya.

Page 13: Jurnal Salman

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Dari Sisi Kebutuhan Searah (X4) Terhadap PEran Akuntan Forensik (Y)Kebutuhan searah dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. Pada penelitian ini kebutuhan searah mahasiswa akuntansi selaku responden menginginkan penerapan akuntansi yang sehat di dunia bisnis, keinginan ini searah dengan peran akuntan forensik sebagai pendeteksi kecurangan yang dapat meminimalisir kecurangan yang terjadi di dunia bisnis agar terciptanya akuntansi yang sehat.

Pada Variabel Kebutuhan Searah ini mayoritas responden menyatakan penting pada setiap pernyataan. Dilihat dari pernyataan dalam alat ukur, maka dapat diketahui bahwa hubungan positif yang terjadi yaitu mahasiswa akuntansi di Palembang menganggap peran akuntan forensik itu penting dan secara tidak langsung akan mempengaruhi peran akuntan forensik, dalam hal ini peran akuntan forensik dirasakan akan semakin dibutuhkan.

Dari sisi kebutuhan searah mahasiswa akuntansi selaku responden beranggapan bahwa peran akuntan forensik itu penting sebagai pendeteksi kecurangan dan mendukung terjadinya penerapan akuntansi yang sehat di dunia ekonomi global saat ini karena didalam diri seorang akuntan forensik terdapat kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh akuntan-akuntan umum lainnya

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Dari Sisi Pengalaman (X5) Terhadap Peran Akuntan Forensik (Y)Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu

rangsang dalam pengertian luas. Daya ingat responden akan membantu responden mengetahui bagaimana peran akuntan forensik membantu mengungkap kecurangan-kecurangan yang terjadi di dunia bisnis.

Pada Variabel Pengalaman ini mayoritas responden menyatakan penting pada setiap pernyataan. Dilihat dari pernyataan dalam alat ukur, maka dapat diketahui bahwa hubungan positif yang terjadi yaitu mahasiswa akuntansi di Palembang menganggap peran akuntan forensik itu penting dan secara tidak langsung akan mempengaruhi peran akuntan forensik, dalam hal ini peran akuntan forensik dirasakan akan semakin dibutuhkan.

Dari sisi pengalaman mahasiswa akuntansi selaku responden beranggapan bahwa peran akuntan forensik itu penting sebagai pendeteksi kecurangan dan mendukung terjadinya penerapan akuntansi yang sehat di dunia ekonomi global saat ini karena didalam diri seorang akuntan forensik terdapat kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh akuntan-akuntan umum lainnya.

Persepsi Mahasiwa Akuntansi Dari Sisi Suasana Hati (X6) Terhadap Peran Akuntan Forensik (Y)Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat. Suasana hati inilah yang sangat menentukan bagaimana responden menyatakan pendapatnya terhadap peran akuntan forensik.

Pada Variabel Suasana Hati ini mayoritas responden menyatakan penting pada setiap pernyataan. Dilihat dari pernyataan dalam alat ukur, maka dapat diketahui bahwa hubungan positif yang terjadi yaitu mahasiswa akuntansi di

Page 14: Jurnal Salman

Palembang menganggap peran akuntan forensik itu penting dan secara tidak langsung akan mempengaruhi peran akuntan forensik, dalam hal ini peran akuntan forensik dirasakan akan semakin dibutuhkan.

Dari sisi suasana hati mahasiswa akuntansi selaku responden beranggapan bahwa peran akuntan forensik itu penting sebagai pendeteksi kecurangan dan mendukung terjadinya penerapan akuntansi yang sehat di dunia ekonomi global saat ini karena didalam diri seorang akuntan forensik terdapat kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh akuntan-akuntan umum lainnya.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di Palembang sebesar 98,1% terhadap Peran Akuntan Forensik, yang artinya kaitan antara persepsi mahasiswa akuntansi dengan peran akuntan forensik itu sangat erat.

2. Persepsi Mahasiswa Akuntansi berpengaruh signifikan terhadap Peran Akuntan Forensik. Hal ini mengindikasikan bahwa secara tidak langsung Peran Akuntan Forensik akan semakin dibutuhkan dikarenakan mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta Palembang menganggap peran seorang akuntan forensik itu penting dan mahasiswa akuntansi merasa peran akuntan forensik semakin dibutuhkan di dunia usaha baik sektor swasta maupun sektor publik sebagai pendeteksi kecurangan sekaligus mengungkap pelaku kecurangan yang sulit untuk dideteksi oleh akuntan-akuntan umum.

SaranSaran yang dapat diberikan dari kesimpulan penelitian ini yaitu :1. Oleh karena mahasiswa akuntansi

perguruan tinggi di Palembang berpersepsi bahwa peran akuntan forensik sebagai pendeteksi fraud itu penting, maka hendaknya mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di Palembang memiliki keinginan untuk mengetahui lebih dalam tentang ilmu akuntansi forensik dan berminat untuk menjadi seorang akuntan forensik yang menurut mereka perannya semakin dibutuhkan.

2. Hendaknya mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di Palembang lebih diperkenalkan lagi dengan ilmu akuntansi forensik dan akuntan forensik melalui penyuluhan atau seminar-seminar yang diadakan pada perguruan tinggi di Palembang, agar mereka lebih berminat lagi untuk menjadi seorang akuntan forensik yang berkompeten.

DAFTAR PUSTAKAAlvaro, Oji,(2011), “Audit Delay”

http://ojialvaro.blogspot.com/2011/01/audit-delay.html, diakses pada tanggal 01 November 2013

Bemby, Agustian (2011), “Analisis Persepsi Brand Association Menurut Pelanggan Sabun Mandi Lux Pada PT. Unilever Indonesia” http://bembyagus.blogspot.com/2011/02/, Diakses pada tanggal 10 September 2013

Haryanto, (2011), “Pengertian Auditing Menurut Para Ahli”, http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-auditing-menurut-ahli/, diakses Pada tanggal 09 November 2013

Havesi, Alan G. Dan pattison, M. P. “Red Flags for Fraud”. State of New York Office of The State Comptroller, 2001.

Page 15: Jurnal Salman

International Standards on Auditing (ISA) seksi 240 “The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud in an Audit of Financial Statements”

Iprianto, (2009), “Persepsi Akademisi dan Praktisi Akuntansi Terhadap Keahlian Akuntan Forensik”, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Jenny, (2012), “Pengertian. Definisi, dan Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi”, http://www.duniapsikologi.com/, diakses pada tanggal 07 Desember 2013

Jumansyah, Nunik Lestari dkk, (2009), “Akuntansi Forensik dan Prospeknya terhadap Penyelesaian Masalah-Masalah Hukum di Indonesia”, Universitas Al Azhar, Jakarta, Indonesia

Kayo, AS (2013), Audit Forensik (Penggunaan dan Kompetensi Auditor Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi), Jakarta, Graha Lima, Indonesia

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, (Undang-Undang No. 8 Tahun 1981)

Nantu, Adriansyah, (2012), “Persepsi Mahasiswa Terhadap Fraud”, http://adriansyahnantu.wordpress.com/2012/03/17/.

Nurlan, Andi Besse, (2011), “Persepsi Akuntan dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia”, Universitas Hasanuddin, Makasar, Indonesia

Pujianto, Andi, (2012), “Cara Mendeteksi Fraud”, http://akuntansipendidik.blogspot.com/2012/09/, diakses pada tanggal 11 Desember 2013

Priyatno, Duwi, (2010), Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Yogyakarta, Mediacom, Indonesia

Rahmadiar, Aprilila dkk (2011), “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Akuntan Forensik”, Universitas Trunojoyo, Madura, Indonesia

Sanusi, Anwar, (2010), Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta, Salemba Empat, Indonesia

Sukesih, Kesih (2012), “Akuntansi Forensik di Indonesia http://milamashuri.wordpress.com/ , Universitas Kuningan Diakses pada tanggal 10 September 2013

Tuanakotta, Theodorus M, (2010), Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Jakarta, Salemba Empat, Indonesia, Edisi Dua

Tias, Fauziah Wahyuning, (2011), “Perlukah Mahasiswa Strata Satu Akuntansi di Indonesia Memiliki Persepsi Audit Forensik?”, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia

Yola, “Akuntan Forensik”, http://akuntan-forensik.yolasite.com/, diakses pada tanggal 11 November 2013

Yulianus, “Teori Atribusi Menurut Para Ahli”, http://guruberbagirasa.blogspot.com/2012/04/, diakses pada tanggal 05 November 2013