Jurnal Pemilihan Bandara Alternatif

download Jurnal Pemilihan Bandara Alternatif

of 18

description

pemilihan bandara baru

Transcript of Jurnal Pemilihan Bandara Alternatif

  • 1) Staf pengajar dan peneliti Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

    E-mail: [email protected]

    15

    PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK (PHA)

    DALAM PEMILIHAN LOKASI UNTUK RELOKASI BANDARA RAHADI

    OESMAN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

    Rudi S. Suyono1)

    Abstract

    Kabupaten Ketapang has an airport that named the Rahadi Oesman Airport. This airport owning

    location situation which less profit for the development of service activities of air transportation in

    the future because its location residing in midst of Kabupaten Ketapang and also located reside in

    the nearby resident settlement. This condition generates the serious problem like noise resulted

    from aircraft sound whether in its takeoff or landing position that can endanger the resident near

    the airport location. Therefore it is required to be conducted a study to chosen the other; dissimilar

    location for the relocation of the airport. This study identify the criterion used in choosing the

    optimal airport location pursuant to technical aspect, aspect of operational and safety operate for

    the air transport environmental aspect and. In this study is selected three alternative locations that

    planned the new airport location, the locations are Desa Tempurukan, Desa Suka Bangun, and

    Desa Pesaguan. The survey conducted with the respondent amount as much 200 people. Analyze

    for the decision making of to use the method Process The Analytic Hierarchy (PHA), that is an

    model capable to coordinate entire problem of decision making to chosen one most optimal

    location. This assessment done by comparing a number of combinations from element exists in

    each hierarchy level. Assessment conducted by comparing component of pursuant to assessment

    scale. From result analyst obtained by pursuant to obtained technical criterion of most optimal

    alternative location is Desa Tempurukan with the percentage is equal to 35%, Desa Suka Bangun

    equal to 34% and Desa Pesagunan equal to 30%. Pursuant to criterion of operational and safety

    operate for the air transport obtained a most optimal alternative location is Desa Tempurukan with

    the percentage equal to 42%, Desa Suka Bangun equal to 38% and Desa Pesaguan equal to 20%.

    While pursuant to obtained environmental criterion of most optimal alternative location is Desa

    Tempurukan with the percentage equal to 58%, Desa Pesaguan equal to 25% and Desa Suka

    Bangun equal to 17%. So that the conclusion from the result got one most optimal new Ketapang

    Airport location is Desa Tempurukan.

    Keywords: AHP, airport location, multi criterion analysis

    1. PENDAHULUAN

    Kabupaten Ketapang saat ini memiliki

    satu Bandar Udara yaitu Bandar Udara

    Rahadi Oesman yang terletak di Kota

    Ketapang. Kabupaten Ketapang merupa-

    kan kabupaten yang daerahnya mulai ber-

    kembang, ini dibuktikan bahwa pada saat

    ini Kabupaten Ketapang telah dimekar-

    kan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabu-

    paten Ketapang dan Kabupaten Kayong

    Utara, sehingga keinginan setiap peme-

    rintahan daerah untuk memajukan dae-

    rahnya semakin besar. Seperti halnya

    kebutuhan masyarakat akan transportasi

    udara saat ini yang menyebabkan sema-

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    16

    kin meningkatnya kebutuhan akan ang-

    kutan udara setiap tahunnya maka Bandar

    Udara Rahadi Oesman diharapkan harus

    mampu melayani penumpang yang datang

    maupun pergi di Kabupaten Ketapang,

    dan juga lebih dapat meningkatan

    kualitas, kuantitas dan kapasitas pesawat.

    Keunggulan menggunakan pesawat

    terbang adalah efisiensi waktu perjalanan

    yang dapat dilakukan dalam waktu

    singkat bila dibandingkan dengan

    transportasi darat, transportasi laut dan

    sungai. Untuk pelayanan jasa angkutan

    udara melalui Bandar Udara Rahadi

    Oesman yaitu dengan menggunakan

    pesawat Cassa dan ATR-42 dengan 3 kali

    penerbangan untuk rute penerbangan

    Pontianak Ketapang memerlukan waktu tempuh penerbangan 55 menit

    sedangkan untuk rute penerbangan

    Ketapang Pangkalan Bun Semarang/Surabaya hanya memerlukan

    waktu tempuh penerbangan 40 menit

    (dari penerbangan Pangkalan Bun)

    dengan pesawat Cassa setiap hari kecuali

    hari minggu (1 kali penerbangan). Jika

    dibandingkan dengan menggunakan

    transportasi laut untuk rute Pontianak Ketapang yang memerlukan waktu

    tempuh selama 6 jam dengan

    menggunakan kapal cepat (Exspress)

    setiap hari, dan untuk rute Semarang Ketapang memerlukan waktu selama

    24 jam dengan menggunakan kapal Pelni

    (KM. RORO) dua Minggu sekali.

    Dengan adanya kondisi seperti ini,

    tentunya efisien waktu lebih tinggi

    diberikan oleh transportasi udara melalui

    pesawat terbang dari pada melalui sarana

    transportasi laut.

    Lokasi Bandara Rahadi Oesman Keta-

    pang memiliki letak lokasi yang kurang

    menguntungkan untuk pengembangan

    pelayanan jasa transportasi udara di masa

    yang akan datang. Hal ini dikarenakan

    lokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang

    berada di tengah-tengah kawasan kota

    Ketapang yang berada di dekat pemu-

    kiman penduduk, sehingga suara yang

    diakibatkan dari bunyi pesawat dapat

    menimbulkan kebisingan bagi penduduk,

    karena letaknya dekat dengan permu-

    kiman penduduk maka bila terjadi

    kesalahan pada saat take off maupun

    landing dapat membahayakan penduduk

    yang berada di sekitar bandara ini. Oleh

    karena itu, perlu dilakukannya pemindah-

    an lokasi Bandar Udara Rahadi Oesman

    ke daerah yang lebih memungkinkan

    Bandara untuk dikembangkan lagi,

    sehingga Bandar Udara yang baru

    mampu meningkatkan pelayanan

    transportasi udara serta mampu melayani

    kebutuhan akan angkutan udara di

    Kabupaten Ketapang dan sekitarnya.

    Maksud pelaksanaan studi ini adalah

    melakukan kajian alternatif lokasi terpilih

    sebagai Bandar Udara di Kabupaten

    Ketapang. Sedangkan tujuan penelitian

    ini adalah :

    1 Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang dapat dipakai dalam memilih

    lokasi bandar udara yang optimal

    berdasarkan aspek teknis, aspek

    operasional dan keselamatan operasi

    penerbangan dan aspek lingkungan.

    2 Untuk mendapatkan lokasi bandar udara yang paling efektif dan efisien

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    17

    sehingga bandar udara dapat

    digunakan secara optimal.

    Lokasi studi adalah tiga alternatif lokasi

    rencana pembangunan bandar udara baru

    di Kabupaten Ketapang, lokasi-lokasi

    tersebut adalah Desa Tempurukan, Desa

    Suka Bangun, dan Desa Pesaguan

    Kabupaten Ketapang.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Proses Hirarki Analitik (PHA)

    Proses Hirarki Analitik adalah suatu

    model yang luwes yang memberikan

    kesempatan bagi perorangan atau

    kelompok untuk membangun gagasan-

    gagasan dan mendefinisikan persoalan

    dengan cara membuat asumsi mereka

    masing-masing dan memperoleh

    pemecahan yang diinginkan darinya.

    Kelebihan PHA ini adalah kemampuan-

    nya jika dihadapkan pada situasi yang

    kompleks atau berkerangka di mana data

    informasi statistik dari masalah yang

    dihadapi sedikit. Data yang ada hanya

    bersifat kualitatif yang didasarkan pada

    persepsi, pengalaman atau intuisi. Jadi,

    masalah tersebut dapat dirasakan dan

    diamati namun kelengkapan data

    numerik tidak menunjang untuk

    dimodelkan secara kuantitatif.

    Ada tiga prinsip dasar dalam Proses

    Hirarki Analitik, yaitu :

    a. Menyusun hirarki ialah memecah persoalan menjadi unsur yang

    terpisah-pisah.

    b. Penetapan Prioritas ialah menentukan peringkat elemen-elemen menurut

    relatif pentingnya.

    c. Konsistensi Logis ialah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan

    secara logis dan diperingkatkan

    secara konsistensi sesuai dengan

    suatu kriteria yang logis.

    2.2 Perbandingan Berpasangan

    Tahap terpenting dari Proses Hirarki

    Analitik adalah penilaian Perbandingan

    Pasangan. Penilaian ini dilakukan dengan

    membandingkan sejumlah kombinasi dari

    elemen yang ada pada setiap tingkat

    hirarki. Penialian dilakukan dengan

    membandingkan komponen-komponen

    berdasarkan skala penilaian (Saaty, 1993)

    seperti pada Tabel 1.

    Untuk perbandingan ini, matrik

    merupakan bentuk yang disukai sebab

    disamping sederhana dan biasa dipakai,

    juga memberikan kerangka untuk

    pengujian konsistensi dan memberikan

    jalan untuk membuat segala

    perbandingan yang mungkin. Contoh

    bentuk matriks untuk perbandingan

    berpasangan terlihat pada Tabel 2.

    Dalam contoh diatas C adalah kriteria

    yang akan digunakan sebagai dasar

    perbandingan A1, A2, , An adalah elemen-elemen pada satu tingkat tepat

    dibawah C. Dalam matrik ini elemen A1

    pada kolom paling kiri dibandingkan

    dengan elemen A1, A2, , Pn pada baris paling atas Selanjutnya hal yang sama

    dilakukan terhadap A2, dan seterusnya.

    Untuk membandingkan elemen-elemen

    ini diajukan pertanyaan: seberapa kuat

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    18

    elemen atau aktivitas memiliki,

    mendominasi, mempengaruhi, memenuhi

    atau menguntungkan sifat tersebut

    dibandingkan. Untuk mengisi matrik

    banding berpasangan, digunakan

    bilangan untuk menggambarkan relative

    pentingnya suatu elemen atas elemen

    lainnya, berkenaan dengan suatu sifat

    atau kriteria.

    2.3 Konsistensi

    Dalam persoalan pengambilan keputusan

    penting untuk mengetahui betapa baiknya

    konsistensi pengambil keputusan.

    Semakin banyak faktor yang harus

    Tabel 1. Perbandingan berpasangan antarvariabel

    Tingkat

    kepentingan Definisi variabel Penjelasan

    1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen memberikan pengaruh

    yang sama pentingnya

    3

    Elemen yang satu sedikit lebih

    penting dibanding dengan elemen

    lainnya

    Pengalaman dan pertimbangan sedikit

    memihak elemen satu dibanding yang

    lainnya

    5

    Elemen yang satu lebih esensial

    atau sangat penting dari elemen

    lainnya

    Pengalaman dan penilaian dengan kuat

    memihak elemen satu dibanding yang

    lainnya

    7

    Elemen yang satu lebih jelas

    penting dibandingkan elemen

    yang lainnya

    Elemen yang satu dengan kuat disukai

    dan didominasinya tampak nyata dalam

    praktek

    9 Satu elemen mutlak lebih penting

    dibanding elemen yang lainnya

    Bukti yang memihak elemen yang satu

    atas yang lain berada pada tingkat

    persetujuan tertinggi yang mungkin

    2,4,6,8 Nilai-nilai tengah antara dua

    penilaian yang berdekatan

    Diperlukan kompromi antara dua

    pertimbangan

    Kebalikan

    dari nilai

    diatas

    Jika untuk nilai aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

    aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

    Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan

    C A1 A2 An

    A1 1

    A2 1

    1

    An 1

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    19

    dipertimbangkan, semakin sukar untuk

    mempertahankan konsistensi, ditambah

    lagi adanya intuisi dan faktor-faktor lain

    yang membuat orang mungkin

    menyimpang dari kekonsistensian.

    Meskipun demikian sampai kadar

    tertentu perlu diperoleh hasil-hasil yang

    valid dalam dunia nyata. Saaty mengaju-

    kan indeks konsistensi untuk mengukur

    seberapa besar konsistensi pengambil

    keputusan dalam membandingkan

    elemen-elemen dalam matrik penilaian.

    Selanjutnya indeks konsisten ditransfer

    sesuai dengan orde atau ukuran matrik

    menjadi suatu rasio konsistensi. Rasio

    konsistensi harus 10%, jika tidak pertimbangan yang telah dibuat mungkin

    akan acak dan perlu diperbaiki.

    2.3.1 Formula Matematis

    Misalnya matrik banding berpasangan

    Proses Hirarki Analitik dengan n baris

    dan n kolom adalah :

    nn

    n

    aian

    aiai

    .....

    ......1

    dengan aij = 1/aij dan semua aij > 0.

    Kemudian Pi adalah prioritas untuk

    faktor ke-i. Jumlah tiap kolom matriks

    dan kalikan tiap jumlah dengan Pi yang

    bersesuaian. Jumlahkan n perkalian ini

    dan nyatakan hasilnya dengan maks. Rumus selengkapnya adalah :

    n

    i

    nn

    n

    i

    n

    i

    maks aiPaiPaiP11

    22

    1

    11 .....

    (1)

    Jika matrik konsisten maka maks = n.

    Indeks konsistensi (Consistenscy Indeks,

    CI) adalah

    1

    n

    nCI

    maks (2)

    Dari rumus ini berarti harus diperoleh

    maks n untuk matriks banding berpasangan. Selanjutnya, CI

    dibandingkan dengan indeks konsistensi

    random (Random Index, RI) yang

    bersesuaian dengan Tabel 3.

    Random Indeks (RI) merupakan indeks

    konsistensi matrik random dengan skala

    penilaian 1 sampai 9 bersama entri-entri

    kebalikannya. Perlu diperhatikan bahwa

    matrik berorde 1 dan 2 adalah konistensi

    sehingga rumus CI (RI) tidak berlaku.

    Tabel 3. Indeks random untuk orde matriks

    Ukuran matriks Random indeks

    1 0

    2 0

    3 0,58

    4 0,9

    5 1,12

    6 1,24

    7 1,32

    8 1,41

    9 1,45

    10 1,49

    11 1,51

    12 1,54

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    20

    Perbandingan antara CI dan RI untuk

    suatu matriks didefinisikan sebagai Rasio

    Konsistensi (CR).

    CR = CI / RI (3)

    Menurut Saaty hasil penilaian yang

    diterima matrik yang mempunyai

    perbandingan konsistensi 0,10 maka hasil penilaian dapat diterima atau

    dipertanggungjawabkan. Jika tidak maka

    pengambilan keputusan harus meninjau

    ulang masalah dan merevisi matriks

    banding berpasangan.

    2.3.2 Pengujian Konsistensi Hirarki

    Setelah dilakukan perhitungan untuk

    matriks, selanjutnya perlu diuji apakah

    yang telah dibuat konsistensi. Total CI

    dari suatu hirarki diperoleh dengan jalan

    melakukan pembobotan tiap CI dengan

    prioritas elemen yang berkaitan dengan

    faktor-faktor yang sedang dibandingkan,

    dan kemudian menjumlahkan seluruh

    hasilnya. Dasar untuk menguji

    konsistensi dari suatu level hirarki adalah

    mengetahui hasil konsistensi indeks dan

    vektor eigen dari suatu matriks banding

    berpasangan pada tingkat hirarki tertentu.

    Rumus lengkapnya adalah sebagai

    berikut :

    CH = CI1 + (EV1) (CI2) (4)

    CH = RI1 + (EV1) (RI2) (5)

    CRH = CH / CH (6)

    di mana

    CRH: rasio konsistensi hirarki

    CH : konsistensi hirarki terhadap indeks

    konsistensi dari matrik banding

    berpasangan

    CH : konsistensi hirarki terhadap indeks

    Gambar 1. Diagram alir analisis data

    Mulai

    Model Keputusan

    Penilaian Elemen Model

    Data Matriks Berbanding

    Berpasangan

    Perhitungan Bobot Parsial

    Pengujian Konsistensi

    Penilaian

    0,1

    Sintesis Model

    Pengujian Konsistensi

    Hirarki

    0,1

    Selesai

    Ya

    Ya

    Tid

    ak

    Tid

    ak

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    21

    random dari matrik banding

    berpasangan

    CI1 : indeks konsistensi dari matrik

    banding berpsangan dari hirarki

    level kedua, dalam bentuk vektor

    kolom

    CI2 : indeks konsistensi dari matrik

    banding berpasangan dari hirarki

    level kedua, dalam bentuk vektor

    kolom

    EV1 : vektor eigen dari matrik banding

    berpasangan dari hirarki level

    RI1 : indeks random dari orde matrik

    banding berpasangan pada level 1

    RI2 : indeks random dari orde matrik

    banding berpasangan pada level 2

    dalam bentuk vektor kolom.

    3. METODOLOGI

    3.1 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam

    penelitian ini pada dasarnya merupakan

    perpaduan dua dasar, yaitu survey

    kuisioner (questionaire survey) dan

    survey wawancara (interview survey).

    Dimana lembar kuisioner langsung

    dibawa oleh tenaga survey (surveyor)

    kepada setiap responden sehingga

    diharapkan dapat lebih memperjelas

    maksud yang dikandung dalam kuisioner

    tersebut, selain itu surveyor juga

    bertindak sebagai pewawancara.

    Pelaksanaan survey di Kota Ketapang

    dilakukan wawancara pada masyarakat

    setempat dan juga pada instansi terkait

    yaitu pada Kantor Bappeda Ketapang,

    Dinas Perhubungan Ketapang dan

    Departemen Perhubungan Bandar Udara

    Rahadi Oesman. Para responden yang

    menjadi target wawancara dalam

    pelaksanaan survey ini terdiri dari

    berbagai golongan masyarakat yaitu

    pelajar, mahasiswa, pegawai negeri

    maupun pegawai swasta, pedagang dan

    masyarakat umum. Hal ini didasarkan

    bahwa jika nantinya dibangun Bandar

    Udara Ketapang para responden maupun

    masyarakat Kabupaten Ketapang sendiri

    adalah sebagai pengguna bandar udara

    tersebut.

    3.2 Jumlah Sampel

    Jumlah sampel yang diperlukan untuk

    penelitian ditentukan oleh tiga hal, yaitu

    pertama seberapa besar tingkat

    kepercayaan terhadap hasil yang akan

    diperoleh (confidence level), kedua nilai

    standar deviasi yang diperoleh melalui

    penaksiran rataan sampel, dan ketiga

    dipengaruhi oleh beberapa penyimpangan

    (galat) yang diperkenankan, yaitu

    kesalahan atau perbedaan antara rataan

    yang diperoleh dari sampel dan rataan

    sesungguhnya (populasi). Menurut

    (Wapole, 1974), besarnya jumlah sampel

    minimum dapat diperoleh dari

    persamaan:

    2

    x

    zsn

    di mana

    n : jumlah sampel

    z : standar kesalahan yang dapat

    diterima (Acceptable Standard

    Error)

    s : standar devisiasi (deviation

    standard)

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    22

    x - : Acceptable Sampling Error = 0,05 nilai rata-rata sampel.

    Untuk mengetahui jumlah sampel

    minimum ini telah dilakukan survey

    pendahuluan (pilot survey) dengan

    jumlah sampel minimal sebanyak 30

    buah sampel (responden). Rekapitulasi

    hasil survey pendahuluan untuk mencari

    jumlah sampel minimum terlihat pada

    Tabel 4.

    Selanjutnya perhitungan jumlah sampel

    minimum adalah sebagai berikut:

    Xrata-rata =

    Fi

    XiFi. =

    30

    000.500.36

    = 1.216.666,667

    s = ))((1

    1 2irataratai FXX

    n

    = )670,666.666.416.685.4(130

    1

    = 401.952,848

    Standar kesalahan yang dapat diterima

    (acceptable standard error) atau z dapat ditentukan dengan asumsi tingkat

    kepercayaan (level of convidence)

    sebesar 95% sehingga dengan mengguna-

    kan tabel diperoleh nilai z = 1,96.

    Standar kesalahan yang dapat diterima :

    (x ) = 0,05 rata-rata = 0,05 1.216.666,667 = 60.833,333.

    Sehingga didapat jumlah sampel

    minimum:

    n =

    2

    x

    zs

    =

    2

    60.833,333

    8401.952,84 x 1,96

    = 167,72.

    Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh

    jumlah sampel minimum sebanyak 168

    responden oleh karena itu dalam studi ini

    akan menggunakan sampel sebanyak 200

    responden.

    Tabel 4. Rekapitulasi pendapatan per bulan responden hasil survey pendahuluan

    Pendapatan per bulan Xi Fi Fi Xi (Xi Xrata-rata)2 (Xi X)

    2 Fi

    < 500.000 375.000 2 750.000 708.402.777.777,778 1.416.805.555.555,560

    500.000 750.000 625.000 3 1.875.000 350.069.444.444,445 1.050.208.333.333,330

    750.000 1.000.000 875.000 3 2.625.000 116.736.111.111,111 350.208.333.333,333

    1.000.000 1.250.000 1.125.000 6 6.750.000 8.402.777.777,778 50.416.666.666,667

    1.250.000 1.500.000 1.375.000 6 8.250.000 25.069.444.444,444 150.416.666.666,667

    > 1.500.000 1.625.000 10 16.250.000 166.736.111.111,111 1.667.361.111.111,110

    Jumlah 30 36.500.000 1.375.416.666.666,670 4.685.416.666.666,670

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    23

    3.3 Variabel Kriteria dan Sub Kriteria dalam PHA

    Variabel yang digunakan dalam

    penyusunan kuesioner pemilihan lokasi

    bandara terbaik dengan metode PHA ini

    menggunakan tiga kriteria yaitu kriteria

    teknis, kriteria operasional dan kesela-

    matan operasi penerbangan dan kriteria

    lingkungan. Masing-masing kriteria ini

    memiliki beberapa subkriteria. Kriteria

    teknis memiliki subkriteria (a) kondisi

    topografi, struktur tanah, hidrologi dan

    geologi, (b) jarak bandar udara dengan

    pusat kota, (c) Aksesibilitas dari dan ke

    bandar udara, (d) tersedianya infrastruk-

    tur penunjang ke bandar udara, (e)

    ketersediaan lahan untuk pengembangan

    bandar udara, (f) kesesuaian dengan

    RTRW. Kriteria operasional dan kesela-

    matan operasi penerbangan memiliki

    subkriteria (a) jarak dengan bandara ter-

    dekat, (b) kawasan keselamatan operasi

    penerbangan, (c) kondisi meteorologi.

    Kriteria lingkungan memiliki subkriteria

    (a) kondisi tingkat perubahan alam yang

    akan terjadi, (b) kawasan perairan di se-

    kitar bandar udara, (c) kawasan pariwisata

    di sekitar lokasi bandar udara, (d) dam-

    pak terhadap penduduk sekitar lokasi.

    4. PAPARAN DATA HASIL SURVEY

    4.1 Rekapitulasi Karakteristik Responden

    Dari rekapitulasi hasil survey terhadap

    responden berdasarkan jenis pekerjaan

    diperoleh hasil persentase terbesar adalah

    pegawai negeri sipil dan urutan kedua

    adalah swasta. Tabel 5 adalah hasil

    lengkap rekapitulasi responden berdasar-

    kan jenis perkerjaan.

    Rekapitulasi hasil survey terhadap

    responden berdasarkan tingkat

    pendapatan diperoleh hasil persentase

    terbesar adalah responden yang memiliki

    pendapatan lebih besar dari Rp.

    1.500.000,-. Tabel 6 adalah hasil lengkap

    rekapitulasi responden berdasarkan

    tingkat pendapatan.

    Tabel 5. Rekapitulasi responden berdasarkan jenis pekerjaan

    Jenis

    Pekerjaan

    Jumlah

    (Orang)

    Presentase

    (%)

    PNS 106 53

    Swasta 56 28

    ABRI 4 2

    Pelajar/

    mahasiswa 6 3

    Pedagang 18 9

    Lain-lain 10 5

    Jumlah 200 100

    Tabel 6. Rekapitulasi responden berda-sarkan tingkat pendapatan

    Penghasilan/ bulan Jumlah

    (Orang)

    Presen-

    tase (%)

    < Rp. 500.000 16 8

    < Rp 500.000 Rp 750.000 4 2

    < Rp750.000Rp1.000.000 14 7

    < Rp1.000.000Rp1.250.000 14 7

    < Rp1.250.000Rp1.500.000 18 9

    < Rp 1.500.000 134 67

    Jumlah 200 100

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    24

    Berdasarkan hasil survey terhadap letak

    lokasi badara baru, Desa Tempurukan

    memperoleh persentase terbesar diikuti

    oleh Desa Sukabangun dan Desa

    Pesaguan. Hasil lengkap rekapitulasi

    responden terhadap lokasi bandara baru

    dapat dilihat pada Tabel 7.

    4.2 Alternatif Lokasi Bandara Baru

    Adapun alternatif lokasi bandara baru

    adalah Kecamatan Muara Pawan Desa

    Tempurukan, Kecamatan Delta Pawan

    Desa Suka Bangun, dan Kecamatan

    Matan Hilir Selatan Desa Pesaguan.

    Alternatif-alternatif lokasi ini diperoleh

    dengan memperhatikan aspek teknis,

    aspek operasional dan keselamatan

    operasi penerbangan, aspek lingkungan

    dan dengan mempertimbangkan bahwa

    kecamatan-kecamatan tersebut merupa-

    kan daerah yang berdekatan dan memiliki

    aksesibilitas yang baik dengan Kota

    Ketapang. Adapun lokasi ketiga alternatif

    tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

    4.2.1 Lokasi Alternatif I

    Lokasi alternatif I (Gambar 3) ini adalah

    Kecamatan Muara Pawan Desa

    Tempurukan. Dipilihnya Kecamatan

    Muara Pawan sebagai salah satu

    alternatif lokasi pengembangan bandar

    udara di Kabupaten Ketapang antara lain

    dikarenakan:

    1. Kecamatan Muara Pawan merupakan daerah yang dekat dengan pusat kota

    sehingga memiliki akses yang cukup

    baik dari dan ke Kota Ketapang.

    2. Kecamatan Muara Pawan sangat strategis karena memiliki akses yang

    menghubungkan kabupaten lainnya

    yaitu Kabupaten Kayong Utara.

    3. Ditinjau dari ketersediaan lahan untuk pengembangan bandar udara, daerah

    Tabel 7. Rekapitulasi responden terhadap lokasi bandara baru

    Letak Lokasi Bandara Jumlah (Orang) Presentase (%)

    Kecamatan Muara Pawan (Desa Tempurukan) 134 67

    Kecamatan Delta Pawan (Desa Suka Bangun) 46 23

    Kecamatan Matan Hilir Selatan (Desa Pesaguan) 20 10

    Jumlah 200 100

    Gambar 2. Alternatif lokasi bandar udara baru

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    25

    Muara Pawan memungkinkan untuk

    berkembang, dimana lokasi bandar

    udara tersebut tidak berdekatan

    dengan pemukiman penduduk

    sehingga terjadinya pengembangan

    bandar udara tidak mengganggu

    pemukiman penduduk.

    4. Kondisi struktur tanah tergolong baik dan layak untuk digunakan sebagai

    lokasi bandar udara.

    5. Aksesibilitas jalan akses untuk keluar masuk ke daerah tersebut juga

    tersedia.

    6. Ketebalan kabut didaerah ini tergolong rendah sehingga sangat

    logis untuk pembangunan suatu

    bandar udara di Ketapang.

    Kecamatan Muara Pawan memiliki luas

    daerah 61.060 Ha atau sekitar 1,93% dari

    luas Kabupaten Ketapang sehingga

    sangat memungkinkan adanya lahan

    pembangunan serta lahan pengembangan

    bandar udara. Kecamatan Muara Pawan

    terletak 25 Km dari kota Ketapang.

    Jalan utama ruas Ketapang Muara

    Pawan berupa jalan Kabupaten dengan

    fungsi arteri primer dan memiliki kondisi

    jalan sedang sampai baik dengan

    perkerasan aspal. Kondisi topografi pada

    Kecamatan Muara Pawan adalah relatif

    datar sampai berbukit-bukit. Luas

    wilayah datar sebesar 49.850 Ha

    sedangkan luas wilayah berbukitnya

    hanya sebesar 2.800 Ha. Struktur tanah

    Kecamatan Muara Pawan mempunyai

    daya dukung tanah dasar (nilai CBR)

    lapangan rata-rata adalah 3,45% sehingga

    dapat dikatakan kondisi struktur tanah

    adalah tanah keras dan layak untuk

    dibangun bandar udara.

    4.2.2 Lokasi Alternatif II

    Lokasi alternatif II (Gambar 4) ini berada

    pada wilayah Kecamatan Delta Pawan

    Desa Suka Bangun. Secara fungsional,

    identifikasi alternatif lokasi bandara

    nantinya tidak saja akan memberikan

    dampak terhadap wilayah desa tersebut

    tetapi juga akan mempengaruhi sistem

    pergerakan kota secara umum. Kecamat-

    an Delta Pawan memiliki struktur tanah

    Gambar 3. Lokasi Alternatif I : Kecamatan Muara Pawan (Desa Tempurukan)

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    26

    yang baik dan cukup layak untuk dipilih

    sebagai salah satu alternatif lokasi bandar

    udara di Ketapang. Disamping itu aksesi-

    bilitas keluar masuk daerah ini juga terse-

    dia berikut infrastrukturnya. Kendala yang

    ada di Kecamatan Delta Pawan yaitu

    daerah pemukiman yang cukup besar,

    karena dilihat dari kawasan keselamatan

    operasi penerbangan daerah pemukiman

    merupakan termasuk obstacle.

    Kecamatan Delta Pawan dengan luas

    daerah 7.400 Ha atau persentasenya

    terhadap Luas Kabupaten Ketapang

    sebesar 0,23%. Kecamatan Delta Pawan

    sendiri terletak 7,1 Km dari Kota

    Ketapang. Kondisi topografi pada Keca-

    matan Delta Pawan yaitu mempunyai

    struktur tanah dengan nilai CBR

    lapangan rata-rata adalah 7,76%. Hal ini

    berarti struktur tanah di Kecamatan Delta

    Pawan termasuk tanah keras.

    4.2.3 Lokasi Alternatif III

    Lokasi alternatif III (Gambar 5) berada

    pada Kecamatan Matan Hilir Selatan

    Desa Pesaguan. Dengan melihat pola

    aliran barang dari atau menuju

    Kecamatan Matan Hilir Selatan, dapat

    dipahami bahwa pengembangan kegiatan

    ekonomi tidak terlepas dari adanya

    keterkaitan dengan potensi dan

    kepentingan pengembangan wilayah

    yang lebih luas termasuk pedesaan

    sekitar kota, oleh karena itu kemajuan

    dan perkembangan daerah ini perlu

    ditingkatkan. Salah satu cara untuk

    menunjang kemajuan perkembangan

    daerah adalah adanya sarana transportasi

    seperti dibangunnya bandar udara. Bila

    ditinjau dari ketersediaan lahan, lokasi ini

    memungkinkan untuk berkembang

    karena memiliki lahan yang relatif luas

    untuk dibangunnya sebagai suatu bandar

    udara. Dari segi struktur tanah, kondisi

    tanahnya baik dan layak untuk dibangun

    suatu bandar udara.

    Kecamatan Matan Hilir Selatan dengan

    luas daerah 1.813 km2 atau sebesar

    5,74% dari keseluruhan luas Kabupaten

    Ketapang dan terletak 30 km dari kota

    Ketapang. Kecamatan Matan Hilir

    Gambar 4. Lokasi Alternatif II : Kecamatan Delta Pawan (Desa Suka Bangun)

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    27

    Selatan mempunyai nilai CBR lapangan

    rata-rata adalah 9,05%, yang berarti

    kondisi struktur tanah merupakan tanah

    keras.

    5. ANALISIS DATA

    Analisis metode PHA dilakukan terhadap

    hasil jawaban responden dari kuesioner

    yang telah diberikan, pembahasan terha-

    dap hasil analisis dapat dilihat berikut ini.

    5.1 Analisis Bobot terhadap Subkriteria

    Hasil analisa bobot untuk untuk masing-

    masing sub kriteria pada kriteria Teknis,

    kriteria Operasional dan Keselamatan

    Operasi Penerbangan dan kriteria Ling-

    kungan dengan metode Proses Hirarki

    Analitik (PHA) dapat dilihat pada Tabel 8.

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan

    metode PHA untuk kriteria teknis, untuk

    kondisi topografi, struktur tanah,

    hidrologi dan geologi mendapat

    persentase yang paling besar yaitu

    sebesar 41%. Untuk jarak bandar udara

    dengan pusat kota yaitu sebesar 18%.

    Untuk aksesibilitas dari dan ke bandar

    udara persentasenya sebesar 21%.

    Kemudian tersedianya infrastruktur

    penunjang bandar udara persentasenya

    sebesar 7%. Serta ketersedian lahan

    untuk pengembangan bandar udara

    memiliki persentase sebesar 10%.

    Sedangkan untuk kesesuaian dengan

    RTRW persentasenya sebesar 4%. Hal

    ini berarti kondisi topografi, struktur

    tanah, hidrologi dan geologi merupakan

    aspek yang paling penting dalam

    pemilihan lokasi bandar udara karena

    kriteria ini sangat berpengaruh dalam

    pembangunan kontruksi bandar udara

    serta keselamatan penerbangan.

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan

    metode PHA untuk kriteria operasional

    dan keselamatan operasi penerbangan,

    didapat jarak dengan bandara terdekat

    hanya berpersentase 10%. Kemudian

    kawasan keselamatan operasi penerbang-

    Gambar 5. Lokasi Alternatif III: Kecamatan Matan Hilir Selatan (Desa Pesaguan)

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    28

    an memiliki persentase terbesar yaitu

    51%, sedangkan kondisi meteorologi

    mendapat persentase sebesar 39%. Dengan

    demikian kriteria kawasan keselamatan

    operasi penerbangan merupakan aspek

    terpenting, hal ini dikarenakan kriteria ini

    sangat menyangkut tentang keamanan

    maupun kelancaran operasi penerbangan

    pada bandar udara.

    Hasil perhitungan dengan metode PHA

    untuk kriteria lingkungan adalah untuk

    tingkat perubahan alam yang terjadi

    persentasenya sebesar 26%, untuk kondisi

    perairan di sekitar kawasan bandar udara

    berpersentase sebesar 12%. Kriteria yang

    lainnya yaitu kawasan pariwisata di

    sekitar lokasi bandar udara memiliki

    persentase sebesar 7%. Sedangkan

    persentase terbesar didapat pada dampak

    terhadap penduduk sekitar lokasi bandara

    yaitu sebesar 56%. Dengan demikian

    dalam pemilihan lokasi bandar udara

    sangat penting untuk memperhatikan

    kriteria ini, karena suatu lokasi bandar

    udara harus mempunyai dampak yang

    sangat kecil atau bahkan tidak

    mempunyai dampak terhadap penduduk

    sekitarnya terutama dampak negatif.

    Dampak yang sering terjadi adalah

    kebisingan serta polusi lingkungan.

    5.2 Analisis Bobot terhadap Alternatif Lokasi

    Hasil analisis bobot untuk masing-masing

    alternatif lokasi bandara terhadap subkri-

    teria dapat dijelaskan pada Tabel 9-11.

    Tabel 8. Hasil analisis bobot untuk setiap kriteria

    No Kriteria Subkriteria Bobot

    1 Teknis

    Kondisi Topografi, Struktur Tanah, Hidrologi dan Geologi 0,41

    Jarak Bandar Udara dengan Pusat Kota 0,18

    Aksesibilitas dari dan ke Bandar Udara 0,21

    Tersedianya Infrastruktur Penunjang ke Bandar Udara 0,07

    Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Bandar Udara 0,10

    Kesesuaian dengan RTRW 0,04

    2

    Operasional dan

    Keselamatan

    Operasi

    Penerbangan

    Jarak dengan Bandara Terdekat 0,10

    Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan 0,51

    Kondisi Meteorologi 0,39

    3 Lingkungan

    Kondisi Tingkat Perubahan Alam yang Terjadi 0,26

    Kondisi Perairan di Sekitar Kawasan Bandar Udara 0,12

    Kawasan Pariwisata di Sekitar Lokasi Bandar Udara 0,07

    Dampak Terhadap Penduduk Sekitar Lokasi 0,56

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    29

    5.3 Nilai Pembobotan Masing-Masing Alternatif Lokasi Bandar Udara

    Untuk mendapatkan lokasi optimal

    bandar udara dari ketiga alternatif lokasi

    bandar udara, maka perlu dicari

    persentase rata-rata dari ketiga alternatif

    lokasi tersebut dengan cara

    menjumlahkan bobot setiap kriteria pada

    masing-masing alternatif lokasi

    kemudian dirata-ratakan.

    Sebagai contoh perhitungan untuk

    subkriteria teknis lokasi Tempurukan

    adalah sebagai berikut:

    1. Kondisi Topografi, struktur tanah,

    hidologi dan geologi = 0,09.

    2. Jarak bandar udara dengan pusat kota

    = 0,39.

    3. Aksesibilitas dari dan ke bandar udara

    = 0,44.

    4. Tersedianya infrastruktur penunjang ke

    bandar udara = 0,26.

    Tabel 9. Hasil analisis bobot pada subkriteria teknis

    No Subkriteria Alternatif lokasi Bobot

    1 Kondisi Topografi, Struktur Tanah,

    Hidrologi dan Geologi

    Tempurukan 0,09

    Suka Bangun 0,24

    Pesaguan 0,67

    2 Jarak Bandar Udara dengan Pusat Kota

    Tempurukan 0,39

    Suka Bangun 0,51

    Pesaguan 0,10

    3 Aksesibilitas dari dan ke Bandar Udara

    Tempurukan 0,44

    Suka Bangun 0,49

    Pesaguan 0,08

    4 Tersedianya Infrastruktur Penunjang ke

    Bandar Udara

    Tempurukan 0,26

    Suka Bangun 0,63

    Pesaguan 0,11

    5 Ketersediaan Lahan untuk

    Pengembangan Bandar Udara

    Tempurukan 0,48

    Suka Bangun 0,11

    Pesaguan 0,41

    6 Kesesuaian dengan RTRW

    Tempurukan 0,47

    Suka Bangun 0,07

    Pesaguan 0,47

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    30

    5. Ketersediaan lahan untuk pengem-

    bangan bandar udara = 0,48.

    6. Kesesuaian dengan RTRW = 0,47

    Jumlah =

    0,09+0,39+0,44+0,26+0,48+0,47

    = 2,13.

    Rata-rata = 2,13 / 6 = 0,35.

    Persentase = 0,35 100% = 35%.

    Tabel 10. Hasil analisis bobot pada subkriteria operasional dan keselamatan operasi penerbangan

    No Subkriteria Alternatif Lokasi Bobot

    1 Jarak dengan Bandara Terdekat

    Tempurukan 0,27

    Suka Bangun 0,67

    Pesaguan 0,06

    2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

    Tempurukan 0,49

    Suka Bangun 0,08

    Pesaguan 0,44

    3 Kondisi Meteorologi

    Tempurukan 0,51

    Suka Bangun 0,39

    Pesaguan 0,10

    Tabel 11. Hasil analisis bobot pada subkriteria lingkungan

    No Sub Kriteria Alternatif Lokasi Bobot

    1 Kondisi Tingkat Perubahan Alam yang Akan

    Terjadi

    Tempurukan 0,66

    Suka Bangun 0,19

    Pesaguan 0,16

    2 Kawasan Perairan di Sekitar Bandar Udara

    Tempurukan 0,33

    Suka Bangun 0,33

    Pesaguan 0,33

    3 Kawasan Pariwisata di Sekitar Lokasi Bandar

    Udara

    Tempurukan 0,67

    Suka Bangun 0,09

    Pesaguan 0,24

    4 Dampak Terhadap Penduduk Sekitar Lokasi

    Tempurukan 0,64

    Suka Bangun 0,07

    Pesaguan 0,28

  • Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat

    (Rudi S. Suyono)

    31

    Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

    Tabel 12. Berdasarkan hasil anlisis pada

    tabel tersebut diperoleh bahwa alternatif

    lokasi Desa Tempurukan memiliki bobot

    tertinggi untuk setiap kriteria anlisis

    yaitu dengan bobot 0,35 untuk kriteria

    teknis, 0,42 untuk kriteria operasional

    dan KKOP serta 0,58 untuk kriteria

    lingkungan.

    6. SIMPULAN

    Dari hasil analisis yang telah dilakukan

    diperoleh simpulan, bahwa:

    a) Berdasarkan Kriteria Teknis diperoleh alternatif lokasi yang paling optimal

    adalah Desa Tempurkan dengan per-

    sentase sebesar 35%. Kemudian Desa

    Suka Bangun mendapat persentase

    sebesar 34% dan Desa Pesaguan

    persentasenya sebesar 30%.

    b) Berdasarkan Kriteria Operasional dan Keselamatan Operasi Penerbangan

    diperoleh alternatif lokasi yang paling

    optimal adalah Desa Tempurukan de-

    ngan persentase sebesar 42%. Kemu-

    dian Desa Suka Bangun mendapat

    persentase sebesar 38% dan Desa Pe-

    saguan persentasenya sebesar 20%.

    c) Berdasarkan Kriteria Lingkungandi-peroleh alternatif lokasi yang paling

    optimal adalah Desa Tempurukan de-

    ngan persentase sebesar 58%. Kemu-

    dian Desa Pesaguan mendapat per-

    sentase sebesar 25% dan Desa Suka

    Bangun persentasenya sebesar 17%.

    d) Berdasarkan nilai pembobotan dari ketiga kriteria yang digunakan seba-

    gai variabel dalam metode PHA untuk

    menentukan lokasi bandara terbaik

    diperoleh bahwa lokasi Desa Tempu-

    rukan memiliki bobot/persentase

    pemilihan yang tertinggi, sehingga

    dapat dikatakan bahwa lokasi Desa

    Tempurukan merupakan lokasi

    terbaik dari ketiga alternatif lokasi

    bandara baru yang dianalisa dalam

    studi ini.

    Tabel 12. Rekapitulasi pembobotan maing-masing alternatif lokasi bandar udara

    No Kriteria Alternatif lokasi Bobot

    1 Teknis

    Tempurukan 0,35

    Suka Bangun 0,34

    Pesaguan 0,30

    2 Operasional dan Keselamatan Operasi Penerbangan

    Tempurukan 0,42

    Suka Bangun 0,38

    Pesaguan 0,20

    3 Lingkungan

    Tempurukan 0,58

    Suka Bangun 0,17

    Pesaguan 0,25

  • JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010

    32

    Daftar Pustaka

    Badan Perencanaan dan Pengendalian

    Pembangunan Daerah. 2005.

    Rencana Tata Ruang Wilayah

    (RTRW) Kabupaten Ketapang

    Tahun 2006-2016. Pemerintah

    Kabupaten Ketapang.

    Ben-Akiva, M. & Steven L. R. 1985.

    Discrete Choice Analysis : Theory

    and Application To Travel

    Demand. Cambridge, MA: MIT

    Press.

    Saaty, Thomas L. 1993. Proses Hirarki

    Analitik Untuk Pengambilan

    Keputusan Dalam Situasi Yang

    Kompleks. PT. Pustaka Binaman

    Pressindo.

    Saaty, Thomas L. 1994. Fundamentals

    Of Decision Making and Priority

    Theory With The Analytic

    Hierarchy Process. Pittsburgh,

    USA.