Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

download Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

of 16

Transcript of Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    ISSN 1858-1226

    JURNAL

    ILMU-ILMU PERTANIANVolume 16, Nomor 2, Desember 2012

    Diterbitkan Oleh :

    Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang

    Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    JURNAL ILMU-ILMU PERTANIANISSN 1858-1226

    Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan

    Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan

    Ketua Penyunting

    M. Adlan Larisu

    Penyunting Pelaksana

    R. Hermawan

    Ananti Yekti

    Miftakhul Arifin

    Agus Wartapa

    Mitra Bestari

    Masyhuri (Universitas Gadjah Mada)

    Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang)

    Aziz Purwantoro (Universitas Gadjah Mada)

    E. W. Tri Nugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa)

    Sekretariat

    Abdul HamidRajiman

    Sari Megawati

    Ismadi

    Alamat penyunting dan sekretariat : Redaksi Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi

    Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No.

    2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528 E-Mail:

    [email protected]

    JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

    Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta.

    Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain.

    Naskah diketik atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan

    format seperti tercantum pada halaman kulit belakang bagian dalam (pedoman penulisan naskah).

    Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata

    penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan

    lima eksemplar cetak lepas dan satu nomor bukti pemuatan. Artikel yang tidak dimuat tidak akan

    dikembalikan.

    Harga berlangganan termasuk ongkos kirim Rp. 50.000,00 per tahun untuk dua nomor penerbitan.

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    JURNAL

    ILMU-ILMU PERTANIANVolume 16, Nomor 2, Desember 2012 ISSN 1858-1226

    DAFTAR ISI

    Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian 69 - 75

    Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul

    Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

    Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa 76 - 83

    Yogyakarta

    Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

    Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten 84 - 90

    Bojonegoro

    Suprapti Supardi, Erlyna Wida Riptanti, Aulia Qonita

    Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai 91 - 99

    Bahan Baku Es Krim

    Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

    Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung 100 - 107terhadap Efisiensi Pemupukan di Lahan Kering Kec. Bayan

    Kab. Lombok UtaraNTB

    Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

    Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan 108 - 113

    Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren

    Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)

    Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

    Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer 114 - 120Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

    Amie Sulastiyah

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    76 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

    TEKNIK PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

    DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    (Technical Development of Sustainable Food Household Area in Daerah Istimewa Yogyakarta)

    Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

    ABSTRACT

    Sustainable Food Household Area (KRPL) is one of the programs the Ministry of

    Agriculture in order to optimize the lawn yard in an region. The aim of KRPL program

    is developing the ability of families and communities in self sufficient the food and

    nutritions in a sustainable manner. The rapid development of KRPL depends on

    appropriate development techniques. Development techniques of KRPL in Yogyakarta

    through the stages (1) the formation of the group, (2) identification of group needs, (3)

    the preparation of action plans, (4) training, (5) creation nurseries and (6) design of

    KRPL area. Appropriate stages of the development techniques to realize replicationKRPL quickly and is able to provide real benefits for the family. KRPL in Daerah

    Istimewa Yogyakarta has grown rapidly. In 2011, KRPL by one farmer group in

    Gunungkidul district, in 2012 has been developed in 4 districts and 1 city. In 2012, the

    number of KRPL groups in Yogyakarta as many as 12 groups, consisting of 8 women

    farmer groups and 4 farmer groups. Each KRPL in Daerah Istimewa Yogyakarta have

    characteristic such as having a nursery, carried out by number of RPL who joined the

    group and stay in the region. The benefits for families is to get the cost savings for food

    consumption which range between Rp. 50.000,00 to Rp.300.000,00 per month per

    family. The value of savings is limited, due to the number of plants cultivated still

    limited by each family.

    Keywords: technical development, KRPL, DIY

    PENDAHULUANKawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

    merupakan salah satu program Kementerian

    Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan

    pekarangan yang ramah lingkungan dalam

    suatu kawasan. Kawasan rumah dapat diwu-

    judkan dalam satu wilayah antara lain wilayah

    Rukun Tetangga (RT), beberapa RT, wilayah

    Rukun Warga (RW), wilayah dusun/peduk-

    uhan atau wilayah desa/kelurahan (Badan

    Litbang Pertanian, 2012). Di dalam kawasan

    termasuk juga keberadaan pagar lingkungan

    rumah, jalan desa, lahan terbuka hijau dan

    fasilitas umum lainnya yang ada di wilayah

    tersebut.

    Sasaran yang ingin dicapai KRPL ini

    adalah berkembangnya kemampuan keluarga

    dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

    pangan dan gizi secara lestari, menuju keluar-ga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera

    (BBP2TP, 2011). Konsep kawasan rumah

    pangan lestari tidak sekedar pemanfaatan la-

    han pekarangan saja, namun termasuk konsep

    kemandirian pangan, diversifikasi pangan ber-

    basis sumber pangan lokal, pelestarian sumber

    daya genetik pangan dan kebun bibit.

    KRPL dapat berlangsung secara lestari,

    jika para petugas lapang atau penyuluh lapang

    sejak awal telah dilibatkan secara aktif dalam

    pengembangan KRPL mulai dari perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi kegiatan (Wiendarti

    dan Gunawan, 2012a). Untuk itu, keterlibatan

    para petugas atau penyuluh lapang diperlukan

    dalam memudahkan proses pengembangan

    KRPL terutama didalam pembentukan dan

    identifikasi kebutuhan kelompok serta penyu-

    sunan rencana kegiatan kelompok.

    Data pada tahun 2008 menunjukkan

    bahwa pekarangan di Yogyakarta luasnyamencapai 52.000 hektar dan belum dimanfaat-

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 77

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

    kan secara optimal untuk ketahanan pangan

    (BPS Propinsi DIY, 2008). Pemanfaatan peka-

    rangan di Daerah Istimewa Yogyakarta mela-

    lui KRPL telah berkembang baik, dimulai

    tahun 2011 oleh 1 kelompok tani di Kabupaten

    Gunungkidul, namun pada tahun 2012 telahdikembangkan di 4 kabupaten dan kota Yog-

    yakarta (BPTP Yogyakarta, 2012). Jumlah

    pelaku KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta

    pada tahun 2012 sebanyak 12 kelompok, ter-

    diri atas 8 kelompok wanita tani dan 4 kelom-

    pok tani (Wiendarti dan Gunawan, 2012b).

    Setiap KRPL yang ada di Daerah Istimewa

    Yogyakarta memiliki ciri khas yaitu memiliki

    kebun bibit, dilaksanakan oleh sejumlah ang-

    gota (RPL) yang tergabung dalam kelompok

    dan berada dalam suatu lingkungan ataukawasan tertentu.

    Pengembangan KRPL dapat dilakukan

    dengan teknik yang tepat yaitu melalui pem-

    bentukan kelompok, identifikasi kebutuhan,

    penyusunan rencana kegiatan, penyelenggara-

    an pelatihan, pembuatan kebun bibit dan

    penataan lingkungan kawasan. Teknik pe-

    ngembangan yang tepat mampu mewujudkan

    replikasi KRPL secara cepat dan dapat mem-

    berikan manfaat yang nyata bagi keluarga dan

    lingkungannya.M-KRPL selama ini telah terbukti ba-

    nyak memberikan manfaat bagi masyarakat

    baik bagi pelaku RPL maupun lingkungan ka-

    wasan di sekitarnya. Bagi pelaku RPL, kegiat-

    an ini dapat memberikan sumbangan pangan

    untuk dikonsumsi bagi keluarga, menghemat

    pengeluaran keluarga dalam memenuhi pangan

    sehari-hari dan terjadinya diversifikasi kon-

    sumsi pangan pada rumah tangga pelaku RPL.

    Bagi lingkungan kawasan, kegiatan ini dapat

    membuat suasana asri dan lingkungan lebih

    nyaman.

    TEKNIK PENGEMBANGAN KRPLTeknik pengembangan Kawasan Rumah

    Pangan Lestari (KRPL) dilakukan melalui (1)

    pembentukan kelompok, (2) identifikasi kebu-

    tuhan, (3) penyusunan rencana kegiatan, (4)

    pelatihan, (5) pembuatan kebun bibit dan (6)

    penataan lingkungan kawasan.

    1. Pembentukan kelompokKRPL idealnya dilakukan oleh kelom-

    pok sebagai kumpulan individu yang mempu-

    nyai maksud yang sama dalam mencapai tuju-

    an. Kelompok tersebut perlu dibentuk atau

    menggunakan kelompok yang telah terbentukdi wilayah tersebut. Jika merupakan organisasi

    baru, petugas lapang atau penyuluh berkewa-

    jiban membentuk dan membina kelompok

    tersebut untuk menjadi kelompok tani yang

    terdaftar pada Dinas Pertanian. Terbentuknya

    kelompok akan menciptakan kawasan, meng-

    ingat KRPL merupakan suatu kawasan. Ka-

    wasan tersebut dapat diwujudkan dalam satu

    atau beberapa rukun tetangga atau rukun

    warga, bahkan dalam satu desa atau kelurahan.

    Kelompok pelaku KRPL idealnyamemiliki (1) anggota yang sebagian berpenga-

    laman di bidang budidaya tanaman, pengolah-

    an dan pemasaran hasil, (2) lahan yang dapat

    digunakan untuk membangun kebun bibit, (3)

    anggota yang mempunyai lahan pekarangan

    untuk pengembangan KRPL, (4) organisasi ke-

    lompok yang berfungsi dengan baik, (5) parti-

    sipasi dan semangat anggota tinggi terhadap

    kegiatan KRPL. KRPL dikelola oleh kelom-

    pok dengan organisasi dan struktur organisasi

    yang jelas serta memiliki pengurus minimalketua, sekretaris, bendahara serta seksi penge-

    lola kebun bibit dan pemasaran hasil.

    Kelompok pengelola KRPL jika berada

    di lokasi yang strategis maka akan mudah

    dijangkau oleh petugas lapang maupun penyu-

    luh. Sejak awal agar kelompok mendapat pen-

    dampingan dari petugas lapang atau penyuluh.

    Untuk itu, kelompok sebaiknya memiliki

    jadwal rutin untuk pertemuan atau aktifitas

    kelompok, sehingga petugas lapang atau

    penyuluh dapat melakukan pembinaan pada

    saat pertemuan tersebut.

    2. Identifikasi kebutuhanIdentifikasi kebutuhan kelompok perlu

    dilakukan sebagai salah satu langkah persiapan

    sebelum melakukan pengembangan KRPL.

    Identifikasi kebutuhan meliputi antara lain

    kebutuhan sarana, prasarana dan teknologi,

    serta komoditas tanaman dan air. Identifikasi

    kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlu-

    kan antara lain kebutuhan bibit tanaman,kebun bibit, peralatan dan perlengkapan lain-

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    78 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

    nya. Informasi yang diperlukan termasuk luas

    kebun bibit, penempatan kebun bibit dan sara-

    na pendukung yang diperlukan untuk operasi-

    onal kebun bibit. Data kebutuhan teknologi

    digunakan sebagai dasar menentukan materi

    pelatihan.Identifikasi kebutuhan komoditas

    tanaman dilakukan untuk mendapatkan data

    berbagai jenis tanaman sumber pangan lokal

    bernilai ekonomis tinggi yang dibutuhkan dan

    disukai oleh masyarakat di kawasan tersebut.

    Tanaman sayuran misalnya kangkung, bayam,

    bunga kol, slada, sawi, pare, gambas, labu-

    siam, terong atau lainnya. Tanaman rempah

    dan obat yaitu jahe, kencur, temulawak, kunyit

    atau lainnya. Buah-buahan meliputi pepaya,

    jambu, belimbing, srikaya, sirsak atau lainnya.Demikian juga pangan lokal berupa ubi jalar,

    singkong, ganyong, garut atau lainnya. Sumber

    pangan hewani yang banyak dikonsumsi sehari

    hari dan akan dikembangkan adalah ayam

    lokal, kelinci, ikan lele atau lainnya. Identifi-

    kasi air terutama pada ketersediaan air yang

    melimpah dan tersedia sepanjang waktu, serta

    keberadaan sumber air yang tidak terlalu jauh

    dan mudah diperoleh. Air sangat diperlukan

    bagi kebun bibit yaitu penyiraman dan kelang-

    sungan budidaya tanaman.Identifikasi kebutuhan ini dapat diper-

    oleh melalui diskusi dalam suatu pertemuan

    kelompok atau pendalaman kepada beberapa

    anggota kelompok pada pertemuan terbatas.

    Dalam identifikasi juga digali permasalahan

    dan solusi pemecahan terkait dengan rencana

    pengembangan KRPL. Identifikasi kebutuhan

    ini diperlukan untuk mendapatkan database

    karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi

    dan budaya di kawasan tersebut sebelum

    dilakukan kegiatan KRPL.

    Selain identifikasi kebutuhan fisik bagi

    pengembangan KRPL, survei mengenai Pola

    Pangan Harapan (PPH) untuk mengetahui pola

    keberagaman konsumsi masyarakat di wilayah

    tersebut juga dilakukan pada awal kegiatan.

    Data yang terkumpul dalam identifikasi ini

    merupakan database awal kegiatan, sehingga

    kelak dapat diketahui peningkatan atau per-

    ubahan data atau kondisi setelah menjalankan

    kegiatan KRPL. Survei PPH dilakukan padapertengahan dan akhir kegiatan untuk menge-

    tahui peningkatan skor PPH pola konsumsi di

    kawasan tersebut.

    3. Penyusunan rencana kegiatanPenyusunan rencana kegiatan dilakukan

    dengan melibatkan pengurus dan anggota

    kelompok dengan cara mengisi formulir(blangko) secara bersama-sama yang dibim-

    bing oleh petugas lapang atau penyuluh dan

    pengarahan dari kelurahan setempat.

    Formulir (blangko) isian dipaparkan

    menggunakan fasilitas elektronik (laptop dan

    LCD) atau menggunakan kertas koran, kemu-

    dian petugas pendamping memfasilitasi pengi-

    sian secara bersama-sama. Rencana kegiatan

    yang disusun meliputi jenis kegiatan, lokasi,

    waktu pelaksanaan, dan pelaksana. Jenis kegi-

    atan meliputi kebun bibit, rumah pangan lesta-ri, penataan kawasan, dan pengembangan.

    Teknis penyusunan rencana kegiatan

    dilakukan dengan mengisi satu persatu kegiat-

    an dalam blangko isian, sehingga penetapan

    jenis kegiatan, lokasi dan waktu pelaksanaan

    sudah merupakan komitmen bersama dari

    kelompok. Rencana kegiatan disusun untuk

    periode waktu tertentu dengan target hasil

    yang jelas, termasuk pelaksana yang bertang-

    gung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan.

    Rencana kegiatan tersebut merupakanpedoman dalam melaksanaakan kegiatan

    KRPL. Meskipun telah disusun disertai jadwal

    yang telah ditentukan, namun bersifat fleksibel

    dan menyesuaikan perkembangan pelaksanaan

    kegiatan. Target hasil dari setiap jenis kegiat-

    an merupakan acuan yang digunakan untuk

    menentukan langkah selanjutnya. Rencana ke-

    giatan tersebut juga disusun disesuaikan

    dengan kondisi sumberdaya manusia di kelom-

    pok dan keadaan sumberdaya alam di wilayah

    setempat.

    4. PelatihanMateri utama pelatihan adalah budidaya

    tanaman sayuran, tanaman pangan dan bidang

    peternakan, dan ditentukan berdasarkan hasil

    identifikasi kebutuhan. Teknologi inovasi he-

    mat lahan dan ramah lingkungan merupakan

    teknologi utama yang akan di implementasi-

    kan untuk pemanfaataan lahan pekarangan

    secara optimal. Teknologi yang perlu disam-

    paikan pada pelatihan untuk pengembanganKRPL antara lain disajikan pada Tabel 1.

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 79

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

    Tabel 1. Teknologi pada pelatihan yang diperlukan dalam pengembangan KRPL

    No Jenis Teknologi

    1 Teknologi persemaian tanaman.2 Teknologi membuat media tanam di polybag.3 Teknologi kalender tanam.

    4 Teknologi pemupukan dan pemeliharaan tanaman di polybag dan pot.5 Teknologi vertikultur tanaman sayuran.6 Teknologi pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT).7 Teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan produksi.8 Teknologi budidaya tanaman toga/biofarmaka.9 Teknologi budidaya tanaman sayuran.10 Teknologi budidaya tanaman pangan non beras.11 Teknologi budidaya ternak ayam buras skala rumah tangga.12 Teknologi budidaya ternak kelinci skala rumah tangga.13 Teknologi pengolahan limbah dapur.14 Teknologi pengelolaan kebun bibit.15 Teknologi analisis usaha budidaya pertanian di lahan pekarangan.

    Pelaksanaan pelatihan disesuaikan deng-

    an tahapan pada jadwal rencana kegiatan dan

    dilakukan secara intermitern dengan tenggang

    waktu satu minggu antara materi ke materi se-

    lanjutnya. Metode pelatihan adalah 30% teori

    dan 70% praktek. Aplikasi teknologi ramah

    lingkungan untuk tanaman sayuran, tanaman

    buah, tanaman obat atau biofarmaka, tanaman

    pangan non beras dan komoditas ternak

    spesifik lokasi serta pengelolaan kebun bibit

    merupakan karakteristik utama dalam pengem-

    bangan KRPL.

    5. Pembuatan dan pengelolaan kebun bibitKebun bibit merupakan salah satu

    sumber bibit dalam pengembangan KRPL, se-

    bagai upaya menuju terciptanya rumah pangan

    lestari (RPL). RPL adalah rumah tangga yang

    memanfaatkan pekarangan secara optimal un-

    tuk budidaya tanaman sayuran, pangan, ternak

    dan ikan, menggunakan teknologi hemat lahan

    secara berkesinambungan untuk memenuhikebutuhan pangan dan gizi sehari hari, serta

    menambah pendapatan keluarga.

    Kebun bibit dapat memberikan kesinam-

    bungan usaha budidaya tanaman bagi anggota

    dan keuntungan ekonomi bagi kelompok mela-

    lui usaha penjualan bibit dan tanaman. Kebun

    bibit adalah lahan untuk pembibitan yang

    dilengkapi dengan beberapa peralatan dan

    dikelola atas partisipasi aktif masyarakat untuk

    memproduksi bibit agar dapat memenuhi

    kebutuhan bibit tanaman bagi peserta RPL dan

    warga masyarakat di kawasan. Lahan untuk

    kebun bibit sebaiknya merupakan lahan terbu-

    ka, dan banyak mendapat cahaya matahari

    langsung, berdekatan dengan sumber air dan

    lahan cukup luas di sekitarnya sehingga

    mempermudah pengembangan kebun bibit di

    masa datang. Ukuran kebun bibit tergantung

    pada volume bibit yang akan di produksi dan

    ukuran luas bangunan rumah bibit.

    Kebun bibit dibangun untuk tujuan

    memproduksi bibit tanaman untuk memenuhi

    kebutuhan bibit anggota rumah tangga (RPL).

    Agar kebun bibit sesuai kebutuhan dan pengu-

    rus dapat mengelola dengan baik, maka disain

    kebun bibit dibuat dengan memperhatikan tata

    letak komponen kebun, antara lain (1) lokasi

    rumah bibit, (2) tempat peletakan bibit muda,

    (3) tempat penyimpanan bibit siap tanam, (4)

    rak vertikultur, (5) kolam pembibitan, (6) kan-

    dang ayam buras/kelinci/ ternak, (7) gudang

    penyimpanan, (8) lokasi persemaian dan mediatanam, dan (9) tempat pengolahan sampah

    rumah tangga. Contoh disain kebun bibit dapat

    dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

    Rumah bibit adalah bangunan yang di-

    buat untuk membuat pembibitan tanaman se-

    suai kondisi yang diperlukan, sehingga meng-

    hasilkan bibit yang sehat dalam waktu relatif

    cepat. Rumah bibit diperlukan agar kegiatan

    bercocok tanam tetap dapat dilakukan meski-

    pun temperatur dan cuaca di luar rumah bibit

    sangat tidak sesuai bagi tanaman. Rumah bibit

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    80 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

    sebaiknya dibangun pada lahan yang datar dan

    tidak ternaungi, agar jika hujan tidak terge-

    nang air dan mendapat sinar matahari yang

    cukup. Pada musim penghujan rumah bibit

    harus mendapat intensitas cahaya matahari dan

    suhu yang cukup mendukung, dalam arti tidakterlalu panas juga tidak terlalu dingin. Manfaat

    rumah bibit adalah agar persemaian berlang-

    sung dengan kondisi iklim mikro yang terken-

    dali untuk pertumbuhan tanaman, terutama

    bibit tanaman yang rentan terhadap pengaruh

    langsung hujan, angin, serta mikroorganisme

    yang dapat menyebabkan penyakit padatanaman.

    Gambar 1. Contoh desain penataan kebun bibit KRPL

    Pengelola kebun umumnya ditunjuk olehkelompok dengan berbagai pertimbangan ter-

    utama ketersediaan waktu dan adanya kemam-

    puan mengelola serta adanya pengalaman

    dalam budidaya tanaman. Pengelola kebun bi-

    bit mempunyai tugas : (a) bertanggung jawab

    terhadap pelaksanaan teknis kebun sehari-hari,

    (b) mencatat pemasukan dan pengeluaran

    barang atau bibit termasuk pembiayaannya dan

    (c) pengelola bertanggungjawab kepada ketua

    kelompok. Dalam pengelolaan kebun, berper-

    an pula pengurus kelompok (ketua, sekretaris,

    bendahara) dan para pembina. Ketua kelom-

    pok umumnya sebagai manajer yang bertang-

    gung jawab terhadap seluruh kegiatan kebun

    bibit dan melaporkan kepada anggota. Sekre-

    taris ikut membantu pencatatan dan adminis-

    trasi lain yang diperlukan. Pembina adalah pa-

    ra petugas lapang dari instansi terkait, misal-

    nya PPL, penyuluh atau tim pengkaji BPTP.

    Di dalam rumah bibit disediakan rak

    dengan alas kasa bahan besi, bambu atau kayutergantung bahan yang banyak tersedia dan

    mudah didapat pada lokasi untuk meletakkankotak persemaian. Kotak persemaian dibuat

    dengan ukuran yang disesuaikan dengan rak

    dalam rumah bibit.

    Peralatan yang perlu tersedia dalam

    kebun bibit antara lain (1) kotak persemaian,

    (2) alat pemotong media persemaian sistem

    lontong, (3) sumber air, aliran irigasi atau se-

    lang air/gembor, (4) rak bibit /tanaman, (5)

    springkel air untuk mengatur kelembaban ru-

    mah bibit, (6) kereta dorong untuk angkut, (7)

    cangkul atau skop, (8) gergaji untuk memoto-

    ng lontong media persemaian dan (9) rak

    vertikultur.

    Peralatan yang perlu tersedia dalam

    kebun bibit, (1) kotak persemaian, (2) alat pe-

    motong media persemaian sistem lontong, (3)

    sumber air, aliran irigasi atau selang air/

    gembor, (4) rak bibit /tanaman, (5) springkel

    air untuk mengatur kelembaban rumah bibit,

    (6) kereta dorong untuk angkut, (7) cangkul

    atau skop, (8) gergaji untuk memotong lontongmedia persemaian dan (9) rak vertikultur.

    U

    S

    1

    3

    3

    2

    44 4

    4

    4

    4

    4

    4

    4

    5

    5

    8

    7

    6

    9

    Pintu Masuk

    4

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 81

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

    Gambar 2. Rumah bibit dalam kebun bibit KRPL Kota Yogyakarta

    Teknologi kalender tanam (Gambar 3)

    digunakan dalam pengelolaan kebun bibit

    untuk merencanakan dalam membuat

    persemaian tanaman untuk memenuhi pesanan

    maupun mengisi stok tanaman dan bibit dalam

    kebun.

    Kalender tanam disusun untuk waktu

    selama satu tahun. Pada kalender tanam dapat

    diagendakan untuk satu atau beberapa jenis

    tanaman yang umur produksinya sama. Dalamsatu bulan dibagi dalam hitungan minggu,

    sehingga pembagian waktu satu bulan

    divisualisasikan dalam empat minggu.

    Mengacu pada teknologi budidaya tanaman,

    dapat menandai kalender tanam dengan

    menggunakan perbedaan warna, untuk

    tanaman mulai masuk persemaian, tanaman

    remaja dan tumbuh, sampai berbuah dan

    panen. Penggunaan perbedaan warna untuk

    memudahkan dalam pengamatan kalender

    sehingga dapat direncanakan sepanjang masa.

    Gambar 3. Kalender tanam untuk pengelolaan kebun bibit

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    82 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

    6. Penataan lingkungan kawasanLingkungan kawasan agar menjadi se-

    juk, hijau dan dapat digunakan sebagai media

    promosi kepada masyarakat maka perlu pena-

    taan kawasan. Desain untuk penataan tanaman

    pada lingkungan kawasan disusun secara ber-sama-sama seluruh warga masyarakat dengan

    memperhatikan estetika dan kepentingan war-

    ga. Pemeliharaan tanaman pada lingkungan

    kawasan menjadi tanggung jawab rumah

    tangga atau RPL yang berdekatan. Beberapa

    contoh desain / penataan tanaman dalam ling-

    kungan kawasan RPL dapat dilihat sebagaiberikut (Gambar 4).

    Gambar 4. Penataan RPL di lingkungan KRPL Kota Yogyakarta

    Penataan lingkungan kawasan diperlu-

    kan untuk mengatur RPL agar dapat memben-

    tuk lingkungan asri dan nyaman, serta menjadi

    daya tarik bagi orang lain untuk melakukan

    replikasi. Penataan yang baik menjadi-kanlingkungan yang indah dan menyenangkan.

    KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

    DI YOGYAKARTAKawasan rumah pangan lestari di Daerah

    Istimewa Yogyakarta terdapat pada 12 kelom-

    pok, terdiri atas 8 kelompok wanita tani dan 4kelompok tani (Tabel 2).

    Tabel 2. Daftar kelompok pelaku KRPL di DIY

    No Kabupaten/Kota Nama Kelompok Desa/Kelurahan Kecamatan

    1 Kotamadya Yogyakarta 1. KTD Kencana Asri Kadipaten Kraton2. KWT Mekarsari Bener Tegalrejo

    2 Bantul 1. KWT Manunggal Pleret Pleret2. KWT Sri Rejeki Banguntapan Pleret

    3 Gunung Kidul 1. KT Sido Muncul Nglanggeran Patuk2. KT Sinar Tani Wareng Wonosari3. KWT Kantil Kedung Keris Nglipar

    4 Sleman 1. KWT Mulya Raharja Wukir Sari Cangkringan

    2. KT Margomulyo Bleberan Prambanan

    5 Kulon Progo 1. KWT Putri Manunggal Srikayangan Sentolo

    2. KWT Melati Hargotirto Kokap

    3. KWT Lestari Wening Sidomulyo Pengasih

    Rata-rata kelompok tersebut mampu

    menampilkan kebun bibit, kawasan RPL danpenataan lingkungan KRPL yang baik. Kebun

    bibit dapat memenuhi kebutuhan bibit bagi

    anggota kelompok secara kontinyu. ManfaatKRPL bagi keluarga adalah diperolehnya

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 83

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

    penghematan biaya/pengeluaran keluarga

    untuk konsumsi pangan yakni berkisar antara

    Rp. 50.000,00 s.d. Rp.300.000,00 per keluar-

    ga. Besarnya nilai penghematan masih terba-

    tas, karena masih terbatasnya jumlah tanaman

    yang diusahakan masing-masing keluarga.Beberapa kelompok telah mengelola ke-

    bun bibit secara semi komersial yaitu dengan

    menyediakan bibit tanaman bagi keperluan

    pasar atau masyarakat luas. Disamping itu, di

    sebagian besar kelompok telah melakukan rep-

    likasi dengan peserta yang meningkat terutama

    berasal dari luar kelompok yang berada di se-

    kitar lokasi. Mungkin penataan dan pendataan

    perlu dilakukan dengan cermat dalam pen-

    gembangan KRPL ini.

    PENUTUPTeknik pengembangan KRPL di Daerah

    Istimewa Yogyakarta dilakukan melalui

    tahapan (1) pembentukan kelompok, (2) iden-

    tifikasi kebutuhan, (3) penyusunan rencana ke-

    giatan, (4) pelatihan, (5) pembuatan kebun bi-

    bit dan (6) penataan lingkungan kawasan.

    Teknik pengembangan sesuai tahapan tersebut

    mewujudkan replikasi KRPL secara cepat dan

    mampu memberikan manfaat nyata bagi

    keluarga.KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta

    telah berkembang dengan cepat. Pada tahun

    2011, KRPL baru dilakukan oleh 1 kelompok

    tani di Kabupaten Gunungkidul, namun pada

    tahun 2012 telah dikembangkan di 4 kabu-

    paten dan 1 kota Yogyakarta. Jumlah pelaku

    KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

    tahun 2012 sebanyak 12 kelompok, terdiri atas

    8 kelompok wanita tani dan 4 kelompok tani.

    Setiap KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta

    memiliki ciri khas yaitu memiliki kebun bibit,

    dilaksanakan oleh sejumlah anggota (RPL)

    yang tergabung dalam kelompok dan berada

    dalam lingkungan atau kawasan tertentu.

    Manfaat KRPL bagi keluarga adalah

    diperolehnya penghematan biaya/pengeluaran

    keluarga untuk konsumsi pangan yakni antara

    Rp. 50.000,00 hingga Rp.300.000,00 per

    keluarga. Besarnya nilai penghematan masih

    terbatas, karena terbatasnya jumlah tanaman

    yang diusahakan oleh masing-masing keluar-

    ga. Diperkirakan jumlah minimal tanaman

    yang dibudidaya oleh setiap rumah tangga

    adalah 30 batang tanaman per keluarga agar

    manfaat dari kegiatan KRPL ini dapat dira-sakan bagi keluarga.

    DAFTAR PUSTAKABadan Litbang Pertanian. 2012.

    Pengembangan Kawasan Rumah

    Pangan Lestari (KRPL). Badan

    Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

    Jakarta. 26 halaman.

    Badan Litbang Pertanian. 2012. Panduan

    Operasional Pengelolaan Kebun Bibit

    Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI).Badan Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian. Jakarta.

    BBP2TP. 2011. Petunjuk Pelaksanaan

    Pengembangan Model Kawasan Rumah

    Pangan Lestari.Balai Besar Perngkajian

    dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

    Bogor. 43 halaman.

    BPS Propinsi DIY. 2008. Propinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta Dalam Angka.

    Badan Pusat Staristik Propinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta.BPTP Yogyakarta. 2012. Kunjungan Menteri

    Pertanian ke M-KRPL Kota Yogyakarta.

    Pers Rellease. Yogyakarta. 11 Juli 2012.

    BPTP Yogyakarta. 2012. Model Kawasan

    Rumah Pangan Lestari Kota

    Yogyakarta. Laporan Tengah Tahun.

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

    Yogyakarta.

    Wiendarti I.W. dan Gunawan. 2012. Petunjuk

    Teknis Pengembangan Kawasan Rumah

    Pangan Lestari Kota Yogyakarta. BPTP

    Yogyakarta, BBP2TP, Badan Litbang

    Pertanian, Kementerian Pertanian.

    Wiendarti I.W. dan Gunawan. 2012. Petunjuk

    Teknis Pengembangan Kawasan Rumah

    Pangan Lestari Daerah Istimewa

    Yogyakarta. BPTP Yogyakarta,

    BBP2TP, Badan Litbang Pertanian,

    Kementerian Pertanian.

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    INDEKS PENGARANG

    ILMU-ILMU PERTANIAN 2012

    APengambilan Keputusan Petani dalam Pergeseran Mata Pencaharian

    Pasca Erupsi Merapi di Desa Gondowangi Kecamatan SawanganKabupaten Magelang

    Aji Riandri, Subejo, Roso Witjaksono, Ageng Setiawan Herianto

    Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer

    Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

    Amie Sulastiyah

    BAnalisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan

    Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di PesantrenSunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)

    Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

    CPeran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan

    Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri

    Cucuk Redono

    D

    Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung

    terhadap Efisiensi Pemupukan Di Lahan Kering Kec. Bayan

    Kab. Lombok UtaraNTB

    Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

    E

    Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai

    Bahan Baku Es Krim

    Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

    MPeran Pemuka Pendapat dalam Adopsi Pupuk Organik pada Petani Padi

    Sawah di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta

    M. Adlan Larisu, Ravik Karsidi, Mahendra Wijaya

    RProspek Bawang Merah Asal Biji di Bantul

    Rajiman

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    SPartisipasi Masyarakat dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan

    Hama Terpadu di Jawa Bagian Tengah Tahun 2012

    Siti Astuti, Edhi Martono, Y. Andi Trisyono, Ageng Setiawan Herianto

    Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian

    Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul

    Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

    Implementasi Hasil Studi Banding Jagung di Kalangan Petani Kulon Progo

    Sujono, Sunarru Samsi Hariadi, Mudiyono, Sri Peni Wastutiningsih

    Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten

    Bojonegoro

    Suprapti S, Erlyna Wida R dan Aulia Qonita

    W

    Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa

    Yogyakarta

    Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    INDEKS KOMULATIF

    ILMU-ILMU PERTANIAN 2012

    Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan 1 - 10

    Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri

    Cucuk Redono

    Pengambilan Keputusan Petani dalam Pergeseran Mata Pencaharian 11 - 22

    Pasca Erupsi Merapi di Desa Gondowangi Kecamatan Sawangan

    Kabupaten Magelang

    Aji Riandri, Subejo, Roso Witjaksono, Ageng Setiawan Herianto

    Peran Pemuka Pendapat dalam Adopsi Pupuk Organik pada Petani Padi 23 - 34

    Sawah di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta

    M. Adlan Larisu, Ravik Karsidi, Mahendra Wijaya

    Prospek Bawang Merah Asal Biji di Bantul 35 - 44

    Rajiman

    Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan 45 - 54

    Hama Terpadu di Jawa Bagian Tengah Tahun 2012

    Siti Astuti, Edhi Martono, Y. Andi Trisyono, Ageng Setiawan Herianto

    Implementasi Hasil Studi Banding Jagung di Kalangan Petani Kulon Progo 55 - 68

    Sujono, Sunarru Samsi Hariadi, Mudiyono, Sri Peni Wastutiningsih

    Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian 69 - 75

    Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul

    Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

    Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa 76 - 83

    Yogyakarta

    Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

    Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten 84 - 90Bojonegoro

    Suprapti Supardi, Erlyna Wida Riptanti, Aulia Qonita

    Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai 91 - 99

    Bahan Baku Es Krim

    Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

    Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung 100 - 107

    terhadap Efisiensi Pemupukan di Lahan Kering Kec. Bayan

    Kab. Lombok Utara

    NTB

    Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan 108 - 113

    Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren

    Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)

    Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

    Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer 114 - 120

    Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

    Amie Sulastiyah

  • 5/23/2018 Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

    http:///reader/full/jurnal-iip-vol-16-no-2-desember-2012-wiendarti-indri-werdha

    PEDOMAN PENULISAN NASKAH

    DALAM JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN

    Naskah dalam Jurnal Ilmu-ilmu

    Pertanian ditulis dalam Bahasa Indonesia atau

    Bahasa Inggris, dengan gaya bahasa efektif

    dan akademis.Naskah dapat berupa hasil penelitian

    atau studi pustaka yang diketik komputer

    (MSWord atau yang kompatibel dengan MS-

    Word) meggunakan spasi ganda, tulisan

    disertai intisari (abstract). Panjang tulisan

    berkisar antara 16 sampai dengan 20 halaman

    kuarto (A4).

    Naskah hasil penelitian mengikuti

    susunan sebagai berikut; halaman judul, nama

    penulis, alamat penulis, intisari, kata kunci,

    pendahuluan, bahan dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, daftar

    pustaka. Naskah konseptual tersusun atas

    halaman judul, pendahuluan, isi tulisan,

    penutup, daftar pustaka.

    Grafik dan gambar garis dapat gambar

    dengan tinta cina atau menggunakan program

    grafik (komputer), grafik dan gambar

    diutamakan tidak berwarna (hitam putih).

    Judul gambar diletakkan di bawah gambar,

    diberi nomor urut sesuai dengan letaknya dan

    dicetak tebal. Masing-masing gambar diberi

    keterangan singkat dengan nomor urut yang

    diletakkan di luar bidang gambar. Gambar dan

    grafik diletakkan di dalam naskah.

    Gambar fhotografis diutamakan tidak

    berwarna (hitam putih) dan dicetak di atas

    kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Nama

    lain (binomial), kata asing, latin dan bukan

    kata dalam Bahasa Indonesia dicetak miring.

    Judul harus singkat dan jelas

    menunjukkan identitas subyek, indikasi tujuanstudi dan memuat kata-kata kunci. Jumlah kata

    seyogyanya berkisar antara 6 - 12 buah,

    dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

    Inggris. Nama atau nama-nama penulis (bukan

    alias) ditulis tanpa gelar dan tidak disingkat.

    Abstarct (intisari), harus dapat memberi

    informasi mengenai seluruh isi karangan,

    ditulis dengan singkat, padat dan jelas dan

    tidak melebihi 250 kata, ditulis dalam Bahasa

    Inggris (untuk naskah dalam Bahasa

    Indonesia) dan Bahasa Indonesia (untuknaskah dalam Bahasa Inggris), intisari disertai

    keywords(kata kunci).

    Pendahuluan, berisi latar belakang,

    masalah dan tinjauan teori secara ringkas.

    Metode penelitian, berisi penjelasan

    mengenai bahan dan alat yang digunakandalam penelitian (kalau ada), waktu, tempat

    dan rancangan percobaan (teknik analisis).

    Hasil dan pembahasan, disajikan secara

    ringkas (dapat dibantu dengan tabel, grafik

    atau fhoto-fhoto). Pembahasan merupakan

    tinjauan terhadap hasil penelitian secara

    singkat tetapi jelas dan merujuk pada literatur

    terkait.

    Kesimpulan dan saran, berisi hasil nyata

    ataupun keputusan dari penelitian yang

    dilakukan dan saran tindakan lanjut untukbahan pengembangan penelitian berikutnya.

    Daftar pustaka, memuat semua pustaka

    yang digunakan dalam penulisan karangan.

    Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad

    secara kronologis (urut tahun).

    Penulisan pustaka untuk buku dengan

    urutan; nama pokok (keluarga) dan inisial

    pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi,

    nama penerbit dan tempat terbit. Setiap bagian

    diakhiri dengan tanda titik.

    Penulisan pustaka untuk karangan dalam

    buku, majalah, surat kabar, proseding atau

    terbitan lain bukan buku, ditulis dengan

    urutan; nama pokok dan inisial pengarang,

    tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama

    editor, judul buku, halaman pertama dan akhir

    karangan, nama penerbit dan tempat terbit.

    Redaksi mempunyai hak untuk

    mengubah dan memperbaiki ejaan, tata tulis

    dan bahasa yang dimuat tanpa mengubah

    esensi.Naskah yang telah ditulis dan sesuai

    dengan pedoman penulisan jurnal ilmu-ilmu

    pertanian diterima paling lambat satu bulan

    sebelum bulan penerbitan, dalam bentuk hard

    printing (cetak printer) dan soft printing (file).

    Naskah dikirimkan kepada M. Adlan

    Larisu, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

    (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian

    Yogyakarta, Jalan Kusumanegara Nomor 2

    Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274)

    373479 Faximile (0274) 375528. E-Mail:[email protected]