Jurnal Fairuz Angger Wibowo C2A607061
-
Upload
fairuz-angger-wibowo -
Category
Documents
-
view
91 -
download
5
Transcript of Jurnal Fairuz Angger Wibowo C2A607061
1
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH
MERGER DAN MERGER DAN AKUISISI
(Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Merger dan Merger
dan akuisisi, periode 2004-2010)
Fairuz Angger Wibowo
Drs. H. Mohammad Kholiq Mahfud, M.Si
ABSTRACT
This study aims to analyze the differences in firm performance before and after
mergers and acquisitions on corporate merger and acquisition activity. Corporate
performance is measured by using financial ratio: Net Profit Margin (NPM), Return On
investment (ROI), Return On Equity (ROE), Debt Ratio, Total Assets Turnover (TATO),
Current Ratio (CR) and Earning Per Share (EPS).
Quantitative method is used in this research, take the data of public company which
had conducted mergers and acquisitions in Indonesia Stock Exchange (IDX) and announce
its activity in the period 2004-2010, and analyzed using non statistic parametric is used to
analyze data. Wilcoxon signed ranks test and Manova are used to answer hypothesis.
The results from this research show that study in 7 financial ratio, NPM, ROI, ROE,
EPS, TATO, CR and Debt. On the acquirer does not show significant differences in the
comparison before and after the acquisition. But the companies that have merged ROI ratios,
EPS and Debt there are significant differences before and after the merger.
Key words: Mergers dan acquisitions, financial performace, quantitative, wilcoxon signed
ranks test, manova.
2
I. PENDAHULUAN
Adanya globalisasi dan persaingan bebas menuntut setiap perusahaan untuk selalu
mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing.
Strategi bersaing merupakan usaha untuk mengembangkan (membesarkan) perusahaan sesuai
dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan
atau disebut juga strategi pertumbuhan. Strategi ini dapat dilaksanakan melalui memperluas
kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya dengan cara menambahkan kapasitas produk,
membangun perusahaan baru ataupun dengan cara membeli perusahaan lain.
Apabila perusahaan memperluas usahanya dengan cara menambah kapasitas produksi
atau mendirikan perusahaan baru, maka cara ini disebut dengan ekspansi. Sedangkan cara
lain yakni dengan menggabungkan perusahaan lain disebut dengan merger atau merger dan
akuisisi. Merger dan merger dan akuisisi adalah strategi pertumbuhan yang cepat untuk
mengakses pasar baru untuk produk baru tanpa harus membangun dari awal.
Sementara itu penggabungan dengan cara lain adalah dengan cara merger dan
akuisisi. Merger dan akuisisi merupakan pengambil-alihan (take over) sebagian atau
keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan pengambil-alih mempunyai hak
kontrol atas perusahaan target. Merger dan akuisisi ini dapat dilakukan terhadap anak
perusahaan yang semula sudah go publik dan disebut dengan merger dan akuisisi internal,
atau merger dan akuisisi terhadap perusahaan lain dan disebut dengan merger dan akuisisi
eksternal.
Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia telah banyak melakukan Merger dan
Merger dan akuisisi, terlebih pada masa-masa krisis ekonomi yang mengakibatkan
banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Bahkan saat ini pasar berkembang dimana
yang kegiatannya bukan berupa jual beli barang, tetapi jual beli perusahaan (kepemilikan)
dalam perusahaan. Pasar ini biasa disebut dengan Market for Corporate Control (Nurhayati,
2009).
Abdul Moin (2003) menyatakan bahwa merger dan merger dan akuisisi bisa didekati
dari perspektif yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen startegi
(strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akusisi adalah salah satu
bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/ capital budgeting) yang
harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisninsnya. Sementara itu dari
perspektif manajemen strategi, merger dan merger dan akuisisi adalah alternatif strategi
pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan.
3
Kegiatan merger dan merger dan akuisisi di Indonesia telah berlangsung pada tahun
1970, yang dilakukan oleh bank-bank dengan harapan agar dapat memperkuat struktur modal
dan memperoleh keringanan pajak . Perkembangan merger dan akusisi tersebut terus
berlangsung sampai sekarang. Apabila pada saat kondisi krisis, dimana banyak perusahaan
yang mengalami kesulitan dalam pendanaan modalnya. Kecenderungan yang terjadi di
Indonesia, pola merger dan akuisisi lebih banyak dilaksanaan. Hal ini disebabkan karena
pemilik perusahaan lebih merasa nyaman dengan kepemilikan saham secara pribadi dalam
jumlah besar.
Alasan perusahaan memilih merger dan merger dan akuisisi sebagai strateginya
adalah karena merger dan merger dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan
perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger dan
merger dan akuisisi juga dianggap dapat menciptakan sinergi yaitu nilai keseluruhan
perusahaaan setelah merger dan merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan
nilai masingmasing perusahaan sebelum merger dan merger dan akuisisi. Selain itu
keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger dan merger dan akuisisi kepada
perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial,
transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi.
Merger dan akusisi masih sering dipandang sebagai keputusan kontroversial karena
memiliki dampak yang sangat dramatis dan kompleks. Banyak pihak yang dirugikan,
sekaligus diuntungkan, dari peristiwa merger dan merger dan akuisisi. Dampak yang
merugikan bisa kita lihat dari sisi karyawan karena kebijakan ini sering disertai dengan
pemutusan hubungan kerja (PHK) yang jumlahnya barangkali sangat banyak. Berbagai
bentuk rekayasa dilakukan melalui merger dan merger dan akuisisi. Misalnya media ini
digunakan untuk menghindari pajak, menggelembungkan nilai asset perusahaan, menggusur
manajemen perusahaan yang dimerger dan akuisisi, atau memperbesar kompensasi para
eksekutif sendiri.
Selain itu keputusan merger dan akusisi tidak terlepas dari permasalahan, diantaranya
biaya untuk melaksanakan merger dan merger dan akuisisi sangat mahal, dan hasilnya belum
tentu pasti sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan akusisi juga dapat memberikan
pengaruh negative terhadap posisi keuangan dari perusahaan pengakusisi (acquiring
company) apabila strukturisasi dari merger dan akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan
kas atau melalui pinjaman.
Pada kegiatan merger dan merger dan akuisisi ada dua hal yang patut
dipertimbangkan yaitu nilai yang dihasilkan dari kegiatan merger dan merger dan akuisisi
4
(M&A) dan siapakah pihak-pihak yang paling diuntungkan dari kegiatan tersebut. Dengan
adanya merger dan merger dan akuisisi diharapkan akan menghasilkan sinergi sehingga nilai
perusahaan akan meningkat.
Merger dan merger dan akuisisi manajer harus memperhitungkan kinerja dari
perusahaan yang akan dimerger dan akuisisinya. Karena dari kinerja perusahaan dapat
menilai pantas tidaknya calon perusahaan yang dimerger dan akuisisi. Perhitungan kinerja
tersebut dilakukan dengan melihat rasio-rasio keuangan. Dalam Moin (2003) mengatakan
bahwa dapat menggunakan return on assets dan return on equity dalam perhitungan rasio
profitabilitas, perhitungan rasio likuiditas dengan current ratio, rasio aktivitas dengan
menggunakan total asset turn over serta rasio pasar menggunakan earning per share.
Beberapa penelitian yang meneliti tentang perbedaan kinerja perusahaan sebelum
dengan setelah merger dan merger dan akuisisi dilakukan, namun hasil tidak selalu
signifikan. Seperti yang dilakukan oleh Nurdin D (1996) yang melakukan penelitian terhadap
perusahaan yg melakukan merger dan akuisisi. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan
rasio keuangan yang dipakainya yaitu rasio Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas dan rasio
tingkat pengembalian atas total aktiva dalam rentan waktu 3 tahun.
Dyaksa (2006) yang menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio
keuangan EPS, NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah
merger dan merger dan akuisisi; rasio keuangan ROE untuk pengujian 1 tahun sebelum dan 2
tahun setelah merger dan merger dan akuisisi.
Sarah & Maksum (2009) melakukan penelitian yang menyatakan pada perusahaan
pengmerger dan akuisisi tidak ada perbedaan kinerja keuangan pada rasio Likuiditas,
Aktivitas, Leverage dan Profitabilitas. Tetapi pada perusahaan dimerger dan akuisisi terdapat
perbedaan yang signifikan pada rasio Likuiditas dan Aktivitas.
Hasil negatif juga dikemukakan oleh Payamta dan Setiawan (2004) dan Widjanarko
(2006) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan merger dan
akuisisi dari rasio-rasio keuangan. Dari hasil penelitiannya menunjukkan rasio-rasio
keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa merger dan merger dan akuisisi tidak
mengalami perubahan yang signifikan.
Perbedaan penelitian yang dihasilkan oleh Dyaksa (2006) dan Nurdin (1996) yang
menunjukan adanya sinergi setelah melakukan merger dan merger dan akuisisi yang dilihat
dari kinerja keuangan (yang diproksikan oleh rasio keuangan). Penelitian yang berlawan
dengan Payamta & Sholikah (2001), Payamta dan Setiawan (2004) dan Widjanarko (2006)
yang menyatakan tidak ada sinergi setelah dilakukannya merger dan merger dan akuisisi.
5
Perbedaan penelitian (research gap) yang telah dipaparkan diatas dapat dijadikan
permasalahan dalam penelitian ini, tetapi selain dari research gap yang ada permasalahan
juga dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang beritahukan melalui rasio-rasio keuangan
pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan merger dan merger dan
akuisisi dari tahun 2004-2010, yang mana terdapat 19 perusahaan yang masuk dalam kriteria
penelitian ini. 10 perusahaan yang melakukan merger dan 9 perusahan yang melakukan
merger dan akuisisi.
Melihat dari beberapa penelitian terdahulu serta pandangan teori motivasi dari
kegiatan merger dan merger dan akuisisi tersebut yang menghasilkan perbedaan antara teori
dan kenyataan pada data empiris dari rata-rata kinerja perusahaan yang melakukan merger
dan merger dan akuisisi, maka dihasilkan pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Net Profit Margin berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan
merger dan akuisisi?
2. Apakah Return on investment berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan
merger dan akuisisi?
3. Apakah Return on Equity berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan
merger dan akuisisi?
4. Apakah Earning Per Share berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan
akusisi?
5. Apakah Total Assets Turn Over berbeda antara sebelum dan sesudah merger
dan merger dan akuisisi?
6. Apakah Current Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger
dan akuisisi?
7. Apakah Debt Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger
dan akuisisi?
8. Apakah Tingkat kinerja perusahaan berbeda antara sebelum dan sesudah
merger dan merger dan akuisisi?
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Ikatan akuntan Indonesia dalam
pernyataan standar akuntansi keuangan Indonesia Nomor 12 (PSAK No.22) mendefinisikan
penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan
6
lain atuapun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2004). Jenis
penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu merger dan akuisisi dan penyatuan
pemilikan (Merger).
Pengertian penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah
penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi
perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh
perusahaan lain, atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. Secara teori penggabungan
usaha dapat berupa merger, merger dan akuisisi, dan konsolidasi. Merger adalah kombinasi
dari dua atau lebih perusahaan, dengan salah satu nama perusahaan yang bergabung tetap
digunakan sedangkan yang lainnya dihilangkan. Sementara itu, merger dan akuisisi
didefinisikan sebagai pembelian seluruh atau sebagian kepimilikan suatu perusahaan, yang
dapat dilakukan melalui merger atau tender offer (Foster, 1986).
Klasifikasi Merger
Jika berdasarkan aktivitas ekonomi maka merger dapat diklasifikasikan dalam lima
tipe (Moin, 2003):
a. Merger Horisontal :
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak
dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu
sama lain dalam pasar/industri yang sama.
b. Merger Vertikal :
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini
dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau
sebaliknya.
c. Merger Konglomerat :
Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing
bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi apabila
sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang
bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
7
d. Merger Ekstensi Pasar :
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan
untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama
untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan.
e. Merger Ekstensi Produk :
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan
untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan
menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang
lebih luas.
Manfaat dan risiko Merger dan Akuisisi
Dalam banyak literature manajemen ditemukan bahwa dalam melakukan aktivitas
merger dan akuisisi terdapat beberapa beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses
merger dan akuisisi menurut David (2009) antara lain :
1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang
dimerger atau diakuisisi.
2. Memperluas portfolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada
bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.
3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.
Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David (2009) perlu juga
diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil dari merger dan akuisisi,
yaitu:
1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan
perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan
penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang.
2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat
sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.
3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan
dimasing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan
waktu yang relatif lama, dan sebagainya.
8
Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
Alasan mengapa perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah ada “manfaat
lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik,
keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah (Moin, 2003) :
Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain.
Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran
Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada
pihak Bidding firm.
b Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung
dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender
offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
d Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak
ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui
akuisisi.
Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran
dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara
setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
9
b Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi
merger.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Merger dan Akusisi
Keberhasilan atau kegagalan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada
ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau
kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Hitt (2002) mengemukakan beberapa
konsep penting yang mengarah pada keberhasilan atau kegagalan dalam merger dan akuisisi
diantaranya uji tuntas (due diligance), pembiayaan, sumber-sumber daya komplementer,
akuisisi bersahabat/tidak bersahabat, penciptan sinergi pembelajaran organisasional dan fokus
pada bisnis inti.
Faktor-faktor yang dianggap memberi kontribusi terhadap keberhasilan merger dan
akuisisi yaitu :
1. Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi.
2. Perusahaan target dalam keadaan baik.
3. Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya.
4. Perusahaan target relatif kecil.
5. Melakukan merger dan akuisisi yang bersahabat.
Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi
Menurut Mudrajad (2001), ada beberapa alasan perusahaan melakukan merger, antara
lain :
1. Economies of Scale
Dengan melakukan merger dan akuisisi, perusahaan dapat mencapai skala
operasi yang ekonomis. Yang dimaksud dengan skala yang ekonomis adalah
skala operasi dengan biaya rata-rata terendah. Skala ekonomis dapat dicapai
dengan cara horizontal, vertical dan conglomerate.
2. Memperbaiki Manajemen
Beberapa perusahaan dikelola dengan cara yang kurang efisien, akibatnya
profitabilitasnya menjadi rendah. Kurangnya motivasi untuk mencapai profit
yang tinggi, kurangnya keberanian untuk mengambil Risiko sering
mengakibatkan perusahaan kalah dalam persaingan yang semakin sengit.
Dengan melakukan merger maka perusahaan dapat mempertahankan
10
karyawannya hanya pada tingkat yang memang benar-benar diperlukan. Tidak
jarang perusahaan memperoleh manajer yang profesional dengan cara merger.
3. Penghematan Pajak
Sering perusahaan mempunyai potensi memperoleh penghematan pajak, tetapi
karena perusahaan tidak pernah dapat memperoleh laba maka tidak dapat
memanfaatkannya. Untuk itu lebih baik menggabungkan perusahaan lain yang
memperoleh laba dengan maksud agar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
yang profitable dapat lebih kecil.
4. Meningkatkan Corporate Growth Rate
Melalui merger ataupun akuisisi perusahaan dapat meningkatkan
pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan karena penguasaan jaringan
pemasaran yang lebih luas, manajemen yang lebih baik dan efisiensi yang
lebih tinggi.
Adapun beberapa alasan perusahaan melakukan akuisisi antara lain :
1. Meningkatkan Market Power
Akuisisi dimaksudkan untuk mengurangi keseimbangan kompetisi industri.
2. Mengatasi Halangan Masuk
Akuisisi mengatasi halangan masuk yang terlalu mahal yang bisa membuat
memulai usaha baru tidak menarik secara ekonomis.
3. Biaya dan Risiko Pengembangan Produk Baru yang Lebih Rendah
Membeli bisnis yang sudah mapan mengurangi risiko memulai bisnis baru.
4. Meningkatkan Kecepatan ke Pasar
5. Diversifikasi
Cara yang cepat untuk pindah ke dalam bisnis di mana perusahaan kurang
pengalaman dalam industry.
6. Membentuk Kembali Cakupan Kompetisi
Perusahaan bisa memakai akuisisi untuk mencegah ketergantungan hanya
terhadap satu atau beberapa produk atau pasar saja.
Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rasio Likuiditas, Aktivitas,
Solvabilitas, Pasar dan Profitabilitas.
11
1. Rasio Likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran likuiditas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio.
2. Rasio Aktivitas. Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan
dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total asset turn over.
3. Rasio Solvabilitas. Rasio Solvabilitas dilihat dari kondisi keuangan yang digunakan
untuk menunjukkan besarnya hutang perusahaan dibanding dengan asset yang
dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini mencerminkan bahwa perusahaan
memiliki kewajiban yang semakin besar. Variabel solvabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Debt Ratio.
4. Rasio Profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari net profit margin, return on investment dan return on equity.
5. Rasio Pasar. Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor),
meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Rasio pasar
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Earning Per Share (EPS).
Atas dasar pertimbangan dari teori pengaruh merger dan merger dan akuisisi terhadap
kinerja keuangan dimana setelah merger dan merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan
sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan digabung
bersama. Dasar logik dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran
bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas
yang simultan maka laba perusahaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja pasca
merger dan merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum
merger dan merger dan akuisisi.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas maka hipotesis yang dapat diajukan
sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah :
H1 : Net Profit Margin berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger dan
akuisisi.
12
H2 : Return on investment berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger
dan akuisisi.
H3 : Return on Equity berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger dan
akuisisi.
H4 : Earning Per Share berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan akusisi.
H5 : Total Assets Turn Over berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger
dan akuisisi.
H6 : Current Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger dan
akuisisi.
H7 : Debt Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan merger dan akuisisi.
H8 : Tingkat kinerja perusahaan berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan
merger dan akuisisi.
III. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Sampel penelitian diambil setelah memenuhi beberapa kriteria yang berlaku bagi
penerapan definisi operasional variabel. Tekhnik pengambilan sampel diambil dengan
tekhnik purposive sampling yaitu pemilihan pengambilan sampel dengan berdasarkan pada
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup :
1. Perusahaan publik terdaftar di BEI.
2. Perusahaan tidak termasuk jenis lembaga keuangan.
3. Tersedia laporan keuangan untuk 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah
aktivitas Merger dan merger dan akuisisi.
4. Tanggal dilakukan Merger dan merger dan akuisisi diketahui dengan jelas.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dapat diperoleh sampel sebanyak 19 perusahaan.
Diantaranya 10 perusahaan melakukan aktivitas merger dan 9 perusahaan melakukan
aktivitas merger dan akuisisi.
13
Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menganalisis secara empiris tentang pengukuran kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akusisi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian atas hipotesis-hipotesis yang telah diajukan. Pada dasarnya variabel dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan. Secara spesifik, kinerja keuangan disini difokuskan
terhadap kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan merger dan akuisisi
(Munawir, 2002). Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan indikator rasio keuangan,
yaitu :
Tabel 3.1
Definisi Variabel
No Variabel Definisi Pengukuran
1 Net Profit Margin (NPM) Mengukur seberapa
banyak laba bersih
setelah pajak dan bunga
yang dapat dihasilkan
dari penjualan atau
pendapatan.
Net Income
Total Operating
Revenue
2 Return on Investment
(ROI)
Mengukur keuntungan
yang dihasilkan dari
seluruh aktiva yang
dimiliki perusahaan.
Net Profit
Total Asset
3 Return on Equity (ROE)
Mengukur seberapa
besar keuntungan bersih
yang tersedia bagi
pemegang saham.
Total Income
Total Equity
4 Debt to Assets Ratio
(Debt Rasio)
Mengukur kemampuan
pemilik perusahaan
dengan assets yang
dimiliki.
Total Debt
Total Assets
14
5 Total Asset Turnover
(TATO)
Mengukur seberapa
efektif aktiva
perusahaan mampu
menghasilkan
pendapatan operasional.
Total Operating
Margin
Total Asset
6 Current Ratio (CR)
Menunjukan seberapa
besar kemampuan
perusahaan melunasi
hutang lancar.
Current Asset
Current Liabilities
7 Earning per Share (EPS)
Menunjukan bagian
laba yang dinikmati
oleh pemegang saham.
Net Income
Number of
Outstanding Stock
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data yang tercantum pada
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) untuk tahun 2004 – 2010 yang dilakukan
dengan mengambil data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam
ICMD tahun 2004 – 2010.
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam pengumpulan
data sekunder diperlukan adanya pemeriksaan ketelitan. Sumber data Laporan Keuangan dan
harga saham perusahaan sampel berasal dari Database Pojok BEI Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Sumber data lainnya berasal dari sumber bacaan seperti buku-buku,
jurnal, dan data dari internet.
Metode Analisis Data
Analisis rasio keuangan digunakan untuk menganalisis keputusan merger dan merger dan
akuisisi terhadap kondisi keuangan rasio-rasio tersebut dibandingkan dengan rasio sebelum
merger dan merger dan akuisisi. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung masing-
masing rasio keuangan yang sudah ditetapkan sebagai variabel penelitian. Hasil perhitungan
rasio-rasio ini selanjutnya digunakan sebagai data dalam pengujian statistik.
15
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji statistic non parametric. Berdasarkan
parameternya statistik dibagi menjadi dua, yakni statistik Parametrik dan Non Parametrik,
keduanya berbeda satu dengan yang lain dan memiliki kelebihan dan kekurangan. Statistik
non parametrik adalah bagian dari statistik yang parameter populasinya tidak mengikuti suatu
distribusi tertentu atau memiliki distribusi yang bebas persyaratan dan variannya tidak perlu
homogen. Kemudian menurut payamta (1998) didasarkan kelebihan yang ada dibandingkan
dengan uji t beda dua sampel paired sampel t-test, karena alat uji statistic tersebut akan
memberikan hasil yang tepat untuk dua populasi yang berditribusi kelanjutan, tidak
memerlukan pengujian asumsi normalitas dan lebih konservatif untuk dua populasi yang
berdistribusi diskrit. Uji non parametric yang digunakan adalah:
Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji peringkat tanda wilcoxon digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment)
tertentu pada dua pengamatan,antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan tertentu.
Uji ini menguji hipotesis H1 sampai H9, dengan mengunakan tingkat signifikasi
α=5%, maka jika prob < taraf signifikansi yang telah ditetapkan α=5%, maka variabel
independen tersebut berpengaruh siginifikam terhadap variabel dependen, berarti
terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan masing-masing rasio keuangan
antaraa sebelum dan sesudah merger dan merger dan akuisisi. Dengan demikian
langkah-langkah pengujiannya dilakukan sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesis
2. Menentukan daerah kritis dengan α=5%
3. Menghitung dengan menggunakan software spss
4. Membandingkan antara probabilitas dan taraf siginifikansi yang
telah ditetapkan (5%)
Uji Manova
Uji Manova mempunyai pengertian sebagai suatu teknik statistik yang digunakan
untuk menghitung pengujian signifikansi perbedaan rata-rata secara bersamaan antara
kelompok untuk dua atau lebih variabel tergantung. Teknik ini bermanfaat untuk
menganalisis variabel-variabel tergantung lebih dari dua yang berskala interval atau rasio.
Untuk mengetahui signifikansi perubahan kinerja perusahaan secara simultan dari
semua rasio keuangan anatar sebelum dan sesudah merger dan merger dan akuisisi. Dengan
16
menggunakan tingkat sig α=5%, jika prob < taraf signifikansi yang ditetapkan (α=5%) maka
secara simultan variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, berarti terdapat perbedaan yang secara simultan siginifikan antara kinerja
keuangan berdasarkan keseluruhan rasio keuangan sebelum dan setelah merger dan merger
dan akuisisi.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah merger dan merger dan
akuisisi dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan merger
dan akuisisi, dan sejauh mana merger dan merger dan akuisisi tersebut dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Hasil pengujian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengujian untuk perbedaan
masing-masing variabel pada 1 tahun hingga 3 tahun sesudah merger dan merger dan akuisisi
dengan variabel pada sesudah merger dan akuisisi dan juga menguji perbedaan kinerja
keuangan pada 1 tahun sebelum merger dan akuisisi dengan rata-rata kinerja selama 3 tahun
sesudah merger dan merger dan akuisisi. Karena jumlah data yang sedikit (kurang dari 30)
maka pengujian dilakukan dengan menggunakan statistic non parametric Wilcoxon Rank
Signed Test. Selain itu pengujian juga dilakukan dengan menggunakan uji Manova untuk
menguji efek merger dan akusisi terhadap 7 ukuran kinerja tersebut secara bersama-sama.
Uji Wilcoxon Signed Rank Test
1. Perbedaan kinerja NPM sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan NPM pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
17
Tabel 4.1
Uji beda NPM sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z sig Ket
akuisisi
T-1 T+1 5 3 1 -0.140 0.889 Tidak berbeda
T-1 T+2 6 2 1 -0.983 0.326 Tidak berbeda
T-1 T+3 6 3 0 -0.952 0.341 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 5 4 0 -0.415 0.678 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 5 5 0 -0.614 0.539 Tidak berbeda
T-1 T+2 3 7 0 -1.530 0.129 Tidak berbeda
T-1 T+3 4 6 0 -0.562 0.574 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 2 8 0 -1.632 0.103 Tidak berbeda
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan NPM pada 1 tahun sebelum dengan 3 tahun
sesudah merger dan akuisisi baik untuk masing-masing periode maupun rata-rata selama 3
tahun menunjukkan bahwa tidak satupun nilai NPM pada periode sesudah merger dan
akuisisi memiliki perbedaan yang signifikan dengan NPM pada periode 1 tahun sebelum
merger dan akuisisi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua pengujian yang
berada di atas 0,05.
2. Perbedaan kinerja ROI sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan ROI pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
18
Tabel 4.1
Uji beda ROI sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z Sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 5 4 0 -0.415 0.678 Tidak berbeda
T-1 T+2 6 3 0 -0.415 0.678 Tidak berbeda
T-1 T+3 6 3 0 -1.007 0.314 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 2 7 0 -0.889 0.374 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 3 7 0 -1.886 0.059* Berbeda
T-1 T+2 4 6 0 -1.682 0.093* Berbeda
T-1 T+3 4 6 0 -0.764 0.445 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 2 8 0 -1.784 0.074* Berbeda
Keterangan :
* signifikan pada 10%
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan ROI pada 1 tahun sebelum akuisisi dengan 3
tahun sesudah akuisisi baik untuk masing-masing periode maupun rata-rata selama 3 tahun
menunjukkan bahwa tidak satupun nilai ROI pada periode sesudah akuisisi memiliki
perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua
pengujian yang berada di atas 0,05. Tetapi, pada perusahaan yang melakukan merger terdapat
perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari ketiga pengujian
yang berada di bawah 0,10 (10%). Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa merger
dapat mengubah ROI menjadi lebih baik dalam jangka 1 tahun maupun dalam jangka 3 tahun
sesudah merger.
3. Perbedaan kinerja ROE sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan ROE pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
19
Tabel 4.3
Uji beda ROE sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z Sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 4 5 0 -0.415 0.678 Tidak berbeda
T-1 T+2 5 4 0 -0.652 0.512 Tidak berbeda
T-1 T+3 4 5 0 -0.178 0.859 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 5 4 0 -0.178 0.859 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 3 7 0 -0.968 0.333 Tidak berbeda
T-1 T+2 4 6 0 -0.408 0.683 Tidak berbeda
T-1 T+3 7 3 0 -0.968 0.333 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 6 4 0 -0.051 0.959 Tidak berbeda
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan ROE pada 1 tahun sebelum merger dan
akuisisi dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi baik untuk masing-masing periode
maupun rata-rata selama 3 tahun menunjukkan bahwa tidak satupun nilai ROE pada periode
sesudah merger dan akuisisi memiliki perbedaan yang signifikan dengan ROI pada periode 1
tahun sebelum merger dan akuisisi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua
pengujian yang berada di atas 0,05.
4. Perbedaan kinerja EPS sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan EPS pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
20
Tabel 4.4
Uji beda EPS sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z Sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 4 5 0 -1.481 0.139 Tidak berbeda
T-1 T+2 4 5 0 -0.533 0.594 Tidak berbeda
T-1 T+3 3 6 0 -0.889 0.374 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 3 6 0 -1.007 0.314 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 2 8 0 -1.734 0.083* Berbeda
T-1 T+2 1 9 0 -2.397 0.013** Berbeda
T-1 T+3 1 9 0 -2.191 0.028** Berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 1 9 0 -2.191 0.028** Berbeda
Keterangan :
* signifikan pada 10%
** signifikan pada 5%
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan EPS pada 1 tahun sebelum akuisisi dengan 3
tahun sesudah akuisisi baik untuk masing-masing periode maupun rata-rata selama 3 tahun
menunjukkan bahwa tidak satupun nilai EPS pada periode sesudah akuisisi memiliki
perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua
pengujian yang berada di atas 0,05. Tetapi, pada perusahaan yang melakukan merger terdapat
perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari ketiga pengujian
yang berada di bawah 0,05 (5%) atau 0,10 (10%). Dengan demikian, hal ini menunjukkan
bahwa merger dapat mengubah EPS menjadi lebih baik dalam jangka 1 tahun maupun dalam
jangka 3 tahun sesudah merger.
5. Perbedaan kinerja TATO sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan TATO pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
21
Tabel 4.5
Uji beda TATO sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z Sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 3 6 0 -1.186 0.236 Tidak berbeda
T-1 T+2 5 4 0 -0.534 0.594 Tidak berbeda
T-1 T+3 4 5 0 -0.533 0.594 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 3 6 0 -1.007 0.314 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 4 5 1 -0.533 0.594 Tidak berbeda
T-1 T+2 6 4 0 -0.663 0.507 Tidak berbeda
T-1 T+3 5 4 1 -0.654 0.513 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 5 5 0 -0.459 0.646 Tidak berbeda
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan TATO pada 1 tahun sebelum merger dan
akuisisi dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi baik untuk masing-masing periode
maupun rata-rata selama 3 tahun menunjukkan bahwa tidak satupun nilai TATO pada periode
sesudah merger dan akuisisi memiliki perbedaan yang signifikan dengan TATO pada periode
1 tahun sebelum hingga 3 tahun sesudah merger dan akuisisi. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi dari semua pengujian yang berada di atas 0,05.
6. Perbedaan kinerja CR sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan CR pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
22
Tabel 4.6
Uji beda CR sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z Sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 6 3 0 -0.533 0.594 Tidak berbeda
T-1 T+2 5 4 0 -1.126 0.260 Tidak berbeda
T-1 T+3 5 4 0 -1.008 0.314 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 5 4 0 -0.889 0.374 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 4 6 0 -1.174 0.240 Tidak berbeda
T-1 T+2 3 7 0 -1.172 0.241 Tidak berbeda
T-1 T+3 2 8 0 -1.376 0.169 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 3 7 0 -1.580 0.114 Tidak berbeda
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan CR pada 1 tahun sebelum merger dan akuisisi
dengan 3 tahun sesudah merger dan akuisisi baik untuk masing-masing periode maupun rata-
rata selama 3 tahun menunjukkan bahwa tidak satupun nilai CR pada periode sesudah merger
dan akuisisi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua pengujian yang berada
di atas 0,05.
7. Perbedaan kinerja Debt rasio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil pengujian perbedaan CR pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
selama 3 tahun maupun rata-ratanya ditunjukkan sebagai berikut :
23
Tabel 4.7
Uji beda CR sebelum – sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah Negatif
Rank
Positif
Rank
Ties Z Sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 4 3 2 -0.254 0.799 Tidak berbeda
T-1 T+2 3 4 2 -0.423 0.672 Tidak berbeda
T-1 T+3 4 3 2 -0.085 0.933 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 4 4 1 -0.493 0.622 Tidak berbeda
Merger
T-1 T+1 7 2 1 -2.192 0.028** Berbeda
T-1 T+2 8 2 0 -1.989 0.047** Berbeda
T-1 T+3 8 2 0 -1.584 0.113 Tidak berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 8 2 0 -1.887 0.059* Berbeda
Keterangan :
* signifikan pada 10%
** signifikan pada 5%
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan Debt rasio pada 1 tahun sebelum akuisisi
dengan 3 tahun sesudah akuisisi baik untuk masing-masing periode maupun rata-rata selama
3 tahun menunjukkan bahwa tidak satupun nilai Debt rasio pada periode sesudah akuisisi
memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua
pengujian yang berada di atas 0,05. Tetapi, pada perusahaan yang melakukan merger terdapat
perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari ketiga pengujian
yang berada di bawah 0,05 (5%) atau 0,10 (10%). Dengan demikian, hal ini menunjukkan
bahwa merger dapat mengubah Debt rasio menjadi lebih baik dalam jangka 1 tahun maupun
dalam jangka 3 tahun sesudah merger.
Uji Manova
Uji manova dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan kinerja 7 rasio keuangan
secara bersama-sama pada sebelum merger dan akuisisi dan sesudah merger dan akuisisi.
Pengujian perbedaan kinerja 7 rasio secara bersama diperoleh sebagai berikut :
24
Tabel 4.8
Perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Sebelum Sesudah F sig Ket
Akuisisi
T-1 T+1 0.954 0.510 Tidak Berbeda
T-1 T+2 0.324 0.926 Tidak Berbeda
T-1 T+3 0.289 0.943 Tidak Berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 0.237 0.973 Tidak Berbeda
Merger
T-1 T+1 1.219 0.364 Tidak Berbeda
T-1 T+2 0.676 0.690 Tidak Berbeda
T-1 T+3 0.873 0.554 Tidak Berbeda
T-1 Rata-rata 3 th 1.483 0.200 Tidak Berbeda
Tingkat kinerja 7 rasio keuangan pada sebelum dan sesudah merger dan akuisisi (1 –
3 tahun maupun rata-rata selama 3 tahun) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang semuanya berada di atas 0,05.
Dengan demikian secara umum menunjukkan bahwa merger dan akuisisi yang dilakukan
belum dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang dimerger dan akuisisi hingga 3 tahun
sesudah merger dan akuisisi.
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis statistik, maka
selanjutnya dapat disimpulkan sebaghai berikut :
1. Dari hasil pengujian NPM, ROI, ROE, EPS, TATO, CR dan tidak mengalami perubahan
yang signifikan pada perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi.
2. Pada Rasio ROI, EPS dan Debt Rasio mengalami perubahan yang signifikan pada
perusahaan yang melakukan aktivitas merger.
3. Secara bersama-sama 7 rasio keuangan tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada
sebelum dan sesudah merger dan merger dan akuisisi. Hal ini menunjukkan bahwa secara
25
umum merger dan merger dan akuisisi belum dapat menaikkan kinerja perusahaan selama
3 tahun.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada penggunaan periode waktu selama tiga
tahun saja dan ukuran sampel yang masih relatif sedikit
5.3. Saran
Saran-saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian maupun keterbatasan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Saran bagi Akademisi
Dengan ditemukannya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel Return On
Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Debt ratio mempunyai pengaruh yang
signifikan pada perusahaan yang melakukan merger, maka hendaknya para akademisi
mempertimbangkan variabel Return On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS)
dan Debt rasio dalam referensi pengambilan keputusan penelitian mengenai
perusahaan yang melakukan merger. Selain itu, dari penelitian ini tidak ditemukan
pengaruh yang signifikan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Namun, hasil ini tetap bermanfaat bagi akademisi sebagai bahan referensi dalam
mempelajari teori mengenai kegiatan merger dan merger dan akuisisi.
2. Saran bagi Penelitian Selanjutnya
a. Periode penelitian sebaiknya diperpanjang, mengingat para investor lebih melihat
prediksi jangka panjang dibanding prediksi jangka waktu yang relatif pendek.
b. Perlunya menambah pada sampel penelitian.
c. Bagi penelitian di masa mendatang hendaknya melakukan pengukuran kinerja
keuangan dengan variabel rasio keuangan yang lain atau metode lain, sehingga
dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian
3. Saran bagi perusahaan
Bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan merger dan merger dan akuisisi
sebaiknya melakukan persiapan yang baik sebelum memutuskan untuk melakukan
merger dan merger dan akuisisi. Seperti melihat kondisi perusahaan, baik dari
26
manajemen perusahaan maupun financial perusahaan dan juga melihat kondisi
ekonomi nasional apakah dalam keadaan baik atau buruk bagi perusahaan. Karena
berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa merger dan merger dan
akuisisi tidak menunjukan perbedaan yang signifikan terhadap semua kinerja
keuangan perusahaan. Sehingga pihak manajemen perusahaan harus benar-benar
memperhitungkan apakah dengan melakukan merger dan merger dan akuisisi sesuai
dengan tujuan perusahaan.
4. Saran bagi Investor
Bagi investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam menginvestasikan dananya pada
perusahaan yang melakukan merger dan merger dan akuisisi karena kegiatan merger
dan merger dan akuisisi tidak selalu membawa dampak yang baik bagi perusahaan.
Pada penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
yang signifikan pada rasio NPM, ROI, ROE, EPS. TATO, CR dan Debt Rasio pada
perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Tetapi pada perusahaan
yang melakukan aktivitas merger, pada rasio EPS menunjukkan perbedaan yang
signifikan, sehingga bagi para investor tidak perlu ragu untuk menginvestasikan
sebagian hartanya pada perusahaan yang melakukan merger dan merger dan akuisisi.
27
DAFTAR PUSTAKA
David, Fred R. 2009. “Manajemen Strategis”. Jakarta: Salemba Empat.
Dyaksa Widyaputra. 2006. ”Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan & Abnormal Return
Saham Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi”, Tesis Program Pasca Sarjana
Magister Manajemen Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan), Semarang.
Estanol, B., Albert and Seldeslachts Jo, 2004, “Merger Failures”, University Autonoma de
Barcelona, Barcelona, Spanyol.
Foster, G, 1986,”Financial Statement Analysis”, Englewood cliffs, NJ; Practice Hall, Second
Edition.
Ghozali, Imam. 2006. “Statistik Non-Parametrik”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Hitt, M. A. 2002. “Merger dan Akuisisi: Panduan Bagi Para Pemegang Saham Untuk Meaih
Laba”, Terjemahan, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. “Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi”, Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Moin, Abdul. 2003. “Merger, Akuisisi dan Divestasi”. Ekonisia, Jilid 1, Yogyakarta.
Munawir. 2001. “Analisis Laporan Keuangan”. Liberty. Yogyakarta.
Nurdin. Djayani. 1996. ”Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada
Perusahaan Go Publik di Indonesia”, Jurnal Siasat Bisnis, Hlm. 54-61, Perpustakaan
Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
28
Prasetio, Januar Eko. 2007. “Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Cash Flow Operasi”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis: Vol.5 No.2, Perpustakaan Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Payamta & Setiawan, 2004, ”Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja
Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset akuntansi Indonesia, Vol.7, No.3.
Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Payamta & Sholikah, 2001, ”Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan
Perbankan Publik di Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Manajemen: Vol. 1 (1), November,
Hlm.17-41. Perpustakaan Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang.
Ronnie H. Rusli, 1992, “Konsolidasi atau Akuisisi Yang Terjadi Di Dalam Kelompok Bisnis
Di Indonesia”, Usahawan, No.8 TH XXI Agustus, Jakarta.
Ruddy Koesnadi, 1991, “Unsur-Unsur dalam Merger dan Akuisisi di Indonesia”, Usahawan,
No.3 Maret, Jakarta.
Santoso, Kanto, 1992, “Praktek, Manfaat, Dampak Akuisisi Ditinjau dari Perusahaan Publik
dan Pemegang Saham”. Artikel dalam Makalah Seminar ”Akuisisi dan Dampak
Globalisasi Terhadap Pasar Modal Indonesia”. Jakarta
Sarah & Maksum. 2009. “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
Sobirin, Achmad, 2001. Merger dan Akuisisi: Sebuah Perkawinan Paradoksal. Jurnal Siasat
Bisnis, Vol 1, 2001.
Sudarsanam, P.S (terj.) (1999). “The Essence of Mergers and Acquisitions”. Jilid 1. Edisi 1.
Yogyakarta.
Sudarman, Ari. 1992. ”Teori Ekonomi Mikro”. Edisi Ketiga, BPFE. Yogyakarta.
29
Sugeng & Sari. 2005. “Analisis Perbedaan Tingkat Return Saham dan Rasio Keuangan
Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi kasusu pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi & Auditing:
Vol. 2. Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Sumarsih. 2005. “Pengaruh Jangka Panjang Merger dan Akusisi Setelah Krisis Moneter
terhadap Pemegang Saham dan Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ilmiah ASSET: Vol. 7.
Perpustakaan Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
Widjanarko, Hendro. 2006. “Pengaruh Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur Tahun 1998-2002”. Utilitas: Vol. 14. Perpustakaan Magister Manajemen
Universitas Diponegoro, Semarang.