Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun ...
Transcript of Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun ...
143
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
THE EFFECT OF PLASMA RADIATION EXPOSURE TO THE SURFACE AND ANTIBACTERIAL PROPERTIES OF TC75%25%
WOVEN FABRICS FOR MEDICAL TEXTILE APPLICATIONS
PENGARUH VARIASI PAPARAN RADIASI PLASMA TERHADAP SIFAT PERMUKAAN KAIN DAN SIFAT ANTIBAKTERI KAIN TENUN TC75%25%
UNTUK APLIKASI TEKSTIL MEDIS
Valentinus Galih Vidia Putra1, Syarif Iskandar1, Yulinda Putri Amirul Ummah1 1Jurusan TeknikTekstil, Politeknik STTT Bandung, Jalan Jakarta No. 31, Bandung, 40272,
Indonesia. 1e-mail: [email protected]
Diterima: 04 Agustus 2020; Direvisi: 10 Desember 2020 – 26 Desember 2020; Disetujui: 28 Desember 2020
Abstrak
Energi plasma dalam industri tekstil telah banyak dikembangkan untuk modifikasi sifat permukaan kain terutama tekstil medis. Dewasa ini, semakin banyak jenis kain yang ditemukan seperti kain TC75%25% yang merupakan kombinasi 75% serat poliester dan 25% serat katun yang artinya sifat hidrofobik kain lebih dominan dan sukar dilakukan implementasi polimer. Efek modifikasi permukaan akibat radiasi plasma diharapkan mampu menaikkan sifat adhesif, pembasahan sehingga kain TC75%25% tersebut menjadi hidrofilik dan dapat dilakukan implementasi polimer antibakteri. Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM), Fourier Transfor Infrared (FTIR) dan antibakteri dilakukan untuk melihat perubahan struktur morfologi, ikatan, dan menekan aktivitas bakteri. Variasi diberikan dengan lama waktu proses 2; 3; 4 menit dan variasi tegangan 2; 2,5; 3 kV. Hasil pengujian terhadap kain TC75%25% menunjukkan bahwa paparan radiasi plasma dengan variasi terbaik waktu proses paling besar yaitu 4 menit dan tegangan paling besar yaitu 3 kV menunjukkan hasil paling optimal pada kain TC75%25%. Adanya kenaikan sifat pembasahan dan kain menjadi hidrofilik yang telah diuji dengan uji tetes dan pengukuran sudut kontak pada kain TC75%25% memungkinkan teknologi plasma dapat digunakan untuk implementasi pembuatan polimer antibakteri. Kata kunci: Plasma Bertekanan Atmosfir, Plasma Pijar Korona, Modifikasi Permukaan, Antibakeri.
Abstract
Plasma energy in the textile industry has been developed to modify the surface properties of fabrics, especially medical textiles. Today, more and more types of fabrics are found, such as TC75% 25% fabric which is a combination of 75% polyester fiber and 25% cotton fiber, which means that the hydrophobic nature of the fabric is more dominant and it is difficult to implement polymers. The effect of surface modification due to plasma radiation is expected to be able to increase the adhesive and wetting properties so that the TC75% 25% fabric becomes hydrophilic and an antibacterial polymer can be implemented. Scanning Electron Microscopy (SEM), Fourier Transform Infrared (FTIR), and antibacterial tests were carried out to see changes in morphological structure, bonding, and to suppress bacterial activity. Variations are given with processing time 2; 3; 4 minutes and 2 voltage variations; 2.5; 3 kV. The test results on TC75% 25% cloth showed that the plasma radiation exposure with the best variation in processing time was 4 minutes and the greatest tension was 3 kV showed the optimal results on TC75% 25% cloth. The increase in wetting properties and the fabric to be hydrophilic which has been tested by drip test and contact angle measurement on the TC75% 25% fabric allows plasma technology to be used for the implementation of the manufacture of antibacterial polymers.
Keywords: Atmospheric Pressure Plasma, Plasma Corona Discharge, Surface Modification, Antibacterial.
144
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
PENDAHULUAN
Tekstil merupakan salah satu industri besar di
Indonesia. Luasnya aplikasi tekstil untuk
kehidupan membuat industri tekstil masuk
dalam sepuluh klaster industri inti yang menjadi
prioritas pengembangan dalam jangka panjang
sebagaimana tercantum pada Peraturan
Presiden No. 7 tahun 2005. Dewasa ini,
semakin banyak jenis penyakit yang
mengancam kehidupan manusia yang
disebabkan oleh infeksi. Menurut Jawetz,
Melnick, Adelberg (2001) penyakit infeksi dapat
disebabkan oleh empat kelompok, yaitu bakteri,
jamur, virus dan parasit. Aktivitas penyebaran
penyakit oleh bakteri dan virus berlangsung
begitu mudah, salah satu media penyebarannya
yaitu udara yang terkontaminasi. Aksit,
Camlibel, Zeren dan Kutlu (2017) menyatakan
bahwa perkembangan industri tekstil saat ini
tidak hanya berfokus pada material tekstil
sandang, namun juga harus berfokus pada
material tekstil fungsional, seperti tekstil medis
(masker, perban, dsb). Aksit, Camlibel, Zeren
dan Kutlu (2017) telah berhasil dalam
merancang dan mengembangkan suatu
material tekstil medis sebagai material
antibakteri menggunakan kain tenun dan nir
tenun dengan metode pelapisan Ag/TiO2 serta
perlakuan awal (pre-treatment) menggunakan
teknologi plasma. Badan Pusat Statistika (BPS)
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia tahun
2018 menyatakan bahwa kualitas air sungai di
Indonesia umumnya berada pada status
tercemar berat. Souma (2012) menyatakan
bahwa penerapan teknologi plasma adalah
salah satu cara untuk mengembangkan suatu
produk tekstil yang ramah lingkungan serta
hemat energi. Menurut Souma (2012) teknologi
plasma merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi masalah yang muncul dari proses
tekstil, seperti dalam proses tekstil de-sizing,
pewarnaan dsb. Souma (2012) juga
menyatakan bahwa teknologi plasma
merupakan pilihan yang baik untuk membatasi
dampak lingkungan dari proses tekstil, hal ini
disebabkan karena teknologi plasma
menggunakan lebih sedikit energi dan air
sehingga memungkinkan mengurangi zat kimia
berbahaya.
Morent , dkk (2008), Geyter De, Morents
R, Leys C (2007), Lieberman, M., & Lichtenberg
(1994) menyatakan bahwa teknologi Plasma
Corona Discharge (plasma pijar korona) bekerja
dengan modifikasi sifat permukaan kain untuk
meningkatkan energi permukaan dari suatu
material untuk mendapatkan sifat pembasahan
(wettability), tegangan listrik permukaan dan
sifat pengikatan kimia. Plasma pijar korona
biasanya diaplikasikan pada lapisan-lapisan
polimer seperti PP (polypropylene), PE
(polyethylene), PET (polyethylaene
terephthalate), PVC (polyvinyl chloride), PA
(polyamide), foil untuk logam dan kertas, busa
(foam), kain tenun dan kain-kain nir tenun
(Nema, Jhala, 2015). Plasma pijar korona
biasanya dapat digunakan pada berbagai
bidang seperti printing, painting, gluing,
laminating, coating dan sebagainya (Kumar,
Rajasekar, Pal, Nayak dan Ismail 2016).
Menurut Amril (2015), Kumar, Rajasekar,
Pal, Nayak dan Ismail (2016), Shishoo (2007),
Putra&Wijayono (2019), Putra, Momahad, Yusuf
(2020), Mandolfino C. (2019), Wang, K Li, J,
Wang, S (2012), Putra, Wijayono, Mohamad
(2020), Bhat dkk (2011), Eshraga dkk (2020)
perlakuan awal atau pre-treatment
menggunakan plasma pijar korona yang
dibangkitkan dengan tekanan atmosfer dan
udara lingkungan sebelum dilakukan proses
pelapisan pada suatu material dapat
meningkatkan energi permukaan, sifat
pembasahasan, sifat hidrofilik, daya serap dan
sifat lengket. Hal senada dinyatakan oleh Profili
dkk (2020), Kim, dkk (2010), Sundriyal, P.,
Pandey S, Bhattacharya, (2020), Rauscher,
Perucca dan Buyle (2010), Nugraha, Muhlisin.,
Pandji (2019), Laroussi dan Keidar (2017)
bahwa penerapan lain dari teknologi plasma
pada pelapisan suatu material dengan
ketebalan skala nanometer, hasil dari
pelapisannya akan memiliki hasil yang berbeda-
Putra, VGV The Effect Of Variations In Time And Voltage Of Plasma Radiation Exposure To The Surface Properties dkk And Antibackterial Properties Of Tc75%25% Woven Fabrics For Medical Textile Appliacations
145
Sumber: Putra, Wijayono, Mohamad (2020)
beda untuk antistatik dan disinfektan. Aksit,
Camlibel, Zeren dan Kutlu (2017) telah berhasil
dalam merancang dan mengembangkan suatu
material tekstil medis sebagai material
antibakteri dengan metode pelapisan
mengggunakan bahan Ag/TiO2. Pelapisan
menggunakan Ag/TiO2 merupakan jenis pelapis
anorganik. Rauscher, Perucca dan Buyle (2010)
menyatakan bahwa material untuk pelapisan
dapat berupa material organik dan material
anorganik. Wilda dan Putra (2020) melakukan
pelapisan kain menggunakan antibakteri organik
yaitu minyak atsiri yang dinilai memiliki senyawa
antibakteri. Hal tersebut membuka wawasan
bahwa bahan organik dapat dijadikan alternatif
pengganti untuk mendapatkan bahan pelapis
yang bersifat antibakteri. Menurut Sheikh,
Abdullah, Meghavanshi dan Irsyad (2012) salah
satu jenis material organik yang memiliki
kemampuan sebagai material antibakteri adalah
Sirih hijau (Piper betle L.). Kemampuan
antibakteri yang dimiliki daun sirih inilah yang
kemudian dimanfaatkan untuk menghambat
pertumbuhan patogen.Kelebihan dari teknologi
plasma telah banyak dibuktikan pada bidang
tekstil, namun ketidaktahuan industri tekstil
menyebabkan teknologi ini jarang ditemui.
Fathurrahman dan Musfiroh (2018)
menerangkan pada tumbuhan terdapat berbagai
metabolit sekunder seperti golongan alkaloid,
tanin, golongan polifenol dan turunanya yang
kemudian menjadi acuan pengembangan obat
herbal telah terbukti bekerja sebagai derivat
antikanker, antibakteri dan antioksidan.
Metabolit sekunder ini biasanya dihasilkan oleh
tumbuhan tingkat tinggi sebagai hasil
mekanisme pertahanan diri organisme dari
ancaman-ancaman yang dapat terjadi seperti
hama, pemangsa maupun iklim. Tanin adalah
salah satu senyawa aktif metabolit sekunder
yang mempunyai beberapa khasiat seperti
sebagai anti diare, antibakteri dan antioksidan.
Tanin terdapat pada bagian tumbuhan salah
satunya pada daun Sirih. Sifat antibakteri dari
material organik seperti daun sirih hijau sendiri
telah banyak digunakan pada berbagai produk
yang dijual bebas dipasaran (Sari Puspita dkk.,
2012), tetapi belum ada yang menggunakan
perkembangan tekonologi plasma dalam
penerapannya. Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan dengan maksud untuk mengkaji
pengaruh variasi tegangan listrik dan waktu
paparan radiasi plasma terhadap sifat
permukaan kain dan sifat antibakteri kain
tenun tc 75%25% untuk aplikasi tekstil
medis.
BAHAN DAN METODA
Bahan dan metode pada penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut, yaitu bentuk mesin
generator plasma yang digunakan pada
penelitian ini dapat ditunjukkan seperti pada
Gambar 1.
Gambar 1 Skema perangkat plasma berkonfigurasi
tip-silinder
Alat generator plasma pada percobaan
ini adalah jenis seperangkat Plasma Corona
Discharge Tip-Silinder pada penelitian Putra,
Mohamad dan Yusuf (2020). Reaktor plasma
146
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
korona dengan tiga buah elektroda lancip dan
sebuah silinder pejal yang terbuat dari
lempengan logam. Elektroda titik yang
digunakan berupa baut runcing (lancip) dan
berjumlah tiga buah yang dipasangkan pada
suatu papan yang terhubung seri dengan jarak
1,5 cm tiap bautnya. Elektroda titik digunakan
sebagai elektroda positif (anoda yang terhubung
ke tegangan sumber) dan dan dipasang tegak
lurus terhadap elektroda silinder pejal sebagai
elektroda negatif (katoda yang terhubung ke
ground). Jarak antara elektroda positif dan
elektroda silinder pejal adalah 2,5 cm (Putra,
Mohamad dan Yusuf, 2020). Untuk analisa
pergerakan elektron dapat digunakan
multimeter tegangan tinggi yangmana arah
pergerakan elektron akan berlawanan dengan
arah pergerakan arus dan medan listrik statik E.
Pada keadaan tegangan listrik plasma (ditandai
dengan munculnya cahaya biru pada daerah
elektroda positif baut lancip (Gambar 1)
diperlihatkan munculnya muatan ion-ion positif
(berwarna ungu kebiruan) yang bersumber dari
tegangan positif yang berlawanan dengan arah
gerak elektron (Putra, Mohamad dan Yusuf,
2020). Muatan yang bergerak ini diawali oleh
peristiwa ionisasi yang berada pada elektroda
tiga titik dan dibangkitkan dari tegangan tinggi
anoda. Ionisasi terjadi pada daerah elektroda
positif, karena pengaruh suatu medan listrik
statik E dengan intensitas tinggi yang
dibangkitkan dengan tegangan tinggi (High
Voltage). Ion hasil ionisasi pada zona ionisasi
(zona plasma) di daerah baut lancip atau anoda
bergerak menuju elektroda negatif silinder pejal
(katoda) melalui suatu daerah drift region. Aliran
ion-ion ini akan menimbulkan arus ion yang
disebut arus saturasi unipolar. Aliran ion positif
tersebut membawa molekul dan juga atom gas
pada daerah antara elektroda baut dan silinder
pejal tersebut. Aliran ion positif ini bergerak
menuju permukaan kain dan menumbuk
permukaan kain sehingga dapat memodifikasi
sifat permukaan kain. Pembangkitan plasma
pada generator plasma tak simetri dapat diatur
secara visual melalui pengaturan tegangan
input AC dan tegangan output DC pada
perangkat (Putra, Mohamad dan Yusuf, 2020).
Bahan kain tekstil berupa kain
TC75%25% yang dibeli dari Toko Grosir yang
beralamat di Jl. Tamim no.16, Bandung,
Indonesia. yang artinya terdapat campuran
bahan Tetteron sebanyak 75% dan Cotton
sebanyak 25% (sampel kain) dipotong dengan
ukuran 10x10cm2 sebanyak 10 buah, dimana
sampel kain ke-1 sampai ke-9 akan melalui
proses variasi plasma dan sampel kain ke-10
tidak diproses plasma. Plasma pijar korona
dibangkitkan menggunakan sumber tegangan
tinggi DC. Nilai tegangan diukur menggunakan
multimeter tegangan tinggi dan penentuan
kondisi lingkungan adalah pada tekanan
atmosfer dengan suhu ruangan.
Sampel kain TC75%25% diletakkan
pada pada elektroda silinder pejal bermuatan
negatif dan dilakukan modifikasi permukaan
kain menggunakan perlakuan plasma pijar
dengan variasi waktu 2 menit, 3 menit dan 4
menit dengan variasi tegangan DC 2 kV, 2.5 kV,
dan 3 kV. Kain TC75%25% yang digunakan
memiliki tetal benang lusi adalah 65 helai/inch
dan tetal benang pakan 50 helai/inch. Kain
TC75%25% yang telah dimodifikasi permukaan
menggunakan plasma kemudian diuji waktu
serap dan nilai sudut kontaknya.
Sampel kain yang telah melalui proses
plasma langsung ditetesi menggunakan pipet
tetes menggunakan cairan akuades pada setiap
titik untuk memperoleh waktu serap. Uji sudut
kontak dilakukan dengan menggunakan piranti
kamera dan juga software Angulus: Measure
angles on image/videos yang dikembangkan
oleh DPP beralamat di Woodmore Drive
Hanover 13, NH 03755, Amerika Serikat. yang
dapat diunduh melalui android playstore untuk
mendapatkan nilai sudut kontak tetesan air
terhadap permukaan sampel kain. Hal yang
serupa juga dilakukan untuk sampel kain yang
tidak diplasma.
Hasil pengujian sampel kain
dibandingkan waktu serapnya. Sampel kain
dengan waktu serap terkecil (memiliki daya
pembaasan (wettability) paling besar) dan kain
Putra, VGV The Effect Of Variations In Time And Voltage Of Plasma Radiation Exposure To The Surface Properties dkk And Antibackterial Properties Of Tc75%25% Woven Fabrics For Medical Textile Appliacations
147
yang tidak diproses plasma direndam dalam
larutan ekstrak daun sirih dibeli dari online
shopping toko resmi Baliaromindonaturals
Official Store, Bali, Indonesia selama 1x30
menit, didapatkan sifat antibakteri. Dilakukan
pengujian FTIR untuk melihat ikatan-ikatan
kimia pada kain dan SEM untuk melihat
morfologi perbandingan permukaan sampel kain
pada sampel kain yang tidak diplasma dan
diplasma. Pengujian antibakteri diakhir untuk
melihat perbandingan daya hambat gerak
bakteri pada kain yang dilapisi antibakteri yang
diperlakukan plasma sebelumnya dan tidak
diperlakukan plasma.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengujian tetes dan sudut
kontak yang dilakukan pada sampel kain
TC75%25% diperoleh data ditunjukkan Tabel 1
menunjukkan data hasil pengujian uji sudut
kontak dan Tabel 2 menunjukkan data uji tetes.
Tabel 1. Hasil pengujian nilai sudut kontak
Waktu Proses Plasma 2 menit
Teg (kV) Sudut Kontak (o)
2 79,6
2,5 72,0
3 59,8
Waktu Proses Plasma 3 menit
Teg (kV) Sudut Kontak (o)
2 68,1
2,5 55,2
3 43,5
Waktu Proses Plasma 4 menit
Teg (kV) Sudut Kontak (o)
2 67,4
2,5 40,4
3 37,9
Tanpa proses plasma
Teg (kV) Sudut Kontak (o)
0 97,9
Tabel 2. Hasil pengujian uji tetes
Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan, berikut akan dibahas hubungan
perbandingan variasi proses dengan hasil yang
diperoleh.
Gambar 2. Grafik perbandingan lama waktu proses
terhadap rata-rata waktu serap.
0
10
20
30
2 3 4
Rat
a-ra
ta W
aktu
Ser
ap (
men
it)
Waktu Proses Plasma (menit)
Grafik Hubungan Rata-rata Waktu Serap dan Waktu Proses Plasma
Tegangan 2 Kv Tegangan 2,5 Kv Tegangan 3 Kv
Waktu Proses Plasma 2 menit
Teg
(kV)
Lama waktu serap titik (menit)
x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x
2 18,6 20,0 25,2 34,1 35,2 26,6
2,5 5,2 8,5 10,6 16,0 16,4 11,3
3 2,3 2,5 4,2 4,4 4,5 3,7
Waktu Proses Plasma 3 menit
Teg
(kV)
Lama waktu serap titik (menit)
x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x
2 7,2 9,2 10,6 12,0 12,2 10,2
2,5 2,1 2,2 2,2 2,3 2,5 2,3
3 1,2 1,3 1,3 2,3 2,5 1,7
Waktu Proses Plasma 4 menit
Teg
(kV)
Lama waktu serap titik (menit)
x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x
2 6,1 10,0 10,5 11,6 12,0 10,0
2,5 1,2 1,2 1,5 2,2 2,2 1,7
3 0,6 1,3 1,4 1,4 2,4 1,4
Tanpa Proses Plasma x
Teg.
(kV)
Lama waktu serap titik (menit)
x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x
0 89,1 90,0 95,4 98,2 98,6 94,2
0
10
20
30
2 3 4
Rata
Wa
ktu
Se
rap
(m
en
it)
Waktu Proses Plasma (menit)
Grafik Hubungan Rata-rata Waktu Serap dan Waktu Proses Plasma
Tegangan 2 Kv Tegangan 2,5 Kv
Tegangan 3 Kv
148
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
Gambar 3. Grafik perbandingan lama waktu proses
terhadap nilai sudut kontak.
Gambar 2 adalah Grafik perbandingan
lama waktu proses terhadap rata-rata waktu
serap dan Gambar 3 adalah Grafik
perbandingan lama waktu proses terhadap nilai
sudut kontak. Menurut Kasih dan Nasution
(2019) hasil dari percobaan perlakuan plasma
discharge pada material PE menunjukkan
bahwa terjadi perubahan sifat permukaan
material dari hidrofobik (tidak suka air) menjadi
hidrofilik (suka air) dan level hidrofiliknya
menjadi semakin besar dengan semakin
lamanya waktu perlakuan plasma. Konfirmasi
akan hal ini ditunjukkan dengan sudut kontak
(contact angle) dari tetesan air (droptest) pada
permukaan PE yang semakin kecil.Hasil grafik
tersebut menunjukkan bahwa waktu serap dan
nilai sudut kontak cenderung turun atau
berbanding terbalik terhadap penambahan
waktu proses plasma. Hal ini membuktikan
bahwa dengan adanya perlakuan plasma
lucutan pijar korona terhadap sampel kain
TC25%75% mampu meningkatkan kemampuan
pembasahan (wettability) permukaan sampel
kain dibandingkan dengan sampel kain yang
tidak mendapatkan perlakuan plasma dan yang
mendapatkan perlakuan plasma dengan waktu
yang lebih singkat. . Grafik perbandingan besar
tegangan listrik terhadap rata-rata waktu serap
dapat diperlihatkan pada Gambar 4, sedangkan
Grafik perbandingan besar tegangan listrik
terhadap nilai sudut kontak dapat diperlihatkan
pada Gambar 5
Gambar 4. Grafik perbandingan besar tegangan
listrik terhadap rata-rata waktu serap
Gambar 5. Grafik perbandingan besar tegangan
listrik terhadap nilai sudut kontak.
Pada Gambar 4 dan Gambar 5 , adanya
penempatan sampel kain di atas permukaan
katoda, maka pembawa muatan yang bergerak
0
5
10
15
20
25
30
2 2.5 3 Rata
waktu
sera
p (
men
it)
Tegangan listrik (kV)
Grafik Hubungan Rata-rata Waktu Serap dan Tegangan listrik
Waktu proses 2 menit Waktu proses 3 menit
Waktu proses 4 menit
0
20
40
60
80
100
2 2.5 3
Nila
i Su
du
t K
on
tak
( o )
Tegangan listrik (kV)
Grafik Hubungan Nilai Sudut Kontak dan Tegangan listrik
Waktu Proses 2 menit Waktu Proses 3 menit
Waktu Proses 4 menit
0
20
40
60
80
100
2 3 4
Nila
i Su
du
t K
on
tak (
o )
Waktu Proses Plasma (menit)
Grafik Hubungan Nilai Sudut Kontak dan Waktu Proses Plasma
Tegangan 2 Kv Tegangan 2,5 Kv
Tegangan 3 Kv
Putra, VGV The Effect Of Variations In Time And Voltage Of Plasma Radiation Exposure To The Surface Properties dkk And Antibackterial Properties Of Tc75%25% Woven Fabrics For Medical Textile Appliacations
149
menuju katoda harus melewati material sampel
sehingga peristiwa penumbukan pun terjadi dan
mengakibatkan turunnya nilai sudut kontak dan
waktu serap terhadap lamanya perlakuan
plasma. Fitriani, Nur dan Arianto (2017)
menyatakan frekuensi tumbukan muatan dalam
jumlah besar yang berarti semakin besar pula
nilai mobilitas ion. Menurut Kusumandari,
Saraswati, Saputri (2019) semakin besar
tegangan listrik yang digunakan menyebabkan
semakin besarnya medan listrik dan intensitas
plasma yang terbentuk di sekitar elektroda,
sehingga semakin banyak terjadi ionisasi yang
menghasilkan spesi aktif. Lai Jiangnan dkk
(2005) menyebutkan bahwa hasil tes XPS
menunjukkan rasio atom oksigen pada
permukaan kain polycarbonate (PC),
polypropylene (PP), polyethylene terephthalate
(PET) meningkat dengan perlakuan plasma,
yangmana angka kandungan oksigen naik, hal
ini diperjelas dengan adanya kandungan
oksigen baru yang membentuk gugus fungsi
pada permukaan polimer yang berkontribusi
dalam peningkatan sifat hidrofilik. Keadaam
inilah yang kemudian menghasilkan sifat adhesif
(saling mengikat) sehingga daya serap kain pun
meningkat dan cenderung hidrofilik. Hasil grafik
terlihat bahwa nilai rata-rata waktu serap dan
sudut kontak cenderung turun seiring dengan
penambahan besarnya tegangan listrik. Hasil uji
FTIR dapat diperlihatkn pada Gambar 6,
Gambar 7 dan Gambar 8
Gambar 6. Hasil uji FTIR TC75%25% polos tanpa plasma
150
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
Gambar 7. Hasil uji FTIR TC75%25% polos tanpa plasma dilapisi antibakteri
Gambar 8. Hasil uji FTIR TC75%25% diplasma dilapisi antibakteri
Putra, VGV The Effect Of Variations In Time And Voltage Of Plasma Radiation Exposure To The Surface Properties dkk And Antibackterial Properties Of Tc75%25% Woven Fabrics For Medical Textile Appliacations
151
Fathurrahman dan Musfiroh (2018)
menerangkan pada tumbuhan terdapat berbagai
metabolit sekunder seperti golongan alkaloid,
tanin, golongan polifenol dan turunanya yang
kemudian menjadi acuan pengembangan obat
herbal telah terbukti bekerja sebagai derivat
antikanker, antibakteri dan antioksidan.
Metabolit sekunder ini biasanya dihasilkan oleh
tumbuhan tingkat tinggi sebagai hasil
mekanisme pertahanan diri organisme dari
ancaman-ancaman yang dapat terjadi seperti
hama, pemangsa maupun iklim. Tanin adalah
salah satu senyawa aktif metabolit sekunder
yang mempunyai beberapa khasiat seperti
sebagai anti diare, antibakteri dan antioksidan.
Tanin terdapat pada bagian tumbuhan salah
satunya pada daun Sirih.
Uji FTIR didasarkan atas prinsip
penyerapan tingkat energi tertentu. Frekuensi
yang dihasilkan akan berbeda karena atom-
atom yang berada pada senyawa tersebut
berbeda dan memiliki kekuatan ikatan yang
beragam antar atom atau antar molekulnya.
Hasil perbandingan uji FTIR yang dilakukan di
Labolatorium Kimia Analisis Politeknik STTT
Bandung, Bandung, Indonesia ditunjukkan pada
Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8
menunjukkan pada panjang gelombang 675-995
nm terdapat ikatan C-H pada bagian sampel
yang diplasma dilapisi antibakteri dan sampel
yang tidak diplasma dilapisi antibakteri.
Kemudian untuk ikatan –O-H yang berada pada
panjang gelombang 3100-3300nm hanya
mengalami sedikit perbedaan pada ketiga
sampel tersebut dimana sampel yang
diperlakukan plasma sebelumnya memiliki lebih
banyak ikatan –O-H daripada sampel yang tidak
diperlakukan plasma, hal ini menunjukkan
adanya ikatan gugus hidroksil yang diakibatkan
adanya perlakuan dengan paparan radiasi
plasma. Sedangkan untuk gugus karbonil C=O
yang ada di panjang gelombang 1760-1665 nm
hampir semuanya sama antara ketiga sampel.
Pada hasil identifikasi untuk sampel
yang diplasma dan diberi anti bakteri ditemukan
puncak -O-H Fenol (pada panjang gelombang
3100-3300 nm), C-H alifatik (panjang
gelombang 675-995 nm), C=O ester (1690-1760
nm), C-O-H (1380 nm), dan C-O-C eter (1050-
1300 nm) yang mana puncak-puncak tersebut
merupakan puncak spesifik dari senyawa tanin.
Sari, Rita dan Puspawati (2015) menyatakan hal
senada bahwa gugus fungsi karakteristik tannin
yaitu –O-H, C-H alifatik, C=O ester, C=C
aromatik, C-O-H, dan C-O-C eter. Terdapatnya
gugus ester memperkuat dugaan adanya
senyawa tanin terhidrolisis. Ekstrak daun sirih
memiliki senyawa minyak atsiri yang aktif
sebagai antibakteri umumnya mengandung
gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Dari
hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa
pengurangan ikatan C-H secara masif akibat
proses plasma membuat gugus hidroksil –OH
(antibakteri) mengisi kedudukan atom H. Berikut
Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan hasil
Uji SEM yang dilakukan di Balai Besar Tekstil,
Bandung, Indonesia, menunjukkan hasil sebagai
berikut.
Gambar 9. Hasil uji SEM sampel kain TC75%25%
polos tanpa plasma
Gambar 10. Hasil uji SEM sampel kain TC75%25%
diplasma dan dilapisi antibakteri.
152
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan
hasil pengujian SEM pada sampel kain
TC75%25% dilapisi antibakteri tanpa perlakuan
plasma dan dengan perlakuan plasma. Dari
hasil tersebut menunjukkan bahwa struktur
morfologi dari permukaan kain TC75%25%
mengalami perubahan. Terlihat pada bagian
sampel kain tanpa plasma menunjukkan serat
masih dalam keadaan rapat/padat. Sedangkan
pada kain yang telah diperlakukan plasma
terhadap serabut-serabut halus pada serat yang
artinya tingkat kekasaran (roughness) kain
meningkat dan hal ini berhubungan dengan
naiknya tegangan permukaan serta energy
permukaan yang akan menyebabkan naiknya
sifat hidrofilik. Hal tersebut karena tumbukan
antara partikel bermuatan pada proses plasma
dengan permukaan sampel kain TC75%25%
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
struktur morfologi kain dalam level nanometer.
Berikut Gambar 11 dan Gambar 12
menunjukkan hasil uji antibakteri yang dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi Dinas Pendidikan
SMKN 7 Pemerintah Kota Bandung, Jawa
Barat, Indonesia.
Tabel 3. Perhitungan jarak daerah hambat bakteri.
Catatan: Daerah bening (jarak diukur dari titik
tengah sampel dengan bakteri terdekat).
Dari hasil pengujian antibakteri diatas
didapatkan bahwa sampel kain TC75%25%
yang telah diperlakukan plasma sebelum
dilakukan pelapisan antibakteri menunjukkan
kemampuan resistensi terhadap bakteri lebih
baik dibandingkan sampel kain yang tidak
diperlakukan plasma sebelumnya. Hasil yang
sedemikian rupa membuat penelitian ini dapat
menjadi studi awal dari perkembangan tekstil
medis kain TC75%25% yang sukar untuk
dilakukan implementasi sifat tertentu menjadi
mungkin untuk diimplementasikan suatu sifat
antibakteri.
KESIMPULAN
Pada penelitian kali ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa perlakuan plasma
terhadap kain TC 75%25% mempengaruhi
sifat permukaan kain yaitu meningkatkan sifat
pembasahan (wettability) ditandai dengan
semakin kecilnya waktu serap dan nilai sudut
kontak dengan variasi yang telah dilakukan.
Hal tersebut membuat sifat antibakteri paling
optimal pada kain TC75%25% yang
diperlakukan plasma dengan variasi
tegangan listrik paling besar yaitu 3 kV dan
waktu proses plasma paling lama yaitu 4
menit.
Jenis
sampel
Daerah bening /zona
hambat (mm) Keterangan
x 1 x 2 x 3 x
Tanpa
plasma
dilapisi
anti-
bakteri
4,5 4,0 5,0 4,5
D<5 mm,
daya hambat
kurang (rentan
tumbuh
bakteri).
Plasma
dilapisi
anti-
bakteri
6,0 8,0 16 10
D=5-10 mm,
daya hambat
cukup (bakteri
cukup
resisten).
Gambar 11. Hasil uji antibakteri sampel kain
TC75%25% polos tanpa plasma
Gambar 12. Hasil uji antibakteri sampel kain
TC75%25% diperlakukan plasma
Putra, VGV The Effect Of Variations In Time And Voltage Of Plasma Radiation Exposure To The Surface Properties dkk And Antibackterial Properties Of Tc75%25% Woven Fabrics For Medical Textile Appliacations
153
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Lab.
Fisika-Mekatronika Politeknik STTT Bandung,
serta dosen pembimbing Politeknik STTT
Bandung yang telah memberikan dukungan
pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aksit Aysun., Camlibel N.O., Zeren E.T., Kutlu B.
(2017), Development of Antibacterial
Fabrics by Treatment with Ag-dopped TiO2 Nanoparticles, The Journal of The Textile Institute. Vol 108. 2046-2056
Amril, H., (2015). Teknologi Plasma untuk
Pengolahan Air, Jurusan Teknik Kimia.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Bhat N., Netravali A.N., Gorce A.V.,
Sathianarayan M.P., Arolkar G.A., dan
Deshmukh R.R. (2011), Surface
Modification of Cotton Fabrics Using
Plasma Technology, Text. Res. J, 81:
1014-1026
BPS (Badan Pusat Statistika) Statistik
Lingkungan Hidup Indonesia, 2018.
Eshraga A A SIDDIG, Yu XU, Tao HE, Ming
GAO, Baojing YANG, Tianshu
WANG, Jing ZHANG, (2020) Plasma-
induced graft polymerization on the
surface of aramid fabrics with improved
omniphobicity and washing durability, Plasma Science and
Technology, 10.1088/2058- 6272/ab65dd, 22, 5, (055503).
Fathurrahman N.R., Musfiroh Ida (2018), Artikel
Tinjauan: Teknik Analisis Instrumentasi Senyawa Tanin, Farmaka, Suplemen
Vol.16 No.2.449
Fitriani F., Nur Muhammad, Arianto F. (2017),
Karakteristik Plasma Lucutan
Berpenghalang Dielektrik Isian Gas Nitrogen, Youngster Physics Journal. vol.
6, no. 3. 229-234
Geyter De, Morents R, Leys C (2007), Surface
Characterization Of Plasma-Modified
Polyethylene by Contact Angle
Experiments And ATR-FTIR
Spectroscopy, Wiley Interscience, DOI 10.1002/sia.2611
Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A (2001),
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XXII (terjemahan), Salemba Medika, Jakarta
Kasih T.P, Nasution J. (2019), Pengembangan
Teknologi Plasma Dingin Untuk
Modifikasi Karakteristik Permukaan
Material Tanpa Mengubah Sifat Dasar
Material, Universitas Bina Nusantara,
Jurnal PASTI Volume X No. 3, 373 – 379.
Kim, C. H., Bahn, J. H., Lee, S. H., Kim, G. Y.,
Jun, S. I., & Lee, K. (2010). Induction of
cell growth arrest by atmospheric non-
thermal plasma in colorectal cancer
cells. J Biotechnol, 530-8.
Kumar P.S., Rajasekar R., Pal S.K., Nayak G.C.,
Ismail S.M.R.S. (2016), Paints and
Coating of Multicomponent Product,
Springer Science Business Media,
Dordrecht
Kusumandari, Saraswati T.E., Saputri N. (2019),
Lucutan Plasma Pijar Korona dengan
Variasi Tegangan untuk Degradasi
Metilen Biru, Indonesian Journal of Applied Physics. 9(01).34
Lai Jiangnan dkk. (2005), Study On
Hydrophilicity of Polymer Surfaces
Improved by Plasma Treatment, Science
Direct, Applied Surface Science 252 (2006) 3375–3379.
Laroussi, M., Lu, X., & Keidar, M. (2017).
Perspective: The physics, diagnostics,
and applications of atmospheric pressure
low temperature plasma sources used in plasma medicine. Journal of Applied Physics. 122(2): 020901.
Lieberman, M., & Lichtenberg. (1994). Principles
of Plasma Discharges and Materials
Processing. New York: John Wiley and
Sons
Mandolfino C. (2019), Polypropylene Surface
Modification by Low Pressure Plasma to
Increase Adhesive Bonding: Effects of
Parameters Surfaces and Coatings
Technology,
154
Hal. 143-154 Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 No. 2 Tahun 2020
https://doi.org/10.1016/j.surfcoat.2019.03.047, S0257-8972(19)30315-9.
Morent, R., Geyter, N. D., Verschuren, J., Clerk,
K. D., Kiekens, P., & Leys, C. (2008).
Non-thermal Plasma Treatment of
Textiles. Surf. Coat. Technol, 3427-3449.
Murti W., Putra V.G.V (2020), Studi Pengaruh
Perlakuan Plasma Terhadap Sifat
Material Antibakteri Kain Kassa
Menggunakan Minyak Atsiri, Jurnal
Teori dan Aplikasi Fisika. Vol. 08, No. 01,69.
Nema S.K., Jhala P.B. (2015), Plasma
Technologies for Textile and Apparel,
Woodhead Publishing India PVT LTD, New Delhi, India.
Nugraha M.K., Muhlisin Z., Pandji, T (2019),
Karakterisasi Plasma Lucutan Korona
Positif pada Kondisi Atmosfer dengan
Konfigurasi Elektroda Titik Bidang dan
Pengaruhnya terhadap Kain Sutera Alam (Bombyx Mori), Arena Tekstil Vol. 34
No.1.25
Profili J, Asadollahi S, Vinchon P, Dorris
A, Beck S, Sarkassian A, Luc Stafford,
(2020), Recent progress on
organosilicon coatings deposited on
bleached unrefined Kraft paper by non-
thermal plasma process at atmospheric
pressure, Progress in Organic
Coatings, 10.1016/j.porgcoat.2020.105865, 147, (105865).
Putra V.G.V, Mohamad J.N, Yusuf Y (2020),
Study of Surface Tension Properties look
on Contact Angle Value on 100% Nylon
Textile Fabric using Plasma Corona
Discharge Technology, Wahana Fisika.5(1).10-17
Putra, V. G. V. & Wijayono, A., (2019). Suatu Studi Awal Modifikasi Sifat Pembasahan Pada Permukaan Kain Tekstil Poliester 100% Menggunakan Teknologi Plasma Pijar Korona. In Prosiding Seminar Nasional Fisika, 8: 15-20.
https://doi.org/10.21009/03.SNF2019.02.PA.03
Putra V.G.V, Wijayono A, Mohamad J.N. (2020),
Efek Modifikasi Plasma Untuk
Meningkatkan Sifat Tahan Api Dari Kain
Katun, Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 31 Nomor 1.59
Rauscher H., Perucca M., Buyle G. (2010),
Plasma Technology For Hyperfunctionals
Surfaces, Wiley-VCH, Weinheim, ISBN: 978-3-527-32654-9.
Sari Puspita P., Wiwik Susanah Rita, Dan Ni
Made Puspawati (2015), Identifikasi Dan
Uji Aktivitas Senyawa Tanin Dari Ekstrak
Daun Trembesi Sebagai Antibakteri, Jurnal Kimia 9 (1), ISSN 1907-9850.
Sheikh M., Abdullah R.M., M.K., Meghavanshi.,
Irsyad M (2012), Studies on Some Plant
Extract for Their Antimicrobial Potential
Against Certain Pathogenic
Microorganisms, American Journal of Plant Science.3. 209-213
Shishoo R. (2007), Plasma Technologies for
Textiles, Cambridge, Woodhead Publishing Ltd.
Souma D. (2012), Water and Stain Repellent
Textiles Using New Plasma Technology,
Chalmers University Of Technology, Sweden.
Sundriyal, P., Pandey S, Bhattacharya (2020),
Plasma-assisted surface alteration of
industrial polymers for improved
adhesive bonding, International Journal
of Adhesion and
Adhesives, 10.1016/j.ijadhadh.2020.102626, (102626).
Wang, K Li, J, Wang, S (2012), The Surface
Modification of Polyethylene (PE) Film
Using Air Coplanar Barrier Discharge at
Atmospheric Pressure, Proceeding 2nd
International Conference on Electronic
and Mechanical Engineering and
Information Technology https://doi.org/10.2991/emeit.2012.226