Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

download Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

of 140

Transcript of Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    1/140

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    2/140

    CAkRAWALA ntt  Jurnal Ilmiah Pendidikan

    Diselenggarakan Oleh Lembaga Cakrawala NTT

     Vol. 1, No. 1, Januari 2016

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    3/140

    CAKRAWALA NTT JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN

    Pembina:Drs. Sinun Petrus Manuk

    Minhajul Ngabidin, S.Pd. M.SiRafael Guntur , S.ERm. Kristo Betu, Pr

     Jakobus Jano

    Penanggung jawab: Agustinus Rikarno, S.Fil

    Ketua Penyunting:Robertus Fahik, S.Fil., M.Si

    Penyunting Ahli:Prof. Sandi Maryanto, M.Pd

    Prof. Simon Sabon Ola, M.HumPater Dr. Edu Dosi, SVD

    P. Dr. George Kirchberger, SVDP. Yulius Yasinto, SVD, M.A., M.Sc

    drg. Jeffrey Jap, M.KesFredrik Abia Kande, M.Pd

    Penyunting Pelaksana:Maxedis Lamawato, S.S., M.Si

     Armando Soriano, S.S., M.Hum Agustinus Fahik, S.Fil., M.A 

    Kristianus Webison, S.Fil., M.SiLusius Aman, S.Fil., M.Hum

    Eman Nara Sura, S.Pd Yustinus N. J. Kolo, S.Pd

    Robertus Z. Kaka, S.S

    Tata Letak: Agustinus Fahik, S.Fil., M.A 

    Sirkulasi:

    Eugenius B. Rega 

    Penerbit:

    Lembaga Cakrawala N

     Alamat Redaksi: Jl. Hati Mulia VI No. 1 Oebobo

    Kota Kupang – Nusa enggara imur

    lp: (0380) 8431641

    Email: [email protected]

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    4/140

    KATA PENGANTAR 

     Jurnal Cakrawala N merupakan Jurnal Ilmiah Pendidikan yang terbit empat

    bulan sekali (tiga kali setahun), diterbitkan oleh Lembaga Cakrawala N. Maksud dantujuan diterbitkannya Jurnal Cakrawala N adalah sebagai sarana pertukaran ilmu

    pengetahuan dan informasi seputar dunia pendidikan. Kehadiran jurnal ini diharapkan

    dapat menumbuhkan kreativitas dan pertukaran gagasan di kalangan pemerhati

    pendidikan, mahasiswa, guru, dan dosen, serta peneliti pendidikan pada umumnya.

    Dalam Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ini Jurnal Cakrawala N menghadirkan

    sembilan artikel ilmiah di bidang pendidikan dari para guru dan kepala sekolah yang

    berasal dari Kabupaten Sumba imur, Nusa enggara imur (N). Delapan artikel

    tersebut merupakan hasil Penelitian indakan Kelas (PK) dan Penelitian indakan

    Sekolah (PS) yang dilakukan para penulis.

    Kami mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi

    dukungan sehingga Jurnal Cakrawala N bisa terbit sesuai yang direncanakan.

    Harapan kami, jurnal ini bisa menjadi media alteratif dari sekian media yang sudah ada

    bagi pemerhati pendidikan, mahasiswa, guru, dan dosen, serta peneliti pendidikan pada

    umumnya, untuk menyumbangkan artikel di bidang pendidikan.

    Kupang, Januari 2016

    im Penyunting Jurnal Cakrawala N

     

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    5/140

    Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Inovasi Pembelajaran Melalui

    Diklat Bahan Ajar Berbasis TIK Pada SMAN 1 Rindi Umalulu(Nimrot Ndjakambani )

    Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pembuatan Rencana Pelaksanaa

    Pembelajaran Melalui Kegiatan In House Training Di SMA PGRI Wain -

    gapu - Sumba Timur

    (Rambu Mbangi Rawambaku )

    Peningkatan Kemampuan Guru Menggunakan Media Komputer Dalam

    Pembelajaran Melalui Diklat di SMAN 1 Haharu - Sumba Timur

    (Lodu Namunronja )

    Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Indonesia Dalam Penyusunan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Melalui Bimbingan Berkelan-

     jutan Oleh Kepala Sekolah di SMAN Lewa

    (Melkianus Ngg. Ngunjurawa )

    Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Melakukan Analisis Hasil Ul-

    angan Harian Berbasis TIK Melalui Diklat Pemnanfaatan TIK Dalam

    Penilaian di SMAN 1 Waingapu

    (Putu Gede )

    Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadapa Efektivitas Pelimpahan

    Tugas Penyelenggaraan Lomba Puisi Tinkat SMP Se-FK2S Waimaringu

    Pada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 2 Pahunga Lodu

    Tahun 2013

    (Wila Bunga )

    Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

    Achievement Division (STAD) Untuk Peningkatan Hasil Belajar Kimia

    Tentang Termokimia Pada Siswa Kelas XII A1 SMAN 1 Waingapu

    (Adriana Martha D. Ngongo )Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Dalam Menyusun Sila-

    bus dan Rencana Pembelajaran Melalui Bimbingan Teknis di SMPN 2

    Umalulu Tahun Pelajaran 2013/2014

    (Nggala Palanggaringu )

    Implementasi Model Pembelajaran Bakulikan Melalui Media Audio

     Visual Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah

    Siswa Kelas XI IPA1 SMAN 3 Waingapu

    (Melkianus Ngg. Ngunjurawa )

    Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Kepala Sekolah Sebagai Pejabat

    Publik Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Pada SMAN 1

    Kota Kupang

    (Fabianus Jemali) 

    6

    19

    31

    47

    60

    74

    88

    98

    104

    Daftar Isi

    123

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    6/140

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    7/140

     ABSTRAK 

    Pembelajaran yang menyenangkan dan variatif akan mudah dipahami oleh pesertadidik dan berdampak pada peningkatan prestasi ataupun peningkatan mutu pendidikan.Untuk meningkatkan mutu tersebut maka pendidik dituntut untuk melakukan pembelajaran

     yang variatif dan menyenangkan. Dari latarbelakang tersebut maka peneliti berkeinginanuntuk meneliti apakah di SMA Negeri 1 Rindi Umalulu, pendidiknya telah melakukan

     pembelajaran yang menyenangkan, kreatif serta mudah dipahami oleh peserta didik yangakan mampu meningkatkan mutu pendidikan pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu.

    Dari hasil penelitian dalam rangka menjawab permasalahan di atas maka peneliti

    melaksanakan penelitian dengan mengambil populasi sebanyak 42 orang guru yang mengajar pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu dengan sampel 75 % sebanyak 32 orang guru dandalam penelitian ini penulis melaksanakan dua siklus yaitu siklus pertama dimana masihada guru yang belum melaksanakan inovatif dalam pembelajaran dikelas sehingga penelitimelaksanakan siklus 2. Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti dapat mengambilkeputusan bahwa : 1. Terjadi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis TIK.

     2.Terjadi inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran. 3. Terjadi peningkatankemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar berbasis TIK. 4.Terjadi peningkatan

     prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan bahan ajar berbasis TIK 

    Kata kunci: Peningkatan Kemampuan Guru, Inovasi Pembelajaran, Diklat Bahan Ajar

      Berbasis IK 

    PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

    DALAM INOVASI PEMBELAJARAN

     MELALUI DIK LAT BAHAN AJAR BERBASIS TIK 

     PADA SMAN 1 RINDI UMALULU

    Nimrot Ndjukambani

    SMAN 1 Rindi Umalulu, Sumba Timur

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    8/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 7 

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada tingkat pendidikan yang

    dimiliki oleh rakyat atau sumber daya manusia dalam bangsa tersebut. Pendidikan

    mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan

    kelangsungan hidup bangsa. Ini berarti bahwa tanpa pendidikan dalam suatu

    bangsa maka tujuan untuk mencerdaskan rakyatnya tidak akan tercapai, sebab

    melalui pendidikan orang mampu untuk mencapai tujuannya, membuat orang

    cerdas serta terampil dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

    Demikian pula di Indonesia, pendidikan sangat dibutuhkan dalam

    mencerdaskan kehidupan rakyatnya. ujuan Pendidikan Nasional adalah

    meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman danbertakwa kepada uhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

    berdisiplin, bekerja keras, tangguh dan mandiri, bertanggungjawab, cerdas dan

    terampil serta sehat jasmani dan rohani …”

    Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, perlu merealisir tujuan

    pendidikan tersebut dalam kegiatannya. Agar kegiatan tersebut berjalan

    dengan baik, maka setiap warga sekolah mempunyai rasa memiliki, terlibat dan

    bertanggungjawab terhadap kegiatan-kegiatan di sekolah yang bertujuan untuk

    menigkatkan pendidikan. ujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

    ini dapat ditempuh melalui perbaikan dan penambahan fasilitas pendidikan

    berupa perlengkapan alat-alat pengajaran (buku dan alat tulis menulis lainnya),

    penambahan dan penggunaan tenaga pengajar sesuai dengan keahliannya,

    pengadaan laboratorium, perbaikan gedung sekolah, perbaikan evaluasi, maupun

    penggunaan metode pembelajaran yang baik. Untuk menjawab tantangan

    tersebut kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam pembangunan pendidikan

    dititikberatkan pada peningkatan mutu pendidikan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. entang mutu pendidikan, H. Rudini dalam makalahnya

    “Potret dan Problematik Pendidikan Indonesia” mengatakan bahwa persoalan

    yang sangat terasa oleh kita saat ini adalah mutu pendidikan untuk semua tingkat

    dan jenis pendidikan.

    Kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektivitas dan

    efesiensinya. Dalam proses belajar mengajar diusahakan pengaruh positif dari

    pendidikan yang dapat membuat siswa lebih berhasil dalam memecahkan

    persoalan-persoalan kehidupan serta cermat dalam menggunakan waktu, tenaga

    dan biaya yang tersedia. Di samping itu tujuan pengajaran adalah membina

    kebiasan belajar sehingga peserta didik terampil dalam menjawab tantangan

    situasi hidup secara manusiawi.

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    9/140

    8  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    Melalui pendidikan dan pengajaran kemampuan bertindak dan berpikir

    para peserta didik dikembangkan sehingga sanggup mengamati, menilai keadaan

    serta melakukan tindakan. Untuk menjawab tantangan tersebut di atas maka

    prestasi belajar anak didik di sekolah perlu ditingkatkan karena prestasi belajar

    itu sendiri adalah hasil dari suatu proses belajar mengajar yang dilakukan.

    Berbicara tentang prestasi belajar anak didik di sekolah-sekolah sering

    mengalami perubahan baik itu peningkatan prestasi atau penurunan prestasi

    yang disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Ada faktor yang berasal dari

    dalam diri peserta didik, ada pula faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.

    Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yaitu kemampuan/intelegensi,

    bakat, minat, perhatian, dan unsur psikis lainnya atau keadaan fisik yaitu alat

    indera pendengaran dan penglihatan. Faktor yang berasal dari luar peserta didikmisalnya fasilitas belajar, ekonomi keluarga, tenaga pengajar, kurikulum, metode

    pembelajaran yang diberikan guru. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan

    diri pada pembahasan tentang Inovasi Bahan Ajar Guru Berbasis IK saat

    mengajar pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu tahun Pelajaran 2013/2014.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dapat dibuat

    rumusan masalah sebagai berikut : Apakah Diklat Bahan Ajar Berbasis IKpada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu dapat meningkatkan inovasi guru dalam

    pembelajaran?

    1.3 Tujuan Penelitian

    ujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan

    Inovasi Pembelajaran Guru Melalui Diklat Bahan Ajar Berbasis IK.

    1.4 Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini, cara mengumpulkan data ialah lewat Diklat Bahan

     Ajar Berbasis IK dan diadakan pengamatan atau observasi dan lewat angket

    berupa istrumen. Data inovasi bahan ajar guru sebelum diadakan diklat dan

    sesudah diadakan diklat dibandingkan. Jika terjadi perubahan inovasi bahan ajar

    yang lebih baik maka Penelitian indakan Sekolah ini dikatakan berhasil.

    Instrumen penelitian berupa   angket dan observasi. Instrumen berupa

    angket dan observasi ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam

    menerapkan bahan ajar berbasis IK di sekolah dengan standar : Nilai 91 – 100: Amat baik (A Berhasil), Nilai 76 – 90: Baik (B Berhasil), Nilai 55 – 75: Cukup

    (C Belum berhasil), Nilai 0 – 54: Kurang (D Belum berhasil).

    Data yang dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk menilai keberhasilan

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    10/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 9 

    tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: 1. erjadi

    pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK, 2. erjadi inovasi

    penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran, 3. erjadi peningkatan

    kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar berbasis IK, 4. erjadi

    peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan bahan ajar berbasis

    IK.

    Data inovasi bahan ajar guru sebelum diadakan Diklat dan sesudah diadakan

    Diklat, dikumpulkan dan dibandigkan. Jika terjadi perubahan inovasi bahan ajar

    yang lebih baik, maka penelitian tindakan sekolah ini dikaitkan berhasil.

    2. KAJIAN TEORI

    2.1 Inovasi dalam Pembelajaran

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

    untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/

    atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

    Di Indonesia pembinaan peserta didik atau penyelenggaraan pendidikan

    dilaksanakan melalui dua jalur yaitu : jalur pendidikan sekolah dan jalur

    pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang

    diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang

    dan berkesinanbungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan

    pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar

    yang tidak harus berjanjang dan berkesinambungan.

    Berhubungan dengan itu Mastuhu dalam Majalah Pendidikan Indonesia

    mengatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha dasar untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

    dan berlangsung seumur hidup. Bertolak dari pendapat ini maka pendidikanbukan saja dilakukan di sekolah-sekolah, tetapi juga dilakukan di luar sekolah.

    Pendidikan yang dilakukan di sekolah memiliki salah satu unsur penting yaitu

    berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hal ini merupakan persoalan

    pendidikan sehingga proses belajar mengajar perlu mendapat perhatian yang

    serius.

    Kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektivitas dan

    efesiensinya, dalam arti bahwa dalam proses belajar mengajar diusahakan

    pengaruh positif dari pendidikan yang dapat membuat siswa lebih berhasil dalammemecahkan persoalan-persoalan kehidupan serta cermat dalam menggunakan

     waktu, tenaga dan biaya yang tersedia. Di samping itu tujuan pengajaran adalah

    membina kebiasan belajar sehingga peserta didik terampil dalam menjawab

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    11/140

    10  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    tantangan situasi hidup secara manusiawi.

    Melalui pendidikan dan pengajaran, kemampuan bertindak dan berpikir

    para peserta didik dikembangkan sehingga sanggup mengamati, menilai keadaan

    serta melakukan tindakan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka prestasi

    belajar anak didik di sekolah perlu ditingkatkan karena prestasi belajar itu sendiri

    adalah hasil dari suatu proses belajar mengajar yang dilakukan.

    Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab dari

    pengelola sekolah masing-masing lembaga yang bertanggungjawab. Upaya

    peningkatan mutu dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari kerja sama

    antar guru dan siswa yang membutuhkan sarana pendidikan. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Fuad Hassan bahwa terdapat tiga faktor penting yang perlu

    diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yaitu guru, siswa danmutu pendidikan. Hal ini berarti bahwa dalam peningkatan mutu pendidikan

    selain guru dan siswa, maka sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang

    sangat penting diperhatikan. Lebih jauh oleh Mastuhu mengatakan :

    “…Peningkatan jumlah murid yang menimbulkan persoalan yang cukuprumit dalam penyediaan fasilitas pendidikan. Pertumbuhan jumlah muridyang besar ini tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan fasilitas yangcukup untuk menjamin mutu pendidikan yang baik. Akibat lebih jauh

    banyak sekolah yang sebetulnya tidak memenuhi persyaratan sebagai suatutempat untuk menuntut ilmu…”

    Mutu guru juga sangat penting pengaruhnya untuk peningkatan mutu

    pendidikan dalam hal ini prestasi belajar siswa atau peserta didik. Mutu guru yang

    dimaksud ini adalah bagaimana seorang guru meningkatkan inovasinya dalam

    pembelajaran di kelas. Inovasi yang dimaksud adalah inovasi dalam membuat

    bahan ajar agar siswa tidak terjebak dalam situasi pembelajaran yang monoton

    sehingga dapat menimbulkan antipati siswa terhadap pembelajaran yang ada.

    Inovasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah inovasi guru dalam

    membuat bahan ajar berbasis IK yang dapat meningkatkan kemampuan guru

    dalam pepbelajaran yang menyenangkan serta dapat memacu antusias siswa

    dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.Semakin kreatif guru dalam

    membuat bahan ajar berbasis IK maka semakin tinggi guru tersebut dalam

    meningkatkan prestasi belajar siswa.

    Bila dalam proses belajar mengajar selama ini belum menerapkan bahan

    ajar berbasis IK atau guru belum memahaminya maka sangatlah penting untukmengadakan pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru tersebut untuk lebih

    meningkatkan inovasinya dalam pemberian bahan ajar di kelas. Demikianlah

    sehingga dalam penelitian ini dapat menarik kesimpulan sementara bahwa

    inovasi pembuatan bahan ajar berbasis IK guru akan dapat meningkatkan

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    12/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 11 

    prestasi belajar siswa.

    2.2 Proses Belajar Mengajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 

    Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

    serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yangberlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi

    atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama

    bagi berlangsungnya proses mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar

    mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan

    siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian

    pesan berupa materi pelajaran, tetapi penanaman sikap dan nilai pada diri siswa

    yang sedang melakukan kegiatan belajar.

    Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih

    luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat

    adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar

    dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling

    menunjang di mana tidak berupa guru saja yang aktif memberikan pelajaran dan

    siswa positif menerima pelajaran, tetapi diharapkan agar semua yang berperan

    bersama-sama aktif. Ini sesuai dengan pendapat dari Drs. Iskandar Wiryokusumo

    dan Mandalika yang mengatakan, dalam pengajaran modern dewasa ini, keduabelah pihak yaitu guru dan murid harus bersikap aktif, bahkan dalam proses

    belajar mengajar (PBM) diusahakan selalu peningkatan kadar cara belajar siswa

    aktif (CBSA).

     Proses belajar mengajar diperlukan komunikasi yang baik antara guru

    dan siswa serta siswa dengan siswa. Selanjutnya Iskandar Wiryokusumo dan

    Mandalika mengatakan, kontak antara guru dan siswa dapat berlangsung wajar

    bila terutama para guru dapat memperlakukan para siswa secara wajar pula. Hal

    ini terlaksana apabila para guru memahami pribadi muridnya sehingga akan

    mungkin untuk mengadakan komunikasi pribadi sesuai dengan proporsinya

    masing-masing, selama masih dalam batas-batas normal edukatif. Dengan

    demikian seorang guru mengatur dan merencanakan komunikasinya dengan

    siswa dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan

    tingkat perkembangan pribadi siswa.

    Dengan demikian berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat

    dipengaruhi oleh hubungan antara pribadi guru dengan pribadi siswa juga olehcita-cita dari individu-individu untuk memperbaiki apa yang telah dicapai.

    Untuk itu pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik sangat dibutuhkan di

    sekolah-sekolah guna memaksimalkan prestasi belajar siswa yang membutuhkan

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    13/140

    12  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    penyajian materi oleh guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku, memiliki

    tenaga pengajar yang bermutu serta menyediakan sarana dan prasarana yang

    dibutuhkan serta menggunakan metode dan bahan ajar yang sesuai.

    erdapat banyak faktor yang mempengaruhi belajar dari siswa seperti yang

    dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan,

    yaitu pertama , Faktor yang berasal dari luar diri siswa: a. Faktor-faktor non-sosial,

    misalnya keadaan udara suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, malam), alat-alat

    yang dipakai untuk belajar (alat tulis menulis buku-buku, alat-alat peraga, dsb),

    b. faktor-faktor sosial adalah faktor manusia dimana kehadiran seseorang pada

     waktu belajar dapat mengganggu. Kedua , faktor-faktor dari dalam diri siswa: a.

    faktor fisiologi: - keadaan jasmani pada umumnya, - keadaan jasmani tertentu

    terutama panca indera yaitu mata dan telinga, b. faktor-faktor psikologis yaitufaktok yang mendorong aktifitas belajar yang merupakan alasan dilakukannya

    perbuatan belajar.

    Selanjutnya oleh Ngalim Purwanto berpendapat, faktor-faktor yang

    mempengaruhi belajar siswa dibedakan dalam dua golongan yaitu: faktor

    individual dan faktor sosial. Faktor individual yaitu faktor yang ada pada pada

    diri organisme antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, cara

    belajar siswa latihan, motivasi, faktor pribadi, serta faktor sosial yaitu faktor yang

    ada di luar organisme antara lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya,

    alat-alat yang dipergunakanya, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

    Dipertegas pula oleh Herman Hudoyo dalam bukunya Pengantar Penelitian

    Matematika mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    adalah: a. Siswa; keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kematangan,

    cara belajar siswa, sikap emosi, intelektualitas dan penyesuaian diri terhadap

    lingkungan, b. Isi pelajaran; menyangkut materi, luas dan urutan materi, c.

    Pengajar; memegang peranan yang penting dalam keberhasilan siswa, d. Metodedalam pengajaran yang digunakan.

    Dengan demikian bahwa proses belajar mengajar yang biasa dilakukan

    untuk mencapai suatu keberhasilan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor

    yang berasal dari dalam diri siswa misalnya intelegensi/kematangan, cara belajar,

    intelektual, sikap, emosi dan faktor yang berasal dari luar diri siswa berupa isi

    pelajaran, metode yang digunakan, fasilitas pendidikan, guru, lingkungan

    keluarga serta status sekolah.

    2.3 Evaluasi

    Suatu evaluasi sangat diperlukan dalam setiap proses belajar mengajar.

    Dalam arti luas menurut Mehrens dan Lemens yang dikutip oleh Ngalim Purwanto

    mengatakan bahwa: evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    14/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 13 

    dan menyediakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-

    alternatif keputusan.

    Lebih jauh oleh Ngalim Purwanto mengatakan, evaluasi atau penilaian

    merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi

    atau data, berdasarkan data tersebut dicoba untuk membuat suatu keputusan.

    Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data

    yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.

    Dari pendapat tersebut di atas berarti bahwa evaluasi dalam proses belajar

    mengajar sangat penting sebab akan diketahui sejauhmana hasil dari proses belajar

    mengajar yang dilakukan. Inipun bertujuan untuk dapat mengoreksi tindakan

    apa yang harus dilakukan dengan melihat hasil evaluasi tersebut. Hal senada

    dikemukakan oleh Drs. Zainal Arifin dalam bukunya Evaluasi Instruksional:“…Evaluasi bertujuan : 1. Untuk mengetahui sejauhmana anak didik

    menguasai materi yang telah diberikan. 2. Untuk mengetahui sejauh

    mana kemampuan dan keuletan, kemampuan anak didik terhadap

    materi pelajaran. 3. Untuk mengetahui apakah tingkat kemampuan

    menurut program kerja. 4. Untuk mengetahui tingkat keefektifan strategi

    pengajaran yang telah digunakan, baik yang menyangkut metode maupun

    teknik dalam belajar mengajar…”

    Demikian pula oleh M. Chabib Toha mengemukakan alasan-alasandiadakannya evaluasi yaitu: 1. Untuk mengarahkan bagaimana pelaksanaan proses

    belajar mengajar yang seharusnya dilaksanakan, sekaligus merupakan kerangka

    acuan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar, 2. kegiatan terhadap

    evaluasi hasil belajar merupakan salah satu cirri pendidikan profesional bila

    pekerja memerlukan pendidikan, 3. Bila dilihat dari pendekatan kelembagaan,

    kegiatan pendidikan adalah merupakan kegiatan managemen yang meliputi

    planning, organizing, actuating, controlling dan evaluating.

    Dalam proses belajar mengajar hasil evaluasi dapat berupa peningkatan

    prestasi ataupun penurunan prestasi. etapi yang diharapkan adalah prestasi

    yang menggembirakan yaitu berupa peningkatan. Demikian pula dalam proses

    belajar mengajar khususnya bidang studi matematika.

    Pada umumnya tes prestasi belejar yang dilakukan di sekolah-sekolah

    berupa tes standar dan tes buatan guru. Yang dimaksud tes standar yaitu tes yang

    mengalami standarnisasi, yakni validasi dan keandalan yang di akui oleh para

    ahli atau guru-guru yang berpengalaman. Suatu tes disebut valit jika tes tersebutbenar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. es tersebut jika digunakan

    dapat mencapai sasaran dengan tujuan yang telah direncanakan. es dikatakan

    andal jika tes tersebut menunjukkan ketelitian dalam pengukuran, ketelitian

    ini berlaku untuk setiap orang yang diukur dengan tes yang sama. es sejenis

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    15/140

    14  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    ini biasanya disusun oleh panitia atau suatu tim khusus yang diberi wewenang

    oleh pemerintah dan dipakai sebagai alat ukur program secara keseluruhan,

    misalnya US dan UN. Sedangkan tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh

    guru-guru ditiap sekolah baik untuk ulangan harian maupun untuk ulangan

    blok atau ulangan semester. Maksud dari tes tersebut adalah untuk mengukur

    sejauhmana kemampuan siswa dalam pokok bahasan tertentu dan dalam jangka

     waktu tertentu.

    2.4 Bahan Ajar Berbasis TIK 

    Bahan Ajar Berbasis IK adalah seperangkat alat pembelajaran yang dibuat

    dengan memanfaatkan teknologi canggih dengan menggunakan komputer/

    Laptop serta LCD sebagai media penyampaian materi pembelajaran yang di

    sampaikan guru di kelas.Ini berarti teori pembelajaran konvensional yang biasa

    dilakukan selama ini akan diabaikan dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

    Dan Bahan Ajar berbasis IK merupakan bahan ajar yang mudah dipahami oleh

    siswa dan dengan demikian dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

      Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru dalam

    melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa

    bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Setiap guru harus memiliki atau

    menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan tuntutan pemecahanmasalah dalam belajar.

      Bahan ajar disusun dengan tujuan : 1. Menyediakan bahan ajar yang

    sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan

    peserta didik. 2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan

    ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. 3. Memudahkan

    guru dalam melaksanakan pembelajaran.

     Adapun pembuatan bahan ajar mempunyai manfaat bagi guru sendiri

    yaitu : 1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuaidengan kebutuhan peserta didik. 2. idak lagi tergantung pada buku teks. 3.

    Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi. 3.

    Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan

    ajar. 4. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan

    peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya. 5.

    Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku yang diterbitkan.

    Demikian pula bahan ajar mempunyai manfaat bagi peserta didik yaitu:1. Kegiatan pembelajaran lebih menarik. 2. Kesempatan untuk belajar secara

    mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap diri. 3. Mendapatkan

    kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

    Prinsip pengembangan bahan ajar adalah: 1. Mulai dari yang mudah

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    16/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 15 

    untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang

    abstrak. 2. Mengulangi akan memperkuat pemahaman. 3. Umpan balik positif

    akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik. 4. Motivasi

    belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

    5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap akan mencapai

    ketinggian tertentu. 6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong

    peserta didik untuk terus mencapai tujuan

     Adapun jenis-jenis bahan ajar yaitu :

    Bahan ajar pandang ( visual ) terdiri atas bahan cetak antara lain :1.

    handout,buku, modul, LKS, brosur, foto, dan lain-lain

    Bahan ajar dengar (audio) : seperti kaset, radio, dan lain-lain2.

    Bahan ajar pandang dengar (audio visual ) : Video, film3.Bahan ajar multimedia interaktif seperti : CAI ( Omputer Assisted4.

    Instruction) , CD, multimedia pembelajaran interaktif, bahan ajar

    berbasis WEB .

    2.5 Metode Pembelajaran

    Metode pembelajaran adalah sistem pembelajaran yang diterapkan guru

    dalam proses belajar mengajar di kelas. Ada berbagai macam sistem atau metode

    pembelajaran antara lain : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,dan lain-lain. Sistem pembelajaran ini dapat dilakukan dalam setiap proses

    belajar mengajar dengan 1 metode atau dengan dua metode . ujuannya adalah

    peningkatan prestasi belajar siswa. etapi dalam penelitian ini yang ditekankan

    untuk diteliti adalah dengan menggunakan metode berbasis IK.

    3. PEMBAHASAN

    1. Latar Penelitian

    Penelitian ini berlokasi pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu, KecamatanUmalulu, Kabupaten Sumba imur. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berjalan

    dengan baik namun prestasi belajar siswa masih biasa saja. Artinya bahwa prestasi

    belajar siswa belum ada yang menonjol. ingkat keberhasilan dalam mencapai

    KKM masih sebagian siswa belum mencapai KKM. Dengan melihat kondisi

    itu maka peneliti melakukan penelitian serta melakukan pengamatan awal yang

    menunjukkan bahwa :

    Guru belum menerapkan pola pembelajaran yang menyenangkan1.Guru belum mengetahui bahan ajar berbasis IK 2.

    Belum ada inovasi guru dalam membuat bahan ajar3.

    Guru belum menerapkan penggunaan bahan ajar berbasis IK 4.

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    17/140

    16  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

     Antusias siswa dalam menerima pelajaran rendah5.

    Belum banyak siswa yang bertanya/keaktifan peserta didik rendah6.

    Prestasi belajar siswa masi sebagian yang mencapai KKM7.

    Dengan adanya penelitian ini dan lewat Diklat Bahan Ajar Bebasis IK

    diharapkan bahwa akan adanya perubahan peningkatan prestasi belajar peserta

    didik dimana guru akan mengadakan inovasi dalam pembelajaran dengan

    menerapkan Bahan Ajar Berbasis IK.

    2. Sajian Data Tiap Siklus

    Dalam penelitian ini jumlah responden sebanyak 42 orang guru yang

    mengajar pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu. Sampel yang diambil untuk

    dianalisis berdasarkan hasil penelitian adalah 75 % yaitu sebanyak 32 orang

    guru yang dipilih secara acak.

    3.2.1 Siklus 1:

    Berdasarkan hasil penelitian maka ditemukan bahwa setelah diadakan

    diklat bahan ajar berbasis IK maka :

    Sebagian Guru telah menerapkan pola pembelajaran yang1.

    menyenangkan

    Sebagian Guru sudah mengetahui bahan ajar berbasis IK 2.

    elah ada inovasi Sebagian guru dalam membuat bahan ajar3.Sebagian Guru sudah menerapkan penggunaan bahan ajar berbasis IK 4.

     Antusias siswa dalam menerima pelajaran tinggi5.

    Banyak siswa yang bertanya/keaktifan siswa tinggi6.

    Prestasi belajar siswa meningkat7.

    Keberhasilan guru dalam menerapkan bahan ajar berbasis IK di sekolah

    masih berkisar pada 75%. Berarti masih 25% guru yang belum berhasil

    menerapkan inovasi bahan ajar di kelas (Data terlampir). Ini berarti untukmenilai keberhasilan tindakan yang diberikan dengan indikator keberhasilan

    adalah :

    erjadi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK 1.

    erjadi inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran2.

    erjadi peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar3.

    berbasis IK 

    erjadi peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan4.

    bahan ajar berbasis IK emuan peneliti di lapangan, 25% guru yang belum berhasil menerapkan

    pembelajaran berbasis IK dengan menggunakan Bahan Ajar berbasis IK.

    Maka akan diadakan pembinaan khusus yang hasilnya akan dilihat dan dianalisis

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    18/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 17 

    pada Siklus 2.

    3.2.2 Siklus 2:

    Pada Siklus 2 ini, guru yang belum berhasil dilakukan pembinaan khusus

    oleh Kepala Sekolah untuk dapat memperbaiki pembelajaran yang dilakukandi kelas dengan menggunakan Bahan Ajar Berbasis IK. Hasilnya adalah guru

    yang bersangkutan telah memperbaiki model pembelajarannya di kelas sehingga

    ada peningkatan kemampuan guru dalam inovasi pembuatan bahan ajar berbasis

    IK yang menyebabkan terjadinya peningkatan prestasi belajar peserta didik

    (data terlampir).

    3.2.3 Pembahasan

    Dengan telah dilaksanakannya penelitian dari tahap awal sampai padasiklus 2 maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Pada kondisi awal

    sebelum adanya Diklat Bahan Ajar Berbasis IK, guru masih menggunakan

    bahan ajar yang konvensional yang belum menyentuh kebutuhan peserta didik.

    Demikian pula pada kondisi awal peserta didik belum banyak menunjukkan

    keaktifannya dalam proses belajar mengajar, belum banyak bertanya.

    Namun setelah diadakan Diklat Bahan Ajar Berbasis IK maka ada

    inovasi guru dalam membuat bahan ajar. Guru menggunakan Bahan Ajar

    Berbasis IK yang membuat peserta didik lebih tertarik dalam menerima materibelajar yang disampaikan. Juga keaktifan peserta didik sudah mulai muncul yang

    menyebabkan prestasi belajarnya juga meningkat.

    Namun pada tahap awal masih terdapat 8 orang guru atau 25% guru dari

    32 sampel yang diambil secara acak masih belum berhasil dalam melakukan

    pembelajaran berbasis IK. Artinya bahwa masih harus ada lagi inovasi serta

    kemauan guru untuk melakukan pembelajaran yang menyenangkan serta

    menarik minat peserta didik dalam menerima materi pembelajaran di kelas.Pada siklus 2 guru-guru yang bersangkutan dipanggil oleh Kepala Sekolah

    dalam hal ini juga sebagai peneliti untuk memberikan arahan serta memberikan

    motivasi pada guru tersebut agar dalam pembelajarannya di kelas dapat

    menggunakan Bahan Ajar Berbasis IK yang menyenangkan dan menarik minat

    peserta didik untuk menerima materi pembelajarannya. Hasilnya adalah guru

    berhasil membuat inovasi Bahan Ajar Berbasis IK dan dapat menerapkannya

    di kelas.

    4. SIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Simpulan

    Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pada SMA Negeri

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    19/140

    18  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    1 Rindi Umalulu telah:

    erjadi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK 1.

    erjadi inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran2.

    erjadi peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar3.

    berbasis IK 

    erjadi peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan4.

    bahan ajar berbasis IK 

    4.2 Saran

    Dari hasil penelitian ini maka peneliti dapat memberika saran bahwa

    pada SMA Negeri 1 Rindi Umalulu perlu terus:

    Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis1.

    IK 

    Melaksanakan inovasi penggunaan bahan ajar dalam proses2.

    pembelajaran

    Melaksanakan peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan3.

    bahan ajar berbasis IKdalam berbagai diklat

    Melaksanakan peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran4.

    dengan menggunakan bahan ajar berbasis IK yang disiapkan oleh

    guru.

    DAFTAR PUSTAKA 

    Hakim. 1982. Landasan Matematika. Jakarta: Bharata Karya Aksara

    Herman Hudoyo. 1982. Pengantar Penelitian Matematika. Malang : IKIP

    Kusumo, Iskandar dan Drs. Mandalika. 1982. Kumpulan Pikiran-Pikiran

    Dalam Pendidikan. Jakarta: Rajawali.Purwanto, Ngalim. 1992. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan. 

    Bandung: Remaja Rosda Karya

    Purwanto, Ngalim. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya 

    Rudini, H. Potret dan Problematika Indonesia . Dalam Majalah Mimbar

    Pendidikan No. 3 HN IX

    Russefendi, E. . 1989. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer

    Untuk Guru, Edisi ke Empat. Bandung: arsito.Surya Brata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

    Toha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Gramedia

    Persada.

    UU RI No. 2 HN. 1989. Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: ugu Muda

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    20/140

     ABSTRAK 

    Tujuan penelitian ini adalah membantu guru mata pelajaran agar mampu

    menyusun RPP sehingga dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran, agar

    mencapai ketuntasan minimal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan

    sebagai berikut : 1. Pelaksanaan standar proses harus didukung dengan peningkatan

    kompetensi guru termasuk kemampuan menyusun perangkat pembelajaran seperti

    menyusun RPP. 2. Peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat

    dilakukan melalui IHT. 3. Setelah kegiatan IHT peningkatan kemampuan guru

    dalam menyusun RPP sangat perlu dilakukan pendampingan dan pembimbingan.

    Oleh karena itu kegiatan IHT perlu digalakkan untuk meningkatkan

    kompetensi guru sehingga guru sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk

    melayani anak didik dengan sebaik-baiknya sehingga ketuntasan minimal setiap

    mata pelajaran tercapai. Dengan denikian mutu pendidikan di SMA PGRI

    Waingapu akan meningkat.

    PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAMPEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN

    PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN

     IN HOUSE TRAINING   (IHT)

    DI SMA PGRI WAINGAPU – SUMBA TIMUR 

    Rambu Mbangi R awambaku

    SMA PGRI Waingapu, Sumba Timur

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    21/140

    20  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    ujuan Pendidikan Nasional dinyatakan dengan bermacam-macam

    rumusan yang berbeda. Ada rumusan yang tidak resmi seperti yang dikemukakan

    orang tua, siswa serta rumusan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

    Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP). Pengkajian atas rumusan-rumusan tujuan pendidikan itu tidak berdiri

    sendiri. Antara satu tujuan pendidikan dengan pendidikan lainnya mempunyai

    hubungan yang kesinambungan. Dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa

    kompetensi guru dalam merancang Rencana Pembelajaran perlu ditingkatkan

    sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi guru profesional demi pencapain

    tujuan pendidikan yang diharapkan di dalam Kurikulum ingkat SatuanPendidikan (KSP)

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Undang-undang Sistem

    Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan “ ujuan Pendidikan

    Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa kepada uhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis

    dan bertanggung jawab“.

    ujuan Pendidikan Nasional tersebut perlu diterjemahkan secara konkrit

    dalam operasionalnya di lapangan mencakup : standar kompetensi, seperangkat

    kompetensi yang dilakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar

    siswa, kompetensi dasarnya itu kompetensi-kompetensi pokok yang seharusnya

    dimiliki siswa setelah mereka mengikuti mata pelajaran tertentu pada waktu

    tertentu dan berlaku secara Nasional.

    Indikator pencapaian hasil belajar merupakan penanda pencapaian

    kompetensi yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yangmencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, tujuan pembelajaran merupakan

    tujuan yang ingin dicapai pada tingkat pembelajaran ( Muslich, 2008).

    ujuan Pendidikan Nasional merupakan tujuan pendidikan umum

    sedangkan tujuan pembelajaran merupakan tujuan jangka pendek yang

    diperlukan sebagai dasar seorang guru dalam melakukan evaluasi terhadap

    keberhasilan pencapaian pembelajaran. ujuan pembelajaran memberikan

    beberapa manfaat bagi guru seperti : memberikan arahan bagi siswa dalam

    merencanakan proses belajar mengajar kepada para siswa, merupakan media

    yang dapat digunakan untuk menyampaikan apa yang telah guru lakukan pada

    orang lain yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, memberikan

    basis untuk melakukan evaluasi pembelajaran pada siswa.

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    22/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 21 

    Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar di kelas lebih diutamakan tujuan

    khusus karena lebih jelas dan lebih mudah pencapaiannya. Dalam menyiapkan

    pembelajaran guru menjabarkan tujuan mengajarnya dalam bentuk-bentuk

    tujuan khusus karena hal ini akan dapat memberikan gambaran yang lebih persis

    pada perilaku siswa, sedangkan di pihak lain suatu perumusan tujuan umum

    lebih bersifat abstrak, pencapaiannya dalam jangka waktu lama dan lebih sukar

    diukur.

    ujuan pembelajaran pada prinsipnya dapat disusun dengan

    mempertimbangkan tiga komponen penting seperti :

    1. Subyek yang menjadi sasaran pembelajaran.

    2. Media perubahan perilaku yang direncanakan.

    3. Adanya kriteria kuantitatif yang dapat diukur sebagai refleksikeberhasilan.

    Pencapaian hasil belajar di kelas di lakukan dengan cara mengukur melalui

    2 cara yaitu :

    1. ingkat ketercapaian standar yang telah ditentukan.

    2. Melalui tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara tuntas.

    Permasalahan yang diperoleh di lapangan adalah guru belum

    melaksanakan seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia Nomor 19 ahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

    mengamanatkan bahwa setiap setiap satuan pendidikan agar membuat Kurikulum

    ingkat Satuan Pendidikan (KSP) sebagai pengembangan kurikulum. Selain

    ada keanekaragaman pemahaman guru-guru tentang KSP, latar belakang

    pendidikan guru juga bervariasi. Meskipun demikian, guru sebagai manejer

    pendidikan, tugas utamanya sebelum mengajar di kelas adalah menyusun RPP

    yang semestinya berbasis KSP.

    Merujuk pada hal tersebut di atas, maka seorang guru harus mampumerencanakan pembelajaran sesuai dengan perubahan kurikulum yang ada yaitu

    Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan (KSP). Merencanakan pembelajaran

    meliputi : merumuskan pembelajaran, memilih dan menetapkan bahan ajar,

    memilih dan menetapkan kegiatan belajar mengajar, memilih dan menentukan

    media pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi yang digunakan.

    Guru yang profesional harus memiliki berbagai kompetensi yang

    salah satunya adalah penyusunan program yaitu menyusun RPP untuk

    mempersiapkan proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Hal ini

    ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 ahun 2007 tentang Standar

    Kualifikasi dan Kompetensi Akademik Guru, dan Permendiknas Nomor 10

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    23/140

    22  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    ahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

    Sesuai kondisi nyata di SMA PGRI Waingapu, sebagian besar guru

    kesulitan dalam menyusun RPP. Penyebabnya adalah antara lain:

    1. erdapat 35 % guru yang membuat RPP dan sudah menerapkan pada

    proses pembelajaran

    2. erdapat 30% guru yang sudah mengikuti pelatihan penyusunan RPP

    namum belum menyusun secara lengkap serta menerapkan secara baik

    pada proses pembelajaran;

    3. erdapat 35 % guru yang belum mengikuti pelatihan dalam penyusunan

    RPP, mereka hanya copy paste dari rekannya.

    Kondisi tersebut, tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi

    harus ada solusi atau tindakan nyata dari kepala sekolah. Berkaitan dengan itu,para guru harus dibina dan difasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya

    dalam menyusun RPP.

    1.2 Rumusan Masalah

    Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP

    sesungguhnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui

    pelatihan, mengikutsertakan guru dalam seminar-seminar dan workshop atau

    IH, menyediakan berbagai panduan dan modul, semiloka, serta berbagaiupaya lainnya. Namun dengan mempertimbangkan segala keunggulan dan

    kelemahannya, maka yang lebih tepat adalah IH. Sehubungan dengan hal

    tersebut di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

    penelitian: “Apakah melalui IH penyusunan RPP dapat meningkatkan

    kompetensi guru mata pelajaran pada SMA PGRI Waingapu”

    1.3. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dalam IHpenyusunan RPP adalah membantu guru mata pelajaran agar mampu menyusun

    RPP sehingga dapat menjadi acuan di dalam proses pembelajaran, agar mencapai

    ketuntasan minimal.

    1.4 Metode Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan

    kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan

    rencana pelaksaan pembelajaran. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara

    menerapkan pelatihan/ IH yang diamati kemudian dianalisis dan direfleksi.

    Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.

    Penelitian tindakan ini menggunakan tiga siklus, siklus I, siklus II, dan siklus

    III. Masing-masing siklus menggunakan empat tahapan, yaitu (1) menyusun

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    24/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 23 

    rencana tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4)

    membuat analisis dilanjutkan dengan melakukan refleksi.

    Untuk mengetahui hasil penelitian tindakan ini, diperlukan data. Untuk

    mengumpulkan data diperlukan alat pengumpul data. Dalam penelitian tindakan ini

    diperlukan dua macam alat pengumpul data, yaitu lembar observasi yang dipergunakan

    untuk mengamati aktivitas guru selama menyusun RPP, dan angket untuk melakukan

    klarifikasi antara hasil observasi oleh pengamat dengan responden selaku sasaran yang

    diteliti. Ini dilakukan dalam upaya meminimalkan kesenjangan hasil penelitian yang

    diperoleh dari pengolahan data.

    eknik analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitaif.

     Analisis kualitatif dipergunakan untuk mengolah data hasil pengamatan selama proses

    tindakan, sedangkan analisis kuantatif dipergunakan untuk mengolah data hasilpelatihan untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional.

    2. KAJIAN TEORI

    2.1 Kompetensi Guru

    Guru merupakan salah satu komponen sentral lembaga pendidikan. Baik

    atau buruknya perilaku cara mengajar guru akan mempengaruhi mutu lembaga

    pendidikan. Oleh karena itu sumber daya guru ini harus dikembangkan melalui

    pendidikan, pelatihan dan kegiatan lain agar kompetensi dan profesionalnyalebih meningkat.

    Proses belajar mengajar dikelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan

    di sekolah. Agar kompetensi dapat dicapai, maka perlu adanya administrasi dan

    supervisi kegiatan belajar mengajar melalui pembuatan pelaksanaan, dan evaluasi

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    Menurut Undang-undang Nomor 14 ahun 2005 tentang guru dan dosen

    pasal 1 ayat 10, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

    ketrampilan dan perilaku yang harus dikuasai oleh guru dalam melaksanakan

    tugas profesional. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 ahun

    2005 pasal 28 ayat 3, menguraikan bahwa guru harus memiliki 4 (empat)

    kompetensi, yakni : kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.

    1. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola data bagi peserta

    didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

    2. Kompetensi Kepribadian adalah kepribadian yang mantap, stabil,

    dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik danberakhlak mulia.

    3. Kompetensi Profesional adalah kemampuan penguasaan materi

    pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    25/140

    24  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

    ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

    4. Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

    masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

    peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali

    didik dan masyarakat sekitar.

    Seorang guru profesional, harus memiliki kompetensi yaitu seperangkat

    kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja profesional (Alma, dkk,

    2008). Sagala (2008) menyatakan dalam proses pendidikan, komponen guru

    memiliki peran sentral dan strategik dalam membimbing peserta didik kearah

    kedewasaan, ketangkasan, kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai

    ujung tombak pendidikan dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru tidakhanya menguasai bahan ajar dan kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus

    memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga

    menjadi sosok didik bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat.

    2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

    dengan prinsip diversikan sesuai satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta

    didik. (UU No. 20 ahun 2003) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum,kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

    1. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia 

    2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian

    3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan eknologi

    4. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PP No.

    9 ahun 2005)

    Kelompok mata pelajaran dilaksanakan melalui muatan dan atau kegiatan

    pembelajaran sebagaimana dirumuskan dalam Permen 21 dan 23 tentang standar

    isi dan standar kelulusan. Menurut Mulyasa dlam (Sigipilu, 2008) menyatakan:

    Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan (KSP) merupakan kurikulm yang

    dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

    karakteristik daerah/sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik

    peserta didik sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat

    satuan dan standar kompetensi kelulusan, dibawah supervisi Dinas Kabupaten/

    Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan.KSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum 1994 agar

    lebih familiar dengan guru, karena guru banyak dilibatkan dan diharapkan

    memiliki tanggung jawab yang memadai. Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    26/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 25 

    (KSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

    masing-masing satuan pendidikan dengan acuan operasional penyusunan sebagai

    berikut :

    1. Peningkatan Iman dan aqwa serta berakhlak mulia 

    2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

    perkembangan dan kemampuan peserta didik 

    3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

    4. untutan pembangunan daerah dan nasional

    5. untutan dunia kerja 

    6. Perkembangan ilmu, teknologi dan seni

    7. Agama 

    8. Dinamika perkembangan global9. Peraturan nasional dan kebangsaan

    10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

    11. Kesejahteraan jender

    12. Karakteristik satuan pendidikan

    Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah

    menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi

    daerah. Dengan demikian daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk

    merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan; pengelolaan pengalaman

    belajar, cara mengajar dan menilai keberhasilan belajar mengajar. (Karsidi,

    2007). Oleh karena itu setiap pendidikan diharapkan dapat mengembangkan

    kurikulum perlu diadaptasikan dengan kondisi sekolah, masyarakat, serta

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi

    yang berkembang sangat pesat bersama dengan era globalisasi.

    2.3 Silabus

    Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata

    pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

    materi pokok/pembelajaran, indikator pembelajaran, indikator pencapaian

    kompetansi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

    (Depdiknas, 2007). Dalam membuat rencana pelaksanaan pembayaran seorang

    guru harus mengembangkan silabus yang didalamnya secara khusus termuat

    indikator pencapaian hasil belajar agar dapat mencapai kompetensi pembelajaran

    yang diharapkan.Di dalam PP No. 9 ahun 2005 pasal 20 menguraikan perencanaan

    proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

    yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    27/140

    26  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

    Silabus pada dasarnya merupakan perencanaan pembelajaran dari

    perangkat standar kompetensi dalam kurikulum yang dilaksanakan pada kegiatan

    pembelajaran. Penyusunan silabus tersebut mempertimbangkan karakteristik

    siswa, tujuan atau kemampuan yang akan dibentuk, hakekat materi, karakteristik

    individual guru, sumber belajar, sarana atau fasilitas yang tersedia dan waktu

    yang dibutuhkan untuk menuntaskan kompetensi yang hendak dicapai. (Aqib

    dan Rohmanto, 2007).

    Silabus harus disusun secara sistematik dan berisikan komponen-komponen

    yang saling berkaitan dan memandu para guru yang menggunakannya dalam

    mengelola pembelajaran yang meliputi kompetensi, indikator, materi pelajaran,

    langkah pembelajaran (pengalaman belajar), alokasi waktu, sumber belajar (alatdan bahan), dan penilaian. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh

    alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan

    pembelajaran pada satuan tingkat pendidikan. Selain itu juga menyusun silabus

    harus memperhatikan alokasi waktu yang sudah disediakan per semester, per

    tahun dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.

    Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalangan

    silabus sesuai standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran dan alokasi waktu

    yang tersedia pada struktur kurikulum. Dalam mengembangkan silabus yang

    dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, kelompok guru mata pelajaran, atau

    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) harus memperhatikan langkah-

    langkah pengembangan seperti mengkaji dan menentukan standar kompetensi,

    mengkaji dan menentukan kompetensi dasar, mengidentifikasi materi pokok/

    pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran, merumuskan indikator

    pencapaian kompetensi, menentukan jenis penilaian, menentukan alokasi

     waktu dan menentukan sumber belajar. Dalam mengembangkan silabusharus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan seperti ilmiah, relevan,

    sistematik, konsisten, memadai, konstektual dan menyeluruh.

    Sangat diharapkan pengembangan silabus oleh guru dalam pembuatan

    RPP karena dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran berpedoman

    pada silabus yang memuat indikator dan kompetensi yang dicapai oleh peserta

    didik sesuai dengan tingkat satuan pendidikan.

    2.4 Mengembangkan IndikatorIndikator dikembangkan sesuai karakteristik peserta didik, satuan

    pendidikan, dan potensi daerah karena indikator merupakan penanda pencapaian

    kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    28/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 27 

    mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta digunakan sebagai dasar

    untuk menyusun alat penilaian.

    Dalam mengembangkan silabus setiap kompetensi dasar dikembangkan

    menjadi beberapa indikator dan menggunakan kata kerja operasional yang dapat

    diukur atau observasi. Untuk itu tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah

    setara dengan kata kerja dalam kompetensi dasar atau standar kompetensi.

    Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan,

    kesinambungan, kesesuaian dan kontekstual karena keseluruhan indikator dalam

    satu kompetensi dasar merupakan tanda-tanda, perilaku untuk pencapaian

    kompetensi yang merupakan kemampuan berpikir dan bertindak secara

    konsisten.

    2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Berdasarkan PP 19 ahun 2005 pasal 20 dinyatakan bahwa: 

    “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencanapelaksanaanpem belajaranyang memuat sekurang-kurangnya tujuanpembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, danpenilaian hasil belajar”.

    Sesuai dengan Permendiknas No. 41 ahun 2007 tentang standar proses

    dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajarpeserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan

    berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

    berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

    peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

    bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

    3. PEMBAHASAN

    3.1 Hasil Penelitian

    Pelaksanaan pengumpulan data melalui penilaian standar pelayanan

    minimal yang dilengkapi dengan indikator penilaian kepada masing-masing

    guru (sebanyak 35 orang) yang tertuang dalam kuisioner dan juga dilengkapi

    dengan observasi. Jumlah populasi tersebut dijadikan sampel yang terbagi dalam

    2 variabel yaitu guru yang sudah membuat RPP dan sudah mengikuti In House

    raining serta mendapat bimbingan secara penuh/berkelanjutan sebanyak 23orang (65,71%) dan 12 orang lainnya masih 34,29 % belum mengikuti In

    House raining secara penuh dan belum sungguh sungguh mengikuti kegiatan

    pendampingan karena kesibukan kegiatan HU kemerdekaan RI. Sehingga 12

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    29/140

    28  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    orang guru tersebut perlu diberikan pembimbingan pada siklus I.

      abel 4.1

    Rentang Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)

    80 – 100

    60 – 79

    40 – 59

    20 – 39

    0 – 19

     Amat Baik 

    Baik 

    Cukup

    Kurang 

    Sangat Kurang 

    0

    23

    7

    5

    0

    0

    65,71

    20

    14,29

    0

    Total 35 100

    Penyebab dari dua belas orang guru tersebut belum menyusun secaralenkap perangkat pembelajarannya ( RPP ) karena masih kurang paham dan juga

    ada yang berhalangan dalam kegiatan pembimbingan/pendampingan.

    Setelah siklus dua dilaksanakan lewat pendampingan/ pembimbingan

    dalam penyusunan perencanaan pembelajaran maka kegiatan tersebut berjalan

    dan berhasil dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai (lihat tabel 4.2 )

     

    abel 4.2

    Rentang

    Skor Kategori

    Siklus I Siklus II

    Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase

    80 – 100

    60 – 79

    40 – 59

    20 – 39

    0 – 19

     Amat baik 

    Baik 

    Cukup

    Kurang 

    S a n g a tKurang 

    0

    23

    7

    5

    0

    0

    65,71

    20

    14,29

    0

    4

    31

    0

    0

    0

    11,43

    88,57

    0

    0

    0

    Dengan demikian guru SMA PGRI Waingapu yang sejumlah 35 0rang

    telah menyusun RPP secara lengkap dan baik sesuai tuntutan standar nasional

    pendidikan.

    3.2 Pembahasan

     Jumlah guru yang mengikuti IH 35 orang, hanya 23 orang guru yang

    berhasil menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap sesuai tujuan yang

    diinginkan pada siklus I. Sedangkan 12 orang guru belum menyusun secara

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    30/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 29 

    lengkap karena tidak mengikuti IH dan pembibingan secara penuh. Mengapa

    mereka tidak mengikuti secara penuh karena kegiatan IH saat itu bertepatan

    dengan kegiatan HU Kemerdekaan RI dimana guru guru tersebut harus ikut

    terlibat dalam kegiatan HU dalam rangka membimbing siswa dan guru lainnya

    baru direkrut untuk mengajar di SMA PGRI Waingapu

    Setelah pembimbingan pada siklus dua dilaksanakan maka 12 orang guru

    yang belum menyusun perangkat pembelajaran sesuai panduan pada siklus

    pertama dapat menyusun secara lengkap sesuai tujuan yang di harapkan. Berarti

    bahwa peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan RPP hendaknya

    dilakukan melalui IH sehingga pendampingan dan pembimbingan secara

    berkesinambungan.

    Dengan demikian bahwa kompetensi guru SMA PGRI Waingapu dalampembuatan RPP dapat meningkat karena diadakan dapat ditingkatkan melalui

    kegiatan In House raining.

    4. SIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan

    Pelaksanaan Standar Proses harus di dukung dengan peningkatan Kompetensi1.

    guru termasuk kemampuan menyusun perangkat pembelajaran seperti

    penyusunan RPP.Peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat dilakukan2.

    melalui IH.

    Setelah kegiatan IH peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP3.

    sangat perlu dilakukan pendampingan/pembimbingan dalam penyusunan

    RPP tersebut

    4.2 Saran

    Bagi Dinas Pendidikan Sumba imur1.

    Dinas pendidikan perlu merencanakan diklat tentang peningkatan

    kompetensi guru

    2. Bagi Kepala SMA PGRI Waingapu

    Kepala Sekolah perlu meprogramkan kegiatan IH atau diklat untuk

    penikatan kompetensi guru setiap tahun termasuk kompetensi penyusunan

    RPP

    3. Bagi Guru-guru SMA PGRI Waingapu(1) Guru yang masih yunior atau berkompetensi kurang perlu belajar pada

    rekan guru yang memiliki kemampuan lebih dalam kompetensi tertentu.

    (2) Perlu berusaha meningkatkan kompetensi dengan berupaya belajar

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    31/140

    30  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    mandiri dari berbagai sumber. (3) Perlu mengikuti diklat secara serius untuk

    peningkatan kompetensi

    4. Bagi Peneliti Berikutnya 

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan panduan bagi peneliti

    berikutnya.

    DAFTAR PUSTAKA 

     Alma, B. 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan Keterampilan Mengajar.

    Bandung: Alfabeta.

     Aqib, Z dan Rohmanto, E. 2007 Membangun Profesionalisme Guru danPengawas Sekolah. Bandung: CV. Yrama Widya 

    Buchori, M. 2007. Evolusi Pendidikan di Indonesia . Yogyakarta: Insispress

    Karsidi. 2007. Model KTSP Untuk SD/MI. Solo: iga Serangkai Pustaka

    Mandiri.

    Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual,

    Panduan Bagi Guru, Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah. Jakarta:

    Bumi Aksara.

    Peraturan Pemerintah No. 19 ahun 2005 entang Standar Nasional

    Pendidikan. Bandung: Citra Umbara 

    Sigipilu. D. 2008. Kemampuan Guru Menyusun RPP Mata Pelajaran IPA

    SD Ditinjau Dari Keikutsertaan Dalam Penataran KTSP dan Tingkat

    Pendidikan Guru SD Kec. Sidorejo Salatiga (Tesis) 

    Sukardi, H. M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:

    Bumi Aksara 

    Undang-undang No. 14 ahun 2005 entang Guru dan Dosen. Bandung:Citra Umbara 

    Undang-undang No. 20 ahun 2003 entang Sisdiknas. Bandung: Citra

    Umbara 

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    32/140

     ABSTRAK 

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi guru melalui pemanfaatanmedia komputer di kelas pada SMA Negeri 1 Haharu. Minimnya motivasi guru dalammenggunakan media komputer, dinilai karena kurang mampunya guru tersebut membuat

     power point sebagai bentuk tampilan pada materi pelajaran saat pembelajaran di kelas. Halini tentu saja dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian ini, dapatdisimpulkan bahwa, masih minimnya kemampuan guru dalam memanfaatkan mediakomputer (khususnya program power point) selama proses KBM berlangsung pada siklus I.Kalaupun ada, tampilan power point yang disajikan pun dinilai kurang menarik.

    Berhadapan dengan situasi yang demikian, sekolah pada akhirnya mengupayakan

     pelaksanaan diklat khusus, berkaitan dengan pembuatan media power point sebagai salahsatu bentuk tampilan yang dapat digunakan pada saat proses KBM di kelas, agar proses

     pembelajaran lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi maupun prestasibelajar siswa. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan kuantitas kesungguhan siswadalam mengikuti pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Terjadi juga peningkatan capaianketuntasan belajar klasikal, yaitu dari 72,96 % (pada siklus I) menjadi 84,18 % (padasiklus II).

    Kata-kata kunci: Kemampuan Guru, Media Komputer, Pembelajaran, Diklat

    PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

     MENGGUNAKAN MEDIA KOMPUTER DALAM

    PEMBELAJARAN MELALUI DIKLAT

    DI SMAN 1 HAHARU – SUMBA TIMUR 

    Lodu Namuronja

    SMAN 1 Haharu - Sumba Timur

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    33/140

    32  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang dinilai akan semakin

    kompleks. Karena itu, guru dituntut untuk (selalu) meningkatkan kapasitasnya,

    baik itu pengetahuan akademis, sikap, maupun keterampilannya secara terus-

    menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah

    satu tuntutan itu adalah kemampuan menggunakan media komputer seiring

    dengan adanya paradigma baru yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah

    (MBS) dan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP).

    Untuk melaksanakan MBS dan KSP secara baik, maka efektifitas semua

    komponen dari sistem di sekolah harus berjalan dengan baik. Kelemahan salah

    satu komponen, tentunya akan berpengaruh pada komponen lain, yang padaakhirnya akan berpengaruh pula pada sistem. Dan salah satu sistem dari semua

    komponen sekolah adalah guru.

    Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, materi, metode,

    penggunaan media (komputer salah satunya) untuk menarik minat belajar siswa.

    Guru pun dituntut untuk mengelola kelas secara baik agar pembelajaran dapat

    berlangsung aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga siswa tidak lagi pasif.

    Untuk melakukan inovasi tersebut maka SMA Negeri 1 Haharu melaksanakan

    pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran komputer di kelas.

    Pelaksanaan pembelajaran di kelas yang heterogen diperlukan keterampilan dan

    perhatian yang khusus dari seorang guru.

    Penelitian yang dilakukan oleh Jean Peaget menunjukkan bahwa anak

    (siswa) tidak bertindak dan berfikir sama seperti orang dewasa (Karso, 1998:16).

    Oleh karena itu, salah satu tugas utama sekolah, khususnya guru ialah membantu

    siswa mengembangkan kemampuan intelektnya sesuai dengan perkembangan

    intelektual yang seharusnya.Menurut Oliva, ada 10 peran dari seorang guru (1984:444). Satu

    diantaranya adalah peran guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai

    lingkungan belajar, memfasilitasi berbagai sumber yang membantu siswa untuk

    dapat belajar. Sejalan dengan pendapat de Roche (1985:108) dan Bruner (Karso,

    1988:111) yang menekankan bahwa siswa akan lebih mudah menyampaikan

    kembali suatu konsep apabila ia mengalami sendiri proses penemuan konsep

    tersebut dan disajikan secara menarik. Menarik dalam hal ini adalah penyajian

    materi pelajaran yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam

    rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, mempermudah konsep

    yang kompleks dan abstrak menjadi sesuatu yang lebih sederhana, dan mudah

    dipahami. Dengan demikian model penyajian tersebut diharapkan dapat

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    34/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 33 

    mempertinggi daya serap dan retensi siswa terhadap materi pelajaran.

    Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan keberhasilan

    pembelajaran di Sekolah Menegah Atas (SMA), tampaknya pemilihan dan

    penggunaan media komputer merupakan salah satu jalan keluarnya. Meskipun

    taraf berpikir siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) seharusnya sudah pada tingkat

    abstrak, namun menurut Sahertia (2000) masih perlu pemanfaatan media untuk

    memperbaiki situasi belajar.

    Dari pendapat beberapa pakar tersebut, salah satu media yang dipilih dalam

    penelitian ini adalah media komputer. Selain sudah akrab dengan keseharian siswa,

    pemanfaatan media komputer diharapkan dapat mengubah situasi pembelajaran

    di kelas. Rasa takut, bosan, tidak menarik, kaku, dan abstrak yang selama ini

    membayangi siswa, akan berubah menjadi gembira, fleksibel, sederhana, dandapat diterima. Media komputer diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar

    siswa, memperjelas, mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi

    lebih sederhana dan mudah dipahami. Sejalan dengan harapan Depdiknas

    (2003), perlu ada pembahasan tentang bagaimana pendidikan diterapkan dalam

    teknologi informasi, baik sebagai perluasan pengetahuan siswa maupun sebagai

    penerapan konsep pendidikan secara langsung pada pembelajaran.

    Menurut Sahertian  (1990:95), guna memperoleh pengalaman belajar

    harus ada keaktifan belajar (learning activity ). Keaktifan belajar itu dapat

    diperoleh melalui penginderaan dan pengamatan serta fungsi-fungsi yang lain.

    Keaktifan belajar melalui fungsi-fungsi jiwa yang diperoleh diharapkan dapat

    memperoleh pengalaman belajar. Dengan demikian model penyajian tersebut

    pada akhirnya akan meningkatkan motivasi, prestasi, mempertinggi daya serap

    dan retensi siswa terhadap materi pelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut,

    maka kemampuan guru untuk memanfaatkan media menjadi prasyarat utama

    yang harus ditingkatkan.Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pengamatan penulis di

    SMA Negeri 1 Haharu, terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran selama

    ini. Kendala tersebut antara lain :

    Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep1.

    Siswa kurang aktif/pasif dalam proses pembelajaran2.

    Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya untuk3.

    belajar

    Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan4.

    sehari-hari

    Hasil nilai ulangan/hasil belajar siswa pada pembelajaran yang rendah5.

    KKM yang tidak tercapai oleh siswa 6.

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    35/140

    34  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran7.

    Pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa 8.

    Input siswa rendah9.

    Hasil ujian nasional SMP/sederajat relatif rendah10.

    Rendahnya penggunaan media pembelajaran yang menarik oleh guru11.

    untuk dapat menarik minat siswa untuk belajar.

    Sebagai kepala sekolah sekaligus pendidik, penulis melihat hal-hal tersebut

    diatas merupakan suatu hambatan yang dialami oleh SMA Negeri 1 Haharu.

    Karena itu, penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi suatu kekuatan

    dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah

    satu caranya adalah dengan memanfaatkan media komputer dalam kegiatan

    pembelajaran di kelas, yang didahului dengan peningkatan kemampuan gurudalam menggunakan media tersebut, sehingga nantinya akan mendapatkan hasil

    yang memuaskan.

    Untuk menjawabi hal tersebut, penulis mencoba menawarkan solusi bagi

    semua guru bahwa selain menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai

    dengan kompetensi dasar, juga dapat memanfaatkan media komputer dalam

    kegiatan pembelajaran di kelas sehingga dapat menarik minat siswa untuk

    belajar.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah diklat penggunaan

    media komputer dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menarik minat

    siswa untuk belajar di SMA Negeri 1 Haharu?”

     Adapun operasional rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi

    beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah melalui Diklat, guru mampu menggunakan media Komputer1.

    dalam pembelajaran di kelas pada SMA Negeri 1 Haharu?

     Apakah penggunaan media Komputer di kelas dapat menarik minat2.

    siswa untuk belajar pada SMA Negeri 1 Haharu?

     Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam penggunaan media3.

    Komputer di kelas pada SMA Negeri 1 Haharu?

    Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan media Komputer di4.

    kelas pada SMA Negeri 1 Haharu?

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    36/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 35 

    1.3 Tujuan Penelitian

    ujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah:

    Dapat meningkatkan kemampuan guru menggunakan media komputer1.

    dalam pembelajaran di kelas.

    Dapat menggunakan media komputer untuk menarik minat siswa2.

    belajar dalam pembelajaran di kelas.

    Dapat mengetahui kendala yang dihadapi guru menggunakan media3.

    Komputer dalam pembelajaran di kelas.

    Dapat mengetahui respon belajar siswa terhadap penggunaan media4.

    Komputer dalam pembelajaran di kelas.

    1.4 Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) karena

    penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas

    (Wiriaatmadja, 2005:10). Lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

    kemampuan guru menggunakan media computer dalam pembelajaran di kelas.

    Penelitian tindakan ini menggunakan teknik kolaboratif, yakni penelitian

    bekerja sama dengan semua guru mata pelajaran dalam melakukan penelitian.

    Peneliti bertindak sebagai pengamat, sedangkan guru mata pelajaran bertindak

    sebagai penanggung jawab dan penyaji materi. Secara partisipatif tim tersebut

    akan bekerja sama mulai dari tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun

    perencanaan, tindakan pengamatan, dan melakukan diskusi yang sifatnya analitik

    sebelum melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah dilakukan pada

    siklus pertama. Hasil diskusi akan digunakan sebagai dasar untuk memodifikasi,

    koreksi dan penyempurnaan pembelajaran pada siklus kedua. Demikian pula

    apabila perlu dilanjutkan dengan siklus selanjutnya.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : LembarObservasi kegiatan belajar mengajar, dan Angket minat dan motivasi siswa

    terhadap pembelajaran menggunakan media computer. Pengolahan data yang

    terkumpul dari hasil observasi dan melalui angket/kuesioner di dokumentasikan

    untuk mempermudah dilakukannya analisis data. eknik analisis data yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk

    menjelaskan adanya perubahan penigkatan kemampuan guru menggunakan

    media computer dalam pembelajara di kelas, meningkatnya prestasi belajar yang

    di capai siswa, adanya respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    37/140

    36  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    2. KAJIAN TEORI

    2.1 Kemampuan Guru

    Kompetensi merupakan spesifikasi dari kemampuan, keterampilan dan

    sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai

    dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan (Ditjendikdasmen,

    2004:4). Berdasarkan pendapat tersebut seorang yang bekerja sebagai guru, yang

    menurut Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2006 merupakan pekerjaan

    profesional, maka guru harus memenuhi standar minimal yang dibutuhkan oleh

    Kemendiknas.

    Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat standar

    kompetensi antara lain: 1). Kompetensi pedagogik; 2).Kompetensi kepribadian;

    3).Kompetensi sosial; 4).Kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebutbertujuan agar guru bermutu akan menjadikan pembelajaran yang bermutu juga

    yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

      Untuk mencapai empat kompetensi tersebut, SMA Negeri 1 Haharu

    berupaya untuk berinovasi dengan melaksanakan peningkatan kemampuan

    guru menggunakan media Komputer dalam proses pembelajaran di kelas

    melalui diklat. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa belajar sehingga dapat

    meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan. Banyak model pembelajaran

    yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang pada

    prinsipnya bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif

    dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.

    Dalam perkembangan model pembelajaran untuk masa sekarang ini perlu

    dikembangkan pembelajaran dengan menggunakan media komputer. Oleh

    karena itu guru dalam pelaksanaan pembelajaran mampu menggunakan media

    komputer dalam pembelajaran di kelas dengan tujuan agar proses pembelajaran

    lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untukberkreasi sehingga siswa lebih aktif.

    2.2 Media Komputer

    Kata Komputer pada awalnya berasal dari kata compute   yang artinya

    menghitung. Namun selaras dengan perkembangan teknologi informasi,

    perangkat komputer dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup

    manusia. Mulai dari kehidupan sehari-hari di rumah hingga di kantor/instansi

    hampir semuanya memanfaatkan teknologi komputer.

    Pada dasarnya perangkat lunak komputer terdiri dari sistem operasi

    dan aplikasi (KKP, 2007). Perangkat Komputer di Indonesia pada umumnya

    menggunakan sistem operasi berbasis Windows mulai dari Windows hingga

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    38/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 37 

     Windows Vista dan bahkan sekarang sudah menggunakan Windows Seven

    sebagai program terbarunya. Namun tidak menutup kemungkinan ada yang

    menggunakan Linux.

    Menurut Zanzat (2004), Windows XP diciptakan sebagai sistem

    operasi yang menawarkan kenyamanan, daya tahan, dan ketangguhan sistem

    keamanannya. Sedangkan aplikasi Power Point dan Quik yang juga dibawah

    lisensi Microsoft Corporation memiliki desain yang menarik dan relative

    mudah dioperasikan. Power Point merupakan salah satu program yang lazim

    digunakan untuk menyajikan presentasi. Perangkat lunak ini dapat digunakan

    untuk presentasi dalam bentuk audio visual. Selain sederhana sehingga mudah

    dipahami oleh siswa, program power point sudah diajarkan sejak di Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) dan bahkan dari tingkat Sekolah Dasar. Program inidipilih dengan harapan apabila siswa mengkopi model pembelajaran yang dibuat

    dan disajikan guru, dapat dioperasikan dirumah dengan mudah.

    Program power point ini memungkinkan pemakai untuk menyisipkan

    komponen multimedia seperti : MS Word, MS Exel, suara, foto, grafik, teks, dan

    film. Pada perkembangan selanjutnya, program power point dapat dihubungkan

    dengan internet. Hal ini dimungkinkan karena dalam MS power point tersedia

    fasilitas agar presentasi yang dibuat tersimpan di dalam halaman web atau dalam

    format HML (Hyper Text Markup Languange ).

    Menu MS Power point terdiri dari  file, Edit, View, Insert, Format, Tools,

    Slide show, Windows, dan Help. Dalam merancang pembuatan slide presentasi ada

    beberapa pilihan, diantaranya ialah melalui Auto Content Wizard , melalui fasilitas

    Design Template , atau berkreasi sendiri dengan Blank presentation. Presentasi

    yang dibuat akan menarik, apabila dikombinasikan dengan pewarnaan dan

    pemanfaatan animasi yang tepat. Pembuatan bangun ruang dilakukan dengan

    membuat bidang-bidangnya secara bertahap hingga membentuk bangun ruangmenggunakan fasilitas  AutoShapes . Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan

    Fill Color , gerakan menggunakan Costum Animation  pada menu Slide Show .

    Penambahan tekx sebagai keterangan gambar atau animasi menggunakan menu

    Text Box . Akhirnya ditayangkan dilayar menggunakan LCD. Di tengah-tengah

    tayangan, guru dapat memberikan penjelasan bila perlu untuk melatih siswa

    belajar mandiri.

    Interupsi guru dalam pembelajaran ini masih diperlukan. Disamping masih

    awal dan perlu pengenalan, juga untuk menghindarkan munculnya masalah

     justru pemakaian computer. Dalam penelitian yang dilakukan oleh deRoche

    (1985) di Madoson Metropolitan School District Wisconsin, disebutkan bahwa

    penggunaan komputer dalam pembelajaran di kelas dapat meningkatkan

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    39/140

    38  Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016

    motivasi dan prestasi belajar siswa. Dalam Depdiknas (2003) disebutkan bahwa

    penggunaan media computer untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.

    Sejalan dengan itu dikatakan oleh Usman dan Asnawir (2002) bahwa penggunaan

     Audio visual lebih efektif, karena informasi yang disampaikan lebih banyak dalam

     waktu yang singkat dan dapat digunakan dengan teknik berlapis.

    Selanjutnya agar pemanfaatan computer di kelas tidak bermasalah,

    disebutkan oleh Depdiknas (2003) bahwa agar pembelajaran dengan media

    computer dapat berjalan dengan baik, diperlukan perangkat computer yang

    memenuhi beberapa persyaratan minimal yang disarankan untuk menjalankan

    program pembelajaran yaitu : 1). Prosesor Intel(R) Pentium(R); 2). RAM 2048

    MB; 3). Intel (R) HD Graphics; 4). Setting monitor 1600 x 900(32 bit) (60

    Hz) Generic Pnp monitor; 5). DVD Multi Recorder RDL; 6). Sound card; 7).Speaker (Realtek High Definition Audio); dan 8). Windows 7 Ultimate 32-bit

    ke atas.

    Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan spesifikasi

    perangkat computer yang tidak sesuai atau tidak seragam maka pelaksanaan

    pembelajaran di kelas direncanakan menggunakan dua model. Model pertama,

    guru dapat mengajak siswa ke Laboratorium Komputer untuk bersama-sama

    menggunakan atau mengoperasikan presentasi yang telah dibuat guru. Idealnya

    satu computer untuk satu siswa, tetapi bila tidak memungkinkan satu computer

    untuk dua atau tiga orang siswa. Pada model kedua, apabila laboratorium

    computer sedang dipakai untuk suatu kegiatan, guru dapat menyajikan di

    kelas dengan bantuan LCD. Selanjutnya siswa diminta untuk berdiskusi dan

    memberikan tanggapan terhadap materi yang telah di pelajari. Diakhir pelajaran

    siswa diminta mengerjakan tes yang telah disiapkan guru.

    2.3 Kegiatan Pembelajaran

    Sekolah yang memiliki proses belajar mengajar (PBM) yang efektifitasnyatinggi ditujukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan

    peserta didik (DeRoche, 1985). PBM bukan sekedar memorisasi dan recall atau

    penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos).

     Akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan

    sehingga tertanam dalam diri peserta didik, sehingga berfungsi sebagai muatan

    nurani dan dihayati serta dipraktikkan dalam kehidupan oleh peserta didik

    (etos). Bahkan PBM juga lebih menenkankan pada bagaimana agar peserta didik

    mampu belajar cara belajar (learning to learn).Guru yang efektif akan menaruh harapan yang tinggi pada peningkatan

    secara maksimal pencapaian prestasi oleh peserta didiknya. Harapan yang tinggi,

    menghasilkan performansi yang tinggi (Ubben dan Hughes, 1992).Diperlukan

  • 8/18/2019 Jurnal Cakrawala Edisi 1 for Edit

    40/140

    Cakrawala NTT, Vol. I, No. 1, Januari 2016 39 

    berbagai variasi metode dalam pembelajaran agar suasana pembelajaran senantiasa

    dinamis dan menarik. Walaupun dinyatakan bahwa siswa dating ke sekolah

    dengan berbagai masalah yang akan menimbulkan kesulitan belajar (Ubben dan

    Hughes, 1992), namun dijelaskan lebih lanjut, bahwa guru memiliki tanggung

     jawab legal (legal responsibility ) yang perlu menyediakan sumber-sumber untuk

    meningkatkan kesempatan belajar siswanya. Guru juga memiliki tanggung

     jawab moral dalam pelaksanaan fungsinya berperan sebagai petugas layanan

    social (quasi-social referral agency ) bagi siswa dalam rangka memenuhi kecukupan

    kualitas hidupnya. Hal ini sering dilakukan sebelum elajaran dimulai.

    Dijelaskan pula oleh Nicholls dan Nocholls (1972), bahwa lingkungan

    asal siswa perlu dianalisa dan dipertimbangkan oleh guru dalam merencanakan

    kurikulum. Guru bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.Untuk mencapai tujuan