JURNAL

43
PENGARUH PROGRAM PRA STUDI TARUNA TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN DAN KETAHANAN OTOT PADA CALON TARUNA AKADEMI TEKNIK DAN KESELAMATAN PENERBANGAN MAKASSAR 2011/2012 THE EFFECT OF MIDSHIPMAN PRE-STUDY PROGRAM ON THE MUSCLE STRENGTH AND ENDURANCE PROSPECTIVE CADETS AT THE ACADEMY OF AVIATION ENGINEERING AND SAFETY IN MAKASSAR PERIOD 2011/2012 Irmawati 1 , Ilhamjaya Patellongi 2 , Mushawwir Taiyeb 3 1 Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo 2 Bagian Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Makassar 3 Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: dr. Irmawati Jl. Perintis Kemerdekaan Perumahan Wesabbe Blok C No.31 Tamalanrea Makassar Hp: 085240909988 Email: [email protected]

Transcript of JURNAL

Page 1: JURNAL

PENGARUH PROGRAM PRA STUDI TARUNA TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN DAN KETAHANAN OTOT PADA CALON TARUNA AKADEMI TEKNIK DAN KESELAMATAN

PENERBANGAN MAKASSAR 2011/2012

THE EFFECT OF MIDSHIPMAN PRE-STUDY PROGRAM ON THE MUSCLE STRENGTH AND ENDURANCE PROSPECTIVE

CADETS AT THE ACADEMY OF AVIATION ENGINEERING AND SAFETY IN MAKASSAR PERIOD 2011/2012

Irmawati1, Ilhamjaya Patellongi2, Mushawwir Taiyeb3

1Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo2Bagian Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Makassar

3Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi:dr. Irmawati Jl. Perintis Kemerdekaan Perumahan Wesabbe Blok C No.31 Tamalanrea Makassar Hp: 085240909988 Email: [email protected]

Page 2: JURNAL

Abstrak

Program Studi Taruna (P2ST) sebagai kegiatan orientasi taruna baru, yang dilaksanakan selama 3 bulan yang merupakan program latihan fisik yang terdiri dari olahraga pagi, latihan baris berbaris dan olahraga sore yang membutukan kekuatan dan ketahanan otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh P2ST terhadap Perubahan Kekuatan dan Ketahanan Otot calon Taruna Akademi Teknik dan Penerbangan (ATKP) Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif dengan jumlah sampel 75 orang calon Taruna ATKP makassar dengan metode analitik komparatif numerik berpasangan dua kelompok yang dilakukan pretes kekuatan dan ketahanan otot dan dilakukan observasi selama tiga bulan, selanjutnya dilakukan posttes. Data dikumpulkan oleh tim peneliti yang terlatih meliputi kekuatan dan ketahanan otot. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot lengan dan bahu menggunakan Pull dynamometer sebelum P2ST nilai rata-rata 21,84 meningkat menjadi 26,28 setelah P2ST (p= 0,000); Push dynamometer nilai rata-rata sebelum P2ST 21,16 meningkat menjadi 27,02 setelah P2ST (p= 0,000) dan Push Up test nilai rata-rata sebelum P2ST 39,12 meningkat menjadi 63,56 setelah P2ST (p= 0,000). Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh P2ST terhadap kekuatan dan ketahanan calon taruna ATKP Makassar Angkatan 2011/2012.

Kata Kunci: P2ST, kekuatan dan ketahanan otot

Abstract

Youth Studies Program (P2ST) as a new cadet orientation activities, held for 3 months which is a physical exercise program consisting of exercise in the morning, marching exercises and sports that require strength afternoon and muscle endurance. This study aims to determine the effect of changes P2ST Muscle Strength and Endurance candidate Taruna Academy of Engineering and Aviation (ATKP) Makassar. This study is a prospective cohort study with a sample of 75 orangcalon Midshipman ATKP makassar with comparative numerical analytic methods in pairs of two groups that performed the pretest muscle strength and endurance and made observations for three months, then performed posttes. Data were collected by trained research team includes muscle strength and endurance. The results showed the arm and shoulder muscle strength using a dynamometer before P2ST Pull the average value of 21.84 increased to 26.28 after P2ST (p = 0.000); Push dynamometer before the average value increased to 27.02 21.16 P2ST after P2ST (p = 0.000) and Push Up test average value before increasing to 63.56 39.12 P2ST after P2ST (p = 0.000). Concluded that there are effects on strength and endurance P2ST prospective cadets ATKP Makassar Period 2011/2012

Keywords: P2ST, muscular strength and endurance

Page 3: JURNAL

PENDAHULUAN

Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar

merupakan pendidikan tinggi di bawah Kementrian Perhubungan, dengan tugas

pokok melaksanakan pendidikan profesional program diploma bidang keahlian

teknik dan keselamatan penerbangan. ATKP Makassar menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut: pelaksanaan dan pengem-bangan pendidikan profesional yang

meliputi pengajaran, pelatihan dan pengasuhan; pelaksanaan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat; pengelolaan perpustakaan, laboratorium, sarana

dan prasarana lainnya; pembinaan civitas akademika dan hubungannya dengan

lingkungan; pengelolaan urusan administrasi umum, akademik dan ketarunaan.

Pada ATKP Makassar terdapat suatu Program Pra Studi (P2ST) yang

merupakan program orientasi yang wajib diikuti oleh seluruh calon taruna dengan

aktivitas diantaranya berupa latihan baris berbaris, marching band, beladiri dan

lain sebagainya.

Pelaksanaan Program Pra Studi Taruna (P2ST) diharapkan para calon

taruna bisa mengikuti program perkuliahan selama pelaksanaan pendidikan di

ATKP, untuk itu mereka dituntut memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik,

sampai mereka lulus dan nantinya bekerja sebagai pemandu lalu lintas udara.

Tubuh yang bugar menyebabkan kita dapat beraktivitas sehari-hari secara

cepat dan gesit. Tubuh yang bugar bisa didapat dengan me lakukan latihan

kesegaran jasmani secara teratur. Kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani

adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat tubuhnya dalam batas

fisiologi terhadap lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu dan sebagainya) dan

atau kerja fisik dengan cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan.

Aktivitas fisik dan atau olahraga akan bermanfaat bila dilakukan dengan

baik, benar, terukur dan teratur, sebaliknya bila dilakukan dengan tidak sesuai

dengan kaidah tersebut, dapat menimbulkan dampak negatif yang merugikan

kesehatan seperti cedera atau gangguan atau keluhan kesehatan lain.

Latihan fisik adalah latihan teratur, sistematik dan berkesinambung an

yang dituangkan dalam program latihan. Tujuan latihan fisik adalah untuk

mencapai penyesuaian biologi, agar dapat menampilkan ke terampilan secara

optimal, meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot (Tessa, 2009).

Secara umum pengertian kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang

untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan ringan dan mudah tanpa merasa

Page 4: JURNAL

kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan

kegiatan lain. Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh antara lain dapat mencegah

penyakit jantung, pembuluh darah dan paru-paru sehingga dapt meningkatkan

kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan jasmani yang bugar hidup menjadi

semangat dan menyenangkan.

Tingkat kebugaran fisik yang dapat diukur diantara kesepuluh komponen,

yaitu: kekuatan otot (muscular strength) dan daya tahan otot (muscular

endurance). Kekuatan dan ketahanan otot menurut Afriwardi (2009), orang

dengan kekuatan yang kuat dan dapat bertahan lama memiliki kebugaran yang

baik, kekuatan dan ketahanan berbanding lurus dengan kebugaran seseorang.

Kekuatan dan ketahanan otot dapat di tingkatkan, dengan memberikan latihan

fisik yang sesuai dengan aturan olahraga.

Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang dalam memperguna-kan

ototnya untuk menerima beban sewaktu bekerja (Halim, 2004). Kekuatan adalah

kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban pada waktu

melakukan aktivitas tubuh (Rotinus, 1992). Kekuatan otot menunjukkan kekuatan

maksimal yg ditimbulkan oleh sebuah otot atau sekelompok otot. Kekuatan otot

ini akan meningkat bila seseorang melakukan latihan beban dengan dosis

tertentu, atau program latihan tertentu.

Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam memper gunakan

ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama

dengan beban tertentu (Halim, 2004). Daya tahan otot adalah kemampuan otot

atau sekelompok otot rangka untuk meneruskan kontraksi pada jangka waktu yang

lama, serta kemampuan pemulihan yang cepat setelah lelah. Untuk meningkatkan

daya tahan otot diperlukan latihan fisik teratur, terukur, dan terprogram dengan

memperhatikan kualitas dan kuantitas latihan. Daya tahan merupakan unsur dasar

atau inti dari kesegaran fisik dalam peningkatan kondisi fisik (Arista, 2009).

Menurut Rotinus (1992) daya tahan otot adalah daya tahan lama organisme atlet

mengatasi kelelahan yang timbul akibat beban latihan submaksimal intrensitasnya,

guna meningkatkan daya tahan otot lokal ini dapat dilakukan dengan weigh

training.

Pada Taruna Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP)

belum pernah dilakukan penelitian tentang kekuatan dan ke tahanan otot setiap

mahasiswa, beradasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan

Page 5: JURNAL

penelitian dengan judul “Pengaruh Program Pra Studi Taruna (P2ST) Terhadap

Perubahan Kekuatan dan Ketahanan Otot pada Calon Taruna Akademi Teknik

dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar.

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yaitu: 1.) Apakah P2ST

berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot calon Taruna Akademi Teknik

dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012 sebelum

dan setelah Program Pra Studi Taruna (P2ST), 2.) Apakah P2ST berpengaruh

terhadap peningkatan ketahanan otot calon Taruna Akademi Teknik dan

Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012 sebelum dan

setelah Program Pra Studi Taruna (P2ST). Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan

umum yaitu untuk mengetahui kekuatan dan ketahanan otot sebelum Program Pra

Studi Taruna (P2ST) dan pengaruh Program Pra Studi Taruna (P2ST) terhadap

kekuatan dan ketahanan otot pada calon Taruna Akademi Teknik dan

Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012. Tujuan

khusus yaitu: 1.) untuk mengetahui kekuatan otot sebelum program Pra Studi

Taruna (P2ST) pada calon Taruna Akademi Teknik dan Keselamatan (ATKP)

Penerbangan Makassar Angkatan 2011/2012, 2) untuk mengetahui ketahanan otot

sebelum program Pra Studi Taruna (P2ST) pada calon Taruna Akademi Teknik

dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012, 3.) untuk

mengetahui kekuatan otot sesudah program Pra Studi Taruna (P2ST) pada calon

Taruna Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar

Angkatan 2011/2012, 4.) untuk mengetahui ketahanan otot sesudah program Pra

Studi Taruna (P2ST) pada calon Taruna Akademi Teknik dan Keselamatan

Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012, 5.) untuk menilai pengaruh

program Pra Studi Taruna (P2ST) terhadap kekuatan otot Calon Taruna Akademi

Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012

dan 6.) untuk menilai pengaruh program Pra Studi Taruna (P2ST) terhadap

ketahanan otot calon Taruna Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan

(ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian berada di kampus Akademi Teknik dan Keselamatan

Penerbangan Makassar yang berada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Page 6: JURNAL

Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif yaitu dengan mengukur

kekuatan dan ketahanan otot sebelum dan sesudah Program Pra Studi Taruna

dengan metode analitik komparatif numerik berpasangan dua kelompok.

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua calon taruna Akademi Teknik

dan Keselamatan Penerbangan Makassar Angkatan 2011/2012 yang mengikuti

P2ST. Dalam penelitian ini, semua populasi merupakan sampel penelitian dengan

syarat memenuhi kriteria inklusi: a. Responden menadatangani informed consent,

b. Responden ada di tempat pada saat penelitian dilakukan, c. Responden

menyelesaikan masa karantina selama 3 bulan, d. Usia antara 15 – 25 tahun.

Kriteria Eksklusi: a. Responden tidak menandatangani informed consent, b.

Responden tidak berada di tempat pada saat penelitian dilakukan, c. Responden

tidak menyelesaikan masa karantina selama 3 bulan. Kriteria drop Out:

Responden tidak mengikuti salah satu pemeriksaan, pretes, posttes dan kedua-

duanya.

Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan oleh tim peneliti terlatih dengan melakukan

pretes, observasi selama 3 bulan kemudian dilakukan posttes. Data kekuatan otot

lengan dan bahu menggunakan Pull & Push Dynamometer, dan data ketahanan

otot lengan dan bahu dengan Push Up Test selama 60 detik. (Halim, 2004).

Analisis data

Data kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu dianalisa menggunakan

statistik komputer dengan melakukan uji normalitas data dan dilakukan uji t

berpasangan.

HASIL PENELITIAN

Pada tabel 1 dapat dilihat umur responden terdapat antara 17-22 yang

sesuai dengan umur perguruan tinggi. Pada pengukuran IMT didapatkan nilai

minimum sebelum P2ST yaitu 15,23 dan sesudah 16,23 keduanya terdapat pada

kategori underweight, nilai maksimum IMT mengalami perubahan sebelum P2ST

pada kategori obese (29,76) dan sesudah P2ST menjadi kategori normal (24,8).

Tabel 2 IMT sebelum P2ST terdapat pada kriteria Obese sebanyak 1 orang

(1.3%) dan overweight sebanyak 3 orang (4.0%). Sedangkan kriteria IMT setelah

Page 7: JURNAL

pelaksanaan P2ST mengalami perubahan yang cukup berarti dimana hanya

terdapat kriteria underweight dan normal masing-masing sebanyak 27 (36%) dan

48 (64%).

Pada tabel 3 pengukuran menggunakan pull dynamometer kategori sedang

meningkat menjadi 59 orang, kategori kurang turun menjadi 14 orang dan

kategori kurang sekali turun menjadi 2 orang. Pengukuran menggunakan push

dynamometer menunjukkan kategori baik sekali menjadi 1 orang, kategori baik

naik menjadi 7 orang, kategori sedang naik menjadi 47 orang, kategori kurang

turun menjadi 20 orang dan kategori kurang sekali menjadi tidak ada.

Tabel 4 kategori baik sekali naik menjadi 54 orang, kategori baik menjadi

17 orang, kategori cukup turun menjadi 4 orang dan kategori kurang menjadi tidak

ada.

Pada tabel 5 memperlihatkan kekuatan otot berdasarkan kriteria Pull

dynamometer sebelum P2ST kategori kurang sekali 4 orang, 2 orang menjadi

kategori kurang dan 2 orang menjadi kategori sedang setelah P2ST. Responden 29

orang kategori kurang sebelum P2ST, 2 orang kategori kurang sekali, 11 orang

menetap kategori kurang dan 16 orang meningkat menjadi kategori sedang setelah

P2ST. Pada kategori sedang sebelum P2ST sebanyak 42 orang, menjadi kategori

kurang 1 orang dan menetap 41 orang setelah P2ST. Hubungan antara kekuatan

otot menggunakan Pull dynamometer sebelum dan sesudah P2ST, memberikan

nilai p<0,05 yaitu 0,000 yang artinya terdapat nilai bermakna ke arah peningkatan,

terhadap kekuatan otot dengan Pull dynamometer sebelum dan sesudah P2ST

pada taruna ATKP Makassar Angkatan 2011/2012.

Kekuatan otot berdasarkan kriteria Push dynamometer pada tabel 6

memperlihatkan kategori kurang sekali sebanyak 3 orang sebelum P2ST menjadi

kategori kurang 2 orang dan kategori sedang 1 orang setelah P2ST. Kategori

kurang sebelum P2ST sebanyak 34 orang menetap sebanyak 17 orang dan

meningkat menjadi kategori sedang sebanyak 17 orang setelah P2ST. Kategori

sedang sebelum P2ST 34 orang setelah P2ST menjadi kategori kurang 1 orang,

menetap 29 orang dan meningkat menjadi kategori baik 4 orang setelah P2ST.

Sebanyak 4 orang berada pada kategori baik sebelum P2ST, menetap 3 orang dan

meningkat menjadi kategori baik 1 orang setelah P2ST. Hubungan antara

kekuatan otot menggunakan Push dynamometer sebelum dan sesudah P2ST,

memberikan nilai p<0,05 yaitu 0,000 yang artinya terdapat nilai bermakna ke arah

Page 8: JURNAL

peningkatan, terhadap kekuatan otot dengan Push dynamometer sebelum dan

sesudah P2ST pada taruna ATKP Makassar Angkatan 2011/2012.

Pada tabel 7 memperlihatkan ketahanan otot sebelum P2ST pada kategori

kurang sebanyak 28 orang, menjadi kategori cukup 3 orang, kategori baik 8 orang

dan kategori baik sekali 17 orang setelah P2ST. Kategori cukup 23 orang sebelum

P2ST, menetap 1 orang, meningkat menjadi kategori baik 4 orang dan kategori

baik sekali 18 orang setelah P2ST. Sebelum P2ST sebanyak 18 orang kategori

baik, setelah P2ST menetap 4 orang dan sebanyak 14 orang meningkat menjadi

kategori baik sekali setelah P2ST. Pada kategori baik sekali 6 orang sebelum

P2ST, menjadi kategori baik 1 orang dan 5 orang menetap setelah P2ST.

Hubungan antara kekuatan otot meng- gunakan Push dynamometer sebelum dan

sesudah P2ST, memberikan nilai p<0,05 yaitu 0,000 yang artinya terdapat nilai

bermakna ke arah peningkatan, terhadap ketahanan otot dengan sebelum dan

sesudah P2ST pada taruna ATKP Makassar Angkatan 2011/2012.

Pengaruh P2ST terhadap kekuatan otot berdasarkan kriteria pull

dynamometer pada tabel 8 memperlihatkan bahwa sebelum P2ST nilai mean dan

standar deviasi yaitu 21,84 dan 5,05 meningkat menjadi 26,28 dan 6,36. Kekuatan

otot berdasarkan kriteria push dynamometer nilai mean dan standar deviasi yaitu

21,16 dan 7,25 meningkat menjadi 27,02 dan 7,67.

Pengaruh P2ST terhadap ketahanan otot lengan dan bahu berdasarkan

kriteria push up test pada tabel 9, nilai mean dan standar deviasi yaitu 39,12 dan

1,12 meningkat menjadi 63,56 dan 1,32 setelah P2ST.

Tabel 10, pada 5 olahraga pilihan nilai rata-rata menggunakan Pull

dynamometer pada olahraga volyy sebelum P2ST 22,58 meningkat 25,91; basket

19,68 meningkat menjadi 23,93; bulutangkis 22,42 meningkat menjadi 30,21;

sepakbola 21,82 meningkat menjadi 26,65; takraw 21,95 meningkat menjadi 25.

Tabel 11 Nilai rata-rata menggunakan Push dynamometer pada olahraga

pilihan volyy 25,92 meningkat 27,97; basket 20,18 meningkat menjadi 25,12;

bulutangkis 23,07 meningkat menjadi 28,85; sepakbola 20,95 meningkat menjadi

27,42 dan takraw 18,86 meningkat menjadi 24,59.

Tabel 12, pada 5 olahraga pilihan nilai rata-rata menggunakan dengan

push up test pada olahraga volyy sebelum P2ST 36,76 meningkat 67,05; basket

35,25 meningkat menjadi 60,50; bulutangkis 52,42 meningkat menjadi 68,57;

Page 9: JURNAL

sepakbola 38,96 meningkat menjadi 62,43 dan takraw 37,54 meningkat menjadi

60,45 setelah P2ST.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini membandingkan kekuatan dan ketahanan otot sebelum

dan sesudah P2ST selama 3 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur

kekuatan otot lengan dan bahu dan ketahanan otot lengan dan bahu.

I. Gambaran Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Program Pra Studi

Taruna terhadap perubahan kekuatan dan ketahanan otot pada calon Taruna

ATKP Makassar. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dibatasi pada subjek

berjenis kelamin laki-laki untuk menghindari hasil yang bias, karena secara

fisiologis pada wanita umumnya kekuatan otot, ventilasi paru dan curah jantung

semuanya berkaitan dengan massa otot bervariasi antara dua pertiga dan tiga

perempat dari nilai yang didaptkan pada pria. (Guyton & Hall, 2006).

Data pada tabel 1 memperlihatkan rentang usia antara 17 sampai 22 tahun

dimana rentang umur tersebut merupakan usia sekolah di perguruan tinggi

(Sumarjo 2005).

Nilai rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum dan setelah

pelaksanaan P2ST mengalami perubahan, dimana IMT sebelum P2ST terdapat

kategori underweight, normal, overweight dan obese sedangkan setelah

pelaksanaan P2ST hanya terdapat kategori underweight dan normal. IMT atau

Indeks Quetelet merupakan indikator komposisi tubuh total yang relatif baik

dalam studi populasi dan berkaitan dengan kesehatan, yang menilai berat badan

terhadap tinggi badan (ACSM, 2004).

Penerimaan calon taruna baru pada ATKP hanya berdasarkan pada

pemeriksaan berat badan dan tinggi badan normal tanpa melakukan perhitungan

IMT. Hal ini memberikan penilaian yang tidak tepat terhadap komposisi tubuh

untuk menilai sejauh mana tingkat kebugaran tubuh seorang calon taruna secara

menyeluruh, sehingga taruna dengan IMT tidak normal dapat lulus seleksi

penerimaan.

Pada Program Pra Studi Taruna (P2ST) para Taruna ATKP menjalani

karantina selama 3 bulan yang memiliki jadwal olahraga selama 4 hari dalam 1

minggu dengan waktu 45 menit terdiri atas pemanasan, lari, push up dan olahraga

Page 10: JURNAL

sore. Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi 45-120 menit dalam

training zone sedangkan untuk olahraga kesehatan antara 20 – 30 menit dalam

training zone (Sadoso, 1987 dan Pangkahila, 1998). Durasi latihan inti berkisar

antara 15 sampai dengan 60 menit (Blair, 1995). Durasi waktu ini dibutuhkan

untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh.

II. Pengaruh P2ST terhadap Kekuatan otot

Nilai kekuatan otot yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan

adanya peningkatan, dimana dengan menggunakan Pull dynamometer sebelum

P2ST didapatkan nilai rata-ratanya sebesar 21,84±5,05 dan setelah P2ST

didapatkan nilai rata-ratanya sebesar 26,28±6,36. Menggunakan Push

dynamometer sebelum P2ST didapatkan nilai rata-ratanya sebesar 21,16±7,25 dan

setelah P2ST didapatkan nilai rata-ratanya sebesar 27,02±7,67. Setelah dilakukan

uji t berpasangan, diperoleh nilai p<0,05 (0,000), yang artinya terdapat pengaruh

P2ST terhadap kekuatan otot pada taruna ATKP Makassar.

Push up pada program P2ST dilakukan secara teratur setiap harinya

sebanyak 10-20 kali selama 12 minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Matthew R dkk (2003), bahwa kekuatan otot meningkat pada

latihan harian dan latihan intensitas linear. Gerakan push-up membutuhkan

gerakan gabungan adduksi horizontal di bahu dan ekstensi pada siku, sehingga tes

Push up dapat digunakan sebagai latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dada,

bahu, dan lengan (Robert dkk, 2005).

Pada suatu program latihan khususnya otot skeletal, dapat menyebabkan

hipertrofi. Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan oleh peningkatan diameter

serat otot daripada oleh peningkatan jumlah serat, tetapi hal ini tidak semuanya

benar karena beberapa serat otot yang sangat membesar diyakini di tengah, di

seluruh panjang otot untuk membentuk serat-serat yang seluruhnya baru, sehingga

sedikit meningkatkan jumlah seratnya. (Guyton & Hall, 2006).

Page 11: JURNAL

Perubahan yang terjadi di dalam serat otot yang hipertrofi itu sendiri

meliputi: (1) peningkatan jumlah myofibril, sebanding dengan derajat hipertrofi;

(2) peningkatan komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan

fosfokreatin sebanyak 60 sampai 80 persen; (4) peningkatan cadangan glikogen

sebanyak 50 persen. Akibat semua perubahan ini, kemampuan sistem metabolik

aerobik dan anaerobik meningkat, terutama meningkatkan kecepatan oksidasi

maksimum dan efisiensi sistem metabolisme oksidatif sebanyak 45 persen

(Guyton and Hall, 2006).

Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan

suatu daya kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2 dari satu daerah

potongan melintang otot (Guyton and Hall, 2006).

Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi kekuatan otot yaitu: 1. recruitment

motor unit, 2. motor unit rate coding, 3. motor unit synchronization, 4. stretch

shortening cycle, 5. neuromuscular inhibition, 6. muscle fiber type dan 7. muscle

hypertrophy. (Bompa, 2009)

Jumlah serat yang berkontraksi dalam sebuah otot bergantung besarnya

rekriutmen unit motorik (Sherwood, 2001). Ketika unit motor lebih banyak

diaktifkan, jumlah gaya yang dihasilkan oleh otot kemudian meningkat (Haff dkk,

2001). Henneman dkk (1965), memperkenalkan prinsip ukuran hanneman, yang

menunjukkan bahwa ukuran unit motor yang menentukan terjadinya aktivitas otot.

Prinsip ini menyebutkan bahwa unit motor yang lebih besar memiliki ambang

aktivasi yang lebih tinggi dan diaktifkan setelah unit motor yang lebih kecil. Hal

ini juga diterima secara luas bahwa unit motor yang lebih besar diaktifkan dalam

menanggapi beban eksternal yang lebih tinggi. Unit motor dipengaruhi tidak

hanya oleh gaya yang diberikan, tetapi juga oleh kecepatan kontraksi, jenis

kontraksi otot, dan keadaan metabolik otot.

Pada atlet yang dengan kekuatan yang tinggi memiliki serat otot tipe 2

yang banyak, hal ini penting untuk kemampuan atlet untuk menunjukkan

kemampuan kekuatan dan power. (Fry A.C dkk, 2003)

Page 12: JURNAL

Peningkatan serat otot menyebabkan terjadinya hipertrofi otot terlihat pada

respon latihan yang lama. Peningkatan serat otot meningkatkan jumlah unit

kontraktil yang meningkatkan kekuatan otot. Serat otot tipe 2 menunjukkan

elastisitas yang besar, sehingga otot dapat mengalami hipertrofi bila melakukan

latihan dan otot cepat mengalami atrofi bila tidak melakukan latihan (Folland, J.P

dan A.G. Williams, 2007).

Olahraga push up yang dilakukan para calon taruna setiap harinya pada

program P2ST tanpa adanya penambahan beban, sehingga kekuatan otot lengan

dan bahu para calon taruna dapat terlihat pada tabel 5 dimana kekuatan otot

menggunakan tes Pull Dynamometer kategori baik sekali dan baik setelah P2ST

tidak ada. Tes Push Dynamometer setelah P2ST kategori baik sekali hanya

terdapat 1 orang dan kategori baik meningkat 3 orang. Sesuai teori Guyton & Hall

(2006) otot yang bekerja tanpa beban walaupun dilatih berjam-jam kekuatannya

hanya sedikit meningkat. Pada keadaan ekstrem yang lain, kekuatan otot yang

berkontraksi lebih dari 50 persen gaya kontraksi maksimum akan berkembang

dengan cepat bahkan bila kontraksi dilakukan hanya beberapa kali setiap harinya.

Dengan menggunakan prinsip ini, percobaan memperbesar otot menunjukkan

bahwa enam kontraksi otot yang mendekati maksimal, yang dilakukan dalam tiga

set tiga hari seminggu kira-kira akan memberi peningkatan kekuatan otot yang

maksimum tanpa mengakibatkan kelelahan otot yang kronis (Guyton and Hall,

2006).

Hal ini sesuai dengan teori yang dituliskan oleh Sudarsono (2006) otot

dapat meningkat kekuatannya harus diberi beban kerja diatas beban kerja yang

biasa dilakukan oleh otot tersebut, dan selanjutnya setelah otot tersebut menjadi

lebih kuat maka beban yang diberikan harus lebih tinggi lagi untuk menghasilkan

kemampuan yang lebih meningkat. Program latihan yang memperhatikan prinsip

ini, maka otot senantiasa akan memperoleh rangsang yang memungkin kannya

berubah, atau dengan kata lain mengalami adaptasi latihan.

Menurut Syaranamual (2001), untuk pengembangan otot atau hipertrofi,

maka otot tersebut harus diberi beban. Ketika pem bebanan itu dilakukan

berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi, maka otot tersebut akan mengalami

peningkatan pada ukuran dan kekuatannya. Peningkatan tersebut terjadi sebagai

hasil dari program peningkatan kekuatan yang dipengaruhi oleh tingkat kekuatan

Page 13: JURNAL

yang dimiliki oleh individu sesuai dengan program set dan juga metode serta

intensitasnya.

II. Pengaruh P2ST terhadap Ketahanan otot lengan dan bahu

Hasil penelitian selanjutnya adalah ketahanan otot lengan dan bahu yang

dilakukan dengan tes push up, hal ini dapat terlihat pada tabel 6 pada kategori baik

sampai baik sekali setelah P2ST meningkat menjadi 71 orang. Push up pada

program P2ST dilakukan secara teratur setiap harinya sebanyak 10-20 kali selama

12 minggu. Dengan prinsip periodisasi dimana latihan dilakukan secara teratur,

intensif dan progresif, merupakan salah satu diantara prinsip latihan yang bila

ditaati akan mendapatkan tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan (Nukhrawi,

2008).

Pada olahraga push up yang dilakukan setiap harinya para calon taruna

diperlukan ketahanan otot, dan energi yang diperklukan untuk ketahanan otot

berasal dari sistem aerobik. Pada olahraga dengan ketahanan otot serabut berkedut

lambat dibentuk khususnya untuk pembentukan energi aerobik. Dimana serabut

ini memiliki mitokondria yang jauh lebih banyak, selain itu serabut berkedut

lambat mengandung lebih banyak mioglobulin yang bergabung dengan oksigen

dalam serabut otot yang meningkatkan kecepatan difusi oksigen di seluruh serabut

otot. Pada serabut berkedut lambat juga memiliki enzim sistem metabolisme aerob

lebih aktif. Juga jumlah kapiler di seluruh serabut berkedut lambat lebih banyak

(Guyton & Hall, 2006).

Menurut Serwood (2001), latihan dengan ketahanan bisa memicu

terjadinya perubahan metabolik dalam serat oksidatif, yaitu serat yang utama

direkrut selama olahraga aerobik. Jumlah mitokondria dan kapiler yang

menyalurkan darah ke serat-serat tersebut meningkat. Otot yang beradaptasi

menggunakan oksigen secara efisien sehingga lebih tahan melakukan aktivitas

yang lebih lama tanpa merasa kelelahan.

Ketahanan otot bergantung pada dukungan nutrisi terhadap otot, terlebih

lagi kandungan glikogen yang tersimpan dalam otot sebelum periode latihan.

Seseorang yang menjalankan diet tinggi karbohidrat menyimpan lebih banyak

glikogen di dalam otot (Guyton & Hall, 2006).

Ketahanan otot rangka dipengaruhi oleh: 1. Muscular fiber type, 2.

Mitochondrial density, 3. Capillary density (Bompa, 2009).

Page 14: JURNAL

Tipe 1 serat, yang memiliki kapasitas oksidatif lebih tinggi, memiliki

kapiler yang lebih besar dibandingkan dengan tipe 2 (Zoladz dkk, 2005). Jenis

serat 1 juga memiliki mitokondria lebih padat dan bergantung terhadap aktivitas

enzim aerobik (Fleck dan Kraemer, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Bell dkk (2000), terjadi peningkatan yang

signifikan pada rasio serat kapiler setelah 12 minggu pada latihan ketahanan otot.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kiens dkk (1993), juga terjadi peningkatan

kapiler pada orang yang dilatih dibandingkan orang yang tidak dilatih. Penelitian

yang dilakukan oleh Ingjer (1979), menyatakan terdapat peningkatan kapiler pada

orang yang diberikan latihan ketahanan.

Wibom dkk (2010) menyatakan bahwa terjadi peningkatan mitokondria

pada penelitian yang diberikan latihan ketahanan. Menurut Hawley (2002) latihan

dengan ketahanan dapat meningkatkan jumlah mitokondria dan kapiler.

Basset dan Hawley (1997), melaporkan bahwa atlet yang memiliki

kepadatan kapiler lebih tinggi dengan latihan jangka waktu yang lebih lama

sebagai hasil dari kemampuan mentolerir metabolisme aerob dan susunan laktat

lebih baik dari atlet dengan kepadatan kapiler lebih rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa kepadatan kapiler berperan penting dalam pengiriman oksigen ke jaringan

kerja dan penghapusan produk-produk limbah oleh otot.

Menurut Rodriguez dkk (2002), kepadatan kapiler meningkat pada latihan

daya tahan. Peningkatan kepadatan kapiler tampaknya terkait erat dengan usia

atlet, seseorang yang menjalani latihan yang lama akan terjadi peningkatan yang

lebih banyak dalam kepadatan kapiler.

Dengan latihan daya tahan dapat merangsang pembentukan mitokondria

dan terjadinya peningkatan kepadatan mitokondria. Jika kepadatan mitokondria

meningkat, maka kebutuhan akan oksigen akan meningkat. Adaptasi enzim

mitokondria dapat meningkatkan kinerja daya tahan melalui produksi laktat

menurun selama latihan dan peningkatan oksidasi lemak, yang menghasilkan

penghematan glikogen otot dan glukosa darah (Bompa, 2009).

Penurunan kekuatan dan daya tahan otot dapat disebabkan oleh beberapa

faktor seperti: sakit, cedera saat berolahraga, istirahat.

Olahraga beladiri merupakan olahraga wajib diikuti pada P2ST selama 3

bulan. Pada olahraga beladiri terbagi atas beberapa kelompok besar diantaranya

teknik gerakan pukulan, tangkisan dan teknik tendangan (Sujoto, 2006). Salah

Page 15: JURNAL

satu pukulan dalam beladiri yaitu Shiken tzuki yang merupakan pukulan keras,

lurus ke depan dengan penggunaan tenaga yang maksimal ke arah satu titik tengah

ke arah depan. Pada kecepatan pukulan shiken tzuki, makin cepat diayunkan maka

makin besar kemungkinan untuk dapat bergerak dengan cepat ke depan atau

sasaran. Dalam proses gerakan tersebut akan melatih otot lengan dan bahu

(Sujoto, 2006.). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bompa

(2009), salah satu faktor yang memepengaruhi peningkatan kekuatan otot yaitu

motor unit dipengaruhi oleh kecepatan kontraksi. Olahraga beladiri merupakan

olahraga wajib diikuti pada P2ST

Menurut Tohar (1992) komponen pembinaan fisik yang penting dalam

olahraga bulutangkis terdiri dari: kekuatan, daya tahan, kecepatan dan kelincahan.

Permainan bulutangkis terdapat tiga jenis servis yaitu: 1. service forehand pendek

siku dalam keadaan bengkok, 2. service forehand tinggi dan 3. service backhan

(pengembalian service). Permainan bulutangkis juga terdapat banyak macam

pukulan dengan ayunan raket dari bawah, pukulan dengan ayunan raket mendatar

(drive) dan pukulan dengan ayunan raket dari atas (over head). Smash adalah

bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis.

Karakteristik pukulan ini adalah; keras, laju jalannya kok cepat menuju Iantai

Iapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan kekuatan otot tungkai, bahu,

lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang

harmonis. Penelitian oleh Alim (2011), terdapat peningkatan kekuatan otot lengan

pada atlet bulutangkis. Calon taruna yang memilih olahraga pilihan bulutangkis

hanya 7 orang (9%). Teknik-teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis bila

dilakukan dengan baik dan benar maka akan menghasilkan kekuatan otot lengan

dan bahu, tetapi hasil yang didaptkan pada tabel 5 hanya 4 orang (5,33%) yang

meningkat, hal ini kemungkinan dapat disebabkan selama permainan bulutangkis

tidak dilakukan secara baik dan benar dan tidak adanya seorang pelatih

bulutangkis.

Terdapat beberapa macam bentuk teknik dasar dalam bermain bola basket,

seperti yang dijelaskan oleh Sodikun (1992), menjelaskan bahwa terdapat

beberapa teknik dalam bermain bola basket yaitu teknik melempar, menangkap,

menggiring bola, menembak, gerak berporos (pivot), tembakan lay up, dan

merayah (rebound. Dari masing masing teknik dasar tersebut memiliki fungsi

peranan yang khas disesuaikan dengan sifat dari permainan bola basket yang cepat

Page 16: JURNAL

dan dinamis. Lengan yang panjang dan otot yang besar akan menunjang terhadap

pencapaian prestasi yang maksimal dalam cabang olahraga bola basket. Seperti

yang dijelaskan bahwa kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik,

khususnya kekuatan otot lengan. Penelitian yang dilakukan oleh Hasmawati

(2011) bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot pada permainan bola voli. Pada

olahraga pilihan bola basket para calon taruna yang memilih hanya 8 orang (11%).

Seperti pada permainan bulutangkis, dalam olahraga bola basket juga terdapat

teknik-teknik menggunakan lengan dan bahu yang bila dilakukan dengan baik dan

benar maka akan menghasilkan peningkatan kekuatan otot lengan dan bahu, tetapi

hasil yang didaptkan pada tabel 5 hanya 4 orang (5,33%) yang meningkat, hal ini

kemungkinan dapat disebabkan selama permainan bola basket tidak dilakukan

secara baik dan benar dan tidak adanya seorang pelatih olahraga bola basket.

Penguasaan teknik dasar sebagai salah satu penunjang keberhasilan

permainan bola voli sangat di pengaruhi oleh unsur lain yaitu unsur kondisi fisik.

Pada permainan bola voli terdapat tetapi sebagai suatu serangan pertama bagi regu

yang melakukan service, service atas, service bawah, service mengapung, pukulan

atau pengambilan tangan ke bawah pengambilan tangan ke atas dan smash.

Komponen fisik yang diperlukan dalam service terutama dalam jumping service

dalam permainan bola voli adalah kekuatan, kecepatan, daya tahan, keseimbangan

dan koordinasi. (Yunus, 1992).

Komponen-komponen fisik tersebut masing-masing memiliki peranan

yang berbeda, sesuai karakteristik yang dimiliki. Komponen fisik yang dirasa

sangat penting berkaitan dengan jumping service dalam permainan bola voli

antara lain adalah unsur kekuatan otot lengan bahu dan daya ledak otot lengan

bahu. Hal ini didasarkan pada teori bahwa service yang baik ialah keras dan

terarah. Service yang keras dan terarah adalah spesifikasi jumping service, dan

pelaksanaannya dibutuhkan lompatan yang tinggi agar pemain leluasa dalam

mengarahkan bola dan pukulan yang lepas dan keras. Untuk pukulan yang keras

ini dubutuhkan daya ledak otot lengan bahu dan kekuatan otot lengan bahu.

(Yunus, 1992). Hal ini sesuai dengan penelitian Amal (2011), bahwa terdapat

peningkatan kekuatan otot lengan terhadap kemampuan servis pada permainan

bola voli.

Pada olahraga pilihan bola voli terdapat 17 orang para calon taruna yang

memilih lebih banyak dibandingkan olahraga bulutangkis dan bola basket, hal

Page 17: JURNAL

yang sama terjadi dimana kekuatan otot para calon taruna hanya 4 orang (5,33%)

yang meningkat kemungkinan yang sama yaitu teknik yang teredapat pada bola

voli tidak dilakukan secara baik dan benar dan tidak adanya seorang pelatih

olahraga bola voli.

Pada olahraga pilihan sepak bola sebanyak 32 orang (43%) membatasi

tangan untuk digunakan dalam pertandingan. Tetapi, Ketika bola keluar melewati

garis pinggir maka akan diberi Throw-in yang merupakan lemparan dalam yang

menggunakan tangan yang sangat kuat untuk mendorong bola dari garis pinggir

ke tengah-tengah lapangan. (Danny Mielke, 2007). Begitu juga pada olahraga

takraw yang memilih sebanyak 11 orang (15%) dimana tangan dipergunakan

hanya untuk keseimbangan selama pertandingan, pada takraw terdapat salah satu

teknik yaitu teknik membahu dimana bola disentuh dengan bagian depan bahu.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Ringkasan

1. Distribusi kategori kekuatan otot calon taruna Akademi Teknik dan

Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012

sebelum P2ST adalah sebagai berikut: Pull dynamometer: baik sekali:0,

baik:0, sedang:56%, kurang:38,7%, kurang sekali:5,3%; Push

dynamometer: baik sekali:0, baik:5,33%, sedang:45,33%, kurang:45,33%,

kurang sekali:4%. Distribusi kategori ketahanan otot calon taruna

Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar

Angkatan 2011/2012 sebelum P2ST adalah sebagai berikut: baik

sekali:8%, baik:25,33%, cukup:29,33%, kurang:37,33%, kurang sekali:0.

Distribusi kategori kekuatan otot calon taruna Akademi Teknik dan

Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Angkatan 2011/2012

setelah P2ST adalah sebagai berikut: Pull dynamometer : baik sekali:0,

baik:0, sedang:56%, kurang:38,7%, kurang sekali:5,3%; Push

dynamometer : baik sekali:1,33%, baik:9,33%, sedang:62,67%,

Page 18: JURNAL

kurang:26,67%, kurang sekali:0. Distribusi kategori ketahanan otot calon

taruna Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar

Angkatan 2011/2012 setelah P2ST adalah sebagai berikut: baik

sekali:54%, baik:17%, cukup:4%, kurang:0, kurang sekali:0. Pengaruh

P2ST selama 3 bulan pada calon Taruna Akademi Teknik dan

Keselamatan (ATKP) Penerbangan Makassar Angkatan 2011/2012

meningkatkan kekuatan otot: Pull dynamometer: sebesar 4,44 (20,32%)

dari 21,84±5,05 ke 26,28±6,36, Push dynamometer: sebesar 5,86

(27,69%) dari 21,16±7,25 ke 27,02±7,67. Pengaruh P2ST selama 3 bulan

pada calon Taruna Akademi Teknik dan Keselamatan (ATKP)

Penerbangan Makassar Angkatan 2011/2012 meningkatkan ketahanan

otot sebesar 24,44 (62,47%) dari 39,12±11,2 ke 63,56±13,2

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut: 1.)Program pra studi taruna (P2ST) selama 3 bulan

meningkatkan kekuatan otot pada taruna ATKP Makassar Angkatan 2011/2012.

2.) Program pra studi taruna (P2ST) selama 3 bulan meningkatkan ketahanan otot

pada taruna ATKP Makassar Angkatan 2011/2012.

C. Saran

Setelah melakukan penelitian ini dengan melihat hasil yang diperoleh,

diharapkan pada P2ST, latihan untuk kekuatan dan ketahanan otot pada kategori

baik sampai baik sekali dipertahankan. Kategori kurang sekali sampai sedang

perlu ditambahkan latihan dengan penambahan beban untuk meningkatkan

kekuatan otot dan latihan untuk meningkatkan ketahanan. 2.) Perlu melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh latihan dan pemberian asupan zat gizi

terhadap kekuatan dan ketahanan otot.

Page 19: JURNAL

DAFTAR PUSTAKA

ACSM. (2004). Kekuatan Otot. Uji kebugaran Fisik. Panduan Uji Latihan

Jasmani dan Presesepannya. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Afriwardi. (2009). Ilmu Kedokteran Olahraga. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Makassar. (2010). Buku Saku

Peraturan Tata Tertib Taruna. Makassar.

Alim. (2011). Kontribusi kekuatan otot lengan dan kelentukan pergelangan

tangan terhadap kemampuan smash pada permainan bulutangkis altet

PB. Karsa Mandiri Makassar. Makassar: FIK UNM.

Amal. (2011). Studi analisis kekuatan otot lengan dan kelentukan pergelangan

tangan terhadap kemampuan servis atas bola voli pada siswa SMAN 1

Malengke Barat Kabupaten Luwu Utara (Skripsi). Makassar: FIK UNM.

Arista. (2009). Daya tahan dan cara latihan Untuk peningkatan kondisi fisik.

Mawas.

Bassett dan Howley. (1997). Limiting factors for maximum oxygen uptake and

determinans of endurance performance. Med Sports Exerrc.

Bell, Sirotuik, Martin, Burnham, dan Quinney. (2000). Effect of concurrent

strenght and endurance training on skeletal muscle properties and

hormon concentrations in humans. European Journal Applied

Physiology.

Blair, S. N. (1995). "Exercise Prescription for Health." Quest 47(3): 338-53.

Bompa. (2009). Periodization. Theory and Methodology of Training Fifth Edition.

Australia: Kendall/Hunt.

Carolyn Kisner dan Colby, 2002, Therapeutik Exercise Foundation and

Technique, 5th edition. F A davies Company Philadhelpia, USA

Danny Mielke. (2007). Seni Dasar-dasar olahraga Sepakbola cara yang lebih

baik untuk mempelajarinya. Pakar Raya: Bandung.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Daya Tahan Otot. Petunjuk Teknis

Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan

Komunitas Tahun 2005.

Page 20: JURNAL

Fleck dan Kraemer. (2004). Designing resistance training programs. 3rd ed.

Champaign, IL:Human Kinetics.

Folland dan Williams. (2007). The adaptation to strenght training: morphological

and neurogical contributions to increased strenght. Sports Med.

Fox, (2003). Human Physiology, Eight Edition. New York: Grawn-hill company,.

Fry, Schilling, Staron, Hagerman, Hikida dan Thrush. (2003). Muscle Fiber

characteristics and performance correlates of male Olympic-style

weightlifters. J Strenght Cond Res.

Gary Kamen. (2001). Foundation Of Exercise Sciense. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

Ganong W.F. (2005). Jaringan Peka Rangsang: Otot. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran Edisi 22. San Fransisco: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton & Hall. (2006). Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Mississippi:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Haff, Whitley dan Potteiger. (2001). A brief review: explosive exercise and sports

performance. Natl strenght cond assoc.

Halim N.I. (2004). Pengukuran Kesegaran Jasmani. Tes dan Pengukuran

Kesegaran Jasmani. Makassar: State University of Makassar.

Hanneeman, Somjen, dan Carpenter. (1965). Excitability and inhibitability of

motorneurons of different sizes. J Neurophysiol.

Hasmawati. (2011). Hubungan kekuatan lengan dengan koordinasi mata dengan

kemampuan passing bawah dalam permainan bola voli (Skripsi).

Makassar: FIK UNM.

Hawley. (2002). Adaptations Of Skeletal Muscle To Prolonged, Intense

Endurance Training. Clinical and Experimental Pharmacology and

Physiology.

Holloszy dan Coyle. (1984). Adaptations of skeletal muscle to endurance exercise

and their metabolic qonsequences. J. Appl Physiol.

Ingjer. (1979). Effects of endurance training on muscle fibre ATP-ase activity,

capillary supply and mitochondrial content in man. The Journal of

Physiology.

John Gormley. (2005). Exercise therapy prevention and treatment of disease,

Trinity College, UK

Page 21: JURNAL

Kiens, Gustavsson, Christensen dan Saltin. (1993). Skeletal muscle substrate

utilization during submaximal exercise in man: effect of endurance

training. The Journal of Physiology.

Matthew R. Wayne T, Lee N, William J, Stephen D, Brent A, dan Aaron B. (2003). Comparison of daily and periodic linear program intensity and the same volume on the local muscle endurance. Journal of Strenght and Conditioning Research.

Marsini dan Sukmaningtyas. (2010). Pengaruh latiha fisik terprogram terhadap

kelenturan ekstremitas bawah pada siswa sekolah sepak bola tugu muda

Semarang. Semarang: Media Medika Muda.

Nukhrawi. (2008). Perubahan predominan filamen aktin dan miosin otot skelet

pada dosis latihan fisik interval anaerobik (DLFIan) (Disertasi).

Surabaya:. Universitas Airlangga.

Program pascasarjana Unhas (2006), Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi

Edisi 4. Makassar:Universitas Hasanuddin.

Rodriguez dan Lopez. (2002). Effect of training status on fibers of the muscular

vastus lateralis in professional road cyclists. Am J Phys Med Rehabilli.

Rotinus. (1992). Olahraga Pilihan Sepaktakraw. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan

Tenaga Kependidikan.

Sadoso. (1987) .Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta: PT Pustaka Karya

Grafika Utama.

Sastroasmoro S dan Ismael S. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi Ke-3. Jakarta: Sagung seto.

Sherwood. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Sodikun. (1992). Olahraga Pilihan Basket. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan

Tenaga Kependidikan.

Sudarsono. (2006). Pengaruh latihan terhadap kerja otot rangka. Pengaruh

latihan terhadap otot. Jakarta: Departemen Ilmu Faal FK UI.

Sujoto. (2006). Teknik Aoyama Karate. Jakarta: PT. Alex Medika Komputindo

Kelompok Gramedia.

Sumarjo. (2005). National Journal of Physical Education and Sport Science.

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga.

Page 22: JURNAL

Syaranamual. (2001). Konsep dasar pelatihan conditioning dalam olahraga.

Ambon: Universitas Patimura.

Tessa. (2009). Pengaruh latihan fisik terprogram terhadap perubahan waktu reaksi

tangan pada siswi sekolah bola voli tugu muda semarang usia 9-12 tahun.

Semarang: FK UNDIP.

Tohar. (1992). Olahraga Pilihan Bulutangkis. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek pembinaan

Tenaga Kependidikan.

Wibom, Hultman, Johansson, Matherei, dan Constantin. (2010). Adaptation of

mitochondrial ATP production in human skeletal muscle to endurance

training and detraining. Journal of Applied Physiology.

Yunus. (1992). Olahraga Pilihan Bola Voli. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan

Tenaga Kependidikan.

Zoladz. JA dkk. (2005). Capillary density and capillay-to fiber ratio in vastus

lateralis muscle of untrained and trained men. Folia histochem cytobiol.

Page 23: JURNAL

Tabel 1 Deskripsi responden berdasarkan Variabel Umur, IMT, Kekuatan dan Ketahanan Otot Taruna ATKP Makassar

Variabel Penelitian Min Med Maks X±SD

Umur (tahun)IMT -Sebelum P2ST -Setelah P2ST

Kekuatan otot (Pull dynamometer) -Sebelum P2ST -Setelah P2ST

Kekuatan otot (Push dynamometer) -Sebelum P2ST -Setelah P2ST

Ketahanan otot -Sebelum P2ST -Setelah P2ST

17

15,2316,23

1012

613

2140

18

19,619,95

2126

2128

3961

22

29,7624,8

3640

4350,5

7796

18,39±1,05

20,00±2,7320,05±1,70

21,84±5,0526,28±6,36

21,16±7,2527,02±7,67

39,12±1,1263,56±1,32

Keterangan: IMT=Indeks Massa Tubuh; P2ST=Program Pra Studi Taruna; min=nilai minimum; med= nilai median; maks=nilai maksimum; X=Mean;SD=standar deviasi;

Tabel 2 Distribusi subyek berdasarkan kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) Sebelum dan setelah P2ST pada Taruna ATKP Makassar

Waktu pengamatan

Kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT)

Underweight(%)

Normal(%)

Overweight(%)

Obese(%)

n (%)

Sebelum P2ST 36 (48) 35 (46.7) 3 (4) 1 (1.3) 75 (100)

Setelah P2ST 27 (36) 48 (64) - - 75 (100)

Keterangan: P2ST= Program Pra Studi Taruna; IMT= Indeks Massa Tubuh; n= jumlah subjek penelitian: %=persen.

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan kriteria Kekuatan otot Taruna ATKP Makassar sebelum dan sesudah P2ST

Kategori

Pull Dynamometer Push Dynamometer

Sebelum P2ST Setelah P2ST Sebelum P2ST Setelah P2ST

n % n % n % n %

Baik sekaliBaikSedang

0042

0056

0059

00

78,7

0434

05,3345,33

1747

1,339,3362,67

Page 24: JURNAL

KurangKurang sekali

294

38,75,3

142

18,72,6

343

45,334

200

26,670

Ket: P2ST= Program Pra Studi Taruna; n= jumlah subjek penelitianTabel 4 Distribusi responden berdasarkan kriteria Ketahanan Otot Taruna

ATKP Makassar sebelum dan sesudah P2ST

Kategori

Ketahanan Otot

Sebelum P2ST Setelah P2ST

n % n %

Baik sekaliBaikCukupKurangKurang sekali

61823280

825,3329,3337,33

0

517400

73,3325,331,33

00

Ket: P2ST= Program Pra Studi Taruna; n= jumlah subjek penelitian

Tabel 5. Hubungan Kekuatan otot Berdasarkan Kriteria Pull dynamometer, Sebelum dan Setelah P2ST

Waktu Pengamatan

Setelah P2ST

TotalPaired T TestKurang

sekaliKurang Sedang

Sebelum P2ST

Kurang sekaliKurangSedang

020

2111

21641

42942

p=0,000

2 14 59 75

Keterangan: *Uji Marginal Homogeneity; P2ST= Program Pra Studi Taruna; n=jumlah subyek

Tabel 6 Hubungan Kekuatan otot Berdasarkan Kriteria Push dynamometer, Sebelum dan Setelah P2ST

Waktu Pengamatan

Setelah P2ST

TotalPaired T TestKurang Sedang Baik Baik

sekali

Sebelum P2ST Kurang sekaliKurangSedangBaik

21710

117290

0043

0001

334344

p=0,000

20 47 7 1 75

Keterangan: *Uji Marginal Homogeneity; P2ST= Program Pra Studi Taruna; n=jumlah subyek

Page 25: JURNAL

Tabel 7 Hubungan Ketahanan otot Berdasarkan Kriteria Tes Push up , Sebelum dan Setelah P2ST

Waktu Pengamatan

Setelah P2ST

TotalPaired T TestCukup Baik Baik

sekali

Sebelum P2ST

Kurang CukupBaikBaik sekali

3100

8441

1718145

2823186

p=0,000

4 17 54 75

Keterangan: *Uji Marginal Homogeneity; P2ST= Program Pra Studi Taruna; n=jumlah subyek

Tabel 8 Pengaruh P2ST terhadap kekuatan otot pada calon Taruna ATKP Makassar

VariabelX±SD (kg) ∆

Paired t testSebelum P2ST Setelah P2ST

Kekuatan otot (Pull dynamometer)Kekuatan otot (Push dynamometer)

21,84±5,0521,16±7,25

26,28±6,3627,02±7,67

4,445,86

p=0,000p=0,000

Keterangan: P2ST=Program Pra Studi Taruna X=mean; SD=standar deviasi; ∆= Perubahan Kekuatan otot

Tabel 9 Pengaruh P2ST terhadap ketahanan otot pada calon Taruna ATKP Makassar

VariabelX±SD ∆

Paired t testSebelum P2ST Setelah P2ST

Ketahanan otot 39,12±11,2 63,56±13,2 24,44 p=0,000

Keterangan: P2ST=Program Pra Studi Taruna X=mean; SD=standar deviasi; ∆= Perubahan Ketahanan otot

Page 26: JURNAL

Tabel 10 Pengaruh Olahraga pilihan terhadap peningkatan kekuatan otot (Pull Dynamometer) pada Taruna ATKP Makassar

Olahraga Pilihan Minimum Median Maksimum X Paired t test

1. Volly Sebelum P2ST Sesudah P2ST

2. Basket Sebelum P2ST Sesudah P2ST

3. Bulutangkis Sebelum P2ST Sesudah P2ST

4. Sepakbola Sebelum P2ST Sesudah P2ST

5. Takraw Sebelum P2ST Sesudah P2ST

1315,5

1319

1220

1014

1512

2225,5

20,7524,5

2430,5

2125,25

20,528

3637

2429

2939

3240

27,533

22,58±5,9025,91±6,25

19,68±3,3923,93±3,72

22,42±6,2630,21±5,69

21,82±4,9326,65±6,84

21,95±4,6325±6,74

p=0,005

p=0,002

p=0,014

p=0,000

p=0,038

Keterangan: P2ST=Program Pra Studi Taruna; X=mean: SD=standar deviasi

Tabel 11 Pengaruh Olahraga pilihan terhadap peningkatan kekuatan otot (Push Dynamometer) pada Taruna ATKP Makassar

Olahraga Pilihan Minimum Median Maksimum X Paired t test

Page 27: JURNAL

1. Volly Sebelum P2ST Setelah P2ST

2. Basket Sebelum P2ST Setelah P2ST

3. Bulutangkis Sebelum P2ST Setelah P2ST

4. Sepakbola Sebelum P2ST Setelah P2ST

5. Takraw Sebelum P2ST Setelah P2ST

614

10,515

16,519

613

1117

2326

20,525

2028

20,528,75

2027,5

3950,5

2834

3940

4344

2431

22,70±9,4327,97±9,50

20,18±5,7125,12±7,33

23,07±7,4528,85±7,28

20,95±7,1527,42±7,59

18,86±4,3324,59±5,43

p=0,001

p=0,005

p=0,037

p=0,000

p=0,001

Keterangan: P2ST=Program Pra Studi Taruna; X=Mean; SD=standar deviasi

Tabel 12 Pengaruh Olahraga pilihan terhadap peningkatan ketahanan otot pada Taruna ATKP Makassar

Olahraga Pilihan Minimum Median Maksimum X±SD Paired t test

1. Volly Sebelum P2ST Sesudah P2ST

2. Basket Sebelum P2ST Sesudah P2ST

3. Bulutangkis Sebelum P2ST Sesudah P2ST

4. Sepakbola Sebelum P2ST Sesudah P2ST

5. Takraw Sebelum P2ST Sesudah P2ST

2150

2150

4053

2243

2640

3360

37,557,5

5170

37,561,5

3660

5296

5080

7780

6090

6490

36,76±9,17 67,05±1,49

35,25±1,0460,50±1,15

52,42±1,2668,57±1,00

38,96±1,0562,43±1,28

37,54±1,1460,45±1,45

0,000

0,000

0,020

0,000

0,000

Keterangan: P2ST=Program Pra Studi Taruna; X=Mean; SD=standar deviasi

Page 28: JURNAL