jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
-
Upload
olga-diokta-ferinnanda -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
1/11
BAB IV
IMPLIKASI NILAI NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-NAHL
AYAT 43-44 DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Hubungan Nilai Pendidikan dengan Pendidikan IslamSejak kelahirannya belasan abad yang laalu. Islam telah tampil se\bagai
agama yang memberi perhatian pada kesinambungan hidup antara dunia dan
akhirat.1islam adalah suatu diin yang di turunkan oleh Allah SWT untuk
mengatur kehidupan manusia, hanya islam yang diridloi oleh Allah SWT dan
hanya islam yang benar. Dalam surat al-Imron ayat:19 disebutkan sebagi
berikut:
Ddffffffffffggggggggggggggggggg
Islam juga merupakan agama yang sangat menghargai terhadap ilmu, ini
terbukti banyaknya dalil-dalil yang menjelaskan tentang ilmu baik yang ada
dalam al-Quran dan Hadist. Maka dari itu isolam mewajibkan terhadap
manusia untuk menuntut ilmu dari ia masih kecil hingaga meninggal atau bias
disebut dengan long life education. Yangt kesemuaanya itu aakhirnyaa akan
berdampak pada diri manusia itu sendiri. Dan Allah juga berjanji terhadap
para pencari ilmu akan diangkat derajatnya ketempat yang mulia baik disisi
Allah maupun dalam pandangan manusi. Dari sini dapat diambil kesimpulan
bahwa betapa perhatiannya islam terhadap ilmu. Untuk mendapatkan ilmu
penetahuan maka dapat diperoleh melalui proses belajar.
Sebelum penulis mengungkapkan proses belajr. Penulis terlebih dahulu
mengungkapkan penjelasan belajr terlebih dahulu. Pengertian belajar menurut
Lyle E. Bourne, Jr, Bruce R. Ekstrand: learning as a relatively permanent
change in behaviour traceable to experince3 and practice2 ( Belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibaatkan oleh pengalaman
dan latihan). Sedangkan pengertian belajr menurut Dr. Musthofaaaa Fahmi:
1Abuddin Nata,Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grafdindo Persada,2000),hlm.54.
2mustaqim, Psikologi Pendidikan,(Semarang:Pustaka Pelajar, 2001),hlm.33.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
2/11
Bbbjjkjjgfhdjkksdddjdkhfufffuhfffhfhdcbjchkhijkfhfifjhhhfnfiiifhiwhhh
hj( sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas (yang
menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman3
Berangkat dari pengertian di atas, bahwa proses belajaar terjadi ketika
ada perubahan tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungan
hidup manusia.4untuk mempermudah pemahaman mengenai proses belajar,
penulis memberi contoh dengan mengutip di bukuPsikologi pendidikan
dengan pendekatan baru oleh Muhibbin Syah, M.Ed. sebagi berikut:ketika
ada seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya, lalu ia
mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya pada
suatu pemukaan atau datarn perilaku memutar dan meletakkan tersebut
merupakan respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya
tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Tapi, berkat latihan dan
pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat
mamainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna. Sehubungan dengan
contoh diatas, belajar dapat kita pahami sebagi proses yang dengan proses itu
sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas
situasi atau rangsangan yang ada.5namun peristiwa belajar yang dialami
manusia itu bukan semata-mata masalah respons terhadap raangsangan yang
ada, melainkan yang terpenting adalah dengan adanya self-direction,
pengaturan dan pengarahan diri yang di kontrol oleh otak atau akaal. Fungsi
otak atau akal sebagi pengendali seluruh aaktivitas mental behavioral, menurut
tinjauan cognitivists (para ahli kognitif) otak atau akal sangat menentukan
proses belajar manusia.6
Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat
dukungan dari fungsi ranah psikomotorik. Tapi hampir dapat dipastikan
bahwa belajar selalu melibatkan fungsi ranah akal, yang man akal ini
3Ibid,hlm.34.
4Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta:Bumi Aksara,2001),hlm.37.
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,.Edisi
Revisi,(Bandung:Remaja Rosda Karya,2000),hlm.92-936Ibid,hlm.93.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
3/11
digunakan untuk berfikir dari sesuatu yang sudah dilihat atau ditangkap.
Karena berfikir merupakan kegiatan mental yang dapat mengahailkan
pengetahuan.7atau bias diartikan bahwa berfikir merupakan kegiatan mental
yang berdialaog dengan dirinya sendiri dalam batin dengan manifestasinya
ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa,menunjukkan alas an-
alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-
bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jaln pikiran, mencari
kausalitasnya, membahas secar realitas dan lain-lain.8yang dapt menghasilkan
pengetahuan.
Dalam surat al-Nahl ayat 43-44 mengandung sebuah nilai pendidikan,
dengan ditandai lafadzaafghjjjhhd, artinya jika tidak mengetahui, disini
mengandung sebuah arti bahwa apabila seseorang tidak tahu maka bertanyalah
pada fgghgsjf,aaaaagdg menurut al-Zujaj adalah orang ahli kitab yang paham
terhadap makna-makna kitab Allah dan kemudian menjelaskan pada orang-
orang. Ari lain adalah Ahli ilmu yang menguaasai informasi masa lampau
kemudian di informasikan pada orang-orang.9
Dari sini jelas, bahwaa ketika terjadi proses belajar tentulah terjadi
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Diman pendidik sebagai
penyampai materi, sedangkan peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh
daan berkembang baaik secar fisik maupun psikologis.10
Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan yang berjalan, maka
peserta didik dianggap belum dewasa, hingga peserta didik membutuhkan
bimbingan orang lain untuk menjadikannya dewasa.11
orang lain disini bias
dikatakan orang yang ahli ilmu.
Ketika sudah terjadi interaksi seperti diatas, tentulah terjadi
ketidakpahaman pada peserta didik. Dengan ketidakpahaman itu berarti
7Juhaya S.Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam,(Jakarta:Teraju,2002),hlm.7.
8 Burhanuddin Salam,Logika Formal( Filsafat Berfikir),(Jakarta:Bina
Aksara,1988),hlm.1.9 Imam Fakhr al-Din Muhammad Ibn Umar Ibn Khusaain Ibn Khasan, Tafsir
Kabir,(Beirut:Darut al-Kutub al-Ilmiah,t,th.),hlm.30.10
Jalaluddin,Teologi Pendidikan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2001),hlm.127.11
ibid.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
4/11
peserta didik telah menggunakan akalnya untuk berfikir sesuatu yang sudah
ditangkap dengan inderanya sehingga dapat menghasilkan sebuah ilmu
pengetahuan.
Dalam pedidikan islam, dalam proses belajar mengajar juga terjadi
seperti diatas, hanya saja dalam pendidikan isl;am itu berdasarkan al-Quran
Dan Hadist. Dengan demikian pendidikan islam merupoakan proses
pemeliharaan, pengasuhan dan pebdewasaan anak dalam upaya untuk
mengembangkan potensi dasar yang dimiliki oleh anak, maupun dengan
memberikan pengalaman yang telahg dimiliki orang yang dewasa sehingga
anak menjadi terbiasa untuk berprilaku yang baik sesuai dengan ajaran islam.
Untuk mengembangkan potensi dasar yang dimilki anak, tewntulah
pendidik mempunyai tujuan untuk menjadikan anak agar menjadi hamba
Allah (Abd Allah) dan Kholifatullah Fil Ard (wakil Allah di Bumi). Dengan
tujuan seperti ini pendidik membekalinya dengan sebuah ilmu. Baik ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan umum. Jadi nilai pendidikan yang ada
dalam surat al-Nahl ayat 43-44 masih ada keterkaitan atau hubungan dengan
pendidikan islam.
B. Urgensi nilai pendidikan dalam surat al- Nahl ayat 43-44 dalamPendidikan Islam
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan makhluk yang lain. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah dengan
dibekal;I akal pikiran oleh Allah SWT.
Akal pikiran merupakan anugerah Tuhan yang paling tinggi yang
dimiliki manusia. Akal pikiran yang dimiliki manusia inilahg yang
membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya.12
kelebihan yang lain, yang
dimiliki manusia adalah hati, jiwa, indra yang dari itu semua dapat disebut
dengan potensi dan dari itu semua dapat digunakan untuk berfikir.
12 Azyumardi Azra,Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,(Jakarta:logos
Wacana Ilmu,1998),hlm.3.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
5/11
Berdasarkan atas dimilikinya berbagai potensi kodrati manusia dapat
berkembang dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan hiduponya dan
untuk menguasai serta mengelola alam sekitar, maka pantaslah jika manusia
dijuluki Animal Rasional artinya binatang yang berfikir.13
atau disebut
dengan (fghjhgjdfggtvf). Istilah ini menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk Allah yang menggunakan seluruh potensi yang Allah berikan untuk
berfikir. Dengan berfikir akan mendapatkan suatu pengetahuan berfikir
tentulah membutuhkan sarana atau sumber-sumber pengetahuan tempat
bahan-bahan diperoleh. Dan dengaan saranaa yang telah Allaah berikan itu
mulai akan didapat suatu ilmu pengetahuan.
Dalam epistimologi islam sumber-sumber itu tak lain adalah indra, akal,
dan hati (intuisi). Dengan menggunakan ketiga saarana tersebut manusia akan
mulai mendapatkan ilmu pengetaahuan. Maka untuk itu akan dijelaskan
mengenai ketiga saarana untuk mendaapatkan sebuah ilmu pengetahuan
sebagai berikut:
1. IndraSegala sesuatu yang sampai kepada diri manusia itu prosesnya
melalui indra. Alat indra ini dapat dianggap sebagai stasiun penerima
stimulus baik yang dating dari luar maupun dari dalam badan. Alat indra
manusia inilah yang daapatr dijadikan sarana dalam berfikir yang
kemudian dapat menghasilkan ilmu. Secara umum indra manusia dapat
dikenal dengan sebutan pancaa indra yaitu indra yang berjumlah lima.14
secara umum indrawi yang biasa dikenal adalah pendengaran, penglihatan,
penciuman, peraba, dan perasa.
Pengetahuan indra ialah segala pengetahuan yang dapat diperoleh
manusia lewat kelima indranyaa. Pengetaahuan indraa disebut juga
pengetahuan indrawi (Naqli) atau pengetahuan yang bersifat empiris.15
karena panca indra ini merupakan jendela komunikasi untuk mengetahui
13Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1995),hlm.82.
14Slamet wiyono, Manajemen Potensi Diri,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003),hlm.37.
15 Miska Muhammad Amin,Epistimologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahuan
Islam,(Jakarta:UI Press,1983),hlm.32.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
6/11
lingkungan kehidupan manusia sehingga dari sini manusia akan
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dalam pandangan islam indra manusia terdiri dari indra luar (panca
indra) dan indra dalam. Indra luar dan dalam ini mempunyai fungsi
sendiri-sendiri, sebagimana dijelaskan Harun Nasution yang dikutip oleh
Miska sebagai berikut
a. Indra bersama (al-his al-musytarak) bertempat di bagian depan otakdan berfungsi untuk menerima kesan-kesan yang diperoleh dari panca
indra luar dan meneruskannya ke indra batin.
b. Indra menggambar (al-Khayal) juga bertempat di bagian depan otak,tugasnya untuk melepaskan kesan-kesa yang diteruskan indra bersama
dari materinya.
c. Indra pengrekat (al-Mutakhayyilah) bertempat di bagian tengah otakuntuk mengatur gambar-gambar yang telah dilepaskan dari menerima
dengan memisah-misahkan dan kemudian menghubungkannya satu
dengan yang lainnya.
d. Indra penganggao (al-wahmiah) bertempat di bagian tengah otak,mempunyai fungsi untuk menyimpan arti-arti yang dikandung oleh
gambar-gambar itu.
e. Indra pengingat (al-hafidzah) yang bertempat di bagian belakang otakyang berfungsi untuk menyimpan arti-arti yang ditangkap indra
penganggap.16
Walaupun demikian, panca indra manusia juga terdapat kekurangan
dan kelemahan. Panca idra manusia sangat terbatas kemampuannya
terlebih penting lagi panca indra manusia bisa melakukan kesalahan.
Contohnya yang bisa dilihat sehar-hari adalah bagaimana tongkat lurus
yang sebagian terendam dalam air akan kelihatan menjadio bengkok.17
Inilah yang menunjukkan, bahwa pengetahuan indra mengalami
kelemahan.
16Ibid., hlm. 33.
17 Jujun S. Suriasmantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2001), hlm. 53.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
7/11
2. AkalAkal juga merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan,
karena akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami
simbol-simbol yang abstrak, menganalisa, membandingkan maupun
membuat kesimpulan dan aklhirnya memilih atau memisahkan antara yang
benar dan yang salah.18 Akal ini merupakan organ yang ada dalam diri
manusia untuk membedakan manusia dengan makhluk lain.
Dengan akal, manusia akan mampu berfikir dan berkreasi menggali
dan menemukan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari fasilitas yang
diberikan kepada manusia untuk fungsi kekhalifahannya. Akal manusia
atau unsur rasiona dan hati rasa. Akal manusia akan berfungsi dengan
baik, manakala kata hatinya baik, suci dan senantiasa beriman.19
Akal mampu memperoleh pengetahuan melalui daya nalar dan
mampu memperoleh pengetahuan melalui daya argumentatif. Akal juga
sebagai subtansi berfikir, akunya pribadi, mampu berpendapat,
memahami, menggambarkan, menghafal, menemnukan dan mengucapkan
sesuatu. Oleh karena itu, nature akal adalah kemanusiaan (insaniyah)
atau biasa dikenalfitrah al-Insaniyah.20
3. HatiHati sebagai sumber/sarana untuk mendapatkan ilmu dan dapat
memahami pengalaman-pengalaman eksistensial.21
Juga mempunyai
kemampuan untuk mengenal objeknya secara lebih akrab dan langsung.22
18Jalaluddin, op. cit., hlm. 34. karena di sini proses berfikir bekerja, yaitu suatu kegiatan
untuk memperoleh/menemukan pengetahuan yang benar. Proses berfikir dalam menarik
kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penalaran. Pengetahuan yang dihasilkanpanalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukanlah hasil perasaan. Ibnu Masud dan JokoParyono,Ilmu Alamiah Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 110.
19Choiruddin Kadhiri, Klasifikasi Kandungan al-Quran, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Press, 1996), hlm. 55-56.20
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), hlm. 53.21
Mulyadi Kartanegara,bbbbbbbb22
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah: Transendental Intelegence, (Jakarta: Gema Insai
Press, 2001), hlm. 96.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
8/11
Hati di sini memiliki kemampuan untuk mengolah, memilih dan
memutuskan segala informasi yang dibawa oleh sentuhan indra.23
Karena berfikir itu merupakan proses yang dinamis, maka dalam berfikir
di samping membutuhkan sarana/sumber pengetahuan, berfikir juga
membutuhkan langkah-langkah yang harus ditempuh. Proses/jalannya berfikir
itu pada pokoknya ada tiga langkah,24yaitu:
1. Pembentukan pengertianProses ini diawal;I dengan mendsekripsikan cirri-ciri objek yang
sejenis mengklasifikasi cir-ciri yang sama, kemudian mengabstrasikan
dengan menyisihkan, membuang, menganggap cirri-ciri yang hakiki.25
2. Pembentukan pendapatMembentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah
pengertian atau lebih. Atau diartikan juga sebagai hasil pekerjaan piker
dalam meletakkan hubungan antara tanggapan satu dengan yang lainnya
antara pengertian satu dengan pengetian lainnya dan dinyatakan dalam
suatu kalimat.26
Jadi, pendapat dibentuk dari dua pengertian atau lebih
yang merupakan hasil perbuatan, hasil pikiran yang mengandung
hubungan arti.
3. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusanProses ketiga ini adalah satu usaha penarikan kesimpulan yang
merupakan pernyataan keputusan-keputusan yang dimaksudkan sebagai
hasil pekerjaan pernyataan keputusan-keputusan yang dimaksudkan
sebagai hasil pekerjaan akal atau pikir yang disusun secara sistematis dari
dua buah objek yang dihubungkan seperti sebelumnya.27
Itulah proses berfikir yang mana dalam pikir tidak hanya asalah
berfikir. Namun menggunakan langkah-langkah yang ditempuh untuk
23Danusiri,Epsitemologi dalam Tasawuf Iqbal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 48.24
Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.
54-55.25
Chalijah Hasan,Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al-Ikhlas, bbb),hlm. 39.
26Abu Ahmadi, Psikologi Umum,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 83.
27Chalijah Hasan, op. cit.,hlm. 39.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
9/11
mendapatkan sebuah keputusan/kesimpulan. Berfikir ini ada dalam surat
al-Nahl ayat 44 dengan lafadz , di sini manusia memikirkan sesuatuyang sudah di dapat dari orang lain dan memikirkan isi al-Quran.
Dengan berbagai langkah berfikir tersebut akan mendapatkan hasil
yang dapat diterima orang banyak dengan cara digunakan secara tepat.
Untuk itu seseoarang didorong untukmmengusahakan semua aspek
berfikir yang baik sehingga nantinya akan dapat meningkatkan kecakapan
berfikir.
Manusia ketika dilahirkan oleh Allah SWT dengan berbagai
kelebihan, yang mana kelebihan itu tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Njamun Allah memerintahkan kepada maniusia untuk menggunakan
kelebihan itu dengan semaksimal mungkin, agar supaya hidupnya
sejahtera baik di dunia maupun akhirat.
Manusia ketika dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun.
Artinya lembaran-lembaran hatinya masih bersih dan belum ada goresan
apapun. Agar manusia dapat mengetahui sesuatu, dengan kelebihan yang
dimiliki itu maka manusia disuruh untuk berfikir mengenai sesuatu ytang
sudaah ditangkap aoleh indra yang akhirnya maanusia akan dapat
membuahkan atau memperoleh suatu pengetahuan.
Namun untuk memperoleh pengetahuan, karena semua pengetahuan
yang kita miliki adalah muktasabah (di peroleh melalui usaha),
diantaranya dapat di peroleh melalui proses yang amat lama, yaitu melalui
pendidikan. Dalam proses pendidikan ini tentunya mempunyai tujuan
yaitu untuk menjadikan manusioa yang berkualitas yang dalam islam
adalah untuk menjadikan insane kamil.
Dengan demikian, bahwa nilai pebdidikan dalam surat aaal-Nahl
ayat 43-44 yaitu orang tidak mengetahui sesuatu agar supaya bertanya
pada orang yang memiliki pengetahuan dan akhirnya berpengetahuan. Dan
perintah berfikir ini penting dalam penddidikan islam karena dalam
pendidikan islam itu mengharapkan untuk menjadikan insane kamil.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
10/11
Untuk menjadi insane kamil maka manusia harus dapat menggunakan
akalnya untuk berfikir.
C. Implikasi Nilai Pendidikan dalam Surat al-Nahl Ayat 43-44 dalamPendidikan Islam
Manusia diciptakan oleh Allah SWT. Dan dikeluarkan dari perut
ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Kemudian Allah SWT.
Memberinya pendengaran, penglihatan dan hari. Dari itu semua dapat
dimanfaatkan sebagai isyarata untuk dapat mengetahui an mendapat ilmu
pengetahuan. Dengan pendengaran, dia bisa dipergunakan untuk mendengar
perintah dan larangan Allah. Penglihatan untuk melihat ciptaan Allah, dan hati
itu untuk sampai pada pengetahuan Allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah
dalam surat al-Rad ayat 78 sebaagi berikut:
bbbbbbbbbbbbbbb
dengan anugerah pendengaran, penglihatyan dan hati pada manusia
agar manusia dapat berfikir, merenungi dan memperhatikan apa yaang ada di
sekelilingnya. Dengan ini pula diharapkan manusia dapat terdidik secara
ilmiah untuk meneliti dan menganalisis, mengambil kesimpulan dan berfikir,
sehingga dapat memperoleh pengetahuan.
Hal ini menunjukkan, bahwa Islam menghendaki agar manusia dididik,
supaya dengan pendengaran, penglihatan dan hati manusia dapat
merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah
SWT. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah,
yaitu sebagai Abd Allaah (Hamba Allah). Ini diketahui dari surat al-Dzariyat
ayat 56 sebagai berikut:
bbbbbbbbbb
28
28Ibid.,hlm. 862.
-
5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0
11/11
Selain itu, kaitannya dengan eksistensi hidup manusia, bahwa tujuan
hidup manusia adalah sebagai wakilnya (khalifah Allah) di bumi. Salah satu
fungsi dan tugas seorang pemimpin (khalifah) adalah kemampuanny dalam
memelihara, mengatur dan mengembangkan potensi dasar yang beragam
(heterogen) dari yang dipimpinannya di atas dasar amanah dan bukan atas
dasar prinsip kepemilikan (privatisasi).
Hal di atas, bahwa tujuan hidup manusia adalah sebagai Abd. Allah
(hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah. Dalam menyangsikan dirinya
sebagai hamba Allaah (Abd. Allah), manusia harus mematuhi segala aturan-
Nya dan menjauhi segaala larangannya. Sedangkan sebagai khalifah Allah,
manusia harus mampu menggali potensi-potensi alam agar dapat terpelihara
dan terjaga dari kerusakan lingkungan dan sebaliknya dapat mendatangkan
rahmat bagi seluruh alam.29
Untuk memfungsikan dirinya, manusia tidak dapat lepas dari
pendidikian. Karena pendidikan merupakan faktor utama yang sangat urgen
dalam kehidupan manusia, dan lewat pendidikan itulah, manusia mendapatkan
pengetahuan. Di samping itu, lewat pendidikan itulah, manusia dapat
mengasah otaknya untuk berfikir. Karena pendidikan mempunyai fungsi
utama, yaitu untuk menumbuhkan kreatifitas peserta didik, dan menanamkan
nilai-nilai yang baik agar supaya menjadi manisoa yang baik menurut
pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini senada dengan tujuan
umum pendidikan Islam. Tujuan umum pendidikan Islam adalah berusaha
mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa dan beribadah dengan baik
kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.30
29Achmadi,Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 97.30
Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung
Insani, 2000), hlm. 142.