jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

11
BAB IV IMPLIKASI NILAI –NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Hubungan Nilai Pendidikan dengan Pendidikan Islam Sejak kelahirannya belasan abad yang laalu. Islam telah tampil se\bagai agama yang memberi perhatian pada kesinambungan hidup antara dunia dan akhirat. 1 islam adalah suatu diin yang di turunkan oleh Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia, hanya islam yang diridloi oleh Allah SWT dan hanya islam yang benar. Dalam surat al-Imron ayat:19 disebutkan sebagi  berikut: Ddffffffffffggggggggggggggggggg Islam juga merupakan agama yang sangat menghargai terhadap ilmu, ini terbukti banyaknya dalil-dalil yang menjelaskan tentang ilmu baik yang ada dalam al-Qur’an dan Hadist. Maka dari itu isolam mewajibkan terhadap manusia untuk menuntut ilmu dari ia masih kecil hingaga meninggal atau bias disebut dengan long life education. Yangt kesemuaanya itu aakhirnyaa akan  berdampak pada diri manusia itu sendiri. Dan Allah juga berjanji terhadap  para pencari ilmu akan diangkat derajatnya ketempat yang mulia baik disisi Allah maupun dalam pandangan manusi. Dari sini dapat diambil kesimpulan  bahwa betapa perhatiannya islam terhadap ilmu. Untuk mendapatkan ilmu  penetahuan maka dapat dip eroleh melalui proses belajar. Sebelum penulis mengungkapkan proses belajr. Penulis terlebih dahulu mengungkapkan penjelasan belajr terlebih dahulu. Pengertian belajar menurut Lyle E. Bourne, Jr, Bruce R. Ekstrand: “ learning as a relatively permanent change in behaviour traceable to experince3 and practice” 2  ( Belajar adalah  perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibaatkan oleh pengalaman dan latihan). Sedangkan pengertian belajr menurut Dr. Musthofaaaa Fahmi: 1  Abuddin Nata,Metodo logi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grafdindo Persada,2000),hlm. 54. 2  mustaqim, Psikologi Pendidikan,(Semarang:Pust aka Pelajar, 2001),hlm.33.

Transcript of jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    1/11

    BAB IV

    IMPLIKASI NILAI NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-NAHL

    AYAT 43-44 DALAM PENDIDIKAN ISLAM

    A. Hubungan Nilai Pendidikan dengan Pendidikan IslamSejak kelahirannya belasan abad yang laalu. Islam telah tampil se\bagai

    agama yang memberi perhatian pada kesinambungan hidup antara dunia dan

    akhirat.1islam adalah suatu diin yang di turunkan oleh Allah SWT untuk

    mengatur kehidupan manusia, hanya islam yang diridloi oleh Allah SWT dan

    hanya islam yang benar. Dalam surat al-Imron ayat:19 disebutkan sebagi

    berikut:

    Ddffffffffffggggggggggggggggggg

    Islam juga merupakan agama yang sangat menghargai terhadap ilmu, ini

    terbukti banyaknya dalil-dalil yang menjelaskan tentang ilmu baik yang ada

    dalam al-Quran dan Hadist. Maka dari itu isolam mewajibkan terhadap

    manusia untuk menuntut ilmu dari ia masih kecil hingaga meninggal atau bias

    disebut dengan long life education. Yangt kesemuaanya itu aakhirnyaa akan

    berdampak pada diri manusia itu sendiri. Dan Allah juga berjanji terhadap

    para pencari ilmu akan diangkat derajatnya ketempat yang mulia baik disisi

    Allah maupun dalam pandangan manusi. Dari sini dapat diambil kesimpulan

    bahwa betapa perhatiannya islam terhadap ilmu. Untuk mendapatkan ilmu

    penetahuan maka dapat diperoleh melalui proses belajar.

    Sebelum penulis mengungkapkan proses belajr. Penulis terlebih dahulu

    mengungkapkan penjelasan belajr terlebih dahulu. Pengertian belajar menurut

    Lyle E. Bourne, Jr, Bruce R. Ekstrand: learning as a relatively permanent

    change in behaviour traceable to experince3 and practice2 ( Belajar adalah

    perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibaatkan oleh pengalaman

    dan latihan). Sedangkan pengertian belajr menurut Dr. Musthofaaaa Fahmi:

    1Abuddin Nata,Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grafdindo Persada,2000),hlm.54.

    2mustaqim, Psikologi Pendidikan,(Semarang:Pustaka Pelajar, 2001),hlm.33.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    2/11

    Bbbjjkjjgfhdjkksdddjdkhfufffuhfffhfhdcbjchkhijkfhfifjhhhfnfiiifhiwhhh

    hj( sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas (yang

    menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman3

    Berangkat dari pengertian di atas, bahwa proses belajaar terjadi ketika

    ada perubahan tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungan

    hidup manusia.4untuk mempermudah pemahaman mengenai proses belajar,

    penulis memberi contoh dengan mengutip di bukuPsikologi pendidikan

    dengan pendekatan baru oleh Muhibbin Syah, M.Ed. sebagi berikut:ketika

    ada seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya, lalu ia

    mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya pada

    suatu pemukaan atau datarn perilaku memutar dan meletakkan tersebut

    merupakan respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya

    tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Tapi, berkat latihan dan

    pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat

    mamainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna. Sehubungan dengan

    contoh diatas, belajar dapat kita pahami sebagi proses yang dengan proses itu

    sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas

    situasi atau rangsangan yang ada.5namun peristiwa belajar yang dialami

    manusia itu bukan semata-mata masalah respons terhadap raangsangan yang

    ada, melainkan yang terpenting adalah dengan adanya self-direction,

    pengaturan dan pengarahan diri yang di kontrol oleh otak atau akaal. Fungsi

    otak atau akal sebagi pengendali seluruh aaktivitas mental behavioral, menurut

    tinjauan cognitivists (para ahli kognitif) otak atau akal sangat menentukan

    proses belajar manusia.6

    Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat

    dukungan dari fungsi ranah psikomotorik. Tapi hampir dapat dipastikan

    bahwa belajar selalu melibatkan fungsi ranah akal, yang man akal ini

    3Ibid,hlm.34.

    4Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta:Bumi Aksara,2001),hlm.37.

    5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,.Edisi

    Revisi,(Bandung:Remaja Rosda Karya,2000),hlm.92-936Ibid,hlm.93.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    3/11

    digunakan untuk berfikir dari sesuatu yang sudah dilihat atau ditangkap.

    Karena berfikir merupakan kegiatan mental yang dapat mengahailkan

    pengetahuan.7atau bias diartikan bahwa berfikir merupakan kegiatan mental

    yang berdialaog dengan dirinya sendiri dalam batin dengan manifestasinya

    ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa,menunjukkan alas an-

    alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-

    bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jaln pikiran, mencari

    kausalitasnya, membahas secar realitas dan lain-lain.8yang dapt menghasilkan

    pengetahuan.

    Dalam surat al-Nahl ayat 43-44 mengandung sebuah nilai pendidikan,

    dengan ditandai lafadzaafghjjjhhd, artinya jika tidak mengetahui, disini

    mengandung sebuah arti bahwa apabila seseorang tidak tahu maka bertanyalah

    pada fgghgsjf,aaaaagdg menurut al-Zujaj adalah orang ahli kitab yang paham

    terhadap makna-makna kitab Allah dan kemudian menjelaskan pada orang-

    orang. Ari lain adalah Ahli ilmu yang menguaasai informasi masa lampau

    kemudian di informasikan pada orang-orang.9

    Dari sini jelas, bahwaa ketika terjadi proses belajar tentulah terjadi

    interaksi antara pendidik dan peserta didik. Diman pendidik sebagai

    penyampai materi, sedangkan peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh

    daan berkembang baaik secar fisik maupun psikologis.10

    Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan yang berjalan, maka

    peserta didik dianggap belum dewasa, hingga peserta didik membutuhkan

    bimbingan orang lain untuk menjadikannya dewasa.11

    orang lain disini bias

    dikatakan orang yang ahli ilmu.

    Ketika sudah terjadi interaksi seperti diatas, tentulah terjadi

    ketidakpahaman pada peserta didik. Dengan ketidakpahaman itu berarti

    7Juhaya S.Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam,(Jakarta:Teraju,2002),hlm.7.

    8 Burhanuddin Salam,Logika Formal( Filsafat Berfikir),(Jakarta:Bina

    Aksara,1988),hlm.1.9 Imam Fakhr al-Din Muhammad Ibn Umar Ibn Khusaain Ibn Khasan, Tafsir

    Kabir,(Beirut:Darut al-Kutub al-Ilmiah,t,th.),hlm.30.10

    Jalaluddin,Teologi Pendidikan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2001),hlm.127.11

    ibid.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    4/11

    peserta didik telah menggunakan akalnya untuk berfikir sesuatu yang sudah

    ditangkap dengan inderanya sehingga dapat menghasilkan sebuah ilmu

    pengetahuan.

    Dalam pedidikan islam, dalam proses belajar mengajar juga terjadi

    seperti diatas, hanya saja dalam pendidikan isl;am itu berdasarkan al-Quran

    Dan Hadist. Dengan demikian pendidikan islam merupoakan proses

    pemeliharaan, pengasuhan dan pebdewasaan anak dalam upaya untuk

    mengembangkan potensi dasar yang dimiliki oleh anak, maupun dengan

    memberikan pengalaman yang telahg dimiliki orang yang dewasa sehingga

    anak menjadi terbiasa untuk berprilaku yang baik sesuai dengan ajaran islam.

    Untuk mengembangkan potensi dasar yang dimilki anak, tewntulah

    pendidik mempunyai tujuan untuk menjadikan anak agar menjadi hamba

    Allah (Abd Allah) dan Kholifatullah Fil Ard (wakil Allah di Bumi). Dengan

    tujuan seperti ini pendidik membekalinya dengan sebuah ilmu. Baik ilmu

    agama maupun ilmu pengetahuan umum. Jadi nilai pendidikan yang ada

    dalam surat al-Nahl ayat 43-44 masih ada keterkaitan atau hubungan dengan

    pendidikan islam.

    B. Urgensi nilai pendidikan dalam surat al- Nahl ayat 43-44 dalamPendidikan Islam

    Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan

    dengan makhluk yang lain. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah dengan

    dibekal;I akal pikiran oleh Allah SWT.

    Akal pikiran merupakan anugerah Tuhan yang paling tinggi yang

    dimiliki manusia. Akal pikiran yang dimiliki manusia inilahg yang

    membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya.12

    kelebihan yang lain, yang

    dimiliki manusia adalah hati, jiwa, indra yang dari itu semua dapat disebut

    dengan potensi dan dari itu semua dapat digunakan untuk berfikir.

    12 Azyumardi Azra,Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,(Jakarta:logos

    Wacana Ilmu,1998),hlm.3.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    5/11

    Berdasarkan atas dimilikinya berbagai potensi kodrati manusia dapat

    berkembang dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan hiduponya dan

    untuk menguasai serta mengelola alam sekitar, maka pantaslah jika manusia

    dijuluki Animal Rasional artinya binatang yang berfikir.13

    atau disebut

    dengan (fghjhgjdfggtvf). Istilah ini menunjukkan bahwa manusia adalah

    makhluk Allah yang menggunakan seluruh potensi yang Allah berikan untuk

    berfikir. Dengan berfikir akan mendapatkan suatu pengetahuan berfikir

    tentulah membutuhkan sarana atau sumber-sumber pengetahuan tempat

    bahan-bahan diperoleh. Dan dengaan saranaa yang telah Allaah berikan itu

    mulai akan didapat suatu ilmu pengetahuan.

    Dalam epistimologi islam sumber-sumber itu tak lain adalah indra, akal,

    dan hati (intuisi). Dengan menggunakan ketiga saarana tersebut manusia akan

    mulai mendapatkan ilmu pengetaahuan. Maka untuk itu akan dijelaskan

    mengenai ketiga saarana untuk mendaapatkan sebuah ilmu pengetahuan

    sebagai berikut:

    1. IndraSegala sesuatu yang sampai kepada diri manusia itu prosesnya

    melalui indra. Alat indra ini dapat dianggap sebagai stasiun penerima

    stimulus baik yang dating dari luar maupun dari dalam badan. Alat indra

    manusia inilah yang daapatr dijadikan sarana dalam berfikir yang

    kemudian dapat menghasilkan ilmu. Secara umum indra manusia dapat

    dikenal dengan sebutan pancaa indra yaitu indra yang berjumlah lima.14

    secara umum indrawi yang biasa dikenal adalah pendengaran, penglihatan,

    penciuman, peraba, dan perasa.

    Pengetahuan indra ialah segala pengetahuan yang dapat diperoleh

    manusia lewat kelima indranyaa. Pengetaahuan indraa disebut juga

    pengetahuan indrawi (Naqli) atau pengetahuan yang bersifat empiris.15

    karena panca indra ini merupakan jendela komunikasi untuk mengetahui

    13Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1995),hlm.82.

    14Slamet wiyono, Manajemen Potensi Diri,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003),hlm.37.

    15 Miska Muhammad Amin,Epistimologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahuan

    Islam,(Jakarta:UI Press,1983),hlm.32.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    6/11

    lingkungan kehidupan manusia sehingga dari sini manusia akan

    mendapatkan ilmu pengetahuan.

    Dalam pandangan islam indra manusia terdiri dari indra luar (panca

    indra) dan indra dalam. Indra luar dan dalam ini mempunyai fungsi

    sendiri-sendiri, sebagimana dijelaskan Harun Nasution yang dikutip oleh

    Miska sebagai berikut

    a. Indra bersama (al-his al-musytarak) bertempat di bagian depan otakdan berfungsi untuk menerima kesan-kesan yang diperoleh dari panca

    indra luar dan meneruskannya ke indra batin.

    b. Indra menggambar (al-Khayal) juga bertempat di bagian depan otak,tugasnya untuk melepaskan kesan-kesa yang diteruskan indra bersama

    dari materinya.

    c. Indra pengrekat (al-Mutakhayyilah) bertempat di bagian tengah otakuntuk mengatur gambar-gambar yang telah dilepaskan dari menerima

    dengan memisah-misahkan dan kemudian menghubungkannya satu

    dengan yang lainnya.

    d. Indra penganggao (al-wahmiah) bertempat di bagian tengah otak,mempunyai fungsi untuk menyimpan arti-arti yang dikandung oleh

    gambar-gambar itu.

    e. Indra pengingat (al-hafidzah) yang bertempat di bagian belakang otakyang berfungsi untuk menyimpan arti-arti yang ditangkap indra

    penganggap.16

    Walaupun demikian, panca indra manusia juga terdapat kekurangan

    dan kelemahan. Panca idra manusia sangat terbatas kemampuannya

    terlebih penting lagi panca indra manusia bisa melakukan kesalahan.

    Contohnya yang bisa dilihat sehar-hari adalah bagaimana tongkat lurus

    yang sebagian terendam dalam air akan kelihatan menjadio bengkok.17

    Inilah yang menunjukkan, bahwa pengetahuan indra mengalami

    kelemahan.

    16Ibid., hlm. 33.

    17 Jujun S. Suriasmantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka

    Sinar Harapan, 2001), hlm. 53.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    7/11

    2. AkalAkal juga merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan,

    karena akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami

    simbol-simbol yang abstrak, menganalisa, membandingkan maupun

    membuat kesimpulan dan aklhirnya memilih atau memisahkan antara yang

    benar dan yang salah.18 Akal ini merupakan organ yang ada dalam diri

    manusia untuk membedakan manusia dengan makhluk lain.

    Dengan akal, manusia akan mampu berfikir dan berkreasi menggali

    dan menemukan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari fasilitas yang

    diberikan kepada manusia untuk fungsi kekhalifahannya. Akal manusia

    atau unsur rasiona dan hati rasa. Akal manusia akan berfungsi dengan

    baik, manakala kata hatinya baik, suci dan senantiasa beriman.19

    Akal mampu memperoleh pengetahuan melalui daya nalar dan

    mampu memperoleh pengetahuan melalui daya argumentatif. Akal juga

    sebagai subtansi berfikir, akunya pribadi, mampu berpendapat,

    memahami, menggambarkan, menghafal, menemnukan dan mengucapkan

    sesuatu. Oleh karena itu, nature akal adalah kemanusiaan (insaniyah)

    atau biasa dikenalfitrah al-Insaniyah.20

    3. HatiHati sebagai sumber/sarana untuk mendapatkan ilmu dan dapat

    memahami pengalaman-pengalaman eksistensial.21

    Juga mempunyai

    kemampuan untuk mengenal objeknya secara lebih akrab dan langsung.22

    18Jalaluddin, op. cit., hlm. 34. karena di sini proses berfikir bekerja, yaitu suatu kegiatan

    untuk memperoleh/menemukan pengetahuan yang benar. Proses berfikir dalam menarik

    kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penalaran. Pengetahuan yang dihasilkanpanalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukanlah hasil perasaan. Ibnu Masud dan JokoParyono,Ilmu Alamiah Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 110.

    19Choiruddin Kadhiri, Klasifikasi Kandungan al-Quran, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

    Press, 1996), hlm. 55-56.20

    Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja

    Grafindo Persada, 2001), hlm. 53.21

    Mulyadi Kartanegara,bbbbbbbb22

    Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah: Transendental Intelegence, (Jakarta: Gema Insai

    Press, 2001), hlm. 96.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    8/11

    Hati di sini memiliki kemampuan untuk mengolah, memilih dan

    memutuskan segala informasi yang dibawa oleh sentuhan indra.23

    Karena berfikir itu merupakan proses yang dinamis, maka dalam berfikir

    di samping membutuhkan sarana/sumber pengetahuan, berfikir juga

    membutuhkan langkah-langkah yang harus ditempuh. Proses/jalannya berfikir

    itu pada pokoknya ada tiga langkah,24yaitu:

    1. Pembentukan pengertianProses ini diawal;I dengan mendsekripsikan cirri-ciri objek yang

    sejenis mengklasifikasi cir-ciri yang sama, kemudian mengabstrasikan

    dengan menyisihkan, membuang, menganggap cirri-ciri yang hakiki.25

    2. Pembentukan pendapatMembentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah

    pengertian atau lebih. Atau diartikan juga sebagai hasil pekerjaan piker

    dalam meletakkan hubungan antara tanggapan satu dengan yang lainnya

    antara pengertian satu dengan pengetian lainnya dan dinyatakan dalam

    suatu kalimat.26

    Jadi, pendapat dibentuk dari dua pengertian atau lebih

    yang merupakan hasil perbuatan, hasil pikiran yang mengandung

    hubungan arti.

    3. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusanProses ketiga ini adalah satu usaha penarikan kesimpulan yang

    merupakan pernyataan keputusan-keputusan yang dimaksudkan sebagai

    hasil pekerjaan pernyataan keputusan-keputusan yang dimaksudkan

    sebagai hasil pekerjaan akal atau pikir yang disusun secara sistematis dari

    dua buah objek yang dihubungkan seperti sebelumnya.27

    Itulah proses berfikir yang mana dalam pikir tidak hanya asalah

    berfikir. Namun menggunakan langkah-langkah yang ditempuh untuk

    23Danusiri,Epsitemologi dalam Tasawuf Iqbal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),

    hlm. 48.24

    Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.

    54-55.25

    Chalijah Hasan,Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al-Ikhlas, bbb),hlm. 39.

    26Abu Ahmadi, Psikologi Umum,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 83.

    27Chalijah Hasan, op. cit.,hlm. 39.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    9/11

    mendapatkan sebuah keputusan/kesimpulan. Berfikir ini ada dalam surat

    al-Nahl ayat 44 dengan lafadz , di sini manusia memikirkan sesuatuyang sudah di dapat dari orang lain dan memikirkan isi al-Quran.

    Dengan berbagai langkah berfikir tersebut akan mendapatkan hasil

    yang dapat diterima orang banyak dengan cara digunakan secara tepat.

    Untuk itu seseoarang didorong untukmmengusahakan semua aspek

    berfikir yang baik sehingga nantinya akan dapat meningkatkan kecakapan

    berfikir.

    Manusia ketika dilahirkan oleh Allah SWT dengan berbagai

    kelebihan, yang mana kelebihan itu tidak dimiliki oleh makhluk lain.

    Njamun Allah memerintahkan kepada maniusia untuk menggunakan

    kelebihan itu dengan semaksimal mungkin, agar supaya hidupnya

    sejahtera baik di dunia maupun akhirat.

    Manusia ketika dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun.

    Artinya lembaran-lembaran hatinya masih bersih dan belum ada goresan

    apapun. Agar manusia dapat mengetahui sesuatu, dengan kelebihan yang

    dimiliki itu maka manusia disuruh untuk berfikir mengenai sesuatu ytang

    sudaah ditangkap aoleh indra yang akhirnya maanusia akan dapat

    membuahkan atau memperoleh suatu pengetahuan.

    Namun untuk memperoleh pengetahuan, karena semua pengetahuan

    yang kita miliki adalah muktasabah (di peroleh melalui usaha),

    diantaranya dapat di peroleh melalui proses yang amat lama, yaitu melalui

    pendidikan. Dalam proses pendidikan ini tentunya mempunyai tujuan

    yaitu untuk menjadikan manusioa yang berkualitas yang dalam islam

    adalah untuk menjadikan insane kamil.

    Dengan demikian, bahwa nilai pebdidikan dalam surat aaal-Nahl

    ayat 43-44 yaitu orang tidak mengetahui sesuatu agar supaya bertanya

    pada orang yang memiliki pengetahuan dan akhirnya berpengetahuan. Dan

    perintah berfikir ini penting dalam penddidikan islam karena dalam

    pendidikan islam itu mengharapkan untuk menjadikan insane kamil.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    10/11

    Untuk menjadi insane kamil maka manusia harus dapat menggunakan

    akalnya untuk berfikir.

    C. Implikasi Nilai Pendidikan dalam Surat al-Nahl Ayat 43-44 dalamPendidikan Islam

    Manusia diciptakan oleh Allah SWT. Dan dikeluarkan dari perut

    ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Kemudian Allah SWT.

    Memberinya pendengaran, penglihatan dan hari. Dari itu semua dapat

    dimanfaatkan sebagai isyarata untuk dapat mengetahui an mendapat ilmu

    pengetahuan. Dengan pendengaran, dia bisa dipergunakan untuk mendengar

    perintah dan larangan Allah. Penglihatan untuk melihat ciptaan Allah, dan hati

    itu untuk sampai pada pengetahuan Allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah

    dalam surat al-Rad ayat 78 sebaagi berikut:

    bbbbbbbbbbbbbbb

    dengan anugerah pendengaran, penglihatyan dan hati pada manusia

    agar manusia dapat berfikir, merenungi dan memperhatikan apa yaang ada di

    sekelilingnya. Dengan ini pula diharapkan manusia dapat terdidik secara

    ilmiah untuk meneliti dan menganalisis, mengambil kesimpulan dan berfikir,

    sehingga dapat memperoleh pengetahuan.

    Hal ini menunjukkan, bahwa Islam menghendaki agar manusia dididik,

    supaya dengan pendengaran, penglihatan dan hati manusia dapat

    merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah

    SWT. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah,

    yaitu sebagai Abd Allaah (Hamba Allah). Ini diketahui dari surat al-Dzariyat

    ayat 56 sebagai berikut:

    bbbbbbbbbb

    28

    28Ibid.,hlm. 862.

  • 5/26/2018 jtptiain-gdl-s1-2006-zulismurth-1603-bab4_310-0

    11/11

    Selain itu, kaitannya dengan eksistensi hidup manusia, bahwa tujuan

    hidup manusia adalah sebagai wakilnya (khalifah Allah) di bumi. Salah satu

    fungsi dan tugas seorang pemimpin (khalifah) adalah kemampuanny dalam

    memelihara, mengatur dan mengembangkan potensi dasar yang beragam

    (heterogen) dari yang dipimpinannya di atas dasar amanah dan bukan atas

    dasar prinsip kepemilikan (privatisasi).

    Hal di atas, bahwa tujuan hidup manusia adalah sebagai Abd. Allah

    (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah. Dalam menyangsikan dirinya

    sebagai hamba Allaah (Abd. Allah), manusia harus mematuhi segala aturan-

    Nya dan menjauhi segaala larangannya. Sedangkan sebagai khalifah Allah,

    manusia harus mampu menggali potensi-potensi alam agar dapat terpelihara

    dan terjaga dari kerusakan lingkungan dan sebaliknya dapat mendatangkan

    rahmat bagi seluruh alam.29

    Untuk memfungsikan dirinya, manusia tidak dapat lepas dari

    pendidikian. Karena pendidikan merupakan faktor utama yang sangat urgen

    dalam kehidupan manusia, dan lewat pendidikan itulah, manusia mendapatkan

    pengetahuan. Di samping itu, lewat pendidikan itulah, manusia dapat

    mengasah otaknya untuk berfikir. Karena pendidikan mempunyai fungsi

    utama, yaitu untuk menumbuhkan kreatifitas peserta didik, dan menanamkan

    nilai-nilai yang baik agar supaya menjadi manisoa yang baik menurut

    pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini senada dengan tujuan

    umum pendidikan Islam. Tujuan umum pendidikan Islam adalah berusaha

    mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa dan beribadah dengan baik

    kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.30

    29Achmadi,Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris,(Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 97.30

    Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung

    Insani, 2000), hlm. 142.