Journal Reading Virus campak
-
Upload
magdalena-wibawati -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Journal Reading Virus campak
Journal Reading
Measles in Children Vaccinated With 2 Doses of MMR
Oleh:
Magdalena Wibawati G99141061/ F-10-2015
Pritami G99141112/ F-11-2015
Pembimbing:
dr. Yulidar Hafidh, Sp.A(K)
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Journal reading ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Journal reading dengan judul :
Measles in Children Vaccinated With 2 Doses of MMR
Hari/tanggal : Juli 2015
Oleh:
Magdalena Wibawati G99141061/ F-10-2015
Pritami G99141112/ F-11-2015
Mengetahui dan menyetujui,
Pembimbing Journal Reading
dr. Yulidar Hafidh, Sp.A(K)
2
Campak pada Anak yang Divaksinasi 2 Dosis MMR
Abstrak
Latar Belakang: Investigasi outbreak campak sebelumnya yang dilakukan di
sebuah sekolah lanjutan di Quebec, Canada didapatkan bahwa vasin 2-dosis
memiliki efektifitas 94%. Penerima vaksin campak 2 dosis secara signifikan
memiliki resiko lebih tinggi (2-4 kali) jika vaksin campak diberikan pertama kali
umur 12 dibanding pada umur ≥ 15 bulan, dan tidak ada efek yang berbeda jika
dosis kedua diberikan pada usia sekolah. Generalisasi dari hubungan ini juga telah
diperiksa di data provinsi dari semua kasus yang dilaporkan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol berpasangan yang
melibatkan subyek yang diberikan 2 dosis vaksin. Semua kasus yang
terkonfirmasii (laboratorium atau epidemiologi) pada pasien dengan umur 5-17
tahun dimasukkan pada penelitian ini. Setiap kasus dipasangkan dengan 5 kontrol.
Hasil: Dari total 102 kasus dan 510 kontrol yang berpartisipasi; 89% dari kasus
berumur 13-17 tahun. Jika dibandingkan pemberian dosis pertama pada umur 12-
13 bulan dengan ≥ 15 bulan, resiko campak pada peserta dari luar sekolah
outbreak adalah 6 kali lebih besar (interval kepercayaan 95%, 1.33–29.3) dan 5.2
kali lebih besar pada semua partisipan (interval kepercayaan 95%, 1.91–14.3)
(peserta dari sekolah outbreak + dari luar sekolah).
Kesimpulan: Resiko lebih besar pada penerima 2-dosis campak yang diberikan
pertama pada umur 12-30 bulan dibanding ≥ 15 bulan telah dikonfirmasi pada
data Quebec. Mekanismenya masih belum diketahui, namun kegagalan vaksin
pada penerima 2-dosis dapat menjadi dapak substansial untuk upaya eleminasi
campak melalui vaksin 2-dosis. Umur yang optimal untuk pemberian dosis
pertama dapat menjadi evaluasi tambahan.
3
Ketika vaksin campak hidup yang dilemahkan dikembangkan pada tahun
19501, vaksin ini dianjurkan diberikan pada umur 9 bulan. Hal ini berubah, ketika
dipelajari lebih lanjut efektifitasnya lebih besar jika vaksinasi dilakukan pada usia
yang lebih tua karena pengaruh dari antibodi campak maternal.2 Karena antibodi
maternal menyusut seiring waktu, perlindungan menurun dipengaruhi usia dan
perlindungan meningkat jika pemberian pertama diberikan pada umur yang lebih
tua, rata-rata ≥ 15 bulan, sesuai dengan wabah yang terjadi pada awal 1990.3
Di Amerika Serikat, rekomendasi pemberian vaksin campak adalah 9
bulan pada tahun 1963, 12 bulan pada 1965, 15 bulan pada 1976 dan 12-15 bulan
sejak 1998,4 sedangkan Kanada memilih pemberian pada umur 12 bulan pada
1970 dan bertahan dengan rekomendasi tersebut sampai saat ini.5 Namun, bahkan
dengan semua anak menerima 1 dosis vaksin sesuai jadwal, penyebaran campak
terus berlanjut, dan intervensi tambahan dibutuhkan untuk mengendalikannya.6
kegagalan vaksin campak diperkirakan merupakan penyebab primer (hilangnya
perlindungan segera setelah vaksinasi) dari pada penyebab sekunder (penurunan
kekebalan tubuh).7,8 Berdasarkan hipotesis dan penelitian ini didapatkan bahwa
dosis kedua dapat memperbaiki kegagalan serokonventer, 9-11 beberapa negara
menerapkan program 2-dosis pada tahun 1990.
Antara 1996 dan 1997, semua provinsi di Kanada menambahakan dosis
kedua vaksin campak pada jadwal vaksinasi dan menyelanggarakan kampanye
masal untuk menambahakan dosis kedua untuk semua anak usia sekolah. Di
Quebec, provinsi yang terluas nomer 2 (populasi 8 juta), 89% dari anak umur 5-17
tahun menerima dosis kedua dari vaksin campak selama kampanye, dan jadwal
bayi untuk 2-dosis measles–mumps–rubella (MMR) dirubah menjadi saat umut 12
dan 18 bulan.12 Setelah 15 tahun terjadi penurunan, epidemik campak yang luas
terjadi di Quebec pada tahun 2011, mengungkapkan kerentanan yang tidak
terduga dari remaja yang telah divaksinasi dengan MMR 2-dosis.13,14 Sebuah
penelitian di sekolah pada outbreak ini didapatkan secara umum efektivitas vaksin
(VE) yaitu 95.9% dengan 1 dosis dan 94.2% dengan 2 dosis.14 Penemuan yang tak
terduga dari outbreak ini yaitu pada penerima 2 dosis, VE lebih besar pada
kelompok pemberian dosis pertama pada usia lebih tua, yaitu 93% pada 12 bulan
4
sampai 97.5% pada ≥ 15 bulan.14 Resiko campak 2-4 kali lebih besar ketika anak
divaksinasi antara umur 12-14 bulan dibanding ≥ 15 bulan.14 Pemberian dosis
kedua pada umur yang lebih tua atau interval antar dosis dan kedua yang lebih
lama tidak mempengaruhi penelitian ini.14
Meskipun secara statistik signifikan, hasil ini berdasarkan jumlah kasus
dengan vaksin 2 dosis yang sedikit (41). Penting untuk memastikan terlebih
dahulu penemuan dan untuk membedakan apakah mereka dapat digeneralisasi.
Selain itu, sebagian besar remaja yang termasuk dalam peserta dari sekolah
outbreak lahir dari ibu yang sebelumnya telah terinfeksi campak, saat ini, hampir
semua bayi lahir dari ibu yang telah divaksin memiliki konsentrasi antibodi anti
campak yang rendah untuk diberikan pada bayi mereka dibanding dengan ibu
yang telah mengalami infeksi virus.15,16 Karena antibodi maternal yang diinduksi
vaksin dipekirakan akan menghilang pada umur muda, bayi yang lahir dari ibu
yang terlindungi vaksin dapat merespon lebih baik dosis awal dari vaksin campak
dari pada kelompok bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi, jika gangguan dari
antibodi maternal merupakan mekanisme dasar dari efek negatif pada umur
pemberian dosis pertama pada VE.
Karena itu kami menyelenggarakan penelitian case control untuk
memperkirakan resiko campak menurut umur pemberian dosis pertama dan
kedua, sesuai dengan status maternal (infeksi sebelumnya dibanding yang
mendapat vaksinasi) menggunakan semua kasus yang dua kali divaksin saat
pasien umur sekolah dan dilaporkan di Quebec pada tahun 2011.
Metode
Campak dipastikan dengan tes laboratorium atau dengan hubungan
epidemiologi yang dilaporkan oleh baik dokter dan petugas laboratorium di
Quebec.17 konfirmasi laboratorium membutuhkan deteksi virus dengan kultur atau
polymerase chain reaction atau mengembangkan imunoglobulin M spesifik
campak untuk mengetahui hilangnya efek vaksin. Hubungan epidemiologi
memerlukan presentasi klinis yang khas (demam ≥38.3°C [101°F] dan batuk atau
coryza atau konjungtivitis dan ruam mukopapular general selama paling tidak 3
5
hari) dengan hubungan epidemiologi untuk konfirmasi laboratoris kasus campak.
Pada penelitian kasus kontrol berpasangan ini, kriteria inklusi untuk
kasus dan kontrol yaitu telah menerima 2 dosis vaksin campak, dosis pertama
diberikan pada ≥12 bulan, dosis kedua diberikan ≥28 bulan hari setelah dosis
pertama dan ≥14 hari sebelum muncul ruam pada kasus, dan umur antara 5-17
tahun. Kasus yang dimasukkan pada penelitian ini dikonfirmasi sebagai campak
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan dilaporkan dari seluruh provinsi ke
kementrian kesehatan antara 1 Januari sampai 31 Desember 2011. Kontrol
dicocokkan tanggal lahirnya (±6 bulan) dan masuk sekolah pada tahun 2010
samapi 2011. Untuk masing-masing kasus, 5 kontrol secara acak dipilih dari
daftar siswa vaksinasi campak di provinsi yang sesuai kriteria. Status vaksinasi
dan tanggal vaksinasi dipastikan melalui data vaksinasi provinsi dan data lainnya.
MMR-II (Merck Canada, Montreal, Quebec) merupakan satu-satunya vaksin
MMR yang diberikan pada anak-anak di penelitian ini.
Di Kanada, orang yang lahir sebelum tahun 1970 dianggap telah
terinfeksi campak.5 Tahun tersebut menandai dimulainya program vaksinasi
campak menggunakan vaksin hidup, dan sangat sedikit pasien dari outbreak
campak yang besar di Quebec (1989) atau Ontario (1990–1992) yang lahir
sebelum tahun tersebut.18,19 Akibatnya, status ibu dari peserta (terinfeksi dan
tervaksinasi) ditentukan dari tahun lahir dan data ringkasan vaksinasi dari
provinsi, termasuk semua penduduk yang lahir setelah 1970 tanpa memperhatikan
status vaksinasi. Ibu yang tidak ditemukan dalam data dianggap lahir sebelum
tahun 1970 dan dikategorikan dalam kategori terinfeksi, dan yang lahir pada 1970
atau setelahnya dianggap telah divaksinasi.
Odds Ratio (OR) dari campak menurut umur pemberian dosis pertama
dan kedua dan status imun ibu diperkirakan dengan regresi logistik multivariat.
Penelitian ini diadakan dibawah perintah resmi dari Kementrian Kesehatan
Nasional, dibawah tanggung jawab Kementrian Kesehatan Quebec tanpa
dibutuhkan bukti persetujuan etika penelitian.20
6
Hasil
Pada tahun 2011, 725 pasien dikonfirmasi sebagai kasus campak,13 507
berumur 5-17 tahun; 102 telah menerima 2 dosis pada umur ≥12 bulan, 1 telah
menerima 3 dosis, 18 menerima 1 dosis, 337 belum vaksinasi, dan 49 tidak
diketahui status vaksinasi atau tidak ada bukti tertulisnya. Dari 102 orang yang
menerima 2 dosis vaksin, 82 orang telah dikonfirmasi secara epidemiologi, dan 20
dikonfirmasi melalui laboratorium (17 orang memiliki imunoglobulin M spesifik
campak, dan kultur positif pada 3 lainnya).
Seratus dua kasus dan 510 kontrol pasangannya menempuh pendidikan di
17 sekolah, dengan jumlah kasus per seskolah antara 1-41 (rata-rata, 6; nilai
tengah, 2). Dari 12 sekolah lanjutan (kelas 7-12), terhitung 3 orang yaitu 73% dari
kasus vaksinasi 2 kali; sekolah yang pertama kali dan paling besar terpengaruh
(sekolah outbreak) ada 41, yang kedua ada 17, dan yang ketiga 16 orang. Hanya
ada 6 (6%) kasus di 5 sekolah dasar (kisaran, 1-2 per sekolah). Dua pertiga dari
kasus merupakan anak laki-laki, yang pada analisis univariat memiliki resiko lebih
tinggi terkena campak (OR = 1.97;95% Interval Kepercayaan [IC], 1.3–3.1)
(Tabel 1), sebuah pola juga ditunjukkan pada pasien yang tidak divaksinasi (Data
tidak ditunjukkan, tersedia jika diminta). Hanya 11% dari kasus yang berumur 5-
12 tahun saat onset ruam (2% umur <10 tahun, 4% umur 10-11, 5% umur 12
tahun). Remaja 13,14,15 dan 16 tahun terdistribusi tidak proporsional, yaitu
masing-masing 17%, 20%, 25%, dan 20% dari semua kasus, sedangkan umur 17
tahun presentasenya sebesar 8% dari kasus. Tujuh puluh persen ibu dari baik
kasus maupun kontrol lahir sebelum tahun 1970, 15% lahir antara 1970-1972
(selama tahun ini sirkulasi campak masih hebat), dan 14% pada tahun 1973 atau
setelahnya. Resiko campak menurut kelahiran maternal secara statistik tidak ada
perbedaan (Tabel 1).
Diantara peserta dari luar sekolah outbreak, dosis pertama vaksin campak
diberikan pada umur 12 atau 13 bulan pada 90% kasus dan 72% pada kontrol,
sedangkan 4.8% dan 19.6%, masing-masing, menerima dosis pertama pada umur
≥15 bulan (Tabel 1). Dengan tidak ada kasus yang divaksinasi tepat pada umur 15
bulan, kami membandingkan umur 12 bulan dengan kategori yang lebih luas yaitu
7
≥ 15 bulan, yang masuk beberapa kasus. Pada analisa univariat, resiko campak
6.87 kali (95% CI, 1.59–29.7) dan11.4 (95% CI, 2.5–52.5) lebih tinggi ketika
dosis pertama diberikan pada umur 12 dan 13 bulan, dibanding denngan ≥ 15
bulan. Didapatkan OR rendah namun masih signifikan pada pooled analysis
(sekolah outbreak + luar sekolah tersebut). Baik umur pada pemberian dosis
kedua maupun interval pemberian berpengaruh pada resiko campak, tanpa
memperhatikan inklusi dan eksklusi dari sekolah yang paling terpengaruh.
Karena resiko campak pada analisis univariat sama dengan pemberian
dosis pertama pada umur 12 atau 13 bulan, dua umur tersebut di gabung menjadi
satu kategori (12-13 bulan) pada analisis multivariat. Pada analisis multivariat,
hanya umur pemberian dosis pertama dan jenis kelamin yang secara signifikan
berhubungan dengan resiko campak (Tabel 2). Efek umur pada pemberian dosis
pertama tidak dipengaruhi variabel perancu jenis kelamin, umur pada pemberian
dosis kedua, interval pemberian 2 dosis, ataupun tahun lahir maternal. Pada
peserta dari luar sekolah outbreak, ketika dosis pertama diberikan pada umur 12
atau 13 bulan dibanding ≥ 15 bulan, resiko campak 6.2 kali lebih tinggi (95% CI,
1.33–29.3; P = .02), dan pada pooled analysis 5.2 kali lebih tinggi (95% CI, 1.91–
14.26; P = .0013). Ketika dosis pertama diberikan pada 14 bulan dibanding
dengan ≥ 15 bulan, resiko meningkat 2 kali namun tidak signifikan secara
statistik. Pada anak-anak yang menerima dosis pertama pada umur 12 sampai 13
bulan, resiko campak serupa jika dosis keduanya diberikan ≥ 48 bulan
dibandingkan < 24 bulan (peserta diluar sekolah outbreak OR = 0.72; 95% CI,
0.21–2.29; P = .69; semua peserta, OR = 0.98; 95% CI, 0.35–2.49; P = .898).
Resiko dari campak pada anak-anak yang menerima dosis pertama pada
umur 12 sampai 13 bulan dibandingkan ≥ 15 bulan distratifikasi menurut tahun
lahir ibu tidak dapat tidak dapat dinilai dengan pencocokan (matching). Karena
dari keseluruhan perkiraan kasar sama dengan analisis matched (regresi logistik)
dan unmatched (bukan regresi logistik) (OR 5.26 vs 5.01) (Tabel 3), pada
eksplorasi stratifikasi unmatched yang kami lakukan. Kecenderungan resiko yang
lebih besar dengan pemberian vaksin pada umur 12-13 bulan dibandingkan
dengan ≥ 15 bulan terlihat pada baik anak-anak dari ibu yang lahir sebelum 1970
8
dan yang lahir setelahnya namun lebih jelas pada yang lahir sebelumnya (OR =
6.23 dan 3.22, masing-masing) (Tabel 3). Hanya OR dari peserta yang ibu lahir
sebelum 1970 yang secara statistik signifikan namun sedikit partisipan yang lebih
muda membuat kekuatan dari penelitian ini terbatas dan mempersulit kesimpulan
definitif.
Diskusi
Penelitian wabah pada sekolah menengah yang memicu epidemi campak
tahun 2011 di Quebec menunjukkan hasil bahwa risiko terkena campak pada
penerima 2 dosis secara signifikan lebih tinggi (2-4 kali) ketika vaksin campak
pertama kali diberikan pada usia 12 bulan dibandingkan dengan vaksin campak
pertama kali diberikan pada usia ≥15 bulan.15 Efek dari usia saat pemberian dosis
pertama paling menonjol pada anak-anak yang lahir dari ibu yang mungkin telah
terinfeksi oleh virus campak. Efek ini juga terlihat pada anak-anak yang lahir dari
ibu yang telah divaksinasi, namun dengan sedikit bukti penelitian.
Selama 26 tahun, di mana Kanada mengandalkan satu dosis vaksin
campak yang diberikan pada usia 12 bulan (1970-1996), terdapat bukti kuat dari
perlindungan yang lebih besar dengan pemberian dosis ini pada usia ≥ 15 bulan.5
Kerentanan lebih besar pada anak yang divaksinasi pada usia 12 bulan itu
disebabkan oleh gangguan dari antibodi ibu.9-11,21 Vaksin campak dianggap
memberikan perlindungan seumur hidup8, oleh sebab itu meningkatkan usia
pemberian dosis pertama sampai 15 bulan dalam program 2 dosis itu dianggap
tidak perlu. Penelitian kami menyanggah asumsi ini.
Terdapat risiko lima kali lipat lebih besar terkena campak pada mereka
yang diimunisasi MMR dosis pertama pada usia 12 hingga 13 bulan dibandingkan
mereka yang diimunisasi pertama pada usia ≥ 15 bulan. Terdapat persamaan hasil
pada penelitian serologi sebelumnya dengan pengamatan epidemiologi kami.10,22-26
Meskipun diperlukan ketelitian dalam interpretasi temuan imunogenisitas
berdasarkan uji laboratorium dan ambang batas pelindung yang diterapkan, studi
serologi menunjukkan bahwa usia dini pada pemberian dosis pertama
mempengaruhi respon antibodi pemberian dosis kedua dan persistensi. Anak-anak
9
yang divaksinasi pertama pada usia 12 bulan cenderung mengalami serokonversi
setelah imunisasi ulang dan memiliki antibodi dengan level yang lebih rendah
secara signifikan dibandingkan dengan pemberian pada usia ≥ 13 bulan.10
Fenomena ini juga terdapat pada anak yang divaksinasi lebih muda dari usia 12
bulan.7,22,23
Anak-anak tanpa reduksi plak yang terdeteksi antibodi netralisasi setelah
pemberian dosis pertama memberikan respon vaksinasi ulang dengan respon
primer dan menjaga titer antibodi diatas level yang diyakini dapat memberikan
perlindungan, sedangkan vaksinasi ulang anak-anak dengan level reduksi plak
antibodi netralisasi yang rendah memicu respon sekunder, dengan antibodi
kembali cepat kepada level dibawah tingkat perlindungan.24 Di Jerman, antara
~7000 penerima 2 dosis, proporsi tanpa antibodi terdeteksi menurun terus pada
usia yang lebih tua pada pemberian dosis pertama antara usia 18 dan 23 bulan.25
Proporsi seronegatif juga meningkat dalam waktu sejak pemberian dosis kedua,
dan proporsi seronegatif ≥ 6 tahun setelah pemberian dosis kedua serupa dengan
penerima dosis tunggal.25
Demikian pula, di Amerika Serikat, peningkatan titer antibodi pada
pemberian dosis kedua MMR kembali cepat pada level prebooster, dan
kebanyakan subyek (72%, 13/18) dengan titer rendah 10 tahun setelah boosting
juga berada pada kuartil terendah untuk antibodi sebelum booster. 26 Kembalinya
tingkat perlindungan yang diberikan oleh dosis pertama berdasarkan waktu sejak
dosis kedua diberikan konsisten dengan VE yang kami amati setelah 1 atau 2
dosis (masing-masing 95,9% dan 94,2%,) dalam wabah sekolah yang baru-baru
ini kami teliti.15
Terdapat risiko yang terkait dengan usia dini pada pemberian dosis
pertama, namun terdapat sedikit penelitian mengenai risiko pada anak-anak yang
lahir dari ibu divaksinasi dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dari ibu yang
terinfeksi. Keterbatasan ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah partisipan
penelitian yang lahir dari ibu divaksinasi dan penggunaan tahun kelahiran ibu
(sebelum 1970) sebagai proxy terinfeksi campak. Ketika cakupan vaksin mulai
baik melalui program universal quebec dimulai pada tahun 1970 , transmisi terus
10
rendah selama beberapa tahun (gambar 1). Oleh karena itu, beberapa ibu yang
lahir sejak tahun 1970-an telah menerima vaksin tetapi juga terinfeksi, yang
menyebabkan kesalahan klasifikasi dimana cenderung keliru memberikan pola
yang sama untuk anak-anak yang lahir dari ibu divaksinasi. Namun, bahkan tanpa
adanya antibodi ibu, respon imun terhadap vaksinasi membaik dengan usia yang
lebih tua pada pemberian dosis pertama terhadap kedua titer dan aviditas.27,28
Pengamatan ini terbatas untuk vaksinasi antara usia 6 dan 12 bulan, tetapi
menunjukkan bahwa pematangan sistem kekebalan tubuh mungkin juga
memainkan peran penting dalam kualitas dan daya tahan perlindungan.27
Studi saat ini memiliki keterbatasan yang lain. Tidak mungkin untuk
memperkirakan VE absolut karena membutuhkan perbandingan orang yang
divaksinasi dan tidak divaksinasi, dan sebagian besar data "tidak ada dosis" pada
kenyataannya divaksinasi namun datanya hilang. Insiden lebih tinggi pada remaja
(75,6 per 100.000) dibandingkan dengan orang dewasa berusia 18 sampai 35
tahun (5,3 per 100.000) dapat dijelaskan oleh peluang eksposur yang lebih besar
dan lebih intens terkait dengan wabah sekolah. Remaja juga menerima 2 dosis
MMR pada usia 12 dan 18 bulan melalui program rutin, sedangkan sebagian besar
orang dewasa muda menerima vaksin campak monovalen sebagai dosis kedua
mereka pada usia sekolah selama kampanye massal pada tahun 1996. Sejumlah
kecil kasus (5) pada pasien yang menerima dosis pertama mereka di usia ≥15
bulan mungkin meningkatkan kekhawatiran tentang estimasi yang tidak stabil,
meskipun kekuatan statistik dan presisi akan didorong oleh besarnya perbedaan
risiko dengan usia pada pemberian dosis pertama daripada ukuran sel absolut.
Namun, sejumlah kecil kasus pada pasien dengan vaksinasi pertama pada usia ≥15
bulan menghalangi stratifikasi tambahan untuk menentukan usia optimal untuk
perlindungan. Hasil penelitian kami tidak dapat dijelaskan oleh sifat vaksin karena
semua peserta menerima Merck MMR-II, yang merupakan satu-satunya produk
yang mengandung campak yang digunakan di Amerika Utara pada waktu itu.
Kesalahan penanganan atau faktor lain yang mempengaruhi kualitas vaksin tidak
menjelaskan efek selektif dengan dosis pertama pada usia tetapi akan
mempengaruhi semua orang yang divaksinasi. Akhirnya, kami mengamati
11
dominasi laki-laki di antara kasus yang tidak bisa dijelaskan; sekolah yang terkena
dampak termasuk gender campuran, dan konteks sosial lainnya (misalnya tim
olahraga) tidak bisa menjelaskan pola gender ini. Pada akhirnya, jenis kelamin
tidak memiliki pengaruh pada hubungan antara campak dan usia pada pemberian
dosis pertama yang kami laporkan.
Di Amerika Serikat, meskipun terdapat ‘impor’ campak dari negara lain
pada tahun 2011, hal ini tidak memicu penyebaran epidemi. Hal ini dapat
dijelaskan karena adanya perbedaan dalam tindakan pengendalian serta cakupan
vaksin. Namun, 2 faktor lain mungkin memberi kontribusi pada perlindungan
yang lebih baik dari remaja AS pada tahun 2011: pemberian vaksin dosis pertama
pada usia yang lebih tua dan proporsi yang lahir dari ibu yang divaksinasi lebih
besar. Pada tahun 1989, the Advisory Committee on Immunization Practices and
the American Academy of Family Physicians merekomendasikan 2 dosis campak
dengan pemberian dosis pertama pada usia 15 bulan.4 Pada tahun 1998, usia yang
direkomendasikan untuk dosis pertama diubah menjadi 12 sampai 15 bulan.29
Pada tahun 2011, remaja usia 13 hingga 16 tahun lahir antara tahun 1995 dan
1998.
The US National Immunization Survey menunjukkan bahwa proporsi
anak-anak berusia 19-35 bulan yang menerima dosis MMR pertama mereka
sebelum usia 13 bulan meningkat dari 31% pada 1997 menjadi 44,7 % pada tahun
2001,30 masih lebih rendah 56% pada kontrol kami yang berusia 13 sampai 16
tahun. Remaja AS juga lebih mungkin untuk dilahirkan dari ibu divaksinasi,
karena program campak AS dimulai pada awal 1960-an, perempuan berusia ≤ 30
tahun pada 1995-1998 sebagian besar divaksinasi dan melahirkan dua pertiga dari
bayi. Sebaliknya, 70% dari kasus dan kontrol kami lahir dari ibu yang diduga
telah terinfeksi (lahir sebelum 1970). Karena anak-anak di Amerika Serikat dan
Kanada sekarang lahir dari ibu divaksinasi, efek usia pada dosis pertama mungkin
menjadi kurang jelas. Dalam menentukan waktu optimal imunisasi dasar, perlu
untuk menimbang temuan kami terhadap keparahan campak pada bayi dan VE,
terutama dalam konteks wabah.21
Saat ini, campak telah dieliminasi dari Amerika, dan pengalaman global
12
sangat mendukung kekebalan tahan lama dari 2 dosis vaksin campak. Namun,
kejadian tidak terduga pada orang yang mendapatkan dua kali vaksinasi pada
epidemi di Quebec harus dianggap sebagai sinyal untuk dilakukan penyelidikan
tambahan. Secara khusus, lokasi lain dengan campak yang sedang berlangsung
dapat mengeksplor hubungan epidemiologi yang telah kami angkat, dan
serosurvei bayi yang menerima dosis pertama MMR pada usia lebih awal
dibandingkan kemudian akan memberikan informasi yang baik.
Kesimpulan
Meskipun orang yang tidak divaksinasi harus tetap menjadi target utama
untuk vaksinasi campak, kerentanan tak terduga kami telah mengidentifikasi pada
orang yang telah mendapatkan dua kali vaksinasi pada akhirnya bisa tetap terkena
campak. Jika efek vaksinasi awal secara permanen mengubah kemampuan untuk
merespon dosis berikutnya, bahkan menambahkan dosis ketiga atau keempat
mungkin tidak memberikan perlindungan jangka panjang. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memahami mekanisme kegagalan vaksin primer atau hilangnya
perlindungan vaksin seperti pada penelitian kami.
13