JBLC2C007021

download JBLC2C007021

of 31

description

JBLC2C007021

Transcript of JBLC2C007021

  • 1

    ANALISIS PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES

    TERHADAP PERTUMBUHAN LABA

    Oleh:

    Budi Lestari ( C2C007021 )

    Dosen Pembimbing:

    Drs. M. Didik Ardiyanto, Msi., Akt.

    ABSTRACT

    This study aims to obtain empirical evidence about the influence of book tax

    differences to earnings growth. The variables tested in this study were permanent

    differences and temporary differences which are proxy of book tax differences.

    Growth in earnings that is used is calculated by subtracting the current period

    profit with profit the previous period and then divided by the earnings in the

    previous period.

    The population in this study were manufacturing companies listed in

    Indonesia Stock Exchange in 2007-2009. The research data obtained from the

    manufacturing company's financial statement year period 2007-2009. Based on

    purposive sampling method, the sample obtained a total of 39 companies. The

    hypothesis in this study were tested using multiple regression analysis.

    The results showed that the book tax differences that proxy with permanent

    differences and temporary differences do not significantly affect earnings growth.

    That was caused by a number of permanent differences and temporary differences

    are not significant in influencing the amount of taxable income which is the basis

    for current income tax calculation. Insignificant amount in the end will have no

    effect on the growth of income.

    Keywords: permanent differences, temporary differences, book tax

    differences, earnings growth.

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Salah satu isu yang sedang berkembang di bidang analisis perpajakan yang

    menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences

    adalah perbedaan besaran laba akuntansi atau laba komersial dengan laba fiskal

    atau penghasilan kena pajak. Poernomo (2008) menyatakan bahwa laba akuntansi

    adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak

    yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan lebih

    ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi, sedangkan laba fiskal adalah laba atau

    rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

    lebih ditujukan untuk menjadi dasar penghitungan PPh.

    Terdapat sejumlah penelitian yang telah meneliti kemungkinan book tax

    differences menjadi sumber informasi yang berguna bagi pemakai laporan

    keuangan. Penelitian tersebut memberi bukti bahwa adanya book tax differences

    menjadi indikasi terjadinya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh

    perusahaan (Mills dan Newberry, 2001; Phillips et al., 2003; Tang, 2006; Ayers et

    al.,2008). Selain itu beberapa penelitian menyatakan bahwa book tax difference

    juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas laba terutama dalam kaitannya

    dengan persistensi laba (Hanlon, 2005; Wiryandari dan Yulianti, 2008).

    Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa book tax

    differences berkaitan dengan informasi laba sehingga dapat digunakan untuk

    mengevaluasi kinerja perusahaan. Namun, manfaat book tax differences tersebut

    tidak selalu timbul akibat adanya praktik manajemen laba yang dilakukan

    perusahaan. Book tax differences juga timbul akibat adanya perbedaan aplikasi

    antara ketentuan akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan

    ketentuan fiskal berdasarkan Undang-Undang perpajakan dan tidak disebabkan

    oleh adanya unsur oportunistik pihak manajemen seperti melakukan manajemen

    laba (earnings management) dan perencanaan pajak (tax planning). Perbedaan ini

  • 3

    menyebabkan transaksi yang sama dapat diperlakukan secara berbeda oleh

    perusahaan.

    Adanya bukti mengenai kegunaan book tax differences dalam kaitannya

    dengan informasi laba menjadikan informasi book tax differences menjadi penting

    untuk dipahami. Informasi mengenai laba merupakan salah satu sumber penting

    yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan

    keputusan. Laba merupakan indikator kinerja keuangan suatu perusahaan.

    Diasumsikan bahwa semakin tinggi laba yang dihasilkan maka semakin baik pula

    kinerja suatu perusahaan. Para pengguna laporan keuangan yang masing-masing

    memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam menggunakan informasi laba

    mengandalkan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan sebagai sumber

    dalam pengambilan keputusannya.

    Terdapat beberapa penelitian yang memberikan bukti bahwa book tax

    differences mengandung informasi mengenai kinerja masa depan. Lev dan Nissim

    (2004) membuktikan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat

    memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan, dan berhubungan kuat

    (lemah) dengan return saham masa depan. Penelitian tersebut sejalan dengan

    penelitian Jackson (2009) yang membuktikan bahwa book tax differences

    berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Tang dan Firth (2008) menyatakan

    bahwa book tax differences yang besar menghasilkan reaksi pasar terhadap harga

    saham menjadi rendah. Selain itu mereka juga menemukan bahwa book tax

    differences berhubungan negatif dengan laba satu tahun ke depan. Hal itu

    mengindikasikan bahwa informasi mengenai book tax differences berguna untuk

    memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.

    Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa

    book tax differences dapat memberikan informasi mengenai karakteristik laba

    perusahaan dan kinerja perusahaan masa depan. Informasi tersebut diperoleh

    bukan hanya akibat adanya praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan,

    tetapi juga karena adanya perbedaan aplikasi antara ketentuan akuntansi

  • 4

    berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan fiskal berdasarkan

    Undang-Undang perpajakan. Hal ini dibuktikan oleh Jackson (2009) yang

    membuktikan bahwa hubungan antara book tax differences dengan pertumbuhan

    laba tidak selalu disebabkan oleh manajemen laba, tetapi juga disebabkan oleh

    perlakuan transaksi ekonomi yang berbeda serta tarif pajak efektif yang

    berfluktuasi.

    Memahami hubungan antara perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal

    merupakan hal yang penting karena informasi tersebut dapat memberikan bukti

    mengenai kegunaan penghasilan kena pajak dalam menentukan nilai perusahaan

    (Jackson, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui manfaat book tax differences dalam memberikan informasi mengenai

    kinerja perusahaan yang tercermin dalam pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini,

    book tax differences dibagi menjadi dua komponen, yaitu perbedaan permanen

    dan perbedaan temporer. Pertumbuhan laba, diukur dari perubahan pada laba

    bersih akuntansi. Dalam penelitiannya, Jackson (2009) memisahkan pertumbuhan

    pada laba menjadi dua komponen, yaitu laba sebelum pajak dan beban pajak. Hal

    ini dikarenakan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada laba sebelum

    pajak atau perubahan pada beban pajak penghasilan masa depan. Namun, dalam

    penelitian ini pertumbuhan laba yang akan diteliti dihitung dengan cara

    mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian

    dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.

    II. TELAAH TEORI

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Terdapat beberapa penelitian yang menguji kemampuan book tax differences

    dalam memprediksi kinerja perusahaan masa depan terutama yang berhubungan

    dengan informasi laba. Penelitian yang dilakukan oleh Phillips, et al. (2003)

    memberi bukti bahwa beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi

  • 5

    manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan

    penurunan laba. Sejalan dengan Hanlon (2005) yang menguji peranan book tax

    differences dalam mengindikasikan persistensi laba, akrual, dan arus kas untuk

    laba satu tahun ke depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan

    dengan book tax differences dalam jumlah besar serta bernilai positif dan negatif

    (large positive book tax differences dan large negative book tax differences)

    mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan yang

    mempunyai book tax differences dalam jumlah kecil (small book tax differences).

    Hanlon (2005) menyatakan bahwa investor dapat menafsirkan book tax

    differences yang besar sebagai red flag dan mengurangi harapan mereka

    mengenai persistensi laba di masa depan.

    Lev dan Nissim (2004) melakukan penelitian dengan mengembangkan tax

    based fundamental yang didefinisikan sebagai rasio estimasi penghasilan kena

    pajak dengan laba bersih. Mereka menemukan bukti bahwa rasio laba akuntansi

    terhadap laba fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan,

    dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan.

    Konsisten dengan penelitian Lev dan Nissim (2004), Jackson (2009)

    melakukan peneltian untuk menguji hubungan antara book tax differences dan

    pertumbuhan laba. Dalam penelitiannya, Jackson membagi book tax differences

    menjadi dua komponen, yaitu komponen perbedaan permanen dan perbedaan

    temporer. Jackson juga membagi pertumbuhan laba menjadi perubahan pada laba

    sebelum pajak dan perubahan pada beban pajak. Hasil penelitian tersebut

    membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bersifat negatif antara komponen

    perbedaaan permanen dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan

    komponen sementara book tax differences (pajak tangguhan) berhubungan

    negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa mendatang.

    Di Indonesia, penelitian mengenai perbedaan antara laba akuntansi dan laba

    fiskal dilakukan oleh Wiryandari dan Yulianti (2008). Penelitian yang dilakukan

    bertujuan untuk meneliti hubungan antara perbedaan laba akuntansi dan laba

  • 6

    pajak dengan perilaku manajemen laba dan persistensi laba. Dengan

    menggunakan model distribusi laba, hasil penelitian menunjukkan bahwa beban

    pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi

    manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari penurunan laba. Penelitian

    juga dilakukan untuk menguji apakah perbedaan laba akuntansi dan laba pajak

    dapat digunakan untuk mengukur persistensi laba. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba pajak positif yang besar mempunyai

    persistensi laba yang lebih rendah.

    Irreza dan Yulianti (2010) baru-baru ini meneliti penggunaan komponen-

    komponen pembentuk pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba.

    Dalam penelitiannya, komponen pajak tangguhan dibagi ke dalam komponen

    akrual dan pencadangan atas pendapatan dan beban, kompensasi, depresiasi aset

    berwujud, penilaian aset lainnya dan miscellaneous item. Hasil penelitian

    menemukan bukti bahwa total perubahan kewajiban pajak tangguhan bersih dan

    total akrual dapat mendeteksi kemungkinan perusahaan melakukan aktivitas

    manajemen laba untuk menghindari kerugian.

    Dari beberapa penelitian yang telah diuraikan tersebut, secara umum dapat

    disimpulkan bahwa beda antara laba akuntansi dengan laba kena pajak dapat

    memberikan informasi mengenai karakteristik laba yang dihasilkan dan kinerja

    masa depan perusahaan.

    2.2 Hipotesis

    Telah disinggung sebelumnya book-tax differences yang akan dianalisis

    dalam penelitian ini dibagi menjadi dua komponen, yaitu perbedaan permanen

    dan perbedaan temporer. Perbedaan permanen timbul akibat adanya perbedaan

    pengakuan transaksi antara peraturan akuntansi dan peraturan pajak. Perbedaan

    permanen terdiri dari penghasilan yang telah dipotong PPh final, penghasilan

    yang bukan merupakan objek pajak, pengeluaran yang termasuk dalam non

    deductible expense dan tidak termasuk dalam deductible expense.

  • 7

    Penghasilan yang diakui dalam peraturan akuntansi dapat menambah laba

    perusahaan, namun dalam peraturan pajak penghasilan tersebut tidak diakui dan

    harus dikeluarkan dari perhitungan laba fiskal (penghasilan kena pajak). Hal ini

    akan menyebabkan laba fiskal (penghasilan kena pajak) menjadi rendah sehingga

    akan berpengaruh pada beban pajak yang semakin kecil. Jika penghasilan sebelum

    pajak konstan, semakin rendah beban pajak yang dibayarkan maka laba bersih

    yang dihasilkan semakin besar.

    Hal yang berlawanan akan terjadi pada pengeluaran yang dalam peraturan

    akuntansi akan mengurangi laba namun tidak menurut peraturan pajak. Dalam

    peraturan akuntansi pengeluaran tersebut akan mengurangi laba, namun dalam

    peraturan pajak item tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan penghasilan

    kena pajak. Hal ini akan mengakibatkan beban yang dibayarkan sebagai

    pengurang laba akan menjadi lebih kecil dan penghasilan kena pajak menjadi

    lebih besar. Penghasilan kena pajak yang besar berarti beban pajak yang lebih

    besar pula. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin besar beban pajak

    yang harus dibayarkan maka akan memperkecil laba bersih yang dihasilkan.

    Penelitian oleh Tang dan Firth (2008) yang memasukkan komponen

    perbedaan permanen dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa book tax

    differences yang besar menandakan bahwa laba perusahaan lebih transitory dan

    kurang persisten, menyimpulkan kinerja yang lebih rendah di tahun mendatang

    dan menyebabkan harga saham menjadi lebih rendah. Jackson (2009) yang juga

    melakukan penelitian dengan menganalisis perbedaan permanen menemukan

    bukti bahwa perbedaan permanen berhubungan positif dengan pertumbuhan laba

    hanya karena mereka berhubungan negatif dengan perubahan beban pajak.

    Maksud dari pernyataan ini adalah semakin tinggi perbedaan permanen maka

    semakin rendah beban pajak masa depan, yang berarti bahwa laba bersih masa

    depan akan semakin tinggi.

    Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

    H1 : Perbedaan permanen berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

  • 8

    Beberapa perbedaan temporer dapat timbul apabila penghasilan atau beban

    diakui dalam perhitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat

    penghasilan atau beban tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal, misalnya

    perbedaan metode penyusutan dan masa manfaat yang digunakan dalam

    penghitungan laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan temporer kena pajak

    tersebut menyebabkan timbulnya beban pajak tangguhan atau pendapatan pajak

    tangguhan. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak

    tangguhan sedangkan pendapatan pajak tangguhan menimbulkan aset pajak

    tangguhan.

    Besarnya pajak tangguhan bersih berpengaruh terhadap pembayaran pajak

    masa depan yang tercermin pada pajak kini di tahun mendatang. Pembalikan

    perbedaan temporer akan mempengaruhi pembayaran pajak di masa yang akan

    datang. Misalnya, pembalikan kewajiban pajak tangguhan akan meningkatkan

    pembayaran pajak masa yang akan datang, sementara pemulihan aset pajak

    tangguhan akan mengurangi pembayaran pajak masa depan. Pembayaran pajak

    yang semakin meningkat atau semakin menurun akan berpengaruh pada laba

    bersih yang akan dihasilkan. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin

    besar beban pajak yang dibayarkan maka semakin kecil laba bersih yang

    dihasilkan, begitu pula sebaliknya.

    Perbedaan temporer juga dapat memberi informasi mengenai kinerja ekonomi

    masa depan melalui diskresi akrual yang digunakan oleh perusahaan untuk

    memanipulasi laba yang tercermin dari beban pajak tangguhan. Pendeteksian

    manajemen laba dalam penelitian Philips et al. (2003) menyimpulkan bahwa

    beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba guna

    menghindari penurunan laba dan menghindari kerugian, namun tidak demikian

    dengan memenuhi perkiraan analis pasar. Penelitian yang dilakukan Hanlon

    (2005) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki perbedaan temporer

    (pajak tangguhan) yang besar memiliki laba yang kurang persisten. Jackson

    (2009) yang memfokuskan penelitian pada pertumbuhan laba juga menemukan

  • 9

    bahwa perbedaan temporer berhubungan negatif dengan pertumbuhan laba

    sebelum pajak.

    Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang akan diajukan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    H2: Perbedaan temporer berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    3.1.1 Variabel Dependen

    Menurut Sekaran (2003:88) variabel dependen adalah variabel yang menjadi

    fokus utama peneliti. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan

    laba. Laba merupakan indikator kinerja suatu perusahaan. Informasi yang

    terkandung di dalam laba bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan sebagai

    dasar pengambilan keputusan. Pertumbuhan laba merupakan perubahan laba yang

    dihasilkan oleh perusahaan dari periode ke periode. Pertumbuhan laba dihitung

    dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode

    sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya. Pertumbuhan

    laba dirumuskan sebagai berikut:

    =

    Keterangan:

    = pertumbuhan laba

    = laba bersih perusahaan i pada tahun t

    = laba bersih perusahaan i pada tahun t-1

  • 10

    3.1.2 Variabel Independen

    3.1.2.1 Perbedaan Permanen ( Permanen Differences)

    Adanya perbedaan antara prinsip akuntasi dengan peraturan perpajakan akan

    menimbulkan suatu selisih yang mencakup komponen perbedaan permanen dan

    perbedaan temporer. Perbedaan permanen timbul akibat adanya suatu transaksi

    yang diakui oleh standar akuntansi namun tidak diakui oleh peraturan perpajakan.

    Konsekuensinya transaksi tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi ketika

    menghitung pendapatan kena pajak.

    Oleh karena book tax differences dan komponennya memiliki nilai yang

    relevan terhadap laba pada tahun berjalan dan dapat digunakan untuk

    mengevaluasi kinerja masa depan dan menjelaskan ekuitas perusahaan (Tang dan

    Firth, 2008), maka perbedaan permanen digunakan sebagai variabel independen

    yang akan melengkapi perbedaan temporer dalam memprediksi pertumbuhan laba.

    Perbedaan permanen yang dimaksud dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah

    perbedaan permanen yang tersaji pada catatan laporan keuangan dibagi dengan

    total aset.

    3.1.2.2. Perbedaan Temporer (Temporary Differences)

    Perbedaan temporer timbul karena standar akuntansi dan peraturan

    perpajakan mencatat dan mengakui transaksi pada waktu yang berbeda. Perbedaan

    temporer ini mengakibatkan adanya aset pajak tangguhan dan/ atau kewajiban

    pajak tangguhan. Perbedaan temporer merupakan refleksi dari kebijakan akrual

    (discretionary accruals) tertentu yang diterapkan oleh perusahaan. Kebijakan

    akrual ini mengakibatkan adanya suatu perbedaan waktu pengakuan penghasilan

    atau biaya antara akuntansi dengan pajak. Mengingat bahwa kebijakan akrual

    tersebut memungkinkan manajer melakukan manajemen laba, maka perbedaan

    temporer yang mengandung kebijakan akrual tersebut relevan dalam memprediksi

    kinerja perusahaan di masa depan. Perbedaan temporer yang dijadikan variabel

    dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah perbedaan temporer yang terdapat pada

    catatan laporan keuangan dibagi dengan total aset.

  • 11

    3.1.3 Variabel Kontrol

    3.1.3.1 Arus Kas Operasi

    Arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang berasal dari

    aktivitas operasi dan aliran keluar yang digunakan untuk aktivitas operasi. Arus

    kas operasi sebagai proksi komponen laba permanen merupakan salah satu

    komponen nilai prediksi laba dalam menentukan persistensi laba (Wijayanti,

    2006), sehingga diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan positif dengan

    laba masa depan. Arus kas operasi dalam penelitian ini dihitung dari total aliran

    kas operasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan ditambah pajak

    penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.

    3.1.3.2 Akrual

    Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi komponen laba

    transitori. Akrual merupakan item laba sebelum pajak yang tidak mempengaruhi

    kas pada periode berjalan (pretax accrual). Komponen akrual kurang persisten

    dibandingkan dengan komponen kas. Logika yang mendasarinya adalah

    komponen akrual yang memiliki diskresi tinggi mengakibatkan banyak error yang

    akan terkoreksi pada laba mendatang (Dechow dan Dichev, 2002 dalam

    Wiryandari dan Yulianti, 2008). Dapat disimpulkan bahwa akrual berhubungan

    negatif dengan perubahan laba masa depan. Akrual dalam penelitian ini dihitung

    sebagai laba akuntansi sebelum pajak dikurangi oleh aliran kas operasi sebelum

    pajak. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibagi dengan total aset.

    3.1.3.3 Perubahan pada ROA

    Return on Assets (ROA) atau tingkat profitabilitas merupakan indikator

    dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA

    menunjukkan seberapa efisien manajemen menggunakan asetnya untuk

    menghasilkan laba. ROA didapat dengan cara menghitung laba bersih perusahaan

    dibagi dengan total aset. Perubahan pada ROA dapat digunakan untuk

    mengendalikan tren jangka pendek dan jangka panjang pada laba, sehingga

  • 12

    diperkirakan bahwa perubahan pada ROA akan berhubungan positif dengan

    perubahan laba masa depan (Jackson, 2009). Perubahan ROA pada penelitian ini

    dihitung dari selisih antara ROA pada tahun berjalan dan ROA tahun lalu dibagi

    dengan ROA tahun lalu.

    3.2 Populasi dan Sampel

    Populasi yang akan menjadi pengamatan dalam penelitian ini adalah

    perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-

    2009. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

    sampling. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan sampel

    penelitian ini adalah:

    1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan

    laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan lengkap

    dari tahun 2007-2009 dan tidak di-delisting selama periode pengamatan

    penelitian.

    2. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Dikarenakan

    penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan

    adalah yang dinyatakan dalam Rupiah.

    3. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan komersial

    dan laporan keuangan fiskal selama tahun pengamatan. Alasannya adalah

    kerugian dapat dikompensasi ke masa depan (carryforward) menjadi

    pengurang biaya pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak tangguhan

    sehingga dapat mengaburkan arti book tax differences (Hanlon, 2005).

    4. Perusahaan tidak melakukan kompensasi pajak akibat rugi selama tahun-

    tahun sebelumnya.

    5. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan

    indikator- indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada penelitian

    ini.

  • 13

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang mengacu

    pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data ini berupa

    laporan keuangan Perusahaan Manufaktur yang dipublikasikan di Bursa Efek

    Indonesia pada tahun 2007-2009. Sumber data tersebut berasal dari Indonesian

    Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2009, Fact Book tahun 2008-2010,

    website IDX yaitu www.idx.co.id, dan Pojok BEI Universitas Diponegoro.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah dengan

    metode dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari

    dokumen-dokumen yang relevan baik dari kepustakaan maupun pencarian melalui

    internet untuk memperoleh informasi- informasi serta data-data yang diperlukan.

    3.5 Metode Analisis

    Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode

    analisis regresi.

    3.5.1 Uji Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam

    penelitian ini. Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran

    umum atau karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis

    yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), distribusi frekuensi, nilai minimum

    dan maksimum serta deviasi standar.

    3.5.2 Uji Asumsi Klasik

    Untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan

    estimator linier yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) perlu dilakukan uji

    asumsi klasik. Dalam uji asumsi klasik ini model analisis yang digunakan akan

    menghasilkan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik

    sebagai berikut:

  • 14

    3.5.2.1 Uji Normalitas

    Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

    variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Analisis statistik

    yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas residual yaitu uji

    one sample kolmogrov-smirnov test. Dalam uji ini akan digunakan uji one sample

    kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data

    dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.

    3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

    Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi

    ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau

    tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance

    (tolerance value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai

    tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan

    bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.

    3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

    terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

    yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, penelitian ini

    menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut

    residual terhadap variabel independen. Dalam pengambilan keputusan dapat

    dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05

    maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun sebaliknya, jika

    nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi

    heteroskedastisitas.

    3.5.2.4 Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

    linier berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan

    kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi dapat

  • 15

    diketahui melalui uji Durbin Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan

    dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat

    autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti

    tidak ada autokolerasi.

    3.5.3 Pengujian Hipotesis

    Dalam melakukan pengujian hipotesis penelitian ini, uji statistik yang

    digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk mengukur

    kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, selain itu juga menunjukkan

    arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan

    regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    NI = +

    PERM +

    TEMP +

    CFO +

    ACC +

    ROA +

    Keterangan:

    = Pertumbuhan laba

    = Jumlah perbedaan permanen

    = Jumlah perbedaan temporer

    = Arus Kas Operasi

    ACC = Total akrual

    = Perubahan ROA

    = error

    3.5.3.1 Koefisien determinasi (R2)

    Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

    kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

    deteminasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

    variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat

    terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

  • 16

    memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

    variabel dependen (Ghozali,2006).

    3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

    Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

    simultan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan > 0,05 berarti secara

    bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel

    dependen. Jika nilai signifikan < 0,05 berarti secara bersama-sama variabel

    dependen mempunyai pengaruh terhadap variabel independen.

    1.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

    Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu

    variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel

    dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka

    suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

    dependen.

    IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Objek Penelitian

    Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) selama tahun 2007-2009. Penentuan sampel penelitian dilakukan

    dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan

    proses pemilihan sampel diperoleh 39 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel

    penelitian. Dengan menggabungkan data penelitian selama 3 tahun dalam satu

    analisis, maka jumlah observasi dalam penelitian adalah 117 observasi. Ringkasan

    prosedur seleksi sampel dapat dilihat pada tabel 4.1:

  • 17

    Tabel 4.1

    Proses Seleksi Sampel Penelitian

    KETERANGAN JUMLAH

    Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menurut

    ICMD 2009

    149

    Data laporan keuangan tidak berhasil diperoleh secara fisik

    baik melalui pojok BEI maupun website

    (15)

    Perusahaan yang delisting selama periode tahun 2007-2009 (7)

    Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tidak dalam

    bentuk rupiah

    (4)

    Perusahaan manufaktur yang mengalami rugi dan terkena

    kompensasi rugi untuk pembayaran pajak selama periode

    pengamatan

    (84)

    Total perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai

    sampel penelitian

    39

    Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

    4.2 Analisis Data

    4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

    Gambaran umum sampel dengan variabel pertumbuhan laba, perbedaan

    permanen, perbedaan temporer, arus kas operasi, akrual, dan perubahan ROA

    dapat dilihat pada tabel statistik deskriptif berikut:

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean

    Std.

    Deviation

    NI 117 -19 120 1.76 11.398

    PERM 117 -9 9 .60 4.129

    TEMP 117 -9 9 1.32 3.807

    OCF 117 -9 9 .78 3.119

    ACC 117 -9 7 -1.41 4.134

    ROA 117 -15 108 1.57 10.483

    Valid N (listwise)

    117

  • 18

    Sumber: Data sekunder yang diolah, 2010

    Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa jumlah observasi (N)

    dari penelitian ini ada 117 observasi. Dari 117 observasi terhadap sampel, nilai

    variabel pertumbuhan laba yang terkecil adalah -19 dan yang terbesar adalah 120.

    Hal ini berarti pertumbuhan laba perusahaan sampel yang terendah adalah sebesar

    -19% dan yang tertinggi sebesar 120% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba

    perusahaan sampel sebesar 1,76%. Standar deviasi sebesar 11,398 menunjukkan

    variasi yang terdapat dalam variabel pertumbuhan laba. Pada variabel perbedaan

    permanen (PERM), nilai yang terkecil adalah sebesar -9 dan nilai yang tertinggi

    sebesar 9. Nilai rata-rata variabel perbedaan permanen sebesar 0,60 dengan

    standar deviasi sebesar 4,129. Variabel perbedaan temporer (TEMP) memiliki

    nilai yang paling kecil sebesar -9 dan nilai yang terbesar sebesar 9. Nilai rata-rata

    variabel sebesar 1,32 dengan standar deviasi sebesar 3,807.

    Variabel kontrol berupa arus kas operasi (CFO) menunjukkan nilai terkecil

    sebesar -9 dan nilai yang terbesar 9 dengan nilai rata-rata sebesar 0,78. Standar

    deviasi sebesar 3,119 menunjukkan variasi yang terdapat dalam variabel arus kas

    operasi. Pada variabel akrual (ACC), nilai terkecil sebesar -9 dan nilai terbesar

    sebesar 7. Nilai rata-rata variabel akrual adalah -1,41 dengan standar deviasi

    sebesar 4,134 menunjukkan variasi yang terdapat dalam variabel akrual. Variabel

    perubahan ROA ( ROA) memiliki nilai terkecil sebesar -15 dan yang terbesar

    108. Nilai rata-rata variabel ini adalah 1,57 dengan standar deviasi sebesar 10,483.

    4.2.2 Uji Asumsi Klasik

    Hasil uji normalitas yang tercantum pada lampiran menunjukkan bahwa data

    tidak terdistribusi secara normal. Hal ini berarti menyalahai asumsi klasik. Agar

    data terdistribusi secara normal maka model regresi diubah menjadi semilog, yaitu

    mengubah variabel dependen dalam bentuk logaritma. Adapun persamaan

    regresinya menjadi sebagai berikut:

  • 19

    Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil bahwa data telah terdistribusi secara

    normal, sehingga disimpulkan bahwa model regresi semilog ini layak dipakai.

    Hasil uji multikolinearitas yang tercantum pada lampiran memperlihatkan

    bahwa semua variabel penelitian memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >

    0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang akan

    digunakan dalam penelitian ini, tidak memiliki problem multikolinearitas. Hasil

    uji autokorelasi yang tercantum pada lampiran menunjukkan bahwa angka

    Durbin-Watson (D-W) adalah sebesar 1,983. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

    model regresi yang akan digunakan di dalam penelitian ini tidak terdapat masalah

    autokorelasi karena angka Durbin-Watson nya berada di antara du (1,802) sampai

    dengan 4-du (4 1,802 = 2,198). Hasil uji heteroskedastisitas yang menggunakan

    uji Glejser (tercantum di lampiran) menunjukkan bahwa nilai t-statistik dari

    seluruh variabel independen tidak ada yang signifikan secara statistik, sehingga

    dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah

    heteroskedastisitas.

    4.2.3 Pengujian Hipotesis

    4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi ( R2

    )

    Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

    kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap

    variabel dependen. Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 di

    bawah ini:

    Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi

    Model Summaryb

    Model R R Square Adjusted R

    Square Std. Error of the Estimate

    1 .661a .438 .341 .90200

    a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF

    b. Dependent Variable: lnNI

    Sumber: Data sekunder diolah, 2011

  • 20

    Dari tabel di atas diketahui bahwa besarnya Adjusted R2 adalah 0,341, hal ini

    berarti 34,1% variasi pertumbuhan laba dapat dijelaskan oleh variasi variabel

    independen yaitu perbedaan permanen (PERM) dan perbedaan temporer (TEMP),

    serta variabel kontrol berupa arus kas operasi (OCF), total akrual (ACC), dan

    perubahan ROA ( ROA), sedangkan sisanya sebesar 65,9 % dijelaskan oleh

    sebab-sebab lain di luar model.

    4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

    Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel

    independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.

    Hasil uji F dalam penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 4.9 Hasil Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

    ANOVAb

    Model

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 18.356 5 3.671 4.512 .004a

    Residual 23.594 29 .814

    Total 41.950 34

    a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF

    b. Dependent Variable: lnNI Sumber: Data sekunder diolah, 2011

    Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 4,512 dengan

    probabilitas 0,004. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model

    regresi dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba ( NI ) atau dapat

    dikatakan bahwa perbedaan permanen (PERM), perbedaan temporer (TEMP),

    arus kas operasi (CFO), akrual (ACC), dan perubahan ROA ( ROA) secara

    bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba ( NI).

  • 21

    4.2.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

    Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model persamaaan regresi

    secara parsial terhadap masing-masing variabel independen dan variabel kontrol.

    Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

    Tabel 4.10

    Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    T Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) .758 .176 4.310 .000

    PERM -.004 .036 -.017 -.122 .904

    TEMP .008 .044 .026 .179 .859

    OCF -.015 .044 -.049 -.340 .736

    ACC .007 .040 .026 .180 .858

    ROA .039 .008 .655 4.671 .000

    a. Dependent Variable: lnNI Sumber: Data sekunder diolah, 2011

    Dari tabel di atas maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

    LnNI = 0,758 0,004 PERM + 0,008 TEMP 0,015 CFO + 0,007 ACC +

    0,039 + +

    Berdasarkan hasil uji statistik t menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang

    dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel perubahan ROA ( ROA) yang

    signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba NI). Hal ini dapat dilihat dari nilai

    probabilitas signifikansi untuk perubahan ROA ( ROA) sebesar 0,000 (p < 0,05).

    Sedangkan variabel perbedaan permanen (PERM), perbedaan temporer (TEMP),

    arus kas operasi (OCF), dan akrual (ACC) ditemukan tidak signifikan. Hal ini

    terlihat dari nilai probabilitas signifikansi PERM sebesar 0,904 (p > 0,05), TEMP

    sebesar 0,854 (p > 0,05), OCF sebesar 0,736 (p > 0,05) dan ACC sebesar 0,858

  • 22

    (p > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba NI) hanya

    dipengaruhi oleh perubahan ROA ( ROA).

    4.3.3 Interpretasi Hasil

    Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) mengenai pengaruh perbedaan

    permanen (PERM) terhadap pertumbuhan laba menunjukkan nilai t sebesar -0,122

    dengan signifikansi sebesar 0,904. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih

    besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel perbedaan permanen

    (PERM) tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu,

    hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini yang menyatakan Perbedaan permanen

    berpengaruh terhadap pertumbuhan laba ditolak. Perbedaan permanen

    mempunyai arah koefisien negatif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan

    laba.

    Perbedaan permanen yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

    pertumbuhan laba merupakan dampak dari jumlah perbedaan permanen yang

    tidak terlalu signifikan besarnya terhadap jumlah laba kena pajak (penghasilan

    kena pajak). Perbedaan permanen yang dapat menjadi pengurang atau penambah

    laba kena pajak dengan jumlah yang tidak signifikan tidak akan terlalu

    berpengaruh terhadap perubahan jumlah beban pajak kini. Pajak kini merupakan

    komponen pembentuk beban pajak penghasilan di samping pajak tangguhan.

    Jumlah pajak kini tentu memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah beban

    pajak penghasilan. Beban pajak penghasilan merupakan pengurang laba sebelum

    pajak menjadi laba bersih. Hal tersebut menjelaskan alasan mengapa perbedaan

    permanen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

    Hasil pengujian terhadap perbedaan temporer menunjukkan bahwa variabel

    perbedaan temporer memiliki hubungan arah positif namun tidak signifikan. Hasil

    pengujian menunjukkan nilai t sebesar 0,179 dengan signifikansi sebesar 0,859.

    Nilai probabilitas signifikansi tesebut lebih besar dari 0,05, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa variabel perbedaan temporer (TEMP) tidak mempunyai

    pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis 2 (H2) dalam

  • 23

    penelitian ini yang menyatakan Perbedaan temporer berpengaruh terhadap

    pertumbuhan laba ditolak.

    Perbedaan temporer tidak berpengaruh pada beban pajak penghasilan. Untuk

    perbedaan temporer dengan koreksi positif, jumlah yang dikoreksi akan

    menambah penghitungan beban pajak kini. Namun, di sisi lain koreksi fiskal

    tersebut menimbulkan penghasilan pajak tangguhan. Hal itu menyebabkan jumlah

    perbedaan temporer yang tadinya dapat menambah pajak penghasilan melalui

    pajak kini selanjutnya akan dihapus melalui pengurangan pajak penghasilan

    dalam bentuk penghasilan pajak tangguhan. Begitu pula dengan perbedaan

    temporer dengan koreksi negatif. Untuk perbedaan temporer dengan koreksi

    negatif, jumlah yang dikoreksi akan mengurangi penghitungan beban pajak kini.

    Namun, di sisi lain koreksi fiskal tersebut akan menimbulkan beban pajak

    tangguhan. Hal itu menyebabkan jumlah perbedaan temporer yang tadinya dapat

    mengurangi pajak penghasilan melalui pajak kini selanjutnya akan dihapus

    melalui penambahan pajak penghasilan dalam bentuk beban pajak tangguhan.

    Perbedaan temporer berpengaruh terhadap beban pajak perusahaan melalui

    aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan. Kenaikan neto aset pajak

    tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan, sebaliknya

    kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan beban pajak

    perusahaan. Jumlah kenaikan neto aset pajak tangguhan ataupun kewajiban pajak

    tangguhan tidak terlalu signifikan besarnya terhadap beban pajak penghasilan,

    sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan laba.

    Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Jackson (2009) yang

    menyatakan bahwa book tax differences berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

    Pernyataan tersebut disimpulkan dari hasil penelitian Jackson (2009) yang

    menemukan bukti bahwa perbedaan permanen berhubungan negatif terhadap

    perubahan beban pajak sedangkan perbedaan temporer berhubungan negatif

    dengan laba sebelum pajak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

    Jackson (2009) dikarenakan setting penelitian yang dilakukan berbeda. Jackson

  • 24

    (2009) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika yang

    memiliki peraturan perpajakan yang berbeda dengan peraturan perpajakan di

    Indonesia.

    V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh book tax differences yang

    diproksi dengan perbedaan permanen dan perbedaan temporer terhadap

    pertumbuhan laba. Sampel yang digunakan dipilih berdasarkan purposive

    sampling dengan kriteria tertentu dan didapat jumlah sampel sebanyak 39

    perusahaan. Untuk mengontrol hubungan antara book tax differences yang

    diproksi dengan perbedaan permanen dan perbedaan temporer terhadap

    pertumbuhan laba maka digunakan variabel kontrol berupa arus kas operasi,

    akrual, dan perubahan ROA.

    Penelitian ini menyimpulkan bahwa baik perbedaan permanen maupun

    perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal

    tersebut disebabkan oleh jumlah perbedaan permanen maupun perbedaan

    temporer yang tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah laba kena pajak yang

    merupakan dasar perhitungan untuk beban pajak kini.

    5.2 Keterbatasan

    Dalam penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan di antaranya

    penelitian ini tidak membagi komponen book-tax differences menjadi normal

    (abnormal) book-tax differences untuk membedakan apakah perbedaan laba

    akuntansi dan laba fiskal yang terjadi disebabkan oleh tindakan oprotunistik pihak

    manajemen atau perbedaan aplikasi ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dan

    Undang-Undang perpajakan. Keterbatasan lainnya yaitu jumlah sampel yang

    digunakan dalam penelitian relatif sedikit, yaitu 39 perusahaan manufaktur,

    sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi.

  • 25

    Sedikitnya perusahaan yang digunakan sebagai sampel karena terdapat beberapa

    data laporan keuangan yang tidak lengkap serta penelitian hanya berfokus pada

    perusahaan yang mendapatkan laba selama periode pengamatan.

    5.3 Saran

    Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran

    yang dapat diberikan antara lain:

    1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya komponen book tax differences

    dibagi menjadi normal (abnormal) book-tax differences dalam model

    regresi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat atas penyebab

    timbulnya book tax differences dan pengaruh yang disebabkan book tax

    differences tersebut.

    2. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan variabel perbedaan

    permanen dan variabel perbedaan temporer dengan tax to book ratio

    sebagai proksi book tax differences yang telah mencakup perbedaan

    permanen dan perbedaan temporer untuk menguji pengaruhnya terhadap

    pertumbuhan laba.

    3. Menggunakan sampel perusahaan baik yang laba maupun rugi dan

    mengembangkan model penelitian ini pada sektor lain selain sektor

    manufaktur.

    4. Periode pengamatan pada penelitian ini relatif pendek, yaitu selama tiga

    tahun. Untuk penelitian selanjutnya, periode tahun pengamatan sebaiknya

    diperpanjang dengan periode atau rentang waktu yang berbeda.

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    Ayers, B., J.Jiang, and S. K. Laplante. 2008. Taxable Income as A Performance Measure : The Effects of Tax Planning and Earnings Quality.

    http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.

  • 26

    Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

    Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flows When Firms Have Large Book-tax Differences. The Accounting

    Review, Vol. 80, No.1, h. 137-166.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan per 1 April 2007. Jakarta : Salemba Empat.

    Irreza dan Yulianti. 2010. Penggunaan Komponen-Komponen Pembentuk Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba: Sebuah Pendekatan Baru

    di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.

    Jackson, Mark. 2009. Book-Tax Differences and Earnings Growth. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.

    Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting. 12th ed. USA: John Wiley & Sons.

    Lev, Baruch. and Dorron Nissim. 2004. Taxable Income, Future Earnings, and Equity Values. The Accounting Review, Vol. 79, No. 4, h.1039-1074.

    Mills, L. and K. Newberry. 2001. The Influence of Tax and Non-Tax Costs on

    Book-Tax Reporting Differences: Public and Private Firms. The Journal of American Accounting Association, Vol 23, h. 1-19.

    Philips, J., M. Pincus, and S. Rego. 2003. Earnings Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expenses. Working Paper SSRN, http://www.ssrn.com. Diakses tanggal 6 November 2010.

    Poernomo, Yosep. 2008. Modul Akuntansi Perpajakan. Modul Tidak Dipublikasikan, Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan.

    Resmi, Siti. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus. 2 ed. Jakarta: Salemba Empat.

    Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business. 4th ed. United States of

    America: John Wiley & Sons, Inc.

    Tang, Tanya Y.H. 2006. Book-Tax Differences, a Proxy for Earnings Management and Tax ManagementEmpirical Evidence from China.

    Working Paper SSRN, http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.

  • 27

    Tang, Tanya Y.H. and Michael Firth. 2008. Market Perception of the

    Information in Book-Tax Differences An Empirical Study in Chinas Capital Markets. http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 23 November 2010.

    Wijayanti, Handayani Tri. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus

    Kas, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

    Wiryandari, Santi Aryn dan Yulianti. 2008. Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi & Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi

    Laba, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

    Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen

    Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 1, h. 107-129.

    Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

    VII. LAMPIRAN

    Statistik Deskriptif

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean

    Std.

    Deviation

    NI 117 -19 120 1.76 11.398

    PERM 117 -9 9 .60 4.129

    TEMP 117 -9 9 1.32 3.807

    OCF 117 -9 9 .78 3.119

    ACC 117 -9 7 -1.41 4.134

    ROA 117 -15 108 1.57 10.483

    Valid N (listwise)

    117

  • 28

    HASIL UJI ASUMSI KLASIK

    1. Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandardized

    Residual

    N 117

    Normal Parametersa,,b Mean .0000000

    Std. Deviation 3.53836686

    Most Extreme Differences Absolute .192

    Positive .192

    Negative -.187

    Kolmogorov-Smirnov Z 2.076

    Asymp. Sig. (2-tailed) .000

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

    2. Uji Normalitas dengan Model Regresi Semilog

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandardized Residual

    N 35

    Normal Parametersa,,b Mean .0000000

    Std. Deviation .83303708

    Most Extreme Differences Absolute .213

    Positive .213

    Negative -.137

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.263

    Asymp. Sig. (2-tailed) .082

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

  • 29

    3. Uji Multikolonieritas

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients

    t Sig.

    Collinearity Statistics

    B

    Std.

    Error Beta

    Toleranc

    e VIF

    1 (Constant) .758 .176 4.310 .000

    PERM -.004 .036 -.017 -.122 .904 .967 1.034

    TEMP .008 .044 .026 .179 .859 .940 1.064

    OCF -.015 .044 -.049 -.340 .736 .928 1.077

    ACC .007 .040 .026 .180 .858 .959 1.042

    ROA .039 .008 .655 4.671 .000 .986 1.014

    a. Dependent Variable: lnNI

    4. Uji Heteroskedastisitas

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constan

    t)

    .742 .069

    10.784 .000

    PERM -.024 .014 -.295 -1.721 .096

    TEMP .024 .017 .244 1.403 .171

    OCF -.001 .017 -.013 -.075 .941

    ACC -.006 .016 -.060 -.351 .728

    ROA -.005 .003 -.233 -1.370 .181

    a. Dependent Variable: AbsUt

  • 30

    5. Uji Autokorelasi

    Model Summaryb

    Model R R Square Adjusted R

    Square Std. Error of the Estimate

    Durbin-Watson

    1 .661a .438 .341 .90200 1.983

    a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF

    b. Dependent Variable: lnNI

    HASIL UJI HIPOTESIS

    Variables Entered/Removed

    Model

    Variables

    Entered

    Variables

    Removed Method

    1 ROA, ACC,

    PERM,

    TEMP, OCF a

    . Enter

    a. All requested variables entered.

    Model Summary

    Model R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .661a .438 .341 .90200

    a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF

    ANOVAb

    Model

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 18.356 5 3.671 4.512 .004a

    Residual 23.594 29 .814

    Total 41.950 34

    a. Predictors: (Constant), ROA, ACC, PERM, TEMP, OCF

    b. Dependent Variable: LnNI

  • 31

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) .758 .176 4.310 .000

    PERM -.004 .036 -.017 -.122 .904

    TEMP .008 .044 .026 .179 .859

    OCF -.015 .044 -.049 -.340 .736

    ACC .007 .040 .026 .180 .858

    ROA .039 .008 .655 4.671 .000

    a. Dependent Variable: LnNI