ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of Engineering : Vol.6, No.1 ...
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : …...pengaplikasian pada busana ready to wear ....
Transcript of ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : …...pengaplikasian pada busana ready to wear ....
EKSPLORASI TEKNIK SABLON PADA
PRODUK READY TO WEAR DENGAN
INSPIRASI LUKISAN JACKSON
POLLOCK
Dienna Shintia
1405134032
Mahasiswa Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom, Bandung
ABSTRACT
The potential in the concept of merging technique sablon waterbase oilbase and inspired by the
paintings of Jackson Pollock drip on the design created in order to have novelty value,
functionality, aesthetic as well as a uniqueness that can be received by the public at large, which
was allocated on clothing ready to wear. Through the merger of nonindustrial and indusrial
techniques. Engineering industrial engineering covering the areas repair, design and installation
of integral systems consisting of humans, materials, information, equipment and energy in
manual screen printing techniques apply. And non industrial techniques are applied to
manufacture technique of color splash inspired on the painting of Jackson Pollock with a play of
colors paint can produce a freedom of imagination as a form of abstract art.
Keywords: ready to wear, screen printing, Jackson Pollock painting, uniqueness
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 888
PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan fashion di
Indonesia sedang mengalami banyak
kemajuan, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya konsep yang ditawarkan
oleh para designer maupun brand lokal
yang lebih variatif, sehingga
memberikan banyak pilihan kepada
konsumen sesuai dengan selera dan
gayanya masing-masing. Salah satu
konsep yang sedang tren saat ini di
industri fashion Indonesia ialah teknik
pengaplikasian pada printing. Printing
dibagi menjadi dua bagian yaitu digital
printing dan printing manual atau
sablon manual. Printing manual adalah
teknik membuat gambar atau tulisan
dengan mencetak menggunakan alat
bukan mesin atau kegiatan cetak
mencetak grafis menggunakan kain
screen pada bidang. Sedangkan digital
printing merupakan kegiatan cetak
mencetak gambar yang menggunakan
mesin-mesin canggih berupa printer.
Dilihat dari cara produksi digital printing
yang menggunakan teknologi berupa
printer, menyebabkan tidak semua
orang atau home industry dapat
memproduksi motif pada kain dengan
teknik tersebut. Cara produksi salah
satunya dapat disiasati menggunakan
teknik sablon manual.
Teknik sablon manual memiliki
beberapa jenis zat warna yang
digunakan yaitu oilbase dan waterbase.
Waterbase merupakan campuran
berbasis air atau menggunakan bahan
dasar air sebagai pelarut, digunakan
untuk mencetak bahan tekstil yang
menyerap air, sedangkan oilbase
merupakan campuran berbasis minyak
atau menggunakan bahan dasar minyak
untuk mencetak bahan tekstil yang
tidak menyerap air. Proses
pengaplikasian pada teknik sablon
manual tidak luput dari waterbase dan
oilbase, seperti rubber, foaming, dan
discharge yang menggunakan waterbase
sebagai campurannya, sedangkan
plastisol dan highdensity menggunakan
oilbase sebagai campurannya. Salah satu
tema yang dapat diangkat dalam teknik
pengaplikasian waterbase dan oilbase
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 889
yaitu lukisan tetes yang terinspirasi dari
pelukis Jackson Pollock.
Jackson Pollock adalah pelukis
ekspresionis abstrak dari Amerika. Ia
terkenal dengan mengembangkan
radikal “lukisan tetes”. Karya seni lukis
tetes Jackson Pollock dapat dicurahkan
melalui teknik printing manual atau
sablon yang dapat diaplikasikan pada
produk fashion karena sablon dapat
menyerupai semua unsur seperti
menetes, menuangkan dan percikan cat
secara acak di kanvas, dengan
memainkan warna dan ketebal tipisan
cat yang dapat menghasilkan kebebasan
imajinasi sebagai bentuk seni yang
abstrak seperti karya lukisan tetes
Jackson Pollock dari penggabungan
jenis teknik sablon waterbase dan oilbase.
Jenis teknik sablon waterbase dan oilbase
memiliki potensi lebih besar untuk
menghasilkan sablon yang eksploratif
jika di kombinasikan. Eksplorasi teknik
sablon dilakukan dengan cara melalui
proses tahapan industrial dan non
industrial dengan tujuan mencapai hasil
abstrak sesuai dengan konsep yang
diambil, yaitu terinspirasi dari karya
lukis tetes Jackson Pollock. Kombinasi
antara eksplorasi teknik sablon dengan
karya lukis tetes Jackson Pollock yang
menjadi inspirasi perancangan produk
untuk menghasilkan busana ready to
wear yang memiliki kebaruan, nilai
fungsi, estetika serta keunikan yang
dapat diterima oleh masyarakat luas.
BATASAN MASALAH
Objek kajian yang diangkat adalah
penerapan teknik sablon jenis
waterbase dan oilbase sebagai aplikasi
busana ready to wear. Dengan hasil
akhir berupa perancangan busana
ready to wear dengan inspirasi
lukisan tetes Jackson Pollock.
Dengan batasan penelitian
diperuntukkan bagi remaja akhir
berusia 18-25 tahun, batasan wilayah
penelitian di kota metropolitan
khususnya Bandung dan Jakarta,
dengan produk busana ready to wear,
dan psikografis pria dan wanita
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 890
yang berjiwa muda, aktif, ceria,
unique dan memiliki kepercayaan
diri.
METODE PENELITIAN
Metode yang didapat dari penelitian
ini adalah dengan mendapatkan
referensi studi pustaka yang
mencakup keseluruhan dari konsep
yang terinspirasi dari lukisan tetes
Jackson Pollock, yang dilanjutkan
dengan analisa. Analisa penelitian ini
dimulai dari perkembangan fashion
yang selalu berkembang sejak
dahulunya hingga saat ini maka
dilakukanlah observasi dengan
melakukan survei pasar secara
langsung tentang penggunaan teknik
sablon, kualitas, harga dan target
market dari local brand yang terdapat
pada concept store Bandung yaitu
Happy Go Lucky dan Loubelle. Lalu
studi literatur dengan melakukan
pencarian referensi teori pada buku
panduan praktis cetak sablon, art
cloth, screen printing sourcing handbook
dan dengan sumber internet untuk
mengetahui beberapa data dalam
penelitian. Seperti mencari penjelas
mengenai teknik sablon, sejarah
Jackson Pollock, dan pengertian ready
to wear. Lalu dilakukan wawancara
secara langsung kepada pelayan toko
dan owner pada concept store di
Bandung yaitu Happy Go Lucky dan
Loubelle untuk mengetahui data
mengenai perkembangan teknik
sablon di concept store bandung. Dan
mewawancarai secara langsung salah
satu pemilik konveksi di Bandung
yaitu Bapak Asep Gunawan
mengenai cara pembuatan teknik
sablon pada konveksi. Eksplorasi
dengan melakukan beberapa
eksplorasi untuk menghasilkan
inovasi baru dalam teknik sablon
untuk dijadikan produk ready to wear
melalui eksplorasi awal, lanjutan dan
terpilih.
Market yang dituju pada
perancangan ini adalah :
1. Segi Geografis Konsumen yang
dituju adalah masyarakat di
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 891
daerah Jakarta dan Bandung.
Jakarta dan Bandung yang mudah
beradaptasi dengan tren,
munculnya produk produkyang
inovatif menjadikan konsumen di
kota-kota tersebut semakin
konsumtif.
2. Segi Demografis
Target market yang dituju adalah
usia 18-25 tahun. Hal ini
mempertimbangkan dimana usia
18-25 tahun umumnya adalah
remaja akhir umumnya sudah
menemukan karakter atau
minatnya yang sudah
menentukan karakter dan
minatnya sendiri, dalam arti lebih
dewasa untuk menentukan
pilihan hidupnya dan memiliki
budget yang terbatas.
3. Segi psikigrafis
Psikologis market ini adalah
orang-orang yang
mengekspresikan dirinya secara
tidak langsung seperti
mengeksplorasi dirinya melalui
penampilan agar berjiwa muda,
ceria, aktif, unique dan memiliki
kepercayaan diri.
Proses teknik penyablonan
Konsep desain pada tugas akhir
ini mengangkat tema utama “ Cilpa
Rafoden “. Dalam bahasa sanskerta
Cilpa yaitu Seni. Sebagai kata sifat,
dan jika diberi kata sambung su-
Cilpa berarti dilengkapi dengan
bentuk-bentuk yang indah atau
dihiasi dengan indah. Cilpa berarti
berwarna, dan sebagai kata benda
berarti pewarnaan, yang kemudian
berkembang menjadi segala macam
kekriaan yang artistic. Sedangkan
Rafoden ,merupakan gabungan kata
dari teknik sablon Rubber, Foaming
dan Highdensity, dimana gabungan
kata tersebut merupakan teknik yang
akan banyak digunakan dalam karya
tugas akhir ini dan bermaksud ingin
memperkenalkan teknik rubber,
foaming, hydensity untuk
pengaplikasian pada busana ready to
wear. Konsep ini terinspirasi dari
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 892
salah satu seniman yang beraliran
action painting, action painting biasa
disebut juga dengan “ gestural
abstraction” atau lukisan yang tidak
mementingkan bentuk, yang penting
adalah aksi atau cara dalam
pelukisannya. Dan seniman yang
pertama kali membuat karya pada
kanvas dengan action painting, adalah
Jackson Pollock. Jackson Pollock
terkenal diseluruh dunia dengan
teknik “meneteskan cat pada
kanvas”. Berdasarkan inspirasi
tersebut, Cilpa Rafoden merupakan
sisi kebahagiaan manusia yang
kompleks, serta merupakan emosi
yang terpendam dengan
memperlihatkan sisi yang sulit
ditebak dari seseorang melalui
perasaan didalam pikirannya.
Dengan tema ini, Cilpa Rafoden
bertujuan untuk mendengarkan lebih
dalam di setiap diri manusia agar
dapat mengungkapkan dan
mengekspresikan gaya dan
keinginannya untuk berekspresi di
dalam dirinya yang bertujuan untuk
menjadi trendsetter. Tema ini
diciptakan untuk membuat kesan
yang penuh warna, ceria, unique, dan
memiliki kepercayaan diri serta
unsur yang sulit ditebak melalui
emosi seseorang.
Gambar 1. Konsep Imageboard
Sumber: File Pribadi dienna, 2017
STUDI PUSTAKA
Ready-To-Wear
Ready-to-wear adalah translasi dari
bahasa Perancis yaitu prêta- porter yang
memiliki definisi berhubungan dengan
pakaian terutama designer clothing yang
dipasarkan dalam kondisi selesai dan
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 893
dalam ukuran yang sesuai standar. Pada
tahun 1970, berkembangnya ready-
towear terutama perusahaan manufaktur
di Amerika serta Italia. Mass Production
mulai mempengaruhi aspek-aspek
fesyen dan memasuki era yang baru.
Tahun 1976 desainer Amerika
mendapatkan global respect atas
kekreatifannya di dalam perancangan
fesyen.Fesyen di Amerika dilihat
sebagai fesyen yang berpenampilan
baik, dipersiapkan dengan baik dan
sesuai untuk kerja, serta mempertegas
style secara percaya diri dan kasual.
Readyto wear tidak akan pernah punah
dan tidak terbatas untuk wanita. Pada
tahun 70 tersebut, desainer Amerika
meyakinkan setiap wanita bahwa
mereka selalu mempunyai pakaian yang
indah untuk dikenakan. (Marsh, June:
History of Fashion, 2012:148-152) Di
abad ke-21 perkembangan ready-towear
semakin maju dengan adanya teknologi
digital. Teknologi digital telah
merevolusi bahan dan desain seperti
menciptakan efek print serta tekstur dan
proporsi yang mudah dilakukan. Visual
terbaru dari permukaan tekstil mulai
berkembang, menjadikan hal dengan
permainan grafis menjadi fesyen yang
mainstream. Inspirasi ready-to-wear pada
konsep hymn hour adalah Yohji
Yamamoto yang menciptakan kesan
yang modest dan arogan dengan unsur
hitam di dalam setiap koleksinya. (Art
Gallery Of Western Australia: Radical
Elegance: 2007). Celine merupakan
luxury brand asal Perancis yang menjadi
brand ready-to-wear dengan kesan
bourgeois, simpel dan siluet yang
praktikal. Brand ini adalah brand
dengan gaya sophisticated luxury dan line
ready-to-wear yang memiliki gaya
aristrocatic aesthetic (www.vogue.com).
Kemudian Ann Demeulemeester yang
dikenal dengan elegant tailoring yang
bergaya dark namun
Klasifikasi Fesyen
Dunia fesyen telah berkembang pesat
bahkan sampai ke era modern ini.
Dunia fesyen adalah dunia dengan
industri internasional yang sangat besar
dan dengan konsumen yang beragam.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 894
Fesyen memiliki berbagai macam
karakteristik, tidak pernah punah
bahkan selalu berputar dengan hal-hal
yang semakin kreatif, maupun hal yang
inovatif. Karena perkembangan fesyen
yang terus berputar maka fesyen
memiliki klasifikasi, yaitu:
1. Gender
Hasrat (passion) terhadap fesyen
dimiliki oleh semua kalangan
tanpa memandang gender. Pada
mulanya fesyen banyak diminati
dan dipakai oleh wanita. Tahun
1950, dimana gaya new look
menjadi tren, fesyen
diperuntukkan untuk wanita
dengan gaya klasik dan feminim.
Namun, dalam perkembangannya,
fesyen mulai dipakai kemudian
diminati para pria dengan suit atau
seragam yang dikenakan. Semakin
berkembangnya waktu, denim
menciptakan persamaan gender
antara wanita dan pria,
menjadikan gaya dengan denim
bersifat unisex. Seperti kutipan
Yves Saint Laurent “ Blue jeans is a
classic, I believe in basics, a wardrobe
for a woman that’s like a man’s –
exactly like a blue jeans-pants, jacket,
raincoat, not similar in details but in
mind.” (Marsh, June: History of
Fashion, 2012: 129) Munculnya
band band yang mempengaruhi
dunia fesyen terutama seperti
penyanyi David Bowie yang
memperlihatkan gaya androgyny
alter-ego dan menjadi trend setter.
(Marsh, June: History of Fashion,
2012: 129)
Pada wanita pun penggunaan
fesyen semakin beragam dan
inspirasi untuk pakaian wanita
semakin universal.
2. Industri
Di abad ke-21 ini, dimana
teknologi sangat berpengaruh
terhadap perubahan fesyen,
informasi dan komunikasi sangat
mudah dilakukan bagi para
konsumen fesyen. China, yang
merupakan Negara dengan
ekonomi terbesar ke 3, pada tahun
2010 brand Louis Vuitton, Chanel
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 895
dan Gucci menjadi 3 brand yang
paling diminati disana. (Marsh,
June: History Of Fashion, 2012:
264) Faktor ekonomi sangat
mempengaruhi dalam bentuk
konsumerisme fesyen di kategori
industry ini, terutama di beberapa
negara. Industri fesyen
3. Segmentasi
Dalam buku Teori dan Praktek
Sehari-hari (1995), Pride & Ferrel
mengatakan bahwa “segmentasi
pasar adalah suatu proses
membagi pasar ke dalam segmen-
segmen pelanggan potensial
dengan kesamaan karakteristik
yang menunjukkan adanya
kesamaan perilaku pembeli.”.
Menurut jurnal dari
www.slate.com (2014) dalam
kategori bisnis, segmentasi pasar
dibagi dalam segmen berikut ini:
1. High-end (Very wealthy):
Segmetasi high-end identik
dengan luxury brand. Market
dengan segmentasi ini
memiliki daya beli yang
tinggi, karena karakteristik
dari high-end adalah nilai jual
tinggi dengan kualitas yang
tinggi pula. Biasanya market
ini termasuk kalangan elit.
2. Middle-end (Wealthy-Mass
Affluent): Market ini
merupakan market
aspirasional yang
menggunakan luxury brand
yang mudah didapat serta
affordable.
3. Low-end (Upper Middle
Class-Low Middle Class):
Merupakan market dengan
konsumen yang membeli
barang tidak berdasarkan
luxury brand dan merupakan
market dengan konsumen
yang memiliki daya beli
rendah.
Definisi Sablon
(Guntur Nusantara : 2008) Screen
printing yaitu salah satu teknik
membuat gambar atau tulisan dengan
mencetak dengan alat bukan mesin.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 896
Secara verbal, sablon dapat diartikan
sebagai kegiatan cetak-mencetak grafis
dengan menggunakan kain gasa pada
suatu bidang sasaran cetak (bisa kaos,
kertas, plat, atau media lainnya). Dalam
perkembangannya sablon yang paling
popular adalah yang menggunakan alat
berupa saringan, sehingga muncullah
istilah cetak saring. Dengan adanya
sablon, pekerjaan cetak-mencetak
menjadi lebih cepat dan mudah.Cetak
sablon merupakan proses stensil untuk
memindahkan suatu citra ke atas
berbagai jenis media atau bahan cetak
seperti kertas, kayu,metal,
kaca,kain,plastik, kulit,dan lain-lain.
Stensil tersebut selanjutnya merupakan
gambar negatif dari gambar asli dimana
detail-detail gambar yang di reproduksi
memiliki tingkat keterbatasan terutama
dalam memproduksi detail-detail yang
lebih halus.adakalanya para perancang
grafis melakukan tahapan desain secara
langsung pada permukaan alat
penyaring yang disebut “tusche” dan
kemudian menutup keseluruhan
sablonan dengan lem.Tusche
selanjutnya dicuci dengan bahan pelarut
agar diperoleh bagian yang dapat
mengalirkan tinta pada permukaan alat
penyaring.
Pengertian Cetak saring adalah salah
satu teknik proses cetak yang
menggunakan layar (screen) dengan
kerapatan tertentu dan umumnya
berbahan dasar nylon atau sutra.
Sebagian dari layar ini kemudian diberi
pola yang salah satunya berasal dari
negative desain/klise yang dibuat
sebelumnya. Kain ini direntangkan
dengan kuat agar menghasilakan layar
dan hasil cetakan yang datar. Setelah
diberi fotoresis/zat kimia peka cahaya
dan disinari, akan terbentuk bagian-
bagian tidak tertutup dan tertutup yang
bisa dilalui tinta dan tidak. Proses
eksekusinya adalah dengan
menuangkan tinta di atas layar dan
kemudian disapu menggunakan palet
atau rakel yang terbuat dari karet. Satu
layar untuk satu warna.
Sejarah Sablon
(Guntur Nusantara : 2008) Cetak sablon
merupakan bagian dari teknik cetak
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 897
yang dikembangkan oleh Yuzenzai
Miyasaki pada tahun 1654-1736
dan Zikukeo Hirose pada tahun 1822-1890
berkebangsaan Jepang. Pada awalnya
cetak sablon dikembangkan untuk
mencetak kimono yang merupakan
pakaian khas Jepang yang memiliki
banyak motif, Sablon kimono itu
dilatarbelakangi oleh kaisar Jepang
yang melarang penggunaan kimono
yang dibuat dengan tulisan
tangan. Alasan Kaisar tersebut karena
tingginya harga kimono motif tulisan
tangan yang beredar di pasar. Dengan
keluarnya kebijakan tersebut harga
kimono dapat ditekan dan kimono
motif sablon mulai banyak digunakan
oleh masyarakat Jepang. Selanjutnya
cetak sablon berkembang hingga ke
daratan Eropa pada tahun 1851-1862
dan kemudian pada tahun 1868 Joseph
Swan mendirikan atau menemukan
produk autotype.
Pada tanggal 11 Juli 1907 Samuel
Simmon yang berkebangsaan Inggris
mendapatkan hak patentnya untuk
teknik cetak sablon. Teknik sablon yang
dibuat menggunakan Chiffon sebagai
pola untuk
mencetak. Chiffon merupakan bahan
rajut yang terbuat dari kassa atau kain
saring. Gambar yang tercetak akan
mengikuti pola gambar yang ada pada
kain kassa. Itu sebabnya teknik ini
dikenal dengan sebutan silk screen
printing yang berarti mencetak dengan
menggunakan kain saring sutra.
Setelah itu cetak sablon berkembang ke
Amerika Serikat sehingga pada tahun
1924 pertama kalinya proses cetak
sablon dilakukan di atas bahan tekstil
dan kemudian pada tahun 1946 MC
Kornick dan Penney menemukan mesin
cetak sablon. Usai Perang Dunia kedua
teknik cetak saring terus berkembang
pesat. Inovasi-inovasi terus dilakukan
hingga memunculkan genre baru yaitu
teknik cetak saring modern. Namun
teknik dasar yang digunakan cetak
saring tetap sederhana, mudah dan
murah untuk dipraktekan. Karenanya
selama bertahun-tahun pandangan
orang pada teknik saring ini tetap sama,
yakni usaha sambilan tetapi
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 898
menghasilkan. Pada zaman sekarang
sudah banyak sekali teknik cetak sablon
yang berkembang.
Jackson Pollock
Gambar 2.1 : Jackson Pollock
http://lelang-
lukisanmaestro.blogspot.co.id/2015/08/l
ukisan-dan-biografi-jackson-
pollock_30.html
“Ketika saya sedang melukis, saya tidak
menyadari apa yang saya lakukan.
Hanya setelah semacam periode
'berkenalan' yang saya lihat apa yang
saya telah rasakan sekitar. Saya tidak
takut membuat perubahan,
menghancurkan gambar, dll, karena
lukisan memiliki kehidupan sendiri.
Saya mencoba untuk membiarkan hal
itu datang dan pergi. Hanya ketika saya
kehilangan kontak dengan lukisan yang
hasilnya adalah berantakan. Jika tidak
ada harmoni murni, mudah memberi
dan menerima, dan lukisan keluar
dengan baik.”
-Jackson Pollock,1956
Gambar 2.2 : Jackson Pollock
http://sikatxdesign.blogspot.co.id/2012/1
1/lukisan-menetes-jackson-pollock.html
Paul Jackson Pollock (28 Januari 1912 -
11 Agustus 1956), Lahir di Cody,
Wyoming bungsu dari lima bersaudara.
Orang tuanya, Stella Mei (McClure) dan
LeRoy Pollock, dibesarkan di Tingley,
Iowa. Ia lebih dikenal
sebagai Jackson Pollock, seorang pelukis
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 899
utama Amerika yang
berpengaruh dalamgerakan ekspresioni
s abstrak. Dia terkenal
karena gaya uniknya “ lukisan menetes
”.
Pollock menikahi Amerika pelukis Lee
Krasner, dan pada bulan November
mereka pindah ke apa yang sekarang
dikenal sebagai Pollock-Krasner House
and Studio, di daerah Springs of East
Hampton, di Long Island, NY.Selama
hidupnya, Pollock menikmati ketenaran
yang cukup besar
dan ketenaran. Ia dianggap
sebagai seorang
seniman yang tertutup. Dia
memiliki kepribadian yang mudah
menguap, dan berjuang dengan
alkoholisme untuk sebagian
besar hidupnya.
Pollock diperkenalkan dengan
penggunaan cat cair pada tahun 1936
pada lokakarya eksperimental
beroperasi di New York City oleh
muralist Meksiko David Alfaro
Siqueiros. Dia kemudian menggunakan
cat dan mencoba teknik menuangkan
sebagai salah satu dari beberapa teknik
lukisan di atas kanvas dari awal 1940-
an.
Setelah pindah ke Springs, ia mulai
melukis dengan kanvas diletakkan di
lantai studio, dan dia mengembangkan
apa yang kemudian disebu teknik
"tetesan" nya , ia pun beralih ke cat
resin berbasis sintetik yang disebut
enamel alkyd, yang, pada waktu itu,
adalah media baru. Pollock
menggambarkan penggunaan cat
rumah tangga, bukan cat seniman,
seperti umumnya . Dia menggunakan
kuas mengeras, tongkat, dan jarum
suntik bahkan menggunakan aplikator
cat yang tuang pada kanvas. Teknik
Pollock menuangkan cat menetes dan
dianggap salah satu asal-usul lukisan
aksi panjang.
Dalam proses pembuatan lukisan
dengan cara ini, ia melangkah dari
representasi figuratif, dan menantang
tradisi Barat menggunakan penyanggah
kanvas dan kuas. Ia juga tidak hanya
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 900
menggunakan tangan dan pergelangan
tangan, karena ia menggunakan seluruh
tubuhnya untuk melukis. Pada tahun
1956, majalah Time dijuluki Pollock
"Jack the ripper" sebagai hasil dari gaya
lukisan yang unik.
Pollock meninggal pada usia 44 dalam
sebuah kecelakaan mobil yang
berhubungan dengan alkohol.
Gambar 2.3 : Jackson Pollock, Lavender
Mist, 1948
http://artlibrary.net/id/pollock/
Karyanya yang berjudul Lavender Mist
sangat menggugah hati semua orang
yang melihat secara langsung hasil
lukisannya ini. Karyanya yang
berukuran 221 x 299.7 cm ini sangatlah
besar secara ukuran. Namun dibalik
besarnya ukuran, teknik tetesnya yang
sangat abstrak dan perpaduan warna
ungu, hitam dan putih disini membuat
semua orang terasa masuk terhisap ke
dalam lukisan ini begitu melihat secara
langsung keindahan dari Lavender Mist
ini. Merupakan sebuah karya yang
sangat hebat sehingga dapat
memunculkan sebuah efek seperti itu
saat mulai melihat lukisan ini.
Lukisan abstrak juga dapat dianalisis
berdasarkan karakter warnanya.
Karakter warna, kesan yang
ditimbulkan oleh warna. Warna kuning,
oranye dan merah memberi kesan
warna hangat, gembira, semangat,
berani dan sebagainya. Warna biru,
hijau dan hijau muda memberi kesan
sejuk, tenang, nyaman, dan sebagainya.
Warna hitam, putih, dan abu-abu
adalah warna netral. Karakter Garis dan
Tekstur Lukisan abstrak juga dapat
dianalisis berdasarkan karakter garis
dan teksturnya. Garis dan tekstur
memiliki karakter tertentu. Garis meliuk
terkesan gemulai, lembut dan lunak.
Garis lurus dan menikung tajam
terkesan kaku, tegas dan keras.
Demikian pula dengan tekstur,
permukaan tekstur lukisan
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 901
menyampaikan karakter tertentu.
Tekstur halus memberikan kesan
lembut dan nyaman. Sedangkan tekstur
kasar manyampaikan kesan sebaliknya,
keras dan tidak nyaman.
Lukisan abstrak dapat dianalisis
berdasarkan klasifikasi warnanya.
Warna dapat diklasifikasian dalam
beberapa kelompok, yaitu warna panas,
dingin, harmonis, monokromatis,
kontras dan netral. Warna panas terdiri
dari unsur-unsur warna merah, kuning
dan oranye. Warna dingin terdiri dari
unsur-unsur warna hijau, hijau muda,
dan biru. Warna harmonis terdiri dari
unsur-unsur warna berdekatan dalam
lingkaran warna. Contohnya warna
biru, hijau dan hijau muda. Atau warna
merah, oranye dan kuning. Warna
monokromatis, warna yang disusun
berdasarkan warna senada. Warna
senada dibuat dengan menambahkan
warna putih atau hitam. Warna biru bila
ditambahkan warna putih akan menjadi
biru terang. Semakin banyak warna
putih ditambahkan, warna biru akan
tampak semakin terang. Dengan cara
seperti ini warna biru terang bisa dibuat
menjadi beberapa tingkatan. Jika
disusun dalam bidang gambar warna
ini menjadi warna monokromatis biru.
Jika ditambahkan warna hitam, warna
biru akan menjadi biru gelap. Semakin
banyak warna hitam ditambahkan,
warna biru akan semakin gelap. Dengan
cara ini pula warna biru gelap bisa
dibuat beberapa tingkatan. Jika disusun
dalam bidang gambar, menjadi susunan
warna biru monokromatis. Warna
kontras terdiri dari unsur-unsur warna
yang saling bertentangan. Warna hitam
dan warna putih adalah kontras karena
sangat bertentangan. Warna kuning
dengan ungu juga kontras. Demikian
pula warna merah dengan hijau. Warna
kontras adalah warna-warna yang dua
warna yang saling berseberangan
(memiliki sudut 180°) di lingkaran
warna. Dua warna dengan posisi
kontras komplementer menghasilkan
hubungan kontras paling kuat.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 902
DAFTAR PUSTAKA
Ana Arisanti (2010), unsur-unsur desain
busana, anaarisanti.blogspot.com, (15
Maret 2017 pukul 20.05)
Andalas (2014), macam-macam jenis
sablon, andalasclothing.co.id (15 maret
2017 pukul 22.00)
Archer 1976, pengertian fashion
menurut ahli, www.
duniailmu12.blogspot.co.id, ( 15 Maret
2017 pukul 19.20)
Bocconi, University, Fashion Market
Segmentation, www.coursera.org, (4
April 2017 pukul 15.00)
Bui, Jeremy, (2013), Factors of High-End
Retail Marketing: A Study Of Growth
Opportunities For Clothing Retailers In
The American Women’s Apparel
Industry; University of Connecticut,
Connecticut.
Imam, Segmentasi Pasar,
www.pengetahuantentangsegmentasipa
sar.blogspot.id, (4 April 2017 pukul
15.50 )
Marsh, June (2012), History Of Fashion
New Look To Now; Vivays Publishing
Ltd, London.
Prakash, Ved (1986), Segmentation Of
Women’s Market Based on Personal
Values and The Means-End Chain
Model: A Framework For Advertising
Strategy, Consumer Research, Volume
13, 215-220.
Roumeliotis, James.D, Unconventional
Bussiness Wisdom For The Refined
Riyanto, Arifah A, (2003), Desain
Busana; Yayasan Pembangunan
Indonesia, Bandung.
Suryabrata, Sumandi, (2008), Psikologi
Kepribadian; PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Setiawan Rahardjo, Benny (2015), Screen
Printing Sourcing Handbook, Indonesia,
Jakarta.
ISSN : 2355-9349 e-Proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 | Page 903