INTERNATIONAL TROPICAL TIMBER ORGANIZATION fileinternational tropical timber organization laporan...
Transcript of INTERNATIONAL TROPICAL TIMBER ORGANIZATION fileinternational tropical timber organization laporan...
INTERNATIONAL TROPICAL TIMBER ORGANIZATION
LAPORAN HASIL
PENYUSUNAN KURIKULUM PELATIHAN
PEMAHAMAN PERSYARATAN SISTEM
VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA HUTAN HAK
Disusun oleh:
Ir. Dian Susanti Soeminta
ITTO TFL-PD 010/09 REV.1 (M)
Pengantar
Kegiatan yang dilaksanakan oleh International Tropical Timber Organization (ITTO) yang
bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan melalui ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1
(M), dalam rangka peningkatan kapasitas bagi seluruh para pihak pemangku kepentingan
dalam penerapan Sistem Legalitas Kayu sesuai Permenhut No. 38/Menhut-II/2009 tentang
Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengolahan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Ijin atau pada Hutan hak dan Perdirjen. No. P.06/VI-
Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Lestari dan
Verifikasi Kayu, dimana telah ditetapkan standard kriteria dan indikator penilaian terhadap
IUIPHHK dan IUI Lanjutan dalam proses penilaian, dan verifikasi legalitas kayu (VLK) yang
berasal dari Hutan Negara, Hutan Negara yang dikelola oleh Masyarakat , dan dari Hutan
Hak.
Untuk mempersiapkan pemegang Hutan Hak dalam penerapan sistem verifikasi legalitas
kayu maka perlu dilakukan pelatihan yang mengarah pada konsep pemahaman standar
dan bagaimana pemenuhannya serta penerapan dilapangan. Pelatihan dapat berupa
transformasi informasi dan pengalaman, serta bimbingan teknis kepada petani pemilik hutan
rakyat sebelum dilakukan proses verifikasi untuk memperoleh sertifikat VLK pada hutan
miliknya. Tidak hanya kepada para petani pemilik hutan, namun pelatihan juga dibutuhkan
kepada pejabat di tingkat daerah yang akan berhubungan dengan penerbitan dokumen
legalitas kayu, bagi para industry pengguna kayu rakyat terkait dengan dokumen legalitas
kayu dan sistem keterlacakan kayu sampai kesumbernya di Hutan Rakyat, serta
fasilitator/pendamping yang akan berperan dalam penyiapan implementasi SVLK. Pelatihan
ditujukan agar seluruh pemangku kepentingan dapat memahami mekanisme dalam proses
verifikasi legalitas kayu.
Agar dapat berkesinambungan dengan kegiatan sebelumnya, penyusunan kurikulum
pelatihan ini mengacu pada kurikulum pelatihan yang telah ada di Pusdiklat Kementrian
Kehutanan. Dimana telah dilakukan kegiatan pelatihan sejenis oleh beberapa lembaga
seperti Lembaga Ekolabel Indonesia yang bekerjasama dengan MFP dibawah koordinasi
Pusdiklat Kementrian Kehutanan. Secara umum pelatihan disusun dengan model
pengajaran orang dewasa (andragogy) yang dipandu oleh fasilitator dan nara sumber.
Pelatihan di arahkan pada bentuk bimbingan teknis kepada peserta agar dapat langsung
menerapkan semua informasi yang diperoleh. Pelatihan didukung dengan praktek simulasi
dikelas dan praktek lapangan, kecuali pada sesi pelatihan untuk Pemerintah (Pusat, Daerah
dan sektor-sektor), dan Fasilitator /Pendamping karena pelatihan lebih diarahkan pada
mengenalkan konsep SVLK dan peraturan perundangan yang terkait dalam tugasnya
sebagai pembina, pendamping dan peran monitoring pelaksanaan SVLK.
Hasil dari kegiatan pelatihan ini, selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan program
mendampingan penyiapan SVLK baik pada Hutan Hak maupun di Industri Pengguna Kayu
Rakyat. Sehingga pengetahuan, kecakapan dan wawasan peserta dalam
mengimplementasikan semua informasi dan pengalaman pada saat pelatihan sangat
dibutuhkan. Untuk itu metode yang digunakan fasilitator dan narasumber harus mengacu
pada mekanisme pelatihan praktis dan efektif.
BAGIAN I
Tujuan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh International Tropical Timber Organization (ITTO) yang
bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan melalui ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1
(M), ditekankan pada peningkatan kapasitas bagi seluruh para pihak termasuk lembaganya
dalam rangka penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) pada Hutan Hak. Salah
satu bentuk kegiatan proyek ini adalah pelatihan tentang pedoman SVLK (TLAS) yaitu
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman
Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada
Pemegang Izin atau pada Hutan Hak, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu . Pelatihan akan
khususnya bagi pemilik hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat, industri pengguna kayu
rakyat dan pihak Pemerintah / Pemantau Independen yang berada di P. Jawa yang meliputi
wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelatihan tersebut maka disusun desain
kurikulum pelatihan pada masing-masing sasaran peserta pelatihan. Desain pelatihan terdiri
dari Silabus, Kurikulum Pelatihan Penerapan SVLK untuk Petani Hutan Rakyat, Industri
Pengguna Kayu Rakyat, dan Pemerintah / Pemantau Independen, agenda pelatihan dan
Materi Pelatihan Pokok Bahasan sesuai dengan jenis Pelatihan. Pembuatan Silabus
mengacu pada Kurikulum Pelatihan yang di tetapkan oleh Pusdiklat Kementrian Kehutanan
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah penyusunan Kurikulum dan Silabus
pelatihan penerapan SVLK pada Hutan Rakyat selama 5 hari, dengan peserta pelatihan
sebagai berikut :
- Petani Hutan Rakyat dari 10 Kabupaten di 3 Propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur)
- Industri Pengguna Kayu Rakyat dari 10 Kabupaten di 3 Propinsi (Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur)
- Pemerintah (Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten, PEMDA,
Perangkat Desa, Pemantau Independen, LSM Pendamping dari 3 Propinsi (Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur)
Kurikulum Pelatihan dilengkapi dengan :
a. Persyaratan peserta
b. Persyaratan fasilitator
c. Persyaratan narasumber
d. Pemilihan lokasi/tempat pelatihan
e. Modul pelatihan
Persyaratan Peserta
Peserta pelatihan terdiri dari pemilik Hutan Hak, industri pengguna kayu rakyat dan pihak
Pemerintah / Pemantau Independen. Agar pelatihan dapat memberikan dampak hasil, maka
peserta harus merupakan personil yang tepat sasaran. Sehingga seleksi peserta sesuai
kriteria persyaratan yang ditetapkan perlu terlebih dahulu dilakukan (peserta wajib membuat
Curriculum Vitae). Persyaratan umum untuk peserta pelatihan adalah personil yang
mempunyai latar belakang, pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan hutan hak
(HTR/HR). Sedangkan persyaratan khusus pada masing-masing kelompok peserta adalah
sebagai berikut :
a. Persyaratan peserta dari pemilik Hutan Hak
Peserta dari pemilik hutan hak diutamakan yang mempunyai jiwa kepemimpinan agar dapat
menjadi aktor kunci dalam pembentukan kelembagaan SVLK dengan persyaratan :
- Peserta adalah petani yang mengelola atau pemilik hutan hak dan pengumpul kayu
rakyat yang telah mempunyai ijin usaha
- Peserta diutamakan yang telah berpengalaman sebagai ketua kelompok tani/koperasi
dan mempunyai komitmen untuk menerapkan SVLK pada hutan miliknya
- Peserta mempunyai kemampuan baca dan tulis dengan syarat pendidikan minimal
SMA/Sederajat.
b. Persyaratan peserta industri pengguna kayu rakyat
Peserta dari industri pengguna kayu rakyat diutamakan dari perwakilan industri
berdasarkan skalanya (kecil, menengah dan besar), agar terjadi transformasi informasi dan
masing-masing peserta dapat membagi pengalamannya terutama terkait dengan legalitas
kayu. Persyaratan peserta adalah :
- Peserta adalah personil yang bertugas dalam pengadaan bahan baku kayu rakyat di
industri
- Peserta mengerti tentang Tata Usaha Kayu Rakyat dan dokumen legalitas kayu.
- Peserta mengerti tentang sistem lacak balak di industri
- Peserta mempunyai kemampuan pembuatan laporan penggunaan bahan baku kayu
rakyat (RPBBI, LMKB)
- Syarat pendidikan minimal SMA/Sederajat
c. Persyaratan peserta Pemerintah / Pemantau Independen
Peserta dari unsur Pemerintah diutamakan yang mempunyai tupoksi sebagai pembina dan
pengawas dalan peredaran hasil hutan dari kayu rakyat serta yang berperan dalam
penerbitan Dokumen Legalitas Kayu Rakyat, persyaratan peserta adalah :
- Peserta adalah Staf dari BP2HP, Dinas Kehutanan, PEMDA, Camat, Lurah dan Kepala
Desa
- Peserta mengerti tentang Peraturan Tata Usaha Kayu Rakyat dan Penerbitan Dokumen
Legalitas kayu
- Untuk peserta dari Lurah/Kepala Desa harus yang telah mengikuti pelatihan sebagai
Penerbit SKSKB-KR (dibuktikan dengan Sertifikat/SIM)
- Syarat pendidikan minimal SMA/Sederajat
Sedangkan Pemantau Independen diutamakann yang telah masuk dalam kelembagaan
Pemantau Independen SVLK dan mempunyai pengalaman melakukan pendampingan di
Hutan Hak. Persyaratan peserta adalah :
- Peserta adalah dari LSM/Lembaga Pemantau Independen SVLK
- Peserta telah mengikuti pelatihan sebagai Pemantau Independen SVLK (dibuktikan
dengan Sertifikat)
- Peserta telah berpengalaman dalam melakukan pendampingan SVLK di Hutan Rakyat /
PHBML dan mempunyai kemampuan fasilitasi (dibuktikan dengan CV)
- Syarat pendidikan minimal D3/Sederajat.
Persyaratan Fasilitator dan Nara Sumber
Pelatihan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan dari seseorang kepada orang lain
melui berbagi pengalaman dengan tujuan agar pengetahuan, wawasan dan kecakapan
dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Teknik pelatihan yang baik tidak hanya dilakukan
dalam bentuk pengajaran didalam kelas, namun perlu didukung dengan kegiatan simulasi
dan latihan yang terstruktur sehingga tidak meninggalkan metode pengajaran dalam
transformasi informasi penting.
Untuk menjalankan teknik pelatihan yang baik digunakan pendekatan yang melibatkan
fasilitator dan narasumber yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dalam pemilihan fasilitator dan
narasumber harus ditekankan pada latar belakang keilmuannya serta pengalaman
penerapannya. Peran fasilitator lebih difokuskan pada pemastian proses pembelajaran
dapat berjalan efektif dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang hendak dicapai. Peran
narasumber dibutuhkan dalam proses penyampaian pokok bahasan maupun informasi lain
yang berasal dari pengalaman sebagai bahan untuk memperkaya pengetahuan peserta
pelatihan. Narasumber harus dapat memastikan bahwa pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya dapat diserap oleh peserta, sehingga narasumber harus memiliki kemampuan
akan teknik penyampaian yang efektif, kemampuan memberikan pengkayaan dan dapat
menstimulasi peserta.
Adapun persyaratan fasilitator adalah :
a. Menguasai teknik fasilitasi (sesuai dengan kelompok peserta, tujuan, fasilitasi,
adaptif, komunikatif)
b. Memiliki pengalaman fasilitasi khususnya dalam bidang pengelolaan Hutak Hak
c. Pempunyai pengetahuan tentang peraturan terkait SVLK pada Hutan Hak
d. Mampu merancang sesi pelatihan sehingga sesuai dengan indikator keberhasilan
e. Menguasai metodologi pengajaran orang dewasa
f. Mampu membuat bahan simulasi/latihan dan melakukan evaluasi pelatihan dan
peserta
g. Persyaratan pendidikan minimal S1/Sederajat
Persyaratan Narasumber adalah :
a. Menguasai Materi/Pokok bahasan
b. Berpengalaman menjadi narasumber di bidang pengelolaan Hutan Hak
c. Pempunyai pengetahuan tentang peraturan terkait SVLK pada Hutan Hak
d. Mampu membuat bahan ajar dan membuat analisa tingkat keberhasilan pelatihan
e. Persyaratan pendidikan minimal S1/Sederajat
Persyaratan Tempat/Lokasi Pelatihan dan Praktek
Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan gambaran yang nyata dalam
penerapan SVLK, maka pemilihan tempat/lokasi pelatihan menjadi sangat penting. Salah
satu pertimbangan untuk menentukan sebuah lokasi tempat berdasarkan kondisi yang
merupakan pusat (sentra) dari rantai peredaran kayu rakyat. Selain itu lokasi pelatihan
berada ditengah-tengah sasaran peserta sehingga dapat menjaring peserta sesuai dengan
yang ditargetkan. Untuk menjamin kenyamanan tempat pelatihan perlu dipilih daerah yang
memiliki fasilitas gedung pelatihan yang memadai misalnya di hotel yang memiliki ruang
pelatihan. Lokasi pelatihan sebaiknya tidak jauh dengan lokasi praktek lapangan serta
tersedia aksesibilitas untuk menuju lokasi praktek lapangan. Akses yang sulit akan
berdampak pada tambahan biaya bagi pelatihan dan ketersediaan waktu.
Lokasi pelatihan harus memberikan kemungkingan bagi peserta pelatihan untuk
mendapatkan pengalaman, pembelajaran dan melaksanakan praktek percobaan
dilapangan. Untuk lokasi pelatihan bagi petani pemilik Hutan Hak sebaiknya terletak pada
daerah yang mempunyai Hutan Rakyat/Hutan Tanaman Rakyat yang diandalkan sebagai
sumber bahan baku kayu rakyat. Tercatat ada beberapa lokasi yang disarankan yaitu di
Ciamis, Cirebon, Blora, Wonosobo, dan Probolinggo.
Sedangkan untuk pelatihan bagi industri pengguna kayu rakyat sebaiknya berada pada
sentra industri kayu rakyat. Sentra industri di Jawa Barat berada di Kabupaten Cirebon dan
Tangerang. Sentra industri di Jawa Tengah berada di Kabupaten Jepara, Cepu, Klaten,
Yogyakarta, Semarang, Tegal, Temanggung dan Wonosobo. Sentra industri Jawa Timur
Gresik, Pasuruan dan Probolinggo.
Untuk pelatihan bagi pemerintah dan pemantau independen dapat dilakukan di ibu kota
propinsi atau kabupaten karena tidak diperlukan praktek lapangan. Tercatat lokasi yang
dapat di lakukan pelatihan seperti di kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan
Kota Surabaya.
Pemilihan lokasi praktek lapangan berdasarkan pada ketersediaan Unit Manajemen baik
Hutan Hak maupun Industri pengolah kayu rakyat yang mempunyai kesiapan dalam
penerapan SVLK. Dukungan dari pemerintah setempat menjadi faktor penting dalam
keberhasilan penerapan SVLK, sehingga menjadi salah satu kriteria penting. Selain itu
ketersediaan sumber daya pada lokasi praktek juga dibutuhkan seperti lapangan yang
dapat dikunjungi, tenaga pendamping lapangan dan tenaga penyedia logistik/konsumsi.
Praktek lapangan pada Hutan Hak dapat dilaksanakan pada Hutan Hak (HR/HTR) yang
telah menerapkan SVLK/PHBML atau yang sedang dalam persiapan penerapan SVLK.
Beberapa Hutan Hak yang direferensikan sebagai tempat praktek lapangan yaitu :
a. Wilayah Jawa Barat & Banten
- Hutan Rakyat milik Koperasi Assosiasi Pengusaha Kayu Rakyat Jaga Wana Lestari,
Ciamis
b. Wilayah Jawa Tengah & DIY
- Kelompok Tani Hutan Rakyat Selo Utomo Desa Plantungan, Kecamatan Blora,
- Kelompok Tani Selo Giri Wonogiri,
c. Wilayah Jawa Timur
- Kelompok Tani Tani Lumajang,
- Kelompok Tani Alas Makmur Probolinggo
Untuk kegiatan praktek lapangan pada industri dapat dilaksanakan pada industri yang
menggunakan bahan baku dari kayu rakyat yang telah menerapkan sistem Lacal Balak
(CoC/VLO/SVLK) dengan variasi skala industri besar/menengah/kecil. Beberapa industri
yang dapat direferensikan sebagai tempat praktek adalah :
No Propinsi Industri Lokasi Keterangan
1 Jawa Barat PT. Cipta Perdana Mebelindo Jl. Yudhistira Blok
Jamar Lor Desa
Kadungsana Plumbon -
Cirebon
VLO
PT. Tanamas Industry Comunitas Jl. Raya Cangkring
No.10, Ds, Kaliwulu,
Plered, Cirebon, Jawa
Barat’
COC FSC,
VLO
PT. International Furniture
Industries
Kawasan Berikat
Nusantaa Cakung Jl.
Irian Blok E-23 Jakarta
Utara
VLO
CV. RAVINDO CRAFTS
Jl. Pangeran
Muhammad RT. 06
RW. 03, Desa
Buahkapas, Kec.
Sindangwangi Kab.
Majalengka
COC FSC
2 Jawa Tengah &
DI Yogyakarta
CV. Kelvindo Jl. Kecapi Rambutan,
Desa Kecapi, Dukuh
Rambutan,
Kecamatan Tahunan,
Kabupaten Jepara
VLO, CoC
FSC
PT. Jawa Furni Lestari Jl. Palagan Tentara
Pelajar Km 8.3
Sariharjo, Ngaglik
Sleman DI Yogyakarta
VLO, CoC
LEI
PT. Kayu Lapis Indonesia Ds.Mororejo,
Kecamatan Kaliwungu,
Kab. Kendal, Telepon
Semarang
VLO, CoC-
FSC, SVLK
PT. Herrison & Gill Jalan Raya Kudu Km
1,3 Karang Roto Genuk
Semarang Jawa
VLO
Tengah
PT. Yosogira Jln Raya Solo
Purwodadi KM 15,
Wonosari,
Sambirembe,
Kalijambe, Sragen
VLO
3 Jawa Timur PT. Katwara Jalan Raya Boboh
Bringkang RT
01/RW01, Desa Boboh,
Menganti, Gresik
VLO
PT. Seng Fong Moulding Perkasa Jl. Yos Sudarso No 173
Tunggorono, Jombang
VLO, SVLK,
COC-FSC
PT. Tirta Mahakam Resources
Tbk-Gresik
Jl Raya Roomo No 387
Kec Manyar
Kabupaten Gresik
VLO
PT. Kutai Timber Indonesia Jl.Tanjung Tembaga
Baru, Kecamatan
Mayangan, Kab.
ProbolinggoProbolinggo
COC FSC
CV. Kayu Multiguna Indonesia Jl. Veteran
Segoromadu Kel
Gending Kec Kebomas
Gresik
VLO
PT. Berdikari Meubel Nusantara
Jl. Raya Kluncing, Desa
Petungsari, Pandaan,
Pasuruan
COC-FSC
CV. HS Antique Jl. HM. Subchan ZE No
50 Purwosari Kudus
COC FSC
BAGIAN II
A. Sesi Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk
Hutan Hak.
Tujuan Umum:
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan untuk dapat:
1. Memahami kebijakan pengelolaan hutan produksi lestasi dan verifikasi legalitas kayu dalam perdagangan hasil hutan yang berasal dari hutan hak
2. Mampu menggambarkan situasi penerapan sistem verifikasi legalitas kayu pada hutan hak
3. Memahami prosedur & persyaratan penilaian SVLK pada Hutan Hak
4. Memahami kelembagaan untuk SVLK pada Hutan Hak
5. Memahami sistem dokumentasi/arsip dokumen unit manajemen hutan rakyat.
Prakata
Akibat penurunan potensi dan pasokan kayu bulat produksi hutan alam menyebabkan
perubahan pola permintaan kayu bulat sebagai bahan baku Industri Primer Hasil Hutan
Kayu (IPHHK), khususnya di pulau Jawa dan Bali. Seiring dengan penurunan pasokan kayu
bulat hutan alam tersebut, kontribusi kayu bulat yang berasal dari hutan rakyat dalam
struktur konsumsi bahan baku Industri Primer Hasil Hutan Kayu di pulau Jawa dan Bali
meningkat. Pergeseran konsumsi kayu dari kayu bulat hutan alam ke kayu bulat hutan
rakyat, selanjutnya mendorong peningkatan harga kayu bulat hutan rakyat.
Dalam tata niaga kayu rakyat peran petani yang mempunyai hutan di lahan milik sendiri
(Hutan Rakyat) atau lahan negara (Hutan Tanaman Rakyat) adalah sebagai produsen
penghasil kayu rakyat. Petani HR/HTR pada umumnya melakukan kegiatan bercocok tanam
dengan pola tumpang sari tanaman hutan pada lahan miliknya atau sebagai petani
penggarap lahan (pola kerjasama). Sebagai produsen, petani HR/HTR dalam bentuk
perorangan maupun membentuk kelompok tani atau bentuk Koperasi. Bukti kepemilikan
lahan oleh masyarakat berupa Surat Tanah (Sertifikat/Letter C/ Surat Keterangan Tanah)
Penerapan sistem verifikasi legalitas kayu untuk hutan hak pada intinya adalah untuk
menjamin legalitas kayu (Timber Legality Assurance System) yang berasal dari Hutan Hak.
Pemerintah telah pengatur tata usaha kayu rakyat dalam beberapa peraturan terkait
kebijakan sektor kehutanan dalam pengembangan hutan rakyat pada berbagai level seperti
Undang-undang Kehutanan, Peraturan Pemerintah Pusat/Daerah, Peraturan Menteri dan
Peraturan/SK Dirjen. Diantaranya peraturan yang mengatur peredaran dan tata usaha kayu
rakyat sesuai Peraturan Menteri Kehutanan No. 51/MENHUT-II/2006 Tentang Penggunaan
Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengankutan Hasil Hutan yang berasal dari
Hutan Hak.
Selanjutnya ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang
Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu (SVLK) pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak, dan Peraturan Direktur
Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman
Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Pelatihan ini ditujukan bagi Pemegang Izin pada Hutan Hak tentang konsep dan standar
SVLK dan peraturan perundangan yang terkait sebagai bekal untk kemampuan individu
peserta dalam menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu.
Materi Pelatihan:
Pelatihan yang ditujukan untuk mengembangkan kapasitas dalam menerapkan sistem
verifikasi legalitas kayu bagi Pemegang Izin pada Hutan Hak (petani pemilik hutan dan
pengepul hasil hutan ) terdiri dari sesi-sesi sebagai berikut:
1. Ice Breaking
Konsep Kunci:
Merupakan kegiatan materi pembuka dengan tujuan untuk mencairkan suasana
pelatihan yang disebabkan karena antar peserta dan pengajar belum saling mengenal.
Ice Breaking biasanya dilakukan dengan perkenalan masing-masing peserta dengan
menggunakan metode informal/lebih santai. Dapat menggunakan permainan dan
perangkat pelatihan lainnya (gambar, tayangan multi media dsb) untuk memberi
rangsangan agar peserta mulai dapat beradaptasi satu dengan lainnya. Ice breaking
juga sebagai tahapan pemanasan dalam proses belajar yang merupakan pemecah
situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Hal ini dimaksudkan untuk membangun
suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Dalam kegiatan ini
perlu diciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serius tapi santai. Dengan
demikian diharapkan peserta dapat memiliki semangat dan motivasi untuk berlatih dan
bekerjasama.
Kehandalan fasilitator dalam penggunaan metode sangat diperlukan untuk
menghidupkan suasana kelas sehingga dapat mendukung kelancaran proses
pembelajaran. Dapat dibuat sebuah permainan guna menciptakan suasana belajar dari
pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak(akrab), dan dari jenuh menjadi riang(segar).
Khusus dengan peserta dalam pelatihan ini, dimana peserta adalah masyarakat petani
di Hutan Rakyat, maka fasilitator perlu menguasai bahasa yang biasa di gunakan seperti
bahasa daerah masing-masing lokasi kegiatan.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk perkenalan/Ice Breaking, partisipasi dan
kerjasama, permainan, energizing, pemaparan harapan dan kekhawatiran.
Referensi yang digunakan:
- Buku-buku tentang Teknik dan metoda fasilitasi
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
2. Kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
Konsep Kunci:
Salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka penjaminan legalitas kayu (Timber
Legality Assurance System) adalah pengembangan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK) dan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dalam rangka melaksanakan
tata kelola kehutanan, penegakan hukum dan promosi perdagangan kayu legal.
Dengan melibatkan para pihak, pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin
atau pada Hutan Hak, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor P.6/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu, yang disempurnakan dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
dan Verifikasi Legalitas Kayu.
SVLK diharapkan dapat menjawab isu-isu perdagangan hasil hutan kayu yang saat ini
terjadi lingkup international maupun regional terkait dengan status legalitas produk dari
kayu yang diperdagangkan ke negara-negara seperti Eropa, US, Jepang. Pemerintah
telah melakukan sosialisasi dan promosi tentang SVLK melalui beberapa kerjasama
dengan pihak donor dari Luar Negeri diantaranya melalui proyek ITTO ITTO Project
TFL-PD 010/09 Rev. 1 (M).
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan perihal latar
belakang adanya kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
kayu dan isu-isu perdagangan hasil hutan kayu yang saat ini terjadi dan kedepannya
baik lingkup international maupun regional juga beberapa kebijakan dari negara-negara
lain terutama dalam hal perdagangan produk kayu seperti Eropa, US, Jepang. Dll
beserta standar legalitas kayu sebagai presyaratan masing-masing negara tersebut.
Pada sesi ini pula dijelaskan terkait kerangka logika pembuatan system verifikasi
legalitas kayu dan faktor pendukung external dan internal yang menyebabkan
terwujudunya Kebijakan PHPL dan SVLK ini. Hal penting yang perlu disampaikan dalam
sesi materi ini adalah pengertian tentanf Hutan Hak serta bagaimana sistem
perdagangan hasil hutan yang berasal dari Hutan Hak.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Referensi dari Lembaga pemantau perdagangan kayu (WWF, GFTN, FLEGT, dll)
- Peraturan Bidang Penataan Hasil Hutan (Permenhut No P.51/Menhut-II/2006)
Peralatan dan Material yang digunakan:
Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
3. Pengenalan Sistem dan standard VLK pada Hutan Hak.
Konsep Kunci:
Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009. Pedoman dilengkapi dengan lampiran yang
memuat Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier VLK sesuai dengan jenis Unit Manajemen
yang akan menerapkan sistem Legalitas Kayu. Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu pada
Pemegang Izin atau pada Hutan Hak meliputi Standard dan Pedoman Verifikasi
Legalitas Kayu yang Berasal Dari Hutan Negara (IUPHHK-HA/HPH, IUPHHK-
HTI/HPHTI, IUPHHK-RE), sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2, yang Berasal Dari
Hutan Negara Yang Dikelola Oleh Masyarakat (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3, pada IUIPHHK dan IUI Lanjutan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4, yang Berasal Dari Hutan Hak, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 5; dan Bagi Pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6.
Dalam proses penilaian SVLK, Unit Manajemen harus memenuhi semua standar yang
dipersyaratkan khususnya yang terkait dengan pemenuhan pada parameter yang terkait
dengan Legalitas Perusahaan, Dokumen Legalitas Kayu, Sistem Lacak Balak dan
pelaporan, serta sistem pemantauan lingkungannya. Untuk VLK pada Hutan Hak kriteria
yang perlu dipenuhi adalah terkait dengan keabsahan hak milik dalam hubungannya
dengan areal, kayu dan perdagangannya.
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan perihal latar
belakang lahirnya kebijakan SVLK pada Hutan Hak, Prinsip-prinsip VLK pada Hutan
Hak/Hutan Rakyat, standard VLK yang berlaku bagi Pemegang Ijin Hutan Hak (petani
pemilik lahan hutan rakyat) terutama standar VLK pada Lampiran 5 Perdirjen BPK
Nomor. P. 02/VI-BPPHH/2010 .
Selain itu peserta diberikan penjelasan perihal sistem VLK yang mencakup,
kelembagaan dalam SVLK, hubungan antara lembaga, Lembaga akreditasi dan
lembaga pemantau standard VLK serta memahami bagaimana proses dan tahapan
dalam proses yang harus dilakukan dalam verifikasi legalitas kayu kepada peserta
(fasilitator), serta pedoman penilaian VLK dan pemahaman standar VLK itu ( Prinsip,
Kriteria, Indikator dan Verifier VLK pada Hutan Hak).
Pada materi ini peserta atau fasilitator harus betul-betul memahami sistem SVLK secara
menyeluruh terutama terkait dengan persyaratan VLK pada Hutan Hak dan persyaratan
untuk hutan hak.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman sistem VLK hanya
untuk persyaratan atau standar VLK untuk Hutan Hak
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano
Waktu Pelatihan: 3 jam pelajaran
4. Prosedur dan protocol dalam pelaksaan penilaan VLK untuk pemegang hutan hak
Konsep Kunci:
Pelaksanaan verifikasi legalitas kayu dilakukan oleh Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu
(LV-LK) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai ISO/IEC
Guide 65, dan ditunjuk oleh Direktur Jenderal a.n. Menteri. Lembaga Verifikasi Legalitas
Kayu yang melaksanakan Verifikasi Legalitas Kayu dan akan menerbitkan sertifikat
legalitas kayu organisasi yang memenuhi semua standar VLK.
Sertifikat Legalitas Kayu (SLK) berlaku selama 3 (tiga) tahun dan setiap tahun dilakukan
penilikan (surveillance) dan penilikan pertama dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun setelah Sertifikat Legalitas Kayu diterbitkan, kecuali apabila dibutuhkan
berdasarkan masukan berbagai pihak atas biaya pemegang izin. Prosedur dan protocol
pelaksanaan Verifikasi Legalitas Kayu diatur secara lengkap dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin
atau pada Hutan Hak.
Agar dalam pelaksanaan verifikasi legalitas kayu tidak terdapat perbedaan pemahaman
diantara para pihak, maka telah disusun Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu sebagai acuan
Lembaga VLK dalam melakukan penilaian. Sebelum dilakukan verifikasi, Lembaga
Verifikasi Legalitas Kayu diwajibkan untuk membuat pengumuman melalui media massa
dan web site Kementrian Kehutanan terkait dengan informasi pelaksanaan verifikasi dan
oraganisasi yang mengajukan proses sertifikasi.
Dalam SVLK dibentuk juga Lembaga Pemantau Independen yang merupakan lembaga
yang dapat menjalankan fungsi pengawasan/pemantauan yang berkaitan dengan
pelayanan publik di bidang kehutanan seperti penerbitan sertifikat LK yang dibentuk dari
LSM di bidang kehutanan pada masing-masing wilayah.
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
dengan prosedur dan proses dalam pelaksanaan penilaian atau audit VLK yang
dilakukan pada Hutan Hak yang mecakup dari tahap perencanaan, pelaksanaan audit,
pengambilan keputusan dan kegiatan pasca audit lainnya. Peserta diharapkan
memahami persiapan yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan VLK dan
memahami seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan pada proses audit VLK. Peserta
dapat memahami tata waktu dalam setiap proses audit VLK dan tindakan-tindakan apa
perlu dilakukan pada setiap tahap tersebut dari sisi pemegang izin.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman sistem VLK hanya
untuk persyaratan atau standar VLK untuk Hutan Hak
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
5. Pengenalan Kelembagaan dalam pengelolaan hutan hak
Konsep Kunci:
Kelembagaan mengandung dua aspek yaitu aspek kultural dan aspek struktural
(Syahyuti, 2003). Aspek Kultural terdiri dari hal-hal yang lebih abstrak yang menentukan
”jiwa” suatu kelembagaan yaitu nilai, norma, dan aturan, kepercayaan, moral, ide,
gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, oientasi, dan lain-lain. Sementara aspek
struktural lebih statis, yang berisi struktur, peran, hubungan antar peran, integrasi antar
bagian, struktur umum, perbandingan struktur tekstual dengan struktur riel, struktur
kewenangan, hubungan kegiatan dengan tujuan, aspek solidaritas, keanggotaan, profil,
pola kekuasaan, dan lain-lain. Kedua aspek ini kultural dan struktural secara bersama-
sama membentuk dan menentukan prilaku seluruh orang dalam kelembagaan tersebut.
Terbentuknya kelembagaan melalui aspek kultural bersifat alamiah yang dimulai dari
pematangan suatu norma sebagai yang paling prinsipil. Norma ini terbentuk perlahan-
lahan mulai dari cara berprilaku, meningkat menjadi kebiasaan, menjadi tata kelakukan
dan kemudian menjadi mantap. Dalam pengertian struktur ini, sebuah organisasi
dibentuk strukturnya duluan dan kemudian baru diisi dengan orang-orang yang mengisi
struktur, dengan tugas dan fungsi tertentu.
Ada 4 variabel kelembagaan yang penting diperhatikan dalam sebuah organisasi,
institusi, lembaga, danlain-lain yaitu:
- Kepemimpinan, merujuk pada kelompok orang yang secara aktif berkecimpung
dalamn perumusan doktrin dan program dari lembaga dan mengarahkan operasi-
operasi dan hubungan-hubungannya dengan lingskingan tersebut;
- Doktrin, dirumuskan sebagai spesifikasi dari nilai-nilai, tujuan-tujuan dan metode-
metode operasional yang mendasari tindakan sosial;
- Program, merupakan tindakan-tindakan tertentu yang berhubungan dengan
pelaksanaan dan fungsi-fungsi dan jasa-jasa yang merupakan keluaran dari
lembaga;
- Sumber-sumberdaya, merupakan masukan-masukan keuangan, fisik, manusia,
teknologi dan informasi dari lembaga tersebut.
Proses dan penguatan kelembagaan hutan rakyat memiliki peranan yang penting dalam
pengelolaan hutan rakyat secara lestari. Dengan kata lain, pengaturan hasil hutan
rakyat yang dilakukan melalui mekanisme kelompok dan musyawarah untuk
membangun kesepahaman pemilik hutan rakyat dan kelompok akan terwujud suatu
kesepakatan dalam pengaturan hasil menuju kepada kelestarian hutan rakyat dan
masyarakat sejahtera. Kelembagaan dalam Hutan Hak dapat dibentuk dalam kelompok
tani hutan rakyat yang beranggotakan petani kayu rakyat.
Darusman dan Harjanto (2003) menyatakan kelembagaan dapat di bagi dalam beberapa
kelompok menurut fungsi peranan dan tujuan pokok, diantaranya meliputi :
1. Kelompok penguatan faktor produksi;
2. Kelompok keuangan proses produksi;
3. Kelompok pemasaran hasil;
4. Kelompok pengolahan hasil;
5. Kelompok pelayanan perkreditan dan usaha kumpulan modal bersama;
6. Kelompok kepemimpinan desa;
7. Kelompok gotong – royong dan kegiatan sosial lainnya.
Pembentukan kelembagaan tersebut hendaknya tumbuh dan hidup di dalam kehidupan
masyarakat petani produsen hutan rakyat yang muncul sebagai reaksi terhadap
permasalahan sosial ekonomi yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari – hari.
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak dapat memahami
syarat minimum kelembagaan untuk SVLK. Peserta latih akan menerima dan diberikan
penjelasan terkait dengan bentuk kelembagaan Hutan Rakyar yang ada di P. Jawa,
dasar-dasar pembentukan organisasi pengelolaan hutan hak/rakyat, mekanisme
pendistribusian kerja, kewenangan dan hubungan kerja didalam organisasi, serta
persyaratan kualifikasi SDM di dalam pengelolaan Hutan Hak/Rakyat.
Pelatihan dilakukan dengan metode presentasi/ceramah oleh Nara Sumber dan diskusi
yang mengarah pada ilustrasi pembentukan kelompok Hutan Hak.
Referensi yang digunakan:
Referensi terkait Kelembagaan Hutan Rakyat Referensi terkait Informasi tentang Kelompok tani yang sudah terbentuk di P Jawa
Peralatan dan Material yang digunakan:
Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, Alat dan Bahan Peraga berupa
Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano,
White Board, LCD, Laptop.
Waktu Pelatihan: 3 jam pelajaran
6. Manajemen Kelembagaan untuk penyiapan VLK pengelolaan modal usaha pada hutan hak
Konsep Kunci:
Manajemen kelembagaan pada unit manajemen hutan rakyat lestari (UMHRL) dibentuk
dalam rangka mewujudkan kelestarian pada pengelolaan Hutan Rakyat. Tujuan
manajemen hutan adalah untuk mencapai kekekalan atau kelestarian hutan. Menurut
Davis (1966) manajemen hutan adalah pemakaian metode perusahaan dan prinsip-
prinsip teknik kehutanan untuk melaksanakan pekerjaan kelestarian hutan. Sedangkan
manajemen kelestarian hutan adalah manajemen suatu kelestarian untuk menghasilkan
produksi secara kontinyu (lestari) dengan tujuan pencapaian keseimbangan antara
pertumbuhan dan pemungutan hasil (hasil produksi) setiap tahun atau periode tertentu.
Kelestarian hutan menghendaki adanya hasil (produksi) dan nilai sumber daya hutan
yang kontinyu dan sedapat mungkin meningkat, baik kualitas maupun kuantitas. Untuk
menjamin kelestarian hutan, volume kayu yang dipungut harus sesuai dengan besarnya
riap tanaman (kemampuan pertambahan volume). Untuk itu diperlukan metode
pengaturan hasil yang sesuai dengan karakteristik hutannya untuk dapat menghitung
besarnya riap/ tahun atau etat tahunan (jatah tebang yang diperbolehkan). Pengaturan
hasil ini diperlukan untuk mengatur dan merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan oleh perusahaan hutan atau pemilik dan pengelola hutan rakyat untuk waktu
yang akan datang.
Langkah pertama agar hutan dapat dikelola secara lestari adalah penataan hutan.
Penataan hutan merupakan serangkaian pekerjaan yang diperlukan untuk menyusun
sebuah rencana kerja dalam pengelolaan hutan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan
dari penataan hutan ini adalah mengadakan tata tertib dan kelestarian dalam pekerjaan
pengelolaan hutan selama waktu yang telah ditetapkan dalam rencana kerja. Dalam
penataan hutan rakyat basis filosofinya ada pada merubah mindset (pengarusutamaan)
dari mengelola hutan secara individu keluarga menjadi tindakan mengelola hutan secara
bersama-sama (collective action). Pekerjaan penataan hutan hutan rakyat meliputi
kegiatan :
a) penataan dan penetapan kawasan b) pengukuran batas-batas hutan milik / hak, c) pemetaan batas lahan milik, d) pembagian hutan ke dalam blok-blok pengelolaan e) Inventarisasi hutan rakyat, dan f) pengumpulan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penyusunan rencana pengelolaan
hutan rakyat kolektif, termasuk penguatan dan pemberdayaan masyarakat.
Penerapan SVLK pada Hutan Hak/Hutan Rakyat dapat berupa satuan kelompok Hutan
Hak berdasarkan Petak hutan rakyat yang dikaitkan dengan perhitungan kelestarian
hasil hutan rakyat, yang merupakan gabungan dari lahan individu keluarga tani hutan
rakyat. Pada anak petak inilah seharusnya kegiatan pemanenan kayu dilaksanakan.
Kegiatan SVLK sesuai dengan peraturan P.38/2009 jika dikaitkan dengan UMHRL
sangat terkait dengan petak hutan rakyat tersebut. Sementara itu untuk membentuk
kelembagaan UMHRL , dimana pemanenan dan implementasi SVLK ada di dalamnya,
harus ada fasilitasi oleh instansi terkait.
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, Peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak dapat memahami
bentuk kelembagaan dalam hutan hak serta bagaimana mendapatkan modal usaha.
Peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait dengan Prinsip dasar
Kelembagaan Hutan Rakyat, Bentuk Kelembagaan pada pengelolaan hutan hak
(Kelompok Tani/Koperasi), Manajemen Kelembagaan Hutan Rakyat dalam lingkup
penerapan SVLK , Mekanisme pengajuan modal usaha hutan hak (melalui pemerintah
atau perbankan), Mekanisme pengelolaan modal usaha pada kelembagaan Hutan
rakyat .
Pelatihan dilakukan dengan metode presentasi/ceramah oleh Nara Sumber dan diskusi
yang mengarah pada proses pengajuan modal usaha untuk Hutan Rakyat.
Referensi yang digunakan:
Referensi terkait Kelembagaan Hutan Rakyat Contoh kelembagaan Hutan Rakyat Contoh sistem pengelolaan modal usaha di Hutan Rakyat Contoh proposal pengajuan modal usaha untuk Hutan Rakyat
Peralatan dan Material yang digunakan:
Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, Alat dan Bahan Peraga berupa
Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano,
White Board, LCD, Laptop.
Waktu Pelatihan: 3 jam pelajaran
7. Penataan pengeloaan informasi mengenai pengelolaan hutan hak/rakyat dan pemanenan kayu
Konsep Kunci:
Perkembangan pengelolaan hutan rakyat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
eksternal, yang kemudian menentukan kebijakan pemilik hutan rakyat melalui struktur
dan fungsi hutan rakyat. Sehingga unit manajemen dan perkembangan hutan rakyat
dapat dikaji dari unit pelaksanaan pekerjaan langsung di lapangan maupun pekerjaan
tidak langsung. Pengkajian ini didasarkan pada kriteria dan indikator sosial ekonomi
yang dapat digambarkan pula dalam kriteria dan indikator teknis (silvikultur). Kriteria dan
indikator yang dapat dirujuk menurut Hardjosoediro (1975) dijelaskan bahwa ukuran
pengaruh manusia terhadap lingkungannya antara lain adalah jumlah tenaga kerja,
perbandingan jumlah orang dengan luas lahan, pemilikan lahan, pola penggunaan
lahan, cara-cara dan alat-aalt pertanian, hasil dan industrinya, prasarana industri seperti
halnya intensitas jalan, pasaran dan harga hasil kerja, manajemen dan organisasinya.
Kondisi fisik hutan rakyat berbeda dengan hutan negara, untuk itu diperlukan
pendekatan yang berbeda dengan pendekatan yang dilakukan pada penataan hutan
pada hutan negara. Penataan hutan rakyat tidak dapat dilakukan berdasarkan
pendekatan fisik lahan karena fisik hutan rakyat tidak seperti hutan negara yang
memenuhi luasan yang kompak. Hutan rakyat secara fisik tersebar dalam luasan yang
kecil-kecil (berdasarkan luas pemilikan lahan), sehingga hutan rakyat bukan hamparan
lahan yang kompak (mengumpul).
Pembentukan unit manajemen hutan rakyat disusun melalui mekanisme yang
berkembang berdasarkan fakta di lapangan. Mekanisme penataan hutan rakyat
merupakan kebalikan dari mekanisme penataan hutan negara. Hutan negara dari luasan
yang besar dilakukan pembagian hutan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
memudahkan pengelolaan, sedangkan penataan hutan rakyat dari luasan yang kecil-
kecil akan disatukan untuk penetapan unit kerja/unit manajemen yang dapat menjamin
kelestarian hasil. Salah satu alternatif pendekatan yang dapat dipakai adalah
pendekatan manusia sebagai individu pemilik hutan rakyat, dengan pertimbangan
sebagai berikut :
a) pengelolaan hutan rakyat bersifat individu, b) luas pemilikan hutan rakyat setiap individu relatif kecil dan letaknya menyebar (tidak
kompak), c) organisasi yang berkait dengan pengelolaan hutan rakyat (KT HR), tidak bersifat
fungsional dalam pengelolaan hutan rakyat, atau organisasi yang ada belum berfungsi secara optimal untuk mencapai tujuan pengelolaan,
d) status hutan rakyat yang merupakan lahan milik terikat oleh aturan dan tata tertib yang berkait dengan wewenang pemerintahan (dusun, desa, kecamatan dan kabupaten).
Dengan kodisi demikian pengorganisasian dibentuk berdasarkan letak administrasi
pemerintahan yang ada, hal ini dilakukan untuk efisiensi dalam hal pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi. Salah satu alternatif penataan hutan rakyat yang dapat
dimulai dengan pembentukan petak/anak petak, sebagai berikut :
a) Luas pemilikan hutan rakyat adalah unit terkecil dalam pengelolaan hutan rakyat. Dalam penataan hutan tanaman dapat dianalogkan dengan anak petak, dengan di dasari bahwa ada proses pengambilan kebijakan pengelolaan hutan yang spesifik pada level keluarga.
b) Blok adalah satuan hamparan yang biasa di kenal oleh masyarakat lokal dengan alasan spesifiknya lahan, nilai histories, asal usul komunitas pengelola, atau untuk memudahkan identifikasi. Blok bisa di analogkan dengan Petak yaitu bagian terkecil dari bagian hutan yang berfungsi sebagai wadah pelaksanaan tindakan manajemen langsung (penanaman, pemeliharaan, penjagaan, pemungutan hasil) di dalam kesatuannya. Petak pada hutan rakyat sebagai kesatuan administrasi dapat diperoleh dari penggabungan sejumlah luas pemilikan hutan rakyat.).
c) Dusun adalah sub wilayah administrasi desa, bisa menjadi cikal bakal Unit Managemen, suatu pengelolaan dengan orientasi yang telah disepakati dengan kaidah kelestarian sumber daya hutan.
Unit manajemen hutan rakyat lestari (UMHRL) diperlukan sebagai sarana untuk
mewujudkan kelestarian hutan rakyat. Untuk itu diperlukan adanya pengorganisasia
terhadap sistem pengelolaan yang bersifat individual (keluarga) menjadi pengelolaan
yang terorganisir (Komunal) tanpa menegasikan kepentingan individu terhadap sumber
daya hutan, demi mewujudkan tujuan dari pengelolaan yang di sepakati bersama.
Oreintasi pengelolaan menghasilkan bentuk kelas perusahaan misalnya (Kelas
perusahan hutan rakyat jati akan menghasilkan kayu untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku kayu jati bagi industri perkayuan secara kontinyu) atau bentuk orentasi yang lain
seperti ekologi (tata air desa), budaya, sosial atau yang lain. Pengorganisasi dilakukan
baik pada organisasi pelaksana pengelolaan maupun kondisi fisik hutan rakyat
(kawasan).
Untuk itu pengorganisasi merupakan hal penting dalam fungsinya untuk menyusun
kerangka pembagian kerja, menentukan tata pembagian tugas dan tata hubungan kerja
sehingga merupakan suatu sistem tertentu, dimana seluruh tenaga kerja dapat bekerja
secara harmonis dan effisien. Tujuan dari sistem organisasi dalam pengelolaan hutan
rakyat ini secara keseluruhan dan pada tiap-tiap bagiannya adalah turut
menyumbangkan secara konkrit ke arah tercapainya tujuan/ orientasi perusahaan.
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, Peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak dapat memahami
proses pendirian organisasi unit manajemen hutan rakyat di tingkat desa, Kelengkapan
dokumen yang berisi Distribusi kerja, kewenangan dan hubungan kerja di dalam
organisasi, Kelengkapan dokumen mengenai situasi pengelolaan hutan hak/rakyat –
aturan penanaman, pemeliharaan, penebangan lestari, Kelengkapan dokumen yang
menerangkan keabsahan hak kepemilikan lahan maupun hasil kayu rakyat yang
dihasilkan pada tingkat petani dan/atau pada tingkat organisasi unit manajemen hutan
rakyat serta Kelengkapan dan kesesuaian arsip dokumen kepemilikan lahan, dokumen
pengangkutan SKAU, dokumen ijin tebang, dan dokumen faktur/kuitansi penjualan kayu
pada tingkat petani dan kelengkapan penataan dokumentasinya pada tingkat organisasi
unit manajemen hutan rakyat.
Referensi yang digunakan:
Lampiran 5 P.6/VI-Set/2009 Peraturan Bidang Penataan Hasil Hutan (Permenhut No P.51/Menhut-II/2006) Contoh dokumen pendirian organisasi unit manajemen hutan rakyat Contoh dokumen yang berisi Distribusi kerja, kewenangan dan hubungan kerja di
dalam organisasi Contoh dokumen yang menerangkan keabsahan hak kepemilikan lahan, dokumen
pengangkutan SKAU, dokumen ijin tebang, dan dokumen faktur/kuitansi penjualan kayu pada tingkat petani
Peralatan dan Material yang digunakan:
Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, Alat dan Bahan Peraga berupa
Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano,
White Board, LCD, Laptop.
Waktu Pelatihan: 3 jam pelajaran
8. Simulasi dan Praktek Lapangan
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan melakukan praktek dan simulasi yang yang
ditujukan agar peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak terampil dalam
menyiapkan persyaratan yang dibutuhkan dalam penilaian VLK. Simulasi dilakukan
dalam bentuk latihan dengan metode simulasi dalam bentuk permainan, studi kasus,
tugas individu dan tugas kelompok, sedangkan praktek lapangan dalam bentuk
kunjungan ke Unit Manajemen Hutan Rakyat yang telah mempunyai sistem PHBML atau
Hutan Rakayat yang telah mempersiapkan penerapan SVLK.
Dalam praktek tersebut peserta pelatihan dapat mengidentifikasi dokumen-dokumen
legal yang diperlukan dalam memenuhi persyaratan VLK bagi Hutan Hak seperti yang
diminta oleh standard. Peserta laihan membuat rekaman-rekaman atau catatan yang
diperlukan dan akan dicek oleh auditor VLK sesuai standard yang dipersyaratkan oleh
semua indikator yang terkait. Selanjutnya dapat melakukan kegiatan internal audit untuk
melihat kesiapan UM sebelum diaudit oleh LVLK. Dalam materi ini prinsip-prinsip dan
prosedur internal audit harus dapat dipahami oleh peserta tentunya dengan memahami
persyaratan internal audit seperti yang diatur dalam ISO 19011 ; 2002 atau SNI 19-
19011:2005 Pedoman audit sistem manajemen mutu dan lingkungan.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk praktek lapangan di lokasi industri hutan hak).
Kegiatan praktek didampingi oleh Fasilitator dengan waktu yang telah ditetapkan. Pada
kegiatan ini peserta harus mengetahui jenis-jenis dokumen dan rekaman atau catatan
yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan SVLK dan juga dapat melakukan kegiatan
internal audit sesuai dengan standard ISO 19011;2002 dan sesuai dengan standard
SVLK.
Referensi yang digunakan:
- ISO 19011:2002
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Lampiran 5
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Check list internal audit, daftar dokumen-dokumen yang akan dipersyarakat dalam
SVLK pada Hutan Hak, .dokumen-dokumen dan rekaman atau catatan yang ada di
UM (Hutan Hak) tempat praktek dan kegiatan pengelolaan Hutan Hak/Hutan Rakyat.
Waktu Pelatihan: 8 jam pelajaran
B. Sesi Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk
Industri Pengolah Kayu yang berasal dari Hutan Hak/Hutan Rakyat.
Tujuan Umum:
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan untuk dapat:
1. Memahami Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.
2. Memahami kerangka logika dan persyaratan SVLK
3. Memahami dan Mampu membuat konsep penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu di
Industri Pengolah kayu yang berasal dari hutan hak/hutan rakyat
4. Memahami dan mampu melakukan penerapan sistem verifikasi Legalitas kayu di
Industri pengolah kayu yang berasal dari hutan hak/hutan rakyat dan memenuhi
persyaratan SVLK pada industri pengolah hasil hutan kayu.
Prakata
Sebagian besar industri pengolah kayu terutama di Pulau Jawa, saat ini menggunakan
bahan baku yang berasal dari kayu rakyat (hutan hak atau Hutan Rakyat). Terutama sejak
berkurangnya pasokan kayu dari hutan negara di luar jawa dari pemegang IUPHHK baik
hutan alam maupun hutan tanaman. Oleh karena itu posisi keberadaan dan eksistensi hutan
rakyat atau hutan hak sebagai pemasok bahan baku kayu ke industri di Pulau Jawa sangat
strategis.
Praktek peredaran dan distribusi kayu yang berasal dari hutan hak atau hutan rakyat saat ini
masih belum tertib administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu P.51/Menhut-
II/2006 tentang Surat Keterangan Asal-usul (SKAU) untuk pengangkutan hasil hutan dari
hutan hak, sehingga adanya Peraturan Menteri Kehutanan terkait dengan SVLK (Sistem
verifikasi Legalitas Kayu) dapat mendorong agar pelaku usaha, pemilik kayu rakyat atau
hutan hak yang memasok ke Industri Pengolahan kayu di Pulau Jawa dapat lebih tertib
administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku tersebut. Sementara bagi Industri
pengolah kayu yang berasal dari hutan hak atau hutan rakyat juga dapat mendorong dan
membantu kekurangan-kekurangan yang saat ini dialami dalam menerima atau membeli
kayu dari sumber hutan hak ini.
Beberapa industri yang menampung sumber kayu dari hutan hak/hutan rakyat kebanyakan
adalah industri kecil dan menengah yang juga memiliki permasalahan tersendiri dalam
memenuhi persyaratan SVLK ini terutama adalah pencatatan dan tertib administrasi dan
kelengkapan perijinan yang seharusnya ada. Selain itu tidak semua industri dapat
memahami persyaratan-persyaratan yang diminta oleh Standar SVLK dan dapat
menerapkannya di industrinya sendiri.
Oleh karena itu perlu adanya pemberian pemahaman kepada pihak Industri kayu agar
industri yang menggunakan kayu dari sumber hutan hak dapat memenuhi persyaratan
dalam standard SVLK dan juga mendorong agar supplier kayu dari hutan hak bisa
mendukung dan memenuhi persyaratan SVLK pula.
Peserta wakil industri yang mengikuti pelatihan ini tentunya harus dapat memahami sistem
SVLK itu sendiri dan pengetahun tentang proses pada industri kayu. Oleh karena itu peran
dari peserta industri harus sebagai orang yang dapat melakukan transfer pengetahuan
tentang hal-hal yang terkait dengan standar SVLK dan pengetahuan terkait lain nya.
Guna berhasilnya penerapan sistem verifikasi legalitas kayu perlu dibuat pelatihan tentang
pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu untuk industri pengolah kayu
untuk membekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menerapkan sistem
verifikasi legalitas kayu sesuai dengan yang diatur dalam peraturan menteri kehutananan
Permenhut No. 38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengolahan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Ijin atau
pada Hutan hak dan Perdirjen. No. P.06/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman
Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Lestari dan Verifikasi Kayu dan Perdirjen BPK No.
P.02/VI-BPPHH/2010.
Ditinjau dari tujuannya maka pelatihan ini akan mengenalkan tentang konsep SVLK dan
peraturan perundangan yang terkait lainnya untuk meningkatkan kemampuan individu
peserta untuk menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu.
Materi Pelatihan:
Pelatihan yang ditujukan untuk mengembangkan kapasitas dalam menerapkan sistem
verifikasi legalitas kayu bagi Industri pengolah kayu yang bersumber dari hutan hak atau
hutan rakyat akan terdiri dari sesi-sesi sebagai berikut:
1. Kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
Konsep Kunci:
Salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka penjaminan legalitas kayu (Timber
Legality Assurance System) adalah pengembangan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK) dan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dalam rangka melaksanakan
tata kelola kehutanan, penegakan hukum dan promosi perdagangan kayu legal.
Dengan melibatkan para pihak, pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin
atau pada Hutan Hak, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor P.6/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu, yang disempurnakan dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
dan Verifikasi Legalitas Kayu.
SVLK diharapkan dapat menjawab isu-isu perdagangan hasil hutan kayu yang saat ini
terjadi lingkup international maupun regional terkait dengan status legalitas produk dari
kayu yang diperdagangkan ke negara-negara seperti Eropa, US, Jepang. Pemerintah
telah melakukan sosialisasi dan promosi tentang SVLK melalui beberapa kerjasama
dengan pihak donor dari Luar Negeri diantaranya melalui proyek ITTO ITTO Project
TFL-PD 010/09 Rev. 1 (M).
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan perihal latar
belakang adanya kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
kayu dan isu-isu perdagangan hasil hutan kayu yang saat ini terjadi dan kedepannya
baik lingkup international maupun regional juga beberapa kebijakan dari negara-negara
lain terutama dalam hal perdagangan produk kayu seperti Eropa, US, Jepang. Dll
beserta standar legalitas kayu sebagai presyaratan masing-masing negara tersebut.
Pada sesi ini pula dijelaskan terkait kerangka logika pembuatan system verifikasi
legalitas kayu dan faktor pendukung external dan internal yang menyebabkan
terwujudunya Kebijakan PHPL dan SVLK ini. Hal penting yang perlu disampaikan dalam
sesi materi ini adalah pengertian tentanf Hutan Hak serta bagaimana sistem
perdagangan hasil hutan yang berasal dari Hutan Hak.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Referensi dari Lembaga pemantau perdagangan kayu (WWF, GFTN, FLEGT, dll)
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
2. Pengenalan Sistem dan Standard VLK pada Industri pengolah dan pengguna
kayu rakyat (hutan hak)
Konsep Kunci:
Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009. Pedoman dilengkapi dengan lampiran yang
memuat Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier VLK sesuai dengan jenis Unit Manajemen
yang akan menerapkan sistem Legalitas Kayu. Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu pada
Pemegang Izin atau pada Hutan Hak meliputi Standard dan Pedoman Verifikasi
Legalitas Kayu yang Berasal Dari Hutan Negara (IUPHHK-HA/HPH, IUPHHK-
HTI/HPHTI, IUPHHK-RE), sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2, yang Berasal Dari
Hutan Negara Yang Dikelola Oleh Masyarakat (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3, pada IUIPHHK dan IUI Lanjutan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4, yang Berasal Dari Hutan Hak, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 5; dan Bagi Pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6.
Dalam proses penilaian SVLK, Unit Manajemen harus memenuhi semua standar yang
dipersyaratkan khususnya yang terkait dengan pemenuhan pada parameter yang terkait
dengan Legalitas Perusahaan, Dokumen Legalitas Kayu, Sistem Lacak Balak dan
pelaporan, serta sistem pemantauan lingkungannya. Untuk VLK pada Industri kriteria
yang perlu dipenuhi adalah Unit usaha: (a) Industri pengolahan, dan (b) Eksportir
produk olahan, memiliki izin yang sah, Keberadaan dan penerapan sistem penelusuran
bahan baku dan hasil olahannya, Pengangkutan dan perdagangan antar pulau, dan
Pengapalan hasil olahan kayu untuk eksport
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan perihal latar
belakang lahirnya kebijakan SVLK dan juga perihal sistem dan standard VLK yang
berlaku nagi Industri pengola kayu dan pengguna kayu rakyat terutama standar VLK
pada Lampiran 2.1 B , C, Lampiran 2.2, Lampiran 3.1 Perdirjen BPK Nomor. P. 02/VI-
BPPHH/2010. Selain itu peserta diberikan penjelasan perihal sistem VLK yang
mencakup, kelembagaan dalam SVLK, hubungan antara lembaga, Lembaga akreditasi
dan lembaga pemantau standard VLK serta memahami bagaimana proses dan tahapan
dalam proses yang harus dilakukan dalam verifikasi legalitas kayu kepada peserta
(fasilitator), begitu pula perihal pedoman penilaian VLK dan pemahaman standar VLK itu
sendiri oleh perserta atau fasilitator. Pada materi ini peserta atau fasilitator harus betul-
betul memahami sistem SVLK secara menyeluruh terutama terkait dengan persyaratan
VLK Industri dan persyaratan untuk hutan hak.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman sistem VLK hanya
untuk persyaratan atau standar VLK untuk Industri (IUIPHHK dan IUI lanjutan) serta
untuk persyaratan atau standard bagi Hutan Hak.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 3 jam pelajaran
3. Peraturan bidang penatausahaan hasil hutan (PUHH) di Industri Pengolah dan
pengguna kayu rakyat.
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
peraturan bidang penatausahaan hasil hutan baik diindustri pengolah maupun
penatausahaan hasil hutan untuk kayu yang berasal dari hutan hak atau hutan rakyat
(SKAU, SKSKB cap KR, nota, dll.). Dalam sesi ini peserta harus mengetahui jenis
dokumen-dokumen penatausahaan kayu yang harus dipenuhi dan harus ada di Industri
pengolah kayu dan kayu dari hutan hak dari proses, tahapan dan prosedurnya. Pada
sesi ini disampaikan pula contoh-contoh dokumen PUHH yang berlaku di industri dan
kayu dari hutan hak atau hutan rakyat. Peserta harus mengetahui dan memahami
contoh dokumen-dokumen kayu (PUHH) yang absah dalam hal tertib administrasi kayu
dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan dalam PUHH di industri.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman peraturan bidang
PUHH di industri dan hutan hak yang berlaku yaitu berdasarkan P.55/2006 dan
P.51/2006 berserta addedumnya.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan
Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang
berasal dari Hutan Hak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan
Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
4. Aspek hukum/legalitas dalam industri pengolah dan pengguna kayu rakyat
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait aspek
hukum/legalitas atau perijinan yang berlaku yang harus dimiliki oleh suatu industri
pengolah kayu (primer atau IUI lanjutan). seperti Akte pendirian perusahaan, SIUP,
NPWP, IUI, TDP, juga perijian dan kewajiban lainnya. Pada materi ini diharapkan para
peserta atau fasilitator mengatahui dan memahami dokumen-dokumen legal atau
perijinan apa saja yang seharusnya dipenuhi oleh perusahaan pengolah kayu.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman peraturan terkait
dengan legalitas atau perijinan suatu industri khususnya pengolah kayu baik Industri
primer maupun IUI lanjutannya.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan terkait dengan pendirian Perseroan terbatas atau CV, dll.
- Peraturan tentang Izin Usaha Primer Hasil Hutan Kayu
- Peraturan tentang Izin usaha industri
- Peraturan tentang SIUP dan TDP
- Peraturan tentang NPWP
- Peraturan terkait lainnya
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
5. Prosedur dan Protokol dalam Pelaksanaan Penilaian VLK pada unit pemegang izin Industri
Konsep Kunci:
Pelaksanaan verifikasi legalitas kayu dilakukan oleh Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu
(LV-LK) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai ISO/IEC
Guide 65, dan ditunjuk oleh Direktur Jenderal a.n. Menteri. Lembaga Verifikasi Legalitas
Kayu yang melaksanakan Verifikasi Legalitas Kayu dan akan menerbitkan sertifikat
legalitas kayu organisasi yang memenuhi semua standar VLK.
Sertifikat Legalitas Kayu (SLK) berlaku selama 3 (tiga) tahun dan setiap tahun dilakukan
penilikan (surveillance) dan penilikan pertama dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun setelah Sertifikat Legalitas Kayu diterbitkan, kecuali apabila dibutuhkan
berdasarkan masukan berbagai pihak atas biaya pemegang izin. Prosedur dan protocol
pelaksanaan Verifikasi Legalitas Kayu diatur secara lengkap dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin
atau pada Hutan Hak.
Agar dalam pelaksanaan verifikasi legalitas kayu tidak terdapat perbedaan pemahaman
diantara para pihak, maka telah disusun Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu sebagai acuan
Lembaga VLK dalam melakukan penilaian. Sebelum dilakukan verifikasi, Lembaga
Verifikasi Legalitas Kayu diwajibkan untuk membuat pengumuman melalui media massa
dan web site Kementrian Kehutanan terkait dengan informasi pelaksanaan verifikasi dan
oraganisasi yang mengajukan proses sertifikasi.
Dalam SVLK dibentuk juga Lembaga Pemantau Independen yang merupakan lembaga
yang dapat menjalankan fungsi pengawasan/pemantauan yang berkaitan dengan
pelayanan publik di bidang kehutanan seperti penerbitan sertifikat LK yang dibentuk dari
LSM di bidang kehutanan pada masing-masing wilayah.
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
dengan prosedur dan proses dalam pelaksanaan penilaian atau audit VLK yang
dilakukan pada pemegang Izin Usaha Industri Primer maupun industri lanjutan yang
mecakup dari tahap perencanaan, pelaksanaan audit, pengambilan keputusan dan
kegiatan pasca audit lainnya. Peserta dari industri diharapkan memahami persiapan
yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan VLK dan memahami seluruh
tahapan kegiatan yang dilakukan pada proses audit VLK. Selanjutnya industri
mengetahui tata waktu dalam setiap proses audit VLK dan tindakan-tindakan apa perlu
dilakukan pada setiap tahap tersebut dari sisi pemegang izin.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman terkait prosedur dan
proses pelaksanaan audit VLK pada pemegang izin indutri dari proses perencanaan
sampai dengan proses paska audit VLK.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 3 jam pelajaran
6. Prinsip-prinsip ketelusuran perjalanan/pergerakan bahan baku pada Industri
pengguna kayu rakyat
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
dengan prinsip-prinsip dan sistem lacak balak dan alur perjalanan kayu pada pemegang
izin industri dan alur perjalanan kayu dari sumber bahan baku hutan hak sampai ke
industri. Prinsip-prinsip pada sistem lacak balak yang mencakup identifikasi atau
penandaan hasil hutan kayu dan dokumen kayu yang menyertainya dan keterlacakan
asal-usul hasil hutan kayu tersebut. Perserta juga harus memahami dokumen-dokumen
penatausahaan kayu yang harus ada untuk keperluan pemenuhan lacak balak di
industri.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman terkait dengan
sistem lacak balak yang sederhana yang harus dibangun diindustri pengolahan kayu
untuk keperluan pelacakan asal usul kayu dalam rangka audit VLK.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan
Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang
berasal dari Hutan Hak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan
Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009.
- Pedoman LEI 88 sistem sertifikasi lacak balak
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
7. Konsep pembinaan Industri pengolah dan pengguna kayu rakyat terhadap
pemasok, dan petani pemilik hutan hak
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
dengan konsep pembinaan bagi industri pengolah dan pengguna kayu rakyat terhadap
pemasok kayu dari hutan hak (hutan rakyat) dari pengepul dan pemilik hutan hak itu
sendiri. Pada materi ini diharapkan industri pengolah kayu dapat membangun pola
pembinaan dan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok bahan baku
kayu rakyat yang lebih berkelanjutan. Mengetahui bentuk-bentuk kerjasama yang bisa
dikembangkan antara industri dengan pemasok kayu rakyat (pemilik kayu dan
pengepulnya) dan juga bentuk-bentuk kelembagaan yang bisa dirancang untuk
kemitraan yang lebih baik terutama dalam rangka pemenuhan sistem verifikasi legalitas
kayu. Dalam materia ini dapat dicontohkan beberapa bentuk kelembagaan dan
kerjasama yang sudah ada dan berhasil dalam kemitraan antara industri dan pemasok
kayu rakyat yang saling menguntungkan. Koperasi adalah sebagai salah satu
kelembagaan yang sangat banyak digunakan dan paling sesuai untuk membangun
kelembagaan dan kerjasama yang bisa dilakukan.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi ini akan lebih banyak memberikan contoh-
contoh kelembagaan dan bentuk kerjasama yang memungkinkan dibangun antara
industri dengan pemasok kayu rakyat (pemilik hutan hak maupun pengepul) yang
bekelanjutan dalam rangka memenuhi standar VLK.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan terkait pembentukan suatu koperasi
- Pedoman LEI Pengelolaan hutan berbasis masyarakat lestari
- Contoh-contoh kelembagaan kemitraan yang ada di Indonesia
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
8. Simulasi dan praktek penerapan VLK di Industri pengolah dan pengguna kayu
rakyat
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan melakukan praktek penerapan VLK diIndusrti
pengolah dan pengguna kayu rakyat dari hutan hak atau hutan rakyat. Dalam praktek
tersebut peserta pelatihan dapat mengidentifikasi dokumen-dokumen legal yang
diperlukan dalam memenuhi persyaratan VLK bagi industri primer maupun industri
lanjutan seperti yang diminta oleh standard. Selanjutnya dapat mempersiapkan
rekaman-rekaman atau catatan yang diperlukan dan akan dicek oleh auditor VLK sesuai
standard yang dipersyaratkan oleh semua indikator yang terkait. Selanjutnya dapat
melakukan kegiatan internal audit untuk melihat kesiapan industri sebelum diaudit oleh
LVLK. Dalam materi ini prinsip-prinsip dan prosedur internal audit harus dapat dipahami
oleh peserta tentunya dengan memahami persyaratan internal audit seperti yang diatur
dalam ISO 19011 ; 2002 atau SNI 19-19011:2005 Pedoman audit sistem manajemen
mutu dan lingkungan.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk praktek lapangan di lokasi industri dan lokasi
hutan hak (bila diperlukan dan memungkinkan). Kegiatan praktek didampingi oleh
trainer dengan waktu yang telah ditetapkan. Pada kegiatan ini peserta harus
mengetahui jenis-jenis dokumen dan rekaman atau catatan yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan SVLK dan juga dapat melakukan kegiatan internal audit sesuai
dengan standard ISO 19011;2002 dan sesuai dengan standard SVLK.
Referensi yang digunakan:
- ISO 19011:2002
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Check list internal audit, daftar dokumen-dokumen yang akan dipersyarakat dalam
SVLK industri, .dokumen-dokumen dan rekaman atau catatan yang ada di industri
tempat prektek dan kegiatan atau proses industri itu sendiri.
Waktu Pelatihan: 16 jam pelajaran
C. Sesi Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk
Pemerintah (Pusat, Daerah dan sektor-sektor), dan Fasilitator /Pendamping.
Tujuan Umum:
Setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan untuk dapat:
1. Memahami Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. 2. Memahami kerangka logika dan persyaratan SVLK 3. Mampu membuat konsep fasilitasi untuk penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu di
Hutan Hak 4. Mampu melakukan fasilitasi untuk penerapan sistem verifikasi Legalitas kayu di Hutan
Hak.
Prakata
Banyak pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sistem verifikasi legalitas kayu untuk
hutan hak, mulai dari pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, industri, pemasok kayu
dan petani pemilik hutan hak itu sendiri. Tidak mudah untuk mengenalkan sebuah sistem
baru kepada pihak-pihak tersebut tanpa sebuah proses fasilitasi yang kuat. Oleh karena itu
peran fasilitator sebagai orang yang akan melakukan transfer pengetahuan sangat penting
dan harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang terkait dengan
standar SVLK dan pengetahuan terkait lain nya. Fasilitator akan bertugas memberikan
fasilitasi dan pendampingan kepada para pihak dalam rantai pasok kayu dari hutan hak
kepada industri pengolahnya.
Guna berhasilnya penerapan sistem verifikasi legalitas kayu perlu dibuat pelatihan tentang
pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu untuk Pemerintah(Pusat, Daerah
dan sektor-sektor terkait lainnya), dan Fasilitator/Pendamping untuk membekali dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu
sesuai dengan yang diatur dalam peraturan menteri kehutananan Permenhut No.
38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengolahan Hutan
Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Ijin atau pada Hutan hak dan
Perdirjen. No. P.06/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Lestari dan Verifikasi Kayu.
Ditinjau dari tujuannya maka tentu pelatihan ini akan mengenalkan tentang konsep SVLK
dan peraturan perundangan yang terkait lainnya untuk meningkatkan kemampuan individu
peserta untuk menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu.
Materi Pelatihan:
Pelatihan yang ditujukan untuk mengembangkan kapasitas dalam menerapkan sistem
verifikasi legalitas kayu bagi Pemerintah Daerah dan Fasilitator pendamping akan terdiri dari
sesi-sesi sebagai berikut:
1. Bina Suasana dan Kecerdasan Spriritual
Konsep Kunci:
Merupakan kegiatan pemanasan dalam proses belajar yang merupakan pemecah situasi
kebekuan fikiran atau fisik peserta. Hal ini dimaksudkan untuk membangun suasana
belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Dalam kegiatan ini perlu
diciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serius tapi santai. Dapat dibuat sebuah
permainan guna menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi
gerak(akrab), dan dari jenuh menjadi riang(segar).
Bina suasana pelatihan atau dikenal dengan Ice breaking adalah jurus utama melawan
kebosanan. Games-games singkat sangat membantu kita untuk membuat peserta
nyaman di pelatihan. Siapkan ice breaking dengan tujuan-tujuan tertentu. Ada ice
breaking untuk membuat peserta saling mengenal,ada ice breaking yang bertujuan
menyegarkan badan,dan ada ice breaking yang dapat disesuaikan dengan content
pelatihan,sehingga memperkuat pesan yang didapat di pelatihan.Buku-buku seperti ini
sangat mudah anda dapatkan di Toko buku-toko buku.
Dengan demikian diharapkan peserta dapat memiliki semangat dan motivasi untuk
berlatih dan bekerjasama. Dalam bekeja selain semangat dan motivasi, manusia harus
memiliki 3 modal yaitu modal materil/fisik, modal sosial, dan modal spiritual. Modal fisik
(physical capital) berupa keterampilan atau pengetahuan, modal sosial (social capital)
yaitu rasa kebersamaan serta keterikatan emosi, dan modal spiritual (spiritual capital)
yaitu kemampuan mengenal diri sebagai hamba Tuhan.
Untuk mengelola ketiga modal tadi, diperlukan tiga jenis kecerdasan. Fungsi IQ adalah
“What I think” (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fisik atau materi;
fungsi EQ adalah “What I feel” (apa yang saya rasakan) untuk mengelola kekayaan
sosial; dan fungsi SQ adalah “Who am I” (siapa saya) untuk mengelola kekayaan
spiritual. Agar dapat melahirkan manusia yang memiliki motivasi total, maka tidak cukup
hanya dengan mengasah potensi kecerdasan intelektual (IQ), namun perlu dipertajam
potensi emosi (EQ) dan juga dilandasi potensi spiritual (SQ).
Berlandasan pada kecerdasan spiritual ini para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
SVLK termasuk fasilitator/pendamping dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan
lebih profesional dan termotivasi oleh sebuah alasan spiritual bagi insitusi tempatnya
bekerja sehingga akan meningkatkan produktivitas dan loyalitas pekerja bukan pada
kepentingan pribadi.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk perkenalan/Ice Breaking, partisipasi dan
kerjasama, permainan, energizing, pemaparan harapan dan kekhawatiran, mempelajari
dasar-dasar ESQ/ISQ dan IQ yang dilakukan dengan metode permainan, ceramah dan
diskusi.
Referensi yang digunakan:
- Buku-buku tentang Teknik dan metoda fasilitasi, - Buku-buku tentang mencerdaskan spriritual.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
2. Kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
Konsep Kunci:
Salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka penjaminan legalitas kayu (Timber
Legality Assurance System) adalah pengembangan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK) dan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dalam rangka melaksanakan
tata kelola kehutanan, penegakan hukum dan promosi perdagangan kayu legal.
Dengan melibatkan para pihak, pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin
atau pada Hutan Hak, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor P.6/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu, yang disempurnakan dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
dan Verifikasi Legalitas Kayu.
SVLK diharapkan dapat menjawab isu-isu perdagangan hasil hutan kayu yang saat ini
terjadi lingkup international maupun regional terkait dengan status legalitas produk dari
kayu yang diperdagangkan ke negara-negara seperti Eropa, US, Jepang. Pemerintah
telah melakukan sosialisasi dan promosi tentang SVLK melalui beberapa kerjasama
dengan pihak donor dari Luar Negeri diantaranya melalui proyek ITTO ITTO Project
TFL-PD 010/09 Rev. 1 (M).
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan perihal latar
belakang adanya kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
kayu dan isu-isu perdagangan hasil hutan kayu yang saat ini terjadi dan kedepannya
baik lingkup international maupun regional juga beberapa kebijakan dari negara-negara
lain terutama dalam hal perdagangan produk kayu seperti Eropa, US, Jepang. Dll
beserta standar legalitas kayu sebagai presyaratan masing-masing negara tersebut.
Pada sesi ini pula dijelaskan terkait kerangka logika pembuatan system verifikasi
legalitas kayu dan faktor pendukung external dan internal yang menyebabkan
terwujudunya Kebijakan PHPL dan SVLK ini. Hal penting yang perlu disampaikan dalam
sesi materi ini adalah pengertian tentanf Hutan Hak serta bagaimana sistem
perdagangan hasil hutan yang berasal dari Hutan Hak.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Referensi dari Lembaga pemantau perdagangan kayu (WWF, GFTN, FLEGT, dll)
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
3. Peraturan bidang penatausahaan hasil hutan (PUHH) di Industri Pengolah dan
pengguna kayu rakyat.
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
peraturan bidang penatausahaan hasil hutan baik diindustri pengolah maupun
penatausahaan hasil hutan untuk kayu yang berasal dari hutan hak atau hutan rakyat
(SKAU, SKSKB cap KR, nota, dll.). Dalam sesi ini peserta harus mengetahui jenis
dokumen-dokumen penatausahaan kayu yang harus dipenuhi dan harus ada di Industri
pengolah kayu dan kayu dari hutan hak dari proses, tahapan dan prosedurnya. Pada
sesi ini disampaikan pula contoh-contoh dokumen PUHH yang berlaku di industri dan
kayu dari hutan hak atau hutan rakyat. Peserta harus mengetahui dan memahami
contoh dokumen-dokumen kayu (PUHH) yang absah dalam hal tertib administrasi kayu
dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan dalam PUHH di industri.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman peraturan bidang
PUHH di industri dan hutan hak yang berlaku yaitu berdasarkan P.55/2006 dan
P.51/2006 berserta addedumnya.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan
Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang
berasal dari Hutan Hak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan
Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
4. Pemetaan dan sasaran sosialisasi dalam Sistem VLK kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam rantai pasok kayu rakyat.
Konsep Kunci:
Implementasi kebijakan peningkatan tata kelola kehutanan dan pemberantasan ilegal
loging serta perdagangan hasil hutan ilegal melalui penerapan Sistem Verifikasi
Legalitas Kayu (SVLK) memerlukan kesiapan kapasitas para pihak yang akan terlibat
secara langsung maupun tidak langsung. Para pihak yang terlibat secara langsung
dalam hal ini yaitu unit manajemen atau para pemilik hutan hak, para pihak yang
berperan dalam melakukan pergerakan hasil kayu dan industri kecil, menangah dan
besar sebagai pihak yang mengolah hasil hutan yang akan diverifikasi. Sedangkan para
pihak yang terlibat secara tidak langsung sebagai bagian dari sistem pendukungnya
diantaranya fasilitator, yang akan bertugas memberikan fasilitasi dan pendampingan
kepada unit manajemen maupun unit industri pengolahan, trainer yang bertugas
memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas. Selain itu terdapat beberapa pihak
yang juga dikategorikan sebagai yang berkepentingan dalam penerapan SVLK yaitu;
Pemerintah Desa (Kepala Desa/Lurah) yang mengeluarkan Surat Keterangan
Kepemilikan/Asal Kayu untuk mengajukan Surat Ijin Tebang ke Dinas Kehutanan.
Dibeberapa daerah seperti di Kabupaten Ciamis Kepala Desa/Lurah telah ditetapkan
sebagai penerbit SKAU , Dinas Kehutanan Kabupaten/UPTD (Petugas Penguji LHP)
berperan dalam pemberian Surat Ijin Tebang, Pengetokan dan pengesahan LHP,
Asosiasi/LSM (ASMINDO, Forum Komunikasi Hutan Rakyat), tidak berperan secara
langsung dalam proses suplai bahan baku kayu rakyat, tetapi lebih banyak peda peran
mendampingan dan penguatan kapasitas kelembagaan Hutan Rakyat.
Secara umum para pihak (stakeholders) yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam suplai bahan baku kayu rakyat ke industri terdiri dari Petani
Pemilik Kayu , Supplier/Pengepul Kayu , Instansi Terkait, Industri.
Berdasarkan hasil survey, terdapat pola rantai niaga (suplai chain) hutan rakyat
(HR/HTR) yaitu
- Pola empat rangkaian atau alur yang terdiri dari produsen primer (petani hutan
rakyat), anggota pengepul, pengepul dan konsumen akhir (industri pengolahan kayu)
- Pola tiga rangkaian atau alur yang terdiri dari produsen primer (petani hutan rakyat),
pengepul dan konsumen akhir (industri pengolahan kayu).
Program peningaktan kapasitas para pihak seyogyanya dilakukan dengan berbasis
kompetensi sehingga didapatkan hasil yang dapat dipercaya. Hal ini sangat penting
mengingat cakupan wilayah pelaksanaan secara nasional yang luas dan melibatkan
banyak pihak, - sangat penting untuk dapat dioparsikan oleh para pihak di daerah- serta
perlunya memberikan jaminan kepastian keputusan yang sama bila dilakukan oleh siapa
pun dan dimanapun. Jaminan kepastian kualitas pemahaman yang sama akan
meningkatakan kepercayaan dan keberterimaan SVLK yang pada akhirnya diharapkan
meningkatkan pencapaian tujuan kebijakan pelaksanaan SVLK yaitu peningkatan tata
kelola kehutanan dan pemberantasan ilegal loging serta perdagangan hasil hutan yang
ilagal.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana
melakukan analisa Isu yang terkait dengan kebutuhan SVLK, melakukan analisa para
pihak yang terkait dalam pelaksanaan SVLK dari hutan hak sampai industri
kecil/menerngah pengolah kayu yang berasal dari hutan hak. Serta melakukan analisa
kekuatan dan kelemahan di lapangan (Force Field) terkait dengan pelaksanaan SVLK di
sepanjang rantai pasokan kayu dari hutan hak.
Referensi yang digunakan:
- Laporan Sosialisasi P. 38 dan P.6
Peralatan dan Material yang digunakan:
Ceramah, diskusi,Laptop, Powerpoint display, white board, flipchart
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
5. Peraturan dan perundangan yang terkait dengan peredaran hasil hutan hak
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan terkait
peraturan bidang penatausahaan hasil hutan baik diindustri pengolah maupun
penatausahaan hasil hutan untuk kayu yang berasal dari hutan hak atau hutan rakyat
(SKAU, SKSKB cap KR, nota, dll.). Dalam sesi ini peserta harus mengetahui jenis
dokumen-dokumen penatausahaan kayu yang harus dipenuhi dan harus ada di Industri
pengolah kayu dan kayu dari hutan hak dari proses, tahapan dan prosedurnya. Pada
sesi ini disampaikan pula contoh-contoh dokumen PUHH yang berlaku di industri dan
kayu dari hutan hak atau hutan rakyat. Peserta harus mengetahui dan memahami
contoh dokumen-dokumen kayu (PUHH) yang absah dalam hal tertib administrasi kayu
dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan dalam PUHH di industri.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman peraturan bidang
PUHH di industri dan hutan hak yang berlaku yaitu berdasarkan P.55/2006 dan
P.51/2006 berserta addedumnya.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan
Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang
berasal dari Hutan Hak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan
Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
3. Pengenalan Sistem dan Standard VLK pada Industri pengolah dan pengguna
kayu rakyat (hutan hak)
Konsep Kunci:
Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)
dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009. Pedoman dilengkapi dengan lampiran yang
memuat Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier VLK sesuai dengan jenis Unit Manajemen
yang akan menerapkan sistem Legalitas Kayu. Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu pada
Pemegang Izin atau pada Hutan Hak meliputi Standard dan Pedoman Verifikasi
Legalitas Kayu yang Berasal Dari Hutan Negara (IUPHHK-HA/HPH, IUPHHK-
HTI/HPHTI, IUPHHK-RE), sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2, yang Berasal Dari
Hutan Negara Yang Dikelola Oleh Masyarakat (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3, pada IUIPHHK dan IUI Lanjutan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4, yang Berasal Dari Hutan Hak, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 5; dan Bagi Pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6.
Dalam proses penilaian SVLK, Unit Manajemen harus memenuhi semua standar yang
dipersyaratkan khususnya yang terkait dengan pemenuhan pada parameter yang terkait
dengan Legalitas Perusahaan, Dokumen Legalitas Kayu, Sistem Lacak Balak dan
pelaporan, serta sistem pemantauan lingkungannya. Untuk VLK pada Industri kriteria
yang perlu dipenuhi adalah Unit usaha: (a) Industri pengolahan, dan (b) Eksportir
produk olahan, memiliki izin yang sah, Keberadaan dan penerapan sistem penelusuran
bahan baku dan hasil olahannya, Pengangkutan dan perdagangan antar pulau, dan
Pengapalan hasil olahan kayu untuk eksport
Lingkup Materi Pelatihan.
Pada sesi materi ini, peserta latih akan menerima dan diberikan penjelasan perihal latar
belakang lahirnya kebijakan SVLK dan juga perihal sistem dan standard VLK yang
berlaku nagi Industri pengola kayu dan pengguna kayu rakyat terutama standar VLK
pada Lampiran 2.1 B , C, Lampiran 2.2, Lampiran 3.1 Perdirjen BPK Nomor. P. 02/VI-
BPPHH/2010. Selain itu peserta diberikan penjelasan perihal sistem VLK yang
mencakup, kelembagaan dalam SVLK, hubungan antara lembaga, Lembaga akreditasi
dan lembaga pemantau standard VLK serta memahami bagaimana proses dan tahapan
dalam proses yang harus dilakukan dalam verifikasi legalitas kayu kepada peserta
(fasilitator), begitu pula perihal pedoman penilaian VLK dan pemahaman standar VLK itu
sendiri oleh perserta atau fasilitator. Pada materi ini peserta atau fasilitator harus betul-
betul memahami sistem SVLK secara menyeluruh terutama terkait dengan persyaratan
VLK Industri dan persyaratan untuk hutan hak.
Materi akan disampaikan dalam bentuk kuliah dan diskusi antara trainer dan atau antara
peserta pelatihan dalam materi ini. Materi pendalaman pemahaman sistem VLK hanya
untuk persyaratan atau standar VLK untuk Industri (IUIPHHK dan IUI lanjutan) serta
untuk persyaratan atau standard bagi Hutan Hak.
Referensi yang digunakan:
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan
Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi
Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.6/VI-Set/2009
tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
- Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi dengan power point, materi untuk dibaca, whiteboard, alat-alat permainan
dan metaplano.
Waktu Pelatihan: 4 jam pelajaran
4. Prinsip-prinsip fasilitasi kelompok dan langkah dasar fasilitasi kelompok
Konsep Kunci:
Konsep fasilitasi dan fasilitator adalah setua umur suku-suku bangsa, yang menuliskan
adanya peran seperti ini di jaman kuno. Minat saat ini terhadap fasilitasi sebenarnya
kembali ke akar kita dan mengangkat kembali nilai-nilai dan proses-proses kuno.
Filsafat, cara pikir dan ketrampilan fasilitasi sangat mirip dengan pendekatan-
pendekatan yang digunakan Buddha dan orang-orang lain yang terlibat dalam gerakan
anti-kekerasan selamaberabad-abad.
Pengelolaan hutan yang efektif menuntut pengertian akan pelajaran berikut ini:
- Salah satu dari faktor terpenting keberhasilan pengelolan hutan terletak pada kemauan baik dan kemampuan pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya.
- Apabila orang tidak berpartisipasi dalam mencari solusi atas masalah mereka sendiri dan tidak menjadi bagian dari proses pembuatan keputusan, pelaksanaannya paling-paling akan setengah hati, mungkin disalah artikan, dan kemungkinan besar justru akan gagal.
Dengan menciptakan lingkungan yang aman dimana para pemangku kepentingan dapat: - Mengindentifikasi dan memecahkan masalah - Mencari pemecahan atas konflik mereka sendiri - Membuat keputusan kolektif - Merencanakan bersama - Cepat melihat apa yang salah (trouble shoot) - Mengelola diri mereka sendiri - Fasilitasi memungkinkan proses partisipatif, kelompok-kelompok dan rapat-rapat
menjadi lebih produktif.
Konteks fasilitasi selama program pendampingan Kehutanan Masyarakat/Hutan Hak.
Fasilitasi diperlukan pada beberapa tingkat dalam pengembangan kehutanan
masyarakat, yang meliputi pemberian dukungan kepada proses partisipatif yang
kompleks dan berjangka panjang yang melibatkan kelompok pemangku kepentingan
yang beragam sampai memfasilitasi satu kali pertemuan saja dengan kelompok kecil.
1) Memfasilitasi kelompok dalam rapat 2) Memfasilitasi lingkungan sehingga memungkinkan diambilnya pembuatan keputusan
secara partisipatif 3) Memfasilitasi proses yang berjangka panjang yang melibatkan kelompok pemangku
kepentingan yang beragam Konteks fasilitasi dalam program pendampingan Hutan Hak ini adalah lingkaran dalam;
fasilitasi kelompok, dan proses-proses kelompok dalam rapat-rapat.
Apa arti fasilitasi? Fasilitasi dapat dirumuskan dalam beberapa cara. Misalnya fasilitasi
dapat berarti: bersifat memungkinkan atau membuat mudah atau membantu orang agar
dapat memberdayakan diri mereka sendiri atau hanya hadir disana, mendengarkan dan
menjawab kebutuhan orang-orang, atau memberikan dukungan kepada orang,
kelompok dan organisasi selama proses partisipasi.
Karena fokus program pendampingan ini adalah menfasilitasi kelompok dan rapat, kita
akan menggunakan definisi "Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu sebuah
kelompok sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka sambil tetap menjaga
eksistensi kelompok itu".
Dasar-dasar Fasilitasi
Dasar-dasar dalam melakukan fasilitasi kelompok meliputi:
1. Partisipatif. Berpartisipasi secara aktif dalam belajar, bukan pasif. 2. Dialami. Pembelajaran yang paling efektif adalah melalui berbagi pengalaman;
pembelajar saling belajar dari satu sama lain, dan seringkali pelatihpun belajar dari pembelajar.
3. Reflektif. Pembelajaran yang maksimal dari pengalaman tertentu terjadi ketika seseorang menyediakan waktu untuk melakukan refleksi, menarik kesimpulan, dan membentuk prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam pengalaman pengalaman serupa di masa mendatang.
4. Memenuhi kebutuhan langsung. Motivasi untuk belajar paling tinggi jika memenuhi kebutuhan langsung si pembelajar.
5. Untuk diri sendiri. Orang dewasa bisa ikut bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri karena mengenal kebutuhannya sendiri.
6. Menghargai. Mereka yang belajar Saling menghargai dan percaya antara pelatih dan pembelajar akan mendukung proses pembelajaran.
7. Memberikan umpan balik. Pembelajaran yang efektif membutuhkan umpan balik yang sifatnya memperbaiki sambil mendukung.
8. Menciptakan suasana aman. Seorang yang bahagia dan tenang akan lebih mudah belajar daripada orang yang takut, malu, gelisah, atau marah.
9. Terjadi dalam lingkungan yang nyaman. Orang yang kelaparan, lelah, dingin, sakit atau secara fisik tidak nyaman tidak bisa efektif belajar secara maximal.
Menjadi seorang fasilitator memang tak mudah. Banyak orang beranggapan,bahwa
fasilitator dan trainer hanya semata-mata membutuhkan kemampuan berbicara yang
baik. Ada beberapa hal yang ditemui,yang mungkin saja bisa menjadi masukan yang
baik bagi anda para fasilitator.
1. Kenali partisipan dengan baik. Ini adalah hal paling dasar. Saat mengetahui siapa lawan bicara, harus menggunakan bahasa yang cocok dengan mereka, mengetahui pokok isu yang harus ditekankan,dan bahkan bisa menyesuaikan materi pembahasana dengan mereka.
2. Pecahkan suasana!. Tidak semua orang memiliki selera hunor yang tinggi.Memang,tak semua orang bisa humoris. Namun, banyak penelitian yang membuktikan bahwa fasilitator,mc,ataupun moderator yang humoris pasti akan lebih disukai.So,tingkatkan selera humor anda. Banyak baca buku-buku humor,dan selalu siapkan diri Anda dengan tebak-tebakan yang menarik!
3. Ice breaking is a must. Ini adalah jurus utama melawan kebosanan. Games-games singkat sangat membantu kita untuk membuat peserta nyaman di pelatihan. Siapkan ice breaking dengan tujuan-tujuan tertentu. Ada ice breaking untuk membuat peserta saling mengenal,ada ice breaking yang bertujuan menyegarkan badan,dan ada ice breaking yang dapat disesuaikan dengan content pelatihan,sehingga memperkuat pesan yang didapat di pelatihan.Buku-buku seperti ini sangat mudah anda dapatkan di Toko buku-toko buku.
4. Fasilitasi. Seperti namanya,fasilitator berfungsi untuk memfasilitasi, bukannya bicara terus dari awal hingga akhir pelatihan. Menjadi seorang fasilitator,berarti kita membantu mereka untuk sampai pada pesan yang diinginkan,namun semua pesan tersebut sudah ada di dalam pendampingan. Apakah melalui video,modul ataupun hand-outs yang diberikan. Hindari metode one way communication,dimana satu orang terus menerus bicara. Sebaliknya, ijinkan peserta untuk berbicara,saling beradu pendapat dengan yang lain,dan arahkan.Bahkan terus ajak peserta yang pemalu,atau yang tak suka bicara untuk mau menyatakan pendapat di pelatihan anda. Jangan pernah merasa lelah!
1. Latih suara anda. Profesi fasilitator tak ubahnya seperti penyanyi,mc,dan lain-lain yang bertumpu pada suara.Namun,bukan suara yang biasa-biasa saja. Acapkali seorang fasilitator atau trainer harus banyak minum,agar tidak serak dan lainnya.Sebenarnya masalah utama adalah,jika anda menggunakan suara leher maka dijamin,suara anda hanya akan bertahan 30 menit. Nah,buat Anda yang tidak suka pakai mike,ataupun karena mike susah didapatkan di tempat pelatihan anda,latihlah diri anda untuk menggunakan suara perut. Suara perut atau diagfragma menghasilkan suara yang BESAR,TAHAN LAMA dan nyaman di telinga.Cobalah!
2. Pantau peserta anda. Penting bagi fasilitator untuk mengetahui kondisi peserta.Bukanlah hal yang jelek jika disela-sela makan siang,atau saat istirahat anda menghampiri peserta dan bertanya pendapat mereka tentang pelatihan anda. Hal ini mengantisipasi jika ada peserta yang mengalami sesuatu (hambatan pribadi) ataupun jika ada hal yang harus diperbaiki dari pelatihan Anda.
3. Menarilah!!. Bahasa tubuh amat mendukung bahasa verbal.Sangat penting bagi fasilitator untuk menjaga perhatian peserta,agar mereka tidak bosan ataupun mengantuk. Latihlah diri anda untuk lebih atraktif dan mendekatkan diri dengan peserta. Jangan melulu berdiri di depan,sesekali masuk ke dalam barisan,berbicara ditengah-tengah ataupun di barisan belakang. Peserta pun harus memutar kepalanya untuk melihat Anda. Nyatakan perhatian anda pada partisipan yang sedang berbicara dengan anggukan kepala dan ataupun sorot mata yang mantap.Gerakan tubuh anda untuk menggambarkan ucapan anda.Bahkan kalau bisa,campurkan dengan gerakan-gerakan lucu yang mengundang tawa.
4. Gunakan metode-metode aktif. Perbanyak kegiatan yang membutuhkan mereka menulis di metaplan,maju ke depan dan menempel atau menulis sesuatu di white board. Gunakan metode analisa kasus dalam kelompok-kelompok kecil, role play,dan aktivitas lainnya.Jown Townsed menuliskan,minimal 30% dari metode pelatihan sebaiknya adalah metode aktif.
5. Evaluasi. Tentunya anda tak asing dengan istilah ini.Evaluasi adalah cara paling efektif bagi kita para fasilitator untuk mengetahui keberhasilan pelatihan ataupun mengenaik kita sendiri.Upayakan untuk selalu memberikan kertas evaluasi bagi peserta untuk diisi sehingga ini akan menjadi masukan buat kita mengenai pelatihan ataupun kita sendiri.Jangan ragu-ragu untuk meminta penilaian peserta mengenai kemampuan kita memfasilitasi.Malahan jika memungkinkan berikan pre test di awal pelatihan dan juga post test di akhir pelatihan untuk mengetahui apakah ekspektasi mereka diawal pelatihan terpenuhi.
6. SENYUM!!. Berikan senyuman terbaik untuk peserta anda.Selalu,kapan saja.Ini adalah cara ampuh untuk menghadapi mereka yang senangmenguji kesabaran fasilitator dan cara ampuh untuk untuk mengtasi keletihan kita sendiri.
Apa itu Fasilitator? Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam
memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat
memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah seseorang
yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat.
Fasilitator harus menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan.
Tugas dan Wewenang Fasilitator
a. Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai dengan bidangnya.
b. Menata situasi proses belajar. c. Mengintensifkan kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok. d. Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan modul. e. Mengadakan bimbingan pada diskusi kelompok, memberikan umpan balik/feedback
kepada anggota kelompok. f. Apabila dalam diskusi terdapat pembicaraan yang keluar jalur, Fasilitator juga
bertugas sebagai mediator/penengah untuk mengembalikan topic pembicaraan ke jalur yang benar.
g. Merumuskan kegiatan2 dan hasil2 kegiatan peserta. h. Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan.
Tanggung Jawab Fasilitator
Tim Fasilitator bertanggung jawab agar persiapan dan kegiatan proses pembelajaran
berhasil sesuai dengan tujuan pelatihan.
Kemampuan Seorang Fasilitator meliputi:
1. Berkomunikasi dengan baik Fasilitator harus mendengarkan pendapat setiap anggota kelompok, menyimpulkan pendapat mereka, menggali keterangan lebih lanjut dan membuat suasana akrab dengan peserta diskusi kelompok.
2. Menghormati sesama anggota kelompok Fasilitator harus menghargai sikap, pendapat dan perasaan dari setiap anggota kelompok.
3. Berpengetahuan. Fasilitator harus mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap setiap persoalan yang akan dibahas. Ia harus memiliki minat yang besar terhadap berbagai persoalan yang ada.
4. Memiliki Sifat Terbuka. Fasilitator harus dapat menerima pendapat atau sikap yang mungkin kurang sesuai yang disampaikan oleh anggota kelompok. Fasilitator harus menanggapi hal tersebut di atas dengan sikap terbuka, sambil tertawa atau bergurau.
Teknik Fasilitator
Dalam melaksanakan tugas sebagai Fasilitator baik dalam menyampaikan materi
pelatihan, memberikan bimbingan atau diskusi, terdapat teknik-teknik, sbb:
Pencairan Suasana. Maksud pencairan suasana adalah agar suasana diskusi kelompok
menjadi tenang, nyaman, santai dan tidak beku/tegang. Maka Fasilitator harus
memperlihatkan raut wajah yang ramah, banyak senyum serta dalam memberikan
contoh atau celetukan yang lucu tetap dalam suasana terkendali. Waktu untuk pencairan
suasana cukup maksimal 10 menit, dan hal ini dilakukan pada saat pertemuan pertama.
Ceramah
Ceramah adalah menyampaikan materi kepada anggota kelompok agar pesan dan
kesan yang benar dapat dipahami oleh peserta. Untuk memudahkan digunakan alat
Bantu seperti buku, flipchart, white board, dll. Waktu yang diperlukan untuk ceramah
disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan dibahas.
Diskusi.
Diskusi adalah pendalaman materi yang dilakukan secara komunikasi 2 arah, sehingga
akan memberikan arti lebih mendalam bagi anggota kelompok. Fasilitator bertindak
sebagai penegnah dan memberikan kesempatan berbicara pada semua anggota
kelompok, agar anggota juga merasa lebih dihargai pengetahuan atau pendapatnya.
Permainan.
Permainan kuis. adalah cara mudah bagi kelompok untuk mengulang atau mengingat
kembali materi yang telah disampaikan agar kita yakin bahwa isi dari materi telah dapat
dimengerti sepenuhnya oleh peserta kelompok. Contoh dari kuis adalah penggunaan
kartu2 yang berisi pernyataan dengan jawaban mudah yaitu Ya atau Tidak, atau Benar
atau Salah. Beberapa pernyataan sengaja dibuat salah, sehingga jawaban yang benar
harus diterangkan oleh peserta kelompok. Sedangkan bagi beberapa pernyataan yang
benar, fasilitator hanya bertugas untuk menegaskan kebenaran pernyataan tersebut.
Bermain Peran. Permainan peran adalah cara yang sangat efektif untuk belajar bersikap
secara benar bagi peserta dan sangat membantu peserta kelompok apabila mereka
menemukan masalah yang nyata di kemudian hari. Untuk permainan ini dapat dibuat
kartu2 cerita, kasus atau dialog yang dibuat untuk permainan individual maupun
kelompok.
Membangun Komunikasi:
Jangan memakai bahasa yang terlalu resmi. Untuk mencairkan suasana, sesekali boleh
menggunakan istilah2 yang berkembang di kalangan muda, seperti bahasa “gaul” atau
jargon2 yang popular di televise atau di daerah anda. Jangan menggurui. Ajaklah
mereka berdiskusi mengenai keadaan dan masalah yang sedang dihadapi dengan
menghormati sudut pandang mereka.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana
memberikan pemahaman mengenai pola berfikir para pihak, efektifitas para pihak dalm
kolaborasi, perumusan misi fasilitasi dasar dan fasilitasi substansi, nilai-nilai fasilitasi,
pola fikir fasilitasi, pola fikir fasilitator yang tidak menghakimi, orientasi kesepahaman
para pihak, pentingnya pendekatan.
Selain itu juga akan diberikan pengenalan dan pengendalian preferensi dari fasilitator,
pengenalan preferensi para pihak yang dilayani, mekanisme perencanaan, pelaksanaan
umpan balik pada program fasilitas, pengkayaan teknik fasilitasi, pengawalan ”transfer of
ideas” fasilitasi.
Referensi yang digunakan:
Dasar-dasar fasilitasi kelompok
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi. Diskusi terarah, diskusi kelompok . - Alat paparan, flipchart, kartu metaplan, spidol. - Ceramah, diskusi,Laptop, Powerpoint display, white board, flipchart
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
5. Strategi dan Rencana pendampingan dalam fasilitasi VLK pada hutan hak.
Konsep Kunci:
Perencanaan fasilitasi tidak hanya memberdayakan fasilitator/pemdamping untuk
memulai kegiatan pendampingan SVLK pada hutan hak. Tetapi menempatkan setiap
orang dalam arah yang tapat dan sama guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Strategi untuk membuat kegiatan pendampingan yang benar dan dengan cara yang
benar ini diawali dengan suatu perencanaan fasilitasi. Perencanaan fasilitasi terdiri dari
integrasi mekanisme pemberian pendampingan, pembuatan program kerja dan
manajemen proses pelaksanaan program kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan unit
atau organisasi yang akan didampingi. Perencanaan kegiatan pendampingan atau
fasilitasi ditransformasikan kepada sasaran-sasaran pencapaian program yang
ditetapkan dan merupakan bagain dari seluruh tujuan pencapaian
pendampingan/fasilitasi dengan mempertimbangkan kebutuhan unit yang akan
didampingi. Peran para pemangku kepentingan ditransforasikan ke dalam sasaran-
sasaran untuk kelompok-kelompok kerja dan individu pendukung lainnya. Sehingga
tercipta kejelasan penugasan fasilitasi dan ruang-lingkupnya, pengenalan terhadap
situasi klien dalam kerangka SVLK DAN SERTIFIKASI PHBML, perkenalan efektif
kepada pihak yang bakal dilayani. Dengan demikian makan terciptalah:
Pemahaman dan peserta mampu mengenali aktor-aktor kunci pada pendampingan
SVLK DAN SERTIFIKASI PHBML, mengidentifikasi preferensi awal para pihak, dan
memperoleh keberterimaan para pihak untuk program pendampingan SVLK DAN
SERTIFIKASI PHBML
Perancangan tahapan-tahapan aktivitas untuk pembentukan atau penguatan organisasi
Peserta mampu mengidentifikasi isu dan akar masalah penerapan SVLK DAN
SERTIFIKASI PHBML pada pihak-pihak yang dilayani, serta kapasitas yang ada untuk
penerapan SVLK DAN SERTIFIKASI
Peserta mampu :menjelaskan ketentuan penerapan VLK DAN SERTIFIKASI PHBML
pada pemegang izin dan menentukan panduan VLK DAN SERTIFIKASI PHBML yang
digunakan. Menjelaskan keterkaitan pelaksanaan penilaian VLK DAN SERTIFIKASI
PHBML pada bagan kelembagaan pelaksanaan VLK DAN SERTIFIKASI PHBML.
Menjelaskan protokol/prosedur penilaian VLK DAN SERTIFIKASI PHBML pada
pemegang .Menjelaskan ketentuan ISO
Dengan membuat strategi dan perencanaan fasilitasi yang baik maka dapat tercipta:
kesepahaman mengenai kesenjangan situasi saat awal pendampingan untuk pencapaian VLK DAN SERTIFIKASI PHBML
kesepahaman dengan pihak yang dilayani mengenai tujuan, lingkup dan hasil yang diharapkan dari proses pendampingan
Identifikasi tahapan pendampingan sesuai dengan situasi pengelolaan hutan hak/IKM dan preferensi pihak yang dilayani
Identifikasi strategi pendampingan pada setiap tahapan
Identifikasii narasumber yang tepat
Identifikasi kebutuhan logisitik dan sarana selama pendampingan
Menyusun jadwal pendampingan
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dengan memberikan penjelasan tentang penugasan fasilitasi
dan ruang lingkupnya pengenalan terhadap situasi klien dalam kerangka SVLK
perkenalan efektif kepada pihak yang bakal dilayani serta Manajemen kelembagaan,
pengorganisasian masyarakat
Konfirmasi pemahaman mengenai SVLK DAN SERTIFIKASI PHBML, kapasitas
kelembagaan, determinan kapasitas kepemimpinan lokal, determinan kapasitas individu
anggota kelompok/pihak.
Penerapan VLK DAN SERTIFIKASI PHBML pada pemegang izin atau pada hutan hak
(pelaku terkait bagan kelembagaan pelaksanaan VLK DAN SERTIFIKASI PHBML,
Keterkaitan Standard dan Pedoman Verifikasi dan komponen-komponen penyusunnya
pada Panduan VLK DAN SERTIFIKASI PHBML yang diberlakukan pada Pemegang
Izin atau Pemilik Hutan Hak, Protokol/Prosedur Pelaksanaan Penilaian VLK DAN
SERTIFIKASI PHBML).
Pengenalan proses bisnis/ rangkaian kegiatan pengelolaan hasil hutan yang dilakukan
pada pemegang ijin atau pemilik hutan hak.
- Pengenalan proses bisnis/ rangkaian kegiatan pengelolaan hasil hutan yang dilakukan pada pemegang ijin atau pemilik hutan hak.
- Teknik mengidentifikasi kondisi awal unit manajemen berkaitan dengan perencanaan penyiapan SVLK DAN SERTIFIKASI PHBML pada kelompok sasaran.
- Metode dan teknik pemetaan kelompok-kelompok stakeholders (sasaran para pihak).
Penyusunan rencana pendampingan penerapan SVLK DAN SERTIFIKASI PHBML
yang menyangkut:
Perumusankesepahaman mengenai kesenjangan penerapan SVLK DAN SERTIFIKASI PHBML
Perumusan tujuan, lingkup dan hasil yang diharapkan dari program pendampingan
Perumusan tahapan pendampingan
Penetapan strategi pendampingan pada setiap tahapan
Identifikasi narasumebr selama proses pendampingan
Identifikasi kebutuhan logistik dan sarana pendampingan
Penjadwalan pendampingan
Mekanisme monitoring pendampingan
Referensi yang digunakan:
Kasus Fasilitasi Awal SVLK
Peralatan dan Material yang digunakan:
Diskusi terfokus, role play flipchart, kartu multiplan, spidol, peraga roleplay
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
6. Teknik presentasi dan moderasi dalam forum yang menyangkut SVLK
Konsep Kunci:
Teknik (penyajian) presentasi dan media interaktif adalah cara seseorang menyajikan
penjelasan terhadap data, uraian proses, maupun pembelajaran, baik disajikan di muka
audience dengan bantuan alat peraga berupa slide show, program aplikasi yang
menyajikan informasi interaktif yang dapat diakses secara personal, maupun presentasi
dalam bentuk cetakan yang dibagikan kepada semua penerima informasi. Menyajikan
presentasi secara elektronik dapat digunakan dengan berbagai macam sarana, misalnya
dengan media Animasi 3D (3D Max, Maya, dan sebagainya), dengan media Video
Movie (Pinnacle/ Ulead/Premiere), Animasi 2 dimensi (Flash/Director), maupun media
interaktif menggunakan Authorware. Yang paling sederhana dari semuanya itu adalah
menggunakan Slide Show yang dibuat dengan Microsoft PowerPoint. Dengan
PowerPoint pun Anda dapat menganimasikan teks, menyisipkan foto, video, animasi,
serta suara. Presentasi mungkin bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan, terutama
untuk para pemula atau yang belum mempunyai pengalaman presentasi. Ada beberapa
tips untuk mengetahui bagaimana cara presentasi yang baik dan benar, yaitu:
1. Melakukan persiapan.
Antara lain, bahan presentasi, bahan yang akan dibagikan (jika ada), peralatan seperti
laptop atau infocus dan mempersiapkan mental. Jika semua kondisinya baik dan aman
maka bisa membuat kita akan lebih percaya diri.
2. Materi presentasi.
Bedakan antara materi yang akan dipresentasikan dengan proposal yang akan
diberikan, karena pada saat presentasi kita menjelaskan point-point nya saja dan tidak
perlu secara keseluruhan untuk dibahas karena akan menghabiskan waktu dan
membuat audience merasa bosan.
3. Pada saat presentasi.
Usahakan datang lebih awal dr waktu yang ditentukan, jangan terlambat!. Gunakan waktu seefisien mungkin.
Gunakan pakaian yang sopan tentunya Kenali audiens atau peserta yang hadir, sehingga kita bisa lebih akrab dengan
menyebut namanya dan tahu jabatannya. Bagi pandangan ke kita ke semua audiens dan perbanyak komposisi pandangan kita
kepada orang yang paling berpengaruh atau pengambil keputusan, seperti CEO atau salah satu pimpinan dari yang hadir.
Sebisa mungkin untuk tidak membicarakan hal yang tidak penting dan yang audiens tidak mau dengar
Berbicaralah dengan lugas dan sopan Atur intonasi suara kita, jangan kebesaran dan juga jangan kekecilan. Jangan banyak bergerak, karena akan mengganggu konsentrasi peserta. Munculkan beberapa joke untuk mencairkan suasana yang kaku atau membosankan
tapi jangan berlebihan.
4. Anggap saja audiens tidak mengerti mengenai materi yang akan disampaikan,jadi
bersikaplah dengan mengundang simpati dan rasa kagum para audiens karena
pengetahuan kita, tapi hindari kesan menggurui.
5. Pada saat tanya jawab, catat pertanyaan dan jawablah dengan lugas.
Keberhasilan dari sebuah presentasi adalah kita mengerti betul tentang isi yang akan
dipresentasikan sehingga pada saat menjelaskan tidak terbata-bata atau kebingungan
sendiri. Untuk itu fahami betul isinya dan lakukan persiapan yang matang, karena tujuan
dari presentasi adalah untuk membuat para audiens mengerti dan memahami serta
tertarik dari isi presentasi yang ditawarkan.
Teknik moderasi dalam forum:
Moderasi berasal dari kata MODERAT; artinya tidak memihak kepada pihak manapun.
Kata “moderator” sering kali dipakai untuk peranan seseorang dalam satu forum p
ertemuan, di mana orang itu menjalankan peranannya sebagai pengendali
proses/jalannya pertemuan itu. Dengan peranan yang sama, masih ada istilah lain yang
sering dipakai, yaitu fasilitator.
Seorang moderator Harus Mampu menjadi katalisator untuk merangsang terjadinya
proses diskusi yang partisipatif. Menghimpun dan menghargai pendapat peserta.
Sebagai juru penengah (moderat) . Mempertimbangkan berbagai pendapat untuk
memperoleh konklusi dalam perumusannya . Fungsi dan Tugas Seorang Moderator
Menumbuhkan partisipasi semua peserta pertemuan untuk secara aktif memberikan
perannya dalam pertemuan itu. Mengakomodasikan semua pendapat peserta
pertemuan. Dengan cara yang “bijaksana” menggunakan partisipasi peserta untuk
mengolah topik-topik yang dibahas sehingga pertemuan itu mencapai satu kesepakatan.
Menemukan titik simpul dari topik-topik yang dibahas dalam forum. Dengan teknik-teknik
yang bijaksana titik - titik simpul itu dilemparkan ke dalam forum, sehingga kesepakatan
yang dicapai tidak terasa oleh peserta sebagai keputusan moderator, melainkan sebagai
keputusan forum.
Yang Perlu Diperhatikan dalam Moderasi
o Hindari posisi yang membelakangi peserta.
o Usahakan berada pada posisi di mana bisa melihat semua peserta. o Menguasai topik yang dibicarakan/dibahas. o Tidak bersikap menggurui . o Menjelaskan pada orang lain tentang satu topik/masalah dengan cepat. o Memilih metode/cara yang tepat untuk mengambil keputusan/mencapai
kesepakatan forum. o Mampu menyimpulkan dengan cepat semua pendapat yang ada. o Cepat memahami pendapat orang lain. o Tanggap dan konsekuen. o Mampu mengendalikan situasi. o Menguasai keadaan/situasi o Mampu untuk memandu dalam pemecahan suatu masalah. o Jadwal Musrenbang harus cocok dan sesuai dengan kondisi dan situasi peserta. o Tidak memaksa kehendak. o Mampu mengambil keputusan untuk mengatasi keadaan yang “kritis” dalam
proses discusi yang dilakukan peserta. o Bersuara cukup lantang. o Memakai pakaian rapi dan sopan. o Bersikap tenang dan luwes.
Metode dan Teknik Moderasi
Curah Pendapat ( Brainstorming ) ,Yaitu memberikan kesempatan kepada semua
peserta untuk menyampaikan pendapat, tanggapan atau usulannya, dengan cara
menuliskan pendapat itu pada sepotong kertas yang kemudian ditempelkan di forum
atau dengan cara lisan. Cara tertulis lebih efisien dan efektif waktu. Meskipun di
antara peserta ada yang malu-malu menyampaikan pendapatnya, namun dia
tetap/terpaksa menuliskan pendapatnya di potongan kertas tersebut. Di samping itu,
secara visual pendapat-pendapat yang diberikan akan langsung dikelompokkan dan
terdokumentasi. Diskusi antar Peserta. Dalam membahas satu topik, sesuai dengan
perannya, seorang moderator tidak harus menanggapi atau menjawab pendapat atau
pertanyaan peserta. Seorang moderator hanya menyalurkan pendapat yang dibahas
untuk dapat dibahas/ditanggapai oleh peserta yang lain. Sesekali moderator dapat
juga ikut urun rembug, namun hal ini harus hati-hati karena bisa saja hal itu ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan/kesepakatan forum. Kelompok Kerja Untuk
kondisi di mana ada 2-3 topik yang harus dibahas sekaligus, moderator dapat
membagi peserta menjadi kelompok-kelompok kerja sesuai dengan jumlah topik yang
dibahas. Dalam hal seperti ini, moderator tidak lagi berperan langsung dalam forum,
tapi peran itu dapat digantikan oleh salah seorang peserta di setiap kelompok untuk
menjadi moderator kelompok. Namun demikian, moderator dapat mendampingi
moderator-moderator kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi dan konteks topik
yang dibahas. Menentukan salah satu peserta sebagai moderator . Pada sessi
tertentu di mana peserta tidak memerlukan penjelasan, akan tetapi hanya membahas
satu topik, moderator dapat menunjuk salah satu peserta untuk bertindak sebagai
moderator. Hal seperti ini sebenarnya dapat digilirkan pada setiap peserta, tergantung
pada keadaan seperti disebutkan di atas.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi akan disampaikan dengan memberikan :
- Metode dan teknik presentasi pada konteks dan isu utama penerapan SVLK pada pemegang izin atau pemilik hutan hak.
- Metode dan teknik komunikasi dan moderasi (memandu brainstorming menjaga keseimbangan diskusi, menjaga fokus diskusi)
Referensi yang digunakan:
- Teknik Presentasi Efektif - Teknik Komunikasi Masyarakat - Teknik dan Metode Moderasi
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi, diskusi terarah, praktek presentasi dan moderasi. - LCD, laptop, handycamp, flipchart, kartu metaplan, spidol, papan tulis.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
7. Teknik Pendampingan Lapangan
Konsep Kunci:
Dalam memfasilitasi sebuah kelompok masyarakat, seorang pendamping harus
mengunakan teknik pendampingan yang dapat diterima oleh kelompok tersebut, oleh
karena itu penguasaan prinsip-prinsip teknik pendampingan merupakan syarat mutlak
yang harus diketahui, agar kelompok masyarakat yang didampingi menjadi mandiri,
hal-hal yang harus di miliki oleh seorang pendamping yaitu:
1. Kemampuan beradaptasi: Mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi yang
dihadapi agar masih dapat berfungsi sebagai pendamping/fasilitator dengan efektif.
2. Kemampuan dalam memahami dinamika dan realitas sosial yang dihadapi kelompok
masyarakat yang didampingi: Memahami struktur kemiskinan, serta ketergantungan
dan keterikatan proses sosial pada tingkat makro dan mikro.
3. Memiliki komitmen terhadap masyarakat bawah: Pendamping/fasilitator percaya
harus berpihak kepada orang dalam posisi lemah sebagai pendamping/fasilitator
dalam pemberdayaan masyarakat, termasuk orang miskin dan perempuan.
4. Mengusasai teknik melakukan assessment secara partisipatif: Mampu melakukan
penilaian-penilaian secara partisipatif dengan menggunakan teknik seperti teknik
yang digunakan dalam sistem PRA (Participatory Rural Appraisal)
5. Menguasai metodologi: Dapat menerapkan pendekatan andragogi, menggunakan
metode dan teknik pendampingan/pendampingan/fasilitasi, serta membuat berbagai
media untuk mendukung proses pendampingan/pendampingan/fasilitasi.
6. Terampil mendesain pendampingan/pendampingan/fasilitasi: Membuat rencana
penggunaan teknik pendampingan/pendampingan/fasilitasi berdasarkan
pengetahuan banyak metode pendampingan/pendampingan/fasilitasi serta analisis
kebutuhan situasi yang dihadapi.
7. Mendorong partisipasi: Dapat memberi penjelasan kepada seluruh lapisan
masyarakat agar mereka mau ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilakukan,
berdasarkan kesadaran sendiri.
8. Komunikatif: Mampu menerapkan dengan efektif cara mendengar aktif, cara
menggunakan pertanyaan, dan cara menciptakan komunikasi multi arah.
9. Menjalin hubungan baik: Mampu menjaga hubungan baik dengan berbagai jenis
stakeholders yang terlibat dalam kegiatan – berarti dapat menerapkan human
relations dengan baik.
10. Memiliki kemampuan dalam membuka akses: Dapat menetapkan jalur komunikasi
dengan seluruh sumber informasi yang dibutuhkan oleh kelompok masyarakat yang
didampingi, misalnya membuat akses kepada pihak pemilik sumber daya dan orang
spesialis yang tahu peluang-peluang ekonomi.
11. Menciptakan keterbukaan dan menguasai media publik: Mampu menerangkan
manfaat dari keterbukaan agar masyarakat siap menerapkan pola transparansi
dalam kegiatannya. Mampu menggunakan berbagai jenis media publik untuk
mendukung keterbukaan.
12. Menguasai teknik pemberian umpan balik: Mampu memberi umpan balik (feedback)
kepada pelaku maupun masyarakat umum yang dapat diterima dengan baik dan
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.
13. Kemampuan untuk melakukan kaderisasi: Mampu mendorong masyarakat untuk
menerima kebutuhan kader-kader, memilih kader yang berpotensi baik, dan
merencanaan kegiatan peningkatan keterampilan kader dengan kombinasi
pembimbingan dan pelatihan.
14. Kemampuan menumbuhkan toleransi: Mampu mengubah kebiasaan pada
masyarakat (bila perlu) agar dapat menerima perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat, termasuk perbedaan pada karakteristik individu, kepercayaan, dan
pendapat.
15. Kemampuan dalam menangani ketegangan dan konflik: Menguasai pendekatan
yang dapat diterapkan pada situasi yang tegang dan penuh konflik, agar masyarakat
dapat berdialog dalam rangka menurunkan derajat ketegangan dan konflik.
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi disampaikan dengan memberikan penjelasan tentang:
- Prinsip-prinsip dalam menyusun kebutuhan program pelatihan dan pengembangan sesi pelatihan , Prinsip-prinsip dalam mengorganisir kegiatan pelatihan dan/atau melatih kelompok kecil,
- Metoda teknik Pendampingan/pembimbingan/coaching dalam menyiapkan dokumen-dokumen audit,
- Metoda dan teknik pendampingan kelembagaan. - Metode Penyusunan laporan hasil fasilitasi pendampingan penerapan VLK untuk
pemilik hutan hak/KM.
- Teknik Merapihkan cacatan singkat aspirasi para pihak. - Teknik Menyusun prioritas isu. - Metode Menuliskan pembelajaran untuk fasilitasi berikutnya
Referensi yang digunakan:
- Teori dasar-dasar fasilitasi - Peta rumah fasilitasi yang menggambarkan pemetaan sikap dasar, keahlian,
komunikasi, keterampilan, dan sikap fasilitator, dalam menggali, mengelola, dan mengarahkan nilai-nilai partisipasi kelompok dalam menemukan peluang solusi pemecahan masalah dan konsesus kelompok.
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Presentasi, diskusi terarah, praktek presentasi dan moderasi.
- LCD, laptop, handycamp, flipchart, kartu metaplan, spidol, papan tulis.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
8. Teknik Penyusunan pelaporan hasil presentasi
Konsep Kunci:
Hakikat pelaporan yaitu merupakan suatu kegiatan penyampaian atau penyajian fakta-
fakta dan pemikiran hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan. Ciri effektifitas sebuah
pelaporan adalah: a. Obyekitifitas ; b. Kelengkapan; c. Kejelasan; d. Singkat; e. Padat
f. Berorientasi pada pembaca.
Hal pertama yang harus diketahui oleh penyusun laporan adalah untuk apa laporan
disusun dan kepada siapa laporan akan disampaikan. Berdasarkan tujuan dan sasaran
laporan di atas, maka isi dan bahasa yang digunakan pun akan disajikan sedemikian
rupa agar pembaca memahami maksud laporan tersebut dengan baik. Oleh karena itu,
penyusun laporan harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apa maksud dan tujuan laporan tersebut b. Informasi apa yang akan ditekankan c. Apa yang ingin diketahui oleh pembaca d. Sikap apa yang akan dikembangkan oleh pembaca e. Tindakan apa yang diharapkan dari pembaca f. Bagaimana sajian laporan dalam bentuk yang konkrit? g. Desain laporan yang mana yang akan digunakan? Pertanyaan-pertanyaan di atas
bukan untuk dijawab secara lisan, tapi diimplementasikan dalam bentuk sikap, pemikiran, dan tindakan.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan bahan dan informasi
b. Menyusun kerangka laporan c. Merancang cara penyajiannya d. Memilih bahasa yang akan digunakan e. Menepati waktu penyusunan laporan
Sistematika pelaporan : Laporan hasil kegiatan merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban kegiatan yang dituangkan dalam bahasa tulis. Secara garis besar
kerangka laporan mencakup tiga bagian utama, yakni bagian pendahuluan (atau bagian
pengantar), bagian isi, dan bagian penunjang.
A. Bagian Pendahuluan, terdiri atas : Halaman judul; lembaran persetujuan; kata pengantar; daftar isi; daftar table; daftar gambar dan lampiran; serta abstrak atau ringkasan.
B. Bagian Isi, umumnya terdiri dari beberapa bab yaitu : Bab I. Permasalahan atau Pendahuluan
Bab II. Kajian Teori atau Pembahasan Kepustakaan
Bab III. Metodologi atau Uraian Metode dan Prosedur Pengkajian
Bab IV. Hasil-hasil dan Diskusi Hasil Kajian
Bab V. Kesimpulan dan Saran-saran
C. Bagian Penunjang, biasanya terdiri atas: 1. Daftar Pustaka 2. Lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lingkup Materi Pelatihan
Materi disampaikan dengan memberikan penjelasan tentang bagaimana teknik membuat
laporan hasil fasilitasi.
Referensi yang digunakan
Effective Reporting
Peralatan dan Materi
Presentasi, diskusi terarah, praktek presentasi dan moderasi. LCD, laptop, handycamp,
flipchart, kartu metaplan, spidol, papan tulis.
Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
9.Teknik pemantauan/kaji ulang hasil fasilitasi.
Konsep Kunci:
Kaji ulang hasil fasilitasi merupakan kegiatan yang dilakukan setalah pekerjaan fasilitasi
telah diselesaikan. Kaji ulang hasil fasilitasi menjadi faktor faktor yang sangat penting
mengingat keberhasilan pekerjaan fasilitasi sangat tergantung pada kemampuan
fasilitator untuk meyakinkan para pembaca atas masalah-masalah yang dihadapi pada
saat melaksanakan kegiatan fasilitasi, hal ini perlu dievaluasi dan dilaporkan untuk dapat
dicarikan perbaikan ke depan. Fasilitator dituntut untuk dapat menjelaskan seluruh
tahapan kegiatan, permasalahan yang dihadapi, kelemahan dan kelebihan yang ada
dari penggunaan metoda fasilitasi yang telah digunakan dalam mengkaji ulang hsil
fasilitasi guna mendukung suatu pemahaman, kesimpulan atau analisa tertentu. Selain
itu, keberhasilan auditor fasilitator dalam melakukan fasilitasinya sangat tergantung dari
kemampuan fasilitator dalam merangkum keseluruhan informasi. Untuk itu, penting bagi
fasilitator untuk dapat menguasai dengan baik teknik- teknik evaluasi hasil fasilitasi dan
penulisan laporan yang efektif. Agar dapat membuat rumusan rekomendasi perbaikan
untuk kegiatan fasilitasi berikutnya dan bagaimana menindaklanjuti hasil evaluasi terkait
dengan fasilitasi yang sudah dilakukan.
Hal-hal yang harus ada dalam kegiatan kaji ulang hasil fasilitator yaitu:
Fasilitator mampu memetakan capaian indikator proses dan output baik secara kualitatif
maupun kuantitatif progress pendampingan yang sudah dilakukan.
- Peserta Menyadari kondisi capaian dampingan terhadap indikator standar PAKET
dan PLPBK
- Peserta memahami hal-hal yang sudah baik dalam pendampingan dan hal – hal
yang harus diperbaiki ke depan
- Peserta punya strategi terbaik untuk mencapai Indikator standar PAKET dan PLPBK
Lingkup Materi Pelatihan.
Materi disampaikan dengan memberikan penjelasan tentang
- Prinsip-prinsip dalam memantau komitmen kelompok/para pihak - Metode dan teknik evaluasi - Keterampilan fasilitasi melalui pelaksanaan simulasi penyiapan SVLK pada
kelompok. - Prinsip-prinsip dalam menindaklanjuti hasil evaluasi terkait simulasi fasilitasi yang
dilakukan. - Teknik perumusan rekomendasi dan pembelajaran fasilitasi pendampingan VLK
Referensi yang digunakan:
- Contoh pedoman pelaksanaan evaluasi keterampilan fasilitasi terkait evaluasi hasil-hasil fasilitasi SVLK.
- Contoh analisa hasil-hasil evaluasi keterampilan fasilitasi. - Pengertian dan prinsip rekomendasi pembelajaran
Peralatan dan Material yang digunakan:
Metode: Ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, simulasi, latihan/praktek.
- Alat & bahan Peraga: - Modul,kasus, - LCD/infocus, - Papan tulis/flipchart, - spidol, - kerta plano, - metaplan, - handycam, - dvd player, - TV Waktu Pelatihan: 2 jam pelajaran
10. Simulasi kegiatan Fasilitasi
Konsep Kunci:
Pada sesi materi ini, peserta latih akan melakukan praktek melakukan fasilitasi
pendampingan kelompok masyarakat pemilik hutan hak atau hutan rakyat. Dalam
praktek tersebut peserta pelatihan dapat melakukan simulasi fasilitasi sejak tahap
pembuatan stategi dan Rencana pendampingan dalam fasilitasi VLK pada hutan hak,
melakukan presentasi dan moderasi sesuai dengan teknik presentasi dan moderasi
dalam forum yang menyangkut SVLK. Serta simulasi penyusunan laporan hasil
presentasi dan fasilitasi.
Lingkup Materi Pelatihan.
Simulasi yang diberikan mencakup kegiatan yang dilakukan peserta dalam:
- Mengakses data dan informasi latar belakang para pihak. - Menyusun matriks karakter para pihak. - Menggambar force field. - Penyusunan format rencana. - Pengisian format rencana - Pendokumentasian rencana - Menyiapkan dan menyajikan presentasi - Latihan moderasi
Referensi yang digunakan:
- Stakeholder Analysis - Formatted planning. - System tools planning
Peralatan dan Material yang digunakan:
- Kertas plano,
- Index cards warna-warni, - ’white spidol, white board
Waktu Pelatihan: 4 jam pelajaran
LAMPIRAN I
AGENDA PELATIHAN
1. Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu untuk Hutan
hak
Waktu Materi
Hari Pertama
08.00-08.30 Registrasi
08.30-09.15 Ice Breaking
09.15-09.30 Coffee Break
09.30-12.00 Kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.15 Pengenalan Sistem dan standard VLK pada Hutan Hak.
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Prosedur dan protocol dalam pelaksaan penilaan VLK untuk pemegang hutan hak
Hari Kedua
08.30-09.30 Pengenalan Kelembagaan dalam pengelolaan hutan hak
09.30-10.15 Coffee Break
10.15-11.00 (Lanjutan) Pengenalan Kelembagaan dalam pengelolaan hutan hak
11.00-12.00 Manajemen Kelembagaan untuk penyiapan VLK pengelolaan modal usaha pada hutan hak
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.30 (Lanjutan) Manajemen Kelembagaan untuk penyiapan VLK pengelolaan modal usaha pada hutan hak
14.30-15.15 Penataan pengeloaan informasi mengenai pengelolaan hutan hak/rakyat dan pemanenan kayu
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 (Lanjutan) Penataan pengeloaan informasi mengenai pengelolaan hutan hak/rakyat dan pemanenan kayu
Hari Ke Tiga
08.30-12.00 Simulasi dan Praktek VLK di Hutan Hak
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.30 Penyusunan Laporan Simulasi
14.30-17.00 Presentasi Hasil Simulasi
2. Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk Industri
Pengolah Kayu dari Hutan Hak
Waktu Materi
Hari Pertama
08.00-08.30 Registrasi
08.30-09.15 Ice Breaking
09.15-09.30 Coffee Break
09.30-12.00 Kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.15 Pengenalan sistem dan standard VLK pada industri pengolah dan pengguna
kayu rakyat
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Peraturan bidang penatausahaan hasil hutan di Industri Pengolah dan
pengguna kayu rakyat.
Hari Kedua
08.30-09.30 Aspek hukum/legalitas dalam industri pengolah dan pengguna kayu rakyat
09.30-10.15 Coffee Break
10.15-12.00 Prosedur dan Protokol dalam Pelaksanaan Penilaian VLK pada unit
pemegang izin.
12.00-13.00 Istirahat
13.00-13.45 (Lanjutan) Prosedur dan Protokol dalam Pelaksanaan Penilaian VLK pada unit
pemegang izin.
13.45-15.15 Prinsip-prinsip ketelusuran perjalanan/pergerakan bahan baku pada Industri
pengguna kayu rakyat
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Konsep pembinaan Industri pengolah dan pengguna kayu rakyat terhadap
pemasok, dan petani pemilik hutan hak
Hari Ke Tiga
08.30-12.00 Simulasi dan praktek penerapan VLK di Industri Pengolah dan pengguna kayu
rakyat
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.15 Penyusunan Laporan Simulasi
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Presentasi Hasil Simulasi
3. Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk
Pemerintah (Pusat, Daerah dan sektor-sektor), dan Fasilitator /Pendamping
Waktu Materi
Hari Pertama
08.00-08.30 Registrasi
08.30-10.00 Bina suasana dan kecerdasan spiritual
10.00-10.15 Coffee Break
10.15-12.00 Kebijakan PHPL dan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.30 Pemetaan dan sasaran sosialisasi dalam Sistem VLK kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam rantai pasok kayu rakyat.
14.30-15.15 Coffee Break
15.15-17.00 Peraturan dan perundangan yang terkait dengan peredaran hasil hutan
hak
Hari Kedua
08.30-09.30 Pengenalan Sistem dan Standard VLK pada Industri pengolah dan
pengguna kayu rakyat (hutan hak)
09.30-10.15 Coffee Break
10.15-12.00 Pengenalan Sistem dan Standard VLK pada Industri pengolah dan
pengguna kayu rakyat (hutan hak)
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.15 Peraturan dan perundangan yang terkait dengan legalitas perusahaan
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Studi Kasus dan Diskusi
Hari Ke Tiga
08.30-09.30 Prinsip-prinsip fasilitasi kelompok dan langkah dasar fasilitasi kelompok
09.30-10.15 Coffee Break
10.15-12.00 Strategi dan Rencana pendampingan dalam fasilitasi VLK pada hutan
hak.
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.30 Teknik presentasi dan moderasi dalam forum yang menyangkut SVLK
14.30-15.15 Simulasi
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-16.15 Teknik Pendampingan Lapangan
16.15-17.45 (Lanjutan) Teknik Pendampingan Lapangan
Hari ke Empat
08.30-08.45 Teknik Penyusunan pelaporan hasil presentasi
08.45-09.30 Simulasi
09.30-10.15 Coffee Break
10.15-11.00 Teknik pemantauan/kaji ulang hasil fasilitasi
11.00-12.00 Simulasi
12.00-13.00 Istirahat
13.00-13.45 Lanjutan (Simulasi)
13.45-15.15 Penyusunan Laporan Simulasi
15.15-15.30 Coffee Break
15.30-17.00 Presentasi Laporan Simulasi
LAMPIRAN II
KURIKULUM & SILABUS PELATIHAN
KURIKULUM DAN SILABUS PELATIHAN
1. Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk Hutan Hak.
No. Topik Indikator keberhasilan Pokok Bahasan Sumber Pustaka JPL Metode / Alat
Peraga dan Bahan
1 Kebijakan PHPL dan
SVLK dalam konteks
perdagangan hasil
hutan
Peserta kelompok tani
hutan/petani hutan hak
memahami kebijakan
pengelolaan hutan produksi
lestasi dan verifikasi legalitas
kayu dalam perdagangan hasil
hutan yang berasal dari hutan
hak
Kebijakan Pemerintah terkait dengan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Sistem Verifikasi Legalitas kayu
Pengertian Hutan Hak Sistem Perdagangan
Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Hak
P 38/Menhut-II/2009 P.6/VI/SET/2009 Referensi terkait
dengan PHPL Peraturan Bidang
Penataan Hasil Hutan (Permenhut No P.51/Menhut-II/2006)
Referensi terkait dengan Peredaran dan perdagangan kayu Rakyat
2 Metode :
Presentasi/Ceramah
Menggambar Simpul
Perdagangan kayu
rakyat
Menggambar bentuk
Hutan Hak
Diskusi Kelompok
Alat dan Bahan :
Kertas Label/stiker,
Metaplan/Post it,
Spidol warna warni,
Kertas plano, Papan
plano, White Board,
LCD, Laptop,
Gambar Hutan Hak
2. Pengenalan Sistem
dan standard VLK pada
Hutan Hak.
Peserta kelompok tani
hutan/petani hutan hak mampu
menggambarkan situasi
penerapan sistem verifikasi
legalitas kayu pada hutan hak
Latar belakang penerapan SVLK pada hutan hak
Prinsip VLK pada hutan hak/Hutan Rakyat
Standar dan Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu dari Hutan Hak
Transformasi Lampiran 5 P.6/VI-Set/2009 (Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier VLK pada hutan hak)
Peraturan tentang
Standar dan Pedoman
Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari dan
Verifikasi Legalitas
Kayu pada Pemegangn
Izin atau pada Hutan
Hak
P 38/Menhut-II/2009 Peraturan Jenderal
Bina produksi Kehutanan Nomor P.6/VI/SET/2009
Lampiran 5 P.6/VI-Set/2009
3 Metode :
Presentasi/Ceramah
Menggambar
Mekanisme SVLK
Diskusi Kelompok
Alat dan Bahan :
Kertas Label/stiker,
Metaplan/Post it,
Spidol warna warni,
Kertas plano, Papan
plano, White Board,
LCD, Laptop
3. Prosedur dan protocol
dalam pelaksaan
penilaan VLK untuk
pemegang hutan hak
Peserta kelompok tani hutan/
pemilik hutan hak memahami
prosedur/ protokol penilaian
VLK yang akan diperankan oleh
auditor LV-LK.
Komponen kelembagaan pada VLK
P 02/2010 terkait tahapan-tahapan pelaksanaan penilaian VLK
Penyiapan kelompok tani hutan/pemilik hutan hak di dalam menanggapi tahapan VLK
Peraturan P 02/2010 Referensi terkait
gambaran pengalaman kelompok tani dalam persiapan penerapan VLK
2 Metode:
Presentasi/Ceramah
Peragaan (tahapan-
tahapan kegiatan
penilaian VLK oleh
auditor LV-LK).
Simulasi kasus
Alat dan Bahan
Peraga:
Kertas label/striker,
Metaplan/Post-it,
Spidol Warna- Warni,
Kertas Plano, Papan
Plano, White Board,
LCD, Laptop.
4. Pengenalan
Kelembagaan dalam
pengelolaan hutan hak
Peserta kelompok tani hutan/
pemilik hutan hak memahami
syarat minimum kelembagaan
untuk SVLK
Pembentukan organisasi pengelolaan hutan hak/rakyat
Distribusi kerja, kewenangan dan hubungan kerja di dalam organisasi
Persyaratan kualifikasi SDM di dalam pengelolaan hutan hak/rakyat
Referensi terkait Kelembagaan Hutan Rakyat
Referensi terkait Informasi tentang Kelompok tani yang sudah terbentuk di P Jawa
3 Metode:
Presentasi/Ceramah
Diskusi
Ilustrasi gambar
pembentukan
kelompok hutan hak
Alat dan Bahan
Peraga:
Kertas label/striker,
Metaplan/Post-it,
Spidol Warna- Warni,
Kertas Plano, Papan
Plano, White Board,
LCD, Laptop.
4. Manajemen
Kelembagaan untuk
penyiapan VLK
pengelolaan modal
usaha pada hutan hak.
Peserta kelompok tani hutan/
pemilik hutan hak memahami
bentuk kelembagaan dalam
hutan hak serta bagaimana
mendapatkan modal usaha
Bentuk Kelembagaan pada pengelolaan hutan hak (Kelompok Tani/Koperasi)
Manajemen Kelembagaan Hutan Rakyat dalam lingkup
Referensi terkait Kelembagaan Hutan Rakyat
Contoh kelembagaan Hutan Rakyat
Contoh sistem
3 Metode:
Presentasi/Ceramah
Diskusi
penerapan SVLK Mekanisme pengajuan
modal usaha hutan hak (melalui pemerintah atau perbankan)
Mekanisme pengelolaan modal usaha pada kelembagaan Hutan rakyat
pengelolaan modal usaha di Hutan Rakyat
Contoh proposal pengajuan modal usaha untuk Hutan Rakyat
Alat dan Bahan
Peraga:
Kertas label/striker,
Metaplan/Post-it,
Spidol Warna- Warni,
Kertas Plano, Papan
Plano, White Board,
LCD, Laptop.
5. Penataan pengeloaan
informasi mengenai
pengelolaan hutan
hak/rakyat dan
pemanenan kayu
Peserta kelompok pemilik hutan
hak memahami pentingnya
penataan kelengkapan
dokumentasi/arsip dokumen
pada tingkat individu petani
hutan dan/atau organisasi unit
manajemen hutan rakyat.
Kelengkapan dokumen yang menerangkan pendirian organisasi unit manajemen hutan rakyat di tingkat desa.
Kelengkapan dokumen yang berisi Distribusi kerja, kewenangan dan hubungan kerja di dalam organisasi
Kelengkapan dokumen mengenai situasi pengelolaan hutan hak/rakyat – aturan penanaman, pemeliharaan, penebangan lestari
Kelengkapan dokumen yang menerangkan keabsahan hak kepemilikan lahan maupun hasil kayu rakyat yang dihasilkan pada tingkat petani dan/atau pada tingkat organisasi unit
Lampiran 5 P.6/VI-Set/2009
Peraturan Bidang Penataan Hasil Hutan (Permenhut No P.51/Menhut-II/2006)
Contoh dokumen pendirian organisasi unit manajemen hutan rakyat
Contoh dokumen yang berisi Distribusi kerja, kewenangan dan hubungan kerja di dalam organisasi
Contoh dokumen yang menerangkan keabsahan hak kepemilikan lahan, dokumen pengangkutan SKAU, dokumen ijin tebang, dan dokumen faktur/kuitansi
3 Metode:
Praktek penyiapan
informasi
(kelengkapan
penelusuran
keabsahan
kepemilikan kayu
rakyat pada rantai
perdagangan hasil-
hasil kayu rakyat).
Kerja kelompok
Alat dan Bahan
Peraga:
Kertas label/striker,
Metaplan/Post-it,
Spidol Warna- Warni,
Kertas Plano, Papan
manajemen hutan rakyat.
Kelengkapan dan kesesuaian arsip dokumen kepemilikan lahan, dokumen pengangkutan SKAU, dokumen ijin tebang, dan dokumen faktur/kuitansi penjualan kayu pada tingkat petani dan kelengkapan penataan dokumentasinya pada tingkat organisasi unit manajemen hutan rakyat.
penjualan kayu pada tingkat petani
Plano, White Board,
LCD, Laptop.
6. Simulasi dan Praktek
VLK di Hutan Hak
Peserta kelompok tani hutan/
pemilik hutan hak terampil
dalam menyiapkan persyaratan
yang dibutuhkan dalam
penilaian VLK yang akan
diperankan oleh auditor LV-LK.
Simulasi dilakukan dalam
bentuk latihan pada topik
yang diperlukan
Praktek untuk melihat UM
yang telah melakukan
persiapan penerapan SVLK
8 Metode Simulasi :
permainan, studi
kasus, tugas individu
dan tugas kelompok
Metode Praktek :
kunjungan lapangan
Alat dan Bahan
Peraga:
Kertas label/striker,
Metaplan/Post-it,
Spidol Warna- Warni,
Kertas Plano, Papan
Plano, White Board,
LCD, Laptop,
Transportasi untuk
kunjungan lapangan,
Kamera/Handy
Camp
24
2. Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk Industri Pengolah Kayu dari Hutan Hak.
No. Topik Indikator Pokok Bahasan Sumber Pustaka JPL
Metode / Alat
Peraga dan Bahan
1 Kebijakan PHPL dan
SVLK dalam konteks
perdagangan hasil
hutan
Peserta memahami latar
belakang mengapa pemerintah
Indonesia membuat kebijakan
system verifikasi legalitas
kayudalam konteks
perdagangan hasil hutan
- Isu perdagangan dan peredaran kayu international
- Beberapa kebijakan negara lain yang mempersyaratkan Verifikasil legalitas kayu
- Kerangka logika pembuatan system verifikasi kayu
- Faktor pendukung ekternal dan internal yang menyebabkan terwujudnya SVLK
- Referensi dari
Lembaga pemantau
perdagangan kayu
(WWF, GFTN, dll)
- P.38/2009, P.6/2009,
P.02/2010 : SVLK
2 Kuliah dan diskusi
2. Pengenalan sistem
dan standard VLK pada
industri pengolah dan
pengguna kayu rakyat
Peserta dapat memahami latar
belakang dan konsep Standard
verifikasi legalitas kayu dalam
perdagangan kayu Internasional
serta dapat memahami
persyaratan yang tertuang dalam
standar SVLK
- Latar balakang lahirnya kebijakan SVLK
- System Verifikasi Legalitas kayu (kelembagaan SVLK, interaksi dan hubungan antar lembaga – lembaga akreditasi, lembaga Verifikasi, Lembaga pemantau,)
- Proses dan tahapan Verifikasi Legalitas kayu
- Pedoman Penilaian VLK - Pemahaman standar
VLK
- P.38/2009 - P.6/2009 - P.02/2010
3 Kuliah dan diskusi
3. Peraturan bidang
penatausahaan hasil
hutan di Industri
Pengolah dan
pengguna kayu rakyat.
Peserta dapat mengetahui dan
memahami peraturan-peraturan
yang terkait dengan
penatausahaan hasil hutan
(PUHH) di hutak hak dan
industri yang menggunakan
kayu dari hutan rakyat
- Peraturan PUHH
(penataan hasil hutan) di
hutan hak (SKAU,
SKSKB KR, nota, dll.)
- Peraturan PUHH
(penataan hasil hutan) di
Industri pengolah kayu
hutah hak
- P.55/2006 - P.51/2006 - P.33/2007
2 Kuliah dan diskusi
Simulasi
4 Aspek hukum/legalitas
dalam industri pengolah
dan pengguna kayu
rakyat
Peserta dapat mengetahui dan
memahami semua hasil aspek
legal/legalitas (dokumen
legalitas) yang diharuskan bagi
industri pengolah dan
pengguna kayu rakyat
- Peraturan-peraturan terkait dokumen legalitas perusahaan (SIUP, TDP, NPWP, IUI, dll)
- Peraturan-peraturan terkait dengan dokumen legalias hutan hak (hutan milik)
- Peraturan-peraturan yang terkait
- P.02/2006
2 Kuliah dan dikusi
5. Prosedur dan Protokol
dalam Pelaksanaan
Penilaian VLK pada
unit pemegang izin.
Peserta dapat mengetahui dan
memahami prosedur dan
protokol dalam pelaksanaan
penilaian atau verifikasi LK
pada pemegang Izin oleh LVLK
- Tahapan dan proses penilaian VLK di Industri dan hutan hak yang dilakukan oleh LVVK
- P.38/2009 - P.06/2009 - P/02/2011
3
6. Prinsip-prinsip
ketelusuran
perjalanan/pergerakan
bahan baku pada
Industri pengguna kayu
rakyat
Peserta dapat mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip
ketelusuran perjalan/
pergerakan bahan baku pada
pengguna industri kayu (sistem
lacak balak di industri
- Sistem lacak balak di
Industri pengolah kayu
rakyat
- Identifikasi pergerakan
kayu atau lacak balak di
hutan hak
- Standard lacak balak LEI. FSC, PEFC
- P.02/2006
2 Kulian, diskusi dan
simulasi
7. Konsep pembinaan
Industri pengolah dan
pengguna kayu rakyat
Peserta dapat mengetahui dan
memahami konsep pembinaan
bagi industri pengolah dan
- Konsep pembinaan dari
Industri kepada pemasok
- Standar PHBML LEI - Lain-lain
2
terhadap pemasok, dan
petani pemilik hutan
hak
pengguna kayu rakyat terhadap
pemasok kayu dari hutan hak
(hutan rakyat)
kayu dari hutan hak
- Bentuk-bentuk
kerjasama antara industri
dan pemasok dari hutan
hak
- Bentuk-bentuk
kelembagaan untuk
kerjasama Industri dan
pemasok dari hutan hak
8. Simulasi dan praktek
penerapan VLK di
Industri Pengolah dan
pengguna kayu rakyat.
Peserta dapat mengetahui dan
memahami serta
mempraktekan atau
menerapkan di organisasi
kerjanya (industrinya)
persyaratan SVLK industri yang
menggunakan kayu rakyat dan
di hutan hak (pemasoknya)
- Kegiatan simulasi dan praktek dilapangan melakukan audit internal SVLK di Industri pengolah dan pemasok dari hutan hak
- P.38/2009 - P.6/2009 - P.02/2010
16 Praktek di lapangan
(industri pengolah
kayu dari hutan hak
32
3. Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk Pemerintah (Pusat, Daerah dan sektor-sektor), dan Fasilitator
/Pendamping
No. Topik Indikator Keberhasilan Pokok Bahasan Sumber Pustaka JPL Metode / Alat
Peraga dan
Bahan
1 Bina suasana dan
kecerdasan spiritual
Peserta dapat:
- Mengenal satu sama lain dan berkomunikasi secara lancer
- Memiliki semangat dan motivasi untuk berlatih dan bekerjasama
- Memiliki kecerdasan moral dan spiritual dalam menyikapi dan menerapkan SVLK
- Perkenalan/ice breaking
- Partisipasi dan kerjasama.
- Energizing - Harapan dan
kekhawatiran - Dasar-dasar
ESQ/ISQ/IQ
Ceramah, diskusi,
buku-buku
mencerdaskan spiritual
2 a. Permainan,
ceramah, diskusi
b. Whiteboard,
korek api,
metaplano,
2. Kebijakan PHPL dan
SVLK dalam konteks
perdagangan hasil
hutan
Peserta dapat:
- Menjelaskan latar belakang sejarah PHPL dan SVLK, global trading, promosi legal logging
- -Menjelaskan Lacey Act (USA)
- Menjelaskan kebijakan kayu di Eropa
- - Menjelaskan kebijakan kayu di Jepang
- Latar belakang PHPL dan SVLK, global trading, promosi legal logging.
- Lacey Act (USA)
- Kebijakan perdagangan kayu di Eropa (VPA)
- Perdagangan kayu di Jepang (Green K)
2
3. Pemetaan dan sasaran
sosialisasi dalam
Peserta dapat:
Mengekplorasi Kepentingan
Analisa Isu Laporan Sosialisasi P.
38 dan P.6
2 Ceramah,
diskusi,Laptop,
Sistem VLK kepada
pihak-pihak yang
berkepentingan dalam
rantai pasok kayu
rakyat.
para pihak melalui berbagai
konsultasi
Menidentifikasi kekuatan dan
pengaruh para pihak (hak,
kewajiban, kepentingan) dalam
pelaksanaan Permenhut No.
P.38/2009 dan Perdirjen BPK
No.6/2009.
Analisa Para Pihak
Analisa Force Field
Powerpoint display,
white board,
flipchart
4. Pengenalan sistem dan
standar VLK pada
rantai pasokan kayu
rakyat (dari hutan hak
ke industri
penggunanya)
Peserta dapat:
Menjelaskan penilaian wajib
pengelolaan lestari menurut
peraturan menteri kehutanan
No. P.38/MENHUT-II/2009 dan
Peraturan Dirjen Bina Produksi
Kehutanan No. P.6/VI-
Set/2009 Menjelaskan
verifikasi wajib legalitas kayu
menurut Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.38/Menhut-
II/2009 dan Peraturan Dirjen
Bina Produksi Kehutanan No.
P.6/VI-Set/2009 Menjelaskan
pedoman penilaian PHPLdan
SVLK
Sistem sertifikasi wajib
menurut Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.
38/menhut-II/2009 Sistem
Lacak balak
Sistem Verifikasi legalitas
kayu menurut P 06/09
Pedoman Penilaian PHPL
dan SVLK
peraturan menteri
kehutanan No.
P.38/MENHUT-II/2009
dan Peraturan Dirjen
Bina Produksi
Kehutanan No. P.6/VI-
Set/2009 Peraturan
Menteri Kehutanan No.
P.38/Menhut-II/2009
dan Peraturan Dirjen
Bina Produksi
Kehutanan No. P.6/VI-
Set/2009
pedoman penilaian
PHPLdan SVLK
4 Ceramah, diskusi
kasus, Nara
Sumber, Laptop,
Powerpoint,display,
white board,
Flipchart.
5. Peraturan dan
perundangan yang
terkait dengan
peredaran hasil hutan
hak
Peserta dapat memahami :
- Peraturan dan Perundangan
yang terkait dengan peredaran
hasil hutan seperti P. 55 tahun
2006 dan P. 51 tahun 2006 dan
Panatausahaan Hasil
Hutan yang Berasala dari
Hutan Negara sesuai
dengan Permenhut No.
P.55/Menhut-II/2006 dan
Penggunaan SKAU untuk
Kumpulan Peraturan
dan Perundangan
tentang Peredaran
Hasil Hutan dari
Direktorat Bina Iuran
kehutanan dan
3 Ceramah, diskusi
kasus, Nara
Sumber, Laptop,
Powerpoint,display,
white board,
Flipchart.
lain-lain pengangkutan Hasil Hutan
Kayu yang berasal dari
Hutan Hak sesuai dengan
Permenhut No. 51/Menhut
– II/2006
Peredaran Hasil Hutan.
6. Peraturan dan
perundangan yang
terkait dengan legalitas
perusahaan
Peserta mampu memahami
dan menjelaskan aturan legal
tentang pendirian sebuah
badan usaha seperti:
Peraturan dan Perundangan
yang terkait dengan legalitas
perusahaan, koperasi dan
bentuk badan usaha lainnya,
Penjelasan tentang isi dari
UU No 40 tahun 2007
tentang Perseroan
Terbatas.
Undang-undang no. 25
tahun 1992 tentang
perkoperasian
Dan peraturan terkait
lainnya tentang legalitas
perusahaan
Kumpulan peraturan
perundangan tentang
legalitas badan usaha
3 Ceramah, diskusi
kasus, Nara
Sumber, Laptop,
Powerpoint,display,
white board,
Flipchart.
Materi hanya untuk Fasilitator
7. Prinsip-prinsip fasilitasi
kelompok dan langkah
dasar fasilitasi
kelompok
Peserta mampu memahami
dasar-dasar fasilitasi, misi
fasilitator mltipihak, dan tindak
fasilitasi.
Peserta mampu
mendeskripsikan kembali
berbagai pengalaman yang
menyangkut langkah dasar
faslitasi kelompok secara
sistematik
Pemahaman mengenai
pola berfikir para pihak,
efektifitas para pihak dalm
kolaborasi, perumusan misi
fasilitasi dasar dan fasilitasi
substansi, nilai-nilai
fasilitasi, pola fikir fasilitasi,
pola fikir fasilitator yang
tidak menghakimi, orientasi
kesepahaman para pihak,
pentingnya pendekatan.
Pengenalan dan
pengendalian preferensi
- Dasar-dasar fasilitasi kelompok
2 Presentasi. Diskusi
terarah, diskusi
kelompok .
Alat paparan,
flipchart, kartu
metaplan, spidol.
dari fasilitator, pengenalan
preferensi para pihak yang
dilayani, mekanisme
perencanaan, pelaksanaan
umpan balik pada program
fasilitas, pengkayaan teknik
fasilitasi, pengawalan
”transfer of ideas” pasilitasi
8. Strategi dan Rencana
pendampingan dalam
fasilitasi VLK pada
hutan hak.
Peserta mampu mengenali
aktor-aktor kunci pada
pendampingan SVLK,
mengidentifikasi preferensi
awal para pihak dan
memperoleh keberterimaan
para pihak untuk program.
Peserta mampu
mengidentifikasi isu dan akar
masalah penerapan SVLK pada
pihak-pihak yang dilayani, serta
kapasitas yang ada untuk
penerapan SVLK.
- Kejelasan penugasan fasilitasi dan ruang lingkupnya pengenalan terhadap situasi klien dalam kerangka SVLK perkenalan efektif kepada pihak yang bakal dilayani.
Kasus Faslitasi Awal
SVLK
2 Diskusi terfokus,
role play flipchart,
kartu multiplan,
spidol, peraga
roleplay
9. Teknik presentasi dan
moderasi dalam forum
yang menyangkut
SVLK
Peserta mampu:
Menguasai teknik presentasi
yang efektif untuk pemilik hutan
hak/KM
Menguasai teknik moderasi
sesuai dengan gaya
komunikasi pemilik hutan
hak/KM
Metode dan teknik presentasi pada konteks dan isu utama penerapan VLK pada pemegang izin atau pemilik hutan hak.
Metode dan teknik komunikasi dan moderasi
(memandu brainstorming menjaga keseimbangan diskusi, menjaga fokus
Teknik Presentasi
Efektif
Teknik Komunikasi
Masyarakat
2 Presentasi, diskusi
terarah, praktek
presentasi dan
moderasi.
LCD, laptop,
handycamp,
flipchart, kartu
metaplan, spidol,
papan tulis.
diskusi)
10 Teknik Pendampingan
Lapangan
Peserta mampu:
Menguasai teknik
pendampingan kelompok untuk
penyiapan penerapan VLK.
Prinsip-prinsip dalam
menyusun kebutuhan
program pelatihan dan
pengembangan sesi
pelatihan
Prinsip-prinsip dalam
mengorganisir kegiatan
pelatihan dan/atau melatih
kelompok kecil.
Metode teknik
pendampingan/
pembimbingan/coaching
dalam menyiapkan
dokumen-dokumen audit
Metoda dan teknik
pendampingan
kelembagaan.
Teori dasar-dasar
fasilitasi
Peta rumah fasilitasi
yang menggambarkan
pemetaan sikap dasar,
keahlian, komunikasi,
keterampilan, dan sikap
fasilitator, dalam
menggali, mengelola,
dan mengarahkan nilai-
nilai partisipasi
kelompok dalam
menemukan peluang
solusi pemecahan
masalah dan konsesus
kelompok.
2 Presentasi, diskusi
terarah, praktek
presentasi dan
moderasi.
LCD, laptop,
handycamp,
flipchart, kartu
metaplan, spidol,
papan tulis.
11 Teknik Penyusunan
pelaporan hasil
presentasi
Peserta mampu:
Menyusun laporan hasil
fasilitasi pendampingan
penerapan VLK untuk pemilik
hutan hak/KM.
Merapihkan cacatan singkat
aspirasi para pihak.
Menyusun prioritas isu.
Menuliskan pembelajaran untuk
- Teknik penyusunan laporan hasil fasilitasi
Effective reporting 2 Presentasi, diskusi
terarah, praktek
presentasi dan
moderasi.
LCD, laptop,
handycamp,
flipchart, kartu
metaplan, spidol,
papan tulis.
fasilitasi berikutnya
12 Teknik pemantauan/kaji
ulang hasil fasilitasi.
Peserta mampu:
Mengikuti pelajaran ini, peserta
kompeten dalam mengkaji
ulang fasilitasi/ pendampingan
yang meliputi kegiatan:
- Menjelaskan pedoman, teknik analisa dan kriteria evaluasi keterampilan fasilitasi dalam evaluasi hasil-hasil pelaksanaan simulasi penyiapan SVLK.
- Menerapkan pedoman teknik dan metode analisa dan kriteria evaluasi.
Diharapkan setelah mengikuti
pelajaran ini peserta kompeten
dalam menyusun dan
menyampaikan rekomendasi
dan pembelajaran untuk tindak
fasilitasi pendampingan VLK
yang lain.
- Prinsip-prinsip dalam memantau komitmen kelompok/para pihak
- Metode dan teknik evaluasi
- Keterampilan fasilitasi melalui pelaksanaan simulasi penyiapan SVLK pada kelompok.
- Prinsip-prinsip dalam menindaklanjuti hasil evaluasi terkait simulasi fasilitasi yang dilakukan.
Teknik perumusan
rekomendasi dan
pembelajaran fasilitasi
pendampingan VLK
Contoh pedoman
pelaksanaan evaluasi
keterampilan fasilitasi
terkait evaluasi hasil-
hasil fasilitasi SVLK.
Contoh analisa hasil-
hasil evaluasi
keterampilan fasilitasi.
Pengertian dan prinsip
rekomendasi
pembelajaran
2 Metode: Ceramah,
diskusi, tanya
jawab, studi kasus,
simulasi,
latihan/praktek.
Alat & bahan
Peraga:
Modul,kasus,
LCD/infocus,
Papan
tulis/flipchart,
spidol, kerta plano,
metaplan,
handycam, dvd
player, TV
13. Simulasi Peserta mampu :
- Menyiapkan pemetaan para pihak.
- Menyusun bahan sosialisasi
- Mengakses data dan informasi latar belakang para pihak.
- Menyusun matriks karakter para pihak.
Stakeholder Analysis
4 Mentoring
Kertas plano, index
cards warna-warni,
white spidol, white
PHPL dan SVLK - Menyusun rencana Fasilitasi. - Menerapkan rencana
fasilitasi yang dilakukan - Membuat laporan fasilitasi.
- Menggambar force field. - Penyusunan format
rencana. - Pengisian format
rencana - Pendokumentasian
rencana - Menyiapkan dan
menyajikan presentasi - Latihan moderasi
Formatted planning.
System tools planning
board
32