INTERAKSI TIGA PILAR DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI · 2020. 3. 5. · melalui kegiatan...
Transcript of INTERAKSI TIGA PILAR DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI · 2020. 3. 5. · melalui kegiatan...
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 21
INTERAKSI TIGA PILAR DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Ummu Saadah
TK DWP Banjaragung
Kecamatan Balongpanggang kabupaten gresik
Email: [email protected]
Abstract: The interaction of the three basic pillars of early childhood education is the key to successful service
within an institution. The purpose of this study is to know: the three basic pillars of early childhood education,
the three basic pillars of early childhood education and the constraints and supporters of the three basic pillars of
early childhood education. This research method is qualitative with case study approach. Research location in
Aisyiyah Balongpanggang Gresik play group. By using primary and secondary data sources, Primary data
sources through interviews and activities of obserfasi and secondary data sources through through research
documentation related activities. The subjects of this study were educators, principals, school committee
members and parents of parents. Data collection techniques include: Observation, interview and documentation
study. To test the validity of data through data collection, data reduction, display data and coulusions drawing
and verification (withdrawal). The results showed that the form of interaction that occurs between the three
basic pillars of early childhood education are: (1) direct interaction; (2) dialogical interaction and (3) democratic
interaction. While the role of the three basic pillars of education are (1) the role of parents; participate in school
activities; (2) The school's role includes providing facilities and infrastructure, educators and education
personnel and creating customary activities such as: kiss the hands of teachers when coming and going home
and put shoes on shoe racks; (3) The role of the school committee on the role and function as follows: (a) to
submit the results of the study on the implementation of school programs to stakeholders on a regular basis,
both in the form of success and failure in achieving the objectives and objectives of the school program. (2)
submit reports of responsibility for community assistance both in the form of material and non-material.
Abstrak: Interaksi tiga pilar dasar pendidikan anak usia dini merupakan kunci sukses pelayanan dalam suatu
lembaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: bentuk interaksi tiga pilar dasar pendidikan anak usia
dini, peran tiga pilar dasar pendidikan anak usia dini dan kendala serta pendukung interaksi tiga pilar dasar
pendidikan anak usia dini. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi
penelitian di kelompok bermain Aisyiyah Balongpanggang Gresik. Dengan menggunakan sumber data primer
dan sekunder, Sumber data primer melalui wawancara dan kegiatan obserfasi dan sumber data sekunder melalui
melalui kegiatan dokumentasi terkait dengan penelitian. Subjek penelitian ini adalah pendidik, Kepala sekolah,
anggota komite sekolah dan orangtua wali murid. Teknik pengumpulan data antara lain: Observasi, wawancara
dan studi dokumentasi. Untuk uji keabsahan data melalui data collection, data reduction, data display dan
coulusions drawing and verification (penarikan kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk
interaksi yang terjadi antara tiga pilar dasar pendidikan anak usia dini yaitu: (1) interaksi searah; (2) interaksi
dialogis dan (3) interaksi demokratis. Sedangkan peran tiga pilar dasar pendidikan diantaranya (1) peran
orangtua; turut terlibat dalam kegiatan sekolah; (2) Peran sekolah diantaranya menyediakan sarana dan
prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan dan menciptakan kegiatan pembiasaan seperti: cium tangan guru
saat datang dan pulang dan menaruh sepatu diatas rak sepatu; (3) Peran komite sekolah peran dan fungsi
sebagai berikut: (a) menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara
berkala, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program
sekolah. (2) menyampaikan laporan tanggungjawab bantuan masyarakat baik berupa materi maupun non materi.
Kata Kunci: Interaksi, Tiga Pilar Dasar Pendidikan, PAUD
Lembaga PAUD Aisyiyah salah
satu contoh lembaga yang sangat baik yang ada di Kecamatan Balongpanggang
Kabupaten Gresik. Lembaga pendidikan
PAUD Aisyiyah adalah lembaga dibawah
yayasan yang didirikan selama 15 tahun
dari tahun 2003. Alasan bagi para orang
tua menyekolahkan anaknya di lembaga Aisyiyah Balongpanggang adalah lembaga
PAUD Aisyiyah bisa memberikan layanan
paling baik. Hal tersebut diketahui dari
jumlah peserta didik yang bersekolah di
22 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 1, Maret 2018
PAUD Aisyiyah lebih banyak
dibandingakan dengan PAUD lain yang
ada di desa Balongpanggang. Sarana dan
prasarana serta lokasi PAUD Aisyiyah
yang letaknya strategis di pinggir jalan
raya yang memudahkan untuk diketahui
dan memiliki kemudahan akses. Layanan
pendidikan di PAUD Aisyiyah bernuansa
islami sehingga banyak diminati oleh
orangtua yang mayoritas beragama Islam.
Salah satu contoh sinergitas
antara orangtua, sekolah dan masyarakat di
PAUD Aisyiyah Balongpanggang adalah
pada acara puncak tema sekolah diadakan
karyawisata yang melibatkan orangtua dan
tokoh masyarakat dalam menentukan
tujuan wisata dan agenda acara yang
dilakukan. Sekolah mengadakan rapat
koordinasi dengan para orangtua wali
peserta didik melalui anggota komite
sekolah dan masyarakat yang termasuk
pada anggota komite sekolah. Hubungan
orangtua dan masyarakat dalam lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini untuk
membantu meningkatkan layanan program
sekolah dapat direalisasikan didalam
komite sekolah, dalam hal ini komite
sekolah berperan sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka
peneliti bermaksud untuk melakukan
kajian terkait dengan kasus yang ada di
PAUD Aisyiyah mengenai kerjasama yang
dilakukan lembaga atau sekolah untuk
meningkatkan layanan pendidikan sesuai
dengan tiga pilar dasar pendidikan yang
saling bersinergi terdiri dari orangtua,
sekolah dan masyarakat (komite sekolah).
METODE
Secara metodologis penelitian ini
diselenggarakan melalui prosedur metode
penelitian kualitatif. Karena melalui
penelitian ini peneliti berusaha untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan terkait
interaksi tiga pilar pendidikan yang ada di
PAUD Aisyiyah. Berlandaskan masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini maka
fokus penelitian menggunakan studi kasus
dimana studi kasus adalah sebuah
eksplorasi tentang sebuah sistem yang
terbatas dari sebuah ataupun beberapa
kasus melalui pengumpulan data yang
rinci dan mendalam dan mencakup multi
sumber informasi yang kaya, dengan
konteks sistem terbatas ini dibatasi oleh
waktu dan tempat. Sumber data manusia
adalah sumber data yang berupa ucapan
secara langsung yang diperoleh melalui
teknik wawancara dengan informan.
Pendidik yang menjadi narasumber pada
penelitian ini adalah Siti Aminah (SA)
selaku Kepala Sekolah PAUD Aisyiyah,
Umi Sholikah (US) selaku orangtua wali
murid, dan Dani (DA) sebagai anggota
komite sekolah.
Teknik yang digunakan peneliti
dalam proses pengumpulan data yaitu
berupa wawancara, observasi partisipatif
dan studi dokumentasi. Pada penelitian
yang telah dilaksanakan ini, subjek
penelitian adalah pendidik, orangtua,
anggota komite, anggota yayasan, dan
masyarakat yang ada di sekitar PAUD
Aisyiyah. Prosedur pengumpulan data
yang kedua adalah observasi. Prosedur
pengumpulan data yang ketiga adalah
dokumentasi. Peneliti melakukan studi
dokumentasi untuk melengkapi
pengumpulan data dan memperkuat
temuan di lapangan, sehingga tingkat
akurasi data lebih tinggi dari data yang
telah dikumpulkan melalui wawancara dan
observasi. Analisis data merupakan upaya
mencari dan menata data secara sistematis
catatan tentang hasil observasi, wawancara
dan sejenisnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang
diteliti dan menyajikan sebagai temuan
bagi orang lain (Muhajir, 1998).
Pengecekan keabsahan data merupakan
kegiatan akhir setelah melakukan analisis
data temuan lapang. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengecek kembali data yang telah
diperoleh.
HASIL
Bentuk Interaksi Tiga Pilar Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 23
Bentuk Interaksi yang terjadi
antara tiga pilar dasar pendidikan anak
usia dini yaitu melalui komunikasi
langsung dan melalui media. Interaksi
langsung berupa percakapan secara verbal
dan interaksi melalui media dapat
menggunakan media elektronik seperti
handphone, smartphone dan android atau
juga media surat edaran. Komunikasi
secara pribadi yang dilakukan oleh guru
kepada orang tua atau wali murid secara
penyampaian langsung, melalui surat atau
juga dapat melalui alat elektronik.
Interaksi juga dilakukan pada saat ada
kunjungan guru sekolah ke rumah peserta
didik atau sebaliknya. Kunjungan guru ke
rumah peserta didik dilakukan apabila ada
peseta didik yang sakit, tertimpa musibah
dan menjalin kedekatan sosial pada anak
dan orang tua wali peserta didik.
Komunikasi antara guru dengan orang tua
anggota komite yang menyampaikan
masalah atau informasi yang perlu
dimusyawarahkan dengan orang tua dan
seluruh anggota komite sekolah melalui
dialog langsung atau melalui media.
Interaksi sesudah diadakan forum juga
dilakukan komunikasi serupa hanya saja
bedanya adalah permasalahan yang
dibahas apakah dirembug pada saat
sebelum rapat atau sesudah rapat. Jadi
peran adanya forum adalah memformalkan
kasus atau masalah atau penyampaian
informasi agar terlihat lebih formal dan
sesuai dengan standar di dunia pendidikan.
Dalam rapat bisa saja kesepakatan diambil
namun bisa juga terjadi kesepakatan
setelah rapat karena biasanya banyaknya
pendapat memerlukan waktu. Sehingga
forum rapat berfungsi sebagai penyampai
informasi yang formal di PAUD Aisyiyah
Balongpaggang.
Berdasarkan paparan data diatas
dapat disimpulkan bahwa Interaksi atau
hubungan yang dilakukan di lembaga
PAUD Aisyiyah Balongpanggang yaitu:
(1) interaksi searah; (2) interaksi dialogis;
dan (3) interaksi demokratis. Interaksi
searah terjadi pada komunikasi yang
dilakukan dengan secara pribadi oleh guru
kepada orangtua atau wali murid yang
dilakukan dengan cara penyampaian
langsung, melalui surat atau alat
elektronik. Intertaksi dialogis adalah
komunikasi dua arah, antara guru dan
orangtua atau wali murid, guru dan komite
serta komite dan orangtua atau wali murid
sehingga antara kedua pihak melakukan
komunikasi, saling tukar informasi dan
saling respon. Interaksi secara lisan dapat
juga dilakukan dalam forum, yang
memberikan kebebasan kepada semua
peserta untuk mengutarakan pendapat dan
saran. Hampir sama halnya dengan
interaksi dialogis, interaksi demokratis,
biasanya terjadi pada saat kegiatan rapat di
PAUD Aisyiyah Balongpanggang.
Peranan Tiga Pilar Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini
Pelaksanaan program tiga pilar
pendidikan di PAUD Aisyiyah tidak lepas
dari peran keluarga, sekolah dan komite
sekolah yang saling berinteraksi. Tiap
unsur dari ketiga pilar pendidikan anak
usia dini memiliki peran masing-masing
diantaranya yaitu: (1) Peran Keluarga,
Peran yang dapat dilakukan oleh orangtua
diantaranya adalah memberikan
pendidikan, kasih sayang dan nilai-nilai
moral dan agama kepada anak, mengikuti
kegiatan sekolah, penyiapan gizi dalam
pemberian makanan tambahan(PMT)
sepenuhnya dilakukan oleh orang tua atau
wali murid, kegiatan karnaval, perayaan
hari besar, dan acara puncak tema sekolah.
Tujuan dari pelibatan orang tua atau wali
peserta didik dalam kegiatan sekolah
adalah: (a) agar dapat memberikan
masukan dan dukungan untuk sekolah; (b)
agar lebih memahami program
sekolah;dan (c) dapat menyesuaikan
kegiatan anak dirumah. Peran kelurga
dalam interaksi tiga pilar dasar pendidikan
di sekolah adalah dengan pelibatan orang
tua di lembaga sekolah PAUD Aisyiyah
seperti: (1) Pertemuan dengan wali kelas
minimal dua kali/semester; (2)
Menyelenggarakan pentas kelas pada akhir
24 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 1, Maret 2018
tahun pembelajaran; (3) Hadir sebagai
peserta dalam kegiatan sekolah atau kelas
dan; (4) Mengikuti kelas orang tua
(parenting) minimal satu kali setiap tahun.
Kegiatan parenting untuk memberikan
pengetahuan cara pengasuhan dan
komunikasi bagi anak usia dini; (2) Peran
sekolah diantaranya adalah; (a)
menyediakan sarana dan prasarana yang
berupa APE dalam dan APE luar; (b)
pendidik dan tenaga kependidikan; dan (c)
menciptakan kegiatan pembiasaan seperti;
cium tangan guru saat datang dan pulang
dari sekolah, cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan, menaruh
sepatu keatas rak sepatu dan
mengembalikan mainan ke loker setelah
bermain.; (3) Peran Komite Sekolah,
komite sekolah di PAUD Aisyiyah
memiliki peran dan fungsi sebagai berikut:
(a) menyampaikan hasil kajian
pelaksanaan program sekolah kepada
stakeholder secara berkala, baik yang
berupa keberhasilan maupun kegagalan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran
program sekolah; (b) menyampaikan
laporan pertanggungjawaban bantuan
masyarakat baik berupa materi, maupun
non materi (tenaga, pikiran) kepada
masyarakat dan pemerintah setempat.
Kendala dan Pendukung dalam Tiga
Dasar Pilar Pendidikan Anak Usia Dini
Kendala dari interaksi tiga pilar
dasar pendidikan ini antara lain: (1)
kendala orangtua, Orangtua yang memiliki
kesibukan dalam pekerjaan tidak sempat
untuk menemani anak belajar sehingga
menyerahkan sepenuhnya pada lembaga
sekolah. Kesalahan keluarga dalam
mendidik anak mempengaruhi
perkembangan kecerdasan emosi anak.
Kesalahan dalam pengasuhan anak dapat
berakibat pada kegagalan dalam
pembentukan karakter yang baik.
Beberapa kesalahan orang tua dalam
mendidik anak dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi anak, diantaranya
adalah, Orangtua kurang menunjukan
ekspresi kasih sayang baik secara verbal
maupun fisik, kurang meluangkan waktu
untuk anak, orangtua bersikap kasar secara
verbal, misalnya, menyindir anak,
mengecilkan anak dan berkata kata kasar,
bersikap kasar secara fisik, misalnya
memukul, mencubit atau memberikan
hukuman badan lainnya. Orang tua terlalu
memaksa anak untuk menguasai
kemampuan kognitif secara dini. Dampak
salah asuh diatas dapat menimbulkan anak
yang mempunyai kepribadian yang
bermasalah atau kecedasan emosi yang
rendah, seperti anak menjadi tak acuh,
tidak menerima persahabatan, rasa tidak
percaya pada orang lain menjadi minder,
selalu berpandangan negative, emosi tidak
stabil, emosional dan intelektual tidak
seimbang dan hal positif lainnya.
Kendala yang ada pada pihak
orang tua atau wali peserta didik dalam
interaksi tiga pilar dasar pendidikan anak
usia dini yaitu: (1) keterbatasan waktu,
mengingat kesibukkan orangtua sangat
tinggi dan menyerahkan sepenuhnya pada
sekolah; (2) jarak tempat tinggal orangtua
cukup jauh dari sekolah; (3) keterbatasan
pengetahuan orangtua tentang pengasuhan
dan pentingnya kegiatan parenting; (2)
Kendala dari Sekolah, kurangnya sarana
prasarana yang berkaitan dengan anggaran
sekolah. Saat ini ruang kelas untuk
kelompok bermain hanya satu kelas.
Kurangnya kelas tersebut membuat jam
belajar dibagi menjadi dua kelompok
dalam seminggu. Sarana belajar kelas
kelompok bermain cukup baik terdapat
alat permainan edukasi (APE) dalam dan
luar kelas. APE dalam kelas cukup
memadai untuk bermain dan belajara anak.
Terdapat rak-rak untuk menyimpan APE
dalam yang ukurannya tidak besar.
Berdasarkan uraian mengenai kendala tiga
pilar dasar pendidikan anak usia dini di
sekolah, maka diketahui bahwa kendala
yang ada di PAUD Aisyiyah terdiri dari
kurangnya sarana kelas, tenaga pendidik,
dan kurang anggaran dari sekolah untuk
kegiatan yang diagendakan; (3) Kendala
dari Komite Sekolah, anggota komite
yang berada di luar lingkungan sekolah
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 25
biasanya mengetahui informasi jika ada
undangan rapat yang diselnggarakan oleh
sekolah. Sehingga hal tersebut menjadi
salah satu kendala dalam interaksi.
Terjadinya miss komunikasi atau
perbedaan pengertian dari anggota komite
karena keterbatasan waktu dan tempat dari
masing-masing anggota. Anggota komite
sekolah yang notabene adalah kepala desa,
dinas pendidikan dan dinas kesehatan
memiliki kerja yang cukup padat sehingga
sering melewatkan informasi yang ada
atau terjadi sekolah sebelum akhirnya
menghadiri rapat di sekolah. Berdasarkan
pembahasan diatas maka diketahui bahwa
kendala dari komite sekolah sebagai
bagian dari tiga pilar dasarpendidikan anak
usia dini di PAUD Aisyiyah
Balongpanggang antara lain adalah: (1)
norma budaya; (2) miss komunikasi atau
perbedaan pengertian dari anggota komite
dan (3) keterbatsan waktu dan tempat dari
masing-masing anggota komite.
Selain kendala terdapat pula pendukung
dalam interaksi tiga pilar dasar pendidikan
anak usia dini diantaranya: (1)
Pendukung dari Orangtua, Dukungan
dari orang tua dalam perannya di tiga pilar
pendidikan adalah dengan menjalin
interaksi dan komunikasi yang hangat dan
penuh kasih sayang dengan anak,
memberikan motivasi dan menanamkan
rasa percaya diri pada anak, dan menjalin
hubungan dan komunikasi yang aktif
dengan pihak sekolah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler
yang dilakukan anak di sekolah,
memberikan masukan, turut mengawasi,
bersinergi menjadi mitra sekolah.
Menciptakan lingkungan belajar di rumah
yang menyenangkan dan mendorong
perkembangan budaya prestasi anak.
Beragam peranan yang dilakukan dalam
upaya mengembangkan dan mendidikan
anak agar memiliki karakter yang positif
tersebut merupakan bentuk dukungan
orang tua pada pendidikan anak usia dini;
(2) Pendukung dari Sekolah, menjadi
pemrakarsa artinya sebagai pembuat
kurikulum, kebijakan, dan program serta
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini.
Lembaga persekolahan sebagai fasilitator
yang menjembatani antar keinginan orang
tua dengan dinas pendidikan dan
masyarakat untuk memajukan penddikan
anak usia dini. Lembaga sekolah sebagai
pengendali yang artinya menjadi penengah
antara instansi pendidikan, masyarakat dan
keluarga, memberikan pendidikan dengan
nuansa islami, memerikan fasilitas sarana
dan prasarana sekolah, menjadi fasilitator
dan pemrakarsa kegiatan sekolah,
melibatkan orang tua dan komite sekolah
dalam kegiatan, pemrakarsa program gizi
maupun kegiatan rutin atau aktif di
sekolah; (3) Pendukung dari Komite
Sekolah, mengembangkan dan menjaga
keberlangsungan penyelenggaraan proses
pendidikan yang menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat,
dan keluarga. Dukungan komite sekolah
antara lain menyelenggarakan dan
mengendalikan mutu layanan pendidikan,
baik dilakukan secara perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi,
dunia usaha, maupun organisasi
kemasyarakatan. Masyarakat sebagai
stakeholder pendidikan yang memiliki
kepentingan keberhasilan pendidikan di
sekolah unsur yang bertanggungjawab
terhadap peningkatan kualitas proses dan
hasil pendidikan.
PEMBAHASAN
Bentuk Interaksi Tiga Pilar Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini
Bentuk-bentuk interaksi tiga pilar
dasar pendidikan anak usia dini di Anak
Usia Dini Aisyiyah anatara lain:
Interaksi Searah
Interaksi searah yang ada dalam
program pelibatan orang tua, sekolah dan
komite sekolah yang ada di PAUD
Aisyiyah dalam pelaksanaan tiga pilar
dasar pendidikan adalah seperti melakukan
komunikasi secara pribadi yang dilakukan
26 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 1, Maret 2018
oleh guru kepada orang tua atau wali
murid secara penyampaian langsung,
melalui surat atau juga dapat melalui alat
elektronik. Penyampaian langsung yaitu
dengan cara melakukan penyampaian
informasi secara lisan oleh pihak sekolah
kepada orang tua atau wali peserta didik
dan komite sekolah ataupun sebaliknya.
Interaksi searah juga dilakukan pada saat
ada kunjungan guru sekolah ke rumah
peserta didik atau sebaliknya. Kunjungan
guru ke rumah peserta didik dilakukan
apabila ada peseta didik yang sakit,
tertimpa musibah dan menjalin kedekatan
sosial pada anak dan orang tua wali
peserta didik. Menurut Berger (1983)
beberapa strategi yang dapat digunakan
untuk membangun komunikasi sebagai
langkah dalam meningkatkan hubungan
interaksi orang tua dan guru, yaitu sebagai
berikut: (1) Pertemuan orang tua dan guru;
(2) Kunjungan ke sekolah oleh orang tua;
(3) Partisipasi orang tua dalam kegiatan
sekolah (4) Kunjungan ke rumah (home
visit); (5) Buku pegangan orang tua (hand
book); (6) Mendirikan perkumpulan orang
tuaguru (parents-teacher organization);
(7) Surat menyurat antara orang tua dan
guru; dan (8) Laporan berkala.
Interaksi searah adalah interaksi
yang dilakukan secara langsung antara
seorang individu dengan individu lain.
Komunikasi yang saling terkait antara tiga
pilar pendidikan yaitu antara sekolah,
orang tua dan komite sekolah di PAUD
Aisyiyah Balongpanggang. Menurut
Sudjana (2005), ada tiga pola komunikasi
dalam proses dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah yaitu interaksi guru - peserta
didik, yakni komunikasi sebagai aksi,
interaksi dan transaksi. Komunikasi
sebagai aksi atau komunikasi satu arah
adalah guru pemberi aksi dan peserta didik
sebagai penerima aksi.
Proses interaksi pada tiga pilar
dasar pendidikan dapat terjadi dalam
berbagai pola komunikasi di atas. Guru
berinteraksi dengan sesama guru termasuk
kepala sekolah dan anggota staff lainnya.
Guru berinteraksi dengan orang tua atau
wali peserta didik dengan komite sekolah
dan sebaliknya. Menurut Profesor Djaali
(2008) ada empat interaksi pendidikan
yaitu: (1) Interaksi murid dengan murid;
(2) Interaksi murid dengan guru; (3)
Interaksi murid dengan sumber belajar;
dan (4) Interaksi murid dengan
lingkungan. Menurut Heinich (2002) ada
empat pola arus komunikasi: (1)
komunikasi guru-peserta didik searah; (2)
komunikasi dua arah arus bolak-balik; (3)
komunikasi dua arah antara guru-peserta
didik dan peserta didik-peserta didik; (4)
komunikasi optimal total arah.
Interaksi Dialogis
Interaksi dialogis yang ada pada
Anak Usia Dini PAUD Aisyiyah terlihat
pada saat penyampaian informasi oleh
pihak keluarga contohnya adalah ketika
orang tua atau wali peserta didik bertanya
pada guru pengajar untuk mengetahui
perkembangan anak-anaknya di sekolah,
komunikasi antar orang tua wali murid
sebagai anggota komite sekolah saat
bertukar pendapat dan memberi usulan,
komunikasi antara komite dengan kepala
sekolah dan orang tua peserta didik.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000)
”Komunikasi sebagai interakasi adalah
komunikasi dua arah”. Disini sudah
terlihat hubungan dua arah yang terjadi
dalam forum berupa curah pendapat.
Sekolah dan orang tua, terjadi hubungan
yang saling mempengaruhi atau hubungan
timbal balik, yang dalam sosiologi disebut
dengan interaksi sosial (Sarbaini dan
Rusdiyanta, 2013). Kontak sosial yang
terjadi antara guru dan orang tua haruslah
kontak sosial yang bersifat positif, yang
mengarah pada suatu bentuk kerjasama
(kemitraan). Kemitraan sebagai salah satu
bentuk interaksi sosial, merupakan gejala
universal yang ada pada masyarakat
dimana pun juga (Soekanto,1986).
Menurut Mulyana (2005) Dialogis
sendiri memiliki arti yaitu bentuk
komunikasi antar pribadi yang
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 27
menunjukan terjadinya suatu interaksi.
Sehingga komunikasi dialogis merupakan
suatu proses penyampaian pesan antar
personal (antara satu orang dengan orang
lain) yang menunjukkan adanya interaksi.
Komunikasi yang berlangsung secara
dialogis selalu lebih baik daripada
monologis. Mereka yang terlibat dalam
komunikasi diaogis ini berfungsi ganda,
artinya ada yang menjadi pembicara dan
pendengar secara bergantian sehinga
teknik yang digunakan adalah teknik
dialogis,yang dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan cara mendengarkan dan
bertanya. Interaksi yang diterapkan antara
ketiga unsur pilar dasar pendidikan yaitu
antara orang tua, sekolah dan komite
sekolah dijalin tidak hanya berupa
komunikasi lisan namun juga
menggunakan unsur nonverbal
menggunakan media. Media atau saluran
tidak hanya diartikan sebagai alat
komunikasi berupa instrumen seperti surat,
telepon, dan internet, melainkan dapat
diartikan sebagai tempat atau bentuk
komunikasi, contohnya rapat. Sampainya
pesan kepada penerima atau komunikan
selanjutnya di-decoding. Decoding adalah
interpretasi terhadap pesan yang diterima.
Komunikasi mengandung empat unsur
fungsi sebagaimana dijelaskan oleh
Robbins (2005), yakni sebagai alat
kendali, alat motivasi, alat ekspresi
emosional, dan alat penyampai informasi.
Interaksi dialogis yang melibatkan
tiga pilar dasar pendidikan terjadi dalam
forum yang sifatnya formal. Misalnya
pada saat diadakan rapat sekolah dengan
para orang tua dan komite sekolah. Rapat
yang diselenggarakan untuk
menginformasikan dan menampung
pendapat dari seluruh pihak terkait
biasanya dilakukan pada saat awal periode
ajaran baru, diadakan perayaan hari besar
agama Islam, karnaval sekolah dan pada
saat acara puncak tema dalam kegiatan
tiap semester. Komunikasi dialogis
adalah komunikasi dua arah sehingga antar
sekolah dan orangtua melakukan saling
tukar informasi dan respon. Menurut Nana
Sudjana (2005) “komunikasi sebagai
interaksi adalah komunikasi guru dan
siswa berperan sama-sama. Dapat juga
berarti interaksi yang dilakukan secara
lisan dan saling berdialog tukar pendapat
atau timbal balik.” Interaksi yang terjadi
pada komunikasi dialogis, guru harus
menyampaikan sesuatu untuk dipahami
oleh orangtua sebagaimana dimaksudkan
oleh guru artinya tidak ambigu atau tidak
ada perbedaan makna yang dimaksud oleh
guru dan makna yang diterima oleh
orangtua. Keaktifan komunikan dalam
mendengarkan dan usaha memahami isi
pembicaraan sangat diperlukan. Dimana
komunikasi dialogis dapat diartikan
sebagai proses penyampaian pesan antar
personal (antara satu orang dengan orang
lain) yang menunjukkan adanya interaksi.
Interaksi Demokratis
Interaksi demokratis adalah
interaksi yang dilakukan dalam forum dan
sifatnya bebas dalam mengutarakan
pendapat dan masukan. Hampir sama
halnya dengan interaksi dialogis, interaksi
demokratis juga biasnya terjadi pada saat
diadakan rapat di PAUD Aisyiyah
Balongpanggang. Interaksi demokratis
bersifat banyak arah. Menurut Djamarah
(2000) “Komunikasi sebagai transaksi
adalah komunikasi banyak arah”. Menurut
Sudjana (2005) “komunikasi ini tidak
hanya melibatkan interaksi dinamis antara
komunikan dengan komunikator, tetapi
juga melibatkan interaksi dinamis antara
komunikan yang satu dengan komunikan
yang lainnya”. Sebenarnya baik interaksi
dialogis maupun demokratis dapat
dilakukan pada situasi formal dan
nonformal karena untuk berkomunikasi
tidak harus menunggu waktu atau
terjadwal.
Dikutip dari pernyataan Effendi A.S
(2017) "Media menjadi tempat interaksi
dan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Proses demokratisasi media ini
28 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 1, Maret 2018
tidak sederhana dan mudah, proses ini
membuka peluang sekaligus tantangan.”
Demokratisasi media membuka peluang
seluas-luasnya bagi semua pihak untuk
terlibat dalam kegiatan media. Media
menjadi tempat sekaligus jembatan bagi
interaksi masyarakat yang terdiri atas
pemerintah, pengusaha, partai politik, dan
masyarakat sipil lainnya untuk
membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Keterlibatan yang bersifat menyeluruh
atau disebut interaksi humanistik oleh
Paulo Freire. Interaksi humanistik
ditujukan agar seseorang menjadi human
people, yaitu manusia yang memiliki
kesadaran untuk memperlakukan orang
lain dengan penuh respek dan martabat
atau dignity (Syaukani HR, 2002).
Peran Tiga Pilar Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini
Peran Interaksi tiga pilar dasar
Pendidikan Anak Usia Dini di Anak Usia
Dini Aisyiyah Balongpanggang antara
lain:
Peran keluarga terdiri dari beberapa
hal yang bertujuan untuk menciptakan
karakter anak sedari dini. Peran keluarga
antara lain: (1) Menciptakan lingkungan
belajar di rumah yang menyenangkan dan
mendorong perkembangan budaya prestasi
anak; (2) Menjalin interaksi dan
komunikasi yang hangat dan penuh kasih
sayang dengan anak; (3) Memberikan
motivasi dan menanamkan rasa percaya
diri pada anak; (4) Menjalin hubungan
dan komunikasi yang aktif dengan pihak
sekolah untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif; dan (5)
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler
yang dilakukan anak di sekolah. Orangtua
atau wali peserta didik di sekolah PAUD
Aisyiyah ini apabila dilihat dari teori Ki
Hajar Dewantara mengenai tiga pilar
pendidikan yang terdiri dari: (1) keluarga;
2) sekolah dan (3) masyarakat, maka
tergolong dalam bentuk keluarga dan
masyarakat. Pilar pendidikan yang
pertama yaitu keluarga adalah sebagai
orang tua atau wali dari anak dan dalam
masyarakat yaitu sebagai bagian dari
komite sekolah. Menurut (Ki Hajar
Dewantoro dalam Prawirosentono, 2002).
Berdasarkan teori tersebut bahwa selain
peran orang tua sebagai anggota yang
paling dominan dalam suatu kelompok
masyarakat terkecil, di tuntut
partisipasinya terhadap lembaga
pendidikan anak usia dini, wujud
kepedulian dan tanggung jawab orangtua
terhadap pendidikan anak. Pentingnya
partisipasi orang tua dalam lembaga
pendidikan Anak Usia Dini telah disadari
oleh banyak pihak, kebijakan manajemen
berbasis sekolah (MBS) dalam reformasi
pendidikan pun menempatkan peranan
orang tua sebagai salah satu dari tiga pilar
keberhasilannya.
Peran Sekolah, Lembaga sekolah
dikealola oleh kepala sekolah yang
bertanggung jawab akan segala
manajemen sekolah. Sebagai kepala
sekolah tentunya memiliki tujuan untuk
memberikan pelayanan dan mutu yang
baik bagi sekolah dan peserta didik serta
masyarakat. Mulyasa (2011) menjelaskan
bahwa “kepala sekolah harus profesional
dan tampil sebagai figur yang mampu
memimpin tenaga kependidikan di
sekolah, agar bisa bekerja sama dengan
orang tua dan masyarakat pada
umumnya”. Selain itu, kepala sekolah juga
dituntut supaya mampu menciptakan iklim
yang kondusif demi lahirnya partisipasi
dan kolaborasi masyarakat secara
profesional, transparan, dan demokratis.
kepala sekolah dijadikan sebagai centrum
(pusat) dalam membangun kerjasama baik
dengan orang tua siswa maupun dengan
masyarakat umum.
Pembelajaran yang baik bagi anak-
anak usia golden age adalah dengan
bermain yang menyenangkan. Hal tersebut
dikarenakan anak-anak di usia tersebut 1-5
tahun dunia bermain adalah kehidupannya.
Bruner (Donar, 2009) menekankan bahwa:
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 29
“Fungsi bermain bagi anak adalah sebagai
sarana untuk mengembangkan kratifitas
dan fleksibilitas, sehingga mampu
bereksperimen dengan memadukan
berbagai perilaku baru serta tidak biasa”.
Sementara Craff (Anwar, 2007)
mengemukakan bahwa fungsi bermain
anak adalah: (a) human physical (aspek
kemampuan fisik manusia); (b)
kemampuan stimulasi kreatifitas anak
seperti permainan manipulatif contohnya
memasang komponen yang dapat disusun
dalam berbagai bentuk. Menurut Freency
(Mardiyanto Didi, 2009) bahwa bermain
bagi anak itu mempunyai arti yang sangat
penting karena: (a) dengan bermain anak
dapat menyalurkan segala keinginan dan
kepuasan, kreatifitas dan imajinasinya; (b)
karena bermain mempunyai nilai yang
sangat penting bagi perkembangan fisik,
kognitif, bahasa dan sosial emosional
anak.
Peran Komite Sekolah, Komite
sekolah sebagai wadah aspirasi yang turut
mengawasi dan memberi sumbangsih pada
sekolah terdiri dari orang tua wali peserta
didik dan anggota masyarakat yang
menjadi anggota komite sekolah. Komite
sekolah adalah bagian dari stakeholder
atau masayarakat yang terlibat dalam
pengawasan dan keikutsertaan dunia
apendidikan. Penerapan tiga pilar dasar
pendidikan yang dilakukan oleh PAUD
Aisyiyah Balongpanggang bertujuan untuk
membangun interaksi atau hubungan yang
saling menguntungkan dalam mencapai
tujuan pendidikan. Sekolah sangat terbuka
untuk melibatkan orang tua dan anggota
masyarakat dalam melakukan peningkatan
mutu layanan sekolah. Interaksi yang
dilakukan dalam tiga pilar dasar
pendidikan yaitu antara orang tua, sekolah
dan komite sekolah memiliki hubungan
yang saling berkaitan untuk mencapai
tujuan bersama yang hendak dicapai.
Hubungan tersebut diwujudkan dengan
cara saling asah asih dan asuh pada anak
atau peserta didik. Saling melengkapi dan
memperkuat pada program sekolah
maupun mendidika anak abaik di sekolah
maupun dirumah. Semangat gotong
royong yang dijunjung untuk memperoleh
kebersamaan dalam menentukan tujuan
bersama dan menjadi mitra atau saling
bersinergi dalam arti berinteraksi antar
ketiga pilar dasar tersebut.
Kendala dan Pendukung Interaksi Tiga
Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
Kendala dari interaksi tiga pilar
dasar pendidikan anak usia dini
diantaranya: (1) Kendala Orang Tua,
anggapan bahwa anak yang sudah
dimasukkan dalam lingkungan sekolah
merupakan tanggungjawab lingkungan
sekolah, guru mendidik peserta didik
sangat terbatas, dan dalam prakteknya
guru mengawasi dan memperhatikan
banyak siswa. Hal ini tidak mungkin
dilakukan oleh orang tua jika
menyerahkan semua tentang kemajuan dan
perkembangan seutuhnya ditangan guru
saja. Anggapan sebagaimana dipaparkan di
atas, berkembang dan mengakar di
kalangan orangtua siswa dan masyarakat.
Lembaga sekolah di daerah-daerah
pelosok kususnya, untuk tetap berupaya
mengembangkan model komunitarian,
yakni model yang mengedepankan
keeratan sosial di antara siswa, orangtua
siswa, masyarakat dan sekolah dengan
didasarkan atas nilai kepercayaan dan
harapan yang sama, pengorganisasian
kurikulum yang sederhana, tidak
adanya pembedaan siswa, dan ukuran
yang tidak terlalu besar (Bauch dan
Goldring, 1995). Kemitraan sekolah dan
orang tua merupakan bagian dari tripusat
pendidikan. Istilah tripusat pendidikan
berasal dari istilah yang dipakai Ki Hajar
Dewantara. Tripusat pendidikan adalah
tiga pusat yang bertanggung jawab atas
terselenggarakannya pendidikan yaitu
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pada awalnya, dalam tata pendidikan
masyarakat tradisional, hanya ada dua
lembaga pendidikan yaitu lembaga
pendidikan keluarga dan lembaga
pendidikan masyarakat. (Dewantara,
30 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 1, Maret 2018
1977); (2) Kendala Sekolah, Keengganan
bermitra ada kalanya justru muncul dari
pihak guru (sekolah), karena hal-hal
berikut: (1) guru (sekolah) terbiasa
melakukan pekerjaan tanpa bantuan
orangtua siswa; (2) merasa sudah cukup
lelah menyelenggarakan pembelajaran di
dalam kelas, sehingga tidak mau lagi
disibukkan dengan kegiatan kemitraan; (3)
menganggap kehadiran orangtua siswa
sebagai ancaman; (4) mengetahi, bahwa
aktifitas kemitraan dengan orangtua siswa
dan masyarakat tidak tertulis dalam jam
kerja guru dengan kata lain yaitu anggapan
bahwa isu pentingnya pendidikan sudah
disampaikan oleh pemerintah, sehingga
tidak perlu lagi adanya bangunan
kemitraan; (6) menyadari betapa cepatnya
perubahan dan respon yang diharapkan,
sedangkan orangtua siswa biasanya kurang
sensitif terhadap hal bersangkutan; dan (7)
tidak tanggap terhadap fakta bahwa
orangtua siswa yang
memahami pekerjaannya, belum tentu
memahami hal ihwal peran pendidikan
(Preedy, 1993). Tujuan utama dari
interaksi yang dijalin dari ketiga pilar
dasar pendidikan di PAUD Aisyiyah
adalah untuk meningkatkan layanan mutu
sekolah. Pengertian layanan atau
pelayanan secara umum, menurut
Purwadarminta adalah meneyediakan
segala apa yang dibutuhkan orang lain
(Purwadarminta, 1996). Sedangkan
definisi layanan menurut Tjiptono (2004)
adalah kegiatan yang dilakukan
perusahaan kepada pelanggan yang telah
membeli produknya. Pengertian layanan
menurut Barata (2004) bahwa suatu
pelayanan dapat terbentuk karena adanya
proses pemberian layanan tertentu dari
pihak penyedia layanan kepada pihak yang
dilayani; (3) Kendala Komite Sekolah,
pembentukan komite sekolah ditujukan
untuk mewadahi, meyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program
pendidikan di satuan pendidikan,
meningkatkan tanggung jawab dan peran
serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan, serta
menciptakan suasana dan kondisi
transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan serta pelayanan
pendidikan yang berkualitas di satuan
pendidikan. Kendala yang muncul antara
lain komite yang terbentuk tidak berfungsi
(hanya papan nama) atau kehadiran komite
sekolah hanya bersifat formalitas semata,
komite sekolah seakan berfungsi sebagai
kebijakan kepala sekolah, terjadinya
persekongkolan antara kepala sekolah dan
komite sekolah, ada anggapan lain bahwa
komite sekolah dianggap sebagai masalah
baru oleh orang tua murid karena menjadi
faktor utama di balik iuran-iuran biaya
sekolah. Menurut Hasbullah (2006)
Komite Sekolah berkedudukan di setiap
satuan pendidikan, merupakan badan
mandiri yang tidak memiliki hubungan
hierarki dengan lembaga pemerintah.
Beberapa faktor terjadinya kendala komite
sekolah disebabkan, antara lain: buruknya
sosialisasi, minimnya pemahaman guru
dan orang tua murid, komite sekolah
dibentuk oleh kepala sekolah, dan belum
jelas kemana komite diarahkan.
Pendukung dari interaksi tiga pilar
dasar pendidikan diantaranya; (1)
Dukungan dari Orang Tua, keterlibatan
orang tua di Anak Usia Dini Aisyiyah
dalam tiga pilar dasar pendidikan anak
usia dini sangat baik, memberikan motifasi
dan menanamkan rasa percaya diri pada
guru serta menjalin hubungan komunikasi
yang aktif dengan pihak sekolah. Sebuah
pola hubungan yang harmonis antara
orangtua dan sekolah. Kerjasama antara
guru, orangtua, kalangan bisnis, dan
anggota masyarakat lainnya dalam bentuk
mitra penuh berpeluang besar dalam
menciptakan program pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan lokal yang unik
sekaligus menggambarkan
keanekaragaman di dalam sekolah. Jadi,
mereka dapat membawa iklim sekolah
yang baik karena menghargai dan
menanggapi adanya perbedaan dan
kesamaan di antara siswa. Berdasarkan
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 31
teori tersebut bahwa selain peran orang tua
sebagai anggota yang paling dominan
dalam suatu kelompok masyarakat
terkecil, di tuntut partisipasinya terhadap
lembaga pendidikan Anak Usia Dini. Hal
ini merupakan wujud kepedulian dan
tanggung jawab orangtua terhadap
pendidikan anak. Pentingnya partisipasi
orang tua dalam lembaga pendidikan Anak
Usia Dini telah disadari oleh banyak
pihak, kebijakan manajemen berbasis
sekolah (MBS) dalam reformasi
pendidikan pun menempatkan peranan
orang tua sebagai salah satu (dari 3) pilar
keberhasilannya; (2) Dukungan Sekolah,
pihak satuan PAUD bertindak sebagai: (1)
Pemrakarsa dalam kemitraan, yaitu pihak
yang mengawali untuk membangun
kemitraan, misalnya pada hari pertama
masuk sekolah, sekolah dalam hal ini
diwakili oleh wali kelas memimpin
pertemuan. Orangtua peduli sadar
pendidikan, aktif memberi stimulus, tekun
mendampingi. Warga peduli, konsisten
memantau, aktif berkontribusi, Pemerintah
peduli menyediakan akses dan jaminan,
menyederhanakan birokrasi, memiliki tata
kelola yang baik. Guru penyemangat
peduli pada murid, berkompeten, belajar
berkelanjutan. Orang tua/wali
berpartisipasi untuk membahas program
satuan PAUD dan agenda pertemuan
orang tua/wali. (2) Fasilitator kemitraan,
yaitu pihak yang memfasilitasi
terwujudnya kemitraan dengan keluarga
dan masyarakat, misalnya menyediakan
tempat penyelenggaraan kelas orang
tua/wali; dan (3) Pengendali kemitraan,
yaitu pihak yang mengendalikan secara
proaktif sehingga kemitraan terus berjalan
semakin baik, misalnya melakukan
evaluasi perubahan perilaku orang tua/wali
dalam keterlibatannya mendukung proses
pendidikan anak di rumah.
Dukungan sekolah dalam kaitanya
dengan interaksi tiga pilar dasar
pendidikan anak usia dini menjadi
pemrakarsa artinya sebagai pembuat
kurikulum, kebijakan, dan program serta
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini.
Sebagai fasilitator yang menjembatani
antara keinginan ataupun harapan orangtua
terhadap lembaga Aisyiyah untuk
memajukan pendidikan anak usia dini dan
sebagai pengendali mutu pendidikan; (3)
Dukungan Komite Sekolah, dukungan
komite sekolah dalam meningkatkan mutu
dan layanan pendidikan melalui kerjasama
antara komite sekolah, sekolah dan
orangtua, Kerjasama dan koordinasi yang
erat di antara tiga pilar dasar pendidikan
tersebut sehingga upaya dalam
meningkatkan mutu pendidikan dapat
efektif dan efisien. Keterlibatan komite
sekolah pada Anak Usia Dini Aisyiyah
Balongpanggang mendorong lembaga
untuk membuat program-program yang
melibatkan masyarakat, komite sekolah
juga mendorong orangtua dan masyarakat
berpartisipasi dalam pendidikan dan
menggalang dana masyarakat dalam
rangka pembiyayaan penyelenggaraan
pendidikan di Anak Usia Dini sehingga
semua berjalan lancar, maka pendidikan
berkualitas pun akan semakin
menunjukkan hasilnya. Komite sekolah
dalam fungsinya sebagai badan penasehat
bagi sekolah, dalam hal ini kaitannya
dengan pengelolaan sumber daya
pendidikan antara lain berperan
mengidentifikasikan berbagai potensi
sumber daya pendidikan yang ada dalam
masyarakat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat dirumuskan simpulan
sebagai berikut.
Bentuk-bentuk Interaksi Tiga Pilar Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini : (1) interaksi
searah; (2) interaksi dialogis; dan (3)
interaksi demokratis. Peran Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini: :
(1) peran orangtua, turut terlibat dalam
pendidikan anak yang diselenggarakan
oleh sekolah; (2) peran sekolah misalnya:
(a) menyediakan sarana dan prasarana
32 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 13, No. 1, Maret 2018
yang berupa APE dalam dan APE luar; (b)
pendidik dan tenaga kependidikan; dan (c)
menciptakan kegiatan pembiasaan pada
anak; (3) Peran Komite Sekolah, Komite
sekolah berperan sebagai pengawas yang
mengawasi pendidikan dan menggali dana
untuk anggaran sekolah. Kendala dan
pendukung interaksi tiga pilar pendidikan
adalah: keterbatasan waktu, tempat dan
keterbatasan pengetahuan orangtua,
kurangnya tenaga pendidik dan sarana
kelas kurang luas, Keterbatasan waktu
dan tempat, miss komunikasi atau
perbedaan pengertian dari anggota komite.
Pendukung interaksi tiga pilar dasar
pendidikan, sekolah memberikan
pendidikan yang bernuansa islami, komite
sekolah bisa mengendalikan mutu
pendidikan, layanan dan orangtua bisa
menjalin interaksi dengan hangat serta
menjalin komunikasi yang aktif dengan
pihak terkait.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
maka disarankan bagi sekolah, orangtua
dan komite sekolah selalu bekerjasama
dan saling berkomunikasi dalam
meningkatkan mutu layanan pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Balai Pustaka.
Andriani M, Wirjatmadi B 2012. Peranan
Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta:Kencana Perdana Media
Group.
Baharuddin dan Wahyuni. 2010. Teori
Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Barata, A.A. 2004. Dasar-dasar
Pelayanan Prima, Cetakan 2.
Jakarta: PT. Elek Media
Komputindo.
Berger, Charles R dan sterve H. Chaffe.
1983. Handbook Communication
science. Beverly Hills: Sage
publication.
Bogdan, Biklen, 1982. Pengantar Studi
Penelitian, PT.Alfabeta, Bandung.
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Creswell John.W. 2014. Penelitian
Kualitatif & Desain Riset.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen
Peningkatan Mutu Pendidikan
Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdikbud.
Dewantara, K.H. 1977. Karya Ki Hajar
Dewantara. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dirdjosisworo, Soedjono. 1985. Asas –
Asas Sosiologi. Bandung: CV
Armico.
DjamarahB.S. 2000.Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta.
Hasbullah. 2005. Dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta. Penerbit: PT Raja
Grasindo Persada.
Heinich, R. et al. 2002. Instructional
Media and Technology for
Learning, 7 th edition. New
Jersey: Prentice Hall, Inc. diakses
Tjiptono, Fandy. 2004. Strategi
Pemasaran, Edisi 2. Yogyakarta:
Andi.
Loomis, Charles P., Loomis, Zona. 1965.
Modern Social Theories.
Princeton: D.Van Nostrand
Company, IncCreswell (2014)
Mardiya. 2000. Kiat-Kiat Khusus
Membangun Keluarga Sejahtera.
Jakarta: BKKBN Pusat.
Merriam-Webster. 2011. Search Engine
Definition. Merriam-Webster
-Ummu Saadah, Interaksi Tiga Pilar Dasar Pendidikan Anak Usia Dini | 33
Online Dictionary. Retrieved
July 9, 2011, from
http://www.merriam-
webster.com/dictionary/search%
20engine.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis
Sekolah, Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya.
Prawirosentono, Suyadi. 2002.
Manajemen Sumber Daya
Manuasia: Kebijakan Kinerja
Karyawan, Edisi 1. Cetakan ke
Delapan. Yogyakarta: BPFE.
Preedy, M. 1993. Managing The Effective
School. Landon: Paul Chapman
Road.
Priyanto, Agus. 2011. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepuasan
Orang Tua, Siswa Terhadap
Layanan Pendidikan di Sekolah
(Studi pada Sekolah Unggulan di
Kabupaten Jombang).STKIP
PGRI Jombang.
Poerwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus
Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Robbins, Stephen.P dan Mary Coulter.
2005. Manajemen. Jakarta: PT.
INDEKS Kelompok Gramedia.
Sujana. 2005. Penilaian Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Rodakarya.
Soekanto, Soejono. 1986. Pengantar
Penelitian Hukum. Jakarta: UI
Press.
Syarbaini dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-
dasar Sosiologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syaukani, HR, dkk. 2002. Otonomi
Daerah Dalam Negara
Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ulfatin, Nurul. 2013. Metode Penelitian
Kualitatif Pendidikan. Malang:
Bayumedia