INFORMED CONSENT IMUNISASI DAN KEBIJAKAN Dl INDONESIA · 2019. 10. 25. · INFORMED CONSENT...

7
INFORMED CONSENT IMUNISASI DAN KEBIJAKAN Dl INDONESIA Rukmini* ABSTRACT Indubitable that immunization have brought changes very dramatic in the eff ort prevention of disease. The health program is most efficient and effective to degrading rate of morbidities and mortalities. But that way. after immunizatiOn can happened undesirable side effects and many controversy regarding of immunization. The problem can overcome by wise that IS execution of informed consent before immunizatiOn action. This matter as according to accomplishment of patient rights to get information concerning purposes and objectives of action. This article explained about informed consent , mformed consent for immunization and the policy of informed consent for immunization in Indonesi a To fulfill the patient rights, hence it is important to apply of informed consent before immunization that supported by government regul alion to assure the protection for patient and health workers. Key words: informed consent, immunization, policy PENDAH UL UAN B1dang preventif merupakan prioritas utama dalam lmgkup pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efe kt1f dalam upaya me nurunkan angka kemat1an bay1 dan balita. Penurunan insiden penyakit menular terJadl berpuluh-puluh tahun ya ng lampau di negara- negara maJU yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakup an luas . Upaya imunisasi d1selenggarakan d1 Indonesia sejak tahun 1956 yang d1perf uas menJadi Pengembangan Program lmunisasi (PPI) atau Expanded Program on Immunization (EPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penya kit yang Dapat Dicegah Dengan lmun isasi (PD 3 1) Pada akh1rnya Indonesia dinyatakan bebas penyak1t cacar tahun 1972 dan terjadi penurunan insiden beberapa penyakit menular secara menyolok terjad1 sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit d1fteri a, tetanus, pertusis, campak dan polio, (Depkes Rl, 2004). Namun demikian, setelah imunisasi dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan baik bersifat lokal maupun sistemik. Sebagian besar hanya bersifat ri ngan dan b1sa hilang sendiri. Reaksi berat yang ti da k terduga sampai yang mengancam ji wa bisa terj ad i meskipun jarang . Umumnya reaks1 te qad1 setelah dilakukan vaksmas1 , namun bisa juga reaksi tersebut muncul kemudian. 01 samp1ng itu masih terdapat kontroversi masalah 1mun 1sas i yang dipengaruhi oleh beberapa faktoryaitu program imu nisa si, vaksin , atau resipien yang me nerima vaksin, (Satari, 2005). lmunisas1 juga berdampak psikologis te rh adap orang tua dan masy arakat, karena imunisasi dilakukan pada anak yang sehat sehingga bila ter jadi reaksi betapapun kecilnya akan memicu rasa tidak aman pada orang tua Apa pun penyebabnya, masyarakat selalu bersikap menolak apabila timbul reaksi pascaimunisas1 Kond1s1 tersebut berakibat anak menjadi rentan terhadap penyaki t yang dapat dicegah dengan imunisasi yang menimbulkan kecacatan dan kematian. Sejalan dengan berkembangnya praktik yang menekankan p ada perl1ndungan dan konsep penghargaan pada individu ma ka dalam program imunisasi perlu memberikan inf ormasi kepada orang tua atau keluarga mengenai risiko dan keuntungan imunisasi dan penyakit ya ng akan dicegah (Hargiant i, dkk., 2006). Setiap anak harus mendapatkan manfaat dari imunisasi namun perfu diperhatikan keseimbangan akan imunitas dan reaktogenitas (reaks1 imunisasi) dan tindakan tersebut (lsmoediJanto, 2005). Pusat Penehtian dan Pengembangan Sistem dan Kebi Jakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - Departemen Kesehatan Rl lndrapura 17 Surabaya 601 76 E-ma11 mas_yatno@yahoo. co.id. 200

Transcript of INFORMED CONSENT IMUNISASI DAN KEBIJAKAN Dl INDONESIA · 2019. 10. 25. · INFORMED CONSENT...

  • INFORMED CONSENT IMUNISASI DAN KEBIJAKAN Dl INDONESIA

    Rukmini*

    ABSTRACT

    Indubitable that immunization have brought changes very dramatic in the effort prevention of disease. The health program is most efficient and effective to degrading rate of morbidities and mortalities. But that way. after immunizatiOn can happened undesirable side effects and many controversy regarding of immunization. The problem can overcome by wise that IS execution of informed consent before immunizatiOn action. This matter as according to accomplishment of patient rights to get information concerning purposes and objectives of action. This article explained about informed consent, mformed consent for immunization and the policy of informed consent for immunization in Indonesia To fulfill the patient rights, hence it is important to apply of informed consent before immunization that supported by government regula lion to assure the protection for patient and health workers.

    Key words: informed consent, immunization, policy

    PENDAHULUAN

    B1dang preventif merupakan prioritas utama dalam lmgkup pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efekt1f dalam upaya menurunkan angka kemat1an bay1 dan balita . Penurunan insiden penyakit menular terJadl berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maJU yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas. Upaya imunisasi d1selenggarakan d1 Indonesia sejak tahun 1956 yang d1perfuas menJadi Pengembangan Program lmunisasi (PPI ) atau Expanded Program on Immunization (EPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD31) Pada akh1rnya Indonesia dinyatakan bebas penyak1t cacar tahun 1972 dan terjadi penurunan insiden beberapa penyakit menular secara menyolok terjad1 sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit d1fteria, tetanus, pertusis, campak dan polio, (Depkes Rl , 2004).

    Namun demikian, setelah imunisasi dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan baik bersifat lokal maupun sistemik. Sebagian besar hanya bersifat ri ngan dan b1sa hilang sendiri . Reaksi berat yang tidak terduga sampai yang mengancam j iwa bisa

    terjad i meskipun jarang. Umumnya reaks1 teqad1 seg~ra setelah dilakukan vaksmas1, namun bisa juga reaksi tersebut muncul kemudian . 0 1 samp1ng itu masih terdapat kontroversi masalah 1mun1sas i yang dipengaruhi oleh beberapa faktoryaitu program imunisasi , vaksin , atau resipien yang menerima vaksin, (Satari, 2005). lmunisas1 juga berdampak psikologis te rh adap orang tua dan masyarakat, karena imunisasi dilakukan pada anak yang sehat sehingga bila terjadi reaksi betapapun kecilnya akan memicu rasa tidak aman pada orang tua Apa pun penyebabnya, masyarakat selalu bersikap menolak apabila timbul reaksi pascaimunisas1 Kond1s1 tersebut berakibat anak menjadi rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang menimbulkan kecacatan dan kematian.

    Sejalan dengan berkembangnya praktik yang menekankan pada perl1ndungan dan konsep penghargaan pada individu maka dalam program imunisasi perlu memberikan informasi kepada orang tua atau keluarga mengenai risiko dan keuntungan imunisasi dan penyakit yang akan dicegah (Hargianti, dkk., 2006). Setiap anak harus mendapatkan manfaat dari imunisasi namun perfu diperhatikan keseimbangan akan imunitas dan reaktogenitas (reaks1 imunisasi) dan tindakan tersebut (lsmoediJanto, 2005).

    Pusat Penehtian dan Pengembangan Sistem dan KebiJakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - Departemen Kesehatan Rl lndrapura 17 Surabaya 601 76 E-ma11 [email protected].

    200