IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

113
IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA TESIS Oleh : MUHAMMAD ZAKIR 105.03.14.009.18 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN

BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

TESIS

Oleh :

MUHAMMAD ZAKIR

105.03.14.009.18

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI

KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

Yang disusun dan diajukan Oleh

MUHAMMAD ZAKIR

Nomor Induk Mahasiswa : 105.03.14.009.18

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Lukman Hakim, M.Si Dr. H. Anwar Parawangi, M.Si

Mengetahui :

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi

Unismuh Makassar Magister Administrasi Publik

Dr. H. Darwis Muhdina.M.Ag Dr. Hj. Fatmawati, M.Si

NBM.483523 NBM. 1076424

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

LEMBAR PERBAIKAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa mahasiswa :

Nama Mahasiswa : Muhammad Zakir

NIM : 105.03.14.009.18

Program Studi : Magister IlmuAdministrasi Publik

Judul Tesis : Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa

Setelah diperiksa dan diteliti, maka TESIS ini telah memenuhi syarat untuk

diujikan pada ujian tutup.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk digunakan dalam proses

administrasi selanjutnya.

Makassar, 7 Oktober 2020

Disetujui oleh

Komisi Penguji :

Dr. H. Lukman Hakim, M.Si. ....................................................

(Ketua Pembimbing/Penguji)

Dr. H. Anwar Parawangi,M.Si ....................................................

(Sekretaris Pembimbing/Penguji)

Dr. Hj. Fatmawati,M.Si .........................................................

(Penguji)

Dr. Hafiz Elfiansyah Parawu, ST.,M.Si. .........................................................

(Penguji)

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

ABSTRAK

Muhammad Zakir, 2020. Implementasi Program Musrenbang Dikecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa, dibimbing oleh H.Lukman Hakim dan H.

Anwar Parawangi., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program Musrenbang

Di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa aspek Pembangunan

Kehidupan sosial masyarakat.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dengan

pejabat pada kantor Kecamatan Bontonomp Kabupaten Gowa, para kepala

Desa,tokoh masyarakat , pengamatan dan dokumentasi, sementara tehnik

analisis data yaitu melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program

Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dinilai efektif,

Alasannya, Program musrenbang yang telah diimplementasikan sesuai dengan

hasil usulan musyawarah masyarakat adapun program musrenbang yang tidak

terealisasi dapat dimaknai sebagai program yang tidak tersingkronisasi dengan

program di dinas instansi terkait.selanjutnya juga masalah ketersediaan

anggaran menjadi sala satu faktor. Adapun program musrenbang dikecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa dinilai efektif karena disesuaikan dengan

usulan didesa berdasarkan dengan skala prioritas.

Kata Kunci: Implementasi, Program, Musrenbang

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr Wb.

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas

segala Rahmat dan Karunianya pada penulis, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “ IMPLEMENTASI

PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN BONTONOMPO

KABUPATEN GOWA “.

Tesis ditulis dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister (S.2) di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada

semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan

kontribusi dalam menyelesaikan Tesis ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan

kepada:

1. Bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag sebagai Direktur Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah

memberikan izin dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi di Program Pascasarjana di UNISMUH MAKASSAR.

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

2. Ibu Dr. Hj. FATMAWATI, M.Si, sebagai ketua Program Studi Magister

Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

memberikan arahan awal sebelum seminar hasil.

3. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan

doa, motivasi, sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini hingga selesai.

4. Bapak Dr. H. LUKMAN HAKIM, M.Si. Sebagai pembimbing 1, yang

telah mengarahkan dan membimbing penulis selama penulisan tesis.

5. Bapak Dr. H. ANWAR PARAWANGI, M.Si. Sebagai Pembimbing 2,

yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama penulisan tesis.

6. Seluruh dosen dan staf administrasi serta petugas perpustakaan pada

program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, yang secara

langsung atau tidak langsung telah memberi bantuan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis.

7. Istri tercinta dan Anak-anak tersayang yang telah memberikan dorongan

setulus hati dalam menyelesaikan studi program Pascasarjana, semoga ilmu

yang penulis dapatkan bermanfaat bagi keluarga, dan

8. Seluruh rekan-rekan M.AP yang telah saling mendukung untuk melalui

perjuangan bersama-sama, yang telah memberikan sumbangan pemikiran

dan motivasi sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya bidang Ilmu Administrasi Publik di sekolah maupun

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

di Perguruan Tinggi serta bermanfaat bagi para pembaca. Amin yaa rabbal

alamin.

Makassar, 7 Oktober 2020

Penulis

Muhammad Zakir

NIM. 105.03.14.009.18

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERBAIKAN TESIS ....................................................................... iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

A. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 8

B. Konsep Implementasi ................................................................... 10

C. Pembangunan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Desa .................. 17

D. Kerangka Pikir ................................................................................ 20

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 23

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................... 23

B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 23

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 24

E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 24

F. Tahapan-Tahapan Penelitian dan Jadwalnya ................................. 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 27

A. Deskripsi Karakteristik Obyek Penelitian .................................... 27

1. Deskripsi Geografis .................................................................. 27

2. Deskripsi Kelembagaan ............................................................ 27

B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 32

1. Pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan .................................. 32

C. Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo. . 45

D. Program Kegiatan Yang telah di Musrenbangkan ......................... 46

1. Program dan Kegiatan yang telah disepakati pada

musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa ..... 47

2. Program kegiatan yang telah di Implementasikan .................... 47

3. Faktor penyebab program musrenbang belum

terimplementasi ........................................................................ 47

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 71

A. SIMPULAN ................................................................................... 71

B. SARAN.......................................................................................... 72

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

UNDANG – UNDANG DAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN ......... 77

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. INSTRUMEN PENELITIAN

2. IZIN PENELITIAN

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

ABSTRAK

Muhammad Zakir, 2020. Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh H. Lukman Hakim dan H. Anwar Parawangi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program

Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dilihat dari aspek

komunikasi, struktur, sumber daya dan disposisi.

Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan

teknik pengumpulan data wawancara mendalam dengan pejabat pada kantor

Kecamatan Bontonomp Kabupaten Gowa, para kepala Desa,tokoh masyarakat

,dan dokumentasi, tehnik analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

Informan penelitian sebanyak 6 orang yang dikutip secara purposive.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program Musrenbang

di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dari aspek komunikasi sangat

efektif, hal ini dilihat dari adanya komunikasi program dari Satuan kerja perangkat

daerah. dari segi struktur juga sudah efektif, hal ini dilhat dari struktur birokrasi

yang saling mendukung dalam Program musrenbang, dari segi sumber daya yang

masih kurang, hal tersebut karena para anggota DPRD adalah orang yang masih

baru dan belum berpengalaman. Dan secara keseluruhan implementasikan

program musrenbang sudah sesuai dengan hasil usulan musyawarah masyarakat

adapun program musrenbang yang tidak terealisasi dapat dimaknai sebagai

program yang tidak tersingkronisasi dengan program di dinas instansi

terkait.selanjutnya juga masalah ketersediaan anggaran menjadi sala satu faktor.

Adapun program musrenbang dikecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sudah

efektif karena disesuaikan dengan usulan didesa berdasarkan dengan skala

prioritas.

Kata Kunci: Implementasi, Program, Musrenbang

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai Suatu proses perumusan

alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan

fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian

kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun

nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik”.

Sistem Perencanaan Pembangunan adalah satu kesatuan tata cara

perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana – rencana pembangunan

dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat baik ditingkat pusat maupun didaerah.

Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang

telah diamanatkan dalam Undang – Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. bahwa tugas pokok bangsa selanjutnya adalah

menyempurnakan dan menjaga kemerdekaan itu serta mengisinya dengan

pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap

dan berkesinambungan, untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif,

efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan Nasional, dengan

disusunnya perencanaan pembangunan Nasional diharapkan dapat menjamin

tercapainya tujuan negara yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD) Kabupaten

Gowa tahun 2016-2021 yang merupakan penjabaran dari Visi, misi dan program

Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan , SH., MH dan wakil Bupati Gowa, H. Abdul

Rauf Malagani, S.Sos., M.Si.

Dokumen RPJMD Kabupaten Gowa merupakan dokumen perencanaan

pembangunan daerah yang dibuat setiap 5 ( Lima ) tahun sebagai bagian dari proses

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang tidak terpisahkan dari sistem

perencanaan pembangunan nasional. Penyusunan RPJMD merupakan implementasi

dari amanah Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan

Pembangunan Nasional dan Undang – Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang – undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua Undang – Undang Nomor 23 Tahun

2014.

Proses dan tahapan penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Gowa diawali

dengan penyusunan Rancangan Teknokratis yang difasilitasi oleh P3Km Unhas dan

didukung oleh Bappenas, Fasilitasi dimaksud dilakukan dalam bentuk workshop

dengan melibatkan beberapa perwakilan dari berbagai satuan kerja perangkat daerah (

SKPD ) lingkup Pemerintah Kabupaten Gowa.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan

yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia, Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara

perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan

dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Isu sentral yang marak berkembang dalam beberapa dekade terakhir ini

terutama sejak berlakunya orde reformasi dan otonomi daerah di Indonesia adalah

inplementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan ( Musrenbang ) yang dikaitkan

dengan isu partisipasi dan pembangunan kesejahteraan sosial dalam konteks

community development. Sejumlah program-program yang ditujukan untuk

pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat dengan model pendekatan partisipatif

Di Kabupaten Gowa, terdapat 18 kecamatan dan salah satunya adalah

Kecamatan Bontonompo dengan jumlah penduduk 42.646 Jiwa, 12.508 KK.

Sejumlah penduduk tersebut, tersebar pada 3 kelurahan dan 11 desa dengan struktur

pelapisan masyarakat yaitu adanya golongan yang memimpin dan golongan yang

dipimpin.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat

Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana

pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah. Musyawarah perencanaan

dimulai dari Musyawarah dusun ( Musdus ) yang menyerap seluruh usulan dari tokoh

yang ada didusun untuk duduk bersama membicarakan terkait apa yang akan

dilakukan untuk pembangunan didusun tersebut, kemudian dilanjutkan dengan

Musyawarah tingkat desa ( Musrenbang desa ) dan membahas terkait apa yang

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

menjadi skala prioritas di desa tersebut yang akan diajukan pada Musyawarah

pembangunan tingkat kecamatan. Musrenbang tingkat kecamatan dilaksanakan

dengan melibatkan seluruh unsur yakni, Anggota DPRD, Tripika, Dinas Instansi,

Desa/Kelurahan, Ketua BPD/LKMD, Tokoh Agama, Tokoh Pendidik, Tokoh

masyarakat,Tokoh Perempuan, dan Tokoh Pemuda. Musrenbang diselenggarakan

dalam rangka menyusun Rencana Pembangunan Jangka panjang ( RPJP ) dan diikuti

oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat.

Usaha untuk mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi

penduduk di Kecamatan Bontonompo tersebut, mutlak memerlukan peningkatan

kesejahteraan sosial melalui pendekatan pembangunan partisipatif dari masyarakat.

Hal ini menuntut peran yang lebih besar dari camat untuk memainkan fungsi

kepemimpinannya di dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk memacu

pembangunan kesejahteraan sosialnya.

Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa

dipaksa dengan kata lain partisipasi adalah keterlibatan secara spontan dengan

kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai

tujuan, dalam kegiatan musyawarah penyusunan perencanaan pembangunan.

Tuntutan akan peranan kepemimpinan camat tersebut perlu dan sangat penting

untuk dioptimalkan sesuai dengan dimensi-dimensi peranan yang dibutuhkan dalam

upaya meningkatkan partisipasi masyarakat tersebut. Realitas perkembangan yang

terjadi, dimana hasil pelaksanaan Musrenbang tidak sesuai dengan harapan

masyarakat yang telah mengikuti tahapan pelaksanaan musrenbang untuk

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai program-program pemerintah

yang ditujukan untuk peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial.

Sejumlah perilaku camat dengan power dan otoritas yang dimiliki cenderung

hanya menggunakan partisipasi masyarakat bukan didasarkan pada komitmen untuk

pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat melainkan untuk kepentingan tertentu

misalnya pilkada dan pilkades.

Hal ini pada akhirnya akan mengurangi partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan musrenbang yang sebenarnya menjadi harapan dalam peningkatan

pembangunan kesejahteraan sosial, hal itu perlu dilakukan Untuk mendorong

partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial ekonomi, sehingga diharapkan

mereka dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya, namun kenyataannya hal

ini berjalan kurang optimal dan tidak sesuai yang diharapkan.

Kondisi pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat di Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa yang dinilai relatif masih terbelakang, dimana hal ini

menuntut peran pemerintah kecamatan sebagai aktor pembangunan atau sebagai agen

pembaharu untuk mengaktualisasikan kepemimpinannya di dalam mempengaruhi

sikap dan perilaku serta opini masyarakat setempat agar mau meningkatkan taraf

hidupnya dengan berpartisipasi terhadap program-program pemerintah yang berkaitan

dengan hal ini.

Pelaksanaan Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa seharusnya mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dikecamatan

Bontonompo dalam menciptakan masyarakat yang partisipatif sehingga arah dan

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

tujuan serta kebijakan program pembangunan nasional dapat terwujud sesuai dengan

yang digariskan dalam UUD 1945, Pancasila dan GBHN, yaitu terwujudnya

masyarakat adil makmur dan sejahtera. Jadi masyarakat disini diharapkan selain

objek dari hasil pembangunan, tapi sekaligus sebagai subjek dalam perencanaan

pembangunan.

Musrenbang adalah perencanaan untuk pelaksanaan pembangunan tahun

anggaran berikutnya di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Sedangkan

Peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah suatu tujuan yang mau dicapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diformulasikan rumusan masalah

sebagai berikut:

“ Bagaimana Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa? “

Penelitian ini difokuskan pada pemerintah kecamatan setempat yaitu Camat

dan Kepala Desa dalam melakukan Implementasi Program Musrenbang di

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Menggambarkan Implementasi Program Musrenbang dalam mendorong

partisipasi masyarakat melalui program-program yang ditujukan untuk

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial di Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa.

2. Menggambarkan program Musrenbang yang terealisasi dan tidak terealisasi yang

ditujukan untuk peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial di Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan

baik teoritis maupun praktikal sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis :

a. Menambah khazanah pengembangan ilmu-ilmu administrasi khususnya pada

Konsentrasi Kebijakan Publik Program Administrasi Publik Program Pasca

sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Sebagai bahan informasi bagi calon peneliti yang akan melakukan penelitian

yang sama dengan fokus permasalahan pada analisis tentang Inplementasi

Program Musrenbang meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan kesejahteraan sosial di Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa.

2. Manfaat Praktikal:

a. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah khususnya di Kecamatan

Bontonompo Kabupaten Gowa untuk mengoptimalkan Inplementasi

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Musrenbang dalam mendorong tingkat partisipasi dan kesejahteraan sosial

masyarakat.

b. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat sehubungan dengan Inplementasi

Porgram Musrenbang dalam mendorong partisipasi masyarakat terhadap

pembangunan kesejahteraan sosial di Kecamatan Bontonompo.

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Yang Relevan

Supadmi Utin Sri Ayu 1, AB. Tangdililing 2, Mahyudin Syafei 3, Judul

Pelaksanaan hasil musyawarah perencanaan Pembangunan (musrenbang) di

kecamatan Kapuas kabupaten sanggau (Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013 )

Tujuan Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan pelaksanaan hasil Musrenbang di Kecamatan Kapuas Kabupaten

Sanggau belum sesuai dengan usulan kegiatan. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua Kelurahan dan Desa di

Kecamatan Kapuas mengusulkan kegiatan yang kurang lebih sama, yang

membedakan hanya lokasi kegiatannya saja. Adapun jenis kegiatan tersebut terdiri

dari bidang ekonomi, fisik dan sosial budaya. Berdasarkan daftar usulan yang

diajukan oleh masyarakat disetiap desa/kelurahan terlihat fenomena usulan dalam

Musrenbang di tingkat Kecamatan didominasi kegiatan fisik. Meskipun demikian

prioritas kegiatan yang diusulkan untuk masing-masing desa/kelurahan berbeda.

Lebih jauh dari keterangan dari para informan menunjukkan berbagai aspirasi yang

disampaikan oleh masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbang merupakan kebutuhan

dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, disini terlihat bahwa masyarakat

sudah mengetahui apa yang harus mereka usulkan kepada pemerintah melalui

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Musrenbang. Dan lebih dari itu dapat diketahui juga bahwasannya berbagai aspirasi

yang disampaikan oleh masyarakat lebih menitik beratkan pada hal-hal yang sifatnya

urgen yaitu menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari.

Bedanya dengan Penelitian ini adalah pokus penelitian pada Usulan – usulan

pemerintah desa dan kelurahan tampa melibatkan partisipasi masyarakat sedangkan

penelitian saya kepada Inplementasi Musrenbang dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat dikecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Farid Moh. dan Noora Fithriana Judul Implementasi Kebijakan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Sumenep (JISIP : Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol.5, No. 2 (2016) ) Tujuan Untuk

Mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat dalam perencanaan Pembangungan,

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, Hasil Penelitian Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) di Kabupaten Sumenep bisa dikategorikan sudah baik.

Dan sudah sesuai dengan teori yang dipakai dalam penelitian ini. Karena yang

pertama hasil proses pelaksanaan Musrenbang Kabupaten Sumenep sudah sesuai

dengan Visi-Misi Kabupaten Sumenep yang difokuskan pada sektor Pembangunan

Kabupaten Sumenep

Stagmen di penelitian ini berfokus usulan usulan dari desa dan kelurahan di

Kab. Sumenep sedangkan penelitian saya kepada seluruh aspek Inplementasi

Program Musrenbang dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dikecamatan

Bontonompo Kab. Gowa.

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Padang Wendi Suprapto 1 Heri Kusmanto 2 ( JAP Vol.6 No.2 ) Judul :

Perencanaan Partisipatif Dalam Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2014-2019.

Tujuan Penelitian ini untuk Mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat

dalam proses penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten

Dairi metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, Penentuan subjek penelitian atau informan ini berdasarkan

pendekatan purposive sampling. teknik pengumpulan data yang dipergunakan,

Wawancara, Observasi dan Dokumentasi. Untuk menjawab pertanyaaan dalam

penelitian ini digunakan teknik analisis dengan pendekatan kualitatif

Hasil Penelitian Partisipasi masyarakat dalam Proses Penyusunan RPJMD

Kabupaten Dairi Tahun 2014-2019 masih cenderung bersifat elitis, tidak transparan

serta belum mencerminkan keterwakilan unsur secara proporsional. Dimana dalam

hal penentuan stakeholders masih didominasi oleh unsur pemerintah dan tidak

terdapat transparansi dan kriteria yang jelas dari pihak pemerintah Kabupaten Dairi

dalam hal kriteria-kriteria stakeholders yang mengikuti Musrenbang tersebut.

Dalam Penelitian ini partisipasi masyarakat tidak mendapatkan arahan dari

pemerintah kecamatan di Kab. Dairi sedangkan dalam penelitian saya lebih fokus

pada Inplementasi Program Musrenbang dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

di Kecamatan Bontonompo Kab. Gowa

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

B. Konsep Implementasi

Implementasi merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

maupun swasta, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk

mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sementara implementasi menurut Nugroho,

(2004:158) pada prinsipnya adalah cara yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan

yang dinginkan Implementasi merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara

yang dilakukan oleh individu atau kelompok orang untuk pencapaian tujuan yang

telah dirumuskan.

Implementasi menurut Meter Van dan Van Horn (1975:447), menjelaskan

bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu

individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan.

Berdasarkan pengertian di atas maka implementasi mempunyai unsur yaitu

program, target dan pelaksanaan dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Sehingga dalam pelaksanaannya kecil kemungkinan terjadi kesalahan, kalaupun ada

kesalahan maka akan dapat disadari dengan cepat. Meter Van dan Van Horn

(1975:471) mengetengahkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap

suatu organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan :

1. Kompetisi dan ukuran staf suatu badan;

2. Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan proses-

proses dalam badan-badan pelaksana;

Page 24: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

3. Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan diantara anggota

anggota legislative dan eksekutif);

4. Vitalitas suatu organisasi;

5. Tingkat komunikasi-komunikasi “terbuka”, yang didefinisikan sebagai jaringan

kerja komunikasi horizontal dan vertical secara bebas serta tingkat kebebasan yang

secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu individu diluar organisasi;

6. Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan “pembuat keputusan” atau

“pelaksanan keputusan”.

Pendapat yang diungkapkan Meter Van dan Van Horn ini adalah hal yang

sangat penting, karena kinerja implementasi sangat dipengaruhi oleh sifat ataupun

ciri-ciri dari pelaksana tersebut. Apabila implementor memiliki sifat atau karakteristik

yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang

diinginkan oleh pembuat kebijakan dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi

kebijakan. Jadi, implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan.

Pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu

apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi

masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan

masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Meter Van dan Van Horn (dalam

Subarsono, 2006:95-100) mengemukakan model implementasi kebijakan yang

menghadirkan bahwa implementasi kebijakan publik, implementor dan kinerja

Page 25: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

kebijakan publik. Terdapat lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi

kebijakan publik yaitu standar dan sasaran kebijakan; sumber daya; komunikasi antar

organisasi dan penguatan aktivitas; karakteristik agen pelaksana; kondisi ekonomi

sosial dan politik.

Model Implementasi kebijakan Meter Van dan Van Horn dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar II.1 Model Implementasi kebijakan Van meter dan Van Horn

Selain model implementasi yang dikemukakan oleh Van Metter, terdapat

model implementasi lainnya yaitu implementasi yang dikembangkan oleh Edward III.

Dalam pendekatan yang diteorikan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang

sangat menentukan efektivitas suatu kebijakan, yaitu: Komunikasi, Sumber Daya,

Disposisi; dan Struktur Birokrasi. Model ini mengumpamakan implementasi

kebijakan berjalan secara linier dari komunikasi, sumber daya politik yang tersedia

dan pelaksanaan implementasi kebijakan. Pertama, yang mempengaruhi efektivitas

implementasi dari suatu kebijakan, adalah komunikasi. Menurut Edward III

Komunikasi antar

Organisasi dan Pelasana

Kegiatan

Standar dan

Sasaran

Sumber

daya

Karakteristik

badan

pelaksana

Sikap

Pelaksana

Kinerja

Kebijakan

Lingkungan

Sosial, Ekonomi

dan Politik

Page 26: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi

kebijakan publik.

Model Kebijakan Implementasi menurut Edward III dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar II.2 Implementasi Edward III

Implementasi yang akan terjadi apabila para pembuat keputusan (decision

maker) sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang

akan mereka kerjakan baru dapat berjalan manakala komunikasi berjalan dengan

baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus

ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat.

Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat dan

konsisten. Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat

keputusan dan para implementor semakin konsisten dalam melaksanakan setiap

kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Kedua, menurut Edward III yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya.

Sumber daya merupakan hal penting lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan

dengan baik. Indikator indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana

sumberdaya dapat berjalan dengan baik dan rapi, yaitu staf, informasi, wewenang dan

KOMUNIKASI

STRUKTUR

SUMBER DAYA

DISPOSISI

IMPLEMENTASI

IIII

Page 27: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

fasilitas. Ketiga, variabel yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu kebijakan

adalah disposisi.

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga

dalam pendekatan mengenai implementasi suatu kebijakan. Jika implementasi suatu

kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui

apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk

melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak menjadi bias. Hal-hal penting

yang perlu dicermati pada variabel disposisi adalah pengangkatan birokrat dan

insentif

Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi

masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya

orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif

oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.

Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor

pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini

dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi.

Keempat, menurut Edward III yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

suatu kebijakan adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk

melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui

apa yang harusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu

kebijakan, tetapi kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau

terealisasi masih tetap ada karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.

Page 28: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang,

ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini

akan menyebabkan sumber-sumbernya.

Sementara itu, keberhasilan implementasi menurut Grindle (dalam Subarsono,

2005:94) dipengaruhi oleh dua variabel utama yaitu isi kebijakan (content of policy)

dan lingkungan implementasi (context of implementation). Isi kebijakan mencakup:

(1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan; (2) jenis manfaat yang akan

dihasilkan; (3) derajat perubahan yang diinginkan; (4) kedudukan pembuat kebijakan;

(5) siapa pelaksana program; (6) sumber daya yang dikerahkan. Variabel lingkungan

kebijakan mencakup: (1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang

dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik

institusi dan rezim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan responsivitas

kelompok sasaran.

Gambar II.3 Model implementasi menurut Grindle

Tujuan Kebijakan

Tujuan yang

ingin dicapai ?

Melaksanakan dipengaruhi oleh :

a. Isi Kebijakan

1. Kepentingan Yang dipengaruhi

2. Tipe Manfaat

3. Derajat Perubahan yang diharapkan

4. Letak Pengambilan Keputusan

5. Pelaksanaan Program

6. Sumber daya yang dilibatkan

b. Konteks Implementasi

1. Kekuasaan,Kepentingan dan strategi

yang terlibat.

2. Karakteristik Lembaga dan Penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Hasil Kebijakan

a. Dampak pada

masyarakat, individu,dan

Kelompok

b. Perubahan dan

Penerimaan oleh

masyarakat

Program Aksi dan

Proyek Individu yang

didesain

dan dibiayai

Program yang

dijalankan seperti

yang direncanakan

Mengukur

Keberhasilan

Page 29: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2005: 94) dan Tilaar dan

Nugroho (2008: 215), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi :

a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem).

Kategori tractability of the problem mencakup variabel-variabel yang

disebutkan oleh Subarsono (2005: 95-96): (1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah

yang bersangkutan (2) Tingkat kemajemukan kelompok sasaran (3) Proporsi

kelompok sasaran terhadap total populasi (4) Cakupan perubahan perilaku yang

diharapkan”.

b. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturisasikan proses implementasi (ability of

statute to structure implementation)

Kategori ability of statute to structure implementation mencakup variabel-

variabel yang disebutkan oleh Subarsono (2005: 97-98). (1) Kejelasan isi kebijakan

(2) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoretis (3) Besarnya alokasi

sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut (4) Seberapa besar adanya

keterpautan dan dukungan antar instansi pelaksana (5) Kejelasan dan konsistensi

aturan yang ada pada badan pelaksana (6) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan

kebijakan (7) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi

dalam implementasi kebijakan.

c. Variabel di luar kebijakan / variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting

implementation)

Page 30: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Kategori nonstatutory variables affecting implementation mencakup variabel-

variabel yang disebutkan oleh Subarsono (2005: 98-99).”(1) Kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi (2) Dukungan publik terhadap kebijakan

(3) Sikap dari kelompok pemilih (constituent groups) (4) Tingkat komitmen ( 5 )

Dukungan dari penguasa dan keterampilan dari aparat dan implementor.

Gambar II.4. Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Sabatier

Winter dalam Riant Nugroho (2007), mengidentifikasi empat variable kunci

yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu :

1. Proses formasi kebijakan

2. Perilaku Organisasi implementasi

Mudah tidaknya masalah dikendalikan

1. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang

bersangkutan

2. Tingkat kemajemukan kelompok sasaran

3 Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi

4. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan

Variabel di luar kebijakan / variabel lingkungan

1. Kondisi dan teknologi sosial ekonomi

2. Media memperhatikan masalah tersebut

3. Dukungan publik

4. Sikap dan sumber daya kelompok pemilih

5. Dukungan dari penguasa

6. Keterampilan komitmen dan kepemimpinan

dalam mengimplementasikan

7. Pejabat

Kemampuan kebijakan untuk menstrukturisasikan proses

implementasi

1. Kejelasan isi kebijakan

2. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan

teoretis

3. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap

kebijakan tersebut

4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar

instansi pelaksana

5. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan

pelaksana

6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan

7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan

Tahapan (variabel dependen) dalam proses implementasi

Keluaran

kebijakan lembaga

pelaksana

Kepatuhan

terhadap keluaran

kebijakan oleh kelompok sasaran

Dampak aktual

dari keluaran

kebijakan

Dampak yang

dirasakan dari

keluaran kebijakan

Revisi besar dalam

undang-undang

Page 31: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

3. Prilaku birokrat pelaksana ditingkat bawah (street-level bureaucrats).

4. Respon kelompok target kebijakan dan perubahan dalam masyarakat.

C. Konsep Partisipasi Masyarakat

Salah satu unsur penting yang diperlukan dalam menunjang keberhasilan

pembangunan desa adalah partisipasi dari masyarakat itu sendiri dalam upaya

memperbaiki taraf hidup mereka. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa

mutlak diperlukan karena masyarakat yang memegang kendali pelaksanaan

pembangunan baik sebagai objek maupun subjek dari pembangunan itu sendiri.

Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan, atau proses

belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan

tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat. Menurut Slamet ( 2003:8 ) Ada tiga

tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat

yang demokratis yaitu: 1) partisipasi politik (Political Participation), 2) partisipasi

sosial (Social Participation) dan 3) partisipasi warga (Citizen

Participation/Citizenship), ke tiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Partisipasi Politik, political participation lebih berorientasi pada”mempengaruhi”

dan ”mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang

partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.

2. Partisipasi Sosial, social Participation partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan

masyarakat terutama yang dipandang sebagai beneficiary atau pihak di luar proses

pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan

Page 32: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian,

implementasi, pemantauan dan evaluasi.

3. Partisipasi Warga, citizen participation/citizenship menekankan pada partisipasi

langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses

kepemerintahan.

Menurut Davis dalam Kusnaedi (1995), partisipasi adalah : Keterlibatan mental

dan emosional dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan

kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan.

Dengan demikian yang dimaksud partisipasi adalah ikut secara bersama-sama dalam

sebuah kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Korten (1986:23) mengemukakan bahwa : Partisipasi adalah suatu

tindakan yang mendasar untuk bekerja sama. Dimana kerjasama tersebut memerlukan

waktu dan usaha agar menjadi mantap dan hanya bisa berhasil baik dan terus menerus

bila ada kepercayaan bersama. Kepercayaan tidak datang dengan gampang , karena

erat hubungannya dengan latar belakang daripada individu masing-masing.

Adapun partisipasi menurut Ndraha (1987:103-104),pada hakekatnya dapat

dikategorikan menjadi 6 (enam) tahap, yaitu :

1. Partisipasi dalam atau kontak dengan pihak lain.

2. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan member! tanggapan

terhadap informasi.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan termasuk dalam pengambilan

keputusan(penetapan)suatu rencana

Page 33: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan

5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dari mengembangkan hasil

pembangunan.

6. Partisipasi dalam menilai hasil pembangunan.

Partisipasi memuat dua arah, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal.

Dalam konteks partisipasi vertikal, biasanya terjadi dalam kondisi tertentu dimana

masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain dalam

hubungan mana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan atau pengikut atau

klien. Sedangkan dalam konteks partisipasi horizontal, terjadi pada saat dimana setiap

anggota/ kelompok masyarakat berpartisipasi antara satu dengan yang lain ( Raharjo,

1983).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut partisipasi dalam pembangunan desa

merupakan fungsionalisasi dari semua potensi yang ada, baik sumber daya alam

maupun sumber daya manusia pada siluasi yang kondusif yang ditujukan kepada

peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat desa.

Sementara itu menurut Tjokroaminoto (1995:208) pentingnya partisipasi dalam

pembangunan karena alasan-alasan :

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

adalah merupakan akibat logis dari dalil-dalil tersebut.

2. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi

tentang aspirasi kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya

tidak akan terungkap.

Page 34: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

3. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk turut

serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut masyarakat.

4. Memperluas wawasan penerimaan proyek pembangunan.

5. Partisipasi merupakan cara efektif membangun kemampuan masyarakat

untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas

daerah.

6. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokrasi individual.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat

dalam setiap proses pembangunan mutlak diperlukan sebagai salah satu kunci

keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan. Berhasil tidaknya pembangunan

sangat tergantung kepada rasa kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat itu

sendiri untuk berperan serta terhadap pembangunan yang dilaksanakan. Jadi

partisipasi bukanlah keikutsertaan secara terpaksa melainkan karena adanya

kesadaran akan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat untuk ikut ambil

bagian dalam kegiatan pembangunan.

Dalam hal ini partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan pada Sebelas

desa dan tiga kelurahan di Kecamatan Bontonompo, khususnya pembangunan

kesejahteraan sosial, dilaksanakan dalam ;

1. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan

2. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan

3. Partisipasi dalam menilai (mengawasi) pembangunan

Page 35: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

D. Pembangunan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Desa

Sebagai landasan dalam menjelaskan pembangunan kesejahteraan sosial

masyarakat desa, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian masyarakat maupun

pembangunan desa.

Pengertian masyarakat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat

tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana

faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara

anggotanya dibanding dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soemardjan,

1982).

Sedangkan pembangunan menurut Todaro dalam Mubyarto Kartodirjo

(1988:7) mengemukakan bahwa ;

Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang menyangkut

reorganisasi dan reorientasi sistem ekonomi dan sistem sosial sebagai

keseluruhan. Disamping peningkatan pendapatan dan output, pembangunan

menyangkut pula perubahan radikal struktur kelembagaan, struktur sosial serta

struktur adminstratif serta perubahan sikap, adat kebiasaan serta kepercayaan.

Adapun pengertian pembangunan desa itu sendiri menurut lnayatullah (Hagul,

1985) adalah :

Proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk pedesaan

menguasai lingkungan sosial yang disertai meningkatnya taraf hidup mereka

sebagai akibat dari penguasaan tersebut.

Page 36: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Definisi ini mempunyai beberapa implikasi penting, yaitu Pertama, adanya

penekanan pada kemampuan menyeluruh dari penduduk pedesaan dalam

mempengaruhi lingkungan mereka, dan hal ini hanya dapat dicapai kalau

pengembangan pedesaan merupakan proses pengembangan kemandirian mereka.

Kedua, peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan kemampuan menguasai

lingkungan tidak terbatas pada kelompok kuat di pedesaan melainkan harus merata di

antara penduduk. Ketiga pembangunan berorientasi pada perubahan perekonomian

masyarakat ke arah yang lebih baik.

Pembangunan tidaklah mutlak hanya berbentuk fisik, tetapi dapat juga

berbentuk perubahan terhadap sumber daya manusianya dalam hal ini masyarakat

desa itu sendiri. Adapun pengertian pembangunan masyarakat desa menurut

Moeljarto Tjokrowinoto (1977: 36) adalah ;

Pembangunan masyarakat desa merupakan suatu bentuk tindakan kolektif suatu

masyarakat desa yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

tersebut dalam arti material dan spiritual.

Berdasarkan pendapat di atas, arti terpenting dalam pembangunan masyarakat

desa bukan sekedar membantu mereka dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang

mereka hadapi, tetapi juga merupakan usaha untuk membentuk kemandirian dalam

diri mereka, yang pada tahap selanjutnya diharapkan segala permasalahan yang ada

disekitar mereka dapat diselesaikan dan diatasi oleh mereka sendiri.

Page 37: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Tujuan pembangunan masyarakat desa, tidak terlepas dari tujuan pembangunan

nasional secara keseluruhan. Kondisi pedesaan mempunyai spesifikasi tertentu, baik

dalam bidang sosial maupun bidang ekonomi, sehingga dalam hal ini tujuan

pembangunan di pedesaan lebih ditekankan pada bidang ekonomi, sebab kondisi

ekonomi inilah yang umumnya sangat memprihatinkan.

Diharapkan dengan adanya upaya pembangunan ekonomi ini akan dapat

meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat desa secara keseluruhan. Seperti yang

dikemukakan oleh (Friedman, 1992) bahwa :

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep dan kerangka yang ditujukan

untuk mengikis fenomena kemiskinan dan mempromosikan keadilan serta

keberlanjutan dalam perkembangan masyarakat, diasumsikan bahwa

kemiskinan terjadi karena berlangsungnya perampasan daya mampu

(disempowerment) terhadap golongan miskin .

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa pembangunan

kesejahteraan sosial khususnya di pedesaan, merupakan pembangunan yang ditujukan

untuk perbaikan ekonomi atau taraf hidup warga melalui upaya pemberdayaan dari

masyarakat desa itu sendiri.

Kondisi desa dan masyarakat yang relatif masih jauh tertinggal dan

terbelakang, memerlukan sentuhan sejumlah upaya pengembangan dan pembangunan

agar mampu mandiri melalui pelaksanaan dari berbagai program-program

pemberdayaan masyarakat yang secara konsisten diarahkan pada pengembangan

kapasitas masyarakat itu sendiri.

Page 38: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur program-program

pemberdayaan masyarakat, bila dapat menimbulkan manfaat yaitu :

1) Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya

permodalan kelompok serta makin luasnya interaksi kelompok dengan

kelompok lain di dalam masyarakat, serta

5) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu

memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya. Sumodiningrat

(1999),

Berdasarkan uraian-uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

partisipasi masyarakat di Kecamatan Bontonompo adalah keterlibatan sejumlah

komponen masyarakat untuk mengambil bagian dalam berbagai program yang

ditujukan untuk peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial sebagai akibat

Implementasi Program Musrenbang dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Page 39: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

E. Kerangka Pikir

Isu tentang kesejahteraan sosial sudah melanda hampir semua daerah seiring

dengan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan taraf

hidupnya. Hal itu cukup beralasan mengingat berbagai persoalan sosial dan ekonomi

yang terus membelenggu sebagian masyarakat, utamanya masyarakat yang tinggal di

pedesaan.

Berbagai persoalan ekonomi ini berdampak pada menurunnya daya beli

masyarakat, menurunnya tingkat pendapatan, sulitnya mendapatkan lapangan

pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran dan

lainnya. Kondisi ini semakin memperburuk penghidupan dari masyarakat desa yang

umumnya masih terbelakang.Untuk mengatasi hal itu dibutuhkan peran yang lebih

besar dari para pemimpin khususnya pemimpin di tingkat lokal dalam hal ini

pemerintah kecamatan untuk memainkan perannya dalam mengatasi berbagai

permasalahan sosial maupun ekonomi yang dihadapi masyarakat di daerahnya

melalui pelaksanaan berbagai program yang bisa meningkatkan kesejahteraan sosial

warga.

Eksistensi camat sebagai aktor dengan aneka ragam atribut, status, kedudukan

dan fungsi, pada dasarnya memainkan peranan sebagai pemimpin di daerah. Dalam

mengimplementasikan program Musrenbang dalam meningkatkan partisipasi

masyarakatnya di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Implementasi Program Musrenbang dalam upayanya mendorong partisipasi

masyarakat dalam memacu pembangunan sosial ekonomi dalam meningkatkan

Page 40: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

kesejahteraan sosial masyarakat dilakukan terhadap usulan – usulan yang diajukan

oleh pemerintah melalui partisipasi masyarakat.

Sebaliknya masyarakat desa diharapkan dapat berpartisipasi dalam seluruh

kegiatan sosial ekonomi yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sosial, yang

diselenggarakan oleh pemerintah kecamatan di wilayahnya. Partisipasi masyarakat

sebagai subjek maupun objek dari pembangunan secara keseluruhan sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

Adapun keterlibatan masyarakat tersebut diwujudkan dalam berpartisipasi pada

tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap berbagai program

yang ditujukan untuk peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial yang

dilaksanakan oleh pemerintah kecamatan. Kedua variabel tersebut akan dikaji dalam

penelitian ini berdasarkan Model implementasi Grindle skema sebagai berikut :

Gambar II.5 Kerangka Pikir.

Program Program Pemerintah

Kabupaten Gowa

Implementasi Program

1. Program Pembangunan Infrastruktur

2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana

3. Program Pemberdayaan Masyarakat

4. Program Pengembangan UMKM

Terwujudnya Implementasi Program Musrenbang

di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Page 41: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

F. Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi, maka diuraikan definisi Operasional beberapa

variabel penelitian sebagai berikut:

1. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu

individu / pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan, Implementasi berarti keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif dalam

suatu proses pencapaian tujuan yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok yang

diorganisir serta berlandaskan Kemampuan dan kemauan yang memadai, turut

serta memutuskan tujuan dengan rasa tanggung jawab yang dijiwai oleh rasa turut

memiliki atau kesadaran dalam melaksanakan kegiatan program pembangunan

kesejahteraan sosial.

2. Musrenbang adalah kepanjangan dari musyawarah perencanaan pembangunan

yang merupakan forum antar pelaku dalam menyusun rencana pembangunan

Nasional dan Rencana Pembangunan daerah yang diatur dalam undang – undang

no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

3. Pemerintah Kecamatan adalah pemimpin di tingkat pemerintahan kecamatan,

yang memiliki peranan untuk mempengaruhi dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam rangka pembangunan kesejahteraan sosial di Kecamatan

Bontonompo.

4. Sejahtera adalah tingkat pencapaian taraf hidup seseorang atau rumah tangga di

Kecamatan Bontonompo sesuai standar atau kategori tingkat kesejahteraan yang

Page 42: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

telah ditetapkan. Yaitu pra sejahtera, sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III dan

sejahtera III plus.

5. Masyarakat miskin adalah seseorang atau sekelompok keluarga atau rumah

tangga di Kecamatan Bontonompo yang hidupnya berada pada kategori pra

sejahtera dan sejahtera

Hal ini dilakukan dengan melaksanakan dimensi peranan kepemimpinan

yang menjadi indikator yaitu ;

a. Terlibat aktif berperan dalam pelaksanaan suatu kebijakan sesuai kebutuhan

program kesejahteraan sosial

b. Terlibat aktif berperan dalam melakukan strategi/upaya untuk mendorong

partisipasi masyarakat dalam program kesejahteraan sosial

c. Terlibat aktif berperan melakukan hubungan komunikasi untuk mendorong

partisipasi masyarakat dalam program kesejahteraan sosial

d. Terlibat aktif berperan menyelesaikan permasalahan sosial kemasyarakatan

untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam program kesejahteraan sosial

e. Terlibat aktif berperan dalam melakukan terapi berupa penyadaran sosial

untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam program kesejahteraan sosial

6. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan aktif warga masyarakat terhadap

program pembangunan kesejahteraan sosial di Kecamatan Bontonompo .Indikator

ukuran yang digunakan :

1) Partisipasi dalam perencanaan pembangunan , yang diukur dari

a. Frekuensi dalam menghadiri rapat

Page 43: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

b. Frekuensi dalam memberikan saran/pendapat pada rapat-rapat

perencanaan.

2) Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, yang diukur dari

a. Partisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan / sosialisasi

b. Partisipasi dalam pelaksanaan pembinaan

c. Partisipasi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keterampilan

usaha

d. Partisipasi dalam pelaksanaan bantuan sosial

e. Partisipasi dalam pelaksanaan penyediaan sarana dan prasarana usaha

f. Partisipasi dalam pelaksanaan penguatan ketahanan pangan bagi

masyarakat rawan pangan

3) Partisipasi dalam menilai (mengawasi) pembangunan yang diukur dari

a. Partisipasi dalam ikut mengawasi pelaksanaan maupun hasil

pembangunan.

b. Partisipasi dalam memberikan saran/kritik atas hasil pembangunan

Page 44: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu bersifat

mendeskripsikan atau menggambarkan hasil temuan di lapangan secara kualitatif

dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada.

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena lebih mendekatkan peneliti

dengan informan dalam menggali informasi terkait dengan obyek penelitian.

Keunikan dan kekhasan obyek penelitian menjadi pertimbangan utama

menggunakan jenis pendekatan ini. Unit analisis penelitian yakni Implementasi

Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa,

dengan mengambil sampel pada Kelurahan Bontonompo sebagai kelurahan yang

kurang program kegiatan musrenbang dan Desa Bontolangkasa Selatan sebagai Desa

yang banyak mendapatkan program kegiatan

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Page 45: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data

primer adalah dalam yang diperoleh langsung di lapangan, sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada.

2. Sumber Data

a. Data primer, diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara langsung dengan

responden maupun informan. Adapun informan dalam penelitian ini diuraikan

sebagai berikut:

1. Camat

2. Kepala Desa/ Lurah

3. Kasi Pembinaan Desa dan Kelurahan

4. Kasi Pemberdayaan Masyarakat

5. Kasubag Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan

6. Tokoh Masyarakat ( BPD, LKMD, Karang Taruna, PKK )

b. Data sekunder. diperoleh dari kantor desa, kantor camat, instansi terkait yakni

melalui, dokumen-dokumen, laporan-laporan dan buku-buku serta hasil

penelitian ilmiah yang dianggap relevan dengan masalah dan tujuan penelitian

2 ( dua ) Tahun terakhir.

D. Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk memperoleh data yang representatif, peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Page 46: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

1. Observasi, yaitu melalui pengamatan langsung di lapangan atas kondisi ril yang

terjadi.

2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mendistribusikan atau

menyebarkan daftar isian penelitian (kuesioner) kepada responden yang telah

ditentukan.

3. Wawancara, .yang dilakukan langsung, berstruktur dan mendalam dengan

informan.

4. Dokumentasi, yaitu melalui kajian literatur/kepustakaan, dokumen peraturan

perundang-undangan, surat-surat keputusan, dan sumber tertulis lainnya yang ada

kaitannya dengan kebutuhan data dan informasi dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Untuk memecahkan permasalahan di dalam penelitian ini. dipergunakan

analisis data yang menggunakan model John W.Creswell ( 2014 ). Tahapan –

tahapannya meliputi :

1. Tahap Pertama adalah mengorganisasi dan menyiapkan data untuk analisis

2. Tahap Kedua adalah membaca atau melihat pada semua data.

3. Tahap Ketiga adalah menkode semua data.

4. Tahap Keempat adalah mengunakan proses pengkodean untuk menghasilkan

sebuah deskripsi pengaturan atau orang maupun kategori – kategori atau tema

untuk analisis.

Page 47: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

5. Tahap kelima memajukan bagaimana deskripsi dan tema – tema akan

direpresentasi dalam narasi kualitatif.

6. Tahap keenam adalah membuat interpretasi hasil – hasil dan penemuan –

penemuan penelitian kualitatif.

Keenam tahapan tersebut dilakukan secara sistematis selama proses penelitian. Lebih

lanjut dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar III.1 Alur Analisis Data

Menginterpretasi Makna

Tema / Deskripsi

Menghubungkan Tema / Deskripsi

Tema Deskripsi

Mengkode Data

Membaca Semua Data

Mengorganisasi Data untuk

Analisis

Data Mentah ( transkrip,

catatan lapangan, gambar )

Mengesahkan Akurasi

Informasi

Page 48: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

F. Tahapan-Tahapan Penelitian dan Jadwalnya

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 2 ( dua ) bulan dengan mengambil

data pada Kantor Camat, dan Desa di Kecamatan Bontonompo serta instansi terkait,

buku-buku maupun dokumen yang relevan dengan penelitian melalui tahapan :

1. Pengumpulan data, yaitu menghimpun berbagai macam data baik yang diperoleh

dari data primer maupun data sekunder.

2. penafsiran data, yaitu membaca, mempelajari dan telaah seluruh data yang

tersedia.

3. reduksi data, data yang diperoleh di lapangan, ditulis dalam bentuk uraian atau

laporan yang terperinci.

4. Penyusunan Data, yaitu penyusun data-data dalam satuan-satuan yang kemudian

satuan-satuan itu dikategorikan pada langkah selanjutnya.

5. Kategorisasi dan tabulasi data, yaitu memberikan kode-kode pada setiap data

yang diperoleh, selanjutnya tabulasi data, yaitu membuat table-table yang dapat

memudahkan peneliti menganalisanya.

6. Pemeriksaan keabsahan dalam, yaitu mengecek apakah data-data yang diperoleh

sudah benar atau masih harus diperbaiki.

7. Mengambil kesimpulan atau verifikasi, data yang telah terkumpul diambil intinya

menjadi kesimpulan awal yang bersifat rekaan dan akan menjadi lebih jelas

sejalan dengan dilakukannya penelitian.

Page 49: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Obyek Penelitian

1. Deskripsi Geografis

Kabupaten Gowa terdiri dari 2 ( dua ) Kawasan, yakni dataran rendah

dan dataran tinggi. Di Kabupaten Gowa terdapat 18 Kecamatan dan salah

satunya adalah Kecamatan Bontonompo. dimana disebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Bajeng, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Takalar, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo Selatan,

sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Takalar dengan luas wilayah

30,39 Km2 dengan jumlah penduduk 42.646 Jiwa atau 12.508 KK. Penduduk

tersebut, tersebar pada 3 kelurahan dan 11 desa, dengan jarak dari ibukota

Kabupaten ke Ibukota Kecamatan sejauh 16 Kilometer.

2. Deskripsi Kelembagaan

Kecamatan Bontonompo meliputi camat dan kepala desa/lurah yang

sering dinamakan sebagai elit formal, demikian pula kehadiran sejumlah

tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, tokoh pemuda, para ketua

organisasi sosial, pengusaha, ketua-ketua kelompok tani dan nelayan, dan

lainnya (selanjutnya disebut elit non formal).

Tugas pokok dan fungsi Kecamatan di Kabupaten Gowa telah diatur

dalam Peraturan Bupati Kab. Gowa Nomor 74e Tahun 2016. Selain mengatur

Page 50: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

tugas pokok dan fungsi kecamatan, peraturang Bupati tersebut juga mengatur

susunan organisasi, dan rincian tugas jabatan struktural pada kantor

kecamatan.

Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan kutipan peraturan bupati

Gowa tersebut, sebagai berikut:

Untuk pelaksanaan tugas dan fungsinya, susunan organisasi Kantor

Kecamatan terdiri dari:

a. Camat;

b. Sekretariat :

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2. Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan

c. Seksi Pemerintahan

d. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

e. Seksi Pemberdayaan Masyarakat

f. Seksi Pembinaan Desa dan Kelurahan

g. Seksi Pelayanan Umum

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Selanjutnya, nama-nama pejabat Kecamatan Bontonompo dapat dilihat

pada table berikut ini:

Table 4. 1

Nama-Nama Pejabat Kecamatan Bontonompo

Page 51: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN

1 Wahyudin MP,SH.,M.AP Camat S.2

2 H. Muhammad Syahrir, S.Ag.,M.Si Sekretaris S.2

3 Rahmi Ramli., S.Sos Kasubag Umum &

Kepegawaian

S.1

4 Hendra Syam, S.Kom Kasubag Perencanaan,

Keuangan & Pelaporan

S.1

5 Muhammad Zakir, S.Sos Kasi Pemerintahan S.1

6 H. Faharuddin, S.Sos Kasi Ketentraman dan

Ketertiban Umum

S.1

7 Syarifuddin, S.Sos Kasi Pembinaan Desa

dan Kelurahan

S.1

8 Muhammad Abidin Kasi Pemberdayaan

Masyarakat

SMA

9 Dra. Junaisah Kasi Pelayanan Umum S.1

Sumber : Kantor Kecamatan Bontonompo

Tugas camat menurut Peraturan Bupati Nomor 74e Tahun 2016 pasal 4

adalah :

(1) Camat mempunyai tugas membantu Bupati dalam rangka meningkatkan

koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan

pemberdayaan masyarakat desa atau sebutan lain dan kelurahan.

(2) Camat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyelenggarakan fungsi :

a. penyelenggaraan urusan pemerintahan umum;

b. pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

Page 52: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

c. pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum;

d. pengoordinasian penerapan dan penegakan Peraturan Daerah dan

Peraturan Bupati;

e. pengoordinasian pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;

f. pengoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang

dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;

g. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan desa dan/atau

kelurahan;

h. pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja pemerintahan daerah yang ada

di kecamatan; dan

i. pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

(3) Rincian Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)

sebagai berikut :

a. memvalidasi perumusan kebijakan strategis kecamatan berdasarkan

dokumen perencanaan daerah yang berlaku sebagai pedoman dalam

penyusunan program dan kegiatan;

b. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat berdasarkan

usulan program dan kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas hidup

masyarakat;

Page 53: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

c. mendistribusikan dan membagi tugas kepada Sekretaris Kecamatan

dan Kepala Seksi sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing agar

pelaksanaan tugas menjadi lancar;

d. memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan sesuai dengan

ketentuan agar pelaksanaan tugas menjadi lancar;

e. menyelenggarakan urusan pemerintahan umum berdasarkan peraturan

yang berlaku agar pelaksanaan sesuai dengan ketentuan;

f. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum berdasarkan peraturan yang berlaku agar tercipta

kenyamanan lingkungan masyarakat;

g. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Daerah dan

Peraturan Bupati berdasarkan standar operasional prosedur agar

meningkatkan ketertiban umum;

h. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan

umum berdasarkan peraturan yang berlaku agar meningkatkan

pelayanan lebih berkualitas;

i. mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang

dilakukan sekretaris kecamatan dan kepala seksi di tingkat kecamatan

berdasarkan pedoman yang berlaku sebagai dasar penyusunan program

dan kegiatan;

Page 54: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

j. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan desa dan/atau

kelurahan berdasarkan dokumen perencanaan sebagai dasar

pelaksanaan kegiatan operasional desa dan/atau kelurahan;

k. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja Pemerintahan

Daerah yang ada di kecamatan berdasarkan peraturan Bupati sebagai

peningkatan pelayanan ke masyarakat;

l. mengelola perizinan yang menjadi kewenangan Camat berdasarkan

peraturan dan keputusan Bupati agar pelayanan lebih berkualitas;

m. membina kedisiplinan dan menilai hasil kerja pegawai aparatur sipil

negara dalam lingkungan kecamatan berdasarkan standar dan prosedur

yang berlaku agar pengembangan karier dan peningkatan efektivitas

kinerja Aparatur Sipil Negara;

n. memvalidasi bahan – bahan usulan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Tingkat Kecamatan sebagai bahan

penyusunan rekomendasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan

tingkat Kabupaten agar tercipta pemerataan pembangunan;

o. memvalidasi bahan - bahan penyusunan perencanaan, pengendalian,

dan evaluasi serta pelaporan kinerja dan pelaporan keuangan

kecamatan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan sehingga dapat

meningkatkan efektivitas kinerja kecamatan;

Page 55: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

p. mengkoordinasikan kegiatan kesekretariatan meliputi pelayanan

administrasi umum, kehumasan, keprotokoleran, ketatalaksanaan,

sarana dan prasarana serta kepegawaian sesuai dengan ketentuan

sehingga dapat meningkatkan efektivitas kinerja kecamatan;

q. mengevaluasi kinerja bawahan sesuai dengan ketentuan agar

penetapan target kinerja dapat dicapai;

r. melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan

Salah satu mekanisme perencanaan pembangunan tahunan yang

dilaksanakan sebagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan melalui

tahapan proses perencanaan dari bawah. Pelaksanaan mekanisme perencanaan

dari bawah diatur menggariskan pedoman pelaksanaan perencanaan berikut

ini:

1. Tahapan penyusunan dan penetapan rencana kerja pembangunan

kecamatan dilaksanakan melalui urutan kegiatan sebagai berikut:

b. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan kecamatan;

c. penyiapan rancangan rencana pembangunan kecamatan;

d. musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan ;

e. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan kecamatan.

Page 56: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

2. Perencanaan kecamatan didasarkan pada data dan informasi yang akurat

dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Data dan informasi Kecamatan dan Desa/ Kelurahan meliputi:

a. penyelenggaraan pemerintahan kecamatan dan desa/ kelurahan;

b. organisasi dan tata laksana pemerintahan kecamatan dan desa/

kelurahan;

c. profil wilayah kecamatan dan profil desa/ kelurahan;

d. keuangan desa ;

e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan

kecamatan dan desa/kelurahan dan pemberdayaan masyarakat.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan kecamatan, untuk

tercapainya daya guna dan hasil guna, pemanfaatan data dan informasi

dikelola dalam sistem informasi kecamatan yang terintegrasi secara

nasional, dalam bentuk Profil Kecamatan dan Data Dasar Perencanaan

Pembangunan Kecamatan.

3. Kelembagaan:

Penyelenggara dan penanggung jawab MUSRENBANG :

a. Kepala Desa/ Lurah menyelenggarakan dan bertanggung jawab

atas perencanaan pembangunan di desa/ kelurahan melalui

MUSREMBANG Desa/ Kelurahan, yang penyelenggaraannya

dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa / lembaga

Page 57: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

pemberdayaan Masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa/ Kelurahan (BPD/LPM) atau sebutan lain.

b. Camat menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas

perencanaan pembangunan di kecamatan melalui

MUSREMBANG Kecamatan, yang penyelenggaraannya dibantu

oleh unsur SKPD tingkat daerah.

c. Bupati menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas

perencanaan pembangunan di Kabupaten melalui

MUSREMBANG Kabupaten, yang penyelenggaraannya dibantu

oleh kepala BAPPEDA.

4. Kepala Desa/ Lurah berdasarkan hasil musyawarah perencanaan

pembangunan desa/ kelurahan wajib menetapkan daftar prioritas program/

kegiatan pembangunan sesuai rencana kerja pembangunan desa/ kelurahan

(RKP Desa/ Kelurahan) dan mengacu pada Rencana Strategis Kecamatan

dan kemampuan/ ketersediaan sumber anggaran, dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan

desa didanai dari APB Desa, bantuan pemerintah kecamatan, dan

bantuan pemerintah Kabupaten;

b. penyelenggaraan urusan pemerintah kecamatan yang diselenggarakan

di desa yang didanai dari alokasi APBD melalui SKPD selanjutnya

disebut anggaran SKPD;

Page 58: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

c. penyelenggaraan urusan pemerintah kecamatan yang diselenggarakan

oleh pemerintah desa didanai dari APBD;

d. penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh

pemerintah desa yang didanai dari APBD dan APBN.

5. Camat berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan

kecamatan wajib menetapkan daftar prioritas program/ kegiatan

pembangunan kecamatan yang bersifat lintas desa dan/ atau lintas

kecamatan.

6. Daftar prioritas program/ kegiatan ditetapkan plafon anggaran paling

sedikit 20 % dari Belanja Langsung APBD dengan mengacu pada program

RPJMD, RKPD, Renstra dan Renja SKPD, serta Renstra dan Renja

Daerah.

7. Daftar program/ kegiatan pembangunan daerah merupakan prioritas bahan

penyusunan program/ kegiatan SKPD.

8. Bupati berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan

kabupaten wajib menetapkan rancangan akhir Rencana Kerja

Pembangunan Daerah yang memuat daftar prioritas program/ kegiatan

pembangunan kabupaten sesuai perkiraan plafon anggaran dari berbagai

sumber pembiayaan dengan mengacu pada program tahunan dalam

RPJMD dan kewenangan urusan SKPD.

9. Daftar prioritas program/ kegiatan yang ditetapkan dalam Rancangan Akhir

RKPD, setelah ditetapkan melalui Keputusan Bupati, menjadi dasar

Page 59: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

penyusunan Kebijakan Umum, Prioritas dan Plafon Anggaran, serta

Rancangan APBD.

Mekanisme proses perencanaan pembangunan di tingkat Desa terbagi

atas tiga tahap yaitu:

a. Tahap Persiapan

Tahapan ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan antara kepala desa

beserta aparat desa, serta unsur terkait lainnya. Tahap persiapan ini

digunakan untuk membahas pembentukan panitia yang mengatur segala

keperluan dalam pelaksanaan MUSREMBANG Desa dan pembentukan

tim fasilitator desa. Panitia pelaksanaan musyawarah pembangunan desa

ini dibentuk untuk mempersiapkan kebutuhan yang dipersiapkan selama

pelaksanaan musrenbangdes sesuai dengan surat keputusan kepala desa

adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pembina adalah dan memiliki fungsi membina dan

mengarahkan kegiatan musrenbangdes ini agar sesuai dengan

kebijakan yang berlaku dan sesuai dengan program pembangunan

kecamatan dan Kabupaten.

b. Sebagai penasehat adalah Kepala Seksi Pembinaan desa dan

Kelurahan Kecamatan dengan tugas memberikan nasihat-nasihat yang

berkaitan dengan proses pelaksanaan musrenbangdes agar sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Page 60: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

c. Sebagai penanggung jawab adalah Kepala desa, sebagai penanggung

jawab seluruh kegiatan pelaksanaan musrenbangdes supaya

pelaksanaannya berjalan dengan baik dan melibatkan perwakilan

seluruh masyarakat sehingga dapat membuat perencanaan

pembangunan desa yang maksimal.

d. Sebagai ketua adalah sekretaris desa, dengan tugas pokok: (1)

mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan musrenbangdes;

(2) bertanggung jawab kepada ketua pelaksana.

e. Sebagai sekretaris adalah Ketua BPD/LPM

f. Sebagai Seksi dokumentasi, Sebagai fasilitator adalah kepala urusan

pembangunan, kepala urusan umum, kaur pemerintahan desa, dan

anggota BPD/LPM dengan fungsi pokok memandu pelaksanaan

diskusi kelompok dan pembahasan dalam kelompok.

Tugas dari panitia tersebut adalah mempersiapkan segala

kebutuhan material, menghubungi tim fasilitator dari tingkat desa maupun

dari tingkat kecamatan yang sudah mendapatkan surat tugas baik dari

kepala desa maupun dari Camat. Adapun tugas-tugas dari fasiliitator

adalah melakukan: a) Sosialisasi tentang perencanaan partisipatif kepada

masyarakat desa dengan didampingi tim fasilitator Kecamatan, b) Tim

fasilitator melaksanakan tahapan kegiatan dalam proses persiapan

musbangdes sebagai berikut: melaksanakan proses inventarisasi data dan

informasi dari kecamatan dan dinas kabupaten tentang: (a) proyek

Page 61: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

kegiatan tahun yang lalu dan tahun berjalan; (b) proyek kegiatan yang

tidak lolos seleksi; (c) proyek kegiatan yang disepakati tetapi belum

tertuang pada APBD.

2. Tahap pelaksanaan, terdiri dari:

a. Pemaparan Camat tentang prioritas pembangunan.

b. Pemaparan Kades/ Lurah

c. Menyepakati program/kegiatan yang akan dijadikan prioritas kegiatan

untuk disampaikan ke tahap yang lebih tinggi, melalui pemeringkatan

masalah dengan kriteria: (1) dirasakan oleh orang banyak; (2) obyek

masalah yang disampaikan sangat parah; (3) menghambat peningkatan

pendapatan; (4) masalah sering terjadi.

3. Hasil MUSRENBANG tingkat desa/kelurahan terdiri dari: 1) Daftar

prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan sendiri oleh Desa/Kelurahan

yang bersangkutan; 2) daftar kegiatan yang akan dilaksanakan melalui

alokasi dana desa (ADD) secara swadaya maupun melalui sumber

pendanaan lainnya; 3) daftar prioritas kegiatan yang akan diusulkan ke

Kecamatan untuk dibiayai melalui APBD Kabupaten/Kota dan APBD

Propinsi; 4) Daftar utama anggota delegasi yang akan membahas hasil

MUSREMBANG Desa/Kelurahan pada forum MUSREMBANG

Kecamatan.

Penyelenggaraan perencanaan pembangunan tingkat Desa/Kelurahan

bertujuan:

Page 62: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

a. Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang

diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya.

b. Menetapkan prioritas kegiatan desa/ kelurahan yang akan dibiayai melalui

Alokasi Dana Desa (ADD)/ Alokasi Dana Kelurahan (ADK) yang berasal

dari APBD Kabupaten/Kota maupun sumber pendanaan lainnya.

c. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada

MUSREMBANG Kecamatan.

d. Desa menyelenggarakan MUSREMBANG Desa yang dihadiri oleh para

Ketua RW, organisasi masyarakat, BPD/LPM, Karang Taruna, tokoh

masyarakat, tokoh pemuda dan PKK. Masyarakat yang diundang cukup

antusias dalam mengikuti proses perencanaan pembangunan Mereka

merasa lebih dihargai sebagai anggota masyarakat, karena dikutsertakan

dalam proses perencanaan pembangunan. Seperti yang diutarakan oleh

salah seorang Ketua LPM Kelurahan Bontonompo (H. Muh. Rudini Dg

Tunru) berikut ini:

” kami merasa sangat diperhatikan oleh pak Camat karena perencanan

pembangunan sudah dilakukan dengan mengadakan sosialisasi tentang

hal-hal yang akan dilakukan Setelah sosialisasi dilakukan dengan baik,

maka masyarakat bersedia melibatkan diri dalam setiap program

pembangunan. Kami memberikan masukan kepada pemerintah tentang

hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat khususnya dalam forum

MUSRENBANG dan ditempatkan sebagai masyarakat yang

Page 63: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

seharusnya berpartisipasi dalam proses tahapan pembangunan di

kecamatan, jadi saya merasa senang sekali. Kalau usulan kami bisa

diterima kami pasti akan mendukungnya”. (wawancara Juli, 2020).

Hal yang senada juga disampaikan oleh informan yang lain Lurah

Tamallayang ( Muh. Arif Situju, S.Sos), berikut ini:

“….kita semua merasa lega karena usulan-usulan yang telah kita

rumuskan bisa masuk menjadi agenda pembangunan kecamatan.

Harapan kami selanjutnya kepada pak camat agar program yang

diusulkan tersebut bisa disetujui dan dianggarkan sampai tingkat

kabupaten”. (wawancara Juli, 2020).

Dari pernyataan kedua informan di atas, terbukti bahwa sebenarnya

sebagian besar masyarakat berharap dilibatkan di dalam proses perencanaan

pembangunan, namun karena kurangnya sosialisasi tentang perencanaan

pembangunan menyebabkan mereka tidak hadir dalam proses perencanaan

pembangunan (MUSRENBANG). Keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan pembangunan kecamatan, juga merupakan bukti implementasi

Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Camat Bontonompo berusaha mengajak masyarakat agar terlibat dalam

setiap tahap proses perencanaan pembangunan. Proses perencanaan

pembangunan yang diselenggarakan selama sehari dari jam 9 sampai jam

Page 64: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

15.00. Berikut petikan pernyataan Camat Bontonompo sebagai berikut:

”.......Saya selalu berusaha mengajak masyarakat agar mereka mau

terlibat dalam proses perencanaan pembangunan selalu, namun karena

kesibukan dan keterbatasan ruang maka tidak semua masyarakat saya

undang, namun aspirasi mereka sudah ditampung dalam daftar prioritas

kegiatan, saya yakin mereka memaklumi..........” (Wawancara, 6 Juli,

2020)

Menurut Sondang P. Siagian (1991 : 24), kepemimpinan adalah

kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai

pemimpin satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama

bawahannya untuk berfikir, bertindak sedemikian rupa sehingga melalui

fikiran yang positif, memberikan sumbangsih nyata dalam mencapai tujuan

organisasi. Sedangkan menurut Terry dan Frankin dalam Yuli (2005 : 165),

mendefinisikan Kepemimpinan dengan hubungannya dimana seorang

pemimpin mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama melaksanakan

tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan

pemimpin dan bawahannya. Cara pemimpin mempengaruhi bawahannya

dapat bermacam-macam antara lain dengan memberikan tanggung jawab,

memberikan perintah, melimpahkan wewenang, mempercayakan bawahan,

memberikan penghargaan, memberikan kedudukan, memberikan tugas dan

Iain-lain.

Page 65: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Keberhasilan dan kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap

dan bertindak. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara melakukan

sesuatu pekerjaan, salah satunya adalah dengan cara mendorong seseorang

atau sekelompok orang (masyarakat) agar dapat terlibat atau berpartisipasi

sehingga tercapainya tujuan organisasi yang diinginkan. Dengan demikian

dibutuhkan kerja sama yang baik antar pemimpin dan para pengikutnya.

Proses perencanaan pembangunan di Kecamatan Bontonompo dihadiri

oleh Anggota DPRD Kabupaten, Dinas Instansi, Tripika Kecamatan, para

kepala Desa/ Kelurahan, Ketua BPD/LPM, Kepala Dusun/Lingkungan, PKK,

Tokoh Masyarakat, dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan, terdiri dari kegiatan diskusi yang menghasilkan daftar

prioritas kegiatan yang disampaikan kepada Desa, penetapaan tim

penyelenggara MUSREMBANG Kecamatan yang bertugas menyusun

jadwal, agenda, mengundang calon peserta dan menyiapkan peralatan,

bahan dan materi.

2. Tahap pelaksanaan, terdiri dari:

a. Pembukaan acara oleh Sekretaris Kecamatan.

b. Pemaparan Camat, tentang deadline penyelenggaraan

MUSREMBANG kecamatan.

c. Pemaparan Kasi Pemerintahan, tentang hasil MUSREMBANG

desa/kelurahan.

d. Pemaparan Ketua BPD/LPM

Page 66: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

3. Kecamatan

Menetapkan delegasi untuk mengikuti MUSREMBANG tingkat

Kabupaten. Berdasarkan mekanisme di atas, belum ada agenda

pembahasan kegiatan yang diusulkan oleh masing-masing desa/ kelurahan

untuk ditetapkan menjadi daftar prioritas kegiatan yang akan disampaikan

ke Kabupaten.

Sekretaris Kecamatan menyampaikan alasan mengapa tidak

diagendakan penetapan daftar prioritas kegiatan yang akan diusulkan ke

Kecamatan, berikut petikan pernyataannya:

”……Penetapan itu kan membutuhkan waktu yang panjang, kita

waktunya terbatas, lagi pula ada satu desa yang list masalah dan

kebutuhannya belum masuk ke kecamatan, sehingga kita masih

menunggu itu sampai besok pagi, baru kita tetapkan daftar prioritas

kegiatan kecamatan” (Wawancara, 6 Juli, 2020)

Dilihat dari segi waktu sangat pendek sekali untuk dapat membahas

daftar masalah dari tingkat dibawahnya. Waktu yang pendek ini sulit untuk

mendorong partisipasi masyarakat dan menghambat masyarakat untuk aktif

dalam MUSREMBANG kecamatan. Seperti yang dikemukakan oleh salah

seorang peserta MUSREMBANG (informan) sebagai berikut:

”Tidak ada pembahasan masalah dari masing-masing desa/ kelurahan,

karena yang tadi itu hanya pembahasan masing-masing narasumber

Page 67: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

yang ada di depan, ya....mungkin berkaitan dengan perencanaan

pembangunan, tapi daftar masalah yang kita buat tidak disinggung sama

sekali, mana yang dijadikan prioritas untuk disampaikan ke tingkat

kabupaten........saya sendiri tidak tau apakah usulan saya dimasukkan

dalam daftar prioritas atau tidak..........” (Wawancara Juli, 2020)

Mapataja Dg Ma’ring (Ketua LPM) sebagai peserta musrembang

mengemukakan pemahaman mereka dalam proses perencanaan pembangunan,

berikut petikan pernyataannya:

“Masyarakat selalu dilibatkan dalam proses pembangunan, pemerintahan

dan kemasyarakatan pada tingkat kecamatan peran masyarakat dapat

dilihat hadir dalam MUSREMBANG. dalam MUSREMBANG

kecamatan, Camat selalu mengundang tokoh agama, tokoh masyarakat

dalam menyusun perencanaan pembangunan bersama camat dan kepala

tim perumusan rencana kerja ke depan. Keterlibatan masyarakat dalam

proses pembangunan di kecamatan apakah pembangunan fisik dan non

fisik, dengan bersama-sama pemerintah kecamatan melakukan kegiatan

seperti keagamaan setiap hari Jumat melakukan ceramah-ceramah agama

Jumat ibadah, dengan tujuan memberikan siraman kalbu, pencerahan hati

dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintah kecamatan.

Partisipasi masyarakat dalam proses arah pembangunan di kecamatan

Page 68: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

sebagai mitra pemerintah memberi nasihat dan memberi usulan program

pembangunan yang akan disusun oleh pemerintah kecamatan.

Masyarakat pada pelaksanaan pembangunan bersama-sama pemerintah

kecamatan, melibatkan dalam setiap kegiatan formil dan non formil.

Proaktif pemerintah dalam menyikapi masalah yang terjadi di tengah

masyarakat dengan melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.”

(Wawancara, Juli, 2020)

Pandangan di atas menunjukan bahwa kehadiran peserta dalam

MUSREMBANG tidak semata-mata memenuhi undangan Camat dan dalam

MUSREMBANG tersebut menyampaikan pendapat dalam pengajuan usulan.

Mereka terkesan menyerahkan sepenuhnya kepada Camat.

Mekanisme Pelaksanaan MUSREMBANG tahunan Kecamatan

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Camat menetapkan panitia penyelenggara MUSREMBANG

Kecamatan.

b. Tim penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:

Mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan yang menjadi

tanggung jawab kecamatan dari masing-masing desa/ kelurahan

berdasarkan masing-masing fungsinya.

Menyusun jadwal/agenda MUSREMBANG Kecamatan.

Page 69: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda dan tempat

penyelenggaraan perencanaan pembangunan (MUSREMBANG)

Kecamatan minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan, agar

peserta bisa menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran

atau diundang.

Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta

MUSREMBANG Kecamatan, baik wakil dari Desa/ Kelurahan

maupun dari kelompok-kelompok masyarakat, dan tokoh

masyarakat.

Menyiapkan peralatan dan bahan materi serta notulen untuk

MUSREMBANG Kecamatan.

2. Tahap Pelaksanaan, dengan agenda sebagai berikut:

a. Pendaftaran peserta MUSREMBANG Kecamatan.

b. Pemaparan Camat mengenai prioritas masalah Kecamatan.

c. Pemaparan mengenai rancangan rencana kerja di tingkat Kecamatan

yang bersangkutan beserta strategi, dan plafon dana.

d. Pemaparan masalah dan prioritas dari masing-masing desa/ kelurahan

oleh tim penyelenggara MUSREMBANG Kecamatan.

e. Verifikasi oleh tim delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua

prioritas kegiatan yang diusulkan desa/kelurahan.

f. Pembagian peserta MUSREMBANG ke dalam kelompok

pembahasan.

Page 70: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

g. Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan kecamatan yang

dianggap perlu oleh peserta MUSREMBANG Kecamatan namun

belum diusulkan oleh Desa/Kelurahan (kegiatan lintas desa/kelurahan

yang belum diusulkan desa/kelurahan).

h. Kesepakatan kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan

pembangunan kecamatan.

i. Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan.

j. Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan.

3. Keluaran, dokumen Rencana Kerja Pemerintah Kecamatan, Daftar prioritas

kegiatan yang akan disampaikan dalam Proses perencanaan pembangunan

tingkat Kabupaten (MUSREMBANG Kabupaten), Daftar nama delegasi

MUSREMBANG kabupaten.

Tahapan proses perencanaan pembangunan di atas belum di laksanakan

seutuhnya dalam proses perencanaan pembangunan Kecamatan

Bontonompo. Tahapan yang belum dilaksanakan antara lain tahap

pelaksanaan: 1) Verifikasi oleh tim delegasi desa/kelurahan untuk

memastikan semua prioritas kegiatan yang diusulkan desa/kelurahan; 2)

Pembagian peserta MUSREMBANG ke dalam kelompok pembahasan; 3)

Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan kecamatan yang dianggap

perlu oleh peserta MUSREMBANG Kecamatan namun belum diusulkan

oleh Desa/Kelurahan (kegiatan lintas desa/kelurahan yang belum

diusulkan desa/kelurahan); 4) Kesepakatan kriteria untuk menentukan

Page 71: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

prioritas kegiatan pembangunan kecamatan; 5) Kesepakatan prioritas

kegiatan pembangunan Kecamatan; 6) Pemaparan prioritas pembangunan

kecamatan.

Salah seorang peserta MUSREMBANG di Kecamatan Bontonompo,

mengemukakan bahwa keterlibatan unsur masyarakat dalam

MUSREMBANG kecamatan masih rendah, hal ini karena kurangnya

informasi penyelenggaraan MUSREMBANG kepada masyarakat dan

memang unsur masyarakat tersebut tidak diundang secara tersendiri oleh

Kecamatan.

Dari pengamatan penulis, peserta MUSREMBANG dihadir oleh:

Anggota DPRD Kabupaten, Dinas Instansi, aparatur kecamatan, kepala

desa/Lurah, LPM/ BPD, PKK, dan tokoh masyarakat, dan nara sumber yang

terdiri dari unsur Bappeda.

Dari hasil pencatatan dokumen dan wawancara dengan informan,

beberapa hal dapat dicatat antara lain sebagai berikut: 1) bahwa proses

perencanaan yang dilaksanakan sekarang sudah sesuai dengan harapan,

namun mekanismenya perlu disempurnakan; 2) ketersediaan dana

pembangunan yang relatif terbatas dan kebutuhan pembiayaan usulan

masyarakat yang jauh melebihi ketersediaan dana yang ada, maka sebaiknya

ada kriteria yang jelas tentang skala prioritas pembangunan dan

diinformasikan kepada masyarakat.

Bila dilihat dari tahapan proses perencanaan pembangunan yang telah

Page 72: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

diselenggarakan di tingkat Kecamatan, diperoleh gambaran bahwa beberapa

tahapan proses perencanaan pembangunan di masing-masing desa belum

dilaksanakan, diantaranya tahapan persiapan dan tahapan pembahasan

kegiatan/penetapan prioritas kegiatan yang akan disampaikan ke tingkat

MUSREMBANG Kecamatan.

b. Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo

Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo adalah

suatu penentu atas keberhasilan dari hasil Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Disisi lain pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk

melaksanakan program wajib yang di intruksikan dari Pusat, melainkan

memenuhi kewajiban untuk mengimplementasikan atas usulan-usalan

program prioritas pada proses hasil Musayawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa ada 14 desa/Kelurahan

yang terdiri dari 50 Dusun/Lingkungan, dan peneliti mengambil 2 sampel

yaitu satu desa/Kelurahan yang kurang terealisasi usulan musrenbangnya dan

satu desa/Kelurahan yang banyak terealisasi usulan musrenbangnya seperti

yang disampaikan Muchtar Dg. Romo ( Kepala Lingkungan Bontonompo ) di

Kelurahan Bontonompo berikut pernyataannya :

Page 73: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

“ Kami selalu mengusulkan setiap tahunnya disetiap musrenbang dan

menjadi skala prioritas dikelurahan kami, tapi apa yang kami usulkan

belum pernah terealisasi, saya juga tidak tahu apa yang menjadi kendala

sehingga usulan kami tidak terealisasi, sehingga kami menganggap

bahwa ini hanya semata menggugurkan kewajiban saja. ( Wawancara

Juli 2020 )

Berbeda dengan pernyataan salah seorang informan dari kelurahan

Tamallayang Muh. Arif Situju ( Lurah Tamallayang ) berikut Pernyataannya :

“ Alhamdulillah semua yang kami usulkan di musrenbang baik itu tahun

2018 sampai dengan tahun 2019 hampir 90 % terealisasi, mungkin

karena kelurahan kami adalah ibu kota Kecamatan sehingga lebih

menjadi prioritas atau mungkin karena di kelurahan kami ada salah

seorang anggota DPRD yang senantiasa memantau dan mengawal

usulan – usulan kami di tingkat Kabupaten. ( Wawancara Juli 2020 )

2.1 Strategi Implementasi Program Musrenbang

Salah satu strategi dalam Implementasi Musrenbang adalah bentuk

kepemimpinan Camat Bontonompo adalah kepemimpinan partisipasif dalam

perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan tersebut difokuskan

pada kepentingan masyarakat, yaitu berdasarkan pada masalah dan kebutuhan

yang dihadapi masyarakat. Hal ini dapat diperoleh melalui kegiatan

penyelidikan yaitu sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan

mengumpulkan masalah dan kebutuhan-kebutuhan bersifat local yang

Page 74: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

berkembang di masyarakat.

Kegiatan ini idealnya dilakukan setiap satu tahun sekali karena

merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan

setahun sekali. Kegiatan penyelidikan dimulai dari tingkat RT (Rukun

Tetangga) melalui mekanisme sebagai berikut: Ketua RT dibantu

perangkatnya mengumpulkan warga untuk menggali dan mengumpulkan

masalah-masalah dan kebutuhan masyarakat, sehingga diperoleh daftar

masalah dan kebutuhan secara menyeluruh yang perlu diseleksi lebih lanjut

untuk dipilih mana masalah dan kebutuhan yang dianggap prioritas untuk

dijadikan usulan prioritas dalam tahapan MUSREMBANG.

Sebelum penyeleksian masalah dan kebutuhan, terlebih dahulu

dilakukan review terhadap masalah dan kebutuhan yang diusulkan, ini

ditujukan untuk mengetahui kebenaran dan validitas keadaan masyarakat dan

lingkungan RT secara menyeluruh. Informasi yang teridentifikasi meliputi

berbagai masalah, potensi dan kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi,

kesehatan, pendidikan, Insfrastruktur, serta sarana dan prasarana lingkungan.

Adapun masalah dan kebutuhan yang dapat diproses lebih lanjut antara lain:

1) merupakan kebutuhan mendasar; 2) masalah/ kebutuhan yang dipandang

mendesak; 3) dirasakan oleh sebagian besar warga masyarakat; 4) tersedia

potensi atau sumber daya. Pihak yang bertugas mereview adalah Ketua RT

beserta perangkatnya.

Selanjutnya melakukan penentuan prioritas di tingkat RT. Penentuan

Page 75: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

prioritas harus dilakukan berdasarkan pengkajian/ analisis masalah melalui

pembobotan/rangking dan pengelompokkan masalah dan kebutuhan.

Penentuan prioritas di tingkat RT didasarkan pada beberapa kriteria sebagai

berikut:

a. Penerima manfaat, semakin besar manfaat bagi masyarakat semakin besar

menjadi prioritas

b. Prinsip gawat mendesak penyebaran, dengan pengertian sebagai berikut:

gawat, jika suatu masalah tidak diatasi akan menimbulkan korban jiwa

atau materi, semakin besar dan banyak korban yang mungkin

ditimbulkan akan semakin gawat.

Mendesak, seberapa lama suatu masalah dapat ditunda

penyelesaiannya semakin tidak dapat ditunda, semakin mendesak.

Penyebaran, bila suatu masalah tidak diatasi akan menimbulkan

masalah baru, semakin banyak masalah baru yang akan ditimbulkan

semakin tinggi tingkat penyebarannya.

c. Cakupan Biaya, yaitu efisiensi penggunaan dana dibandingkan dengan

jumlah masyarakat yang menerima manfaat. Untuk setiap nilai uang yang

digunakan, semakin banyak warga masyarakat yang akan menerima

manfaat akan mempunyai bobot yang tinggi.

d. Keterkaitan, semakin banyak keterkaitan suatu masalah dengan

masalah/kebutuhan lain, semakin besar peluang untuk menjadi prioritas.

Pelaksanaan kegiatan penyelidikan dan seleksi masalah dan kebutuhan

Page 76: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

tersebut dilaksanakan di salah seorang rumah warga yang dapat menampung

banyak jumlah peserta, yang dihadiri oleh Ketua RT, perangkat RT, dan

seluruh warga di lingkungan RT yang bersangkutan.

Tingkat kehadiran warga dalam kegiatan penyelidikan pada setiap RT

umumnya cukup baik. Oleh karena kegiatan penyelidikan adalah kegiatan

tersebut dirasakan warga memberikan perbaikan dalam kehidupan warga.

Masalah dan kebutuhan yang diusulkan biasanya disertai upaya pemecahan

oleh pemerintah, sehingga hasil kegiatan penyelidikan bukan hanya

merupakan daftar masalah dan kebutuhan, yang membuat sebagian warga

antuasias menghadiri kembali kegiatan penyelidikan di tahun berikutnya.

Penyelidikan tersebut sangat penting untuk mengetahui, menggali dan

mengumpulkan masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat yang

nantinya akan diajukan sebagai usulan prioritas dalam musyawarah

perencanaan pembangunan tingkat Kecamatan dan seterusnya. Seperti yang

dikemukakan oleh Kepala Seksi Pembinaan Desa dan Kelurahan, sebagai

berikut:

“Agar pembangunan dapat mendekati kebutuhan masyarakat,

diperlukan informasi yang jelas tentang masalah, kebutuhan dan potensi

masyarakat yang dikemas dalam kegiatan penyelidikan, dan ini harus

dilakukan mulai tingkatan yang paling rendah yaitu RT, hasil dari

kegiatan ini dijadikan usulan prioritas kegiatan dalam MUSREMBANG.

Apabila masyarakat belum mampu merumuskan sendiri masalah dan

Page 77: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

kebutuhannya, maka perangkat desa membantu merumuskan masalah

dan kebutuhan masyarakat tersebut”. (Hasil wawancara juli 2020)

Dari pernyataan di atas dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan

penyelidikan ini penting untuk dilaksanakan, namun berdasarkan pengamatan

penulis, bahwa sebagian besar desa belum dapat melakukan pembinaan

kepada warganya khususnya para ketua RT untuk menyelenggarakan kegiatan

penyelidikan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah perangkat desa

untuk memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan

penyelidikan di tingkat RT. Sehingga informasi tentang masalah dan

kebutuhan masyarakat yang diusulkan ke tingkat desa umumnya merupakan

masalah dan kebutuhan masyarakat berdasarkan pandangan para kepala desa/

kelurahan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang kepala kelurahan

sebagai berikut:

”Sebagai kepala desa/ kelurahan saya tahu persis apa masalah dan

kebutuhan warga meskipun tidak dilakukan kegiatan penyelidikan

masalah dan kebutuhan di tingkat RT. Secara tidak langsung para ketua

RT mempunyai catatan mengenai masalah dan kebutuhan warganya.

Melalui ketua RT dan Ketua RW inilah saya memperoleh informasi

tentang masalah dan kebutuhan warga, meskipun tidak dilakukan dalam

suatu rembug warga”. (wawancara, Juli 2020)

Page 78: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Senada dengan pernyataan di atas, Kepala Desa Bontolangkasa Selatan

mengungkapkan bahwa:

Berdasarkan hasil wawancara dari informan di atas menunjukan bahwa

masalah dan kebutuhan yang diusulkan di tingkat desa tidak seluruhnya

berasal dari kegiatan penyelidikan yang dilakukan di tingkat RT, bahkan

untuk beberapa desa/ kelurahan ide usulan yang dirumuskan digali oleh elit

desa seperti kades dan perangkatnya.

Berdasarkan uraian di atas, tidak semua RT dalam satu desa

menyelenggarakan kegiatan penyelidikan. Bagi RT yang tidak

menyelenggarakan kegiatan penyelidikan mempunyai alasan tertentu, yakni

sebelum masalah dan kebutuhan yang diusulkan tahun kemarin ditindaklanjuti

maka pihak RT tidak akan melakukan penggalian masalah dan kebutuhan di

tahun berikutnya.

Penyebab lainnya adalah bahwa keterbatasan pemahaman masyarakat

tentang perencanaan partisipatif menghambat pelaksanaan penyelidikan juga

menghambat perencanaan pembangunan. Oleh karena itu diperlukan

sosialisasi perencanaan partisipatif kepada warga. Sosialisasi merupakan

kegiatan awal yang perlu dilakukan dalam upaya memberikan informasi,

pemahaman serta pelibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Dengan dilaksanakannya sosialisasi diharapkan dapat melibatkan sebanyak

mungkin masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Hasil yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah masyarakat mengetahui, memahami,

Page 79: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

peduli untuk terlibat dalam rangkaian tahapan perencanaan partisipatif mulai

dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan.

Keterbatasan pemahaman masyarakat Kecamatan Bontonompo akan

perencanaan partisipatif masih sangat rendah, akibatnya menurut pengamatan

penulis, sulit mengumpulkan masyarakat untuk merumuskan masalah dan

kebutuhan pembangunan desa, tidak sedikit dari mereka yang tidak mengerti

tujuan dari kegiatan ini. Perlu diberikan pemahaman kepada mereka, agar

sesuai dengan tujuan perencanan partisipatif yaitu pertama bersama-sama

merumuskan dan memutuskan langkah-langkah pembangunan yang perlu

dilakukan untuk membangun desa atau wilayah mereka, yang kedua,

menghasilkan suatu rencana pembangunan yang komprehensif yang

merupakan hasil kesepakatan bersama. Dan harus ditekankan bahwa

merencanakan pembangunan itu tugas pemerintah dan masyarakat, anggapan

kalau itu tugas pemerintah semata harus dibuang jauh-jauh.

Pentingnya kegiatan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

masyarakat adalah langkah penting dalam pembangunan yang mendekati

kebutuhan masyarakat adalah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

masyarakat tersebut. Karena perencanaan partisipatif tidak sekedar didasarkan

pada ”daftar keinginan ” pihak tertentu, melainkan benar-benar berbasis

kebutuhan nyata seluruh lapisan masyarakat dengan strategi jelas dan terarah.

Namun dalam prakteknya itu susah sekali, karena masyarakat itu heterogen,

memiliki kesibukan yang beragam, kepentingannya macam-macam, kalaupun

Page 80: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

dapat dikumpulkan dalam satu forum belum tentu sepakat, jadi yang bisa kita

lakukan adalah menampung aspirasi mereka dan memilih mana yang

dianggap prioritas.

Setelah diperoleh hasil dari serangkaian kegiatan mulai dari kegiatan

penyelidikan sampai penentuan prioritas masalah dan kebutuhan yang

umumnya berupa kegiatan fisik, hasil tersebut diusulkan pada tingkatan yang

lebih tinggi yaitu RW (Rukun Warga), kemudian ke tingkat Desa/ kelurahan,

barulah sampai pada tingkat desa. Di tingkat desa, usulan dari setiap desa/

kelurahan di bahas dalam suatu wadah yang disebut musyawarah perencanaan

pembangunan desa (MUSREMBANG desa) yang biasa dilakukan setiap

tahunnya.

Berdasarkan program pemerintah dalam rangka peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gowa, masalah dan kebutuhan

masyarakat Kecamatan Bontonompo digolongkan dalam tiga, yaitu 1) Bidang

pendidikan; 2) Bidang Kesehatan; 3) Bidang ekonomi (daya beli). Ketiganya

merupakan kebutuhan dasar yang memiliki peranan yang penting dalam

menumbuhkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

masyarakat Kecamatan Bontonompo.

Pihak kecamatan berusaha untuk mengakomodasi masalah dan

kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan ketiga IPM tersebut. Mengingat

IPM adalah yang mampu menunjukan seberapa jauh keberhasilan suatu

wilayah dan meningkatkan kualitas SDM. Oleh karena itu, IPM dapat

Page 81: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

dijadikan dasar penentuan target dan pengukuran kemajuan program program

pembangunan secara keseluruhan yang berlangsung menyentuh kualitas

masyarakatnya.

Prioritas kegiatan sebagian besar telah mengakomodasi usulan

masyarakat Desa yang sifatnya mendesak seperti Infrastruktur, jalan, dan

kegiatan fisik lainnya. Namun ada beberapa usulan masyarakat desa pada

umumnya yang sifatnya mendesak yang belum terakomodasi dalam prioritas

kegiatan yang diusulkan kecamatan, yaitu usulan pinjaman modal untuk

usaha, Pembangunan Pustu, Dari sekian prioritas kegiatan yang diusulkan

kecamatan belum tentu semuanya terakomodasi dalam MUSREMBANG yang

lebih tinggi.

Hasil pengamatan penulis dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan yang

dianggap prioritas oleh kecamatan belum tentu dianggap prioritas dalam

MUSREMBANG Kabupaten, dan sebaliknya kegiatan yang menurut

kecamatan tidak prioritas, jadi merupakan kegiatan yang prioritas dalam

MUSREMBANG Kabupaten.

Camat Bontonompo juga menyatakan bahwa MUSREMBANG

kecamatan telah menyesuaikan rencana pembangunan dengan masalah dan

kebutuhan masyarakat, berikut petikan :

”Tentunya apa yang diputuskan dalam MUSREMBANG berdasarkan

masukan dari masyarakat, berdasarkan masalah dan kebutuhan yang

dijaring melalui kegiatan penyelidikan mulai tingkat RT, dibawa

Page 82: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

ketingkat RW, desa/ kelurahan, desa dan disampaikan pada

MUSREMBANG kecamatan untuk dipilih mana prioritas kegiatan yang

akan diusulkan dari sekian puluh kegiatan yang diusulkan oleh

masingmasing desa, mungkin ada pihak yang kecewa ketika usulannya

tidak terakomodasi dalam prioritas kegiatan kecamatan, tapi kita harus

berlapang dada…......karena tidak mungkin semua usulan dapat

diakomodasi mengingat jumlah anggaran yang terbatas” (wawancara ,

Juli, 2020 ).

Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat di kelurahan dimulai

dari tingkat RT. Namun setelah dilakukan konfirmasi dengan masyarakat, ada

beberapa kelompok masyarakat yang tidak setuju dengan apa yang

dikemukakan oleh Camat dan Lurah khususnya kelompok masyarakat yang

memang belum pernah terlibat dalam kegiatan penyelidikan di tingkat RT

untuk mengetahui, menggali masalah dan kebutuhan masyarakat. Mereka

mengemukakan bahwa pertemuan pertemuan baru dilaksanakan ketika ada

kejadian atau peristiwa yang mendadak misalnya kasus pencurian, pihak RT

baru mengundang warganya untuk segera mengaktifkan kembali ronda

malam, kalau pertemuan yang sengaja membahas masalah dan kebutuhan

masyarakat dalam pembangunan belum pernah diselenggarakan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa belum maksimal

dapat diwujudkan kesesuaian antara rencana dengan masalah dan kebutuhan

Page 83: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

masyarakat. Ini ditandai dengan beberapa kegiatan prioritas yang diusulkan

desa tidak terakomodasi dalam prioritas kegiatan kecamatan.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, penjaringan aspirasi

masyarakat di Kecamatan Bontonompo beragam, ada yang memulai

penjaringan aspirasi dari tingkat RT dan biasa disebut kegiatan penyelidikan

masalah dan kebutuhan masyarakat, ada juga yang melakukan penjaringan

aspirasi baru dimulai pada tingkat desa/ kelurahan dan bahkan ada yang

langsung menyelenggarakan MUSREMBANG desa tanpa melakukan

penjaringan aspirasi masyarakat, dengan asumsi bahwa peserta yang diundang

dalam MUSREMBANG desa adalah para ketua RW dan Tokoh masyarakat,

LPM dan Karangtaruna yang diyakini dapat memahami apa masalah dan

kebutuhan warganya.

Sebagian besar penjaringan aspirasi masyarakat dilakukan di tingkat

desa/ kelurahan. Penjaringan aspirasi ini dilakukan 2 minggu sebelum

pelaksanaan MUSREMBANG desa. Meskipun penjaringan aspirasi

masyarakat/ kegiatan penyelidikan masalah dan kebutuhan masyarakat pada

umumnya dilakukan di tingkat desa/ kelurahan namun tidak mengabaikan

aspirasi masyarakat dari tingkat bawah.

Penjaringan aspirasi masyarakat tetap dilakukan mulai tingkatan paling

bawah yaitu RT, dan harus melibatkan seluruh masyarakat untuk memperoleh

informasi yang tepat mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat. Namun

bila penjaringan dilakukan di level desa/ kelurahan, belum tentu menjamin

Page 84: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

informasi yang tepat dan riil sesuai dengan apa yang menjadi masalah dan

kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, karena di level desa/ kelurahan

yang diundang hanyalah para Ketua RT dan Ketua RW saja, yang belum tentu

paham akan masalah dan kebutuhan warganya.

Untuk mendapatkan infornasi yang tepat dan riil tentang masalah dan

kebutuhan masyarakat tentu harus digali dari seluruh masyarakat, bukan

perwakilan. Masalah dan kebutuhan apapun tentunya masyarakat sendiri yang

tahu, oleh karena itu penjaringan apirasi dilakukan secara menyeluruh

terhadap masyarakat, setelah mendapatkan informasi yang lengkap barulah

dibuat daftar prioritas dari semua masalah dan kebutuhan yang telah

ditampung, penentuan prioritas kegiatan pun harus dilakukan oleh

masyarakat, bukan beradasarkan kehendak aparat desa.

Karena keterbatasan sumber daya manusia di desa dalam prakteknya,

kegiatan penjaringan aspirasi disetiap desa beragam, ada yang dilakukan

mulai dari level RT, RW, dan level desa/ kelurahan. Hal tersebut merupakan

pekerjaan rumah bagi aparat pemerintah untuk segera memperbaiki dan

menyempurnakan mekanisme proses perencanaan pembangunan di Wilayah

Kecamatan Bontonompo.

Kegiatan penyelidikan untuk mendapatkan informasi mengenai

masalah dan kebutuhan masyarakat di desa dilakukan mulai tingkat RT. Hal

ini dapat dilakukan karena Kepala Desa selalu turun ke RT/RW untuk melihat

langsung bagaimana kondisi masyarakatnya, apa yang dibutuhkan oleh

Page 85: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

masyarakatnya. Kedekatan kepala desa dengan warga bukan semata-mata

minta dukungan tetapi untuk dapat mengembangkan dan memajukan desa

agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Kepala desa tidak menginginkan

apabila program yang diputuskan tidak sesuai dengan kebutuhan warga.

Kunjungan Camat ke desa-desa menunjukan perhatian Camat kepada

masyarakatnya, Camat juga selalu menekankan untuk berkomunikasi dengan

warga di setiap kesempatan. Berikut petikan wawancaranya:

”Menjelang diadakannya MUSREMBANG kecamatan terlebih dahulu

kita melakukan penjaringan aspirasi masyarakat, biasanya

mengumpulkan seluruh tokoh masyarakat, kepala desa, dn ketua RT/

RW untuk membahas masalah dan potensi warga, setiap warga bebas

mengemukakan pendapatnya, karena suasana penjaringan aspirasi

tidak dibuat formal, sehingga setiap warga dengan suasana santai bisa

berbicara

mengeluarkan ide dan sarannya”. (Wawancara Juli, 2020)

Kerja keras Camat dalam mengupayakan kerja sama serta

memperhatikan aspirasi masyarakatnya berbuah dukungan dari warga.

Masyarakat turut berpartisipasi dalam pembangunan desa, untuk beberapa

kegiatan desa yang mendesak bisa dibiayai dari swadaya masyarakat, seperti

pembangunan, perbaikan jalan dan pembangunan mesjid. Hubungan yang

baik antara Camat dan masyarakatnya dapat menumbuhkan kepercayaan

Page 86: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

masyarakat serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses

perencanaan pembangunan.

Apa yang telah penulis ungkapkan di atas, merupakan indikasi

Implementasi program musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa.

Implementasi menurut Meter Van dan Van Horn (1975:447),

menjelaskan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

baik oleh individu individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi

perannya. Maksud peran di sini adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan

atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh (Veitsal Rivai,

2004:53). Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi

kebiasaan masyarakatnya atau organisasinya, yang dapat di manfaatkan dalam

mewujudkan peran kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan orang-

orang yang dipimpinnya. Peran kepemimpinan itu berhubungan langsung

dengan situasi dalam kehidupan organisasinya masing-masing, yang

mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi

itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi

masyarakat atau organisasinya (Nawawi 2000:74). Pemimpin yang membuat

keputusan dengan memberikan situasi masyarakat atau organisasi akan

Page 87: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama

pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi

pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan

situasi yang dikembangkannya. Oleh karena itu peran kepemimpinan Camat

Bontonompo merupakan gejala, karena harus diwujudkan dalam interaksi

antar individu di dalam situasi suatu masyarakat/ organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan

pembangunan di Kecamatan Bontonompo sudah cukup memperhatikan

aspirasi masyarakat dengan memenuhi sikap saling percaya dan terbuka.

Kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat dilakukan di level desa/ kelurahan

sehingga hanya perwakilan masyarakat saja yang menyampaikan masalah dan

kebutuhan yang dihadapi.

2.2 Strategi Partisipatoris

Strategi partisipatoris Camat Bontonompo dapat dilihat dari

keterlibatan masyarakat dalam forum pertemuan dimana setiap masyarakat

diberi peluang yang sama dalam memberikan sumbangan pemikiran tanpa

dihambat oleh kemampuan berbicara, waktu dan tempat.

Pada tingkat kecamatan ini dilakukan penjaringan aspirasi dalam proses

perencanaan pembangunan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(MUSREMBANG).

Page 88: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Untuk kecamatan Bontonompo, MUSREMBANG selalu di lakukan

setiap tahunnya. MUSREMBANG Kecamatan Bontonompo

penyelenggaraannya sudah cukup optimal dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari

keterlibatan masyarakat dalam MUSREMBANG cukup mewakili seluruh

masyarakat kecamatan Bontonompo. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala

Seksi Pembangunan bahwa peserta yang diundang dalam MUSREMBANG

adalah tokoh masyarakat, kepala desa, LPM, dan Karangtaruna yang ada di

lingkungan Kecamatan Bontonompo. Semua yang undang sudah mewakili

semua unsur masyarakat.

Forum yang melibatkan masyarakat adalah hanya pada proses

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Pada tingkatan

yang lebih tinggi keterlibatan masyarakat semakin berkurang. Oleh karena itu

pada tahapan proses perencanaan pembangunan (MUSREMBANG)

Kecamatan, keterlibatan masyarakat sebanyak mungkin agar dapat menyerap

aspirasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat yang nyata sangat

ditekankan. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan

dan Pelaporan Kec. Bontonompo sebagai berikut:

“Keterlibatan masyarakat di tingkat desa inilah yang harus ditingkatkan,

idealnya desa sudah melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan dari

tingkat RT/RW sebagai bahan untuk diproses lebih lanjut, data dan

informasi itulah salah satu

syarat bila desa mau menyelenggarakan MUSREMBANG kecamatan”.

Page 89: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

(Wawancara, Juli 2020)

Hal senada juga disampaikan Kasi Pembinaan Desa dan Kelurahan

Kecamatan Bontonompo bahwa penggalian aspirasi masyarakat lebih banyak

dilakukan di tingkat desa, karena rentang kendalinya lebih dekat.

Bila dilihat dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan proses

perencanaan pembangunan yang telah diselenggarakan oleh masing-masing

desa diperoleh gambaran sebagai berikut:

1. Kegiatan menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan dari tingkat

bawah (tingkat RT/RW) sudah dilaksanakan dengan baik.

2. Musrembang mencerminkan para tokoh tokoh masyarakat mendiskusikan

jenis usulan yang diajukan pada saat pelaksanaan musbang dan digali dari

kelompok-kelompok masyarakat (tingkat RT).

3. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan ke Kecamatan

terpenuhi, penetapan prioritas kegiatan dilakukan oleh Camat dengan

melibatkan tokoh masyarakat, LPM dan Karangtaruna.

Tidak terakomodasinya usulan warga dalam perencanaan

pembangunan disebabkan keterbatasan anggaran untuk membiayai semua

usulan masyarakat. Jumlah usulan yang disampaikan tidak sebanding dengan

anggaran yang tersedia. Oleh karena itu dilakukan penilaian terhadap setiap

usulan untuk dijadikan prioritas kegiatan yang akan didanai oleh APBD.

Sumber pendanaan itu tidak hanya dari APBD saja, tapi juga ada sumber

Page 90: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

pendanaan yang lain seperrti APBD provinsi dan dana desa melalui APBN.

Perencanaan Pembangunan Tingkat Kecamatan (MUSREMBANG

Kecamatan) adalah forum untuk musyawarah stakeholders Kecamatan untuk

mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta

menyepakati kegiatan lintas desa/kelurahan di Kecamatan tersebut sebagai

dasar penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat Kecamatan

kabupaten/Kota pada tahap berikutnya.

Camat menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan

pembangunan di kecamatan melalui MUSREMBANG Kecamatan.

Stakeholders Kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan prioritas

kegiatan dari desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di Kecamatan

serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan terkena dampak hasil

musyawarah. Sedangkan nara sumber adalah pihak pemberi informasi yang

perlu diketahui peserta MUSREMBANG untuk proses pengambilan

keputusan hasil MUSREMBANG.

Tujuan pelaksanaan MUSREMBANG tingkat Kecamatan adalah:

1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil MUSREMBANG dari tingkat

Desa/Kelurahan yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di

wilayah Kecamatan yang bersangkutan.

2. Membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat

Kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan

Desa/Kelurahan.

Page 91: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

3. Melakukan klarifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan

sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Kecamatan.

3. Peran Kepemimpinan dalam Membangun Sinergitas

Perang kepemimpinan Camat dalam melakukan membangun sinergitas

perencanaan pembangunan dalam wilayah pemerintanhannya dapat dilihat

ketika perencanaan pembangunan selalu menekankan kerja sama antar

wilayah administrasi dan geografi, serta kerja sama (interaksi) diantara para

Kepala Desa/ Kelurahan, LPM, Tokoh Masyarakat dan Karangtaruna

(stakeholders).

Pada tingkat kecamatan, kegiatan rapat yang berkaitan dengan

perencanaan pembangunan sebenarnya tidak hanya dilakukan dalam forum

MUSREMBANG saja, tapi juga diselenggarakan forum-forum lain di luar

MUSREMBANG bila dibutuhkan. Ketika ada program atau kegiatan yang

sumber dananya dari yang lain, misalnya dari APBN. Seperti program

pembangunan yang sumber dananya dari pusat, berupa pemberian bantuan

modal kepada masyarakat disesuaikan dengan keahlian, misalnya peternak

diberi bantuan modal berupa sapi, petani diberi bantuan modal berupa benih,

dan pupuk. Sehingga keberlanjutan perencanaan dapat dipertahankan di

Kecamatan Bontonompo melalui forum diskusi warga yang diselenggarakan

di luar MUSREMBANG desa.

Perencanaan pembangunan yang diputuskan dalam MUSREMBANG

Page 92: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Kecamatan merupakan hasil memaduserasikan antara prioritas usulan dari

berbagai desa dengan prioritas usulan dari SKPD. Usulan yang terakomodasi

dalam prioritas kegiatan kecamatan adalah usulan yang mempunyai kaitannya

dengan sinergitasnya, yaitu usulan kegiatan yang memang mempunyai

keterkaitan dengan usulan kegiatan yang diusulkan oleh SKPD.

Untuk mengetahui apakah suatu usulan mempunyai keterkaitan dengan

usulan lain yang diajukan baik oleh SKPD maupun desa lain diperlukan

interaksi diantara semua peserta. Sinergitas perencanaan merupakan bagian

dari kriteria yang harus dipenuhi oleh semua usulan yang masuk untuk

dijadikan daftar prioritas usulan yang didanai oleh APBD.

Usulan yang diakomodasi itu adalah usulan yang mempunyaiketerkaitan

dengan sinergitasnya, maksudnya adalah suatu usulan kegiatan memiliki

keterkaitan dengan usulan kegiatan dari SKPD lain, misalnya usulan

pembangunan jalan dilihat dari masalah dan potensi, apabila jalan tersebut

tidak dibangun maka akan berpengaruh terhadap penurunan pendapatan

masyarakat, karena jalan tersebut merupakan akses penting menuju pasar. Jadi

disini ada keterkaitan antar bina marga, pasar dan mungkin SKPD lain.

Usulan yang seperti ini yang dapat diakomodasi.

Sinergitas usulan antara satu SKPD dengan SKPD lainnya menjadi

salah satu kriteria diakomodasi tidaknya suatu usulan kegiatan. Disini

ditekankan kerja sama antar wilayah dan geografi untuk mencapai

sinkronisasi kegiatan, juga diperlukan interaksi diantara stakeholders dalam

Page 93: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

membahas kegiatan apa saja yang dijadikan prioritas untuk diusulkan ke

tingkat yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan, MUSREMBANG Kecamatan

Bontonompo sudah memenuhi kriteria sinergitas perencanaan, meskipun

dalam pelaksanaannya belum optimal. Hal ini ditandai dengan masih

terdapatnya ketidaksinkronan antara usulan SKPD dengan usulan desa

sehingga harus ada usulan yang dikorbankan dari pihak Desa. Namun dengan

adanya program P3K diharapkan Usulan desa yang tercover dalam prioritas

usulan kecamatan tidak tergeser oleh usulan SKPD.

Legalitas perencanaan adalah perencanaan pembangunan yang

dilakukan di Kecamatan Bontonompo sesuai dengan regulasi yang ada dan

dapat dipertanggungjawabkan. Perencanaan pembangunan mengacu pada

semua peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan pada: yang pertama,

ditingkat nasional sumber hukum yang digunakan dalam perencanaan

pembangunan adalah Undangundang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Bupati tentang tata cara

penyusunan, penetapan dan pelaporan Rencana Kerja Pemerintah kecamatan.

Perencanaan pembangunan Kecamatan Bontonompo menjungjung

tinggi etika dan tata nilai masyarakat, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya

gejolak dari masyarakat atas perencanaan pembangunan yang diputuskan,

karena masyarakat pun terlibat dalam proses tersebut. Seperti yang

dikemukakan oleh Camat sebagai berikut:

Page 94: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

”Semuanya berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat, tentunya sesuai dengan etika dan nilai yang berkembang

di masyarakat, kita ini hanya fasilitator saja, semuanya masyarakat

yang mengatur.......tentunya tidak memberikan peluang bagi

penyalahgunaan wewwenang, kalaupun ada itu bukan salah

perencanaannya tapi salah orangnya” (Wawancara, Juli 2020)

Meskipun berdasarkan beberapa informan mengatakan bahwa

ketrelibatan masyarakat hanya terbatas pada tahap merumuskan kegiatan saja,

tidak terlibat dalam pengambilan keputusan dalam memutuskan kegiatan

prioritas, itu pun masyarakat yang terlibat dalam proses perencanaan

pembangunan di tingkat Desa maupun Kecamatan hanya sebagian kecil

masyarakat saja, dan sebagian besar adalah mereka yang sudah beberapa kali

ikut terlibat dalam proses perencanaan pembangunan tersebut.

Kepemimpinan memegan peranan yang penting dalam pencapaian

tujuan organisasi, Jika Kecamatan merupakan wilayah kerja Camat sebagai

perangkat daerah dipimpin Camat, yang berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Camat

mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan sebagian urusan kewenangan

pemerintah daerah yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani urusan

otonomi daerah. Kecamatan mempunyai tugas menyelenggarakan pengelolaan

penyusunan perencanaan dan program, urusan keuangan, kepegawaian, umum

Page 95: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

dan mengkoordinasikan secara teknis dan administratif pelaksanaan kegiatan

kecamatan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan tugas Camat adalah

Memimpin organisasi kecamatan,dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

dan fungsi Kecamatan secara keseluruhan Camat membina mengarahkan

mengkotrol, Kerja Pegawai Kantor Kecamatan maupun Kelurahan untuk

mencapai tujuan pemerintah telah ditentukan sebelumnya, pengelolan

kecamatan oleh camat dan kerja pegawai di kantor kecamatan Ibele sesuai

aspirasi masyarakat yang dinaikan kepada Camat maupun Kinerja Pagawai

Kecamatan untuk mencapai hadapan masyarakat kecamatan.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan

pembangunan berdasarkan kesepakatan masyarakat melalui Musyawarah

perencanaan pembangunan (MUSREMBANG) sehingga sesuai sumber

hukum dalam perencanaan pembangunan dan menjungjung etika dan nilai

yang ada di masayarakat.

Apa yang telah dilakukan oleh Camat Bontonompo, sejalan dengan

dengan apa yang ditegaskan oleh Armstrong (1999:90) bahwa kepemimpinan

adalah sesuatu mengenai mendorong dan membangkitkan individu dan

kelompok untuk berusaha sebaik baiknya untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Pemimpin hanya melakukan apa yang harus mereka lakukan

dengan dukungan kelompok mereka, yang harus diberi inspirasi dan

dipersuasi untuk mengikuti mereka. Kepemimpinan diperlukan karena

seseorang harus menunjukkan jalan dan bahwa orang yang sama harus

Page 96: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

memastikan bahwa setiap orang yang berkepentingan tiba disana.

Kemampuan mempengaruhi sikap orang lain, apakah dia pegawai bawahan,

rekan sekerja atau atasan. Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi, baik oleh

ajakan, anjuran, bujukan, sugesti, pemerintah, saran atau bentuk lainnya.

Adanya tujuan yang hendak dicapai.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan, yaitu;

Implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa, maka penelitian ini difokuskan pada 3 (tiga) peran kepemimpinan

pemerintah kecamatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, yaitu: 1)

peran kepemimpinan sebagai perencana pembangunan, 2) peran

kempemimpinan sebagai penentu strategi, dan 3) peran kepemimpinan dalam

membangun sinergitas

Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2Q03) mengemukakan beberapa

dimensi peran sebagai berikut: 1) peran sebagai perencana, 2) peran sebagai

penentu strategi, dan 3) peran sinergitas. Di samping itu, analisis penelitian ini

juga mangacu pada pendapat Wicaksono dan Sugiarto (Wijaya, 2001:16) yang

menegaskan bahwa perencanaan partisipatif adalah usaha yang dilakukan

masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar mencapai kondisi

yang diharapkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan secara mandiri.

Page 97: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Berdasarkan pendapat Wicaksono dan Sugiarto pelaksanaan

perencanaan dapat dikatakan partisipatif bila memenuhi ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Fokus perencanaan, berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang

dihadapi masyarakat serta memperhatikan aspirasi masyarakat yang

memenuhi sikap saling percaya dan terbuka.

2. Partisipasi masyarakat dimana setiap masyarakat memperoleh peluang

yang sama dalam sumbangan pemikiran tanpa dihambat oleh kemampuan

berbicara, waktu dan tempat.

3. Sinergitas perencanaan yaitu selalu menekankan kerja sama antar wilayah

dan geografi, serta interaksi diantara stakeholders.

Untuk mengetahui efektifitas kepemimpinan pemerintah kecamatan

dalam meningkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, maka analisis yang digunakan

adalah:

1. Perencanaan pembangunan, didasarkan pada masalah dan kebutuhan

yang dihadapi masyarakat serta memperhatikan aspirasi masyarakat yang

memenuhi sikap saling percaya dan terbuka. Pelaksanaan perencanaan

partisipatif di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dilakukan dalam

rangka menyusun perencanaan pembangunan tahunan kecamatan berupa

Page 98: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

daftar prioritas kegiatan kecamatan yang akan disampaikan pada proses

yang lebih tinggi.

Tujuan dari kegiatan perencanaan pembangunan yang partisipatif itu

sendiri adalah:

a. Menentukan arah dan tujuan kegiatan perencanaan pembangunan oleh

masyarakat.

b. Teridentifikasinya jenis-jenis usulan dan rencana kegiatan berdasarkan

pada kekuatan dan potensi yang ada serta kebutuhan riil masyarakat.

c. Teridentifikasinya rencana program masyarakat dalam pembangunan.

Pada pelaksanaannya di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa,

perencanaan partisipatif dimulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan,

dan keluaran perencanaan pembangunan. Masyarakat diharapkan

terlibat dan memahami seluruh rangkaian dari proses perencanaan

pembangnan di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Fokus perencanaan yang berdasarkan masalah dan kebutuhan

masyarakat dapat diperoleh melalui kegiatan penyelidikan masalah

dan kebutuhan mulai dari tingkat RT yang merupakan bagian dari

tahap persiapan dalam proses perencanaan pembangunan. Berdasarkan

hasil penelitian, untuk beberapa desa melakukan kegiatan penyelidikan

masalah dan kebutuhan masyarakat mulai tingkat RT sehingga

diperoleh profil masalah dan kebutuhan masyarakat, namun untuk

sebagian desa lainnya jenis usulan yang diajukan didiskusikan pada

Page 99: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

saat pelaksanaan musbang desa/ kelurahan, dan bukan digali dari

kelompok-kelompok masyarakat.

Perencanaan yang disiapkan belum memperhatikan aspirasi

masyarakat yang memenuhi sikap saling percaya dan terbuka. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa pelibatan

masyarakat dilakukan pada tingkat desa/ kelurahan yang artinya hanya

perwakilan masyarakat yang terlibat dalam proses perencanaan

pembangunan namun tidak dilibatkan dalam penetapan daftar prioritas

masalah dan kebutuhan desa/ kelurahan yang akan disampaikan pada

proses perencanaan pembanggunan (MUSREMBANG) kecamatan.

2. Strategi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

diimplementasikan dengan memberi peluang yang sama kepada

masyarakat dalam memberikan sara (sumbangan pemikiran) tanpa

dihambat oleh kemampuan berbicara, waktu dan tempat. Di samping itu

pula, masyarakat dilibatkan secara penuh dalam memutuskan kegiatan

mana yang dianggap prioritas untuk diajukan ke MUSREMBANG yang

lebih tinggi.

Strategi tersebut di atas dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

forum MUSREMBANG atau dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan pembangunan. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam

proses perencanaan pembangunan dipengaruhi oleh faktor:

a. Pemahaman masyarakat terhadap perencanaan pembangunan.

Page 100: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

b. Sikap antusias masyarakat terhadap proses perencanaan pembangunan

karena saran mereka di dengar/ terakomodasi.

c. Responsivitas aparatur kecamatan dalam memberikan informasi

mengenai perencanaan pembangunan kepada masyarakat.

d. Waktu penyelenggaraan perencanaan pembangunan relatif cukup

sehingga seimbang dengan materi yang harus dibahas dan diputuskan.

3. Sinergitas perencanaan diimplimentasikan dalam bentuk kerja sama

antar wilayah dan geografi, serta interaksi diantara stakeholders. Pada

pelaksanaan perencanaan partisipatif dalam proses perencanaan

pembangunan di Kecamatan Bontonompo, proses pengambilan keputusan

yang diselenggarakan di tingkat Desa dan Kecamatan secara formal telah

dilakukan dengan baik meskipun ada beberapa tahapan dalam proses

perencanaan pembangunan tidak dilaksanakan. Bila dilihat dari sisi

peserta, sudah cukup mewakili unsur masyarakat.

Hasil kesepakatan peserta MUSREMBANG kecamatan berupa daftar

prioritas usulan/kegiatan kecamatan yang merupakan hasil kerja sama

anatar wilayah administrasi dan geografi serta merupakan hasil interaksi

antara stakeholders. Pada umumnya dapat diterima oleh peserta

MUSREMBANG.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan memberikan

banyak manfaat bagi masyarakat itu sendiri, diantaranya meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan program pembangunan, agar

Page 101: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang

diharapkan, memberi kekuasaan atau mendelegasikan kewenangan kepada

masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan

keputusan untuk membangun diri dan lingkungannya. Dengan demikian

upaya melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan berarti

memampukan dan memandirikan masyarakat.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan di Kecamatan Bontonompo sudah cukup baik.

Ada beberapa faktor yang ikut menentukan cukup baiknya partisipasi

masyarakat yang tentu akan mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan

perencanaan pembangunan.

Geddesian (dalam Soemarmo 2005:26) mengemukakan bahwa pada

dasarnya masyarakat dapat dilibatkan secara aktif sejak tahap awal

penyusunan rencana, begitupun pada perencanaan pembangunan, pelaksanaan

dan pengawasan pembangunan.

Pendidikan dan pelatihan dalam menggali informasi, mengidentifikasi

dan merumuskan serta membuat perencaan awal bagi tokoh masyarakat dan

tokoh pemuda di Kecamatan Bontonompo belum dilakukan secara

menyeluruh.

Partisipasi aktif masyarakat dalam pengumpulan informasi belum juga

belum dilaksanakan secara maksimal. Partisipasi dalam memberikan alternatif

rencana dan usulan kepada pemerintah sudah dilakukan, meskipun alternatif

Page 102: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

rencana dan usulan yang disampaikan belum memenuhi sifat spesifik, terukur

dan dapat dijalankan.

Alexander Abe (2002: 91-92), menjelaskan bahwa ada dua bentuk

perencanaan partisipatif, yaitu:

1. Perencanaan yang disusun langsung bersama masyarakat, perencanaan ini

bisa merupakan:

a. perencanaan lokasi-setempat, yakni perencanaan yang menyangkut

kelurahan/ desa dimana masyarakat berada;

b. perencanaan wilayan yang disusun dengan melibatkan masyarakat

secara perwakilan.

2. Perencanaan disusun melalui mekanisme perwakilan, sesuai dengan

institusi yang sah (legal formal), seperti LPM dan Karang Tarunan Untuk

yang kedua ini, masyarakat masih tetap terbuka dalam memberikan

masukan, kritik dan kontrol, sehingga apa yang teah dirumuskan dan

diaktualisasikan oleh DPRD benar benar apa yang dikehendaki oleh

masyarakat.

Jika dilihat dari proses perencanaan partisipatif dalam rangka proses

perencanaan pembangunan di Kecamatan Bontonompo, maka yang

dilaksanakan merupakan bentuk pertama, dimana perencanaan disusun

langsung bersama masyarakat, walaupun untuk sebagian kelurahan/ desa

masih belum melibatkan semua lapisan masyarakat dalam proses perencanaan

pembangunan terlebih dalam proses identifikasi masalah dan kebutuhan

Page 103: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

masyarakat.

Perencanaan yang disusun bersama masyarakat adalah suatu proses

dimana masyarakat bisa langsung ikut ambil bagian. Menurut Alexander Abe,

untuk mengorganisasi perencanaan model ini perlu diperhatikan prinsip dasar

yang penting dikembangkan, yakni:

1. Dalam perencanaan bersama rakyat, yang melibatkan banyak orang, maka

harus dipastikan bahwa diantara para peserta memiliki rasa saling percaya,

saling mengenal dan bisa saling bekerja sama.

2. Prinsip ini secara keseluruhan sudah dilaksanakan di Kecamatan

Bontonompo, yaitu pelaksanaan rembug RT/RW, dimana peserta yang

hadir adalah orang yang biasa dikenal sehari-hari dalam lingkungan RT/

RW. Sehingga perasaan saling percaya, saling mengenal dan bisa saling

bekerja sama tentunya ada.

3. Agar semua orang bisa berbicara dan mengemukakan pandangannya

secara fair dan bebas, maka diantara peserta tidak boleh ada yang lebih

tinggi dalam kedudukan, kesetaraan menjadi penting. Poin ini sudah

dilaksanakan dengan baik.

4. Perencanaan bersama rakyat harus bermakna bahwa rakyat (mereka

peserta perumusan) bisa menyepakati hasil yang diperoleh, baik saat itu

maupun setelahnya. Harus dihindari praktek perang intelektual, dimana

mereka yang berkelebihan informasi mengalahkan mereka yang miskin

informasi secara tidak sehat. Hal ini belum maksimal ditunjukan dalam

Page 104: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

proses perencanaan pembangunan, dimana masih ada praktek perang

intelektual, sehingga penetapan hasil MUSREMBANG dilakukan secara

sepihak tanpa melibatkan peserta.

5. Suatu keputusan yang baik, tentu tidak boleh didasarkan pada dusta atau

kebohongan. Prinsip ini hendak menekankan pentingnya kejujuran dalam

penyampaian informasi, khususnya persoalan yang sedang dihadapi.

6. Berproses berdasarkan kepada fakta, dengan sendirinya menuntut cara

berpikir yang obyektif.

7. Prinsip partisipasi hanya akan mungkin terwujud secara sehat, jika apa

yang dibahas merupakan hal yang dekat dengan kehidupan keseharian

masyarakat.

Jika dilihat dari proses perencanaan pembangunan di Kecamatan

Bontonompo, prinsip dasar di atas belum maksimal dikembangkan, mengingat

beberapa keterbatasan akan sumber daya manusia. Baik keterbatasan pada

pemahaman masyarakat akan proses perencanaan pembangunan serta

keterbatasan kualitas aparatur pemerintah kelurahan/ desa, maupun

pemerintah di tingkat kecamatan.

Page 105: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dideskripsikan

sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa implementasi program

musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sudah dapat

dikatakan efektif. Implementasi program musrenbang tersebut

diimplementasikan dalam membuat perencanaan pembangunan, menentukan

strategi, dan dalam membangun sinergitas.

Dalam Implentasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo

sebagai perencana pembangunan, Camat Bontonompo beserta aparaturnya

memformulasikan mekanisme perencanaan pembangunan tahunan yang

diuraikan sebagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan

proses perencanaan dari bawah. Peran sebagai penentu strategi

diimplementasikan oleh Camat Bontonompo dengan menentukan strategi

dalam menggalang keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan dalam

pendekatan partisipasitif dan partisipatoris (inisiatif masyarakat). Di samping

itu, dalam melaksanakan proses pembangunan, Camat membangun sinergitas

perencanaan pembangunan dalam wilayah pemerintanhannya yang

diwujudkan dalam membangun kerja sama antar wilayah administrasi dan

geografi, serta kerja sama (interaksi) diantara para Kepala Desa/ Kelurahan,

Page 106: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

LPM, Tokoh Masyarakat dan Karangtaruna (stakeholders) dalam

menyukseskan proses pembangunan di Kecamatan Bontonompo.

B. Saran

Penulis menyarankan agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara

teoritis maupun praktis.

3. Manfaat Teoritis

a. Menguji teori-teori Implementasi, khususnya bagaimana Implementasi

Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo dalam proses

pembangunan yang pada akhirnya menambah khazanah

pengembangan ilmu-ilmu administrasi Publik.

b. Sebagai bahan informasi bagi calon peneliti yang akan melakukan

penelitian dengan fokus penelitian yang sama, yaitu Implementasi

Program Musrenbang Di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

4. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah khususnya pemerintah

Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dalam Implementasi

Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo untuk tidak melihat

usulan – usulan dari masyarakat dengan lebih selektif lagi untuk

mendorong tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

Page 107: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

b. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat sehubungan dengan

implementasi Program Musrenbang di Kecamatan Bontonompo dalam

mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan di

Kecamatan Bontonompo.

Page 108: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said.2016. Kebijakan Publik. Jakarta : Salemba Humanika.

A. G Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Alberth, Karl, 1985. Organization Development, Bandung: Angkasa.

Albrow, Martin, 1989, Birokrasi, Terjemahan Rusli Karim dan Totok Daryanto,

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Almanshur Fauzan , Ghony Djunaidi (2012). Metodologi Penelitian kualitatif,

JogJakarta: Ar‐Ruzz Media

Amstrong, Michael, 1990. AliH Bahasa: Soifyan Cikman. Manajemen Sumber Daya

Manusia, Jakarta : Gramedia.

Andrew, Colin Mac. T.t. Central Government and Local Development in Indonesia,

London: Oxford University Press.

Arikunto, S. 1990. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.

Atmosudirdjo, S. Prajudi, 1976. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan

Keputusan, Jakarta: Ghalia Indonesia.

A. G Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Baginda, Anaf, 1975. Bagaimana Memimpin dan Mengawasi Pegawai Saudara,

Jakarta: Jaya Sakti.

Davis, K dan Newstrom. (1995). Perilaku dalam Organisasi. Erlangga : Jakarta.

Dasaputra, St. Muadjat, 1984. Hukum Lingkungan, Buku II Nasional, Jakarta: Bina

Cipta.

Edward III, George C. (1980). Implementing Public Policy. Washington DC:

Congressional Quarterly Press.

Friedman, j. 1992. Enpowerment : The Politics of alternative Development.

Page 109: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Blackwell Publishers. Cambridge, USA.

Hasibuan, Malayu, Sp. 1989. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta:

Haji Mas Agung.

Kartodirdjo, S. dan Suryo, D. (1991). Sejarah Perkebunan di Indonesia : Kajian

Sosial Ekonomi”. Aditya Media: Yogyakarta.

Kerlinger. 2006. Asas–Asas Penelitian Behaviour. Edisi 3, Cetakan 7. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Koesmahatmadja, RDH, 1973. Pengantar ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah,

Bandung: Unpad.

Korten, David C. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Kusnaedi, 1995. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta:

Penebar Swadaya

Lateiner, A.R. 1985. Teknik Memimpin Pekerja, Jakarta : Bina Aksaran.

Luthan, Fred, 1995. Organization Behavior, New York: Mc. Graw-Hill Inc.

Mazmanian, Daniel A and Paul A. Sabatier, 1983. Implementation and Public Policy.

USA: Scott Foresman and Company.

Maslow, A.H. 1954. Motivation and Personality, New York: Harper.

Moh. Farid dan Noora Fithriana 2016. Implementasi kebijakan musyawarah

Perencanaan pembangunan (musrenbang) kabupaten sumenep JISIP: Jurnal

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Mubyarto. (1983). Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta Sinar

Harapan.

Ndraha, Talizidhuhu. 1987. Metodologi Pembangunan Indonesia. Jakarta. PT Bina

Aksara

Ndraha, Taliziduhu, 1997. Metodologi Ilmu Pemerintahan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho D, Riant. 2004. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.

Jakarta:Gramedia

Page 110: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Nihin, A.Dj. 1999. Paradigma Baru Pemerintahan Daerah Menyongsong Millenium

Ketiga, Palangkaraya: PT. Mardi Mulya.

Qonita Alya 2009. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan dasar

Raharjo, M. Dawam. 1983. (ed.), Islam dan Pembaruan, Jakarta: LP3ES.

Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manusia Indonesia, Jakarta : LSIU.

Santoso Singgih, 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publikan

Organisasi non Profit. Jakarta : PT Grasindo

Sepandji, Kosasih Taruna, 1999. Public Policy dan Kepentingan Umum, Jakarta:

Universal.

Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian (et. Al.) 1990. Metode Penelitian Survei,

Jakarta: LP3ES.

Syafi’ie, Ilmu Kencana, 1995. Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an, Jakarta: Bumi

Aksara.

Sudjana, 1990. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Suradinata, Ermaya, 1997. Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan: Pendekatan

Budaya, Moral dan Etika, Jakarta : Gramedia.

Sumodiningrat. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. PT,

Bina Rena Pariwara; Jakarta

Steers, Richard M. 1983. Efektivitas Organisasi, Jakarta: PPM Erlangga.

Stoncer, James, 1999. Manajemen Jilid II, Jakarta: PT. Prehallindo.

The Liang Gie, 1979. Ensiklopedia Administrasi, Jakarta: Gunung Agung.

Tjokrowinoto, Moelyarto, 1996, Pembangunan : Dilema Dan Tantangannya,

PustakaPelajar, Yogyakarta.

Page 111: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

Tjokroaminoto, H.O.S. Islam dan Socialism. Jakarta: Bulan Bintang, 1950.

Umar Husein, 2001. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. SUN.

Umar, Husen, 2000. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta:

Gramedia.

Utin Sri Ayu Supadmi 1, AB. Tangdililing2, Mahyudin Syafei3 2013. Jurnal Tesis

PMIS-UNTAN-PSIAN

Van Meter, Donal dan Van Horn, Carl E. 1975. The Policy Implementation Process

Conceptual Frame Work. Journal Administration and Society.

Wendi Suprapto Padang1 Heri Kusmanto2,2019. Perencanaan partisipatif dalam

proses penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah

kabupaten dairi tahun 2014-2019 JAP Vol.6 No.2

Wrihatnolo, Randy.R, dan Riant Nugroho D, 2007. Manajemen Pemberdayaan :

Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. PT Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta

Page 112: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

UNDANG – UNDANG DAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

Undng-Undang No. 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN)

Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 tentang Tata cara Pengendalian dan

evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan

Peraturan Bupati Gowa Nomor 74e Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Pada Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa

Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana

Pembangungan jangka panjang menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Gowa

Tahun 2016 - 2021

Peraturan Daerah Kabupaten Gowa nomor 3 Tahun 2004 Tentang Transparansi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Gowa

Peraturan Daerah Kabupaten Gowa nomor 4 Tahun 2004 tentang partisipasi

Masyarakat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Gowa

Page 113: IMPLEMENTASI PROGRAM MUSRENBANG DI KECAMATAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muhammad Zakir, Lahir di Talamangape Gowa,

Sulawesi Selatan pada tanggal 05 Juli 1978, anak

keempat dari empat bersaudara pasangan suami Istri

Khaeruddin dan Sitti Hawa. Penulis menikah dengan

Junaedah, S.Pd pada tahun 2006, Penulis mulai

menempuh pendidikan sekolah dasar (1985 - 1991),

Sekolah Menengah Pertama (1991 - 1994).

Sekolah Menengah atas (1996 - 1998). pada tahun 2003 melanjutkan

pendidikan S.1 (2003 - 2007). Pada tahun 2018 penulis melanjutkan

Pendidikan di jenjang (S.2) dengan memilih Program Studi Ilmu Administrasi

Publik pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis Mengabdi pada Kantor Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa sejak tahun 1997, untuk memperoleh Gelas Magister Administrasi

Publik (M.AP), Penulis menulis tesis dengan Judul Implementasi Program

Musrenbang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.