II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN III ...
Transcript of II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN III ...
- 1 -
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
Triwulan III 2018
Penyusun
Penanggung Jawab : Asyik Fauzi Ketua Tim : Sjarif Donofan Solaiman Anggota : - Syamsul Arifin - Maman Suparman - Achmad Puji Slamet - Restu Ramadhani M. - Lusiane Noorlin Nussy - Maria Paulina Warwe Reviewer : - Naufal Duadi Andalas
- Wahid Ahyani - Basuki Rahmat
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii Daftar Grafik iv I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1 A. Produk Domestik Regional Bruto 1 B. Inflasi 2 C. Indikator Kesejahteraan 3 II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 4 A. Pendapatan Negara 4 B. Belanja Negara 8 C. Prognosis Realisasi APBN 12
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 13 A. Pendapatan Daerah 13 B. Belanja Daerah 17 C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2018 18
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
20
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 20 B. Pendapatan Konsolidasian 20 C. Belanja Konsolidasian 22 D. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah Dalam PDRB 23
V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH 24
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ITK Papua Menurut Variabel Pembentuknya 3
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2017 dan 2018 4
Tabel 2.2 Realisasi PNBP Per Jenis Pendapatan 7
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Hibah s.d. Triwulan III Tahun 2018 7
Tabel 2.4 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat 10
Tabel 2.5 Prognosis Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2018 12
Tabel 3.1 Realisasi APBD Agregat Pemerintah Daerah (Prov/Kab/Kota) s.d. Triwulan III Tahun 2017 dan 2018
13
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Pembangunan Daerah Papua 19
Tabel 3.3 Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2018 19
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Provinsi s.d. Triwulan III 2018
20
Tabel 4.2 Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB 22
Tabel 4.3 Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB s.d. Triwulan III 2018 23
Tabel 4.4 Kontribusi Belanja Pemerintah Dalam PDRB s.d. Triwulan III 2018 23
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan III-2018 5
Grafik 2.2 Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan III-2018
6
Grafik 2.3 Realisasi PNBP s.d. Triwulan III-2018 6
Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. Triwulan III-2018 8
Grafik 2.5 Tren Realisasi Belanja TKDD s.d. Triwulan III-2018 9
Grafik 2.6 Realisasi KUR per Skema s.d. Triwulan III-2018 11
Grafik 2.7 Realisasi KUR per Sektor s.d. Triwulan III-2018 11
Grafik 2.8 Tren Realisasi Tahunan Belanja Pemerintah Pusat 12
Grafik 3.1 Realisasi PAD per Provinsi/Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Papua s.d. Triwulan III tahun 2018
14
Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan III tahun 2018 14
Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah 15
Grafik 3.4 Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 15
Grafik 3.5 Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah s.d. Triwulan III tahun 2018
16
Grafik 3.6 Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2018 16
Grafik 3.7 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. Triwulan III tahun 2018
17
Grafik 3.8 Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan III Tahun 2018
17
Grafik 3.9 Realisasi Belanja Daerah Menurut Urusan s.d Triwulan III Tahun 2018 18
Grafik 3.10 Tren Realisasi Pendapatan Daerah 18
Grafik 3.11 Tren Realisasi Belanja Daerah 19
Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian 21
Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian
21
Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan dan Bukan Pajak 21
Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah 22
Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Triwulan III 2018 23
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
1
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
A. Produk Domestik Regional Bruto
Ekonomi Papua triwulan III-2018 tumbuh 6,76 persen dibanding triwulan III-2017
(y-on-y). Pertumbuhan tersebut didukung oleh semua sektor/lapangan usaha dengan
pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan
Usaha Jasa Lainnya sebesar 9,53 persen.
Pertumbuhan yang besar pada Lapangan
Usaha Jasa Lainnya terutama disebabkan oleh
meningkatnya pendapatan usaha yang
berkaitan dengan kegiatan hiburan dan
rekreasi. Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan
terjadi pada semua komponen, dengan
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Ekspor Luar Negeri sebesar
101,43 persen, diikuti Komponen Pengeluaran Impor Luar Negeri sebesar 17,97 persen,
dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 12,66 persen.
Ditinjau secara kuartalan, ekonomi Papua triwulan III-2018 terhadap triwulan
sebelumnya (q-to-q) hanya tumbuh sebesar 1,32 persen. Lapangan usaha yang memiliki
pertumbuhan tertinggi adalah Jasa Lainnya sebesar 7,47 persen, diikuti lapangan usaha
Konstruksi sebesar 6,96 persen, dan Informasi dan Komunikasi sebesar 6,61 persen.
Sedangkan Lapangan usaha dengan pertumbuhan terendah adalah Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang tumbuh sebesar -2,24
persen, diikuti Transportasi dan Pergudangan sebesar -1,92 persen, dan Pertambangan
dan Penggalian sebesar -0,16 persen. Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan terjadi pada
semua komponen PDRB Pengeluaran, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen PMTB yang tumbuh sebesar 5,73 persen.
Ekonomi Papua sampai dengan triwulan III-2018 (c-to-c) masih tumbuh tinggi yaitu
18,34 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh hanya
sebesar 4,58 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha, dengan
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
sebesar 38,69 persen, diikuti Transportasi dan Pergudangan sebesar 9,32 persen, dan
Real Estate sebesar 7,11 persen. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Ekspor Luar Negeri yang mencapai 98,76 persen, diikuti Komponen
Impor Luar Negeri sebesar 13,63 persen, dan Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah sebesar 11,46 persen.
Ekonomi Papua Triwulan III-2018 tumbuh 6,76 persen (y-on-y), Pertumbuhan didukung semua lapangan usaha.
Ekonomi Papua Triwulan II-2018 tumbuh 1,32 persen (q to q).
Ekonomi Papua sampai dengan Triwulan III-2018 tumbuh 18,34 persen (c to c).
PDRB Per Kapita Papua pada Triwulan III-2018 mencapai Rp 16,96 Juta.
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
2
Nilai PDRB per kapita Papua pada triwulan III-2018 sebesar Rp 16,96 juta, hanya
menurun 0,004 persen dibanding triwulan sebelumnya. Nilai PDRB per kapita yang
relatif tetap ini dikarenakan rendahnya pertumbuhan ekonomi triwulan III-2018
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dilihat tanpa sektor pertambangan dan
penggalian, PDRB per kapita Papua triwulan III- 2018 sebesar Rp 10,07 juta, meningkat
2,55 persen dari triwulan II-2018 yang hanya sebesar Rp 9,82 juta.
B. Inflasi
Pada bulan September 2018, Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 0,45
persen. Inflasi di Kota Jayapura tejadi
akibat adanya kenaikan angka indeks
pada kelompok pengeluaran barang dan
jasa meliputi makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau sebesar 0,03
persen, kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar sebesar 0,21
persen, kelompok sandang sebesar 0,01
persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 3,26 persen, dan
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,13 persen. Adapun
kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,05 persen,
dan kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen.
Berkebalikan dengan Kota Jayapura, pada bulan September 2018 Kabupaten
Merauke justru mengalami deflasi sebesar 0,94 persen. Penurunan harga barang dan
jasa disebabkan oleh penurunan angka indeks pada kelompok bahan makanan sebesar
3,42 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,07
persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,67 persen. Adapun kelompok pengeluaran
yang mengalami inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,70 persen, kelompok sandang sebesar 0,23 persen, dan kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,65 persen. Di sisi lain, kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga tidak mengalami perubahan angka indeks.
Inflasi tahun kalender (y-to-d) Kota Jayapura pada bulan September 2018 sebesar
3,45 persen, sedangkan inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 5,63 persen. Adapun di
Kabupaten Merauke, inflasi tahun kalender (y-to-d) pada bulan September 2018 sebesar
2,67 persen, sedangkan inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 4,43 persen.
Pada bulan September 2018, Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 0,45 sedangkan Merauke mengalami deflasi sebesar 0,94 persen dengan Indeks Harga Konsumen masing-masing sebesar 136,30 dan 137,34.
Kota Jayapura menempati urutan ke-2 di tingkat nasional dan ke-1 di tingkat Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua), sedangkan Merauke menempati urutan ke-77 di tingkat nasional dan ke-14 di tingkat Sulampua.
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
3
C. Indikator Kesejahteraan
Ditinjau dari Indeks Tendensi Konsumen
(ITK), pada triwulan III-2018 Provinsi
Papua memiliki nilai ITK sebesar 96,42.
Nilai ITK tersebut mengindikasikan bahwa
kondisi ekonomi konsumen menurun
dibandingkan triwulan II-2018 dengan nilai
ITK sebesar 119,32. Penurunan ITK pada triwulan ketiga ini disebabkan oleh variabel
pengaruh inflasi terhadap total konsumsi rumah tangga dan pendapatan rumah tangga
mengalami penurunan, dengan nilai indeks masing-masing 89,44 dan 96,11. Pada
triwulan sebelumnya, pendapatan masyarakat bertambah akibat adanya pencairan gaji
ke-13 dan adanya perayaan idul fitri, adapun pada triwulan ini pendapatan masyarakat
cenderung tidak mengalami perubahan dibanding periode sebelumnya.
ITK Papua pada triwulan IV-2018 diperkirakan sebesar 110,11, yang berarti
kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan meningkat dibandingkan kondisinya pada
triwulan III-2018. Peningkatan tersebut dapat dipicu oleh adanya perkiraan pendapatan
mendatang yang cenderung meningkat dengan tingkat optimisme yang lebih tinggi
dibandingkan pada triwulan III-2018 (nilai indeks 118,81).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Papua pada Agustus 2018 mencapai
3,20 persen, naik 0,29 persen dibandingkan kondisi pada bulan Februari 2018 sebesar
2,91 persen. Jumlah pengangguran sebesar 58.756 orang, bertambah sekitar 4.938
orang dibanding Februari 2018. Adapun jumlah penduduk bekerja mencapai 1.777.207
orang. Struktur lapangan pekerjaan pada Agustus 2018 tidak mengalami perubahan.
Kategori pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam menyerap tenaga kerja
yaitu mencapai 67,75 persen dari total tenaga kerja atau mencapai 1.204.116 orang.
TPT tertinggi di Papua berada pada penganggur dengan tingkat pendidikan SMK
yang mencapai 8,23 persen. Adapun penganggur dengan tingkat pendidikan Diploma
I/II/III sebesar 6,66 persen, Universitas sebesar 6,33 persen, SMP sebesar 2,22 persen,
dan SD sebesar 0,98 persen. Pada Agustus 2018, TPT terkecil adalah penganggur
dengan tingkat pendidikan SMA yaitu hanya 0,08 persen. Status pekerjaan utama yang
terbanyak adalah sebagai pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (32,53%) kemudian
diikuti oleh status berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar (31,65%). Adapun
status pekerjaan utama lainnya yakni buruh/karyawan (21,65%), berusaha sendiri
(12,57%), dan pekerja bebas pertanian maupun non pertanian (kurang dari 1%).
Tabel 1.1: ITK Papua Menurut Variabel Pembentuknya
Sumber: BPS Provinsi Papua (2018), diolah
Variabel Pembentuk Tw II-2018 Tw III-2018
Pendapatan Rumah Tangga 129,18 96,11
Pengaruh Inflasi Terhadap Konsumsi 104,59 89,44
Volume Konsumsi Barang/Jasa 126,96 106,02
Indeks Tendensi Konsumen 119,32 96,42
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
4
II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Triwulan III Tahun 2017 dan 2018
Realisasi pendapatan Negara sampai dengan akhir triwulan III-2018 telah
mencapai Rp7,94 triliun atau 92,3 persen dari target tahun 2018 sebesar Rp8,60 triliun.
Realisasi ini lebih besar dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 60,4 persen. Pertumbuhan pendapatan Negara tersebut didorong oleh
meningkatnya penerimaan Negara di sektor Pajak Perdagangan Internasional
khususnya Bea Keluar. Sampai dengan triwulan III-2018, realisasi Pajak Perdagangan
Internasional mencapai Rp3,70 triliun, meningkat 243,8 persen dibandingkan realisasi
pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya Pajak Perdagangan
Internasional tersebut merupakan imbas naiknya penerimaan Bea Keluar secara
signifikan (284,6%), dari sebesar Rp913,74 miliar pada triwulan III-2017 naik menjadi
Rp3,51 triliun pada triwulan III-2018.
Di sisi belanja, alokasi pagu belanja Negara sampai dengan triwulan III-2018
sebesar Rp60,72 triliun, mengalami kenaikan sebesar 2,98 persen dari alokasi pagu
periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja Negara sampai dengan
triwulan III-2018 mencapai Rp39,54 triliun atau 65,1 persen dari total pagu belanja
sebesar Rp60,72 triliun. Realisasi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 65,6 persen. Realisasi belanja
Negara sebesar Rp39,54 triliun terdiri atas Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp7,82
triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp31,72 triliun.
(dalam miliar rupiah)
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
A. PENDAPATAN NEGARA 8.337,73 5.038,59 8.596,59 7.936,34
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 7.993,19 4.919,85 7.345,14 7.737,38
1. Penerimaan Pajak 7.700,95 4.467,05 6.935,77 7.303,87
2. PNBP 292,24 452,80 409,37 433,51
II. HIBAH 344,54 118,74 1.251,45 198,96
B. BELANJA NEGARA 58.959,82 38.654,48 60.717,59 39.539,75
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 14.002,03 7.236,88 16.032,63 7.820,96
1. Belanja Pegawai 3.567,41 2.457,10 3.539,32 2.612,85
2. Belanja Barang 3.825,25 1.998,05 6.616,86 2.731,87
3. Belanja Modal 6.501,75 2.778,31 5.771,72 2.451,73
4. Belanja Bantuan Sosial 32,89 3,42 30,00 9,95
5. Belanja Lain-lain 74,73 0,00 74,73 14,56
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 44.957,79 31.417,60 44.684,97 31.718,79
1. Transfer ke Daerah 40.656,84 28.850,47 40.394,63 29.151,19
a. Dana Perimbangan 32.335,46 22.589,30 32.289,02 24.139,05
1) Dana Alokasi Umum 22.398,84 18.449,83 22.451,73 18.586,41
2) Dana Bagi Hasil 3.504,73 1.547,46 3.147,65 2.058,72
3) Dana Alokasi Khusus Fisik 5.054,54 1.881,57 4.886,90 2.267,31
4) Dana Alokasi Khusus Nonfisik 1.377,35 710,44 1.802,75 1.226,62
b. Dana Otonomi Khusus 8.240,82 6.180,61 8.020,85 4.935,64
c. Dana Insentif Daerah 80,56 80,56 84,75 76,50
2. Dana Desa 4.300,95 2.567,13 4.290,34 2.567,60
C. SURPLUS DEFISIT -50.622,09 -33.615,89 -52.121,01 -31.603,41
Sumber: LRA Tingkat Kanwil, Simtrada, dan OMSPAN 2017-2018 (diolah)
UraianTahun 2017 Tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
5
A. Pendapatan Negara
1. Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan di Provinsi Papua hingga periode triwulan III-2018 telah
terealisasi sebesar Rp7,30 triliun atau 105,3 persen dari target penerimaan perpajakan
sebesar Rp6,94 triliun. Penerimaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 63,5 persen
dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
mencapai Rp4,47 triliun. Kenaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya penerimaan
Pajak Perdagangan Internasional khususnya Bea Keluar.
a. Penerimaan Pajak Dalam Negeri
Penerimaan Pajak Dalam Negeri sampai dengan triwulan III-2018 baru tercapai
sebesar Rp3,60 triliun atau 66,3 persen dari target sebesar Rp5,43 triliun. Penerimaan
tersebut terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Cukai, dan Pajak
Lainnya. Realisasi penerimaan Pajak Dalam Negeri disajikan dalam grafik berikut:
Penerimaan Pajak Dalam
Negeri sampai dengan
triwulan III-2018 sebagian
besar berasal dari PPh yang
mencapai Rp2,44 triliun atau
67,6 persen dari total
penerimaan Pajak Dalam
Negeri. Penerimaan PPh
tersebut berasal dari PPh Non
Migas, dengan kontributor
terbesar yaitu PPh Pasal 21.
Penyumbang PPh terbesar berasal dari wajib pajak di wilayah Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Timika. Selain PPh, penyumbang terbesar kedua penerimaan Pajak
Dalam Negeri adalah PPN. Penerimaan PPN mencapai Rp908,39 miliar atau 25,2
persen dari total penerimaan Pajak Dalam Negeri. Penyumbang PPN terbesar berasal
dari wajib pajak di wilayah KPP Pratama Jayapura. Adapun penerimaan PBB sebesar
Rp230,13 miliar, Cukai sebesar Rp60 juta, dan Pajak Lainnya sebesar Rp28,56 miliar.
Secara kumulatif, ketiga jenis pajak tersebut berkontribusi sebesar 7,2 persen dari total
penerimaan Pajak Dalam Negeri.
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
6
b. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional sampai dengan triwulan III-2018
telah tercapai sebesar Rp3,70 triliun. Penerimaan tersebut mengalami kenaikan sebesar
243,8 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
mencapai Rp1,08 triliun. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional terdiri atas Bea
Masuk dan Bea Keluar.
Penerimaan Pajak
Perdagangan Internasional di
Provinsi Papua lebih didominasi
oleh penerimaan Bea Keluar.
Penerimaan Bea Keluar sampai
dengan triwulan III-2018 telah
mencapai Rp3,51 triliun.
Penerimaan tersebut
mengalami kenaikan sangat
signifikan yaitu 284,6 persen
dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai
Rp913,74 miliar. Tingginya penerimaan Bea Keluar dipengaruhi adanya rekomendasi
izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk periode 15 Februari
2018 – 15 Februari 2019 sebesar 1.247.866 wet metric ton (WMT), serta adanya
realisasi ekspor PTFI atas bijih tembaga dan konsentratnya (Januari s.d. September)
sebesar 1.053.800 WMT. Sejalan dengan Bea Keluar, penerimaan Bea Masuk juga
mengalami kenaikan yaitu sebesar 15,0 persen, dari Rp162,71 miliar di triwulan III-2017
menjadi Rp187,09 miliar di triwulan III-2018. Salah satu faktor pendorong kenaikan
tersebut yaitu adanya penerimaan Bea Masuk dari KPPBC Merauke yang berasal dari
pembangunan pabrik baru Playwood milik PT. Tulen Jayamas.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Realisasi PNBP sampai dengan triwulan
III-2018 mencapai Rp433,51 miliar atau
105.9 persen dari target PNBP tahun 2018
sebesar Rp409,37 miliar. Berdasarkan
data historis, penerimaan PNBP tertinggi
terdapat pada triwulan I-2018 sebesar
Rp151,41 miliar dan terendah pada
Sumber: Data Kanwil DJBC Khusus Papua 2018 (diolah)
Grafik 2.2: Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional
s.d. Triwulan III-2018 (miliar rupiah)
162,71
913,74
187,09
3.514,03
0
1000
2000
3000
4000
Bea Masuk Bea Keluar
Tw III-2017 Tw III-2018
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
7
triwulan II-2018 yang hanya sebesar Rp134,82 miliar. Adapun penerimaan PNBP pada
triwulan III-2018 mencapai Rp147,28 miliar atau 34,0 persen dari total penerimaan
PNBP sampai dengan akhir triwulan III-2018.
Penerimaan PNBP
fungsional di Provinsi
Papua ditopang dari
berbagai sektor
khususnya sektor
pendidikan, kesehatan,
transportasi, dan
administrasi/penegakan
hukum. Pendapatan
Pendidikan, Budaya, dan
Ristek memberikan
kontribusi cukup tinggi yaitu mencapai 16,1 persen dari total pendapatan PNBP.
Pendapatan jasa transportasi dan kominfo berkontribusi sebesar 11,9 persen.
Pendapatan administrasi dan penegakan hukum berkontribusi sebesar 17,0 persen dan
pendapatan kesehatan dan perlindungan sosial berkontribusi sebesar 9,3 persen. Selain
penerimaan yang dihasilkan oleh Satker Kementerian/Lembaga pada umumnya,
penerimaan PNBP di Papua juga ditopang oleh pendapatan satker BLU. Sampai dengan
triwulan III-2018, realisasi pendapatan BLU telah mencapai Rp94,89 miliar atau 21,9
persen dari total penerimaan PNBP.
3. Pendapatan Hibah
Pagu pendapatan
hibah tahun 2018 adalah
sebesar Rp1,25 triliun, yang
semuanya terdiri atas Hibah
Langsung. Sampai dengan
akhir triwulan III-2018,
realisasi pendapatan hibah baru mencapai Rp198,96 miliar atau 15,9 persen dari total
pagu. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mencapai 34,5 persen. Peningkatan realisasi Hibah Langsung
diperkirakan akan terjadi pada bulan November sampai dengan Desember 2018.
Jenis Pendapatan PNBP Target Realisasi
Pendapatan Jasa Transportasi dan Kominfo 27,40 51,53
Pendapatan Administrasi & Penegakan Hukum 2,13 73,70
Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial 1,92 40,30
Pendapatan Pendidikan, Budaya, & Ristek 150,65 69,91
Pendapatan Bungan, Denda, & Pengelolaan Rekening 2,02 13,06
Pendapatan Pengelolaan BMN 0,38 5,26
Pendapatan Jasa Lainnya 178,26 0,82
Pendapatan Lain-Lain 0,24 84,05
Pendapatan BLU 46,52 94,89
Jumlah 409,52 433,51
Sumber: LRA Tingkat Kanwil 2018 (diolah)
Tabel 2.2: Realisasi PNBP Per Jenis Pendapatan s.d. Triwulan III-2018
(dalam miliar rupiah)
Uraian Pagu Realisasi Persentase
Hibah 0 0 0%
Hibah Langsung 1.251,45 198,96 15,90%
Total Hibah 1.251,45 198,96 15,90%
Tabel 2.3: Realisasi Pendapatan Hibah s.d. Triwulan III-2018
(dalam miliar rupiah)
Sumber: LRA Tingkat Kanwil (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
8
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
Penyerapan belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja pegawai, barang,
modal, bantuan sosial, maupun belanja lain-lain sampai dengan triwulan III-2018 belum
menunjukkan capaian yang optimal. Realisasi belanja pemerintah pusat baru mencapai
Rp7,82 triliun atau 48,8 persen dari pagu sebesar Rp16,03 triliun. Realisasi tersebut
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
mencapai 50,8 persen. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III-2018 lebih
didominasi oleh belanja barang dan belanja pegawai dengan komposisi masing-masing
mencapai 34,9 persen dan 33,4 persen.
Belanja Pemerintah
Pusat di Provinsi Papua
diperuntukkan bagi 48 Bagian
Anggaran/ Kementerian.
Bagian Anggaran yang
memperoleh alokasi terbesar
yaitu Kementerian PUPR
sebesar Rp4,58 triliun dan
Kementerian Perhubungan
sebesar Rp2,51 triliun. Berdasarkan tren penyerapan bulanan, terdapat dua jenis
belanja yang mengalami lonjakan realisasi secara signifikan pada bulan September yaitu
Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Lain-Lain, masing-masing sebesar 23,8 persen dan
19,3 persen. Tingginya persentase realisasi Belanja Bantuan Sosial dikarenakan adanya
penyaluran bantuan sosial yang dilakukan oleh Kementerian Agama dan Kementerian
Sosial, sedangkan tingginya persentase realisasi Belanja Lain-Lain diakibatkan adanya
pembayaran ongkos angkut beras PNS pedalaman Provinsi Papua yang dilakukan oleh
Kanwil DJPb Provinsi Papua selaku BUN kepada rekanan/pihak ketiga yaitu PD. Irian
Bhakti.
Secara kumulatif, realisasi menurut jenis belanja terdiri dari belanja pegawai
sebesar Rp2,61 triliun (73,8%) dari pagu sebesar Rp3,54 triliun, realisasi belanja barang
sebesar Rp2,73 triliun (41,3%) dari pagu sebesar Rp6,62 triliun, realisasi belanja modal
sebesar Rp2,45 triliun (42,5%) dari pagu sebesar Rp5,77 triliun, realisasi belanja
bantuan sosial sebesar Rp9,95 miliar (33,2%) dari pagu Rp30 miliar, dan realisasi
belanja lain-lain sebesar Rp14,56 miliar (19,5%) dari pagu Rp74,73 miliar.
Grafik 2.4: Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. Triwulan III-2018
Sumber: OMSPAN dan MEBE 2018 (diolah)
12,2% 12,2% 11,5%
4,9%
23,8%
19,3%
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-Lain
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
9
Rendahnya realisasi penyerapan anggaran sampai dengan triwulan III-2018 masih
sama dengan tren penyerapan pada periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya penyerapan anggaran tersebut antara
lain terlambatnya penetapan/penunjukan Pejabat Perbendaharaan oleh Kepala Daerah
/Pejabat yang berwenang khususnya satker Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
terlambat diterimanya Juknis dari Kementerian Teknis terkait, adanya kendala teknis
dalam pelaksanaan kontrak, dan sebagainya. Melihat rendahnya penyerapan anggaran
sampai dengan triwulan III tahun berjalan, Kementerian/Lembaga/ Satker perlu
melakukan berbagai upaya untuk mempercepat penyerapan anggaran di triwulan IV.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong rekanan/pihak
ketiga yang menjadi mitra kerjanya untuk segera mengajukan tagihan sesuai dengan
prestasi pekerjaan yang telah dilakukan.
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Hingga triwulan III-2018, realisasi dana TKDD mencapai Rp31,72 triliun atau
sebesar 71,0 persen dari pagu Rp44,68 triliun. Persentase realisasi tertinggi terdapat
pada Dana Insentif Daerah (DID) sebesar 90,3 persen dan Dana Alokasi Umum (DAU)
sebesar 82,8 persen, sedangkan terrendah terdapat pada DAK Fisik yang baru
mencapai 46,4 persen. Secara nominal, realisasi DAU sebesar Rp18,59 triliun, Dana
Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp2,06 triliun (65,4%), Dana Otsus sebesar Rp4,94 triliun
(61,5%), Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik sebesar Rp1,23 triliun (68,0%), DAK
Fisik sebesar Rp2,27 triliun, dan Dana Desa sebesar Rp2,57 triliun (59,8%).
Ditinjau dari tren
penyaluran, masing-masing dana
TKDD memiliki karakterisitik
khusus mengikuti ketentuan yang
berlaku. DAU pada bulan Januari
disalurkan untuk jatah 2 bulan yaitu
Januari dan Februari, sedangkan
pada bulan lainnya disalurkan
secara proporsional untuk jatah satu bulan berikutnya. Berbeda dengan DAU, Dana
Otsus baru disalurkan dua kali yaitu pada bulan Maret dan Agustus. Dana Desa memiliki
capaian realisasi tertinggi pada bulan Juni sebesar 34,9 persen, yang merupakan batas
akhir penyaluran Dana Desa tahap II. Di sisi lain, realisasi DAK Fisik tertinggi berada
pada bulan Juli yang merupakan batas akhir penyaluran DAK Fisik tahap I.
Grafik 2.5: Tren Realisasi Dana TKDD s.d. Triwulan III-2018
Sumber: OMSPAN dan Simtrada 2018 (diolah)
16,5%20,5%
16,5%
29,9% 31,4%34,9%
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%
DBH DAU DAK Fisik
DAK Non Fisik Dana Otsus dan DID Dana Desa
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
10
Realisasi penyaluran DAK Fisik di Papua menempati posisi terrendah
dibandingkan dengan provinsi lain di seluruh Indonesia. Sampai dengan batas
penyaluran DAK Fisik tahap I yang berakhir pada bulan Juli 2018, dari 355 pemda-
bidang dengan total pagu sebesar Rp4,89 triliun, terdapat 6 pemda-bidang dengan pagu
sebesar Rp206,70 miliar dipastikan tidak salur tahap I. Beberapa penyebab tidak salur
dan rendahnya realisasi DAK Fisik antara lain karena adanya kesalahan dalam
perencanaan penggunaan DAK Fisik, Pemda belum menyelesaikan laporan realisasi
penyerapan dan capaian output tahun sebelumnya, terlambatnya proses lelang/kontrak
pengadaan barang/jasa yang akan didanai dari DAK Fisik, serta adanya permasalahan
teknis lainnya.
Pemda terkait perlu memberikan perhatian lebih untuk meminimalisir faktor-faktor
yang menghambat penyerapan DAK Fisik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
pemda antara lain dengan mematangkan proses perencanaan dalam penggunaan DAK
Fisik, melakukan proses lelang lebih awal, menyusun laporan pertanggungjawaban
penggunaan DAK Fisik tahun anggaran sebelumnya secara tepat waktu,
mengintensifkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, mendorong rekanan/pihak
ketiga untuk segera mengajukan tagihan sesuai dengan prestasi pekerjaan, dan
sebagainya. Dengan demikian, diharapkan realisasi penyaluran dan penyerapan DAK
Fisik akan lebih cepat dan sesuai yang diharapkan.
3. Pengelolaan BLU
Papua memiliki tiga Satker BLU yang bergerak dalam bidang/pelayanan pengelola
kawasan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Ketiga BLU yang ada di
Provinsi Papua memiliki total aset sebesar Rp2,60 triliun. Dari ketiga BLU tersebut,
Satker BLU Bandar Udara Sentani di Jayapura memiliki nilai aset tertinggi dibanding dua
satker BLU lainnya. Total aset yang dimiliki oleh Bandar Udara Sentani di Jayapura
mencapai lebih dari Rp2,30 triliun.
Untuk keperluan
operasional, ketiga satker BLU
mengelola pagu anggaran sebesar
Rp401,31 miliar, yang terdiri dari
33,8 persen pagu BLU dan 66,2
persen pagu Rupiah Murni. Sampai dengan akhir triwulan III-2018, realisasi anggaran
ketiga BLU baru mencapai Rp223,02 miliar atau 55,6 persen dari total pagu. Ditinjau dari
komposisi pagu BLU, Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura memiliki komposisi pagu
Nama Satker BLU Pagu RM Realisasi RM Pagu BLU Realisasi BLUBandar Udara Sentani di Jayapura 95,99 54,40 89,13 36,10
Balai Pendidikan dan Latihan
Penerbangan Jayapura159,33 96,44 11,52 2,25
Rumah Sakit Bhayangkara
Jayapura10,34 7,49 35,00 26,33
Sumber: MEBE 2018 (diolah)
Tabel 2.4: Pagu dan Realisasi Satker BLU s.d. Triwulan III-2018
(dalam miliar rupiah)
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
11
BLU tertinggi dibandingkan satker BLU lainnya, yaitu mencapai Rp35,00 miliar atau
sebesar 77,2 persen dari keseluruhan pagu yang dikelola. Hal ini menunjukkan bahwa
Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura memiliki tingkat kemandirian yang paling matang.
4. Manajemen Investasi Pusat
a. Penerusan Pinjaman
Sampai dengan akhir triwulan III-2018, di wilayah Provinsi Papua belum terdapat
debitur yang menerima penerusan pinjaman lagi dari Pemerintah Pusat.
b. Kredit Program
Realisasi penyaluran KUR
sampai dengan triwulan III-2018
mencapai Rp685,46 Miliar, dengan total
debitur sebanyak 18.843 orang/badan
usaha. Berdasarkan jumlah akad kredit,
realisasi penyaluran KUR Mikro
merupakan yang terbesar dibandingkan
KUR Ritel maupun Ultramikro dan KUR
TKI. Realisasi penyaluran KUR Mikro mencapai Rp359,06 Miliar atau sebesar 52,4
persen dari total penyaluran KUR. Selain terbesar dalam jumlah akad kredit, KUR Mikro
juga memiliki jumlah debitur terbanyak, yaitu mencapai 16.638 debitur atau 88,3 persen
dari total debitur KUR. Penyaluran KUR sampai dengan triwulan III-2018 telah tersebar
di 29 kabupaten/kota. Debitur KUR terbanyak berada di Kota Jayapura yaitu sebanyak
5.322 debitur. Selain Kota Jayapura, Kabupaten Merauke dan Nabire merupakan
wilayah yang juga memiliki banyak debitur KUR dibanding kabupaten lainnya. Jumlah
debitur KUR di kedua kabupaten tersebut masing-masing 3.641 dan 2.386 debitur.
Penyaluran KUR di
Provinsi Papua terdistribusi ke
dalam sebelas sektor usaha.
Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran merupakan sektor yang
memperoleh pembiayaan KUR
terbesar. Penyaluran KUR pada
sektor tersebut mencapai
Rp385,96 Miliar atau sebesar
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
12
56,3 persen dari total penyaluran KUR. Sedangkan sektor yang memperoleh
pembiayaan KUR paling kecil dibandingkan sektor lainnya adalah sektor Jasa
Pendidikan. Realisasi penyaluran KUR pada sektor Jasa Pendidikan hanya sebesar
Rp140 juta atau 0,02 persen dari total penyaluran KUR.
C. Prognosis Realisasi APBN
Tren realisasi belanja Pemerintah Pusat dalam empat tahun terakhir berkisar pada
angka 91,3 persen. Berdasarkan tren tersebut dan mempertimbangkan berbagai
kebijakan yang diterapkan Kanwil DJPb Provinsi Papua dalam mempercepat
penyerapan anggaran, maka realisasi belanja Pemerintah Pusat hingga akhir tahun
anggaran diproyeksikan akan mencapai 92,0 persen atau sebesar Rp14,75 triliun.
Di sisi belanja TKDD,
berdasarkan data historis dalam
beberapa tahun terakhir dan
memperhatikan serapan sampai
dengan triwulan III-2018, realisasi
diproyeksikan akan mencapai
97,6 persen atau sebesar
Rp43,62 triliun pada akhir tahun
anggaran. Pada tahun ini Pemda telah memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih
memadai dalam mengelola DAK Fisik dan Dana Desa berdasarkan pengalaman tahun
sebelumnya. Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa tahun ini sebagai salah satu
komponen belanja TKDD diharapkan dapat lebih baik dan optimal dibandingkan tahun
sebelumnya. Secara kumulatif, realisasi belanja Negara sampai dengan akhir tahun
2018 diproyeksikan terealisasi 96,1 persen atau sebesar Rp58,37 triliun.
Adapun realisasi Pendapatan
Negara pada akhir tahun 2018
diperkirakan akan mencapai 95% atau
sebesar Rp8,17 triliun. Perkiraan ini
didasarkan pada tren penerimaan
dalam beberapa tahun terakhir serta sejalan dengan rencana ekspor dan berbagai
upaya (extra effort) yang dilakukan oleh Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai dalam
menggali potensi pendapatan Negara serta mendorong kepatuhan wajib pajak. Selain
itu, realisasi pendapatan juga didorong oleh meningkatnya pendapatan hibah yang
diproyeksikan terjadi lonjakan signifikan di bulan November s.d. Desember 2018.
Grafik 2.8: Tren Realisasi Tahunan Belanja Pemerintah
Pusat (miliar rupiah)
Sumber: OMSPAN dan MEBE (diolah)
94,0%90,7% 88,5% 91,8%
48,8%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
5.000
10.000
15.000
20.000
2014 2015 2016 2017 2018
Pagu Realisasi % (kanan)
Rp Persentase Rp Persentase
Pendapatan Negara 8.596,59 7.936,34 92,32% 8.166,76 95,00%
Belanja Negara 60.717,59 39.539,75 65,12% 58.365,45 96,13%
Surplus/Defisit (52.121,01) (31.603,41) 60,63% (50.198,69) 96,31%
Uraian
Tabel 2.5: Prognosis Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
Sumber: OMSPAN dan MEBE 2018 (diolah)
Perkiraan Realisasi s.d.
Akhir TahunRealisasi s.d.Triwulan III
Pagu
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
13
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Tabel 3.1. Realisasi APBD Agregat Pemerintah Daerah (Prov/Kota/Kab) s.d. Triwulan III Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
Sumber: SIKD (2018), diolah
Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan III-2018 sebesar Rp34,90
triliun atau 67,77 persen dari total target tahun 2018 sebesar Rp51,50 triliun. Realisasi
ini mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017
yang hanya mencapai Rp32,96 triliun (64,53%). Pertumbuhan tersebut didorong oleh
meningkatnya realisasi Pendapatan Asli Daerah yang cukup tinggi yakni sebesar 15,31
persen. Sementara itu, realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan III-2018 sebesar
Rp26,07 triliun atau 47,86 persen dari total pagu tahun 2018 sebesar Rp41,38 triliun.
Belanja Daerah sebesar Rp26,07 triliun terdiri atas Belanja Pemerintah Daerah sebesar
Rp19.80 triliun dan Transfer Pemerintah Daerah sebesar Rp6,27 triliun.
A. Pendapatan Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Realisasi Pendapatan Asli Daerah sampai dengan triwulan III-2018 sebesar
Rp1,26 triliun, naik 14,70 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan yang signifikan penerimaan pajak
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
PENDAPATAN 51.093,70 32.968,76 51.506,19 34.904,18
PAD 2.936,18 1.099,39 2.431,38 1.267,75
Pajak Daerah 1.493,68 473,40 1.207,86 830,10
Retribusi Daerah 347,66 184,80 300,99 135,73
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 157,57 17,56 154,01 25,68
Lain-Lain PAD yang Sah 937,27 423,62 768,52 276,25
Pendapatan Transfer 47.003,13 31.439,08 48.403,96 33.489,37
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 31.020,88 22.018,32 32.549,54 25.811,82
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 14.621,84 8.828,29 13.848,17 7.130,55
Transfer Pemerintah Provinsi 494,92 243,22 354,56 174,13
Transfer Bantuan Keuangan 865,49 349,26 1.651,69 372,86
Lain-lain pendapatan daerah yang sah 1.154,40 430,29 670,85 147,06
Pendapatan Hibah 194,74 74,24 276,20 118,37
Pendapatan Dana Darurat - - - -
Pendapatan Lainnya 959,66 356,04 394,64 28,70
JUMLAH PENDAPATAN 51.093,70 32.968,76 51.506,19 34.904,18
BELANJA 41.676,06 16.592,08 41.382,51 19.803,64
Belanja Pegawai 12.756,48 6.731,12 12.979,87 6.594,84
Belanja Barang 13.561,49 5.323,43 12.430,20 6.073,13
Belanja Bunga 20,36 16,58 70,51 19,02
Belanja Subsidi 130,01 48,89 128,06 61,07
Belanja Hibah 2.307,93 1.404,59 3.450,92 3.033,82
Belanja Bantuan Sosial 734,26 667,49 842,33 629,36
Belanja Modal 12.099,54 2.344,18 11.394,31 3.330,89
Belanja Tidak Terduga 65,99 55,80 86,30 61,50
TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 11.650,37 5.616,59 11.704,20 6.271,28
Transfer/Bagi Hasil 428,40 652,35 500,14 238,31
Transfer Bantuan Keuangan 11.221,97 4.964,25 11.204,06 6.032,97
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 53.326,43 22.208,68 53.086,71 26.074,92
SURPLUS/DEFISIT (2.232,73) 10.760,09 (1.580,52) 8.829,26
Uraian20182017
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
14
daerah sebesar 75,35 persen. Jika ditinjau dari daerahnya, realisasi PAD terbesar
berasal dari Pemerintah Provinsi Papua dengan realisasi sebesar Rp608,61 miliar atau
44,66 persen dari total realisasi PAD, diikuti Kab. Mimika dan Kota Jayapura sebagai
penyumbang terbesar kedua dan ketiga dengan masing-masing kontribusi sebesar
11,67 persen dan 11,64 persen.
Grafik 3.1. Realisasi PAD per Provinsi/Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Papua
s.d. Triwulan III tahun 2018
Sumber: SIKD (2018), diolah
Hingga triwulan III-2018,
tercatat 23 Pemda telah
membukukan penerimaan pajak
daerah dengan total realisasi
sebesar Rp830,10 miliar.
Pemerintah Provinsi Papua
memiliki realisasi tertinggi yaitu
sebesar Rp492,94 miliar atau
59,38 persen dari total realisasi.
Hal ini karena sebagian besar
penerimaan pajak merupakan pajak provinsi. Penyumbang utama pajak daerah antara
lain berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Restoran.
Grafik 3.2. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan III tahun 2018 (5 terbesar)
Sumber: SIKD (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
15
Realisasi penerimaan retribusi
daerah sampai dengan triwulan III-
2018 mencapai Rp135,73 miliar atau
45,10 persen dari target tahun 2018
sebesar Rp300,98 miliar. Realisasi ini
mengalami penurunan sebesar 26,55
persen dibandingkan periode triwulan
III tahun sebelumnya.
Jika dilihat daerahnya,
penerimaan terbesar berasal dari
Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp41,58 miliar atau 30,64 persen, diikuti Kota
Jayapura sebesar Rp21,38 miliar. Jenis retribusi yang menjadi penyumbang terbesar
antara lain retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp71,58 miliar, retribusi izin
mendirikan bangunan sebesar Rp11,23 miliar, retribusi izin gangguan Rp11,02 miliar
dan retribusi pelayanan kebersihan sebesar Rp9,89 miliar.
Penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan sampai dengan triwulan III-
2018 mencapai Rp25,67 miliar, mengalami peningkatan sebesar 5,53 persen
dibandingkan triwulan III-2017. Seluruh penerimaan tersebut merupakan penerimaan
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.
Grafik 3.4 dapat dilihat bahwa 21 pemda telah membukukan realisasi penerimaan
hasil kekayaan daerah yang dipisahkan. Realisasi terbesar yaitu Kab. Merauke sebesar
Rp3,70 miliar, diikuti Kab. Mimika dan Kab. Keerom dengan masing-masing realisasi
sebesar Rp2,56 miliar dan Rp2,30 miliar.
Grafik 3.3. Realisasi Penerimaan Retribusi
Daerah s.d.Triwulan III tahun 2018 (5 terbesar)
Sumber: SIKD (2018), diolah
Grafik 3.4. Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Sumber: SIKD (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
16
Realisasi penerimaan
lain-lain PAD yang sah sampai
dengan triwulan III-2018
mencapai Rp276,25 miliar
atau 35,95 persen dari total
target penerimaan Grafik 3.5
menunjukkan 5 daerah
dengan capaian realisasi
penerimaan lain-lain PAD
yang sah terbesar di Provinsi
Papua. Sebagian besar penerimaan berasal dari pendapatan jasa giro, pengembalian
pendapatan dan tuntutan ganti rugi.
2. Pendapatan Transfer
Realisasi pendapatan transfer sampai dengan triwulan III-2018 sebesar Rp33,49
triliun atau 69,19 persen dari total target pendapatan transfer. Realisasi tersebut terdiri
dari Transfer Dana Perimbangan sebesar Rp25,81 triliun, Transfer Pemerintah Pusat-
Lainnya sebesar Rp7,13 triliun, dan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya/Provinsi
sebesar Rp546,99 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya terjadi sedikit peningkatan yang disebabkan antara lain oleh semakin
membaiknya penyaluran dana transfer khususnya DAK Fisik pada tahun 2018
dibandingkan tahun sebelumnya.
Jenis pendapatan yang menjadi penyumbang terbesar adalah Dana Alokasi
Umum (DAU) sebesar 60,65 persen dari total Pendapatan Transfer. Setiap tahunnya
penyaluran DAU relatif stabil baik besaran maupun tahapan penyalurannya.
Grafik 3.6. Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2018
Sumber: SIKD (2018), diolah
Grafik 3.5. Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah s.d. Triwulan III Tahun 2018 (5 terbesar)
Sumber: SIKD (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
17
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Realisasi penerimaan
lain-lain pendapatan daerah
yang sah sampai dengan
triwulan III-2018 sebesar
Rp147,06 miliar atau 21,92
persen dari target
penerimaan sebesar
Rp670,85 miliar. Realisasi
tersebut terdiri dari
pendapatan hibah sebesar
Rp118,37 miliar dan pendapatan lainnya sebesar Rp28,69 miliar. Grafik 3.7
menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan III-2018 terdapat 10 daerah yang
membukukan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, dimana Kab.
Kepulauan Yapen sebagai daerah dengan realisasi terbesar yakni Rp71,81 miliar, diikuti
Kab. Keerom sebesar Rp27 miliar dan Kab. Mamberamo Raya sebesar Rp15 miliar.
B. Belanja Daerah
1. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Jenis Belanja
Jika dilihat
persentasenya, sampai
dengan triwulan III-2018
Belanja Hibah merupakan
jenis belanja dengan
realisasi tertinggi yaitu
sebesar 87,91 persen,
diikuti Belanja Bantuan
Sosial sebesar 74,72
persen dan Belanja Tidak
Terduga sebesar 71,27 persen. Sementara itu, realisasi Belanja Modal sampai dengan
triwulan III-2018 masih cukup rendah yaitu sebesar Rp3,33 triliun atau 29,23 persen dari
total pagu belanja modal. Masih rendahnya realisasi belanja modal ini kemungkinan
disebabkan antara lain terdapat beberapa proyek yang tidak dapat dilaksanakan/tidak
sesuai rencana dan terjadinya keterlambatan dalam proses pelelangan.
Grafik 3.8. Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan II Tahun 2018
Sumber: SIKD (2018), diolah
50,81% 48,86%
29,23% 26,97%
47,69%
87,91%
74,72%
47,65%53,85%
71,27%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
BelanjaBunga
BelanjaSubsidi
BelanjaHibah
BelanjaBantuan
sosial
BelanjaBagi hasil
BelanjaBantuan
keuangan
Belanjatidak
terduga
dal
am m
ilyar
ru
pia
h
Pagu Realisasi Persentase
Grafik 3.7. Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. Triwulan III tahun 2018
Sumber: SIKD (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
18
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Berdasarkan klasifikasi urusannya, alokasi belanja daerah pada tahun 2018 masih
didominasi oleh urusan pemerintahan, pekerjaan umum dan penataan ruang,
kesehatan, pendidikan dan perhubungan. Sampai dengan triwulan III-2018, urusan
pekerjaan umum dan penataan ruang memiliki persentase realisasi tertinggi yakni 48,75
persen, diikuti urusan pendidikan dengan 43,07 persen dan kesehatan sebesar 42,64
persen. Tingginya realisasi ketiga urusan tersebut diharapkan mampu meningkatkan
pembangunan ekonomi, tingkat kesehatan dan pendidikan di Provinsi Papua.
C. Prognosis Realisasi APBD Hingga Akhir Tahun 2018
1. Proyeksi Pendapatan Daerah
Selama 3 tahun terakhir,
rata-rata realisasi pendapatan
daerah mencapai 93,83
persen. Capaian tertinggi
realisasi pendapatan daerah
selama 3 tahun terakhir terjadi
pada tahun 2015 yakni
sebesar 96,69 persen. Hal ini
mengindikasikan pemerintah
daerah di Provinsi Papua telah berhasil menggali potensi pendapatan yang ada di
daerahnya.
Grafik 3.9. Realisasi Belanja Daerah Menurut Urusan
s.d Triwulan III Tahun 2018 (5 urusan dengan pagu terbesar)
Sumber: SIKD (2018), diolah
Grafik 3.10. Tren Realisasi Pendapatan Daerah
Sumber: SIKD (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
19
Sementara itu, indikator
makro ekonomi pembangunan
daerah di Provinsi Papua seperti
indeks pembangunan manusia,
laju pertumbuhan ekonomi, tingkat
kemiskinan dan ketimpangan serta
pengelolaan keuangan daerah
selama 3 tahun menunjukkan kinerja yang sangat baik.
Dengan memperhatikan tren realisasi pendapatan APBD serta peningkatan
indikator ekonomi pembangunan Provinsi Papua selama 3 tahun terakhir, realisasi
pendapatan APBD hingga akhir tahun 2018 diprediksi akan mencapai nominal sebesar
Rp49,03 triliun atau 95,20 persen dari total pagu pendapatan.
2. Proyeksi Belanja Daerah
Grafik 3.11 menunjukkan tren realisasi belanja daerah selama 3 tahun terakhir
berkisar antara 87 - 89 persen. Pada tahun 2015, realisasi belanja daerah mencapai
89,01 persen, sementara pada
tahun 2017 mencapai 87,23
persen.
Dengan memperhatikan
tren realisasi selama 3 tahun
terakhir dan capaian realisasi
belanja sampai dengan
triwulan III-2018 serta
persiapan Papua sebagai tuan
rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020 yang tentunya memerlukan dukungan
dan percepatan pembangunan prasarana dan sarana pendukung, diperkirakan realisasi
belanja tahun 2018 mendekati angka 89,60 persen.
Grafik 3.11. Tren Realisasi Belanja Daerah
Sumber: BPK, SIKD (2018), diolah
Tabel 3.3. Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2018
Sumber: SIKD (2018), diolah
Rp
(miliar Rp)
% Realisasi
Terhadap Pagu
Rp
(miliar Rp)
% Perkiraan Realisasi
Terhadap Pagu
Pendapatan Daerah 51.506,19 34.904,18 67,77% 49.033,89 95,20%
Belanja Daerah 53.086,71 26.074,92 49,12% 47.565,69 89,60%
Surplus/Defisit -1.580,52 8.829,26 -558,63% 1.468,20 -92,89%
UraianPagu
(miliar Rp)
Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV
Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Pembangunan
Daerah Papua Indikator
Pembangunan Daerah
Tahun Trend
2015 2016 2017
I P M 57,25 58,05 59,09 ↑
Kemiskinan 28,17 28,54 27,62 ↓
Gini Rasio 0,41 0,42 0,38 ↓
Sumber: BPS (2018), diolah
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
20
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Provinsi
s.d. Triwulan III (dalam miliar rupiah)
Uraian 2018 2017
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 7.936,34 34.904,18 9.351,16 37,54% 6.798,78
Pendapatan Perpajakan 7.303,87 830,10 8.133,97 64,64% 4.940,45
Pendapatan Bukan Pajak 433,51 466,35 899,86 (37,28% 1.434,83
Hibah 198,96 118,37 317,33 327% 74,24 Transfer - 33.489,37 - - -
Belanja Negara 39.539,75 26.074,92 27.624,60 6,32% 25.981,94
Belanja Pemerintah 7.820,96 19.803,64 27.624,60 6,32% 25.981,94 Transfer 31.718,79 6.271,28 - - -
Surplus/(Defisit) (31.603,41) 8.829,26 (18.273,44) (19,32%) (22.648,15)
Pembiayaan - 961,71 961,71 (44,50%) 1.732,75 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 1.679,76 1.679,76 (22,06%) 2.155,22
Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 718,05 718,05 69,96% 422,47 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
- 9.790,97 (17.311,73) (17,23%) (20.915,40)
Sumber: LKPK Kanwil, 2018 (diolah)
Realisasi pendapatan konsolidasian sampai dengan triwulan III-2018 mencapai
Rp9,35 triliun. Realisasi tersebut mengalami kenaikan 37,54 persen dibandingkan pada
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,79 triliun. Kenaikan tersebut
disebabkan adanya peningkatan yang sangat signifikan pada pendapatan hibah yang
diterima baik oleh Pemda maupun instansi vertikal Pemerintah Pusat yang mencapai
Rp317,33 miliar. Sementara itu, realisasi belanja konsolidasian sampai dengan triwulan
III-2018 mencapai Rp27,62 triliun, naik 6,32 persen dibandingkan dengan periode yang
sama tahun 2017. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya realisasi belanja
pemerintah daerah khususnya Belanja Hibah dan Belanja Barang.
B. Pendapatan Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan perpajakan sampai dengan triwulan III-2018 memberikan kontribusi
tertinggi jika dibandingkan komponen pendapatan lainnya yaitu sebesar 86,98 persen.
Kontribusi tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,32 persen dibandingkan dengan
periode triwulan III-2017 yang hanya sebesar 76,6 persen. Sebaliknya, persentase
kontribusi penerimaan PNBP menurun drastis yaitu dari 22,25 persen pada triwulan III-
2017 menjadi 9,62 persen pada triwulan III tahun berjalan.
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
21
Di sisi lain, persentase
pendapatan hibah terhadap total
pendapatan meningkat yaitu dari 1,15
persen di triwulan III-2017 menjadi 3,39
persen pada triwulan III tahun berjalan.
Peningkatan pendapatan hibah ini
terjadi seiring dengan pelaksanaan
pilkada serentak tahun 2018 dan
persiapan pemilu tahun 2019.
Secara agregat, sebagian besar pendapatan konsolidasian berasal dari
penerimaan APBD yang
mencapai Rp34,90 triliun atau
sebesar 81,47 persen. Tingginya
kontribusi penerimaan tersebut
sebagian besar berasal dari
pendapatan transfer yang
mencapai Rp33,48 triliun. Di sisi
lain, penerimaan perpajakan
didominasi dari penerimaan
pajak pemerintah pusat yang
mencapai Rp7,3 Triliun atau 89,79 persen. Hal ini berbeda dengan penerimaan bukan
pajak, dimana sebagian besar penerimaan hingga triwulan III-2018 berasal dari APBD
sejumlah Rp466,35 miliar atau 51,82 persen.
2. Analisis Perubahan
Jika dibandingkan dengan realisasi triwulan III-2017, total pendapatan pemerintah
mengalami kenaikan cukup
signifikan. Penerimaan perpajakan
naik sebesar 64,64 persen, namun di
sisi lain pendapatan bukan pajak
turun sebesar 37,28 persen.
Kenaikan yang terjadi pada
penerimaan perpajakan didorong
oleh peningkatan penerimaan pajak
pemerintah pusat yaitu penerimaan
pajak perdagangan internasional khususnya bea keluar.
Grafik 4.1: Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan III
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Papua, 2018 (diolah)
Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah
Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian
Sumber: LKPK Kanwil, 2018 (diolah)
Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan dan Bukan Pajak
Sumber: LKPK Kanwil, 2018 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
22
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan
Konsolidasian
PDRB atas dasar harga
berlaku triwulan III-2018 mencapai
Rp56,58 triliun atau meningkat
10,88 persen dibandingkan
dengan triwulan III-2017.
Sementara itu, realisasi pendapatan konsolidasian yang meliputi penerimaan pajak dan
bukan pajak hingga triwulan III-2018 mencapai Rp9,03 triliun atau meningkat sebesar
41,70 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan PDRB berbanding lurus
dengan peningkatan pendapatan. Namun demikian, persentase peningkatan PDRB jauh
lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan pendapatan, dengan kata lain bahwa
masih terdapat potensi penerimaan pendapatan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi
yang masih bisa dioptimalkan lagi khususnya oleh Pemda. Oleh karena itu, Pemda perlu
terus melakukan berbagai upaya untuk menggali sektor-sektor produktif yang dapat
mendorong peningkatan pendapatan seiring laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
C. Belanja Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Secara keseluruhan, sebagian besar realisasi belanja konsolidasian berasal dari
kontribusi belanja pemerintah daerah sebesar
71,6 persen, sementara belanja pemerintah
pusat hanya sebesar 28,31 persen. Ditinjau
dari struktur belanja, belanja pemerintah pusat
memiliki struktur yang ideal. Hal tersebut
dapat tercermin dari alokasi komposisi belanja
terbesar terdapat pada belanja modal.
Sebaliknya, porsi terbesar alokasi belanja pemda adalah pada belanja pegawai.
Sampai dengan triwulan III-2018, realisasi konsolidasian belanja pegawai dan
belanja barang menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 33,33 persen dan 31,87 persen,
sementara realisasi belanja modal memiliki porsi sebesar 20,93 persen. Tingginya
realisasi pada belanja pegawai dan belanja barang mengindikasikan bahwa sebagian
besar belanja digunakan untuk membiayai kebutuhan SDM dan operasional kantor,
bukan untuk belanja produktif atau peningkatan infrastruktur/sarana prasarana yang
dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. Pemda perlu meningkatkan alokasi belanja
modal agar percepatan pembangunan di Papua dapat terus dijalankan.
Grafik 4.4. Perbandingan Belanja dan
Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah
Sumber: LKPK Kanwil, 2018 (diolah)
Tabel 4.2: Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB
Uraian Triwulan III-2017
Triwulan III-2018
Kenaikan
Penerimaan Perpajakan 4.940,45 8.133,97 64,64% PNBP 1.434,83 899,86 (37,28%) Total 6.375,28 9.033,83 41,70% PDRB/Pert. Ekonomi 51.030,26 56.582,61 10,88%
Sumber: LKPK Kanwil, 2018 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
23
2. Analisis Perubahan
Komposisi belanja konsolidasian antara triwulan III-2017 dan triwulan III-2018
mengalami perubahan pada Belanja Pegawai dan Belanja Barang. Pada triwulan III-
2018 Belanja Pegawai memiliki persentase
tertinggi, sementara pada triwulan III-2017
yang tertinggi adalah Belanja Barang.
Komposisi persentase realisasi kedua
belanja tersebut mengalami penurunan
masing-masing sebesar 5,75 persen untuk
Belanja Pegawai dan 12,58 persen untuk Belanja Barang.
3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional
Belanja Pemerintah dan PDRB pada triwulan III-2018 mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan triwulan III-
2017. Belanja Pemerintah
mengalami kenaikan sebesar 6,32
persen, sementara PDRB naik
10,88 persen. Kenaikan yang sejalan tersebut menunjukkan bahwa realisasi belanja
pemerintah menjadi salah satu variabel utama dalam mendongkrak laju pertumbuhan
ekonomi di Papua. Hal ini merupakan sinyalemen peran sektor swasta khususnya sektor
penggalian dan pertambangan cukup dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
di Papua. Kedepan, diharapkan Pemda dapat mengalokasikan anggaran yang lebih
besar pada belanja modal dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur yang
dapat mendorong laju perekonomian dan menyerap banyak tenaga kerja di Papua
sehingga mengurangi ketergantungan pada sektor penggalian dan pertambangan.
D. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah Dalam PDRB
Meskipun realisasi Belanja Pemerintah
mengalami kenaikan, namun kenaikan
tersebut bukan pendorong utama kenaikan
PDRB di Papua. Pada triwulan III-2018, rasio
belanja pemerintah terhadap PDRB Papua
sebesar 48,82 persen. Angka tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun
2017 yang mencapai 50,91 persen. Penurunan rasio tersebut menunjukkan bahwa
kontribusi belanja pemerintah dalam meningkatkan PDRB masih relatif kecil. Dari sisi
pengeluaran, PDRB Papua lebih banyak ditopang oleh pengeluaran sektor rumah
tangga dan ekspor luar negeri khususnya sektor pertambangan.
Tabel 4.3: Pertumbuhan Belanja dan PDRB
Uraian Triwulan III-2017
Triwulan III-2018
Kenaikan
Belanja Pemerintah 25.981,94 27.624,60 6,32% PDRB/Pert. Ekonomi 51.030,26 56.582,61 10,88%
Sumber: LKPK Kanwil dan BPS, 2018 (diolah)
Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian s.d. Triwulan III
Sumber: LKPK Kanwil, 2018 (diolah)
Tabel 4.4: Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap PDRB (dalam miliar rupiah)
Uraian Triwulan III-2017
Triwulan III-2018
Belanja Pemerintah 25.981,94 27.624,60 PDRB/Pert. Ekonomi 51.030,26 56.582,61 Kontribusi Blj Thd PDRB 50,91% 48,82%
Sumber: LKPK Kanwil dan BPS, 2018 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
24
V. BERITA FISKAL REGIONAL TERPILIH
Membangun Daerah Perbatasan Sota
Sota, sebuah distrik yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten
Merauke, berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Berjarak sekitar 70-80 Km dari
Kabupaten Merauke, dapat ditempuh dengan waktu 1-2 jam perjalanan, dengan kondisi
jalan yang cukup baik dan beraspal.
Kondisi kawasan perbatasan Indonesia saat ini sebagian besar sangat
memprihatinkan, termasuk Perbatasan Sota. Ketersediaan pelayanan dasar termasuk
pendidikan dan kesehatan masih sangat rendah. Dalam sisi pendidikan, sarana
pendidikan dan tenaga pendidik masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan sebagain
besar masyarakat tidak mendapat layanan pendidikan yang baik. Untuk fasilitas
kesehatan, setiap kampung di Sota memiliki puskesmas/poskesdes/polindes dengan
tenaga medis dan fasilitas yang terbatas. Jika harus melakukan rujukan, biasanya
dirujuk ke RSUD Merauke dimana RSUD Merauke bertipe C atau RSAL Merauke.
Walaupun memiliki rumah sakit tipe C, jika mengalami sakit yang cukup parah, pasien
harus tetap dirujuk keluar Merauke seperti Jayapura maupun Makassar.
Selain kondisi fasilitas kesehatan yang terbatas, fasilitas umum lainnya juga
masih terbatas. Sepanjang jalan menuju Sota, tidak ada SPBU namun masih ditemui
penjual bensin. Ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi di Sota sangat terbatas.
Jaringan listrik hanya menyala pada malam hari yaitu pukul 17.30-23.30 dan jaringan
telekomunikasi akan ada pada malam hari disaat lampu menyala dan hanya tersedia di
sekitar kantor Distrik dengan jangkauan 100 m.
Namun demikian, walau dengan kondisi seperti itu pun Sota tetap menjadi
daerah yang sering dikunjungi oleh warga Papua Nugini khususnya warga desa
Wariaber. Kepentingan warga Papua Nugini di Sota dalam banyak hal. Mulai
bertransaksi jual-beli seperti menjual hasil kebun maupun membeli kebutuhan pokok,
sampai bersekolah di Sota. Hal ini dikarenakan kondisi Sota, dengan segala
keterbatasannya, masih lebih baik dari Desa Wariaber dalam hal pemenuhan sarana-
prasarana penunjang kehidupan. Namun demikian, Sota tetaplah sebagai wilayah
perbatasan. Maka di Sota akan kita temui kawasan pertahanan keamanan berupa pos
penjaga perbatasan.
Saat ini, Pemerintah memberikan perhatian kepada daerah perbatasan. Hal itu
guna memperkuat wilayah perbatasan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) sesuai dengan Nawacita dan Visi Misi Presiden. Pemerintah hendak
Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2018
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua
25
menjadikan pos lintas batas sebagai beranda depan Indonesia yang membanggakan
sebagai sebuah bangsa besar, agar tidak kalah dengan negara tetangga. Hal ini
dilakukan dengan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). PLBN yang
dibangun merupakan PLBN Terpadu, salah satunya PLBN Sota.
Konsep PLBN terpadu adalah pengembangan wilayah perbatasan melalui
pemenuhan pelayanan dasar serta peningkatan konektivitas sebagai upaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan. Pemerintah tidak hanya
membangun PLBN saja, tetapi juga membangun jalan yang lebih lebar dan pasar yang
berada di PLBN. Konsep tersebut mengubah paradigma perbatasan dengan
pendekatan keamanan.
PLBN Sota yang menjadi pintu keluar-masuk bagi aktifitas masyarakat setempat
ke wilayah Papua Nugini maupun sebaliknya, menjadi peluang besar untuk
menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat. Sehingga, keberadaan PLBN
Sota diyakini akan menjadi pendukung terbesar terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat di wilayah itu. Rencana itu juga akan melibatkan masyarakat dengan skema
public private people partnership dimana masyarakat dilibatkan secara aktif dalam
pembangunan sehingga muncul sense of belonging (rasa kebersamaan).
Pengembangan perbatasan juga harus dilakukan melalui pendekatan investasi.
Tanpa investasi daerah akan sulit untuk maju. Investasi di wilayah perbatasan harus
diawali oleh Pemerintah. Investasi tersebut berupa investasi dasar seperti jalan, listrik,
telekomunikasi, sarana air bersih, pengolahan air limbah, drainase, sanitasi dan ruang
publik dan sebagainya. Disisi lain juga diperlukan adanya pemberian bantuan intensif
bagi bidang Pendidikan dan kesehatan. Tenaga Dokter dan perawat harus ditingkatkan,
obat-obatnya harus disediakan, tenaga pengajar untuk sekolah juga disediakan. Hal ini
diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM di wilayah perbatasan Sota.
Dalam hal pembangunan infrastruktur dan ekonomi, salah satu kebutuhan
mendesak masyarakat setempat saat ini adalah perlu adanya pendamping, khususnya
bagi sektor pengolahan pertanian dan perkebunan. Contohnya pengembangan merica
agar subur sehingga berhasil panen. Atau pendampingan agar hasil kebun seperti nanas
dapat dikelola secara lebih serius, dipasarkan lebih luas, diajarkan cara pengolahan
nanas menjadi bahan/makanan lain, dan lain sebagainya.
Dengan adanya pusat pertumbuhan dan investasi, daerah perbatasan akan siap
ketika dihadapkan dengan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada era tersebut,
daerah perbatasan akan menjadi sentra pertemuan antara Indonesia dengan negara-
negara lainnya. Dalam MEA, yang paling awal terkena adalah perbatasan.
- 1 -
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua
Komplek Papua Trade Center Jalan Raya Kelapa Dua Entrop Jayapura 99224 Telp. 0967-533140, 534140 Faks. 0967-535963