IDENTIFIKASI JENIS MIKROORGANISME PADA KARIES GIGI …digilib.unila.ac.id/55478/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of IDENTIFIKASI JENIS MIKROORGANISME PADA KARIES GIGI …digilib.unila.ac.id/55478/3/SKRIPSI TANPA BAB...
IDENTIFIKASI JENIS MIKROORGANISME PADA
KARIES GIGI ANTARA ANAK DAN LANSIA
(Skripsi)
Oleh :
Dita Ayu Permata Dewi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF TYPES OF MICROORGANISM ON
CARE DENTAL BETWEEN CHILDREN AND ELDERLY
By
DITA AYU PERMATA DEWI
Background: Dental caries is a process of demineralization in the teeth caused by
the interaction of microorganisms with the tooth layer wich is enamel, dentine,
and cementum which begins with the colonization of microorganisms in the form
of plaque on the teeth. Dental caries is a chronic regressive disease that is the
process of damage that continues to run from the enamel layer and then the next
layer, such as dentine and cementum. Dental caries has four basic factors in its
formation role, it’s microorganisms, substrate, host, and time. Dental caries can be
found on all ages.
Research Methods: This type of research is a descriptive cross-sectional study
with a laboratory approach. The research subjects consisted of 18 children and 18
elderly who were swabbed on their carious lesions and then identified in the
microbiology laboratory.
Results: The results showed the types of microorganisms found in children were
Streptococcus mutans as many as 11 (61.1%), Streptococcus sobrinus as many as
3 (16.6%), Salivarus Streptococcus as many as 2 (11.1%), Streptococcus oralis as
many as 1 (5.6%), and Lactobacillus acidophilus as many as 1 (5.6%).
Microorganisms found in the elderly were Lactobacillus acidophilus as many as
10 (55.6%), Streptococcus mutans as many as 4 (22.2%), Lactobacillus
fermentum as many as 2 (11.1%), and Streptococcus sobrinus as many as 2
(11.1%).
Conclusion: There is a difference percentage of the results on the identification
on types of microorganisms in dental caries between children and the elderly.
Keywords: children, dental caries, elderly, lactobacillus acidophilus,
streptococcus mutans.
ABSTRAK
IDENTIFIKASI JENIS MIKROORGANISME PADA
KARIES GIGI ANTARA ANAK DAN LANSIA
Oleh
DITA AYU PERMATA DEWI
Latar belakang: Karies gigi adalah proses demineralisasi pada gigi yang
disebabkan adanya interaksi mikroorganisme dengan lapisan gigi yaitu email,
dentin, dan sementum yang diawali dengan kolonisasi mikroorganisme berupa
plak pada gigi. Karies gigi merupakan penyakit kronis regresif yaitu proses
kerusakan yang terus berjalan dari lapisan email terus kelapisan selanjutnya yaitu
dentin dan sementum. Karies gigi memiliki empat faktor dasar dalam peran
pembentukannya yaitu mikroorganisme, substrat, host, dan waktu. Karies gigi
dapat ditemukan pada segala usia.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian Cross Sectional yang
bersifat deskriptif dengan pendekatan laboratorik. Subjek penelitian terdiri dari 18
orang anak dan 18 orang lansia yang dilakukan sapuan pada lesi kariesnya
kemudian diidentifikasi di laboratorium mikrobiologi.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan jenis mikroorganisme yang
ditemukan pada anak yaitu jenis Streptococcus mutans sebanyak 11 (61,1%),
Streptococcus sobrinus sebanyak 3 (16,6%), Streptococcus salivarus sebanyak 2
(11,1%), Streptococcus oralis sebanyak 1 (5,6%), dan Lactobacillus acidophilus 1
(5,6%). Mikroorganisme yang ditemukan pada lansia yaitu jenis Lactobacillus
acidophilus sebanyak 10 (55,6%), Streptococcus mutans sebanyak 4 (22,2%),
Lactobacillus fermentum sebanyak 2 (11,1%), dan Streptococcus sobrinus
sebanyak 2 (11,1%).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan persentase hasil identifikasi jenis
mikroorganisme pada karies gigi antara anak dan lansia.
Kata Kunci: anak, karies gigi, lactobacillus acidophilus, lansia, streptococcus
mutans.
IDENTIFIKASI JENIS MIKROORGANISME PADA
KARIES GIGI ANTARA ANAK DAN LANSIA
Oleh
Dita Ayu Permata Dewi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada 19 Desember 1995, merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara, dari bapak Dwi Andian dan Ibu Setiyawati juga
seorang cucu pertama dari bapak Sukandi dan ibu Suryanti.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Pertiwi Bangunrejo
pada tahun 2001, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1
Bangunrejo 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri
1 Bangunrejo 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA
Negeri 1 Bangunrejo tahun 2013.
Tahun 2013 penulis diterima melalui jalur SBMPTN sebagai mahasiswi di
Fakultas Kedokteran Univertsitas Lampung. Penulis mengikuti organisasi FSI
(Forum Studi Islam) Ibnu Sina, LUNAR (Lampung University Medical Research)
dan Anggota Paduan Suara FK Unila.
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK YANG
TERKASIH YANG TELAH BERJASA DALAM
KEHIDUPANKU TERUNTUK KAKEK, NENEK,
ORANG TUA, PAKDE BUDE DAN ADIK – ADIKKU
Life is like riding a bicycle to keep your
balance, you must keep moving.
-Albert Einstein-
i
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang tidak pernah berhenti
mencurahkan kesabaran, karunia, serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi nya yang berjudul “IDENTIFIKASI JENIS
MIKROORGANISME PADA KARIES GIGI ANTARA ANAK DAN
LANSIA”.
Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak menerima masukan,
bantuan, dorongan semangat, saran, kritikan, dan bimbingan dari banyak pihak.
Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besar nya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked, M.Kes., Sp.PA. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.Kes. selaku Pembimbing 1 yang telah
membantu dan membimbing penulis selama di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
4. dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed. selaku Pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu untuk membantu, membimbing, memberi kritik dan
saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M.Kes selaku Pembahas yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran pada skripsi ini.
6. dr. Dwita Oktaria, S.Ked., M.Pd.Ked selaku pembimbing akademik atas
bimbingan dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
ii
7. dr. Khairunnisa Berawi, S.Ked., M.Kes, AIFO selaku dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung yang telah memberikan semangat,
kritik, dan saran yang membangun.
8. dr. M Ricky Ramadhian, S.Ked., M.Sc selaku dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung atas masukan yang telah di berikan.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Kedokteran Univetrsitas Lampung
yang telah membekali dengan berbagai ilmu dan membantu selama masa
perkuliahan.
10. Mbah Kakung, Mbah Tuti, Ibu, Ayah, Pakde dan Bude. Terima kasih
sedalam-dalam nya penulis ucapkan karena selalu memberikan doa,
semangat, menemani dan mendukung dalam keadaan apapun. Semoga
dapat selalu mendampingi setiap langkah penulis.
11. Adikku tercinta Nadia Puspita Maharani, M. Bagus Alfandy, dan Hafizh
Ammar yang selalu memberikan doa, kritik, saran, dan menjadi
penyemangat dalam senang maupun sedih.
12. Sahabat, partner, dan sainganku Muhammad Rizky Maulano yang tidak
pernah jenuh mendengar keluh kesahku dan berusaha untuk selalu ada
kapanpun untuk membantuku.
13. Keluarga besar Mbah Paijan, alm Mbah Parti, Bude Darmi, Pakle Pangat,
Bule Sari, Bule Asih, dan Bule Nia atas dukungan dan semangat yang
telah di berikan.
14. Keluarga Ibu Emi Herawati atas bantuan dan masukkan yang di berikan
serta untuk Sintia, Ical, dan Dwi yang turut memberi dukungan untuk
tetap semangat.
15. Keluarga Bulu ku, Cimong (Cici), Mini, Beki, Hima, Emben, Ambul, Al,
Ceme, Robert, dan Esmeralda yang menjadi pelepas penatku.
16. Teman-teman ku tersayang Annisa Aprilia, Indira Malahayati, Mentari
Asih, Rika Partika, Azrie, Destika, Deni, Beny, Wulan, kak Kike, Fijay,
yang selalu memberikan keceriaan, dukungan, pengertian, dan semangat.
Terimakasih untuk kekompakan segala bentuk bantuan yang telah kalian
berikan.
17. Seluruh angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
iii
18. drg. Rosdiana dan Asisten mbak sari, Staff LABKESDA Pak Lamiran,
Mbak Eni (yulistiani), dan Bu Hastina.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terutama
pihak yang secara tidak sengaja penulis lupa cantumkan, penulis
menyampaikan permohonan maaf.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dan melipatgandakan pahalanya. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada skripsi ini, untuk itu penulis mohon maaf dan akan menerima
segala kritikan dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat
berguna untuk menambah wawasan bagi kita semua pada umumnya dan
bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran khusunya, amin.
Bandar Lampung, 23 Oktober 2019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Bagi Pembaca ............................................................. 3
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ............................................................... 4
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan ............................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Gigi Anak ....................................................... 5
2.3 Anatomi dan Fisiologi Gigi Lanjut Usia (Lansia) .............................. 7
2.3 Karies Gigi .......................................................................................... 8
2.3.1 Definisi Karies Gigi .................................................................. 8
2.3.2 Epidemiologi Karies Gigi ......................................................... 8
2.3.3 Etiologi Karies Gigi .................................................................. 10
2.3.4 Patofisiologi Karies Gigi ........................................................... 13
2.3 Mikroorganisme di Dalam Mulut ....................................................... 14
2.3.2 Bakteri Aerob ........................................................................... 14
2.3.2 Bakteri Anaerob........................................................................ 18
2.3.3 Gambaran Mikroorganisme
pada karies gigi anak dan lansia .............................................. 19
2.4 Kerangka Teori ................................................................................... 20
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................ 20
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 21
3.3 Subjek Penelitian ................................................................................ 21
3.3.1 Populasi ..................................................................................... 21
3.3.2 Sampel....................................................................................... 22
v
3.4 Kriteria Penelitian ............................................................................... 23
3.5 Identifikasi Variabel ............................................................................ 23
3.6 Definisi Oprasional ............................................................................. 23
3.7 Alat dan Bahan .................................................................................... 24
3.8 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 26
3.9 Alur Penelitian .................................................................................... 30
3.10 Analisa Data ...................................................................................... 31
3.11 Etika Penelitian ................................................................................. 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 32
4.1.1 Hasil Pengumpulan Data Identifikasi
Mikroorganisme Pada Karies Gigi Anak ................................ 34
4.1.2 Hasil Pengumpulan Data Identifikasi
Mikroorganisme Pada Karies Gigi Lansia .............................. 34
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 40
5.2 Saran ................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan presentase permasalahan
gigi dan mulut berdasarkan usia ................................................................. 9
2. Definisi Operasional................................................................................... 24
3. Hasil Identifikasi Mikroorganisme
Pada Karies Gigi Anak ............................................................................... 33
4. Presentase Hasil Identifikasi
Mikroorganisme Pada Karies Gigi Anak ................................................... 34
5. Hasil Identifikasi Mikroorganisme Pada Karies Gigi Lansia .................... 37
6. Presentase Hasil Identifikasi
Mikroorganisme Pada Kries Gigi Lansia ................................................... 36
7. Perbedaan Hasil Identifikasi Jenis
Mikroorganisme antara Anak dan Lansia ................................................. 36
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Gigi ................................................................................................ 6
2. Streptococcus dalam pembesaran 1000x .................................................... 15
3. Staphilococcus dalam pembesaran 1000x .................................................... 16
4. Lactobacillus dalam pembesaran 1000x ...................................................... 18
5. Kerangka Teori............................................................................................. 20
6. Kerangka Konsep ......................................................................................... 20
7. Alur Penelitian ............................................................................................. 32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Persetujuan Etik Penelitian
2. Surat Izin Melakukan Penelitian di Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Lampung
3. Informed Consent
4. Tools Kriteria Eksklusi
5. Tabel Identifikasi Hasil Uji Biokimia Karies Gigi Anak
6. Tabel Identifikasi Hasil Uji Biokimia Karies Gigi Lansia
7. Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu diperhatikan. Gigi dan
mulut adalah perantara masuknya makanan dan minuman sebagai asupan
nutrisi ke dalam tubuh. Gigi dan mulut dapat mengalami masalah kesehatan
seperti gingivitis, glositis, stomatitis, dan karies gigi. Masalah gigi yang paling
banyak ditemukan adalah karies gigi. Karies adalah suatu penyakit infeksi dari
interaksi bakteri yang mengakibatkan demineralisasi yang dapat terjadi pada
segala usia (Kemenkes, 2013; Hiranya, 2011).
Prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia pada tahun 2013 adalah
25,9% dengan nilai komponen karies sebesar 1,6 yaitu terdapat 160 gigi
dengan karies dari 100 orang. Prevalensi kelainan gigi dan mulut di Provinsi
Lampung adalah 15,3% dengan nilai komponen karies sebesar 2,1 yaitu
terdapat 210 gigi dengan karies dari 100 orang. Prevalensi paling rendah
adalah Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan 7,4% dan tertinggi
Kabupaten Pesawaran 24,9% (Kemenkes, 2013). Prevalensi berdasarkan usia
di Lampung yaitu usia 5-12 tahun adalah 28,9% dengan nilai komponen
karies 1,41 yaitu terdapat 141 gigi dengan karies dari 100 orang dan 55-64
2
tahun adalah 28,3% dengan nilai komponen karies 3,15 yaitu terdapat 315
gigi dengan karies dari 100 orang (Kemenkes ,2013; Kemenkes, 2014).
Karies gigi adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri yang
mengakibatkan demeneralisasi pada lapisan email, dentin, dan sementum yang
terbagi menjadi 3 stadium yaitu superfisialis, media, dan profunda. Karies gigi
memiliki etiologi multifaktoral, dengan empat faktor dasar yang sangat
berperan dalam pembentukan lesi karies yaitu mikroorganisme, substrat, host
(gigi dan saliva), dan waktu (Aparna, 2013; Bowker, 2012).
Karies gigi pada anak-anak dan lansia memiliki perbedaan pada host nya yaitu
perbedaan kondisi struktur anatomis dan proses fisiologis pada mulut. Kondisi
struktur gigi anak-anak didominasi oleh gigi susu yang memiliki lebih banyak
bahan organik dan air dibandingkan dengan jumlah mineralnya struktur ini
memudahkan anak terkena karies. Secara fisiologis anak lebih cepat
melakukan regenerasi sehingga mempercepat proses remineralisasi pada
bagian gigi yang mengalami demeneralisasi (Pintauli dan Hamada, 2008).
Pada lansia suasana mulut menjadi lebih asam dan mengakibatkan perubahan
warna pada email akibat paparan produk korosif. Pada lansia terjadi proses
penuaan dimana regenerasi menjadi lambat dan terjadi penurunan jumlah
produksi saliva yang berperan sebagai pelindung dari asam dan membersihkan
gigi secara alami sehingga fungsi proteksi berkurang (Heasman, 2003;
Senjaya, 2016).
3
Perbedaan karakteristik struktur anatomi dan fisiologis antara gigi anak dan
lansia pada teori yang ada peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
perbedaan jenis mikroorganisme pada karies gigi antar anak dan lansia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, didapatkan rumusan masalah penelitian
adalah apakah terdapat perbedaan jenis mikroorganisme pada karies gigi anak
dan lansia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membedakan hasil
identifikasi mikroorganisme pada karies gigi antara anak dan lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis mikroorganisme pada karies gigi anak.
2. Untuk mengetahui jenis mikroorganisme pada karies gigi lansia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi
pembaca tentang perbedaan jenis mikroorganisme pada karies gigi
antara anak dan lansia.
4
1.4.2 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
penulis untuk meneliti khususnya tentang perbedaan jenis
mikroorganisme pada karies gigi antara anak dan lansia.
1.4.3 Manfaat bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian perbedaan jenis mikroorganisme pada karies gigi antara
anak dan lansia dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk
menentukan terapi yang sesuai berdasarkan jenis mikroorganismenya
oleh dokter atau dokter gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Gigi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak-anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1
tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-5 tahun), usia
sekolah (5-11 tahun), dan remaja (11-18 tahun) (Duggal, 2014).
Secara fisiologis pertumbuhan gigi pada anak dimulai pada saat anak berusia
6-7 bulan, lengkap pada usia 2,5 tahun dengan jumlah 20 buah. Gigi yang
tumbuh pada usia dibawah 2,5 tahun ini disebut sebagai gigi susu yang terdiri
dari delapan buah gigi seri (insisivus), empat buah gigi taring (caninus), dan
delapan buah gigi geraham (molare). Pada usia 6-18 tahun gigi susu anak
mulai digantikan dengan gigi permanen berjumlah 32 buah yang terdiri dari
delapan buah gigis seri (insisivus), empat buah gigi taring (kaninus), delapan
buah gigi geraham (molare), dan 2 buah gigi geraham tambahan (premolar)
(Duggal, 2014).
6
Struktur gigi terdiri dari email, dentin, pulpa, dan sementum. Gigi pada anak
memiliki ukuran yang kecil, email gigi berwarna putih dan mengandung lebih
banyak bahan organik dibandingkan dengan mineral yang memudahkan
mikroorganisme menginfeksi lapisan ini. Dentin merupakan lapisan setelah
email yang terdiri dari sel keras dan memiliki lubang berukuran mikroskopik.
Pulpa merupakan bagian yang lembut, berisi pembuluh darah dan syaraf.
Sementum merupakan struktur yang menghubungkan akar gigi dengan gusi
dan tengkorak. Struktur jaringan pada anak masih dalam proses
perkembangan. Pada masa perkembangan sel memiliki kemampuan regenerasi
yang baik. Kerusakan yang terjadi pada gigi cenderung lebih cepat diperbaiki.
Asupan vitamin dan mineral dengan kuantitas yang cukup dapat
mengoptimalkan fungsi regenerasinya (Pintauli dan Hamada, 2008; Duggal,
2014; Hoffman M, 2015).
Gambar 1. Struktur gigi (Hoffman M, 2015).
7
2.2 Anatomi dan Fisiologi Gigi Lanjut Usia (Lansia)
Lanjut usia atau lansia merupakan sebutan bagi seseorang yang memiliki usia
di atas 60 tahun. Usia lanjut dapat dikatakan sebagai usia emas, karena tidak
semua orang dapat mencapai usia tersebut. Lansia diklasifikasikan menjadi
lima kategori. Pertama adalah pralansia, yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun, kemudian lansia, yaitu 60 tahun atau lebih, dan lansia resiko tinggi,
yaitu 70 tahun atau lebih atau seseorang berusia 60 tahun dengan masalah
kesehatan. Sedangkan menurut WHO batasan usia dibagi menjadi usia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-70 tahun, lanjut
usia tua (old) 71-89 tahun, dan usia sangat tua 90 tahun (Maryam, 2008;
Kemenkes, 2016; WHO, 2015).
Struktur gigi lansia terdiri dari email dengan komposisi bahan anorganik yaitu
ion kalsium fosfat dan hidroksipatit lebih banyak dibandingkan bahan organik
dan air. Email pada lansia memiliki warna lebih kuning, lapisan dentin rapuh
dan pulpa berisi pembuluh darah yang rapuh (Maryam, 2008; Bowker, 2012;
Tambayong, 2000). Keasaman pada mulut lansia meningkat, bersamaan
dengan penurunan jumlah saliva yang berfungsi sebagai proteksi bagi gigi
mempercepat terjadinya proses korosi dan penipisan lapisan email kemudian
berlanjut dengan tereksposnya dentin. Proses remineralisasi bekerja secara
lambat mengakibatkan dentin sekunder membutuhkan waktu yang lama untuk
terbentuk. Dentin sekunder merupakan lapisan yang dibentuk untuk
menggantikan lapisan primer yang rusak, proses pembentukan yang lambat
menyebabkan gigi rapuh dan mudah terinfeksi (Razak, 2014; Loesche, 1996).
8
2.3 Karies Gigi
2.3.1 Definisi Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
bersifat asam yang mengakibatkan demineralisasi karena interaksinya
dengan lapisan gigi. Email gigi yang mengalami demeneralisasi
membuat lapisan dentin terekspos. Dentin yang terekspos membuat
saluran ke dalam pulpa menjadi sensitif sehingga rasa panas atau dingin
dapat merangsang saraf dan mengakibatkan rasa nyeri (Edwina dan
Joyston, 1992). Karies gigi adalah suatu proses kronisregresif, dimana
prosesnya terus berjalan kebagian yang lebih dalam dari gigi, bermula
dari lapisan email membuat lubang ke lapisan dentin dan sementum
yang tidak dapat diperbaiki melalui proses regenerasi. (Edwina dan
Joyston, 1992; Sharma, 2014; Dorland, 2015).
2.3.2 Epidemiologi Karies Gigi
Presentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut menurut
Riskesdas tahun 2007 adalah 23,2% dan meningkat menjadi 25,9%
pada tahun 2013. Gambaran presentase penduduk dengan masalah gigi
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 1 (Kemenkes, 2014).
9
Tabel 1. Perbandingan presentase permasalahan gigi dan mulut
berdasarkan usia
Usia Presentase 2007 Presentase 2013
5-9 tahun
10-14 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
65 tahun
21,6 %
20,6 %
29,6 %
31,1 %
29,1 %
22,1 %
28,9 %
25,2 %
30,5 %
31,9 %
28,3 %
19,2 %
Sumber: (Kemenkes, 2014).
Provinsi di Indonesia yang mengalami masalah gigi dan mulut tertinggi
adalah provinsi Sulawesi Selatan dengan presentase kenaikan dari
25,3% pada 2007 menjadi 36,2% pada tahun 2013. Sedangkan
Lampung memiliki penurunan presentasi sejak 2007, yaitu 18,1%
menjadi 15,3% pada 2013 (Kemenkes, 2014).
Rata-rata nilai komponen karies di Indonesia adalah 1,6 yaitu terdapat
160 buah gigi dengan karies per 100 orang. Provinsi dengan nilai
komponen karies tertinggi adalah Kalimantan Barat dengan nilai 3,2
yaitu 320 buah gigi dengan karies gigi per 100 orang dan terendah Nusa
Tenggara Barat, yaitu 80 buah gigi dengan karies gigi per 100 orang.
Lampung memiliki nilai komponen karies 2,1 yaitu 210 buah gigi
dengan karies gigi per 100 orang yang membuat provinsi lampung
memiliki nilai karies di atas rata-rata dari nilai komponen karies di
Indonesia (Kemenkes, 2013).
Nilai komponen karies pada kelompok usia 6-12 tahun adalah 1,02
yaitu terdapat 102 gigi dengan karies per 100 orang yang menempatkan
10
kelompok usia ini sebagai kelompok umur dengan komponen karies
terendah dan kelompok usia 55-64 tahun 2,15 yaitu terdapat 215 gigi
dengan karies per 100 orang yang menempatkan kelompok usia ini
sebagai kelompok umur dengan komponen karies tertinggi (Kemenkes,
2013).
2.3.3 Etiologi Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang mempunyai etiologi multifaktoral
dengan empat faktor dasar yang sangat berperan dalam pembentukan
lesi karies yaitu:
1. Mikroorganisme pada plak gigi
Spesies mikroorganisme spesifik yang dapat diidentifikasi sebagai
mikroorganisme yang terlibat dalam pengembangan karies, yaitu
Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus, Lactobacillus,
Actinomyces, dan terkadang ditemukan Candida (Jared, 2010;
Karpiński dan Szkaradkiewicz, 2013).
Pada suatu penelitian didapatkan jenis mikroorganisme dalam plak
yang berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram
positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus, Streptococcus
oralis, dan Streptococcus salivarius. Pada suasana mulut yang
asam mikroorganime penyebab karies gigi yang paling banyak
ditemukan adalah dari spesies Lactobacillus diantaranya
Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus fermentum
11
Mikroorganisme penyebab karies memiliki sifat asidogenik
(membentuk asam dari substrat) dan asidurik (resisten terhadap
asam dan memproduksi asam secara terus-menerus) (Loesche,
1996; Karpiński dan Szkaradkiewicz, 2013; Aparna, 2013).
2. Substrat
Substrat adalah suatu molekul kimia yang berasal dari berbagai
makanan halus dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari yang
menempel pada gigi. Salah satu jenis substrat adalah gula. Terlalu
sering mengkonsumsi makanan yang mengandung gula akan
meningkatkan jumlah plak dan pertumbuhan mikroorganisme
didalamnya. (Ramayanti dan Purnakarya, 2013). Sebuah teori
dikatakan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang
dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya
sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Karbohidrat
merupakan senyawa yang dipecah menjadi produk gula dan
merupakan konsumsi setiap individu sehari-hari seperti nasi
(Pintauli dan Hamada, 2008; Ramayanti dan Purnakarya, 2013).
3. Host
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai host
terhadap karies gigi, yaitu ukuran dan bentuk gigi, struktur email,
faktor kimia, dan saliva (Ramayanti dan Purnakarya, 2013). Pit dan
12
fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-
sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit
dan fisur yang dalam. Pit dan fisur adalah bagian permukaan
kunyah yang memiliki dua struktur landasan halus dan kasar.
Permukaan gigi yang kasar dapat menyebabkan plak mudah
melekat (Pintauli dan Hamada, 2008).
Pada gigi permanen orang dewasa email mengandung 96% mineral
(ion kalsium fosfor dan hidroksipatit), air 1%, dan bahan organik
3%. Bagian luar email mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat,
dan air. Kepadatan mineral pada email sangat menentukan
kelarutan email. Semakin banyak email mengandung mineral maka
email menjadi semakin padat dan resisten. Gigi susu lebih mudah
terserang karies dari pada gigi permanen. Hal ini disebabkan karena
email gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen.
Selain itu, struktur pembentuk gigi susu tidak sepadat gigi
permanen (Pintauli dan Hamada, 2008).
Saliva adalah pelindung gigi dari asam. Sebuah penelitian klinis
menunjukkan peningkatan kerusakan struktur gigi dengan cepat
yang diakibatkan oleh xerostomia (Penurunan produksi saliva).
Saliva berperan penting dalam melindungi struktur gigi karena
13
memiliki kemampuan buffering yaitu kemampuan membersihkan
rongga mulut secara alami serta mengandung ion Ca2+
, HPO42-
dan
fluoride (Heasman, 2003; Senjaya, 2016).
4. Waktu lamanya plak
Waktu lamanya plak berhubungan dengan kecepatan terbentuknya
karies. Secara umum, lamanya waktu yang dibutuhkan plak untuk
berkembang menjadi suatu karies diperkirakan 6-48 bulan dan
berbeda pada setiap orang (Quock, 2015).
2.3.4 Patofisiologi Karies Gigi
Karies gigi adalah sebuah proses sederhana secara teoritis tetapi secara
detail merupakan proses yang rumit. Secara garis besar, mekanisme
karies dapat dideskripsikan sebagai berikut (Zaremba, et.al., 2006).
1. Mikroorganisme pada plak gigi melakukan fermentasi terhadap
substrat pada permukaan gigi. Hasil fermentasi menghasilkan
senyawa asam.
2. Senyawa asam berdifusi kedalam lapisan yang terpapar seperti
email, dentin atau sementum dan merusak atau menguraikan
kalsium, fosfat, dan hidroksipatit kemudian berdifusi keluar dari
gigi yang disebut dengan demineralisasi.
3. Gigi yang mengalami demeneralisasi secara alami akan mengalami
remineralisasi membentuk lapisan baru pada bagian yang kosong.
14
4. Paparan secara terus menerus yang tidak dapat diimbangi dengan
proses remineralisasi mengakibatkan terbentuknya karies pada gigi.
2.3 Mikroorganisme di Dalam Mulut
2.3.1 Bakteri Aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang memerlukan udara atau oksigen agar
dapat hidup atau tumbuh. Dibagi dalam dua kelompok, yaitu bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif meliputi
bakteri coccus (streptococcus, staphylococcus), bacillus (saprofit), dan
spiral (Treponema dan Leptospira). Adapun gram negatif aerob
diantaranya adalah bakteri coccus (N. gonorrhoeae, N. meningitides
atau pnemococcus) dan lain-lain (Whitman, et.al., 2012; Jawetz, 2013).
2.3.1.1 Streptococcus
Streptococcus memiliki taksonomi yang berasal dari Domain
Bacteria, Phylum Firmicutes, Kelas Bacilli, Ordo
Lactobacillales, Famili Streptococcaceae, Genus
Streptococcus, Spesies Streptococcus mutan, Streptococcus
sobrinus, Streptococcus oralis dan lain sebagainya (Jawetz,
2013).
Spesies yang paling penting dalam pembentukan plak gigi
adalah Streptococcus. Oral Streptococci terdiri dari 12 spesies,
yaitu Streptococcus salivarius, Streptococcus anginosus,
15
Streptococcus constellatus, Streptococcus cristatus,
Streptococcus gordonii, Streptococcus mitis, Streptococcus
mutans, Streptococcus oralis, Streptococcus parasanguis,
Streptococcus pneumonia, Streptococcus sanguis, dan
Streptococcus sobrinus (Whitman, et.al., 2012).
Streptococcus pertama kali ditemukan oleh JK Clark pada
tahun 1924 setelah mengisolasinya dari sebuah lesi pada karies
gigi. Kultur menggunakan agar darah dengan karakteristik
pada hasil kultur terlihat koloni yang kecil, berwarna putih ke
abu abuan, lebih kasar setelah hari ke 3-4, memiliki diameter 1
mm, bersifat alpha-hemolitik atau kadang non-hemolitik.
Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37o
C dan tumbuh pada
suhu 45o C. Pengamatan dengan mikroskop bakteri ini
berbentuk bulat cenderung bertumbuh dalam formasi rantai,
nonmotil dengan diameter 0.5-0.75 μm. (Whitman, et.,al.
2012; Harty dan Ogston, 2013).
Gambar 2. Streptococcus dalam perbesaran
1000x (Newman, 2011).
16
Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus mempunyai
peranan yang penting pada terjadinya karies gigi, karena
mereka dapat menempel pada email dan membentuk sebuah
plak. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus
memiliki sifat asidogenik atau mampu memfermentasi sukrosa,
fruktosa, dan glukosa menjadi senyawa asam (Forssten, 2010;
Ramayanti dan Purnakarya, 2013).
2.3.1.2 Staphylococcus
Taksonomi Staphylococcus Domain Bacteria, Filum
Firmicutes, Kelas Bacilli, Ordo Bacillales, Family
Staphylococcaceae, Genus Staphylococcus. Terdapat 30
spesies dengan tiga spesies utama, yaitu Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus
saprophyticus.
Gambar 3. Staphylococcus dalam perbesaran
1000x (Newman, 2011).
17
Staphylococcus adalah sel gram positif berbentuk bulat,
biasanya tersusun dalam rangkaian yang tak beraturan seperti
anggur. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan
dan mempunyai metabolism aktif untuk memfermentasikan
karbohidrat. Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu kamar 37°C,
Koloni pada kultur berbentuk bundar, halus, menonjol, dan
memantulkan cahaya (Whitman, et.al., 2012).
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies.
Tiga spesies utama yang penting secara klinik adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan
Staphylococcus saprophyticus (Jawetz, 2013).
2.3.1.3 Lactobacillus
Taksonomi Lactobacillus terdiri atas Domain Bacteria, Filum
Firmicutes, Kelas Bacilli, Ordo Lactobacillales, Family
Lactobacillaceae, Genus Lactobacillus dan terbagi menjadi
beberapa spesies, yaitu Lactobacillus oralis, Lactobacillus
acidophilus, Lactobacillus bulgaricusk, Lactobacillus
fermentum dan lainnya (Jawetz, 2013).
Lactobacillus merupakan bakteri gram positif berbentuk bacil.
Lactobacillus diklasifikasikan sebagai bakteri lactic acid
karena mampu memfermentasi gula menjadi asam laktat dan
18
organophospat yaitu memperoleh hidrogen atau elektron dari
fermentasi gula. (Jawetz, 2013; Whitman, et.al., 2012).
Kultur Lactobacillus memiliki karakteristik berupa tepi yang
tidak beraturan, menyebar dan terang. Suhu pertumbuhan yang
optimal adalah 35-38 oC dapat tumbuh pada suhu 45
oC. Pada
pengamatan mikroskopik terlihat gambaran bakteri gram
positif berbentuk batang dengan ujung setengah lingkaran
berukuran 0.6-0.9 x 1.5-6 μm, terlihat sendiri, berpasangan,
maupun membentuk rantai pendek, nonmotil (Whitman, et.,al.
2012).
Gambar 4. Lactobacillus dalam perbesaran
1000x (Newman, 2011).
2.3.2 Bakteri Anaerob
Bakteri anaerob adalah bakteri yang dapat hidup pada keadaan tidak ada
oksigen bebas atau udara. Rongga mulut mengandung jutaan bakteri
anaerob seperti Fusobacterium dan Actinomyces (Jawetz, 2013).
19
2.3.2.1 Fusibacterium
Bakteri ini merupakan flora normal di mulut. Bakteri ini
berbentuk spiral, pada jumlah yang tinggi bakteri ini bersifat
patologi dan dapat mengakibatkan kelainan gigi dan mulut
(Whitman, et.al., 2012).
2.3.2.2 Actinomyces
Actinomycessudah sering ditemukan dalam rongga mulut
manusia dan sering dihubungkan dengan karies. Bakteri ini
juga merupakan pengguna karbohidrat tetapi sifat ketahanan
terhadap asamnya tidak terlalu kuat (Whitman, et.al., 2012).
2.3.3 Gambaran Mikroorganisme pada karies gigi anak dan lansia
Mikroorganisme yang paling banyak ditemukan pada karies gigi anak
adalah spesies Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus
kedua jenis mikroorganisme ini mampu melekatkan diri dan
membentuk plak pada gigi dan mendominasi pada awal infeksi
(Zaremba, et.al., 2006). Pada lansia jenis mikroorganisme yang paling
banyak ditemukan adalah jenis Lactobacillus acidophilus dan dapat
pula ditemukan Streptococcus mutans hal ini diakibatkan oleh kondisi
asam yang tinggi, sehingga jenis mikroorganisme lain sukar untuk
bertahan (Loesche, 1996; Jared, 2010; Karpiński dan Szkaradkiewicz,
2013).
20
2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Faktor Penyebab
Karies
Gambar 5. Perbedaan anatomi dan fisiologis antara anak dan lansia (Zaremba,et.al.,
2006; Jared, 2010; Karpiński dan Szkaradkiewicz, 2013; Pintauli dan Hamada, 2008;
Ramayanti dan Purnakarya, 2013)
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:
Gambar 6. Kerangka konsep
Struktur Gigi Anak
Renggang karena
banyak kandungan
organik dibandingkan
mineral dan proses
regenerasi yang baik
Karies gigi
Karies gigi pada lansia
Bakteri penyebab
karies gigi
Host
Mikroorganisme Plak
Waktu
Substrat
Struktur Gigi Lansia gigi
lebih rapuh karena
proses penuaan
Karies gigi pada Anak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Cross Sectional yang bersifat
deskriptif, dengan pendekatan laboratorik untuk mengidentifikasi jenis
mikroorganisme pada karies gigi antara anak dan lansia.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2018 di SDN 7
Natar, Panti Jompo Tresna Werdha Bhakti Yuswa, dan Laboratorium
Kesehatan Provinsi Lampung.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh penghuni Panti Jompo Tresna
Werdha Bhakti Yuswa, Natar, Lampung Selatan pada tahun 2018 dan
anak-anak dengan usia 6-12 tahun di SDN 7 Natar, Lampung Selatan.
22
3.3.2 Sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan melalui Rumus
Lameshow sebagai berikut:
Jumlah pasien dengan kelainan gigi dan mulut di Puskesmas Natar
sebesar 25 orang dalam 4 bulan terakhir dengan pasien karies gigi
sebanyak 3 orang.
Proporsi dihitung dengan
P =
P : Proporsi
X : Jumlah kejadian
N : Total kelainan gigi dan mulut
P =
P = 0,12
Proporsi kejadian karies gigi adalah 0,12.
Rumus pengambilan sampel:
Keterangan:
n : Jumlah sampel
Zα : Derivat baku alpa 1,96
P : Proporsi 0,12
d : Presisi 10%
Q : 1-P
23
Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 18 orang. Dengan
demikian jumalah sampel terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 18 orang
anak dan 18 orang lansia (Dahlan, 2009).
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
a. Pasien terdiagnosis karies gigi.
b. Berusia 6-12 tahun
c. Berusia 60-69 tahun
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien sedang mengalami gangguan saluran nafas akut seperti
influenza, pneumonia, tonsilitis, faringitis, dan bronkitis akut.
2. Pasien memiliki riwayat penggunaan mouth wash saat peneliti
melakukan pengambilan data.
3.5 Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah host yang mengalami karies gigi dan
mikroorganisme pada karies gigi.
3.6 Definisi Operasional
Untuk memudahkan penelitian agar tidak terlalu luas maka dibuat sebuah
definisi oprasional yang disusun dalam tabel 2:
24
Tabel 2. Defisini Operasional
No
Variabel Definisi Alat Ukur Metode
pengukuran Hasil Ukur Skala
1. Karies
Gigi
Anak
Anak berusia 6-12
tahun yang
teridentifikasi
terdapat karies
pada gigi
(Kemenkes, 2013;
Haesman P, 2003)
Kartu
Pelajar
Kaca Mulut
Melakukan
pemeriksaan
dan
menentukan
diagnosis
pada gigi.
Memeriksa
tanggal lagir
pada kartu
identitas.
Karies Ordinal
2. Karies
Gigi
Lansia
Lansia berusia 60-
69 tahun yang
teridentifikasi
terdapat karies
pada gigi
(Maryam, 2008;
Kemenkes, 2013)
Kartu Tanda
Penduduk
Kaca Mulut
Melakukan
pemeriksaan
dan
menentukan
diagnosis
pada gigi.
Memeriksa
tanggal lagir
pada kartu
identitas.
Karies Ordinal
3. Bakteri
Pada
Karies
gigi
Bakteri yang
ditemukan dari
hasil isolasi lesi
karies gigi
(Withman, et.al.,
2012)
Mikroskop
dan
pewarnaan
gram
Pemeriksaan
Lab
Jenis Mikroorganisme :
1. Streptococcus mutans
2. Streptococcus
sobrinus
3. Streptococcus oralis
4. Streptococcus
salivarus
5. Lactobacillus
acidophilus
6. Lactobacillus
fermentum
Nominal
Sumber: (Maryam 2008; Hiranya, 2011; Withman, et.al., 2012; Kemenkes, 2013).
3.7 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Cotton bud steril (swab transport)
2. Kaca mulut
3. Tabung reaksi
4. Kaca preparat
5. Ose bulat
6. Inkubator dan Mikroskop
25
7. Handscoen dan Masker
8. Parafilm
b. Bahan
1. Reagen Butter Phospat
2. Agar Darah (Blood Agar)
3. Bahan pewarnaan gram
- Zat warna Carbol Gentian Violet
- Zat pematek Lugol (Iodium: Kalium Gentian Violet: Aquades =
1:2:300)
- Air Fuchsin
- Alkohol 96%
4. Bahan uji identifikasi dengan biokimia
- Vogest Proskauer (positif merah-merah muda, negatif kecoklatan)
- TSIA (Triple Sugar Iron Agar) merah / kuning
- SIM (Sulfida Indol Motil) Endapan Hitam, Ring Merah setelah
diberi larutan kovak, dan Pertumbuhan permukaan tabung.
- Citrat ( Positif Biru)
- Urea (positif merah-merah muda, negatif kecoklatan)
- Media gula-gula berupa Glukosa, Sukrosa, Manitol, Laktosa,
Maltosa (Negatif Biru Tua, Positif Biru muda)
26
3.7 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian
3.7.1 Pengambilan Sampel
1. Subjek diminta membuka mulut tidak terlalu lebar atau mengatakan
“e”. Kemudian dicari bagian gigi yang mengalami karies.
2. Dilakukan swab pada plak menggunakan copan swab steril dari
permukaan gigi yang teridentifikasi karies.
3. Copan hasil swab dimasukkan ke dalam BPS (Butter Phospat) dan
lilitkan parafilm pada tutup tabung. Lalu dilabeli identitas pasien
dan disimpan dalam kotak pendingin.
4. Copan swab dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi
Lampung sesegera mungkin.
3.7.2 Pembuatan Media dan Isolasi Sampel
1. Mengambil cotton bud steril (swab transport) yang telah berada
dalam BPS (Butter Phospat) ke medium Agar darah yang sudah
dilabeli identitas dan disebar dengan ose yang sudah disterilkan.
2. Dilakukan inkubasi pada inkubator selama 24 jam pada suhu 370
C.
3.7.3 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram
1. Ambil koloni yang tumbuh pada Agar darah.
2. Siapkan kaca preparat bersihkan kaca preparat. Setelah itu lalukan
di atas api sebnayak 3x.
3. Teteskan kaca preparat dengan NaCl, kemudian ambil koloni
bakteri pada agar plate menggunakan ose yang telah dipanaskan
27
kemudian oleskan pada tetesan NaCl di kaca preparat membentuk
bulat atau lonjong.
4. Diamkan kaca preparat hingga mengering kemudian lalukan diatas
api sebanyak 3x untuk fiksasi.
5. Tetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian Violet.
Diamkan selama 30 detik. Buang zat warna berlebih.
6. Tambahkan zat pematek Lugol (Iodium : Kalium Iodium : Aquades
= 1 : 2 : 300), selama 30 detik. Kemudian cuci dengan air
7. Bilas preparat dengan alkohol 96% selama 2 detik hingga zat warna
larut kemudian bilas dengan akuades.
8. Tetesi preparat dengan pewarna kedua. Diamkan selama 30 detik.
Buang kelebihan zat warna. Bilas dengan akuades.
9. Keringkan preparat dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi
untuk menghindarkan perbedaan indek bias.
10. Hasil pewarnaan gram yang diamati dengan mikroskop
11. Hasil pengamatan dengan hasil koloni murni dikultur kemabali pada
Agar darah II dan dinkubasi kembali selama 24 jam pada suhu 370
C
untuk identifikasi lebih lanjut.
3.7.4 Pengamatan Bakteri
1. Terdapat dua jenis bakteri yaitu jenis Coccus dan Bacil
2. Untuk bakteri jenis Coccus dilakukan uji VP (Vogest Proskauer).
Ambil koloni bakteri yang tumbuh pada media menggunakan ose
bulat yang telah dipanaskan hingga pijar lalu didiamkan beberapa
28
saat. Masukkan ose dalam tabung reaksi, aduk dengan memutar dan
menauk turunkan ose hingga koloni tercampur dengan larutan.
Kemudian media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370
C. Hasil
positif uji adsalah terbentuknya warna merah pada medium setelah
ditambahkan KOH.
3. Untuk bakteri jenis Coccus dan Bacil dilakukan uji identifikasi
dengan uji biokimia.
a. TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Ambil koloni yang tumbuh pada media menggunakan ose bulat
yang telah dipanaskan hingga pijar dan sudah tidak terlalu
panas. Kemudian buka tutup tabung media, oleskan secara zig-
zag pada lereng media kemudian tusukan hingga sasar media.
Tutup kembali tabung media dan diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 370
C. Hasil pengamatan adalah lereng banding
dasar, perubahan bermakna adalah perubahan menjadi warna
kuning.
b. SIM (Sulfida Indol Motil)
Ambil koloni pada media menggunakan ose bulat yang telah
dipanaskan hingga pijar dan sudah tidak terlalu panas.
Kemudian tusukkan tegak luruspada media SIM. Lakukan
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 370
C. Pada pengamatan
tabung ditambahkan reagen kovac. Sulfida Positif jika terdapat
endapan hitam, Indol positif jika terbentuk cincin merah setelah
29
pemberian reagen kovac, Motil positif jika terdapat selaput
putih seperti kapas pada bagian atas tabung.
c. Citrat (Simons Citrat)
Ambil koloni pada media menggunakan ose bulat yang telah
dipanaskan hingga pijar dan sudah tidak terlalu panas.
Kemudian goreskanz ig-zag pada media. Lakukan inkubasi
selama 24 jam dengan suhu 370C. Pada pengamatan warna
media akan berubah menjadi merah atau merah muda untuk
hasil positif.
d. Pada uji media gula-gula (glukosam laktosa, maltosa, mannitol,
sukrosa). Bakteri yang telah tumbuh pada media agar darah
diinokulasi pada media gula-gula. Ambil koloni bakteri yang
tumbuh pada media menggunakan ose bulat yang telah
dipanaskan hingga pijar lalu didiamkan beberapa saat.
Masukkan ose dalam tabung reaksi, aduk dengan memutar dan
menauk turunkan ose hingga koloni tercampur dengan larutan.
Kemudian media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370.
Hasil positif adanya perubahan warna medium menjadi kuning
dan membentuk gas apabila terdapat gelembung udara pada
tabung durham.
4. Mengamati hasil uji tersebut kemudian diidentifikasi jenis
bakterinya.
30
3.9 Alur Penelitian
Adapun alur penelitian pada proposal penelitian ini akan dipetakan pada
gambar berikut:
Gambar 7. Alur Penelitian
Hasil identifikasi bakteri
Pembahasan
Kesimpulan
Menentukan tanggal penelitian
Memberikan informed consent kepada responden
Pemeriksaan karies gigi oleh dokter gigi dan pengambilan sampel bakteri pada
karies gigi pada anak atau lansia
Data hasil identifikasi diolah
Penyajian data
Bakteri dikultur di atas media Agar darah dan di inkubasi 37oC selama 24 jam
Pewarnaan gram untuk menentukan jenis dan kemurnian koloni
Uji identifikasi dengan biokimia
Bakteri dikultur di atas media Agar darah II dan di inkubasi 37oC selama 24 jam
31
3.10 Analisa Data
3.10.1 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti dan didapat
dari pengolahan manual.
3.10.2 Analisis data
Deskriptif frekuensi dimana membuat uraian secara sistematik
mengenai keadaan dari hasil penelitian kemudian didistribusi dalam
bentuk tabel dengan frekuensi yang sesuai.
3.11 Etika Penelitian
Penelitian Telah mendapatkan izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan disetujui dengan nomor surat:
1834/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
Pemeriksaan karies gigi dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten yaitu
seorang dokter gigi yang dibantu oleh perawat gigi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa :
1. Terdapat perbedaan jenis mikroorganisme antara karies gigi pada anak dan
lansia. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jenis mikroorganisme yang
paling banyak pada anak yaitu Streptococcus mutans dan mikroorganisme
paling banyak pada lansia adalah Lactobacillus acidophilus.
2. Mikroorganisme yang diidentifikasi pada karies gigi anak adalah
Streptococcus mutans 61,1%, Streptococcus sobrinus 16,6%, Streptococcus
salivarus 11,1%, Streptococcus oralis 5,6%, dan Lactobacillus acidophilus
5,6%.
3. Mikroorganisme yang diidentifikasi pada karies gigi lansia antara lain
Lactobacillus acidophilus 55,6%, Streptococcus mutans 22,2%,
Lactobacillus fermentum 11,1%, dan Streptococcus sobrinus 11,1%.
41
5.2 Saran
1. Untuk Peneliti
Dapat meneliti jenis pengobatan yang sesuai dengan jenis
mikroorganisme pada karies gigi anak dan lansia.
2. Untuk Institusi kesehatan
Dapat memberikan penatalaksanaan yang sesuai dengan jenis
mikroorganisme pada karies gigi anak dan lansia untuk mendapat
hasil terapi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Amnur AN. 2012. Pengaruh Pasta Gigi Mengandung Xylitol dan Fluoride
Dibandingkan Pasta Gigi Mengandung Fluoride Terhadap Plak Gigi
[Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aparna A, Hegde MN, Shetty V. 2013. Evaluation of microflora of root carious
lesions in different age groups: A microbiological study. European Journal of
General Dentistry. 2(2):130–133.
Bowker L, Price J, Smith S. 2012. Oxford Handbook of Geriatric Medicine.
Inggris: Press Universitas Oxford.
Dahlan MS. 2004. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Arkans.
Dorland WAN. 2015. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: EGC.
Duggal M, Cameron A, Toumba J. 2014. At a Glance Kedokteran Gigi Anak.
Jakarta: Erlangga.
Edwina, Joyston S. 1992. Dasar Dasar Karies Penyakit dan Penanggulannya.
Jakarta: EGC.
Forssten SD, Björklund M, Ouwehand AC. 2010. Streptococcus mutans, Caries
and Simulation Models. Nutriens. 290–298.
Gamboa F , Estupiñan M, Galindo A. 2004. Presence of Streptococcus Mutans in
saliva and its relationship with dental caries: antimicrobial susceptibility of
the isolates [Journal Online] [ diakses 24 Oktober 2018]. Tersedia dari:
https://www.javeriana.edu.co/universitas_scientiarum/universitas_docs/vol9e
sp/3-presense.pdf20Accessed20on20November203,2011.
Harty F, Ogston R. 2013. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Heasman P. 2003. Conservative dentistry in Master dentistry restorative dentistry,
paediatric dentistry and orthodontics vol. 2. London: Elsevier Limited.
Hiranya P, Eliza H, Neneng N. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakt Jaringan Keras
Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
2
Hoffman M. 2015. Picture of the Teeth [Artikel Online] [diakses 16 Oktober
2018]. Tersedia dari: https://www.webmd.com/oral-health/picture-of-the-
teeth#1
Jared. 2010. Microbiology of Root Caries. Article of Cariology [Online Article]
[Diakses 16 Juni 2017]. Tersedia dari : http://cariology.wikifoundry.com
Jawetz E, Melnick J, Adelberg E. 2013. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Karpiński TM, Szkaradkiewicz AK. 2013. Microbiology of Dental Caries. J Biol
Earth Sci. 3(1):21–24.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Dalam Angka Provinsi Lampung.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Situasi lanjut usia (lansia) di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Knapowski J, Tobis KW, Witowski J. 2002. Pathophysiology of Ageing. JPP.
53(2):135–146.
Loesche JW. 1996. Microbiology of Dental Decay and Periodontal Disease.
Dalam: Medical Microbiology. Edisi ke-4. Galveston: University of Texas
Medical Branch. hlm 99.
Maryam RS, Eksari, Mia FR, Jubaedi, Ahmad B, Irwan. 2008. Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya Edisi 1. Jakarta: Salmeba Medika.
Mayo Clinic. 2014. Diseases and Conditions Cavities or tooth decay. Medical
Education and Research [Online Article] [Diakses 16 Juni 2017]. Tersedia
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cavities/basics/causes/con-
20030076.
Newman H. 2011. Microbiology Atlas. Jerman: Czech Republic.
Permenkes. 2016. Rencana aksi Nasional kesehatan lanjut usia tahun 2016-2019.
Jakarta: Kemenkes RI.
Pintauli S, Hamada T. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat : Pencegahan dan
Pemeliharaan.Sumatera: USU Press.
Quock RL. 2015. Dental Caries: A Current Understanding and Implications.
Journal of Nature and Science [Online Journal] [Diunduh 19 Juni 2017].
Tersedia : http://www.jnsci.org/files/html/e27.htm.
3
Ratmini NK, Arifin. 2011. Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup
lansia. JIG 2(2):139-147.
Ramayanti S, Purnakarya I. 2013. Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.
JKM. 7(2):89–93.
Razak PA, Richard KM, Jose T, Rekha PH, Abdul K, Nanada S. 2014. Geriatric
Oral Health. J Int Oral Health. 6(6): 110-116.
Senjaya AA. 2016. Gigi Lansia. J Skala Husada. 13(1):72-80.
Sharma S, Sethi GR, Gupta U. 2014. Standar Treatment Guidlines. India:Wolters
Kluwer.
Tambayong J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Whitman W, Goodfellow, Michael K, Peter B, Hans JT, Martha L, et.al,.2012.
Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology: Volume 5: The Actinobacteria,
New York: Springer Science & Business Media.
WHO. 2015. World Report on Ageing and Health. Switzerland: World Health
Organization.
Yifei Z, Yingyi L, Qingwei M, Yeqing S, Qian Z, Xiaoyan W. 2014.
Identification of Lactobacillus from the Saliva of Adult Patients with Caries
Using Matrix-Assisted Laser Desorption/Ionization Time-Of-Flight Mass
Spectromrtry [Online Journal] [diunduh 24 oktober 2018]. Tersedia dari:
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0106185.
Zaremba ML, Stokowska W, Klimiuk A, Daniluk TR, Waszkiel D, Tokajuk G,
et.al,. 2006. Microorganisms in root carious lesions in adults. AMS.
51(1):237-240.