HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU …
Transcript of HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU …
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PERILAKU PERAWATAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI
WARAS SAPEN UMBULMARTANI
NGEMPLAK SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
SEPTYANA DEWI PRAMITASARI
201410201054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by DIGILIB at Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA)
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PERILAKU PERAWATAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI
WARAS SAPEN UMBULMARTANI
NGEMPLAK SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
SEPTYANA DEWI PRAMITASARI
201410201054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PERAWATAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI WARAS SAPEN
UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN1
Septyana Dewi Pramitasari2
, Suratini3
INTISARI
Latar belakang: Hipertensi pada lansia selain mengakibatkan angka kematian yang
tinggi juga berdampak pada kurangnya minat lansia dalam melakukan perawatan
hipertensi, dikarenakan kurangnya dukungan dari keluarga.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku perawatan
hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak
Sleman.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 40 lansia yang berada di di Posyandu
Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman. Teknik analisis data
menggunakan Kendall Tau.
Hasil: Penelitian menunjukan ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
perawatan hipertensi pada lansia (p=0,005, r = 0,446). Diketahui kejadian hipertensi
pada lansia di Posyandu lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman
adalah sebesar 44,3% ( 40 orang dari 71 populasi lansia).Tingkat dukungan keluarga
pada lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman
termasuk dalam kategori tinggi dan baik.
Kesimpulan : Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan perilaku perawatan
hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak
Sleman
Saran: Bagi lansia diharapkan dapat merubah perilaku perawatan hipertensi supaya
tekanan darah dapat terkontrol dan tidak terjadi komplikasi.
Dukungan Keluarga, Perilaku Perawatan Hipertensi
Daftar Pustaka : 33 buku (2008-2015), 9 jurnal, 8 skripsi, 8 website
Jumlah halaman : xii, 89 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 15 lampiran
1Judul Skripsi
2Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
3Dosen Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND
HYPERTENSION TREATMENT BEHAVIOR IN LANSIA TO ELDERLY AT
NGUDI WARAS ELDERLY HEALTH CARE OF SAPEN UMBULMARTANI
NGEMPLAK SLEMAN1
Septyana Dewi Pramitasari2, Suratini
3
ABSTRACT
Background: Hypertension in elderly can cause high mortality as well as low
interest in performing hypertension treatment behavior due to the lack of family
support.
Objective: The objective of the study was to analyze the correlation between family
support and hypertension treatment behavior at Ngudi Waras Elderly Health Care of
Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman.
Methods: The research applied descriptive correlation by means of a sectional
approach. Sample taking technique used total sampling. The samples of the study
were 40 elderly at Ngudi Waras Elderly Health Care of Sapen Umbulmartani
Ngemplak Sleman. Data analysis technique used Kendall Tau.
Results: The study showed that there was correlation between family support and
hypertension treatmnet behavior on elderly (p = 0.005, r = 0.446). It is known that
the incidences of hypertension on elderly at Ngudi Waras Elderly Health Care of
Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman was 44.3% (40 people of 71 elderly
population) .The level of family support at Ngudi Waras Elderly Health Care of
Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman could be included as in high and god
category.
Conclusion: There was a correlation between family support and hypertension
treatment behavior on elderly at Ngudi Waras Elderly Health Care of Sapen
Umbulmartani Ngemplak Sleman.
Suggestion: It is expected that elderly can change their hypertension treatment
behavior in order to maintain and control blood pressure to avoid complications.
Keywords :
Family Support, Hypertension Treatment Behavior
Bibliography : 33 books (2008-2015), 9 journals, 8 theses, 8 websites
Number of pages : xii, 89 pages, 16 tables, 2 pictures, 15 appendices
1 Thesis Title
2 Student of Nursing School, Health Sciences Faculty, „Aisyiyah University of Yogyakarta
3 Lecturer of „Aisyiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN
Jumlah lansia di DIY telah
mencapai 14% pada tahun 2010 dan
merupakan jumlah tertinggi se-
Indonesia. Setelah itu menyusul Jawa
Tengah yakni 11,16% dan Sulawesi
Selatan sebesar 9,05%. DIY tercatat
menjadi provinsi yang paling dini
mengalami penuaan. Proyeksi tahun
2010, tercatat sebanyak 12,9% orang
Yogyakarta tergolong lansia. Jumlah
total penduduk di Yogyakarta
diperkirakan lansia telah mencapai
13,4% pada tahun 2015, meningkat
14,7% pada tahun 2020, dan 19,5%
pada tahun 2030 (BPS, 2015).
Berdasarkan data WHO dari
50% penderita hipertensi yang
diketahui, 25% yang sudah mendapat
perawatan hanya 12,5% yang diobati
dengan baik. Indonesia ada 21%
penderita hipertensi dan sebagian besar
tidak terdeteksi, kasus hipertensi pada
lansia di masyarakat masih rendah,
hanya 24,2% untuk prevalensi
hipertensi di Indonesia yang
berjumlah32,2%(KemenkesRI,2013).
Dari berbagai penelitian yang
telah dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8% sampai 28,6%
penduduk menderita hipertensi yang
disebabkan karena kurangnya
penanganan dan perilaku perawatan
hipetensi pada lansia dengan baik
(Kemenkes RI,2013).
Hipertensi pada lansia selain
mengakibatkan angka kematian yang
tinggi juga berdampak pada kurangnya
perhatian dan dukungan keluarga serta
biaya pengobatan dan perawatan yang
harus ditanggung para lansia yang
menderita hipertensi. Dampak dari
kurangnya perawatan hipertensi pada
lansia yang tidak segera dilakukan
perawatan dan pengontrolan secara
tepat akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak, dan mata.
Tekanan darah yang selalu tinggi
merupakan faktor resiko untuk
terjadinya stroke, serangan jantung, dan
gagal jantung (Afrianty,2009).
WHO memperkirakan pada
tahun 2025 angka kematian akibat
kurangnya perawatan hipertensi pada
lansia akan menyebabkan 73%
kematian dan 60% seluruh angka
kesakitan di dunia yang diperkirakan
Negara yang paling merasakan
dampaknya Indonesia, 7 dari 10 orang
penderita hipertensi yang masih belum
mendapkan perawatan dan pengobatan
secara adekuat, padahal perawatan
hipertensi sendiri berguna untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya
kekambuhan, sehingga komplikasi
akibat hipertensi dapat dikurangi
(Githa,2010).
Perilaku perawatan hipertensi
dapat dilakukan oleh seseorang dengan
cara memperbaiki gaya hidup,
memodifikasi perilaku yang beresiko
dan mengubah menjadi perilaku yang
sehat. Perubahan gaya hidup lansia bisa
dilakukan oleh lansia jika mendapatkan
dukungan penuh dari keluarga.
Dukungan keluarga merupakan
segala bentuk perilaku dan sikap positif
yang diberikan oleh keluarga kepada
salah satu anggota keluarga lansia,
yang dapat diberikan dengan melalui 4
macam dukungan informasional,
dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dan dukungan
emosional. Keluarga menjadi support
system dalam kehidupan lansia yang
menderita hipertensi, agar keadaan
yang dialami tidak semakin memburuk
dan terhindar dari komplikasi akibat
hipertensi. Dukungan keluarga juga
diperlukan dalam perawatan hipertensi
yaitu dengan cara mengatur pola
makan yang sehat, mengajak
berolahraga, dan menemani dalam
memeriksakan kesehatannya
(Setiadi,2008).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian deskriptif korelasi, yaitu
penelitian yang diarahkan untuk
mendeskripsikan hubungan dukungan
keluarga dengan perilaku perawatan
hipertensi pada lansia di Posyandu
Lansia Ngudi Waras Sapen
Umbulmartani Ngemplak Sleman.
Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner Dukungan
keluarga dan kuesioner perilaku
perawatan hipertensi. Pangisian
kuesioner dilakukan dengan cara
wawancara oleh peneliti maupun
asisten peneliti yang sebelumnya telah
dilakukan satu persepsi agar tidak
terjadi kesalahpahaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen
Umbulmartani Ngemplak Sleman..
Penelitian ini dimulai pada tanggal 14
November- 25 Februari 2018 dengan
responden adalah lansia di di Posyandu
Lansia Ngudi Waras Sapen
Umbulmartani Ngemplak Sleman.
Yang memiliki 2 perkampungan yaitu
dusun Sapen dan Karang Turi.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
15
25
40
37,5
62,5
100
2. Umur
60-74 tahun
75-90 tahun
Jumlah
27
13
40
67,5
32,5
100
3. Pekerjaan
Buruh
Pedagang
Pensiunan
Jumlah
29
7
4
40
72,5
17,5
10
100
4. Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Jumlah
22
9
4
1
4
40
55
22,5
10
2,5
10
100 (Sumber: Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui dari 40 responden yang
diteliti, jenis kelamin perempuan
sebanyak 25 lansia (62,5%) dan laki-
laki sebnayak 15 lanisa (37,5%). Pada
karakteristik usia, responden paling
banyak adalah lansia yang berusia
antara 60-74 yaitu sebanyak 27 lansia
(67,5%) dan paling sedikit yaitu
berusia 75-90 tahun hanya 13 lansia
(32,5%). Berdasarkan pekerjaan,
responden paling banyak adalah lansia
yang bekerja sebagai buruh yaitu
sebanyak 29 lansia (72,5%) dan yang
bekerja sebagai pedagang sebanyak 7
lansia (17,5%) dan sisanya sebanyak 4
lansia (10%) yang sudah tidak bekerja
atau sudah pensiun. Kemudian
berdasarkan pendidikan paling banyak
adalah tidak bersekolah sebanyak 22
responden (55%) dan yang
berpendidikan SD 9 responden
(22,5%), dan yang berpendidikan SMP
4 lansia (10%) dan yang berprndidikan
SMA sebanyak 1 orang (2,5%) dan
perguruan tinggi sebanyak 4 lansia
(10%). paling sedikit adalah SMP dan
perguruan tinggi masing-masing 2
responden (3,8%).
Tabel 2 Frekuensi Dukungan Keluarga pada lansia Hipertensi di Posyandu
Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman
(Sumber: Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui sebagian besar responden
mendapatkan dukungan keluarga dalam
kategori tinggi sebanyak 21 responden
(52,5%). Dukungan emosional
menunjukkan 10 responden (25%),
dukungan informasi 14 responden
(35%), dukungan instrumental 30
responden (75%), dan dukungan
penghargaan 26 responden (65%).
Dukungan Instrumental menunjukkan
dukungan dalam kategori tinggi
sebanyak 30 responden (75%).
Tabel 3 Frekuensi Kualitas Hidup Lansia di Padukuhan Karang Tengah
Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta
Perilaku Perawatan
Hipertensi
Baik Cukup Rendah
(%) F % F % F %
Diet / gaya hidup 33 82,5 7 17,5 0 0 100
Olahraga 22 55 16 40 2 5 100
Istirahat 37 92,5 3 7,5 0 0 100
Stress 26 65 14 35 0 0 100
Kontrol TD 25 62,5 13 32,5 2 5 100
Perilaku Keseluruhan 13 32,5 27 67,5 0 0 100 (Sumber: Data Primer, 2018)
Berdasarkan Tabel 3 dapat
diketahui dari 40 responden yang
diteliti, persentase paling banyak untuk
perilaku perawatan hipertensi pada
lansia yaitu pada kategori cukup
sebanyak 27 (67,5%). kategori baik
sebesar 13 responden (32,5%). Diet
hipertensi menunjukan 33 lansia
(82,5%) sudah melakukan diet dengan
kategori cukup menunjukkan 7
responden (17,5%), olahraga 22
responden (55%) dalam kategori baik
dan 16 responden (40%) dalam
kategori cukup, istirahat 37 responden
(92,5%) dalam kategori baik dan 3
responden (7,5%) dalam kategori
cukup, stress 26 (65%) responden
mampu mengendalikan stress dengan
Dukungan keluarga
Tinggi Sedang Rendah
(%) F % F % F %
DuKungan Emosional 10 25 30 75 0 0 100
Dukungan Informasi 14 35 25 62,5 1 2,5 100
Dukungan Instrumental 30 75 10 25 0 0 100
Dukungan Penghargaan 26 65 14 35 0 0 100
Dukungan Keseluruhan 21 52,5 19 47,5 0 0 100
baik dan 14 responden (35%) mampu
mengendalikan stress dalam kategori
cukup, control tekanan darah 25
responden (62,5%) lansia sudah
mampu melakukan control tekanan
darah dengan baik dan 13 responden
(32,5%) lansia sudah mampu
melakukan control tekanan darah
dalam kategori cukup.
Tabel 4 Frekuensi Dukungan Keluarga dengan Perilaku Perawatan Hipertensi
pada Lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak
Sleman
Dukungan
Keluarga
Perilaku Perawatan Hipertensi
p value R Baik Cukup Jumlah
F % F % F %
Tinggi 11 27,5 10 25 21 52,5 0,005 0,446
Sedang 2 5 17 47,5 19 47,5
Total 13 32,5 27 100 40 100 (Sumber: Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui dari 40 responden yang
diteliti, diketahui persentase dukungan
keluarga paling tinggi mempengaruhi
perilaku perawatan hipertensi paling
baik sebanyak 11 orang (27,5%) dan
kategori cukup sebanyak 10 orang
(25%). Responden yang memiliki
dukungan keluarga kategori sedang
yang mempengaruhi perilaku
perawatan hipertensi cukup sebanyak
17 orang (47,5%) dan yang paling
sedikit sebanyak 2 orang (5%).
Dukungan Keluarga
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui sebagian besar responden
mendapatkan dukungan keluarga dalam
kategori tinggi sebanyak 21 responden
(52,5%). Dukungan emosional
menunjukkan 10 responden (25%),
dukungan informasi 14 responden
(35%), dukungan instrumental 30
responden (75%), dan dukungan
penghargaan 26 responden (65%).
Dukungan Instrumental menunjukkan
dukungan dalam kategori tinggi
sebanyak 30 responden (75%).
Hasil penelitian menunukkan
bahwa sebagian besar 21 responden
(52,5%) mendapatkan dukungan
keluarga tinggi. Hal ini disebabkan
karena karakteristik responden lansia
sebagian besar berusia 60-74 tahun
(67,5%) dimana pada usia ini lansia
masih membutuhkan dukungan dari
keluarga dalam melakukan kegiatan
sehari-hari dalam memenuhi
kebutuhannya. Penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas seiring
dengan bertabahnya umur
(Azizah,2011).
Menurut Ambardini (2010),
lansia sering dikaitkan dengan usia
tidak produktif, bahkan sering
diasumsikan menjadi beban bagi yang
berusia produktif. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis terjadi kemunduran
fungsi-fungsi dalam tubuh yang
menyebabkan lansia rentan terkena
gangguan kesehatan. Namun demikian
masih banyak lansia masih
ketergantungan dengan orang lain.
Menurut Papalia (2008), hampir
seluruh wanita hidup lebih lama dan
lebih mandiri dibanding pria.
Kecenderungan mereka yang lebih
besar dalam mengurus diri sendiri
untuk mencari perawatan medis, dan
lebih besarnya kerapuhan biologis pada
pria.
Teori yang dikemukakan oleh
Beare (2007) yang menyatakan
semakin bertambahnya usia, maka akan
berdampak pada perubahan fisik, salah
satunya yaitu kemunduran fisik,
penurunan kekuatan otot, keterbatasan
lingkungan eksternal dan internal yang
dialami oleh lansia akan berpengaruh
pada perlunya bantuan dari dukungan
keluarga.
Perilaku Perawatan Hipertensi
Berdasarkan Tabel.3 dapat
diketahui dari 40 responden yang
diteliti, persentase paling banyak untuk
perilaku perawatan hipertensi pada
lansia yaitu pada kategori cukup
sebanyak 27 (67,5%). kategori baik
sebesar 13 responden (32,5%). Diet
hipertensi menunjukan 33 lansia
(82,5%) sudah melakukan diet dengan
kategori cukup menunjukkan 7
responden (17,5%), olahraga 22
responden (55%) dalam kategori baik
dan 16 responden (40%) dalam
kategori cukup, istirahat 37 responden
(92,5%) dalam kategori baik dan 3
responden (7,5%) dalam kategori
cukup, stress 26 (65%) responden
mampu mengendalikan stress dengan
baik dan 14 responden (35%) mampu
mengendalikan stress dalam kategori
cukup, control tekanan darah 25
responden (62,5%) lansia sudah
mampu melakukan control tekanan
darah dengan baik dan 13 responden
(32,5%) lansia sudah mampu
melakukan control tekanan darah
dalam kategori cukup.
Berdasarkan penelitian yang
digambarkan pada tabel 3 dapat
diketahui dari 40 responden yang
diteliti, persentase paling banyak untuk
perilau perawatan hipertensi dalam
kategori sedang sebnayak 27 responden
(67,5%) dan kategori baik 13
responden (32,5%).
Banyaknya responden yang
memiliki perilaku perawatan hipertensi
yang cukup disebabkan karena lanjut
usia tinggal dirumah dan masih
bersama keluarga sehingga dalam
melakukan perawatan hipertensi
mereka mendapatkan perhatian serta
dukungan dari keluarga.
Perawatan hipertensi adalah
usaha yang dilakukan untuk
mengontrol tekanan darah agar tetap
dalam batas normal. Hipertensi bisa
diatasi dengan memodifikasi gaya
hidup, yaitu diet rendah natrium, diet
rendah kolestrol, diet tinggi serat, diet
rendah energy, olahraga, menghindari
rokok, alcohol dan kafein,
mengendalikan stress, serta rutin dalam
memeriksakan kesehatannya. Menurut
Lanny (2005, dalam Susriyanti, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Perdana (2017)
bahwa sebagian besar responden dalam
penelitian sebagian besar adalah
berusia 60-74 tahun sebanyak 46 orang
(92%) . Sejalan dengan bertambahnya
usia, setiap manusia akan menjadi tua.
Menua berarti mengalami berbagai
macam perubahan baik perubahan fisik
maupun psikososial. Meningkatnya
usia dapat mempengaruhi perilaku
seseorang sehingga perilaku dalam
melakukan perawatan hipertensi sering
diabaikan.
Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Perilaku Perawatan
Hipertensi
Berdasarkan tabel 4, diperoleh
hasil perhitungan menggunakan uji
Kendall Tau diperoleh nilai signifikan
p value sebesar 0,005 (p value<0,05).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya ada hubungan signifikan antara
Hubungan dukungan keluarga dengan
perilaku perawatan hipertensi pada
lansia di Posyandu Lansia Ngudi
Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak
Sleman. Hasil nilai koefisiensi korelasi
yang didapatkan sebesar 0,446.
Keeratan hubungan pada penelitian ini
adalah kategori sedang. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kondisi
lansia yang masih tergolong sehat.
Dukungan Keluarga yang tinggi
dapat mengubah perilaku perawatan
hipertensi yang dilakukan oleh lansia
semakin meningkat sehingga klien
mempunyai semangat, keyakinan dan
keinginan dalam proses penyembuhan
semakin meningkat. Lingkungan
keluarga yang saling mendukung satu
sama lain dan saling menghargai akan
menimbulkan perasaan yang positif.
Hal tersebut konsisten dengan teori
yang dikemukakan Friedman (1998)
yang menyatakan bahwa keluarga
berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
deseminator (penyebar) informasi,
nasehat dan petunjuk tentang
bagaimana cara penyelesaian masalah,
eluarga diharapkan bisa memberikan
semangat serta pengawasan terhadap
kesehatan lansia.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Herlinah (2013) “ Dukungan
keluarga dengan pengendalian
hipertensi” Dukungan keluarga sangat
penting dalam mengontrol tekanan
darah klien, dengan melibatkan
anggota keluarga dalam mengontrol
tekanan darah diharapkan kepatuhan
klien terhadap pengobatan dapat
ditingkatkan. Kurangnya dukungan
keluarga dapat mempengaruhi rencana
perawatan hipertensi secara
keseluruhan.
Lansia yang memiliki penyakit
kronik seperti hipertensi membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti harus melakukan
perubahan gaya hidup, menjalani
pengobatan, dan membeli obat-obatan.
Lansia yang mengalami penurunan
fungsi tubuh sehingga kemandirian
lansia menjadi berkurang sehingga
lansia perlu mendapatkan dukungan
instrumental yang baik dari anggota
keluarga yang akan dapat menjaga dan
mengontrol kesehatan lansia.
Penelitian ini semakna dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Susriyati (2014) yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga
dengan perilaku perawatan hipertensi
pada lansia di Padukuhan Karang
Tengah Gamping Sleman dengan
tingkat korelasi rendah (0,395).
Semakin baik dukungan keluarga yang
diberikan semakin baik pula perilaku
perawatan hipertensi yang dapat
dilakukan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di
Posyandu lansia Ngudi Waras Sapen
Umbulmartani Ngemplak Sleman,
dapat disimpulkan bahwa dukungan
keluarga di Posyandu Lansia ngudi
Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak
Sleman memiliki dukungan keluarga
tinggi dan perilaku perawatan
hipertensi sedang. Berdasarkan hasil
uji Kendall Tau diperoleh nilai
signifikan 0,005 berarti nilai signifikan
<0,05 yang berarti ada hubungan
dukungan keluarga dengan perilaku
perawatan hipertensi pada lansia di
Posyandu Lansia ngudi Waras Sapen
Umbulmartani Ngemplak Sleman.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,446
yang menunjukkan bahwa kedua
variabel memiliki keeratan hubungan
yang sedang.
Saran
Bagi lansia di Posyandu Lansia
Ngudi Waras Sapen Umbulmartani
Ngemplak Sleman diharapkan lansia
dapat melakukan perilaku perawatan
hipertensi dengan cara memodifikasi
gaya hidup dan mengubah perilaku
yang buruk menjadi perilaku yang
lebih baik dengan memanfaatkan
sumber-sumber dukungan yang ada
dari keluarga sehingga dapat
meningkatkan perilaku dalam
perawatan hipertensi. Bagi Keluarga
disarankan agar lebih meningkatkan
tentang dukungan keluarga kepada
lansia dengan selalu memperhatikan
dan mengingatkan kesehatan lansia
dalam mengubah perilaku perawatan
hipertensi yang buruk menjadi lebih
baik. bagi kader-kader posyandu untuk
dapat lebih memperhatikan kesehatan
para lansia khusunya kepada keluarga
untuk terus memperhatikan lansia
dengan cara memberikan dukungan
kepada lansia dalam melakukan
perilaku perawatan hipertensi. bagi
profesi keperawatan, khususnya
perawat komunitas yang bekerja di
wilayah kabupaten sleman hendaknya
rutin berkunjung ke keluarga dan
memberikan penyuluhan kepada
keluarga tentang pentingnya dukungan
keluarga terhadap perilaku perawatan
hipertensi agar dapat mengetahui
bagaimana status kesehatan keluarga
yang memiliki lansia yang menderita
hipertensi, agar tidak terjadi gejala
yang lebih berat.
Daftar Pustaka
Affandi, M. (2009). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penduduk
Lansia untuk Bekerja, Jounal of
Indonesian Applied Economic
Ambardini, RL. (2010). Aktifitas Fisik
pada Lanjut Usia. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas
Negeri Yogyakarta Azizah,
Lilik M. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, EGC, Jakarta.
BPS. (2015). Jumlah Penduduk
Indonesia dalam http://Badan
Pusat Statistik.co.id, diakses
tanggal 11November 2017.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga. Jakarta
: EGC.
Gita, W. (2010). Tugas Keluarga Dan
Perilaku Pencegahan
Komplikasi Hipertensi Pada
Lansia.Jakarta :EGC
Herlinah, L. (2013). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Perilaku Pengendalian
Hipertensi di Wilayah Kerja
Kecamatan Koja Jakarta
Utara Skripsi
tidakditerbitkan.Jakarta. FIK
Univ. Muhammadiyah Jakarta
dan Universitas Indonesia.
Kemenkes RI (2013).Hipertensi
Penyebab Kematian Nomor tiga
dalam http://www.depkes.go.id
Diakses 10 Oktober 2017
_________(2013). Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia,
Jakarta: Kemenkes RI
Perdana, A,M. (2017). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet Hipertensi
Pada Lansia Di Dusun Depok
Ambarketawang Gamping
Sleman Yogyakarta.Skripsi
Tidak Diterbitkan . Universitas'
Aisyiyah Yogyakarta.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga. Graha
Ilmu.