HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA … · model, Likert scaling model, and Semantic...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA … · model, Likert scaling model, and Semantic...
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK
AGAMA DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK
AGAMA PADA MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Priskila Dayu Eldiana
129114069
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“... kelahiranmu adalah untuk belajar
bertumbuh menuju kesadaran sempurna.
Untuk itulah kau Kuhadirkan di dunia ini.
Untuk menyadari dirimu sendiri
sebagai diri semestaKu.”
“Aku membekalimu dengan suka
agar kau menikmati kehidupan ini
sebagai sesuatu yang berharga untuk
dijalani sebagai pilihanmu. Sebaliknya, Aku
juga membekalimu dengan duka dan lara agar
kau tidak mudah melekat pada kehidupan ini hanya
karena perasaan suka yang kau alami. Terakhir,
Aku membekalimu dengan satu kepastian akan
hadirnya kematian, agar kau mengerti
bahwa kehidupan duniawimu ini akan
berujung pada kematian.”
“Maka jangan takut pada kehancuran semesta
karena Aku akan menciptakannya kembali.
Jangan sedih pada kehilangan karena
Aku akan mempertemukannya kembali.
Gembiralah pada setiap penciptaan,
pemeliharaan dan bahkan pada kehancuran.
Karena tak pernah ada yang hilang,
tak pernah ada yang hancur.
Yang ada hanya pembebasan dari
keterikatan satu sama lain.”
(Saat Semesta Bicara, Wayan Mustika)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan bagi seluruh
pihak yang secara langsung maupun tidak langung
terlibat dalam pembuatan skripsi ini
dan
kupersembahkan juga kepada
orang-orang yang mengorbankan nyawa dan hidupnya
untuk terciptanya perdamaian di dunia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juni 2019
Penulis,
Priskila Dayu Eldiana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA
DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA
MAHASISWA
Priskila Dayu Eldiana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontak
antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain pada
mahasiswa. Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif
antara kontak antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain
pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian sebanyak 225 orang yang merupakan
mahasiswa, berusia 18-25 tahun, dan mengidentifikasikan diri dengan kelompok agama
atau kepercayaan tertentu. Instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan
skala kontak antarkelompok agama dan skala prasangka terhadap kelompok agama lain
yang disusun dengan model penskalaan Jenjang, Likert, dan Perbedaan Semantik.
Teknik analisis yang digunakan merupakan analisis korelasi Product Moment Pearson
dengan program SPSS 17.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
negatif yang rendah antara kontak antarkelompok agama dengan prasangka terhadap
kelompok agama lain pada mahasiswa (r = -0.372, p = 0.000).
Kata kunci : kontak antarkelompok agama, prasangka, mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE INTERRELIGIOUS
CONTACT AND INTERRELIGIOUS PREJUDICE IN UNIVERSITY
STUDENTS
Priskila Dayu Eldiana
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a relationship between intergroup
religious contacts and prejudice against other religious groups in university students.
The hypothesis proposed in this study is that there is a negative relationship between
contacts between religious groups and prejudice towards other religious groups in
university students. Subjects in the study were 225 people who were college students,
aged 18-25 years, and identified themselves with certain religious groups or beliefs.
The measurement instruments in this study used a scale of intergroup religious contacts
and prejudice scales against other religious groups compiled with a Level scaling
model, Likert scaling model, and Semantic Differential. The analysis technique used is
the Pearson Product Moment correlation analysis with the SPSS 17.0 program. The
results of this study indicate that there is a low negative correlation between contacts
between religious groups and prejudice towards other religious groups in university
students (r = -0.372, p = 0.000).
Keywords : interreligious contact, prejudice, university student
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Priskila Dayu Eldiana
NIM : 129114069
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya, yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA
DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA
MAHASISWA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolaya di internet atau di media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 26 Juni 2019
Yang menyatakan,
Priskila Dayu Eldiana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Sang Pencipta dan Sang Pemelihara kehidupan
yang selalu melimpahkan kasih-Nya dalam hidup penulis melalui segala hal yang terjadi
di hidup penulis khususnya selama proses pengerjaan skripsi ini, baik suka maupun
yang sering dianggap sebagai duka. Suka dan duka yang melengkapi satu sama lain
sehingga memampukan penulis untuk berproses menemukan makna dari perjalanan
hidup yang telah dijalani hingga saat ini.
Kasih Sang Pencipta dan Sang Pemelihara kehidupan salah satunya terwujud
dalam kehadiran orang-orang yang terkasih dalam hidup penulis yang mana ucapan
terima kasih pun tidak cukup untuk membalas kebaikan mereka. Orang-orang terkasih
tersebut di antaranya keluarga, teman-teman, dosen pembimbing skripsi, teman-teman
yang bersedia menjadi subjek penelitian, serta teman-teman yang bersedia membantu
penyelesaian penelitian ini dari hal yang paling sederhana hingga yang cukup menguras
pikiran dan tenaga.
Penulis menyadari ada banyak kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang dapat membuat skripsi
ini menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis................................................................................................. 10
2. Manfaat Praktis .................................................................................................. 11
BAB II ............................................................................................................................. 12
A. Kontak Antarkelompok ......................................................................................... 12
1. Pengertian Kontak Antarkelompok................................................................... 12
2. Aspek Kontak Antarkelompok ........................................................................ 14
3. Dampak Kontak Antarkelompok ...................................................................... 15
B. Prasangka ............................................................................................................... 16
1. Pengertian Prasangka ........................................................................................ 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Komponen Prasangka ....................................................................................... 18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka.................................................. 19
4. Dampak Prasangka............................................................................................ 24
C. Kategori Sosial Agama .......................................................................................... 26
D. Pluralisme .............................................................................................................. 28
E. Mahasiswa ............................................................................................................. 30
1. Pengertian Mahasiswa ..................................................................................... 30
2. Karakteristik dan Peran Mahasiswa................................................................. 30
F. Hubungan Antara Kontak Antarkelompok Agama Dengan Prasangka Terhadap
Kelompok Agama Lain.......................................................................................... 32
G. Hipotesis ................................................................................................................ 39
BAB III ........................................................................................................................... 40
A. Jenis Penelitian ...................................................................................................... 40
B. Variabel Penelitian................................................................................................. 40
1. Variabel Bebas .................................................................................................. 41
2. Variabel Tergantung ......................................................................................... 41
C. Definisi Operasional .............................................................................................. 41
1. Kontak Antarkelompok Agama ........................................................................ 41
2. Prasangka Terhadap Kelompok Agama Lain ................................................... 42
D. Subjek Penelitian ................................................................................................... 42
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 44
F. Validitas dan Reliabilitas ....................................................................................... 50
1. Validitas Skala .................................................................................................. 50
2. Reliabilitas Skala .............................................................................................. 50
G. Metode Analisis Data ............................................................................................ 51
1. Uji Asumsi ........................................................................................................ 52
2. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 53
BAB IV ........................................................................................................................... 55
A. Persiapan Penelitian ............................................................................................... 55
B. Proses Penelitian .................................................................................................... 55
C. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Uji Normalitas .................................................................................................. 56
2. Uji Linearitas .................................................................................................... 57
3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................ 58
4. Hasil Uji Tambahan .......................................................................................... 58
D. Pembahasan ........................................................................................................... 59
E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 65
BAB V ............................................................................................................................. 66
A. Kesimpulan ................................................................................................... 66
B. Saran .............................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 69
LAMPIRAN .................................................................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum Seleksi Aitem ................... 45 Tabel 2 Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum Seleksi Aitem ........................................ 46
Tabel 3 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Jenjang ............................................ 47
Tabel 4 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Likert ............................................... 48
Tabel 5 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Perbedaan Semantik ........................ 49
Tabel 6 Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem
......................................................................................................................................... 51
Tabel 7 Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem .................... 52
Tabel 8 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ....................................................................... 56
Tabel 9 Hasil Uji Statistik Non-Parametrik Kolmogorov Smirnov ............................... 57
Tabel 10 Ringkasan Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 57
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Kontak Antarkelompok
dengan Prasangka ........................................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Skema 1 Kaitan antar Variabel ....................................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian .......................................................................................... 84
Lampiran 2. Reliabilitas .................................................................................................. 92
Lampiran 3. Hasil Analisis Tambahan .......................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa, bhineki rakwa ring apan
kena parwanosen, mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, bhineka
tunggal ika tan hana dharmma mangrwa”.
Kutipan tersebut merupakan kutipan yang berasal dari kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular yang menjelaskan perbedaan antara Buddha dan Siwa.
Kutipan itu memiliki arti walaupun keduanya berbeda, namun pada hakikatnya
tetap sama, karena keduanya adalah kebenaran (Tunggal, 2017). Kitab Sutasoma
menggambarkan situasi sosial yang terjadi pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu
toleransi antara umat Hindu dan Buddha (Pertiwi, 2011). Bhinneka Tunggal Ika
kemudian digunakan sebagai semboyan bangsa Indonesia, yang memiliki arti
bahwa perbedaan merupakan hal yang bisa dipersatukan. Semboyan Bhinekka
Tunggal Ika menggambarkan Indonesia sebagai negara multikultur. Seperti yang
dikemukakan oleh Kusumohamidjojo (2000) bahwa Indonesia tersusun dari
banyak kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang beraneka ragam
(dalam Lestari, 2016).
Perbedaan ini dapat menjadi sebuah kekayaan, di mana individu bisa saling
belajar satu sama lain. Konsep mengenai perbedaan yang mendukung
antarkelompok untuk memahami satu sama lain yaitu pluralisme. Pluralisme lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
cenderung mengajarkan untuk menerima perbedaan anggota kelompok lain dan
menekankan pada keunikan dari kelompok tersebut (Kewuel, 2017). Pluralisme
menerima semua budaya dan agama dan mendorong semua budaya berpartisipasi
dalam masyarakat dengan caranya masing-masing (“From diversity to pluralism”,
tanpa tahun).
Di sisi lain, keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia bisa menjadi sebuah
ancaman dengan adanya konflik. Menurut Tsai-Wei (2010) konflik secara
horizontal atau vertikal merupakan sesuatu yang permanen terjadi di semua
masyarakat majemuk. Konflik-konflik horizontal yang sering terjadi di
masyarakat Indonesia merupakan konflik yang berkaitan dengan isu suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA). Survei yang dilakukan oleh Pew Research (2014)
menunjukkan bahwa kebencian agama dan etnis merupakan ancaman terbesar
yang dirasakan masyarakat Indonesia dibandingkan dengan ancaman-ancaman
lain, yakni sebesar 26 % dari 1000 orang yang disurvei.
Penelitian yang dilakukan oleh Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika
mengemukakan bahwa kasus kekerasan di Indonesia yang terjadi sejak masa
reformasi hingga akhir tahun kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono paling
banyak bersumber dari masalah agama (Fakhrana, 2014). Dari 2.393 kasus
kekerasan yang terjadi sebanyak 65 persen atau 1.554 kasus merupakan kasus
yang dilatarbelakangi isu agama. Kemudian, isu yang dilatarbelakangi perbedaan
etnis sebagai alasan terjadinya tindak kekerasan terbanyak kedua setelah isu
agama, yakni sebanyak 478 kasus atau 20 persen, dan sisanya merupakan
kekerasan terhadap perempuan. Hal serupa juga dikemukakan oleh SETARA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Institute (Gabrillin, 2016) yang mencatat 197 peristiwa pelanggaran kebebasan
beragama atau berkeyakinan dengan 263 bentuk tindakan selama tahun 2015.
SETARA Institute mencatat adanya peningkatan jumlah yang cukup berarti dari
tahun 2014. Pada tahun 2014, SETARA Institute mencatat 134 peristiwa dengan
177 tindakan. Wilayah dengan peristiwa tertinggi diduduki oleh Jawa Barat
dengan 44 peristiwa, Aceh 34 peristiwa, Jawa Timur 22 peristiwa, DKI Jakarta 22
peristiwa, dan Yogyakarta 10 peristiwa.
Isu agama menjadi isu yang tertinggi yang mudah menyulut tindakan
kekerasan di Indonesia bukanlah hal yang mengherankan karena agama memiliki
peran penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pew Research (2015)
menyebutkan bahwa 95% dari 1000 orang Indonesia yang menjadi subyek survei
menganggap agama sangat penting dalam kehidupan mereka. Sejak pertama kali
masuk ke Indonesia, agama besar dunia berakomodasi dan berakulturasi dengan
budaya bangsa Indonesia (Bauto, 2014) sehingga norma-norma dan nilai-nilai
agama berkaitan erat dengan budaya masyarakat Indonesia. Kehidupan dalam
masyarakat mulai dipengaruhi dan diatur oleh agama dan saat ini agama menjadi
salah satu identitas sosial masyarakat (Xie, 2013).
Geertz (1965) menyatakan bahwa sifat dasar agama sebagai sebuah sistem
simbol akan membentuk pandangan hidup penganutnya (dalam Mujani, 2007).
Pemaknaan seseorang terhadap agamanya disebut sebagai orientasi keagamaan.
Allport & Ross (1967) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis orientasi agama
yang dimiliki oleh seseorang, yaitu ekstrinsik dan instrinsik. Seseorang dengan
orientasi ekstrinsik menggunakan agama sebagai penunjang kebutuhan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
status, rasa aman atau harga diri. Barret et al., (2004) orientasi intrinsik
merupakan seseorang yang mampu menciptakan keselarasan antara keyakinan
agama dengan konteks lingkungannya (dalam Wibisono, 2012). Orientasi
keagamaan dapat mendorong seseorang memiliki kecenderungan untuk bersikap
inklusif dan menghormati keyakinan lain atau bersikap eksklusif dan radikal.
Kedua sikap tersebut dapat mempengaruhi seseorang berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari termasuk dalam interaksi dengan orang lain, baik dari
agama yang sama maupun berbeda (Aryani, 2012). Dengan demikian,
keberagaman agama di masyarakat Indonesia dapat membuat jurang pemisah
antar pemeluk agama akibat perbedaan cara pandang dan nilai-nilai semakin lebar.
Di tahun 2000 masyarakat Indonesia digemparkan dengan pemberitaan
seseorang yang bernama Lia Eden, yang mengaku sebagai utusan nabi dan
berakhir dengan dipenjara pada tahun 2006 dan 2009 karena dianggap menistakan
agama (“Begini perjalanan metamorfosa Lia Eden”, 2015). Masih di tahun 2000,
terdapat serangkaian serangan bom yang menargetkan gereja pada malam natal
(“Sejumlah bom meledak serentak di malam natal”, 2000). Penyerangan terhadap
tempat ibadah masih berlanjut, pada tahun 2015 terjadi pembakaran masjid di
Tolikara dan pembakaran vihara di Tanjung balai di tahun 2016 (“Amuk massa di
Tanjung Balai, vihara dan kelenteng dibakar”, 2016; Halidin, 2015). Pada tahun
2017 mantan gubernur DKI, yang sedang mengikuti bursa calon gubernur DKI,
dinyatakan bersalah atas tuduhan penistaan agama, di mana sebelum keputusan
hakim sah, ada gerakan massa yang cukup masif yang menuntut agar Basuki
Tjahaja Purnama divonis bersalah (Ayuningtyas, 2018). Pada tahun 2018 akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
banyaknya kasus terorisme yang menyeret kelompok wanita yang menggunakan
cadar, terjadi diskriminasi terhadap wanita yang menggunakan cadar di
masyarakat ("Kisah perempuan bercadar: Diteriaki maling, dilempar botol, hingga
ditawari pekerjaan", 2018). Kemudian pada tahun 2018 masyarakat kota Manado
menolak kehadiran ulama di kotanya (Gunadha, 2018). Semua hal ini bersumber
dari persepsi ancaman yang mengancam agama dan kepercayaan yang dilakukan
individu atau kelompok penganut agama dan kepercayaan lain, sehingga sosok
yang dinilai mengancam perlu diberi hukuman dengan cara dipenjara atau dijauhi.
Salah satu sikap negatif yang dapat ditimbulkan oleh persepsi ancaman yaitu
prasangka. Prasangka merupakan sebuah sikap tidak suka terhadap kelompok lain
yang muncul karena kesimpulan yang salah atau tidak fleksibel (Hafiz et al.,
2018). Prasangka merupakan hal normal yang akan dilakukan oleh siapapun.
Prasangka dapat ditujukan langsung terhadap sebuah kelompok sebagai
keseluruhan atau ditujukan terhadap seseorang karena keanggotaan kelompok
(Brown, 2005).
Prasangka memiliki pengaruh terhadap relasi antarkelompok. Prasangka dapat
menyebabkan munculnya sikap maupun perilaku permusuhan antarkelompok.
Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh prasangka adalah diskriminasi terhadap
kelompok lain. Prasangka merupakan komponen penting dalam konflik, yang
menjadi masalah dunia yang serius (Pettigrew, 2008). Intervensi untuk
mengurangi prasangka merupakan hal penting untuk dilakukan. Intervensi
tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tindakan-tindakan kolektif dan
keadilan sosial (Molina, Tropp, & Goode, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Allport (dalam Gaertner & Dovidio, 2005) menduga kontak antarkelompok
dapat mempengaruhi sikap antarkelompok ke arah yang lebih positif. Kontak
antarkelompok dapat mempengaruhi sikap terhadap out-group (anggota kelompok
lain) dengan mengurangi persepsi ancaman yang dirasakan masing-masing
anggota kelompok. Kontak antarkelompok dapat mengurangi tingkat persepsi
ancaman simbolik maupun realistik yang dirasakan anggota kelompok (Tausch,
Hewstone, Kenworthy, Cairns, & Christ, 2007). Kontak antarkelompok dapat
mengurangi persepsi ancaman kelompok dengan memperlemah perhatian tentang
akses terhadap sumber-sumber yang berharga dan perbedaan pada norma dan
nilai, sehingga mengurangi sikap-sikap negatif terhadap anggota kelompok lain
(McLaren 2003; Schlueter & Scheepers 2010; Stephan et al., 2002).
Kontak dalam bentuk pertemanan antarkelompok (Levin, van Laar, &
Sidanius, 2003; Paolini, Hewstone, Cairns, & Voci, 2004; Pettigrew, 1997) atau
kontak terstruktur di bawah kondisi optimal yang dikemukakan oleh Allport
(Pettigrew & Tropp, 2006) secara khusus lebih banyak mengurangi prasangka
antarkelompok. Kondisi optimal yang harus dipenuhi menurut Allport (dalam
Pettigrew & Tropp, 2008) adalah persamaan status antarkelompok, kerjasama
antarkelompok, adanya tujuan bersama yang ingin dicapai, dan dukungan dari
pihak otoritas. Akan tetapi, Pettigrew & Tropp (2008) menjelaskan bahwa kondisi
optimal tersebut bukan sesuatu yang esensial untuk mengurangi prasangka.
Pettigrew dan Tropp (2008) menyebutkan pertemanan antarkelompok merupakan
situasi yang paling memungkinkan terjadinya kondisi optimal yang dikemukakan
oleh Allport. Pertemanan dapat menyediakan kontak yang lebih luas dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berbagai konteks sosial dengan akses terhadap jaringan pertemanan
antarkelompok dan kesempatan-kesempatan untuk membuka diri. Pengurangan
prasangka berkaitan dengan pertemanan antarkelompok dapat digeneralisasikan
terhadap anggota kelompok lain yang tidak termasuk dalam situasi kontak
(Pettigrew, 1997; Van Laar et al., 2005).
Dalam lingkungan kampus, khususnya universitas yang memegang nilai
multikulturalisme, mahasiswa sudah tidak asing dengan mahasiswa lain yang
memiliki latar yang berbeda dari dirinya, termasuk latar belakang agama. Untuk
itu, kontak yang berupa pertemanan antarkelompok dengan mahasiswa lain yang
memiliki latar belakang berbeda dari dirinya merupakan hal yang tidak dapat
dihindari. Kontak antarkelompok yang terjadi di mahasiswa, berkaitan dengan
interaksi informal mahasiswa, yang merupakan salah satu jenis pengalaman
keberagaman di lingkungan perguruan tinggi (Gurin et al, 2004). Chickering dan
Reisser (1993) serta Erikson (1946, 1956) menyebutkan bahwa masa-masa di
perguruan tinggi merupakan masa penting bagi perkembangan identitas seorang
mahasiswa (dalam Laird, 2005). Tanpa pengalaman dengan keberagaman,
mahasiswa memiliki resiko untuk membuat komitmen dengan pikiran-pikiran,
kelompok-kelompok, atau karir tanpa mengeksplorasi berbagai pilihan-pilihan
lainnya. Pengalaman dengan keberagaman di masa perkuliahan menantang
mahasiswa untuk membentuk identitas mereka dari serangkaian pilihan-pilihan
yang beragam dan mendorong mereka untuk membuat komitmen-komitmen yang
lebih disadari terhadap identitas mereka dalam hal peran mereka dalam
masyarakat (Laird, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dari pengalaman keberagaman yang dialami oleh mahasiswa di lingkungan
kampus, mahasiswa memiliki peran penting untuk menjaga pluralisme
antarkelompok agama di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pandangan
bahwa tugas mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control.
Agent of change memiliki pengertian mahasiswa sebagai pemuda yang memiliki
potensi kepekaan dan kritis yang tinggi terhadap kehidupan sosial, sehingga dapat
membuat sebuah perubahan menuju ke arah yang lebih baik di masyarakat. Tidak
terkecuali mengenai isu-isu yang terkait dengan relasi antarkelompok agama.
Relasi antarkelompok merupakan hal penting di masyarakat Indonesia, yang
merupakan masyarakat majemuk, khususnya relasi antarkelompok agama. Agama
yang masih menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia, terkadang
memunculkan persepsi ancaman antarpemeluk agama. Tingginya persepsi
ancaman yang dirasakan oleh masing-masing anggota pemeluk agama dapat
menimbulkan sikap negatif terhadap out-group yang berupa prasangka. Prasangka
memiliki peran penting dalam menentukan relasi yang terjalin diantara kelompok
agama. Prasangka memiliki kemungkinan menimbulkan permusuhan dan konflik
antarkelompok agama. Penelitan Allport (1954) memaparkan salah satu intervensi
yang bisa dilakukan untuk mengurangi sikap negatif terhadap out-group yang
berupa prasangka adalah kontak antarkelompok (dalam Pettigrew, 1998).
Kontak antarkelompok berkaitan dengan informasi baru mengenai kelompok
agama lain. Informasi baru dapat membentuk sebuah pengetahuan mengenai
kelompok lain dan menyebabkan keakraban (familiarity) di antara anggota
kelompok berbeda. Pengetahuan dan keakraban (familiarity) dapat mengubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pandangan negatif seseorang mengenai kelompok agama lain yang sebelumnya
sudah diyakini seseorang, misalnya persepsi ancaman yang dirasakan seseorang
mengenai anggota kelompok agama lain. Berubahnya pandangan negatif yang
dimiliki oleh seseorang mengenai anggota kelompok lain berkaitan dengan
prasangka. Oleh karena itu, kontak antarkelompok agama memiliki keterkaitan
dengan prasangka antarkelompok agama.
Selama ini penelitian mengenai kontak antarkelompok dan prasangka
cenderung berfokus pada kelompok ras dan etnik (Hewstone, Cairns, Voci,
Hamberger, & Niens, 2006; Paolini, Hewstone, Cairns, & Voci, 2004). Di
Indonesia penyebab konflik tertinggi adalah perbedaan agama, sehingga penelitian
yang dibutuhkan untuk ikut berkontribusi mengatasi konflik berkaitan dengan
hubungan antarkelompok agama. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
memiliki ketertarikan untuk meneliti hubungan kontak antarkelompok agama
dengan prasangka pada mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah secara empiris kontak
antarkelompok agama memiliki hubungan negatif dengan prasangka terhadap
kelompok agama lain pada mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan negatif kontak
antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain pada
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memberi
sumbangan pada pengembangan ilmu psikologi sosial, khususnya dalam
bidang hubungan antarkelompok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
mahasiswa terkait kontak antarkelompok agama sebagai salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengurangi prasangka terhadap kelompok
agama lain, sehingga mahasiswa mau mencoba dan mempertahankan
kontak dengan teman yang berasal dari agama berbeda yang bertujuan
untuk menjadi pelopor toleransi antar umat beragama di lingkungan
kampus maupun di masyarakat.
b. Bagi Perancang Kurikulum Perguruan Tinggi / Pihak Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
perancang kurikulum perguruan tinggi dan pihak universitas terkait dengan
kontak antarkelompok sebagai sarana untuk mengurangi prasangka
terhadap kelompok agama lain, sehingga perancang kurikulum perguruan
tinggi dan pihak kampus dapat menyediakan kesempatan mahasiswa untuk
bertemu dan melakukan kontak dengan teman yang berasal dari agama
berbeda dalam kegiatan di universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Bagi Pembuat Kebijakan Publik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
pembuat kebijakan publik terkait dengan kontak antarkelompok, sehingga
dapat membuat kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan toleransi
antarkelompok umat beragama di Indonesia dengan mempertimbangkan
kontak antarkelompok agama.
d. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
LSM yang bergerak di bidang kerukunan umat beragama, sehingga
semakin banyak LSM yang memiliki program yang berfokus menjadikan
mahasiswa sebagai pelopor toleransi antarkelompok beragama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
Landasan Teori
A. Kontak Antarkelompok Agama
1. Pengertian Kontak Antarkelompok Agama
Kontak antarkelompok merupakan salah satu intervensi sosial yang
digunakan untuk mengurangi prasangka antarkelompok dan meningkatkan
hubungan antarkelompok (Dovidio & Kawakami, 2003; Nell, 2017). Kontak
antarkelompok merupakan interaksi langsung dan tatap muka (face-to-face)
yang dilakukan anggota-anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda
(Pettigrew & Tropp, 2013). Kontak antarkelompok memiliki definisi yang
sama dengan interaksi antarkelompok, yaitu interaksi sosial diantara anggota-
anggota dari kelompok yang berbeda. Akan tetapi, interaksi antarkelompok
biasanya ditemukan untuk memperburuk bias antarkelompok, mempertinggi
stress, kecemasan, dan group avoidance. Sementara itu, kontak
antarkelompok dapat mengurangi bias antarkelompok, diprediksi dapat
menurunkan intergroup anxiety dan mengurangi prasangka (MacInnis &
Page-Gould, 2015).
Interaksi antarkelompok merupakan bagian dari kontak antarkelompok.
Orang yang memiliki kontak antarkelompok berapapun tingkatnya (dari mulai
tidak pernah melakukan kontak sama sekali hingga yang melakukan kontak
setiap hari) dapat terlibat dalam sebuah interaksi antarkelompok, tetapi tidak
semua orang yang melakukan interaksi antarkelompok dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memiliki kontak antarkelompok. Blascovich et al. (2001) dan Page-Gould et al.
(2008) menyebutkan setelah melewati jumlah kritis tertentu dari interaksi
antarkelompok yang baik yang disebut ambang kontak, maka interaksi antar
kelompok berikutnya cenderung positif dan Paolini (2006) menyebutkan lebih
banyak interaksi antarkelompok yang positif meningkatkan sikap
antarkelompok (dalam MacInnis & Page-Gould, 2015). Dengan kata lain,
terdapat “harga” yang harus dibayar dalam jangka pendek terhadap interaksi
antarkelompok (misalnya meningkatnya kecemasan) tetapi terdapat
keuntungan antarkelompok dalam jangka panjang (misalnya menurunnya
prasangka) (MacInnis & Page-Gould, 2015).
Teori yang terkenal yang berkaitan dengan kontak antarkelompok
adalah hipotesis kontak dikemukakan oleh Gordon Allport. Asumsi yang
mendasari hipotesis kontak yaitu jika anggota-anggota dari kelompok yang
berbeda dan sering tersegregasikan berkumpul bersama, maka hubungan
positif antarkelompok akan meningkat (Pettigrew & Tropp, 2008). Palluck
(2006) menyebutkan bahwa pemikiran asli dari hipotesis kontak adalah untuk
menyediakan kondisi optimal sehingga individu-individu dapat belajar
mengenai satu sama lain dan menargetkan pengetahuan yang faktual dari
kelompok lain sebagai salah satu cara untuk mengurangi bias. Chavous
(2005) juga menyatakan bahwa hipotesis kontak merupakan kontak yang
dilakukan kelompok-kelompok yang berbeda dapat memiliki efek positif
pada perilaku-perilaku terhadap satu sama lain (Zagefka, 2015), khususnya
jika memenuhi kondisi yang disyaratkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Allport (1954) menyebutkan kondisi-kondisi optimal yang disyaratkan
yaitu pergaulan yang bermakna diantara anggota dari kelompok-kelompok
yang berbeda, kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai dan
mempertahankan tujuan-tujuan bersama, persamaan tingkat status sosial di
masyarakat, dukungan institusi terhadap interaksi positif antarkelompok
(dalam Chavous, 2005), dan Pettigrew (1998) menambahkan satu kondisi
yaitu kesempatan untuk mengembangkan ikatan-ikatan yang dekat secara
afektif, misalnya pertemanan antarkelompok.
Jadi kontak antarkelompok agama merupakan interaksi-interaksi yang
dilakukan oleh anggota-anggota antarkelompok agama berbeda. Kontak
antarkelompok agama bertujuan untuk mengurangi bias antarkelompok
agama sehingga dapat meningkatkan hubungan antarkelompok agama yang
membutuhkan beberapa kondisi mendukung, seperti pergaulan yang
bermakna diantara anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda,
kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai dan mempertahankan
tujuan-tujuan bersama, persamaan status sosial di masyarakat, dukungan
institusi terhadap interaksi positif antarkelompok, dan adanya kesempatan
untuk mengembangkan ikatan-ikatan yang dekat secara afektif.
2. Aspek Kontak Antarkelompok
MacInnis dan Page-Gould (2015) menggunakan istilah kontak
antarkelompok untuk mendeskripsikan perbedaan seorang individu dengan
individu lainnya dalam sebuah kualitas dan kuantitas dari interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
antarkelompok. Hal senada diungkapkan oleh Pettigrew dan Tropp (2013)
serta Johnston dan Glasford (2017) yang menyatakan bahwa kontak
antarkelompok dapat dilihat melalui kuantitas dan kualitas kontak. Kuantitas
berkaitan dengan jumlah orang yang terlibat dalam kontak dan jumlah
frekuensi pertemuan langsung antarkelompok yang dilakukan seseorang
(Islam & Hewstone, 1993; Tausch, Tam, Hewstone, Kenworthy, Cairns,
2007). Frekuensi merupakan seberapa banyak kontak yang dilakukan dengan
out-group (Johnston & Glasford, 2017). Sementara itu, kualitas kontak
mencerminkan sejauh mana pertemuan langsung antarkelompok baik yang
dialami secara positif atau negatif (Islam & Hewstone, 1993). Kualitas kontak
juga meliputi suasana sosial yang melingkupi kontak. Kualitas kontak
merupakan valensi keseluruhan semua pengalaman. Hewstone dan Islam
(1993) menyebutkan terdapat empat hal untuk mendeskripsikan kualitas
kontak, yaitu perasaan memiliki kesamaan status dengan kelompok lain
dalam melakukan kontak, kesukarelaan dalam melakukan kontak,
kedalaman kontak, kontak yang dirasakan menyenangkan atau tidak,
dan kontak yang dirasakan sebagai kerjasama atau kompetisi.
3. Dampak Kontak Antarkelompok
Pettigrew (1998) menjelaskan bahwa kontak antarkelompok dapat
mempengaruhi sikap terhadap out-group. Melalui kontak, seseorang dapat
mempelajari informasi baru tentang out-group dan informasi baru ini dapat
merubah informasi negatif yang sebelumnya ada tentang out-group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Perubahan ini, selanjutnya, diikuti oleh perubahan sikap terhadap out-group.
Kedua, seringnya terjadi kontak dengan anggota out-group, secara ideal
dengan adanya kondisi yang difasilitasi, dapat memodifikasi perilaku melalui
meningkatnya keakraban (familiarity) dengan anggota dari out-group.
Modifikasi perilaku ini akan menghasilkan perubahan sikap positif. Ketiga,
kontak, khususnya kontak positif, mengurangi afek negatif dan menyediakan
banyak kesempatan untuk mengembangkan ikatan afektif seperti pertemanan.
Dalam jangka panjang, ikatan afektif menghasilkan emosi-emosi positif di
mana perubahan sikap dan perilaku terhadap out-group. Akhirnya, melalui
kontak seseorang belajar tentang adanya sudut pandang alternatif dan cara
pandang dari out-group di mana mungkin bisa berbeda dari seseorang yang
dihargai oleh in-group. Ini mendorong untuk menilai kembali cara hidup in-
group dan perspektif bersama, ini merupakan sebuah proses di mana
Pettigrew (1998) menyebutnya sebagai deprovincialization.
B. Prasangka
1. Pengertian Prasangka
Penelitian mengenai hubungan antarkelompok di dalam psikologi sosial
meliputi streotipe, prasangka, dan diskriminasi. Prasangka telah menjadi
pusat dalam penelitian yang berkaitan dengan hubungan antarkelompok
(Jones, 1997). Menurut Brown (2005) prasangka didefinisikan sebagai sikap,
emosi, atau perilaku apapun yang ditujukan kepada anggota kelompok, yang
secara langsung atau tidak langsung mengimplikasikan beberapa hal negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
atau antipati terhadap kelompok itu. Akan tetapi, para peneliti cenderung
mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap negatif (Myers, 2012).
Duckitt (2003) mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap negatif
antarkelompok yang melibatkan kategorisasi sosial, struktur dan dimensi dari
sikap negatif antarkelompok. Sedangkan menurut Allport, prasangka terdiri
dari pemikiran-pemikiran negatif tentang anggota kelompok lain tanpa bukti
yang cukup (dalam Pettigrew, 2008). Prasangka juga diartikan sebagai sikap
bermusuhan atau sikap negatif terhadap kelompok yang dapat dibedakan
berdasarkan generalisasi yang berasal dari kesalahan atau ketidaklengkapan
informasi (Aronson, 2012).
Prasangka merupakan bias yang merendahkan orang karena
keanggotaan dari sebuah kelompok sosial yang dirasakan (Abrams, 2010).
Prasangka muncul ketika bias memiliki potensi bahaya dan memiliki dampak
karena prasangka mengurangi kedudukan atau nilai yang melekat pada
seseorang melalui keanggotaan kelompok mereka. Seseorang yang
berprasangka mungkin tidak menyukai orang yang berbeda dari dirinya dan
bersikap diskriminatif, percaya mereka bebal dan berbahaya (Myers &
Twenge, 2016). Penilaian negatif yang menandai prasangka biasanya
didukung oleh kepercayaan negatif, yang disebut stereotip.
Jadi prasangka merupakan sebuah sikap yang biasanya bersifat negatif
ditujukan bagi anggota kelompok lain didasari atas keanggotaan pada sebuah
kelompok tertentu berasal dari generalisasi yang berasal dari kesalahan dan
ketidaklengkapan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Komponen Prasangka
Menurut Allport (1954) prasangka merupakan sebuah sikap keengganan
(aversion) dan permusuhan terhadap anggota sebuah kelompok karena
keanggotaannya dan oleh karena itu diduga memiliki kualitas yang pantas
dianggap berasal dari kelompok (dalam Zanden, 1989). Seperti sikap pada
umumnya, prasangka terdiri dari beberapa komponen (Kleg, 1993; Hafiz et
al., 2018), yaitu:
a. Komponen kognitif, yaitu gambaran mental yang kita miliki mengenai
orang lain. Komponen ini merupakan cara kita merasakan sebuah objek,
kejadian, atau situasi pemikiran (pikiran, keyakinan, dan gagasan)
mengenai sesuatu. Bentuk paling sederhana dari elemen kognitif adalah
kategori yang kita gunakan dalam berpikir. Ketika manusia merupakan
sebuah objek dari sikap, komponen kognitif biasnya sebuah stereotip,
yaitu gambaran mental yang kita miliki dari orang-orang tertentu.
Lippman (1922) menjelaskan tujuan dari memberikan stereotip adalah
untuk mengkonstruksi dunia yang beragam menjadi sebuah model yang
sederhana sebelum kita dapat mengaturnya (dalam Zanden, 1989).
Walaupun stereotip tepat, tetapi tidak selalu akurat. Stereotip merupakan
hal yang tidak ilmiah, sebab itu generalisasi yang kita buat tentang orang
lain, sebagai individu atau kelompok, tidak dapat dipercaya.
b. Komponen afektif, yaitu perasaan atau emosi yang ditimbulkan oleh
orang lain. terdiri dari perasaan atau emosi bahwa objek, peristiwa, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
situasi yang sebenarnya atau representasi simbolisnya muncul dalam diri
seseorang. Takut, simpatik, kasihan, benci, marah, iri, cinta, dan jijik
merupakan emosi yang dibangkitkan oleh individu atau kelompok
tertentu. Walaupun level emosional berbeda dari kognitif, keduanya
mungkin muncul bersamaan (Zanden, 1989).
c. Komponen perilaku, yaitu kecenderungan atau predisposisi untuk
bertindak dengan cara tertentu terhadap orang tertentu (Kramer, 1949;
Mann, 1959). Komponen perilaku dari prasangka merupakan
kecenderungan atau disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu
dengan mengacu pada beberapa objek, kejadian, atau situasi. Penekanan
dari komponen perilaku jatuh pada kecederungan untuk bertindak, bukan
pada tindakan itu sendiri. Beberapa orang mungkin lebih suka untuk
memberi batasan untuk kelompoknya, dan hal tersebut dapat mengarah
ke perilaku diskriminasi. Hanya karena orang ingin bertindak dengan
cara-cara tertentu tidak selalu berarti bahwa mereka sebenarnya bertindak
dengan cara-cara ini, mereka mungkin gagal menerjemahkan
kecenderungan mereka ke dalam tindakan nyata (Zanden, 1989).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka
Myers & Twenge (2016) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi munculnya prasangka. Faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya prasangka, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Faktor sosial atau faktor yang berkaitan dengan hubungan dan interaksi
dengan orang lain. Prasangka dapat bersumber dari status yang tidak
setara dan dari sumber sosial yang lain, termasuk nilai-nilai dan sikap-
sikap yang kita dapatkan. Castelli et al., (2007) menjelaskan bahwa
pengaruh dari sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga yang muncul
pada prasangka yang dimiliki anak-anak, biasanya mencerminkan
persepsi dari orangtua mereka (dalam Myers & Twenge, 2016).
Keluarga dan budaya kita membawa semua jenis informasi mulai dari
pemilihan pasangan hingga kepada siapa kita dapat percaya dan kita
sukai. Prasangka juga berkaitan dengan kepribadian otoriter. Orang
yang memiliki kepribadian otoriter cenderung lebih mudah memiliki
prasangka terhadap kelompok lain, terutama kelompok yang statusnya
dianggap lebih rendah. Apabila prasangka diterima secara sosial,
banyak orang akan mempertahankan prasangka itu agar diterima oleh
masyarakat, sehingga konformitas juga menjadi salah satu faktor
pembentuk prasangka. Orang yang otoriter cenderung tunduk terhadap
mereka yang memiliki kuasa atas mereka dan agresif atau bersikap
menghukum terhadap orang-orang yang dianggap memiliki status yang
lebih rendah dari mereka (Altemeyer, 1988; Altemeyer & Hunsberger,
1992).
b. Faktor motivasional atau faktor yang berkaitan dengan dorongan untuk
mempertahankan keberadaan diri. Kompetisi merupakan sumber
penting dari frustasi yang dapat memicu prasangka. Ketika dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kelompok berkompetisi untuk memperebutkan pekerjaan, lahan
perumahan, atau prestise sosial, tercapainya tujuan salah satu kelompok
dapat mengakibatkan frustasi bagi kelompok lainnya. Realistic group
conflict theory menjelaskan bahwa prasangka meningkat ketika
kelompok saling berkompetisi untuk memperebutkan sumber langka
atau terbatas (Maddux et al., 2008; Pereira et al., 2010; Sassenberg et
al., 2007). Selanjutnya, kita menyesuaikan diri terhadap norma
kelompok yang diakibatkan oleh identifikasi sosial. Crocker dan
Luhtanen (1990) dan Hinkle et al., (1992) menjelaskan semakin penting
identitas sosial bagi seseorang dan semakin merasa terikat dengan
sebuah kelompok, maka seseorang semakin bereaksi dalam bentuk
prasangka terhadap ancaman dari kelompok lain (dalam Myers &
Twenge, 2016). Teori manajemen teror menjelaskan bahwa seseorang
melindungi diri mereka dari ancaman kematian dengan merendahkan
pihak lain yang mengancam cara pandang mereka yang menyebabkan
kecemasan. Prasangka membantu memperkuat sistem kepercayaan
yang terancam, ketika seseorang sudah merasa rentan tentang kematian
mereka. Pemikiran tentang kematian dapat meningkatkan perasaan
kebersamaan, seperti identifikasi in-group, kebersamaan, dan altruisme
(McGregor et al., 2001; Sani et al., 2009).
c. Faktor kognitif atau faktor yang berkaitan dengan cara berpikir.
Prasangka juga merupakan hasil dari proses berpikir yang normal.
Stereotip cenderung lebih dibentuk oleh pikiran daripada perasan benci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Seperti ilusi persepsi, yang merupakan hasil sampingan dari
kemampuan kita untuk menafsirkan dunia, stereotip dapat menjadi hasil
sampingan dari bagaimana kita menyederhanakan dunia kita yang
kompleks. Salah satu cara kita untuk menyederhanakan lingkungan kita
adalah dengan mengategorikan, yaitu untuk mengorganisasikan dunia
dengan membuat kluster objek ke dalam sebuah kelompok (Macrae &
Bodenhausen, 2000, 2001). Kategorisasi bukanlah prasangka, tetapi
merupakan dasar bagi prasangka. Ada sebuah kecenderungan yang kuat
untuk melihat obyek dalam sebuah kelompok lebih beragam dari yang
sebenarnya. Kita menempatkan orang pada kelompok, kemudian
cenderung melebih-lebihkan kesamaan dalam kelompok dan perbedaan
di antara mereka (Taylor, 1981; Wilder & Allen, 1978). Kita
mengasumsikan bahwa kelompok lain lebih homogen daripada
kelompok kita. Pemisahan ke dalam kelompok dapat menciptakan
sebuah out-group homogenity effect, yaitu sebuah perasaan bahwa
“mereka” semua serupa dan berbeda dari “kami” dan kelompok kita
(Ostrom & Sedikides, 1992). Pada umumnya kita menyukai orang yang
dirasa memiliki persamaan dengan kita dan tidak menyukai orang yang
dirasa berbeda, dan hasilnya adalah bias in-group (Byrne & Wong,
1962; Rokeach & Mezei, 1966; Stein et al., 1965).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, Edwards, Marangio, Blaher-
Lucas, Moore, Ganino-Day (2014) menyatakan ada beberapa faktor yang
dapat mengurangi prasangka. Faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Pendidikan
Terbentuknya prasangka dapat dihambat melalui program pendidikan di
sekolah di mana anak-anak diajarkan mengenai toleransi, konsekuensi
dari prasangka, dan apa yang disebut sebagai diskriminasi.
b. Kontak Antarkelompok
Prasangka dapat dikurangi melalui kontak langsung antara sekelompok
orang yang memiliki sikap berprasangka satu sama lain. Akan tetapi,
terdapat faktor lain yang juga penting; yaitu kontak yang berkelanjutan,
interaksi kontak yang bersifat interpersonal, saling bergantung (mutual
interdependence), dimana kelompok terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kooperatif persamaan status antarkelompok norma sosial yang
mendukung pengurangan prasangka.
c. Intervensi kognitif
Prasangka dapat diatasi dengan mengurangi stereotip melalui kognisi.
Sebagai contoh, membuat informasi tersedia bagi seseorang
mengurangi stereotipe dengan meminimalkan informasi yang tidak
relevan mengenai kelompok lain. Hal itu merupakan hal yang penting
untuk memastikan bahwa informasi tersebut diperhatikan, dan untuk
menyediakan waktu yang cukup bagi seseorang untuk memproses
informasi yang bertolakbelakang dengan sterotipe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
d. Superordinate goals
Bekerja untuk sebuah tujuan yang sama dapat memfasilitasi
pengetahuan dan pemahaman antarkelompok. Akan tetapi, tujuan itu
harus dibagikan ke semua anggota kelompok dan hal itu membutuhkan
kontribusi dari kedua kelompok.
e. Pengalaman langsung
Mengalami langsung budaya atau gaya hidup lain dapat membantu
mengurangi prasangka. Pengalaman langsung terdiri dari belajar bahasa
lain, belajar mengenai budaya lain dan ikut berpartisipasi budaya lain.
Pengalaman langsung dapat menghasilkan pengetahuan dan
pemahaman yang lebih baik, dan dapat mengurangi ketidakpedulian.
4. Dampak Prasangka
Prasangka merupakan sikap yang kekal dan tidak dapat dihindari.
Prasangka juga melibatkan penilaian yang terbentuk sebelumnya, sehingga
prasangka mengarahkan perhatian dan ingatan kita. Setelah kita menilai
objek sebagai kepemilikan sebuah kategori atau kelompok, ingatan kita
mengenai hal itu kemudian kita akan mengasosiasikan atribut tersebut
dengan kategori atau kelompok itu (Myers & Twenge, 2018).
Prasangka juga menyebabkan subtyping dan subgrouping. Subtyping
yaitu melihat seseorang yang menjadi target prasangka namun tidak sesuai
dengan prasangka sebagai pengecualian. Sementara subgrouping yaitu
membentuk sebuah cabang stereotip, yang cenderung mengarah ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
perubahan sederhana dalam stereotip ketika stereotip menjadi lebih berbeda
(Richards & Hewstone, 2001). Sebuah cara yang berbeda untuk
mengakomodasi informasi yang tidak konsisten adalah dengan membentuk
sebuah stereotip baru bagi yang tidak cocok dengan stereotip yang lama.
Subtype adalah pengecualian terhadap kelompok, sedangkan subgroup
diakui sebagai bagian dari keseluruhan kelompok yang beragam (Myers &
Twenge, 2018).
Sikap yang bersamaan dengan hierarki sosial tidak hanya sebagai
sebuah rasionalisasi untuk itu tetapi juga menyebabkan diskriminasi bagi
korbannya. Allport menyebutkan 15 kemungkinan dampak dari
victimization. Reaksi dapat dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu
menyalahkan diri sendiri, terdiri dari penarikan diri, membenci diri sendiri,
agresi terhadap kelompok seseorang, dan menyalahkan penyebab eksternal,
terdiri dari menyerang balik, kecurigaan, meningkatkan harga diri kelompok
(dalam Myers & Twenge, 2018). Allport (1958) mengatakan bahwa reputasi
seseorang tidak dapat dilekatkan tanpa melakukan sesuatu terhadap karakter
seseorang. Jika victimization memakan korban, misalnya meningkatkan
kasus kriminal, orang-orang akan menggunakan hasilnya sebagai
pembenaran diskriminasi (dalam Myers & Twenge, 2018).
Prasangka juga dapat menyebabkan fenomena ancaman stereotip, yaitu
sebuah ketakutan bahwa perilaku seseorang sebagai anggota sebuah
kelompok, akan membenarkan (self-confirming) stereotip negatif yang
sudah melekat pada kelompoknya (Steele, 2010; Steele et al., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ancaman dalam menghadapi sebuah stereotip negatif dapat menurunkan
kinerja dan disidentifikasi atau merasa identitas sebagai anggota kelompok
mengancam diri seseorang (Myers & Twenge, 2018).
C. Kategori Sosial Agama
Teori kategorisasi sosial menyatakan bahwa individu memiliki
kecenderungan untuk mengelompokkan diri dengan orang lain berdasarkan
kategori-kategori tertentu (Hafiz et al., 2018). Bodenhausen, Kang, dan Peery
(2012) menyebutkan bahwa fungsi dari kategorisasi sosial adalah
mengorganisasikan dan menstrukturkan pengetahuan individu mengenai
dunia (dalam Hafiz et al., 2018). Kategorisasi membuat individu
mendapatkan pengetahuan dasar tentang objek sosial yang dihadapi, cara
bersikap berperilaku pada saat tertentu, serta memprediksi perilaku objek
sosial di masa yang akan datang. Pengkategorian diri ini selanjutnya akan
meningkatkan persepsi bahwa lingkungan sosial seseorang terdiri dari suatu
in-group, yaitu kelompok di mana individu menjadi anggotanya dan berbagai
out-group, yaitu kelompok di mana individu bukan sebagai anggotanya
(Turner et al., 1987; Turner et al., 1994). Kategorisasi sosial dapat didasarkan
atas berbagai macam atribut, misalnya suku, ras, agama, pekerjaan, usia, jenis
kelamin.
Kategorisasi sosial merupakan dasar terbentuknya identitas sosial.
Identitas sosial merupakan cara anggota kelompok membentuk konsep diri
seseorang, dan bagaimana sense of self diperluas sebagai sebuah konsekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dari identifikasi dengan individu lainnya dan kelompok secara keseluruhan
(Brewer & Hewstone, 2004). Saat seseorang tergabung dalam sebuah
kelompok tertentu dan merasa bahwa keanggotaan tersebut penting bagi
konsep dirinya, maka seseorang akan berusaha menjaga kelompok tersebut
dinilai positif agar konsep dirinya juga positif. Hal tersebut dinamakan in-
group bias.
Bias merupakan pemikiran dan perilaku yang tidak netral. Tajfel dan
Wilkes (1963) menjelaskan bahwa individu cenderung melihat banyak
perbedaan daripada kesamaan antara dirinya dengan anggota kelompok lain
(dalam Hafiz et al., 2018). Selanjutnya, individu memperkuat penilaian
positif mengenai kelompok sendiri sehingga mengukuhkan identitas sosial
(Tajfel & Turner, 1979), atau menilai kesalahan kelompok sendiri lebih
sedikit daripada kelompok lain atau sebaliknya (Taylor, Fiske, Etcoff, dan
Ruderman, 1978).
Agama merupakan salah satu atribut kategori sosial yang sangat
berpengaruh. Agama didefinisikan sebagai kegiatan dan sebuah cara hidup.
Dykstra (1986) menjelaskan bahwa agama merupakan pembentukan emosi
yang unik, penciptaan kebiasaan, praktik, atau kebajikan yang khas,
pembentukan tujuan, keinginan, hasrat, dan komitmen yang khas, serta
keyakinan dan cara berpikir yang khas, bersama dengan sebuah cara hidup
bersama yang unik dan sebuah bahasa untuk mendiskusikan "apa yang
mereka lakukan dan mengapa". Agama tidak hanya berkaitan dengan hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
transenden yang melampaui apa yang tak terlihat tetapi juga berkaitan dengan
kehidupan jasmani, pengalaman sehari-hari, dan praktik kita.
Jadi kategorisasi sosial agama merupakan pengelompokkan individu
yang terbentuk dari sekumpulan individu yang mengkategorikan diri mereka
berdasarkan kesamaan cara hidup yang sama dalam memahami hal yang
bersifat transeden yang diterapkan dalam praktik dan pengalaman sehari-hari.
Pengkategorian diri tersebut menciptakan konsep in-group dan out-group
bagi setiap anggota kelompok.
D. Pluralisme
Bagi masyarakat majemuk konsep mengenai multikulturalisme dan
pluralisme merupakan suatu konsep yang tidak asing. Multikulturalisme dan
pluralisme merupakan konsep yang mengingatkan kepada keberagaman
sebagai kenyataan yang ada disekitar kita (Kewuel, 2017). Akan tetapi,
keduanya memiliki konsep yang berbeda mengenai keberagaman.
Multikulturalisme menekankan pada penerimaan kelompok yang memiliki
budaya dan susunan yang berbeda tanpa harus menyetujui budaya kelompok
lain dan menganggap kelompok lain tidak sebaik kelompoknya (Lubis, 2006).
Sementara itu, pluralisme merupakan kesediaan untuk menerima secara
terbuka etnis dan budaya lain dan menganggap budaya lain itu sama baiknya
dengan budayanya. Pluralisme yang terkait dengan budaya merupakan
kesediaan dan keterbukaan semua pihak terhadap keragaman budaya dan
mengusahakan supaya setiap etnis dan budaya bisa mengembangkan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau banyak dan
isme yang berarti paham atau aliran. Kamus Merriam-Webster (Pluralism,
n.d) mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah keadaan masyarakat di mana
anggota kelompok etnis, ras, agama, atau kelompok sosial yang beragam
memelihara dan mengembangkan budaya tradisional atau minat khusus
mereka dalam batas-batas kebudayaan bersama. Menurut Alwi Shihab,
pluralisme berbeda dari kosmopolitanisme, yang hanya hidup berdampingan,
namun tidak ada keakraban yang terjalin di antara kelompok (dalam Talib,
2014). Pluralisme berbeda pula dengan relativisme yang tidak mengakui
kebenaran universal. Pluralisme juga berbeda dari sinkretisme yang
menciptakan sebuah agama baru dari penggabungan komponen-komponen
ajaran dari beberapa agama yang sudah ada (Talib, 2014).
Pluralisme merupakan salah satu konsep keberagaman yang
menekankan pemahaman perbedaan satu kelompok dengan yang lainnya.
Pluralisme tidak hanya fokus dengan toleransi tetapi juga melibatkan usaha
aktif untuk memahami perbedaan, sehingga dapat menjaga dan mewujudkan
kehidupan berbangsa ke arah manusia yang bermartabat. (Eck, 2006; Talib,
2014). Pluralisme digunakan untuk merawat keberagaman dengan mengubah
pemisahan menjadi sebuah cara positif bagi orang-orang yang berbeda untuk
berhubungan satu sama lain (Spickard, 2017). Pluralisme menekankan kita
untuk menerima perbedaan kelompok lain sebagaimana perbedaan itu ada
(Kewuel, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
E. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa didefinisikan dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun
1990 merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan
tinggi tertentu. Perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas. Mahasiswa memiliki rentang usia 18 tahun
sampai 25 tahun (Hulukati & Djibran, 2018). Jadi mahasiswa merupakan
seseorang yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi memiliki rentang
usia 18 tahun sampai 25 tahun.
2. Karakteristik dan Peran Mahasiswa
Menurut psikologi perkembangan, usia mahasiswa termasuk dalam
kategori remaja akhir dan dewasa awal. Masa remaja dimulai dari usia 13
tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa remaja terbagi menjadi dua
kategori, yaitu masa remaja awal yang memiliki rentang usia 13-17 tahun dan
masa remaja akhir dengan rentang usia 17-21 tahun (Soesilowindradini,
1996). Setelah melewati masa remaja, seseorang akan memasuki masa
dewasa. Masa dewasa merupakan masa terpanjang di antara kategori masa
kehidupan manusia. Masa dewasa terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase dewasa
awal dengan rentang usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa pertengahan
dengan rentang usia 41 tahun – 65 tahun, dan dewasa akhir dengan usia diatas
66 tahun (Hewston, Fincham, & Foster, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Larson et al., (2002) menyebutkan remaja memiliki tugas pokok yaitu
mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa (dalam Santrock, 2007),
sehingga masa remaja adalah salah satu periode yang cukup penting.
Hoffman (1980) mengembangkan teori disekuilibrium kognitif yang
menyatakan bahwa masa remaja adalah sebuah periode penting bagi
perkembangan moral (dalam Santrock, 2007). Perkembangan moral
merupakan hal yang penting ketika seseorang mulai memasuki lingkungan
yang lebih heterogen dari yang sebelumnya homogen, seperti di sekolah
menengah atas dan kampus. Di lingkungan yang heterogen, individu
dihadapkan pada berbagai konsep-konsep moral yang berbeda dari konsep
yang diterima dan dialami sebelumnya. Di masa ini remaja mulai menemukan
berbagai keyakinan lain yang membuat mereka mengerti bahwa keyakinan
mereka bukanlah satu-satunya keyakinan yang ada. Sementara itu, Erikson
(1946, 1956) menyatakan dewasa awal merupakan masa kritis di mana
seseorang membentuk identitas sosial dan personalnya (dalam Bowman &
Brandenberger, 2012). Di masa setelah mengalami masa kanak-kanak dan
remaja, seorang individu akan mengalami masa di mana ia telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk
berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya
(Jahja, 2017), sehingga seseorang akan semakin banyak menemui orang lain
yang berbeda dari dirinya, yang tentunya memiliki nilai yang berbeda dari
dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dinilai cenderung memiliki sifat
yang melekat pada setiap individunya, yaitu tingkat intelektualitas yang
tinggi, dapat berpikir kritis, serta bertindak dengan cepat dan tepat (dalam
Hulukati & Djibran, 2018). Penilaian ini membuat mahasiswa diharapkan
dapat menjadi agen perubahan (agent of change) di masyarakat, yang
memiliki arti mahasiswa diharapkan mampu mencetuskan sebuah perubahan
di masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga memiliki peran sebagai cadangan
masa depan (iron stock) sebuah bangsa (Kusumah, 2007). Hal tersebut berarti
mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan, sehingga baik
atau buruknya sebuah bangsa tergantung pada baik-buruknya pemuda dan
mahasiswa.
F. Hubungan Kontak Antarkelompok Agama dengan Prasangka
Terhadap Kelompok Agama Lain Pada Mahasiswa
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari berbagai kelompok agama. Hubungan antar anggota kelompok agama
tidak selalu harmonis. Konflik masih membayangi interaksi-interaksi yang
terjadi di antara anggota kelompok. Konflik dapat disebabkan dan dapat
menyebabkan prasangka.
Allport (1954) menyebutkan bahwa kontak antarkelompok merupakan
salah satu cara untuk mengurangi prasangka, yang merupakan salah satu
bentuk sikap negatif terhadap out-group (dalam Pettigrew, 2008). Christ et
al., (2014) memaparkan bahwa kontak memiliki peran penting dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengurangi prasangka yang artinya dapat meningkatkan hubungan
antarkelompok karena dapat mempengaruhi orang banyak secara serempak.
Kontak mengurangi prasangka tidak hanya di tingkat mikro atau melalui
pengalaman kontak seseorang secara langsung dengan anggota kelompok
lain. Kontak juga mengurangi prasangka pada tingkat makro, yaitu di mana
seseorang dipengaruhi oleh perilaku orang lain di lingkungan sosialnya
(Christ et al., 2014).
Uslaner (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang yang berbeda dari diri kita, semakin kita memiliki
sikap positif terhadap mereka. Seseorang yang memiliki kontak dengan
anggota out-group akan memiliki informasi baru mengenai out-group.
Allport memaparkan bahwa interaksi intensif dengan out-group secara
personal dapat membantu untuk lebih mengenal anggota out-group tidak
hanya berdasar dari stereotip yang ada di masyarakat (dalam Dahesihsari,
Kartikawangi, Ajisuksmo, Sihotang, & Murniati, 2015). Dengan
bertambahnya keakraban (familiarity) dengan out-group maka akan
mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group. Kontak
antarkelompok yang lebih didasarkan pada hubungan jangka panjang, seperti
persahabatan antarkelompok dihubungkan dengan rendahnya tingkat
kecemasan antarkelompok, kemudian akan menyebabkan lebih banyak sikap
positif yang kuat terhadap out-group (Paolini et al., 2004;Vonofakou et al.,
2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sebagai mahasiswa, pengalaman dengan keberagaman semakin banyak
dialami. Lingkungan kampus merupakan sarana mempertemukan individu
dengan berbagai latar belakang. Pengalaman keberagaman, khususnya
interaksi dengan teman sebaya yang berbeda, menyediakan tantangan yang
dibutuhkan untuk perkembangan dari sense of self yang sehat dan struktur
kognitif yang lebih rumit. Hasilnya menyatakan bahwa pengalaman dengan
keberagaman merupakan pengaruh penting bagi perkembangan pembelajaran
mahasiswa dan hasil akhir yang berkaitan dengan perilaku demokratis (Laird,
2005). Gurin et al., (2002) menjelaskan bahwa melalui keterlibatan dengan
keberagaman, seseorang belajar mengenai perspektif, pengalaman, dan cara
hidup orang yang berbeda dari dirinya atau orang yang mereka pernah temui
sebelumnya. Keterlibatan ini membantu meningkatkan pengetahuan, yang
dapat mempengaruhi proses seseorang membentuk komitmen mereka
terhadap sikap, peran, dan hubungan, ketiganya merupakan proses
perkembangan identitas.
Prasangka merupakan penilaian, keyakinan, dan perasaan negatif
tentang seseorang yang disebabkan oleh keanggotaan di kelompok sosial
(Akrami, 2005). Allport (1954) menyebutkan prasangka antarkelompok
terdiri dari opini-opini negatif yang ditujukan terhadap out-group tanpa bukti
yang cukup (dalam Pettigrew, 2008). Prasangka terbentuk akibat proses
pemisahan antara in-group dan out-group yang berasal dari kategorisasi
sosial dan identitas sosial (Billig & Tajfel, 1973). Allport (1954) berpendapat
bahwa kategorisasi merupakan proses yang dibutuhkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menyederhanakan dunia yang rumit dan merupakan sebuah faktor penting
untuk menjawab pertanyaan mengenai alasan orang memiliki bias negatif
terhadap orang atau kelompok lain (dalam Akrami, 2005). Sementara itu,
identitas sosial tidak dapat lepas dari masing-masing individu karena identitas
sosial merupakan hasil dari keterlibatan individu dalam kelompok sosial
(Tajfel, 1982). Tajfel (1978) menjelaskan bahwa identitas sosial merupakan
bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan tentang
keanggotaan dari sebuah kelompok sosial bersama dengan nilai dan arti
emosional yang melekat pada keanggotaan tersebut (dalam Akrami, 2005).
Berdasarkan teori identitas sosial yang diperkenalkan oleh Tajfel,
pengategorian diri sebagai anggota sebuah kelompok merupakan cara untuk
meningkatkan harga diri mereka dengan menyukai in-group dan
mengorbankan out-group, sehingga individu cenderung memberikan evaluasi
positif terhadap kelompoknya atau disebut dengan in-group favoritism (dalam
Akrami, 2005; Mila & Yustisia, 2017). Motif yang mendasari untuk
meningkatkan harga diri membuat seseorang memberikan perhatian pada
perbedaan dan kualitas positif in-group mereka dan merendahkan out-group
(Nelson, 2009), sehingga kategorisasi dan identitas sosial akan menentukan
sikap terhadap anggota in-group dan out-group. Kemudian, adanya kompetisi
diantara kelompok akan memperbesar atau memicu munculnya sikap tersebut
(Billig & Tajfel, 1973).
Teori ancaman terintegrasi yang diperkenalkan oleh Stephan dan
Stephan (2000) menyatakan bahwa ancaman berkaitan dengan teori identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sosial, yang menjelaskan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh out-
group sering kali memicu in-group merasa seolah-olah status kelompok
mereka diancam (Branscombe et al., 1999). Definisi identitas sosial tentang
ancaman status melingkupi sumber-sumber nyata dan harga diri sebuah
kelompok. Teori ancaman terintegrasi menyebut ancaman terhadap sumber-
sumber nyata disebut sebagai realistik, sedangkan ancaman terhadap harga
diri disebut simbolik. Kedua jenis ancaman ini dapat memicu munculnya
prasangka (Stephan & Stephan, 1996). Persepsi ancaman ini dapat
menyebabkan prasangka tanpa memperhatikan apakah ancaman tersebut
benar-benar nyata atau tidak (Stephan & Stephan, 1996).
Stephan, Diaz-Loving, & Duran, (2000) menjelaskan mengenai teori
ancaman terintegrasi, yaitu bahwa persepsi ancaman muncul karena
ketidakakraban (unfamiliarity) anggota antarkelompok, ketakutan, dan
persepsi sosial yang negatif (dalam Al Ramiah, 2013). Kurangnya kontak
antarkelompok atau tingkat kontak yang rendah dapat mempengaruhi orang
untuk merasakan out-group sebagai ancaman. Salah satu alasan bahwa
tingkat kontak yang rendah berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
(knowledge) tentang out-group (Pettigrew & Tropp, 2008). Kurangnya
pengetahuan memiliki arti bahwa anggota in-group mungkin memiliki
pemahaman yang terbatas tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki
out-group. Pengabaian out-group juga mungkin menghasilkan ketidakpastian,
ketidakpercayaan (mistrust), dan kecurigaan. Kurangnya kontak
antarkelompok juga mengisyaratkan bahwa anggota in-group memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kesempatan yang sedikit untuk belajar mengenai apa menjadi persamaan
mereka dengan anggota out-group. Oleh karena itu, kurangnya kontak, karena
dihubungkan dengan kurangnya pengetahuan tentang out-group, dapat
melebih-lebihkan ancaman seakan-akan benar-benar ada (Nelson, 2009).
Uslaner (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang yang berbeda dari diri kita, semakin kita memiliki
sikap positif terhadap mereka. Seseorang yang memiliki kontak dengan
anggota out-group akan memiliki informasi baru mengenai out-group.
Dengan bertambahnya keakraban (familiarity) dengan out-group maka akan
mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group. Dengan
demikian, prasangka dapat menurun.
Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang
sering melakukan kontak dengan anggota kelompok agama lain akan semakin
mengenal. Saat tingkat kontak antarkelompok agama semakin tinggi maka
prasangka mahasiswa terhadap kelompok agama lain diprediksi akan semakin
rendah. Hal ini didukung oleh teori kontak antarkelompok yang menjelaskan
bahwa prasangka dapat dikurangi dengan interaksi antarkelompok yang
berbeda pada kondisi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Skema 1
Kaitan antar Variabel
Kontak
Antarkelompok
Agama
Informasi baru
mengenai out-
group.
Pengetahuan
tentang out-group
dan keakraban
(familiarity).
Pandangan
negatif,
misalnya
pandangan out-
group
mengancam in-
group.
Prasangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini adalah "terdapat
hubungan negatif antara kontak antarkelompok agama dan prasangka terhadap
kelompok agama lain pada mahasiswa". Semakin tinggi kontak antarkelompok
agama yang dialami mahasiswa, maka akan semakin rendah tingkat prasangka
yang dirasakan mahasiswa. Semakin rendah kontak antarkelompok agama yang
dialami mahasiswa, maka akan semakin tinggi prasangka yang dirasakan
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Creswell (2009)
penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menitikberatkan pada data
numerik dan bertujuan untuk menguji teori secara objektif (dalam Supratiknya,
2015; Bordens & Abbot, 2011). Penelitian korelasional merupakan penelitian
yang memiliki tujuan untuk menentukan dua variabel atau lebih saling
berhubungan atau tidak dan apabila memiliki hubungan dapat dilihat arah,
derajad, dan bentuk dari hubungan yang dapat diamati. Penelitian ini tidak bisa
manipulasi tapi mengamati variabel apa adanya. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei
merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data
dengan sampel dari suatu populasi (Effendi & Tukiran, 2012).
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontak antarkelompok agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah prasangka terhadap kelompok
agama lain.
C. Definisi Operasional
1. Kontak Antarkelompok Agama
Kontak antarkelompok agama pada mahasiswa merupakan interaksi
sosial yang dilakukan secara langsung oleh seorang mahasiswa dengan teman
yang memiliki agama berbeda. Kontak antarkelompok agama dapat
ditunjukkan melalui dua komponen kontak, yaitu kuantitas kontak dan
kualitas kontak. Kuantitas kontak yang berkaitan dengan seberapa sering
mahasiswa berinteraksi dengan teman yang memiliki agama lain dan jumlah
teman yang dimiliki dari anggota kelompok agama lain. Kualitas kontak
merupakan pengalaman kontak yang dirasakan mahasiswa dengan teman
yang berbeda agama.
Kontak antarkelompok agama dapat diukur dengan skala kontak
antarkelompok agama. Aitem-aitem yang yang terdapat dalam skala disusun
berdasarkan dua aspek kontak yang dilakukan, yakni kuantitas dan kualitas
kontak. Tingkat kontak dapat dilihat dari perolehan skor total pada skala
kontak antarkelompok agama. Semakin tinggi skor yang diperoleh
mengindikasikan tingkat kontak antarkelompok yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Prasangka Terhadap Kelompok Agama Lain
Prasangka adalah respon yang diberikan mahasiswa berupa pemikiran,
perasaan, dan kecenderungan berperilaku yang sifatnya negatif terhadap
anggota kelompok agama lain. Prasangka dapat dilihat dari tiga komponen,
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen behavioral.
Komponen kognitif merupakan stereotip atau label negatif yang diberikan
mahasiswa terhadap kelompok agama lain. Komponen afektif merupakan
perasaan atau emosi negatif yang dirasakan oleh mahasiswa mengenai
kelompok agama lain. Sementara komponen behavioral merupakan
kecenderungan mahasiswa untuk berperilaku negatif terhadap kelompok
agama lain.
Prasangka dapat diukur dengan skala prasangka. Aitem-aitem yang
yang terdapat dalam skala disusun berdasarkan tiga komponen prasangka,
yakni kognitif, afektif, dan behavioral. Tingkat prasangka dapat dilihat dari
perolehan skor total pada skala prasangka. Semakin tinggi skor yang
diperoleh mengindikasikan tingkat prasangka yang tinggi.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah subjek
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mahasiswa berusia 18-25 tahun
Alasan pemilihan subjek dengan rentang 18-25 tahun didasarkan pada
rentang usia mahasiswa (Hulukati & Djibran, 2018). Mahasiswa merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebuah kelompok masyarakat yang memiliki peran penting di masyarakat dan
bangsa, yaitu sebagai agen perubahan (agent of change) dan penerus bangsa
(iron stock) (Kusumah, 2007), sehingga baik atau buruknya suatu bangsa di
masa depan bergantung dengan baik atau buruknya mahasiswa dan pemuda
saat ini. Selain itu, Monk menyebutkan usia ini tergolong dalam masa remaja
akhir dan dewasa awal (dalam Gunawati et al., 2006). Di masa ini individu
mulai menemukan berbagai keyakinan lain yang membuat mereka mengerti
bahwa keyakinan mereka bukanlah satu-satunya keyakinan yang ada dan
mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya (Jahja, 2017).
2. Mengidentifikasi diri dengan agama atau kepercayaan tertentu
Subjek mengidentifikasikan diri dengan agama atau kepercayaan
tertentu. Alasan pemilihan subjek dengan karakteristik tersebut didasarkan
pada definisi prasangka dalam konteks penelitian ini, yaitu sikap negatif yang
dimiliki anggota suatu kelompok agama atau kepercayaan terhadap anggota
kelompok agama lainnya. Individu yang mengidentifikasikan diri dengan
agama dimungkinkan akan lebih representatif dibandingkan dengan individu
yang tidak mengidentifikasikan diri dengan agama atau kepercayaan tertentu,
misalnya atheis.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang digunakan
ketika peneliti menginginkan sampel penelitian yang terdefinisikan secara
jelas (Clark-Carter & David, 2004). Alasan pemilihan metode sampling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dengan purposive sampling didasarkan pada pertimbangan karakteristik
subjek yang dipilih oleh peneliti.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
dengan cara menyebarkan skala pengukuran penelitian kepada subjek yang telah
ditentukan untuk melakukan pengisian pada skala pengukuran. Alat yang
digunakan adalah skala kontak antarkelompok dan skala prasangka. Kedua skala
disusun sendiri oleh peneliti.
Skala kontak antarkelompok terdiri atas 32 aitem yang disusun
berdasarkan dua aspek kontak antarkelompok, yaitu kuantitas kontak dan kualitas
kontak. Aspek kuantitas kontak meliputi jumlah teman dari agama lain dan
seberapa sering individu berinteraksi dengan teman yang memiliki agama lain.
Aspek kualitas kontak meliputi baik atau buruknya kontak yang dirasakan
mahasiswa dengan teman yang berbeda agama, yang dilihat dari perasaan
memiliki kesamaan status dengan kelompok lain dalam melakukan kontak,
kesukarelaan kontak, kedalaman kontak, kontak yang dirasakan menyenangkan
atau tidak, dan kontak yang dirasakan sebagai kerjasama atau kompetisi. Skala
kontak antarkelompok memuat pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable dan
unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang
mendukung indikator-indikator kontak antarkelompok, sedangkan pernyataan
unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung indikator-indikator
antarkelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 1
Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum Seleksi Aitem
No Aspek Favorable Unfavorable Favorable &
Unfavorable
Jumlah
1 Kuantitas
Kelompok
1,2,3,4 4
2 Kualitas
Kelompok
2,6,7,8,9,
10,15,21,2,2
4,25,26,27,
28
1,3,4,5,11,
12,13,14,16,1
7, 18, 19, 20,
23
28
Total 14 14 4 32
Skala prasangka terdiri atas 32 aitem yang disusun berdasarkan tiga
aspek prasangka, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Aspek kognitif meliputi
stereotip atau label negatif terhadap anggota kelompok agama lain. Aspek afektif
meliputi perasaan atau emosi negatif yang dirasakan terhadap kehadiran anggota
kelompok agama lain. Aspek behavioral meliputi kecenderungan untuk
berperilaku negatif terhadap anggota kelompok agama lain. Skala prasangka
memuat pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable.
Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang mendukung indikator-
indikator prasangka, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang
tidak mendukung indikator-indikator prasangka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 2
Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum Seleksi Aitem
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Kognitif 1b, 2a, 3b, 4b, 5a,
6b, 7a, 8b, 9b, 10b,
11b, 12a, 13b, 14a,
15b
1a, 2b, 3a, 4a,
5b, 6a, 7b, 8a,
9a, 10a, 11a,
12b, 13a, 14b,
15b
15
2 Afektif 1b, 2a, 3b, 4b, 5a, 6a,
7b, 8a
1a, 2b, 3a, 4a,
5b,6b, 7a, 8b
8
3 Behavioral 1a, 2a, 3b, 4a, 5b, 6b,
7b, 8a, 9b
1b, 2b, 3a, 4b,
5a, 6a, 7a, 8b,
9a
9
Total 32 32
Skala kontak antarkelompok disusun dengan menggunakan model skala
jenjang dan model Likert. Model skala perilaku digunakan untuk aspek kuantitas
kontak. Skala jenjang adalah skala yang digunakan untuk melihat kegiatan
konkret yang dilakukan atau kegiatan yang bisa dilihat dengan kasat mata. Skala
jenjang berbentuk sebuah kontinum, dimana jenjang tersebut merupakan jenjang
respons yang harus dipilih subjek. Semakin mengarah ke konstruk, maka nilai
jenjang tersebut semakin tinggi. Skala jenjang terdiri dari aitem favorable dan
unfavorable. Model jenjang diperuntukkan skala perilaku (Periantalo, 2015).
Skala kuantitas kontak memuat 4 sampai 5 pilihan respon pernyataan.
Skor untuk tiap respon terbagi dalam rentang 1 hingga 4 dan 5. Sistem skoring
yang digunakan pada tiap skala dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3
Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Jenjang
Sistem skoring yang digunakan dalam skala penelitian dapat
menjelaskan bahwa:
- Semakin tinggi total skor yang diperoleh pada skala kuantitas kontak
menunjukkan bahwa individu memiliki kuantitas kontak antarkelompok
yang banyak dengan teman yang berbeda agama, sedangkan semakin rendah
total skor menunjukkan bahwa individu memiliki kuantitas kontak yang
sedikit dengan teman yang berbeda agama.
Skoring Pernyataan
1 dan 2
Skoring Pernyataan
3
Respon Skor Respon Skor
Tidak ada
Kurang dari 5 orang
5 orang
6 sampai 10 orang
Lebih dari 10 orang
1
2
3
4
5
Tidak pernah
Belum tentu berinteraksi dalam
seminggu
Selalu berinteraksi 1 sampai 4
hari
Selalu berinteraksi 5 sampai 6
hari
Selalu berinteraksi setiap hari
1
2
3
4
5
Skoring Pernyataan
4
Respon Skor
Tidak pernah
Belum tentu berinteraksi dalam sehari
Selalu berinteraksi kurang dari 10 menit
Selalu berinteraksi 1 jam (60 menit) atau lebih
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Skala model likert digunakan untuk aspek kualitas kontak. Skala Likert
adalah skala kepribadian dan sikap yang melihat kesepakatan subjek dengan
pertanyaan sikap tertentu (Kaplan, 2012). Skala model likert memuat 4 pilihan
respon pernyataan, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS),
Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk tiap respon terbagi dalam rentang 1
hingga 4. Sistem skoring yang digunakan pada tiap skala dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4
Sistem Skoring Skala Pengukuran Likert
Sistem skoring yang digunakan dalam skala penelitian dapat
menjelaskan bahwa:
- Semakin tinggi total skor yang diperoleh pada skala kualitas kontak
menunjukkan bahwa individu memiliki kualitas kontak dengan kelompok
agama lain yang tinggi, sedangkan semakin rendah total skor menunjukkan
bahwa individu memiliki kualitas kontak dengan kelompok agama lain yang
rendah.
Skoring Pernyataan
Favorable
Skoring Pernyataan
Unfavorable
Respon Skor Respon Skor
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (TS)
4
3
2
1
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Skala model perbedaan semantik digunakan untuk skala prasangka.
Nunnaly (1970) dan Kline (1986) menyebutkan skala perbedaan semantik adalah
skala yang mengharuskan subjek untuk memilih rentang skala yang dibatasi oleh
sepasang kata sifat di kedua ujungnya yang bersifat bipolar sebagai penilaian
terhadap objek pengukuran atau konsep (dalam Supratiknya, 2014). Skor untuk
tiap respon terbagi dalam rentang 1 hingga 5. Sistem skoring yang digunakan
pada tiap skala dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5
Sistem Skoring Skala Pengukuran Perbedaan Semantik
Sistem skoring yang digunakan dalam skala penelitian dapat
menjelaskan bahwa:
- Semakin tinggi total skor yang diperoleh pada skala prasangka
menunjukkan bahwa individu memiliki prasangka yang tinggi terhadap
anggota kelompok agama lain, sedangkan semakin rendah total skor
menunjukkan bahwa individu memiliki prasangka yang rendah terhadap
anggota kelompok agama lain.
Skoring Pernyataan
Favorable
Skoring Pernyataan
Unfavorable
Respon Skor Respon Skor
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
5
4
3
2
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Skala
Validitas mengacu pada tingkatan dimana apa yang diukur adalah yang
dimaksud dengan peneliti (Clark-Carter, 2004). Validitas merupakan hal
penting karena dapat melihat apakah sebuah pengukuran benar-benar
mengukur apa yang seharusnya diukur (Goodwin, 2010). Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah
validitas yang berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh suatu alat
ukur atau instrumen untuk mengukur isi atau konsep yang harus diukur
(Siregar, 2014). Mengukur validitas isi dapat dilakukan dengan cara
menggunakan expert judgement dan peer judgement. Uji validitas dengan
menggunakan expert judgement dan peer judgement adalah dengan cara
menghitung rerata nilai setiap aitem yang diberikan oleh expert dan peer.
2. Reliabilitas Skala
Realibilitas mengacu pada tingkatan sebuah pengukuran yang akan
menghasilkan hasil yang sama dari satu kejadian ke kejadian yang lainnya.
Realibilitas mengacu pada konsistensi (Clark-Carter, 2004). Reliabilitas
merupakan hal penting karena berkaitan dengan kepercayaan bahwa ukuran
yang diukur mendekati ukuran yang sebenarnya. Metode uji reliabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji statistik Cronbach Alpha.
Metode Cronbach Alpha digunakan untuk menghitung realibilitas sebuah alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tes yang mengukur sikap atau perilaku (Siregar, 2014). Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60.
Peneliti melakukan uji reliabilitas pada 121 data yang diperoleh dari
pengisian skala yang dilakukan oleh subjek yang memenuhi kriterita subjek
dalam penelitian, yaitu individu yang merupakan mahasiswa berusia 18-25
tahun. Pengujian reliabilitas dilakukan pada semua skala dengan
menggunakan program SPSS for Windows version 17.0.
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa skala kontak antarkelompok
dan skala prasangka memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditujukkan oleh
hasil uji reliabilitas pada skala antarkelompok yang memiliki nilai Cronbach
Alpha sebesar 0,917 sebelum seleksi aitem dilakukan dan memiliki nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,949 setelah 1 aitem digugurkan. Hasil uji
reliabilitas pada skala prasangka memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar
0,918 sebelum seleksi aitem dilakukan dan memiliki nilai Cronbach Alpha
sebesar 0,936 setelah 4 aitem digugurkan.
Tabel 6
Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Agama Sebelum dan Setelah Seleksi
Aitem
No Aspek Favorable Unfavorable Favorable +
Unfavorable
Jumlah
1 Kuantitas
Kontak
1,2,3,4 4
2 Kualitas
Kontak 2,6,7,8,9,
10,15,21,2,24,25,26,27,
28
1,3,4,5,11
12,13,14,16
,17, 18, 19,
20, 23
27
Total 14 13 4 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 7
Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1 Kognitif 1b, 2a, 3b,
4b, 5a, 6b,
7a, 8b, 9b,
10b, 11b,
12a, 13b,
14a, 15b
1a, 2b, 3a, 4a,
5b, 6a, 7b, 8a,
9a, 10a, 11a,
12b, 13a,
14b, 15b
11
2 Afektif 1b, 2a, 3b,
4b, 5a, 6a,
7b, 8a
1a, 2b, 3a, 4a,
5b,6b, 7a, 8b
8
3 Behavioral 1a, 2a, 3b,
4a, 5b, 6b,
7b, 8a, 9b
1b, 2b, 3a, 4b,
5a, 6a, 7a, 8b,
9a
9
Total 28 28
Keterangan : pada nomor aitem-aitem yang tercetak tebal dan diberi garis bawah
pada tabel 6 dan 7 menunjukkan aitem-aitem yang gugur yang selanjutnya tidak
digunakan dalam uji asumsi dan uji hipotesis dalam penelitian.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
Terdapat beberapa macam uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah data penelitian
berasal dari sebaran normal atau tidak. Uji normalitas penting untuk
dilakukan karena data yang baik merupakan data yang terdistribusi
normal (Silalahi, 2018). Salah satu uji statistik yang dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
untuk menguji normalitas data adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov
(Santoso, 2010). Data yang normal merupakan data dengan nilai p >
0.05, sedangkan jika p < 0.05 dapat disimpulkan bahwa data tidak
normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah ada hubungan linier
antara variabel independen dan variabel dependen. Hubungan linier
memiliki arti sebagai hubungan garis lurus antara variabel independen dan
variabel dependen (Silalahi, 2018). Salah satu cara untuk mengecek
asumsi linearitas adalah dengan menggunakan test for linearity dalam
SPSS (Santoso, 2010). Data disimpulkan bersifat linier apabila memenuhi
syarat p < 0.05, sebaliknya jika p > 0.05 maka data tidak linier.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan teknik analisis korelasi dengan
Product Moment Pearson karena penelitian ini bertujuan untuk menguji
besarnya keeratan hubungan antara dua variabel. Riduwan (2006)
menyatakan bahwa Korelasi Product Moment Pearson digunakan untuk
megetahui derajad hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
(dalam Gunawan, 2016). Gunawan (2016) menyatakan bahwa koefisien
korelasi 0,000-0,1999 termasuk dalam kategori korelasi sangat rendah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
0,200-0,399 tergolong rendah, 0,400-0,599 tergolong cukup kuat, 0,600-
0,799 tergolong kuat, dan 0,800-1,000 tergolong sangat kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Peneliti melakukan uji reliabilitas dan uji validitas sebelum
menyebarkan skala. Uji validitas dilakukan oleh expert judgement dan peer
judgement. Expert judgement dilakukan oleh dosen pembimbing dan lulusan
jurusan bahasa. Setelah peer judgement dilakukan, peneliti melakukan uji coba
skala. Uji coba skala dilakukan dari tanggal 26 Maret hingga 28 Maret 2019.
Subjek uji coba skala berjumlah 121 subjek. Setelah data uji coba didapatkan,
peneliti melakukan uji reliabilitas dan seleksi aitem. Kemudian, peneliti
menyusun skala untuk penelitian dan disebarkan kepada subjek penelitian setelah
seleksi aitem dilakukan.
B. Proses Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian
dengan mencari subyek yang berstatus sebagai mahasiswa. Penelitian dilakakukan
mulai dari tanggal 30 Maret 2019 hingga 7 April 2019. Subjek dalam penelitian
ini adalah mahasiswa yang berusia 18-25 tahun. Jumlah respon yang diperoleh
oleh peneliti yaitu 225 respon.
Data subjek penelitian terdiri atas 60 data subjek laki-laki dan 165 data
subjek perempuan. Subjek yang memeluk agama Islam sebanyak 99 subjek, 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
subjek memeluk agama Katolik, 36 memeluk agama Protestan, 4 subjek memeluk
agama Hindu, dan 7 subjek memeluk agama Buddha.
Tabel 8
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 60 26.7 %
Perempuan 165 73.3 %
Total 225 100 %
C. Hasil Penelitian
Peneliti melakukan beberapa uji asumsi sebelum melakukan uji hipotesis.
Hal ini dilakukan agar dapat memastikan bahwa data penelitian telah memenuhi
syarat untuk dilakukan analisis data yang sesuai. Uji asumsi yang dilakukan antara
lain:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows version 17.0. Berdasarkan hasil uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa sebaran data dari tiap
variabel memenuhi distribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi Kolmogorov-Smirnov untuk kontak antarkelompok agama
sebesar 0.069 (p > 0.05), sedangkan untuk prasangka sebesar 0.078 (p >
0.05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 9
Hasil Uji Statistik Non-Parametrk Kolmogorov-Smirnov
Kolmogorov-
Smirnova
Sig.
KontakAntarKel .069
JumlahPrasangka .078
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows versi 17.0. Berdasarkan hasil test of linearity pada SPSS diperoleh
hasil bahwa variabel kontak antarkelompok agama memiliki hubungan yang
linear dengan variabel prasangka (F = 39.815 , p = 0.000 ; p < 0.05).
Tabel 10
Ringkasan Hasil Uji Linearitas Variabel Kontak Antarkelompok Agama
dengan Prasangka
ANOVA Table
F Sig.
JumlahPrasang
ka *
KontakAntarK
el
Between
Groups
Linearity 39.815 .000
Deviation
from
Linearity
1.460 .035
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitin ini menggunakan teknik analisis korelasi
yang diolah dengan program SPSS for Windows version 17.0. Dilihat dari
hasil uji Pearson Correlation dapat dikatakan bahwa kontak antarkelompok
agama memiliki hubungan negatif dengan prasangka yang tergolong rendah (r
= -0.372, p = 0.000, p < 0.05).
Tabel 11
Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Kontak Antarkelompok
dengan Prasangka
Correlations
KontakAntar
Kel
Jumlah
Prasangka
KontakAntarKel
Pearson Correlation 1 -.372**
Sig. (1-tailed) .000
N 225 225
JumlahPrasangka
Pearson Correlation -.372** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 225 225
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
4. Hasil Analisis Tambahan
Peneliti melakukan analisis tambahan yang tidak dimasukkan dalam
hipotesis utama dalam penelitian ini. Peneliti melakukan uji independent
sample t-test untuk membandingkan perbedaan prasangka pada subjek laki-
laki dan perempuan. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
perbedaan prasangka pada subjek laki-laki dan perempuan (p = 0.654, p >
0.05).
D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kontak
antarkelompok agama dan prasangka. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
adanya hubungan negatif antara kontak antarkelompok agama dan prasangka telah
terbukti, namun memiliki hubungan negatif yang rendah. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Allport (1954) yaitu teori kontak
antarkelompok (dalam Pettigrew & Tropp, 2006), yang menjelaskan bahwa
kontak antarkelompok dibawah kondisi optimal dapat secara efektif menurunkan
prasangka antarkelompok. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
terkait hubungan kontak antarkelompok dengan prasangka yang dilakukan oleh
Christ et al., (2014) dan Pettigrew & Tropp (2006). Penelitian meta-analisis yang
dilakukan oleh Pettigrew & Tropp (2006) menyebutkan bahwa semakin tinggi
kontak antarkelompok maka prasangka akan semakin rendah. Sementara itu,
penelitian yang dilakukan oleh Christ et al., (2014) menyatakan bahwa kontak
memiliki peran penting dalam mengurangi prasangka dan memiliki potensi untuk
meningkatkan hubungan antarkelompok karena kontak antarkelompok dapat
secara serempak mempengaruhi orang banyak.
Kontak antarkelompok agama memiliki hubungan yang negatif dengan
prasangka pada mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kontak
antarkelompok agama yang dimiliki oleh mahasiswa, maka mahasiswa itu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
memiliki prasangka terhadap kelompok agama lain yang semakin rendah.
Seseorang yang memiliki kontak antarkelompok yang tinggi akan lebih banyak
mendapatkan informasi baru mengenai anggota kelompok lain (Uslaner, 2011).
Adanya informasi baru menyebabkan seseorang yang memiliki kontak
antarkelompok tinggi memiliki pengetahuan tentang out-group yang lebih banyak
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki lebih sedikit kontak
antarkelompok (Pettigrew & Tropp, 2008). Allport menjelaskan bahwa
pengetahuan tentang out-group berkaitan dengan pemahaman tentang
kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki out-group, sehingga pengetahuan yang
lebih banyak mengenai out-group menyebabkan individu makin mengenal
anggota out-group tidak hanya mendapat informasi mengenai stereotip yang ada
ada di masyarakat (dalam Dahesihsari, Kartikawangi, Ajisuksmo, Sihotang, &
Murniati, 2015).
Bertambahnya pengetahuan mengenai anggota out-group dan keakraban
(familiarity) dapat mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group
karena tidak dianggap sebagai ancaman. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh
McLaren (2003), Schlueter & Scheepers (2010), dan Stephan et al., (2002)
menyatakan bahwa kontak antarkelompok mengurangi persepsi ancaman dengan
memperlemah perhatian mengenai akses kepada sumber-sumber berharga dan
perbedaan norma dan nilai, oleh karena dapat mengurangi sikap negatif terhadap
out-group (dalam Kanas, Scheepers, & Sterkens, 2015). Kelompok mungkin
merasakan satu sama lain sebagai ancaman ketika mereka percaya bahwa nilai
budaya dan karakteristik mereka berbeda dari out-group (Stephan, Ybarra, &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Morrison, 2009). Kurangnya kontak dapat membuat seseorang melebih-lebihkan
ancaman yang belum tentu ada menjadi seakan-akan benar terjadi (Nelson, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Tropp & Pettigrew (2000) dan Voci & Hewstone
(2003) menjelaskan bahwa anggota kelompok yang memiliki kontak personal
yang lebih sedikit dengan out-group memiliki kemungkinan untuk mengalami
ancaman daripada mereka yang lebih banyak memiliki kontak dengan out-group
(Tropp & Pettigrew, 2000; Voci & Hewstone, 2003). Anggota kelompok yang
tidak mengenal out-group cenderung mudah merasa terancam daripada yang
memiliki pengetahuan yang luas tentang outgroup (Chasteen, 2005; Corenblum &
Stephan, 2001).
Branscombe et al., (1999) menyatakan bahwa tindakan-tindakan dari out-
group seringkali membuat in-group merasa seolah-olah status kelompok mereka
terancam. Ancaman status didefinisikan dalam konteks identitas sosial sebagai
ancaman yang meliputi sumber-sumber nyata yang dapat dilihat dengan mata dan
harga diri kelompok. Berdasarkan teori ancaman antarkelompok, sebuah ancaman
antarkelompok merupakan pengalaman ketika anggota dari salah satu kelompok
merasa bahwa kelompok lain berada di posisi yang dapat menyebabkan mereka
dalam bahaya (Stephan, Ybarra, & Morrison, 2009). Persepsi keterancaman
merupakan efek yang ditimbulkan dari identitas sosial yang dimiliki seseorang.
Menurut teori ancaman terintegrasi yang dikemukakan oleh Stephan & Stephan
(2000), ancaman memiliki kaitan dengan identitas sosial karena tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh out-group bisa memicu perasaan seolah-olah status
kelompok ingroup diancam (Branscombe et al., 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Identitas sosial merupakan hasil dari keterlibatan individu dalam
kelompok sosialnya, sehingga identitas sosial tidak dapat terlepas dari kehidupan
seseorang (Tajfel, 1978). Identitas sosial merupakan kecenderungan manusia
untuk mencari pola secara alami sebagai hasil dari pembentukan in-group dan
out-group, yaitu pengelompokan orang-orang yang "seperti kami" dan orang-
orang yang “berbeda dari kami”. Kategorisasi in-group atau out-group
memperbolehkan individu untuk mengenali manusia lain berdasarkan jenis (type).
Kategorisasi itu juga untuk menggambarkan konstruksi mental yang mengatur
harapan-harapan dan menuntun perilaku seperti mereka menentukan interaksi
sosialnya.
Pengelompokkan orang-orang menjadi in-group dan out-group sendiri
tidak cukup untuk memunculkan konflik antarkelompok, namun justru keinginan
untuk mempertahankan sebuah harga diri personal dan kelompok dapat
menimbulkan bias dan stereotip yang berkaitan tentang konflik antarkelompok
(Rubin & Hewstone, 2004). Argumen yang mendasari yaitu bahwa seorang
individu memiliki sebuah kebutuhan dasar untuk melihat kelompok yang dimiliki
secara positif karena mereka akan melihat diri mereka secara positif juga (Brewer
& Brown, 1998). Kebutuhan untuk harga diri dan harga diri kelompok
menyediakan sebuah motivasi bagi individu untuk mengevaluasi kelompok
mereka sendiri secara lebih baik daripada yang mereka perbuat terhadap
kelompok lain (Hewstone, Rubin, & Willis, 2002). Dengan menurunkan citra dari
out-group, harga diri in-group akan meningkat, sehingga individu yang
merupakan anggota in-group akan merasakan perilaku bermoral (virtues),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kemampuan, dan motivasi yang lebih positif. Di sisi lain individu akan melihat
perilaku bermoral (virtues), kemampuan, dan motivasi dari out-group lebih
negatif. Apabila kebutuhan psikologis untuk citra diri positif didapatkan,
kesejahteraan individu yang dirasakan akan meningkat, dan kohesi sosial diantara
in-group menguat. Penelitian menyatakan bahwa kecenderungan dari orang untuk
berperilaku lebih baik terhadap anggota dari kelompok mereka sendiri dan
mendiskriminasi anggota kelompok lain, bahkan ketika dasar dari keanggotaan
kelompok tidak kuat (McGuire & Padawer-Singer 1976; Hogg dan Turner 1985).
Individu yang cukup kuat mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompoknya, lebih mudah untuk merasa terancam dengan kehadiran kelompok
lain. Sebagai contohnya, Triandis (1995) menjelaskan bahwa budaya kolektivis
yang dianut oleh masyarakat yang cukup mementingkan keanggotaan kelompok,
sehingga menyadari pentingnya in-group bagi pendefinisian diri mereka (dalam
Stephan, Ybarra, & Morrison, 2009). Hal ini menyebabkan masyarakat dengan
budaya kolektivis lebih memiliki kemungkinan untuk merasakan dan bereaksi
terhadap ancaman dari out-group dibandingkan dengan anggota-anggota
kelompok yang kurang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok (Riek et al.,
2006; Stephan et al., 2002). Berdasarkan harga diri kolektif, atau perasaan
kelekatan yang dirasakan individu kepada in-group (Crocker & Luhtanen, 1990),
dapat disimpulkan bahwa individu dengan harga diri kolektif yang tinggi dapat
menyebabkan meningkatnya persepsi ancaman karena individu tersebut adalah
individu yang paling peduli dengan apa yang terjadi pada kelompok mereka dan
anggotanya (Stephan, Ybarra, & Morrison, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Salah satu konsekuensi dari perasaan keterancaman adalah prasangka
(Wagner, Tropp, Finchilescu, & Tredoux, 2008). Prasangka merupakan salah satu
hal penting yang dapat menyebabkan konflik dan merupakan hasil dari
pembentukan identitas sosial. Anggota-anggota dari kelompok yang berkonflik
merasa bahwa anggota dari out-group sebagai orang yang tidak sama dengan diri
mereka, sehingga membenarkan tindakan diskriminasi dan kekerasan terhadap
mereka (Bar-Tal & Teichman, 2005). Oleh karena itu, seseorang yang memiliki
prasangka yang tinggi cenderung lebih sedikit memiliki kontak dengan anggota
kelompok out-group.
Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan prasangka pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi prasangka yang dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu, semua
mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki peluang yang sama untuk
lebih memiliki prasangka terhadap anggota kelompok agama lain apabila
memiliki kontak antarkelompok agama yang sedikit.
Faktor terbentuknya prasangka berkaitan dengan lingkungan sekitar di
mana mahasiswa bertumbuh dan bergaul. Sosialisasi yang dilakukan oleh
keluarga dan budaya di sekitar mahasiswa, dapat mempengaruhi bagaimana sikap
mahasiswa terhadap orang lain, termasuk terbentuknya prasangka terhadap agama
lain. Prasangka juga berkaitan dengan faktor internal individu, salah satunya
kepribadian otoritarian dan orientasi dominasi sosial. Penelitian dalam bentuk
meta-analisis yang dilakukan oleh Sibley & Duckitt (2008) menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dimensi kepribadian, seperti rendahnya Agreeableness dan rendahnya Openness
to Experience, yang berkaitan dengan Right-Wing Authoritarianism (RWA) dan
Social Dominance Orientation (SDO) merupakan prediktor dari prasangka.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan penelitian. Keterbatasan
dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan skala pengukuran. Beberapa aitem
yang terdapat dalam skala pengukuran yang digunakan masih bersifat subjektif
menurut pemikiran peneliti dan tidak berdasarkan teori tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terlihat bahwa
kontak antarkelompok agama memiliki hubungan negatif yang rendah dengan
prasangka pada mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak dan
semakin baik kontak antarkelompok agama yang dilakukan dan dirasakan oleh
mahasiswa, maka mahasiswa akan memiliki prasangka yang semakin rendah. Di
sisi lain, semakin sedikit dan semakin buruk kontak antarkelompok agama yang
dilakukan dan dirasakan mahasiswa, maka mahasiswa akan memiliki prasangka
yang semakin tinggi. Berdasarkan hasil analisis tambahan yang telah dilakukan,
maka dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan prasangka diantara mahasiswa
laki-laki maupun perempuan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang memiliki kuantitas kontak antarkelompok yang
rendah, yaitu hanya sedikit memiliki jumlah teman dari kelompok agama lain,
memiliki intensitas bertemu dengan teman dari agama lain yang rendah,
diharapkan dapat lebih mengembangkan pergaulan dengan teman dari
kelompok agama lain. Akan tetapi, mahasiswa tidak hanya diharapkan untuk
memiliki teman dari agama lain yang banyak dan menambah intensitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
bertemu dengan anggota kelompok agama lain, namun mahasiswa juga
diharapkan mengembangkan hubungan yang mendalam dan membuat
suasana interaksi yang menyenangkan dan saling bekerja sama dengan teman
dari agama lain. Hal tersebut diharapkan mampu membuat mahasiswa dapat
lebih mengenal dan meningkatkan keakraban (familiarity) dengan teman dari
agama lain, sehingga menurunkan persepsi ancaman dan menurunkan
prasangka. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan mampu menjadi pelopor
toleransi di masyarakat, khususnya dalam toleransi antarumat beragama.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini memiliki keterbatasan pada subjek penelitian yaitu
subjek dalam penelitian ini belum mampu merepresentasikan seluruh
mahasiswa di Indonesia, dikarenakan jumlah subjek dengan masing-masing
agama yang ada di Indonesia tidak merata, sehingga penelitian selanjutnya
dapat memperhatikan mengenai sebaran agama yang dianut subjek dan
menambah jumlah subjek penelitian.
Penelitian ini juga belum mampu menggambarkan kapan dan
bagaimana kontak antarkelompok agama dapat berkaitan dengan prasangka,
sehingga baik apabila peneliti selanjutnya mempertimbangkan penggunaan
variabel moderator dan mediator dalam penelitian mengenai kontak
antarkelompok agama dan prasangka. Selain itu, penelitian ini hanya
menggunakan metode self-report, sehingga penelitian kurang mendalam pada
masing-masing individu. Penelitian selanjutnya baik apabila menggunakan
metode lain seperti wawancara dan eksperimen, sehingga dapat lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mendalam dan dapat melihat langsung pengaruh kontak antarkelompok
agama dengan prasangka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, D. (2010). Processes of prejudices: Theory, evidence and intervention.
Equalities and Human Rights Commission. Diunduh dari
https://kar.kent.ac.uk/ 29732/1/56_processes_of_prejudice.pdf
Akrami, N. (2005). Prejudice: The interplay of personality, cognition, and social
psychology (Doctoral dissertation, Acta Universitatis Upsaliensis).
Diunduh dari https://www.diva-
portal.org/smash/get/diva2:166379/FULLTEXT01.pdf
Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.
Journal of Personality and Social Psychology, 5(4), 432-443. doi:
10.1037/h0021212
Al Ramiah, A., & Hewstone, M. (2013). Intergroup contact as a tool for reducing,
resolving, and preventing intergroup conflict: Evidence, limitations, and
potential. American Psychologist, 68(7), 527-542. doi:10.1037/a0032603
Altemeyer, B. (1988). Enemies of freedom: Understanding right-wing
authoritarianism. San Francisco: Jossey-Bass.
Altemeyer, B., & Hunsberger, B. (1992). Authoritarianism, religious
fundamentalism, quest, and prejudice. The International Journal for the
Psychology of Religion, 2(2), 113-133. doi :
10.1207/s15327582ijpr0202_5
Aryani, S. A. (2016). Orientasi , sikap, dan perilaku keagamaan (studi kasus
mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di DIY). Religi Jurnal Studi
Agama-agama, 11(1), 59-80. doi: 10.14421/rejusta.2015.1101-04
Amuk massa di Tanjung Balai, vihara dan kelenteng dibakar .(2016, 30 Juli). BBC
News Indonesia. Diakses dari
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160730_indones
ia_rusuh_tanjung_balai
Aronson, E. (2012). Prejudice. In E. Aronson & J. Aronson (Eds.), The social
animal (11th ed., pp. 297-353). New York: Worth Publishers.
Ayuningtyas, R. (2018, 26 Februari). Mengulik kembali perjalanan kasus Ahok.
Liputan6. Diakses dari
https://www.liputan6.com/news/read/3322122/mengulik-kembali-
perjalanan-kasus-
ahok?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3
A%2F%2Fwww.google.com%2F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Bar-Tal, D., & Teichman, Y. (2005). Stereotypes and prejudice in conflict:
Representations of Arabs in Israeli Jewish society. New York, NY, US:
Cambridge University Press. doi: 10.1017/CBO9780511499814
Bauto, L. M. (2014). Perspektif agama dan kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat indonesia (Suatu tinjauan sosiologi agama). Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial, 23(2), 11-25. Diunduh dari
http://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/view/1616
Begini perjalanan metamorfosa Lia Eden. (2015, 6 Juni). Tempo.co. Diakses dari
https://nasional.tempo.co/read/672566/begini-perjalanan-metamorfosa-lia-
eden/full&view=ok
Billig, M., & Tajfel, H. (1973). Social categorization and similarity in intergroup
behaviour. European Journal of Social Psychology, 3(1), 27-52. doi:
10.1002/ejsp.2420030103
Bordens, K. S., & Abbot, B. B. (2011). A process approach research design and
methodes (8th ed.). New York: McGraw Hill.
Bowman, N. A., & Brandenberger, J. W. (2012). Experiencing the unexpected:
Toward a model of college diversity experiences and attitude change. The
Review of Higher Education, 35(2), 179-205. doi: 10.1353/rhe.2012.0016
Branscombe, N. R., Ellemers, N., Spears, R., & Doosje, B. (1999). The context
and content of social identity threat. In N. Ellemers, R. Spears, & B.
Doosje (Eds.), Social identity: Context, commitment, content (pp. 35-58).
Oxford, England: Blackwell Science. Diunduh dari
https://www.researchgate.net/profile/Nyla_Branscombe/publication/25478
4791_The_context_and_content_of_social_identity_threat/links/54b57c3d
0cf2318f0f99e342/The-context-and-content-of-social-identity-threat.pdf
Brewer, M. B., & Hewstone, M. E. (2004). Self and social identity. Malden:
Blackwell Publishing.
Brown, R.(2005). Prejudice: Menangani "prasangka" dari perspektif psikologi
sosial. (H. P.Soetjipto, & S. M. Soetjipto, Terjemahan). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Byrne, D., & Wong, T. J. (1962). Racial prejudice, interpersonal attraction, and
assumed dissimilarity of attitudes. The Journal of Abnormal and Social
Psychology, 65(4), 246-253. doi: 10.1037/h0047299
Chasteen, A. L., Bhattacharyya, S., Horhota, M., Tam, R., & Hasher, L. (2005).
How feelings of stereotype threat influence older adults' memory
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
performance. Experimental Aging Research, 31(3), 235-260. doi:
10.1080/03610730590948177
Chavous, T. M. (2005). An intergroup contact‐theory framework for evaluating
racial climate on predominantly White college campuses. American
Journal of Community Psychology, 36(3-4), 239-257. doi :
10.1007/s10464-005-8623-1
Christ, O., Schmid, K., Lolliot, S., Swart, H., Stolle, D., Tausch, N., Al Ramiah,
A., Wagner, U., Vertovec, S., & Hewstone, M. (2014). Contextual effect
of positive intergroup contact on outgroup prejudice. Dalam S. T. Fiske
(Ed.), Proceedings of the National Academy of Sciences, New Jersey:
Princeton University. doi: 10.1073/pnas.1320901111
Clark-Carter, D. (2004). Quantitative psychological research. Sussex: Psychology
press.
Corenblum, B., & Stephan, W. G. (2001). White fears and native apprehensions:
An integrated threat theory approach to intergroup attitudes. Canadian
Journal of Behavioural Science/Revue canadienne des sciences du
comportement, 33(4), 251. doi: 10.1037/h0087147
Crocker, J., & Luhtanen, R. (1990). Collective self-esteem and ingroup bias.
Journal of Personality and Social Psychology, 58(1), 60. doi :
10.1037/0022-3514.58.1.60
Dahesihsari, R., Kartikawangi, D., Ajisuksmo, C. R. P., Sihotang, K., Murniati, J.
(2015) "Dynamics of Intergroup Relations among Indonesian Youth."
Universal Journal of Psychology 3.3. 89 - 95. doi:
10.13189/ujp.2015.030306.
Dovidio, J. F., Gaertner, S. L., & Kawakami, K. (2003). Intergroup contact: The
past, present, and the future. Group Processes & Intergroup Relations,
6(1), 5-21. doi: 10.1177/1368430203006001009
Duckitt, J. (2003). Prejudice and intergroup hostility. In D. O. Sears, L. Huddy, &
R. Jervis (Eds.), Oxford Handbook of Political Psychology (pp. 559-600).
New York, NY, US: Oxford University Press. doi:
10.13140/2.1.4326.0165
Dykstra, C. (1986). Youth and the language of faith. Religious Education, 8(2),
163-184, doi: 10.1080/0034408600810202
Eck, D. L. (2006). What is pluralism?. Didapatkan dari http://webs.org/what-is-
pluralism/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Effendi, Sofian, Tukiran. (2012). Metode penelitian survey. Jakarta: LP3ES.
Fakhrana, R. S. (2014, 15 November). Agama jadi faktor utama penyulut
kekerasan. CNN Indonesia. Diunduh dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141115090933-20-
11663/agama-jadi-faktor-utama-penyulut-kekerasan
From diversity to pluralism. (tanpa tahun). Diunduh pada 6 April, 2019, dari
http://pluralism.org/encounter/todays-challenges/from-diversity-to-
pluralism/
Gabrillin, A. (2016, 18 Januari). Laporan Setara Institute, pelanggaran kebebasan
beragama meningkat pada 2015. Kompas. Diunduh dari
https://nasional.kompas.com/read/2016/01/18/17250491/Laporan.Setara.In
stitute.Pelanggaran.Kebebasan.Beragama.Meningkat.pada.2015
Gaertner, S. L., & Dovidio, J. F. (2005). Categorization, Recategorization, and
Intergroup Bias. Dalam J. F. Dovidio, P. Glick, & L. A. Rudman (Eds.),
On the nature of prejudice: Fifty years after Allport (pp. 71-88). Malden :
Blackwell Publishing.
Goodwin, C. J. (2010). Research psychology: Methods and design (6th Ed.).
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Gunadha, R. (2018, 15 Oktober). Habib Bahar Bin Smith ditolak datang oleh
warga Manado. Suara.com. Diakses dari
https://www.suara.com/news/2018/10/15/223037/habib-bahar-bin-smith-
ditolak-datang-oleh-warga-manado
Gunawan, I., (2016). Pengantar statistika inferensial. Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Gunawati, Rindang, Hartati, S., & Listiara, A. (2006). Hubungan antara efektifitas
komunikasi mahasiswa-dosen pembimbing utama skripsi dengan stres
dalam menyusun skripsi pada mahasiswa program studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Unversitas Diponegoro. Jurnal Psikologi, 3(2), 93-115. doi:
10.14710/jpu.3.2.93 - 115
Gurin, P., Dey, E., Hurtado, S., & Gurin, G. (2002). Diversity and higher
education: Theory and impact on educational outcomes. Harvard
Educational Review, 72(3), 330-367. doi:
10.17763/haer.72.3.01151786u134n051
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gurin, P., Nagda, B. R. A., & Lopez, G. E. (2004). The benefits of diversity in
education for democratic citizenship. Journal of Social Iissues, 60(1), 17-
34. doi:10.1111/j.0022-4537.2004.00097.x
Hafiz, S. E., Nauly, M., Fauzia, R., Pitaloka, A., Takwin, B., Hakim, M. A., ...
Moningka, C. (2018). Psikologi Sosial: Pengantar dalam Teori dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.
Halidin, H. Membaca kasus Tolikara: Catatan dari peristiwa Tolikara. (2015, 30
Juli). The Wahid Institute. Diakses dari http://www.wahidinstitute.org/wi-
id/indeks-berita/305-membaca-kasus-tolikara.html
Hewstone, M., Cairns, E., Voci, A., Hamberger, J., & Niens, U. (2006).
Intergroup contact, forgiveness, and experience of “The Troubles” in
Northern Ireland. Journal of Social Issues, 62(1), 99-120. doi:
10.1111/j.1540-4560.2006.00441.x
Hewstone, M., Fincham, F. D., & Foster, J. (2005). Psychology. Malden:
Blackwell Publishing.
Hewstone, M., Rubin, M., & Willis, H. (2002). Intergroup bias. Annual Review of
Psychology, 53(1), 575-604. doi:
10.1146/annurev.psych.53.100901.135109
Hogg, M. A., & Turner, J. C. (1985). Interpersonal attraction, social identification
and psychological group formation. European Journal of Social
Psychology, 15(1), 51-66. doi: 10.1002/ejsp.2420150105
Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018). Analisis tugas perkembangan mahasiswa
fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Bikotetik
(Bimbingan dan Konseling: Teori dan Praktik), 2(1), 73-80. doi:
10.26740/bikotetik.v2n1.p73-80
Islam, M. R., & Hewstone, M. (1993). Dimensions of contact as predictors of
intergroup anxiety, perceived out-group variability, and out-group attitude:
An integrative model. Personality and Social Psychology Bulletin, 19(6),
700-710. doi: 10.1177/0146167293196005
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenadamedia Group
Johnston, B. M., & Glasford, D. E. (2017). Intergroup contact and helping: How
quality contact and empathy shape outgroup helping. Group Processes &
Intergroup Relations, 21(8), 1185-1201. doi : 10.1177/1368430217711770
Jones, J. M. (1997). Prejudice and racism (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kanas, A., Scheepers, P., & Sterkens, C. (2015). Interreligious contact, perceived
group threat, and perceived discrimination: Predicting negative attitudes
among religious minorities and majorities in Indonesia. Social Psychology
Quarterly, 78(2), 102-126. doi: 10.1177/0190272514564790
Kaplan, R. M., Saccuzzo, D. P., Widodo, E. P., & Seniati, A. N. L. (2012).
Pengukuran psikologi : Prinsip, penerapan, dan isu (Ed. 7). Jakarta
Selatan: Salemba Humanika.
Kewuel, H. K., Budiyanto A., Fajar Y., & Kumoro, N. B. (2017). Pluralisme,
multikulturalisme, dan batas-batas toleransi. Malang: Program Studi
Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.
Kisah perempuan bercadar: Diteriaki maling, dilempar botol, hingga ditawari
pekerjaan. (2018, 8 Maret). BBC News Indonesia. Diakses dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43302724
Kleg, M.(1993). Hate prejudice and racism. New York : State University of New
York Press
Kramer, B. M. (1949). Dimensions of prejudice. The Journal of Psychology,
27(2), 389-451. doi: 10.1080/00223980.1949.9917434
Kusumah, I. (2007). Risalah pergerakan mahasiswa. Bandung : Indydec Press.
Laird, T. F. N. (2005). College students’ experiences with diversity and their
effects on academic self-confidence, social agency, and disposition toward
critical thinking. Research in Higher Education, 46(4), 365-387. doi::
10.1007/s11162-005-2966-1
Lestari, G. (2016). Bhinnekha tunggal ika: Khasanah multikultural Indonesia di
tengah kehidupan SARA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 28(1). Diunduh dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/5437/2037
Levin, S., Van Laar, C., & Sidanius, J. (2003). The effects of ingroup and
outgroup friendships on ethnic attitudes in college: A longitudinal study.
Group Processes & Intergroup Relations, 6(1), 76-92. doi:
10.1177/1368430203006001013
Lubis, N. A. F. (2006). Multikulturalisme dalam politik: Sebuah pengantar
diskusi. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI, 2(1). Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15288/etv-
apr2006-%20%283%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
MacInnis, C. C., & Page-Gould, E. (2015). How can intergroup interaction be bad
if intergroup contact is good? Exploring and reconciling an apparent
paradox in the science of intergroup relations. Perspectives on
Psychological Science, 10(3), 307-327. doi : 10.1177/1745691614568482
Macrae, C. N., & Bodenhausen, G. V. (2000). Social cognition: Thinking
categorically about others. Annual Review of Psychology, 51(1), 93-120.
doi : 10.1146/annurev.psych.51.1.93
Macrae, C. N., & Bodenhausen, G. V. (2001). Social cognition: Categorical
person perception. British Journal of Psychology, 92(1), 239-255. doi :
10.1348/000712601162059
Maddux, W. W., Galinsky, A. D., Cuddy, A. J., & Polifroni, M. (2008). When
being a model minority is good... and bad: Realistic threat explains
negativity toward Asian Americans. Personality and Social Psychology
Bulletin, 34(1), 74-89. doi : 10.1177/0146167207309195
Mann, J. H. (1959). The relationship between cognitive, affective, and behavioral
aspects of racial prejudice. The Journal of Social Psychology, 49(2), 223-
228. doi: 10.1080/00224545.1959.9919309
McGregor, I., Zanna, M. P., Holmes, J. G., & Spencer, S. J. (2001).
Compensatory conviction in the face of personal uncertainty: going to
extremes and being oneself. Journal of Personality and Social Psychology,
80(3), 472. doi: 10.1037/0022-3514.80.3.47
McGuire, W. J., & Padawer-Singer, A. (1976). Trait salience in the spontaneous
self-concept. Journal of Personality and Social Psychology, 33(6), 743.
doi: 10.1037/0022-3514.33.6.743
McLaren, L. M. (2003). Anti-immigrant prejudice in Europe: Contact, threat
perception, and preferences for the exclusion of migrants. Social Forces,
81(3), 909-936. doi : 10.1353/sof.2003.0038
Molina, L. E., Tropp, L. R., & Goode, C. (2016). Reflections on prejudice and
intergroup relations. Current Opinion in Psychology, 11, 120-124. doi:
10.1016/j.copsyc.2016.08.001
Mujani, S. (2007). Muslim demokrat: Islam, budaya demokrasi, dan partisipasi
politik di Indonesia pasca Orde Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Myers, D. G., & Twenge, J. M.(2016). Social Psychology (12th Ed.). New York :
McGraw-Hill Education.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Myers, D. G., & Twenge, J. M.(2018). Exploring Social Psychology (8th Ed.).
New York : McGraw-Hill Education.
Myers, D. G. 2012. Psikologi sosial 1 (Ed. 10). Jakarta : Salemba Humanika.
Nell, A. (2017). The secondary transfer effect of intergroup contact: Attitude and
empathy generalisation amongst white South African students at
Stellenbosch University (Doctoral dissertation), Stellenbosch: Stellenbosch
University). Diunduh dari http://scholar.sun.ac.za/handle/10019.1/101090
Nelson, T. D. (2009). Handbook of prejudice, stereotyping, and discrimination.
New York: Taylor & Francis Group.
Ostrom, T. M., & Sedikides, C. (1992). Out-group homogeneity effects in natural
and minimal groups. Psychological Bulletin, 112(3), 536-552. doi:
10.1037/0033-2909.112.3.536
Palluck, E. L. (2006). Diversity training and intergroup contact: A call to action
research. Journal of Social Issues, 62(3), 577-595. doi: 10.1111/j.1540-
4560.2006.00474.x
Paolini, S., Hewstone, M., Cairns, E., & Voci, A. (2004). Effects of direct and
indirect cross-group friendships on judgments of Catholics and Protestants
in Northern Ireland: The mediating role of an anxiety-reduction
mechanism. Personality and Social Psychology Bulletin, 30(6), 770-786.
doi: 10.1177/0146167203262848
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (1990). Peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi
Presiden Republik Indonesia. Diunduh dari
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP30-1990PendidikanTinggi.pdf
Pereira, C., Vala, J., & Costa‐Lopes, R. (2010). From prejudice to discrimination:
The legitimizing role of perceived threat in discrimination against
immigrants. European Journal of Social Psychology, 40(7), 1231-1250.
doi : 10.1002/ejsp.718
Periantalo, J., (2015). Penyusunan skala psikologi: Asyik, mudah dan bermanfaat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pertiwi, Y. G. (2012). Indonesia dan bhinneka tunggal ika: Mau dibawa kemana?.
Dalam Faturochman, Tyas, T. H., Minza, W. M., & Lufityanto, G. (Eds.),
Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat (151). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pettigrew, T. F. (1998). Intergroup contact theory. Annual Review of Psychology,
49(1), 65-85. doi: 10.1146/annurev.psych.49.1.65
Pettigrew, T. F. (2008). Intergroup prejudice: Its causes and cures. Actualidades
en Psicología, 22(109), 6. Diunduh dari
https://www.redalyc.org/html/1332/133213120006/
Pettigrew, T. F., & Tropp, L. R. (2006). A meta-analytic test of intergroup contact
theory. Journal of Personality and Social Psychology, 90(5), 751. doi:
10.1037/0022-3514.90.5.751
Pettigrew, T. F., & Tropp, L. R. (2008). How does intergroup contact reduce
prejudice? Meta‐analytic tests of three mediators. European Journal of
Social Psychology, 38(6), 922-934. doi:10.1002/ejsp.504
Pettigrew, T. F., & Tropp, L. R. (2013). When groups meet: The dynamics of
intergroup contact. New York: Psychology Press. doi:
10.4324/9780203826461
Pew Research. (2014). Greatest danger to the world. Didapatkan dari dari Pew
Research Center Website:
https://www.pewresearch.org/global/2014/10/16/middle-easterners-see-
religious-and-ethnic-hatred-as-top-global-threat/dangers-5/
Pew Research. (2015). U.S. is in the middle of pack when it comes to importance
of religion in people’s lives. Didapatkan dari Pew Research Center
Website: https://www.pewresearch.org/fact-tank/2015/12/23/americans-
are-in-the-middle-of-the-pack-globally-when-it-comes-to-importance-of-
religion/ft_15-12-17_religioussalience/
Pluralism [Def. 4a]. (n.d). Merriam-Webster Online. Dalam Merriam-Webster.
Didapatkan 24 April, 2019, dari https://www.merriam-
webster.com/dictionary/pluralism
Richards, Z., & Hewstone, M. (2001). Subtyping and subgrouping: Processes for
the prevention and promotion of stereotype change. Personality and Social
Psychology Review, 5(1), 52-73. doi : 10.1207/S15327957PSPR0501_4
Riek, B. M., Mania, E. W., & Gaertner, S. L. (2006). Intergroup threat and
outgroup attitudes: A meta-analytic review. Personality and Social
Psychology Review, 10(4), 336-353. doi: 10.1207/s15327957pspr1004_4
Rokeach, M., & Mezei, L. (1966). Race and shared belief as factors in social
choice. Science, 151(3707), 167-172. Diunduh dari from
http://www.jstor.org/stable/1717292
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Rubin, M., & Hewstone, M. (2004). Social identity, system justification, and
social dominance: Commentary on Reicher, Jost et al., and Sidanius et al.
Political Psychology, 25(6), 823-844. doi: 10.1111/j.1467-
9221.2004.00400.x
Sani, F., Herrera, M., & Bowe, M. (2009). Perceived collective continuity and
ingroup identification as defence against death awareness. Journal of
Experimental Social Psychology, 45(1), 242-245. doi:
10.1016/j.jesp.2008.07.019
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Santrock, J. W. (2007). Remaja (Ed. 11) Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sassenberg, K., Moskowitz, G. B., Jacoby, J., & Hansen, N. (2007). The carry-
over effect of competition: The impact of competition on prejudice
towards uninvolved outgroups. Journal of Experimental Social
Psychology, 43(4), 529-538. doi : 10.1016/j.jesp.2006.05.009
Schlueter, E., & Scheepers, P. (2010). The relationship between outgroup size and
anti-outgroup attitudes: A theoretical synthesis and empirical test of group
threat-and intergroup contact theory. Social Science Research, 39(2), 285-
295. doi: 10.1016/j.ssresearch.2009.07.006
Schlueter, E., & Scheepers, P. (2010). The relationship between outgroup size and
anti-outgroup attitudes: A theoretical synthesis and empirical test of group
threat-and intergroup contact theory. Social Science Research, 39(2), 285-
295. doi: 10.1016/j.ssresearch.2009.07.006
Sejumlah bom meledak serentak di malam natal. (2000, 24 Desember). Liputan6.
Diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/5550/sejumlah-bom-
meledak-serentak-di-malam-
natal?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3
A%2F%2Fwww.google.com%2F
Sibley, C. G., & Duckitt, J. (2008). Personality and prejudice: A meta-analysis
and theoretical review. Personality and Social Psychology Review, 12(3),
248-279. doi: 10.1177/1088868308319226
Silalahi, U. (2018). Metodologi analisis data dan interpretasi hasil untuk
penelitian sosial kuantitatif. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siregar, S. (2014). Statistika deskriptif untuk penelitian : Dilengkapi perhitungan
manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: Rajawali Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Soesilowindradini. (1996). Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya:
Usaha Nasional.
Spickard, J. (2017). Diversity vs. pluralism: Reflections on the current situation in
the United States. Religions, 8(9), 169. MDPI AG. doi :
http://dx.doi.org/10.3390/rel8090169
Stein, D. D., Hardyck, J. A., & Smith, M. B. (1965). Race and belief: An open and
shut case. Journal of Personality and Social Psychology, 1(4), 281-289.
doi: 10.1037/h0021870
Stephan, W. G., & Renfro, C. L. (2002). The role of threat in intergroup relations.
In D. Mackie & E. Smith (Eds.), From prejudice to intergroup emotions:
Differentiated reactions to social groups (pp. 191-205). New York:
Psychology Press.
Stephan, W. G., & Stephan, C. W. (1996). Predicting prejudice. International
Journal of Intercultural Relations, 20(3-4), 409-426. doi: 10.1016/0147-
1767(96)00026-0
Stephan, W. G., & Stephan, C. W. (2000). An integrated threat theory of
prejudice. In S. Oskamp (Ed.), "The Claremont Symposium on Applied
Social Psychology" Reducing prejudice and discrimination (pp. 23-45).
Mahwah, NJ, US: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Diunduh dari
https://www.researchgate.net/profile/Walter_Stephan/publication/3130547
12_An_Integrated_Threat_Theory_of_Prejudice_In_Stuart_Oskamp_ed/li
nks/5b105aab4585150a0a5e0aed/An-Integrated-Threat-Theory-of-
Prejudice-In-Stuart-Oskamp-ed.pdf?origin=publication_detail
Stephan, W. G., Boniecki, K. A., Ybarra, O., Bettencourt, A., Ervin, K. S.,
Jackson, L. A., ... & Renfro, C. L. (2002). The role of threats in the racial
attitudes of Blacks and Whites. Personality and Social Psychology
Bulletin, 28(9), 1242-1254. doi:10.1177/01461672022812009
Stephan, W. G., Diaz-Loving, R., & Duran, A. (2000). Integrated threat theory
and intercultural attitudes: Mexico and the United States. Journal of
Cross-Cultural Psychology, 31(2), 240-249. doi:
10.1177/0022022100031002006
Stephan, W. G., Renfro, C.L. , & Davis, M. D. (2008). The role of threat in
intergroup relations. In U. Wagner, L. R. Tropp, G. Finchilescu, & C.
Tredoux (Eds.), Social issues and interventions. Improving intergroup
relations: Building on the legacy of Thomas F. Pettigrew (pp. 55-72).
Malden, : Blackwell Publishing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Stephan, W. G., Ybarra, O., & Morrison, K. R. (2009). Intergroup threat theory.
In T. D. Nelson (Ed.), Handbook of prejudice, stereotyping, and
discrimination (pp. 43-59). New York, NY, US: Psychology Press.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tajfel, H. (1982). Social psychology of intergroup relations. Annual Review of
Psychology, 33(1), 1-39. doi: 10.1146/annurev.ps.33.020182.000245
Tajfel, H. (Ed.). (1978). Differentiation between social groups: Studies in the
social psychology of intergroup relations. Oxford, England: Academic
Press.
Tajfel, H., Turner, J. C., Austin, W. G., & Worchel, S. (1979). An integrative
theory of intergroup conflict. Organizational identity: A reader, 56-65.
Diunduh dari http://www.ark143.org/wordpress2/wp-
content/uploads/2013/05/Tajfel-Turner-1979-An-Integrative-Theory-of-
Intergroup-Conflict.pdf
Talib, A. A. (2014). Pluralisme sebagai Keniscayaan dalam Membangun
Keharmonisan Bangsa. Dalam I. M. Arif (Ed.), Prosiding Simposium
Nasional Asosiasi Keilmuan Filsafat, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Diunduh dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/25530/4/04.%20Abdullah%20Abd%20Talib%20-
%20PLURALISME%20SEBAGAI%20KENISCAYAAN%20DALAM%
20MEMBANGUN%20KEHARMONISAN%20BANGSA.pdf
Tausch, N., Tam, T., Hewstone, M., Kenworthy, J., & Cairns, E. (2007).
Individual‐level and group‐level mediators of contact effects in Northern
Ireland: The moderating role of social identification. British Journal of
Social Psychology, 46(3), 541-556. doi: 10.1348/014466606X155150
Taylor, S. E. (1981). A categorization approach to stereotyping. Dalam D. L.
Hamilton (Ed.), Cognitive processes in stereotyping and intergroup
behavior, ( pp 83-114). New Jersey : L. Erlbaum Associates.
Taylor, S. E., Fiske, S. T., Etcoff, N. L., & Ruderman, A. J. (1978). Categorical
and contextual bases of person memory and stereotyping. Journal of
Personality and Social Psychology, 36(7), 778-793. doi: 10.1037/0022-
3514.36.7.778
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tsai-Wei, S. (2010). The ethnic triangle: State, majority, and minority in
Indonesia, Malaysia, and Singapore (Disertasi doktoral), National
University of Singapore. Diunduh dari
https://scholarbank.nus.edu.sg/handle/10635/17842
Turner, J. C., Hogg, M. A., Oakes, P. J., Reicher, S. D., & Wetherell, M. S.
(1987). Rediscovering the social group: A self-categorization theory. Basil
Blackwell.
Turner, J. C., Oakes, P. J., Haslam, S. A., & McGarty, C. (1994). Self and
collective: Cognition and social context. Personality and Social
Psychology Bulletin, 20(5), 454-463. doi: 10.1177/0146167294205002
Uslaner, E. (2011). Contact, diversity, and segregation. SULCIS Working Papers
2011:5, Stockholm University, Linnaeus Center for Integration Studies -
SULCIS. Diunduh dari http://www.diva-
portal.org/smash/get/diva2:821632/FULLTEXT01.pdf
Van Laar, C., Levin, S., Sinclair, S., & Sidanius, J. (2005). The effect of
university roommate contact on ethnic attitudes and behavior. Journal of
Experimental Social Psychology, 41(4), 329-345.doi:
10.1016/j.jesp.2004.08.002
Voci, A., & Hewstone, M. (2003). Intergroup contact and prejudice toward
immigrants in Italy: The mediational role of anxiety and the moderational
role of group salience. Group Processes & Intergroup Relations, 6(1), 37-
54. doi: 10.1177/1368430203006001011
Vonofakou, C., Hewstone, M., & Voci, A. (2007). Contact with out-group friends
as a predictor of meta-attitudinal strength and accessibility of attitudes
toward gay men. Journal of Personality and Social Psychology, 92(5),
804. doi: 10.1037/0022-3514.92.5.804
Wagner, U., Tropp, L. R., Finchilescu, G., & Tredoux, C. (Eds.). (2008). Social
issues and interventions. Improving intergroup relations: Building on the
legacy of Thomas F. Pettigrew. Malden, : Blackwell Publishing. doi:
10.1002/9781444303117
Wibisono, S. (2012). Orientasi Keberagamaan, Modal Sosial, dan Prasangka
terhadap Kelompok Agama Lain pada Mahasiswa Muslim. Jurnal INSAN,
14(03). Diunduh dari journal.unair.ac.id/download-fullpapers-14-3-1.pdf
Wilder, D. A., & Allen, V. L. (1978). Group membership and preference for
information about others. Personality and Social Psychology Bulletin,
4(1), 106-110. doi: 10.1177/014616727800400122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Xie, F. U. (2013). Hubungan antara orang kristen dan islam dalam masyarakat
sipil: Studi di kota Sukabumi dan kota Bandung. Dalam I. Moeliono (Ed.),
Prosiding The 5th International Conference on Indonesian Studies:
"Ethnicity and Globalization”, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia. Diunduh dari
https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-17.pdf
Yudrik, Jahja. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta. Kencana.
Zagefka, H., & James, T. (2015). The psychology of charitable donations to
disaster victims and beyond. Social Issues and Policy Review, 9(1), 155-
192. doi: 10.1111/sipr.12013
Zanden, J. W. V. (1989). Social psychology (3rd ed.). New York : McGraw-Hill
Inc.,US
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 1. Skala Penelitian
Skala Penelitian
Dengan hormat,
Saya Priskila Dayu Eldiana dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Saya bermaksud memohon bantuan teman-
teman untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala penelitian ini dengan
memberikan tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah saya susun dalam
skala penelitian ini. Sebelum mengisi skala penelitian, terlebih dahulu teman-teman
diminta untuk mengisi beberapa data diri yang berkaitan dengan kepentingan
penelitian. Kemudian, teman-teman diharapkan untuk mengisi skala penelitian
sesuai dengan apa yang teman-teman alami, rasakan, maupun pikirkan. Teman-
teman tidak perlu ragu-ragu dalam menjawab karena tidak ada jawaban yang benar
maupun salah. Data pribadi dan semua jawaban yang teman-teman berikan dalam
skala penelitian ini terjamin kerahasiaannya. Data dan informasi yang didapatkan
dari skala ini akan dilaporkan dalam bentuk perhitungan statistik dan kesimpulan
skripsi tanpa mengungkap identitas.
Teman-teman berhak mengundurkan diri dari penelitian ini kapanpun dan
tidak ada konsekuensi apapun dari pengunduran diri tersebut.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas kesediaan, waktu dan kerjasama yang
diberikan saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Priskila Dayu Eldiana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Skala Penelitian 1
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat beberapa buah pertanyaan. Teman-teman diminta untuk
memilih jawaban yang dialami teman-teman saat ini. Tidak ada jawaban benar atau
salah dalam skala ini.
*Interaksi sosial merupakan semua interaksi langsung sehari-hari, meliputi
bertemu, berbincang, menyapa, bertukar cerita, menghabiskan waktu bersama, dan
sebagainya.
1. Jumlah teman dari agama lain
a. Tidak ada
b. Kurang dari 5 orang
c. 5 orang
d. 6 sampai 10 orang
e. Lebih dari 10 orang
2. Jumlah teman dekat/sahabat dari agama lain
a. Tidak ada
b. Kurang dari 5 orang
c. 5 orang
d. 6 sampai 10 orang
e. Lebih dari 10 orang
3. Interaksi sosial dengan teman yang memiliki agama berbeda dalam seminggu
a. Tidak pernah
b. Belum tentu berinteraksi dalam seminggu (terkadang berinteraksi)
c. Selalu berinteraksi 1 sampai 4 hari
d. Selalu berinteraksi 5 sampai 6 hari
e. Selalu berinteraksi setiap hari
4. Interaksi dengan teman yang memiliki agama berbeda dalam sehari
a. Tidak pernah
b. Belum tentu berinteraksi dalam sehari (terkadang berinteraksi)
c. Selalu berinteraksi kurang dari 10 menit
d. Selalu berinteraksi 1 jam (60 menit) atau lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Skala Penelitian 2
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat beberapa buah pernyataan.Teman-teman diminta untuk
memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-teman saat ini. Tidak ada
jawaban benar atau salah dalam skala ini. Pada setiap pernyataan, terdapat empat
pilihan jawaban yang tersedia, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan
sangat setuju.
*Interaksi sosial merupakan semua interaksi langsung sehari-hari, meliputi
bertemu, berbincang, menyapa, bertukar cerita, menghabiskan waktu bersama, dan
sebagainya.
No Pernyataan Sangat
Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai Sangat
Sesuai
1 Saya sungkan menceritakan
hal pribadi kepada teman dari
agama lain.
2 Saya merasa senang ketika
berinteraksi dengan teman
dari agama lain.
3 Saya merasa memiliki
kedudukan sosial yang
berbeda dengan teman yang
berbeda agama saat
berinteraksi dengannya.
4 Saya merasa bosan ketika
berinteraksi dengan teman
dari agama lain.
5 Saya menjalin relasi dengan
teman yang berbeda agama
secara terpaksa.
6 Saya mengenal baik teman
saya dari agama lain yang
berinteraksi dengan saya.
7 Saya menganggap teman dari
agama lain yang berinteraksi
dengan saya sebagai kawan.
8 Saya menceritakan hal
pribadi saya kepada teman
dari agama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
9 Saya menceritakan hal
pribadi saya kepada teman
dari agama lain.
10 Saya menikmati interaksi
dengan teman dari agama
lain.
11 Saya memiliki kedudukan
sosial yang lebih tinggi atau
rendah dibandingkan teman
saya dari agama lain.
12 Hubungan yang terjalin
antara saya dan teman dari
agama lain merupakan
hubungan yang
memunculkan emosi negatif.
13 Saya melakukan interaksi
sosial dengan teman yang
memiliki agama berbeda
karena adanya aturan yang
berlaku.
14 Hubungan antara saya dan
teman yang berbeda agama
adalah hubungan kompetisi.
15 Saya melakukan interaksi
sosial dengan teman yang
berbeda agama secara
sukarela.
16 Saya ingin lebih unggul
dibanding teman dari agama
lain.
17 Saya hanya sekadar bertegur
sapa dengan teman saya dari
agama lain.
18 Saat berinteraksi dengan
teman dari agama lain, saya
merasa canggung dengannya.
19 Saya menganggap teman dari
agama lain yang berinteraksi
dengan saya sebagai musuh.
20 Melakukan interaksi sosial
dengan teman yang memiliki
agama berbeda adalah
kemauan saya sendiri.
21 Saat berinteraksi dengan
teman dari agama lain, saya
merasa akrab dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
22 Ketika saya berinteraksi
dengan teman dari agama
lain, saya ingin cepat
mengakhiri-nya.
23 Kedudukan sosial saya setara
dengan teman dari agama lain
yang berinteraksi dengan
saya.
24 Membantu teman dari agama
lain lebih penting daripada
berusaha mengungguli-nya.
25 Hubungan yang terjalin
antara saya dan teman dari
agama lain merupakan
hubungan yang
menyenangkan.
26 Bukan merupakan masalah
apabila saya harus
berinteraksi dengan teman
dari agama lain dalam waktu
yang lama.
27 Saya merasa memiliki
kedudukan sosial yang sama
dengan teman dari agama lain
yang berinteraksi dengan
saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Skala Penelitian 3 (Bagian I)
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat serangkaian pasangan karakteristik sebagai respon mengenai
anggota kelompok agama lain. Teman-teman diminta untuk memilih poin skala
yang paling sesuai dengan pemikiran teman-teman mengenai anggota kelompok
agama lain dan merupakan respon yang pertama kali muncul dalam pikiran teman-
teman. Diharapkan teman-teman memilih jawaban dengan sejujur-jujurnya karena
tidak ada jawaban benar atau salah dalam skala ini.
Anggota kelompok agama lain
1 2 3 4 5
Bergaul
dengan
kelompok lain
Bergaul dengan
sesama
kelompoknya
Sulit
menerima
kelompok lain
Mau menerima
kelompok lain
Peduli dengan
keadaan
sekitar
Peduli dengan
urusannya sendiri
Menghargai
pemikiran lain
Memiliki
keyakinan tinggi
terhadap
pemikirannya
Sulit
menerima
pemikiran baru
Mudah menerima
pemikiran baru
Mengatakan
apa adanya
Menyembunyikan
sesuatu
Mengikuti
perkembangan
zaman
Kurang antusias
dengan
perkembangan
zaman
Menerima
kehadiran
kelompok lain
Sulit menerima
kehadiran
kelompok lain
Suka
kebebasan
Sangat patuh
kepada aturan
yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Menyimpan
untuk diri
sendiri
Mau berbagi
Berpenampilan
sederhana
Berpenampilan
mewah
Skala Penelitian 3 (Bagian II)
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat serangkaian pasangan kata yang dapat dipilih sebagai respon
teman-teman terhadap kehadiran anggota kelompok agama lain. Teman-teman
diminta untuk memilih poin pada skala yang paling sesuai dengan apa yang teman-
teman alami saat ini. Diharapkan teman-teman memilih jawaban dengan sejujur-
jujurnya karena tidak ada jawaban benar atau salah dalam skala ini.
Kehadiran anggota kelompok agama lain membuat saya merasa ....
1 2 3 4 5
Tenteram Cemas
Antipati Simpati
Percaya
diri
Minder
Kagum Benci
Risih Nyaman
Terancam Aman
Tenang Marah
Cuek Antusias
Skala Penelitian 3 (Bagian III)
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat serangkaian pasangan kata yang dapat dipilih sebagai respon
teman-teman terhadap anggota kelompok agama lain. Teman-teman diminta untuk
memilih poin pada skala yang paling sesuai dengan apa yang teman-teman alami
saat ini. Diharapkan teman-teman memilih jawaban dengan sejujur-jujurnya karena
tidak ada jawaban benar atau salah dalam skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Terhadap anggota kelompok agama lain saya akan ...
1 2 3 4 5
Menjaga jarak Mendekati
Mendiamkan Mengajak
bicara
Bertegur sapa Menghindari
Berhati-hati Mempercayai
Menjalin
Komunikasi
Membatasi
Komunikasi
Mendengarkan
pendapatnya
Mengacuhkan
pendapatnya
Bekerja sama Berusaha
mengungguli
Mempercayai
label yang
diberikan oleh
masyarakat
Mencoba
mengenal
lebih dalam
Memilihnya
sebagai teman
Tidak
memasukkan
dalam
lingkaran
perteman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 2. Reliabilitas
1. Reliabilitas Skala Kontak Antarkelompok Agama Sebelum Seleksi
Aitem
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.917 .932 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Item-Total Statistics
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Qn1 .339 .917
Qn2 .306 .922
Qn3 .432 .919
Qn4 .445 .916
Ql1 .379 .916
Ql2 .558 .914
Ql3 .322 .917
Ql4 .556 .914
Ql5 .424 .916
Ql6 .566 .914
Ql7 .714 .912
Ql8 .555 .914
Ql9 .667 .913
Ql10 .748 .912
Ql11 .408 .916
Ql12 .495 .915
Ql13 .447 .915
Ql14 .526 .915
Ql15 .524 .914
Ql16 .298 .918
Ql17 .488 .915
Ql18 .405 .916
Ql19 .522 .914
Ql20 .578 .914
Ql21 .674 .913
Ql22 .701 .912
Ql23 .647 .913
Ql24 .544 .914
Ql25 .523 .914
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Ql26 .673 .913
Ql27 .588 .914
Ql28 .668 .913
2. Reliabilitas Skala Kontak Antarkelompok Agama Setelah Seleksi
Aitem
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.949 .958 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Qn1 .460 .949
Qn2 .320 .953
Qn3 .448 .951
Qn4 .458 .949
Ql1 .506 .948
Ql2 .675 .947
Ql3 .470 .948
Ql4 .681 .947
Ql5 .583 .947
Ql6 .656 .947
Ql7 .791 .946
Ql8 .619 .947
Ql9 .751 .946
Ql10 .811 .946
Ql11 .562 .948
Ql12 .645 .947
Ql13 .582 .947
Ql14 .669 .947
Ql15 .635 .947
Ql17 .596 .947
Ql18 .506 .948
Ql19 .648 .947
Ql20 .721 .947
Ql21 .763 .946
Ql22 .772 .946
Ql23 .755 .946
Ql24 .654 .947
Ql25 .631 .947
Ql26 .759 .946
Ql27 .692 .946
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Ql28 .753 .946
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
3. Reliabilitas Skala Prasangka Sebelum Seleksi Aitem
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.918 .930 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Kog1 .521 .915
Kog2 .687 .912
Kog3 .262 .920
Kog4 .480 .916
Kog5 .048 .923
Kog6 .576 .914
Kog7 .670 .913
Kog8 .598 .914
Kog9 .183 .920
Kog10 .353 .917
Kog11 .634 .913
Kog12 -.037 .925
Kog13 .304 .918
Kog14 .484 .915
Kog15 .513 .915
Afek1 .645 .914
Afek2 .638 .914
Afek3 .622 .914
Afek4 .657 .913
Afek5 .746 .912
Afek6 .632 .914
Afek7 .671 .913
Afek8 .536 .915
Behv1 .558 .915
Behv2 .478 .916
Behv3 .697 .913
Behv4 .406 .916
Behv5 .688 .913
Behv6 .691 .913
Behv7 .687 .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Behv8 .361 .917
Behv9 .649 .914
4. Reliabilitas Skala Prasangka Setelah Seleksi Aitem
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.936 .942 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Kog1 .509 .935
Kog2 .696 .932
Kog4 .483 .935
Kog6 .566 .934
Kog7 .663 .933
Kog8 .593 .934
Kog10 .336 .937
Kog11 .630 .933
Kog13 .296 .938
Kog14 .486 .935
Kog15 .517 .935
Afek1 .649 .933
Afek2 .655 .933
Afek3 .638 .933
Afek4 .678 .933
Afek5 .758 .932
Afek6 .643 .933
Afek7 .694 .932
Afek8 .523 .934
Behv1 .559 .934
Behv2 .482 .935
Behv3 .718 .932
Behv4 .392 .936
Behv5 .723 .932
Behv6 .717 .933
Behv7 .711 .932
Behv8 .361 .936
Behv9 .657 .933
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 3. Hasil Analisis Tambahan
1. Hasil Uji Independent Sample T-Test Variabel Jenis Kelamin dan
Prasangka
Tests of Normality
Jenis Kelamin
Responden
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
JumlahPrasangka Laki-laki .103 60 .178
Perempuan .055 165 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality
of Means
F Sig. Sig. (2-tailed)
JumlahPr
asangka
Equal
variances
assumed
5.834 .017 .625
Equal
variances
not
assumed
.654
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI