Hepatitis

68
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS AKUT A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Penyakit hepatitis akut merupakan penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada sel-sel hati (Kapita Selekta Kedokteran, 2005). Price (1995), Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang mencolok pada hati. Bentuk hepatitis yang paling dikenal adalah hepatitis A dan B. Jadi kesimpulannya, hepatitis akut merupakan suatu penyakit infeksi atau peradangan yang terjadi pada sel-sel hati atau

description

laporan

Transcript of Hepatitis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HEPATITIS AKUT

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Penyakit hepatitis akut merupakan penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada sel-sel hati (Kapita Selekta Kedokteran, 2005).

Price (1995), Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang mencolok pada hati. Bentuk hepatitis yang paling dikenal adalah hepatitis A dan B.

Jadi kesimpulannya, hepatitis akut merupakan suatu penyakit infeksi atau peradangan yang terjadi pada sel-sel hati atau hepatosit yang disebabkan oleh virus hepatitis.

2. Insidensi

Noer, Sjaifoellah (1996), Ikterus epidemik telah dilaporkan pertama kali oleh Hipocrates. Selanjutnya telah dilaporkan banyak epidemik, terutama sewaktu perang. Dalam Perang dunia Ke 2 telah dilaporkan berbagai epidemik ikterus, terutama yang terjadi di Timur Tengah dan Italia. Kita mengenal beberapa macam hepatitis viral akut, dari hepatitis A sampai dengan hepatitis C. Berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis akan segera bertambah.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bukan hanya di Amerika tetapi diseluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus dilaporkan ke Pusat Pengawasan Kesehatan di Amerika, dan setiap tahun jumlahnya secara bertahap bertambah, walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah, morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini (Pince, 1995).

Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan dapat menyebabkan penderitanya absent dari sekolah atau dari tempat kerja dalam waktu yang cukup lama.

Enampuluh sampai 90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika telah memiliki antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak dapat mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis (Brunner,dkk, 2002).

3. Etiologi

Lima jenis penyebab penyakit hepatitis virus akut dengan melalui ragam penyerangan, ragam permulaan dan masa inkubasi. Virus ini untuk jenis parenteral dan non parenteral sehubungan dengan mekanisme transmisi (penyerangan).

Jenis non-parenteral : Hepatitis A dan Hepatitis E, penyebaran virus melalui rute oral-fecal. Jenis parenteral : Hepatitis B, Hepatitis C, dan Hepatitis D, penyerabannya melalui transfusi darah melalui pembuluh darah vena dan hubungan sex.

a. Hepatitis A

Dahulu disebut juga dengan hepatitis infeksiosa. Penyebab yang dapat menjangkit Hepatitis A kemungkinannya adalah virus RNA dari famili enterovirus. Karakteristik Hepatitis A adalah sama dengan sifat khas dari syndroma virus dan sering kali tidak dapat dikenali. Penyebaran Hepatitis A adalah melalui jalur fekal oral terutama lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus hepatitis A, air yang tidak bersih mengandung sumber penyakit atau infeksi, kerang-kerang yang diambil dari air yang tercemar. Virus dapat juga tersebar melalui aktivitas sex oral-anal dan kadang-kadang melalui pembukaan pengeluran fecal dalam Rumah Sakit. Dalam kasus yang sama, Hepatitis A dapat juga bertransmisi dalam aliran darah. Penyakit ini sering terjadi pada daerah yang sanitasinya kurang. Masa inkubasi Hepatitis A antara 1 hingga 7 minggu dengan rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 sampai denagn 8 minggu. Umumnya hepatitis A berlangsung lebih lama dan lebih berat pada penderita yang berusia diatas 40 tahun (Brunner, dkk, 2002).

Virus hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat didalam serum. Pada saat terjadinya ikterus, kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi (Brunner, dkk, 2002).

b. Hepatitis B

Brunner, dkk (2002), Hepatitis B disebut juga sebagai serum hepatitis. Dimana penyebabnya adalah virus hepatitis B (HVB). Jenis penularan HVB ini adalah secara perenteral atau kontak dengan karier atau penderita infeksi akut kontak seksual, penularan secara perinatal dari ibu kepada bayinya, dan merupakan ancaman kesehatan kerja yang penting bagi petugas kesehatan. Selain itu juga penyebarannya melalui mukosa membran dengan lewat :

1) Kontak dengan cairan tubuh, seperti : semen, saliva, dan darah.

2) Kontaminasi dengan luka yang terbuka

3) Peralatan dan perlengkapan yang terjangkit

Contoh waktu terjadinya transmisi (penyebaran), antara lain :

1) Jarum suntik (secara sengaja atau kebetulan)

2) Transfusi darah yang terkontaminasi dengan luka, goresan atau lecet

3) Mulut atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction

4) Prosedur bedah mulut atau gigi

Nugroho (2001), Hepatitis B dapat tersebar melalui hubungan sex dan khususnya para gay (homoseksual). Virus ini dapat juga tersebar dengan melalui penggunaan peralatan tato dan pelubang daun telinga ; penggunaan yang terkontaminasinya perlengkapan pembagian obat); berciuman; dan perlengkapan lainnya. Seperti : cangkir, pasta gigi, dan rokok.

Perjalanan penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan mempunyai serangan tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit atau komplikasi yang serius. Masa inkubasi virus hepatitis B ini adalah 28 sampai 160 hari dengan rata-rata 70 sampai 80 hari (Brunner, 2002). Virus HVB ini dapat menyerang semua umur dengan mortalitas sedikit lebih tinggi daripada hepatitis A. (Price, 1995).

c. Hepatitis C

Hepatitis C juga sering disebut dengan hepatitis non A non B. Penyebab hepatitis ini adalah Virus Hepatitis C (HCV). Virus ini dapat menular melalui transfusi darah dan produk darah yang terkontaminasi lewat peralatan atau peralatan obat. Masa inkubasi dari virus hepatitis C ini adalah 150 hari sampai dengan 160 hari dengan rata-rata50 hari. Pada HVC ini sering terjadi status krier yang kronis pada penderita dan penyakit hati yang kronis dapat meningkatkan resiko kanker hati (Brunner, 2002).

d. Hepatitis D

Hepatitis D disebabkan karena terinfeksi HDV, virus RNA yang tidak sempurna membutuhkan fungsi pembantu HBV. Penularan dari HVD ini adalah sama dengan penularan HVB, dengan masa inkubasi 21 sampai 140 hari dengan rata-rata 35 hari. Hasil akhir dari HVD adalah serupa dengan HBV tetapi kemungkina status karier, hepatitis aktif yang kronis dan sirosis hepatitis lebih besar (Brunner, dkk, 2002).

e. Hepatitis E

Brunner, dkk (2002), Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Cara penularan HEV adalah melalui jalur fekal-oral dan kontak antara manusia meskipun resikonya rendah. Masa inkubasi dari HEV adalah selama 15 hari sampai 65 hari dengan masa rata-rata 42 hari. Hasil akhir yang dapat ditimbulkan oleh HEV serupa dengan HAV kecuali sangat berat pada wanita hamil.

4. Patofisiologi

Liver membuka sejumlah agen seperti virus masuk kedalam hati/liver sehingga terjadi peradangan pada sel-sel hati/liver/ liver menjadi membesar dan mendesak dengan meradangnya sel-sel hati dan bertambahnya cairan, sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit, tidak nyaman mual, dan anoreksia. Kemajuan dan kelanjutan dari proses penyakit hepatitis ini adalah pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrose dan regenerasi sel-sel hepar tersebut menyebabkan terjadinya kegagalan hati untuk melakukan detoksifikasi sehingga terjadi pelepasan toksin dari hati yang rusak dan peningkatan kadar SGPT dan SGOT. Akibat kejadian tersebut, terjadi pula perubahan pada sistem sirkulasi sel hepar yaitu masuk dan bercampurnya sirkulasi darah kedalam pembelahan jaringan hepar sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam lintasan sirkulasi sel hepar yang kemudian menyebabkan udem terutama pada saluran-saluran empedu hati intrahepatik akibatnya terjadi kolestasis kronik yang menimbulkan bilirubin total dan bilirubin direct meningkat melebihi batas norma yang menimbulkan manifestasi ikterik, pruritus, urine berwarna gelap dan feses pucat.

Gangguan metabolisme zat gizi juga terjadi terutama pada metabolisme protein dan lemak sehingga penderita hepatitis biasanya terjadi kelemahan atau mudah lelah.

Pada kasus yang tanpa terjadinya komplikasi, fase atau tahap penyembuhan dari hepatitis sudah mulai pada 1 atau 2 minggu dari timbulnya ikterus dan akan berlangsung selama 2 sampai 6 minggu. Yang mana hal ini ditandai dengan aktifitas fagositosis, aktifitas enzim-enzim pada hati yang nomral serta perbaikan sel-sel hepar (UNAIR, 2002).

5. Klasifikasi

a. Hepatitis virus

1) Hepatitis A

Disebabkan oleh virus Hepatitis A. Penularannya akibat kontak dengan orang yang terinfeksi melalui kontaminasi feces, pada makanan, masa inkubasinya 15-45 hari.

2) Hepatitis B

Disebabkan oleh virus Hepatitis B.

Hepatitis B terjadi pada semua kelompok umur, kelompok orang tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu yang beresiko tinggi kelompok tersebut mencakup:

Imigran dari daerah endomis HBV

Pengguna obat intravena yang sering bertukar jarum dan alat suntik

Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang terinfeksi

Pria homoseksual yang secara seksual aktif

Pasien rumah sakit jiwa

Narapidana pria

Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertentu dari plasma

Kontak serumah dengan karier HBV

Pekerja sosial dibidang kesehatan terutama yang banyak kontrak dengan darah

Bayi baru lahir dari ibu terinfeksi

Masa inkubasinya 30-180 hari.

3) Hepatitis C

Disebabkan oleh virus Hepatitis C. Menyerang kelompok orang yang berprilaku sex bebas (berganti pasangan), transfusi darah atau penggunaan obat IV masa inkubasinya 15-150 hari.

4) Hepatitis D

Disebabkan oleh virus hepatitis D menyerang kelompok pecandu obat. Masa inkubasinya 30-180 hari.

5) Hepatitis E

Disebabkan oleh virus hepatitis E daerah kumuh masa inkubasi 15-60 hari.

6) Hepatitis F & G

Ini jarang terjadi.

b. Hepatitis toksikum/toksik

Terjadi setelah terpapar suatu substansi (obat-obatan) dapat terjadi nekrosis 2-3 hari sejak pemaparan terhadap substansi toksik. Gejalanya muncul 2-3 minggu.

c. Hepatitis aktif kronis

Menyebabkan inflamasi hepatik, nekrosis hepatik dan fibrosis yang progresif. Banyak terjadi pada wanita dan anak-anak muda.

d. Hepatitis alkoholik

Merupakan inflamasi liver akut dan kronik.

6. Tanda dan Gejala

Menurut Brunner, dkk (2002)

a. Hepatitis A

Hepatitis A dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip dengan flu.

1) Pada fase Preikhterik yaitu Sakit kepala, malaise, fatique, anoreksia dan febris.

2) Pada fase ikhterik yaitu urine berwarna gelap seperti teh, gejala ikhterus pada sklera dan kulit, nyeri tekan pada hati.

b. Hepatitis B

Dapat terjadi tanpa gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.

c. Hepatitis C

Serupa dengan HBV, tidak begitu beat dan anikhterik.

d. Hepatitis D

Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh HDV adalah serupa dengan tanda dan gejala HBV.

e. Hepatitis E

Serupa dengan tanda dan gejala HAV namun akan sangat berat jika terjadi pada wanita yang sedang hamil.

Menurut Selekta Kapita (2005), manifestasi klinik yang ditimbulkan oleh virus hepatitis adalah

1) Stadium preikhterik berlangsung selama 4 sampai 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoeksia, mual, muntah, sub febris, nyeri otot, dan nyeri diperut kanan atas. Urine menjadi lebih coklat.

2) Stadium inkterik yang berlangsung selama 3 sampai 6 minggu. Ikhterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit dan seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang namun klien masih lema, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan

3) Stadium pascakhterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal kembali. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa yaitu pada akhir bulan kedua karena penyebab yang biasanya berbeda.

Gambaran klinis pada hepatitis virus biasanya bervariasi, mulai dari yang tidak merasakan apa-apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit sampai keadaan yang berat, bahkan koma dan kematian dalam beberapa hari saja.

Pada hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-sama, umumnya anoreksia dan gangguan pada pencernaan. Urine secara makroskopis berwarna seperti teh tua dan apabila dikocok akan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan.

Pada hepatitis akut ikhterik, paling sering ditemukan dalam klinis. Biasanya perjalanan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira-kira 8 minggu.

7. Pemeriksaan fisik

Melalui pemeriksaan fisik didapatkan jaundice, eritema, sklera tampak kuning (ikterus), asites, terdapat beberapa spider vaskuler dipunggung. Limpa dapat teraba pada perut kuadran kanan atas terdapat nyeri tekan, hepatomegali, splenomegali. Perkusi pada tulang iga kanan bawah sebelah belakang akan menimbulkan nyeri bertambah.

8. Pemeriksaan penunjang/diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

Tes fungsi hati : abnormal

SGOT/SGPT meningkat

Darah lengkap : sel darah merah menurun

Leukopenia: trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

Albumin serum : menurun

Bilirubin serum : meningkat

Anti HAV IgM : positif pada tipe A

HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (Tipe A)

Pada pemeriksaan feses : warna tanah liat, steatorea.

Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi

b. Radiologi

X-Ray dapat ditemukan pembesaran liver dapat diatas bagian abdominal.

9. Diagnosis

Pada stadium pra ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit infeksi akut lain seperti appendiksitis akut/gastroenteritis akut.

10. Penatalaksanaan

a. Tirah baring (bed rest)

Tirah baring merupakan penatalaksanaan yang direkomendasikan tanpa memperhitungkan bentuk terapi yang lain sampai gejala hepatitis sudah mereda. Selanjutnya aktivitas baru dibatasi sampai gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim hati dalam serum sudah kembali normal (Brunner, dkk, 2002).

b. Diet

Jika pasien mual, tidak napsu makan, atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori yaitu 30-35 kalori/kg BB. Pasien hepatitis dapat diberikan diet hati II-III (Kapita Selekta, 2005).

Menurut Ester (2002) secara umum, pasien dengan hepatitis dianjurkan diet seimbang tinggi karbohidrat dan rendah lemak. Makanan harus diberiakn dalam porsi kecil dan diberikan 4 sampai 6 kali sehari.

c. Medikamentosa

1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan apabila kolestasis terjadi berkepanjangan, dimana transminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.

2) Berikan obat-obat yang melindungi hati

3) Berikan krim lipid dan emolien untuk penatalaksanaan pruritus

4) Antiemetik untuk mengontrol mual dan muntah, tetapi golongan fenotiazid tidak digunakan karena agens ini dibiotransformasikan dihepar sehingga berpotensi untuk menjadi toksik.

5) Vitamin K parenteral dapat diberikan pada pasien dengan masa protrombin memanjang.

B. Konsep Dasar Askep Hepatitis Akut

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam 4 kegiatan, yaitu: pengumulan data, analisa data, sistematika data dan penentuan masalah (Effendy, 1995).

Pengkajian yang muncul pada klien dengan hepatitis akut menurut Doenges (2000) adalah :

a. Dasar Data Pengkajian Pasien

Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/ gangguan hati.

b. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum

c. Sirkulasi

Tanda :

Bradikardia (hiperbilirubinemia berat)

Ikterik pada sklera, kulit, membran mukosa

d. Eliminasi

Gejala :

Urine gelap

Diare/konstipasi, feses warna tanah liat

Adanya/berulangnya hemodialisa

e. Makanan/Cairan

Gejala :

Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema).

Mual/muntah

Tanda : Asites

f. Neurosensori

Gejala :

Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas

Mialgia, artralgia, sakit kepala

Gatal (pruritus)

Tanda : Otot tegang, gelisah

g. Pernapasan

Gejala : Tidak minat/enggan merokok (perokok)

h. Keamanan

Gejala : Adanya transfusi darah/produk darah

Tanda :

Demam

Urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak beraturan

Eksaserbasi jerawat

Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada penyakit hepar akibat Alkoholik)

i. Seksualitas

Gejala : Pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpajan (contoh homoseksual aktif biseksual wanita).

Adanya infeksi seperti flu pada pernapasan atas

j. Pemeriksaan Diagnostik

Tes fungsi hati : Abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : Merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus-non virus.

AST (SGOT)/ALT(SGPT) : Awal meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik.

Dalam darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibat perdarahan.

Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

Diferensial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit antipikal. Dan sel plasma.

Alkali fostatase; Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

Fese : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).

Albumin serum : Menurun

Gula darah : Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).

Anti-HAV IgM : Positif pada tipe A

HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A). Catat : merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.

Masa protrombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati)

Bilirubin serum : Di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler.

Tes ekskresi BSP : Kadar darah meningkat

Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

Skan hati : Membantu perkiraan, beratnya kerusakan parenkim

Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin; protein/hematuria dapat terjadi

Menurut Brunner, dkk (2002) pengkajian pada klien dengan hepatitis akut adalah :

a. Pengkajian pada klien dengan hepatitis A

Banyak klien tidak tampak ikterik gegala. Ketika gejala muncul, bentuknya berupa infeksi saluran pernafasan akut ringan seperti flu dan demam sub febris, anoreksia, warna urine gelap dan ikterus.

Gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat yang ditandai dengan nyeri epigatrium, mual, dan flatuensi, dan pembesaran hati.

b. Pengkajian pada klien dengan hepatitis B

Gejala dan tanda hepatitis B dapat samar dan bervariasi. Gejala yang muncul berupa demam dan dispnea, artralgia, ruam/pruritus, penurunan napsu makan, dispepsia, nyeri abdomen, tidak enak badan dan lemah. Gejala ikterus, warna feses cerah, warna urine gelap, pembesaran lien dan hepar. Nyeri tekan pada hati.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan, malaise dan latergi

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan edema

d. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui diare, asites, gangguan proses pembekuan.

e. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit yang lam/periode penyembuhan.

f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahan primer tidak adekuat, lekopenia, penekanan respon inflamasi, dan depresi imun.

g. Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasme otot sekunder terhadap hepar.

h. Risiko terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan tidak efektifnya : termoregulasi sekunder terhadap infeksi.

i. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubunagn dengan kurang terpaja/mengingat, salah interpretasi interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

3. Rencana tindakan keperawatan

a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan, malaise dan latergi.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien menyatakan pemahaman situasi dan program pengobatan

Klien menunjukkan prilaku yang mampu melakukan aktivitas kembali

Klien melaporkan kemampuan melakuakn peningkatan toleansi aktivitas.

Rencana :

Mandiri :

1) Tingkatkan tirah baris/duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan.

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki, yang mencegah sirkulasi optional ke hati.

2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik

Rasional : Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.

3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi

Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan

4) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif

Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang menganggu periode istirahat.

5) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visuaslisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, radio, membaca.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.

6) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.

Rasional : Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit memerlukan istirahat lanjut, mengganti program tercapai.

Kolaborasi

1) Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hiperventilasi) tergantung pada pemajanan.

Rasional : Membuang agen penyebab pada hepatitis toksik dan membatasi derajat kerusakan jaringan.

2) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (Valium), larazepam (Ativan)

Rasional : Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur, catatan : Penggubaan barbiturat dan tranquilizer seperti Compa ... dan Thorazine, dikontraindikasikan sehubungan dengan efek hepatotoksik.

3) Awasi kadar enzim hati

Rasional : Membantu menentukan kadar aktivitas tepat, sebab peningkatan prematur pada potensial risiko berulang.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah.

Tujuan :

Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai

Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi

Rencana :

Mandiri

1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.

2) Berikan perawatan mulut sebelum makan

Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan

3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan

4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.

Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak.

Kolaborasi

1) Konsul pada ahli diet, dukungan tim butrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.

Rasional : Berguna dalam membuat program diet unttuk memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleran, masukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat (contoh hepatitis kronis) karena akumulasi produk akhir metabolisme protein dapat mencetuskan hepatik/ensefalopati.

2) Awasi glukosa darah

Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet/pemberian insulin.

3) Berikan obat sesuai indikasi:

a) Antiemetik, contoh metalopramide (Reglan); trimetobenzamid (Tigan)

Rasional : Diberikan jam sebelum makan, dapat menrunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan. Catatan : Compazine dikontraindikasikan pada penyakit hati.

b) Antasida, contoh Mylanta, Titralae

Rasional : Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi/risiko perdarahan.

c) Vitamin contoh B komplek, C, tambahan diet lain sesuai indikasi

Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.

d) Terapi steroid, contoh Prednison (Deltasone) tunggal atau kombinasi dengan azatioprin (Imuran)

Rasional : Steroid dikontraindikasikan karena meningkatkan risiko berulang/terjadinya hepatitis kronis pada pasien dengan hepatitis kronis pada pasien dengan hepatitis virus. Namun, efek anti inflamasi mungkin berguna pada hepatitis aktif kronis (khususnya idiopatik) untuk menurunkan mual/muntah dan memampukan pasien untuk mengkonsumsi makanan dan cairan. Steroid dapat menurunkan aminotransferase serum dan kadar bilirubin, tetapi tidak mempengaruhi nekrosis hati atau regenerasi. Kombinasi terapi mempunyai efek samping lebih sedikit.

4) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan

Rasional : Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekruangan terjadi/gejala memanjang.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan denagn ikterus dan edema

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan jaringan/kulit, bebas ekskoriasi

Melaporkan penurunan pruritus/lecet

Rencana :

Mandiri

1) Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji dari sabun alkali. Berikan minyak kelamin sesuai indikasi.

Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilangan gatal.

2) Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terporong pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan lepas pakaian ketat. Berikan sprei katun lembut.

Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit

3) Berikan masase pada waktu tidur

Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.

4) Hindari komentar tentang penampilan pasien

Rasional : Meminimalkan stres psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.

Kolaborasi

1) Berikan obat sesuai indikasi :

a) Antihistamin, contoh metdilazin (Tacaryl); difenhidramin (Benadryl)

Rasional : Menghilangkan gatal. Catatan : Gunakan terus menerus pada penyakit hepatik berat

b) Antilipemik, contoh koletramin (Questran)

Rasional : Mungkin digunakan untuk asam empedu pada usus dan mencegah absorpsinya. Catatan : Efek samping mual dan konstipasi.

d. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui diare, asites, gangguan proses pembekuan.

Tujuan :

Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian kepiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine individu sesuai.

Rencana :

Mandiri

1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian.

Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian/efek terapi. Catatan : Diare dapat berhubungan dengan respons terhadap infeksi dan mungkin terjadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal dengan kongesti vaskuler pada traktus GI atau sebagai hasil penggunaan obat (neomicin) laktulosa untuk menurunkan kadar amonia serum pada adanya enselofalopati hepatik.

2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa

Rasional : Indikator volume sirkulasi/perfusi

3) Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan kemungkinkan perdarahan ke dalam jaringan

4) Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi

Rasional : Menghindari trauma dan perdarahan gusi

5) Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena, ekimosis, perdarahan terus menerus dari gusi/bekas injeksi

Rasional : Kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi memanjang bila absorpsi vitamin K terganggu pada traktus Gi dan sintesis protrombin menrun karena mempengaruhi hati

Kolaborasi

1) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan

Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentidikasi retensi natrium kadar protein yangd apat menimbulkan pembentukan edema. Defisit pada pembekuan potensial berisiko perdarahan.

2) Berikan cairan IV biasanya glukosa), elektrolit :

Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit

3) Protein hidrolisat

Rasional : Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi.

4) Vitamin K

Rasional : Karena absorpsi terganggu, penambahan dapat mencegah masalah koagulasi, yang dapat terjadi bila faktor pembekuan/waktu protrombin ditekan.

5) Antasida atau reseptor H2 antogonis, contoh simetidik (Tagamet)

Rasional : Menetralisir/menurunkan sekresi gaster untuk merendahkan risiko iritasi/perdarahan gaster.

6) Obat-obat antidiare, misal : difenoksilat dan atripin (Lomotil)

Rasional : Mengurangi kehilangan cairan/elektrolit dari saluran GI

7) Plasma beku segar (fresh frozen plasma/FFP)

Rasional : Mungkin diperlukan untuk menggantikan faktor pembekuan pada adanya defek koagulasi.

e. Harga diri rendah siatuasional berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit yang lama/periode penyembuhan

Tujuan :

Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri negatif.

Menyatakan penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi

Mengakui diri sebagai orang yang berguna, bertanggung jawab pada diri sendiri

Rencana :

Mandiri :

1) Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar

Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.

2) Dorong diskusi perasaan/masalah

Rasional : Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan depresi dan memudahkan perilaku koping positif. Pasien mungkin perlu mengekspresikan perasaan tentang menjadi sakit; lamanya perawatan dan biaya; kemungkinan infeksi pada orang lain dan beratnya penyakit, takut mati. Dapat menjadi masalah tentang stigma penyakit.

3) Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan alkohol/praktik seksual)

Rasional : Pasien merasa merah/kesal dan menyalahkan diri; penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.

4) Diskusikan harapan penyembuhan

Rasional : Periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari 6 bulan) potensial stres keluarga/situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.

5) Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat

Rasional : Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga/ penyembuhan lama.

6) Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi

Rasional : Memampukan pasien untuk menggunakan waktu dan energi pada cara konstruktif yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.

7) Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.

Rasional : Meningkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas oleh warna kuning/hijau. Ikterik biasnaya memuncak dalam 1-2 minggu kemudian secara bertahap membaik lebih dari 2-4 minggu.

Kolaborasi

Buat rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai kebutuhan, contoh perencanaan pulang, pelayanan masyarakat, dan/atau lembaga komunitas lain.

Rasional : Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu untuk mengatasi situasi lebih efektif

f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denagn pertahan primer tidak adekuat, leukopenia, penekanan respon inflamasi, dan depresi imun

Tujuan :

Menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor risiko

Menunjukkan teknik; melakuakn perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/trasmisi ke orang lain.

Rencana :

1) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan sesuai kebijakan rumah sakit: termasuk cuci tangan efektif

Rasional : Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi virus. Tipe A (infeksi) ditransmisikan melalui oral-rektal, air terkontaminasi, susu dan makanan, khususnya ikan yang dimasak tak matang. Tipe B (serum) ditransmisikan melalui produk darah/darah terkontaminasi, tusukan jarum, luka terbuka dan kontak dengan saliva, urine, dan semen, juga ditransmisikan melalui terpajan pada darah/produ darah. Indiden HBV dan HCV telah meningkat diantar petugas rumah sakit dan pasien risiko tinggi. Catatan : Hepatitis toksin dan alkoholik tidak menular dan tidak memerlukan tindakan/ isolasi.

2) Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi

Rasional : Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial risiko komplikasi sekunder.

3) Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi

Rasional : Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respatorius) potensial risiko komplikasi sekunder.

4) Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat

Rasional : Pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma. Isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari timbulnya penyakit, tergantung pada tipe/lamanya gejala.

5) Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG, vaksin hepatitis B (recombivax HB, Engerix-B) melalui departemen kesehatan atau dokter keluarga

Rasional : Efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang yang terpajan, tergantung tipe hepatitis dan periode inkubasi.

6) Berikan obat sesuai indikasi :

a) Obat antivirus: vidaralun (Vora-A), asiklovir (Zovirax); interferon alfa-2b (Intron-A)

Rasional : Berguna pada pengobatan hepatitis aktif kronis

b) Antibiotik tepan untuk agen pencegahan (contoh, gram negatif, bakteri anaerob) atau proses sekunder

Rasional : Eektif pada pengobatan penyakit hati sehubungan dengan HCV

c) Antibiotik tepat untuk agen pencegahan (contoh, gram begatif, bakteri anaerob) atau proses sekunder

Rasional : pengobatan hepatitis bakterial, atau untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder

g. Nyeri akut berhubungan dengan refleks spame otot sekunder terhadap hepar

Tujuan :

Menyatakan nyeri hilang/terkontrol

Mengikuti program terapeutik

Menunjukkan penggunaan metode yang menghilangkan nyeri

Rencana :

1) Kaji skala nyeri (0-10), selidiki keluhan nyeri

Rasional : Memudahkan kita dalam pemberian tindakan

2) Pertahankan tirah baring

Rasional : Menurunkan rasa metabolik dan rangsangan/ sekresi GI

3) Berikan pilihan tindakan nyaman

Dorong penggunaan teknik relaksasi atau aktivitas hiburan

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian, dapat meningkatkan koping

4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional : Mengurangi rasa nyeri

h. Risiko terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi.

Tujuan :

Mendemontrasikan suhu dalam batas normal.

Bebas dari kedinginan.

Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

Rencana:

1) Pantau suhu pasien

Rasional: suhu meningkat menunjukkan proses infeksi. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

2) Pantau suhu lingkungan, batasi, tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Rasional: suhu ruangan , jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

3) Berikan kompres mandi hangat.

Rasional :dapat membantu mengurangi demam.

4) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

i. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan

Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab

Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan

Rencana

Mandiri

1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/ prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan

Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan. Catatan : Transfusi..mungkin diperlukan pada adanya penyakit berat gagal hati.

2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit, contoh kontak yang memerlukan gama globulin, masalah pribadi tak perlu dibagi, tekankan cuci tangan dan sanitasi pakaian, cuci piring, dan fasilitas kamar mandi bila enzim hati masih tinggi. Hindari kontak intim, seperti ciuman, kontak seksual dan terpajan pada infeksi, khususnya infeksi saluran kemih (ISK).

Rasional : Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis (agen penyebab) dan situasi individu

3) Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi, dengan periode istirahat adekuat. Diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras/olahraga

Rasional : Ini tak perlu untuk menunggu sampai bilirubin serum kembali norma untuk memulai aktivitas (memerlukan waktu berbulan-bulan), tetapi aktivitas keras perlu dibatasi sampai kembali ke ukuran normal. Bila pasien mulai merasa baik, ia perlu memahami tentang pentingnya istilah adekuat lanjutan dalam mencegah kekambuhan. (terjadi pada 5%-25% orankg dewasa).

Catatan : Energi memerlukan 3-6 bulan untuk kembali normal.

4) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih

Rasional : aktivitas yang dapat dinikmati akan membantu menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.

5) Dorong kesinambungan diet seimbang

Rasional : Meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan penyembuhan/regenerasi jaringan.

6) Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh masukan cairan adekuat/diet serat, aktivitas/latihan sedang sesuai toleransi

Rasional : Penurunan tingkat aktivitas, perubahan pada pemasukan makanan/cairan dan motilitas usus dapat mengakibatkan konstipasi.

7) Diskusikan efek samping dan bahaya minum obat yang dijual bebas/diresepkan (contoh asetaminofen, aspirin, sulfonamid, beberapa anestetik) dan perlunya melaporkan ke pemberi perawatan tentang diagnosa.

Rasional : Beberapa obat merupakan toksik untuk hati, banyak lain dimetabolisme oleh hati dan harus dihindari penyakit hati berat karena menyebabkan efek toksik/ hepatitis kronis

8) Diskusikan pembatasan donatur darah

Rasional : Mencegah penyebaran penyakit infeksi. Kebanyakan undang-undang negara bagian menerima donor yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.

9) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium

Rasional : Proses penyakit dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala ada lebih lama dari 6 biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya penyakit kronis.

10) Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan minimum atau lebih lama sesuai toleransi individu

Rasional : Meningkatkan iritasi hepatik dan mempercepat pemulihan.