Hartantri - erepo.unud.ac.id

8

Transcript of Hartantri - erepo.unud.ac.id

Page 1: Hartantri - erepo.unud.ac.id
Page 2: Hartantri - erepo.unud.ac.id

Yovita Hartantri

Prinsip Vaksinasi pada Populasi Khusus: Pasien Imunokompromais, Ibu HamilDAFTAR ISI

Kata PengantarDaftar Isi

Algorithm diagnosis in acute fever setting using simple laboratoryexaminationBudi Riyonto

I)illirr:ntial Diagnosis Of Acute Fever Based On EpidemiologY Data(hrto A.iuttowan

I'crrg;rntar DiskusiSotriyo lludi Susilo

Kasus Demam Tifoid, Rickettsiosis dan Leptospirosis

Role of Serologic Test Approach in Opportunistic Infection Diagnosis

Rudi Wisaksana

dan MenyusuiRobert Sinto

Morphology colcnies of dermatophytesSunaryati Sudigdoadi

Morfologi koloni dermatofi ta

Sunaryati Sudigdoadi

Update Anti Fungal ForMuhammad Vitanata

Dermatophytosis In Internal Medicine

Early Reocognition of SePsis

Niniek Budiarti

TerapiAnfn

Supportif Pada SePsis

Evaluasi KualitatifPenggunaan Antibiotika pada Pasien Paska Bedah dengan

Metode Gyssens di Ruang Rawat Inap Bedah dan Instalasi Luka Bakar RSUD

Dr. Saiful Anwar Malang Periode f uli-Agustus 2017 RSUD Dr' Saiful AnwarMalangArviansyah

I nterpretation Of CultureI;tLy Fitria Ruliatna

Result For Definitive Theraphy Of Antibiotics

'l'he new guidelines of malaria in indonesia (pedoman pengobatan malaria diirrdonesia 2019l'.N. Ilarijanto

llprl;rte in new drugs for malaria: Focus in treatment of malaria vivax

1,1,4

10

1,1.6

166

131

13917

20

149

25

71

t6386

87

1,43

Tatalaksana holistikSudirman Katu

pada orang dengan HIV/AIDS : pendekatan test and treat

Dengue Infection Diagnosis in Primary Health Care and Referral FacilityMusofa Rusli

Role ofVaccinationDjoni Djunaedi

in Immunocompromised

Infection Prevention And Control Policies In IndonesiaHindra Irawan Satari

Penilaian Resiko InfeksiRendra Bramanthi

di Rumah Sakit

iiiVaccination procedure and side event

B9lir tti luwita Nelwan t72

Page 3: Hartantri - erepo.unud.ac.id

'

Diagnostic ApproachI Ketut Agus Somia

Cryptococcosis: EarlYSunaryati Sudigdoadi

In TB-HIV And MDR TB

Detection

179

tB4

2t7

22t

230

237

242

245

242

The Role of Immunonutrition in comprehensive Treatment of lnfectious

DiseaseNasronudin,Brian Eka Rachman

FUO: Diagnosis dan Tatalaksana Demam Kasus Sulit

Ronald lrwanto

Approach to unraveling the cause of perplexing febrile illness

Dewi Dian Sukmawati

Seorang Penderita lnfeksiMusofa Rusli,Dedy Hadi Prawono,Bramantono

HIV Dengan Ko-lnfeksi DHF

Ko-infeksi HIV- TB MDR dengan komplikasi Steven Johnson Syndrome

Anak Agung AYU Yuli

Gayatri

sepsis perkembangan dan permasalahannya [Discussion about difficult

sepsis casesJ

Franciscus Ginting

Prevention of enteric fever: Roie of vaccine and other strategies

IIsman Hadi

Perkembangan Tatalaksana Demam Tifoid

Adityo Susilo

I'rrberkulosis dan Diabetes, strategi skrining, Diagnosis dan Pengelolaan

l(linis yang Rasional

tttchti Alisjahbana

270

273

285

29.1

306

3t4

3t9

Bagaimana MengelolaSudirman Katu

Penggunaan Antibiotik di R'umah Sakit

Pitfall Yang Lazim TerjadiIre,ne Ratridewi

Pada Penggunaan Antibiotik

I{icke ttsiosis, newly emerging disease

I'r'imul Sudjurtu

Recent Managetnent of Diphteria Outbreak: Lessons from Eastfava

Dominicus Husada

TB Screening AndRudi Wisaksano

INH Prophylaxis In HIV

Update on managementi mmuno compro mis ed

Erwin Astha TriYono

of complicated urinary tract infection in

Role ofVaccinationDjoni Djunaedi

in lmmunocomPromised

ManagemenArtfin

Pasien Sepsis Secara Komprehensif

Stunting Dan Penyakit lnfeksi

L94

iv

Dominicus Husada 254

I'r'()venting Sepsis in Diabetes

324

Page 4: Hartantri - erepo.unud.ac.id

Yosia Ginting337

Fungal Prophylaxis In Immunocompromized Patient

Suharyo HadisaPutro 342

Diagnostic of Challenges and Referral Resuscitation

Management In Rabies Cases402

I Made Susila Utama

Alkoholisme KronikAgung Nugroho

: Komplikasi dan Tatalaksana,...........ij.......................... 4L0

Helmintiasis di Indonesia: Permasalahan, Diagnosis dan PenatalaksanaannYa

Teguh Wahiu Sardjono

Preventive And CurativeDewa Ayu Putri SriMasyeni

Management Of Helminthiasis

Abstrak Lomba MBO dan Poster443

Peserta

345Rika Bur

The Role Of Steroid InCarta A. Gunawan

Dengue Infection

415

350

428

l'cnggunaan Echinacea dalam Tata Laksana Infeksi Saluran Napas Atas

I)jokt Widotlo,Ilolrcrt Sinto

'l'ata l,aksana InfeksiLoctomaseHerdiman T. Pohan,

Robert Sinto

357

Enterobacterioceae pengha srl Extended Spectrum Beta

359

Diagnostic Approach Exstended Spectrum Betalactamase( ESBL)361

Tambar Kembaren

Epidemiologi Filariasis Di lndonesia370

Kurnia Fitri Jamil

Filariasis Preventive And Currative Treatmeni

Muhammad Vitanata'usman Hadi

Tatalaksana Kegawatdaruratan pada Diare Akut

Ronald lrwanto

Alcohol IntoxicationYosia Gintinq

: I'-irst Management

381

391

395

vilvi

Page 5: Hartantri - erepo.unud.ac.id

National Congress XXIV PETRI

B. Fukuda MM, Kruudsood s, Mohammed K, Green fA, warrasak s, Noedl H, et al. A

randomized, double-blind, active-control trial to evaluate the efficacy and safety of a

three day course of tafenoquine monotherapy for the treatment of Plasmodium

vivax malaria. Plos One' 20!7:1-13.

g. Tse EG, Todd MH. The past, present and future of anti-malarial medicines. Malar f'

2079;18(93):2-21.

10. Rajapakse S, Rodrigo C, Fernando SD. Tafenoquine for Preventing Relapse in People

with Plasmodium Vivax Malaria [ReviewJ. cochrane review. 2015(a):1-57.

11. Llanos-cuentas A, Lacerda MVG, Hien TT, Velez ID, Namaik Larp c, cHu cs, et al'

Tafenoquine versus Primaquine to Prevent Relapse of Plasmodium vivax Malaria. n

engl j med. 2019;380(3J:229-41.

l2 St:fuwartz, Kozarsky P, Cetron M. Delayed onset of Malaria - Implications for

(ilremoprophylaxis in Travelers. N Engl I Med. 2003;349[16):1510-5'

13. Lalloo DG. Preventitrg malaria in travellers' BMI' 2008;336:1362-6'

L4. St Jean PL, Carter N, Gavin CKW, Duparc S, Maxine T, et al. Tafenoquine treatment of

plasmodium vivax malaria: suggestive evidence that CYP2D6 reduced metabolism is

not associated with relapse in the Phase 2b detective trial. Malar 1.2016;15(97):7-9.

15. 'Dow G, Brown T, Reid M, Smith B, Toovey S. Tafenoquine is not neurotoxic following

supertherapeutic dosing in rats. Travel Medicine and Infectious Disease.

2017;17:28-34'

National Congress XXIV PETRI

DIAGNOSTIC APPROACH IN TB.HIV AND MDR TB

I Ketut Agus Somia I

Division ofTropical and lnfectious Disease

Department of Internal MedicineFacuity of Medicine - Ildayana llniversity / Sanglah Hospital

Pendahuluan

Diperkirakan terdapat 10.4 juta orang (90% dewasa: 65% laki-laki;10o/o padapasien HIV) terinfeksi Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2016. Tuberkulosis [TB)resisten obat masih merupakan ancaman dimana terdapat 490.000 kasus multidrug-resistant TB (MDR-TBI dan 110.000 kasus yang masih peka dengan isoniazid tetapilesisten dengan rifampicin.l

Diagnosis TB pada pasien HIV lebih sulit oleh karena gambaran klinis yang seringirtipikal, non spesifik, pengecatan BTA lebih sering negatif (24-6!0/0), jarang terbentuklcsi cavitas [akibat ganguan pembentukkan granulomaJ, dengan angka kejadian TBckstraparu lebih banyak. Pada pasien HIV, diagnosis TB berbasis sputum adalah kurangscnsitif, sehingga mengakibatkan lebih banyak TB dengan pengecatan negatif mendapattr,rapi empiris. Dimana terapi empiris TB ternyata tidak menurunkan mortalitas pada24rninggu dibandingkan terapi pencegahan dengan INH pada pasien rawatialan dengan HIV

rlirdium lanjut yang mendapat terapi ART.z Timbulnya MDR dan XDR memerlukanrli;rgnosis yang sensitif dan tepat waktu. Pada metaanalisis dilaporkan MDR TB diiumpai,14(/o lebih tinggi pada pasien HIV.:

Diagnosis TB aktif yang cepat dan akurat pada pasien HIV sangat penting dalanlrrrr.rrrfasilitasi terapi TB, menurunkan risiko transmisi dan membantu dalam mengambilIt.putusan yang tepat saat memulai terapi antiretroviral.z Berikut akan dibahas secara

r trr11l<as tentang pendekatan diagnosis TB pada orang dewasa dengan HIV dan MDR TB'

l'r.rrdckatan diagnosis tuberkulosis

Diagnosis TB dicurigai pada pasien yang menunjukkan manifestasi klinis..,.pr,r.ti batuk-batuk > 2-3 minggu, limpadenopati, demam, keringat malam, penurunantrr.r .rt lradan, disfungsi satu atau lebih sistem organ dan terdapat faktor epidemilogis yangr, lr.v.rn seperii: riwayat TB sebelumnya, diketahui dan kemungkinan besar terpapar TB,rl.rrr/,rt;ru pernah atau sedang tinggal atau berkunjung ke area endemic TB. a-s

Diagnosis definitif TB ditegakkan melalui isolasi M. tuberculosis dari jaringan,, rrr.rr ,rr;ru draignase dari lokus infeksi. Alat diagnostik tambahan meliputi pengecatan

Golden Tulip Holland Resort - Batu; 4-6 Juli 2019 t,rlrlr.rr 't'rrlip Holland Resort - Batu; 4-6 f uli 2019

15

Page 6: Hartantri - erepo.unud.ac.id

IIi

National Congress XXIV PETRI

mikroskopis basil tahan asam, pemeriksaan histopatologis dan nucleic acid amplification

(NAA). Hisil pemeriksaan NAA yang positif [dengan atau tanpa pengecatan BTA positif,J

pada -pasien

dengan risiko TB dapat didiagnosirs sebagai TB. Pemeriksaan radiografi

penting sebagai alat pendukung diagnosis.3-5

pendekatan diagnosis TB dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk mengkaji risiko infeksi. Pada pasien HIV yang mengalami batuk dan demam yang

tidak dapat dijelaskan perlu dilakukan pemeriksaan radiografi dada, iika hasii

pemeriksaan mengarah pada TB paru atau saluranL nafas dilanjutkan dengan pemeriksaan

pengecatan BTA, kultur mycobacterial dan test NA.A.3-s

pemeriksaan tuberculin skin test [TST) atau interferon-gamma release assay

(lGM) dapat dilakukan sebagai alat diagnosis tiambahan, dimana jika hasilnya positif

,l"pat-mendukung diagnosis TB aktif ftetapi tidak dapat digunakan untuk memastikan

tliirgnosis) dan bila hasilnya negatif tidak dapaLt dipakai menyingkirkan diagnosis TB

;r l<t i l.a

l)iaglostik laboratorium definitf padia beberapa keadaan mungkin sulit

rlilr,lg,rkl<:r1. Sekitar 1"5 sampai 20% diagnosis lklinis TB ditegakkan tanpa konfirmasi

lr,rlrt:r iglrrliis spcsifik. Pada beberapa kasus diagnosis klinis presumtif didasarkan atas

,rrl;rrry;r r.iwryat paparan yang disertai dengan ternuan pada pemeriksaan fisik, radiologis,

pcrrrcriksa;rn IAM urine, tes TST atau IGRA positif, analisis sputum atau specimen

lrronkoskopi dan/atau histopatologi.3-s

Multidrugs resistence tuberculosis (MDR-TB)

TB kebal obat adalah TB yang disebabrkan oleh isolate M. tuberculosis yang

resisten terhadap satu atau lebih obat antituberkurlosis. Sedangkan multidrug-resistantTB

(MDR TBJ adalah TB yang disebakan oleh isolate M. tuberculosis yang resisten terhadap

INH dan rifampicin dan kemunkingan agent lainnya.e

MDR TB dicurigai bila terdapat factor' risiko yang meliputi riwayat episode

terapi TB sebelumnya, terdapat perburukkan klintis dan/atau radiologis selama terapi TB,

tinggal atau berpergian ke daerah dengan prevalensi MDR yang tinggi, dan/atau paparan

dengan individu yang diketahui aiau dicurigai mengidap MDR TB.6

Faktor risiko TB resistensi obat6

Pasien dengan riwayat TB i saat ini atau sebelurmnya)

Gambaran Klinis dan/atau radiologis;

dengan OAT

Tidak terjadi konversi kultur menjadi

OAT

tetap atau memburuk selama teraPi

negatif selama 3 bulan pertama terapi

National Congress XXIV PETRI

Kepatuhan yang tidak lengkap dengan terapi OAT

Terjadi gagal terapi atau relaps

Riwayat riwayat regimen terapi yang tidak sesuai

efektif sedikit atau dosis obat yang tidak adekuat

a

o

a yanp meliputi obat yang

Pasien tanpa dengan riwayat TB sebelumnya

Paparan dengan inriividu yang diketahui atau dicurigai mengidap MDR TB

Tingal di atau berpergian ke daerah dengan prevalensi MDR'I'B yang tinggi

Tinggal atau bekeria di institusi dengan MDR TB

Definitive diagnosis MDR TB ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaanlaboratorium teridentifikasi M tuberculosis dalam sputum I atau specimen klinis lainnya)dengan pemeriksaan kepekaan obat menunjukkan resisten terhadap INH dan

rifampicin.6

Pasien yang secara klinis dicurigai menderita MDR TB segera dilakukanpemeriksaan sebagai berikut:

1.. Pengecatan BTA dan kultur mikobacterial2. Pemeriksaan kepekaan obatberbasis kultur3. Pemeriksaan NAA, dengan deteksi molecular untuk pemeriksaan resistensi obat

I paling sedikit 1 spesimen sputum)

Alat diagnosis TB

. Pengecatan basi tahan asam

Pemeriksaan mikroskopis untuk deteksi BTA dari pengecatan sputum atau

',pecimen klinis lainnya merupakan alat diagnostic yang paling cepat dan murah.l'{'ngecatan BTA sputum kurang sensitif dibandingkan NAA atau kultur; diperlukan.,r.lcitar 10.000 bacilli per ml untuk bisa mendeteksi bakteri dalam pengecatan BTA,lr.ngan memakai mikroskop cahaya. Pada pasien HIV sensitivitas pengecatan sputumlrlrl<urang oleh karena kavitas jarang terjadi dan jumlah organism lebih rendah pada

J'.rsien HIV. Pada daerah dengan seroprevalen HIV yang tinggi sensitivitas sputumlrtrkisaF antara 20-30olo..Walaupun demikian spesifisitas sputum tinggi (>90oloJ pada

1',r,;r'in HIV maupun non HIV.3,4,s,7

. Kultur

Terdapat 2 jenis pemeriksaan kultur TB melipuri kultur konvensional dan kultur,, p,rl. Semua specimen klinis yang dicurigai mengandung mikobakteria sebaiknya,trl(ultur. Kultur konvensional sangat sensitive untuk deteksi TB dan dapat mendeteksi,,r1,.rrrism 10 bacteria/ml. sensitivitas dan spesifisitas kultur sputum adalah masing,!! r,,ing sekitar 800/o dan 90 % berturut turut. Pemeriksaan kultur diperlukan untuk

O

a

a

Golden Tulip Holland Resort - Batu; 4-6 Juli 201t9

l6

i.,,l,lcn Tulip Holland Resort - Batu; 4-6 fuli 2019

T7

Page 7: Hartantri - erepo.unud.ac.id

National Congress XXIV PETRI

identifikasi spesies dan pemeriksaan kepekaan obat.Terdapat 3 jenis media kulturkonvensional: berbasis telur (Lowenstein-fensen), agar (Middlebrook 7H10 atau 7H11)dan liquid (Middlebrook 7H12J Tehnik kultur cepat menggunakan media liquiddibandingkan media solid, meliputi Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT) danmicroscopic observation drug susceptibiliry [MO DS) assay.3'4,s,7

. Histopatologis

Pemeriksaan hstopatologis biopsy specimen iaringan pada TB secara khasmenunjukkan inflamasi granulomatous. Granulomatosa infeksi TB secara khasmengandung makrofag epitelioid, sel giant Langhans dan limfosit. Dibagian tengah darigranuloma tuberkulosa sering mengalami nekrosis caseosa. Organism bisa atau tidak bisatampak dengan pengecatan BTA. Terdapatnya jaringan yang mengalami granulomatosakaseosa pada jaringan yang secara klinis dan epidemiologis sesuai sangat kuatrnr:rrdukung diagnosis TB aktif , akan tetapi tidak pathognomonic, pemeriksaan kulturrrr;rsih dipcrlukan untuk konfirmasi diagnosis definitive.s

. Perneriksaan molecular

NAA (Nucleic acid amplification ): Amplifikasi sekuen asam nukleat spesifik dapatrlirlr:tt.hsi rrrclalui probe asam nukleat. Beberapa pemeriksaan NAA dapat mendeteksi

ticnc yang nrengkode resisten obat. 2 jenis pemeriksaan yang disetujui oleh FDA adalahXpert MTB/RIF assay dan the amplified Mycobacterium Tuberculosis Direct (MDn.:,r,2

The Xpert MTB/RIF assay pertamakali di dukung oleh WHO pada tahun 2011 dandi setujui oleh FDA tahun 20L3. Pada tahub 2017 WHO merekomendasikan pemakaianXpert Ultra sebagai pengganti Xpert. Sensitifitas GeneXpert MTB/RIF assay yang berbasissputum pada pasien HIV kurang optimal, oleh karena pada pasien koinfeksi HIV TB yangdirawat sering sulit mengeluarkan sputum dan tingginya risiko menderita TB ekstraparu.GeneXpert MTB/RIF assay lebih sensitive dibandingkan pemeriksaan mikroskopis danspesifi sitasnya yang sangat tinggi.

Pemeriksaan lainnya The Gen-Probe Amplified Mycobacterium Tuberculosis Direct(MTD) nucleic acid amplification test adalah mengamplifikasi RNA ribosommicobacterial.3,4,s,7

r Pemeriksaan antigen urine

Ilrine LAM assoy adalah pemeriksaan dinding sel micobakterial glicolipidlipoarabinomannan urine. Pada daerah dengan insiden HIV TB yang tinggi, pemeriksaanurine LAM dianjurkan sebagai pemeriksaan diagnostik rutin untuk pasien HIV dengangejala dan tanda TB paru dan/atau ekstra paru dengan kadar CD4 < 100 cell/ul danuntuk pasien HIV dengan penyakit serius tanpa tergantung nilai CD4 ( denganpernafasan > 30/ menit, suhu 39oC, denyut nadi > 120/menit dan tidak bisa ialan tanpabantuan).3,8

National Congress )$lV PETRI

Kesimpulan

Pendekatan diagnosis koinfeksi HIV-TB dan MDR TB dilnulai dengan mengkajirisiko terinfeksi melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. WFdO merekomendasikanpemeriksaan XpertMTB/RIF assay digunakan sebaga pemeriksaan awal untuk diagnosisTB pada pasien HIV dewasa dan anak-anak yang menuniukkan geiala dan tanda klinis TB.

Pada pasien yang berat dan kadar CD4 < 100 cell/ul dianjurkan pemeriksaan urine LAMuntuk diagnosis TB

Daftar Pustaka

L World Health Organisation. Global Tuberculosis Report 2017. Geneva, Switzerland:World Health Organisation; 20t6. Available from:https://apps.who.int/medicinedocs/documents/s23360en/s23360en.pdf

2. Scott L, da Silva P, Boehme CC, Stevens W, Gilpin CM Diagnosis of opportunisticinfections: HIV co-infections - tuberculosis. Curr Opin HIV AIDS. 20!7Mar ; 72(2) :129 - 1 3 B. d o i : 10.L09 7 / CO H.0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 5.

3. Mesfin YM, Hailemariam D, Biadgilign S, Kibret KT. Association between HIV/AIDSand multi-drug resistance tuberculosis: a systematic review and meta-analysis.PfoS one.2014; 9[1):e82235. Epub 20L4/01/15. [PubMed: 24476139]

4. Bernardo J. Diagnosis of pulmonary tuberculosis in adults. UpToDate . 20195. Bernardo f. clinical manifestation, diagnosis, and treatment of military tuberculosis.

UpTodate. 20196. Schluger NW. epidemiology and molecular mechanisms of drugs-resistant

tuberculosis. UpTodate, May. 20 19.-/ . Mendelson, M. (2007). Diagnosing tuberculosis in HlV-infected patients: challt:n11t's

and future prospects. British Medical Bulletin, 81-82(1), 149-165.doi: 10.1093/bmb/ldm009

ll. Tobias Broger*, Bianca Sossen*, Elloise du Toit, Andrew D Kerkhofl CharlottcSchutz, Elena lvanova Reipold,et al. Novel lipoarabinomannan point-of-carctuberculosis test for people with HIV: a diagnostic accuracy study.www.thelancet.com/infection Published online May 30, 2019http://dx.doi. org/10.7016 /S14 73-3 099[19) 30001-5

Golden Tulip Holland Resort - Batu; 4-6 Juli 2019

1B

{., rlr lr.rr 'tulip Holland Resort - Batu; 4-6 f uli 2019

Page 8: Hartantri - erepo.unud.ac.id