HakMilik Intelektual dalam Pandangan

12
Hak Milik Intelektual dalam Pandangan Hukum Islam Agus Triyanta Abstract The right according to Islamic jurisprudence permit the limitation exclusive owner Isike copyright, but Islamic forbid it if that reason then group ofpeople 'let' the others in ignorance because oftheir poverty, so they are not be able to pay with high price for knowledge and discovery, whereas it is crucial for him in abandoning their poverty and ignorance. In this case, the justice and social principles in implementing intellectual copyright have to be extended more. Pendahuluan Mengapakah pelanggaran hak milik intelektual (yang terkadang disebut dengan Hak atas Kekayaan lntelektual/HKI)J yang mellputi hak cipta, paten, merek, dansejenisnya, banyak terjadi dl negara dengan latar belakang keagamaan Islam dan Kong hu Chu? Mungkin orang akan terkejut dengan hal inl. Tetapi harus disadari bahwa memang dari temuan yang didapat olehthelntemation^ Intellectual Prop erty Associations (IlPA) dan the Pharmaceuti cal Research and Manufacturers of America (PhRMA) yang diajukan pada13 Februari 1995, di antara negara-negara yang dituduh bersalah dalam pembajakan hak milik intelektual, di antara deretan banyak negara adalah, Indone sia (Islam), Singapura (campuran Budha- Kristen-lslam-Hindu), Turii (Islarn) dan China (Confusius-Marxist), disebut sebagai negara yang masuk prioritas. Bahkan; dalam sebuah Priority Watch dan Watch Lists April 1995, di antara sejumlah kecil dari negara yang memboiehkan, atau bahkan menganjurkan, penggandaan dan penjualan secara tidak sah adalah Jepang (Shinto-Budha-Confusius) dan Saudi Arabia (Islam).^ Pertanyaan yang muncui kemudian adalah, di iuar faktor ekonomi, apakah negara dengan tradisi keagamaan Islam dan Kong hu Chu, dan - ^Dalam wacan hukum di Indoneia, istilah yang lebih populer adalah: HKI (Hak atasKeayaan intelektual), Direktorat Jenderal yang menanganljugadisebut Dirjen HKI.Selanjutnya, penyebulan HKI dalam artikel in! lebih banyak dimaksudkan sebagaihakpaten dan cipta. A/aughan, Richard E. 'Defining Terms in the Intellectual Property Protection Debate: aretheNorth and South Arguing PastEach Other When Say'Property*? a Lockean, Confusian, and islamic Comparison." Dalam. ILSA Journal. (http://www.unsulaw.nova.edu/). Him. 10-11. 30 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL. 8. JUNI2001:30-41

Transcript of HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Page 1: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Hak Milik Intelektual dalam PandanganHukum Islam

Agus Triyanta

Abstract

The right according to Islamic jurisprudence permit the limitation exclusive owner Isikecopyright, but Islamic forbid it ifthat reason then group ofpeople 'let' the others inignorance because oftheir poverty, so they are not be able to pay with high price forknowledge and discovery, whereas it iscrucial for him in abandoning their poverty andignorance. In this case, the justice and social principles in implementing intellectualcopyright have to be extended more.

Pendahuluan

Mengapakah pelanggaran hak milikintelektual (yang terkadang disebut denganHak atas Kekayaan lntelektual/HKI)J yangmellputi hak cipta, paten, merek, dansejenisnya,banyak terjadi dl negara dengan latar belakangkeagamaan Islam danKong huChu? Mungkinorang akan terkejut dengan hal inl. Tetapi harusdisadari bahwa memang dari temuan yangdidapat olehthelntemation^ Intellectual Property Associations (IlPA) dan thePharmaceutical Research and Manufacturers of America

(PhRMA) yang diajukan pada13Februari 1995,di antara negara-negara yang dituduh bersalahdalam pembajakan hak milik intelektual, di

antara deretan banyak negara adalah, Indonesia (Islam), Singapura (campuran Budha-Kristen-lslam-Hindu), Turii (Islarn) dan China(Confusius-Marxist), disebut sebagai negarayang masuk prioritas. Bahkan; dalam sebuahPriority Watch dan Watch Lists April 1995, diantara sejumlah kecil dari negara yangmemboiehkan, atau bahkan menganjurkan,penggandaan dan penjualan secara tidak sahadalah Jepang (Shinto-Budha-Confusius) danSaudiArabia (Islam).^

Pertanyaan yang muncui kemudian adalah,di iuarfaktor ekonomi, apakah negara dengantradisi keagamaan Islam danKong huChu, dan

- ^Dalam wacan hukum di Indoneia, istilah yang lebih populer adalah: HKI (Hak atasKeayaan intelektual),DirektoratJenderal yang menanganljugadisebut Dirjen HKI.Selanjutnya, penyebulan HKI dalam artikel in! lebihbanyak dimaksudkan sebagaihakpaten dancipta.

A/aughan, Richard E. 'Defining Terms in theIntellectual Property Protection Debate: aretheNorth andSouth Arguing PastEach Other When Say'Property*? a Lockean, Confusian, and islamic Comparison." Dalam.ILSA Journal. (http://www.unsulaw.nova.edu/). Him. 10-11.

30 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL. 8. JUNI2001:30-41

Page 2: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Agus Triyanta. Hak Milik Intelektual dalam Pandangan Hukum Islam

ifliungkin juga yang lainnya, memang tidak[fnengena! Hak Milik Intelektual? Apakah konsepWiak milik intelektual itu merupakan sesuatuyang khas di Barat? Dl sini, bagaimana Hak

^IVlilik Intelektual dalam perspektif Kong Hu ChuKidak akan dibicarakan, dan di sini akanmengkonsentrasikan pembatiasan haksemacam itu dalam pandangan Islam (al-Quran). Bagalmanakah pandangan al-Quran'terhadap hak milik intelektual itu, pro, anti,ataukah 'abstain'?Itulah yangakandicoba untuk•didlskusikan dalam makalah ini. Namun, sebagaiipembatasan, makalah ini akan lebih banyakimenyoriti sebagiandari hakmilik intelektual saja,khususnya masalah hak cipta (copyrights), meski•dengan tanpa melupakan beberapa aspekyangNain.

Untuk mengetahul bagaimana pandanganal-Quran (Hukum Islam) terhadap Hak MilikHntelektual tersebut, sangat periu diketahui duluttagaimana latar belakang hak yang semacam•Itu muncul.

Sejarah Hak Milik Intelektual di Barat

Bukan hanya karena industriallsasi bermuladidunia Barat (utara) sehingga Ide tentang hakimilik intelektual itu muncul dan berkembang diFBarat, namun karena, dalam sejarahnya, sistemhukum Romawi yang diwarisi Barat dari impe-•rium Romawi memberikan 'ruang' baglimunculnya ide tersebut. Terlebih, di tangan,parafilsuf barat modem, khususnyaJohn Lock,dengan teorl hukum alamnya, me-rasional-kan ide tersebut, idetentang the absoluteown

ership ini kemudian muncul dan diakui.^Bila dirunut dalam latar belakang sejarahnya,

akanbisadiketahui bahwa konsep-konsep yangberkembang di Baratsaat ini merupakan sebuahmata rantai pengaruh dari berbagai tradisisebelumnya. Hampir semuanegara di wilayahEropa Barat mewarisi peradaban darikekaisaran Romawi. Dalam bidang hukumpengaruh ini sangat kiiat. Sangat besarpengaruh Codex Justinianus dalam tradisihukum Eropa. BIsa dikatakan, bahwa sebelummunculnya ide tentang state, hampir semuawilayah Eropa Barat merupakan bagian darikekaisaran Romawi. Sehingga, kalau pengaruhitu sangat besar, hal itu wajarsaja.

Kemudian, dari manakah Romawimembangun dan mengembangkan konsep-konsep hukum tersebut? Pelacakan sejarahmembuktikan bahwa Romawi merupakanpewartis dari kejayaan Yunani Kuno (AncientGreek) melewati tradisi filsafat pemikiran Stoa(Stoicism)} Tidaklah beriebihan biladinyatakanbahwa banyak konsep-konsep negara danhukum dalam tradisi Barat mendapatkaninspirasinya dari Aristoteles dan Plato. Spiritliberalisme dan skularisme itu sebenarnyasudah mereka dapatkan benih-benihnya padaperadaban Yunani Kuno: Parafilsuf Baratmodern mengembangkan konsep-konsep itudengan jiwa iiberalismenya.

Hak milik Intelektual pada awalnya munculsebagai bagian dari human rights. Kesadaranakanhak-hakdasaryang dlmiliki manusia mulaimuncul di Barat. Di mulai pada abad ke 13. Isu

^Untuk sejarah munculnya konsep intellectualproperty nghts\n\,\\Ua{ Vaughan. Ibid. Hlm.6-8*T.p. "Human Rights: Historical Development" Hoiberg, Dale H. ed. Encyclopaedia Britannica. CD

ROM edition, tt: tp:2001.

31

Page 3: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

tentang property pun, sejalan denganperkembangan konsep hak asasi, ikutberkembang. Sampai kemudian, ketika renaissance {aufklarung) terjadi, disusul kemudiandengan revolusi industri di Inggris dan revolusipolitik di Perancis, yang karenanya berbagaipenemuan {invention) dilakukan oleh parailmuwan Barat, konsep tentang intellectualproperty rights itu berkembang. Diawalidengan paten, hak cipta, dan kemudianberkembang hingga mencapai bentuknyayang sangat modem sekarang ini.

Padaakhir abad ke20 hingga saat ini, hakmilik intelektual menjadi lebih serius dikarenakanterkaitdanteriekatdengan kepentingan ekonomi.Yang terbayang dalam konsep Barat tentangsebuah karya, adalah sebuah keuntunganekonomi (kapital). Ketika aspek ekonomi darisebuah hak milik intelektual terganggu, makanegara-negara Barat akan berusaha dengansekuattenagauntuk meng-enforce implementasiaturan tentang hakkekayaan intelektual dl negaramanapun juga.

Sudah bisaditebak, karena negara-negaraBarat lebih merupakan rightsholder [pemeganghak), mereka sangat berkepentingan denganpenegakan itu. Negara-negara Timur (selatan)lebih sebagai konsumen, jauh lebih sedikitkepentingannya, bahkan secara ekonomis,mereka lebih rugi. Artinya, bahwa suatulangkah yang hams ditempuh adalah bahwanegara Barat harus meyakinkan kepada

negara Timur (selatan) bahwa intellectuaiproperty rights itu sesuatu yang penting bagk'equilibrium'ekonomi Di sinilah permasalahaoimulai muncul. Berbagai thesis tentang alasaoipenolakan muncul. Perbedaan tradisi dar>sistem nilai Barat vs Timur adalah sebuah'

wacana yang sering didiskusikan, berbagaf>argumen dimunculkan. Alasan tentang 'salingberhutangnya antara satu peradaban denganperadaban lain' adalah juga sebuah bentukdari thesis penolakan.^

Dalam konteks 'dialog antar kultur' inilahperlu didiskusikan, bagaimana pandangan Islam (al-Quran) tentang hak milik intelektual.Hal Itu sangat penting, karenadisamping akanmembantu memahami 'rasionalltas' Timur,sehingga akan mempermudah terciptanyasebuah 'understanding dalam wacana lintaskujtur, juga sangat bisa jadi akan memberikansebuah kontribusi nilai moralitas Timur yangbarangkali dibutuhkan oleh dunia Barat.

Hak Milik Intelektual dalam Lintasan

Sejarah Islam

Sulit dicari dalam khazanah muslim praktek-praktek yang merepresentasikan intellectualproperty rights. Namun, bukan berarti bahwatidak mungkin digall nllai-nilai Islam yangkrsitalisasinya memberikan pandangan terhadaphak milik intelektual. Untuk melihat itu, tentusaja, terlebih dahulu, hams dilihat bagaima

®Alasan ini memiliki rasionalltas sebagai berikut Bahwasanya tidak ada sebuah peradaban di muka bumi iniyang berdiri tanpa mengadopsi apa yang dimiliki peradaban yang lain. Saling berkontribusinya antar satuperadaban dengan peradaban yang lain ini meniscayakan adanya saling berhutangnya satu peradabandengan peradaban yang lain. Amerika mentransplantasi peradaban dari bangsa lain, Jepang mentransplantaiteknologi dari Barat (Amerika). dan saatini negara berkembangan berhutang kepada peradaban Barat. Kalaudemikian hainya, mengapakah Barat sekarang 'menjual mahaF produk-produk (hakdpta dan paten-nya), suatuha! yang dulu tidak pemah dilakukan oleh bangsa lain ketika Barat mengambil?

32 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL 8. JUNI2001:30-41

Page 4: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Agus Triyanta. HakMilik Intelektua! dalam Pandangan Hukum Islam

sistem rewa/rf(kompensasi) bagi para penemudan ilmuwan yang berlaku pada masa kejayaanIslam.

Aktivitas Iritelektual dalam Islamberkembang dengan pesat pasca wafatnyaNabi. Banyaknya permasalahan baru yangmuncul memeriukan solusi. berbaumya umatIslam dengan spektrum wllayah dan lintaskulturyang sangattlnggi, serta apresiasi yangsangat tinggi dari Islam bag! aktivitas keilmuan,secara simultan dan efektif mempengaruhiberkembangnya aktivitas keilmuan. Pencariansolusi atas masalah baru, yang telahmengharuskan umat Islam mengembangkankemampuan inlelektual yang memungkinkanmereka untuk mernecahkan sebuah masalahtanpa harus 'melampaui' batas-batas Qurandan Sunnah, telah melahirkan sebuahperkembangan ilmu pengetahuan yang bukanhanya pesat, namun brilliant. Misalnya ilmumetodologi hadits dan ilmu usul fikih, danbarukemudian disusul dengan ilmu sosial daneksaskta yang lain, dan tentu sajahumaniora.Ketiadaan feriforia/border antarwilayah Islamyang menjangkau sejak dari Afrika hinggaEropa Timur dan Asia Tengah,. memberikankemungkinan pengembaraan intelektua! yangtanpa batas teritorlal.

Tingginya penghargaan Islam bagi aktivitaspengembangan ilmu pengetahuan juga faktoryang memainkan peran penting. Haruslahdisadari bahwa Islam memandan'g aktivitaskeilmuan (belajar.mengajar, meneliti, dsb)adalah perbuatan yang sangat mulia.Sebagaimana yang nanti akan disampaikan

pada bahasan berikutnya, Islam rhemberikanreward yang tinggl bagi para ilmuwan.

Berbicara tentang sejarah penemuan daninovasi dalam Islam, tidak akan lepas daripembicaraan seputar fakta sejarah kemajuanilmu dan teknologi dalam Islam. Zamankeemasan peradaban Islam terjadi dalamrentang waktu antara sekitar 750-1250 M,sebuah rentang waktu di mana terjadi didalamnya banyak penemuan dan karya-karyainovatif; saat mana lahir para,ilmuwan daninovatdr yang produktif; ada Ibnu Sina(Avecenna) dengan ensiklopedi kedokteran-hya,ada Jabir ibn Hayyan (Agebra) dengan'teori-teori matematikanya, ada penerhu teleskop,penemu not balok, dan lain sebagainya.® Yangsangat menarik untuk diteliti, bahwa dalamsituasi perkembangan peradaban yang begitutinggi, Islam tidak mengenal istilah hak milikintelektual. Setidaknya, istilah itu saja tidak ataubelum bisa ditemukan - minimal menurut riset

kami - dalam khazanah sejarah dan fikih Islam. Padahal, kalau memang hal itu dikenaldalam Islam tentu kitab-kitab hukum danjurisprudensi Islam yang mulai bangkit abadketiga H(9 M) tentu akan menyebutkan hai ituketika berbicara tentang kepemilikan, ataubagian lain dalam hukum mu'amatah.

Ketiadaan konsep tengan 'hak milikintelektual' padamasa itu bukan berarti bahwapara intelekbal ketika itu tidak mendapatkan reward atas sebuah karya ilmiah. Dalam karyanyayang berjudul The Rise of College, GeorgeMakdisi memberikan deskripsi bagaimanasistem gaji sudah diberlkan ketika itu. Dalam

®Lihat,. Rahman, H.U. 1989. a Chronology ofIslamic History. London: Mansell Publishing Limited.LIhatjuga Nakosteen, Mehdi. 1964. HistoryofIslamic Origins ofWestern Education. Colorado: UniversityofColorado Press.

33

Page 5: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

sistem kependidikan Islam yang berkembangpada abad 10 M(atau bahkan sebelumnya)itu, umat Islam telah memberiakukan berbagaiketetapan honor dan penghargaan bag! para'ilmuwan. Ilmuwan tidak melakukan

komerslalisasi ilmu dan keahlian merekasecara bebas. Mayoritas yang tegadi, negara-lah yang menanggung gaji mereka. Kalautidak, yayasan (Badan V^akaVCharitable Fund)yang memberikannya. Misalnya, Abu Yusuf,seorang ilmuwan tersohor ('konsuitan pajak')dan ahli hukum tersohor ketika itu, selalumendapat gaji serta penslun dari negara, diatidak mendapat lagi.keuntungan karena karya-karyanya. Al-Farabi, sorang ilmuwan besardalam Ilmu sosial, selalu menerima gaji daribaitui ma! 4 dinar perhari.' Ibnu Sina, seorangahli kedokteran, selepas meninggal bapaknya,karena kesulitan uang hidup, diaterpaksa hamsbekerja menjadi pegawai pemerintah. ®SalmalKhasir, seorang ilmuwan yang menghabiskanbanyak uang peninggalan bapaknya untukkeperluan belajar, mendapatkan hadiah100.000 dinar dari Harun Al-Rasyld untuksebuah karya tulis pada masa itu.^ AI-Firdausi,yang selain sebagai sastrawan dikenal jugadengan predikat "Father of Persian Histor/dijanjikan oleh Raja hadiah sebesar 60.000keping uang emas untuk sebuah karyanya yangberjudul Shah Namah, meski sebelum ontapembawa muatan itu sampai pada dirinya, diatelah meninggal.

Meski begitu, bukan berartl pencari ilmutidak membayar kepada gurunya. Dalamperkembangan peradaban Islam, dijumpaijuga bahwa murid juga membayar. Al-Hasanbin Shaibani sebagaicontoh, dinyatakan bahwadiamewarisi darikekayaan Bapaknya sebanyak30.000 dirham, dia gunakan itu untukmempelajari grammardan poetry, hadits danfikih." Banyak juga ilmuwan yang engganmenarik beaya dari muridnya, misalnya IbnNaqur. Karena kesibukan akademlsnya, diatidak bisa bekerja untuk menghidupi dirinya,sehingga As-Sirazy mengeluarkan 'legal opinion' bahwa an-Naqur berhak untuk mendapatgaji. Meski dia tetap tidak menarik beaya yangmencukupi, namun kemudian dia berhakmendapat zakat."

Di samping itu, ada juga ilmuwan yangtidak digaji oleh siswanya, melainkan justerumencarikan sumber keuangan dari funding,misalnya Abu al-Husain al-BaIki, sebuahfenomema yang lain dari biasanya. Ada jugayang membagi-bagikan penghasilan pribadinyauntuk kepentlngan para insan akademis,misalnya, Al-Hamdhani, seorang konsuitanhukum ijurisconsuK} di Isfahan yang pertahunnyabisamendapat uang 100.000 dirtiam.^^ Prakteksemacam ini temyata justeru sangat miripdengan apayang terjadi dalam pendidikan modem, di mana para Professor atau pembimbingjusteru membantu mencarikan sumber dana(beaseswa) bagi para muridnya. Ini berarti.

'Makdisi, George. 1981. The Rise ofColleges. Edinburgh: Edinburgh University Press. Him.163^-Avicenna" dalam tp. 1999. Encyclopaedia ofIslam. CD ROM edition. Leiden: Koninklijke Brill, NV.®Makdisi./b/c/.HIm.160"Nakosteen, Mehdi. 1964. History ofIslamic Origins ofWestern Education. Colorado: University of

Colorado Press. Him. 151-152'dbid. Him. 160

''Ibid. Hlm.161

''Ibid. Him. 163

34 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL. 8. JUNI2001:30-41

Page 6: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Agus Triyanta. Hak Milik Intelektual dalam Pandangan Hukum Islam

praktek pendidikan Islam klasik telah memilikisebuah nilal yang sangat tinggi, berarti sekitar1000 tahun mendahului apa yang sekarangmenjadi bagian dari sistem pendidikan dinegara-negara maju dan modem.

Untuk bisa mengetahui bagaimana alokasipembeayaan aktivitas keilmuan ketlka itu, bisadiberikan sebagai gambaran, bahwa padaabad 12 M, sebuah yayasan pendidikan TheSyafii Imadiya College ofLaw, memiliki expenditure sbb:

^ Mutawalli lOOdirham/bulan'̂

Professor of Law 60 dirham/bulan

Mats 300dirham/bulan

Oil for lamps 24 dirham/bulan

Caretaker ICQ dirham/bulan

Leaderof prayer 40 dirham/bulan

Fellows 20 dirham/bulan

Demikian juga, ilmuwan yangmengembangkan ilmu pengetahuan diperpustakaan juga mendapat jaminan yanglayak. Perlu diketahui bahwa perpustakaanpada masa itu jumlahnya sangat banyak, baikswasta maupun yang dimiliki oleh negara.Sebegaian dariperpustakaan yangada ketikaitu menetapkan bahwa bukan saja parailmuwan bebas menggunakan perpustakaanuntuk eksplorasi Ilmu dan pengembangannya,namun banyak di antaranya yang menyediakanmakanan, penginapan, perlengkapan untukmenulis, serta bantuan lain demi kenyamananpengunjung yang berasal dari jauh. Ibnu Ibad,

lebih dari itu, bukan hanya membebaskanpenggunaan perpustakaannya yang terkenaluntuk para ilmuwan, namun malah memberikanbeasiswa maksimum 1000 dirham untuk setlapilmuwan yang mengembangkan ilmu dlperpustakaan tersebut. Perpustakaan Adud al-Daulah di Basrah malah memberikan beasiswa

bagi yang "membaca atau men-copy" diperpustakaan tersebut.'^ Hunayn ibn Ishaq,seorang penerjemah dan ilmuwan besar, diacukup digajl olehnegaraatas semua karya yangdilakukannya.^®

Sungguh itu merupakan sebuahpencapalanyang sangattinggi dari perkembangan etika danaturan main akademis. Bukankah fasilitas-fasilitas

semacam itu mirip dengan apa yang dalamwacana pendidikan modern dikenal denganistilah-istilah research fellow, atau sbataticallive, dan yang sejenisnya, di mana seseorangapabila melakukan riset mereka diberikansemua fasilitas yang merekabutuhkan, bahwalebih dari itu- mereka masih menerima

semacam 'grant' atas kegiatan ilmiahnya itu?Sehingga, sangat jelas, bahwa negara danyayasan Wakaf lebih banyak men-fa/ce overbeaya pendidikan. Para ilmuwan diberikanbeaseswa, gaji, pensiun atas semua upayayang mereka lakukan. Negara atau yayasanmemberikan imbalan ekonomi, yang karenanyasemua karya mereka, penemuandan teori-teoriyang mereka ciptakan bisa digunakan dandikonsumsi untuk semua orang.

Itu semuanya menunjukkan bahwa bukansaja bahwahak milik intelektual itu tidak dikenal

133

"to/d. Him. 163-164

'Wid. Him. 67

'®H.U. Rahman. 1989. a ChronologyofIslamic History.lor\6on: Mansell Publishing Limited. Hlm.132-

35

Page 7: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

dalam sejarah peradaban Islam, namunsekaligus, fakta tersebut menunjukkan, bahwabangkit dan berkembangnya sebuah peradaban,lahimya para ilmuwan dan penemu bukantanpa prasyarat kondisi, karena ternyatamajunya peradaban dalam sejarah Islammemiliki situasi konduslfnya yang sulit dicari dltempat lain saat itu. Dengan kata Iain, sebuahpemerintahan, bertanggung jawab untuk bisamenciptakan kondisi semacam itu dalamrangka mengupayakan "pencerdasan bangsa".

Meskipun dalam sejarah peradaban Islam dan fikih klasik tidak dikenal istilah hakkekayaan intelektual tersebut, namun untukmelihat secara komprehensif bagaimanapandangan Islam terhadap hak semacam itumasih diperlukan pendekatan yang lain. Untukitulah, di bawah ini akan didiskusikan,bagaimana fikih modern bisa dihadapkandengan hak kekayaan intelektual tersebut.

Hak Milik Intelektual dalam PerspektifIslam

Untuk membahas bagaimana kekayaanintelektual dilihat dan perspektif Islam, harusdilihat dari dua hal, pertama, bagaimanakahkonsep tentang eksklusivitas ilmu pengetahuandalam al-Quran, dan kedua, bagaimanakepemilikan benda yang immateriil itu dalamIslam.

1. Al-Quran tentang Monopoll Ilmu

Al-Quran meletakkan ilmu pengetahuansebagai sebuah instrumen yang sangat tingginilainya bagi manusia. Manusia dituntut untuk

ber-ta'aqqui (menggunakan akal), tafakkur(berpikir), tadzakkur (mengingat-ingat),tadabbur (berkontemplasi), tanadhdhur(berteori), serta tabashshur (observasi), kata-kata sangat jelas tersekspresikan dalam al-Quran. Semua itu menunjuk pada aktivitasintelektual. Orang diiarang menempuh suatuperbuatan tanpa dengan dasarrasionalitas atauargumen yang jelas, karena semuaaransemenpenyerap ilmu itu nanti akan dimintai pertanggungjawaban.

"Danjanganlah kamu mengikuti apayangkamu tidak mempunyai pengetahuantentangnya. Sesungguhnyapendengaran,penglihatan dan hati, semuanya itu akandiniinta pertanggungjawabannya" (QS.17:36)"

Itu semuanya merupakan di antara sekianbanyak seruan-seruan al-Quran yangmemberikan dorongan kepada penganutnyauntuk memberikan respect yang tinggiterhadap aktivitas intelektual.

Dengan tidak kalah kuatnya, haditsmemberikan tekanan pada pentingnya ilmu bagiseseorang. Perintah menuntut ilmu dinyatakandengan berbagai hadits, fadhilah ilmu/kepandaian diilustrasikan dengan berbagaigambaran yang mulia. Penghayatan terhadapitu, seperti yang nanti akan diulas dalam uraianberikutnya, akan membawa pada suatukesimpulan bahwa menuntut ilmu itu merupakansebuah kewajiban yang harus senantiasadilakukan.

Karena sangat pentingnya ilmu itulahmaka mengajarkan ilmu, menyebarkan.

"Ahmad Musthafa al-Maraghy menyatakan bahwa ayat in! bisa merupakan sebuah 'leori yang menyeluruhbagi banyak kehidupan manusia," jadi merupakan sebuah aturan umum dalam manusia. Tafsiral-Maraghi.jilidS. ttDaral-Fikr,tt.HIm.45

36 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL 8. JUNI2001:30-41

Page 8: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Agus Triyanta. Hak Milik Intelektua! dalam Pandangan Hukum Islam

menginformasikan dan saling menyampaikankebenaran ilmu menjadi sebuah keharusandalam sistem sosial Islam. Aktlvitas seperti itutidak boleh kosong dalam kalangan umat Islam. Kata-kata 'ilmu'misalnya, disebutoleh al-Quran tidak kurang dari 26 kail.'® Ungkapan-ungkapan: tawashau bilhaq (saling member!pesanlah tentang kebenaran) (QS. 103:3),liyundziru qaumahum (hendaklah merekamengingatkan kepada kaumnya) (QS. 9:122),atau wayu'allimukum ma lamtakunu ta'lamun(dandia mengajarkan kepada kalian apa yangbelum kalian ketahui) (QS. 2:151). merupakankata kunci dalam sustainabilitas masyarakatIslam.

Ilmu, dalam Islam dianggap sebagai salahsatu daritigaamalan yangmemberikan pahalajariyah (al-'ilmu yuntafa'u bih) (HR Muslim),"memberikan sebuah Ilmu yang balk, ataumerintis sesuatu yang baik, apablla diikuti or-ang lain, akan mendapatkan pahala juga darisetiap orang yang mengamalkan ilmu itu (falahu ajruha wa ajru 'amaliha) (HR.Muslim).^®Sebaliknya, orang yang menyembunyikan sebuahilmu pengetahuan, Allah akan mencambuk diadengan cambuk yang terbuat dari api {uljimayaumal qiyamati bllijamin minnar) (HR AbuDaud & Tirmidzi). '̂

Atas dasar itulah, maka al-Quran tidakmengenal monopoli Ilmu pengetahuan,memproteksi sebuah ilmu agar orang lain tidakbisamengetahuinya. Islam menganjurkan agar

senantiasadiupayakan hal-hal yang bisamem-fasilitasi tersebamya ilmu pengetahuan. Kalauhal ini dikaltkan dengan konteks kenegaraan,maka pemerintah sebuah negara adalahmengupayakan pencerdasan bangsa denganmencukupi segala yang diperlukan untuk itu.Ilmu bukanlah sesuatuyang elitis sifatnya, bukanhanya untuk orang-orang yang kaya, yangmampu membayar tinggi sebuah hak cipta.Karena, kalau ilmu hanya bisa beredar didikalangan elit (ekonomi) maka orang-orangmiskin akan sulit mendapatkan ilmupengetahuan.

2. ilmu sebagai kekayaan Immateriil

Dalam konsephakmilik, pengetahuanataupenemuan merupakan sebuah kekayaanimmateriil, hakmilik intelektual adalah hakyangbukan kebendaan (materlil). Sedangkan didalam Islam (mu'amalah) dikenal adanyaberbagal macam hak dari seseorang. Meskidemikian, produk-produk fikih klasik, sepertidijelaskan di depan, tidak mengenal adanyahakatas kekayaan intelektual, atau bahkan, diSana pun benda yang abstrak (immateriil)sifatnya, tidak disinggung secara jelas.Pembahasan yang ada, yang agaknya bisadikaitkan dengan hak milik benda immateriiladalah adalah tentang milk al-manfa'ah (milikatas manfaat benda)." Meskipun dalamkonsep awalnya, milik atas manfaat benda ituhanya diperuntukkan bag! sebuah benda yang

"llmi Zadah Faidhullah al-Husna. tt. Path al-Rahman: li thalab ayat al-Qur'an. Indonesia: Dakhlan.him. 312-313

"Al-Khin. Musthafa Sa'id, et.al. 1991. Nuzhah al-Muttaqin. Vol.2. Beirut: Muassasah al-Rlsalah. Him.191

^Al-Khin. Vol.1. Him. 159

^'Al-Khin. Vol.2, Him. 195

"Zaidan,Abdul Karim. 1969. al-Madkhalli Dirasah al-Syari'ah al-lslamiyah. Bagdad: al-'Ani. Bandung.Him. 229. Lihat juga, Abdoerraoef. 1986. al-Qur'an danIlmu Hukum. Jakarta: Bulan Bintang. Him.127-135.

37

Page 9: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

bersifat materiil, misalnya hak memanfaatkanrumah, namun, dalam ha! pemilikan atasmanfaat, bisadianalogikandenganadanya hakmilik atas manfaat dari benda yang immateriil,karena pada hakekatnya, sebuah kekayaanintelektual, dalam hal ini hak cipta atau paten,yang 'dijual' adalah pemanfaatannya.

Dengan begitu, bisa dipahami bahwa, tidakkeliru apabila dalam mu'amalah bisadiakomodasl adanya hak kebendaan dan haknon kebendaan, atau hak materiil dan hakimmateriil. Kemudian, hak milik intelektual miripdengan hak-hak non kebendaan yang lainseperti hak tagih, hak sewa, hak gunabangunan, dan yang sejenisnya.^Mslammengakui adanya konsep kepemllikan yangseperti itu, karena seseorang mendapatkan ituatasupayanya sendiri, dia mencari sesuatu (research) dan akhirnya mendapatkan sesuatuyang tidak didapatkan oleh crang lain. Sehingga,sebuah penemuan, bisa saja dijuai olehpemiliknya dengan imbalan nilai ekonomitertentu, sebagaimana para intelektual dalamsejarah peradaban Islam di atas, memungutgaji atas kekayaan ilmu yang diberikannya.Sebagai sebuah kepemllikan, dia sah.

Teriebih di zaman modem seperi ini, kondisimasyarakat sudah sangatjauh berkembang. Or-ang sangat terspesialisasi pada bidang tertentuyang dikuasainya, yang ini tidak memungkinkanmereka untuk melakukan upaya profesi lain untukmencukup kehidupannya. Seorang inovator danperiset akan mendedikasikan kariernya untukpenemuan-penemuan, membangun teori danmengembangkan ilmu pengetahuan. Merekatidak bisa lagi mencari penghidupan bidang lain.Permasalahannya kemudian adalah, apabila

karya-karya mereka itu dibajak, lantas dari manapenghasilan mereka?

Bukankah juga merupakan sesuatu yangwajar apabila mereka (orang-orang yangberkecimpung dalam penciptaan karya danpenemuan) menentukan beaya untukpenemuannya? Bukankah juga, secarakepemilikan, hak ataspemanfaatan sesuatu itulayak dihargai dalam hukum Islam?

Dengan demikian, dari tinjauan kepemilikandari intellectual poperiy n'ghts secara fikih bisadiakomodasi, artinya, bisa diterima dalam Islam.Meskipun dalam aplikasinya harus melihatkepada pelaksanaan hak-hak masyarakat.Bukankah, hak untuk mengetahui informasitentang sesuatu yang penting bagi masyarakat,juga harus diperhatikan oleh hukum Islam?Sehingga, meski hak intelektual itu bisadiakomodasi dalam hukum Islam, namun harusmempertimbangkan variable yang lain, yakni,pertimbangan manfaat dan madarat atas'penyembunyian' sebuah penemuan tersebuL

3. Jalan Tengah

Jelasiah, bahwadisatu sisi Islam melarangadanya proteksi hak milik intelektual yangmengakibatkan orang lain tidak bisa mengetahuisebuah hasil penemuan atau inovasi tertentumisalnya, namun juga tidak bisa dikatakanbahwa kepemilikan terhadap hak intelektualyang bersifat immateriil itu tidak memiliki tempatdaiam hukum Islam. Karena, intellectual property rights, sebagai sebuah bentuk darikepemilikan harta benda, dia adalah syah.Untuk ituiah, dalam permasalahan ini harusadaapayang disebut dengan 'jalan tengah', sebuahpenyelesaian yang mengakomodasikan

2'Saidln. 1995. AspekHukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta; Raja Grafindo Persada. Him. 7-8

38 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL 8. JUNI2001:30-41

Page 10: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Agus Triyanta. Hak Milik Intelektual dalam Pandangan Hukum Islam

keduanya. Pertama-tama, haruslah dilihat,mengapa Islam melarang tindakanmenyembunyikan ilmu, serta melarang jugaseseorang untuk tidak mencuri ilmu.Kemudian, yang kedua, perlu dilihat.bagaimana tingkat kemutlakan (absuluteness)dari kepemilikan kekayaan intelektual itu dapatdiproteksi.

Dengan melihat berbagai ketentuan Qurandian hadits di depan, di antara alasan utama{'illat) pelarangan menyembunyikan ilmu dalamIslam adaiah agar tidak tercipta kebodohandan stagnasi ilmu pengetahuan di kalanganumat Islam. Bahkan melihat tingkat anjuranuntuk saling mengajarkan ilmu pengetahuan,yang karenanya mencari ilmu itu wajib, makakewajiban itu telah menjadlkan bahwamenuntut ilmu pengetahuan itu tidak bedadengan hak asasi,. yakni bahwa adaiah hakasasi bag! setiap orang untuk bisa mengetahuisesuatu perkembangan ilmu pengetahuan.Semua bentuk penghalangan terhadap ha! iniharus diupayakan bentuk penyelesaiannya.

Dalam saatyang sama, tidaklah fe/rapabilasebuah karya seseorang, yang diraih denganupaya dalam bentuk beaya.waktudan tenaga,itu kemudian tidak dihargai dengan bentukmateri, sehingga di satu sisi, ini akan mematikandaya kreasi umat manusia, orang sangat bisajadi, akan berpikir ulang untuk menekunisebuah penelitian dan inovasi.

Disinilah sebenarnya keberadaan sebuahnegara diperlukan, pemerintahan negara harusmemainkan peranan untuk menjembatani duakepentingan tersebut tanpa harus mengalahkansalah satunya. Apabila sebuah negaramembiarkan hal ini berlangsung denganmekanisme pasar, orang akan sulit menjamintidak timbulnya oi/er-komersialisasi ilmupengetahuan {inteHektual property rights), dan

sekali lagi, apabila itu yang terjadi, makapandangan hidup manusia hanya akantersimplifikasikan pada materi, yang namanyakepentingan kemanusiaan menjadi pemyataanyang tidak pemah mendapatkan pembuktiannya.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangansemacam itulah, maka tidak bisa tidak negaraharus menjadi jembatan bagi dua kepentingan,negara harus memberikan imbalan ekonomidalam penemuan-penemuan yang menyangkutkepentingan orang banyak, yang karenanya orang akan bisa bebas menggunakannya.Sehingga, pertierintah bertanggung jawabuntuk menghilangkan semua hambatan-hambatan ekonomis yang menghalangi 'hakuntuk mengetahui sebuah perkembanganilmu' bagi setiap warga negara. Karena samasekali tidak masuk akal, apabila di satu sisiseorang muslim diwajibkan nienuntut ilmusampai kapan dan di mana saja, namundalam satu waktu pemerintahan (muslim)dengan sengaja menciptakan hambatanuntuk tertunajkannya kewajiban itu.

Singkatnya, sebuah negara harus mampumen-take-over sebuah hak intellektual untukkemudian diserahkan pemanfaatannya kepadasemua orang. Makanya, bagaimanapun jugakonsep negara dan pemerintahan dalam Islamtidak akan bisa diabaikan ketika berbicaratentang hal ini. Islam, memang menghendakisebuah pemerintahan untuk senantiasaberinisiatif untuk mensejahterakan danmencerdaskan rakyatnya, dari pada sekedar'menyerahkan' permasalahan-permasalahansemacam itu pada pasar.

Kaitannya dengan kepentingan global,karena memang di era semacam ini tidakmungkin dunia yang satu dipisabkan dandiasingkan dengan bagian dunia yang lain, makalangkah yang bisa ditempuh oleh pemerintahan

39

Page 11: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

dalam sebuah moslem country atau Islamicstate, haruslah lebih berhati-hati ketika

meratifikasi sebuah konvensi yang berkaitandengan HKI, harus melakukan bargaining ketikamelakukan negosiasi dalam ha! ini. Bagaimanapun, adalah hak yang hams diakui bahwaIslampunya woridview sendiri, sebagaimana orangBarat dan orang Timur Jauh, juga memilikiworfdwew-nya sendiri.

SimpulanIslam tidak menladakan art! penting hak

kekayaan Intelektual dengan berbagal alasandl atas. Dengan berbagal alasan dl atas juga,Islam sullt memungklri bahwa kepemlllkan yangeksklusif atas llmu pengetahuan juga sangattidak sehat dalam sistem soslal Islam. Konsepintellectual property rights lahir dari sebuahsistem liberal yang memblarkan prosespermlntaan dan penawaran secara bebasberlaku hingga akhlrnya akan terclptalahsebuah kondlsl Ideal, mirip 'wealth of nation'-nya Adam Smith. Orang dibebaskan untukberkarya apasaja,danbebasjuga mereka untukmen-cbarge berapa uang yang Ingin merekadapatkan darl karya-Nya, dalam sistem Inidikenal istllah bahwa manusia sebagal pemiHkmutlak atas sebuah hak dan barang/benda.

Islam, jelas tidak lah identik dengan sebuahsistem liberal dalam art! laizez falre. Namun,Islam juga tidak menghendaki pemasunganterhadap daya kreasi manusia, berikutkepemlllkan padadiri manusia, sebagaimanayang ada pada masyarakat soslalls-komunis

{pasca The Communist Manifesto 1847).^^Apapun yang dicapai dan diralh manusia,apapun bentuknya, materlll atau immateriil,tetapsaja mempakan sebuahkepemlllkan yangtidak mutlak, karenanya manusia tidak pula bisamenggunakannya secara mutlak, namunharusdengan rambu-rambu llahiah, karena hanyaAllah-lah the absolute owner, sang Pemllikmutlak atas segala sesuatu.

Kaitannya dengan HKI, maka Islam tidakmelarang pembatasan ekslusif kepemlllkanyang berupa hak cipta atau copyright, namunIslam juga tidak menglztnkan bila denganalasan hal Itu kemudlan sekeiompok manusia'memblarkan' kebodohan sekeiompok manusialain yang karena kemlsklnannya menjadikanmereka tidak mampu membayar mahal untuksebuah llmu atau penemuan, padahal sangatmereka butuhkannya untuk lepas darikemlskinan dan kebodohan mereka. Dalam hal

Ini, prinsip keadilan dan prinsip sosial dalampenerapan hak mlllk Intelektual harus leblhdiperluas.^^ Karenanya, dalam hal-hal yangstrategis, pemerintah atau InstitusI Islam 'wajib'mengambll alih hak cIpta atau copy rightter5ebut.D

DaftarPustaka

Vaughan, Richard E. "Defining Terms in the Intellectual Property Protection Debate: arethe North and South Arguing Past EachOther When Say"Property"? a Lockean,Confusian, and Islamic Comparison."Dalam. ILSA Journal. ( http.7/

^*T.p. "Property law: Property law and Theory in the Early Modern Period" Hoiberg, Dale H, ed.Encyclopaedia Britannica.CD ROM edition, tt 2001.

^Daiam implementasi hak milik intelektual sudah dikenal 4prinsip: keadilan, ekonomi, kebudayaan dansosial. Djumhana.Muhanimad dan Djubaedillah. 1993. Hak Mlllk Intelektual: Teoh dan Prakteknya dlIndonesia Bandung: Citra Aditya Bakti. Him. 20-22

40 JURNAL HUKUM. N0.17 VOL 8. JUNI2001:30-41

Page 12: HakMilik Intelektual dalam Pandangan

Agus Triyanta. Hak Milik Intelektual dalam Pandangan Hukum Islam

www.unsulaw.nova.edu/)

T.p. "Human Rights: Historical Development"Hoiberg, Dale H, ed. EncyclopaediaBritannica. CD ROM edition, tt: tp: 2001.

Rahman, H.U. 1989. a Chronologyof IslamicHistory. London: Mansell PublishingLimited.

Nakosteen, Mehdi. 1964. History of IslamicOrigins of Western Education. Colorado: University ofColorado Press.

Makdisi, George. 1981. TheRise of Colleges.Edinburgh; Edinburgh University Press.

"Avicenna" dalam tp. 1999. Encyclopaedia ofIslam. CD ROM edition. Leiden:

Koninklijke Brill, NV.

Ahmad Musthafa al-Maraghy. Tafsiral-Maraghi.jilid5[tt:Daral-Fikr,tt.

limi Zadah Faidhullah al-Husna. tt. Path al-

Rahman: li thalab ayat al-Qur'an. Indonesia: Dakhlan.

Al-Khin, Musthafa Sa'id, et.al,1991. Nuzhah al-

l^uttaqin. Vol.2. Beirut: Muassasah al-Risalah.

Zaidan, Abdul Karim. 1969. al-Madkhal liDirasah al-Syari'ah al-lslamiyah.Bagdad: al-'Ani.

Abdoerraoef. 1986. al-Qur'an dan llmu

Hukum. Jakarta: Bulan Bintang.

Saidin. 1995. Aspek Hukum Hak KekayaanIntelektual. Jakarta; Raja GrafindoPersada.

T.p. "Property law; Property law andTheory in theEarly Modem Period" Hoiberg, Dale H.ed. Encyclopaedia Britannica. CDROM edition. tt:tp. 2001.

26 Dalam implementasi hak milik intelektualsudah dikenal 4 prinsip; keadilan,

' ekonomi, kebudayaan dan sosial.Djumhana,Muhammad danDjubaedillah: 1993. Hak MilikIntelektual: Teorl dan Prakteknya diIndonesia. Bandung: CItra Aditya Bakti.

'I* •I*

41