GROUP GRUP

154
Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013 1 GROUP GRUP Standard Chartered Standard Chartered Standard Chartered is a leading international banking group (hereinafter referred to as “Group”). It has operated for over 150 years in some of the world’s most dynamic markets and earns around 90 per cent of its income and profits in Asia, Africa and the Middle East. This geographic focus and commitment to developing deep relationships with clients and customers has driven the Group’s growth in recent years. With 1,600 branches and offices in 70 markets, the Group offers exciting and challenging international career opportunities to over 86,000 employees. It is committed to building a sustainable business over the long term and upholding high standards of corporate governance, social responsibility, environmental protection and employee diversity. Standard Chartered’s heritage and values are expressed in its brand promise, Here for Good. Standard Chartered adalah grup perbankan internasional yang sangat maju (selanjutnya disebut “Grup”). Grup beroperasi lebih dari 150 tahun di pasar yang dinamis, memperoleh 90 persen pendapatan dan keuntungan di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Fokus geografis yang jelas serta komitmen untuk menjalin hubungan yang erat dengan nasabah sangat membantu pertumbuhan Grup di beberapa tahun terakhir. Didukung 1.600 cabang di 70 negara, Grup menawarkan kesempatan karir internasional yang menarik bagi lebih dari 86.000 karyawan. Standard Chartered berkomitmen untuk membangun bisnis untuk jangka panjang dengan menyajikan tata kelola berstandar tinggi, memiliki tanggung jawab sosial, melindungi lingkungan, serta menghormati keragaman karyawan. Warisan dan nilai yang dianut Standard Chartered diekspresikan dalam janji kami, Disini Untuk Selamanya. We offer a wide range of banking products and services through our two businesses: Consumer Banking We offer solutions and services through multiple channels including branches, call centres, award winning online, and mobile applications to bring greater convenience and flexibility to our clients and customers. We serve Personal and Preferred Banking, Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking, Priority and International Banking, and Private Banking. Wholesale Banking We offer a wide range of financing and investment solutions to corporate and institutional clients. One of the key advantages we offer is our ability to facilitate trade and investment across some of the world’s fastest growing markets. Standard Chartered menawarkan berbagai varian produk dan jasa melalui dua bentuk bisnis: Consumer Banking Kami menawarkan solusi dan jasa melalui banyak jalur seperti kantor-kantor cabang, call centre, jaringan on-line, serta aplikasi yang mobile, guna memberi kenyamanan serta fleksibilitas lebih bagi para nasabah. Kami melayani Personal and Preferred Banking, Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking, Priority and International Banking, dan Private Banking. Wholesale Banking Kami menawarkan berbagai solusi pembiayaan dan investasi bagi nasabah korporasi dan institusi. Salah satu keuntungan utama yang kami tawarkan adalah kemampuan kami memfasilitasi perdagangan dan investasi antar negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi.

Transcript of GROUP GRUP

Page 1: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

1

GROUP GRUP Standard Chartered Standard Chartered Standard Chartered is a leading international banking group (hereinafter referred to as “Group”). It has operated for over 150 years in some of the world’s most dynamic markets and earns around 90 per cent of its income and profits in Asia, Africa and the Middle East. This geographic focus and commitment to developing deep relationships with clients and customers has driven the Group’s growth in recent years. With 1,600 branches and offices in 70 markets, the Group offers exciting and challenging international career opportunities to over 86,000 employees. It is committed to building a sustainable business over the long term and upholding high standards of corporate governance, social responsibility, environmental protection and employee diversity. Standard Chartered’s heritage and values are expressed in its brand promise, Here for Good.

Standard Chartered adalah grup perbankan internasional yang sangat maju (selanjutnya disebut “Grup”). Grup beroperasi lebih dari 150 tahun di pasar yang dinamis, memperoleh 90 persen pendapatan dan keuntungan di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Fokus geografis yang jelas serta komitmen untuk menjalin hubungan yang erat dengan nasabah sangat membantu pertumbuhan Grup di beberapa tahun terakhir. Didukung 1.600 cabang di 70 negara, Grup menawarkan kesempatan karir internasional yang menarik bagi lebih dari 86.000 karyawan. Standard Chartered berkomitmen untuk membangun bisnis untuk jangka panjang dengan menyajikan tata kelola berstandar tinggi, memiliki tanggung jawab sosial, melindungi lingkungan, serta menghormati keragaman karyawan. Warisan dan nilai yang dianut Standard Chartered diekspresikan dalam janji kami, Disini Untuk Selamanya.

We offer a wide range of banking products and services through our two businesses:

Consumer Banking We offer solutions and services through multiple channels including branches, call centres, award winning online, and mobile applications to bring greater convenience and flexibility to our clients and customers. We serve Personal and Preferred Banking, Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking, Priority and International Banking, and Private Banking.

Wholesale Banking We offer a wide range of financing and investment solutions to corporate and institutional clients. One of the key advantages we offer is our ability to facilitate trade and investment across some of the world’s fastest growing markets.

Standard Chartered menawarkan berbagai varian produk dan jasa melalui dua bentuk bisnis:

Consumer Banking Kami menawarkan solusi dan jasa melalui banyak jalur seperti kantor-kantor cabang, call centre, jaringan on-line, serta aplikasi yang mobile, guna memberi kenyamanan serta fleksibilitas lebih bagi para nasabah. Kami melayani Personal and Preferred Banking, Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking, Priority and International Banking, dan Private Banking.

Wholesale Banking Kami menawarkan berbagai solusi pembiayaan dan investasi bagi nasabah korporasi dan institusi. Salah satu keuntungan utama yang kami tawarkan adalah kemampuan kami memfasilitasi perdagangan dan investasi antar negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi.

Page 2: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

2

We serve Global Corporates, Financial Institutions, Local Corporates, and Commodity Traders and Agribusinesses.

Kami melayani Global Corporates, Financial Institutions, Local Corporates, serta Commodity Traders and Agribusinesses.

Establishment Pendirian Group is listed on London and Hong Kong stock exchanges as well as the Bombay and National Stock Exchanges in India, domiciled in London and established under English Law.

Group adalah perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham London dan Hong Kong, serta Bombay and National Stock Exchanges di India, berkedudukan di London dan didirikan berdasarkan Hukum Inggris.

Organization Structure Struktur Organisasi

Based on English Law, the organization structure of a company does not recognize board of commissioners. Group’s business activities are managed and supervised by The Board of Directors (hereinafter referred to as the “Board”) which consists of: - One Chairman - 5 Executive Directors - 14 Non-Executive Directors The Board holds the ultimate responsibility for setting our risk appetite and for the effective management of risk

Berdasarkan Hukum Inggris, struktur organisasi perusahaan tidak mengenal adanya dewan komisaris. Seluruh aktivitas usaha dan bisnis Group dipimpin dan diarahkan serta diawasi oleh Board of Directors (selanjutnya disebut dengan “Board”) yang terdiri dari: - Satu orang Ketua - 5 orang Executive Directors - 14 orang Non-Executive Directors Board adalah penanggung jawab utama yang menetapkan risk appetite dan pelaksanaan manajemen risiko yang efektif.

Share Capital Modal Saham The issued ordinary share capital of the Company was increased by 14,351,742 during the year. 10,542,375 ordinary shares were issued under the Company’s employee share plans at prices between nil and 1,463 pence. 3,809,367 ordinary shares were issued under the Company’s share dividend scheme.

Group menerbitkan tambahan 14.351.742 lembar saham biasa selama tahun ini. 10.542.375 lembar saham biasa diterbitkan untuk program employee share plans dengan harga bervariasi dari nil sampai dengan 1.463 pence. Sebanyak 3.809.367 saham biasa diterbitkan untuk skema pembagian dividen.

Page 3: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

3

Major Interest in Shares and Voting Rights Pemegang Saham Terbesar dan Hak untuk Memberikan Suara

In Group Annual Report 2013, Temasek Holdings (Private) Limited (Temasek) is the only shareholder that had an interest of more than 10 per cent in the Company’s issued ordinary share capital carrying a right to vote at any general meeting in Group. Based on notification, Temasek’s interest is held indirectly through Dover Investment Pte Ltd. It holds 18.058% of voting rights indirect and 438,346,486 ordinary shares.

Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Tahunan Group tahun 2013, Temasek Holding (Private) Limited (‘Temasek’) tercatat sebagai satu-satunya pemegang saham yang memiliki modal saham di atas 10 persen sehingga memiliki hak untuk memberikan suara pada setiap rapat umum yang diadakan oleh Group. Berdasarkan notifikasi, kepemilikan Temasek dimiliki secara tidak langsung melalui Dover Investment Pte Ltd. Temasek memegang 18,058% hak suara tidak langsung dan 438.346.486 saham biasa.

Committees Komite-Komite 1. Audit Committee The Committee’ oversights and reviews financial, audit, and internal control issues The role of the Audit Committees is fundamental to ensuring the financial integrity and accuracy of Standard Chartered’s financial reporting. Good, open relationship between the Committee, the Group Finance Director, Group Internal Audit Function and KPMG Audit Plc (KPMG), Group statutory auditors, are essential to adding value to the organisation. This is encouraged by holding

1. Komite Audit Komite Audit memantau dan mengkaji berbagai isu yang terkait dengan keuangan, audit dan pengendalian internal. Peran Komite Audit sangat fundamental untuk memastikan pelaporan keuangan Standard Chartered yang terintegrasi dan akurat. Hubungan baik dan terbuka antara Komite Audit, Direktur Keuangan Grup, Fungsi Internal Audit Grup dan KPMG, auditor konstitusional Grup, adalah tambahan nilai yang esensial bagi organisasi. Komite Audit juga dapat memberikan rekomendasi (internal

Standard Chartered PLC

Standard Chartered Holdings Limited

Standard Chartered Bank

100%

100%

Page 4: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

4

recommendations (internal and external); inviting appropriate business heads to meetings to explain how they are delivering their agreed actions for which they are responsible; and holding separate meetings between the Committee chairman, independent and non-executives, and internal and external auditors, to help committee members establish open working relationships. The Committee is aware of balancing the requirement that the information received is concise whilst ensuring it receives all of the information necessary to fulfil its duties effectively. One of the ways in which this is achieved is through meetings held throughout the year between the Committe Chairman, the Group statutory auditors, and the Group Finance Director to discuss areas for the meeting agendas and papers that should be provided. As well as providing assurance within the governance and accountability structures of Standard Chartered, it is essential that the Committee contributes, delivers results and adds value to the Group. 2. Risk Committee The Comittee oversights and reviews on fundamental prudential risks including credit, market, capital liquidity, operational risk, country cross-border risk and pension risk. Risk appetite Every year the Committee pays careful attention to the formulation of the Group’s Risk Appetite Statement, in order to assure itself that it is effective in setting appropriate boundaries in respect of all main risk types. The Group will not compromise its risk appetite position in pursuit of growth. Capital and liquidity The Committe considers and discusses the Group’s capital and liquidity position and the regulatory environment and expectations. Both the Group Chief Risk Officer and the Group Treasurers are present at every scheduled meeting. With regard to capital, the Committee has reviewed and discussed in detail the Group’s Internal Capital Adequacy Assessment in order to satisfy itself that the Group’s approach to capital planning is comprehensive, rigorous and consistent both with current regulatory requirements and with future developments under Basel III or other likely regulatory initiatives. Liquidity is a key focus for the Committee. The Group conducts a range of liquidity-related stress analyses, both for internal and

dan eksternal), mengundang pimpinan bisnis untuk mendiskusikan langkah strategis sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, serta menyelenggarakan pertemuan dengan chairman, pihak independen dan non-eksekutif, auditor internal dan eksternal, guna mendorong terciptanya hubungan kerja yang terbuka satu sama lain. Komite ini sadar bahwa untuk menjalankan tugasnya dengan efektif, diperlukan keseimbangan antara informasi yang dibutuhkan dan yang diterima. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menyelenggarakan pertemuan sepanjang tahun dengan Ketua Komite, auditor konstitusional Grup, dan Direktur Keuangan Grup, untuk mendiskusikan topik sesuai dengan agenda pertemuan serta dokumen yang perlu disiapkan. Selain meyakinkan adanya tata kelola dan struktur pertanggungjawaban yang baik di Standard Chartered, Komite Audit harus dapat memberikan kontribusi yang menambah nilai bagi Grup. 2. Komite Risiko Komite ini memantau dan mengkaji risiko kehati-hatian yang fundamental termasuk risiko kredit, risiko pasar, likuiditas permodalan, risiko operasional, risiko cross-border, serta risiko pensiun. Risk appetite Setiap tahun Komite Risiko memantau Manajemen risk appetite untuk memastikan batasan-batasan dari segala sisi risiko terimplementasi. Manajemen tidak akan semena-mena melampaui batasan tersebut hanya untuk mengejar kepentingan perkembangan bisnis semata. Permodalan dan likuiditas Komite mempertimbangkan dan mendiskusikan posisi modal dan likuiditas sebagaimana harapan dan lingkungan yang ditetapkan oleh regulator. Group Chief Risk Officer dan Group Treasurers hadir dalam pertemuan komite ini. Terkait dengan modal, komite telah mengkaji dan mendiskusikan secara rinci Penilaian Kecukupan Modal Internal Grup guna meyakinkan bahwa pendekatan Grup atas rencana permodalan sudah komprehensif, tepat sasaran, dan konsisten, baik terhadap persyaratan lokal maupun perkembangan yang akan datang terkait Basel III atau inistiaf regulator lainnya. Likuiditas juga merupakan fokus utama bagi Komite Risiko. Grup membuat beberapa analisa stress terkait likuiditas, baik untuk

Page 5: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

5

regulatory purposes. The Committee has considered the liquidity stress-testing framework and assumptions used in this analysis. Stress testing Stress testing and scenario analysis are used to assess the financial and management capability of the Group to continue operate effectively under extrement but plausible trading condition. The Committee has maintained oversight of the Group’s overall stress-testing programme, reviewing the design, key assumptions and the outcomes of the principal tests. Regulatory considerations The Committee receives regulatory updates in relation to capital, liquidity and the structure of the Group including the Capital Requirements Directive IV (CRD IV) covering holdings requirements, additional capital buffer proposals and the Basel III implementation timetable, regulatory developments relating to capital models and regulatory developments across the Group’s market. Risk management disclosures The Committee has reviewed the risk disclosures in the Group’s annual and half year reports and has reviewed and approved the disclosure on the work of the Committee. Ongoing training and development In 2013 all directors and non-executive directors have been invited to several training sessions: unsecured lending in CB, Group Special Asset Management, Operational and cyber risk, transfer pricing, audit, risk and finance functions. 3. Brand and Values Committee The Committee oversights and reviews of brand positioning, treating customers fairly, reputational risk, ethics and sustainability issues. The Committes’s remit includes oversight of the Group’s brand positioning, reputational risk, client/customer focused strategies including Treating Customers Fairly, regulatory relationships, sustainability issues and our culture and values.

kepentingan internal maupun regulator. Komite Risiko mempertimbangkan kerangka kerja dan asumsi yang digunakan dalam analisa ini. Stress testing Stress testing scenario analisis digunakan untuk menganalisa kemampuan financial dan Manajemen untuk beroperasi secara efektif dalam kondisi ekstreme namun tetap melakukan perdagangan. Selain menangani stress testing likuiditas, Komite memantau semua program stress tesing, mengkaji desain, asumsi kunci serta hasil tes prinsipilnya. Pertimbangan regulator Komite menerima pengkinian informasi regulator yang berhubungan dengan modal, likuiditas, the Capital Requirements Directive IV (CRD IV) yang meliputi penambahan modal dan pelaksanaan Basel III, pengembangan capital model, dan memastikan kesiapan terhadap pengembangan pada sisi regulator. Pengungkapan manajemen risiko Komite Risiko mengkaji pengungkapan risiko yang dituangkan dalam Laporan tahunan dan Semi-Tahunan, termasuk mengkaji dan menyetujui pengungkapan lain terkait kinerja komite ini sendiri. Training dan Pengembangan Selama tahun 2013 seluruh direktur telah menghadiri beberapa sesi training, seperti antara lain unsecured pinjaman di Consumer Banking, Aset Manajement, operasional dan cyber risk, transfer pricing, audit, risk and fungsi finance. 3. Komite Merek dan Nilai Komite ini memantau dan mengkaji posisi merek (brand positioning), treating customer fairly, risiko reputasional, etika, dan isu yang berkelanjutan. Keluaran dari Komite ini adalah kajian atas brand positioning Grup, risiko reputasional, strategi yang berpusat pada nasabah termasuk Treating Customers Fairly, hubungan dengan regulator, isu apa saja yang berkelanjutan, serta budaya dan nilai-nilai yang dianut.

Page 6: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

6

4. Remuneration Committee The Committee oversights and reviews remuneration, share plan, and other incentives. The Committee has oversight of all reward policies for Standard Chartered employees. It is responsible for setting the principles and governance framework for all compensation decisions. In particular, the Committee: - Determines and agrees the remuneration of the

senior executives and employess with the potential to have a material impact on the risk profile of the Group

- Approves any proposal to award a high remuneration package to new recruits or a high level individual performance award to a Group employee

- Ensures that the remuneration policy is appropriate and consistent with effective risk management, with the Group Chief Risk Officer attending key meetings of the Committee during the year

- Approves the overall Total Variable Compensation paid globally on annual basis

5. Nomination Committee The Committee oversights and reviews of board and executive succession. The Committee is responsible for overseeing the Board’s succession planning requirements. It also oversees the identification and assessment of potential Board candidates and makes nominations to the Board for its approval as appropriate. In addition, on behalf of the Board, the Committee considers any potential conflicts of interest declared by the Board members. 6. Governance Committee The Committee oversights of overall Board’s effectiveness and governance issues. In addition to providing oversight of all material corporate governance issues affecting the Group and making recommendation to the Board, the Committee also monitors developments and emerging best practice in corporate governance across our markets. Our remit also covers oversight of the process by

4. Komite Remunerasi Komite ini memantau dan mengkaji remunerasi, rencana opsi saham, dan insentif lainnya. Komite ini juga memantau semua kebijakan terkait penerimaan bagi seluruh karyawan Standard Chartered. Komite juga bertanggung jawab untuk menyusun prinsip-prinsip dan kerangka kerja tata kelola yang digunakan untuk pengambilan keputusan terkait dengan kompensasi. Secara khusus, Komite akan: - Menentukan dan menyetujui remunerasi bagi

eksekuti dan pegawaif senior serta dampak potensial dan materialitasnya pada risiko profil Grup

- Menyetujui semua proposal paket remunerasi yang tinggi bagi staf baru atau bonus kinerja yang tinggi bagi staf Grup

- Meyakinkan bahwa kebijakan remunerasi yang

dimilki adalah cukup dan konsisten terhadap efektifitas pelaksanaan manajemen risiko, ditunjukan dengan kehadiran Group Chief Risk Officer dalam pertemuan Komite Remunerasi

- Menyetujui keseluruhan Total Variable Compensation – yang dibayar secara global tiap tahunnya.

5. Komite Nominasi Komite ini memantau dan mengkaji suksesi anggota Board manajemen dan eksekutif. Komite ini juga bertanggungjawab mengkaji persyaratan perencanaan suksesi Board. Komite juga mengkaji proses identifikasi dan penilaian terhadap kandidat potensial Board serta menyampaikan nominasinya kepada Board untuk memperoleh persetujuan. Komite ini juga mempertimbangkan ada tidaknya potensi benturan kepentingan yang dideklarasikan anggota Board. 6. Komite Tata Kelola Komite ini memantau efektivitas Board dan isu tata kelola lainnya. Selain menyediakan kajian isu tata kelola yang berdampak bagi Grup serta memberikan rekomendasi kepada Board, Komite ini juga memantau perkembangan dan perubahan praktik pasar terhadap tata kelola. Keluaran yang dihasilkan mencakup kajian proses tata kelola oleh Board, anggota direksi secara

Page 7: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

7

which the Board, each Board Committee and individual directors assess their effectiveness and reviews the geographical governance that is applied across the Group. 7. Regulatory Compliance Committee (special purpose committee) The committee oversights of matter relating to the Group’s compliance with its obligations under the settlements with the US authorities* in relation to US sanctions compliance and related matters

individual, serta pelaksanaanya diseluruh anggota Grup. 7. Kepatuhan dan Regulator Komite (spesial komite

untuk tujuan spesifik) Komite ini bertanggung jawab untuk memantau perihal-perihal yang berhubungan dengan kepatuhan the Group terhadap kewajiban-kewajiban yang disetujui dengan pihak otorisitas Amerika Serikat dalam kaitan US sanctions dan hal-hal lain yang terkait.

*The US authorities comprise The New York Department of Financial Services (DFS), the Office of Foreign Assets Control (OFAC), the New York County District Attorney’s Office (DANY), the United States Department of Justice (DOJ) and The Federal Reserve (NYFED). Otoritas Ameriksa Serikat terdiri dari Departemen Pelaku Usaha Jasa Keuangan Negara Bagian New York (DFS), Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC), Kantor Jaksa Penuntut Negara Bagian New York (NYDA), Departemen Kehakiman Ameriksa Serikat (DOJ) dan The Federal Reserve (NYFED).

Our locations

We’re one of the world's most international banks with over 1,700 branches, offices and outlets in 68 countries.

Page 8: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

8

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

1. General Information / Informasi Umum

Background Latar Belakang In Indonesia, historically Standard Chartered Bank had started its business in Batavia (now known as Jakarta) through the establishment of Borneo Company in 1859. In May 1863 The Chartered Bank commenced its branch operations independently. Standard Chartered Bank is the first British foreign exchange bank that opened business entity in Netherlands Indies. The branch office in Jakarta was closed during the coup d’etat attempt in 1965, but re-opened in 1968. Standard Chartered Bank Indonesia was established by virtue of Decree of Finance Minister No.D.15.6.1.6.15 dated 1 October 1968 and Decree of the Board of Directors of BNI (Central Bank - Bank Nasional Indonesia) No. 4/22/KEP.DIR dated 2 October 1968, to conduct foreign exchange and commercial banking activities. Presently, Standard Chartered Bank operates in Indonesia as a commercial bank. As one of international banks operating in Indonesia, Standard Chartered Bank has a strong commitment to maintain its business in Indonesia. It was proven by the investment in Permata Bank and acquisition of American Express Bank Ltd. Standard Chartered Bank Indonesia and Bank Permata are two different and independent legal entities operating in Indonesia. Acquition of American Express Bank Ltd includes the products, services, and all customers that are now integrated into Group’s portfolio, including Standard Chartered Bank’s in Indonesia. Standard Chartered Bank believes that strong Corporate Governance is essential for delivering sustainable shareholder value and become one of the key pillars to support global Standard Chartered Bank business all over the world, including Indonesia.

Di Indonesia, secara historis Standard Chartered Bank memulai usahanya melalui Borneo Company sejak tahun 1859 di Batavia (sekarang disebut Jakarta). Pada bulan Mei 1863 The Chartered Bank membuka cabangnya secara independen. Standard Chartered Bank adalah bank devisa Inggris pertama yang membuka badan usahanya di Hindia Belanda. Kantor di Jakarta ini kemudian ditutup pada masa percobaan kudeta di tahun 1965, namun dibuka kembali pada tahun 1968. Standard Chartered Bank Indonesia mendapat izin usaha berdasarkan surat dari Menteri Keuangan No. D.15.6.1.6.15 tanggal 1 Oktober 1968 dan SK Direksi BNI (Bank Sentral – Bank Negara Indonesia) No. 4/22/KEP.DIR tanggal 2 Oktober 1968, untuk melakukan kegiatan devisa dan aktivitas perbankan. Saat ini, Standard Chartered Bank beroperasi di Indonesia sebagai bank umum. Sebagai salah satu bank internasional yang beroperasi di Indonesia, Standard Chartered Bank memiliki komitmen yang kuat untuk terus berbisnis di Indonesia terbukti dengan investasi pada Bank Permata serta akuisisi American Express Bank Ltd. Standard Chartered Bank Indonesia dan Bank Permata beroperasi sebagai dua badan hukum terpisah secara independen. American Express Bank Ltd merupakan contoh akuisisi oleh Standard Chartered Group, dimana produk dan layanan perbankan, serta nasabahnya, telah terintegrasi menjadi satu dalam portofolio Standard Chartered Group, termasuk portofolio di Indonesia. Standard Chartered Bank meyakini bahwa tata kelola perusahaan yang kuat sangat penting untuk menyokong shareholder value dan menjadi salah satu pilar utama untuk bisnis Standard Chartered Bank di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Page 9: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

9

Page 10: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

10

Ownership Kepemilikan Standard Chartered Bank Indonesia (herein after as “the Bank”), is a branch of Standard Chartered Bank domiciled in London and fully owned (100%) by Standard Chartered Holdings Limited, U.K.

Standard Chartered Bank Indonsia (selanjutnya disebut dengan “Bank”), adalah cabang Standard Chartered Bank yang berkedudukan di London dan dimiliki sepenuhnya (100%) oleh Standard Chartered Holdings Limited, Inggris.

Mission Misi Other than the financial performance and positioning ourselves to grow, The Standard Chartered Bank Indonesia’s focus is in Corporate Governance and Corporate Responsibility. Standard Chartered Bank Indonesia has a strong believes that Good Corporate Governance is essential for our good performance. In the past several years, Standard Chartered Bank has focused on regulations in the banking industry and has established close relations with the regulators. Mission and ambition of Standard Chartered Bank Indonesia as the Leading International Bank in Indonesia and to be considered as:

The Bank of Choice for all clients and customers;

Bank that offers products with added value, quality banking services and its existence will provide nation-wide benefits;

The Bank who is praised for having social

responsibility and contributed with real differences;

The Bank with International Corporate Governance standards;

The Bank with International Corporate Governance standards.

Selain kinerja keuangan dan memposisikan diri untuk terus bertumbuh, Standard Chartered Bank Indonesia juga fokus pada Corporate Governance dan Corporate Responsibility. Standard Chartered Bank memiliki keyakinan yang kuat bahwa Corporate Governance yang baik berhubungan sangat erat dengan kinerja yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Standard Chartered Bank memiliki fokus pada regulasi di industri perbankan serta menjalin hubungan erat dengan regulator. Misi dan cita-cita Standard Chartered Bank Indonesia masih tetap untuk menjadi Bank Internasional Terkemuka di Indonesia, dan dipandang sebagai:

Bank pilihan bagi segenap nasabah perusahaan

dan individu; Bank yang menawarkan produk dengan nilai

tambah, jasa perbankan berkualitas dan keberadaannya secara nasional telah membawa manfaat;

Bank yang dihormati dalam tanggung jawab sosial dan mampu berkontribusi dengan menghasilkan perbedaan nyata;

Bank dengan standar Corporate Governance Internasional;

Bank yang memiliki dan menjalankan operasinya sesuai dengan nilai-nilai utama.

Aspirations Aspirasi Standard Chartered Bank’s aspirations cover the following:

Strategic Intent Standard Chartered Bank has set its strategic intent to be the world’s best international bank by leading the way in Asia, Africa, and the Middle East.

Aspirasi Standard Chartered Bank adalah sebagai berikut:

Tujuan Strategis Standard Chartered Bank membangun tujuan strategisnya untuk menjadi bank internasional terbaik di dunia dengan menjadi yang terdepan di kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah.

Page 11: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

11

Brand Promise Standard Chartered Bank launched its new brand promise: Here for good. Here for good embodies all that Standard Chartered was, is, and will be. It’s about the Bank’s commitment to its footprint: - Here for the long run: continually leading the

way in Asia, Africa and the Middle East - Here for progress: continually striving to do the

right thing and maintaining a high standard of conduct

- Here for people: genuinely committing to long-term relationship with people and business

Values To instill the Values that we possess: Courageous, Responsive, International, Creative, and Trustworthy in the course of our daily lives; while strengthening the relationship between the Values and the Management Performance.

Brand Promise Standard Chartered Bank meluncurkan brand promise yaitu: Here for good yang menggambarkan bagaimana Standard Chartered di masa lampau, masa kini, dan di masa yang akan datang. Brand promise tersebut merupakan komitmen kami : - Here for the long run: menjadi yang terdepan

di Asia, Afrika dan Timur Tengah - Here for progress: melakukan hal yang benar

dan menjaga standar tata kelakuan yang tinggi

- Here for people: secara tulus berkomitmen untuk membina hubungan jangka panjang dengan masyarakat dan bisnis

Nilai-nilai Menanamkan Nilai-Nilai yang dimiliki: Courageous, Responsive, International, Creative, dan Trustworthy dalam aktivitas bisnis sehari-hari; sambil memperkuat jalinan antara Nilai-Nilai tersebut dengan Kinerja Manajemen.

Business Strategy Strategi Bisnis Standard Chartered Bank is constantly committed to increase the existence and the development of business in Indonesia. With better economy situation, it is expected to achieve better improvement in the future. Presently the Standard Chartered Bank Indonesia’s business performance is in line with Standard Chartered Bank mission to become the World’s Leading International Bank focusing in Asia, Africa and the Middle East. In Indonesia, Standard Chartered Bank also have a specific mission being the Leading International Bank, with performance in various sectors as reflected by the stakeholders. The Bank’s business strategy is as follow: 1. Maintain a strong capital position to support

business growth and compliance to regulatory requirement.

2. Maintain a sustainable performance in the long run.

3. To be the core bank to the clients, deepening and broadening relationship in the key market.

Standard Chartered Bank selalu berkomitmen untuk meningkatkan eksistensi dan mengembangkan usaha di Indonesia. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di Indonesia, hal ini diharapkan dapat lebih berkembang di masa yang akan datang. Saat ini kinerja Standard Chartered Bank Indonesia sejalan dengan misi Standard Chartered Bank untuk menjadi bank internasional terdepan (the Leading International Bank) di dunia, dan unggul di kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Di Indonesia, Standard Chartered Bank juga memiliki misi spesifik yaitu menjadi Bank Internasional Terdepan yang berprestasi pada berbagai bidang, sebagaimana direfleksikan oleh para stakeholders. Strategi pengembangan bisnis Bank adalah sebagai berikut:

1. Senantiasa memiliki permodalan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan kepatuhan pada peraturan yang berlaku.

2. Menjaga kinerja yang stabil pada jangka panjang.

3. Menjadi bank utama bagi nasabah-nasabah dengan memperdalam dan memperluas hubungan dengan nasabah pada pasar yang utama.

Page 12: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

12

4. Continue to attract, engage and retain superior talent in the context of intensified competition.

5. Further build diverse leadership capability through accelerated development and promotion of employee's talent.

6. Continue to ensure the compensation structures reward sustainable performance.

4. Senantiasa menarik perhatian, melibatkan dan mempertahankan talenta-talenta yang baik dalam konteks persaingan yang sangat intensif saat ini.

5. Terus membangun kapasitas kepemimpinan yang beragam melalui pengembangan talenta karyawan yang cepat dan promosi karyawan.

6. Memastikan agar struktur kompensasi yang ada memberikan penghargaan bagi mereka yang memiliki kinerja baik yang stabil.

Consumer Banking Consumer Banking

Breeze Home Enhancing the home buying experience for our customers

“We develop an app to help our customers and ease complexity in the home buying process”

Consumer Banking is our customer-focused approach, centred around providing superior service and solutions to financial needs while rewarding our customers for their total relationships with the Bank. We offer solutions and services through multiple channels, including branches, call centres, award winning online and mobile applications to bring greater convenience and flexibility to our clients and customers. Personal and Preferred Banking We provide a wide range of banking products and services including deposits and savings accounts, personal loans, mortgages, credit cards, Automated Teller Machine (ATM) and online banking transactional capabilities to serve the diverse and varied needs of our customers.

Consumer Banking adalah pendekatan kami yang berfokus kepada nasabah, terpusat untuk memberikan pelayanan yang superior dan solusi terhadap kebutuhan keuangan, sekaligus memberikan penghargaan kepada nasabah kami atas hubungan yang menyeluruh dengan Bank. Kami menawarkan solusi dan layanan melalui berbagai saluran, termasuk kantor cabang, call center, aplikasi online dan mobile untuk memberikan kenyamanan yang lebih luas dan fleksibilitas untuk nasabah dan klien kami. Personal dan Preferred Banking Kami menyediakan berbagai macam produk dan jasa termasuk deposito dan tabungan, kredit tanpa agunan, kredit kepemilikan rumah, kartu kredit, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan berbagai kemampuan transaksi online banking untuk melayani kebutuhan yang beragam dan bervariasi dari nasabah kami.

Page 13: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

13

Priority and International Banking We offer wealth management and international banking solutions for the more affluent. Our wealth management solutions include investments in mutual funds and government bonds, treasury products, as well as bancassurance. Our priority customers are recognised and rewarded for their total relationship with us and have access to a dedicated relationship manager, supported by a team of experts and trusted advisors. Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking We deliver a full suite of financial product, services and advice to SMEs across our network, and take advantage of both our Consumer and Wholesale banking capabilities to help our clients grow and expand their businesses, through instalment loans, working capital loans, investment loans, trade services and transactional services.

Priority dan International Banking Kami menawarkan solusi wealth management dan perbankan internasional untuk nasabah prima. Solusi wealth management kami meliputi investasi di dalam reksa dana dan obligasi pemerintah, produk tresuri, serta asuransi. Nasabah prioritas kami dikenal dan dihargai atas keseluruhan hubungan mereka dengan kami dan memiliki akses ke relationship manager pribadi, dan didukung oleh tim ahli dan penasihat yang terpercaya. Small and Medium-sized Enterprise (SME) Banking Kami memberikan rangkaian lengkap produk keuangan, pelayanan dan nasehat kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di seluruh jaringan kami, dan memanfaatkan kedua kemampuan kami di Consumer Banking dan Wholesale Banking, untuk membantu klien kami tumbuh dan mengembangkan usaha mereka, melalui pinjaman angsuran, kredit modal kerja, kredit investasi, dan layanan transaksi and perdagangan bisnis.

Wholesale Banking Wholesale Banking

Research Insights Wholesale Banking Division consists of 3 working units: Origination Client Coverage (ie. Global Corporates, Commodity Trader & Agriculture Corporates, Local Corporates and Financial Institutions), Transaction Banking and Financial Market (Treasury). Wholesale Banking still consistently does its best endeavor to provide One Roof Banking Services for its products and services, and focus on corporate markets as well as financial institutions, such as local incorporated companies, state enterprises, financial institutions (banking and non-banking financial institutions), and multinational corporations. The range of products consists of traditional banking products such as loans, trade, cash management, securities services, Interest Rate Derivatives, foreign exchange (FX) exposure management through derivatives transactions up to specific solutions for customer needs such as syndication, corporate

Divisi Wholesale Banking terdiri atas 3 unit kerja yaitu Origination Client Coverage (terdiri dari Global Corporates, Commodity Trader & Agriculture Corporates, Local Corporates dan Financial Institutions), Transaction Banking serta Financial Market (Treasury). Wholesale Banking tetap berusaha secara konsisten untuk memberikan Jasa Perbankan Satu Atap untuk produk dan jasa, dan memfokuskan pada segmen pasar korporasi serta lembaga keuangan, seperti perusahaan korporasi dalam negeri, badan usaha milik Negara, lembaga keuangan (bank dan lembaga keuangan bukan bank), dan korporasi multinasional. Rentang produk terdiri dari produk perbankan tradisional seperti pemberian pinjaman, fasilitas trade, layanan cash management, layanan kustodian, derivatif suku bunga, manajemen valuta asing melalui transaksi derivatif hingga solusi yang lebih spesifik untuk kebutuhan nasabah seperti kredit sindikasi,

Page 14: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

14

finance, structured trade finance, debt capital market, etc. Wholesale Banking division continues to maintain and improve the quality of products being offered and the capacity of operations, as well as continuous developing and enhancing products, in the effort to ensure quality of services to clients, delivering client requirements and to maintain our present sources of income, as well as increase market segment.

corporate finance, fasilitas trade yang distrukturisasi, pinjaman pasar modal, dan lain-lain. Divisi Wholesale Banking akan terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari produk-produk yang ditawarkan dan kapasitas operasional yang dimiliki, dan juga terus mengembangkan produk-produk baru, dalam rangka pemberian layanan berkualitas kepada nasabah sesuai dengan kebutuhan nasabah dan mempertahankan sumber pendapatan yang ada pada saat ini serta untuk meningkatkan pangsa pasar.

Human Resource Sumber Daya Manusia Human Resources Division carries on efforts to continuously improve employee productivity through enhancement skill and competence program for all employees.

In addition to training to improve employees’ competence, the following are key areas for development throughout the year:

Training and job rotation, as well as opportunities for potential employees to increase their knowledge.

To use the instrument known as “strength finders” in order to understand the strength of staff and consequently provide development training programmes related to staff’s capability and type of work.

Preserve the Bank’s specific culture as great place to work by supporting all employees to develop and improve their capabilities by implementing the Individual Learning Development Plan (ILDP).

Create balance between hard work and self actualization in the society, religious activity or other matters of personal in nature, known as the Diversity & Inclusion programme.

Improve effectiveness and efficiency process. Trust the Management to directly manage their

human resources through peoplesoft system. The employees are obliged to up date their own personal details themselves through the system.

Mandatory e-learning for new joiners including Money Laundering Prevention, Reputation Risk, Operational Risk, Code of Conduct, Health & Safety, SAFE-R, Living with HIV, Basel II and risk management certification held by LSPP.

Divisi Sumber Daya Manusia melanjutkan upaya untuk terus-menerus meningkatkan produktivitas karyawan melalui program-program peningkatkan keahlian dan kecakapan bagi seluruh karyawan.

Di samping pelatihan untuk meningkatkan kecakapan karyawan, area yang menjadi perhatian utama Standard Chartered Bank Indonesia sepanjang tahun adalah:

Pelatihan dan rotasi kerja, serta membuka kesempatan bagi karyawan yang potensial untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Mempergunakan instrument ”strength finders” untuk mengetahui keunggulan karakter karyawan dan pada saat yang bersamaan memberikan program pelatihan yang berkaitan dengan kapasitas dan jenis pekerjaan mereka.

Mempertahankan kultur budaya khas bank sebagai tempat yang baik untuk bekerja dengan mendukung pengembangan karyawan dan memperbaiki kapabilitas kemampuan mereka dengan melaksanakan program Individual Learning Development Plan (ILDP).

Menciptakan keseimbangan antara ‘pekerjaan’ dengan aktualisasi diri dalam bidang sosial, kegiatan keagamaan ataupun hal-hal lain yang bersifat keragaman dan keterlibatan (Diversity and Inclusion programme)

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Memberi kepercayaan kepada Manajemen untuk

mengelola SDM secara Iangsung melalui Peoplesoft system. Karyawan wajib melakukan pengkinian data secara langsung melalui sistem.

Kewajiban training melalui media elektronik untuk karyawan baru, meliputi Money Laundering Prevention, Reputation Risk, Operational Risk, Code of Conduct, Health & Safety, SAFE-R, Living with HIV & Basel II serta sertifikasi manajemen risiko yang diadakan oleh LSPP.

Page 15: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

15

In addition, Standard Chartered Bank Indonesia through its human resources division had also improved quality relationship with Labour Union and already strived for improvement in facilities for employees who are members of the Labour Union.

Selain hal-hal di atas, Standard Chartered Bank Indonesia melalui Divisi SDM juga telah meningkatkan kualitas hubungan dengan Serikat Pekerja dan bersama-sama telah mengupayakan perbaikan fasilitas terhadap karyawan yang merupakan anggota Serikat Pekerja.

Employee Remuneration Remunerasi Karyawan Human Resources Division with respective Business Heads is responsible to establish standard policy on remuneration and benefit in accordance to local market. Standard Chartered Bank uses in-depth philosophy to determine the remuneration value by using the median rate of total compensation or total payment applicable within the market for certain positions. Standard Chartered Bank also uses data from professional sources to provide a competitive annual salary payment compared to the average main industries. Standard Chartered Bank believes the importance of performance based compensation, therefore the bonus provision constitutes as the basis in encouraging banking culture performance.

Kebijakan penetapan standar penggajian maupun benefit merupakan tanggung jawab Human Resources Division dan para Business Head terkait sesuai dengan kondisi pasar. Standard Chartered Bank memiliki pemikiran yang mendalam untuk menentukan nilai penggajian dengan menggunakan median rate dari seluruh kompensasi atau total pembayaran yang berlaku di pasar untuk posisi tertentu. Data pasar dari sumber yang profesional juga digunakan untuk menentukan jumlah pembayaran gaji tahunan yang kompetitif dibandingkan dengan rata-rata dari industri utama. Standard Chartered Bank percaya akan pentingnya kompensasi berdasarkan kinerja, oleh karena itu pemberian bonus menjadi dasar dalam memacu kinerja budaya bank.

People Forum People Forum Standard Chartered Bank Indonesia conducts “People Forum” meeting in each department and top management. This forum is held to discuss the succession plan including expatriate succession plan, also to analize good performance Staffs and setting up development plan. This forum is important to ensure retaining staffs with good performance and determining succession planning for every critical position in Standard Chartered Bank. Through this forum, employees who are identified as HIPO (High Potential) and have a good performance will be monitored accordingly, including individual development program based on their talent profile. Standard Chartered Bank Indonesia also assigned Indonesian employee working overseas in a short term or long term period.

Standard Chartered Bank Indonesia mengadakan pertemuan People Forum, baik di setiap departemen maupun jajaran top management. Forum ini diadakan untuk membahas rencana suksesi jabatan termasuk rencana suksesi tenaga kerja asing, serta membahas karyawan-karyawan yang memiliki kinerja baik berikut rencana pengembangan masing-masing karyawan dimaksud. Forum ini sangat penting untuk memastikan agar karyawan yang berkinerja baik dapat dipertahankan dan succession planning untuk setiap posisi yang penting di Standard Chartered Bank dilakukan pada tempatnya. Melalui forum ini, karyawan berkriteria HIPO (High Potential) dan berkinerja baik dipantau dengan seksama berikutrencana pengembangan individualnya berdasarkan Talent Profile masing-masing. Standard Chartered Bank Indonesia juga menugaskan karyawan lokal untuk bekerja di luar negeri dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Page 16: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

16

Learning & Talent Development Learning & Talent Development Employee’s personal development is one of the priorities in Human Resources Department. Standard Chartered Bank Indonesia encouraged staff to do the 70:20:10 development approach, which consists of 70% on-the-job training including providing critical experience to our HIPO, 20% learning from other, and 10% classroom training and e-learning. Standard Chartered Bank recruits the best resources from market and believes in getting the right person to fill the suitable job offered.

Standard Chartered Bank Indonesia has developed internal training unit called Learning and Talent Development which is responsible to provide training program required by all staff to improve their career.

Pengembangan karyawan adalah salah satu prioritas divisi Sumber Daya Manusia. Standard Chartered Bank mendorong karyawan untuk pengembangan dengan pendekatan 70:20:10 yang terdiri dari 70% on-the-job training - termasuk di antaranya memberikan pengalaman yang sangat penting kepada HIPO kami , 20% belajar dari karyawan lain, dan 10% training belajar di dalam kelas maupun melalui media elektronik (e-learning). Standard Chartered Bank senantiasa merekrut karyawan terbaik yang ada di pasar dan yakin akan mendapatkan kandidat yang tepat untuk jenis pekerjaan yang sesuai.

Standard Chartered Bank Indonesia memiliki unit pelatihan yaitu Learning & Talent Development yang bertanggung jawab untuk memberikan program pelatihan yang diperlukan oleh karyawan dalam mengembangkan karir.

Page 17: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

17

Our New Office Building in WTC II

Page 18: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

18

EXISTENCE IN INDONESIA / EKSISTENSI DI INDONESIA

By end of 2013, in addition to the branch office in Jakarta, the Standard Chartered Bank Indonesia has 7 Auxiliary Branch offices in Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Palembang, and Makassar. Standard Chartered Bank Indonesia also has 19 Cash Offices, 3 Trade Counters and ATMs in those cities

Pada akhir tahun 2013, selain kantor cabang di Jakarta, Standard Chartered Bank Indonesia memiliki 7 Kantor Cabang Pembantu di Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Palembang, dan Makassar. Selain itu, Standard Chartered Bank Indonesia juga memiliki 19 Kantor Kas, 3 Konter Perdagangan dan ATM yang tersebar di kota-kota tersebut.

BRANCH / KANTOR CABANG Jakarta Menara Standard Chartered, Jl. Prof. Dr. Satrio no. 164 AUXILIARY BRANCH / KANTOR CABANG PEMBANTU Surabaya Jl. Basuki Rahmat no. 63 Bandung Jl. Ir. H. Juanda No.16 Medan Jl. Imam Bonjol 17 Semarang Jl. A. Yani No. 155A Denpasar Jl. Teuku Umar No. 2,4,8 Blok 9-12 Palembang Pelambang Indah, Unit 1 Blok A-9, Jl. Letkol Iskandar No. 18 Makasar Jl. Jend. Sudirman no. 70

CASH OFFICE / KANTOR KAS Jakarta Graha Multi, Jl. Panjang No.55, Kebon Jeruk Jakarta Barat Jakarta Pondok Indah Plaza V, Jl. Marga Guna Raya Blk C/1 Jakarta Jl. Raya Brt Boulevard, Blok LC6 No. 24 Kelapa Gading Jakarta Ruko Mal Mangga Dua Blok RM No.7, Jl. Mangga Dua Raya Jakarta Pluit Village MG 33, Jl. Pluit Indah Raya Jakarta Rukan Puri Mutiara, Blok A Kav No 97, Sunter Agung Jakarta APW Building, Jl Bangka No.1, Tanjung Priok Jakarta Jl. Gajah Mada No. 157-157A Jakarta Belezza Shopping Arcade, Unit G.11AB dan unit 1.11A Jl. Arteri Permata Hijau No. 34 Jakarta Atrium Mulia GF, Jl. H.R Rasuna Said Kav. B 10-11 Suite 103 Jakarta Rukan Grand Puri Niaga Jl. Puri Kencana Blok K6-2A, Kembangan Selatan Jakarta Griya Shinta, 1st Floor, Jl. Raya Tomang No.39 Jakarta Ruko Cordoba Blok E No. 1 Jl. Marina Raya, Bukit Golf, Pantai Indah Kapuk Jakarta The Boulevard, Jl. Fachrudin Raya No. 5, Tanah Abang Tangerang Ruko Golden Boulevard blok F1 no 7, Jl. Pahlawan Seribu BSD City Bandung Jl. Pasir Kaliki no. 81 Surabaya Bukit Darmo Blvd 2 dan 2A, Pradah Kali Kendal - Dukuh Pakis Surabaya Jl. Manyar Kertoarjo No. 67 Cengkareng Wisma Soewarna Park, Lt.3 Suite 3A, Lot 1&2

TRADE COUNTER / KONTER PERDAGANGAN Jakarta Pulo Gadung Trade Centre Blok I No. 5 Jl. Raya Bekasi, Pulo Gadung – Jakarta Timur Bekasi Commercial Industrial Estate-Jababeka Ruko Metro Blvd Blok A-18 Jl.Niaga Raya Kav1-4

Cikarang Baru Tangerang Ruko Golden Boulevard blok F no 7 – Jl. Pahlawan Seribu BSD City

Page 19: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

19

Lebih di dalam memberikan reward, sebagai bentuk penghargaan kami terhadap

Anda. Semakin banyak transaksi perbankan yang Anda lakukan, semakin banyak

Reward points yang bisa Anda dapat. Semakin banyak transaksi perbankan yang

Anda lakukan, semakin banyak reward points yang bisa Anda dapat.

Lebih nyaman dan mudah dalam melakukan segala transaksi perbankan. Pilihan

layanan-layanan baru yang memberikan Anda lebih banyak kemudahan.

Lebih personal, dengan adanya akses ke tim Preferred Bankers 24 jam setiap hari.

Page 20: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

20

2. Annual Financial Report / Laporan Keuangan Tahunan

Financial Ratio* Rasio Keuangan*

CAPITAL 2013 2012 PERMODALAN

Capital Adequacy Ratio 14.49% 16.82% Rasio Kecukupan Modal

PRODUCTIVE ASSETS ASET PRODUKTIF

Non Performing Productive Assets Aset Produktif Bermasalah

to Total Productive Assets 3.85% 4.79% terhadap Total Aset Produktif

Net Non Performing Loans 0.78% 1.09% Net Non Performing Loans

Impairment Provision of CKPN Aset keuangan

Financial Assets to Productive Assets 3.85% 3.36% terhadap Aset Produktif

PROFITABLITY RENTABILITAS

Return on Asset 0.42% 2.60% Return on Asset

Return on Equity 2.17% 17.08% Return on Equity

Net Interest Margin 4.00% 4.60% Net Interest Margin

Operating Expenses Beban Operasional terhadap

to Operating Income (BOPO) 97.55% 81.98% Pendapatan Operasional (BOPO)

LIQUIDITY LIKUIDITAS

Loan to Deposit Ratio (LDR) 98.17% 108.43% Loan to Deposit Ratio (LDR)

COMPLIANCE KEPATUHAN

Breach/Excess on Legal Lending Limit Nil Nil Pelanggaran / Pelampauan BMPK

Reserve Requirement - Rupiah 8.05% 8.52% Giro Wajib Minimum - Rupiah

Reserve Requirement - Foreign Currency 8.14% 8.30% Giro Wajib Minimum - Valuta Asing

Net Open Position 2.61% 2.88% Posisi Devisa Neto

* The above financial ratio is based on financial report of Standard Chartered Bank Indonesia published in Bisnis Indonesia newspaper dated 12 April 2014. Rasio keuangan di atas berdasarkan laporan keuangan publikasi Standard Chartered Bank Indonesia di harian Bisnis Indonesia tanggal 12April 2014..

Page 21: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

21

Financial Highlights

Kinerja Keuangan

Total assets increased from IDR 50,990,208 million to IDR 62,250,091 million mainly due to:

Total aset naik dari Rp 50.990.208 juta menjadi Rp 62.250.091 juta terutama disebabkan oleh:

- Increase of marketable securities mainly from purchase of Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) bonds amounting to IDR 3,264,915 million and building up Available for Sale (AFS) bonds portfolio by IDR 2,330,118 million during market correction period.

- Kenaikan surat berharga dari pembelian surat berharga untuk keperluan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) sebesar Rp 3.264.915 juta dan pembangunan portofolio surat berharga tersedia untuk dijual selama masa perbaikan pasar sebesar Rp 2.330.118 juta.

- Increase of spot & derivative assets by IDR 3,452,339 million due to weakening of IDR which create exposures of higher Mark to Market (MTM) value over derivative transactions.

- Kenaikan tagihan spot & derivatif sebesar Rp 3.452.339 juta disebabkan oleh melemahnya nilai tukar Rupiah yang menciptakan kesempatan atas kenaikan Mark to Market (MTM) terhadap transaksi derivatif.

- Increase of receivables under secured borrowings (reverse repo) by IDR 2,321,868 million due to several new transactions entered in 2013.

- Peningkatan tagihan atas pinjaman yang dijamin (reverse repo) sebesar Rp 2.32.868 juta disebabkan oleh beberapa transaksi baru di tahun 2013.

Total liabilities also increased from IDR 49,915,176 million to IDR 61,726,530 million mainly due to:

Total liabilitas naik dari Rp 49.915.176 juta menjadi Rp 61.726.530 juta terutama disebabkan oleh:

- Customer deposits (Current Account, Savings and Deposits) increased by 13% from IDR 26,407,810 million to IDR 29,908,046 million. Incremental customer deposits were mainly in form of IDR current accounts and savings.

- Dana pihak ketiga (Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka) naik sebesar 13% dari Rp. 26.407.810 juta menjadi Rp. 29.908.046 juta. Penambahan dana pihak ketiga terutama dalam bentuk giro dan tabungan dalam mata uang Rupiah.

- Spot & derivatives liabilities increase by IDR 4,045,346 million million which was in-line with the increase in spot & derivative assets as per above.

- Liabilitas spot & derivatives naik sebesar Rp 4.045.346 juta yang sejalan dengan peningkatan tagihan spot & derivative sebagaimana diuraikan di atas.

- Intergroup liabilities increase by IDR 1,797,238 million due to increase in inter-branch borrowings and intergroup derivatives by IDR 1,568,050 million and IDR 385,059 million, respectively. Higher inter-branch borrowings mainly due to IDR weakening impact offset with lower balances due to payments of long term commercial offshore borrowing.

- Liabilitas antar kantor luar negri naik sebesar Rp 1.797.238 juta kerena peningkatan pinjaman antar kantor dan liabilitas derivatif antar kantor, masing-masing sebesar Rp 1.568.050 juta dan Rp 385.059 juta. Peningkatan pinjaman antar kantor terutama disebabkan oleh melemahnya Rupiah yang dikompensasikan dengan lebih rendahnya

Page 22: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

22

saldo liabilitas karena pembayaran pinjaman antar kantor jangka panjang.

- Interbank liabilities increase by IDR 2,208,736 million due to new reverse repo transaction that were sold outright to secondary market

- Pinjaman dari bank lain meningkat sebesar Rp 2.208.736 juta disebabkan transaksi reverse repo baru yang dijual ke pasar sekunder.

Profit after tax decreased significantly from IDR 918,481 million to IDR 152,784 million, which was mostly contributed by:

Laba bersih setelah pajak turun secara signifikan dari Rp 918.481 juta menjadi Rp 152.784 juta, yang terutama disebabkan oleh:

- Lower net interest income from IDR 2,039,738 million to IDR 1,979,428 million and higher net value loss of realized marketable securities by IDR 236,321 million as a result of increase in IDR yields in the market which is unfavourable to the bonds holding position.

- Penurunan pendapatan bunga bersih dari Rp 2.039.738 juta menjadi Rp 1.979.428 juta dan rugi bersih atas penjualan surat berharga yang lebih tinggi sebesar Rp 236.321 juta sebagai dampak peningkatan yield dalam Rupiah di pasar yang kurang menguntungkan atas posisi kepemilikan obligasi.

- Operating expenses increase in employee expense by IDR 128,746 million on the back of higher pension benefit cost and compensation benefit increase and also increase in other expenses mainly as the impact of IDR depreciation to USD based cost.

- Biaya operasional meningkat pada beban tenaga kerja sebesar Rp 128.746 juta terkait penambahan beban manfaat pensiun dan peningkatan manfaat lainnya serta peningkatan biaya lain-lain yang terutama akibat dampak melemahnya kurs Rupiah terhadap terhadap biaya berbasis USD.

- Additional allowance for impairment losses of other asset balance amounting to IDR 587,926 million in accordance with Bank’s prudent principle over productive asset management.

- Penambahan cadangan kerugian penurunan nilai atas asset lainnya sebesar Rp 587.926 juta sesuai dengan prinsip kehati-hatian Bank atas pengelolaan asset produktif.

USD/IDR exchange rate continuously weakens during 2013 compared to 2012.

Kurs USD/Rp relatif lebih lemah selama tahun 2013 dibandingkan tahun 2012.

Key Financial Ratios

Rasio Keuangan Penting

Capital Adequacy Ratio decreases from 16.82% in 2012 to 14.49% in 2013 mainly due to increase in Credit RWA, in line with growth in Bank's assets.

Rasio Kecukupan Modal menurun dari 16,82% pada tahun 2012 menjadi 14,49% pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh kenaikan ATMR kredit sejalan dengan pertumbuhan aset Bank.

Return on Assets and Return on Equity significantly decreases by 2.18% and 14.91%, respectively as

Return on Assets dan Return on Equity menurun secara signifikan masing-masing sebesar 2,18% dan

Page 23: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

23

profit before and after tax decreases significantly as explained above.

14,91% disebabkan oleh menurunannya laba sebelum dan sesudah pajak secara signifkan sebagaimana diuraikan diatas.

Operating expenses to operating income (BOPO) ratio increase from 81.98% in 2012 to 97.55% in 2013 mainly due to additional allowance for impairment losses of other asset booked in 2013.

Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) meningkat dari 81,98% di 2012 menjadi 97,55% di 2013 terutama dipicu oleh penambahan cadangan atas penurunan nilai asset lainnya yang dibukukan di tahun 2013.

From productive asset quality, net NPL ratio remained at low level of 0.78% broadly consistent with last year.

Dari sisi kualitas aktiva produktif, rasio NPL net tetap pada kisaran yang cukup rendah yaitu sebesar 0,78% konsisten dengan tahun lalu.

Productive Asset Quality

Productive Asset Quality

Pursuant to Bank Indonesia Regulation No. 7/2/PBI/2005 as amended consecutively by Bank Indonesia Regulation No. 8/2/PBI/2006, Bank Indonesia Regulation No. 9/6/PBI/2007, Bank Indonesia Regulation No. 11/2/PBI/2009, and Bank Indonesia Regulation No. 14/15/PBI/2012 accompanied with Circular Letter No. 7/3/DPNP/2005 on Earning Asset Quality, all banks are required to provide provision for their productive assets.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 mengenai Kualitas Aktiva Produktif sebagaimana diubah berturut-turut dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006, Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007, Peraturan Bank Indonesia No. 11/2/PBI/2009, dan Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/2012 serta Surat Edaran No. 7/3/DPNP/2005 mengenai Kualitas Aktiva Produktif, semua bank wajib membentuk cadangan atas aktiva produktif.

As of 31 December 2013, the impairment provision on productive assets was IDR 2,279,607 million and there is IDR 276,257 million of shortage against allowance for possible losses (PPA) as per Bank Indonesia requirement.

Pada tanggal 31 Desember 2013, total Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang telah dibentuk sebesar Rp 2.279.607 juta, dengan selisih kurang antara Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif sebagaimana ketentuan Bank Indonesia sebesar Rp 276.257 juta.

Third Party Fund

Dana Pihak Ketiga

As of 31 December 2013, Standard Chartered Bank Indonesia’s third party fund is as follows :

Pada tanggal 31 Desember 2013, dana pihak ketiga dari Standard Chartered Bank Indonesia terdiri dari:

Current Account IDR14,992,188 million

Saving Account IDR 3,442,962 million

Time Deposit IDR11,472,896 million

Giro Rp 14.992.188 juta

Tabungan Rp 3.442.962 juta

Simpanan Berjangka Rp 11.472.896 juta

Page 24: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

24

Deposit from Other Bank IDR 1,790,064 million

Simpanan dari Bank lain Rp 1.790.064 juta

For more detailed information refers to Combined Statement of Financial Position ended 31 December 2013 which have been audited by a registered Public Accountant Siddharta & Wijaya (a member of KPMG).

Untuk informasi lebih lengkap dapat dilhat pada Laporan Keuangan Gabungan tahun berakhir 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Wijaya (KPMG)

3. Public Accountant’s Opinion / Opini Akuntan Publik

Independent Auditor’s Report Laporan Auditor Independen In the opinion of independent auditor, the Combined Financial Statements of Standard Chartered Bank Indoensia ended 31 December 2013 have been presented fairly, in all material respects, in conformity with Indonesian Financial Accounting Standards. For more complete information refers to the Independent Auditor’s Report of Registered Public Accountant Siddharta & Wijaya (a member of KPMG) dated 4 April 2014.

Menurut pendapat auditor independen, Laporan Keuangan Gabungan Standard Chartered Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2013 telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Untuk informasi lebih lengkap dapat dilihat pada Laporan Auditor Independen Kantor Akuntan Publik Siddharta & Wijaya (KPMG) tertanggal 4 April 2014.

4. Capital Disclosure, Risk Exposure Disclosure, and Risk Management Implementation / Pengungkapan Permodalan serta Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen Risiko

Capital Disclosure Pengungkapan Permodalan The Bank’s capital as at 31 December 2013 amounting to IDR 7,028,590 million with declared capital of IDR 6,871,446 million. Other significant capital components are unremitted previous year and current year profit to the head office amounting to IDR 289,786 million. The bank’s CAR is in a strong position of 14.49%. On a regular basis, Bank undertakes capital planning and monitoring to ensure capital adequacy to support business strategies, compliance to banking regulation as well as to take into consideration macro economic development. Capital injection plan is required to be included in the Business Plan submitted to Bank Indonesia, and it is subject to Standard Chartered

Jumlah modal Bank per tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp 7.028.590 juta dengan jumlah modal yang dinyatakan sebesar Rp 6.871.446 juta. Komponen permodalan Bank lainnya yang cukup signifikan adalah laba tahun-tahun lalu dan laba tahun berjalan yang belum dipindahkan ke kantor pusat sebesar Rp 289.786 juta. KPMM Bank berada pada posisi yang cukup kuat yaitu 14,49%. Secara berkala, Bank melakukan perencanaan dan pengawasan permodalan untuk memastikan kecukupan permodalan dalam rangka mendukung strategi bisnis, kepatuhan kepada peraturan perbankan serta memperhatikan perkembangan kondisi makro ekonomi. Rencana penambahan modal Bank wajib disampaikan dalam Rencana Bisnis

Page 25: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

25

Group and Bank Indonesia approvals. In accordance with the prevailing Bank Indonesia regulation, the Bank is required to maintain a minimum capital of 9% of Risk Weighted Assets (RWA). In order to anticipate potential losses in the Bank’s risk profile, Bank Indonesia may require the Bank to maintain higher capital than the minimum capital requirement. The potential losses may derive from: a. Credit risk, market risk and operational risk which

have not been accurately measured in the RWA calculation;

b. Other material risks, including interest rate risk in banking book, liquidity risk and concentration risk;

c. Impact of the application of stress test on the capital adequacy, and/or;

d. Other relevant factors.

Calculation of capital and RWA for credit risk, market risk and operational risk are done in accordance with Bank Indonesia regulations. The Bank has complied with all externally imposed capital requirements throughout the reporting period.

yang disampaikan kepada Bank Indonesia, dan harus mendapatkan persetujuan dari Standard Chartered Group maupun Bank Indonesia. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 9% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko Bank, Bank Indonesia dapat mewajibkan Bank untuk menyediakan modal minimum lebih besar dari ketentuan mengenai modal minimum tersebut. Potensi kerugian Bank dapat bersumber dari: a. Risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional

yang belum dapat sepenuhnya diukur secara akurat dalam melakukan perhitungan ATMR;

b. Risiko lainnya yang bersifat material antara lain risiko suku bunga di banking book, risiko likuiditas, dan risiko konsentrasi;

c. Dampak penerapan stress testing terhadap kecukupan modal Bank, dan/atau;

d. Berbagai faktor terkait lainnya.

Perhitungan modal dan ATMR untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Bank telah mematuhi semua persyaratan modal yang ditetapkan sepanjang periode pelaporan.

Risk Management

Manajemen Risiko

Pengungkapan Manajemen Risiko

The management of risk lies at the heart of the Bank’s business. One of the main risks incurred arises from extending credit to customers through trading and lending operations. Beyond credit risk, the Bank is also exposed to a range of other risk types. There are 10 (ten) risk types and 9 (nine) sub-type of operational risks that we classify and each of which is part of Management Committee’s (Manco) responsibility. When managing those risk types, Manco members are accountable to implement the SCB Group policy and procedure which prescribe practical steps necessary to accomplish the respective risk management policy. Manco has the obligation to process and adjust local policy and process in order to manage risk profile in Indonesia.

Manajemen risiko terletak di pusat bisnis Bank. Salah satu risiko utama timbul dari pemberian kredit kepada nasabah melalui perdagangan dan pemberian pinjaman. Selain risiko kredit, Bank juga berisiko terkena berbagai jenis risiko lainnya. Terdapat 10 (sepuluh) tipe risiko dan 9 (sembilan) sub-tipe risiko operasional yang dapat diklasifikasikan dan menjadi tanggung jawab Komite Manajemen (Manco). Ketika mengelola tipe-tipe risiko tersebut, anggota Manco bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan dan prosedur dari Grup SCB yang mengatur langkah-langkah praktis yang penting untuk mencapai kebijakan manajemen risiko terkait. Manco memiliki kewajiban untuk menyusun dan menyesuaikan kebijakan dan prosedur lokal yang diperlukan untuk mengelola risiko di Indonesia.

Page 26: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

26

Risk Management Approach Pendekatan Manajemen Risiko Risk management refers to the set of end to end activities through which risk taking decisions are made and the risk reward profile of the organization is controlled and optimized. It is a bank-wide activity and starts right at the front line. Our approach to risk management: 1. Plan – Set risk appetite in line with strategic

objectives. 2. Inform – Identify, measure and monitor all

material risk. 3. Control – Set parameters to keep our risk profile

within risk appetite.

4. Originate – Structure and document transactions.

5. Optimise – Balance risk and returns (and risk vs

Manajemen risiko mengacu pada keseluruhan kegiatan pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan risiko yang diambil dan hasil dari profil risiko itu terhadap organisasi yang dikendalikan dan dioptimalisasikan. Ini merupakan aktivitas bank secara keseluruhan dan dimulai dari lini terdepan. Pendekatan kami terhadap manajemen risiko: 1. Merencanakan - Menetapkan risk appetite yang

sejalan dengan tujuan strategis. 2. Menginformasikan - Mengidentifikasi, mengukur

dan memantau semua risiko yang material 3. Mengendalikan - Menetapkan parameter untuk

menjaga profil risiko kami sejalan dengan risk appetite.

4. Menghasilkan – Menstrukturisasikan dan mendokumentasikan transaksi.

5. Mengoptimalisasikan - Risiko keseimbangan

RISK TYPES & DEFINITIONS

CREDIT - Potential for loss due to failure of counterparty to meet its obligations to pay the Group in accordance with agreed terms

COUNTRY CROSS BORDER - Potential for loss due to the inability to obtain payment from customers / third parties on their contractual obligations, as a result of certain actions taken by foreign governments, chiefly relating to convertibility and transferability of foreign currency

MARKET - Potential for loss of earnings or economic value due to adverse changes in financial market rates or prices

PENSION - Potential for loss due to having to meet an actuarially assessed shortfall in the Group’s pension schemes

OPERATIONAL - Potential for loss arising from the failure of people, process or technology or the impact of external events

STRUCTURAL LIQUIDITY - Potential for actual or opportunity loss because the Group cannot pursue its desired business strategy or growth objectives due to a sub-optimal balance sheet structure, including excessive reliance on particular sources of funding

CAPITAL - Potential for actual or opportunity loss from sub-optimal allocation of capital or increase in cost of capital

STRATEGIC - Potential for opportunity loss from failure to optimise the earnings potential of the Group’s franchise

REPUTATIONAL - Potential for damage to the franchise, resulting in loss of earnings or adverse impact on market capitalisation as a result of stakeholders taking a negative view of the organisation or its actions

SHORT TERM LIQUIDITY - Potential that the Group does not have sufficient financial resources in the short term to meet its obligations as they fall due, or can access these financial resources only at excessive cost

OPERATIONAL RISK SUB-TYPES

EXTERNAL RULES & REGULATIONS - Potential for actual or opportunity loss due to failure to comply with laws or regulations, or as a result of changes in laws or regulations or in their interpretation or application.

LIABILITY - Potential for loss or sanction due to a legal claim against any part of the Group or individuals within the Group

LEGAL ENFORCEABILITY - Potential for loss due to failure to protect legally the Group's interest or from difficulty in enforcing the Group's right.

DAMAGE TO ASSETS - Potential for loss or damage to physical assets and other property from natural disaster and other events.

SAFETY & SECURITY - Potential for loss or damage to pyhsical assets and other property from natural disaster and other events.

INTERNAL CRIME OR DISHONESTY - Potential for loss due to action by staff which is intended to defraud, misappropriate property or to circumvent the law or company policy.

EXTERNAL FINANCIAL CRIME - Potential for loss due to criminal acts by external parties such as fraud, theft and other criminal activity.

PROCESSING FAILURE - Potential for loss due to failure of an established process or to a process design weakness

MODEL - Potential for loss due to a significant discrepancy between the output of risk measurement models and actual experience.

Page 27: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

27

cost of control) to best effect.

6. Communicate – Influence, interpret and demonstrate compliance with external stakeholder requirements relating to risk management.

Effective risk management is fundamental to being able to generate profits consistently and sustainably and is thus a central part of the financial and operational management of the Bank. Through the risk management framework, SCB manages enterprises-wide risks, with the objective of maximizing risk-adjusted returns while remaining within the Bank’s risk appetite. As part of the framework, the Bank uses a set of principles that describe the risk management culture it wishes to sustain: Balancing risk and return: risk is taken in

support of the requirements of stakeholders, in line with Bank’s strategy and within the Bank’s risk appetite.

Responsibility: it is the responsibility of all employees to ensure that risk-taking is disciplined and focused. The Bank takes account of its social responsibilities, and its commitment to customers in taking risk to produce a return.

Accountability: risk is taken only within agreed authorities and where there is appropriate infrastructure and resources. All risk-taking must be transparent, controlled and reported.

Anticipation: the Bank seeks to anticipate future

risks and ensure awareness of all known risks.

Competitive advantage: the Bank seeks to achieve competitive advantage through efficient and effective risk management and control.

Roles and responsibilities for risk management are defined under a Three Lines of Defence model. Each line of defence describes a specific set of responsibilities for risk management and control. The first line of defence is that all employees are required to ensure the effective management of risks within the scope of their direct organizational responsibilities. Business, function and geographic governance heads are accountable for risk

dan pendapatan (dan risiko vs biaya pengontrolan) untuk hasil terbaik.

6. Mengkomunikasikan - Mempengaruhi, menafsirkan dan mendemonstrasikan kepatuhan. terhadap ketentuan pihak terkait eksternal yang berkaitan dengan manajemen risiko.

Pengelolaan manajemen risiko yang efektif merupakan hal mendasar untuk menghasilkan keuntungan secara konsisten dan berkelanjutan sebagai bagian utama pengelolaan keuangan dan operasional Bank. Melalui kerangka pengelolaan risiko, SCB mengelola risiko seluruh perusahaan, dengan tujuan memaksimalkan pendapatan disesuaikan dengan risiko dan tetap dalam risk appetite Bank. Sebagai bagian dari kerangka manajemen, Bank menerapkan prinsip-prinsip yang menggambarkan budaya manajemen risiko dengan harapan dapat mempertahankan: Keseimbangan risiko dan pendapatan: risiko

yang diambil dalam mendukung kebutuhan stakeholder, sejalan dengan strategi dan di dalam risk appetite Bank.

Tanggung Jawab: merupakan tanggung jawab dari seluruh karyawan untuk memastikan pengambilan risiko yang disiplin dan fokus. Bank memiliki tanggung jawab sosial, dan komitmen kepada pelanggan dalam mengambil risiko untuk menghasilkan keuntungan.

Akuntabilitas: risiko yang diambil sesuai kewenangan yang disepakati dan dengan infrastruktur dan sumber daya yang tepat. Semua pengambilan risiko harus transparan, terkontrol dan dilaporkan.

Antisipasi: Bank berupaya untuk mengantisipasi risiko masa depan dan memastikan kesadaran terhadap semua risiko yang diketahui.

Keunggulan kompetitif: Bank berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui manajemen risiko dan kontrol yang efektif dan efisien.

Peranan dan tanggung jawab manajemen risiko didefinisikan di bawah model Tiga Lini Pertahanan. Setiap lini pertahanan menggambarkan rangkaian tanggung jawab manajemen risiko dan kontrol. Lini pertahanan pertama adalah bahwa semua karyawan diminta untuk memastikan manajemen risiko yang efektif dalam lingkup tanggung jawab organisasi mereka. Bisnis, fungsi dan geografis kepala pemerintahan bertanggung jawab untuk manajemen

Page 28: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

28

management in their respective business and functions, and for countries where they have governance responsibilities. The second line of defence comprises the Risk Control Owners, supported by their respective control functions. Risk Control Owners are responsible for ensuring that the risks within the scope of their responsibilities remain within appetite. The second line is independent of the origination, trading and sales functions. The second line has authority to challenge and stop business activities (within the scope of their control responsibilities) where risks are not aligned with control requirements or risk appetite. The third line of defence is the independent assurance provided by the Group Internal Audit (GIA) function, ensure that the effectiveness of management control of its own business activities (the first line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the second line). The findings from the GIA’s audits are reported to all relevant management and governance bodies – accountable line managers, relevant oversight functions or committee. GIA provides independent assurance of the effectiveness of management’s control of its own business activities (the first line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the second line). As a result, GIA provides assurance that the overall system of control effectiveness is working as required within the risk management framework.

risiko dalam bisnis dan fungsi masing-masing, dan untuk Negara dimana mereka mempunyai tanggung jawab terhadap pemerintahannya.

Lini pertahanan kedua terdiri Pemilik Kontrol Risiko, didukung oleh fungsi kontrol masing-masing. Pemilik Kontrol Risiko bertanggung jawab untuk memastikan bahwa risiko dalam lingkup tanggung jawab mereka tetap dalam appetite. Lini kedua tidak bergantung pada originasi fungsi perdagangan dan penjualan. Lini kedua memiliki kewenangan untuk menantang dan menghentikan kegiatan usaha (dalam lingkup tanggung jawab kendali mereka) di mana risiko tidak selaras dengan ketentuan atau risk appetite. Lini pertahanan ketiga adalah jaminan independen yang diberikan oleh fungsi Group Internal Audit (GIA), memastikan bahwa efektivitas pengendalian manajemen dari aktifitas bisnis (lini pertama) dan proses dikelola oleh Fungsi Pengendalian Risiko (lini kedua). Temuan dari audit GIA dilaporkan ke manajemen terkait dan tata kelola pemerintah – manajer yang bertanggung jawab, fungsi pengawasan yang relevan atau komite. GIA menyediakan jaminan independen tentang efektivitas kontrol manajemen dari aktifitas bisnis (lini pertama) dan proses dikelola oleh Fungsi Pengendalian Risiko (lini kedua). Sebagai hasilnya, GIA menjamin bahwa efektifitas keseluruhan sistem pengendalian berjalan sesuai dengan kerangka manajemen risiko yang ditentukan.

Risk Appetite Risk Appetite In managing the Bank’s risks to build a sustainable franchise in the interests of all stakeholders, Risk appetite is made as an expression of the amount of risk the Bank is willing to take in pursuit of its strategic objectives, reflection the Bank’s capacity to sustain losses and continue to meet its obligations arising from a range of different stress trading conditions. Risk appetite is defined in terms of both volatility of earnings and the maintenance of minimum regulatory capital requirements under stress scenarios. The Bank also defines risk appetites with respect to liquidity risk and reputational risk.

Dalam mengelola risiko Bank untuk membangun sebuah waralaba yang berkelanjutan demi kepentingan seluruh stakeholder, Risk appetite dibuat sebagai pernyataan dari besarnya risiko yang Bank bersedia hadapi untuk mencapai tujuan strategis, mencerminkan kemampuan Bank untuk menghadapi kerugian dan terus melaksanakan tanggung jawab yang timbul dari berbagai kondisi tekanan perdagangan. Risk appetite didefinisikan baik dari volatilitas pendapatan maupun dari pemeliharaan peraturan persyaratan modal minimum peraturan di bawah skenario tekanan. Bank juga mendefinisikan risk appetite yang berkaitan dengan risiko likuiditas dan risiko reputasi.

Page 29: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

29

Risk Function Fungsi Risiko In managing overall Risk Function, Country Chief Risk Officer (CCRO) is responsible for effective and consistent implementation, in addition to any other second-line responsibilities held as a Risk Control Owner and to their first-line responsibilities as a Function manager. In this capacity the CCRO is expected to: Advise and support risk committees in achieving

effective risk governance.

Ensure business heads and control functions understand and accept their risk management responsibilities.

Challenge business heads and control functions to ensure business-specific risks are properly identified, assessed and controlled in line with global standards.

Identify risks and potential control gaps which cut across risk types and ensure these are addressed.

Ensure that material risk/return decisions are made transparently within delegated risk-taking authority and in line with risk appetite.

Periodically assess risk profile of business or entity and advise the responsible governance body on alignment with risk appetite.

Review local governance structure and ensure roles and risk control ownership are aligned to Risk Management Framework (RMF).

Ensure awareness of RMF by business & function heads, including roles & responsibilities under 3 Lines of Defence.

Embed process changes – under guidance from Group-level Risk Control Owners.

Dalam mengelola keseluruhan unit Risk, Country Chief Risk Officer (CCRO) bertanggung jawab untuk penerapan yang efektif dan konsisten, di samping setiap tanggung jawab lini kedua lainnya yang dimiliki sebagai Risk Control Owner dan tanggung jawab lini pertamanya sebagai manajer unit. Dalam kapasitas ini CCRO diharapkan:

Mempertimbangkan dan mendukung Komite Risiko dalam mencapai tata kelola risiko yang efektif.

Memastikan pimpinan bisnis dan unit memahami dan menerima tanggung jawab manajemen risiko.

Merekomendasi pimpinan bisnis dan unit untuk memastikan risiko usaha yang spesifik diidentifikasi dengan benar, dinilai dan dikelola sesuai dengan standar global.

Mengidentifikasi risiko dan potensi kesenjangan kontrol yang mengancam seluruh jenis risiko dan memastikan hal ini ditangani.

Memastikan bahwa materi risiko/ pengambilan keputusan pendapatan dibuat dengan terbuka di antara otoritas pengambilan risiko dan sejalan dengan risk appetite.

Secara berkala menilai profil risiko bisnis atau entitas dan menganjurkan tata kelola yang sesuai dengan risk appetite.

Meninjau struktur pemerintahan lokal dan memastikan peran dan kepemilikan pengendalian risiko yang sejalan dengan Risk Management Framework (RMF).

Memastikan kepedulian terhadap RMF oleh bisnis & pimpinan unit, termasuk peran & tanggung jawab di bawah 3 Lini Pertahanan.

Menanamkan perubahan proses – dibawah petunjuk Risk Control Owner level Grup.

Risk Control Mechanism Mekanisme Pengendalian Risiko Control mechanism is set to ensure that we maintain our risk profile within Risk Appetite and avoid financial distress. The following tables are list of core control mechanism for each of the risk type.

Mekanisme kontrol diatur untuk memastikan bahwa kami menjaga profil risiko dalam risk appetite dan menghindari tekanan keuangan. Tabel berikut ini adalah daftar mekanisme kontrol inti untuk masing-masing jenis risiko.

Page 30: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

30

RISK TYPE Policies & Procedures

Exposure Limit

Delegated Authorities

Risk Info Report

Principal Governance

Committee (s)

Credit Y Y Y Y EAR/CAC/CRC

Country X-Border Y Y Y Y CRC

Market Y Y Y Y ALCO/CRC

Pension Y X Y Y PEC

Operational Y X Y * CORC/CRC

Reputational Y X X Y CRC/Manco

Liquidity Y Y Y Y ALCO

Capital Y X Y Y ALCO

Strategic Y X Y X Manco

1. Policies and Procedures

Internal framework of top down rules and standards with emphasis on process related controls. 2. Exposure Limits

Quantitative caps on risk exposure across a range risk variables. 3. Delegated Authorities

Framework by which risk taking approval is restricted to authorized bodies.

Credit Risk Risiko Kredit Credit risk is the potential for loss due to the failure of a counterparty to meet its obligations to pay the Bank in accordance with agreed terms. Credit exposures may arise from both the banking and trading books. Credit risk is managed through a framework that sets out policies and procedures covering the measurement and management of credit risk. There is a clear segregation of duties between transaction originators in the businesses and approvers in the Risk function. All credit exposure limits are approved within a defined credit approval authority framework. Credit policies Group-wide credit policies and standards are considered and approved by the Group Risk Committee (GRC), which also oversees the delegation of credit approval and loan impairment provisioning authorities. Locally, we also have the rights to consider credit policy. Policies and procedures specific to each business and country are established by authorized risk committees within Consumer and Wholesale Banking. These are

Risiko kredit adalah potensi kerugian akibat kegagalan pihak ketiga dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar Bank sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Eksposur kredit mungkin timbul baik dari perbankan maupun perdagangan. Risiko kredit dikelola melalui kerangka kerja yang menetapkan kebijakan dan prosedur yang mencakup pengukuran dan pengelolaan risiko kredit. Terdapat pemisahan tugas antara pelaksana transaksi pada bisnis dan pemberi persetujuan dalam fungsi Risiko. Semua batas eksposur kredit disetujui dalam kerangka kewenangan memutus kredit yang ditetapkan. Kebijakan Kredit Kebijakan kredit di seluruh Grup dipertimbangkan dan disetujui oleh Group Risk Committee (GRC), yang juga membawahi delegasi persetujuan kredit dan wewenang penurunan nilai pemberian pinjaman. Secara lokal, kami memiliki hak untuk mempertimbangkan kebijakan kredit. Kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap bisnis dan negara yang ditetapkan oleh Risk Committee berwenang dalam Consumer Banking dan Wholesale

Page 31: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

31

consistent with Group-wide credit policies, but are more detailed and adapted to reflect the different risk environment, regulation from Central Bank in each country and portfolio characteristics. Credit Authority and Approval – Delegation Major credit exposures to individual counterparties, groups of connected counterparties and portfolios of retail exposures are reviewed and recommended by Group Credit Committee (GCC). The GCC derives its authority from the GRC. All other credit approval authorities are delegated by the GRC to individuals based on their judgment and experience and a risk-adjusted scale that takes account of the estimated maximum potential loss from a given customer or portfolio. Credit origination and approval roles are segregated in all but a very few authorized cases. In those very few exceptions where they are not, originators can only approve limited exposures within defined risk parameters. Credit Authority is delegated from the Group Risk

Committee to Group Credit Committee. Credit Authority is based on CG (Probability of

Default of the customer) and $LGD (quantified risk of the facility limit).

Credit Authority is given to the individual credit officers on an ad personal basis.

The following Credit skills assessments are mandatory for the Credit Approvers. Credit Skills Assessment (CSA). Core Credit Curriculum (CCC).

Banking. Ini konsisten dengan kebijakan kredit di seluruh Grup, tetapi secara lebih rinci dan disesuaikan terhadap situasi risiko yang berbeda-beda, peraturan Bank Sentral di setiap negara dan karakteristik portofolio. Wewenang Persetujuan Kredit – Delegasi Eksposur kredit besar untuk individu pihak ketiga, grup terkait dan portofolio eksposur ritel ditinjau dan direkomendasikan oleh Komite Kredit Grup (GCC). GCC memperoleh otoritasnya dari GRC. Semua wewenang persetujuan kredit lain yang didelegasikan oleh GRC kepada individu berdasarkan pertimbangan dan pengalaman dan skala risiko yang disesuaikan yang memperhitungkan estimasi potensi kerugian maksimal dari nasabah atau portofolio. Originasi kredit dan peran persetujuan dipisahkan dalam semua pemberian kredit kecuali beberapa aplikasi yang disetujui sebelumnya. Dalam beberapa pengecualian tersebut, analisis kredit yang telah ditetapkan hanya dapat menyetujui eksposur terbatas dalam parameter risiko yang ditetapkan. Wewenang Kredit didelegasikan dari Grup Risk

Committee untuk Group Credit Committee. Wewenang Kredit didasarkan pada CG

(kemungkinan tunggakan nasabah) dan $ LGD (risiko diukur berdasarkan limit yang diberikan).

Wewenang Kredit diberikan kepada staf analisis kredit perorangan

Berikut adalah kemampuan penilaian yang disyaratkan untuk Pemberi Persetujuan Kredit

Kredit Skills Assessment (CSA).

Core Kredit Curriculum (CCC).

Credit monitoring The Bank regularly monitors credit exposures, portfolio performance, and external trends that may impact risk management outcomes. Internal risk management reports are presented to risk committees, containing information on key environmental, political and economic trend across major portfolios and countries; portfolio delinquency and loan impairment performance. The Wholesale Banking Credit Issues Forum (WBCIF) is a sub-committee of the Wholesale Banking Risk Committee, which in turn is a sub-committee of and derives its authority from the GRC. The WBCIF meets

Pengawasan Kredit Bank secara rutin memantau eksposur kredit, kinerja portofolio, dan kecenderungan eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengelolaan risiko. Laporan manajemen risiko internal disajikan kepada komite risiko, berisi informasi utama mengenai lingkungan, kecenderungan kondisi politik dan ekonomi terhadap portofolio utama dan negara, tunggakan portofolio dan penurunan kualitas kredit. Wholesale Banking Credit Issues Forum (WBCIF) merupakan sub-komite dari Komite Risiko Wholesale Banking, yang merupakan sub-komite dan memperoleh otoritasnya dari GRC. WBCIF bertemu

Page 32: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

32

regularly to assess the impact of external events and trends on the Wholesale Banking credit risk portfolio and to define and implement the response in terms of appropriate changes to portfolio shape, portfolio and underwriting standards, risk policy and procedures. Clients or portfolios are placed on early alert when they display signs of actual or potential weakness. For example, where there is a decline in the client’s position within the industry, financial deterioration, a breach of covenants, non-performance of an obligation within the stipulated period, or there are concerns relating to ownership or management. Such accounts and portfolios are subjected to a dedicated process overseen by Early Alert Committees in countries. Client account plans and credit grades are re-evaluated. In addition, remedial actions are agreed and monitored. Remedial actions enhancement, exiting the account or immediate movement of the account into the control of Group Special Assets Management (GSAM), the Group’s specialist recovery unit. In Consumer Banking, portfolio delinquency trends are monitored continuously at a detailed level. Individual customer behavior is also tracked and is considered for lending decisions. Accounts that are past due are subject to a collections process, managed independently by the Risk function. Charged-off accounts are managed by specialist recovery teams. The Small and Medium-sized Enterprise (SME) business is managed within Consumer Banking in two distinct customer sub-segments: small business and medium enterprises, differentiated by the annual turnover of the counterparty. The credit processes are further refined based on exposure at risk. Larger exposures are managed through the Discretionary Lending approach, in line with Wholesale Banking procedures, and smaller exposures are managed through Programmed Lending, in line with Consumer Banking procedures. Discretionary Lending and Private Banking past due accounts are managed by GSAM. Locally, governance forums conduct credit monitoring i.e. Country Risk Committee and other committees such as CORC. Credit concentration risk is managed within concentration caps set by counterparty or group of

secara teratur untuk menilai dampak dari kejadian eksternal dan kecenderungan pada portofolio risiko kredit di Wholesale Banking dan untuk mendefinisikan dan menerapkan tindakan yang sesuai yang sesuai dengan struktur portofolio, portofolio dan standar proses penilaian, kebijakan risiko dan prosedur. Klien atau portofolio ditempatkan pada peringatan awal ketika mereka menampilkan tanda-tanda kelemahan aktual atau potensial. Sebagai contoh, saat terdapat penurunan posisi klien dalam industri, penurunan keuangan, pelanggaran perjanjian, tidak dipenuhinya kewajiban dalam periode yang ditetapkan, atau ada kekhawatiran berkaitan dengan kepemilikan atau manajemen. Rekening dan portofolio tersebut dikenakan proses khusus diawasi oleh Early Alert Committees di masing-masing negara. Rencana rekening klien dan nilai kredit dievaluasi kembali. Selain itu, tindakan perbaikan yang disetujui dan dipantau. Tindakan perbaikan tambahan, mengeluarkan akun atau memindahkan akun segera ke dalam pengawasan Group Special Assets Management (GSAM), grup khusus unit recovery. Dalam Consumer Banking, kecenderungan tunggakan portofolio dipantau terus menerus pada level terperinci. Perilaku pelanggan individu juga dilacak dan dipertimbangkan pada saat keputusan pemberian kredit. Akun yang telah lewat jatuh tempo akan dikenakan proses koleksi, dikelola secara mandiri oleh fungsi Risiko. Charged-off akun akan diatur oleh unit khusus recovery. Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dikelola dalam Consumer Banking dalam dua sub-segmen yang berbeda: usaha kecil dan menengah, dibedakan oleh omset tahunan peminjam. Proses kredit lebih lanjut didasarkan pada paparan risiko. Eksposur besar dikelola melalui pendekatan Discretionary Lending, sejalan dengan prosedur Wholesale Banking, dan eksposur yang lebih kecil dikelola melalui Programmed Lending, sejalan dengan prosedur Consumer Banking. Akun Discretionary Lending dan Private Banking jatuh tempo dikelola oleh GSAM. Untuk lokal, pengawasan kredit dilakukan melalui forum governance, seperty Country Risk Committee dan working committee lainnya, seperti CORC. Nilai Risiko Kredit dikelola dalam kapasitas konsentrasi ditetapkan oleh pihak ketiga atau grup

Page 33: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

33

connected counterparties, by country and industry in Wholesale Banking and tracked by product and country in Consumer Banking. Additional targets are set and monitored for concentrations by credit rating. Credit concentrations are monitored by the responsible risk committees in each of the businesses. Credit rating and measurement Risk measurement plays a central role, along with judgment and experience, in informing risk taking and portfolio management decision. It is a primary area for sustained investment and senior management attention. Since 1 January 2008, Standard Chartered Group has used the advanced Internal Ratings Based (IRB) approach under the Basel II regulatory framework to calculate credit risk capital. For IRB portfolios, a standard alphanumeric credit risk grade (CG) system is used in both Consumer and Wholesale Banking. The grading is based on the Group’s internal estimate of probability of default over a one-year horizon, with customers or portfolios assessed against a range of quantitative and qualitative factors. The numeric grades run from 1 to 14 and some of the grades are further sub-classified A, B or C. Lower credit grades are indicative of a lower likelihood of default. Credit grades 1A to 12C are assigned to performing customers or accounts, while credit grades 13 and 14 are assigned to non-performing or defaulted customers. Problem credit management and provisioning A non-performing loan is any loan that is more than 90 days past due or is otherwise individually impaired, (which represents those loans against which individual impairment provisions have been raised) and excludes: • loans renegotiated before 90 days past due, and on

which no default in interest payments or loss of principal is expected; and

• loans renegotiated at or after 90 days past due, but

on which there has been no default in interest or principal payments for more than 180 days since renegotiation, and against which no loss of principal

yang terkait pihak ketiga, berdasarkan negara dan industri dalam Wholesale Banking dan dipantau oleh produk dan negara dalam Consumer Banking. Target tambahan ditetapkan dan dimonitor konsentrasinya dengan peringkat kredit. Nilai kredit dimonitor oleh komite risiko yang bertanggung jawab disetiap bisnis. Peringkat Kredit dan Pengukurannya Pengukuran risiko memegang peran penting, bersamaan dengan penilaian dan pengalaman, dalam menginformasikan pengambilan risiko dan keputusan manajemen portofolio. Ini adalah daerah utama untuk investasi berkelanjutan dan menjadi perhatian manajemen senior. Sejak 1 Januari 2008, Standard Chartered Group telah menggunakan Penilaian berdasarkan peringkat pendekatan Internal Ratings Based (IRB) dalam kerangka peraturan Basel II untuk menghitung modal risiko kredit. Untuk portofolio IRB, sistem standar peringkat kredit alfanumerik digunakan baik di Consumer Banking dan Wholesale Banking. Peringkat ini didasarkan pada penilaian grup internal terhadap kemungkinan kegagalan dalam jangka waktu satu tahun, dengan penilaian nasabah atau portofolio yang dinilai terhadap berbagai faktor kuantitatif dan kualitatif. Peringkat numerik terdiri dari 1 sampai 14 dan peringkat lebih lanjut disub-diklasifikasikan dengan A, B atau C. Peringkat kredit yang lebih rendah adalah indikasi dari kemungkinan lebih rendah dari kegagalan. Peringkat kredit 1A sampai 12C diberikan kepada nasabah atau akun lancar, sedangkan peringkat kredit 13 dan 14 diberikan nasabah tidak lancar atau kredit macet. Masalah manajemen kredit dan provisi Kredit tidak lancar adalah setiap pinjaman yang telah jatuh tempo lebih dari 90 hari atau dinyatakan terganggu, dan tidak termasuk: • pinjaman yang dinegosiasi ulang sebelum jatuh

tempo 90 hari, dimana diharapkan tidak terdapat kegagalan bunga pembayaran atau kerugian sisa pinjaman, dan

• pinjaman dinegosiasikan ulang pada atau setelah

90 hari jatuh tempo, tetapi tidak terdapat kegagalan bunga pembayaran untuk lebih dari 180 hari sejak negosiasi dan tidak ada kerugian pokok.

Page 34: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

34

is expected.

The Bank’s loan loss provisions are established to recognize incurred impairment losses either on specific loan assets or within a portfolio of loans and receivables. Individually impaired loans are those loans against which individual impairment provisions (IIP) have been raised. In Consumer Banking, where there are large numbers of small value loans, a primary indicator of potential impairment is delinquency. A loan is considered delinquent (past due) when the counterparty has failed to make a principal or interest payment when contractually due. However, not all delinquent loans (particularly those in the early stage of delinquency) will be impaired. For delinquency reporting purposes industry standards are followed, measuring delinquency as of 1, 30, 60, 90, 120 and 150 days past due. Accounts that are overdue by more than 30 days are more closely monitored and subject to specific collections processes. Provisioning within Consumer Banking reflects the fact that the product portfolios (excluding medium sized enterprises among SME customers and private banking customers) consist of a large number of comparatively small exposures. Mortgages are assessed for individual impairment on an account-by-account basis, but for other products it is impractical to monitor each delinquent loan individually and individual impairment is therefore assessed collectively. For the main unsecured products and loans secured by automobiles, the entire outstanding amount is generally written off at 150 days past due. Unsecured consumer finance loans are written off at 90 days past due. For secured loans (other than those secured by automobiles) individual impairment provisions (IIPs) are generally raised at either 150 days (mortgages) or 90 days (wealth management) past due. The provisions are based on the estimated present values of future cash-flows, in particular those resulting from the realisation of security. Following such realisation any remaining loan will be written off. The days past due used to trigger write-offs and IIPs are broadly driven by past experience, which shows that once an account reaches the relevant number of days past due, the probability of recovery (other than by realising security where appropriate) is low. For all products there are certain situations where the individual impairment provisioning or write-off process

Ketentuan kerugian kredit Bank telah dibentuk untuk mengenali provisi kerugian baik pada modal pinjaman khusus atau pada portofolio utang dan piutang. Individually impaired loans adalah kredit yang cadangan kerugiannya dihitung berdasarkan individu kredit masing-masing. Di Consumer Banking, dimana terdapat sejumlah besar pinjaman bernilai kecil, yang menjadi indikator utama potensi kerugian adalah tunggakan. Pinjaman A dianggap tunggakan (jatuh tempo) ketika peminjam telah gagal untuk melakukan pembayaran pokok atau bunga saat kontrak jatuh tempo. Namun, tidak semua kredit bermasalah (terutama di tahap awal penunggakan) akan menyebabkan kerugian. Untuk tujuan pelaporan tunggakan mengikuti standar, mengukur tunggakan pada 1, 30, 60, 90, 120 dan 150 hari lewat jatuh tempo. Akun yang terlambat lebih dari 30 hari dipantau lebih ketat dan akan dikenakan proses penagihan lebih lanjut. Ketetapan di Consumer Banking mencerminkan fakta bahwa portofolio produk (termasuk usaha kecil dan menengah antara pelanggan UKM dan nasabah perbankan swasta) terdiri dari sejumlah besar eksposur yang relatif kecil. Hipotek dinilai untuk provisi nilai individual atas dasar aku per akun, tapi untuk produk lain tidak praktis untuk memantau setiap pinjaman tunggakan individual dan karena itu provisi individu dinilai secara kolektif. Untuk produk tanpa jaminan utama dan pinjaman dijamin dengan mobil, seluruh jumlah utang umumnya dihapuskan pada 150 hari lewat jatuh tempo. Pinjaman pembiayaan konsumen tanpa jaminan dihapuskan pada 90 hari terakhir jatuh tempo. Untuk pinjaman yang dijamin (selain yang dijamin dengan mobil) Ketentuan provisi individu (IIPs) umumnya dibesarkan di kedua 150 hari (KPR) atau 90 hari (wealth management) jatuh tempo. Ketentuan ini didasarkan pada nilai sekarang estimasi arus kas, khususnya yang dihasilkan dari realisasi keamanan. Setelah realisasi tersebut setiap pinjaman yang tersisa akan dihapuskan. Hari-hari terakhir karena digunakan untuk memicu write-off dan IIPs secara luas didorong oleh pengalaman masa lalu, yang menunjukkan bahwa ketika akun mencapai batas hari jatuh tempo tertentu, kemungkinan recovery menjadi rendah. Untuk semua produk ada situasi tertentu dimana pembentukan provisi atau proses write-off dipercepat, seperti dalam kasus yang

Page 35: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

35

is accelerated, such as in cases involving bankruptcy, customer fraud and death. Write-offs and IIPs are accelerated for all restructured accounts to 90 days past due (unsecured and automobile finance) and 120 days past due (secured) respectively. Individually impaired loans for Consumer Banking will therefore not equate to those reported as non-performing in the Bank’s Annual Report and Accounts, because non-performing loans include all those over 90 days past due. This difference reflects the fact that, while experience shows that an element of delinquent loans are impaired it is not possible to identify which individual loans the impairment relates to until the delinquency is sufficiently prolonged that loss is almost certain, which, in the Group’s experience, is generally around 150 days in Consumer Banking. Up to that point the inherent impairment is captured by portfolio impairment provisions (PIP). The PIP methodology provides for accounts for which an individual impairment provision has not been raised, either individually or collectively. PIP is raised on a portfolio basis for all products, and is set using expected loss rates, based on past experiences supplemented by an assessment of specific factors affecting the relevant portfolio. These include an assessment of the impact of economic conditions, regulatory changes and portfolio characteristics such as delinquency trends and early alert trends. The methodology applies a larger provision against accounts that are delinquent but not yet considered impaired. The procedures for managing problem credits for the Private Bank and the medium-sized enterprises in the SME segment of Consumer Banking are similar to those adopted in Wholesale Banking. In Wholesale Banking, loans are classified as impaired and considered non-performing where analysis and review indicates that full payment of either interest or principal is questionable, or as soon as payment of interest or principal is 90 days overdue. Impaired accounts are managed by a specialist recovery unit, GSAM, which is separate from the Bank’s main businesses. Where any amount is considered irrecoverable, an individual impairment provision is raised. This provision is the difference between the loan carrying amount and the present value of estimated future cash flows. The individual circumstances of each customer are

melibatkan kebangkrutan, pelanggan penipuan dan kematian. Write-off dan IIPs dipercepat untuk semua akun yang direstrukturisasi sampai 90 hari jatuh tempo (tanpa jaminan atau automobile finance) dan 120 hari jatuh tempo (dengan jaminan). Pinjaman individual bermasalah untuk Consumer Banking karena itu tidak akan sama dengan yang dilaporkan sebagai non-performing dalam Laporan Tahunan Bank, karena kredit bermasalah mencakup semua kredit yang telah jatuh tempo 90 hari. Perbedaan ini mencerminkan fakta bahwa, sementara pengalaman menunjukkan bahwa akan sulit untuk mengidentifikasi pinjaman bermasalah yang akan menimbulkan tunggakan sebelum kerugian muncul, yang dalam pengalaman Grup, di Consumer Banking umumnya pada 150 hari. Sampai saat itu poin yang menunjukkan permasalahan akan dideteksi dengan portfolio impairment provisions (PIP). Metodologi PIP digunakan untuk akun yang telah menimbulkan provisi nilai aset, baik secara individual maupun kolektif. PIP digunakan pada portofolio semua produk, dan ditetapkan berdasarkan tarif kerugian yang diperkirakan, didasarkan pada pengalaman masa lalu ditambah dengan penilaian faktor tertentu yang mempengaruhi portofolio yang relevan. Termasuk didalamnya penilaian terhadap dampak dari kondisi ekonomi, perubahan peraturan dan karakteristik portofolio seperti kecenderungan penunggakan dan kecenderungan early alert. Metodologi ini memberlakukan ketentuan yang lebih besar terhadap akun yang telah menunggak tetapi belum dianggap merugikan. Prosedur untuk mengelola kredit masalah bagi Bank Swasta dan perusahaan sector menengah di segmen UKM Consumer Banking mirip dengan yang digunakan dalam Wholesale Banking. Dalam Wholesale Banking, pinjaman diklasifikasikan dan dinilai sebagai kerugian dimana analisa dan tinjauan menunjukkan bahwa pembayaran penuh dari bunga maupun pokok pinjaman dipertanyakan, atau segera setelah pembayaran dari bunga atau pokok pinjaman mencapai jatuh tempo 90 hari. Akun tidak lancar dikelola oleh unit recovery khusus, GSAM, yang terpisah dari unit bisnis utama Bank. Pada saat jumlah dinilai tidak dapat menutup pinjaman, akan menimbulkan provisi nilai aset perorangan. Provisi ini merupakan selisih antara nilai tercatat pinjaman dan nilai sekarang dari estimasi arus kas masa depan. Kondisi masing-masing nasabah diperhitungkan ketika

Page 36: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

36

taken into account when GSAM estimates future cash flow. All available sources, such as cash flow arising from operations, selling assets or subsidiaries, realising collateral or payments under guarantees, are considered. In any decision relating to the raising of provisions, the Group attempts to balance economic conditions, local knowledge and experience, and the results of independent asset reviews. Where it is considered that there is no realistic prospect of recovering a portion of an exposure against which an impairment provision has been raised, that amount will be written off. As with Consumer Banking, a PIP is held to cover the inherent risk of losses which, although not identified, are known through experience to be present in any loan portfolio. In Wholesale Banking, this is set with reference to historic loss rates and subjective factors such as the economic environment and the trends in key portfolio indicators. The PIP methodology provides for accounts for which an individual impairment provision has not been raised. Basel approach to credit risk The SCB Group uses the IRB approach to manage credit risk for the majority of its portfolios. This allows the Group to use its own internal estimates of Probability of Default (PD), Loss Given Default (LGD), Exposure at Default (EAD) and Credit Conversion Factor (CCF) to determine an asset risk weighting. PD is the likelihood that an obligor will default on an obligation. All banks utilising an IRB approach must assign internal PD to all borrowers in each borrower grade. EAD is the expected amount of exposure to a particular obligor at the point of default. CCF is an internally modeled parameter based on historical experience to determine the amount that is expected to be further drawn down from the undrawn portion in a committed facility. LGD is the percentage of EAD that a lender expects to lose in the event of obligor default. All assets under the IRB approach have sophisticated PD, LGD and EAD/CCF models developed to support the credit decision making process. RWA under the IRB approach is determined by regulatory specified formulae dependent on the Group’s estimates of PD, LGD, EAD and CCF. In line with the BI regulation, SCB Indonesia applies the Standard Approach to credit risk measures credit risk pursuant to fixed risk weights. The risk weight

GSAM memperkirakan arus kas di masa depan. Semua sumber yang tersedia, seperti arus kas yang timbul dari operasi, penjualan aset atau anak perusahaan, pemberian jaminan dipertimbangkan. Setiap keputusan yang berkaitan dengan timbulnya provisi, Grup mencoba untuk menyeimbangkan kondisi ekonomi, pengetahuan dan pengalaman lokal, dan hasil tinjauan aset independen. Pada saat dinilai tidak ada kemungkinan untuk memperbaiki penurunan nilai provisi yang timbul, jumlah tersebut akan dihapuskan. Seperti Consumer Banking, PIP digunakan untuk menutupi potensi kerugian, yang meskipun tidak teridentifikasi, dapat diketahui melalui pengalaman yang timbul pada semua portofolio. Dalam Wholesale Banking penetapan ini mengacu kepada sejarah peringkat kerugian dan faktor subjektif seperti kondisi keuangan dan kecenderungan pada indikator utama portofolio. Metodologi ini memberlakukan ketentuan yang lebih besar terhadap akun yang telah menunggak tetapi belum dianggap merugikan. Pendekatan Basel terhadap risiko kredit Grup SCB menggunakan pendekatan IRB untuk mengelola risiko kredit bagi mayoritas portofolionya. Hal ini memungkinkan Grup untuk menggunakan perhitungan internal Probability of Default (PD), Loss Given Default (LGD), Exposure at Default (EAD) dan Credit Conversion Factor (CCF) untuk menentukan bobot risiko aset. PD adalah kecenderungan bahwa semua nasabah akan memenuhi kewajibannya. Semua bank yang menggunakan pendekatan IRB harus menetapkan intern PD untuk semua peminjam di setiap tingkat pinjaman. EAD adalah jumlah yang diharapkan dari peminjam pada titik standar. CCF adalah model parameter internal berdasarkan pengalaman masa lalu untuk menentukan jumlah yang akan dapat ditarik porsi fasilitas yang diberikan. LGD adalah persentase penurunan EAD yang diharapkan pemberi pinjaman didapat dari peminjam. Semua aset yang menggunakan pendekatan IRB mempunyai model PD, LGD dan EAD / CCF yang dikembangkan untuk mendukung pembuatan keputusan proses kredit. RWA dengan pendekatan IRB ditentukan kebijakan dari grup mengenai formula khusus perhitungan dari PD, LGD, EAD dan CCF. Sejalan dengan peraturan BI, SCB Indonesia menerapkan Pendekatan Standar untuk pengukuran risiko kredit sesuai dengan bobot risiko tetap. Bobot

Page 37: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

37

applied under the Standardised Approach is given by the FSA and is based on the asset class to which the exposure is assigned. For sovereigns, corporates and institutions, external ratings are used to assign risk weights. These external ratings must come from FSA approved rating agencies, known as External Credit Assessment Institutions (ECAI); namely Moody’s, Standard & Poor’s and Fitch. The Group uses ratings from these agencies as part of its day to day business. External ratings for the counterparty are determined as soon as a relationship is established and these ratings are tracked and kept updated. Assessments provided by approved ECAI are mapped to credit quality steps as prescribed by the FSA. Collateral Collateral is held to mitigate credit risk exposures and risk mitigation policies determine the eligibility of collateral types. Collateral types that are eligible for risk mitigation include: cash; residential, commercial and industrial property; fixed assets such as motor vehicles, aircraft, plant and machinery; marketable securities; commodities; bank guarantees and letters of credit. For certain types of lending – typically mortgages, asset financing – the right to take charge over physical assets is significant in terms of determining appropriate pricing and recoverability in the event of default. Collateral is reported in accordance with the Group’s risk mitigation policy, which prescribes the frequency of valuation for different collateral types, based on the level of price volatility of each type of collateral and the nature of the underlying product or risk exposure. Where appropriate, collateral values are adjusted to reflect, current market conditions, the probability of recovery and the period of time to realise the collateral in the event of possession. The collateral values reported are also adjusted for the effects of over-collateralisation. The requirement for collateral is not a substitute for the ability to pay, which is the primary consideration for any lending decisions. In determining the financial effect of collateral held against loans neither past due or impaired, the Group has assessed the significance of the collateral held in relation to the type of lending.

risiko yang diterapkan dengan Pendekatan Standarisasi diberikan oleh FSA dan didasarkan pada kelas aset yang eksposur diberikan. Untuk sovereigns, korporasi dan institusi, penilaian eksternal digunakan untuk menetapkan bobot risiko. Peringkat eksternal ini berasal dari agensi pemeringkat yang disetujui FSA, dikenal sebagai Lembaga Penilaian Kredit Eksternal (ECAI), yaitu Moody, Standard & Poor’s dan Fitch. Grup menggunakan peringkat dari lembaga ini sebagai bagian dari proses bisnis harian. Peringkat eksternal untuk pihak rekanan ditentukan segera setelah hubungan dimulai dan peringkat ini terus dipantau serta diperbaharui. Penilaian yang diberikan ECAI terpilih dimasukkan dalam langkah kualitas kredit seperti yang disarankan FSA. Jaminan Jaminan diberikan untuk mengurangi eksposur risiko kredit dan kebijakan mitigasi risiko untuk menentukan jenis agunan yang sesuai. Jenis agunan yang memenuhi syarat untuk mitigasi risiko termasuk: kas; tempat tinggal, properti komersial dan industri; aset tetap seperti kendaraan bermotor, pesawat terbang, pabrik dan mesin, surat berharga, komoditas, bank garansi dan letter of cedit. Untuk beberapa jenis pinjaman - biasanya hipotek, pembiayaan aset – hak untuk mengambil alih aset fisik menjadi penting dengan tujuan untuk menentukan harga dan kemampuan yang sesuai. Jaminan dilaporkan sesuai dengan kebijakan mitigasi risiko Grup, yang mengatur frekuensi penilaian untuk berbagai jenis jaminan yang berbeda, berdasarkan tingkat volatilitas harga setiap jenis jaminan dan sifat dasar dari produk atau eksposur risiko. Apabila diperlukan, nilai jaminan dapat disesuaikan untuk menunjukkan kondisi pasar saat ini, kemungkinan perbaikan dan periode waktu yang menunjukkan kepemilikan jaminan. Nilai agunan yang dilaporkan juga disesuaikan dengan dampak dari over-collateralisation. Persyaratan agunan bukanlah pengganti untuk kemampuan untuk membayar, yang merupakan pertimbangan utama untuk setiap keputusan pemberian kredit. Dalam menentukan dampak keuangan dari agunan terhadap pinjaman tidak jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai, Grup telah menilai pentingnya agunan dalam kaitannya dengan jenis pinjaman.

Page 38: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

38

Where guarantees or credit derivatives are used as Credit Risk Mitigation (CRM) the creditworthiness of the guarantor is assessed and established using the credit approval process in addition to that of the obligor or main counterparty. The main types of guarantors include bank guarantees, insurance companies, parent companies, shareholders and export credit agencies. Credit derivatives, due to their potential impact on income volatility are used in a controlled manner with reference to their expected volatility. Wholesale Banking - The process of managing and recognising credit risk mitigation is governed by policies which set out the eligibility criteria that must be met. The credit risk mitigation policy sets out clear criteria that must be satisfied if the mitigation is to be considered effective: Excessive exposure to any particular risk mitigants

or counterparties should be avoided. Collateral concentration mitigation standards are maintained at both the portfolio and counterparty level;

Risk mitigants should not be correlated with the underlying assets such that default would coincide with a lowering of the Forced Sale Value (FSV) of the collateral;

Where there is a currency mismatch, haircuts should be applied to protect against currency fluctuations;

Legal opinions and documentation must be in place; and

Ongoing review and controls exist where there is a maturity mismatch between the collateral and exposure.

For all credit risk mitigants that meet the policy criteria, a clear set of procedures are applied to ensure that the value of the underlying collateral is appropriately recorded and updated regularly. Consumer Banking - The effective use of collateral is a key tool by which credit risk is mitigated in Consumer Banking. All eligible collateral accepted by Consumer Banking is covered by a product proposal approved by senior credit officers delegated with the relevant authority. New collateral types have to be vetted through a stringent ‘New Business Approval’ process and approved by the Consumer Banking Risk Committee. In order to be recognised as security and for the loan to be classified as secured, all items pledged must be valued and an active secondary resale market must exist for the collateral.

Ketika jaminan atau derivatif kredit digunakan sebagai Mitigasi Risiko Kredit (CRM) kelayakan kredit dari penjamin dinilai dan ditetapkan menggunakan proses persetujuan kredit. Jenis utama dari penjamin termasuk bank garansi, perusahaan asuransi, perusahaan induk, pemegang saham dan lembaga kredit ekspor. Derivatif kredit, karena dampak potensial mereka terhadap volatilitas pendapatan digunakan dengan cara yang terkendali dengan mengacu pada volatilitas mereka diharapkan. Wholesale Banking - Proses pengelolaan dan pengakuan mitigasi risiko kredit diatur oleh kebijakan yang menetapkan kriteria kelayakan yang harus dipenuhi. Kebijakan mitigasi risiko kredit menetapkan kriteria yang jelas jika mitigasi diharapkan untuk efektif:

Paparan berlebihan terhadap setiap upaya pengendalian risiko tertentu atau pihak mitra harus dihindari. Mitigasi standar pada konsentrasi agunan dikelola baik terhadap portofolio maupun mitra;

Upaya mitigasi risiko tidak boleh berkorelasi dengan underlying asset seperti berkaitan dengan penurunan dari Nilai Jual Paksa (FSV) agunan;

Jika terdapat ketidaksesuaian nilai mata uang, potongan harus diterapkan untuk melindungi dari fluktuasi nilai mata uang;

Opini legal dan dokumentasi harus dijalankan, dan

Kajian dan kontrol dijalankan pada saat terjadi ketidaksesuain antara jaminan dan eksposur.

Untuk semua upaya pengendaliannya risiko kredit yang memenuhi kriteria kebijakan, prosedur yang jelas diterapkan untuk memastikan bahwa nilai agunan yang mendasari tepat dicatat dan diperbarui secara teratur. Consumer Banking – Penggunaan agunan yang efektif adalah kunci dari mitigasi risiko di Consumer Banking. Semua agunan yang diterima oleh Consumer Banking telah ditutupi oleh proposal produk yang disetujui oleh senior staf kredit dengan wewenang terkait. Semua jenis jaminan baru harus diperiksa melalui proses yang ketat ‘New Business Approval’ dan disetujui oleh Komite Risiko Consumer Banking. Untuk dapat diakui sebagai jaminan untuk pinjaman dan harus diklasifikasikan sebagai dijamin, semua item harus mempunyai harga dan aktif di pasar sekunder.

Page 39: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

39

Documentation must be held to enable Consumer Banking to realise the asset without the cooperation of the asset owner in the event that this is necessary. Regular valuation of collateral is required in accordance with the Group’s risk mitigation policy, which prescribes both the process of valuation and the frequency of valuation for different collateral types. The valuation frequency is driven by the level of price volatility of each type of collateral and the nature of the underlying product or risk exposure. Stress tests are performed on changes in collateral values for key portfolios to assist senior management in managing the risks in those portfolios. Physical collateral is required to be insured at all times and against all risk procedures over collateral management must be in place for each business at the country level.

Dokumentasi diperlukan untuk memudahkan Consumber Banking merilis jika dibutuhkan, tanpa kerja sama dari pemilik. Valuasi reguler agunan diperlukan sesuai dengan kebijakan mitigasi risiko Grup, yang mengatur kedua proses penilaian dan frekuensi penilaian untuk berbagai jenis jaminan yang berbeda. Frekuensi penilaian didorong oleh tingkat volatilitas harga setiap jenis jaminan dan sifat produk yang mendasari atau eksposur risiko. Stress test dilakukan pada perubahan nilai jaminan atas portofolio utama untuk membantu manajemen senior dalam mengelola risiko dalam portofolio mereka. Agunan fisik diperlukan untuk diasuransikan setiap saat dan seluruh prosedur pengelolaan risiko agunan harus dijalankan pada setiap bisnis disetiap negara.

Market Risk Risiko Pasar Market risk is the risk of loss resulting from changes in market prices and rates. The primary categories of market risk for the Bank are: interest rate risk and currency exchange rate risk. Bank has a set of organization structure, Policies, and procedures for managing market risk. Market risk management implementation intends to identify, measure, monitor, and manage Bank’s balance sheet risk. Asset Liability Committee (ALCO) dan Risk Committee (RMC) review market risk profiles and compliance of the limits. Group Market Risk is independent control function established to measure, monitor, and control the exposures to market risk. For market risk capital calculation, Bank uses standardized approach by following report format from Bank Indonesia in which Bank relates only to trading book portfolio and FX position in the banking book. Though Bank’s internal market risk analysis model is based on the Bank’s daily Value at Risk (“dVaR”), which covers all price risk. dVaR is calculated for expected movements over a minimum of one business day and to a confidence level of 97.5%. Bank applies Historical simulation method for generating dVaR. Regular back test is conducted in order to measure accuracy of VaR model against actual result. Factor sensitivity is also employed to measure market risk. Bank’s balance sheet consists of generic products

Risiko pasar adalah potensi kerugian yang muncul akibat dari perubahan harga dan tingkat bunga di pasar. Kategori dari risiko pasar yang dihadapi Bank adalah risiko nilai tukar mata uang (foreign exchange risk) dan risiko tingkat bunga (interest rate risk). Bank mempunyai seperangkat organisasi, kebijakan dan prosedur untuk mengelola risiko pasar. Penerapan manajemen risiko pasar bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan posisi neraca bank yang mempunyai risiko pasar. Asset Liability Committee (ALCO) dan Risk Committee (RMC) adalah komite yang mengkajji profil risiko pasar termasuk juga kepatuhannya terhadap limit risiko yang telah disepakati. Group Market Risk sebagai unit kontrol yang independen melaksanakan fungsi pengukuran, monitoring dan kontrol terhadap eksposur risiko pasar Dalam perhitungan biaya modal untuk risiko pasar, Bank mempergunakan pendekatan standar dengan mengikuti format laporan dari Bank Indonesia. Namun demikian bank juga menggunakan model internal untuk pengukuran risiko di internal Bank. Daily Value at Risk (dVaR) dipergunakan untuk menghitung potensi kerugian harian karena pergerakan harga pasar yang diperkirakan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 97,5%. Historical simulation adalah metode yang dipergunakan dalam perhitungan dVaR. Back test dilakukan secara regular untuk mengukur keakuratan model terhadap hasil yang sebenarnya. Bank juga menggunakan faktor sensitivitas untuk mengukur risiko pasar. Neraca Bank terdiri atas

Page 40: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

40

therefore they are gauged by standard methodology which globally accepted. Validation of valuation model is organized in Model Validation Policy, Group Market Risk. As complement with normal risk measurement, stress testing is conducted periodically to review potential impact from stress scenarios. GMRC has all oversight of market risk as defined by the Risk Management Framework. Delegated authority for market risk limit setting is recorded in the Limit Management System (LMS). Limit approvals are also recorded within LMS and it is not possible for a risk manager to approve limits beyond their delegated authority due to the LMS workflow process.

produk-produk yang generik begitu juga dengan metodologi pengukuran yang dipergunakan, yaitu model standar (generic). Validasi model valuasi diatur didalam kebijakan Grup Market Risk tentang Model Validation. Untuk melengkapi pengukuran risiko pasar, bank melakukan stress testing secara periodik untuk melihat efek negatif dari skenario stress. Komite Grup Manajemen risiko pasar memiliki kewenangan pengawasan sepenuhnya terhadap risiko pasar sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko. Limit-limit yang disetujui dan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan terhadap persetujuan limit dicatat di Limit Management System (LMS).

Operational Risk Risiko Operasional Operational risk management organisation

Operational risk management organisation in SCB Indonesia is in line with the organisational structure in respective business or support functiion. This consistency provides confidence that operational risk are being identified and effectively managed in respective business / support function, and escalated to Country level for Medium and above rated risks. In day to day, Banks maintain 3 lines of defence to ensure the effectiveness of risk management processes: i) First Line of Defence

First Line of Defence is all employees who have any level of supervisory responsibility since they are required to ensure the effective management of operational risks within the scope of their direct organisational responsbilities. The two main risk management responsibilties of First Line managers are as follows: - Ensure all material risk are identified,

assesses, mitigated, monitored and reported.

- Ensure applicable external laws and regulations and internal policies, procedures, limits and other risk control requirments are implemented and complied with.

Organisasi manajemen risiko operasional Organisasi manajemen risiko Operasional di SCB Indonesia sejalan dengan struktur organisasi di masing-masing Bisnis atau Support function. Konsistensi dengan struktur organisasi ini memberikan keyakinan kepada lini manajemen teratas bahwa identifikasi dan manajemen risiko operasional telah dilakukan di masing-masing bisnis dan Support function, dan di-eskalasi ke level Negara (Country) untuk risiko operasional dengan tingkat Medium ke atas. Dalam pelaksanaan sehari-hari, Bank memiliki 3 lini pertahanan untuk memastikan proses manajemen risiko yang efektif: i) Lini pertahanan pertama

Lini pertahanan pertama adalah semua karyawan yang memiliki tanggung jawab sebagai supervisor, di mana mereka harus memastikan manajemen risiko operasional yang efektif dalam cakupan organisasi tang berada di bawahnya. Ada dua tanggung jawab utama dari Lini pertahanan pertama yaitu: - Memastikan risiko-risiko yang materiil

diidentiifikasi, dimitigasi, dimonitor dan dilaporkan.

- Memastikan implementasi dan kepatuhan terhadap peraturan eksternal dan kebijakan / prosedur internal, limit-limit dan kontrol-kontrol lain yang ada.

Page 41: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

41

Beside the above, the first line manager should also propose control enahncements, align business (or functional) strategy with risk appetite, and set the right tone for the risk management culture.

ii) Second Line of Defence

The responsibilties of Second Line of Defense among others are: - Challenge and verify First Line risk

identification and assessment.

- Ensure effective communication of policies and other control requirements.

- Monitor complaince with and effectiveness of the risk control environment

Second Line of Defence for operational risk comprises the Operational risk function and other Operational Risk Control Owners. Operational Risk Control Owners monitors the effectiveness of th epolicies and procedures which they own, even if they are executed by staff outside their own fuinction, while Operatinal risk function ensdure that Business Heads and all Operational Risk Control Owners understand and acceot thiur risk management and control responsibilities.

iii) Third Line of Defence Third Line of Defence comprises the independent assurance provided by the Group Internal Audit (GIA) function, which provides independent assurance of the effectiveness of management’s control of its own business activities (the First Line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the Second Line).

Di samping kedua tanggung jawab tersebut, manajer di Lini pertahanan pertama juga harus mengusulkan peningkatan kontrol, memastikan bahwa strategi bisnis (atau fungsi) sejalan dengan risk appetite, dan menerapkan budaya manajemen risiko dengan benar.

ii) Lini pertahanan kedua

Tanggung jawab dari Lini pertahanan kedua di antaranya adalah: - Mempertanyakan, meminta penjelasan dan

atau melakukan verifikasi terhadap Lini pertahanan pertama dalam melakukan identifikasi dan oengukuran risiko.

- Memastikan komunikasi yang efektif dari kebijakan dan kontrol-kontrol yang dipersyaratkan.

- Memonitor kepatuhan dan efektivitas dari dari kontrol risiko.

Lini pertahanan kedua untuk risiko operasional terdiri dari fungsi risiko operasional dan Operational Risk Control Owners yang lain. Operational Risk Control Owners memonitor efektivitas dari kebijakan dan prosedur yang dimilikinya, sekalipun implementasi kebijakan/prosedur tersebut dilakukan di luar unit/fungsi mereka. Di sisi lain, fungsi risiko operasional memastikan bahwa kepala unit bisnis dan semua Operational Risk Control Owners mengerti dan menerima tanggung jawab mereka dalam manajemen risiko dan kontrol.

iii) Lini pertahanan ketiga

Lini pertahanan ketiga terdiri merupakan kepastian yang diberikan secara indipenden oleh fungsi Group Internal Audit (GIA), yang memastikan efektivitas dari kontrol yang dilakukan oleh manajemen terhadap aktivitas bisnis masing-masing (Lini pertahanan pertama) dan juga proses yang dimiliki oleh fungsi kontrol risiko (Lini pertahanan kedua).

Risk identification and Assessment Mechanism

Risk Identification

Risk Identification must be forward looking, and anticipatory to encourage proactive risk

Mekanisme yang Digunakan Bank untuk Mengidentifkasi dan Mengukur Risiko Operasional

Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko harus bersifat forward looking, dan antisipatif, untuk mendorong proaktif

Page 42: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

42

management. Below is the mechanism of Risk Identification.

1. Process Flow (DOI) and PRA (Process Risk

Analysis). Process Flow is a representation of: - What work needs to be performed? - How is the work performed? - Where is it performed?

All business and function units have a process flow (DOI) map for the key processes. A risk identification can be done by doing analysis on the process flow, step by step. This can be useeful to identify possible failure points and related risks

2. Key Controls, Key Control Standards dan Key Control Self Assessment. Key Controls refer to control requirements which are more important in a process. These controls are required to comply with policy requirements. This Key control should be identified and monitored regularly (KCS & KCSA) for compliance and effectiveness.

3. KRIs are quantitative Operational risk measures that indicate the level of risk relative to a control for a product, process or policy. KRIs can be analysed through a consistent and periodical process of collecting relevant data and identifying trends and risk exposures (e.g via breaches of thresholds).

4. Incident Analysis Incidents resulting in operational Risk or Losses must be analysed to identify root causes. Focusing the mitigation action on the root cause would reduce the likelihood of similar operational risk events / incidents from occuring again, either the same Unit or elsewhere in the Bank. Unit manager and/or Business Operational Risk Manager may decide whether an incident is significant or not.

manajemen risiko. Identifikasi Risiko dilakukan dengan beberapa mekanisme berikut:

1. Flow Proses (DOI, Department Operating

Instructions) dan PRA (Process Risk Analysis) Diagram / Flow proses adalah penjabaran dari: - Aktivitas yang dilakukan? - Bagaimana aktivitas tersebut dilakukan? - Di unit / lokasi manakah aktivitas tersebut

dilakukan? Semua bisnis dan fungsi memilki proses flow (DOI) untuk proses-proses utama. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap proses flow. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi adanya risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan.

2. Key Controls, Key Control Standards dan Key Control Self Assessment. Key Control adalah kontrol-kontrol utama yang dianggap paling penting dalam sebuah proses. Kontrol – kontrol ini diperlukan agar bisnis / fungsi dapat mematuhi kebijakan – kebijakan yang ada. Kontrol-kontrol utama ini harus diidentifikasi dan dimonitor secara periodik (Key Control Standard dan Key Control Self Assessment) untuk memastikan kepatuhan dan efektivitasnya.

3. KRI (Key Risk Indocator) Pengukuran terhadap risiko operasional secara kuantitatif yang merupkan indikator tingkat risiko relatif terhadap kontrol produk, proses atau kebijakan yang ada. KRI dapat dianalisis melalui proses yang konsisten dan periodik dalam mengumpulkan data-data yang relevan, dan identifikasi tren dan eksposure risiko, dari angka-angka yang melampaui limit yang telah ditetapkan.

4. Analisis Insiden Insiden yang berhubungan dengan risiko atau kerugian operasional harus dianalisis untuk mengidentifikasi akar permasalahan (root cause). Dengan fokus pada akar permasalahan, Bank dapat mengurangi risiko operasional yang sama terulang lagi, baik di unit yang sama maupun di unit yang lain di Bank. Manajer dari unit terkait dan juga Manajer risiko operasional di bisnis / unit terkait akan memutuskan apakah sebuah kejadian dikategorikan sebagai signifikan atau tidak.

Page 43: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

43

Examples of some significant incidents are:

- Issues raised by Audit - Historical operational loss incidents

- Major business interuptions (e.g. data

centre or e-commerce failure) internal and/or external to the Bank, natural disasters, strikes, serious fire, civil and/or political disruption

- Significant theft or othet incidents which have serious security implications, such as kidnap, terrorist attacks, injury or death caused by criminal acts.

5. External Events Analyis External events, which have operational Risk implications to the Bank, can be used to to assess risks for the Bank. Examples of such events are: - Major fraud - Events affecting the outsourced vendors

and strategic partners of the Bank

- Significant Regulatory fine - Health and Safety risk

6. New Initiatives Risk Analysis Any new initiative od the Bank such as launchof new products, acquisition, integration, projects, etc would result in risk exposures. Operational risks must be identified and assessed in the evaluation and implementation of new initiatives.

.

Operational Risk Assessment Operational Risk is assessed by using the Operational risk Assessment Matrix, consisting of 2 dimensions: (i) Impact: impact of operational risk

exposure to Financial and Reputation (ii) Likelihood of the operational risk.

Below is the Country Operational Risk Assessment of Standard Chartered Bank Indonesia

Contoh-contoh dari insiden yang signifikan antara lain adalah: - Temuan audit oleh GIA - insiden yang mengakibatkan kerugian

operasional yang signifikan - Interupsi yang signifikan dalam bisnis

(masalah koneksi di data centre atau e-commerce) baik internal maupun eksternal bank, bencana alam, demonstrasi pegawai, kebakaran besar, masalah-masalah politik)

- Pencurian yang menimbulkan kerugian besar atau insiden-insiden lain yang mempunyai dampak serius terhadap keamanan, seperti penculikan, teroris, kecelakaan aatau kematian yang ditimbulkan oleh kejahatan.

5. Analisis kejadian Eskternal

Analisis terhadap kejadian eksternal, yang memiliki implikasi risiko operasional kepada Bank, dapat digunakan sebagi metode untuk mengidentifikasi risiko operasional, sebagai contoh: - Fraud yang signifikan - Peristiwa-peristiwa yang berhubungan

dengan vendor (outsourcing) dan partner stratejik dari Bank.

- Denda signifikan yang berhubungan dengan regulasi

- Risiko Kesehatan dan Keselamatan (Health and Safety)

6. Analisis risiko untuk inisiatif-inisiatif baru

Semua inisiatif yang dilakukan Bank seperti, produk baru, akuisisi, integrasi, proyek dan sebagainya menimbulkan eksposur risiko. Risiko operasional harus diidentifikasi dan diukur dalam evaluasi dan penerapan inisiatif baru tersebut.

Pengukuran Risiko Operasional Riisko operasional diukur dengan menggunakan Matriks peringkat risiko operasional, yang terdiri dari 2 dimensi: (i) Impact / Dampak dari risiko operasional

tersebut terhadap finansial dan reputasi (ii) Likelihood: Kemungkinan terjadinya risiko

Operasional tersebut.

Di bawah ini adalah Matriks peringkat risiko operasional Standard Chartered Bank Indonesia.

Page 44: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

44

Operational Risk Mitigation 1. All risks identified must have mitigation plans in

place to reduce risks to within the risk appetite of the Bank.

2. Actions to mitigate or control identified risks are prioritized based on assessed impact of the risk and must be directed at the root cause of the risk.

3. All mitigation plans must have clear ownership

and realistic target dates.

4. Risk grade must be re-assessed periodically to

appropriately reflect changes in environment and the progress of the mitigation plans. All mitigation action plans and the realisation must be updated in Phoenix.

Generally, Bank has Insurance and BCP as important component in Operational Risk mitigants. Insurance: Bank takes Insurance to protect itself against the risks that it faces, Insurance, an effective risk mitigation tool, enables the bank to transfer the risks. BCP: Business Continuity and Disaster Recovery plans are other examples of risk mitigants tools. Their purpose is to ensure post events, the business impact is contained and recovery is facilitated as early as possible.

Mekanisme untuk Memitigasi Risiko Operasional 1. Semua risiko yang telah diidentifikasi harus

memiliki rencana pengendalian untuk mengurangi risiko ke level yang sesuai dengan risk appetite dari Bank.

2. Langkah-langkah untuk mengurangi risiko harus harus diprioritaskan berdasarkan impact dari risiko, dan dilakukan berdasarkan akar masalah (penyebab) dari risiko tersebut.

3. Semua langkah untuk mengurangi risiko harus mempunyai kepemilikan yang jelas (clear ownership) dan tanggal penyelesaian yang realistis.

4. Tingkat risiko harus diukur kembali secara periodik agar dapat merefleksikan perubahan dan kemajuan / progress dari langkah-langkah pengurangan risiko. Semua rencana langkah-langkah tersebut dan juga realisasinya harus di input ke dalam sistem Phoenix.

Secara umum Bank memiliki Asuransi dan BCP (Business Continuity Plan) sebagai komponen penting dalam memitigasi risiko operasional. Asuransi: Bank memiliki asuransi sebagai proteksi terhadap risiko yang dihadapi. Asuransi adalah salah satu mekanisme mitigasi yang efektif yang memungkinkan bank untuk mentransfer risiko yang dimilikinya. BCP: Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah contoh lain dari metode untuk memitigasi risiko operasional. Tujuannya adalah setelah terjadinya kejadian risiko operasional, dampak terhadap bisnis dapat diminimalisasi dan dan pemulihan dapat segera secepatnya diusahakan.

Liquidity Risk Risiko Likuiditas Liquidity risk is the potential that the Bank has no sufficient liquidity of financial resources available to meet all its obligations as they fall due or can only access these financial resources at excessive cost. Bank has a set of organization structure, Policies, and procedures for managing liquidity risk. Liquidity risk management implementation intends to identify, measure, monitor, and manage Bank’s liquidity risk. Asset Liability Committee (ALCO) reviews liquidity risk

Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi Bank akibat ketidakcukupan sumber likuiditas keuangan yang ada untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo atau hanya bisa mendapatkan sumber dana dengan biaya yang sangat tinggi. Bank mempunyai seperangkat organisasi, kebijakan dan prosedur untuk mengelola risiko likuiditas. Penerapan manajemen risiko likuiditas bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan posisi neraca bank yang mempunyai

Page 45: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

45

profiles and compliance of the limits. Group Market Risk is independent control function established to measure, monitor, and control the exposures to short term liquidity risk. The primary measures of its Short Term Liquidity Risk exposures are with reference to Maximum Cumulative Outflows (MCO) and stress test. MCO is a measurement of cash flow mismatch under normal conditions, with appropriate assumptions made about customer behaviour. MCO is measured over a specified horizon and limits are applied to overnight, 1 week and 1 month horizons. Stress Liquidity Risk is measured for internal purposes against an 8 consecutive day time horizon. Cash outflows are assumed to accelerate relative to normal conditions. Bank holds a stock of marketable assets against a liquidity stress event. Bank is required to hold sufficient marketable assets to offset the net stress cash outflow each time the liquidity stress test is run. Marketable assets are adjusted in value to reflect assumptions about realisability in a forced sale environment. GMRC has all oversight of market risk as defined by the Risk Management Framework. Delegated authority for liquidity risk limit setting is recorded in the Limit Management System (LMS). Limit approvals are also recorded within LMS and it is not possible for a risk manager to approve limits beyond their delegated authority due to the LMS workflow process

risiko likuiditas. Asset Liability Committee (ALCO) adalah komite yang mengkaji profil risiko likuiditas termasuk juga kepatuhannya terhadap limit risiko yang telah disepakati. Group Market Risk sebagai unit kontrol yang independen melaksanakan fungsi pengukuran, monitoring dan kontrol terhadap eksposur risiko likuiditas jangka pendek. Pengukuran terhadap eksposur risiko likuiditas jangka pendek terutama mengacu pada Maximum Cumulative Outflow (MCO) dan stress test. MCO adalah pengukuran arus kas dalam kondisi normal, dengan asumsi yang tepat mengenai kebiasan nasabah. MCO dihitung dan dikenakan limit pada rentang waktu overnight, satu minggu dan horison 1 bulan. Risiko stres likuiditas diukur untuk tujuan internal dalam horison waktu 8 hari. Aliran kas keluar diasumsikan meningkat secara relatif dalam kondisi normal. Bank memiliki aset likuid yang dapat dijual untuk menghadapi keadaan likuiditas yang ketat. Bank diharuskan untuk memiliki aset likuid yang siap jual untuk mengantisipasi arus kas keluar dalam setiap eksekusi stress test likuiditas. Aset siap jual diatur dalam nilai untuk merefleksikan asumsi dari kemampuan untuk lepas dari kondisi tekanan jual. Komite Grup Manajemen risiko pasar memiliki kewenangan pengawasan sepenuhnya terhadap risiko likuiditas sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko. Limit-limit yang disetujui dan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan terhadap persetujuan limit dicatat di Limit Management System (LMS).

Legal Risk Risiko Hukum Organisation Structure Country Legal Head leads and coordinates Wholesale Bank Legal and Consumer Bank Legal. Legal Department is under the supervision of Chief Executive Officer (CEO) and South East Asia Regional Head Legal. CEO and Risk Management task force in Indonesia oversee Legal Department to ensure independent legal analysis and advice is provided to business and support functions in the bank. Legal risk management is also controlled through Business Operational Risk and Country Operational Risk Committees.

Struktur Organisasi Divisi Hukum dipimpin oleh Kepala Divisi Hukum selaku koordinator dari Divisi Hukum Wholesale Bank dan Divisi Hukum Consumer Bank. Divisi Hukum berada di bawah pengawasan Chief Executive Officer (CEO) dan Kepala Divisi Hukum Regional Asia Tenggara. CEO dan satuan kerja Manajemen Risiko di Indonesia membawahi satuan tugas hukum yang akan memastikan penyediaan analisis/advis hukum yang secara independen memberikan analisa/advis hukum kepada satuan kerja dalam setiap jenjang organisasi Bank dan memantau implementasi Manajemen Risiko Hukum melalui wadah Business Operational Risk

Page 46: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

46

Committe dan Country Operational Risk Committee.

Risk Management Control Mechanism To mitigate legal risk, Group Legal makes internal policies and procedures. To the extent applicable, Country Addendum can be made to apply relevant internal policies/procedures in Indonesia and comply with local laws and regulations. A new product or activity cannot be implemented without legal department sign off after having reviewed all legal aspect of the product or activities. OR Grading Matrix of Operational Risk Framework is used to determine legal risk appetite and risk tolerance which includes legal risk indicator. It is also used to implement policy, procedure and limit threshold. Therefore, Legal Risk management strategy is inseparable of bank operational risk framework of the bank. Legal risk identification comprises of various factors among others litigation, weakness in documentation and unavailability of regulations shall refer to risk appetite and risk tolerance determined by the bank for further escalation. Control of legal risk is conducted through a periodic review in Product Program Guidelines or Country Addendum to ensure effectiveness of rights the Bank may have under the agreement related to product or activity and also legal opinion for specific transactions. Any events related to legal risk or litigation process and potential loss is noted in Legal Risk Management Information (LRMI). The LRMI is monitored directly by Group Legal to identify potential loss might incur by the bank.

Mekanisme Pengendalian Risiko Hukum Pengendalian Risiko Hukum dilakukan melalui adanya kebijakan dan/atau prosedur untuk meminimalkan Risiko Hukum yang dibuat oleh Divisi Hukum Pusat (Grup Legal). Apabila diperlukan, Country Addendum atas kebijakan dapat dibuat sebagai penyesuaian Kebijakan Hukum Grup Legal. Suatu produk atau aktivitas baru tidak dapat diimplementasikan tanpa adanya persetujuan dari Divisi Hukum terkait setelah dilakukannya analisis aspek hukum terhadap produk dan aktivitias baru tersebut. Penetapan risk appetite dan risk tolerance Risiko Hukum termasuk namun tidak terbatas pada indikator Risiko Hukum mengacu pada OR Grading Matrix yang merupakan Kerangka Risiko Operasional yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kebijakan, prosedur dan penetapan limit untuk Risiko Hukum. Karenanya, strategi manajemen Risiko Hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bank secara keseluruhan yang tertuang dalam operational risk frame work. Identifikasi risiko hukum yang terdiri dari faktor-faktor litigasi, kelemahan perikatan dan ketiadaan peraturan perundang-undangan mengacu risk appetite dan risk tolerance yang ditetapkan bank dan memastikan eskalasi apabila melampaui risk appetite. Pengendalian risiko hukum dilakukan dengan adanya review berkala untuk memastikan efektivitas hak dalam kontrak dan perjanjian/agreement terkait dengan masing-masing produk/aktivitas bank yang dilakukan setiap review Product Program Guidelines atau Country Product Addenda maupun dengan adanya opini hukum atas transaksi-transaksi tertentu. Setiap events termasuk proses litigasi yang terkait dengan risiko hukum beserta jumlah potensi kerugian dicatat di Legal Risk Management Information yang dipantau langsung oleh Group Legal di kantor pusat bank dengan tujuan untuk memproyeksi potensi kerugian yang dihadapi bank.

Strategic Risk Risiko Stratejik Each business and supporting unit is responsbible to manage their own strategic risk, assess and report the strategic plan to Manco in order to implement it effectively.

Struktur organisasi unit yang menangani risiko stratejik berada pada masing-masing unit bisnis dan unit pendukung dimana seluruhnya bertanggung jawab membantu Manco menyusun perencanaan stratejik dan mengimplementasikannya secara efektif.

Page 47: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

47

In particular related to strategic investment decision making, Bank has policy and procedure in Group Policy for Operational Management of Strategic Investments dan Group Policy on Subsidiary Governance. In genenal, each business and supporting unit has their own policy and procedure to support strategic plan implementation. Process of identfication, measurement, review, and monitoring for risk and risk management information system is limited by delegating the responsilibility to specified person or unit, referring to Group Delegated Authorities Policy.

Secara khusus, terkait dengan keputusan investasi stratejik, Bank memiliki kebijakan dan prosedur yang dituangkan dalam Group Policy for Operational Management of Strategic Investments dan Group Policy on Subsidiary Governance.

Secara umum, setiap unit bisnis dan unit pendukung memiliki kebijakan dan prosedur yang mendukung implementasi rencana stratejik. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian risiko dan sistem informasi manajemen risiko untuk risiko stratejik akan dibatasi oleh pemberikan delegasi kepada unit atau orang tertentu dengan mengacu kepada Group Delegated Authorities Policy.

Compliance Risk Risiko Kepatuhan Compliance organisation structure consists of Regulatory Compliance, Consumer Banking Compliance, Wholesale Banking Compliance, Compliance Monitoring dan Financial Crime Risk. Compliance function main responsibilities are: - Disseminate and sosialise new banking regulation

including the updates to respective units as per Country Guideline on Local Regulations Dissemination Procedures.

- Manage regulatory audit as per Group Policy on Regulatory Visit Guide.

- Give training to new staffs, content refers to Group Template on Staff Compliance Induction.

Process of identfication, measurement and compliance risk management information system is managed in Regulatory Risk Management Information (RRMI). In order to compliance risk monitoring, Compliance unit reviews prevailing banking regulation implementation. This review process refers to Group Guidance on Regulatory Compliance Monitoring dan Compliance Monitoring Methodology. Compliance risk monitoring uses same approach to ensure sufficient compliance awareness in branches,

Struktur organisasi di satuan kerja fungsi kepatuhan terdiri dari Regulatory Compliance, Consumer Banking Compliance, Wholesale Banking Compliance, Compliance Monitoring dan Financial Crime Risk.

Tanggungjawab utama dari satuan kerja fungsi kepatuhan adalah : - Menyebarkan dan mensosialisasikan setiap

ketentuan dan atau peraturan perbankan baru termasuk perubahannya kepada unit-unit kerja terkait dengan mengacu kepada Country Guideline on Local Regulations Dissemination Procedures.

- Menangani audit yang dilakukan oleh regulator dengan mengacu kepada Group Policy on Regulatory Visit Guide.

- Memberikan pemahaman kepatuhan kepada karyawan baru dalam bentuk pelatihan dimana materi pelatihan mengacu kepada Group Template on Staff Compliance Induction.

Proses identifikasi, pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko kepatuhan diatur di dalam pedoman Regulatory Risk Management Information (RRMI).

Dalam rangka pemantauan risiko kepatuhan, satuan kerja fungsi kepatuhan melakukan review terhadap penerapan peraturan perbankan yang berlaku. Review ini dilakukan dengan mengacu kepada Group Guidance on Regulatory Compliance Monitoring dan Compliance Monitoring Methodology.

Pengendalian risiko kepatuhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sama untuk

Page 48: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

48

to prevailing law and or regulation.

memastikan tingkat kepatuhan yang memadai di kantor-kantor cabang yang berlokasi di berbagai kota, terhadap peraturan perundang-undangan dan atau ketentuan yang berlaku.

Reputational Risk Risiko Reputasi There are three procedures to manage reputational risk: - identify potential reputational risk, both from

business and or other functions.

- Ensure that strategy to minimise the impact is available.

- Approve reputational risk report submitted to Country Risk Committee and Regional Head of Corporate Affairs.

Identification Process o Internal: internal escalation process from

employee, business, and other function. o External: media monitoring, from newa and

reader’s note.

Measurement Process: Reputational risk measurement can be found at Reputational Risk Management – Corporate Affairs Reference Manual.

- ident

Prosedur untuk mengelola risiko reputasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: - Identifikasi kemungkinan risiko reputasi di masa

mendatang, baik dari segi bisnis maupun fungsi lainnya.

- Memastikan persiapan strategi untuk meminimalkan dampak reputasi.

- Menyetujui laporan risiko reputasi yang disampaikan ke Country Risk Committee dan Regional Head of Corporate Affairs

Proses Identifikasi : o Internal : Proses eskalasi internal baik dari

karyawan, bisnis dan fungsi lainnya o External : Media monitoring: klipping berita

dan surat pembaca

Proses Pengukuran : Pengukuran risiko reputasi ini dituangkan dalam pedoman manual Corporate Affairs mengenai manajemen risiko (Reputational Risk Management – Corporate Affairs Reference Manual).

5. Transparency Aspect as per Quarterly Published Financial Statement / Aspek Transparansi sesuai Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan

Information related to disclosure of Quarterly Published Financial Statements ended 31 December 2013 has been published in newspapers dated 12 April 2014.

Informasi terkait dengan pengungkapan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang berakhir pada 31 Desember 2013 telah kami publikasikan melalui surat kabar pada tanggal 12 April 2014.

6. Disclosure Aspect related to Business Group / Aspek Pengungkapan yang terkait dengan Kelompok Usaha

Standard Chartered Bank Indonesia does not have a business group in Indonesia.

Standard Chartered Bank Indonesia tidak memiliki kelompok usaha di Indonesia.

Page 49: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan 2013

49

7. Disclosure Aspect of Financial Accounting Standard / Aspek Pengungkapan sesuai Standar Akuntansi Keuangan

Other discloure aspects in conformity with Indonesian Financial Accounting Standards are presented as part of the Combined Financial Statements of Standard Chartered Bank Indoensia ended 31 December 2013 which have been audited by Registered Public Accountant Siddharta & Wijaya (a member of KPMG).

Aspek pengungkapan (disclosure) lainnya yang sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan disajikan menjadi bagian dari Laporan Keuangan Gabungan Standard Chartered Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Wijaya (KPMG).

8. Other Information / Informasi Lain There is no other information that needs to be disclosed related to the Bank’s guaranteed asset, important transaction in significant amount, and subsequent event up to Independent Auditor’s Report dated 4 April 2014.

Tidak ada informasi lain yang perlu kami ungkapkan terkait dengan aset Bank yang dijaminkan, transaksi penting lain dalam jumlah signifikan, dan kejadian penting sampai dengan tanggal Laporan Akuntan Publik tanggal 4 April 2014 (subsequent event).

Page 50: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

50

1. DISINI UNTUK SELAMANYA

Adalah komitmen terbaru dari brand kita. Walau pun pada kenyataannya, makna dari kalimat tersebut merupakan nilai luhur yang telah kami yakini sejak 150 tahun lalu, dan akan tetap menjadi keyakinan kami di masa depan. Bahwa kami hadir disini untuk semua orang. Disini untuk kemajuan. Disini untuk jangka panjang. Disini untuk selamanya.

DISINI UNTUK SEMUA ORANG

Bisnis ini dibangun berlandaskan hubungan baik. Dengan memfokuskan terhadap apa yang klien butuhkan, kami telah memperkuat landasan tersebut. Strategi yang kami gunakan sederhana: fokus terhadap apa yang penting, bukan pada keuntungan semata. Dan tak ada yang lebih penting dari sumber daya yang kami miliki dan orang-orang untuk siapa kami bekerja. Kami telah menerapkan pendekatan ini di seluruh dunia, untuk bisnis-bisnis yang keragamannya serupa dengan dunia tempat kami bekerja. Karena permasalahannya tidak terletak pada apa yang kita perbuat, namun lebih kepada untuk siapa kita berbuat semua itu.

DISINI UNTUK KEMAJUAN

Kami memahami bahwa investasi terbaik adalah yang dapat memberikan keuntungan bagi semua orang. Karena itu kami berkomitmen untuk menetapkan standar tertinggi bagi mitra-mitra kami, tak terkecuali untuk diri kami sendiri. Ini bukanlah suatu kewajiban, tapi kami memaknainya sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan untuk melakukan hal yang benar bagi orang-orang yang telah kami kenal. Mulai dari program-program komunitas hingga ke mitra-mitra korporasi yang kami pilih, satu-satunya cara untuk terus berjalan adalah dengan bergerak maju, bersama-sama.

DISINI UNTUK JANGKA PANJANG

Lebih dari 150 tahun sudah kami terus memastikan, bahwa pasar-pasar yang tengah berkembang di dunia akan tetap terus berkembang. Kami hubungkan dunia dengan menggunakan teknik-teknik baru untuk ciptakan sejumlah kemungkinan yang baru pula. Kami memimpin tanpa membiarkan seorang pun tertinggal. Dan hal penting yang lebih dari sekedar cakupan global kami adalah pengetahuan lokal yang menjadi pondasinya.

Page 51: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

51

TRANSPARENCY OF GCG IMPLEMENTATION TRANSPARANSI PELAKSANAAN GCG

Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance (GCG) is one of the important aspects for Standard Chartered Bank to achieve its objective, “Leading the way in Asia, Africa and the Middle East’ and being a competitive organization managed by qualified people who respect the values of integrity, professionalism, and leadership. Standard Chartered Bank has already had global internal policies named Code of Conduct. This policy sets out the standard of behaviour expected from all Standard Chartered Bank employees such as to comply with laws, regulations and group standards, reject bribery and corruption, and avoid being compromised by gift and entertainment, Speak Up policy as well as conflict of interest. The internal policy is fundamental in the implementation of Good Corporate Governance. In Indonesia, the above internal policies are combined with Bank Indonesia Regulation No. 8/4/PBI/2006 as amended by Bank Indonesia Regulation No. 8/14/PBI/2006 pertaining to the Implementation of Good Corporate Governance for Commercial Bank and Bank Indonesia Circular Letter No. 15/15/DPNP pertaining Implementation of Good Corporate Governance for Commercial Bank, and other prevailing regulation.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu unsur penting bagi Standard Chartered Bank untuk mencapai tujuannya yakni “Leading the way in Asia, Africa and the Middle East” dan menjadi organisasi yang kompetitif yang dikelola oleh sumber daya handal yang menghargai nilai-nilai integritas, profesionalisme dan kepemimpinan. Standard Chartered Bank telah memiliki kebijakan internal, yaitu Code of Conduct yang mengatur standar perilaku yang diharapkan dari karyawan Standard Chartered Bank, antara lain mematuhi hukum, peraturan dan kebijakan internal, menolak penyuapan dan korupsi, menghindari pemberian dan penerimaan hadiah atau hiburan, kebijakan Speak Up, serta benturan kepentingan. Kebijakan ini sangat fundamental dalam mendukung penerapan Good Corporate Governance. Di Indonesia, kebijakan internal tersebut dipadukan dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, dan ketentuan pelaksanaannya dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta peraturan lain yang berlaku.

“High standards of corporate governance are a key contributor to the long-term success

of a company”

Page 52: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

52

A. Disclosure of GCG Implementation / Pengungkapan Pelaksanaan GCG

1. Roles and Responsibilities of Board of Commissioners and Directors / Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi

Board of Commissioners Dewan Komisaris

The Bank does not have Board of Commissioners since Standard Chartered Bank Indonesia is a branch of Standard Chartered Bank headquartered in London, England.

Bank tidak memiliki Dewan Komisaris, karena Standard Chartered Bank Indonesia merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank yang berkantor pusat di London, Inggris.

Management Committee Management Committee The Bank’s activities are directed and governed by the Management Committee (herein after called as “Manco”), which represents as Board of Directors. The Manco is directly responsible for the operations of the Bank. In carrying out its responsibilities the Manco adheres to Standard Chartered Bank’s Risk Management Framework (“RMF”).

Aktivitas Standard Chartered Bank Indonesia diarahkan dan diawasi oleh Management Committee (selanjutnya disebut dengan “Manco”). Manco bertanggung jawab secara langsung terhadap operasional bank. Dalam melaksanakan tugasnya, Manco mengacu pada Risk Management Framework (“RMF”).

Supervision and Indepency of Manco Fungsi Pengawasan dan Independensi Manco Roles and Responsibility of Manco

Manco leadership at Standard Chartered Bank Indonesia plays important role in determining and agreeing the response to cross business challenges in the following areas: financial management, customer and franchise management, corporate governance and people & talent.

Manco’s responsibility in the above areas are as follows: o Financial management: review the financial

performance of each business against budget/forecast and identify action plans to support individual business and the meeting of overall country targets.

o Customer and franchise management: contribute to development of the franchise by working cohesively to achieve the business priorities and to maximize business development opportunities for the country. Manco is also asked to promote the right corporate identity within the country internally and externally, identifying and sponsoring

Peran dan Tanggung Jawab Manco Kepemimpinan Manco di Standard Chartered Bank Indonesia memiliki peranan penting dalam menentukan dan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam menghadapi tantangan lintas bisnis yang meliputi manajemen keuangan, manajemen nasabah dan kantor cabang, tata kelola perusahaan, serta sumber daya manusia dan kapasitasnya. Tanggung jawab Manco dalam bidang-bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: o Manajemen keuangan: mengkaji kinerja

keuangan setiap bisnis terhadap anggaran/perkiraan pengeluaran dan menetapkan tindak lanjut untuk mendorong bisnis dan mencapai target secara keseluruhan.

o Customer and franchise management: mencapai prioritas bisnis dan mengembangkan setiap kesempatan bisnis secara maksimal untuk mengembangkan kantor cabang di Indonesia. Manco juga diminta untuk memajukan identitas bank secara internal dan external di Indonesia, menetapkan dan mendukung program

Page 53: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

53

the implementation of appropriate local and Group communities programes.

o Corporate governance: establish and

maintain a sound corporate governance and compliance framework. At this instance, Manco must ensure effective and proactive relationship with Government and regulators and monitor that Bank’s interests are fully represented. Manco must ascertain that the policies of the country are adequate and consistent across businesses, are aligned to business objectives and comply with Group policies, local regulatory requirements and functional policies/requirements. Manco is to ensure effective operations management; the management, control, and monitoring of all risks are in place; and any reputational impact from risks arising in the country are anticipated, managed, and mitigated.

o People and Talent: review people issued and policies to create a high performing workforce, including how the country manages performance and compensation.

Manco Meeting

Manco meeting is conducted on a monthly basis discussing business development especially on business performance, risk monitoring and determining strategic decision where necessary. The meetings are documented in Minutes of Meeting to ensure continuity of monitoring of any issues raised and to record business decision taken during the meeting.

During 2013, there were 12 Manco meetings and are represented by the quorum (2/3 of Manco member). Manco member who are unable to attend the meeting are represented by their acting head of department.

Independency of Manco Standard Chartered Bank uses a matrix organisation structure which is applied to each unit of Standard Chartered Bank globally. This is applied as one of control mechanism for Standard Chartered Bank Group to monitor all decision taken by Standard Chartered Bank Indonesia.

komunitas yang bersifat lokal maupun Group.

o Tata kelola perusahaan: membentuk dan mempertahankan tata kelola perusahaan dan kerangka kerja kepatuhan yang sehat. Dalam hal ini, Manco harus memastikan bahwa Bank memiliki hubungan yang efektif dan proaktif dengan Pemerintah dan regulator sehingga kepentingan Bank terwakili secara baik. Manco juga harus memastikan kebijakan lokal untuk setiap bisnis konsisten satu sama lain, sesuai dengan tujuan bisnis, kebijakan Group, ketentuan lokal dan kebijakan fungsional. Selain itu, Manco dituntut untuk memastikan manajemen operasional yang efektif; dilaksanakannya pengawasan, pengendalian dan manajemen untuk semua jenis risiko; serta dilakukannya tindakan antisipasi, pengaturan, dan mitigasi terhadap risiko yang timbul dan berdampak terhadap reputasi Bank.

o People and Talent: mengkaji isu-isu dan kebijakan sumber daya manusia untuk menciptakan karyawan yang berkinerja unggul, termasuk didalamnya manajemen kompensasi dan kinerja.

Pertemuan Manco

Manco mengadakan pertemuan setiap bulan guna mendiskusikan perkembangan bisnis dari sisi kinerja bisnis, pemantauan risiko maupun penentuan langkah-langkah strategis yang diperlukan. Setiap pertemuan Manco didokumentasikan dengan pembuatan notulen rapat agar setiap permasalahan dapat dipantau dan keputusan yang diambil terdokumentasi. Selama tahun 2013 diadakan 12 pertemuan Manco yang dihadiri oleh quórum (2/3 anggota Manco). Anggota Manco yang tidak dapat hadir telah diwakili oleh pemangku jabatan sementara.

Independensi Manco

Standard Chartered Bank menganut struktur organisasi matrix yang berlaku di setiap unit Standard Chartered Bank secara global. Ini merupakan salah satu mekanisme fungsi pengawasan Group atas segala keputusan yang diambil oleh Standard Chartered Bank Indonesia.

Page 54: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

54

In performing their day to day duties, Manco member is responsible to the Chief Executive Officer. However, since each Manco is the representative of the same function in Regional Office, they are also responsible to each Regional Head in accordance with the division.

The reporting line to Regional Office is also applicable for several officers at certain level in accordance to its function even if they are not Manco member. This is to ensure that all decision taken is reported / consulted to related Regional Office. The Regional Head conducts regular visit to related unit in Indonesia to ensure that the function of check and balance has been implemented in accordance to the reporting line in the matrix and all issues have been escalated to related party.

Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Manco bertanggung jawab kepada Chief Executive Officer. Namun demikian, karena bidang tugas yang diemban masing-masing Manco merupakan perwakilan Regional Office, anggota Manco tersebut juga bertanggung jawab kepada Regional Head masing-masing sesuai dengan bidangnya. Reporting line ke Regional Office juga berlaku pada beberapa pejabat tertentu sesuai dengan fungsinya meskipun bukan anggota Manco. Hal ini untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil dilaporkan/dikonsultasikan kepada Regional Office terkait. Regional Head mengadakan kunjungan secara berkala pada unit terkait di Indonesia untuk memastikan fungsi check and balance dilaksanakan sesuai reporting line dalam matrix dan permasalahan telah dieskalasi kepada pihak terkait.

Page 55: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

55

Member of Management Committee (Manco) Anggota-anggota Management Committee (Manco) Thomas John Aaker, Chief Executive Officer (CEO)

Thomas Aaker made his first career at PriceWater House in the US in 1984 where he served as Senior Auditor before leaving the company. The next stage at Prudential Investment Company had brought him to a high profile position as Vice President, Private

Placement. He then joined Standard Chartered Bank Hong Kong in 1992. During his tenure at Standard Chartered Bank, he has held numerous critical positions, at both Standard Chartered Bank Hong Kong and Standard Chartered Bank London, i.a Director Syndications; Head of Large Corporates, Corporate and Institutional Banking; Executive Assistant to the Group Chief Executive; and Group Corporate Treasurer. He was appointed as CEO Zambia in 2004 and as CEO Qatar in 2008 where he managed to strengthen the bank’s financial performance. Thomas Aaker obtained his accounting degree from Loyola Marymount University, Los Angeles, US and read his master degree in Management at J.L Kellog Graduate School of Management, Northwestern University in Illinois, US in 1988. Thomas Aaker was then assigned to Indonesia. He is effective as CEO Indonesia pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No.12/61/GBI/DPIP/Rahasia dated 20 May 2010.

Thomas Aaker memulai karirnya di PriceWater House di Amerika pada tahun 1984 dengan jabatan terakhir sebagai Senior Auditor. Karirnya dilanjutkan di Prudential Investment Company hingga mencapai posisi Vice President, Private Placement sebelum memutuskan untuk bekerja di Standard Chartered Bank Hong Kong tahun 1992. Sepanjang karirnya di Standard Chartered Bank, beliau menempati beberapa posisi penting, baik di Standard Chartered Bank Hong Kong maupun Standard Chartered Bank London, antara lain sebagai Director Syndications; Head of Large Corporates, Corporate and Institutional Banking; Executive Assistant to the Group Chief Executive; dan Group Corporate Treasurer. Ia ditunjuk sebagai CEO pada Standard Chartered Bank Zambia tahun 2004 dan pada Standard Chartered Bank Qatar tahun 2008 dimana beliau berhasil memperkuat kinerja keuangan cabang tersebut. Thomas Aaker mendapat gelar kesarjanaan dari Loyola Marymount University di Los Angeles, AS di bidang Akunting dan menyelesaikan jenjang master dalam bidang Manajemen di J.L Kellog Graduate School of Management, Northwestern University di Illinois, AS pada tahun 1988. Thomas Aaker kemudian ditugaskan ke Indonesia. Beliau efektif menjadi CEO Indonesia berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No.12/61/GBI/DPIP/Rahasia dated 20 May 2010

Muljono P. Pringgoharjono, Country Chief Risk Officer

Muljono Pringgoharjono started his career at IBM Australia. He joined Standard Chartered Bank Indonesia in 1993 as a Manager in the Finance Department responsible for Budgets and Projects. In his time with Standard Chartered Bank he has

been posted to Thailand, Singapore, United Kingdom, South Korea and has now returned to Indonesia. He has held positions in Finance, Operations, managed

Muljono Pringgoharjono memulai karirnya di IBM Australia. Beliau bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia pada tahun 1993 sebagai Manajer di bagian Finance dan bertanggung jawab atas Budgets and Projects. Selama karirnya di Standard Chartered Bank, beliau telah ditugaskan di Thailand, Singapura, Inggris, Korea Selatan, dan sekarang kembali ke Indonesia. Beliau memegang berbagai posisi penting di Finance, Operations, mengatur tim relationship management di Wholesale Banking serta posisi senior di Risk Management. Di

Page 56: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

56

relationship management teams in Wholesale Bank and senior positions in Risk Management. In Risk Management prior to becoming Country Chief Risk Officer Indonesia he held the position of Senior Risk Officer, Head Risk Integration at SC First Bank, and prior to this Senior Credit Officer, UK and Europe. Muljono holds a Bachelors Degree in Economics majoring in Accounting and Master in Economics from Macquarie University. He is a full member of CPA Australia and is the President of the CPA Australia Indonesia’s Divisional Advisory Council. Muljono Pringgoharjono was appointed as Country Chief Risk Officer pursuant to Bank Indonesia approval as stated in their letter no. 11/133/GBI/DPIP/ Rahasia 8 October 2009.

bagian Risk Management, Muljono sempat menjabat sebagai Senior Risk Officer, Head Risk Integration di SC First Bank, Senior Credit Officer untuk Inggris dan Eropa, sampai menjabat Country Chief Risk Officer di Indonesia. Muljono memperoleh Bachelors Degree di bidang Akuntansi dan Master di bidang Ekonomi dari Macquarie University. Beliau adalah anggota CPA Australia dan aktif sebagai President of the CPA Australia Indonesia’s Divisional Advisory Council. Muljono Pringgoharjono ditunjuk sebagai Country Chief Risk Officer berdasarkan persetujuan Bank Indonesia melalui surat No. 11/133/GBI/DPIP/ Rahasia tanggal 8 October 2009.

Chesna F. Anwar – Director of Compliance

Chesna F. Anwar joined Standard Chartered Bank Indonesia as Director of Compliance in 2010. Prior to joining Standard Chartered Bank Indonesia, Chesna was the Director of Internal Affairs of Corruption Eradication Commission (KPK)

and Compliance Director of Citibank N.A Indonesia. Her career in banking industry now spans over 20 years in banking industry engaged in Banking Operations, Securities Services and Compliance and Assurance. Graduated from Maryland University, USA majoring in Economy, Chesna is also an active member at Compliance Director Forum (FKDKP) and Foreign Banks Association (FBAI). Chesna F. Anwar was appointed as Director of Compliance pursuant to BI approval No. 12/93/GBI/ DPIP/Rahasia dated 19 July 2010.

Chesna F. Anwar bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia sebagai Direktur Kepatuhan di tahun 2010. Sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia, beliau menjabat sebagai Direktur Pengawas Internal di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sebagai Direktur Kepatuhan Citibank N.A. Indonesia. Karir Chesna di bidang industri perbankan lebih dari 20 tahun terutama dibidang Operations, Securities Services dan Compliance and Assurance di Citibank N.A. Indonesia. Lulus dari Maryland University, USA dibidang Ekonomi, Chesna juga berperan aktif sebagai anggota Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan (FKDKP) dan Asosiasi Bank Asing (FBAI). Chesna F. Anwar diangkat sebagai Direktur Kepatuhan berdasarkan Surat Persetujuan BI No. 12/93/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 19 Juli 2010.

Fauzi Ichsan, Senior Economist and Head of Government Relations

Fauzi Ichsan joined Standard Chartered Bank Indonesia in 2001 as Financial Market economist. Previously, he was the Senior Economic Adviser to the British Ambassador Sir Robin Christopher in Jakarta, his main responsibility was

evaluating the effectiveness of IMF (International Monetary Funds) program in Indonesia in 1998 – 2000

Fauzi Ichsan bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia tahun 2001 sebagai pengamat ekonomi untuk divisi Financial Market. Sebelumnya beliau adalah Penasehat Ekonomi Senior Duta Besar Inggris Sir Robin Christopher di Jakarta yang bertanggung jawab mengevaluasi efektivitas program IMF (International Monetary Fund) di Indonesia selama krisis ekonomi 1998 – 2000.

Page 57: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

57

during economic crisis in Indonesia. Fauzi Ichsan possesed Master Degree from Massachusetts Institute of Technology (MIT) in 1995 and a Bachelor Degree from London School of Economics (LSE) in 1991 He started his carreer at Ministry of Finance as analyst in 1991 and continued with several positions in Citibank Jakarta during 1995-1997. Fauzi Ichsan was appointed as Senior Economist and Head of Government Relations Standard Chartered Bank Indonesia pursuant to Bank Indonesia approval as sated on Bank Indonesia letter BI approval No. 10/65/GBI/DPIP/ Rahasia dated 5 Mei 2008.

Fauzi Ichsan mendapatkan gelar master dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun 1995 dan gelar kesarjanaan dari London School of Economics (LSE) tahun 1991. Beliau mengawali karirnya di Departemen Keuangan tahun 1991 sebagai analis dan menjabat berbagai posisi di Citibank N.A. Jakarta selama kurun waktu 1995 – 1997. Fauzi Ichsan ditunjuk sebagai Senior Economist and Head of Government Relations Standard Chartered Bank Indonesia berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No. 10/65/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 5 Mei 2008.

Suryantoro Waluyo, Country Head of Human Resources

Suryantoro Waluyo joined Standard Chartered Bank Indonesia in October 2006, and officially appointed as the Country Head of Human Resources in April 2013.

Suryantoro started his career in PT Semen Cibinong in 1996 and worked for 5 years. He then moved to various companies and held roles as human resources consultant and practitioner in Arthur Andersen, PT Siemens Indonesia, and PT Nestle Indonesia. He graduated with a Bachelor degree in Law (commercial law) from University of Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia in 1992 and Master of Public Management from Carnegie Mellon University, Pennsylvania, USA in 1995. He succeeded Adriani Sukmoro, Country Head of Human Resources as stated in Bank Indonesia approval letter No. 15/69/GBI/DPIP/Rahasia dated 4 April 2013.

Suryantoro bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia pada bulan Oktober 2006 dan diangkat secara resmi sebagai Country Head of Human Resources di bulan April 2013. Suryantoro memulai karirnya di PT Semen Cibinong pada tahun 1996 dan bekerja selama 5 tahun. Beliau kemudian pindah ke beberapa perusahaan dan menjabat posisi-posisi sebagai Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia di Arthur Andersen, PT. Siemens Indonesia dan PT. Nestle Indonesia. Beliau mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang Hukum Komersial dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia pada tahun 1992 dan Sarjana Strata 2 Master of Public Management dari Carnegie Mellon University, Pennsylvania, Amerika Serikat di tahun 1995. Beliau menggantikan Adriani Sukmoro, Country Head of Human Resources sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan Bank Indonesia No. 15/69/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 4 April 2013.

Page 58: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

58

Aminarno Kermaputra, Head of Corporate Affairs

Aminarno Kermaputra first joined Standard Chartered Bank Indonesia in January 2008, then after three years he moved to Bank Ekonomi – member HSBC Group where he was SVP Head of Corporate Communications and Sustainability. He re-joined

Standard Chartered Indonesia in mid 2012, just in time before the Bank celebrates its 150th anniversary in Indonesia in 2013. His previous employers include Coca-Cola, Sampoerna Group, Bank Perkembangan Asia and CDMP Consultants. Despite his busy work schedule, Aminarno has also a part-time postgraduate programme lecturer at the London School of Public Relations, Jakarta and he is a passionate volunteer at AFS intercultural. Aminarno held a postgraduate degree in corporate public relations from London School of Public Relation and a Bachelor Degree in Architecture from Jakarta University. Aminarno was appointed as Head of Corporate Affairs pursuant to Bank Indonesia approval as per Bank Indonesia Letter No. 15/54/GBI/BPIP/Rahasia dated 13 Maret 2013.

Aminarno Kermaputra pertama kali bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia di bulan Januari 2008, tiga tahun kemudian beliau pindah ke Bank Ekonomi – anggota dari Group HSBC dimana beliau menjabat sebagai SVP Head of Corporate Communications and Sustainability. Beliau bergabung kembali dengan Standard Chartered Indonesia dipertengahan tahun 2012, tepat disaat Bank akan merayakan ulang tahunnya yang ke-150 tahun. Perusahaan sebelumnya dimana beliau pernah bekerja termasuk Coca-Cola, Sampoerna Group, Bank Perkembangan Asia dan CDMP Consultants. Dengan kesibukan jadwal kerjanya, Aminarno juga merupakan pengajar paruh waktu untuk Post Graduate di London School of Public Relation, Jakarta dan juga relawan di organisasi AFS intercultural. Aminarno mendapatkan gelar Master dalam Corporate Public Relations dari London School of Public Relation dan gelar Sarjana Arsitektur dari Universitas Jakarta. Aminarno diangkat sebagai Head of Corporate Affairs dengan persetujuan Bank Indonesia sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 15/54/GBI/BPIP/Rahasia tertanggal 13 Maret 2013.

Lanny Hendra, Country Head of Consumer Banking

Lanny Hendra was appointed as Head of Consumer Banking responsible for the strategic development and management of the Bank’s Consumer Banking business in Indonesia. Lanny Hendra joined Standard Chartered Bank as General

Manager Wealth Management since January 2007. Prior to joining Standard Chartered Bank, Lanny was the Segment Marketing Head of Consumer Bank in Citibank for 13 years and prior to that she was working for Commonwealth Bank in Sydney, Australia, for two years. Lanny, who bring herself an expertise in wealth management from her 16 years of experience in banking industry, obtained her Bachelor degree in

Lanny Hendra ditunjuk sebagai Head of Consumer Banking dan bertanggung jawab atas pengembangan strategi dan manajemen bisnis Consumer Banking di Indonesia. Lanny Hendra bergabung dengan Standard Chartered Bank sebagai General Manager Wealth Management sejak 2007. Sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank, Lanny menjabat sebagai Segment Marketing Head of Consumer Bank di Citibank selama 13 tahun dan sebelumnya bekerja di Commonwealth Bank di Sydney, Australia selama dua tahun Lanny yang memiliki keahlian di bidang Wealth Management selama 16 tahun pengalamannya di dalam industry perbankan, memperoleh gelar Sarjana

Page 59: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

59

Accounting from Macquarie University in Sydney, Australia. She was appointed as Head of Consumer Banking for Indonesia following approval stated in Bank Indonesia letter no. 15/132/GBI/DPIP/Rahasia dated 19 December 2013.

Akuntansi dari Macquarie University di Sydney, Australia. Beliau diangkat sebagai Head of Consumer Banking untuk Indonesia berdasarkan persetujuan yang tertuang dalam surat Bank Indonesia No. 15/132/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 19 Desember 2013.

Kumarapuram Venkateswaran Subramanian, Head of Global Markets (GM)

K.V. Subramanian joined Standard Chartered Bank in 1996 as Senior Manager Fixed Income Sales in India. He has over 11 years of experience in various positions in Sales and Trading for various products in Financial Markets in India, and South Asia Region prior

to joining Standard Chartered Bank Indonesia.

K.V. Subramanian graduated from Bharathiar University in India for his Bachelor Degree in Mechanical Engineering dan University of Bombay for his Master degree in Management Studies He succeeded Rahil Taneja – Head of Financial Market as Head of Global Markets pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No. 13/131/GBI/DPIP/Rahasia dated 6 December 2011.

K.V. Subramanian bergabung dengan Standard Chartered Bank pada tahun 1996 sebagai Senior Manager Fixed Income Sales di India. Beliau berpengalaman selama 11 tahun di berbagai posisi di bidang Sales and Trading untuk berbagai produk Financial Markets di India dan wilayah Asia Selatan sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia. K.V. Subramarian lulus dari Bharathiar University di India untuk gelar sarjana Strata 1 di bidang Mechanical Engineering dan University of Bombay untuk gelar sarjana Strata 2 di bidang Business Management and Administration. Beliau menggantikan Rahil Taneja – Head of Financial Market sebagai Head of Global Market berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No. 13/131/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 6 Desember 2011.

Sarabjit Singh Bhutani, Head of Origination Client Coverage

Sarabjit Singh Bhutani made his first career at Ernst and Young, New York where he served as the Corporate Tax Manager. Then he joined Bank of Montreal, in Chicago and New York as an Associate and later

joined The Lehman Brothers in New York and Hongkong which has brought him to the high profile position as the Managing Director, Private Equity Group. He joined Standard Chartered Bank in 2008 in Hongkong as Managing Director, Head of Financial Sponsors, Asia prior to his placement in Standard Chartered Bank Indonesia in 2012. Sarabjit Singh Bhutani held his master degree in Business Administration from California University on 1995 and obtained the Certified Public Accountant from the University of the State of New York.

Sarabjit Singh Bhutani mengawali karir pertamanya di Ernst and Young, New York dimana beliau menjabat sebagai Corporate Tax Manager. Kemudian beliau bergabung dengan Bank of Montreal di Chicago dan New York sebagai Associate dan selanjutnya di Lehman Brother New York dan Hong Kong dimana hal tersebut telah membawanya pada posisi penting sebagai Managing Director, Private Equity Group. Beliau bergabung dengan Standard Chartered Bank di tahun 2008 sebagai Managing Director, Head of Financial Sponsors, Asia sebelum penempatannya di Standard Chartered Bank Indonesia di tahun 2012. Sarabjit Singh Bhutani meraih gelar Masternya di bidang Bisnis Administrasi dari California University. pada tahun 1995 dan memperoleh Sertifikasi Akuntan Publik dari University of the State of New York.

Page 60: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

60

He is effective as Head of Origination and Client Coverage in Indonesia pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No. 15/53GBI/DPIP/Rahasia dated 15 March 2013.

Beliau efektif menjadi Head of Origination and Client Coverage di Indonesia berdasarkan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana tercantum pada surat Bank Indonesia No. 15/53/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 15 Maret 2013.

Sugavanam Ramani, Head of Technology & Operation/ Chief Information Officer

Sugavanam Ramani has been with the Bank for almost 20 years where he first joined in 1993 in Standard Chartered Bank, India. He successfuly managing large teams in Operations, Technology, Consumer Bank and Group Audit,

in multiple geographies and locations such as, India, Qatar, Dubai and London prior to joining Standard Chartered Bank Indonesia in 2012. In his previous role as CIO, Europe, he has successfully led the Technology and Operations service delivery in a high growth environment, managing to ever increasing regulatory and client requirements. Sugavanam Ramani has played a key role in delivering a technology roadmap with many systems changes and integrations, and has also been a key leader in the emergence of eBBS and other eSuite software, managing development as well as rollout to several countries. Graduated from Maduraj Kamaraj University majoring in Chemistry, Sugavanam Ramani was appointed as Head of Technology/Chief Information Officer pursuant to BI approval letter No. 15/61/GBI/DPIP/Rahasia dated 21 March 2013.

Sugavanam Ramani telah bekerja di Bank selama hampir 20 tahun lamanya dimana pertama kaili beliau bergabung dengan Standard Chartered Bank, India pada tahun 1993. Beliau dengan sukses mengatur team yang besar di bagian Operation, Teknologi, Consumer Bank dan Grup Audit di berbagai lokasi dan geografi seperti India, Qatar, Dubai dan London sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia di tahun 2012.

Dalam peran sebelumnya sebagai CIO, Eropa, beliau telah berhasil memimpin Technology and Operation Service Delivery dalam situasi yang terus berkembang, serta mengelola kebutuhan klien dan regulator yang terus meningkat. Sugavanam Ramani telah memainkan peran yang sangat penting dalam memberikan roadmap teknologi dengan berbagai perubahan sistem dan intergasi, serta telah menjadi pemimpin utama dalam meluncurkan eBBS dan eSuite software lainnya, mengelola pengembangan serta peluncurannya ke beberapa Negara. Lulus dari Universitas Maduraj Kamaraj dalam bidang Kimia, Sugavanam Ramani diangkat sebagai Head of Technology/Chief Information Officer berdasarkan surat persetujuan Bank Indonesia No. 15/61/GBI/DPIP/Rahasia tertanggal 21 Maret 2013.

Peter Brett Hall, Chief Financial Officer

Peter Brett Hall joined Standard Chartered Bank in Singapore in 2004 as Chief Financial Officer, Corporate and Institutional Banking and later as Chief Financial Officer, Risk prior to joining Standard Chartered Bank Indonesia in 2012. He has over 20

years of experience in various positions mostly in Financial and Global Controller. His previous employers include European Technology Holdings and UBS Warburg in UK.

Peter Brett Hall bergabung dengan Standard Chartered Bank di Singapura pada tahun 2004 sebagai Chief Financial Officer Coorporate and Institutional Banking dan selanjutnya sebagai Chief Financial Officer, Risk sebelum bergabung dengan Standard Chartered Bank Indonesia di tahun 2012. Beliau memiliki pengalaman selama kurang lebih 20 tahun diberbagai posisi dan kebanyakan di area Keuangan dan Global Controller. Perusahaan sebelumnya dimana beliau pernah bekerja termasuk European Technology Holdings dan UBS Warburg di Inggris.

Page 61: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

61

He obtained the Bachelor of Commerce in 1982 from University of Otago, New Zealand. Peter Brett Hall was appointed as Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia in November 2012 pursuant to Bank Indonesia approval as stated on Bank Indonesia letter No. 14/148/GBI/DPIP/Rahasia dated 30 November 2012.

Beliau lulus dengan gelar Bachelor of Commerce dari University of Ottago di tahun 1982. Peter Brett Hall ditunjuk sebagai Chief Financial Officer Standard Chartered Bank Indonesia pada bulan November 2012 berdasarkan Keputusan Bank Indonesia No. 14/148/GBI/DPIP/Rahasia tertanggal 30 November 2012.

REGIONAL CEO,

SOUTH EAST ASIA REGION

Neeraj Swaroop

CHIEF EXECUTIVE

INDONESIA

Thomas John Aaker

HEAD,

CONSUMER BANKING

INDONESIA

Lanny Hendra

HEAD, ORIGINATION &

CLIENT COVERAGE

Sarab Bhutani

HEAD, GLOBAL

MARKETSPrakash

Subramanian

Ag. HEAD OF

HUMAN RESOURCES

Suryantoro Waluyo

CHIEF FINANCIAL

OFFICER

Brett Hall

COUNTRY HEAD

OF COMPLIANCE

Chesna Anwar

CHIEF INFORMATION

OFFICER

Rs. Sugavanam

SENIOR ECONOMIST /

HEAD OF GOV REL

Fauzi Ichsan

COUNTRY CHIEF

RISK OFFICER

Muljono Pringgoharjono

As of December 2013

HEAD OF CORPORATE

AFFAIRS

Aminarno Kermaputra

2. Completenes and Implementation of Committees’ Tasks / Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite-Komite

Committees Komite-Komite The Bank does not have Audit Committee, Risk Monitoring Committee and Remuneration and Nomination Committee, since Standard Chartered Bank Indonesia is a branch of Standard Chartered Bank headquartered in London, England. However, the Bank has other committees which carry on the function to monitor the implementation of the Bank’s business.

Bank tidak memiliki Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, serta Komite Remunerasi dan Nominasi, karena Standard Chartered Bank Indonesia merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank yang berkantor pusat di London, Inggris. Namun demikian, Bank memiliki komite-komite lain yang pada dasarnya bertugas memantau pelaksanaan bisnis Bank.

Page 62: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

62

Asset & Liability Committee (ALCO)

Asset & Liability Management (ALM) is part of risk management and responsible to manage and control balance sheet and profit/loss. ALM will focus in managing risk related to interest risk, liquidity risk, capital management and foreign exchange exposure. ALCO conducts monthly meeting to evaluate the management of balance sheet, ALM strategy and implementation. This committee establishes standard procedure on internal transfer pricing, set interest rate applied in productive asset and liability, set the funding and lending strategy and managing our investment portfolio. ALCO will also be responsible to monitor interest risk, loans period, currency exposure, funding and embedded risk. The outcome of this meeting should be reported to GALCO. This committee is chaired by Chief Executive Officer and attended by several manco members related to ALM such as Consumer Banking, Wholesale Banking, Finance and other senior management. The Minutes of Meeting is documented and emergency meeting will be conducted if necessary.

Asset & Liability Committee (Komite ALCO) Asset & Liability Management (ALM) merupakan bagian dari aktivitas manajemen risiko dan bertanggung jawab untuk mengelola dan memantau neraca serta laba/rugi. ALM berkonsentrasi pada pengelolaan risiko terkait suku bunga, risiko likuiditas, pengelolaan modal, dan eksposur valuta asing. ALCO mengadakan pertemuan setiap bulan untuk mengevaluasi pengelolaan neraca, strategi, dan pelaksanaan. Komite ini menetapkan kebijakan internal transfer pricing, menetapkan suku bunga aktiva produktif dan pasiva, menetapkan strategi pendanaan dan penyaluran dana, serta mengelola portofolio investasi. ALCO juga bertanggung jawab untuk memantau suku bunga, jangka waktu kredit, currency exposure, pendanaan dan risiko yang melekat. Hasil dari pertemuan ini akan dilaporkan kepada GALCO. Komite ini diketuai oleh Chief Executive Officer dan dihadiri oleh Manco yang terkait dengan ALM seperti Consumer Banking, Wholesale Bank, Finance dan manajemen senior lainnya. Notulen rapat didokumentasikan dan pertemuan luar biasa akan diselenggarakan jika diperlukan

Country Risk Committee (CRC) CRC’s objective is to ensure the effective management of risk1 throughout Standard Chartered Bank Indonesia in support of the Standard Chartered Bank’s strategy. Key responsibilities of the CRC are: (i) to ensure the effective application of

Standard Chartered Bank’s risk management framework

(ii) to ensure risk identification and measurement capabilities are objective, consistent and compliant with Standard Chartered Bank standards and applicable regulations

(iii) to ensure the effective application of the Group’s risk assurance framework to

Country Risk Committee (CRC) Komite ini bertujuan untuk memastikan bahwa manajemen risiko di Standard Chartered Bank Indonesia telah dilaksanakan secara efektif untuk mendukung strategi bank. Tanggung jawab utama CRC adalah:

(i) memastikan kerangka kerja manajemen

risiko diterapkan secara efektif

(ii) memastikan bahwa identifikasi dan pengukuran dilakukan secara obyektif, konsisten, dan sesuai dengan standar Standard Chartered Bank dan ketentuan yang berlaku

(iii) memastikan bahwa kerangka kerja Risk

Assurance yang dikeluarkan oleh Group

1 .Excluding the management of Liquidity and Capital Risks (prudential liquidity, regulatory and internal balance sheet

ratios capital adequacy, structural currency and interest rate risk, and tax risk) which are the responsibility of the Asset and Liability Committee (ALCO), and Pensions Risk which is the responsibility of the Pensions Executive Committee (PEC).

Page 63: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

63

evidence that existing governance and risk control processes are effectively implemented across Standard Chartered Bank Indonesia. CRC meeting is held minimum six times per annum and is chaired by the Country Chief Risk Officer.

diterapkan secara efektif sesuai dengan governance dan proses risk control yang berlaku. Pertemuan CRC diadakan minimal enam kali dalam setahun dan diketuai oleh Country Chief Risk Officer.

Country Operational Risk Committee (CORC) CORC’s objective is to ensure the effective management of operational risk throughout Standard Chartered Bank Indonesia in support of the Standard Chartered Bank’s strategy and in accordance with the Risk Management Framework and related Operational Risk Policies and Procedures. CORC meeting is held on a monthly basis and is chaired by the Chief Executive Officer. The CORC meeting discusses all medium, high and very high risks in each unit business of Consumer Banking, Wholesale Banking and Support Functions.

Country Operational Risk Committee (CORC) Tujuan dari CORC adalah untuk memastikan efektivitas dari manajemen risiko operasional secara menyeluruh di dalam bank untuk mendukung strategi bank sesuai dengan Risk Management Framework (RMF) serta kebijakan dan prosedur risiko operasional. Pertemuan CORC diadakan setiap bulan dan diketuai oleh Chief Executive Officer. Pertemuan CORC ini membahas semua risiko/isu operasional dengan tingkat risiko medium, tinggi dan sangat tinggi di setiap unit bisnis Consumer Banking, Wholesale Banking dan Fungsi Pendukung (Support functions).

Early Alert Committee (EAC)

The EAC’s objective is to maintain an effective oversight over the existing Early Alert (EA) portfolio, which displays early signs of potential stress. Key discussion of the meeting includes the movement in and out of EA accounts, review the proposed actions and escalation of issue as appropriate. Early Alert Committee is to be held on a monthly or more frequent basis, as deemed appropriate by the Committee’s Chairman. The meeting is chaired by the Chief Executive and coordinated by Country Chief Risk Officer.

Early Alert Committee (EAC) Early Aler Committee adalah forum untuk memonitor debitur yang menunjukkan gejala awal kredit bermasalah. Agenda utama dalam pertemuan Early Alert termasuk penentuan masuk dan keluarnya debitur di dalam forum Early Alert, menetapkan tindakan yang harus dilaksanakan terhadap debitur tersebut, serta melaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan apabila perlu. Pertemuan Early Alert dilakukan sekali dalam setiap bulan atau lebih, apabila dirasakan perlu oleh Ketua Komite. Pertemuan ini diketuai oleh Chief Executive dan dikoordinasikan oleh Country Chief Risk Officer.

Group Special Asset Management Committee (GSAM)

GSAM Committee consists of Country Head of GSAM, Head of Origination Client Coverage, Senior Credit Officer and Head of WB Legal. In addition, several other people are permanently invited to the GSAM Committee meeting, such as Chief Executive Officer, Chief Finance Officer and GSAM Regional Head. The meeting is held every three-month at minimum basis. The meeting is chaired and coordinated by Country Head of GSAM. The committee oversees the management of problematic and distressed accounts.

Group Special Asset Management Committee (GSAM)

Komite GSAM beranggotakan Country Head of GSAM, Head of Origination Client Coverage, Senior Credit Officer dan Head of WB Legal. Selain anggota, beberapa personil Bank juga diundang untuk menghadiri pertemuan rutin Komite GSAM, antara lain Chief Executive Officer, Chief Finance Officer dan GSAM Regional Head. Pertemuan rutin Komite GSAM diadakan minimal setiap tiga bulanan, dikoordinasi dan dipimpin oleh Country Head of GSAM. Komite ini bertugas mengawasi penanganan akun-akun bermasalah.

Page 64: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

64

Business Operational Risk Committee (BORC)

BORC’s objective is to ensure an effective management of operational risk within the business functions of Wholesale Bank, Consumer Bank and Support Functions in line with the respective Business’ strategy and in accordance with the Risk Management Framework, related Operational Risk Policies and Procedures and any other relevant directives, policies and procedures. The BORC meeting is held on a monthly basis for the Consumer Banking, Wholesale Banking, and other Support Functions. The meeting is attended by the business head/function head and coordinated by the Senior Operational Risk Officer responsible for each business. The meeting highlights all issues identified and determines actions to be taken. All mitigation actions are discussed and monitored to ensure proper and timely solutions

Business Operational Risk Committee (BORC)

Tujuan komite ini adalah untuk memastikan manajemen risiko operasional dilaksanakan dengan efektif oleh unit bisnis Wholesale Bank dan Consumer Bank serta fungsi-fungsi pendukung sejalan dengan strategi bisnis masing-masing, sesuai dengan Risk Management Framework, kebijakan dan prosedur risiko operasional, dan arahan lain yang terkait. Pertemuan BORC diadakan setiap bulan untuk Consumer Banking dan Wholesale Banking serta di fungsi-fungsi pendukung (Support functions), dan dihadiri oleh pejabat bisnis/fungsi yang terkait dan dikoordinasikan oleh Senior Operational Risk Officer yang bertanggung jawab untuk masing-masing bisnis. Dalam pertemuan ini dibahas semua masalah-masalah yang telah diidentifikasi, kemudian ditentukan tindak lanjutnya. Tindak lanjut ini dimonitor untuk memastikan penyelesaian yang tepat pada waktunya.

Information Technology Steering Committee

The member of this committee is Chief Information Officer and other related business unit. The committee is responsible to review the development of Information Technology and to ensure that Standard Chartered Bank Indonesia’s overall strategy objective can be achieved with sufficient IT support.

Information and Technology Steering Committee Komite ini beranggotakan Chief Information Officer dan divisi lain yang terkait. Komite ini berkewajiban untuk memantau pengembangan IT serta memastikan rencana strategis Standard Chartered Bank Indonesia dapat dicapai dengan dukungan IT yang memadai.

3. Implementation of Function of Compliance, Internal Audit and External Audit / Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern

Functions Fungsi-Fungsi Compliance Function

Standard Chartered Bank Indonesia’s compliance function is led by a Compliance Director. The Compliance Director is responsible to ensure that Standard Chartered Bank Indonesia fully complies with all Bank Indonesia regulation and other prevailing local regulation issued by government bodies such as Ministry of Finance, Financial Service Authority (FSA), Tax (with assistance of tax division), and other matters related to Indonesian law.

Fungsi Kepatuhan Fungsi kepatuhan Standard Chartered Indonesia dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan. Direktur Kepatuhan bertanggung jawab untuk memastikan agar Standard Chartered Bank Indonesia mematuhi semua peraturan Bank Indonesia maupun peraturan lokal lainnya yang berlaku dan diterbitkan oleh lembaga-lembaga pemerintahan seperti Departemen Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kantor Pajak (dibantu oleh divisi perpajakan).

Page 65: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

65

This division is also responsible to ensure the relationship of Standard Chartered Bank Indonesia with all local government bodies is well maintained and it implements prudential banking policy by socializing all new regulation/revised regulation internally

Divisi ini juga bertanggung jawab untuk memastikan agar hubungan Standard Chartered Bank Indonesia dengan lembaga pemerintahan dapat terjalin dengan baik dan menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara mensosialisasikan semua peraturan baru maupun yang telah direvisi kepada unit internal yang memiliki kaitan dengan peraturan baru tersebut.

External Audit

Standard Chartered Bank Indonesia has appointed Siddharta & Widjaja, a member firm of KPMG International, an independent external auditor to review financial report and the bank’s operational process which may impact financial report in 2013. This decision is in line with appointment of KPMG as external auditor for Group.

Audit Ekstern

Standard Chartered Bank Indonesia telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Siddharta & Widjaja (a member firm of KPMG International) yang bertindak sebagai auditor independen untuk memeriksa laporan keuangan maupun proses-proses yang mempengaruhi laporan keuangan tahun 2013. Keputusan ini sejalan dengan penunjukan KPMG sebagai auditor eksternal Group.

Internal Audit

Internal Audit role for SCB Indonesia was assumed by Country Audit (known as SKAI) which is part of Group Internal Audit (GIA). Country Audit (SKAI) led by local Country Head of Audit reported to the Country CEO and ASEAN, South Asia, NEA & Greater China Head of Audit in Singapore. Internal audit adopts a risk-based and process oriented approach Country Audit supports Country Management team to achieve their business target by providing a systematic and independent assurance of the effectiveness of risk management, control designs and implementation of internal controls as part of Good Corporate Governance in accordance to the prevailing policy. The scope of audit activities covered bank’s end to end includes both Consumer Banking and Wholesale Banking businesses, Operations, Credit, Technology and Information System, as well as other Support Functions at the head office. In 2013, a number of audits were performed either jointly with GIA resources or by Country Audit

Audit Internal Fungsi Audit Internal SCB Indonesia dijalankan oleh unit Country Audit (atau dikenal dengan Satuan Kerja Audit Intern / SKAI) yang merupakan bagian dari Group Internal Audit (GIA). Unit Country Audit dikepalai oleh Country Head of Audit dengan garis pelaporan kepada Country CEO dan ASEAN, South Asia, NEA & Greater China Head of Audit di Singapura. Audit Internal mengikuti pendekatan audit berorientasi pada proses dan berdasarkan risiko. Unit Country Audit membantu Manajemen SCB Indonesia dalam mencapai tujuan bisnis mereka melalui proses yang sistematik dan independen dalam melakukan penilaian terhadap efektivitas manajemen risiko, desain pengendalian, dan implementasi dari pengendalian internal sebagai bagian dari Good Corporate Governance sesuai kebijakan yang berlaku. Cakupan audit meliputi Bank secara keseluruhan terdiri dari bisnis Consumer Banking dan Wholesale Banking, Operasional, Kredit, Teknologi dan Sistem Informasi, dan juga fungsi-fungsi pendukung di kantor pusat. Selama tahun 2013, sejumlah audit telah dilakukan baik bersama-sama dengan tim dari GIA

Page 66: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

66

team covering Consumer Banking, Wholesale Banking and Support Functions i.e. Retail Banking products, Small Business, Wealth Management WM), , Financial market (FM), Origination and Client Coverage (OCC), Credit, Credit Risk Control, Credit Documentation, Cash Management, Finance, and many more.. On the audit findings, management has made commitment to follow up the existing findings. Periodically, Country Audit monitors the development of follow up improvement that has been undertaken by the management.

maupun oleh Country Audit sendiri meliputi Retail Banking products, Small Business, Wealth Management WM), , Financial market (FM), Origination and Client Coverage (OCC), Credit, Credit Risk Control, Credit Documentation, Cash Management, Finance, dan masih banyak lagi.

Atas temuan audit, pihak manajemen telah melakukan perbaikan sebagai komitmen tindak lanjut atas temuan yang ada. Secara periodik, audit internal melakukan pemantauan terhadap perkembangan perbaikan tindak lanjut yang telah dilakukan oleh manajemen.

4. Implementation of Risk Management / Penerapan Manajemen Risiko Risk Management

Effective risk management is fundamental to being able to generate profits consistently and sustainably and is thus a central part of the financial and operational management of the Bank. Through risk management framework, enterprise-wide risks are managed with the objective of maximising risk-adjusted returns while remaining within the risk appetite. As part of of this framework, a set of principles describes the risk management culture to be sustained:

Balancing risk and return.

Responsibility: it is the responsibility of all employees to ensure that risk-taking is disciplined and focused.

Accountability: risk is taken only within

agreed authorities and where there is appropriate infrastructure and resource.

Anticipation: the Bank to anticipate future

risks and ensure awareness of all known risks.

Competitive advantage: the Bank to achieve competitive advantage through efficient and effective risk management and control.

Manajemen Risiko Manajemen risiko yang efektif sangat penting untuk menghasilkan keuntungan secara konsisten dan berkesinambungan. Oleh karena itu manajemen risiko merupakan bagian yang sentral dalam manajemen finansial dan operasional Bank. Melalui kerangka manajemen risiko, enterprise-wide risks dikelola secara menyeluruh dengan tujuan memaksimalkan pendapatan berdasarkan risiko dan tetap dalam ‘risk appetite’. Sebagai bagian dari kerangka ini, serangkaian prinsip menggambarkan budaya manajemen risiko yang berkesinambungan:

Menyeimbangkan antara risiko dan hasil (return).

Tanggung jawab (Responsibility): Semua karyawan bertanggung jawab untuk memastikan kedisiplinan dan fokus dalam menghadapi risiko.

Akuntabilitas (Accountability): risiko diambil sesuai dengan otoritas masing-masing dengan didukung infrastruktur dan sumber daya yang memadai.

Antisipasi: Bank mengantisipasi risiko masa depan yang signifikan.

Keuntungan komparatif: Bank melakukan

usaha untuk mencapai keuntungan komparatif melalui pendekatan manajemen risiko dan kontrol yang efektif dan efisien.

Page 67: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

67

Active Supervision by Board of Commissioners and Directors

Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) does not have Board of Commissioners as it is a branch of Standard Chartered Bank (SCB) domiciled in London which 100% fully owned by Standard Chartered Plc. (Group). Commissioners’ role is held by Group Executive Directors (The Board), while monitoing function in Indonesia is held by Management Committee (Manco) of SCBI. As a branch, roles and responsilities of Board of Directors are carried on by Manco in accordance to prevaliling regulations.

Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) tidak memiliki Dewan Komisaris karena SCBI merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank (SCB) yang berkedudukan di London dan 100% sahamnya dimiliki oleh Standard Chartered Plc. (Grup). Fungsi komisaris diemban oleh Group Executive Directors (The Board), sedangkan fungsi pengawasan di Indonesia dilaksanakan oleh Management Committee (“Manco”) SCBI.

Sebagai kantor cabang, pelaksana tugas dan kewenangan Direksi dilakukan oleh Manco sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Policy, Procedure and Determination of Limit Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit SCBI risk management implementation is supported by integrated policy and procedure in each unit, in line with SCB business strategy. Risk management limit for operational risk, legal risk, and compliance risk, refers to Operational Risk Assessment Matrix, while for credit risk, market risk, liquidity risk, strategic and reputational risks refer to each related policy.

Penerapan manajemen risiko SCBI didukung dengan serangkaian kebijakan dan prosedur manajemen risiko di setiap unit dengan mengacu kepada strategi bisnis SCBI. Penetapan limit manajemen risiko untuk risiko operasional, risiko hukum dan risiko kepatuhan mengacu kepada Operational Risk Assessment Matrix, sedangkan untuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko stratejik dan risiko reputasi mengacu kepada pedoman masing-masing.

Process of Risk Identification, Measurement, Monitoring and Control, and Risk Management Information System

Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko

Description of RMF documentation, identification process, measurement, and risk monitoring is within Risk Management Approach, an approach that consists of 6 (six) categories of integrated risk management process. In order to provide accurate information, complete, informative, punctual, and reliable, SCBI conducts periodical meeting attended by business unit heads. Information gathered from the meeting can be used by Manco for decision making. This is part of Risk Management Information System in SCBI.

Di dalam dokumen RMF, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko dijabarkan dalam suatu pendekatan yang dinamakan Risk Management Approach yang dikelompokkan menjadi 6 (enam) kategori proses manajemen risiko yang saling tergantung satu sama lain. Dalam rangka menyediakan informasi yang akurat, lengkap, informatif, tepat waktu dan dapat diandalkan, SCBI menyelenggarakan rapat internal secara berkala yang dihadiri oleh unit bisnis terkait dimana informasi tersebut dapat digunakan oleh dewan direksi dalam rangka proses pengambilan keputusan. Hal ini merupakan rangkaian dari Sistem Informasi Manajemen Risiko yang dimiliki oleh SCBI.

Page 68: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

68

Internal Control System Sistem Pengendalian Intern To ensure risk management process effectiveness for risk profile maintenance, SCBI has 3 (three) lines of defences with distinguished responsibilities of risk management and monitoring.

Untuk memastikan efektifitas proses manajemen risiko dalam memelihara profil risiko, SCBI mempunyai 3 (tiga) “lines of defence” yang masing-masing memiliki tanggungjawab terhadap manajemen risiko dan pengawasan.

5. Fund Provision to Related Party and to Large Exposure / Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dan Penyediaan Dana Besar

in Mio IDR (dalam

jutaan Rupiah)

No Fund Provision

Penyediaan Dana

Total / Jumlah

Debtor / Debitur Amount / Nominal

1 To related party Kepada Pihak terkait

26 1,813,722

2 Core Debtor Kepada Debitur Inti

a. Individual / Individu 0 0

b. Group / Kelompok 25 11,795,924

6. Strategic Plan / Rencana Strategis Standard Chartered Bank Indonesia has already had long term strategic plan (three years period) which is presented in annual business plan. Business plan will be updated on a regular basis to represent the latest condition and will be monitored by related forum.

Standard Chartered Bank Indonesia telah memiliki rencana strategis jangka panjang (periode 3 tahun) yang dijabarkan dalam rencana bisnis tahunan. Rencana bisnis itu diperbaharui untuk mencerminkan kondisi sebenarnya. Pencapaian rencana strategis tersebut akan dipantau dalam forum-forum yang ada.

7. Transparency of Financial and Non-Financial Condition / Transaparansi Kondisi Keuangan dan Non-Keuangan

The preparation and presentation of financial and non-financial reports were in compliance with the procedures, types and scope prescribed by applicable Bank Indonesia regulations. Standard Chartered Bank Indonesia had also published information relating to financial statements on the website (www.standardchartered.co.id) which is publicly accessible.

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dan non-keuangan telah dilakukan dengan tata cara, jenis dan cakupan yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Standard Chartered Bank Indonesia juga telah menyajikan informasi mengenai laporan keuangan pada website (www.standardchartered.co.id) yang dapat diakses oleh publik.

8. Other Information related to GCG / Informasi Lain yang Terkait dengan GCG There is no other information that needs to be disclosed related to intervention from owner, internal

Tidak ada informasi lain yang perlu kami ungkapkan terkait dengan intervensi pemilik, perselisihan internal

Page 69: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

69

dispute or other matter raise as a result of the Bank’s remuneration policy.

atau permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi pada Bank.

B. Share Ownership of the Board Member of Directors / Kepemilikan Saham Anggota Direksi

There is no Manco member that has share ownership of 5% or above from total paid in capital of the Bank or any other bank, non-bank financial institution, or corporate, either in country or overseas.

Tidak ada anggota Manco yang memiliki saham sebesar 5% atau lebih dari total modal disetor Bank, atau bank lain, lembaga keuangan bukan bank, atau perusahaan lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

C. Financial and Family Relationship of the Board Member of Directors / Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga anggota Dewan Direksi

There is no Manco member that has either financial relationship or family relationship with other Manco members.

Tidak ada anggota Manco saling memiliki hubungan keuangan maupun hubungan keluarga dengan anggota Manco lainnya.

D. Package/Policy of Remuneration and other Facilities for Board of Directors / Paket/Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Dewan Direksi

Other Remunerations and Facilities Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain

Annual Total Jumlah Diterima dalam Satu Tahun

Commissioner / Komisaris

Manco

People Orang

IDR Mio Jutaan Rupiah

People Orang

IDR Mio Jutaan Rupiah

Remuneration Remunerasi

- - 11 43,020

Facilities Fasilitas

a. With possibility of Ownership / Dapat Dimiliki* - - 11 1,201

b. Without possibility of Ownership / Tidak Dapat Dimiliki - - 11 6,847

Total - - 51,068

* Including Restricted Share Scheme Benefit for Manco

Remuneration per person per year (cash) Remunerasi per orang dalam satu tahun

Commissioner / Komisaris Manco

above IDR 2 bio / diatas Rp 2 miliar - 9

above IDR 1 bio up to IDR 2 bio / diatas Rp 1 miliar sd Rp 2 miliar - 2

above IDR 500 mio up to IDR 1 bio / diatas Rp 500 juta sd Rp 1 miliar - -

below IDR 500 / dibawah Rp 500 juta - -

Page 70: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

70

E. Shares Option / Shares Option

Standard Chartered Bank has an incentive program staff named as RSS (Restricted Share Scheme). RSS is an option which provides the right to convert option into Standard Chartered Bank shares within period of 3 - 5 years.

Standard Chartered Bank memiliki program pemberian insentif bagi karyawan yaitu RSS (Restricted Share Scheme). RSS merupakan opsi yang memberikan hak bagi karyawan untuk mengkonversi opsi yang dimiliki menjadi saham Standard Chartered Bank dengan jangka waktu 3-5 tahun ke depan.

F. Highest and Lowest Salary Ratio / Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah Ratio between the highest and the lowest salary during 2012 is as follow :

Ratio Type

Highest and lowest staff salary ratio 119.95x

Highest and lowest directors ratio 4.23x

Highest directors and highest staff salary ratio 1.47x

Rasio gaji tertinggi dan terendah pada tahun 2013adalah sebagai berikut:

Jenis Rasio

Rasio gaji pegawai yang tertinggi dan terendah 119.95x

Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan terendah 4.23x

Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan pegawai tertinggi 1.47x

G. Frequency of Board of Commissioners Meeting / Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

The Bank does not have Board of Commissioners since Standard Chartered Bank Indonesia is a branch of Standard Chartered Bank headquartered in London, England. Hence, no frequency of Board of Commissioners noted.

Bank tidak memiliki Dewan Komisaris, karena Standard Chartered Bank Indonesia merupakan kantor cabang dari Standard Chartered Bank yang berkantor pusat di London, Inggris. Dengan demikian, tidak ada frekuensi rapat Dewan Komisaris yang dicatat.

H. Number of Internal Fraud / Jumlah Penyimpangan Internal Internal fraud is any violation/misconduct committed by members of the management and permanent and non-permanent employees, whether contract or outsourced, related to processes and operations which affects its financial conditions.

Internal Fraud adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap, baik kontrak maupun outsourced, terkait dengan proses kerja dan kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan Bank .

Page 71: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

71

Internal Fraud in a year Internal Fraud dalam satu tahun

Case is conducted by Jumlah kasus yang dilakukan oleh

Manco Staff

Pegawai Tetap Temporary Staff

Pegawai Tidak Tetap

Prior Year Tahun

Sebelumnya

Current Year

Tahun Berjalan

Prior Year Tahun

Sebelumnya

Current Year Tahun

Berjalan

Prior Year Tahun

Sebelumnya

Current Year

Tahun Berjalan

Fraud Total Total Fraud

-- -- 7 4 -- --

Internal Case Settled Telah diselesaikan

-- -- 7 4 -- --

Internal Settlement In Progress Dalam proses penyelesaian di internal Bank

-- -- -- -- -- --

Settlement Not Yet in Place Belum diupayakan penyelesaian

-- -- -- -- -- --

In Follow Up-Legal Process Telah ditindak-lanjuti melalui proses hukum

-- -- 2 - -- --

I. Legal Cases / Permasalahan Hukum The following cases being legally processed in 2013*:

Berikut ini adalah kasus-kasus yang diproses secara hukum selama periode tahun 2013*:

Legal Cases/ Permasalahan Hukum Total Cases / Jumlah Kasus

Perdata Pidana

Settled Telah mendapatkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap

3 --

In Progress Dalam proses penyelesaian

6 --

Total 9 --

*Above represents legal claims made against the bank by customer and vice versa / Jumlah diatas menunjukkan tuntutan hukum atas bank oleh nasabah atau sebaliknya

J. Transactions which Contains Conflict of Interest / Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan

Standard Chartered Bank already had internal policy which specifically governed conflict of interest and Personal Account Dealing policy. These policies should be adhered to by all Standard Chartered Bank staffs.

Standard Chartered Bank telah memiliki peraturan internal yang secara khusus mengatur mengenai benturan kepentingan dan kebijakan Personal Account Dealing. Kebijakan ini wajib dipatuhi oleh segenap karyawan Standard Chartered Bank.

Page 72: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

72

The Group is committed to treating its clients fairly and requiring its staffs to conduct themselves with integrity. The Group recognises that the perception of a conflict of Interest may be as damaging as an actual conflict of Interest. All staffs should be mindful that a perceived failure to effectively identify and manage conflicts and perceived conflicts could damage the Group’s reputation, attract legal action and regulatory sanctions. Staff must act with independence and with integrity. Staff must be aware of their responsibilities and obligations when faced with an actual or potential conflict of interest. Management must put in place necessary organisational, governance or administrative controls to manage conflicts of interest identified or reported. Where a conflict of interest cannot be avoided, it must be managed in a transparent and open manner. When identified, conflicts of interest should be escalated and recorded in accordance with the relevant policies and procedures. There is no transaction which contained conflict of interest during 2012.

Group berkomitmen untuk memperlakukan klien secara adil dan meminta staf untuk bertindak dengan penuh integritas. Group mengakui bahwa persepsi mengenai benturan kepentingan dapat memberikan dampak yang sama besarnya dengan benturan kepentingan yang aktual. Seluruh staf diingatkan bahwa kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengatasi konflik secara efektif dan kemungkinan adanya konflik itu sendiri dapat mempengaruhi reputasi Group, tindakan hukum, dan sanksi regulator. Staf harus bertindak independen dan penuh integritas. Staf harus memahami tanggung jawab dan kewajibannya ketika dihadapkan pada benturan kepentingan yang aktual dan potensial. Manajemen harus menetapkan kontrol organisasional, governance dan administratif untuk mengatur benturan kepentingan yang diidentifikasi atau dilaporkan. Apabila benturan kepentingan tidak dapat dihindari, maka hal itu harus diatasi secara transparan dan terbuka. Benturan kepentingan yang teridentifikasi harus dieskalasi dan dicatat sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang terkait. Selama tahun 2012 tidak terdapat laporan mengenai terjadinya transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

K. Shares and/or Bonds Buy Back Transactions / Buy Back Shares dan/atau Buy Back Obligasi Bank

There was no share and bonds buy back transaction during 2013. Standard Chartered Bank Indonesia did not issue shares or bonds during this period.

Pada tahun 2013 tidak terdapat transaksi buy back saham maupun obligasi. Standard Chartered Bank Indonesia tidak pernah menerbitkan saham maupun obligasi.

L. Funding to Social Activity and/or Political Activity / Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial dan/atau Kegiatan Politik

Corporate Affairs Division is responsible for maintaining fair, consistent, and transparent communications regarding matters related to corporate governance, material transactions, and corporate actions.

This division is also responsible for internal and external communications, which is representing the

Divisi Corporate Affairs bertanggung jawab untuk memelihara komunikasi secara wajar, konsisten dan transparan mengenai hal-hal yang terkait dengan tata kelola perusahaan, transaksi dan tindakan korporasi.

Divisi ini juga bertanggung jawab untuk komunikasi internal dan eksternal, yaitu mewakili bank terkait

Page 73: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

73

Bank to communicate with the public, media or other external parties, conduct social activity or any other activities related to Sustainability or Corporate Social Responsibility, building corporate credibility through variety of internal and external engagement programmes.

melalui kegiatan komunikasi dengan publik, media massa dan pihak eksternal lainnya, termasuk kegiatan sosial maupun Sustainability atau Corporate Social Responsibility, membangun kredibilitas korporasi melalui berbagai program yang melibatkan internal maupun eksternal.

2014 Community and Environmental Programme

Program Kemasyarakatan dan Lingkungan Tahun 2014

Community and Environmental Programme – are at the heart of Standard Chartered Bank, who have been an integral part of the country for 150 years now since it started its first operation in 1863, when Jakarta city is still called Batavia under the Dutch colonization period. Along the time, as we stood by our clients and customers throughout ups and downs, we have also continuously empowering local community to be the force for good. Our sustainability as a business is closely intertwined with the health and prosperity of the communities where we operate. Through our employee volunteering and community investment programmes we work closely with partners to deliver programmes that promote positive social and economic outcomes for people in our markets, focusing on health and education to address some of the most pressing challenges faced by our local communities. There are three main flagships of activities that we are mostly proud of are Seeing is Believing, Living with HIV, and Financial Education. A. Seeing is Believing The Bank’s flagship fundraising programme “Seeing is Believing” --– which is a global initiative to tackle avoidable blindness under the collaboration with the International Agency for Prevention of Blindness in communities where the Bank operates in Asia, Africa, and the Middle East --- We aim to raise USD 100mn by 2020 for projects to tackle avoidable blindness. Working in partnership with leading eye care

Program Komunitas dan Lingkungan – adalah jantung dari Standard Chartered Bank, dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia sejak 150 tahun yang silam, ketika Bank ini memulai kegiatannya di tahun 1863. Saat itu, kota Jakarta masih bernama Batavia dan berada di bawah penjajahan Pemerintah kolonial Belanda. Kami senantiasa berada di sisi nasabah-nasabah kami melalui pasang surutnya perubahan. Kami juga secara terus menerus menguatkan komunitas local untuk menjadi agen perbaikan. Ketahanan kami sebagai sebuah usaha sangat berkait erat dengan tingkat kesehatan dan kesejahteraan dari komunitas tempat kami beroperasi. Melalui program-program relawan dan investasi komunitas, kami berkerja sama dengan mitra-mitra kerja kami menyelenggarakan program-program yang mengangkat hasil-hasil sosial dan ekonomi yang positif untuk masyarakat di tempat kami berada, dengan berfokus pada kesehatan dan pendidikan, untuk menjawab beberapa tantangan yang dihadapi oleh komunitas-komunitas lokal kami. Berikut tiga program utama yang kami banggakan, yaitu Seeing is Believing, Living with HIV dan Pendidikan Keuangan (Financial Education). A. Seeing is Believing

Program utama Bank untuk prengumpulan dana “Seeing is Believing” adalah sebuah inisiatif global untuk mengatasi kebutaan yang dapat dicegah. Program ini berkerja sama dengan the International Agency for Prevention of Blindness di negara-negara di mana Bank beroperasi, yaitu di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Tujuan kami adalah untuk menggalang dana hingga 100 juta

Page 74: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

74

organisations and NGOs, we will fund the development of local eye care capacity to provide sustainable and quality eye care for millions of people with little or no access to services. In Indonesia, the programmed is carried out by implementing five steps as follow: 1. Uncorrected Refractive Error Checking

and Eyeglasses Distribution This activity involves a free eye-check and free eyeglasses distributions by working together with partners in Indonesia targeting junior high schools students and teachers in greater Jakarta and East Java area. Activities undertaken:

organized free eye-check screening to more than 297,000 students and 16,000 teachers

treated 42,000 students and 13,000 teachers with specs

developed a corps of community eye-care social entrepreneurs to reach 245,000 adults with presbyopia

increase awareness of the importance of refractive error checking through various social marketing activities

2. Diabetic Retinopathy

This activity is targeting to reduce blindness caused by diabetic diseases. Through partnership with one of the leading international NGO, Helen Keller International in Indonesia, we continuously build awareness and knowledge of diabetic retinopathy among people who suffers from diabetes, identify those requiring closer follow-up or treatment, and supporting the long-term compliance with care.

dollar Amerika hingga tahun 2020 untuk kegiatan-kegiatan terkait dengan penanggulangan kebutaan yang dapat dicegah. Untuk itu kami berkerja sama dengan organisasi-organisasi perlindungan mata dan yayasan-yayasan internasional. Kami membiayai pembangunan fasilitas perawatan mata lokal untuk menyediakan perawatan mata yang berkelanjutan dan berkualitas untuk jutaan orang yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pelayanan ini. Di Indonesia, program ini dilakukan dengan mengimplementasikan lima langkah sebagai berikut: 1. Uncorrected Refractive Error Checking

and Eyeglasses Distribution Menyediakan pemeriksaan mata gratis dan pembagian kaca mata gratis berkerja sama dengan mitra-mitra in Indonesia, dengan tujuan utama murid-murid dan para guru Sekolah Menengah Pertama di Jakarta dan Jawa Timur. Pencapaian:

Menyelenggarakan pemeriksaan mata gratis ke lebih dari 297,000 pelajar dan 16,000 guru

Memeriksa kesehatan mata lebih dari 42,000 pelajar dan 13,000 guru yang telah berkaca mata

Mengembangkan armada entrepreneur sosial di bidang perawatan mata masyarakat yang menyentuh lebih dari 245,000 orang dewasa dengan presbyopia

Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan mata melalui berbagai aktifitas social

2. Diabetic Retinopathy

Aktifitas ini bertujuan mengurangi kebutaan yang disebabkan oleh penyakit gula darah (diabetes). Berkerja sama dengan salah satu yayasan internasional terkemuka, Helen Keller Internasional di Indonesia, kami terus menerus berupaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit diabetic retinopathy di kalangan penderita diabetes, mengidentifikasikan mereka ynag membutuhkan tindak lanjut dan penangan lebih lanjut, dan mendukung penyembuhan jangka panjang

Page 75: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

75

Activities undertaken:

sponsored the renovation of infrastructure at Cipto Mangunkusumo, Cicendo and Sardjito hospital to include the screening room, grading room, equipment and network installation

organized screening more than 2500 people with diabetes

organized free training to 150 community nurses on diabetic retinopathy awareness

organized free training to 40 medical specialists

organized free training to 30 people in managing health systems to detect diabetic retinopathy

3. Paediatric Ophthalmology

We developed eye health screening and referral capacity within community health clinics in East Java, focusing the children from one to 15 years old. Activities undertaken:

organized free training to 2 ophthalmologists on paediatric eye care

established a paediatric ophthalmology clinic at Eye Health District Provider (BKMM / Balai Kesehatan Mata Masyarakat)

organized community training and field work for 18 ophthalmology residents and 150 refractions students to build the capacity of the local health system to deal with children and raise awareness of eye care problems in poor communities

organized various health education and messaging programmes to 900,000 people

Standard Chartered Bank’s Staff volunteers at one of the Seeing is Believing activity

dengan perawatan. Pencapaian:

Mensponsori renovasi gedung di RS. Cipto Mangunkusumo , Cicendo dan Sardjito agar memiliki ruang penyeliaan, ruang pengukuran, menyediakan peralatan dan jaringan.

Melakukan pemeriksaan kepada lebih dari 2500 penderita diabetes di klinik endocrinology RS Cipto Mangunkusumo.

Meyelenggarakan pelatihan gratis kepada 150 perawat tentang diabetic retinopathy

Menyelenggarakan pelatihan gratis kepada 40 spesialis kesehatan

Menyelenggarakan pelatihan gratis kepada 30 orang didalam mengelola sistem kesehatan untuk mendeteksi diabetic retinopathy

3. Paediatric Opthalmology

Kami mengembangkan pemeriksaan kesehatan mata dan kapasitas rujukan di antara komunitas klinik kesehatan di Jawa Timur, dengan focus anak-anak dari usia 1 hingga 15 tahun. Pencapaian:

Menyelenggarakan pelatihan gratis untuk dua orang Dokter ophthalmologists sehubungan perawatan mata untuk penderita Paediatric

Mendirikan sebuah klinik Paediatric Ophtalmology di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)

Menyelenggarakan pelatihan komunitas dan kerja lapangan untuk 18 penduduk Ophthalmology dan 150 pelajar refraksi untuk mengembangkan kapasitas sistem kesehatan local untuk menangani anak-anak dan meningkatkan kesadaran tentang masalah-masalah terkait kesehatan mata di lingkungan miskin.

Menyelenggarakan berbagai pendidikan kesehatan dan program-program penyuluhan ke lebih dari 900,000 orang.

Karyawan Standard Chartered Bank sebagai relawan dalam salah satu kegiatna Seeing is Believing

Page 76: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

76

We involved our volunteers in cataract examinations, which include helping to apply eye drops for patients prior to surgeries. We also take care of the administration work, accompany patients, respond to inquiries and distribute snack boxes. Standard Chartered Bank staffs can also nominate members of their own communities to get the free cataract examination and surgery.

B. Living with HIV Our flagship Community Programme is “Living with HIV (LwHIV)” where we aim to tackle the spread of HIV through education. At the moment, there is 35 million people living with HIV globally and no less than 68 people get infected every day around the world, and the number is increasing in many countries including within the Bank’s global network in Asia and Africa. Standard Chartered Bank has a deep commitment to help reduce the number of new infection case in the world by investing millions of dollars to conduct various HIV/AIDS campaigns and even fund raising activities. Activities undertaken: o adopted safer behaviors and share with

others to help protect them while helping eliminate the current stigma and discrimination.

o organized online education learning for the Bank’s staffs on Mandatory Living with HIV

o organized employee volunteering activities to support HIV-related charities in the community.

o worked together with the Bank’s Living with

HIV Champion and established Buddy System (in collaboration with Tegar Tegak) to help prevent the further spread of HIV

Kami mengikutsertakan relawan kami memeriksa katarak, termasuk memberikan obat tetes mata untuk pasien sebelum operasi. Kami juga melakukan kegiatan administrasi, menemani pasien, menjawab pertanyaan dan membagikan kotak makanan. Staff Standard Chartered Bank juga bisa membawa penduduk tidak mampu di sekitar tempat tinggalnya untuk mendapatkan pemeriksaan mata dan operasi katarak gratis.

B. Living with HIV Program komunitas utama kami lainnya, “Living with HIV (LwHIV)”, merupakan upaya untuk menghambat peredaran HIV melalui penyuluhan. Saat ini, sekitar 35 juta orang terinfeksi virus HIV di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya 68 orang terinfeksi setiap hari di dunia, dan angka ini terus meningkat di beberapa negara, di mana jaringan global Bank kami berada, di Asia dan Afrika. Standard Chartered Bank berkomitmen untuk membantu menekan jumlah kasus infeksi baru di dunia dengan menginvestasikan jutaan dollar Amerika untuk kampanye HIV/AIDS dan kegiatan penggalangan dana. Pencapaian:

Menganjurkan gaya hidup yang aman dan pada saat yang bersamaan melindungi dan menghilangkan stigma dan diskriminasi

Menyelenggarakan penyuluhan wajib secara online untuk staff Bank mengenai Hidup dengan HIV

Menyelenggarakan kegiatan relawan karyawan Bank untuk mendukung penggalangan dana di masyarakat terkait HIV

Berkerja sama dengan Champion Living with HIV di Bank dan menerapkan sistem Sahabat (bersama dengan Tegar Tegak) untuk membantu pencegahan penyebaran HIV lebih lanjut.

Page 77: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

77

o organized free training to external champions in collaboration with various partners such as AIESEC and YCAB

o organized road show to public schools in various cities in Indonesia in collaboration with YCAB

o organized trainings to more than 500 volunteers and around 18,000 students in three major cities in Indonesia (Jakarta, Bandung & Yogyakarta)

C. Financial Education Programme Another flagship Community Programme of the Bank is “Financial Education”, where we developed various financial management skill initiatives to empower local community from children to women micro entrepreneurs, by working closely with the government, especially the Ministry of Women Empowerment and Child Protection.

Activities undertaken o Established a reading corner, a room with books

on financial education, for the community, particularly for women

o Involved bank staffs as volunteers in all of our

sustainability programs, including on the financial education

o Developed a simple tool using flipcharts to help

volunteers to communicate with the participants. o Developed financial education booklet on financial

management, aiming at housewives with self-employment potentials.

o Educated almost 800 women micro entrepreneur

since 2011

Menyelenggarakan pelatihan cuma-cuma bersama dengan berbagai mitra seperti AIESEC dan YCAB

Menyelenggarakan road show ke sekolah-sekolah umum di beberapa kota di Indonesia berkerja sama dengan YCAB

Menyelenggarakan pelatihan ke lebih dari 500 relawan dan sekitar 18,000 pelajar di 3 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung dan Yogyakarta).

C. Program Melek Keuangan Program utama Bank lainnya adalah “Pendidikan Keuangan”, dimana kami berinisiatif mengembangkan berbagai keahlian Pengelolaan keuangan untuk memberdayakan masyarakat lokal dari anak-anak hingga ibu-ibu pengusaha kecil, dengan berkerja sama dengan pemerintah, khususnya Kementrian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak. Pencapaian:

Membangun pojok membaca, sebuah ruangan dengan buku-buku terkait pendidikan keuangan, untuk masyarakat, khususnya untuk kaum wanita.

Mengikutsertakan staff Bank sebagai relawan di dalam semua program-program keberlanjutan, termasuk pendidikan keuangan.

Mengembangkan alat sederhana menggunakan flipchart guna membantu relawan berkomunikasi dengan peserta

Mengembangkan booklet pendidikan keuangan tentang pengelolaan keuangan, yang ditujukan bagi ibu-ibu rumah tangga berpotensi wira usaha.

Memberikan pendidikan kepada hamper 800 orang ibu-ibu wirausaha pengusaha kecil sejak 2011

Page 78: GROUP GRUP

Standard Chartered Bank Indonesia Laporan Tahunan Tata Kelola Perusahaan 2013

78

Environmental Programme

Program Lingkungan

We continuously enforced internal awareness to staffs to consistently support the save paper and save energy campaign. We also conducted external awareness in a sustainable early education campaign to elementary students.

Kami secara terus menerus memberikan penyadaran internal kepada staff untuk secara konsisten mendukung pengurangan penggunaan kertas, dan menyimpan energi melalui sebuah kampanye. Kami juga melakukan penyadaran lingkungan kepada eksternal dalam bentuk edukasi dini kepada siswa Sekolah Dasar.

Volunteering Programme Program Kerja Relawan We support our local communities by volunteering our time and skills. This year, we focused on increasing the amount of time our staff spend volunteering as well as encouraging skills-based projects. All of our employees are entitled to take up to three days paid leave per year for volunteering. Many of our global community programmes are complemented with employee volunteering. For example, staff deliver HIV and AIDS education with community partners, raise funds for Seeing is Believing, empower youth through our Goal programme and provide training on financial literacy. n 2013, our staffs have spent the total of 2,403 volunteering days.

Kami mendukung masyarakat setempat dengan menyediakan waktu dan keahlian yang dimiliki secara sukarela. Tahun ini, kami fokus pada peningkatan jumlah waktu dari karyawan menghabiskan hari kerja relawan dengan mendorong proyek-proyek yang berbasis keterampilan. Semua karyawan kami berhak untuk mengambil tiga hari cuti pertahun untuk melakukan kerja relawan. Banyak program kemasyarakatan kami yang dapat dilakukan bersamaan dengan kerja sukarela. Misalnya, karyawan memberikan edukasi tentang HIV dan AIDS kepada masyarakat, mengumpulkan dana untuk program Seeing is Believing, memberdayakan remaja melalui program GOAL, dan juga memberikan pelatihan tentang literatur Keuangan. Tahun 2013, karyawan kami telah melakukan kerja relawan sebanyak 2.403 hari.

Funding to Political Activity Pemberian Dana untuk Kegiatan Politik The Bank does not give the funding for the purpose of political activity.

Bank tidak melakukan pemberian dana yang ditujukan untuk kegiatan politik.

We focus on having the right culture, structures and processes in place to ensure that we practice strong governance”

Page 79: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED FINANCIAL STATEMENTS YEAR ENDED

31 DECEMBER 2013

ISI

HAL/ PAGE

CONTENTS

SURAT PERNYATAAN MANAJEMEN THE MANAGEMENT’S STATEMENT

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ------------------------------------------- 1 - 2

INDEPENDENT AUDITORS‘ ---------------------------------------------------REPORT

LAPORAN POSISI KEUANGAN

GABUNGAN 31 DESEMBER 2013 ----------------------------------

3 - 4

COMBINED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION

---------------------------------- 31 DECEMBER 2013

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 -------

5

COMBINED STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME

------------- YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013

LAPORAN PERUBAHAN REKENING KANTOR PUSAT GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 -------

6

COMBINED STATEMENT OF CHANGES IN HEAD OFFICE ACCOUNTS

------------- YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013

LAPORAN ARUS KAS GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 -------

7 - 8

COMBINED STATEMENT OF CASH FLOWS --------------YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 -------

9 - 74

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

---------------YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013

Page 80: GROUP GRUP
Page 81: GROUP GRUP
Page 82: GROUP GRUP
Page 83: GROUP GRUP

3

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN GABUNGAN 31 DESEMBER 2013

(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION 31 DECEMBER 2013

(In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2013 2012 ASET ASSETS Kas 20 250.433 165.525 Cash Giro pada Bank Indonesia 5,20,31 3.888.784 3.500.547 Current accounts with Bank Indonesia Giro pada bank-bank lain 20,31,33 516.381 405.530 Current accounts with other banks

Tagihan dari cabang-cabang lain 20,29,31,33 316.936 72.908 Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain 6,20,31,33 2.471.955 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 7,20,31 1.520.777 1.737.590 Trading securities

Aset derivatif 8,20,29,31,33 6.280.764 1.700.994 Derivative assets

Tagihan akseptasi 9,20,31,33 1.371.349 1.138.234 Acceptance receivables

Kredit yang diberikan 10,20,29,31,33,34 32.690.216 31.218.394 Loans

Efek-efek untuk tujuan investasi 11,20,31 8.701.231 3.096.905 Investment securities

Tagihan atas pinjaman yang dijamin 12,20,31 3.275.886 949.378

Receivables under secured borrowings

Pembayaran dimuka 58.839 52.796 Prepayments

Aset tetap, neto 145.274 40.711 Fixed assets, net

Aset pajak tangguhan, neto 16 292.706 62.058 Deferred tax assets, net Aset lain-lain, neto 13,20,29,33,34 413.189 1.073.309 Other assets, net

JUMLAH ASET 62.194.720 50.797.848 TOTAL ASSETS

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 84: GROUP GRUP

4

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN GABUNGAN (Lanjutan)

31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENT OF FINANCIAL POSITION (Continued)

31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2013 2012 LIABILITAS DAN REKENING

KANTOR PUSAT LIABILITIES AND HEAD

OFFICE ACCOUNTS LIABILITAS LIABILITIES Simpanan oleh nasabah bukan bank 14,20,33,34 29.987.066) 26.448.311) Deposits by non-bank customers Simpanan oleh bank-bank lain 14,20,33,34 1.790.064) 1.657.464) Deposits by other banks Liabilitas derivatif 8,20,29,33 5.988.677) 1.575.678) Derivative liabilities Utang akseptasi 9,20,29,33 1.373.297) 1.140.005) Acceptance payables Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin

12,20 3.019.511) 945.505)

Obligation to return securities

received under secured borrowings Beban masih harus dibayar 15,20,29,33,34 561.658) 307.607) Accrued expenses Utang pajak penghasilan 16 116.471) 104.622) Income tax payables

Liabilitas imbalan pasca-kerja 17 63.277) 48.164) Obligation for post-

employment benefits Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain 18,20,29,33,34 15.845.245) 14.582.542) Due to Head Office and other

branches Liabilitas lain-lain 29,33 583.393) 570.419) Other liabilities

JUMLAH LIABILITAS 59.328.659) 47.380.317) TOTAL LIABILITIES

REKENING KANTOR PUSAT HEAD OFFICE ACCOUNTS Penyertaan Kantor Pusat 21,29,30 2.343.367) 2.343.367) Head Office investment Pendapatan komprehensif lain-neto: Other comprehensive income-net:

- Keuntungan (kerugian) actuarial belum direalisasi

1.111) (8.143)

Unrealized actuarial gain (loss) - - Cadangan nilai wajar 11 (41.474) (183) Fair value reserve -

Laba yang belum dipindahkan ke Kantor Pusat 563.057) 1.082.490) Unremitted profit

JUMLAH REKENING KANTOR PUSAT 2.866.061) 3.417.531) TOTAL HEAD OFFICE ACCOUNTS

JUMLAH LIABILITAS DAN TOTAL LIABILITIES AND

REKENING KANTOR PUSAT 62.194.720) 50.797.848) HEAD OFFICE ACCOUNTS

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 85: GROUP GRUP

5

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENT OF COMPREHENSIVE INCOME

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2013 2012 OPERATING INCOME AND PENDAPATAN DAN BEBAN EXPENSES)) OPERASIONAL

Pendapatan bunga 22,33 3.261.434) 3.026.766) Interest income Beban bunga 23,33 (1.282.006) (987.028) Interest expense Pendapatan bunga neto 1.979.428) 2.039.738) Net interest income Pendapatan provisi dan komisi 24,33 1.136.030) 1.080.246) Fee and commission income Beban provisi dan komisi 25,33 (430.880) (336.623) Fee and commission expense Pendapatan provisi dan komisi, neto 705.150) 743.623) Net fee and commission income Laba selisih kurs, neto 284.314) 421.433) Foreign exchange gain, net (Rugi) Laba atas penjualan efek-efek

yang diperdagangkan, neto (110.761) 99.498) (Loss) Gain on sale of trading

securities, net Laba atas penjualan efek-efek untuk

tujuan investasi, neto 14.412) 39.554) Gain on sale of investment

securities,net Laba (Rugi) atas instrumen derivatif,

neto 261.425) (81.510) Gain (Loss) on derivative

instruments, net Laba belum direalisasi dari perubahan

nilai wajar atas instrumen keuangan, neto 209.870) 256.539)

Unrealized gain from changes in fair value of financial instruments, net

Jumlah pendapatan operasional 3.343.838) 3.518.875) Total operating income Kerugian penurunan nilai, neto 26 (1.081.238) (427.029) Net impairment losses Beban operasional lainnya Other operating expenses

Beban umum dan administrasi 27,33 (1.111.443) (969.204) General and administrative

expenses Beban karyawan 28,33 (906.689) (771.223) Personnel expenses

Jumlah beban operasional lainnya (2.018.132) (1.740.427) Total other operating expenses Jumlah beban operasional (3.099.370) (2.167.456) Total operating expenses

LABA OPERASIONAL BERSIH 244.468) 1.351.419) NET OPERATING INCOME (BEBAN) PENDAPATAN NON-

OPERASIONAL, NETO (385) 580) NON OPERATING (EXPENSE)

INCOME, NET)) LABA SEBELUM PAJAK 244.083) 1.351.999) INCOME BEFORE TAX BEBAN PAJAK PENGHASILAN 16 (91.299) (433.518) INCOME TAX EXPENSE LABA BERSIH 152.784) 918.481) NET INCOME PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN,

SETELAH PAJAK PENGHASILAN OTHER COMPREHENSIVE INCOME,

NET OF INCOME TAX Cadangan nilai wajar (aset keuangan

tersedia untuk dijual): Fair value reserve (available-for-sale

financial assets): Perubahan bersih nilai wajar 11 (31.562) 7.105) Net change in fair value Laba atas nilai wajar yang ditransfer ke

laba rugi pada saat penjualan, neto 11 (9.729) (26.698) Fair value gains transferred to profit

or loss upon disposal, net

Keuntungan aktuarial 17 9.254) 474) Actuarial gain Pendapatan komprehensif lain, neto

setelah pajak penghasilan (32.037) (19.119) Other comprehensive income,

net of income tax JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 120.747) 899.362) TOTAL COMPREHENSIVE INCOME

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 86: GROUP GRUP

6

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN PERUBAHAN REKENING KANTOR PUSAT GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENT OF CHANGES IN HEAD OFFICE ACCOUNTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Pendapatan komprehensif lain, bersih/Other comprehensive

income, net

Penyertaan Kantor Pusat/ Head Office

Cadangan nilai wajar/

Fair value

Keuntungan (Kerugian) aktuarial/ Actuarial

Laba yang

belum dipindahkan

ke Kantor Pusat/

Unremitted

Jumlah rekening

Kantor Pusat/ Total

Head Office investment reserve Gain (Loss) profit Accounts

Saldo, 31 Desember 2011 901.217 19.410) -) 782.911) 1.703.538) Balance, 31 December 2011 Dampak penerapan PSAK No. 24

(Revisi 2010), setelah pajak penghasilan -) -)

(8.617) -) (8.617)

Effect of adoption of PSAK No. 24 (2010 Revision) , net of income

tax Saldo 1 Januari 2012, setelah

dampak penerapan PSAK No. 24 (Revisi 2010) 901.217 19.410)

(8.617) 782.911) 1.694.921)

Balance, 1 January 2012 after effect of adoption of PSAK

No. 24 (2010 Revision) Tambahan penyertaan Kantor Pusat

(Catatan 21) 1.442.150 -)

-) -) 1.442.150) Additional Head Office investment

(Note 21)

Laba komprehensif tahun berjalan:

Comprehensive income for

the year:

Laba bersih tahun berjalan - j -) -) 918.481) 918.481) Net income for the year Pendapatan komprehensif lain

setelah pajak penghasilan: Other comprehensive income,

net of income tax:

Cadangan nilai wajar (aset keuangan tersedia untuk dijual) (Catatan 11):

Fair value reserve (available-for-

sale.financial assets) (Note 11):

Perubahan bersih nilai wajar - j 7.105) -) -) 7.105) Net change in fair value

Laba atas nilai wajar yang ditransfer ke laba rugi pada saat penjualan, neto - j (26.698) -) -) (26.698)

Fair value gains transferred to profit or losses upon disposal,

net Keuntungan aktuarial

(Catatan 17) - j -) 474) -) 474) Actuarial gain

(Note 17) Jumlah pendapatan komprehensif

lain, setelah pajak penghasilan - j (19.593) 474) -) (19.119) Total other comprehensive

income, net of income tax

Pemindahan laba ke Kantor Pusat - j -) -) (618.902) (618.902) Profit remitted to Head Office Saldo, 31 Desember 2012 2.343.367) (183) (8.143) 1.082.490) 3.417.531) Balance, 31 December 2012

Laba komprehensif tahun berjalan:

Comprehensive income for

the year:

Laba bersih tahun berjalan - j - j - j 152.784) 152.784) Net income for the year Pendapatan komprehensif lain

setelah pajak penghasilan: J J Other comprehensive income,

net of income tax:

Cadangan nilai wajar (aset keuangan tersedia untuk dijual) (Catatan 11): J j j j

Fair value reserve (available-for-

sale.financial assets) (Note 11):

Perubahan bersih nilai wajar - j (31.562) - j - j (31.562) Net change in fair value

Laba atas nilai wajar yang ditransfer ke laba rugi pada saat penjualan, neto - j (9.729) - j - j (9.729)

Fair value gains transferred to profit or losses upon disposal,

net Keuntungan aktuarial

(Catatan 17) - j - j 9.254) - j 9.254) Actuarial gain

(Note 17) Jumlah pendapatan komprehensif

lain, setelah pajak penghasilan - j (41.291) 9.254) -) (32.037) Total other comprehensive

income, net of income tax

Pemindahan laba ke Kantor Pusat - j - j - j (672.217) (672.217) Profit remitted to Head Office

Saldo, 31 Desember 2013 2.343.367) (41.474) 1.111) 563.057) 2.866.061) Balance, 31 December 2013

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 87: GROUP GRUP

7

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS GABUNGAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013

(Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENT OF CASH FLOWS YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013

(In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2013 2012

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI: CASH FLOWS FROM OPERATING

ACTIVITIES: Laba bersih 152.784) 918.481) Net income Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih

ke kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi:

Adjustments to reconcile net income to net cash provided by (used in)

operating activities: Penyusutan aset tetap 52.118) 44.209) Depreciation of fixed assets Laba atas penjualan aset tetap (118) (356) Gain on sale of fixed assets Laba belum direalisasi atas perubahan nilai

wajar instrumen keuangan, neto (209.870) (256.539) Unrealized gain from changes in

fair value of financial instruments,net Penambahan cadangan kerugian

penurunan nilai 26 1.081.238) 427.029) Addition of allowance for

impairment losses Beban imbalan pasca-kerja 17 36.999) 12.689) Post-employment benefit expenses (Laba) rugi selisih kurs, neto (1.528.808) 30.546) Foreign exchange (gain) loss, net Pendapatan bunga 22 (3.261.434) (3.026.766) Interest income Beban bunga 23 1.282.006) 987.028) Interest expense Beban pajak 16 91.299) 433.518) Income tax expense Perubahan pada aset dan liabilitas: Changes in assets and liabilities:

Tagihan dari cabang-cabang lain (201.455) (24.261) Due from other branches Efek-efek yang diperdagangkan 193.027) 559.639) Trading securities Tagihan derivatif (2.815.466) 284.096) Derivative receivables Kredit yang diberikan 835.353) (5.351.721) Loans

Tagihan atas pinjaman yang dijamin (2.319.873) 304.640) Receivables under secured

Borrowings Pembayaran dimuka (6.043) 30.571) Prepayments Aset lain-lain 762.834) (193.172) Other assets Simpanan oleh nasabah bukan bank 923.549) 952.712) Deposits by non-bank customers Simpanan oleh bank-bank lain 132.566) (90.778) Deposits by other banks Liabilitas derivatif 1.971.425) (277.854) Derivative liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 2.151.623) (333.456)

Obligation to return securities received under

secured borrowings Beban masih harus dibayar 242.687) (71.713) Accrued expenses Pinjaman yang diterima -) (145.274) Borrowings Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain 1.262.703) 629.431) Due to Head Office and other

branches Liabilitas lain-lain (32.427) (27.607) Other liabilities

Pembayaran bunga (1.270.642) (904.351) Payments of interest Penerimaan bunga 3.189.070) 3.111.516) Receipts of interest

Pembayaran imbalan pasca-kerja 17 (8.177) (4.798) Payments of post-employment

benefits Pembayaran pajak penghasilan badan (294.672) (511.104) Payments of corporate income tax

Kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi 2.412.296) (2.493.645)

Net cash provided by (used in) operating activities

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI: CASH FLOWS FROM INVESTING

ACTIVITIES: Perolehan aset tetap (156.680) (12.007) Acquisition of fixed assets Penerimaan dari penjualan aset tetap 118) 356) Proceeds from sale of fixed assets Penerimaan dari penjualan efek-efek tersedia

untuk dijual 11 1.330.397) 5.617.587) Proceeds from sale of available-for-sale

securities Pembelian efek-efek tersedia untuk dijual (6.398.988) (2.451.047) Purchase of available-for-sale securities

Kas bersih yang (digunakan untuk) diperoleh dari aktivitas investasi (5.225.153) 3.154.889)

Net cash (used in) provided by

investing activities

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 88: GROUP GRUP

8

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS GABUNGAN (Lanjutan)

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

COMBINED STATEMENT OF CASH FLOWS (Continued)

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

Catatan/ Notes 2013 2012 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN:

CASH FLOWS FROM FINANCING ACTIVITIES:

Tambahan penyertaan Kantor Pusat 21 -) 1.442.150) Additional Head Office investment Pemindahan laba ke Kantor Pusat ()672.217) (618.902) Profit remitted to Head Office

Kas bersih yang (digunakan untuk) diperoleh dari aktivitas pendanaan (672.217) 823.248)

Net cash (used in) provided by financing activities

Efek perubahan kurs terhadap kas dan setara kas 1.554.963) 351.275)

Effect of exchange rate changes on cash and cash equivalents.

(Penurunan) kenaikan neto kas dan setara

kas (1.930.111) 1.835.767) Net (decrease) increase in cash and cash

equivalents

Kas dan setara kas, awal tahun 9.654.571) 7.818.804) Cash and cash equivalents, beginning of

year. Kas dan setara kas, akhir tahun 7.724.460) 9.654.571) Cash and cash equivalents, end of year Kas dan setara kas terdiri dari: Cash and cash equivalents consist of:

Kas 250.433) 165.525) Cash Giro pada Bank Indonesia 5 3.888.784) 3.500.547) Current accounts with Bank Indonesia Giro pada bank-bank lain 516.381) 405.530) Current accounts with other banks Penempatan pada Bank Indonesia dan

bank-bank lain - jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal perolehan 6 2.471.955) 5.582.969)

Placements with Bank Indonesia and other banks - mature within 3 (three) months from the date of acquisition

Sertifikat Bank Indonesia - jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal perolehan 596.907) -)

Certificates of Bank Indonesia - mature within 3 (three) months from the date of

acquisition)))) 7.724.460) ) 9.654.571)

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Gabungan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan gabungan.

See Notes to the Combined Financial Statements, which form an integral part of these combined financial statements.

Page 89: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

9

1. UMUM

1. GENERAL

a. Standard Chartered Bank Indonesia ("Bank") merupakan kantor cabang Standard Chartered Bank, UK yang berkantor pusat di London, berdomisili di Menara Standard Chartered, Jl. Prof. DR. Satrio No. 164, Jakarta 12930. Bank diatur oleh Undang-Undang Perbankan Indonesia No. 14 tahun 1967. Pada tanggal 1 Oktober 1968, Bank memperoleh izin melakukan usaha bank umum dari Menteri Keuangan melalui Surat Keputusan No. D.15.6.5.19. Operasi Bank dilakukan di kantor cabang utama di Jakarta dan kantor-kantor cabang pembantu di Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Makasar dan Palembang.

a. Standard Chartered Bank Indonesia (“the Bank”), an unincorporated component of Standard Chartered Bank, UK with head office in London, is docimiled at Menara Standard Chartered, Jl. Prof. DR. Satrio No. 164, Jakarta 12930. The Bank is governed by the Indonesian Banking Law No. 14 of 1967. On 1 October 1968, the Bank received its business license as a commercial bank through the Decree of Minister of Finance No. D.15.6.5.19. The Bank's operations are conducted through the Jakarta main office and its sub-branches in Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Denpasar, Makasar and Palembang.

Induk perusahaan Bank adalah Standard Chartered PLC, yang memiliki banyak anak perusahaan dan cabang di seluruh dunia.

The Bank is ultimately part of Standard Chartered PLC, which has subsidiaries and branches throughout the world.

b. Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Chief

Executive Officer Bank adalah Thomas John Aaker. b. As of 31 December 2013 and 2012, the Bank’s

Chief Executive Officer was Thomas John Aaker.

c. Jumlah karyawan tetap Bank pada akhir tahun 2013 dan 2012 masing-masing 1.781 dan 1.795 orang.

c. The Bank employed 1,781 and 1,795 permanent employees at year end 2013 and 2012, respectively.

d. Laporan keuangan gabungan disetujui untuk

diterbitkan oleh manajemen pada tanggal 8 April 2014. d. The combined financial statements were

authorized for issue by the management on 8 April 2014.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES

Dalam pembukuan dan pelaporan keuangannya, Bank menganut kebijakan akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (“SAK”) di Indonesia. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting, yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan gabungan ini, adalah sebagai berikut:

The accounting and reporting policies adopted by the Bank conform to Indonesian Financial Accounting Standards (“SAK”). The significant accounting policies, applied in the preparation of these combined financial statements, are as follows:

a. Pernyataan kepatuhan a. Statement of compliance

Laporan keuangan gabungan Bank disusun dan disajikan sesuai dengan SAK di Indonesia.

The Bank’s combined financial statements were prepared and presented in accordance with SAK.

b. Dasar penyusunan laporan keuangan gabungan

b. Basis for preparation of combined financial statements

Laporan keuangan Bank merupakan gabungan dari akun-akun kantor cabang utama dan seluruh kantor cabang pembantu. Saldo antar cabang telah dieliminasi.

The Bank's financial statements are combined from the accounts of the main office and all the sub-branches. Inter-branch balances have been eliminated.

Page 90: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

10

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

b. Dasar penyusunan laporan keuangan gabungan

(Lanjutan) b. Basis for preparation of combined financial

statements (Continued)

Laporan keuangan gabungan disusun dengan basis akrual menggunakan konsep nilai historis, kecuali sebagai berikut:

The combined financial statements are prepared on the accrual basis using the historical cost concept, except for the following:

- instrumen keuangan pada nilai wajar melalui

laba rugi diukur pada nilai wajar; - financial instruments at fair value through profit

or loss are measured at fair value;

- instrumen keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar;

- available-for-sale financial assets are measured at fair value;

- aset dan liabilitas keuangan yang ditetapkan

sebagai item dilindung nilai dalam hubungan lindung nilai atas nilai wajar yang memenuhi syarat lindung nilai, disesuaikan untuk perubahan nilai wajar yang dapat diatribusikan ke risiko yang dilindung nilai; dan

- recognized financial assets and financial liabilities designated as hedged items in qualifying fair value hedge relationships are adjusted for changes in fair value attributable to the risk being hedged; and

- liabilitas untuk kewajiban imbalan pasca-kerja

diakui pada nilai sekarang dari liabilitas imbalan pasca-kerja bersih dikurangi beban jasa lalu.

- the liability for obligation for post employment benefit is recognized at the present value of the net obligation less unrecognized past service cost.

Laporan keuangan gabungan disajikan dalam mata uang Rupiah yang merupakan mata uang fungsional Bank. Seluruh angka dalam laporan keuangan gabungan ini dibulatkan menjadi jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan secara khusus.

The combined financial statements are presented in Rupiah, which is the Bank’s functional currency. Figures in these combined financial statements are rounded to and stated in millions of Rupiah, unless otherwise specified.

Laporan arus kas gabungan menyajikan perubahan dalam kas dan setara kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Laporan arus kas gabungan disusun dengan metode tidak langsung. Untuk tujuan laporan arus kas gabungan, kas dan setara kas meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank-bank lain, dan penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan sejak tanggal perolehan, sepanjang tidak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima.

The combined statement of cash flows presents the changes in cash and cash equivalents from operating, investing and financing activities. The combined statement of cash flows is prepared using the indirect method. For the purpose of the combined statement of cash flows, cash and cash equivalents consist of cash, current accounts with Bank Indonesia, current accounts with other banks, and placements with Bank Indonesia and other banks that mature within three months from the date of acquisition, as long as they are not being pledged as collateral for borrowings.

c. Penjabaran transaksi dan saldo dalam mata uang asing

c. Foreign currency transactions and balances translation

Transaksi-transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.

Transactions in foreign currencies are translated into Rupiah at the rates prevailing at the transaction date.

Saldo akhir tahun aset moneter dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan dalam Rupiah dengan kurs tengah Reuters pada tanggal laporan posisi keuangan pukul 16:00 WIB.

Year-end balances of monetary assets and monetary liabilities denominated in foreign currencies are translated into Rupiah using the Reuters middle rates on statement of financial position date at 16:00 WIB.

Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

The exchange gains and losses arising from transactions in foreign currencies and from the translation of foreign currency monetary assets and liabilities are recognized in profit or loss for the year.

Page 91: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

11

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

c. Penjabaran transaksi dan saldo dalam mata uang asing (Lanjutan)

c. Foreign currency transactions and balances translation (Continued)

Keuntungan atau kerugian kurs mata uang asing atas aset dan liabilitas moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal tahun, disesuaikan dengan suku bunga efektif dan pembayaran selama tahun berjalan, dan biaya perolehan diamortisasi dalam mata uang asing yang dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs pada akhir tahun.

The foreign currency gain or loss on monetary assets and liabilities is the difference between amortized cost in Rupiah at the beginning of the year, adjusted for effective interest and payments during the year, and the amortized cost in foreign currency translated into Rupiah at the exchange rate at the end of the year.

Kurs mata uang asing utama pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut (dalam Rupiah penuh):

The major rates of exchange used as of 31 December 2013 and 2012 were as follows (in full amount of Rupiah):

2013 2012 Jenis mata uang asing Foreign currencies USD 1 12.170,00 9.637,50 USD 1 AUD 1 10.855,65 10.007,10 AUD 1 SGD 1 9.622,08 7.878,61 SGD 1 HKD 1 1.569,54 1.243,27 HKD 1 GBP 1 20.110,93 15.514,93 GBP 1 JPY 100 11.575,00 11.176,50 JPY 100 EUR 1 16.759,31 12.731,62 EUR 1

d. Transaksi dengan pihak-pihak berelasi d. Transactions with related parties

Dalam laporan keuangan gabungan ini, istilah pihak berelasi digunakan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) No. 7 (Revisi 2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi”.

In these combined financial statements, the term related parties are used as defined in the Statement of Financial Accounting Standards (“PSAK”) No. 7 (2010 Revision) regarding “Related Party Disclosures”.

Seluruh transaksi dan saldo dengan pihak-pihak berelasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan gabungan (Catatan 33).

All transactions and balances with related parties are disclosed in the notes to the combined financial statements (Note 33).

e. Pendapatan dan beban bunga e. Interest income and expenses

Pendapatan dan beban bunga diakui dalam laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Namun demikian dimungkinkan untuk menggunakan metode garis lurus untuk tujuan praktis, apabila dampak terhadap laporan laba rugi komprehensif gabungan tidak material.

Interest income and expense are recognized in profit or loss using the effective interest method. However, there might be certain circumstances where straight line method can be accepted for practicality reasons, where the impact to the combined statement of comprehensive income does not materially differ.

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran dan penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat) untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Bank mengestimasi arus kas di masa depan dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa mendatang.

The effective interest rate is the rate that exactly discounts the estimated future cash payments and receipts through the expected life of the financial asset or financial liability (or, where appropriate, a shorter period) to the net carrying amount of the financial asset or financial liability. When calculating the effective interest rate, the Bank estimates future cash flows considering all contractual terms of the financial instrument but not future credit losses.

Page 92: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

12

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

e. Pendapatan dan beban bunga (Lanjutan) e. Interest income and expenses (Continued)

Perhitungan suku bunga efektif mencakup biaya transaksi (Catatan 2g.2) dan imbalan/provisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima sepanjang jumlah tersebut material, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif.

The calculation of the effective interest rate includes transaction costs (Note 2g.2) and fees/provisions and points paid or received to the extent the amount is material, that are an integral part of the effective interest rate.

Pendapatan dan beban bunga yang disajikan pada laporan laba rugi komprehensif gabungan meliputi:

Interest income and expense presented in the combined statement of comprehensive income include:

- Bunga atas aset keuangan dan liabilitas

keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi yang dihitung dengan metode suku bunga efektif;

- Interest on financial assets and financial liabilities at amortized cost calculated on an effective interest method;

- Bunga atas efek-efek untuk tujuan investasi

yang tersedia untuk dijual yang dihitung dengan metode suku bunga efektif.

- Interest on available-for-sale investment securities is calculated on an effective interest method.

Pendapatan bunga dari semua aset keuangan yang diperdagangkan bersifat incidental terhadap kegiatan perdagangan Bank dan disajikan sebagai bagian dari pendapatan bunga.

Interest income on all trading financial assets are considered to be incidental to the Bank’s trading operations and are presented as part of interest income.

f. Provisi dan komisi f. Fees and commissions

Pendapatan dan beban provisi dan komisi yang signifikan dan merupakan bagian integral dari suku bunga efektif atas aset keuangan atau liabilitas keuangan diamortisasi dengan metode suku bunga efektif.

Significant fees and commission income and expenses that are integral to the effective interest rate on a financial asset or liability are amortized on an effective interest method.

Pendapatan provisi dan komisi lainnya, termasuk provisi yang terkait kegiatan ekspor impor, provisi atas manajemen kas, dan provisi atas jasa diakui pada saat jasa diberikan. Dalam hal tanggal maupun jumlah pencairan kredit atas komitmen kredit tidak dapat ditentukan, pendapatan provisi dari komitmen kredit tersebut diakui dengan metode garis lurus selama jangka waktu komitmen kredit.

Other commission and commitment fees, including export import related fees, cash management fees, and service fees are recognized as the related services are performed. When drawdown dates or amounts of loan commitment are not readily determinable, loan commitment fees are recognized on a straight-line basis over the loan commitment period.

Provisi dan komisi dari pelaksanaan aktivitas yang signifikan diakui pada saat aktivitas signifikan yang terkait telah diselesaikan.

Fees earned on the execution of a significant act are recognized when the related significant act has been completed.

Beban provisi dan komisi lainnya diakui sebagai beban pada saat jasa tersebut diterima.

Other commission and commitment expenses are expensed as the services are received.

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan g. Financial assets and financial liabilities

Aset keuangan Bank terutama terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank-bank lain, tagihan dari cabang-cabang lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain, efek-efek yang diperdagangkan, aset derivatif, tagihan akseptasi, kredit yang diberikan, efek-efek untuk tujuan investasi, tagihan atas pinjaman yang dijamin dan tagihan lainnya (yang disajikan sebagai bagian dari aset lain-lain).

The Bank’s financial assets mainly consist of cash, current accounts with Bank Indonesia, current accounts with other banks, due from other branches, placements with Bank Indonesia and other banks, trading securities, derivative assets, acceptance receivables, loans, investment securities, receivables under secured borrowings and other receivables (which are presented as part of other assets).

Page 93: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

13

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan

(Lanjutan) g. Financial assets and financial liabilities

(Continued)

Liabilitas keuangan Bank terutama terdiri dari simpanan oleh nasabah bukan bank, simpanan oleh bank-bank lain, liabilitas derivatif, utang akseptasi, liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin, beban masih harus dibayar, dan utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain.

The Bank’s financial liabilities mainly consist of deposits by non-bank customers, deposits by other banks, derivative liabilities, acceptance payables, obligation to return securities received under secured borrowings, accrued expenses, and due to Head office and other branches.

g.1. Klasifikasi g.1. Classification

Bank mengklasifikasikan aset keuangannya ke dalam kategori berikut pada saat pengakuan awal:

The Bank classified its financial assets in the following categories on initial recognition:

i. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi,

yang memiliki 2 (dua) sub-klasifikasi, yaitu aset keuangan yang ditetapkan demikian pada saat pengakuan awal dan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan;

ii. Tersedia untuk dijual; iii. Dimiliki hingga jatuh tempo; iv. Pinjaman yang diberikan dan piutang.

i. Fair value through profit or loss, which has 2 (two) sub-classifications, i.e. financial assets designated as such upon initial recognition and financial assets classified as held for trading;

ii. Available-for-sale; iii. Held-to-maturity; iv. Loans and receivables.

Liabilitas keuangan diklasifikasikan ke dalam kategori berikut pada saat pengakuan awal:

i. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, yang memiliki 2 (dua) sub-klasifikasi, yaitu liabilitas keuangan yang ditetapkan demikian pada saat pengakuan awal dan liabilitas keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan;

ii. Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Financial liabilities are classified into the following categories on initial recognition:

i. Fair value through profit or loss, which has (2) two sub-classifications, i.e. those designated as such upon initial recognition and those classified as held for trading;

ii. Financial liabilities measured at amortized cost.

Kategori untuk diperdagangkan adalah aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diperoleh atau dimiliki Bank terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dari perubahan harga atau suku bunga dalam jangka pendek atau untuk lindung nilai instrumen trading book lainnya.

Held for trading are those financial assets and financial liabilities that the Bank acquires or incurs principally for the purpose of selling or repurchasing with the intention of benefiting from short-term price or interest rate movements or hedging other elements of the trading book.

Kategori tersedia untuk dijual terdiri dari aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori aset keuangan lainnya.

Available-for-sale category consists of non-derivative financial assets that are designated as available-for-sale or are not classified in one of the other categories of financial assets.

Page 94: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

14

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

g.1. Klasifikasi (Lanjutan) g.1. Classification (Continued)

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah diterapkan, dimana Bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo dan bukan merupakan aset yang ditetapkan pada nilai wajar melalui laba rugi atau tersedia untuk dijual.

Held-to-maturity investments are non-derivative assets with fixed or determinable payments and fixed maturity that the Bank has the positive intent and ability to hold to maturity and which are not designated at fair value through profit or loss or available-for-sale.

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif dan Bank tidak berniat untuk menjualnya segera atau dalam waktu dekat.

Loans and receivables are non-derivative financial assets with fixed or determinable payments that are not quoted in an active market and that the Bank does not intend to sell immediately or in the near term.

g.2. Pengakuan g.2. Recognition

Kredit yang diberikan serta simpanan diakui pada tanggal perolehan.

Loans and deposits are recognized on the date of origination.

Pembelian dan penjualan aset keuangan yang lazim (regular) diakui pada tanggal perdagangan dimana Bank memiliki komitmen untuk membeli atau menjual aset tersebut.

Regular way purchases and sales of financial assets are recognized on the trade date at which the Bank commits to purchase or sell those assets.

Semua aset dan liabilitas keuangan lainnya diakui pada tanggal perdagangan dimana Bank menjadi suatu pihak dalam ketentuan kontraktual instrumen tersebut.

All other financial assets and liabilities are recognized on the trade date at which the Bank becomes a party to the contractual provisions of the instrument.

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan atau liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar ditambah (untuk item yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi setelah pengakuan awal) biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung atas perolehan aset keuangan atau penerbitan liabilitas keuangan. Pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan setelah pengakuan awal bergantung pada klasifikasi aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut.

A financial asset or financial liability is initially measured at fair value plus (for an item not subsequently measured at fair value through profit or loss) transaction costs that are directly attributable to the acquisition of financial assets or issuance of financial liability. The subsequent measurement of financial assets and financial liabilities depends on their classification.

Biaya transaksi hanya meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehan suatu aset keuangan atau penerbitan suatu liabilitas keuangan dan merupakan biaya tambahan yang tidak akan terjadi apabila instrumen keuangan tersebut tidak diperoleh atau diterbitkan. Untuk aset keuangan, biaya transaksi ditambahkan pada jumlah yang diakui pada awal pengakuan aset, sedangkan untuk liabilitas keuangan, biaya transaksi dikurangkan dari jumlah utang yang diakui pada awal pengakuan liabilitas.

Transaction costs include only those costs that are directly attributable to the acquisition of a financial asset or issue of a financial liability and are incremental costs that would not have been incurred if the instrument had not been acquired or issued. In the case of financial assets, transaction costs are added to the amount recognized initially, while for financial liabilities, transaction costs are deducted from the amount of debt initially recognized.

Page 95: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

15

g.2. Pengakuan (Lanjutan) g.2. Recognition (Continued)

Biaya transaksi tersebut diamortisasi selama umur instrumen berdasarkan metode suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga untuk biaya transaksi sehubungan dengan aset keuangan atau sebagai bagian dari beban bunga untuk biaya transaksi sehubungan dengan liabilitas keuangan.

Such transaction costs are amortized over the terms of the instruments based on the effective interest method and are recorded as part of interest income for transaction costs related to financial assets or interest expense for transaction costs related to financial liabilities.

g.3. Penghentian pengakuan g.3. Derecognition

Bank menghentikan pengakuan aset keuangan pada saat hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut kadaluwarsa, atau Bank mentransfer seluruh hak untuk menerima arus kas kontraktual dari aset keuangan dalam transaksi dimana Bank secara substansial telah mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan yang ditransfer. Setiap hak atau kewajiban atas aset keuangan yang ditransfer yang timbul atau yang masih dimiliki oleh Bank diakui sebagai aset atau liabilitas secara terpisah.

The Bank derecognizes a financial asset when the contractual rights to the cash flows from the financial asset expire, or when it transfers the rights to receive the contractual cash flows on the financial asset in a transaction in which substantially all the risks and rewards of ownership of the financial asset are transferred. Any interest in transferred financial assets that is created or retained by the Bank is recognized as a separate asset or liability.

Dalam transaksi dimana Bank secara substansial tidak memiliki atau tidak mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan, Bank menghentikan pengakuan aset tersebut jika Bank tidak lagi memiliki pengendalian atas aset tersebut. Hak dan kewajiban yang timbul atau yang masih dimiliki dalam transfer tersebut diakui secara terpisah sebagai aset atau liabilitas. Dalam transfer dimana pengendalian atas aset masih dimiliki, Bank tetap mengakui aset yang ditransfer tersebut sebesar keterlibatan berkelanjutan, dimana tingkat keberlanjutan Bank dalam aset yang ditransfer adalah sebesar perubahan nilai aset yang ditransfer.

In transactions in which the Bank neither retains nor transfers substantially all the risks and rewards of ownership of a financial asset, the Bank derecognizes the asset if it does not retain control over the asset. The rights and obligations retained in the transfer are recognized separately as assets and liabilities as appropriate. In transfers in which control over the asset is retained, the Bank continues to recognize the asset to the extent of its continuing involvement, determined by the extent to which it is exposed to changes in the value of the transferred asset.

Bank menghapusbukukan aset keuangan dan cadangan kerugian penurunan nilai terkait, pada saat Bank menentukan bahwa aset keuangan tersebut tidak dapat ditagih. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan informasi seperti telah terjadinya perubahan signifikan pada posisi keuangan debitur/penerbit aset keuangan sehingga debitur/penerbit tidak lagi dapat melunasi kewajibannya, atau hasil penjualan agunan tidak akan cukup untuk melunasi seluruh eksposur.

The Bank writes off a financial asset and any related allowance for impairment losses, when the Bank determines that the financial asset is uncollectible. This decision is reached after considering information such as the occurrence of significant changes in the financial position of borrower/financial asset issuer such that the borrower/issuer can no longer pay the obligation, or that proceeds from collateral will not be sufficient to pay back the entire exposure.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

Page 96: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

16

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

g.3. Penghentian pengakuan (Lanjutan) g.3. Derecognition (Continued)

Bank menghentikan pengakuan liabilitas keuangan pada saat liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.

The Bank derecognizes a financial liability when its contractual obligations are discharged or cancelled or expire.

g.4. Saling hapus g.4. Offsetting

Aset keuangan dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan gabungan jika, dan hanya jika, Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

Financial assets and financial liabilities are set off and the net amount is presented in the combined statement of financial position when, and only when, the Bank has a legal right to set off the amounts and intends either to settle on a net basis or realize the asset and settle the liability simultaneously.

Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah neto hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.

Income and expenses are presented on a net basis only when permitted by accounting standards.

g.5. Pengukuran biaya perolehan diamortisasi g.5. Amortized cost measurement

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal, dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali dinyatakan berbeda, yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.

The amortized cost of a financial asset or financial liability is the amount at which the financial asset or financial liability is measured at initial recognition, minus principal repayments, plus or minus the cumulative amortization using the effective interest method, unless otherwise stated, of any difference between the initial amount recognized and the maturity amount, and less any allowance for impairment loss.

g.6. Pengukuran nilai wajar g.6. Fair value measurement

Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan, atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction) pada tanggal pengukuran.

Fair value is the amount for which an asset could be exchanged, or a liability is settled, between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction on the measurement date.

Jika tersedia, Bank mengukur nilai wajar instrumen keuangan dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen tersebut. Suatu pasar dianggap aktif jika harga kuotasi sewaktu-waktu dan secara berkala tersedia dan mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan teratur dalam suatu transaksi yang wajar.

When available, the Bank measures the fair value of an instrument using quoted prices in an active market for that instrument. A market is regarded as active if quoted prices are readily and regularly available and represent actual and regularly occurring market transactions on an arm’s length basis.

Page 97: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

17

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities

(Continued)

g.6. Pengukuran nilai wajar (Lanjutan) g.6. Fair value measurement (Continued)

Jika pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian mencakup penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang memahami, berkeinginan, dan jika tersedia, referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara subtansial sama, penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan penggunaan model penetapan harga opsi (option pricing model). Teknik penilaian yang dipilih memaksimalkan penggunaan input pasar, dan meminimalkan penggunaan taksiran yang bersifat spesifik dari Bank, memasukkan semua faktor yang akan dipertimbangkan oleh para pelaku pasar dalam menetapkan suatu harga dan konsisten dengan metodologi ekonomi yang dapat diterima dalam penetapan harga instrumen keuangan. Input yang digunakan dalam teknik penilaian secara memadai mencerminkan ekspektasi pasar dan ukuran atas faktor risiko dan pengembalian (risk-return) yang melekat pada instrumen keuangan. Bank mengkalibrasi teknik penilaian dan menguji validitasnya dengan menggunakan harga-harga dari transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi untuk instrumen yang sama atau atas dasar data pasar lainnya yang tersedia yang dapat diobservasi.

If a market for a financial instrument is not active, the Bank establishes fair value using a valuation technique. Valuation techniques include using recent arm’s length transactions between knowledgeable, willing parties, and if available, reference to the current fair value of other instruments that are substantially the same, discounted cash flows analysis and option pricing models. The chosen valuation technique makes maximum use of market inputs, relies as little as possible on estimates specific to the Bank, incorporates all factors that market participants would consider in setting a price, and is consistent with accepted economic methodologies for pricing financial instruments. Inputs to valuation techniques reasonably represent market expectations and measures of the risk-return factors inherent in the financial instrument. The Bank calibrates valuation techniques and tests them for validity using prices from observable current market transactions in the same instrument or based on other available observable market data.

Bukti terbaik atas nilai wajar instrumen keuangan pada saat pengakuan awal adalah harga transaksi, yaitu nilai wajar dari pembayaran yang diberikan atau diterima, kecuali jika nilai wajar dari instrumen keuangan tersebut ditentukan dengan perbandingan terhadap transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi dari suatu instrumen yang sama atau berdasarkan suatu teknik penilaian yang variabelnya hanya menggunakan data dari pasar yang dapat diobservasi.

The best evidence of the fair value of a financial instrument at initial recognition is the transaction price, i.e., the fair value of the consideration given or received, unless the fair value of that instrument is evidenced by comparison with other observable current market transactions in the same instrument or based on a valuation technique whose variables include only data from observable markets.

Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara harga transaksi dan nilai yang sebelumnya diperoleh dari model penilaian diakui dalam laba rugi setelah pengakuan awal tergantung pada masing-masing fakta dan keadaan dari transaksi tersebut namun tidak lebih lambat dari saat penilaian tersebut didukung sepenuhnya oleh data pasar yang dapat diobservasi atau saat transaksi ditutup.

When transaction price provides the best evidence of fair value at initial recognition, the financial instrument is initially measured at the transaction price and any difference between this price and the value initially obtained from a valuation model is subsequently recognized in profit or loss depending on the individual facts and circumstances of the transaction but not later than when the valuation is supported wholly by observable market data or the transaction is closed out.

Page 98: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

18

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING

(Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

g. Aset keuangan dan liabilitas keuangan (Lanjutan)

g. Financial assets and financial liabilities (Continued)

g.6. Pengukuran nilai wajar (Lanjutan) g.6. Fair value measurement (Continued)

Nilai wajar mencerminkan risiko kredit atas instrumen keuangan dan termasuk penyesuaian yang dilakukan untuk memasukkan risiko kredit pihak lawan, mana yang lebih sesuai. Taksiran nilai wajar yang diperoleh dari model penilaian akan disesuaikan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti risiko likuiditas atau ketidakpastian model penilaian, sepanjang Bank yakin bahwa keterlibatan suatu pasar pihak ketiga akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam penetapan harga suatu transaksi.

Fair values reflect the credit risk of the instrument and include adjustments to take account of the credit risk of the counterparty where appropriate. Fair value estimates obtained from models are adjusted for any other factors, such as liquidity risk or model uncertainties, to the extent that the Bank believes a third-party market participation would take them into account in pricing a transaction.

Aset keuangan dan long position diukur menggunakan harga penawaran; liabilitas keuangan dan short position diukur menggunakan harga permintaan. Jika Bank memiliki posisi aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling hapus, maka Bank dapat menggunakan nilai tengah dari harga pasar sebagai dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan menerapkan penyesuaian terhadap harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka neto (net open position), mana yang lebih sesuai.

Financial assets and long positions are measured at a bid price; financial liabilities and short positions are measured at an ask price. Where the Bank has positions with offsetting risk, mid-market prices are used to measure the offsetting risk positions and a bid or ask price adjustment is applied only to the net open position as appropriate.

h. Giro pada Bank Indonesia dan bank-bank lain

h. Current accounts with Bank Indonesia and other banks

Setelah pengakuan awal, giro pada Bank Indonesia dan bank-bank lain dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.

Subsequent to initial recognition, current accounts with Bank Indonesia and other banks are carried at amortized cost.

i. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-

bank lain i. Placements with Bank Indonesia and other

banks

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Placements with Bank Indonesia and other banks are initially measured at fair value plus incremental direct transaction costs, and subsequently measured at their amortized cost using effective interest method.

Page 99: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

19

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

j. Efek-efek yang diperdagangkan j. Trading securities

Efek-efek yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan pada saat pengakuan awal dan setelah pengakuan awal diukur pada nilai wajar di laporan posisi keuangan gabungan, dengan biaya transaksi yang terjadi diakui langsung dalam laba rugi. Selisih antara nilai wajar dan harga perolehan efek-efek untuk tujuan diperdagangkan, yang belum direalisasi diakui (dibebankan) dalam laba rugi tahun yang berjalan.

Securities which are classified as trading, are initially recognized and subsequently measured at fair value in the combined statement of financial position, with transaction costs taken directly to profit or loss. Unrealized gain or loss from the difference between the fair value and the acquisition cost of trading securities are recognized (charged) to profit or loss for the year.

Laba atau rugi yang direalisasi pada saat penghentian pengakuan efek-efek yang diperdagangkan, diakui atau dibebankan dalam laba rugi tahun berjalan.

Realized gains or losses which are realized when securities are derecognized, are recognized or charged to profit or loss for the year.

k. Instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai k. Derivative instruments and hedging activities

Instrumen derivatif diakui dalam laporan keuangan gabungan sebesar nilai wajarnya, pada saat pengakuan awal maupun setelah pengakuan awal. Untuk memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, PSAK No. 55 (Revisi 2011) mensyaratkan beberapa kriteria tertentu yang harus dipenuhi, termasuk adanya dokumentasi formal pada awal lindung nilai.

Derivative instruments are recognized in the combined financial statements at fair value, at initial recognition and subsequent measurement. To qualify for hedge accounting, PSAK No. 55 (2011 Revision) requires certain criteria to be met, including documentation required to have been in place at the inception of the hedge.

Akuntansi untuk perubahan nilai wajar suatu instrumen derivatif bergantung pada apakah instrumen derivatif tersebut ditujukan untuk dan memenuhi kriteria sebagai lindung nilai, serta jenis hubungan lindung nilai.

The accounting for changes in the fair value of a derivative instrument depends on whether it has been designated and qualifies as part of a hedging relationship, and further, on the type of hedging relationship.

Untuk instrumen derivatif yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, Bank harus menetapkan jenis lindung nilai atas instrumen tersebut, apakah sebagai lindung nilai atas nilai wajar atau lindung nilai arus kas, sesuai dengan eksposur yang dilindung nilai. Bank secara formal mendokumentasikan seluruh hubungan antara instrumen lindung nilai dan transaksi yang dilindung nilai, termasuk tujuan dan strategi manajemen risiko untuk melakukan berbagai transaksi tersebut. Pada saat pengakuan awal dan secara berkesinambungan (sekurang-kurangnya setiap tanggal pelaporan eksternal), Bank secara formal menelaah kembali apakah derivatif yang digunakan dalam transaksi lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan dalam nilai wajar atau arus kas dari transaksi yang dilindung nilai. Jika tidak terjadi saling hapus dengan sangat efektif, maka Bank menghentikan akuntansi lindung nilai secara prospektif.

For derivative instruments that qualify for hedge accounting, the Bank must designate the hedging instrument as a fair value hedge or cash flow hedge based on the exposure being hedged. The Bank formally documents all relationships between hedging instruments and hedged items, as well as its risk management objectives and strategies for undertaking various transactions. Both at inception and on an ongoing basis (at least on each external reporting dates) thereafter, the Bank formally assesses whether the derivatives that are used in hedging transactions are highly effective in offsetting changes in either the fair value or cash flows of the hedged items. If a derivative ceases to be a highly effective hedge, the Bank discontinues hedge accounting prospectively.

Perubahan nilai wajar derivatif yang sangat efektif dengan tujuan lindung nilai atas nilai wajar, bersama dengan perubahan atas nilai wajar transaksi yang dilindung nilai yang dapat diatribusikan pada risiko lindung nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

Changes in the fair value of highly effective derivatives designated as fair value hedges together with changes in the fair value of the hedged items that are attributable to the hedged risks are recognized in profit or loss for the year.

Page 100: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

20

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

k. Instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai

(Lanjutan) k. Derivative instruments and hedging activities

(Continued)

Untuk lindung nilai arus kas, bagian efektif perubahan nilai wajar atas instrumen derivatif dicatat sebagai laba atau rugi belum direalisasi atas perubahan nilai wajar instrumen derivatif untuk tujuan lindung nilai arus kas pada rekening Kantor Pusat, dan diakui dalam laba rugi tahun berjalan pada saat transaksi yang dilindung nilai tersebut mempengaruhi laba. Bagian yang tidak efektif, termasuk bagian yang timbul dari kemungkinan bahwa transaksi yang diperkirakan tidak akan terjadi, diakui segera dalam laba rugi.

For cash flow hedges, the effective portion of changes in the fair value of the derivative instruments are recorded in unrealized gain or loss from change in fair value of derivative instruments for cash flow hedges in Head Office accounts, and are recognized in profit or loss for the year when the related hedged items affect income. Any ineffective portion including that arising from the unlikelihood of an anticipated transaction to occur, is recognized immediately in profit or loss.

Untuk instrumen derivatif yang tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai atau tidak ditetapkan untuk tujuan lindung nilai, perubahan nilai wajar atas derivatif diakui sebagai laba atau rugi dalam laba rugi tahun berjalan.

For derivative instruments which do not qualify for hedge accounting or which are not designated as hedges, changes in fair value of the derivative instruments are recognized in profit or loss for the year.

l. Tagihan dan kewajiban akseptasi l. Acceptance receivables and payables

Setelah pengakuan awal, tagihan dan kewajiban akseptasi dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi.

Subsequent to initial recognition, acceptance receivables and payables are stated at amortized cost.

m. Kredit yang diberikan m. Loans

Pada saat pengakuan awal, kredit yang diberikan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan kredit yang diberikan tersebut. Setelah pengakuan awal, kredit yang diberikan diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Namun demikian, dalam kondisi tertentu, dapat digunakan metode garis lurus untuk tujuan praktis, apabila dampak terhadap laba rugi tidak material.

Loans are initially measured at fair value plus transaction costs that are directly attributable to the acquisition of the loans. After initial recognition, loans are measured at amortised cost using effective interest method. However, there might be certain circumtances where straight line method can be accepted for practical reasons, where the impact to profit or loss does not materially differ.

Kredit dalam rangka pembiayaan bersama (kredit sindikasi) dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Bank.

Syndicated loans are stated at amortized cost in accordance with the portion of risk borne by the Bank.

n. Efek-efek untuk tujuan investasi n. Investment securities

Efek-efek untuk tujuan investasi diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo.

Investment securities are classified as available-for-sale and held-to-maturity.

Efek-efek untuk tujuan investasi, selain obligasi pemerintah-Sukuk dan Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS), pada saat pengakuan awal diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, efek-efek untuk tujuan investasi diukur sesuai dengan klasifikasinya masing-masing, sebagai dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual, atau pinjaman yang diberikan dan piutang.

Investment securities, other than government bonds-Sukuk and Sharia Treasury Bills (“SPNS”), are initially measured at fair value plus transaction costs. Subsequently, investment securities are accounted for depending on their respective classifications, as either held-to-maturity, available-for-sale, or loans and receivables.

Page 101: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

21

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

n. Efek-efek untuk tujuan investasi (Lanjutan) n. Investment securities (Continued)

Laba atau rugi selisih kurs atas efek-efek untuk tujuan investasi diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

Foreign exchange gains or losses on investment securities are recognized in profit or loss for the year.

Perubahan nilai wajar lainnya atas efek-efek untuk tujuan investasi dalam kelompok tersedia untuk dijual diakui secara langsung sebagai bagian dari rekening Kantor Pusat sampai investasi tersebut dijual atau mengalami penurunan nilai, dimana keuntungan dan kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam rekening kantor pusat harus diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

Other fair value changes for investment securities classified as available-for-sale are recognized directly as a component of Head Office accounts until the investment is sold or impaired, upon which the cumulative gains and losses previously recognized in head office accounts are recognized in profit or loss for the year.

Bank menentukan klasifikasi investasi pada sukuk dan SPNS sebagai diukur pada biaya perolehan.

The Bank determines the classification of investment in sukuk and SPNS as measured at acquisiton cost.

Sesuai dengan PSAK No. 110, ”Akuntansi Sukuk”, investasi pada sukuk dan SPNS diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika:

In accordance with PSAK No. 110, “Accounting for Sukuk”, investment in sukuk and SPNS are classified as measured at acquisition cost if:

a. Investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk memperoleh arus kas kontraktual; dan

b. Persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok dan/atau hasilnya.

a. Such investment is held in a business model whose objective is to collect contractual cash flows; and

b. The contractual terms of the financial asset give rise on specified dates to payments of principals and/or the margin.

Pada saat pengakuan awal, Bank mencatat investasi pada sukuk dan SPNS sebesar biaya perolehan ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehan investasi pada sukuk dan SPNS. Setelah pengakuan awal, investasi pada sukuk dan SPNS dinyatakan sebesar biaya perolehan, ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai, bila ada.

At initial recognition, the Bank records investment in sukuk and SPNS at acquisition costs plus directly attributable transaction costs. Subsequent to initial recognition, investment in sukuk and SPNS are stated at acquisition cost, plus unamortized portion of transaction costs that are amortized using straight-line method, minus allowance for impairment losses, if any.

o. Identifikasi dan pengukuran penurunan nilai

aset keuangan o. .Identification and measurement of impairment

.of financial assets

Pada setiap tanggal pelaporan, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan yang tidak dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi telah mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika bukti obyektif menunjukkan bahwa peristiwa yang merugikan telah terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa datang atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

At each reporting date, the Bank assesses whether there is objective evidence that the financial assets not carried at fair value through profit or loss are impaired. Financial assets are impaired when objective evidence demonstrates that a loss event has occurred after the initial recognition of the asset, and that the loss event has an impact of future cash flows on the assets that can be estimated reliably.

Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan dibentuk secara individual (“IIP”) atau kolektif (“PIP”). Aset keuangan yang telah dievaluasi secara individual untuk penurunan nilai, dan yang telah dibentuk IIP, tidak akan diikutsertakan dalam evaluasi untuk penurunan nilai secara kolektif.

Allowance for impairment losses of financial assets are recognized both on individual ("IIP") or collective basis ("PIP"). Financial assets which have been assessed individually for impairment, and for which IIP has been recognized, will not be included in the assessment of impairment on collective basis.

Page 102: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

22

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG

PENTING (Lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING

POLICIES (Continued)

o. Identifikasi dan pengukuran penurunan nilai aset keuangan (Lanjutan)

o. .Identification and measurement of impairment .of financial assets (Continued)

Cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif (“PIP”)

Portfolio impairment provision (“PIP”)

Dalam mengevaluasi penurunan nilai secara kolektif, Bank menggunakan model statistik dari tren probability of default di masa lalu, waktu pemulihan dan jumlah kerugian yang terjadi, yang disesuaikan dengan pertimbangan manajemen mengenai apakah kondisi ekonomi dan kondisi kredit saat ini mungkin menyebabkan kerugian aktual lebih besar atau lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh model statistik. Tingkat wanprestasi, tingkat kerugian dan waktu pemulihan yang diharapkan di masa datang secara berkala dibandingkan dengan hasil aktual yang diperoleh untuk memastikan bahwa model statistik yang digunakan masih memadai.

In assessing collective impairment, the Bank uses statistical modeling of historical trends of the probability of default, timing of recoveries and the amount of loss incurred, adjusted for management’s judgement as to whether current economic and credit conditions are such that the actual losses are likely to be greater or less than suggested by historical modeling. Default rates, loss rates and the expected timing of future recoveries are regularly benchmarked againts actual outcomes to ensure that they remain appropriate.

Cadangan kerugian penurunan nilai individual (“IIP”)

Individual Impairment Provision (“IIP”)

Kredit yang diberikan diklasifikasikan mengalami penurunan nilai dan dianggap sebagai non-performing pada saat analisa dan review mengindikasikan bahwa pembayaran penuh baik untuk bunga maupun pokoknya dipertanyakan. Indikator utama adanya penurunan nilai adalah keterlambatan pembayaran oleh nasabah yaitu ketika nasabah gagal untuk melakukan pembayaran pokok atau bunga pada saat jatuh tempo. Jumlah hari lewat jatuh tempo yang digunakan untuk memicu cadangan kerugian penurunan nilai individual ditentukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang menunjukkan ketika suatu akun mencapai jumlah hari lewat jatuh tempo tertentu, maka probabilitas pemulihan dari akun tersebut (selain dari agunan) adalah rendah.

Loans are classified as impaired and considered non-performing where analysis and review indicates that full payment of either interest or principal is questionable. A primary indicator of potential impairment is delinquency, i.e. when the counterparty has failed to make a principal or interest payment when contractually due. The days past due used to trigger individual impairment provision are broadly driven by past experiences, which shows that once an account reaches the relevant number of days past due, the probability of recovery (other than by realising collateral) is low.

Pada saat suatu jumlah dianggap tidak dapat diperoleh kembali, cadangan kerugian penurunan nilai individual dibentuk. Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai yang dapat diatribusikan pada nilai waktu (time value) tercermin sebagai komponen pendapatan bunga.

Where any amount is considered irrecoverable, an individual impairment provision is raised. Impairment losses on financial assets carried at amortized cost are measured as the difference between the carrying amount of the financial assets and the present value of estimated future cash flows discounted at the financial assets’ original effective interest rate. Changes in impairment provisions attributable to time value are reflected as a component of interest income.

Ketika peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai menyebabkan jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laba rugi tahun berjalan.

When a subsequent event causes the amount of impairment loss to decrease, the impairment loss is reversed through current year profit or loss.

Page 103: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

23

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

o. Identifikasi dan pengukuran penurunan nilai aset keuangan (Lanjutan)

o. Identification and measurement of impairment of financial assets (Continued)

Jika persyaratan kredit dinegosiasi ulang atau dimodifikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah.

If the terms of a loan is renegotiated or otherwise modified because of financial difficulties of the borrower or issuer, impairment is measured using the original effective interest rate before the modification of terms.

Pada saat dianggap bahwa secara realistis, tidak ada prospek pemulihan kredit yang telah dibentuk cadangan kerugian penurunan nilainya, maka kredit tersebut akan dihapusbukukan.

Where it is considered that there is no realistic prospect of recovering a portion of an exposure against which provision has been raised, the amount will be written off.

Kerugian penurunan nilai atas efek-efek yang tersedia untuk dijual diakui dengan mengeluarkan kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam cadangan nilai wajar ke laba rugi. Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari cadangan nilai wajar dan diakui pada laba rugi merupakan selisih antara biaya perolehan, setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi, dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laba rugi. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai yang dapat diatribusikan pada nilai waktu (time value) tercermin sebagai komponen pendapatan bunga.

Impairment losses on available-for-sale marketable securities are recognized by transferring the cumulative loss that has been recognized directly in the fair value reserve to profit or loss. The cumulative loss that has been removed from the fair value reserve and recognized in profit or loss is the difference between the acquisition cost, net of any principal repayment and amortization, and the current fair value, less any impairment loss previously recognized in profit or loss. Changes in impairment provisions attributable to time value are reflected as a component of interest income.

Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual yang mengalami penurunan nilai meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi komprehensif gabungan, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi komprehensif gabungan.

If, in a subsequent period, the fair value of an impaired available-for-sale financial instrument increases and the increase can be objectively related to an event occurring after the impairment loss was recognized in the combined statement of comprehensive income, the impairment loss is reversed, with the amount of reversal is recognized in the combined statement of comprehensive income.

p. Pinjaman yang dijamin p. Secured borrowings

Efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) namun Bank tidak menanggung risiko dan manfaat atas kepemilikannya diperlakukan sebagai pinjaman yang dijamin, dan efek-efek tersebut tidak dicatat di laporan posisi keuangan gabungan.

Securities purchased with a commitment to resell (a “reverse repo”) but for which the Bank does not acquire the risks and rewards of ownership are treated as collateralized loans or secured borrowings, and such securities are not included in the combined statement of financial position.

Pinjaman yang dijamin yang dikategorikan pada nilai wajar melalui laba rugi dinyatakan pada nilai wajar.

Secured borrowing categorized as fair value through profit and loss is stated at fair value.

Pinjaman yang dijamin yang dikategorikan pada pinjaman yang diberikan dan piutang dinyatakan sebesar harga jual kembali efek yang disepakati dikurangi pendapatan bunga yang belum diakui. Pendapatan bunga yang belum diakui merupakan selisih antara harga beli dan harga jual kembali yang disepakati dan diakui sebagai pendapatan selama jangka waktu sejak tanggal perolehan hingga tanggal dijual kembali dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Secured borrowings categorized as loans and receivable are stated at the agreed resale price less unearned interest income. Unearned interest income which represents a difference between the purchase price and the agreed resale price is recognized as income over the period commencing from the acquisition date to the resale date using the effective interest method.

Page 104: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

24

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

p. Pinjaman yang dijamin (Lanjutan) p. Secured borrowings (Continued)

Efek-efek dari pinjaman yang dijamin, yang dijual ke pihak ketiga dicatat sebagai kewajiban untuk mengembalikan efek-efek yang diterima atas pinjaman yang dijamin sebesar nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar efek-efek diakui atau dibebankan dalam laba rugi tahun berjalan.

Securities under secured borrowings which are sold to a third party are recorded as an obligation to return the securities received under the secured borrowings at fair value. Changes in the fair value are recognized or charged to profit or loss for the year.

q. .Simpanan oleh nasabah bukan bank dan bank-

bank lain q. Deposits by non-bank customers and other

banks

Setelah pengakuan awal, simpanan oleh nasabah bukan bank dan bank-bank lain dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Subsequent to initial recognition, deposits by non-bank customers and other banks are measured at amortized cost using effective interest method.

r. Pajak penghasilan r. Income tax

Beban pajak terdiri dari pajak kini dan pajak tangguhan. Beban pajak diakui pada laporan laba rugi komprehensif gabungan kecuali untuk item yang diakui secara langsung di rekening Kantor Pusat atau di pendapatan komprehensif lain.

Income tax expense comprises current and deferred taxes. Income tax expense is recognized in the combined statement of comprehensive income except to the extent that it relates to items recognized directly in head office accounts or in other comprehensive income.

Beban pajak kini merupakan utang pajak yang diharapkan atas laba kena pajak untuk tahun berjalan dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau yang secara substansial telah berlaku pada tanggal pelaporan, dan termasuk penyesuaian yang dibuat untuk penyisihan pajak tahun sebelumnya, baik untuk merekonsiliasi pajak penghasilan dengan pajak yang dilaporkan di Surat Pemberitahuan Tahunan, atau untuk memperhitungkan perbedaan yang muncul dari pemeriksaan pajak.

Current tax is the expected tax payable on the taxable income for the year, using tax rates enacted or substantively enacted at the reporting date, and includes true-up adjustments made to the previous years’ tax provision either to reconcile them with the income tax reported in annual tax returns, or to account for differences arising from tax assessments.

Pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tujuan pelaporan keuangan, dan nilai yang digunakan untuk tujuan perpajakan. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang diharapkan untuk diterapkan atas perbedaan temporer pada saat pembalikan, berdasarkan peraturan yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada tanggal pelaporan. Metode ini juga mengharuskan pengakuan manfaat pajak masa depan, seperti kompensasi rugi fiskal, apabila besar kemungkinan manfaat pajak tersebut dapat direalisasi.

Deferred tax is recognized in respect of temporary differences between the carrying amounts of assets and liabilities for financial reporting purposes, and the amounts used for taxation purposes. Deferred tax is measured at the tax rates that are expected to be applied to temporary differences when they reverse based on the laws that have been enacted or substantialy enacted at the reporting date. This method also requires the recognition of future tax benefits, such as tax loss carryforwards, to the extent that realization of such benefits is probable.

Koreksi atas liabilitas pajak diakui pada saat surat ketetapan pajak diterima, atau apabila diajukan keberatan dan atau banding, maka koreksi diakui pada saat keputusan atas keberatan atau banding tersebut diterima.

Amendments to taxation obligations are recorded when an assessment is received, or if objection and or appeal is filed, when the results of the objection or the appeal has been received.

s. Liabilitas imbalan pasca-kerja s. Obligation for post-employment benefits

Liabilitas atas imbalan pasca-kerja dihitung sebesar nilai kini dari taksiran jumlah imbalan pasca-kerja di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan tersebut pada masa kini dan masa lalu. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit.

The obligation for post-employment benefits is calculated at present value of estimated future benefits that the employees have earned in return for their services in the current and prior periods. The calculation is performed by an independent actuary using the projected-unit-credit method.

Page 105: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

25

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (Lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (Continued)

s. Liabilitas imbalan pasca-kerja (Lanjutan) s. Obligation for post-employment benefits (Continued)

Ketika imbalan pasca-kerja berubah, porsi kenaikan atau penurunan imbalan sehubungan dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa lalu dibebankan atau dikreditkan dalam laba rugi dengan menggunakan metode garis lurus selama taksiran jangka waktu rata-rata hingga imbalan pasca-kerja menjadi hak karyawan (vested). Imbalan pasca-kerja yang telah menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban dalam laba rugi tahun berjalan.

When the benefits change, the portion of the increased or decreased benefits relating to past service by employees is charged or credited to profit or loss on a straight-line basis over the estimated average period until the benefits become vested. To the extent that the benefits vest immediately, the expense is recognized immediately in profit or loss for the year.

Keuntungan atau kerugian aktuarial diakui sebagai bagian pada pendapatan komprehensif lain pada periode terjadinya.

Actuarial gains or losses are recognized as other comprehensive income in the period which they arise.

t. .Penggunaan pertimbangan, estimasi dan asumsi

t. Use of judgments, estimates and assumptions

Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan SAK mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi penerapan kebijakan akuntansi dan jumlah aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang dilaporkan. Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan kegiatan saat ini, hasil aktual dapat berbeda dari estimasi tersebut.

The preparation of financial statements in conformity with SAK requires management to make judgments, estimates and assumptions that affect the application of accounting policies and the reported amounts of assets, liabilities, income and expenses. Although these estimates are based on management’s best knowledge of current events and activities, actual results may differ from those estimates.

Estimasi dan asumsi yang digunakan ditinjau secara berkesinambungan. Revisi atas estimasi akuntansi diakui pada periode dimana estimasi tersebut direvisi dan periode-periode yang akan datang yang dipengaruhi oleh revisi estimasi tersebut.

Estimates and underlying assumptions are reviewed on an ongoing basis. Revisions to accounting estimates are recognized in the period in which the estimate is revised and in any future periods affected.

Informasi mengenai hal-hal penting yang terkait dengan penggunaan estimasi dan pertimbangan-pertimbangan penting dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak yang signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan gabungan dijelaskan di Catatan 4.

Information about significant areas of use of estimates and critical judgments in applying accounting policies that have significant effect on the amount recognized in the combined financial statements are described in Note 4.

u. Standar akuntansi yang telah diterbitkan tetapi

belum efektif u. Accounting standards issued but not yet

effective

Berikut ini adalah PSAK yang telah diterbitkan dan relevan terhadap Bank, namun baru akan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2015: • PSAK No.1 (Revisi 2013), “Penyajian Laporan

Keuangan”. • PSAK No. 68, “Pengukuran Nilai Wajar”. Bank masih menilai dampak atas penerapan PSAK baru diatas terhadap laporan keuangan Bank.

Set out below are the PSAKs that have been issued and relevant to the Bank, but will only become effective on 1 January 2015: • PSAK No. 1 (2013 Revision), “Presentation of

Financial Statements”. • PSAK No. 68, “Fair Value Measurement”. The Bank is still in the process of evaluating the impact of the implementation of the above new PSAKs to the financial statements to the Bank.

Page 106: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

26

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT

a. Pendahuluan dan gambaran umum a. Introduction and overview

Manajemen risiko yang efektif merupakan hal yang fundamental untuk dapat menghasilkan laba secara konsisten dan berkesinambungan dan merupakan hal utama dalam manajemen keuangan dan operasional Bank. Melalui kerangka kerja manajemen risiko, Bank mengelola seluruh risiko usaha, dengan tujuan untuk memaksimalkan risk-adjusted returns namun tetap dalam batasan risk appetite Bank.

Effective risk management is fundamental to being able to generate profits consistently and sustainably and is thus a central part of the financial and operational management of the Bank. Through the risk management framework, the Bank manages enterprise-wide risks, with the objective of maximising risk-adjusted returns while remaining within the Bank’s risk appetite.

Risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang dihadapi oleh Bank termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional.

The risks arising from financial instruments to which the Bank is exposed include credit risk, market risk, liquidity risk, and operational risk.

b. Risiko kredit b. Credit risk

Risiko kredit adalah kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat kegagalan pihak lawan dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada Bank sesuai dengan kesepakatan. Eksposur kredit dapat timbul baik pada banking book maupun trading book. Risiko kredit dikelola melalui suatu kerangka kerja yang menetapkan kebijakan dan prosedur yang mencakup pengukuran dan pengelolaan risiko kredit. Terdapat pemisahan tugas yang jelas antara pihak yang melakukan transaksi dalam bisnis dan pihak yang menyetujui dalam masing-masing unit Risiko. Seluruh pagu kredit disetujui berdasarkan kerangka wewenang persetujuan kredit yang ditetapkan.

Credit risk is the potential for loss due to the failure of a counterparty to meet its obligations to pay the Bank in accordance with agreed terms. Credit exposures may arise from both the banking and trading books. Credit risk is managed through a framework that sets out policies and procedures covering the measurement and management of credit risk. There is a clear segregation of duties between transaction originators in the businesses and approvers in the Risk function. All credit exposure limits are approved within a defined credit approval authority framework.

i. Pengelolaan risiko kredit i. Credit risk management

Pengukuran risiko memainkan peranan penting, seiring dengan penilaian dan pengalaman dalam menyediakan informasi yang digunakan dalam keputusan pengambilan risiko dan pengelolaan portofolio. Mayoritas eksposur Bank tercakup dalam metode yang mengadopsi pendekatan Advanced IRB (Internal Rate Based). Scorecard yang digunakan dalam credit scoring portofolio Advanced IRB menggunakan peringkat risiko (“CG”) dengan kredit standar alfanumerik baik untuk Wholesale Banking maupun Consumer Banking. Peringkat risiko kredit berdasarkan estimasi internal Bank mengenai kemungkinan wanprestasi dalam periode satu tahun yang terjadi pada nasabah atau portofolio yang dianalisa terhadap faktor kuantitatif dan kualitatif tertentu. Peringkat risiko kredit dimulai dari 1 hingga 14 dan beberapa peringkat disub-klasifikasikan sebagai A, B, atau C. Peringkat risiko kredit yang lebih rendah mengindikasikan kemungkinan yang lebih kecil terjadi wanprestasi. Peringkat kredit 1A hingga 12C dialokasikan untuk nasabah performing sedangkan risiko kredit 13 dan 14 dialokasikan untuk nasabah wanprestasi (non-performing). Scorecards digunakan secara luas dalam penilaian risiko kredit baik untuk nasabah secara individual maupun tingkat portofolio, penentuan strategi dan optimalisasi keputusan pengembalian terhadap risiko (risk-return) Bank.

Risk measurement plays a central role, along with judgment and experience in providing information used in risk taking and portfolio management decisions. The majority of the Bank’s exposure is covered by Advanced IRB (Internal Rate Based) compliant models. The scorecard used to support credit scoring for Advanced IRB portfolio used a standard alphanumeric credit risk grade (CG) system which is used in both Wholesale Banking and Consumer Banking. The grading is based on the Bank’s internal estimate of probability of default over a one-year horizon, with customers or portfolios assessed against a range of quantitative and qualitative factors. The numeric grades run from 1 to 14 and some of the grades are further sub-classified A, B or C. Lower credit grades are indicative of a lower likelihood of default. Credit grades 1A to 12C are assigned to performing customers or accounts, while credit grades 13 and 14 are assigned to non-performing or defaulted customers. Scorecards are widely used in assessing risks at a customer and portfolio level, setting strategy and optimising the Bank’s risk-return decisions.

Page 107: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

27

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

ii. Mitigasi risiko ii. Risk mitigation

Potensi kerugian kredit dari setiap eksposur, nasabah, maupun portofolio akan dimitigasi dengan berbagai cara, termasuk agunan, jaminan dan asuransi kredit. Upaya mitigasi ini dinilai secara seksama dalam hal kepastian hukum dan keberhasilan pelaksanaannya, korelasi penilaian pasar dan risiko counterparty dari pemberi jaminan. Kebijakan yang berkaitan dengan mitigasi risiko menentukan kelayakan jenis agunan. Jenis agunan yang memenuhi syarat untuk mitigasi risiko mencakup kas; piutang usaha; perumahan; properti komersial dan industri; aset tetap seperti kendaraan bermotor, pabrik dan mesin; surat berharga; komoditas; dan jaminan bank (SBLC).

Potential credit losses from any given account, customer or portfolio are mitigated using a range of tools which include collateral, guarantees and credit insurance. The reliance that can be placed on these mitigants is carefully assessed in light of issues such as legal certainty and enforceability, market valuation correlation and counterparty risk of the guarantor. Risk mitigation policies determine the eligibility of collateral types. Collateral types that are eligible for risk mitigation include cash; receivables; residential, commercial and industrial property; and fixed assets such as motor vehicles, plant and machinery; marketable securities; commodities; and bank guarantees (SBLC).

Bank secara berkala memonitor eksposur kredit, kinerja portofolio dan kecenderungan eksternal yang dapat mempengaruhi hasil pengelolaan risiko. Laporan pengelolaan risiko internal yang disampaikan kepada Country Risk Committee, mencakup informasi mengenai kecenderungan utama mengenai lingkungan, politik dan ekonomi yang mempengaruhi portofolio bisnis Bank; delinquency portofolio dan hasil (performance) penurunan nilai kredit; dan metrik portofolio IRB termasuk migrasi peringkat kredit.

The Bank regularly monitors credit exposures, portfolio performance and external trends that may impact risk management outcomes. Internal risk management reports are presented to the Country Risk Committee, containing information on key environmental, political and economic trends across the Bank’s business portfolios; portfolio delinquency and loan impairment performance; and IRB portfolio metrics including credit grade migration.

iii. Pengawasan portofolio kredit iii. Credit portfolio monitoring

Eksposur dan portofolio korporasi dikategorikan sebagai early alert ketika eksposur tersebut menunjukkan gejala penurunan maupun kelemahan secara finansial, misalnya dalam hal terjadi penurunan posisi nasabah di industri terkait, pelanggaran perjanjian, kegagalan pemenuhan kewajiban, atau terdapat masalah terkait pemilikan atau manajemen perusahaan. Terhadap eksposur dan portofolio tersebut akan dilakukan proses tertentu yang diawasi oleh Early Alert Committee. Rencana khusus terhadap eksposur tersebut akan ditelaah kembali, langkah-langkah perbaikan akan disepakati dan dimonitor. Tindakan perbaikan termasuk, namun tidak terbatas pada, penurunan eksposur, penambahan jaminan, penghentian akun kredit, atau pemindahan pengawasan eksposur ke dalam pengendalian khusus oleh Group Special Asset Management (GSAM), unit khusus pemulihan kredit.

Corporate accounts and portfolios are placed on early alert when they display signs of weakness or financial deterioration, for example, where there is a decline in the customer’s position within the industry, a breach of covenants, non-performance of an obligation, or there are issues relating to ownership or management. Such accounts and portfolios are subjected to a dedicated process overseen by the Early Alert Committee. Account plans are re-evaluated and remedial actions are agreed and monitored. Remedial actions include, but not limited to, exposure reduction, security enhancement, exiting the account or immediate movement of the account into the control of Group Special Asset Management (GSAM), the specialist recovery unit.

Page 108: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

28

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

iii. Pengawasan portofolio kredit (Lanjutan) iii. Credit portfolio monitoring (Continued)

Untuk Consumer Banking, tren delinquency portofolio dipantau secara detil dan berkesinambungan. Perilaku nasabah individu diawasi dan menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. Terhadap eksposur yang mengalami tunggakan pembayaran dilakukan proses penagihan yang dikelola secara independen oleh unit Risiko. Eksposur yang telah dihapusbukukan dikelola oleh unit khusus pemulihan kredit. Unit Usaha Kecil dan Menengah (“UKM”) dikelola oleh Consumer Banking dalam dua sub-segmen yang berbeda: usaha kecil (small business) dan menengah (medium enterprise), yang dibedakan berdasarkan jumlah pendapatan tahunan nasabah. Proses pengelolaan kredit ini dikategorikan lebih lanjut berdasarkan besarnya eksposur. Eksposur yang lebih besar dikelola melalui pendekatan Discretionary Lending, sesuai dengan prosedur Wholesale Banking, dan eksposur yang lebih kecil dikelola melalui Programmed Lending, sesuai dengan prosedur Consumer Banking.

In Consumer Banking, portfolio delinquency trends are monitored continuously at a detailed level. Individual customer behaviour is also tracked and is considered for lending decisions. Accounts that are past due are subject to a collections process, managed independently by the Risk function. Charged-off accounts are managed by specialist recovery teams. The small and medium-sized enterprise (SME) business is managed within Consumer Banking in two distinct customer sub-segments: small businesses and medium enterprises, differentiated by the annual turnover of the customer’s income. The credit processes are further refined based on exposure at risk. Larger exposures are managed through the Discretionary Lending approach, in line with Wholesale Banking procedures, and smaller exposures are managed through the Programmed Lending, in line with Consumer Banking procedures.

iv. Eksposur maksimum terhadap risiko kredit iv. Maximum exposures to credit risk

Jumlah nilai tercatat eksposur risiko kredit terkait untuk instrumen keuangan di dalam laporan posisi keuangan gabungan dan rekening administratif (tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya) pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

Credit risk exposures relating to financial instruments on the combined statement of financial position and administrative accounts at their carrying amounts (without taking into account any collaterals held or other credit supports) as of 31 December 2013 and 2012 are as follows:

2013 2012 Laporan posisi keuangan: Statement of financial position:

Giro pada Bank Indonesia 3.888.784 3.500.547 Current accounts with Bank Indonesia Giro pada bank-bank lain 516.381 405.530 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang lain 316.936 72.908 Due from other branches Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-

bank lain 2.471.955 5.582.969 Placements with Bank Indonesia and

other banks Efek-efek yang diperdagangkan 1.520.777 1.737.590 Trading securities Aset derivatif 6.280.764 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.371.349 1.138.234 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 32.690.216 31.218.394 Loans Efek-efek untuk tujuan investasi 8.701.231 3.096.905 Investment securities Tagihan atas pinjaman yang dijamin 3.275.886 949.378 Receivables under secured borrowings Aset lain-lain 158.604 688.461 Other assets

Rekening administratif dengan risiko kredit: Off-balance sheet exposures with credit risk:

Bank garansi dan garansi pengapalan yang diterbitkan kepada nasabah 9.731.901 6.123.504

Bank guarantees and shipping guarantees issued to customers

Fasilitas kredit yang belum digunakan-committed 5.443.427 4.865.904 Unused loan facilities-committed

Fasilitas letters of credit yang tidak dapat dibatalkan yang diberikan ke nasabah 2.034.208 1.532.424

Irrevocable letters of credit facilities provided to customers

Page 109: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

29

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

v. Analisa konsentrasi risiko kredit v. Credit risk concentration

Konsentrasi risiko kredit timbul ketika sejumlah nasabah menjalankan kegiatan atau aktivitas usaha yang serupa dalam wilayah geografis yang sama, atau ketika nasabah memiliki karakteristik sejenis yang akan menyebabkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya secara bersama dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi atau kondisi lainnya. Bank mensyaratkan diversifikasi portofolio kredit berdasarkan jenis debitur, jenis kredit, dan sektor industri sebagai upaya untuk meminimalkan risiko kredit. Konsentrasi risiko kredit berdasarkan jenis debitur:

Concentrations of credit risk arise when a number of customers are engaged in similar business activities or activities within the same geographic region, or when they have similar characteristics that would cause their ability to meet contractual obligations to be similarly affected by changes in economic or other conditions. The Bank requires the diversification of its credit portfolio among a variety of type of debtors, type of loans and industries in order to minimize the credit risk. Credit risk concentration by type of debtors:

2013

Korporasi/ Corporates

Pemerintah dan Bank Indonesia/

Government and Bank Indonesia Bank/ Banks Ritel/ Retail Jumlah/ Total

Giro pada Bank Indonesia - 3.888.784 - - 3.888.784

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain - - 516.381 - 516.381 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang

lain - - 316.936 - 316.936 Due from other branches Penempatan pada Bank

Indonesia dan bank-bank lain - 255.695 2.216.260 - 2.471.955

Placements with Bank Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 56.632 1.365.324 98.821 - 1.520.777 Trading securities

Aset derivatif 1.465.030 - 4.812.898 2.836 6.280.764 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.371.349 - - - 1.371.349 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 21.721.217 - 4.342.143 6.626.856 32.690.216 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi 495.325 8.205.906 - - 8.701.231 Investment securities Tagihan atas pinjaman yang

dijamin - - 3.275.886 - 3.275.886 Receivables under secured

borrowings Aset lain-lain 158.604 - - - 158.604 Other assets Rekening administratif dengan

risiko kredit 12.310.547 - 2.055.049 2.843.940 17.209.536 Off-balance sheet exposures with

credit risk Jumlah 37.578.704 13.715.709 17.634.374 9.473.632 78.402.419 Total

Persentase

48% 17% 23% 12% 100% Percentage

2012

Korporasi/ Corporates

Pemerintah dan Bank Indonesia/

Government and Bank Indonesia Bank/ Banks Ritel/ Retail Jumlah/ Total

Giro pada Bank Indonesia - 3.500.547 - - 3.500.547

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain - - 405.530 - 405.530 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang

lain - - 72.908 - 72.908 Due from other branches Penempatan pada Bank

Indonesia dan bank-bank lain - 1.564.131 4.018.838 - 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 246.976 1.490.614 - - 1.737.590 Trading securities

Aset derivatif 597.060 - 1.103.091 843 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.138.234 - - - 1.138.234 Acceptance receivables Kredit yang diberikan 21.728.714 - 3.300.897 6.188.783 31.218.394 Loans

Efek-efek untuk tujuan investasi - 3.096.905 - - 3.096.905 Investment securities

Tagihan atas pinjaman yang dijamin - - 949.378 - 949.378

Receivables under secured borrowings

Aset lain-lain 688.461 - - - 688.461 Other assets Rekening administratif dengan

risiko kredit 7.803.449 - 1.773.631 2.944.752 12.521.832 Off-balance sheet exposures with

credit risk Jumlah 32.202.894 9.652.197 11.624.273 9.134.378 62.613.742 Total

Persentase 51% 15% 19% 15% 100% Percentage

Konsentrasi kredit yang diberikan berdasarkan jenis kredit dan sektor industri diungkapkan pada Catatan 10.

The concentration of loans by type of loans and economic sectors is disclosed in Note 10.

Page 110: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

30

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vi. Analisa risiko kredit vi. Credit risk analysis

Tabel berikut ini menyajikan aset keuangan yang mengalami penurunan nilai, aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai, serta aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai.

The following table presents the impaired financial assets, past due but not impaired financial assets and neither past due nor impaired financial assets.

2013

Giro pada bank-bank lain/

Current accounts with other banks

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank

lain/ Placements with Bank Indonesia and other banks

Tagihan akseptasi/

Acceptance receivables

Kredit yang diberikan/

Loans

Efek-efek untuk tujuan

investasi/ Investment securities

Efek-efek yang diperdagangka

n/ Trading securities

Tagihan atas pinjaman

yang dijamin/ Receivable

under secured

borrowings

Aset keuangan lainnya/ Other

financial assets*

Aset dengan biaya perolehan diamortisasi

Assets at amortised cost

Aset keuangan yang mengalami penurunan nilai secara individual - - - 1.225.306 - - - 913.113

Individually impaired financial assets

- - - 1.225.306 - - - 913.113

Aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai:

Past due but not impaired financial assets:

Telah jatuh tempo sampai dengan 30 hari - - - 462.565 - - - - Past due up to 30 days

Telah jatuh tempo 31-60 hari - - - 120.213 - -

- - Past due 31-60 days

Telah jatuh tempo 61-90 hari - - - 72.291 - -

- - Past due 61-90 days

Telah jatuh tempo 91-120 hari - - - 49.553 - -

- - Past due 91-120 days

Telah jatuh tempo 121-150 hari - - - 40.114 - - - - Past due 121-150 days

- - - 744.736 - - - -

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai (termasuk akun yang dinegosiasi ulang):

Neither past due nor impaired financial assets (including accounts with

renegotiated terms): Peringkat kredit 1-6 516.381 2.421.955 676.451 13.250.220 - - 315.200 146.890 Credit grading 1-6 Peringkat kredit 7-9 - 50.000 696.846 9.744.654 - - - - Credit grading 7-9 Peringkat kredit 10-12 - - - 9.101.560 - - - - Credit grading 10-12

516.381 2.471.955 1.373.297 32.096.434 - - 315.200 146.890

Aset keuangan tersedia untuk dijual

Available for sale financial assets

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor

impairedfinancial assets: Peringkat kredit 1-6 - - - - 5.504.874 - - - Credit grading 1-6

- - - - 5.504.874 - - -

Aset yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi

Assets at fair value through profit or loss

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor

impaired financial assets: Peringkat kredit 1-6 - - - - - 1.520.777 2.960.686 6.280.764 Credit grading 1-6

- - - - - 1.520.777 2.960.686 6.280.764

Dimiliki hingga jatuh tempo

Held to Maturity

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor impaired financial

assets: Peringkat kredit 1-6 - - - - 3.196.357 - - - Credit grading 1-6

- - - - 3.196.357 - - -

Jumlah 516.381 2.471.955 1.373.297 34.066.476 8.701.231 1.520.777 3.275.886 7.340.767 Total

Cadangan kerugian

penurunan nilai:

Allowance for

impairment losses:.. Aset keuangan yang

mengalami penurunan nilai (secara individual) - - - (1.135.126) - - - (901.399)

Impaired financial assets (individually)…

Aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai dan aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai termasuk dengan akun yang dinegosiasi ulang (secara kolektif) - - (1.948) (241.134) - - - -

Past due but not impaired financial assets and neither past due nor

impaired financial assets including

accounts with renegotiated terms

(collectively)

- - (1.948) (1.376.260) - - - (901.399)

Jumlah nilai tercatat 516.381 2.471.955 1.371.349 32.690.216 8.701.231 1.520.777 3.275.886 6.439.368 Total carrying amount *Aset keuangan lainnya terdiri dari aset derivatif dan aset lain-lain.

*Other financial assets consist of derivative assets and other assets.

Page 111: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

31

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vi. Analisa risiko kredit (Lanjutan) vi. Credit risk analysis (Continued)

2012

Giro pada bank-bank lain/

Current accounts with other banks

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank

lain/ Placements with Bank Indonesia and other banks

Tagihan akseptasi/

Acceptance receivables

Kredit yang diberikan/

Loans

Efek-efek untuk tujuan

investasi/ Investment securities

Efek-efek yang diperdagangkan

/Trading securities

PIutang atas pinjaman yang

dijamin/ Receivable

under secured borrowings

Aset keuangan lainnya/ Other

financial assets*

Aset dengan biaya perolehan diamortisasi

Assets at amortised cost

Aset keuangan yang mengalami penurunan nilai secara individual - - - 1.215.673. - - - 928.109

Individually impaired financial assets

- - - 1.215.673) - - - 928.109

Aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai:

Past due but not impaired financial assets:

Telah jatuh tempo sampai dengan 30 hari - - - 663.349) - - - -) Past due up to 30 days

Telah jatuh tempo 31-60 hari - - - 100.139) - - - -) Past due 31-60 days

Telah jatuh tempo 61-90 hari - - - 65.034) - - - -) Past due 61-90 days

Telah jatuh tempo 91-120 hari - - - 43.658) - - - -) Past due 91-120 days

Telah jatuh tempo 121-150 hari - - - 39.265) - - - -) Past due 121-150 days

- - - 911.445) - - - -)

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai (termasuk akun yang dinegosiasi ulang):

Neither past due nor impaired financial assets (including accounts with

renegotiated terms): Peringkat kredit 1-6 405.530 5.582.969 425.379 13.502.964) - - - 109.297) Credit grading 1-6 Peringkat kredit 7-9 - - 713.042 10.528.455) - - - -) Credit grading 7-9 Peringkat kredit 10-12 - - 1.584 6.326.405) - - - -) Credit grading 10-12

405.530 5.582.969 1.140.005 30.357.824) - - - 109.297)

Aset keuangan tersedia untuk dijual

Available for sale financial assets

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor impaired financial assets:

Peringkat kredit 1-6 - - - -) 3.096.905 - - -) Credit grading 1-6

- - - -) 3.096.905 - - -)

Aset yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi

Assets at fair value through profit or loss

Aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai:

Neither past due nor impaired financial assets:

Peringkat kredit 1-6 - - - -) - 1.637.590 949.378 1.700.994 Credit grading 1-6 Peringkat kredit 7-9 - - - -) - 100.000 - - Credit grading 7-9

- - - -) - 1.737.590 949.378 1.700.994

)

Jumlah 405.530 5.582.969 1.140.005 32.484.942. 3.096.905 1.737.590 949.378 2.738.400 Total

Cadangan kerugian penurunan nilai:

Allowance for impairment losses:..

Aset keuangan yang mengalami penurunan nilai (secara individual) - - - (1.066.607) - - - (348.945)

Impaired financial assets (individually)…

Aset keuangan yang telah jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan nilai dan aset keuangan yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai termasuk dengan akun yang dinegosiasi ulang (secara kolektif) - - (1.771) (199.941) - - - -)

Past due but not impaired financial assets and neither past due nor

impaired financial assets including

accounts with renegotiated terms

(collectively)

- - (1.771) (1.266.548) - - - (348.945)

Jumlah nilai tercatat 405.530 5.582.969 1.138.234 31.218.394) 3.096.905 1.737.590 949.378 2.389.455 Total carrying amount

*Aset keuangan lainnya terdiri dari aset derivatif dan aset lain-lain.

*Other financial assets consist of derivative assets and other assets.

Page 112: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

32

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vi. Analisa risiko kredit (Lanjutan) vi. Credit risk analysis (Continued)

Dalam hal terdapat keraguan terhadap kemampuan nasabah untuk melakukan pembayaran kontraktual pada saat jatuh tempo, persyaratan kredit dapat dinegosiasikan kembali berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah.

Where there is doubt on the ability of the borrowers to meet contractual payments when due, the terms of the loans might be renegotiated based on mutual agreement between the Bank and the borrowers.

Penjelasan mengenai peringkat risiko kredit telah dijelaskan pada Catatan 3b.i.

Description of credit risk rating has been explained in Note 3b.i.

vii. Agunan vii. Collateral

Agunan digunakan untuk memitigasi risiko kredit Bank, dimana jenis agunan yang dapat diterima ditentukan oleh kebijakan kredit. Jenis agunan untuk eksposur kredit Consumer Banking pada umumnya terdiri dari kas, giro, tabungan, deposito berjangka, properti residensial dan komersial serta jaminan bank (SBLC). Sedangkan jenis agunan untuk eksposur kredit Wholesale Banking pada umumnya terdiri dari kas, giro, deposito berjangka, jaminan bank (SBLC), persediaan, piutang dagang, properti komersial dan industri, serta aset tetap lainnya. Kebijakan kredit Bank mewajibkan penilaian independen untuk agunan berupa aset tetap dan aset tidak lancar lainnya dilakukan minimal setiap tahun.

Collateral is used for mitigating the Bank’s credit risk, whereby type of the acceptable collaterals are determined in the Bank’s credit policy. Type of collaterals which are accepted for Consumer Banking credit exposures are generally cash, current accounts, saving accounts, time deposits, residential and commercial properties as well as bank guarantees (SBLC). While type of collaterals accepted for Wholesale Banking credit exposures are cash, current accounts, time deposits, bank guarantees (SBLC), inventories, trade receivables, commercial and industry properties, and other fixed assets. The Bank’s credit policy requires independent valuation on collaterals in the form of fixed assets and other non-current assets to be performed at a minimum, annually.

Di samping jenis-jenis agunan di atas, dalam beberapa kondisi Bank juga mensyaratkan agunan tambahan berupa garansi personal, garansi korporasi, maupun parental support meskipun kemungkinan Bank dapat menggunakan garansi atau support ini sebagai salah satu upaya pemulihan kredit relatif kecil.

In addition to the above type of collaterals, in certain condition the Bank may also require additional collaterals in the form of personal guarantees, corporate guarantees, or parental support despite the probability of the Bank may utilizing these guarantees or support as loan recovery options being relatively remote.

Dukungan induk perusahaan (parental support) digunakan sebagai credit enhancement yang dapat mengurangi kemungkinan gagal bayar, tetapi tidak mengubah atau menggantikan kelayakan kredit suatu anak perusahaan. Bank menilai kesediaan dan kemampuan induk perusahaan untuk menyediakan dan memenuhi parental support sesuai dengan materialitas dan signifikansi anak perusahaan terhadap induk perusahaan sebagai kewajiban moral pada saat support itu diberikan.

Parental support serves as a credit enhancement that could potentially reduce the probability of default (PD) but it does not change or replace the underlying creditworthiness of a subsidiary. The Bank assesses the willingness and ability of the parent in providing and honoring the parental support depending on the materiality and significance of the subsidiary to the parent as the best moral obligation at the time such support is given.

Jenis dan nilai agunan tidak menjadi dasar penentuan suku bunga kredit dan juga tidak menjadi dasar penilaian kemampuan calon debitur dalam melakukan pembayaran kembali kredit yang diberikan. Akan tetapi pada umumnya jenis dan nilai agunan akan menentukan besarnya Loss Given Default (“LGD”), Expected Loss (“EL”), dan IIP (untuk eksposure kredit Consumer dan Wholesale Banking) dalam hal terjadi gagal bayar. Dalam perhitungan IIP, nilai kini agunan akan diperhitungkan sebagai jumlah yang diperkirakan akan dapat diperoleh kembali dalam periode tertentu.

Type and value of collaterals will not be used as the basis of determining loan pricing nor basis for assessing the debtors’ loan repayment ability. However, generally it will determine the amount of Loss Given Default (“LGD”), Expected Loss (“EL”), and IIP (for Consumer and Wholesale Banking credit exposures) in the event of default. In the IIP calculation, the net present value of the collateral will be considered as the amount which can be recovered within certain period.

Page 113: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

33

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

b. Risiko kredit (Lanjutan) b. Credit risk (Continued)

vii. Agunan (Lanjutan) vii. Collateral (Continued)

Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Kredit, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan ATMR dengan metode Standar mengijinkan Bank untuk memperhitungkan mana yang lebih rendah antara nilai wajar atau nilai pengikatan agunan berupa uang tunai, giro, tabungan, deposito, emas, Surat Utang Negara, Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga dengan peringkat tertentu yang diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia dan agunan dari reverse repo sebagai mitigasi risiko kredit.

The calculation of Credit Risk Weighted Assets (RWA), in line with Bank Indonesia regulation on the RWA calculation using Standardized method allows the Bank to take into account the fair value or the collateralized amount of the collateral, whichever is lower, in the form of cash, current account, saving account, deposits, gold, government bonds (T-bills), Bank Indonesia Certificate, securities with certain credit grade rated by rating company recognized by Bank Indonesia and collateral from reverse repo as credit risk mitigant.

Estimasi atas nilai pasar agunan yang dimiliki sebagai jaminan kredit yang diberikan berdasarkan penilaian nilai wajar yang terakhir dilakukan terhadap saldo kredit yang diberikan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

An estimated market value of collateral held against loans based on the latest market value assessment against outstanding loan balances as of 31 December 2013 and 2012 is shown below:

2013

Dengan agunan penuh/

Fully secured

Dengan agunan

sebagian/ Partially secured

Tanpa agunan/

Unsecured Jumlah/

Total

Saldo kredit yang diberikan

Amount outstanding Korporasi dan bank 9.386.033 3.541.982 13.270.160 26.198.175 Corporate bank Ritel 881.090 358.758 6.628.453 7.868.301 Retail

Jumlah 10.267.123 3.900.740 19.898.613 34.066.476 Total

Estimasi nilai pasar agunan 10.267.123 2.876.374 - 13.143.497 Collateral estimated market

value))) Persentase agunan terhadap

saldo kredit yang diberikan 100% 74% 0% 39% Percentage of collateral

against the loan outstanding

2012

Dengan agunan penuh/

Fully secured

Dengan agunan

sebagian/ Partially secured

Tanpa agunan/

Unsecured Jumlah/

Total

Saldo kredit yang diberikan

Amount outstanding Korporasi dan bank 5.102.553 4.314.591 15.719.516 25.136.660 Corporate bank Ritel 940.963 346.640 6.060.679 7.348.282 Retail

Jumlah 6.043.516 4.661.231 21.780.195 32.484.942 Total

Estimasi nilai pasar agunan 6.043.515 2.852.046 - 8.895.561 Collateral estimated market

value))) Persentase agunan terhadap

saldo kredit yang diberikan 100% 61% 0% 27% Percentage of collateral

against the loan outstanding

Tagihan atas pinjaman yang dijamin sepenuhnya dijaminkan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012. Jaminan atas aset keuangan selain kredit yang diberikan dan tagihan atas pinjaman yang dijamin dievaluasi atas basis customer-by-customer.

Receivables under secured borrowings are fully collateralized as at 31 December 2013 and 2012. Collateralization of financial assets other than loans and receivables under secured borrowings are assessed on a customer-by-customer basis.

Page 114: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

34

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar c. Market risk

Bank mengidentifikasi risiko pasar sebagai potensi kehilangan pendapatan atau nilai ekonomi dikarenakan perubahan tingkat suku bunga (rates) atau harga pasar yang merugikan. Eksposur Bank untuk risiko pasar terutama timbul dari transaksi customer-driven. Tujuan dari kebijakan dan prosedur risiko pasar adalah untuk memperoleh keseimbangan terbaik antara risiko dan imbal hasil, selain untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Secara umum, profil risiko pasar Bank untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

The Bank recognizes market risk as the potential for loss of earnings or economic value due to adverse changes in interest rates or prices in the market. The Bank’s exposure to market risk arises principally from customer-driven transactions. The objective of the Bank’s market risk policies and processes is to obtain the best balance of risk and return whilst meeting customers’ requirements. In general, the Bank’s market risk profile for the year ended 31 December 2013 has not changed significantly compared to previous year.

Limit risiko pasar merupakan pengendalian utama yang digunakan untuk memastikan bahwa eksposur risiko pasar Bank sejalan dengan appetite untuk risiko pasar. Kebijakan tersebut berlaku untuk seluruh bisnis yang memiliki risiko pasar.

Market risk limits are key controls designed to ensure that the Bank’s market risk exposure is aligned with its appetite for market risk. The policy is applicable to all businesses exposed to the market risks.

Limit untuk masing-masing lokasi dan portofolio ditentukan oleh unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang disepakati. Unit Risiko Pasar menyetujui limit-limit yang sesuai dengan wewenang yang telah didelegasikan dan memonitor eksposur terhadap limit-limit tersebut. Tambahan limit diterapkan untuk instrumen tertentu dan konsentrasi posisi sesuai dengan kebutuhan.

Limits by location and portfolio are proposed by the businesses within the terms of agreed policy. Market Risk unit approves the limits within delegated authorities and monitors exposures against these limits. Additional limits are placed on specific instruments and position concentrations where appropriate.

Limit risiko pasar harus ditinjau sedikitnya sekali setiap tahun, dengan mempertimbangkan strategi bisnis dan risk appetite Grup Standard Chartered Bank (“SCB”). Limit risiko pasar harus ditinjau lebih sering dalam hal terdapat perubahan signifikan dalam strategi bisnis atau risk appetite Grup SCB.

Market risk limits must be reviewed at least annually, taking into consideration the business strategy and Standard Chartered Bank (“SCB”) Group risk appetite. Market risk limits must be reviewed more frequently where there is a significant change in business strategy or the SCB Group risk appetite.

Untuk tujuan pengukuran risiko pasar, stress testing merupakan bagian integral dari kerangka kerja manajemen risiko pasar yang mempertimbangkan baik data historis peristiwa pasar dan skenario forward looking. Metodologi stress testing yang konsisten diaplikasikan baik untuk transaksi trading maupun non-trading. Metodologi stress testing mengasumsikan ruang lingkup tindakan manajemen akan terbatas selama periode stress event yang mencerminkan penurunan likuiditas di pasar yang sering terjadi dalam situasi stress. Skenario stress diperbaharui secara reguler.

For the purpose of measuring market risk, stress testing is an integral part of the market risk management framework and considers both historical market events and forward-looking scenarios. A consistent stress testing methodology is applied to trading and non-trading books. The stress testing methodology assumes that scope for management action would be limited during a stress event, reflecting the decrease in market liquidity that often occurs. Stress scenarios are regularly updated.

Secara umum, profil risiko pasar Bank untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

In general, the Bank’s market risk profile for the year ended 31 December 2013 has not changed significantly compared to previous year.

Page 115: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

35

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued)

Kategori-kategori utama dari risiko pasar adalah: The primary categories of market risk are:

i. . Risiko mata uang i. Currency risk

Bank terekspos oleh risiko mata uang sebagai akibat transaksi dalam mata uang asing. Bank memonitor setiap risiko konsentrasi yang berkaitan dengan masing-masing mata uang sehubungan dengan penjabaran transaksi maupun aset dan liabilitas dalam mata uang asing ke dalam mata uang Rupiah.

The Bank is exposed to currency risk through transaction in foreign currencies. The Bank monitors any concentration risk in relation to any individual currency with regard to the translation of foreign currency transactions and monetary assets and liabilities into Rupiah.

Perhitungan posisi devisa neto (“PDN”) Bank untuk masing-masing mata uang utama dilakukan setiap hari dan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Sesuai dengan peraturan tersebut, bank diwajibkan untuk memelihara PDN maksimum sebesar 20% dari modal. PDN dan modal Bank pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 saat penutupan transaksi pada tanggal tersebut dan sebagaimana dilaporkan kepada Bank Indonesia terlihat pada tabel berikut:

The Bank’s net foreign exchange position (“NOP”) by major currencies is calculated on a daily basis based on Bank Indonesia’s prevailing regulations. As per the regulations, banks are required to maintain its aggregate NOP at a maximum of 20% of its capital. The Bank’s aggregate NOP and capital as of 31 December 2013 and 2012 at the close of the respective dates and as reported to Bank Indonesia are shown in the following table:

2013

Posisi devisa neto untuk neraca

(selisih bersih aset dan

liabilitas)/Balance sheet net foreign

exchange position (net differences between assets and liabilities)

Selisih bersih tagihan dan

liabilitas pada rekening

administratif/Net differences

between receivables and liabilities in off- balance sheet transactions

Posisi devisa neto secara

agregat (nilai absolut)/

Aggregate net foreign exchange

position (absolute amount)

Dolar Amerika Serikat 15.558) (179.424) 163.866 United States Dollar Yen Jepang (677) (554) 1.231 Japanese Yen Dolar Singapura (5.199) (4.229) 9.428 Singapore Dollar Poundsterling Inggris (470) -) 470 British Poundsterling Dolar Australia 2.665) (799) 1.866 Australian Dollar Dolar Kanada 776) -) 776 Canadian Dollar Euro 1.476) (2.653) 1.177 Euro Dolar Hong Kong (395) -) 395 Hong Kong Dollar Franc Swiss 191) -) 191 Swiss Franc Dolar Selandia Baru (3.109) 3.499) 390 New Zealand Dollar Bath Thailand (33) -) 33 Thailand Bath Lain-lain 1.547) -) 1.547 Others Jumlah 181.370 Total Jumlah modal 7.436.662 Total capital Persentase posisi devisa

neto terhadap modal 2,44%

Percentage of net foreign exchange

position to capital

Page 116: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

36

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued)

1. .Risiko mata uang (Lanjutan) 1. Currency risk (Continued)

2012

Posisi devisa neto untuk neraca

(selisih bersih aset dan

liabilitas)/Balance sheet net foreign

exchange position (net differences between assets and liabilities)

Selisih bersih tagihan dan

liabilitas pada rekening

administratif/Net differences

between receivables and liabilities in off- balance sheet transactions

Posisi devisa neto secara

agregat (nilai absolut)/

Aggregate net foreign exchange

position (absolute amount)

Dolar Amerika Serikat 50.273) (175.168) 124.895 United States Dollar Yen Jepang 295) 101) 396 Japanese Yen Dolar Singapura (12.450) (3.410) 15.860 Singapore Dollar Poundsterling Inggris 285) (1) 284 British Poundsterling Dolar Australia 4.653) (3.316) 1.337 Australian Dollar Dolar Kanada 894) -) 894 Canadian Dollar Euro 64.895) (63.642) 1.253 Euro Dolar Hong Kong (344) 124) 220 Hong Kong Dollar Franc Swiss (3.363) 2.634) 729 Swiss Franc Dolar Selandia Baru (158) -) 158 New Zealand Dollar Bath Thailand 217) -) 217 Thailand Bath Lain-lain 9.113) -) 9.113 Others Jumlah 155.356 Total Jumlah modal 5.397.476 Total capital Persentase posisi devisa neto

terhadap modal 2,88%

Percentage of net foreign exchange

position to capital

ii. Risiko suku bunga ii. Interest rate risk

Kegiatan operasional Bank terekspos oleh risiko suku bunga, yaitu risiko fluktuasi suku bunga dalam hal aset yang berbunga dan liabilitas yang berbunga jatuh tempo atau dilakukan peninjauan kembali suku bunga (reprice) pada waktu yang berbeda atau dalam jumlah yang berbeda. Aktivitas manajemen risiko bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan bunga bersih, dalam hal tingkat bunga pasar konsisten dengan strategi bisnis Bank.

The Bank’s operation is exposed to interest rate risk, which is the risk of interest rate fluctuations to the extent that interest earning assets and interest bearing liabilities mature or reprice at different times or amounts. Risk management activities are aimed at optimizing net interest income, given market interest rate levels consistent with the Bank’s business strategies.

Pengelolaan risiko aset dan liabilitas dilakukan berdasarkan tingkat sensitivitas Bank terhadap perubahan suku bunga. Dari perspektif pendapatan bunga secara umum, Bank memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam portofolio liabilitas karena aset berbunga memiliki durasi yang lebih panjang dan peninjauan kembali suku bunga (repricing) kurang sering dibandingkan dengan liabilitas berbunga. Artinya dengan kondisi suku bunga yang cenderung meningkat, marjin yang dihasilkan akan mengecil akibat adanya repricing dalam liabilitas. Meskipun demikian, pengaruhnya secara actual bergantung pada banyak faktor, termasuk apakah terjadi pembayaran kembali yang lebih cepat atau lebih lama dari tanggal kontraktualnya dan variasi dari sensitivitas suku bunga selama periode repricing dan di antara berbagai mata uang.

Assets and liabilities risk management activities are conducted in the context of the Bank’s sensitivity to interest rate changes. From earnings perspective in general, the Bank has larger interest rate sensitivity in liabilities rather than assets because its interest-earning assets have longer duration and reprice less frequently than interest bearing liabilities. This means that in rising interest rate environments, margin earned will narrow as liabilities reprice. However, the actual effect will depend on a number of factors, including the extent to which repayments are made earlier or later than the contractual dates and variations in interest rate sensitivity within repricing periods and among currencies.

Page 117: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

37

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued)

Portofolio bukan untuk diperdagangkan (Lanjutan)

Non-trading portfolios (Continued)

ii. Risiko suku bunga (Lanjutan) ii. Interest rate risk (Continued)

Analisa sensitivitas atas risiko suku bunga

Portofolio bukan untuk diperdagangkan

Pengelolaan risiko suku bunga terhadap interest rate gap limits dilengkapi dengan pemantauan sensitivitas aset dan liabilitas keuangan Bank dengan berbagai skenario standar dan non-standar. Skenario standar yang diperhitungkan secara bulanan meliputi kenaikan dan penurunan secara paralel kurva imbal hasil sebesar 100 basis point (bps). Analisa sensitivitas Bank terhadap pendapatan bunga bersih yang dihasilkan dari aset/liabilitas bersih pada tanggal posisi keuangan, sebagai akibat kenaikan atau penurunan suku bunga pasar dengan asumsi tidak terjadi pergerakan asimetris pada kurva imbal hasil dan posisi keuangan (aset/liabilitas neto) stabil, adalah sebagai berikut:

Sensitivity analysis on interest rate risk

Non-trading portfolios

The management of interest rate risk against interest rate gap limits is supplemented by monitoring the sensitivity of the Bank’s financial asset and liabilities to various standard and non-standard scenarios. Standard scenarios that are considered on a monthly basis include a 100 basis point (bps) parallel fall or rise in all yield curves. An analysis of the Bank’s sensitivity in net interest income earned from net assets/liabilities as of financial position date, as a result of increase or decrease in market interest rates, assuming no asymmetrical movement in yield curves and a constant financial position (net assets/liabilities), is as follows:

2013 2012

Kenaikan paralel 100bps (257.036) (185.216) 100bps parallel increase

Penurunan paralel 100bps 257.036) 185.216) 100bps parallel decrease

Portofolio tersedia untuk dijual

Tabel di bawah menjelaskan sensitivitas yang dilaporkan pada cadangan nilai wajar Bank dari portofolio tersedia untuk dijual terhadap pergeseran pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012:

Available-for-sale portfolios

The table below describes the sensitivity of the Bank’s reported fair value reserves of available-for-sale financial assets to these movements at 31 December 2013 and 2012:

2013 2012

Kenaikan paralel 100bps (579.458) (299.487) 100bps parallel increase

Penurunan paralel 100bps 777.347) 432.289) 100bps parallel decrease

Portofolio diperdagangkan

Untuk portofolio diperdagangkan, Bank menggunakan faktor sensitivitas PV01 untuk mengelola risiko suku bunga, yaitu perubahan nilai portofolio akibat perubahan 1 basis point (bp) kurva imbal hasil di pasar.

Trading portfolios

For trading portfolios, the Bank uses sensitivity factor of PV01 to manage interest rate risk, which is the change in portfolios due to 1 basis point (bp) change of market interest rate curve.

Dengan asumsi kurva imbal hasil bergerak sebesar 100 bps secara merata di semua tenor, nilai wajar portofolio diperdagangkan akan mengalami perubahan sebesar berikut:

Assuming yield curve moves parallel by 100 bps across the tenor, fair value of trading portfolio will change by:

2013 2012

Kenaikan paralel 100bps (163.153) (63.379) 100bps parallel increase

Penurunan paralel 100bps 163.153) 63.379) 100bps parallel decrease

Page 118: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

38

d. Risiko likuiditas d. Liquidity risk

Risiko likuiditas merupakan risiko dimana Bank tidak memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, atau dimana sumber daya keuangan tersebut hanya dapat digunakan dengan biaya yang sangat mahal. Merupakan kebijakan Bank untuk setiap saat menjaga posisi likuiditas yang memadai untuk semua mata uang, sehingga dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.

Liquidity risk is the risk that the Bank either does not have sufficient financial resources available to meet its obligations as they fall due, or can only access these financial resources at excessive cost. It is the Bank’s policy to maintain adequate liquidity at all times for all currencies, and hence to be in a position to meet obligations as they fall due.

Bank mengelola risiko likuiditas dalam jangka pendek dan jangka menengah. Dalam jangka pendek, fokus Bank adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan arus kas dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo, simpanan nasabah dan pendanaan wholesale apabila dibutuhkan. Dalam jangka menengah, fokus Bank adalah untuk memastikan laporan posisi keuangan tetap sehat secara struktural dan sesuai dengan strategi Bank. Asset Liability Committee (“ALCO”) bertanggung jawab untuk memastikan kebijakan manajemen likuiditas dipatuhi dan tetap dalam batas likuiditas yang telah ditentukan.

The Bank manages liquidity risk both on a short-term and medium-term basis. In the short-term, the Bank’s focus is ensuring that the cash flow demands can be met through asset maturities, customer deposits and wholesale funding where required. In the medium-term, the Bank’s focus is on ensuring the statement of financial position remains structurally sound and aligned to the Bank’s strategy. The Asset Liability Committee (“ALCO”) is responsible for ensuring liquidity management policies are complied with and liquidity is within the pre-defined liquidity limits.

Peristiwa pasar yang tidak biasa dapat berdampak buruk bagi Bank, sehingga mempengaruhi kemampuan Bank untuk memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Ketidakpastian utama untuk risiko likuiditas adalah ketika nasabah menarik simpanan lebih cepat dari yang diperkirakan, atau ketika pembayaran aset tidak diterima pada tanggal jatuh tempo. Untuk mengurangi ketidakpastian ini, basis nasabah untuk simpanan didiversifikasikan berdasarkan jenis simpanan dan tanggal jatuh tempo. Selain itu Bank memiliki rencana pendanaan kontinjensi termasuk portofolio aset likuid yang dapat direalisasikan ketika terjadi tekanan likuiditas (liquidity stress), serta akses terhadap dana wholesale dalam kondisi pasar normal.

Exceptional market events can impact the Bank adversely, thereby affecting its ability to fulfill its obligations as they fall due. The principal uncertainties for liquidity risk are that customers withdraw their deposits at a substantially faster rate than expected, or that asset repayments are not received on the intended maturity date. To mitigate these uncertainties, the Bank’s customer deposit base is diversified by type and maturity. In addition, the Bank has contingency funding plans including a portfolio of liquid assets that can be realized if a liquidity stress occurs, as well as ready access to wholesale funds under normal market conditions.

i. Rencana manajemen krisis likuiditas i. Liquidity crisis management plan

Kejadian tak terduga dapat mengubah perilaku nasabah dan menyebabkan arus kas keluar bersih secara tiba-tiba. Apabila hal ini tidak dikelola dengan benar, hal ini dapat menyebabkan situasi krisis yang lebih buruk dan pada akhirnya dapat menyebabkan risiko kelangsungan usaha Grup SCB. Kebijakan Grup SCB mengharuskan untuk membentuk Rencana Manajemen Krisis Likuiditas yang harus disetujui setidaknya setiap tahun, sebagai pertahanan terhadap krisis likuiditas. Rencana ini harus diperbarui ketika terjadi perubahan signifikan yang terjadi, baik dalam kegiatan usaha, lingkungan pasar atau manajemen.

Unexpected events can change customers’ behavior and cause a sudden net cash outflow. If this condition is not properly managed, the crisis can get worse and ultimately expose risk to the survival of the SCB Group. SCB Group policy requires a Liquidity Crisis Management Plan to be established and approved at least annually, as a defense to a liquidity crisis. This plan must be updated when there is a significant change either in the business, market environment or management.

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

c. Risiko pasar (Lanjutan) c. Market risk (Continued) Sensitivitas yang lebih tinggi pada tanggal 31 Desember 2013 disebabkan oleh tenor yang lebih panjang dan dan nilai nominal yang lebih besar di dalam portofolio aset.

Higher sensitivity as of 31 December 2013 was due to longer tenor and higher nominal value in the asset portfolio.

Page 119: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

39

ii. Eksposur terhadap risiko likuiditas ii. Exposure to liquidity risk

Bank menggunakan Maximum Cumulative Outflow (“MCO”) sebagai pengukuran utama dalam pengelolaan risiko likuiditas. MCO merupakan kumulatif jumlah arus kas masuk/keluar bersih dari seluruh komponen neraca dan rekening administratif dalam kondisi normal. Bank harus menghitung arus kas untuk masing-masing mata uang untuk masing-masing komponen utama posisi keuangan dan rekening administratif dalam kondisi usaha normal setiap hari selama 30 hari ke depan berdasarkan asumsi perilaku arus kas. Bank menentukan limit untuk masing-masing kategori selama 30 hari ke depan untuk gabungan semua mata uang Rupiah dan valuta asing yang signifikan. Dasar perhitungan MCO berdasarkan hari kalender (bukan berdasarkan hari kerja).

The key measurement used by the Bank for managing liquidity risk is Maximum Cumulative Outflow (“MCO”). MCO is the cumulative net cash inflow/outflow from all on-balance sheet and off-balance sheet items under normal conditions. The Bank must calculate the cash flows by currency for major on and off-balance sheet categories under business-as-usual conditions each day for the next 30 days based on behavior assumptions of the particular cash flows. The Bank determined the limits for each category for the next 30 days for total combined Rupiah and major foreign currencies. The basic calculation of MCO is based on calendar days (not working days).

Berikut merupakan perhitungan MCO untuk 30 hari ke depan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012:

The table below summarizes the calculation of MCO for the next 30 days as of 31 December 2013 and 2012:

Jangka waktu 2013 2012 Tenor MCO Gabungan 1 hari 2.802.276 - Overnight Combined MCO 2 - 7 hari 3.419.155 - 2 - 7 days 8 - 30 hari 4.644.030 4.238.716 8 - 30 days

Tabel berikut menunjukkan arus kas yang tidak didiskontokan atas liabilitas keuangan Bank dan komitmen kredit yang belum direalisasi berdasarkan jatuh tempo kontraktual terdekat:

The table below shows the undiscounted cash flows of the Bank’s financial liabilities and unrecognized loan commitments on the basis of their earliest possible contractual maturity:

2013

Nilai tercatat/ Carrying amount

Nominal bruto

keluar/ Gross

nominal outflow

Kurang dari 1 bulan/

Less than 1 month

1-3 bulan/ 1-3 months

>3-12 bulan/ >3-12

months

>12-60 bulan/ >12-60 Months

Lebih dari 60 bulan/ More than 60 months

Liabilitas keuangan non-derivatif

Non-derivative financial liabilities

Simpanan oleh nasabah bukan bank (29.987.066) (30.104.696) (25.087.983) (3.577.652) (1.439.061) - -

Deposits by non-bank customers

Simpanan oleh bank-bank lain (1.790.064) (1.790.064) (1.790.064) - - - - Deposits by other banks

Utang akseptasi (1.373.297) (1.373.297) (426.454) (396.139) (550.704) - - Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin (3.019.511) (3.025.594) - - - (2.525.594) (500.000)

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban masih harus dibayar (561.658) (561.658) (309.550) - (252.108) - - Accrued expenses

Utang kepada kantor pusat dan cabang-cabang lain (11.299.473) (11.364.447) (1.560.573) - (9.189.586) (614.288) -

Due to head office and other branches

(48.031.069) (48.219.756) (29.174.624) (3.973.791) (11.431.459) (3.139.882) (500.000)

Liabilitas keuangan derivatif (5.988.677) - - - - - -

Derivative financial liabilities

Arus kas keluar - (30.421.597) (2.554.850) (3.980.464) (10.647.791) (13.054.795) (183.697) Cash outflow

Fasilitas kredit yang belum digunakan-committed - (5.443.427) (5.443.427) - - - -

Unused committed loan facilities…

Total (54.019.746) (84.084.780) (37.172.901) (7.954.255) (22.079.250) (16.194.677) (683.697) Total

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan)

3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

d. Risiko likuiditas (Lanjutan) d. Liquidity risk (Continued)

Page 120: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

40

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

d. Risiko likuiditas (Lanjutan) d. Liquidity risk (Continued)

ii. Eksposur terhadap risiko likuiditas (Lanjutan) ii. Exposure to liquidity risk (Continued) 2012

Nilai tercatat/

Carrying amount

Nominal bruto keluar/ Gross

nominal outflow

Kurang dari 1 bulan/

Less than 1 month

1-3 bulan/ 1-3 months

>3-12 bulan/ >3-12

months

>12-60 bulan/ >12-60 months

Lebih dari 60 bulan/ More than 60 months

Liabilitas keuangan

non-derivatif

Non-derivative financial liabilities

Simpanan oleh nasabah bukan bank (26.448.311) (26.967.574) (22.521.016) (2.770.670) (1.675.888) - -

Deposits by non-bank customers

Simpanan oleh bank-bank lain (1.657.464)

(1.657.464) (1.646.863) (10.601) - - - Deposits by other banks

Utang akseptasi (1.140.005) (1.140.005) (360.847) (312.703) (466.455) - - Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin (945.505)

(950.000) - - - - (950.000)

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban masih harus dibayar (307.607) (307.607) (307.607) - - - - Accrued expenses

Utang kepada kantor pusat dan cabang-cabang lain (10.780.235) (10.922.382) (1.142.742) -i (4.840.289) (4.939.351) -)

Due to head office and other branches

(41.279.127) (41.945.032) (25.979.075) (3.093.974) (6.982.632) (4.939.351) (950.000)

Liabilitas keuangan derivatif )(1.575.678) -) -) -) -) -) -)

Derivative financial liabilities

Arus kas keluar -) (20.067.840) (1.956.649) (1.964.249) (6.721.644) (9.373.613) (51.685) Cash outflow

Fasilitas kredit yang belum digunakan-committed -) (4.865.904) (4.865.904) -- -- -- --

Unused committed loan facilities…

Total (42.854.805) (66.878.776) (32.801.628) (5.058.223) (13.704.276) (14.312.964) (1.001.685) Total

Jumlah nominal arus kas keluar yang diungkapkan dalam tabel di atas menunjukkan arus kas yang tidak terdiskonto atas kontrak yang berkaitan dengan pokok dan bunga atas liabilitias keuangan atau komitmen kredit yang belum direalisasikan. Pengungkapan untuk liabilitas keuangan derivatif menunjukkan jumlah neto transaksi derivatif dengan penyelesaian secara neto, dan jumlah bruto arus kas keluar untuk transaksi derivatif dengan penyelesaian secara bruto (misalnya currency forward). Arus kas liabilitas derivatif seperti yang ditunjukkan di tabel di atas merupakan arus kas berdasarkan jatuh tempo kontraktual yang menurut Bank adalah penting untuk memahami waktu dari arus kas. Arus kas masuk dan keluar untuk aset keuangan derivatif dan arus kas masuk untuk liabilitas derivatif dengan penyelesaian bruto tidak diungkapkan dalam tabel di atas sehingga arus kas dari derivatif tampak lebih besar.

The nominal cash outflow disclosed in the above table represents the contractual undiscounted cash flows relating to the principal and interest on the financial liability or unrecognized loan commitment. The disclosure for derivative shows a net amount for derivatives that are net settled, and a gross amount of cash outflow for derivatives that have simultaneous gross settlement (e.g., currency forward). The cash flows of derivative liabilities as in the above table represents the cash flows based on contractual maturities which the Bank believes is essential for an understanding the timing of the cash flows. The cash inflows and cash outflows for derivative financial assets and the cash inflows for derivative liabilities which have gross settlement are not shown in the above table, therefore cashflow from derivatives are inflated.

Page 121: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

41

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

d. Risiko likuiditas (Lanjutan) d. Liquidity risk (Continued)

ii. Eksposur terhadap risiko likuiditas (Lanjutan) ii. Exposure to liquidity risk (Continued)

Arus kas yang diharapkan atas instrumen tersebut mungkin berbeda secara signifikan dibandingkan dengan analisa ini. Sebagai contoh, saldo simpanan nasabah diharapkan stabil atau meningkat; sedangkan komitmen kredit yang belum direalisasi tidak seluruhnya diharapkan akan dicairkan dalam waktu dekat.

The expected cash flows on these instruments may vary significantly from this analysis. For example, deposits from customers balances are expected to be stable or increasing; whilst the unrecognized loan commitments are not all expected to be draw down immediately.

Untuk mengelola risiko likuiditas yang timbul dari liabilitas keuangan dan komitmen kredit yang belum direalisasi, Bank memiliki aset likuid yang diperdagangkan dalam pasar yang aktif dan likuid. Aset likuid tersebut dapat segera dijual untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Tabel berikut menunjukkan jenis dan jumlah aset likuid yang dapat digunakan oleh Bank untuk mengelola risiko likuiditas tidak termasuk giro wajib minimum:

To manage liquidity risk arising from financial liabilities and unrecognized loan commitments, the Bank holds liquid assets which are traded in an active and liquid market. These liquid assets can be readily sold to meet liquidity requirements. Below table shows type and amount of liquid assets which may be used by the Bank to manage liquidity risk excluding minimum reserve requirements:

2013 2012 Nilai tercatat/

Carrying amount Nilai tercatat/

Carrying amount

ASET LIKUID

LIQUID ASSETS Kas 250.433 165.525 Cash Giro pada bank-bank lain 516.381 405.530 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang lain 316.936 72.908 Due from other branches Penempatan pada Bank Placements with Bank

Indonesia dan bank-bank lain 2.471.955 5.582.969 Indonesia and other banks

Efek-efek yang diperdagangkan 1.520.777 1.737.590 Trading securities Jumlah 5.076.482 7.964.522 Total

e. Manajemen risiko operasional e. Operational risk management

Risiko operasional adalah potensi kerugian yang timbul dari kegagalan personil, proses atau teknologi atau dampak dari peristiwa eksternal. Bank berusaha untuk meminimalisasi eksposur terhadap risiko operasional, dengan mempertimbangkan trade-offs biaya. Eksposur risiko operasional dikelola melalui serangkaian proses manajemen yang diterapkan secara konsisten untuk mendorong identifikasi, penilaian, pengendalian dan pengawasan risiko.

Operational risk is the potential for loss arising from the failure of people, process or technology or the impact of external events. The Bank seeks to minimize its exposure to operational risk, subject to cost trade-offs. Operational risk exposures are managed through a consistent set of management processes that drive risk identification, assessment, control and monitoring.

Country Operational Risk Committee mengawasi pengelolaan risiko operasional di seluruh unit usaha di negara yang bersangkutan, yang didukung oleh komite di tingkat bisnis dan fungsional. Struktur formal tata kelola ini memberikan keyakinan bahwa risiko operasional telah diidentifikasi dan dikelola secara efektif. Pengaturan dan pemeliharaan standar untuk pengukuran dan manajemen risiko operasional merupakan tanggung jawab Grup SCB.

The Country Operational Risk Committee oversees the management of operational risks across the country, supported by business and functional level committees. This formal structure of governance provides the management committee with confidence that operational risks are being proactively identified and effectively managed. The setting and maintaining of standards for operational risk management and measurement is the responsibility of SCB Group.

Page 122: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

42

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

e. Manajemen risiko operasional (Lanjutan) e. Operational risk management (Continued)

Dalam pelaksanaan sehari-hari, Bank memiliki 3 lini pertahanan untuk memastikan proses manajemen risiko yang efektif:

In its day to day operations, the Bank maintains 3 lines of defense to ensure the effectiveness of risk management processes:

1. Lini pertahanan pertama Lini pertahanan pertama adalah semua karyawan yang memiliki tanggung jawab sebagai supervisor, di mana mereka harus memastikan manajemen risiko operasional yang efektif dalam cakupan organisasi yang berada di bawahnya. Ada dua tanggung jawab utama dari lini pertahanan pertama yaitu:

1. First line of defense First line of defense is all employees who have any level of supervisory responsibility since they are required to ensure the effective management of operational risks within the scope of their direct organizational responsbilities. The two main risk management responsibilties of first line of defense are as follows:

- Memastikan risiko-risiko yang material diidentiifikasi, dimitigasi, dimonitor dan dilaporkan.

- Ensure material risks are identified, assessed, mitigated, monitored and reported.

- Memastikan implementasi dan kepatuhan terhadap peraturan dan kebijakan eksternal dan prosedur internal, limit-limit dan kontrol-kontrol lain yang ada.

- Ensure applicable external laws and regulations and internal policies, procedures, limits and other risk control requirments are implemented and complied with.

2. Lini pertahanan kedua 2. Second line of defense

Lini pertahanan kedua untuk risiko operasional terdiri dari Operational Risk Function dan Operational Risk Control Owners yang lain. Operational Risk Control Owners memonitor efektivitas dari kebijakan dan prosedur yang dimilikinya, sekalipun implementasi kebijakan/prosedur tersebut dilakukan di luar unit mereka. Operational Risk Function memastikan bahwa kepala unit bisnis dan semua Operational Risk Control Owners mengerti dan menerima tanggung jawab mereka dalam manajemen risiko dan kontrol.

Second line of defense for operational risk comprises the Operational Risk Function and other Operational Risk Control Owners. Operational Risk Control Owners monitor the effectiveness of the policies and procedures which they own, even if they are executed by staff outside of their own function. Operational Risk Function ensures that Business Heads and all Operational Risk Control Owners understand and accept their risk management and control responsibilities.

3. Lini pertahanan ketiga 3. Third line of defense

Lini pertahanan ketiga adalah kepastian yang diberikan secara independen oleh Grup Internal Audit (GIA), yang secara independen memastikan efektivitas dari kontrol yang dilakukan oleh manajemen terhadap aktivitas bisnis masing-masing (lini pertahanan pertama) dan terhadap proses yang dimiliki oleh bagian risk control (lini pertahanan kedua).

Third line of defense is the independent assurance provided by the Group Internal Audit (GIA), which independently ensures the effectiveness of management’s control of its own business activities (the first line) and of the processes maintained by the Risk Control Functions (the second line).

Masalah-masalah risiko operasional yang teridentifikasi akan dinilai dengan menggunakan risk grading matrix, apakah risiko tersebut rendah, menengah, tinggi, atau sangat tinggi. Seluruh risiko operasional yang teridentifikasi dengan tingkat risiko menengah ke atas, akan didiskusikan dalam pertemuan Country Operational Risk Committee yang diadakan setiap bulan dan Operational Risk Committee yang ada di level Group.

Identified operational risk issues will be assessed using a risk grading matrix whether they are low, medium, high, or very high risk. All identified operational risk issues with risk grading medium and above will be discussed at monthly Country Operational Risk Committee and other Operational Risk Committeees at a Group level.

Country Operational Risk Committee merupakan tata kelola tertinggi dalam tingkatan negara yang bertanggungjawab untuk memastikan seluruh risiko operasional telah dipantau dan dimitigasi, dan tindakan yang efektif dan tepat waktu telah dilakukan dengan tepat untuk memitigasi risiko. Penerapan kerangka kerja Manajemen Risiko Operasional akan diaudit untuk memastikan

The Country Operational Risk Committee meeting is the highest governance in the country level whose main responsibility is to ensure that all operational risks are monitored and mitigated, and effective and timely action takes place appropriately to mitigate the risk. The implementation of the Operational Risk Management framework will be audited to ensure

Page 123: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

43

efektivitas pengendalian internal Bank secara keseluruhan.

the effectiveness of the overall Bank’s internal control.

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN 4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT

Pengungkapan ini merupakan tambahan atas pembahasan tentang manajemen risiko keuangan (Catatan 3).

This disclosure supplements the commentary on financial risk management (Note 3).

a. Sumber utama atas ketidakpastian estimasi a. Key sources of estimation uncertainty

a.1. Cadangan kerugian penurunan nilai aset

keuangan.

Evaluasi atas kerugian penurunan nilai aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dijelaskan di Catatan 2o.

a.1. Allowance for impairment losses of financial assets.

Financial assets accounted for at amortized

cost are evaluated for impairment on a basis described in Note 2o.

Cadangan kerugian penurunan nilai terkait

dengan pihak lawan spesifik dalam seluruh cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk atas tagihan yang penurunan nilainya dievaluasi secara individual berdasarkan estimasi terbaik manajemen atas nilai tunai arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam mengestimasi arus kas ini, manajemen membuat pertimbangan mengenai kondisi keuangan dari pihak lawan dan nilai bersih yang dapat direalisasi dari agunan yang diterima. Setiap aset yang mengalami penurunan nilai dievaluasi, dan strategi penyelesaian serta estimasi arus kas yang dapat diperoleh disetujui secara independen oleh unit GSAM.

The specific counterparty component of the total allowances for impairment applies to claims evaluated individually for impairment and is based upon management’s best estimate of the present value of the cash flows that are expected to be received. In estimating these cash flows, management makes judgments about the counterparty’s financial situation and the net realizable value of any underlying collateral. Each impaired asset is assessed on its merits, and the workout strategy and estimate of cash flows considered recoverable are independently approved by the GSAM Unit.

Evaluasi cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif meliputi kerugian kredit yang melekat pada portofolio tagihan dengan karakteristik ekonomi yang serupa ketika terdapat bukti obyektif bahwa telah terjadi penurunan nilai tagihan dalam portofolio tersebut namun penurunan nilai secara individu belum dapat diidentifikasi. Dalam menentukan perlunya membentuk cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan secara kolektif, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas kredit, besarnya portofolio, konsentrasi kredit dan faktor-faktor ekonomi. Dalam mengestimasi cadangan yang diperlukan, asumsi-asumsi dibuat untuk menentukan model kerugian bawaan dan untuk menentukan parameter input yang diperlukan, berdasarkan pengalaman historis dan kondisi ekonomi saat ini. Ketepatan dari cadangan ini tergantung pada seberapa tepat estimasi atas arus kas masa depan untuk menentukan cadangan individual serta asumsi model dan parameter yang digunakan dalam menentukan penyisihan kolektif.

Collectively assessed impairment allowances cover credit losses inherent in portfolios of claims with similar economic characteristics when there is objective evidence to suggest that they contain impaired claims, but the individual impaired items cannot yet be identified. In assessing the need for collective allowance for impairment losses on financial assets, management considers factors such as credit quality, portfolio size, concentrations, and economic factors. In order to estimate the required allowance, assumptions are made to define the way inherent losses are modeled and to determine the required input parameters, based on historical experience and current economic conditions. The accuracy of the allowances depends on how well these estimate on future cash flows for specific counterparty allowances and the model assumptions and parameters used in determining collective allowances.

3. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan) 3. FINANCIAL RISK MANAGEMENT (Continued)

e. Manajemen risiko operasional (Lanjutan)

e. Operational risk management (Continued)

Page 124: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

44

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN (Lanjutan)

4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT (Continued)

a. Sumber utama atas ketidakpastian estimasi (Lanjutan)

a. Key sources of estimation uncertainty (Continued)

a.2. Penentuan nilai wajar

Dalam menentukan nilai wajar atas aset keuangan dan liabilitas keuangan dimana tidak terdapat harga pasar yang dapat diobservasi, Bank harus menggunakan teknik penilaian seperti dijelaskan pada Catatan 2g.6. Untuk instrumen keuangan yang jarang diperdagangkan dan tidak memiliki harga yang transparan, nilai wajarnya menjadi kurang obyektif dan karenanya, membutuhkan tingkat pertimbangan yang beragam, tergantung pada likuiditas, konsentrasi, ketidakpastian faktor pasar, asumsi penentuan harga, dan risiko lainnya yang mempengaruhi instrumen tertentu.

a.2. Determining fair values

The determination of fair value for financial assets and financial liabilities for which there is no observable market price requires the use of valuation techniques as described in Note 2g.6. For financial instruments that trade infrequently and have little price transparency, fair value is less objective, and requires varying degrees of judgment depending on liquidity, concentration, uncertainty of market factors, pricing assumptions and other risks affecting the specific instrument.

b.. Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank

b. Critical accounting judgments in applying the Bank’s accounting policies

Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank meliputi:

Critical accounting judgments made in applying the Bank’s accounting policies include:

b.1. Penilaian instrumen keuangan

Kebijakan akuntansi Bank untuk pengukuran nilai wajar dibahas di Catatan 2g.6.

b.1. Valuation of financial instruments

The Bank’s accounting policy on fair value measurements is discussed in Note 2g.6.

Bank mengukur nilai wajar dengan menggunakan hirarki dari metode berikut:

• Tingkat 1: Harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen keuangan yang sejenis.

• Tingkat 2: Teknik penilaian berdasarkan input yang dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen keuangan yang dinilai dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen yang sejenis; harga kuotasi untuk instrumen keuangan yang sejenis di pasar yang kurang aktif; atau teknik penilaian lainnya dimana seluruh input signifikan yang digunakan dapat diobservasi secara langsung ataupun tidak langsung dari data yang tersedia di pasar.

The Bank measures fair values using the following hierarchy of methods:

• Level 1: Quoted market price in an active market for an identical instrument.

• Level 2: Valuation techniques based on observable inputs. This category includes instruments valued using quoted market prices in active markets for similar instruments; quoted prices for similar instruments in market that are considered less than active; or other valuation techniques where all significant inputs are directly or indirectly observable from market data.

• Tingkat 3: Teknik penilaian yang menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah semua instrumen keuangan dimana teknik penilaiannya tidak menggunakan data yang dapat diobservasi dan dapat memiliki dampak signifikan terhadap penilaian instrumen keuangan. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen yang dinilai berdasarkan harga kuotasi atas instrumen sejenis dimana dibutuhkan penyesuaian atau asumsi-asumsi yang tidak dapat diobservasi untuk mencerminkan perbedaan antara instrumen keuangan yang diperbandingkan.

• Level 3: Valuation techniques using significant unobservable inputs. This category includes all instruments where the valuation technique includes inputs not based on observable data and the unobservable inputs could have a significant effect on the instrument’s valuation. This category includes instruments that are valued based on quoted prices for similar instruments where significant unobservable adjustments or assumptions are required to reflect differences between the instruments.

Page 125: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

45

4. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN (Lanjutan)

4. USE OF ESTIMATES AND JUDGMENT (Continued)

b.. Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank (Lanjutan)

b. Critical accounting judgments in applying the Bank’s accounting policies (Continued)

b.1. Penilaian instrumen keuangan (Lanjutan) b.1. Valuation of financial instruments

(Continued)

Tabel berikut ini menyajikan analisa instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar berdasarkan tingkat hirarki nilai wajarnya.

The table below analyses financial instruments measured at fair value by its level in the fair value hierarchy.

2013 Tingkat 1/

Level 1 Tingkat 2/

Level 2 Jumlah/

Total

Aset keuangan Financial assets Efek-efek yang diperdagangkan 1.365.324 155.453 1.520.777 Trading securities Aset derivatif 561 6.280.203 6.280.764 Derivatives assets Efek-efek untuk tujuan investasi 3.902.472 1.092.233 4.994.705 Investment securities

Tagihan atas pinjaman yang dijamin 2.960.686 - 2.960.686 Receivables under secured

borrowings 8.229.043 7.527.889 15.756.932 Liabilitas keuangan Financial liabilities Liabilitas derivatif 2.539 5.986.138 5.988.677 Derivative liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 3.019.511 - 3.019.511

Obligation to return securities received under secured

borrowings 3.022.050 5.986.138 9.008.188

2012 Tingkat 1/

Level 1 Tingkat 2/

Level 2 Jumlah/

Total

Aset keuangan Financial assets Efek-efek yang diperdagangkan 1.490.613 246.977 1.737.590 Trading securities Aset derivatif 953 1.700.041 1.700.994 Derivatives assets Efek-efek untuk tujuan investasi 2.664.118 - 2.664.118 Investment securities

Tagihan atas pinjaman yang dijamin 949.378 - 949.378 Receivables under secured

Borrowings 5.105.062 1.947.018 7.052.080 Liabilitas keuangan Financial liabilities Liabilitas derivatif 218 1.575.460 1.575.678 Derivative liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-

surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 945.505 - 945.505

Obligation to return securities received under secured

borrowings 945.723 1.575.460 2.521.183

b.2. Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan

Kebijakan akuntansi Bank memberikan keleluasaan untuk menetapkan aset dan liabilitas keuangan ke dalam berbagai kategori pada saat pengakuan awal sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku berdasarkan kondisi tertentu, sesuai dengan definisi aset dan liabilitas keuangan yang dijabarkan pada Catatan 2g.

b.2. Financial asset and liability classification

The Bank’s accounting policies provide scope for assets and liabilities to be designated on inception into different accounting categories in certain circumstances, in line with the description of financial assets and liabilities set out in Note 2g.

Page 126: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

46

5. GIRO PADA BANK INDONESIA 5. CURRENT ACCOUNTS WITH BANK INDONESIA

Akun ini terdiri dari: This account consists of the following:

2013 2012 Rupiah 1.795.544 1.467.034 Rupiah Dolar Amerika Serikat 2.093.240 2.033.513 United States Dollar

Jumlah 3.888.784 3.500.547 Total

Saldo giro pada Bank Indonesia disediakan untuk memenuhi persyaratan giro wajib minimum dari Bank Indonesia.

Current accounts with Bank Indonesia are provided to fulfill Bank Indonesia requirements on minimum reserve requirements.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Bank masing-masing sebesar 53,92% dan 35,45% untuk mata uang Rupiah serta masing-masing sebesar 8,05% dan 8,30% untuk mata uang Dollar Amerika Serikat.

As of 31 December 2013 and 2012, the minimum reserve requirements (MRR) ratios of the Bank were 53.92% and 35.45% for Rupiah, respectively, and 8.05% and 8.30% for United States Dollar, respectively.

Rasio giro wajib minimum untuk mata uang Rupiah pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 terdiri dari rasio GWM Primer dan GWM LDR masing-masing sebesar 8,06% dan 8,52% dengan menggunakan saldo rekening giro Rupiah pada Bank Indonesia, dan rasio GWM Sekunder masing-masing sebesar 45,86% dan 26,93% dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dan obligasi pemerintah.

The minimum reserve requirements ratio of the Bank for Rupiah as of 31 December 2013 and 2012 consists of primary MRR and LDR MRR ratios of 8.06% and 8.52%, respectively, using Rupiah current account balance with Bank Indonesia and secondary MRR ratio of 45.86% and 26.93%, respectively, in the form of Certificates of Bank Indonesia and government bonds.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Bank telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang giro wajib minimum Bank Umum.

As of 31 December 2013 and 2012, the Bank had fulfilled Bank Indonesia’s regulation regarding minimum reserve requirements of Commercial Banks.

6. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK-BANK LAIN

6. PLACEMENTS WITH BANK INDONESIA AND OTHER BANKS

2013 2012 Rupiah 305.695 1.564.131 Rupiah.. Mata uang asing 2.166.260 4.018.838 Foreign currencies..

2.471.955 5.582.969

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, seluruh penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain tidak mengalami penurunan nilai dan memiliki jangka waktu kurang dari 1 bulan.

As of 31 December 2013 and 2012, all placements with Bank Indonesia and other banks were not impaired and had a maturity of less than one month.

Page 127: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

47

7. EFEK-EFEK YANG DIPERDAGANGKAN 7. TRADING SECURITIES

2013 2012 Surat perbendaharaan negara 70.060 30.491 Government treasury notes Obligasi pemerintah 1.295.264 1.460.122 Government bonds Obligasi perusahaan 155.453 246.977 Corporate bonds Jumlah 1.520.777 1.737.590 Total

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, obligasi perusahaan tersebut di atas diperingkat oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) masing-masing berkisar antara idAA+ sampai dengan idAAA dan idAA- sampai dengan idAAA.

As of 31 December 2013 and 2012, the above corporate bonds were rated by PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ranging between idAA+ to idAAA and idAA- to idAAA, respectively.

8. ASET DAN LIABILITAS DERIVATIF 8. DERIVATIVE ASSETS AND LIABILITIES

2013 2012 Aset

derivatif/ Derivative

Liabilitas derivatif/

Derivative

Aset derivatif/

Derivative

Liabilitas derivatif/

Derivative

assets liabilities assets liabilities

Kontrak berjangka mata uang asing 426.350 (344.683) 50.232 (7.412) Foreign currency forward contracts Kontrak cross currency swap 5.705.164 (5.501.674) 1.320.772 (1.292.798) Cross currency swap contracts Kontrak swap suku bunga 149.250 (142.320) 329.831 (275.468) Interest rate swap contracts Kontrak currency option - -) 159 -) Currency option contracts

Jumlah aset (liabilitas) derivatif 6.280.764 (5.988.677) 1.700.994 (1.575.678) Total derivative assets (liabilities)

Untuk kontrak swap suku bunga, pertukaran suku bunga dieksekusi setiap bulan, kuartal dan semester.

For interest rates swap contracts, the interest rate exchanges are exercised on a monthly, quarterly and semi-annual basis.

Jangka waktu kontrak swap suku bunga pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 berkisar antara 1-10 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, sisa jangka waktu kontrak dari swap suku bunga masing-masing berkisar antara 0-10 tahun dan 1-5 tahun.

The contract period of interest rate swaps as of 31 December 2013 and 2012 ranged between 1-10 years. As of 31 December 2013 and 2012, the remaining contract period of interest rate swaps ranged between 0-10 years and 1-5 years, respectively.

Lindung nilai atas nilai wajar terhadap risiko suku bunga

Fair value hedges of interest rate risk

Nilai nosional dan tingkat suku bunga rata-rata tertimbang dari kontrak swap suku bunga terkait lindung nilai atas nilai wajar adalah sebagai berikut:

The notional amount and weighted average interest rate of interest rate swap contracts related to fair value hedges were as follows:

2013 2012

Mata uang/

Currency

Nilai nosional (mata uang

asal)/ Notional amount

(in original currency)

Suku bunga rata-rata

tertimbang/ Weighted average of

interest rate

Mata uang/

Currency

Nilai nosional (mata uang

asal)/ Notional amount

(in original currency)

Suku bunga rata-rata

tertimbang/ Weighted average of

interest rate

Yang diterima To be received Suku bunga mengambang IDR 120.000 4,95% IDR 260.000 4,46% Floating interest Yang dibayar To be paid Suku bunga tetap IDR 120.000 12,8% IDR 260.000 12,97% Fixed interest

Page 128: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

48

8. ASET DAN LIABILITAS DERIVATIF (Lanjutan) 8. DERIVATIVE ASSETS AND LIABILITIES

(Continued)

Bank menggunakan transaksi swap suku bunga untuk tujuan lindung nilai atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi (Catatan 11) dengan suku bunga tetap, yang dapat diatribusikan pada perubahan suku bunga pasar. Transaksi swap suku bunga tersebut digunakan untuk lindung nilai efek-efek untuk tujuan investasi tertentu untuk memastikan tingkat efektivitas lindung nilai yang sangat tinggi. Atas transaksi swap suku bunga tersebut, Bank menerapkan akuntansi lindung nilai.

The Bank uses interest rate swaps to hedge its exposure to changes in the fair value of its investment securities (Note 11) which are attributable to changes in market interest rates. Interest rate swaps are used to hedge specific investment securities to ensure high level of hedge effectiveness. For the respective interest rate swaps, the Bank applied hedge accounting.

Selama tahun berakhir 31 Desember 2013 dan 2012, seluruh derivatif yang digunakan dalam transaksi lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan nilai wajar transaksi yang dilindung nilai.

During the years ended 31 December 2013 and 2012, all derivatives that are used in hedging transactions are highly effective in offsetting changes in the fair value of the hedged item.

Sehubungan dengan lindung nilai atas nilai wajar, keuntungan atas instrumen lindung nilai untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 adalah masing-masing sebesar Rp…9.177 dan Rp 12.071, dibandingkan terhadap kerugian item yang dilindung nilai masing-masing sebesar Rp 7.883 dan Rp 11.182.

In respect of fair value hedges, gains arising on the hedging instruments during the year ended 318December 2013 and 2012 were Rp 9,177 and Rp 12,071, compared to losses arising on the hedged items of Rp 7,883 and Rp 11,182, respectively.

Derivatif untuk tujuan diperdagangkan dan manajemen risiko

Derivatives held for trading and risk management

Selain yang diungkapkan di atas dan dalam Catatan 11 mengenai lindung nilai atas nilai wajar, Bank melakukan kontrak derivatif untuk tujuan diperdagangkan dan untuk tujuan lindung nilai terhadap posisi devisa neto Bank, risiko selisih tingkat bunga, risiko beda jatuh tempo, dan risiko lainnya dalam kegiatan operasional Bank sehari-hari, dan tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai. Oleh karenanya, perubahan nilai wajar dari kontrak derivatif ini dibebankan (dikreditkan) pada laba rugi tahun berjalan.

Except as disclosed above and in Note 11 regarding fair value hedge, the Bank entered into derivative contracts for trading as well as for hedging the Bank’s net open position, interest rate gap risk, maturity gap risk, and other risks in the Bank’s daily operations, and did not qualify for hedge accounting. As such, changes in fair value of these derivative contracts are charged (credited) to the current year profit or loss.

9. TAGIHAN DAN UTANG AKSEPTASI c9. ACCEPTANCE RECEIVABLES AND PAYABLES

Rincian tagihan dan utang akseptasi adalah sebagai berikut:

The details of acceptance receivables and payables were as follows:

2013 2012 Tagihan

akseptasi/ Acceptance

Utang akseptasi/

Acceptance

Tagihan akseptasi/

Acceptance

Utang akseptasi/

Acceptance

receivables payables receivables payables

Rupiah 19.257) (19.257) 12.338) (12.338) Rupiah Mata uang asing 1.354.040) (1.354.040) 1.127.667) (1.127.667) Foreign currencies

1.373.297) (1.373.297) 1.140.005) (1.140.005) Dikurangi: Less: Cadangan kerugian

penurunan nilai (1.948) (1.771) Allowance for

impairment losses Nilai neto 1.371.349) 1.138.234) Net value

Page 129: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

49

10. KREDIT YANG DIBERIKAN 10. LOANS

Kredit yang diberikan terdiri dari:

Loans consist of the following:

a. Menurut jenis dan mata uang

a. By type and currency

2013 2012 Rupiah Rupiah

Modal kerja 4.514.031( 2.442.330) Working capital Konsumen dan kartu kredit 7.359.700( 6.705.668) Consumer and credit cards Trade bills 487.715( 634.883) Trade bills Investasi 2.190.539( 2.539.536) Investment

14.551.985( 12.322.417) Mata uang asing Foreign currencies

Modal kerja 7.453.769( 6.286.168) Working capital Trade bills 2.333.941( 2.034.044) Trade bills Investasi 9.729.728( 11.852.811) Investment

19.517.438( 20.173.023) Pendapatan bunga yang dihentikan Interest in suspense

Rupiah (1.009) -) Rupiah Mata uang asing (1.938) (10.498) Foreign currencies (2.947) (10.498)

Jumlah sebelum cadangan kerugian

penurunan nilai 34.066.476(

32.484.942) Total loans before allowance

for impairment losses Cadangan kerugian penurunan nilai (1.376.260) (1.266.548) Allowance for impairment losses Jumlah, neto 32.690.216( 31.218.394) Total, net

b. Menurut sektor industri

b. By type of industry 2013 2012 Rupiah Rupiah

Manufaktur 1.936.893( 1.535.240) Manufacturing Jasa keuangan 1.289.436( 915.483) Financial services Perdagangan 2.176.824( 1.697.651) Commerce Pertanian 248.152( -) Agriculture Perorangan 7.359.700( 6.720.280) Individual Pertambangan dan penggalian 83.140( 67.871) Mining and excavation Lainnya 1.457.840( 1.385.892) Others

14.551.985( 12.322.417) Mata uang asing Foreign currencies

Manufaktur 6.782.068( 5.932.594) Manufacturing Jasa keuangan 4.187.812( 3.818.383) Financial services Perdagangan 2.597.701( 2.101.063) Commerce Pertambangan dan penggalian 1.963.997( 4.603.974) Mining and excavation Lainnya 3.985.860( 3.717.009) Others

19.517.438) 20.173.023) Pendapatan bunga yang dihentikan Interest in suspense

Rupiah (1.009) -) Rupiah Mata uang asing (1.938) (10.498) Foreign currencies

(2.947) (10.498) Jumlah sebelum cadangan kerugian

penurunan nilai

34.066.476(

32.484.942) Total loans before allowance

for impairment losses Cadangan kerugian penurunan nilai (1.376.260) (1.266.548) Allowance for impairment losses Jumlah, neto 32.690.216( 31.218.394) Total, net

Page 130: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

50

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan) 10. LOANS (Continued) c. Jangka waktu

c. Loan periods

Kredit yang diberikan (sebelum pendapatan bunga yang dihentikan pengakuannya dan cadangan kerugian penurunan nilai) menurut periode jatuh tempo berdasarkan perjanjian kredit:

Maturity period of loans (before interest in suspense and allowance for impairment losses) based on loan agreement:

2013 2012

Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total

< 1 tahun 6.787.575 9.183.741 15.971.316 5.068.906 7.936.685 13.005.591 < 1 year 1 - 5 tahun 5.425.306 7.230.860 12.656.166 5.513.796 9.518.156 15.031.952 1 - 5 years > 5 tahun 2.339.104 3.102.837 5.441.941 1.739.715 2.718.182 4.457.897 > 5 years

14.551.985 19.517.438 34.069.423 12.322.417 20.173.023 32.495.440

Kredit yang diberikan (sebelum pendapatan bunga yang dihentikan pengakuannya dan cadangan kerugian penurunan nilai) menurut periode jatuh tempo berdasarkan periode yang tersisa sampai dengan tanggal jatuh tempo:

Maturity period of loans (before interest in suspense and allowance for impairment losses) based on the remaining period to the maturity date:

2013 2012

Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total

< 1 tahun 8.918.551 14.706.054 23.624.605 6.936.049 11.696.661 18.632.710 < 1 year 1 - 5 tahun 4.674.037 4.028.594 8.702.631 4.587.165 7.735.703 12.322.868 1 - 5 years > 5 tahun 959.397 782.790 1.742.187 799.203 740.659 1.539.862 > 5 years

14.551.985 19.517.438 34.069.423 12.322.417 20.173.023 32.495.440

d. Cadangan kerugian penurunan nilai d. Allowance for impairment losses

Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan untuk tahun berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

The movement of allowance for impairment losses loans during the years ended 31.December 2013 and 2012 was as follows:

2013

Cadangan kerugian

penurunan nilai kolektif/

Collective impairment provision

Cadangan kerugian

penurunan nilai individual/

Individual impairment provision

Jumlah/ Total

Saldo, awal tahun (199.941) (1.066.607) (1.266.548) Balance, beginning of year Penambahan cadangan kerugian

penurunan nilai, bersih (34.985) (399.077) (434.062) Additions of allowance for impairment losses, net

Penghapusan kredit yang diberikan -j 337.619j 337.619j Loans written-off Selisih kurs (6.208) (7.061) (13.269) Exchange rate difference Saldo, akhir tahun (241.134) (1.135.126) (1.376.260) Balance, end of year

Page 131: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

51

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan) 10. LOANS (Continued)

d. Cadangan kerugian penurunan nilai (Lanjutan) d. Allowance for impairment losses (Continued)

2012

Cadangan kerugian

penurunan nilai kolektif/

Collective impairment provision

Cadangan kerugian

penurunan nilai individual/

Individual impairment provision

Jumlah/ Total

Saldo, awal tahun (189.110) (1.572.690) (1.761.800) Balance, beginning of year Penambahan cadangan kerugian

penurunan nilai, bersih (8.301) (418.317) (426.618) Additions of allowance for impairment losses, net

Penghapusan kredit yang diberikan -) 926.541) 926.541) Loans written-off Selisih kurs (2.530) (2.141) (4.671) Exchange rate difference Saldo, akhir tahun (199.941) (1.066.607) (1.266.548) Balance, end of year

e. Kredit sindikasi e. Syndicated loans

Kredit sindikasi merupakan kredit yang diberikan kepada debitur berdasarkan perjanjian pembiayaan sindikasi dan perjanjian pemberian kredit bersama dengan bank-bank lain.

Syndicated loans represent loans provided to borrowers under syndication agreements and club deal agreements with other banks.

Jumlah partisipasi Bank dalam kredit sindikasi bersama bank-bank lain pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 2.195.472 juta dan Rp 2.128.117 juta. Partisipasi Bank dalam kredit sindikasi tersebut pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing berkisar antara 4% - 37% dan 4% - 50%.

The Bank’s total participation in syndicated loans with other banks as of 31 December 2013 and 2012 amounted to equivalent Rp 2,195,472 million and Rp 2,128,117 million, respectively. The Bank's participation on those syndicated loans as of 31 December 2013 and 2012 ranged between 4% - 37% and 4% - 50%, respectively.

f. Informasi pokok lainnya sehubungan dengan kredit yang diberikan

f. Other significant information relating to loans

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

As of 31 December 2013 and 2012, there were no breaches nor excesses of Legal Lending Limit (LLL).

Kredit yang diberikan dijamin dengan agunan yang diikat dengan hipotik, hak tanggungan atau surat kuasa untuk menjual, deposito berjangka, dan jaminan lainnya. Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, jumlah kredit yang diberikan dijamin dengan jaminan tunai (termasuk standby letter of credits yang telah memenuhi peraturan Bank Indonesia) masing-masing sebesar Rp 6.454.765 dan Rp 7.931.292.

Loans are generally collateralized by registered mortgages, powers of attorney to mortgage or sell, time deposits, and by other guarantees. As of 31 December 2013 and 2012, the loans collateralized by cash collateral (including standby letter of credits which fulfilled Bank Indonesia’s regulation) amounted to Rp 6,454,765 and Rp 7,931,292, respectively.

Kredit non-performing yang diberikan Bank (NPL, yang diklasifikasikan sebagai kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan peraturan Bank Indonesia) pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 1.372.378 dan Rp 1.395.356 (setelah dikurangi pendapatan bunga yang dihentikan pengakuannya), masing-masing sebesar 4,71% dan 4,87% dari jumlah kredit yang diberikan. Secara neto, rasio NPL pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing adalah sebesar 0,76% dan 1,09%.

The Bank's non-performing loans (NPL, classified as substandard, doubtful and loss in accordance with Bank Indonesia regulation) as of 31 December 2013 and 2012 amounted to the equivalent of Rp 1,372,378 and the equivalent of Rp 1,395,356 (net of interest in suspense) which represents 4.71% and 4.87% of total loans, respectively. Net NPL ratio as of 31 December 2013 and 2012 was 0.76% and 1.09%, respectively.

Page 132: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

52

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan) 10. LOANS (Continued)

Kredit yang diberikan kepada karyawan Bank terdiri dari kredit dalam mata uang Rupiah yang diberikan untuk pembelian kendaraan, rumah dan keperluan lainnya dengan berbagai jangka waktu yang pelunasannya dilakukan melalui pemotongan gaji setiap bulan. Kredit yang diberikan pada karyawan Bank termasuk dalam kategori kredit konsumen.

Loans to the Bank’s employees consist of car loans, housing loans and loans for other purposes denominated in Rupiah currency with various terms of repayment which will be effected through monthly salary deductions. Loans to the Bank’s employees are categorized as consumer loans.

11. EFEK-EFEK UNTUK TUJUAN INVESTASI 11. INVESTMENT SECURITIES

Efek-efek untuk tujuan investasi yang dikategorikan berdasarkan jenis mata uang dan kategori aset keuangan:

Investment securities categorized by currency and category of financial assets:

Mata uang/ Currency 2013 2012 Biaya perolehan diamortisasi Amortized cost Dimiliki hingga jatuh tempo: Held to maturity:))))

Obligasi pemerintah Rupiah 2.592.663 - Government bonds))) Note korporasi Rupiah 603.694 - Corporate note))) 3.196.357 - Diukur pada biaya perolehan: Measured at acquisition cost: )))

Sukuk Rupiah 510.169 432.787 Sukuk)) 3.706.526 432.787

Tersedia untuk dijual: Available-for-sale: Obligasi pemerintah Rupiah 3.902.472 1.334.485 Government bonds Surat Perbendaharaan Negara Rupiah - 59.944 Government treasury note Sertifikat Bank Indonesia Rupiah 596.908 1.269.689 Certificates of Bank Indonesia

Obligasi perusahaan Rupiah 495.325 - Corporate bonds) 4.994.705 2.664.118 8.701.231 3.096.905

Pada bulan Juni 2008, Bank melakukan kontrak swap suku bunga (instrumen lindung nilai) untuk tujuan lindung nilai terhadap obligasi pemerintah dengan suku bunga tetap tertentu (item yang dilindung nilai), yang dicatat pada akun efek-efek yang tersedia untuk dijual dengan jumlah nilai nosional sebesar Rp 260.000. Tujuan dari transaksi tersebut adalah untuk melakukan lindung nilai atas perubahan nilai wajar obligasi pemerintah yang dikarenakan oleh perubahan suku bunga yang diacu. Transaksi lindung nilai atas nilai wajar ini memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai. Kontrak swap suku bunga tersebut terdiri dari dua kontrak. Satu kontrak dengan jumlah nosional Rp 140.000 telah jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2013. Satu kontrak lainnya dengan jumlah nosional Rp 120.000 akan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2015.

In June 2008, the Bank entered into interest rate swap transactions (hedging instruments) with total notional amount of Rp 260,000 in order to hedge certain fixed-rate government bonds (hedged items) of the same amount, which were held in available-for-sale category. The objective of the transaction is to hedge the fair value of the government bonds due to change in the benchmark interest rate. These fair value hedge transactions qualified for hedge accounting. The interest rate swap transactions consist of two contracts. One contract with notional amount of Rp 140,000 has matured on 15 March 2013. Another contract with notional amount of Rp 120,000 will mature on 15 June 2015.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, penyesuaian harga pasar Obligasi Pemerintah yang dilindungi nilai untuk nilai wajar masing-masing sebesar:

As of 31 December 2013 and 2012, mark-to-market Government Bonds under fair value hedging respectively are:

Mata uang/ Currency 2013 2012

FR0027 Rupiah 1.713 13.030 FR0027 FR0033 Rupiah - 714 FR0033 1.713 13.744

Page 133: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

53

11. EFEK-EFEK UNTUK TUJUAN INVESTASI (Lanjutan)

11. INVESTMENT SECURITIES (Continued)

Selama tahun berakhir tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, atas seluruh instrumen lindung nilai terjadi saling hapus yang sangat efektif dengan perubahan nilai wajar dari item yang dilindung nilai (Catatan 8). Perubahan nilai wajar instrumen lindung nilai dan item yang dilindung nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan.

During the years ended 31 December 2013 and 2012, all the hedging instruments were highly effective in offsetting changes in the fair value of the hedged items (Note 8). Changes in the fair value of the hedging instruments and the hedged items were recognized in the current year profit or loss.

Perubahan laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual selama tahun berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

The movement of unrealized gain (loss) from changes in fair value of available-for-sale investment securities during the years ended 31 December 2013 and 2012 was as follows:

2013 2012

Saldo (rugi) laba belum direalisasi - neto, sebelum pajak tangguhan, awal tahun (271) 28.756)

Balance of unrealized (loss) gain - net, before deferred tax, beginning of year

Rugi belum direalisasi selama tahun berjalan-neto (56.949) (656) Unrealized loss during the year – net

Laba yang direalisasi dari penjualan efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual selama tahun berjalan – neto (14.413) (39.553)

Realized gain from sale of available- for-sale investment securities during

the year – net Laba belum direalisasi dari item yang

dilindung nilai yang dibebankan ke laba rugi tahun berjalan 10.190j 11.182)

Unrealized gain from hedged items which is

charged to current year profit or loss Saldo rugi belum direalisasi - neto, sebelum

pajak tangguhan, akhir tahun (61.443) (271) Balance of unrealized loss - net, before

deferred income tax, end of year Pajak tangguhan (Catatan 16) 19.969) 88) Deferred tax (Note 16) Saldo rugi belum direalisasi - neto, setelah

pajak tangguhan, akhir tahun (41.474) (183) Balance of unrealized loss - net, after deferred tax, end of year

Penerimaan dari penjualan efek-efek dalam kelompok tersedia untuk dijual selama tahun berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 adalah masing-masing sebesar Rp 1.330.397 dan Rp 5.617.587 . Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, seluruh efek-efek untuk tujuan investasi tidak mengalami penurunan nilai.

Proceeds from the sale of available-for-sale investment securities during the years ended 31 December 2013 and 2012 were Rp 1,330,397 and Rp 5,617,587, respectively.

As of 31 December 2013 and 2012, all investment securities were not impaired.

Efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo merupakan investasi dalam rangka Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA). Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia (“PBI”) No. 14/18/PBI/2012 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank, mulai tanggal 30 Juni 2013 Bank wajib memenuhi CEMA minimum sebesar 8% dari jumlah liabilitas bank yang memenuhi kriteria tertentu. Pada tanggal 31 Desember 2013 jumlah efek-efek untuk tujuan investasi yang dimiliki untuk memenuhi ketentuan CEMA adalah sebesar Rp 3.196.357 atau 8% dari total liabilitas sebagaimana diatur dalam PBI tersebut.

Held-to-maturity securities represent investment for Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA). In accordance with Bank Indonesia regulation (“PBI”) No. 14/18/PBI/2012 regarding the Bank’s Minimum Capital Requirement, starting 30 June 2013 the Bank is obliged to fulfill minimum CEMA of 8% of the Bank’s total liabilities which meet certain criteria. As of 31 December 2013 investment securities held to fulfill CEMA requirement was Rp 3,196,357 or 8% from total liability as stipulated in the PBI.

Page 134: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

54

12. TAGIHAN ATAS PINJAMAN YANG DIJAMIN 12. RECEIVABLES UNDER SECURED BORROWINGS

Bank melakukan transaksi reverse repurchase obligasi pemerintah dengan nasabah yang dicatat sebagai tagihan atas pinjaman yang dijamin:

The Bank entered into reverse repurchase of government bonds transactions with counterparty which were recorded as receivables under secured borrowings:

2013 2012

Aset Assets Tagihan atas pinjaman yang dijamin Receivables under secured borrowings

Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi 2.960.686) 949.378) At fair value through profit and loss Pada biaya perolehan diamortisasi 315.200) -) At amortized cost

Jumlah, neto 3.275.886) 949.378) Total, net Liabilitas Liabilities Liabilitas untuk mengembalikan surat-surat

berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin

(3.019.511)

(945.505)

Obligation to return securities received under

secured borrowings

Transaksi-transaksi ini dilengkapi dengan persyaratan klausa peristiwa pasar (market event clause) dan klausa penyelesaian sebelum jatuh tempo (early settlement clause).

These transactions are subject to market event and early settlement clauses.

Klausa peristiwa pasar (market event clause) dimaksudkan untuk mempertahankan nilai pasar dari obligasi pemerintah yang dicatat dalam tagihan atas pinjaman yang dijamin. Klausa ini mengharuskan salah satu pihak (baik Bank ataupun nasabah) untuk menambah nilai obligasi pemerintah yang mendasari transaksi tersebut jika terjadi fluktuasi yang signifikan terhadap nilai pasar obligasi pemerintah.

Market event clause is intended to preserve the market value of the government bonds recorded in the receivables under secured borrowings. This clause requires certain parties (either the Bank or the counterparty) to top up the underlying government bonds if there is a significant fluctuation in the market value of government bonds.

Selama tahun 2013 dan 2012, tidak terjadi peristiwa pasar (market event) dan peristiwa pemicu yang menyebabkan peristiwa penyelesaian sebelum jatuh tempo (early settlement). Selama tahun berjalan, penyelesaian sebelum jatuh tempo (early settlements) yang terjadi adalah sesuai dengan permintaan nasabah.

During 2013 and 2012, there were no occurrence of market events and trigger events which can cause early settlement. During the years 2013 and 2012, early settlements were triggered by counterparty’s requests.

Pada tanggal 31 Desember 2013, tanggal jatuh tempo transaksi-transaksi ini adalah 28 Februari 2014, 11 Mei 2018, 23 Juli 2018 dan 22 Juli 2020. Pada tanggal 31 Desember 2012, tanggal jatuh tempo transaksi-transaksi ini adalah 23 Juli 2018 dan 22 Juli 2020.

As of 31 December 2013, the maturity dates of these transactions were on 28 February 2014, 11 May 2018, 23 July 2018 and 22 July 2020. As of 31 December 2012, the maturity dates of these transactions were on 23 July 2018 and 22 July 2020.

Selama tahun 2013 dan 2012, Bank menjual sebagian dari obligasi pemerintah yang diterima dalam rangka pinjaman yang dijamin kepada pihak ketiga yang dicatat sebagai liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin. Jumlah ini merupakan nilai wajar dari obligasi pemerintah yang dijual.

During 2013 and 2012, the Bank sold part of the government bonds under secured borrowings to third parties which was recorded as an obligation to return securities received under secured borrowings. This amount represented the fair value of the sold government bonds.

Page 135: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

55

13. ASET LAIN-LAIN 13. OTHER ASSETS

Aset lain-lain termasuk jumlah aset derivatif yang gagal diserahkan nasabah atas kontrak-kontrak terstruktur, sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Other assets include the balance of defaulted derivative assets arising from structured contracts, as described below.

Selama tahun berakhir 31 Desember 2008, Bank melakukan beberapa kontrak berjangka mata uang asing terstruktur dengan fitur option khusus. Kontrak-kontrak ini memiliki beberapa karakteristik khusus seperti adanya keharusan untuk menyerahkan sejumlah mata uang asing sebagai penyelesaian transaksi pada tanggal penyerahan yang telah ditentukan terlebih dahulu (mingguan atau dua mingguan) selama jangka waktu tertentu (berkisar 26 sampai dengan 52 minggu). Apabila kurs mata uang menyentuh atau berada di atas strike rate yang telah ditentukan sebelumnya, nasabah (bank dan bukan bank) berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah mata uang asing sebesar dua kali lipat dari jumlah penyelesaian semula.

During the year ended 31 December 2008, the Bank entered into several structured foreign exchange forward contracts with specific option features. These contracts have certain specific characteristics such as the requirement to deliver a series of foreign currency exchange settlements on pre-determined delivery dates (weekly or bi-weekly) during a period of time (ranging from 26 to 52 weeks). If the exchange rate is at or above a predetermined strike rate, the Bank’s counterparty customers (banks and non-banks) are obligated to deliver an amount of foreign currency which is double the original settlement amount.

Kontrak-kontrak terstruktur ini dilakukan berdasarkan arus kas mata uang asing nasabah bukan bank dan tidak mencerminkan aktivitas perdagangan Bank. Untuk mengeliminasi risiko pasar yang timbul, Bank telah melakukan kontrak back-to-back dengan beberapa nasabah bank dengan persyaratan dan kondisi yang sama (mirroring) untuk sebagian besar kontrak terstruktur tersebut.

These structured contracts have been executed based on the underlying foreign exchange cash flows of the Bank’s counterparty customers and do not represent proprietary trading activities of the Bank. In order to eliminate the market risk arising, the Bank entered into back-to-back contracts with several counterparty banks with the same terms and conditions (mirroring) for most of the structured contracts.

Karena adanya kenaikan signifikan pada nilai tukar mata uang Dolar Amerika Serikat pada Rupiah pada kuartal keempat tahun 2008, dan pengaruh memburuknya kondisi ekonomi global terhadap kegiatan usaha nasabah, beberapa nasabah bukan bank gagal dalam menyerahkan sejumlah mata uang asing (USD) kepada Bank pada saat jatuh tempo.

Due to a significant increase in the United States Dollar foreign exchange rate against the Rupiah in the last quarter of 2008, and the impact of the unfavorable global economic conditions to their businesses, certain counterparties customers failed to deliver the foreign currency amount (USD) to the Bank when they were due.

Selama tahun 2013 dan 2012, Bank secara aktif telah melakukan diskusi dengan nasabah untuk melakukan restrukturisasi atau pemutusan kontrak dengan kesepakatan untuk nasabah-nasabah yang terkait. Kontrak-kontrak tersebut direstrukturisasi atau diakhiri pada saat kesepakatan dengan nasabah dicapai. Bank selalu memiliki hak untuk memutuskan dan melakukan restrukturisasi atas kontrak-kontrak tersebut apabila kesepakatan dengan nasabah tidak tercapai.

During 2013 and 2012, the Bank actively engaged with counterparties customers to restructure or terminate the underlying contracts with the consent of the counterparty customers impacted. The contracts were restructured or terminated upon reaching an agreement with the counterparty customers. The Bank continues to reserve the rights to terminate those restructured contracts where agreement with the counterparty customer cannot be reached.

Restrukturisasi dilakukan dengan konversi piutang menjadi pembayaran berkala (installment payments), kredit yang diberikan atau kontrak derivatif biasa (plain vanilla).

The restructuring was done through conversion into installment payments, loans and advances or plain vanilla derivative contracts.

Page 136: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

56

13. ASET LAIN-LAIN (Lanjutan) 13. OTHER ASSETS (Continued)

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, tagihan derivatif yang gagal diserahkan nasabah dan telah direstrukturisasi menjadi pembayaran berkala dan dicatat sebagai asset lain-lain berjumlah masing-masing Rp 5.829 dan Rp 21.048 dengan cadangan kerugian penurunan nilai sejumlah masing-masing Rp nil dan Rp 919.

As of 31 December 2013 and 2012, the defaulted derivative receivables which have been restructured into installment payments and recorded under other assets amounting to Rp 5,829 and Rp 21,048 with total allowance for impairment losses amounting to Rp nil and Rp 919, respectively.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, jumlah aset bersih derivatif yang gagal diserahkan nasabah (termasuk transaksi derivatif gagal yang sedang dalam proses litigasi), sebelum cadangan kerugian penurunan nilai masing-masing sebesar Rp 913.113 dan Rp 928.109, dan cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk masing-masing sebesar Rp 901.399 dan Rp 348.945.

As of 31 December 2013 and 2012, total defaulted net derivative assets (including defaulted derivative transactions under litigation process), before allowance for impairment losses and after deducting interest in suspense amounted to Rp 913,113 and Rp 928,109, respectively, while the allowance for impairment losses amounted to Rp 901,399 and Rp 348,945.

14. SIMPANAN OLEH NASABAH BUKAN BANK DAN SIMPANAN OLEH BANK-BANK LAIN

14. DEPOSITS BY NON-BANK CUSTOMERS AND DEPOSITS BY OTHER BANKS

2013 2012 Mata uang Mata uang asing/ asing/ Foreign Jumlah/ Foreign Jumlah/

Rupiah currencies Total Rupiah currencies Total Simpanan oleh

nasabah bukan bank Deposits by non-bank customers

Giro 5.506.893 9.485.474 14.992.367 3.438.257 7.246.804 10.685.061 Current accounts Tabungan 1.535.831 1.907.131 3.442.962 2.164.304 1.911.160 4.075.464 Saving accounts Deposito berjangka 10.455.638 1.096.099 11.551.737 7.887.907 3.799.879 11.687.786 Time deposits Jumlah simpanan oleh

nasabah bukan bank 17.498.362

12.488.704

29.987.066

13.490.468

12.957.843

26.448.311 Total deposits by non-

bank customers Simpanan oleh bank-

bank lain Deposits by other banks

Giro 970.417 64.606 1.035.023 1.070.760 35.882 1.106.642 Current accounts Interbank call money

(jatuh tempo kurang dari 1 bulan) 755.041 - 755.041 550.822 - 550.822

Interbank call money (maturity date less

than 1 month) Jumlah simpanan oleh

bank-bank lain 1.725.458

64.606

1.790.064

1.621.582

35.882

1.657.464 Total deposits by other

banks...

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, deposito berjangka dan giro yang dijadikan jaminan untuk fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank kepada nasabahnya, masing-masing berjumlah ekuivalen Rp 704.406 dan Rp 312.654.

As of 31 December 2013 and 2012, total time deposits and current accounts pledged as collaterals to credit facilities granted by the Bank to its customers amounted to equivalent Rp 704,406 and Rp 312,654, respectively.

15. BEBAN MASIH HARUS DIBAYAR 15. ACCRUED EXPENSES

2013 2012

Beban bunga masih harus dibayar 47.831 36.473 Accrued interest payables Alokasi beban Kantor Pusat 252.108 - Head Office allocation expenses Area reimbursement 180.459 175.817 Area reimbursement Lainnya 81.260 95.317 Others 561.658 307.607

Page 137: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

57

16. PERPAJAKAN 16. TAXATION

a. Utang pajak penghasilan terdiri dari pajak penghasilan pasal 25 dan 29.

a. Income tax payables consist of income tax articles 25 and 29.

b. (Komponen beban pajak adalah sebagai berikut: b. . .The components of income tax expense were as

follows:

2013 2012 Pajak kini: Current:

Pajak penghasilan badan 235.785) 255.217) Corporate income tax Pajak penghasilan kantor cabang 70.736) 76.565) Branch profit tax

306.521) 331.782)

Pajak tangguhan: Deferred: Berasal dari timbulnya perbedaan Origination and reversal of

temporer dan pembalikannya (215.222) 101.736) temporary differences (215.222) 101.736) Jumlah 91.299) 433.518) Total

c. .Rekonsiliasi antara hasil perkalian laba akuntansi sebelum pajak dengan tarif pajak maksimum yang berlaku dan beban pajak adalah sebagai berikut:

c. The reconciliation between income before tax multiplied by the maximum marginal tax rate and income tax expense was as follows:

2013 2012

Laba akuntansi sebelum pajak 244.083 1.351.999) Income before tax Tarif pajak maksimum yang berlaku 32,5% 32,5%) Enacted maximum marginal tax rate 79.327 439.400) Perbedaan permanen dengan tarif

pajak maksimum

11.972 (5.882) Permanent differences at maximum

marginal tax rate Beban pajak 91.299 433.518) Income tax expense

d. Aset dan kewajiban pajak tangguhan pada tanggal

31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

d. The deferred tax assets and liabilities as of 31 December 2013 and 2012 were as follows:

1 Januari/ January 2013

Diakui pada laba rugi/

Recognized in profit or loss

Diakui pada pendapatan

komprehensif lain/

Recognized in other

comprehensive income

31 Desember/ December 2013

Penyusutan aset tetap 2.144)

870)

-

3.014

Depreciation of fixed assets

Penyisihan penghapusan aset derivatif yang gagal diserahkan 113.407)

179.548)

-

292.955

Allowance for defaulted derivative

assets Laba (rugi) belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar efek-efek yang diperdagangkan (49.843)

(57.476)

-

(107.319)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of trading securities

Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin (2.953)

(14.752)

-

(17.705)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of obligation to return securities received under

secured borrowings Dipindahkan 62.755)

108.190)

-

170.945) Carryforward

Page 138: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

58

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

d. Aset dan kewajiban pajak tangguhan pada 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut (Lanjutan):

d. The deferred tax assets and liabilities as of 31 December 2013 and 2012 were as follows (Continued):

2013

1 Januari/ January 2013

Diakui pada laba rugi/

Recognized in profit or loss

Diakui pada pendapatan

komprehensif lain/

Recognized in other

comprehensive income

31 Desember/ December 2013

Pindahan 62.755)

108.190)

-)

170.945) Carried forward

Bonus yang masih harus dibayar 43.466)

(2.135)

-)

41.331) Accrued bonus

Liabilitas imbalan pasca-kerja 15.653)

9.367)

(4.455)

20.565)

Obligation for post- employment benefits

Cadangan kerugian penurunan nilai atas kredit yang diberikan (77.584)

92.790)

-)

15.206

Allowance for impairment losses on

loans Laba (rugi) belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual 88)

-)

19.881

19.969)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of available-for-sale investment

securities Lain-lain 17.680)

7.010)

-)

24.690) Others

Aset pajak tangguhan - neto 62.058)

215.222)

15.426

292.706) Deferred tax asset - net

2012

1 Januari/ January 2012

Diakui pada laba rugi/

Recognized in profit or loss

Diakui pada pendapatan

komprehensif lain/

Recognized in other

comprehensive income

31 Desember/ December 2012

Penyusutan aset tetap (4.054)

6.198.

-

2.144.

Depreciation of fixed assets

Penyisihan penghapusan aset derivatif yang gagal diserahkan 125.087.

(11.680)

-

113.407.

Allowance for defaulted derivative

assets Laba (rugi) belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar efek-efek yang diperdagangkan 20.628.

(70.471)

-

(49.843)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of trading securities

Laba (rugi) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar liabilitas untuk mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 1.954.

(4.907)

-

(2.953)

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of obligation to return securities received under

secured borrowings Bonus yang masih harus

dibayar 36.972.

6.494.

-

43.466. Accrued bonus Liabilitas imbalan pasca-

kerja 9.168.

2.564.

3.921

15.653. Obligation for post

employment benefits Cadangan kerugian

penurunan nilai atas kredit yang diberikan (42.770)

(34.814)

-

(77.584)

Allowance for impairment losses on

loans Laba (rugi) belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual (9.346)

-.

9.434

88.

Unrealized gain (loss) from changes in fair

value of available-for-sale investment

securities Lain-lain 12.800.

4.880.

-

17.680. Others

Aset pajak tangguhan - neto 150.439.

(101.736)

13.355

62.058. Deferred tax asset-net

Page 139: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

59

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

e. .Tahun Fiskal 2002

..Pada bulan Juli 2005, Bank mengajukan surat keberatan berkaitan dengan hasil pemeriksaan pajak tahun fiskal 2002 (berkaitan dengan berbagai pajak penghasilan, pajak penghasilan badan dan pajak pertambahan nilai) dengan jumlah sebesar Rp 18.130. Kantor pajak menerima sebagian dari keberatan tersebut sebesar Rp 1.249 dan telah memindahbukukan jumlah ini untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2005.

e. Fiscal Year 2002

In July 2005, the Bank submitted an objection related to the result of 2002 tax audit (related to various withholding taxes, corporate income tax and value added tax) with the disputed tax amount of Rp 18,130. The tax office received part of the objection amounted to Rp 1,249 and has compensated this amount to 2005 income tax article 25.

Pada bulan Juli 2006, kantor pajak menerbitkan surat yang menyatakan pengembalian pajak sebesar Rp 1.198 dan jumlah ini telah dipindahbukukan untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2006.

In July 2006, the tax office issued another letter resulting in a refund of Rp 1,198 and has compensated this amount to 2006 income tax article 25.

Pada bulan Oktober 2006, Bank mengajukan banding ke pengadilan pajak.

In October 2006, the Bank appealed to tax court.

Pada tahun 2008, Bank menerima pengembalian pajak sebesar Rp 2.284 dari pengadilan pajak, dari pajak pertambahan nilai dalam negeri dan pajak penghasilan, dan diakui dalam laba rugi tahun 2008. Bank menerima sebagian dari tambahan beban pajak dan surat tagihan pajak sebesar Rp 441. Atas sisa lebih bayar pajak sebesar Rp 12.958, Bank mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung pada bulan Juni 2008.

In 2008, the Bank received the tax refund of Rp 2,284 from the tax court, from onshore VAT and withholding tax, and recognized in the 2008 profit or loss. The Bank accepted part of additional tax expense and tax collection letter amounting to Rp 441. For the remaining tax overpayment amounting to Rp 12,958, the Bank submitted a judicial review to the Supreme Court in June 2008.

Putusan Mahkamah Agung yang menolak permohonan peninjauan kembali Bank berkaitan dengan pajak penghasilan badan sebesar Rp 4.156 telah diterima oleh Bank pada bulan Nopember 2012.

The Supreme court decisions which rejected the Bank’s judicial review requests related to corporate income tax amounted to Rp 4,156 has been received by the Bank in November 2012.

Sehubungan dengan pengajuan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung atas kelebihan pembayaran pajak tahun 2002 sebesar Rp 12.958, pada bulan Januari 2013 Bank telah menerima putusan Mahkamah Agung yang mengkonfirmasikan kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai sebesar Rp 8.802, yang telah diterima Bank dan dicatat sebagai pendapatan.

In relation to the judicial review request to Supreme Court on the 2002 tax overpayment amounting to Rp 12,958, in January 2013 the Bank received the Supreme Court decision which confirmed value added tax overpayment of Rp 8,802 which has been received by Bank and recorded as income.

Page 140: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

60

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

f. . Tahun Fiskal 2004

Pada tahun fiskal 2004, Bank memiliki kelebihan bayar pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan kantor cabang sebesar Rp 13.979. Jumlah ini telah dicatat sebagai pajak dibayar dimuka di laporan keuangan gabungan tahun 2004. Setelah itu, Bank menerima sertifikat akhir tahun untuk beban-beban alokasi dari Kantor Pusat dimana jumlahnya lebih tinggi dari jumlah yang sebelumnya diperhitungkan di pajak penghasilan badan tahun 2004. Oleh karena itu, lebih bayar pajak Bank meningkat sebesar Rp 3.847. Bank merevisi pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan kantor cabang untuk tahun 2004 dan mengklaim lebih bayar tersebut ke kantor pajak di tahun 2005. Pada tanggal 31 Desember 2005, jumlah keseluruhan lebih bayar pajak penghasilan tahunan untuk tahun 2004 adalah Rp 17.826. Lebih bayar pajak ini dicatat sebagai pajak dibayar dimuka dalam laporan keuangan gabungan tahun 2005.

f. .Fiscal Year 2004

In fiscal year 2004, the Bank had an overpayment of corporate income tax and branch profit tax of Rp 13,979. This amount was recorded as prepaid tax in the 2004 combined financial statements. Subsequently, the Bank received a final certificate for its Head Office Allocation Expenses with the amount higher than the amount previously accounted in its 2004 corporate income tax calculation. Therefore, the Bank’s overpayment increased by Rp 3,847. The Bank revised the 2004 income tax and branch profit tax and claimed the overpayment to tax office in 2005. The total overpayment for 2004 annual income tax as of 31 December 2005 was Rp 17,826, and recorded as prepaid tax in the 2005 combined financial statements.

Pada bulan Juni 2006, kantor pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan badan dan berbagai pajak penghasilan untuk tahun 2004, yang menghasilkan kurang bayar pajak dan penalti sebesar Rp 24.249. Bank telah membayar jumlah ini dan mengakuinya sebagai beban non-operasional di dalam laba rugi tahun 2006. Bank juga membebankan pajak dibayar dimuka sebesar Rp 17.826 sebagai beban non-operasional dalam laporan laba rugi gabungan tahun 2006.

In June 2006, the tax office issued tax assessment letters on the Bank’s value added tax, corporate income tax and various withholding taxes for year 2004, which resulted in tax underpayments and penalties amounting to Rp 24,249. The Bank settled this amount and recorded it as non-operational expenses in 2006 profit or loss. The Bank also charged the prepaid tax of Rp 17,826 to non-operational expenses in the 2006 combined statement of comprehensive income.

Pada bulan September 2006, Bank mengajukan keberatan ke kantor pajak sehubungan dengan berbagai koreksi pajak dan tambahan beban pajak yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak tahun 2004. Kantor pajak menerima sebagian dari keberatan tersebut sebesar Rp 13.177 dan telah memindahbukukan jumlah ini untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2007. Bank menerima sebagian dari tambahan beban pajak dan surat tagihan pajak sebesar Rp 3.958. Pada bulan Desember 2007, atas sisa lebih bayar pajak sebesar Rp 24.940, Bank mengajukan banding ke pengadilan pajak.

In September 2006, the Bank submitted an objection to the tax office regarding various tax corrections and additional tax expenses related to the result of 2004 tax audit. The tax office received part of the objection amounted to Rp 13,177 and has compensated this amount to 2007 income tax article 25 through tax overbooking process. The Bank accepted part of additional tax expenses and tax collection letter with amount of Rp 3,958. In December 2007, for the remaining tax overpayment amounting to Rp 24,940, the Bank appealed to tax court.

Pada bulan Agustus dan September 2009, pengadilan pajak menerbitkan surat putusan, dimana pengadilan pajak mengabulkan sebagian permohonan banding Bank sebesar Rp 24.906. Sebesar jumlah yang telah disetujui oleh pengadilan pajak untuk dikembalikan ke Bank, Bank telah memindahbukukan jumlah tersebut untuk pembayaran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2009. Atas jumlah tersebut yang berkaitan dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan badan dan pajak pertambahan nilai kantor pajak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung. Di samping itu, pada bulan Nopember 2009, Bank juga mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung berkaitan dengan pajak penghasilan dengan jumlah klaim pengembalian pajak sebesar Rp 44.

In August and September 2009, the tax court issued its decision letters, whereby the tax court accepted part of the Bank’s appeal amounted to Rp 24,906. The Bank has compensated the amount approved by tax court to be refunded to the Bank to the 2009 income tax article 25 through overbooking process. On this amount, tax office requested for judicial review related to witholding tax, corporate income tax and value added tax to Supreme Court. Futhermore, in November 2009, the Bank also requested for judicial review related to witholding tax to Supreme Court on the remaining claim for tax refund of Rp 44.

Page 141: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

61

16. PERPAJAKAN (Lanjutan) 16. TAXATION (Continued)

f. Tahun Fiskal 2004 (Lanjutan)

f. Fiscal year 2004 (Continued)

Putusan Mahkamah Agung yang menolak peninjauan kembali kantor pajak berkaitan dengan pajak penghasilan diterima Bank pada bulan Mei 2012. Sedangkan putusan Mahkamah Agung yang menolak peninjauan kembali Bank berkaitan dengan pajak penghasilan sebesar Rp 44 diterima Bank pada bulan Nopember 2012.

The Supreme Court decision which rejected the tax office’s judicial review request related to withholding tax was received by the Bank in May 2012. While the Supreme Court decision which rejected the Bank judicial review request related to withholding tax amounting to Rp 44 was received by the Bank in November 2012.

Atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh kantor pajak terhadap pajak penghasilan badan, Bank menerima hasil putusan Mahkamah Agung yang menolak permohonan tersebut pada bulan Februari 2013.

Upon tax office’s judicial review request related to corporate income tax, the Bank received the Supreme Court’s decision which rejected the tax office’s judicial review request in February 2013.

g. Sesuai peraturan perpajakan di Indonesia, Bank

melaporkan atau menyetorkan pajak-pajaknya berdasarkan sistem self-assessment. Fiskus dapat menetapkan/mengubah pajak-pajak tersebut dalam jangka waktu tertentu sesuai peraturan yang berlaku.

g. Under the taxation laws of Indonesia, the Bank submits its tax returns on the basis of self-assessment. The tax authorities may assess or amend taxes within the statute of limitations, under prevailing regulations.

17. LIABILITAS IMBALAN PASCA-KERJA 17. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT BENEFITS

Bank menyelenggarakan program pensiun iuran pasti untuk karyawan tetap yang memenuhi syarat, yang dikelola dan diadministrasikan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan AIA Financial (DPLK-AIA Financial).

The Bank has a defined contribution pension plan covering its qualified permanent employees, which is managed and administered by Dana Pensiun Lembaga Keuangan AIA Financial (DPLK-AIA Financial).

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, iuran yang dibayarkan oleh karyawan dan Bank adalah sebesar 2% dari penghasilan dasar karyawan.

As of 31 December 2013 and 2012, the employees’ and the Bank’s contributions are 2% of the employees’ basic salary.

Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia No. 13/2003, Bank diwajibkan untuk memberikan imbalan pasca kerja kepada karyawan ketika pemutusan kontrak kerja atau pensiun. Imbalan kerja didasarkan pada masa kerja karyawan dan kompensasi karyawan ketika pemutusan kontrak kerja atau pensiun. Sehingga sebagai tambahan program pensiun, Bank mencatat liabilitas tambahan yang merupakan bagian dari imbalan yang diwajibkan oleh Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 tetapi belum seluruhnya tercakup dalam imbalan kerja yang diberikan oleh dana pensiun.

In accordance with Labor Law of Republic Indonesia No. 13/2003, the Bank is required to provide post employment benefits to its employees when their employments are terminated or when they retire. These benefits are primary based on years of service and the employees’ compensation at termination of retirement. Therefore, in addition to the pension program, the Bank recorded an additional liability, which represented a portion of benefits required by Labor Law No. 13/2003 but have not been fully covered by the benefits provided by the pension plan.

Page 142: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

62

17. LIABILITAS IMBALAN PASCA-KERJA (Lanjutan) 17. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT

BENEFITS (Continued)

Tabel berikut ini menyajikan liabilitas imbalan kerja Bank, perubahan liabilitas imbalan kerja Bank, biaya yang diakui dalam laba rugi selama tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012:

The following table summarizes the Bank’s obligation for post-employment benefits, movement of the obligation, and expense recognized in profit or loss during the years ended 31 December 2013 and 2012:

2013 2012 Liabilitas imbalan kerja Obligation for post-employment benefits

Nilai kini liabilitas 63.277) 48.550) Present value of obligation Beban jasa lalu yang belum diakui -) (386) Unrecognized past service cost

63.277) 48.164)

Beban imbalan kerja Employee benefits expenses Beban jasa kini 34.173) 9.629) Current service cost Beban bunga atas liabilitas 2.441) 2.571) Interest on obligation Amortisasi atas beban jasa lalu 385) 489) Amortization of past service cost

36.999) 12.689)

Asumsi-asumsi utama yang digunakan dalam perhitungan di atas Key assumptions used in the above calculation

- Tingkat diskonto per tahun 8,7%) 5,3%) Annual discount rate - - Tingkat kenaikan gaji pokok per tahun 6,0%) 6,0%) Annual basic salary growth rate -

Movement in the obligation for post- Perubahan liabilitas imbalan pasca-kerja employment benefits

Liabilitas pada awal tahun 48.164) 28.210) Obligation at beginning of year Dampak penerapan PSAK No. 24 (Revisi

2010), awal tahun - 12.765) Effect of adoption of PSAK No. 24 (2010

Revision), beginning of year..

Beban imbalan pasca-kerja tahun berjalan 36.999) 12.689) Post-employment benefits expense for the

year Keuntungan aktuarial (13.709) (702) Actuarial gain Pembayaran kepada karyawan (8.177) (4.798) Payments to employees Liabilitas pada akhir tahun 63.277) 48.164) Obligation at end of year

Informasi Historis Historical Information

Nilai kini liabilitas

63.277)

48.550)

Present value of obligation Penyesuaian yang timbul pada liabilitas

program - (rugi) laba

(622)

2.531) Experience adjustment arising on plan

liabilities - (loss) gain

Page 143: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

63

18. UTANG KEPADA KANTOR PUSAT DAN CABANG-CABANG LAIN

18. DUE TO HEAD OFFICE AND OTHER BRANCHES

Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain merupakan dana yang ditempatkan di Indonesia oleh Kantor Pusat dan cabang-cabang lain. Utang kepada Kantor Pusat dapat diperpanjang secara periodik.

Due to Head Office and other branches represents the funds placed in Indonesia by the Head Office and other branches. Due to Head Office is rolled-over on a periodical basis.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, saldo utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain adalah sebagai berikut:

As of 31 December 2013 and 2012, the balance of due to Head Office and other branches was as follows:

2013 2012 Utang kepada Kantor Pusat (Catatan 29): Due to Head Office (Note 29):

Rupiah 938.796 938.796

Rupiah

Mata uang asing 2013: jatuh tempo 2 Januari 2014, 27 Januari 2014, 21 Desember 2015; 2012: jatuh tempo 2 Januari 2013, 20 Desember 2013 dan 27 Januari 2014

4.763.135 3.291.733

Foreign currencies 2013: due on 2 January 2014,

27 January 2014, 21 December 2015; 2012: due on 2 January 2013,

20 December 2013 and 27 January 2014 5.701.931 4.230.529

Utang kepada cabang-cabang lain: Due to other branches: Rupiah 376.215 686.730 Rupiah Mata uang asing 9.767.099 9.665.283 Foreign currencies

10.143.314 10.352.013

Jumlah 15.845.245 14.582.542 Total

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, termasuk dalam utang kepada Kantor Pusat adalah dana usaha yang dilaporkan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku mengenai pinjaman luar negeri masing-masing sebesar Rp 4.545.772 dan Rp 3.781.858.

As of 31 December 2013 and 2012, due to Head Office includes declared operating funds in accordance with prevailing Bank Indonesia regulations concerning commercial offshore borrowing amounted to Rp 4,545,772 and Rp 3,781,858, respectively.

19. KOMITMEN DAN KONTINJENSI 19. COMMITMENTS AND CONTINGENCIES

2013 2012

Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total Rupiah

Mata uang asing/

Foreign currencies Jumlah/Total

KOMITMEN COMMITMENTS Tagihan komitmen Committed receivables

Kontrak pembelian tunai yang belum selesai 50.294.679 63.138.603 113.433.282 38.921.672) 40.882.634) 79.804.306)

Unsettled spot purchase contracts

Kewajiban komitmen Committed liabilities

Fasilitas kredit yang belum digunakan (4.248.699) (1.194.728) (5.443.427) (3.907.585) (958.319) (4.865.904)

Unused loan Facilities

Fasilitas letters of credit yang tidak dapat dibatalkan yang diberikan ke nasabah (5.605) (2.028.603) (2.034.208) (1.256) (1.531.168) (1.532.424)

Irrevocable letters of credit facilities

provided to customers

Kontrak penjualan

tunai yang belum selesai (53.722.098) (60.071.095) (113.793.193) (38.091.315) (41.792.248) (79.883.563)

Unsettled spot selling contracts

Jumlah kewajiban

komitmen (57.976.402) (63.294.426) (121.270.828) (42.000.156) (44.281.735) (86.281.891) Total committed

Liabilities Jumlah komitmen -

kewajiban neto (7.681.723) (155.823) (7.837.546) (3.078.484) (3.399.101) (6.477.585) Total commitments -

net liabilities

Page 144: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

64

19. KOMITMEN DAN KONTIJENSI (Lanjutan) 19. COMMITMENTS AND CONTINGENCIES

(Continued)

2013 2012 Mata uang Mata uang

Rupiah

asing/ Foreign

currencies Jumlah/Total Rupiah

asing/ Foreign

currencies Jumlah/Total

KONTINJENSI CONTINGENCIES

Tagihan kontinjensi Contingencies

Receivables Garansi yang

diterima dari bank-bank lain (Catatan 33) 1.564.000 8.347.495 9.911.495 131.000) 8.516.592) 8.647.592)

Guarantees received from

other banks (Note 33)

Pendapatan bunga

dari kredit non-performing 1.009 1.938 2.947 -) 10.498) 10.498)

Interest on non- performing

loans )

Jumlah tagihan kontinjensi 1.565.009 8.349.433 9.914.442 131.000) 8.527.090) 8.658.090)

Total contingent receivables

Kewajiban kontinjensi Contingencies

Liabilities Bank garansi yang

diterbitkan kepada nasabah (Catatan 33) (3.750.288) (5.981.613) (9.731.901) (1.821.924) (4.301.580) (6.123.504)

Bank guarantees issued to

customers (Note 33)

Jumlah kontinjensi tagihan (kewajiban) neto (2.185.279) 2.367.820 182.541 (1.690.924) 4.225.510) 2.534.586)

Total net contingencies

receivables (liabilities)

Bank menghadapi berbagai macam jenis tuntutan hukum, pengurusan administrasi dan klaim yang belum terselesaikan dalam kegiatan usahanya. Tidak mungkin untuk memastikan apakah Bank akan memenangkan masalah atau tuntutan hukum tersebut, atau dampaknya jika Bank kalah. Namun demikian, manajemen Bank yakin bahwa hasil keputusan masalah atau tuntutan hukum tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan pada kelangsungan usaha Bank.

The Bank is a party to various unresolved legal actions, administrative proceedings, and claims in the ordinary course of its business. It is not possible to predict with certainty whether or not the Bank will ultimately be successful in any of these legal matters or, if not, what the impact might be. However, the Bank’s management believes that the results in any of these proceedings will not have significant adverse impacts on the Bank’s ability to operate as a going concern.

20. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN 20. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES

Pada tabel di bawah ini, instrumen keuangan telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasi masing-masing. Kebijakan akuntansi yang penting di Catatan 2g menjelaskan bagaimana kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut diukur dan bagaimana pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian nilai wajar (perubahan nilai wajar instrumen keuangan), diakui.

In the below table, financial instruments have been allocated based on their classification. The significant accounting policies in Note 2g describe how the categories of the financial assets and financial liabilities are measured and how income and expenses, including fair value gains and losses (changes in fair value of financial instruments), are recognized.

Aset keuangan telah dikelompokkan ke dalam aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang dan aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Sama halnya dengan aset keuangan, setiap liabilitas keuangan telah dikelompokkan ke dalam liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dan liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi lainnya.

Financial assets have been allocated into fair value through profit or loss, loans and receivables and available-for-sale financial assets. Similarly, each financial liability has been allocated into fair value through profit or loss and other amortized cost.

Page 145: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

65

20. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN (Lanjutan)

20. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES (Continued)

Nilai wajar yang diungkapkan di bawah ini adalah berdasarkan informasi relevan yang tersedia pada tanggal laporan posisi keuangan gabungan dan tidak diperbaharui untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan gabungan.

The fair values are based on relevant information available as at the combined statements of financial position date and have not been updated to reflect changes in market condition after the combined statements of financial position date.

Di bawah ini disajikan perbandingan antara nilai tercatat, seperti dilaporkan dalam laporan posisi keuangan gabungan, dan nilai wajar semua aset keuangan dan liabilitas keuangan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012.

Summarized below is the comparison of the carrying amounts, as reported in the combined statements of financial position, and the fair value of all financial assets and financial liabilities as of 31 December 2013 and 2012.

2013

Diukur pada nilai wajar melalui laba

rugi/ Fair value through

profit or loss

Pinjaman yang diberikan dan

piutang/ Loans and receivables

Tersedia untuk dijual/

Available-for-sale

Dimiliki hingga jatuh tempo/

Held to maturity

Biaya perolehan

diamortisasi lainnya/ Other

amortized cost*

Jumlah nilai tercatat/

Total carrying amount

Nilai wajar/ Total fair value

Aset keuangan Financial assets Kas - - 250.433 - - 250.433 250.433 Cash Giro pada Bank

Indonesia - 3.888.784 - -

- 3.888.784 3.888.784 Current accounts with

Bank Indonesia Giro pada bank-bank

lain - 516.381 - -

- 516.381 516.381 Current accounts with

other banks Tagihan dari cabang-

cabang lain - 316.936 - -

- 316.936 316.936 Due from other

branches Penempatan pada

Bank Indonesia dan bank-bank lain - 2.471.955 -

-

- 2.471.955 2.471.955

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 1.520.777 - - -

- 1.520.777 1.520.777 Trading securities Aset derivatif 6.280.764 - - - - 6.280.764 6.280.764 Derivative assets Tagihan akseptasi - 1.371.349 - - - 1.371.349 1.371.349 Acceptance receivables Kredit yang diberikan - 32.690.216 - - - 32.690.216 32.912.992 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi - - 4.994.705

3.196.357 510.169 8.701.231 8.573.707

Investment securities Tagihan atas pinjaman

yang dijamin 2.960.686 315.200 - -

- 3.275.886 3.275.886 Receivables under

secured borrowings Aset lain-lain - 158.604 - - - 158.604 158.604 Other assets 10.762.227 41.729.425 5.245.138 3.196.357 510.169 61.443.316 61.538.568 Liabilitas keuangan Financial liabilities Simpanan oleh

nasabah bukan bank - - - - 29.987.066 29.987.066 29.987.066

Deposits by non-bank customers

Simpanan oleh bank-bank lain - - - - 1.790.064 1.790.064 1.790.064

Deposits by other banks

Liabilitas derivatif 5.988.677 - - - - 5.988.677 5.988.677 Derivative liabilities Utang akseptasi - - - - 1.373.297 1.373.297 1.373.297 Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 3.019.511 - - - - 3.019.511 3.019.511

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban masih harus dibayar - - - - 561.658 561.658 561.658 Accrued expenses

Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain - - - - 11.299.473 11.299.473 11.299.473

Due to Head Office and other branches

9.008.188 - - - 45.011.558 54.019.746 54.019.746

*Klasifikasi ini termasuk investasi pada sukuk dan SPNS, yang diklasifikasikan sebagai “diukur pada biaya perolehan“.

*This classification includes investment in sukuk and SPNS, which are classified as “measured at acquisition cost”.

Page 146: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

66

20. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN (Lanjutan)

20. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES (Continued)

2012

Diukur pada nilai wajar melalui laba

rugi/ Fair value through

profit or loss

Pinjaman yang diberikan dan

piutang/ Loans and receivables

Tersedia untuk dijual/

Available-for-sale

Biaya perolehan

diamortisasi lainnya/ Other

amortized cost*

Jumlah nilai tercatat/

Total carrying amount

Nilai wajar/ Total fair value

Aset keuangan Financial assets Kas - - 165.525 - 165.525 165.525 Cash Giro pada Bank

Indonesia - 3.500.547 - - 3.500.547 3.500.547 Current accounts with

Bank Indonesia Giro pada bank-bank

lain - 405.530 - - 405.530 405.530 Current accounts with

other banks Tagihan dari cabang-

cabang lain - 72.908 - - 72.908 72.908 Due from other

branches Penempatan pada

Bank Indonesia dan bank-bank lain - 5.582.969 - - 5.582.969 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 1.737.590 - - - 1.737.590 1.737.590 Trading securities Aset derivatif 1.700.994 - - - 1.700.994 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi - 1.138.234 - - 1.138.234 1.138.234 Acceptance receivables Kredit yang diberikan - 31.218.394 - - 31.218.394 31.112.225 Loans Efek-efek untuk tujuan

investasi - - 2.664.118 432.787 3.096.905 3.096.905

Investment securities Tagihan atas pinjaman

yang dijamin 949.378 - - - 949.378 949.378 Receivables under

secured borrowings Aset lain-lain - 688.461 - - 688.461 688.461 Other assets 4.387.962 42.607.043 2.829.643 432.787 50.257.435 50.151.266 Liabilitas keuangan Financial liabilities Simpanan oleh

nasabah bukan bank - - - 26.448.311 26.448.311 26.448.311

Deposits by non-bank customers

Simpanan oleh bank-bank lain - - - 1.657.464 1.657.464 1.657.464

Deposits by other banks

Liabilitas derivatif 1.575.678 - - - 1.575.678 1.575.678 Derivative liabilities Utang akseptasi - - - 1.140.005 1.140.005 1.140.005 Acceptance payables Liabilitas untuk

mengembalikan surat-surat berharga yang diterima atas pinjaman yang dijamin 945.505 - - - 945.505 945.505

Obligation to return securities received

under secured borrowings

Beban masih harus dibayar - - - 307.607 307.607 307.607 Accrued expenses

Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-cabang lain - - - 10.780.235 10.780.235 10.780.235

Due to Head Office and other branches

2.521.183 - - 40.333.622 42.854.805 42.854.805

*Klasifikasi ini termasuk investasi pada sukuk dan SPNS, yang diklasifikasikan sebagai “diukur pada biaya perolehan“.

*This classification includes invetment in sukuk and SPNS, which are classified as “measured at acquisition cost”.

Nilai wajar efek-efek yang diperdagangkan, efek-efek untuk tujuan investasi tersedia untuk dijual dan tagihan atas pinjaman yang dijamin pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah berdasarkan harga kuotasi pasar dan teknik penilaian dengan input yang dapat diobservasi.

The fair value of trading, investment securities for available-for-sale and receivables under secured borrowing as of 31 December 2013 and 2012 was based on quoted market prices and valuation technique with observable inputs.

Nilai wajar kredit yang diberikan yang dikategorikan dalam pinjaman yang diberikan dan piutang pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 dinilai dengan analisa arus kas yang didiskonto berdasarkan tingkat suku bunga pasar.

The fair value of loans categorized as loans and receivables as of 31 December 2013 and 2012 was measured using discounted cash flows analysis using market interest rate.

Nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan selain yang dijelaskan di atas mendekati nilai tercatatnya karena aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam jumlah signifikan memiliki jangka waktu yang pendek, dan/atau suku bunganya sering ditinjau ulang.

The fair value of other financial assets and financial liabilities not mentioned above approximate their carrying amount as substantially all financial assets and financial liabilities are short-term in nature, and/or repriced frequently.

Page 147: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

67

21. PENYERTAAN KANTOR PUSAT 21. HEAD OFFICE INVESTMENT

Merupakan penyertaan Kantor Pusat di Bank sebesar Rp 867 pada awal pendirian Bank di Indonesia dan tambahan penyertaan sebesar Rp 900.350 yang diterima pada tanggal 26 April 2010 dan 27 April 2010 dan sebesar Rp 1.442.150 yang diterima pada tanggal 3-5 Desember 2012. Tambahan penyertaan Kantor Pusat pada tahun 2010 dan 2012 ini diperhitungkan sebagai bagian dari Dana Usaha yang dilaporkan (Catatan 29).

Represents the Head Office investment in the Bank of Rp 867 on the establishment of the Bank in Indonesia and additional investment amounting to Rp 900,350 which was received on 26 April 2010 and 27 April 2010 and a total of Rp 1,442,150 which was received on 3-5 December 2012. These additional Head Office Investments in 2010 and 2012 were accounted for as part of declared Operating Fund (Note 29).

22. PENDAPATAN BUNGA 22. INTEREST INCOME

Pendapatan bunga terdiri dari: Interest income consists of:

2013 2012

Kredit yang diberikan 2.560.233 2.428.911 Loans Efek-efek untuk tujuan investasi 462.925 250.129 Investment securities Efek-efek yang diperdagangkan 116.490 129.037 Trading securities Penempatan pada bank-bank lain 82.813 179.817 Placements with other banks Lainnya 38.973 38.872 Others

3.261.434 3.026.766

Pendapatan bunga yang dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif yang dilaporkan di atas, yang terkait dengan aset keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi adalah masing-masing sebesar Rp 3.098.079 dan Rp 2.835.116 untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan 2012.

Interest income calculated using the effective interest method reported above that relates to financial assets not carried at fair value through profit or loss were Rp 3,098,079 and Rp 2,835,116 for the years ended 31 December 2013 and 2012, respectively.

Termasuk dalam pendapatan bunga adalah bunga dari efek diskonto aset keuangan yang mengalami penurunan nilai, yang sebagian besar berasal dari aset keuangan yang dicatat pada aset lain-lain, untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp 41.875 dan Rp 36.222.

Included in interest income is interest from effect of discounting (unwinding interest) of impaired financial assets, which mostly came from financial assets that were recorded in other assets, for the years ended 31 December 2013 and 2012 amounting to Rp 41,875 and Rp 36,222, respectively.

23. BEBAN BUNGA 23. INTEREST EXPENSE

Beban bunga terdiri dari: Interest expenses consists of:

2013 2012 Deposito berjangka/deposito on call 709.323 490.096 Time/call deposits Giro 194.224 105.356 Current accounts Tabungan 42.580 85.934 Saving accounts Interbank call money 51.193 53.741 Interbank call money Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain 241.434 242.817

Due to Head Office and other branches Lainnya 43.252 9.084 Others

1.282.006 987.028

Page 148: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

68

24. PENDAPATAN PROVISI DAN KOMISI 24. FEE AND COMMISSION INCOME

Pendapatan provisi dan komisi terdiri dari: Fees and commission income consists of:

2013 2012 Kredit ritel yang tidak dijamin 396.589 383.001 Unsecured retail loans Kredit yang diberikan 192.538 129.969 Loans Asuransi 136.425 118.652 Insurance Unit trusts 116.331 83.253 Unit trusts Kustodian 79.297 72.240 Custody Ekspor/impor 76.699 79.329 Exports/imports Obligasi 54.612 117.744 Bonds Bank garansi 46.996 44.663 Bank guarantees Account services 19.835 16.681 Account services Deposito 10.959 10.898 Deposits Lainnya 5.749 23.816 Others 1.136.030 1.080.246

25. BEBAN PROVISI DAN KOMISI 25. FEE AND COMMISSION EXPENSE

Beban provisi dan komisi terdiri dari: Fees and commission expense consists of:

2013 2012 Kredit ritel yang tidak dijamin 277.624 211.807 Unsecured retail loans Garansi Kredit yang diberikan

80.711 43.672

1.807 57.528

Guarantees Loans

Deposit 21.275 41.122 Deposits Lainnya 7.598 24.359 Others 430.880 336.623

26. KERUGIAN PENURUNAN NILAI, BERSIH 26. NET IMPAIRMENT LOSSES

2013 2012 Beban selama tahun berjalan: Charges for the year:

Kredit yang diberikan 434.062 426.618 Loans Aset keuangan lainnya 647.176 411 Other financial assets

1.081.238 427.029

Kerugian penurunan nilai terdiri dari beban cadangan kerugian penurunan nilai kredit (Catatan 10d) dan aset keuangan lainnya setelah dikurangi pemulihan selama tahun berjalan.

Net impairment losses consist of charges of allowance for impairment losses on loans (Note 10d) and other financial assets net after recovery during the year.

27. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI 27. GENERAL AND ADMINISTRATIVE EXPENSES

2013 2012 Area reimbursements 275.059 220.518 Area reimbursements Alokasi beban Kantor Pusat 214.489 198.221 Head Office allocation expenses Gedung 129.783 100.995 Premises Iklan 102.269 85.040 Advertising Asuransi 60.334 56.615 Insurance Komputer 53.859 50.999 Computer Telekomunikasi 51.226 51.299 Telecommunication Jasa profesional 51.086 60.358 Professional fees Penyusutan aset tetap 49.579 44.209 Depreciation of fixed assets Perjalanan dan transportasi 20.747 19.710 Travel and transportation Lainnya 103.012 81.240 Others 1.111.443 969.204

28. BEBAN KARYAWAN 28. PERSONNEL EXPENSES

2013 2012 Gaji 418.652 374.680 Salaries Tunjangan hari raya dan bonus 213.305 207.323 Holiday allowance and bonuses Tunjangan lainnya 171.047 128.888 Other allowances Imbalan pasca-kerja (Catatan 17) 36.999 12.689 Post-employment benefits (Note 17) Pelatihan 19.299 13.633 Training Lainnya 47.387 34.010 Others 906.689 771.223

Page 149: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

69

29. DANA USAHA 29. OPERATING FUNDS

Dana usaha merupakan selisih antara dana yang ditempatkan di Indonesia oleh Kantor Pusat dengan dana yang ditempatkan oleh Bank di Kantor Pusat dan kantor-kantor cabang di luar Indonesia, sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 mengenai ketentuan dan tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor perwakilan bank asing.

Operating funds represent the difference between the funds placed in Indonesia by Head Office and the funds placed by the Bank with its Head Office and other branches outside Indonesia, in accordance with the decree of the Directors of Bank Indonesia No. 32/37/KEP/DIR dated 12 May 1999 concerning the requirements and procedures for the opening of branch offices, sub-branch offices and representative offices of foreign banks.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, dana usaha Bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, terdiri dari:

As of 31 December 2013 and 2012, the Bank’s operating funds in accordance with prevailing Bank Indonesia regulation comprised of:

2013 2012 Tagihan dari cabang-cabang lain 316.936) 72.908) Due from other branches Kredit yang diberikan kepada cabang lain 197) -) Loan to other branches Aset derivatif dari Kantor Pusat dan

cabang-cabang lain 1.753.596) 597.000) Derivative assets from Head Office and

other branches Aset lain-lain 72.141) 186.907) Other assets Liabilitas derivatif kepada Kantor Pusat (492.222) (346.287) Derivative liabilities to Head Office Utang akseptasi kepada Kantor Pusat (1.200) (8.564) Acceptance payables to Head Office Beban masih harus dibayar kepada Kantor

Pusat (253.146) (14.983) Accrued expenses to

Head Office Tambahan penyertaan Kantor Pusat

(Catatan 21) (2.342.500) (2.342.500) Additional Head Office investment

(Note 21) Utang kepada Kantor Pusat (Catatan 18) (5.701.931) (4.215.546) Due to Head Office (Note 18) Liabilitas lain-lain (18.049) (5.018) Other liabilities Dana usaha (6.666.178) (6.076.083) Operating funds

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Bank melaporkan dana usaha masing-masing sejumlah ekuivalen Rp 6.871.446. dan Rp 6.124.358. Pelaporan untuk tahun berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 telah dilakukan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku mengenai pinjaman luar negeri.

As of 31 December 2013 and 2012, the Bank’s declared operating funds amounted to equivalent Rp 6,871,446, and Rp 6,124,358, respectively. The declaration for the years ended 31 December 2013 and 2012 was made in accordance with the prevailing Bank Indonesia regulations concerning receiving of commercial offshore borrowings.

Dana usaha atau dana usaha yang dilaporkan (declared operating funds), mana yang lebih rendah, dimasukkan ke dalam perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (Catatan 30).

Operating funds or declared operating funds, whichever is lower, is included in the calculation of the Bank’s Capital Adequacy Ratio (Note 30).

30. MANAJEMEN MODAL 30. CAPITAL MANAGEMENT

Secara berkala, Bank melakukan perencanaan dan pengawasan permodalan untuk memastikan kecukupan permodalan dalam rangka mendukung strategi bisnis, kepatuhan kepada peraturan perbankan serta memperhatikan perkembangan kondisi makro ekonomi. Rencana penambahan modal Bank wajib disampaikan dalam Rencana Bisnis yang disampaikan kepada Bank Indonesia, dan harus mendapatkan persetujuan dari Standard Chartered Group maupun Bank Indonesia.

On a regular basis, Bank undertakes capital planning and monitoring to ensure capital adequacy to support business strategies, compliance to banking regulation as well as to take into consideration macro economic development. Capital injection plan is required to be included in the Business Plan submitted to Bank Indonesia, and it is subject to Standard Chartered Group and Bank Indonesia approvals.

Page 150: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

70

30. MANAJEMEN MODAL (Lanjutan) 30. CAPITAL MANAGEMENT (Continued)

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 9% (2012:8%) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko Bank, Bank Indonesia dapat mewajibkan Bank untuk menyediakan modal minimum lebih besar dari ketentuan mengenai modal minimum tersebut. Potensi kerugian Bank dapat bersumber dari:

In accordance with the prevailing Bank Indonesia regulation, the Bank is required to maintain a minimum capital of 9% (2012:8%) of Risk Weighted Assets (RWA). In order to anticipate potential losses in the Bank’s risk profile, Bank Indonesia may require the Bank to maintain higher capital than the minimum capital requirement. The potential losses may derive from:

a. Risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional

yang belum dapat sepenuhnya diukur secara akurat dalam melakukan perhitungan ATMR;

a. Credit risk, market risk and operational risk which have not been accurately measured in the RWA calculation;

b. Risiko lainnya yang bersifat material antara lain risiko suku bunga di banking book, risiko likuiditas, dan risiko konsentrasi;

b. Other material risks, including interest rate risk in banking book, liquidity risk and concentration risk;

c. Dampak penerapan stress testing terhadap kecukupan modal Bank, dan/atau;

c. Impact of the application of stress test on the capital adequacy, and/or;

d. Berbagai faktor terkait lainnya. d. Other relevant factors.

Perhitungan modal dan ATMR untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Calculation of capital and RWA for credit risk, market risk and operational risk are done in accordance with Bank Indonesia regulations.

Bank telah mematuhi semua persyaratan modal yang ditetapkan sepanjang periode pelaporan.

The Bank has complied with all externally imposed capital requirements throughout the reporting period.

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, dihitung sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku sebagai berikut:

The Bank’s Capital Adequacy Ratio as of 31 December 2013 and 2012, computed in accordance with the prevailing Bank Indonesia regulation was as follows:

2013 2012

Komponen modal:

Components of capital: Penyertaan Kantor Pusat 867) 867) Head Office investment Dana usaha (Catatan 29) 6.666.178) 6.076.083) Operating funds (Note 29) Laba yang belum dipindahkan

ke Kantor Pusat

289.786)

727.535)

Unremitted profit to Head Office Kekurangan cadangan kerugian

/penurunan nilai aset terhadap penyisihan penghapusan aset sesuai ketentuan Bank Indonesia (276.257)

(249.170)

Shortage of allowance for impairment losses on assets against provision for...

assets losses according to Bank... Indonesia guidance...

Cadangan umum penyisihan penghapusan aset produktif (maksimum 1,25% dari aset tertimbang menurut risiko)

348.016)

288.786)

General reserve for allowance for productive assets///

(maximum 1.25% of risk…. weighted assets)….

Jumlah modal 7.028.590) 6.844.101) Total capital

Aset Tertimbang Menurut Risiko -

untuk risiko kredit 40.714.313) 33.523.357) Risk Weighted Assets - credit risk

Aset Tertimbang Menurut Risiko - )

untuk risiko pasar 1.748.596) 1.454.342) Risk Weighted Assets - market risk

Aset Tertimbang Menurut Risiko -

untuk risiko operasional 6.040.042) 5.723.947) Risk Weighted Assets - operational risk

Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum - risiko kredit

Capital Adequacy Ratio - credit risk and

dan risiko pasar 16,55%) 19,57%) market risk Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum - risiko kredit,

risiko pasar dan risiko )

Capital Adequacy Ratio - credit risk,

operasional 14,49%) 16,82%) market risk and operational risk Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum Yang Diwajibkan 9,00%) 8,00%) Required Capital Adequacy Ratio

Page 151: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

71

31. KUALITAS ASET PRODUKTIF 31. QUALITY OF PRODUCTIVE ASSETS

Tabel di bawah ini menunjukkan kualitas aset produktif Bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, yang disajikan pada nilai tercatatnya sebelum cadangan kerugian penurunan nilai:

Table below presents the quality of productive assets of the Bank in accordance with the prevailing Bank Indonesia regulations, presented at their carrying amounts before allowance for impairment losses:

2013

Lancar/ Current

Dalam perhatian khusus/ Special mention

Kurang lancar/ Substandard

Diragukan/ Doubtful Macet/Loss Jumlah/Total

Giro pada Bank

Indonesia 3.888.784 - - - - 3.888.784 Current accounts

with Bank Indonesia Giro pada bank-

bank lain 516.381 - - - - 516.381 Current accounts

with other banks Tagihan dari

cabang-cabang lain 316.936 - - - - 316.936

Due from other branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain 2.471.955 - - - - 2.471.955

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 1.520.777 - - - - 1.520.777 Trading securities Aset derivatif 6.173.054 107.710 - - - 6.280.764 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.372.948 349 - - - 1.373.297 Acceptance receivables Kredit yang

diberikan 31.044.720 1.649.378 85.859 108.268 1.178.251 34.066.476 Loans Efek-efek untuk

tujuan investasi 8.701.231 - - - - 8.701.231 Investment securities Tagihan atas

pinjaman yang dijamin 3.275.886 - - - - 3.275.886

Receivables under secured borrowing

Rekening administratif dengan risiko kredit 15.606.858 1.572.311 8.437 10.355 11.575 17.209.536

Off-balance sheet exposures with credit

risk

2012

Lancar/ Current

Dalam perhatian khusus/ Special mention

Kurang lancar/ Substandard

Diragukan/ Doubtful Macet/Loss Jumlah/Total

Giro pada Bank

Indonesia 3.500.547 - - - - 3.500.547 Current accounts

with Bank Indonesia Giro pada bank-

bank lain 405.530 - - - - 405.530 Current accounts

with other banks Tagihan dari

cabang-cabang lain 72.908 - - - - 72.908

Due from other Branches

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank-bank lain 5.582.969 - - - - 5.582.969

Placements with Bank Indonesia and other

banks Efek-efek yang

diperdagangkan 1.737.590 - - - - 1.737.590 Trading securities Aset derivatif 1.700.824 170 - - - 1.700.994 Derivative assets Tagihan akseptasi 1.139.687 318 - - - 1.140.005 Acceptance receivables Kredit yang

diberikan 29.415.003 1.674.583 166.993 101.560 1.126.803 32.484.942 Loans Efek-efek untuk

tujuan investasi 3.096.905 - - - - 3.096.905 Investment securities Tagihan atas

pinjaman yang dijamin 949.378 - - - - 949.378

Receivables under secured borrowing

Rekening administratif dengan risiko kredit 12.281.216 217.824 8.743 6.665 7.384 12.521.832

Off-balance sheet exposures with credit

risk

Page 152: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

72

32. JASA KUSTODIAN 32. CUSTODIAL SERVICES

Divisi Kustodian Bank memperoleh izin untuk memberikan jasa kustodian pada tanggal 26 Juni 1991 dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, yang sejak tanggal 1 Januari 2013 menjadi Bagian Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan) berdasarkan Surat Keputusan No. KEP-35/PM.WK/ 1991.

The Bank’s Custodial Services Division obtained a license to conduct custodial services on 26 June 1991 from the Capital Market Supervisory Board (Bapepam changed to Capital Market and Financial Institution Supervisory Board, which effective 1 January 2013 became Capital Market Supervisory Division of Otoritas Jasa Keuangan) under its Decision Letter No. KEP-35/PM.WK/ 1991.

Jasa yang ditawarkan oleh Divisi Kustodian Bank meliputi jasa penyimpanan, penyelesaian dan penanganan transaksi, penagihan pendapatan, proxy, corporate action, pengelolaan kas, pelaporan dan pencatatan investasi, pengembalian pajak, unit registry dan sub-registry.

The services offered by the Bank’s Custodial Services Division include safekeeping, settlement and transaction handling, income collection, proxy, corporate action, cash management, investment accounting/reporting, tax reclamation, unit registry and sub-registry.

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, aset yang diadministrasikan oleh Divisi Kustodian Bank terdiri dari saham, instrumen utang, deposito berjangka, sertifikat deposito, warrant dan instrumen pasar modal dan pasar uang lainnya, dengan jumlah masing-masing ekuivalen Rp 274.609.644 dan Rp 282.868.968.

As of 31 December 2013 and 2012, the assets which were administered by the Bank’s Custodial Services Division consist of shares, debt instruments, time deposits, certificate of deposits, warrant and other capital market and money market instruments, with total amount of equivalent Rp 274,609,644 and Rp 282,868,968, respectively.

33. TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI 33. .RELATED PARTY TRANSACTIONS

Perincian transaksi dan saldo signifikan (termasuk komitmen dan kontinjensi) dengan pihak berelasi adalah sebagai berikut:

The details of significant transactions and balances (including commitments and contingencies) with related parties were as follows:

2013 2012

Giro pada bank-bank lain 381.882 243.581 Current accounts with other banks Tagihan dari cabang-cabang lain 316.936 72.908 Due from other branches Penempatan pada Bank Indonesia dan

bank-bank lain

-

96.375

Placements with Bank Indonesia and other banks Aset derivatif 1.783.127 603.050 Derivative assets Tagihan akseptasi 6.085 - Acceptance receivables Kredit yang diberikan 201.149 840.521 Loans Aset lain-lain, bersih 130.951 197.894 Other assets, net Simpanan oleh nasabah bukan bank 2.545.815 2.330.057 Deposits by non-bank customers Simpanan oleh bank-bank lain 119.972 33.948 Deposits by other banks Liabilitas derivatif 1.469.260 683.451 Derivative liabilities Utang akseptasi 30.979 19.578 Acceptance payable Beban masih harus dibayar 432.011 187.974 Accrued expenses Utang kepada Kantor Pusat dan cabang-

cabang lain

15.845.245

14.582.541

Due to Head Office and other branches Liabilitas lain-lain 125.074 73.693 Other liabilities Pendapatan bunga 190 379 Interest income Beban bunga 244.624 244.486 Interest expense Pendapatan provisi dan komisi 107.182 110 Fees and commissions income Beban provisi dan komisi 86.310 108.848 Fees and commissions expense Beban umum dan administrasi 491.296 429.420 General and administrative expenses Beban karyawan 66.769 58.900 Personnel expenses Garansi yang diterima dari bank-bank

lain (tagihan kontinjensi)

9.514.753

7.546.579 Guarantees received from other banks

(contingent receivables) Bank garansi yang diterbitkan kepada

nasabah (kewajiban kontinjensi)

1.880.440

1.509.598 Bank guarantees issued to customers

(contingent liabilities)

Selama tahun berakhir 31 Desember 2013 dan 2012, tidak terdapat kerugian penurunan nilai atas saldo transaksi dengan personil manajemen kunci dan kerabat dekat mereka, dan pada akhir tahun 2013 dan 2012 tidak ada cadangan khusus untuk kerugian penurunan nilai atas transaksi dengan personil manajemen kunci dan kerabat dekat mereka.

During the years ended 31 December 2013 and 2012, no impairment losses have been recorded against outstanding balances due from key management personnel and their immediate relatives, and at the year end of 2013 and 2012 there was no specific allowance for impairment losses on balances with key management personnel and their immediate relatives.

Page 153: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

73

33. TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI (Lanjutan)

33. RELATED PARTY TRANSACTIONS (Continued)

Kompensasi yang diberikan kepada personil manajemen kunci terdiri dari:

Key management personnel compensation for the year comprised:

2013 2012 Imbalan kerja jangka pendek 53.789 49.373 Short-term employee benefits Pembayaran berbasis saham 6.148 8.622 Share-based payments Imbalan pasca-kerja 1.514 905 Post-employment benefits 61.451 58.900

Rincian sifat hubungan dan jenis transaksi yang signifikan dengan pihak berelasi pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

The details of the relationship and type of significant transactions with related parties as of 31 December 2013 and 2012 were as follows:

Sifat hubungan/Nature of relationship Jenis transaksi/Type of transaction

Entitas Kantor Pusat/Head Office Penempatan giro, transaksi derivatif, transaksi akseptasi, bank garansi, pinjaman, penempatan call money, alokasi beban teknologi, alokasi beban kantor pusat, beban operasi dan beban karyawan/Placement in current account, derivative transaction, acceptance transaction, bank guarantees, placement in call money, technology and head office allocation, operational and personnel expenses

Anak perusahaan Standard Chartered PLC/Subsidiary of Standard Chartered PLC

Penempatan giro, transaksi derivatif, transaksi akseptasi, bank garansi, beban operasi, beban bunga, alokasi beban teknologi, beban karyawan dan beban kantor pusat/Placement in current account, derivative transaction, acceptance transaction, loans, bank guarantees, operational expenses, interest expense, personnel expense, technology and head office expenses allocation

Kantor cabang lain di luar negeri/Other off-shore branches Penempatan giro dan call money, transaksi derivatif,

transaksi akseptasi, pemberian pinjaman, bank garansi, pendapatan provisi dan komisi, beban operasi, beban teknologi, jasa manajemen, beban karyawan dan alokasi beban kantor pusat /Placement in current account and call money, derivative transaction, acceptance transaction, loans and bank guarantees, provision and commission fees, operational expenses, management fee, personnel expenses, technology and head office expenses allocation

Perusahaan terkait dengan anak perusahaan Standard Chartered PLC/Entities related to subsidiary of Standard Chartered PLC

Penempatan giro dan deposito, transaksi akseptasi/Placement in current account and deposit, acceptance transaction

Perusahaan terkait dengan anak perusahaan Kantor Pusat/Entities related to subsidiary of Head Office

Penempatan giro dan deposito, transaksi derivatif, transaksi akseptasi, pemberian pinjaman dan bank garansi/Placement in current account and deposit, derivative transaction, acceptance transaction, loans and bank guarantees

Perusahaan terkait dengan pemegang saham Kantor Pusat/Entity related to shareholder of Head Office

Penempatan deposito, transaksi derivatif, tagihan atas pinjaman yang dijamin, pemberian pinjaman dan bank garansi/Placement in deposit, derivative transaction, receivables under secured borrowings, loans and bank guarantees

Personel manajemen kunci/Key management personnel Penempatan giro dan deposito, dan pemberian

pinjaman/Placement in current account and deposit, and loans

Personel manajemen kunci anak perusahaan Standard Chartered PLC/Key management personnel of Standard Chartered PLC’s subsidiaries

Penempatan giro dan deposito/Placement in current account and deposit

Page 154: GROUP GRUP

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN

TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

STANDARD CHARTERED BANK INDONESIA

NOTES TO THE COMBINED FINANCIAL STATEMENTS

YEAR ENDED 31 DECEMBER 2013 (In millions of Rupiah, unless otherwise specified)

74

34. REKLASIFIKASI AKUN 34. RECLASSIFICATION OF ACCOUNTS

Beberapa akun dalam Laporan Posisi Keuangan Gabungan tanggal 31 Desember 2012 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian pada tanggal 31 Desember 2013.

Certain accounts in the 31 December 2012 Combined Statement of Financial Position have been reclassified to conform with the presentation as of 31 December 2013.

Sebelum Reklasifikasi/Before

Reclassification Reklasifikasi/

Reclassification

Setelah Reklasifikasi/After Reclassification

Aset: Assets: Kredit yang diberikan 31.053.756 164.638) 31.218.394 Loans Aset lain-lain, neto 1.237.947 (164.638) 1.073.309 Other Assets, net Liabilitas: Liabilities: Simpanan oleh nasabah bukan

bank 26.407.810 40.501)

26.448.311 Deposits by non-bank customers Simpanan oleh bank-bank lain 1.656.642 822) 1.657.464 Deposits by other banks Beban masih harus dibayar 369.378 (61.771) 307.607 Accrued expenses Utang kepada Kantor Pusat dan

cabang-cabang lainnya 14.562.094 20.448)

14.582.542 Due to Head Office and other

branches