Good Laboratory Practice
-
Upload
andre-prawira -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
description
Transcript of Good Laboratory Practice
GOOD LABORATORY PRACTICEdone by : Andre Prawiradinata dan Stefanus Erdana Putra
A. PendahuluanGLP (Good Laboratory Practice) adalah regulasi untuk mengatur praktik dari kerja scientist pada test keamanan obat, dan benda kimia lain atau biochemical entities. Berdasarkan WHO, GLP didefinisikan sebagai suatu proses manajemen kualitas yang berhubungan dengan berbagai proses pengorganisasian dan berbagai kondisi di mana penelitian dan pembelajaran non-klinis maupun keselamatan lingkungan direncanakan, dilakukan, diawasi, direkam, diarsipkan, serta dilaporkan. GLP bukan merupakan guideline, tetapi merupakan suatu aturan.Seringkali sulit untuk membedakan antara GLP, GMP (Good Manufacturing Practice), maupun GCP (Good Clinical Practice). GMP adalah bagian dari jaminan kualitas yang menjamin produk yang dihasilkan secara konsisten diproduksi dan dikontrol berdasarkan standar kualitas yang tepat sesuai dengan kegunaan produk tersebut sebagaimana disyaratkan oleh Marketing Authorization atau yang tercantum dalam spesifikasi produk. Sementara itu, GCP adalah etika internasional dan standar kualitas ilmiah untuk mendesain, melaksanakan, merekam, dan melaporkan penelitian yang melibatkan partisipasi dari subyek manusia.
Gambar 1. Skema perbedaan antara GLP, GCP, dan GMP
Tujuan penerapan GLP antara laina. Untuk membantu scientist mendapatkan hasil penelitian yang reliable, repeatable, auditable, dan easy to recognized oleh scientist di seluruh duniab. Mencegah scientist mendapatkan hasil positif palsu atau negatif palsu karena kualitas data terjamin (akurat dan dapat dipertanggungjawabkan)c. Pekerja (peneliti) dan lingkungan kerjanya aman dari bahan toksik, mutagenik, karsinogenik, dan lain-lain.Ada lima prinsip dasar GLP yaitu resources, characterization, rules, results, dan quality assurance. . Andre menjelaskan singkat ya..GLP tidak dapat dilepaskan dari standard precautions. Standard precautions adalah praktik pencegahan untuk meminimalisir infeksi yang diaplikasikan pada seluruh perawatan pasien, terlepas dari suspect atau dikonfirmasi positif, yang meliputi :a. Kebersihan tanganb. Penggunaan alat pelindung diri (sarung tangan, masker, jas, dll)c. Praktik injeksi amand. Penanganan alat yang berpotensi terkontaminasi e. Repository hygieneFood and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menjelaskan bahwa GLP sudah selayaknya diterapkan dalam non-clinical laboratory studies yang dimaksudkan untuk menunjang penerapan dari penelitian atau perizinan pemasaran dari produk produk seperti :a. pewarna makananb. obat obatan manusia dan hewanc. peralatan medis bagi manusiad. produk biologise. produk elektronikFDA juga menyebutkan bahwa GLP tidak berhubungan sama sekali dengan produksi atau pembuatan suatu produk.Adapun yang dimaksud dengan non-clinical laboratory studies adalah penelitian in vitro maupun in vivo yang mana dalam penelitian tersebut benda benda dipelajari dalam suatu sistem di bawah kondisi laboratorium untuk menentukan tingkat keamanannya. Istilah tersebut tidak termasuk penelitian yang menggunakan subjek manusia atau penelitian klinis atau penelitian lapangan pada hewan. Istilah ini juga tidak digunakan pada penelitian dasar pemaparan (basic explanatory studies) yang dilakukan untuk menentukan apakah suatu benda memiliki potensi kegunaan atau untuk menentukan karakteristik fisik maupun kimiawi dari suatu benda.Tabel 1. Perbedaan GLP, GMP, dan GCP dalam beberapa aspekGLPGMPGCP
KepemilikanManajemen fasilitasProdusenSponsor
Penanggungjawab utama dari aktivitasDirektur penelitianOrang yang berkualifikasiInvestigator utama
Penanggungjawab produksiInvestigator utamaKepala Bagian ProduksiAhli farmasi
KualitasQuality assuranceHead of quality assurance/ quality controlMonitor/ quality assurance
PengarsipanArchivist-Archivist
B. Contoh penerapan GLP dalam proses Polymerase Chain Reaction (PCR)PCR merupakan metode deteksi yang sangat sensitif. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan reproduksibel, prinsip Good Laboratory Practice perlu dijalankan oleh mereka yang bergelut dengan teknik ini.Pecegahan terhadap kontaminasi dimulai dari masalah penataan ruang dan peralatan. Masing-masing alat sebaiknya diletakkan dalam ruangan yang terpisah sesuai dengan peruntukkannya. Sebaiknya, untuk menghindari terjadinya kontaminasi, semua langkah yang berhubungan dengan persiapan PCR (pengolahan spesimen, persiapan reaksi PCR, dan sintesis primer) dilakukan di ruangan yang bertekanan positif untuk mencegah masuknya kontaminan dan aerosol. Untuk tahapan PCR (thermocycling) dan elektroforesis gel untuk analisis produk PCR sebaiknya dilakukan di ruangan yang bertekanan negatif untuk mencegah keluarnya aerosol yang terkontaminasi produk PCR ke luar ruangan.Urutan perjalanan bahan dan personel yang melakukan teknik PCR harus dalam urutan yang semestinya dan tidak berulang. Sebagai contoh, setelah mempersiapkan reaksi PCR dilanjutkan dengan langkah memasukkan sampel, lalu melakukan PCR, dan terakhir elektroforesis. Spesimen klinis dan produk PCR merupakan sumber kontaminasi utama sehingga tidak boleh dibawa kembali ke tempat reaksi PCR, begitu juga sebaliknya. Idealnya, mereka yang bekerja di ruangan untuk elektroforesis tidak boleh bekerja di ruangan untuk persiapan PCR (isolasi spesimen, pembuatan reaksi PCR) dalam hari yang sama karena mereka beresiko membawa kontaminan produk PCR pada baju-tangan-rambut, dll. Namun, untuk laboratorium yang sibuk, rekomendasi tersebut mungkin sulit diterapkan. Oleh karena itu, untuk membantu langkah pencegahan, setiap ruangan yang digunakan untuk setiap tahap PCR sebaiknya memiliki pakaian dan sarung tangan tersendiri. Pakaian dan sarung tangan tersebut harus dipakai ketika bekerja di ruangan tersebut dan harus dilepas sebelum berpindah ke ruangan yang lain. Pakaian laboratorium tersebut juga sebaiknya dilabel yang jelas, dicuci bersih dan di-autoclave secara teratur, dan penggunaannya secara ketat dibatasi sesuai dengan ruangan dan personel yang bersangkutan.Sebagai langkah pencegahan kontaminasi, semua tabung yang mengandung spesimen klinis, reaksi PCR, primer, dan asam nukleat disentrifugasi dahulu sebelum dibuka untuk mengurangi kontaminasi aerosol ketika membuka tutupnya. Semua bahan yang digunakan (tabung mikrosentrifus, tip, bufer, larutan, dll) sebaiknya dalam keadaan steril (disterilisasi dahulu sebelum dipakai). Idealnya permukaan meja laboratorium dibersihkan dengan 1 N HCl secara teratur atau menggunakan sinar-UV atau radiasi sinar gamma selama satu malam untuk menghancurkan aerosol kontaminan yang dihasilkan selama bekerja seharian.Sumber kontaminasi terpenting pada laboratorium PCR adalah aerosol. Sayangnya, hampir semua tahapan dalam teknik biomol dapat menghasilkan produk aerosol. Aerosol ini dapat bertahan di udara ruangan selama beberapa jam dan dapat menyebar apabila ada aliran udara yang masuk/keluar seperti ketika pintu laboratorium dibuka/ditutup. Aerosol ini dapat menempel pada meja, baju, tangan, bahkan pada reaksi PCR yang sedang dibuat. Kontaminan yang terdapat pada tangan/baju/rambut juga dapat mengkontaminasi reaksi PCR steril. Sumber kontaminan penting lainnya adalah debu. Debu yang terkontaminasi plasmid, DNA, atau produk PCR ini dapat menyebar dengan mudah apabila Good Laboratory Practice tidak dijalankan dengan baik (misalnya, pakaian dan atau sarung tangan yang digunakan ketika melakukan elektroforesis produk PCR dibawa ke ruangan lain).Pembagian ruangan laboratorium PCR berdasarkan prinsip GLP antara lain :1. Ruangan BersihPembuatan reaksi PCR dilakukan di ruangan bersih. Di tempat ini hanya terdapat bufer dan enzim yang dibutuhkan untuk membuat larutan reaksi PCR dan primer beserta bahan dan alat penunjangnya (tips, pipette, dll). Spesimen, asam nukleat, produk PCR, plasmid dan semua alat/ bahan yang berkaitan dengan yang disebutkan tersebut tidak boleh dibawa masuk ke dalam ruangan ini. Begitu pula sebaliknya, semua alat/ bahan di dalam ruangan bersih tidak boleh dibawa keluar.2. Ruangan penerimaan sampel dan atau isolasi asam nukleatRuangan ini adalah ruangan bersih yang kedua, dimana plasmid dan produk PCR tidak boleh berada di dalam ruangan ini.3. Ruangan PCRRuangan ini adalah tempat alat PCR berada dan sebaiknya tidak ada manipulasi apapun terhadap sampel PCR di ruangan ini.4. Ruangan paska-PCRDi ruangan ini dilakukan analisis produk PCR termasuk diantaranya elektroforesis gel. Ruangan ini sangat beresiko tinggi terjadi kontaminasi aerosol dan atau debu.
DAFTAR PUSTAKAWHO. (2009). Handbook: good laboratory practice (GLP): quality practices for regulated non-clinical research and development. 2nd ed. Switzerland : WHO.Prasetyo, A.A. (2011). Teknik Biologi Molekuler Dasar. Surakarta : UNS Press.Webster, Gregory K. et al.; Kott, L; Maloney, T (2005). "JALA Tutorial: Considerations When Implementing Automated Methods into GxP Laboratories". Journal of the Association for Laboratory Automation (Elsevier) 10 (3): 182191. doi:10.1016/j.jala.2005.03.003