Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

19
Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 71 Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang Dian Mutmainah 5 Abstract This article is part of a research that applied human security as a concept in a local situation. The research investigated whether the presence of Giant hypermart as a representation of foreign actor affects the human security of local traders around it. It is an important question because global interaction has been reducing the capability of the state to provide security to its citizen. In this case, the presence of Giant at one urban area in Malang City has inevitably put local traders into global economic competition. The findings of the research demonstrate that the locals’ understanding is insufficient to build solidarity in order to create collective mechanism to survive the competition. One of the main reasons was because they merely saw the competition as a normal consequence of government policies. Indeed, it can be concluded that the guarantee of the fulfillment of locals’ human security also requires their understanding over their political rights to question government policies. Keywords: globalization, human security, economic security Pendahuluan Perdagangan internasional telah mendorong interaksi antara berbagai aktor dan kepentingan yang ada di tingkat global dengan mereka yang berada di tingkat lokal. Konsekuensinya, ketahanan ekonomi sebagai bagian dari human security (keamanan insani) suatu masyarakat atau negara tidak bisa dijamin dengan hanya memperhitungkan faktor-faktor yang bisa dikendalikan oleh negara. Investasi asing dalam berbagai bentuknya menghadirkan secara langsung para aktor global dalam transaksi ekonomi di tingkat lokal. Artinya, interaksi ekonomi global memiliki kemampuan untuk mempengaruhi ketahanan ekonomi sampai pada level yang paling bawah, termasuk di Kota Malang. Kota Malang memiliki posisi yang strategis baik secara ekonomi, politik, maupun budaya. Selain dikenal sebagai kota yang memiliki banyak institusi pendidikan, Kota Malang juga dikenal sebagai kota wisata dan juga kota perdagangan (Kompas:16/03/2001). Khusus di sektor perdagangan, terjadi 5 Penulis adalah Staf Pengajar pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Transcript of Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Page 1: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 71

Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani

Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant

di Kota Malang

Dian Mutmainah5

Abstract

This article is part of a research that applied human security as a concept in a

local situation. The research investigated whether the presence of Giant hypermart as a

representation of foreign actor affects the human security of local traders around it. It

is an important question because global interaction has been reducing the capability of

the state to provide security to its citizen. In this case, the presence of Giant at one

urban area in Malang City has inevitably put local traders into global economic

competition.

The findings of the research demonstrate that the locals’ understanding is

insufficient to build solidarity in order to create collective mechanism to survive the

competition. One of the main reasons was because they merely saw the competition as a

normal consequence of government policies. Indeed, it can be concluded that the

guarantee of the fulfillment of locals’ human security also requires their understanding

over their political rights to question government policies.

Keywords: globalization, human security, economic security

Pendahuluan

Perdagangan internasional telah mendorong interaksi antara berbagai

aktor dan kepentingan yang ada di tingkat global dengan mereka yang berada di

tingkat lokal. Konsekuensinya, ketahanan ekonomi sebagai bagian dari human

security (keamanan insani) suatu masyarakat atau negara tidak bisa dijamin

dengan hanya memperhitungkan faktor-faktor yang bisa dikendalikan oleh

negara. Investasi asing dalam berbagai bentuknya menghadirkan secara langsung

para aktor global dalam transaksi ekonomi di tingkat lokal. Artinya, interaksi

ekonomi global memiliki kemampuan untuk mempengaruhi ketahanan ekonomi

sampai pada level yang paling bawah, termasuk di Kota Malang.

Kota Malang memiliki posisi yang strategis baik secara ekonomi, politik,

maupun budaya. Selain dikenal sebagai kota yang memiliki banyak institusi

pendidikan, Kota Malang juga dikenal sebagai kota wisata dan juga kota

perdagangan (Kompas:16/03/2001). Khusus di sektor perdagangan, terjadi

5 Penulis adalah Staf Pengajar pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Page 2: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 72

perubahan yang cukup signifikan terkait ekspansi para pemodal lokal maupun

asing untuk mendirikan pasar modern. Kota Malang sudah sejak lama memiliki

tempat belanja modern berupa mal, seperti Sarinah, Malang Plaza, dan Gadjah

Mada Plaza. Fenomena pembangunan pasar modern semacam ini kembali terjadi

memasuki tahun 2000-an. Dimana Proyek pertama pembangunan pasar modern

di era 2000-an berupa mal yang kemudian dikenal dengan Malang Town Square

(MATOS) dan sempat menimbulkan kontroversi karena dibangun di kawasan

pendidikan. Proyek besar selanjutnya adalah pembangunan Malang Olympic

Garden (MOG) yang dibangun tepat di lokasi Stadion Gajayana yang merupakan

kebanggaan warga Malang yang terkenal loyal dengan klub-klub sepakbolanya.

Proyek kedua ini juga tidak lepas dari kontroversi karena sebagian warga

beranggapan bahwa pembangunan MOG akan membuat Kota Malang menjadi

semakin metropolitan; dua mal baru terlalu banyak untuk ukuran kota Malang.

Namun, akhirnya MATOS dan MOG diterima sebagai bagian dari kegiatan

perdagangan di Kota Malang. Bagian terpenting dari mal yang dianggap

menghadirkan ancaman bagi pedagang lokal adalah supermarket-nya yang

memperjualbelikan bahan makanan pokok yang merupakan komoditi andalan

dalam transaksi di pasar tradisional.

Ekspansi pasar modern selanjutnya berlangsung secara berbeda.

Beberapa waralaba hipermarket memilih untuk mengakuisisi bagian supermarket

dari mal lama seperti hipermarket dan Carrefour yang menggantikan

supermarket lama Plaza Mitra di kawasan alun-alun Kota Malang.yang telah ada

sebelumnya atau mencari lahan baru dan beroperasi sendiri tanpa menjadi

bagian dari mal. Sebagai contoh, hipermarket Giant di kawasan Kawi Atas atau

minimarket-minimarket Alfamart dan Indomaret yang tersebar di seluruh

pelosok Kota Malang. Ekspansi yang terakhir ini kemudian dianggap lebih

mengancam daripada ketika waralaba semacam itu berada dalam komplek mal

yang umumnya lebih berjarak dengan pasar tradisional.

Liberalisasi perdagangan telah memungkinkan semua itu terjadi.

Transaksi berskala kecil, harga murah, dan keakraban bukan lagi menjadi

pertimbangan utama bagi konsumen untuk datang ke toko-toko kecil.

Hipermarket yang juga melayani transaksi kecil setara toko kelontong (ritel),

Page 3: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 73

bersih, dan menarik menghadirkan pertimbangan-pertimbangan baru bagi para

konsumen untuk berbelanja. Hal inilah yang menempatkan hipermarket secara

potensial menjadi ancaman bagi pedagang lokal. Sejauh ini, kehadiran pasar

modern di Kota Malang tidak menimbulkan krisis yang berakhir dalam bentuk

konflik social. Namun demikian, hal itu tidak dengan sendirinya menjamin

bahwa tidak ada dampak negatif dari situasi ini, terutama yang melibatkan

permodalan asing.

Salah satu hipermarket yang beroperasi di Kota Malang adalah Giant.

Hipermarket ini merupakan usaha waralaba ritel yang merupakan bagian dari

grup Dairy Farm International asal Hong Kong. Terdapat beberapa hal menarik

yang perlu dicatat terkait fakta tersebut. Pertama, lokasi pembangunan

hipermarket Giant adalah Kawi Atas. Lokasi padat penduduk sekaligus

merupakan sentra perdagangan. Artinya, permodalan asing sudah tidak lagi

hanya berada dalam sektor ekonomi atau perdagangan dalam skala yang sangat

besar atau makro. Kedua, keberadaan kompetitor asing dalam ekonomi skala

kecil menciptakan kompetisi yang tidak seimbang. Waralaba asing yang sudah

lama berkembang selama ini, terutama waralaba makanan, bisa diterima karena

faktor kekhasan produk. Namun, hipermarket justru menjadi pesaing tanpa

kekhasan produk. Ketiga, hipermarket Giant termasuk pemain dalam kategori

retail berskala besar yang menyediakan kebutuhan dari hulu sampai hilir.

Dengan demikian, menjadi penting untuk melihat upaya pedagang lokal dalam

mempertahankan tingkat transaksi maupun jumlah konsumen di lokasi tersebut

akibat munculnya pesaing berlevel global.

Dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional, masalah ini menjadi

perhatian karena berpotensi mempengaruhi ketahanan ekonomi para pedagang

lokal. Dalam konteks ini, jaminan terhadap keberlangsungan hidup pedagang

lokal dan keluarga mereka, termasuk penyediaan akses-akses sosial ekonomi,

termasuk pendidikan, tergantung pada besarnya transaksi usaha mereka.

Hadirnya hipermarket Giant di kawasan Dinoyo, menghadirkan potensi ancaman

bagi ketahanan ekonomi para pedagang lokal. Penelitian ini bermaksud melihat

lebih jauh keterkaitan tersebut dengan mempertimbangkan potensi positif

ekspansi ekonomi global dan terjaminnya keamanan ekonomi masyarakat lokal,

Page 4: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 74

yang dalam penelitian ini dikhususkan pada para pedagang di sekitar

hipermarket Giant.

Tulisan ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana kondisi

keamanan insani pedagang lokal terhadap kehadiran hipermarket Giant sebagai

kompetitor global di Kota Malang yang berimplikasi terhadap ketahanan

ekonomi.

Keamanan Insani dan Ketahanan Ekonomi

Keamanan insani (human security) adalah konsep keamanan non-

tradisional yang berkembang pasca Perang Dingin. Ia menggeser konsep

keamanan tradisional yang awalnya berkonsentrasi pada ancaman-ancaman yang

sifatnya militer menjadi persoalan-persoalan yang berfokus pada keamanan

manusia dan komunitas. Obyek dari keamanan insani adalah kondisi manusia

yang bukan saja terjamin keamanan dan keselamatannya dari ancaman-ancaman

yang sifatnya fisik, tapi juga bagaimana manusia dapat bertahan hidup serta

memperoleh hidup yang layak dan bermartabat. Dengan kata lain, ancaman

dalam keamanan insani adalah ancaman atas martabat manusia. Konsep

keamanan insani pertama kali secara resmi disebutkan dalam Human

Development Report tahun 1993 dan dijelaskan secara sistematik dalam Human

Development Report 1994. Menurut laporan terakhir ini, keamanan insani harus

menitikberatkan pada empat karakteristik dasar, yaitu universal, interdependen,

preventif, dan people-centered (Human Development Report, 1994: 22).

Universal dalam karakterisistik keamnan insani berarti keamanan insani berlaku

untuk seluruh umat manusia di mana saja, baik di negara kaya maupun miskin;

interdependen atau melibatkan semua bangsa; preventif, di mana usaha

pencegahan terhadap ancaman keamanan insani lebih efisien dan hemat biaya

daripada upaya penanganannya;dan people-centered, yaitu bahwa keamanan

insani lebih menitikberatkan pada bagaimana manusia hidup di masyarakat,

bagaimana mereka bisa bebas melakukan pilihan, sebesar apa akses mereka pada

peluang pasar dan sosial, dan apakah mereka bisa hidup dalam konflik atau

dalam damai. 6

6 Lihat Human Development Report 1994, (New York: Oxford University Press, 1994), p. 22.

Page 5: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 75

Pendekatan keamanan insani menawarkan konsep yang mendasarkan diri

pada pertanyaan-pertanyaan baru terkait masalah keamanan. Pergeseran dari

keamanan yang berbasis negara menjadi keamanan yang berbasis individu

memunculkan tiga pertanyaan baru, yaitu “Security of Whom,”“Security from

What,”dan“Security by What Means.” Dalam hal “Security of Whom,” keamanan

insani menawarkan fokus pada individu dan kelompok individu yang lebih luas

konteksnya yang mencakup nilai-nilai seperti martabat, kesetaraan dan

solidaritas. Keamanan insani melihatkeamananatas individu sebagai manusia,

bukan hanya sekedar sebagai warga negara. Individu menjadi aktor vital yang

harus diperhitungkan paling utama, keamanannya menjadi tujuan akhir,

sementara instrumen atau aktor lain adalah subordinat (Human Development

Report, 1994: 22).

Ancaman atau “Security from What” bagi keamanan insani bisa datang

dari mana saja, mulai dari negara dan negara lain akibat perang atau kekerasan

fisik, kekerasan dari kelompok lain, dari individu yang lain dan bahkan dari diri

sendiri. Salah satu prinsip keamanan insani adalah melihat tidak ada satu pun

ancaman dan kekerasan terhadap manusia atau individu yang bentuknya tunggal.

Semua ancaman, aktor, instrumen, dan solusi potensial terhadap tantangan-

tantangan keamanan insani berhubungan dan sangat tergantung satu sama lain

dalam konteks global, dimana batas nasional dan kedaulatan dipandang

relevansinya semakin berkurang. Sementara itu, “Security by What Means”

dimaknai tidak hanya mulai dari bagaimana mendorong kebijakan publik yang

tidak memicu insecurity (ketidakamanan) sejak awal, namun juga menjadikan

individu sebagai basis fundamental bagi keamanan. Individu menjadi ‘agen’

yang secara aktif mengidentifikasi ancaman potensial terhadap keamanannya

dan berpartisipasi aktif untuk memitigasinya. Negara dan institusi lain hanyalah

alat untuk mencapai tujuan utama, yaitu keberadaan dan harga diri dari manusia

sendiri.

Selanjutnya, aspek keamanan insani dikaitkan dengan dimensi yang lebih

spesifik dalam konteks ketahanan ekonomi (economic security). Ketahanan

ekonomi menekankan bahwa kondisi struktural globalisasi ekonomi tidak dapat

dipisahkan dari realitas kehidupan saat ini. Banyak pakar globalisasi sepakat

Page 6: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 76

bahwa selain mendatangkan kemakmuran, globalisasi ekonomi kontemporer

juga memicu munculnya periode ekonomi yang rentan dan tidak pasti, yang

membawa implikasi pada seberapa besar rasa aman yang dimiliki negara,

komunitas, dan terutama individu (Helen E.S. Nesadurai : 2005). Para pakar

Studi Pembangunan dan Ekonomi Politik Internasional berargumen bahwa

ketidaktahanan ekonomi dilihat sebagai rentannya negara, masyarakat, dan

individu terhadap persitiwa-peristiwa ekonomi, khususnya krisis-krisis yang

menggangggu keberadaan material. Sementara itu, pakar kebijakan publik

melihat ketahanan ekonomi secara lebih komprehensif dalam kerangka

keamanan insani, dimana ketahanan ekonomi dilihat sebagai upaya

mengamankan individu dari hilangnya pendapatan dan konsumsi secara tiba-

tiba, misalnya melalui penjaminan keamanan sosial (Nesadurai, 2005). Ancaman

utama terhadap ketahanan ekonomi adalah kemiskinan. Dalam konteks ini,

setiap orang membutuhkan jaminan atas penghasilan dasar, baik yang diperoleh

dari kerja produktif atau renumerator, baik di sektor publik maupun privat,

ataupun yang diperoleh dari gaji atau pendapatan sendiri melalui usaha mandiri.

Tulisan ini dihasilkan dari penelitian yang menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan dalam bentuk survei

untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang persepsi pedagang lokal

tentang Giant. Metode kualitatif digunakan untuk melakukan analisis terhadap

struktur, perilaku, dan tindakan sosial dalam rangka menjawab pertanyaan

penelitian melalui pemahaman mendalam terhadap fakta-fakta sosial (Moleong,

1985). Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Malang, tepatnya di sekitar

lokasi hipermarket Giant Dinoyo. Data primer dikumpulkan melalui survei dan

wawancara terhadap 45 orang pedagang di sekitar lokasi. Bagian tulisan setelah

ini menguraikan hasil penelitian yang dibagi dalam tiga bagian sesuai dengan

tiga pertanyaan inti keamanan insani sebagaimana yang telah dijelaskan.

Posisi Ekonomi Pedagang Lokal terkait Keberadaan Giant (Security

of Whom)

‘Security of Whom’meliputi aspek terkait nilai-nilai seperti martabat,

kesetaraan dan solidaritas. Pendekatan keamanan insanibertujuan melihat lebih

Page 7: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 77

jauh kepada aspek tidak adanya gangguan yang berasal dari kehadiran

hipermarket Giant terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi ia

berada. Lebih dari sekedar perhitungan untung-rugi, pendekatan keamanan

insanimenekankan pada ada tidaknya keterlibatan warga secara sadar dalam

menentukan perubahan (rekayasa) atas lingkungannya.Keterlibatan ini akan

dilihat dari empat karakteristik dasar keamanan insani, yaitu universal,

interdependen, preventif, dan people-centered. Dalam konteks ini, akan dilihat

apakah keberadaan Giant bertentangan dengan nilai-nilai universal, dalam kasus

ini pelanggaran hak asasi manusia warga sekitar; apakah perubahan situasi

terkait dengan peristiwa atau aktor dari negara lain; apakah ada upaya

pencegahan terhadap dampak negatif atas keberadaan Giant; dan apakah

keputusan atas pendirian Giant dilakukan dengan melibatkan masyarakat.

Beberapa kriteria digunakan untuk menampilkan posisi penting kegiatan

ekonomi bagi pelakunya, antara lain status kepemilikan lokasi, status usaha,

omset, jenis usaha, dan jarak dengan Giant. Masing-masing kriteria mewakili

aspek tertentu: martabat atau pengaruh usaha terhadap status sosial ekonomi

(status kepemilikan lokasi dan status usaha); kesetaraan atau level transaksi

(omset); dan solidaritas atau kesamaan kondisi (jenis usaha). Hasil survei

ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Profil Responden

N

No. Kategori

Jumlah Persentase

1 Status

Kepemilikan Lokasi a. Sendiri 22 48,9

b. Sewa/ Kontrak 23 51,1

2 Status Usaha a. Utama 30 66,7

b. Sampingan 13 28,9

c. TidakTahu 2 4,44

3 Omset a. <100 2 4,44

b. 100-500 25 55,56

c. >500-2 jt 13 28,89

d. > 2 jt 5 11,10

4 Jenis Usaha a. Kelontong 5 11,10

b. Lainnya 40 88,89

Page 8: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 78

Kriteria pertama akan melihat bagaimana pengaruh usaha terhadap

kondisi sosial ekonomi para pedagang. Jika dilihat dari kepemilikan lokasi,

distribusi responden terbagi menjadi 48,9% (22) lokasi usaha adalah milik

sendiri dan 51,1% (23) merupakan usaha yang lokasinya disewa atau dikontrak.

Dari temuan ini dapat dilihat bahwa terdapat komposisi yang relatif seimbang

antara usaha yang lokasinya milik sendiri dan yang lokasinya sewaan. Dalam

aspek ini, ditemukan bahwa lokasi usaha milik sendiri tidak selalu

mengindikasikan posisi ekonomi yang relatif lebih stabil dibanding dengan

usaha yang lokasinya disewa. Kriteria ini masih perlu dikaitkan dengan kriteria

omset karena ternyata lokasi usaha milik sendiri bisa jadi sebuah upaya

pertahanan terakhir aktivitas ekonomi yang hanya bisa dilakukan dalam skala

yang sangat kecil (omset rendah).

Berdasarkan kriteria status usaha, responden terdistribusi sebagai

berikut: 66,7% (30) merupakan usaha utama; 28,9% (13) merupakan usaha

sampingan; dan 4,44% (2) menyatakan tidak tahu status usaha tersebut karena

mereka hanya karyawan. Komposisi persentase ini menunjukkan bahwa

mayoritas pedagang di sekitar Giant menempatkan usaha mereka sebagai sumber

pendapatan utama. Sementara itu, dari kriteria omset atau skala usaha (tanpa

melihat struktur permodalan usaha tersebut), terdapat 4,44% (2) responden

beromset kurang dari Rp100.000 per hari; 55,56% (25) beromset antara

Rp100.000-500.000 per hari; 28,89 % (13) beromset antara lebih dari Rp500.000

hingga Rp2.000.000 per hari; dan 11,1% (5) beromset lebih dari Rp2.000.000

per hari. Dari data ini dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merupakan

pelaku usaha skala kecil dan menengah.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar usaha di

sekitar hipermarket Giant merupakan sumber pendapatan utama bagi

pemiliknya. Di samping itu, usaha yang mayoritas merupakan usaha skala kecil

dan menengah juga memberi gambaran bahwa perdagangan di kawasan itu

sangat mempengaruhi kemampuan para pedagang dalam memenuhi nafkah

keluarga mereka. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa usaha yang terdapat

di sekitar Giant berkontribusi penting dalam menentukan kondisi sosial ekonomi

para pedagang dan keluarga mereka.

Page 9: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 79

Ditemukan juga bahwa tidak ada usaha di sekitar Giant yang setara

dengan level transaksi hipermarket tersebut. Seperti yang sudah disampaikan,

sebagian besar usaha di kawasan tersebut merupakan usaha kecil dan menengah.

Dalam konteks perdagangan terjadi persaingan yang tidak seimbang antara

Giantdengan usaha-usaha yang ada di sekitarnya. Terakhir, dalam aspek

solidaritas ditemukan bahwa potensi terbangunnya solidaritas antar pedagang

sangat rendah karena jenis usaha di sekitar Giant sangat beragam. Berdasarkan

data, dapat dilihat bahwa usaha kelontong sebagai jenis usaha yang memiliki

kesamaan komoditi dengan Giant ternyata hanya berjumlah lima buah atau

11,1% dari seluruh responden. Artinya, jika kelima usaha ini menjadi kelompok

yang paling dirugikan sekalipun, maka akan cukup sulit menciptakan solidaritas

penolakan di antara mereka.

Dari ketiga aspek keamanan insani, bisa disimpulkan bahwa sebagian

besar usaha para pedagang di sekitar Giant Dinoyo menjadi sumber pendapatan

utama bagi pemiliknya. Dengan sebagian besar usaha dalam skala kecil dan

menengah, artinya mereka memainkan peranan penting dalam memenuhi

kondisi keamanan insani para pedagang secara ekonomi. Namun demikian,

berdasarkan fakta terkait jenis usaha, hanya sebagian kecil usaha di kawasan

tersebut yang terancam oleh keberadaan Giant karena alasan kesamaan

komoditi. Secara umum respon para responden terhadap keberadaan Giantsangat

bervariasi.

Cara Pandang tentang Giant sebagai Potensi Ancaman (Security

from What)

Cara pandang tentang Giantmeliputi pengetahuan dan sikap pedagang

atas keberadaan hipermarket ini. Enam pertanyaan yang diajukan untuk

menggali informasi terkait bagaimana responden melihat Giant sebagai potensi

ancaman meliputi pemahaman tentang Giant, rencana pembangunannya, pihak

yang memberi informasi, sikap responden, reaksi responden, dan bentuk reaksi.

Deskripsi singkatnya dirangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Pemahaman tentang Potensi Ancaman Giant

Page 10: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 80

No. Pertanyaan Jawaban Jumla

h Persentase

1 Apa itu Giant? a. Tahu 36 80 b.Tidak tahu 9 20

2 Tahu rencana pembangunan

Giant? a. Ya 26 57,8 b. Tidak 19 42,2

3 (2a)

Sumber informasi (dari total

26) a. Lurah 1 3,9 b.Sesama

pedagang 3 11,5

c. Lainnya 22 84,6 4 Setuju dengan pembangunan

Giant? a. Setuju 30 66,7 b.Tidak setuju 10 22,2 c. Abstain 5 11,1

5 Reaksi a. Khawatir 7 15,5 b.Tidak khawatir 17 37,8 c. Biasa saja 17 37,8 d. Tidak peduli 4 8,9

6 (5a) Reaksi kekhawatiran a. Ada 0 0 b. Tidak ada 7 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (80%

atau 36 orang) menyatakan tahu tentang ‘apa itu Giant’. Sebagian besar juga

mengetahui rencana pembangunannya (57,8%) dari berbagai sumber. Dari total

36 responden yang menyatakan paham tentang Giant, seluruhnya mengetahui ia

sebagai ‘supermarket atau swalayan tempat belanja kebutuhan sehari-hari’. Dari

jumlah tersebut 32 responden menyatakan tidak tahu dari mana Giant berasal, 2

responden menyatakan asalnya dari Malaysia dan 2 orang lagi menyatakan

asalnya dari Indonesia. Yang menarik, ada 9 orang responden yang sama sekali

tidak mengetahui tentang apa itu Giant. Walaupun secara kuantitas tidak

dominan, kelompok ini menjadi indikasi bahwa tidak semua pedagang di sekitar

hipermarket Giant menaruh perhatian khusus pada kompetitor dari level global.

Mereka cenderung menganggap Giant sebagai pesaing biasa seperti halnya

pesaing lain di tingkat lokal.

Pemahaman tentang rencana pembangunan Giant semakin rendah atau

dengan kata lain semakin banyak yang tidak mengetahui rencana tersebut, yaitu

sebanyak 42,2% (19). Total ada 26 responden yang mengetahui rencana

pembangunan Giant. Menariknya, hanya satu orang yang menyatakan

mengetahuinya dari pihak aparat. Sebanyak 22 orang lainnya mengetahui dari

berbagai pihak seperti media dan pihak non-pedagang, serta hanya tiga orang

Page 11: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 81

yang mengetahui dari pedagang lainnya. Artinya, pembentukan pemahaman dan

distribusi informasi secara kolektif tentang Giant sangat minim. Ini

menunjukkan bahwa solidaritas antarpedagang lokal di sekitar Giant dalam

merespon keberadaan Giant (termasuk pada tahap pendirian) sangat rendah.

Fakta ini merefleksikan bahwa pedagang lokal tidak melihat Giant sebagai

potensi ancaman yang serius.

Berkaitan dengan sikap responden terhadap rencana pembangunan

Giant,sebanyak 66,7% (30) responden menyatakan setuju; 22,2% (10)

menyatakan tidak setuju; dan 11,1% (5) responden menyatakan abstain. Yang

menarik, dari sekian alasan kelompok yang setuju, alasan terkuat (dinyatakan

oleh 10 responden) adalah ‘meramaikan persaingan’. Sementara bagi kelompok

yang tidak setuju, hampir semuanya khawatir bahwa keberadaan Giant akan

mematikan usaha kecil di sekitarnya. Sebagaian besar dari kelompok yang

abstain (4) melihat kehadiran Giant sebagai ‘biasa saja’ dan satu orang berada

pada situasi dilematis karena ‘di satu sisi belanja dekat, tapi kasihan pedagang

kecil’. Namun demikian, reaksi kekhawatiran hanya ditunjukkan oleh 15,5% (7)

responden. Sebanyak 37,8% (17) menyatakan ‘tidak khawatir’; 37,8% (17)

responden ‘biasa saja’; dan 8,9 % responden ‘tidak peduli’. Jika dibandingkan

dengan poin sebelumnya, terdapat tiga responden yang ‘tidak setuju’ terhadap

pembangunan Giant yang tidak menyatakan khawatir terhadap keberadaan

hipermarket ini. Artinya, ekspresi ketidaksetujuan menjadi bagian yang paling

dilihat konsistensinya.

Temuan di atas didukung oleh jawaban atas poin terakhir dalam tabel.

Dari 7 orang yang menyatakan ‘khawatir’, tidak satu pun bisa menyebutkan

bentuk reaksi yang mereka berikan atas kekhawatiran mereka. Seluruhnya

menyatakan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan dan tidak terpikir apa yang

bisa dilakukan. Satu catatan di sini, seorang responden yang merasa lebih

terganggu oleh minimarket di sebelah tempat usahanya menyatakan bahwa

karena pemerintah yang bersangkutan setuju, maka yang dilakukan adalah

menelepon kantor retailer tersebut untuk menunjukkan penolakan saya. Namun

demikian, pada akhirnya minimarket tersebut berdiri juga.

Page 12: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 82

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dalam aspek ‘Security from

What’, para pedagang lokal tidak melihat Giant sebagai ancaman. Hal ini terkait

dengan cara pandang para pedagang yang tidak membedakan Giant dengan

pesaing lokal lainnya. Konsekuensinya, hanya sedikit pedagang yang kemudian

mampu memberikan reaksi yang proporsional terkait kehadiran hipermarket

Giant. Hanya terdapat sebagian kecil pedagang yang cukup mampu

mengekspresikan ‘kekhawatiran’ mereka atas kehadiran pesaing global ini,

sekalipun pada akhirnya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hasilnya, tidak

ada aksi nyata yang mereka lakukan untuk menunjukkan ‘ketidaksetujuan’

tersebut. Fakta ini mempengaruhi cara pandang responden tentang mekanisme

perlindungan diri atau ‘Security by What Means’ yang akan dijelaskan berikut

ini.

Cara Pandang tentang Mekanisme Perlindungan Diri (Security by

What Means)

Tabel 3. Pandangan atas Dampak dari Giant

dan Mekanisme Perlindungan Diri (Security by What Means)

N

No. Pertanyaan Jawaban Jumlah Perse

ntase 7 Omset usaha setelah

adanya Giant a. Berkurang 11 24,4 b. Meningkat 8 17,8 c. Tetap 26 57,8

8 (

7a)

Jika berkurang, ada

hubungannya dengan

Giant?

a. Ya 3 27,3 b. Tidak 3 27,3 c. Tidak tahu 5 45,4

9 (

7a)

Siapa yang

bertanggung jawab?

(jika berkurang) 11

responden

a. Pemerintah pusat 0 0 b. Pemerintah daerah 6 53,3 c. Warga sekitar 0 2,2 d. Lainnya 1 6,7 e. Tidak ada yang

bertanggung jawab 4 35,6

f. Abstain 0 2,2 1

0 (

9b)

Apa yang harus

dilakukan oleh

pemerintah daerah?

(reaksi 6 responden)

Harus ada pengaturan jarak

antara toko tradisional

dengan pemodal besar

1

Page 13: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 83

Harus melindungi usaha kecil

dan mengatur keberadaan

usaha besar

3

Melakukan penelitian

mendalam pada masyarakat

sekitar sebelum memberikan

izin usaha retailer

1

Pembatasan retailer asing

karena ‘membunuh’

kemampuan masyarakat

1

1

1 Merasa terlindungi

oleh pemerintah? a. Ya 5 11,1

b. Tidak 35 (11) 77,8

c. Tidak tahu 5 11,1

1

2 Siapa yang paling

diuntungkan? a. Giant 16 35,6

b. Pemerintah pusat 0 0

c. Pemerintah daerah 2 4,4

d. Masyarakat 11 24,4

e. Pemda dan masyarakat 1 2,2

f. Giant, pemda, dan

masyarakat 2 4,4

g. Giantdan pemda 9 20

h. Giant dan masyarakat 2 4,4

i. Semua (a,b,c, & d) 2 4,4

1

3 Upaya Pencegahan

Rugi a. Tidak ada 25 55,6

b. Ada 20 44,4

1

4 Berpengaruh terhadap

nafkah keluarga? a. Ya 18 40

b. Tidak 27 60

1

5 Ada perubahan

standar hidup? a. Ya 18 40

b. Tidak 26 57,8

c. Abstain 1 2,2

Page 14: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 84

1

6 Sektor yang

disesuaikan (15a) a. Konsumsi 11 61,1

b. Pendidikan 5 27,8

c. Rekreasi 2 11,1

1

7 Ada perubahan

terhadap rencana

masa depan? (15a)

a. Tidak 10 55,6

b. Ada 7 38,9

c. Tidak tahu 1 5,5

1

8 Ada upaya alternatif?

(17b) a. Tidak ada 5 71,4

b. Ada 2 28,6

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam tabel di atas dapat dilihat

bahwa lebih dari setengah responden (57,8%) tidak merasakan dampak (baik

positif maupun negatif) dari kehadiran Giant Dinoyo. Sementara itu, 11

responden (24,4%) menyatakan bahwa omset mereka berkurang setelah Giant

beroperasi dan 8 responden (17,8%) menyatakan bahwa omset mereka justru

meningkat dengan kehadian Giant. Dari 11 responden yang merasakan dampak

negatif dari kehadiran Giant, hanya tiga orang yang memastikan bahwa

penyebabnya adalah keberadaan Giant, tiga responden lainnya menyatakan tidak

ada hubungannya dengan Giant, dan lima sisanya menyatakan “tidak tahu.”

Tujuan dari dua pertanyaan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

kehadiran Giant mempengaruhi kondisi perekonomian pedagang lokal yang

sebelumnya sudah beraktivitas di kawasan tersebut. Dari data yang diperoleh

dapat disimpulkan bahwa dari sebagian kecil responden yang menyatakan bahwa

ada penurunan omset usaha setelah adanya Giant sekalipun, tidak bisa

didapatkan konfirmasi yang kuat melalui pertanyaan kedua bahwa kehadiran

Giantberdampak negatif buat mereka. Ini menunjukkan bahwa hanya sebagian

kecil dari responden, khususnya yang mengalami penurunan omset, yang

menyebutkan adanya keterkaitan antara kehadiran Giant dengan kondisi yang

mereka hadapi.

Bagaimanapun, dari jawaban atas pertanyaan kesembilan terlihat bahwa

sebenarnya para pedagang ini mengharapkan pihak lain untuk bertanggung

jawab atas kondisi yang mereka hadapi. Dari 11 responden yang mengalami

penurunan omset, sebanyak enam orang menunjuk pemerintah daerah sebagai

pihak yang seharusnya bertanggung jawab dan satu orang menyatakan pihak lain

Page 15: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 85

di luar pemerintah yang harus bertanggung jawab. Yang menarik, empat orang

menyatakan bahwa ‘tidak ada yang bertanggung jawab’. Jawaban terakhir ini

menampilkan satu profil responden yang paling ‘apatis’ dibanding jawaban

lainnya. Jadi, sebenarnya terdapat lebih dari tiga responden (mereka yang

merasa dirugikan oleh Giant) yang menuntut pertanggungjawaban pemerintah

daerah. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang tidak menyebutkan secara

langsung bahwa mereka dirugikan oleh kehadiran Giant sebenarnya berpendapat

serupa, hanya tidak mengekspresikannya secara terbuka.

Dari enam responden yang menyebutkan bahwa ‘Pemerintah daerah

yang harus bertanggung jawab’, sebanyak tiga orang berpendapat bahwa

pemerintah daerah seharusnya ‘melindungi usaha kecil dan mengatur

keberadaan usaha besar’, satu orang mengatakan, ‘harus ada pengaturan jarak

antara toko tradisional dengan pemodal besar’, seorang lagi mengatakan bahwa

pemerintah daerah seharusnya ‘melakukan penelitian mendalam pada

masyarakat sekitar sebelum memberikan izin usaha retailer’, dan responden

terakhir mengatakan bahwa pemerintah daerah seharusnya melakukan

‘pembatasan retailer asing karena membunuh kemampuan masyarakat’. Dari

serangkaian pernyataan tersebut dapat dibaca bahwa sebenarnya beberapa

responden melihat Giantsebagai ancaman. Hanya saja, cara pandang itu tidak

sejalan dengan pilihan tindakan sebagai reaksi atas ancaman tersebut,

sebagaimana bisa dilihat dari inkonsistensi atas jawaban-jawaban untuk

pertanyaan nomor 8, 9, dan 10. Inkonsistensi terlihat lebih jelas dalam jawaban

atas pertanyaan nomor 11 yang disampaikan ke seluruh responden. Menariknya,

sebanyak 77,8 % responden (35 orang) menyatakan merasa tidak terlindungi

oleh pemerintah, hanya 11,1% (5) responden yang menyatakan merasa

terlindungi oleh pemerintah, dan 11,1 % lainnya menyatakan ‘tidak tahu’.

Berdasarkan pengamatan pada pola jawaban sebelumnya, responden yang

menjawab ‘tidak tahu’ adalah mereka yang enggan menjelaskan lebih jauh

ketika (sebenarnya ingin) memutuskan menjawab ‘ya’.

Pertanyaan nomor 12 tentang ‘siapa yang diuntungkan’ dimaksudkan

untuk melihat cara pandang responden tentang pesaing atau ‘oposisi’. Jawaban

terbanyak atas pertanyaan ini adalah ‘Giant’ (16 responden), ‘masyarakat’ (11

Page 16: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 86

responden), dan ‘Giant dan pemda’ (9 responden). Dari uraian tersebut bisa

dilihat bahwa responden cenderung melihat berdasarkan logika ekonomi

daripada logika kepentingan (politis). Hanya 9 responden yang melihat adanya

keterkaitan antara kedua ranah tersebut. Namun demikian, jumlah ini juga tidak

konsisten dengan jumlah responden yang menyatakan secara terbuka tentang

‘kekhawatiran’ mereka seperti yang terlihat dalam jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan sebelumnya.

Pertanyaan nomor 13 tentang ‘Upaya Pencegahan dari Kerugian’

disampaikan kepada semua responden dengan pertimbangan bahwa pertanyaan

‘tidak langsung’ semacam ini justru mewakili apa yang sesungguhnya ingin

disampaikan responden. Dari 45 responden, 55,6 % (25) orang menyatakan

‘tidak ada’ atau tidak melakukan upaya pencegahan dan 20 orang menyatakan

melakukan upaya pencegahan. Bentuk dari upaya pencegahan yang dilakukan

secara umum bisa dibagi menjadi tiga, yaitu memperbaiki kualitas layanan,

mengurangi skala usaha, atau membuat usaha alternatif. Kelompok yang

mewakili bentuk pencegahan dengan memperbaiki kualitas layanan meliputi

upaya ‘mencari supplier yang setara dengan Giant, survei harga di Giant,

meningkatkan jumlah produk dan survei harga, menambah produk pelengkap,

menyebar brosur ke instansi untuk menjalin kerja sama, membuka cabang, jam

buka lebih awal dan jam tutup lebih malam, membuat brosur promosi dan papan

reklame, menambah stok barang, meningkatkan manajemen dan SDM, dan

mengirim barang ke luar’. Bentuk upaya yang kedua berupa mengurangi jumlah

karyawan, sementara bentuk upaya dalam kategori ketiga termasuk membuka

usaha kontrakan rumah atau kos-kosan, mengubah jenis usaha, menekuni usaha

lain (jahitan), dan tidak mempekerjakan karyawan.

Pertanyaan nomor 14 berkaitan dengan pengaruh perubahan kondisi

usaha terhadap nafkah keluarga. Sebanyak 40% (18) responden menjawab ‘Ya’

dan 60% (27) responden menjawab ‘Tidak’. Dari 18 orang tersebut, hanya tiga

orang yang menyatakan terpengaruh secara negatif, sementara 15 responden

lainnya justru mengungkapkan adanya perubahan kondisi usaha secara positif

yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan karyawan. Bentuk pengaruh

negatif tersebut di antaranya adalah ‘penggunaan omset usaha untuk memenuhi

Page 17: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 87

kebutuhan sehari-hari’, ‘membuat prioritas kebutuhan rumah tangga’ dan

‘menurunnya omset yang mengharuskan mencari cara lain untuk survive’. Dari

18 responden yang menyatakan terpengaruh, semuanya menyatakan bahwa

terdapat perubahan standar hidup pada beberapa sektor kehidupan. Yang

menarik, jumlah responden yang menyatakan ‘menyesuaikan dengan standar

hidup yang lebih rendah’ lebih tinggi dari jumlah yang menyatakan

mendapatkan pengaruh negatif pada pertanyaan sebelumnya (tiga orang).

Beberapa bentuk penyesuaian yang dilakukan adalah lebih hemat dan cerdik

mengatur keuangan, menyesuaikan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari,

pemangkasan gaji karyawan, dan menghemat pengeluaran untuk kebutuhan

tersier. Responden lainnya mengalami kenaikan standar hidup sesuai dengan

besarnya pengaruh positif yang didapatkan.

Sebanyak 11 responden (61,1%) melakukan penyesuaian pada sektor

konsumsi, 5 (27,8%) responden melakukan penyesuaian pada sektor pendidikan,

dan 2 (11,1%) responden melakukan penyesuaian pada sektor kehidupan yang

tersier (rekreasi). Fakta ini menunjukkan bahwa sektor konsumsi adalah sektor

yang paling rentan berubah sesuai dengan perubahan standar hidup mereka. Pada

saat yang sama, hal ini menjadi indikasi bahwa kebanyakan responden yang

terpengaruh masih berada pada level ekonomi yang berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan dasar (konsumsi). Oleh karena itu, menjadi wajar ketika

pertanyaan nomor 17 tentang ‘perubahan rencana masa depan’ disampaikan,

sebanyak 55,6% (10) responden menyatakan ‘tidak ada’. Hanya tujuh orang

yang menyatakan ‘Ada’, sementara satu orang menyatakan ‘tidak tahu’. Dari

ketujuh orang yang menyatakan ada perubahan rencana masa depan, hanya lima

yang melakukan upaya alternatif seperti membuka usaha laundry dan katering di

rumah; menjual usaha lain (pakan burung); menekuni usaha jahit; menambah

variasi produk dan mengontrakkan rumah; serta menambah usaha lain.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terkait aspek ketiga

(Security by What Means), pemahaman responden terkait dampak yang dihadapi

dari keberadaan Giant relatif rendah. Namun demikian, penjelasannya tidak

sederhana. Responden sering tidak konsisten antara jawaban dengan sikapnya.

Responden menjawab ‘tidak’ atau ‘tidak masalah’ pada satu pertanyaan terkait

Page 18: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 88

isu tertentu, namun ketika sampai pada pertanyaan tentang pihak yang harus

bertangggung jawab, banyak responden yang kemudian menguraikan secara

panjang lebar tentang hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain

yang menghambat para pedagang untuk secara terbuka menyampaikan

(mengekspresikan) apa yang mereka rasakan. Sebagai konsekuensinya, reaksi

terhadap dampak itu pun relatif ambigu. Pada akhirnya, sangat sedikit kesan

negatif yang tertangkap terkait kehadiran Giant di kawasan Dinoyo, walaupun

uraian tentang kekecewaan disampaikan secara panjang lebar. Yang terpenting

adalah pemahaman bahwa para responden bukanlah pihak yang bisa melakukan

upaya perlindungan diri. Jika suatu hal sudah diputuskan pemerintah, maka

itulah yang harus dilakukan. Apabila itu terkait dengan masalah ekonomi, maka

persaingan dianggap sebagai hal yang wajar walaupun sangpesaing adalah aktor

global.

Penutup

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa ketahanan ekonomi pedagang

lokal di sekitar GiantDinoyo relatif baik menurut para pedagang. Namun

demikian, jika dilihat lebih jauh beberapa karakteristik ketahanan ekonomi tidak

terpenuhi secara baik. Kelemahan terbesar dari kondisi tersebut justru berada

pada level masyarakat yang tidak terlalu memahami posisi pesaing global.

Akibatnya, solidaritas yang terbangun tidak dibentuk melalui pemahaman

tentang pesaing global tersebut. Di sinilah alasan mengapa isu global-lokal tidak

terlalu menjadi pertimbangan bagi para pedagang dalam melihat posisi Giant.

Pemahaman yang rendah terkait dampak dari kompetisi ekonomi global

berimplikasi pada pemahaman tentang hak politik untuk bersikap kritis pada

kebijakan pemerintah. Ambiguitas perilaku responden mewakili keinginan agar

pihak lain yang menyampaikan keluhan mereka untuk mendorong perubahan

kondisi agar menjadi lebih baik.

Secara keseluruhan, penelitian yang penulis lakukan ini masih memiliki

banyak kelemahan. Bagian tersulitnya adalah mempertemukan level kajian pada

tingkat global dengan isu lokal. Hal ini menjadi tantangan dalam kajian ilmu

Hubungan Internasional yang selama ini cenderung melihat permasalahan pada

Page 19: Globalisasi dan Dinamika Lokal: Kondisi Keamanan Insani ...

Dian Mutmainah : Globalisasi dan Dinamika Global “Kondisi Keamanan Insani Pedagang Lokal di Sekitar Hipermarket Giant di Kota Malang

Jurnal Transformasi Global Volume 2 No 1 Tahun 2015 89

level makro. Padahal, interaksi internasional justru semakin dalam memasuki

segala aspek kehidupan masyarakat di tingkat lokal. Oleh karena itu,

pemahaman global bagi segala lapisan masyarakat menjadi isu penting sekaligus

tantangan bagi semua pihak yang terlibat dalam interaksi internasional.

REFERENSI

Buku

Moleong, J. Lexy. 1985.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

Offset , 1985

Nesaduri, Helen ES. 2005.Conceptualising Economic Security in an Era of

Globalisation: What Does the East Asian Experience Reveal?. CSGR Working

Paper No. 157/05

Jurnal

Human Development Report 1994, New York: Oxford University Press, 1994

Website

www.ilo.org/public/english/protection/ses/download/docs/definition.pdf

Surat Kabar

Kompas, Kompas Edisi 16 Maret 2001