Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
-
Upload
aron-hopkins -
Category
Documents
-
view
18 -
download
0
Transcript of Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
1/67
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Suatu pendekatan untuk aksi mitigasi RAD-GRK
(NAMA)
Buku panduan (draft)
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
2/67
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
3/67
Penggantian Penerangan
Jalan Konvensional dengan LED
Suatu pendekatan untuk aksi mitigasi
RAD-GRK (NAMA)
Buku panduan (draft)
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
4/67
Penggantian Penerangan Jalan Konvensionaldengan LED
Suatu pendekatan untuk aksi mitigasi RAD-GRK (NAMA)
Published by:PAKLIM Policy Adivce for Environment and Climate Change (Project)Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
www.paklim.orgwww.giz.de
PT OSRAM Indonesia Jln. Siliwangi KM1, Jatiuwung, Tangerangwww.osram.co.id
Authors:Philipp MunzingerHauke BrckerAdi Supriadi (PT. OSRAM Indonesia)
DesignYayak M. Saat
English to Indonesian translation
Photographs provided by OSRAM and GIZ
2012
PDF Version available at www.paklim.org
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
5/67v
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Daftar Gambar dan TabelGambar 1: Perbedaan warna antara LED dan HPS 7
Gambar 2: Sejarah dan prediksi keberhasilan sumber cahaya 11
Gambar 3: Perkembangan teknologi LED 12
Gambar 5: Pemetaan atas Pemangku Kepentingan 21
Gambar 6: Pilihan sumber pendanaan dan prosedur untuk penerangan jalan hemat energi 56
Gambar 7: Model untuk proses penawaran yang kompetitif
Gambar 8: Langkah dan masalah pada proses pengadaan ESPC
Tabel 1: Profil GRK dari Pengoperasian pemerintah 5
Tabel 2: Jumlah module yang diperlukan per lampu 7
Tabel 3: Pilihan teknologi 8
Table 4: Keuntungan dan kerugian sosial-ekonomis dan teknis dari penerangan jalan LED 12
Tabel 5: Peta awal dari pemangku kepentingan 16
Tabel 6: Aset penerangan jalan milik kota 24
Tabel 7: Konversi teknologi Penerangan Jalan konvensional ke LED 27
Tabel 8: Hasil pengawasan penerangan jalan LED 28
Tabel 9: Penghitungan pembayaran kembali dari jalan percontohan LED 45
Tabel 10: Indikator MRV untuk EESL 46
Table 11: Model Pelaporan Perkembangan RAD-GRK Tahunan (level Kota) 47
Tabel 12: Model Pelaporan Perkembangan RAD-GRK Tahunan (level Propinsi) 48Tabel 13: Model untuk Mitigasi RAD-GRK 53
Tabel 14: Peta jalan Retrofit 54
Daftar Isi
1. Latar Belakang 1
2. Penerangan Jalan LED 2 2.1. Kelayakan Teknis 6 2.2. Kelayakan Ekonomis 9
2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan 13 3. Kebijakan dan Pemangku Kepentingan 15 3.1. Kebijakan dan Peraturan Efisiensi Energi 15 3.1.1. Kebijakan - kebijakan daerah dan propinsi 17 3.1.2. Best Practices 19 3.2. Para pemangku kepentingan utama dan peran mereka 21
4. Analisa Efisiensi 17 4.1. Analisa efisiensi di kota-kota di Jawa 28 4.1.1. Probolinggo 30 4.1.2. Malang 32 4.1.3. Mojokerto 34 4.1.4. Yogyakarta 36
4.1.5. Surakarta 38 4.1.6. Semarang 40 4.1.7. Pekalongan 42 4.2. Jalan Percontohan di Malang 44
5. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi 45 5.1. Pengukuran 45 5.2. Pengembangan inventarisasi skala kota dan baseline BAU 46 5.3. Pelaporan 47
6. Pilihan Pendanaan 49
7. Langkah-langkah Panduan dan Rekomendasi Utama
untuk Implementasi 51
8. Tender dan Pengadaan 55 Daftar Acuan 58
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
6/67vi
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
7/671
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Dengan mengikuti prinsip1tanggung jawab bersama yang dibedakan (common
but differentiated responsibilities), Pemerintah Indonesia ingin mencapai
target nasional pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui implementasi
Aksi Mitigasi Nasional yang Layak - Nationally Appropriate Mitigation Actions
(NAMAs) yang dilekatkan ke dalam kerangka kebijakan nasional yaitu Rencana Aksi
Nasional untuk Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). Selain sektor pertanian,
kehutanan dan tata guna lahan (AFOLU), sektor energi juga memegang peranan penting
dalam kontribusi target nasional pengurangan emisi GRK sebesar 26% pada tahun
2020 dibandingkan dengan business-as-usual (BAU).
Secara simultan, Indonesia menghadapi cepatnya urbanisasi yang langsung berpengaruh
kepada pertumbuhan perumahan, gedung-gedung komersial, serta infrastruktur publik.Pada tahun 2010, 54% dari total populasi tinggal di daerah perkotaan, angka tersebut
diperkirakan akan mencapai 67% pada tahun 2020 (BPS 2008)2. Konsumsi energi di
sub-sektor perumahan dan komersial meningkat hingga 44%, sementara sub-sektor
publik meningkat 46% di tahun 2000 hingga 2009 (MEMR 2010: 62).
Permintaan Listrik di Kawasan Perkotaan
Permintaan listrik di kawasan perkotaan, yang mencakup perumahan, komersial, dan
area publik, diklasifikasikan sebagai sub-sektor dari sektor listrik. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) mendefinisikan sub-sektor perumahan sebagai rumah tangga dalam
sistem tarif listrik mereka. Sub-sektor komersial terdiri dari seluruh gedung untuk
kegiatan bisnis swasta. Sub-sektor publik dibedakan menjadi segment tarif lampu jalan,
area sosial dan pemerintah (MEMR 2010: 37). Sumber utama dari konsumsi listrik di
kawasan perumahan dan sektor komersial adalah alat-alat seperti pendingin udara
dan lampu. Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN), yang diluncurkan pada
tahun 2005, mengidentifikasikan potensi penghematan energi melalui kegiatan hemat
listrik di kawasan komersial, perumahan, dan publik mencapai sebesar 15 30%3.
Latar Belakang
1. Berdasarkan prinsip yang pertama kali diumumkan di Rencana Aksi Bali (BAP) pada Conference of Partieske-13, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), mendorong negara maju danberkembang untuk berkontribusi terhadap pengurangan emisi GRK global.
2. Berdasarkan United Nations World Urbanization Prospects 2010, Indonesia memiliki pertumbuhan urban-isasi tercepat (4 %) dari semua negara Asia.
3. Lihat untuk contoh : http://www.ieej.or.jp/aperc/CEEP/Indonesia.pdf
1
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
8/672
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
Efisiensi energi pada sisi permintaan listrik mendorong berkurangnya pembangkit listrik
dari sisi suplai dan dengan demikian, dapat mengurangi emisi GRK melalui berkurangnya
pembakaran bahan bakar fosil. Berkaitan dengan hal tersebut, efisiensi energi berarti
mengurangi beban, dan menggunakan sistem yang bekerja paling efektif atas sumber
energi yang tersedia.
Manajemen sisi permintaan energi melibatkan pendekatan efisiensi energi yang dapatmengurangi energi yang berasal dari bahan bakar fosil dan berujung kepada pengurangan
emisi GRK. Level pengurangan emisi GRK bergantung kepada komposisi bahan
bakar fosil yang digunakan untuk membangkitkan listrik. Apabila listrik dibangkitkan
menggunakan bahan bakar fosil (misalnya, batubara, minyak, dan gas alam), maka
permintaan pengurangan dapat diterjemahkan menjadi penurunan pembangkit listrik
dan penurunan emisi GRK (IPCC 2007: 69).
Meski demikian, hubungan antara penyediaan energi dan emisi GRK tidak selalu dapat
langsung terlihat. Penurunan permintaan listrik berakibat pada penyesuaian harga
dan rebound4atau efek kebocoran, di mana penurunan permintaan di suatu daerah
diseimbangkan degnan peningkatan permintaan di daerah lainnya sehingga tidak ada
perubahan dalam pembangkit listrik atau emisi GRK5. Efek lainnya adalah penyesuaian
sumber-sumber pembangkit listrik sehingga meskipun dengan permintaan listrik
menurun, pengurangan emisi GRK mungkin tetap tidak terwujud. Sistem pemantauan
yang transparan untuk efisiensi energi pada sisi permintaan dan implikasinya untuk
pembangkit listrik akan membantu memastikan bahwa pengurangan emisi GRK dapat
dicapai.
Kemitraan Pengembangan Penerangan Jalan Hemat
EnergiKemitraan PAKLIM and OSRAM telah dibangun untuk isu penerangan jalan LED sebagai
model untuk aksi mitigasi nasional yang layak (NAMAs) di sektor energi di kawasan
perkotaan Indonesia. Proyek ini membahas kota-kota percontohan terpilih di Indonesia
yang memiliki hambatan keuangan dan teknis untuk melaksanakan mitigasi gas rumah
kaca.
Pertama, akan dilakukan analisa efisiensi perkotaan untuk penerangan jalan hemat energi
(EESL) di enam kota terpilih di Jawa Tengah dan Jawa Timur (kota-kota percontohan
PAKLIM). Analisa efisiensi tersebut memeriksa kelayakan teknis dan ekonomis dari
penerangan jalan LED pada kota-kota yang terpilih. Pada salah satu kota percontohan,penerangan jalan konvensional pada salah satu jalan utama akan digantikan oleh
sistem penerangan jalan LED dan pemantauan sebelum-sesudah akan dilakukan secara
4. Efek reboundsering disebut sebagai sebuah hambatan bagi kebijakan hemat energi (IPCC 2007). Efektersebut mengacu kepada dasar bahwa sebagian atau seluruh pengurangan yang diharapkan dalam pen-gurangan konsumsi energi yang merupakan hasil dari pengembangan hemat energi tertutup ( offset) olehpermintaan meningkat energi, timbul dari pengurangan harga energi hasil dari perkembangan tersebut(Parker et al. 2009).
5. Fenomena tersebut biasa disebut sebagai Kebocoran dan bisa terjadi melalui beberapa cara. Hasil dariindustri intensif energi, misalnya, bisa berpindah dari negara dengan komitmen emisi ke negara tanpa
komitmen apa pun. Hal tersebut bisa terjadi apabila beberapa perusahaan di sektor tertentu memindah-kan pabrik mereka ke negara tanpa peraturan, atau perusahaan mereka tidak berkembang sementarapesaing mereka justru berkembang di negara tanpa komitmen yang berujung kepada meningkatnya emisiGRK (lihat untuk contoh Frankel 2009).
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
9/673
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
bersama dengan pemerintah daerah untuk mengkaji level penghematan energi yang
dicapai melalui sistem baru tersebut. Lebih lanjut, unit pemerintah daerah akan dilatih
untuk menjamin adanya pemantauan dan pemeliharaan sesuai standar.
Mempromosikan Sistem Penerangan Jalan Umum yang
Efisien Sambil Mendukung Pembangunan Rendah Karbon
Rencana Aksi Nasional untuk Pengurangan Emisi GRK (RAN-GRK) merupakan kerangka
kebijakan untuk pencapaian target pengurangan emisi GRK sebesar 26% dibandingkan
dengan businesss as usual. Dengan dukungan internasional, ditargetkan mencapai 41%.
RAN-GRK menjabarkan aksi-aksi mitigasi untuk setiap sektor, yang akan dimulai oleh
lembaga-lembaga yang mempunyai tanggung jawab di level nasional.
Meski demikian, walaupun kementerian nasional bertanggung jawab untuk
mengeluarkan kebijakan dan peraturan, implementasi aksi tersebut akan dilaksanakan
pada level daerah. Oleh karena itu, propinsi diminta untuk mengembangkan rencana
aksi daerah (RAD GRK) untuk bisa berkontribusi terhadap target pengurangan emisi
nasional. Daerah perkotaan akan memegang peranan penting untuk menjamin mitigasi
perubahan iklim yang efektif dan efisien, terutama mendukung mitigasi GRK dengan
mengoptimalkan manajemen sisi permintaan energi dan manajemen moda transportasi
serta sampah yang lebih efisien.
Selain untuk mendukung transisi ekonomi rendah karbon, aksi mitigasi RAD-GRK
juga menghasilkan beberapa keuntungan tambahan, misalnya investasi untuk moda
transportasi publik yang lebih efisien berujung kepada berkurangnya polusi udara dan
lalu lintas. Ini terutama terlihat pada aksi mitigasi hemat energi. Penerapan teknologi
hemat energi menjamin penghematan energi untuk konsumsi listrik perkotaan yangbisa mengurangi biaya energi, CO2 dan keuntungan lainnya pada waktu bersamaan.
Penerangan jalan hemat energi (EESL) merupakan salah satu cara bagi pemerintah
daerah untuk bertindak sebagai pionir terkait dengan aksi yang ramah terhadap iklim
bagi penduduk mereka. Di satu sisi, implementasi EESL akan mengurangi konsumsi energi
dan dengan demikian berkontribusi kepada tujuan mitigasi iklim. Di sisi lain, teknologi
baru seperti LED memiliki beberapa keuntungan lainnya seperti mengoptimalkan
pencahayaan yang bisa meningkatkan keamanan publik di saat gelap. Oleh sebab itu,
EESL searah dengan tujuan RAN-GRK untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Tujuan dan Grup Target dari Buku Panduan ini
Buku induk ini ditujukan bagi pemerintah daerah (kota, kabupaten) di Indonesia. Buku ini
menyediakan panduan untuk implementasi penerangan jalan LED sebagai aksi mitigasi
GRK dan berkontribusi kepada RAD-GRK. Dengan demikian, buku ini memperlihatkan
kumpulan pengalaman dari kemitraan pembangunan PAKLIM GIZ dan PT OSRAM
Indonesia.
Pertama, buku panduan ini memberikan pemahaman mendalam terkait keunggulan
teknis dari penerangan jalan LED. Berdasarkan hasil dari analisa efisiensi, buku ini pun
berusaha untuk mengungkapkan potensi penghematan energi, biaya, dan CO2yang bisa
dicapai melalui implementasi penerangan lampu jalan LED. Sehubungan dengan potensi
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
10/674
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
penghematan, skenario berbeda diterapkan untuk masing-masing kota yang terpilih.
Dalam bagian kedua, buku panduan ini menjabarkan pilihan-pilihan untuk pendanaan
penerangan jalan yang efisien dan memberikan panduan cara mengaplikasikan
pendanaan awal bagi penerangan jalan untuk perkotaan.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
11/675
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Penerangan jalan secara global diperkirakan menggunakan listrik sebesar
159 TWh per tahun. Pengurangan konsumsi hingga 50% secara global akan
menghilangkan kebutuhan listrik sebesar 80 TWH dan menghindarkan emisi
sekitar 40 MtCO2per tahun (CCI 2010). Untuk tingkat kota, pembiayaan listrik
dari lampu-lampu jalan berkisar antara 5% hingga 60%, tergantung pada beberapa
variabel, seperti ukuran kota tersebut dan pelayanan perkotaan, serta seberapa efisien
lampu-lampu jalan yang ada (CCI 2010, Commonwealth of Australia 2005, REEP 2009).
Penerangan jalan di Indonesia diperkirakan mengeluarkan emisi GRK dalam porsi yang
signifikan h, seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
Penerangan Jalan LED 2
Tabel 1:
Profil GRK dariPengoperasianPemerintah
Melakukan retrofit terhadap lampu-lampu jalan yang ada dengan LED menawarkan
beberapa keuntungan: untuk jangka pendek, kesempatan untuk menghemat energi, dan
untuk jangka panjang, adanya kemungkinan mencapai target mitigasi serta mengurangi
pengeluaran kota untuk energi.
Keuntungan dari lampu jalan LED6sudah diakui di banyak kota di seluruh dunia, terutama
Amerika Serikat7. Untuk negara berkembang, perhatian terhadap penerangan jalan
hemat energi semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya kawasan perkotaan
dan permintaan untuk energi. Di Afrika Selatan, di mana lampu jalan mencakup 24%
dari konsumsi energi dan 28% emisi karbon disumbangkan oleh perkotaan, mereka
merencanakan untuk mengganti lampu High Intensity Discharge (HDI) dengan lampu
Kota Baseline % dari total emisi Tagihan listrik/
GRK tahun
Surakarta 17.173 ton CO2e 77% IDR 18.9 milyar
Yogyakarta 7.775 ton CO2e 82% IDR 7.2 milyar
Pekalongan 6.910 ton CO2e 76% IDR 10.3 milyar
Salatiga 2.287 ton CO2e 20% IDR 3.2 milyar
6. Aplikasi penerangan yang menggunakan light-emitting diodes (LEDs), organic light-emitting diodes(OLEDs), atau light-emitting polymers sering disebut sebagai solid-state lighting (SSL).
7. Departemen Energi Amerika Serikat telah mempublikasikan beberapa laporan terkait kota-kota yang telahmengganti penerangan lampu konvensional dengan lampu LED. Lapora tersebut bisa diakses via: http://www1.eere.energy.gov/buildings/ssl/gatewaydemos_results.html. Lihat juga http://www.newstreetlights.com/index.htm
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
12/676
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
jalan LED yang lebih efisien dan tahan lama8(Seed Urban 2008). Sementara, Thailand
sudah memasukan aktivitas program CDM (CPA) untuk menggantikan 4000 HPS
dengan LED di region pusat di negara tersebut. Proyek-proyek tersebut memberikan
lessons-learned yang penting untuk pembelajaran skema EESL di Indonesia9.
2.1. Kelayakan Teknis
Lampu yang paling sering digunakan, lampu dengan intensity dischargeyang tinggi (HDI),
khususnya lampu sodium tekanan tinggi (HPS), sering digunakan untuk penerangan
jalan. Meski demikian, lampu-lampu HPS sering dianggap tidak layak untuk penerangan
malam hari. Dengan adanya reflektor pada bagian belakang lampu HPS maka banyak
cahaya hilang dan justru menghasilkan polusi cahaya ke lingkungan sekitar. Efek negatif
lainnya adalah efek silau bagi pengendara kendaraan dan pejalan kaki.
Penerangan jalan LED menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dengan
penerangan jalan konvensional. Selain kemampuan penglihatan periferal yang sudah
lebih maju, penerangan LED memiliki potensi hemat energi dan pengurangan emisi
GRK dibandingkan dengan penerangan konvensional. Meskipun penerangan LED masih
merupakan teknologi yang sedang berkembang, namun pengalaman dari proyek-
proyek yang ada telah membuktikan bahwa penerangan tersebut sangat layak secara
teknis saat ini dan nantinya akan berkontribusi pada pemahaman lebih baik terhadap
kemampuan penerangan jalan LED.
Teknologi baru untuk penerangan jalan, seperti LED atau cahaya induksi, memancarkan
cahaya putih yang menghasilkan pencahayaan scotopic daya tinggi sehingga lampu-
lampu jalan berdaya listrik rendah dan pencahayaan photopic yang rendah bisa
menggantikan lampu-lampu jalan yang ada. Misalnya, sebuah lampu jalan LED 30W bisamenggantikan lampu 70W HPS10dengan daya pencahayaan yang sama (GRAH Lighting
2012). Hal tersebut akhirnya berujung kepada penghematan energi secara signifikan.
Dalam kondisi tertentu, LED bisa mengurangi penggunaan energi hingga 60%. Untuk
mendapatkan kelebihan lain dari hemat energi bisa dicapai dengan mengkombinasikan
LED dengan teknologi pemantauan adaptif dan kontrol. Apabila penerangan adaptif
mungkin masih terlalu sulit dilaksanakan bagi beberapa kota saat ini, ada beberapa
pilihan yang lebih mudah untuk mengurangi permintaan energi, seperti menginstal
pengukur ketepatan waktu (timing meter), untuk mematikan lampu pada saat-saat
tertentu. Sebagai contoh, Semarang memiliki kebijakan lampu jalan di tempat-tempat
tertentu dimatikan setelah jam satu malam. Meski demikian, hal tersebut juga perlu
dievaluasi apakah efektif mengingat adanya isu-isu seperti keamanan jalan (WorldBank 2007). Mengingat bahwa pengadaan lampu jalan juga termasuk dalam budget
pemerintah daerah, maka lampu-lampu jalan LED menawarkan kesempatan tidak hanya
menjadi hemat energi tapi juga pengeluaran biaya yang efektif.
Gambar 1 menunjukkan perbedaan distribusi cahaya dan kilau dari lampu LED (sebelah
kiri) dan lampu HPS (sebelah kanan). Terlihat bahwa warna pada obyek di sebelah
kiri lebih segar, murni, dan nyaman, sedangkan, warna pada obyek sebelah kanan
membosankan dan menganggu. Perbedaan tersebut diungkapkan dengan menggunakan
8. Cape Town telah memperlihatkan kesuksesan program tersebut. Mereka telah menggantikan semua lampujalan dengan LED, dan berhasil menghemat energi sebesar 30% (Seed Urban 2008).
9. Contoh-contoh lebih lanjut tentang kota-kota yang menggunakan lampu jalan LED bisa dilihat di: http://www.bbeled.com/led-street-light/.
10.Apabila kehilangan ballast diperkirakan sekitar 80W.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
13/677
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Color Rendering Index (CRI), yang bisa menggambarkan cahaya mana yang mampu
membuat obyek-obyek terlihat dengan warna mereka sesungguhnya. Penerangan jalan
LED mempunyai CRI > 8, sementara High Pressure Sodium (HPS) hanya > 5.
Pencahayaan lampu LED menggunakan optik berbeda dibandingkan lampu Metal
Halide (MH) atau HPS karena tiap LED merupakan sumber tunggal. Hal tersebut untuk
menghindarkan beberapa kekurangan dari lampu-lampu HPS, misalnya polusi cahaya.
Dengan desain lumainaire yang efektif, maka sinar dari lampu LED bisa diarahkan dengan
baik sehingga mampu menghasilkan efisiensi optic dan efikasi luminaire yang tinggi,
dan distribusi cahaya terhadap area yang diinginkan lebih merata, serta perlindungan
terhadap silau yang lebih baik lagi untuk backlight (cahaya dari belakang) maupun
uplight (cahaya dari atas) (USDoE 2010). Ini berarti cahaya untuk menerangi sebuah
area yang diperlukan lebih sedikit. Dengan demikian, bisa mengurangi polusi cahaya,
yang dianggap bisa memberikan efek negatif bagi suasana hati manusia, burung, dan
serangga (GRAPH Lighting 2012). Penerangan jalan LED juga lebih bisa memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan, terutama, saat ada permintaan untuk pengurangan
Gambar 1:Perbedaan warnaantara LED dan HPS.Sumber: PittsburghResearch Project
OSRAM
Tabel berikut membandingkan penerangan jalan yang ada dan jumlah module HPMLyang diinginkan untuk diganti untuk mencapai konsumsi energi yang sama.
Penerangan jalan yang ada Jumlah Module HPML yang diinginkan
Mercury 125W 3 Modules
Mercury 250W 4 Modules
HPS 70W 2 modules
HPS 150W 4 Modules
HPS 250W 8 Modules
PLC 45W 2 Modules
ML/High Intensity Discharge (HID)Lamp 160W 3 Modules
TL/Fluorescent Lamp 35W 1 Module
Pijar/Incandescent Lamp 200W 2 Modules
Tabel 2:Jumlah module yangdiperlukan per lampu
Sumber: OSRAM (2012)
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
14/678
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
cahaya di malam hari. Cahaya lampu LED memiliki sistem dimming yang bekerja secara
efektif tanpa mempengaruhi keseluruhan penerangan di jalan tersebut.
Kelebihan lainnya penerangan jalan LED adalah bisa bertahan lebih lama karena memiliki
umur lampu yang panjang sehingga tidak terlalu memerlukan biaya pemeliharaan
yang besar jika dibandungkan dengan penerangan jalan konvensional. Periode hidup
dari lampu jalan LED ditentukan dari cahaya yang dikeluarkan dibandingkan denganspesifikasi desain asli. Saat kecemerlangan lampu LED menurun hingga 70 persen,
maka lampu tersebut sudah mencapai akhir masa hidup. Cahaya lampu LED memiliki
waktu hidup lebih lama dari pada lampu jalan konvensional (50.000 jam atau lebih,
dibandingkan dengan 15.000 hingga 35.000 jam) dengan pemeliharaan yang lebih baik.
Dengan semakin lamanya waktu hidup, maka akan mengurangi biaya pemeliharaan
dan membuat bola-bola lampu LED cocok untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau
dan perlu biaya pemeliharaan tinggi (GRAPH Lighting 2012). Meski demikian, dalam
memperkirakan waktu hidup LED bisa menjadi masalah mengingat durasi hidup yang
diharapkan menjadikan uji coba secara keseluruhan menjadi tidak realistis. Tidak
hanya itu, teknologi juga masih berkembang dengan pesat, sehingga hasil-hasil waktu
sebelumnya tidak lagi menggambarkan kondisi saat ini. Masa pakai LED sepenuhnya
bergantung kepada kualitas desain cahaya lampu dan manajemen panas. Cahaya lampu
LED dengan desain yang kurang baik akan lebih cepat memburuk ketimbang yang
dirancang dengan baik (USDoE 2010).
Meski penerangan jalan LED, secara umum, bisa dikatakan lebih memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan penerangan jalan yang konvensional, namun ada
beberapa catatan yang musti diperhatikan terkait dengan kualitas produk dan pesatnya
perkembangan teknologi. Masalah yang paling umum, tidak konsistennya kualitas
Teknologi
Angka Relatif
Diskripsi
Kelebihan
Kekurangan
Uap Merkuri
Terlama
Terlama,teknologi lampuputih HID yangsering diguna-kan
Rendahnyabiaya awal
Bertahan lama
(~24k jam) Cahaya putih Kerusakan
mendadakjarang terjadi
Kecemer-langan lampurendah (34-58lumens/watt)
Efisiensi
perlengkapanrendah 8(~30%)
Mengandungmerkuri
High-PressureSodium Vapor
Sumber cahayapaling cocokuntuk SL
Rendahnyabiaya awal
Bertahan
lama (~24kjam)
Tingginya ke-cemerlanganlampu (70-150 lumens/watt)
Biaya awalrendah
CRI rendah Mengandung
merkuri
Induksi
Elektrodacahaya putih,sumber cahayasedikit dan hiduplebih lama
Bertahan lama(100 k jam)
Cahaya putih,
CRI tinggi Rendahnya
biaya pemeli-haraan
Tingginyaefisiensi per-lengkapan
Biaya awaltinggi
Kecemer-langan lampurendah (36-64
lumens/watt) Mengandung
merkuri
New Ceramic
Teknologi ca-haya putih HID;perlengkapanCMH yang baru>35 lebih efisienketimbang CMHsebelumnya
Cahaya putih Bertahan lama
(24-30k jam)
Tingginya ke-cemerlanganlampu ( ~115lumens/watt)
Tingginyaefisiensi per-lengkapan
Biaya awaltinggi
Mengandungmerkuri
LED
Terbaru
Cahaya putih,terarah, sumbercahaya yangsolid
Bertahan lama(>50k jam)
Cahaya putih,
CRI tinggi Tingginya
keseragaman Tingginya
efisiensiperlengkapan
Tidak adamerkuri dalamcahaya
Biaya awaltinggi
KecemeranganLED rendah (~90 lumens/
watt)
Tabel 3:
Pilihan teknologi
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
15/679
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
produk seperti terlihat dari tingkat keberhasilan LED dari 30 lm/w hingga 90 lm/w.
Dengan demikian, perlu berhati-hati dalam memilih merk dan perlu dilakukannya kajian
terhadap pengalaman dan best practicesdi perkotaan yang sudah mengimplementasikan
lampu penerangan jalan LED. Kebijakan untuk penerangan jalan hemat energi,
termasuk persyaratan performa minimum dan uji coba, bisa menjamin bahwa hanya
produk-produk berkualitas tinggi yang akan terpilih (Commonwealth of Australia 2005,
Canadian Urban Institute 2011).
PENERANGAN ADAPTIF
Penerangan adaptif adalah penerangan yang tidak perlu menyala penuh setiap malam,
melainkan bisa beradaptasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, penerangan
adaptif akan meredupkan lampu-lampu pada saat lalu lintas atau pejalan kaki sepi sehingga
memungkinkan penghematan biaya energi, mengurangi emisi GRK dan polusi cahaya. Sistem
penerangan adaptif yang konvensional menggunakan sensor foto untuk menyalakan lampu
saat level cahaya berada di bawah level yang diinginkan. Ditambah lagi, teknologi terbaru
memungkinkan untuk mengontrolpencahayaan pada jarak jauh. Selain itu, juga dimungkinkan
untuk : Mengontrol kinerja atas satu peralatan, sejumlah lampu jalan, atau seluruh jaringan dari
lokasi pusat;
Menyetel transisi level cahaya untuk lampu pada periode tertentu (misalnya, pada waktu
subuh dan senja);
Menyesuaikan tingkat penerangan cahaya untuk mengurangi konsumsi energi pada jam-
jam sibuk;
Memberitahukan pusat apabila ada yang padam dan masalah lainnya untuk
meningkatkan kualitas pemeliharaan;
Mengkalkulasi penggunaan energi secara akurat (Commonwealth of Australia 2005)
Penerangan jalan LED adaptif menawarkan potensi hemat energi. Meskipun demikian,
apabila dibandingkan dengan penerangan jalan LED yang konvensional, sistem adaptif LEDmasih sedikit yang bisa dijadikan sebagai contoh. Sistem penerangan jalan LED adaptif
pertama baru dipasang di Vancouver, Kanada, di tahun 2010. (LEDs Magazine 2010).
2.2. Kelayakan Ekonomis
Teknologi dari lampu jalan LED sudah dapat berjalan dengan baik, walau demikian
masalah keuangan masih menjadi hambatan besar, terutama bagi negara-negara
berkembang yang biasanya mempunyai dana terbatas. Selain itu, investasi untuk hemat
energi bersaing dengan investasi di sektor lain yang biasanya hanya berlaku untukjangka pendek semata (contoh, keamanan sosial). Oleh karena itu, dibutuhkan kajian
terhadap kelayakan ekonomis dan penilaian proyek yang lebih detail sebelum memasuki
tahap implementasi.
Secara umum, ada dua faktor yang menonjol dalam mengkaji kelayakan ekonomis dari
penerangan jalan LED dibandingkan dengan yang konvensional. Di satu sisi, instalasi
penerangan jalan LED akan memakan biaya relatif lebih tinggi di awal implementasi
ketimbang lampu-lampu yang konvensional. Hal tersebut dikarenakan lampu jalan
LED masih tergolong teknologi baru sehingga akan lebih mahal dibandingkan lampu
konvensional. Penerangan jalan konvensional seperti HPS sudah mencapai tingkat
pasar yang lebih mapan sehingga tidak dimungkinkan adanya penurunan harga yang
signifikan, sementara itu lampu LED masih dimungkinkan penurunan harga. Sementara,
di sisi lain, lampu-lampu jalan LED bisa menghasilkan penghematan energi dan
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
16/6710
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
mengurangi biaya pemeliharaan. Dengan demikian, kelayakan ekonomis dari lampu-
lampu jalan LED bergantung pada pengurangan biaya energi dan pemeliharaan (apakah
sudah cukup tinggi) untuk dapat mengubah keuntungan lampu jalan LED dalam jangka
pendek, atau apakah terdapat insentif untuk mendorong kota-kota dalam membiayai
dana awal (USAID/BEE 2010).
Ada dua metrik yang dilakukan untuk mengkaji nilai ekonomis LED. Pertama, kemudahanpengembalian investasi yang mengacu kepada periode waktu yang dibutuhkan untuk
membayar investasi awal. Kedua, nilai ekonomis lampu jalan LED saat ini (net
present value/NPV) dihitung berdasarkan perkiraan ketersediaan/aliran dana di masa
mendatang. Analisa untung-rugi sering digunakan dalam manajemen proyek dan sangat
berguna untuk membandingkan proyek-proyek yang berkompetisi. Secara umum, proyek
yang menghasilkan NPV lebih tinggi harus diprioritaskan. Sebagai tambahan, analisa
sensitivitas bisa dilakukan untuk mempertimbangkan aspek ketidakpastian terkait
dengan perkembangan teknologi. Dalam banyak kasus, kemudahan pengembalian
investasi tidak akan cukup dan analisa untung-rugi pun harus dilakukan apabila sumber-
sumber cukup tersedia.
Penelitian dan proyek demonstrasi menyediakan gambaran terkait periode
pengembalian yang diinginkan dan nilai bersih lampu jalan LED saat ini. Hasil dari DOE
telah menunjukkan periode pengembalian rentang waktu antara 3 hingga 20 tahun
(USDoE 2010) dengan beberapa proyek bisa menunjukkan pengembalian investasi yang
menarik selama 7 hingga 10 tahun (CCI 2010). Dalam proyek lampu jalan LED di kota San
Fransisco, NPV selama 15 tahun sebesar $300 hingga $500 untuk konstruksi baru dan
$100 to $300 untuk proyek retrofit. Kota San Fransisco pun menganggap pengembalian
investasi tersebut dapat diterima (San Francisco studi kasus: 50). Untuk beberapa kasus
(misalnya Oakland), periode pengembalian bisa dikurangi dengan bundling pembeli
bersama-sama sehingga bisa mencapai dampak yang diinginkan.
Meski demikian, sampai sejauh mana pengalaman tersebut bisa direplikasi untuk
konteks Indonesia. Nilai ekonomis dari implementasi lampu LED sangat bergantung
pada lokasi installasi dengan faktor-faktor seperti konsumsi listrik, biaya energi, biaya
pekerja, dll (CCI 2010). Khususnya, harga energi memiliki dampak terhadap keuntungan
dari pilihan-pilihan hemat energi. Harga energi yang tinggi akan mengurangi periode
pengembalian dan sebaliknya. Pada kasus-kasus selanjutnya, tarif listrik perlu
diadaptasikan atau program-program insentif dikembangkan untuk menciptakan bisnis
untuk EESL (Canadian Urban Institute 2011).
Studi Kasus:RETROFIT LED DAN INSTALASI SISTEMPEMANTAUAN JARAK JAUH DI KOTA LOS ANGELES,AS
LA memiliki sistem penerangan jalan kota terbesar di U.S., dengan lebih dari 209.000 lampu
jalan tersebar di sepanjang setidaknya 7.000 mil (ESMAP 2011). Kota Los Angeles, California,
sendiri mempunyai rencana ambisius untuk mengubah 140.000 lampu jalan di perumahan
dengan lampu berjenis LED, termasuk installasi sistem pemantauan jarak jauh (remote
monitoring system) di setiap unit untuk kurun waktu lima tahun (2009-2013).
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
17/6711
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Proyek tersebut diharapkan untuk dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi
GRK selama kurun waktu tersebut. Apabila dijalankan sesuai rencana, maka dapat
menurunkan 68.640.000 kWh listrik (pengurangan 40%) setiap tahun dan mengurangi
emisi GRK sebesar 40.500 ton CO2 per tahun. Untuk menutupi biaya awal yang tinggi,
proyek tersebut akan didanai melalui potongan harga dari Departemen Air dan Energi
Los Angeles dan pinjaman $40 juta untuk tujuh tahun dengan bunga 5.25% (sistem
rebate). Untuk jangka panjang, diharapkan bahwa proyek tersebut akan secara signifikanmenghemat dan biaya pemeliharaan sehingga bisa menciptakan aliran dana untuk dapat
membayar pinjaman sekaligus menambah simpanan dana di tahun-tahun mendatang.
Analisa ekonomis atas hal ini memperkirakan diperlukannya periode tujuh tahun untuk
pengembalian pinjaman dengan internal rate of return(IRR) sebesar 10% tanpa sistem
rebate dari pemerintah tersebut. Dengan memperhitungkan sistem rebate tersebut, maka
periode pengembalian bisa dipercepat menjadi 5,7 tahun dan meningkatkan IRR hingga
23%. Lebih penting lagi, proyek tersebut memegang peranan integral dalam penyusunan
budget pemerintah daerah dalam jangka waktu panjang. Untuk mengantisipasi naiknya
harga energi, penghematan energi dan biaya pemeliharan dari lampu-lampu jalan LED
akan mampu menghindarkan kekurangan dana di masa depan.
Sumber: ESMAP (2011)
Gambar 2:Sejarah dan prediksikeberhasilan sumbercahaya
Sumber: USDoE (2012):SSL R&D Multi-YearProgram Plan
Hambatan utama untuk menembus pasar biasanya diakabitkan oleh mahalnya
biaya awal, terutama untuk LED kualitas tinggi. Selanjutnya, kurangnya pemahaman
akan manfaat lampu-lampu LED, struktur pasar yang masih terfragmentasi, dan
ketidakpastian atas teknologi tersebut untuk skala besar, juga menjadi hambatan
(ESMAP 2011). Namun, sisi positifnya adalah harga-harga menurun pada tahun-tahun
belakangan ini dan diperkirakan biaya LED akan semakin menurun di masa mendatang.
Menurut Departemen Energi AS, tingkat harga saat ini sudah menurun hingga 20%
per tahun. (USDoE 2011). Demikian juga dengan kualitas LED yang semakin meningkat
melalui desain pencahayaan LED sekitar 200 lm/W, yang bisa mencapai 15 kali lebih
tinggi dari pada penerangan pijar (USDoE 2011) (Lihat Gambar 2).
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
18/6712
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
Penggunaan lampu LED, di seluruh sektor termasuk untuk penerangan luar ruangan
(outdoor), diharapkan bisa berkembang pesat pada tahun-tahun mendatang. Meski
pangsa pasar LED untuk peneranganoutdoorbaru sekitar 5%, angka tersebut diharapkan
bisa meningkat hingga 40% di tahun 2016 dan 70% di tahun 2020 (McKinsey 2011).
Asia akan memegang peran dominan dalam pengembangan pasar LED karena kawasan
tersebut telah menguasai 40-50% dari total pasar.
Gambar 3:Perkembanganteknologi LED
Sumber: McKinsey(2011)
Table 4:Keuntungan dankerugian sosial-
ekonomis dan teknisdari penerangan jalan
LED
Sumber: Adaptasidari USAID/BBE 2010,
Canadian UrbanInstitute 2011
Kelebihan Kekurangan
Bertahan sangat lama Perlu penyerap panas (heat-sinking) yang cukup untukmenjamin LED dengan daya tinggi bisa bertahan lama.
Mengurangi biaya pemeliharaan karena bisa Tingginya biaya awal bisa menyebabkan (hinggabertahan lama beberapa tahun) lamanya untuk mendapatkan
keuntungan (karena LED masih relatif baru danteknologi yang terus berkembang).
Bisa menyimpan energi dan gas rumah kaca Banyak variasi terkait ketersediaan produksi, pilihan,untuk jangka waktu yang panjang dan kualitas, karena industri manufaktur LED masih
berkembang.
Mengurangi biaya dari penghematan Para pengguna akan kesulitan dalam mengikutikonsumsi energi perkembangan pesat dari perubahan produk atau suku
cadang, mengingat teknologi LED bertumbuh sangat cepat.
Mempunyai karakter terang secara instan Masih kurangnya pengujian jangka panjang danpengalaman di perkotaan, mengingat teknologi masihtergolong baru.
Tidak mengandung bahan kimia beracun Arah pencahayaan hanya terbatas pada arah yang(contoh, merkuri) yang memerlukan perawatan diarahkan (ketidakmampuan untuk menerangi seluruhdan pembuangan khusus arah) membatasi kegunaan hanya kepada lampu jalan
yang menggantung atau menghadap ke bawah saja
Tidak ada pemanasan (tidak memiliki jeda waktusebelum mencapai level terang yang optimal).
Tidak menghasilkan cahaya ultraviolet (yangbiasanya menarik perhatian serangga).
Tabel 4 berikut menunjukkan kelebihan dan kekurangan menggunakan penerangan
jalan LED dilihat dari aspek sosial ekonomi maupun teknis.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
19/6713
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
2.3. Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pengoperasian dan Pemeliharaan (O&P) merupakan komponen yang penting dalam
era pelayanan penerangan bagi publik yang efektif dan efisien. Biasanya, bisnis
sangat bergantung pada prosedur pemeliharaan yang sudah mapan. Dengan praktik
pemeliharaan yang bagus maka dapat mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan
umur bola lampu. Sebaliknya, manajemen yang tidak sesuai bisa berujung kepada
depresiasi bola lampu LED dan komponen-komponennya.
Secara umum, perbedaan komponen dari lampu publik berarti perbedaan pemeliharaan.
Biasanya lampu perlu diganti secara regular. Pemeliharaan yang bagus akan mengganti
mayoritas lampu sebelum rusak atau sebelum cahaya jauh di bawah standar spesifikasi.
Kebutuhan pemeliharaan tidak sama untuk seluruh jenis lampu, melainkan bervariasi
antara tipe yang berbeda tetapi juga berbeda antara pembuat dari tipe lampu yang
sama (Commonwealth of Australia 2005). Untuk lampu LED, akan lebih sulit untuk
memperkirakan jangka waktunya (Commonwealth Australia 2005). Hal tersebut karena
kurangnya pengalaman dalam melakukan uji coba terhadap peralatan baru untukjangka panjang, tetapi ada juga konflik informasi terkait dengan data lampu antara
beda pembuat dan distributor (Commonwealth of Australia 2005). Meski demikian,
pengalaman yang ada saat ini menunjukkan secara signifikan rentang hidup lebih
panjang dari produk-produk LED yang didesain dengan baik (The Climate Group 2012).
Beberapa pemeliharaan yang dilakukan antara lain:
Mengganti lampu, aksesoris, dan kabel yang rusak.
Perbaikan awal kabel-kabel yang rusak.
Memastikan bahwa kabel tersebut terpasang benar.
Pemeliharaan regular dari service cabinet/fuse box untuk menghindarkan kontak
yang kendur.
Pembersihan regular untuk lapisan cahaya sehingga bebas debu/kotoran danmeningkatkan daya terang lampu (USAID/BBE 2010).
Oleh karena itu, pemasangan Sistem Kontrolan Pintar (Smart Control System)11dalam
penerangan jalan LED sangat cocok. Hal tersebut memungkinkan pengawasan terhadap
kinerja pencahayaan, sambil memaksimalkan penghematan energi dan rentang waktu
hidup dari produk-produk LED. Ada dua sistem berbeda yang tersedia:
Sistem Komunikasi Wireless Radio.
Sistem Power Line Carrier, menggunakan jaringan yang ada untuk berkomunikasi
Sistem Kontrol Pintar mengawasi seluruh infrastruktur penerangan jalan dan langsungmemberitahukan apabila ada kesalahan, insiden (misalnya pencurian kabel atau cahaya)
11. Sistem kontrol pintar merupakan sistem infrastruktur komunikasi yang menampilkan remote controlsecara real-time dari penerangan outdoor (Climate Group 2012).
Sangat berguna untuk menerangi jalan di jalan-jalan tertentu, karena LED diproduksi untukpenerangan satu arah penerangan hanya satuarah bukan cahaya yang menyebar.
Memiliki sistem dimming (tidak seperti CFL),memungkinkan flesibilitas dalam mengontrol level penerangan
Memiliki indeks warna yang tinggi, sehingga bisamenghasilkan warna yang terang selama malam hari
Tidak menghasilkan efek silau, mengurangikelelahan visual baik untuk pengemudi kendaraanmaupun pejalan kaki.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
20/6714
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
dan kebutuhan untuk segera mengganti peralatan. Sistem tersebut memberikan kontrol
lebih baik terhadap infrastruktur penerangan kota dari ruang kontrol, dengan pilihan
mengatur penerangan sesuai dengan kondisi jalan dan standar penerangan jalan daerah.
Sistem pintar tersebut dapat meningkatkan kinerja bisnis Penerangan Jalan LED untuk
jangka panjang dengan:
Memaksimalkan efisiensi energi dengan menyesuaikan lampu pada standard yangdibutuhkan atau pada kondisi tertentu (dengan sistem dimming yang beroperasi saat
jam-jam tidak sibuk).
Memaksimalkan masa pakai LED melalui sistem dimming dan penyesuaian cahaya.
Mengurangi biaya pemeliharaan melalui deteksi kesalahan dan kegagalan.
Saat ini, biaya awal sangat tinggi sehingga sistem kontrol pintar tersebut kemungkinan
akan hanya bisa dicapai untuk proyek-proyek skala besar. Meski demikian, seyogyanya
otoritas terkait harus dapat menjamin dalam proses pengadaan lampu LED bahwa
proyek tersebut dapat di-upgrade dengan sistem kontrol-pintar.
Dalam beberapa kasus, meteran merupakan komponen penting dalam sistem
penerangan jalan untuk bisa memonitor dengan baik kinerja sistem, penggunaan
energi, untuk mengukur dan memverifikasi penghematan energi apabila sistem
tersebut perlu diperbaharui. Oleh sebab itu, penerangan jalan yang baru harus
mempunyai fasilitas meteran. Hal tersebut memungkinkan untuk kota bisa membayar
biaya sesungguhnya ketimbang hanya berasumsi dari konsumsi energi. Kota-kota
dianjurkan untuk bisa bekerja sama dengan PLN dan badan pemerintahan lainnya untuk
memulai pertimbangan efektivitas biaya dari meteran penerangan skala kecil (individu),
yang kemudian dapat diterapkan untuk seluruh sistem penerangan jalan umum demi
kepentingan penghitungan tagihan.
Apabila tidak berhasil untuk beberapa lampu, maka tidak semua harus diganti. Lampu
LED terdiri dari sistem module. Setiap penerangan jalan terdiri dari 6 hingga 10 module,
tergantung kepada tingkat pencahayaan. Apabila satu atau dua module tidak berhasil,
maka kota hanya perlu mengganti module tersebut saja dan tidak perlu keseluruhan
lampu. Hal tersebut akan mengurangi biaya pemeliharaan.
Untuk menjamin proyek bisa berkesinambungan, otoritas terkait juga harus
mempertimbangkan bagaimana cara mengganti penerangan jalan, baik untuk diproses
lebih lanjut atau disimpan. Pada kasus lampu rumah, lampu lama dapat digunakan
sebagai stok dan pemeliharaan. Atau, kota bisa mengusulkan satu paket tender yang
menawarkan pihak swasta untuk membeli lampu lama tersebut. Pembuangan lampuakan sulit karena fasilitas pembuangan sampah eletronik sangat langka dan ongkos
pembuangan juga tinggi. Saat ini, KLH berencana untuk mengintegrasikan produksi dan
pembuangan di bawah satu tanggung jawab. KLH mempersiapkan mekanisme tanggung
jawab produsen yang diperpanjang (EPR extended producers responsibilities) untuk
mengatur sampah namun belum diimplementasikan karena diskusi masih berlanjut.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
21/6715
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Penerangan jalan LED menjadi bagian dari pendekatan hemat energi. Program
hemat energi menguntungkan dari banyak perspektif dan menyediakan solusi
win-win tiga kali lipat, yaitu dengan menyediakan keuntungan positif bagi
konsumen, pemerintah, dan lingkungan. Potensi pengembangan hemat energi
untuk lampu jalan di Asia, secara umum, termasuk Indonesia, belum sepenuhnya digali.
Berdasarkan laporan IEF, 90% dari lampu jalan di seluruh dunia (termasuk negara
maju) bergantung kepada teknologi yang mengkonsumsi 40% lebih banyak energi,
dibandingkan dengan bila menggunakanteknologi lampu high-pressure sodium and
lampu LED (IEF 2011). Tetap mengandalkan tekonologi yang lama yang tidak efisien
menjadi masalah yang sering dijumpai dalam mencapai kemandirian energi. Untuk
mengatasi masalah tersebut membutuhkan campur tangan pemerintah dalam bentuk
peraturan dan aksi, di sisi lain, juga perlu adanya kerjasama dari semua pemangkukepentingan (McKinsey 2012).
3.1. Kebijakan dan Peraturan Efisiensi Energi
Kebijakan dan insentif yang ada seharusnya bisa mengatasi kesulitan investasi,
(hambatan-hambatan investasi mahal, lambat, dll) dalam menerapkan teknologi
untuk hemat energi. Hambatan tersebut ada pada kelembagaan, keuangan, peraturan
dan teknologi, namun hambatan untuk hemat energi seringkali merupakan hasil dari
kegagalan pasar. Contoh, dalam sektor energi, saat tarif listrik, yang seringkali didistorsi
oleh subsidi dan biaya eksternal (misalnya, emisi GRK), tidak diperhitungkan sehingga
berujung kepada tingginya konsumsi energi, dibandingkan dengan apa yang diperlukan
dan pertimbangan biaya (PWC 2011).
Untuk kasus penerangan jalan di Indonesia, beberapa faktor mempersulit penerapan
hemat energi. Terutama tarif listrik yang rendah yang ditetapkan oleh PLN; hal ini
tentu menghilangkan insentif-insentif hemat energi. Rendahnya tarif listrik menjadi
problem utama karena penerangan jalan LED masih tergolong mahal. Hambatan
lain untuk investasi juga termasuk kurangnya pengetahuan lembaga finansial terkait
pendanaan mitigasi hemat energi. Tidak hanya itu, kapasitas sumber daya manusia dan
teknis masih kurang untuk mengimplementasikan dan memelihara teknologi sepertipenerangan jalan LED. Selain itu, masih kurangnya instalasi pengukuran yang sesuai
untuk mengukur konsumsi energi. (IEF 2011, USAID 2007).
Kebijakan danPemangku Kepentingan
3
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
22/6716
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
Secara teori, instrumen kebijakan bisa menggabungkan instrumen-instrumen lainnya,
mulai dari bujukan moral, kebijakan berbasis pasar hingga peraturan-peraturan. Instrumen
kebijakan tidak sepenuhnya harus diperlakukan secara terpisah namun bisa bekerja
saling berhubungan dan menciptakan sinergi yang positif (Commonwealth of Australia
2011). Pendekatan hemat energi paling efektif dipromosikan dengan menggunakan
perumpamaan carrot and stick (wortel dan tongkat), yang menggabungkan aspek
insentif dan peraturan. Intervensi paling umum dalam sektor energi adalah dalam
bentuk standarisasi dan pelabelan mengingat hal-hal tersebut merupakan intervensi
dengan biaya paling efektif bagi pemerintah karena hampir seluruh dana dapat dicapai
baik melalui para produser yang butuh produksi barang dengan lebih efisien atau para
konsumer yang membeli barang tersebut (USAID 2007).
Kebijakan nasional terkait dengan mitigasi perubahan iklim secara umum dan hemat
energi secara spesifik bisa berfungsi sebagai pendorong untuk aksi-aksi di level daerah.
Dengan kebijakan nasional menyediakan pengaturan lebih luas untuk pendekatan
hemat energi, maka kebijakan daerah perlu mempertimbangkan langkah-langkah
sesuai dengan keadaan lokal dan memberikan gambaran lebih jelas untuk mencapai
pengembangan hemat energi.
Pada level nasional, kebijakan yang menjadi sangat signifikan saat ini adalah Rencana Aksi
Nasional untuk Penurunan emisi GRK (RAN-GRK), yang mengharuskan aksi-aksi mitigasiuntuk sektor terkait, yaitu sektor energi, industri, transportasi, sampah, dan lahan.
Berdasarkan kerangka RAN-GRK tersebut, tiap-tiap propinsi harus mengembangkan
rencana aksi lokal (RAD-GRK) sebagai bagian kontribusi daerah dalam mencapai
penurunan emisi nasional. Pada sisi permintaan energi, paling dominan dibutuhkan di
daerah perkotaan di dua wilayah (Jawa-Bali dan Sumatra). Pendekatan hemat energi
pada kedua wilayah tersebut yang diimplementasikan melalui RAD-GRK bisa berarti
aksi-aksi yang menguntungkan. Beberapa tahun belakangan, kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan untuk mengembangkan aksi mitigasi hemat energi. Lebih penting lagi,
mulai tahun 2005 Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN) mencanangkan
penurunan intensitas energi 1% per tahun pada tahun 2025. Di samping itu, rencana
tersebut mengidentifikasikan potensi penghematan energi melalui penghematan listrik
di kawasan komersial, perumahan dan publik sekitar 15-30%12. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka Kebijakan Energi Nasional menargetkan untuk mencapai elastisitas
energi kurang dari 1% by 202513(IEEJ 2010).
Hambatan finansial dan ekonomi Harga energi, tidak efisiennya subsidi energi,dan ketidakstabilan harga
Struktur dan berfungsinya pasar Insentif finansial Kurangnya dana (baik swasta dan publik) Biaya (contoh, tingginya biaya awal)
Hambatan teknologi Kurangnya infrastruktur
Minimnya standar teknis
Hambatan tingkah laku Norma sosial, budaya, dan tingkah laku, jugaaspirasi
Pembuat keputusan
Hambatan kelembagaan, informasi, Kurangnya kesadaran, informasi,dan organisasi pendidikan, dan pelatihan
Kebijakan yang tidak berpihak kepada hematenergi
Kurangnya landasan hukum dan peraturan Kapasitas kelembagaan yang masih terbatas Minim koordinasi dan masih lamban
Tabel 5:Hambatan Efisiensi
Energi
Sumber: IEF (2011)
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
23/6717
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
3.1.1. Kebijakan - kebijakan daerah dan propinsi
Ruang lingkup aksi di tingkat daerah dan propinsi dibatasi oleh cakupan kewenangan
berdasarkan peraturan-peraturan yang ada. Bila memungkinkan dan layak, maka tujuan
untuk menggantikan penerangan jalan konvesional dengan LED haruslah terintegrasi
dengan rencana aksi penerangan publik milik pemerintah daerah. Pertama-tama, harus
dikembangkan dokumen kerja internal yang memberikan gambaran tentang latarbelakang (misalnya para pemangku kepentingan), tujuan dari penerangan jalan umum,
sasaran, dan bagaimana dapat mencapai tujuan serta periode waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penyusunan dan penerapan rencana aksi
diperlukan untuk dapat menjabarkan proses, sistem dan strategi yang mendukung
manajemen penerangan jalan umum, menjamin komitmen serta dukungan dari para
pemangku kepentingan di dalam dewan, mengembangkan manajemen data sekaligus
membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan lainnya (misalnya, bisnis
distribusi)14. Secara umum, pengembangan rencana aksi pemerintah daerah/lokal sangat
diperlukan karena memungkinkan manajemen yang efektif dan efisien untuk penerangan
jalan umum15. Lebih lanjut, dengan adanya rencana aksi maka kebijakan untuk penerangan
outdoor dapat diimplementasikan, yang berarti menyediakan kerangka strategi lebih luas
untuk penerangan jalan publik. Dengan adanya rencana aksi penerangan jalan umum,
kebijakan kunci dapat segera dikembangkan harus diterapkan oleh otoritas lokal terkait
untuk dapat mewujudkan rencana installasi penerangan jalan umum dengan LED.
Saat ini, Dinas mengikuti standar SNI sebagai basis instalasi. Namun demikian,
penerangan jalan LED masih belum terakomodir dalam standar SNI tersebut. Standar
lampu jalan yang digunakan masih Sodium dan Merkuri karena masih belum dikenalnya
teknologi LED. Meski demikian, pemerintah daerah mempunyai kewenangan otonom dan
melakukan inovasi terkait penurunan energi seperti dimandatkan oleh INPRES (13/2011),
termasuk menggunakan lampu jalan dengan standar cahaya lampu dan peralataninstalasi yang aman. Oleh karena itu, beberapa kota besar di Indonesia sudah mulai
menggunakan Penerangan Jalan LED mengingat kelebihannya dalam efisiensi biaya.
Kementerian-kementerian dapat memfasilitasi diseminasi teknologi lampu jalan LED
dengan mengeluarkan panduan terkait instalasi, patokan harga, dan kinerja minimum.
Sebuah kebijakan kunci menjamin lampu jalan LED memenuhi persyaratan minimum
terutama dari segi kualitas16adalah standar kinerja energi minimum (MEPS). Peraturan-
peraturan inilah yang mewajibkan level minimum efisiensi atau level maksimum
penggunaan energi yang dapat diterima untuk produk-produk yang dijual di negara
atau region tertentu (IEA 2006). Persyaratan kinerja minimum menjadi sangat penting
untuk mencegah penggunaan produk dengan kualitas rendah yang tidak mampumencapai standar yang diinginkan, terutama dalam aspek hemat energi dan tingkat
ketahanan lama. Produk-produk dengan kualitas rendah menjadi perhatian dalam
proyek-proyek sebelumnya (World Bank 2007). Lebih lanjut, MEPS dapat mendorong
industri penerangan untuk memproduksi LED yang berkualitas tinggi (En.lighten 2011).
Sebagai contoh, dalam proyek lampu jalan L.A., kriteria kinerja minimum yang harus
12.Lihat untuk contoh: http://www.ieej.or.jp/aperc/CEEP/Indonesia.pdf.13.Elastisitas Energi didefinisikan sebagai laju perubahan dari total pasokan energi utama terhadap laju
perubahan dari GDP.14.
Contoh rencana aksi bisa dilihat di : http://www.iclei.org/fileadmin/user_upload/documents/ANZ/CCP/CCP-AU/CCP_Project_2009/SPL/SPL_SPLAP_Template_2009.doc.15.Informasi terkait rencana aksi untuk penerangan jalan publik dan cara untuk mengembangkannya bisa
dilihat dari homepage of ICLEI-Oceania.16.Kualitas yang dimaksud mengacu secara spesifik kepada kecemerlangan cahaya lampu. Kecemerlangan
lampu bervariasi.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
24/6718
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
dipenuhi para produsen mencakup, antara lain, penghematan energi antara 30-40%,
memenuhi standar kecahayaan dari Engineering Society of North America Standards
(IESNA) untuk penerangan jalan lokal/perumahan, dan menyediakan jaminan tidak lebih
dari 50.000 jam (ESMAP 2011).
Secara umum, standar dan kebijakan didesain untuk bisa mengikuti perubahan dan
perkembangan pasar. Hal ini dimaksudkan agar kota-kota mendapatkan keuntungan dariturunnya harga sekaligus proses pembelajaran dan pengembangan teknologi. Ini yang
menjadikan program lampu jalan LA menjadi sukses. Perlengkapan dan pembuat LED
dipilih hanya pada tahun pertama dan para pembeli pada tahun 2-5 dipilih pada tahap
berikutnya. Pendekatan tersebut memberikan fleksibilitas dalam pemilihan produk
yang merupakan komponen krusial mengingat cepatnya perkembangan teknologi LED
dan biaya yang dibutuhkan. Lebih lanjut, instansi pemerintah terkait bertanggung jawab
melakukan evaluasi atas pasar LED secara reguler, menyusun draft spesifikasi berdasarkan
teknologi terbaik yang ada, membeli perlengkapan, dan dengan demikian memastikan
agar teknologi tersebut tetap terus berada terdepan dalam inovasi (ESMAP 2011).
Insentif dalam berinventasi proyek hemat energi saat ini dibatasi oleh rendahnya tarif
listrik dan ketidakjelasan terkait siapa melakukan apa dengan biaya energi yang bisa
dihemat melalui penerangan jalan hemat energi. Tarif listrik yang rendah mengurangi
biaya penghematan energi yang ingin dicapai. Semakin lama periode pengembalian
akibat rendahnya capaian penghematan energi maka akan membatasi ketertarikan
terhadap proyek tersebut dan dapat menimbulkan risiko lebih tinggi untuk diperbaiki
terkait dengan kontrak yang terlalu panjang (REEP 2009). Lebih lanjut, dengan sistem
pembayaran tunai yang berlaku saat ini tidak membedakan secara akurat antara tipe
lampu yang berbeda dan tingkat efisiensinya, contohnya harga yang sama diberlakukan
untuk lampu 400 W dengan lampu 1000 W. Selanjutnya, dengan sistem harga yang
berlaku saat ini untuk lampu jalan harus disesuaikan untuk memperhitungkan konsumsienergi selama jam-jam sibuk. Menurut Bank Dunia (2007), kebutuhan energy dari lampu
jalan umum mencapai 14% dari total energi yang dikonsumsi pada jam-jam sibuk. Oleh
karena itu, direkomendasikan untuk meninggalkan tarif rata (flat rate) untuk tiap unit,
dan mengadopsi tariff baru yang lebih mampu menangkap biaya penghematan dengan
baik (Canadian Urban Institute 2011). Ditambah lagi, untuk mencapai penghematan
energi dari lampu jalan LED secara akurat memerlukan upaya dari PLN dan DGEEU
mengingat sistem tarif dasar per tiang disebabkan karena tidak adanya meteran
sebagian besar lampu-lampu penerangan jalan (Canadian Urban Institute 2011).
Peraturan juga perlu disusun untuk menjelaskan siapa yang akan mendapatkan keuntungan
dari penghematan energi tersebut dan apakah tujuan daripenghematan energi.
Idealnya, otoritas terkait di daerah juga mampu melakukan investasi ulang dalam
proyek-proyek retrofit di masa mendatang. Hal tersebut memungkinkan kota-kota
tersebut untuk membatasi investasi mereka sendiri dan menerapkan proyek yang
lebih berkesinambungan mengingat penghematan energi dapat secara terus-menerus
melakukan investasi tanpa perlu meningkatkan investasi tambahan. Sejauh mana dewan
lokal dapat melakukan perubahan kebijakan, bergantung pada arah kebijakan tarif listrik
yang dinegosiasikan dan ditentukan pada level nasional.
Karena penduduk menjadi target utama dalam penerangan jalan, maka pemerintah
daerah perlu mempertimbangkan persepsi publik apabila ingin membuat perubahan
untuk penerangan jalan. harus mempertimbangkan keamanan, pencegahan kejahatan,
warna, kesehatan, dll. Contohnya, keputusan untuk memperkenalkan LED dan/atau
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
25/6719
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
penerangan adaptif dapat mengubah persepsi tentang bagaimana pencahayaan bekerja
di suatu komunitas (misalnya dengan sistem dimming yang beroperasi saat jam-jam tidak
sibuk) (Canadian Urban Institute 2011). Pendekatan efisiensi energi, dengan demikian,harus mendapatkan dukungan publik dari awal dengan melibatkan penduduk dalam
perencanaan proyek dan mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan dari bentuk
baru penerangan publik tersebut. Kampanye informasi terkait dengan penerangan jalan
hemat energi dapat diintegrasikan sebagai bagian dari bentuk informasi dan program
penyadaran yang lebih luas dari sisi manajemen permintaan dan efisiensi energi bekerja
sama dengan PLN dan DGEEU (World Bank 2007).
3.1.2. Best Practices
Beberapa kota, baik negara maju dan berkembang, sudah memulai untuk mengadopsi
penerangan jalan LED. Penerapan penerangan jalan didukung oleh kebijakan yang
komprehensif. Terkait dengan best practices, proyek percontohan, kerja sama antara
kota dan pendekatan bertahap yang memungkinkan berkembangnya investasi jangka
panjang, dapat diidentifikasikan sebagai faktor kunci kesuksesan.
Komponen strategis dari program penerangan jalan yang hemat energi adalah
implementasi dari proyek percontohan. Mengingat bahwa penerangan LED merupakan
teknologi yang masih berkembang, ada kesenjangan informasi terkait dengan biaya,
kinerja, dll. Proyek percontohan, dengan demikian, menyediakan informasi penting bagi
proyek-proyek lanjutan. Bagi para pemangku kepentingan, hal tersebut menjadi sangatpenting untuk meraih kepercayaan terhadap konsep yang ada karena memungkinkan
untuk melakukan penilaian terhadap teknologi yang ada, memungkinkan kota-kota
untuk bisa belajar terkait dengan pengaplikasian dan penurunan risiko investasi. Suatu
proyek percontohan harus bisa dikembangkan secara optimal dan bisa bekerja sama
dengan penyedia listrik dan suplier perlengkapan (Canadian Urban Institute 2011).
Untuk menangani pendanaan proyek dan risiko program, maka pemerintah kota dapat
mengimplementasikan proyek penerangan jalan umum secara bertahap. Dengan cara
bertahap, manfaat teknologi atau penghematan biaya, dan juga meringankan biaya
tinggi di awal dengan memperluas investasi jangka panjang dan manfaat investasi
proyek-proyek baru penghematan energi (Canadian Urban Institute 2011). Pendekatanserupa sudah dilakukan oleh Semarang pada proyek penerangan jalan sebelumnya, yang
memungkinkan mereka untuk bisa menyimpan dana awal tanpa harus membutuhkan
Sistem Harga Penerangan Jalan
Prosedur pembayaran penerangan jalan umum yang ada adalah sebagai berikut:i) Pajak (1% hingga 10%) ditetapkan oleh PLN bagi rumah tangga pada tagihan
listrik mereka untuk membayar biaya penerangan jalan.ii) PLN mengumpulkan tagihan dari rumah tangga.
iii) PLN membayarkan uang tersebut kepada pemerintah daerah.iv) Pemerintah daerah membayar kepada Dinas Penerangan Jalan Umum
Kenaikan persentase pajak pada tagihan pelanggan memungkinkan terkumpulnyadana untuk perbaikan penerangan jalan. Penghematan tersebut bisa dirasakanoleh pelanggan melalui pengurangan pajak sesuai dengan menurunnyapermintaan listrik dari sistem penerangan jalan (World Bank 2007).
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
26/6720
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
tambahan dana (World Bank 2007). Pendekatan tersebut cocok diterapkan kepada
beberapa kota yang memiliki dana terbatas.
Mengimplementasikan program penerangan jalan hemat energi membutuhkan keahilan
teknis dan kapasitas keuangan yang memadai. Oleh sebab itu, kota-kota harus bisa
menjajaki kerja sama publik-swasta dan kerja sama dengan kota-kota lainnya. Kerja
sama publik-swasta menjadi perhatian bagi kota-kota dengan dana terbatas sehubungandengan investasi dalam penghematan energi berpotensi menyediakan investasi menarik
bagi sektor swasta (McKinsey 2009). Cara lebih lanjut untuk mengoptimalkan hasil
adalah dengan membentuk kelompok kerja regional atau nasional. Keuntungan dari
pembentukan kelompok kerja tersebut, terutama, pada bidang sharing kemampuan,
biaya dan pendanaan (REEP 2009, ICLEI Oceania 2008). Perencanaan dan penyusunan
proyek penerangan jalan hemat energi bisa menjadi kegiatan yang menyerap banyak
waktu dan tenaga. Dengan adanya pertukaran informasi, sumber daya, dan keahlian
diantara kota-kota, terutama kota-kota yang sudah berada pada fase lanjutan, dapat
mempercepat fase perencanaan proyek tersebut. Perlu juga mempertimbangkan
sharing staf tambahan. Tidak jarang skala proyek tidak cukup besar untuk menjaring
minat para suplier. Kota-kota yang bekerjasama dalam proyek lampu jalan tentu
akan perlu teknologi dan instalasi dalam skala besar, yang biasanya berpotensi untuk
menurunkan biaya dan akan membuat semakin banyaknya suplier berpengalaman
yang tertarik berinvestasi. Lebih lanjut, kerjasama tersebut sangat dibutuhkan karena
beberapa pilihan pendanaan tertentu hanya cocok untuk proyek-proyek skala besar dan
bukan skala kecil (REEP 2009). Misalnya, penerangan jalan hemat energi akan lebih
cocok untuk pendanaan melalui kerjasama unilateral atau didukung oleh NAMAs apabila
proyek tersebut dijadikan satu (bundling).
Pendekatan ESCO untuk penerangan jalan
Perusahaan Pelayanan Energi merupakan sebuah model yang sangat direko-mendasikan di sektor energi, namun penggunaannya sangat minim di Indonesiaakibat kurang berpengalaman ESCO. Pada dasarnya, ESCO dapat didefinisikansebagai kesatuan komersial yang memfokuskan diri kepada solusi penghematanenergi yang sudah berkembang berdasarkan teknis, sumber daya, dan pendan-aan. Model ini cocok untuk kota-kota dengan perlengkapan penerangan jalanyang tidak memadai, biaya perawatan yang tinggi, tingkat pelayanan yang ren-dah, dana terbatas untuk peningkatan perlengkapan dan penurunan biaya energi.Biasanya, klien (contohnya, kota) dan ESCO akan menyusun kontrak, di manaESCO menyetujui untuk memberikan pelayanan (misalnya, instalasi penerangan
jalan) dan menerima bagian dari biaya energi yang berhasil dihemat sebagai
gantinya. Pendekatan tersebut sudah banyak dilakukan di beberapa kota di India.Untuk menghindari harus berurusan dengan banyaknya pemangku kepentingan,maka kota-kota di India mengontrak keseluruhan implementasi kepada satu ESCOsaja. ESCO tersebut mempunyai tanggung jawab penuh untuk analisa, desain,instalasi, pendanaan, verifikasi, dan pelatihan yang diperlukan dalam proyektersebut. Sebagai gantinya, ESCO menerima bagian dari penghematan energiberdasarkan kontrak yang disepakati. Hal tersebut memberikan keuntungan berli-pat bagi kota-kota tersebut karena tidak adanya biaya di awal dan memungkinkanmereka untuk lebih berkonsentrasi kepada kegiatan penting lainnya, sementaraESCO bertanggungjawab untuk implementasi proyek tersebut. Lebih lanjut, risikokinerja dapat dikurangi karena ESCO memiliki perlengkapan yang lebih baik untukmenjalankan proyek tersebut. Kesuksesan pendekatan ESCO bergantung kepadakemampuan kota-kota tersebut memiliki perencanaan yang nyata untuk pen-erangan jalan LED dan menjamin risiko bisa ditanggung secara adil. Sehubungandengan kurang berpengalaman ESCO di Indonesia, maka penerapan ESCO mem-butuhkan tindakan aktif dari PLN dan pemerintah daerah.
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
27/6721
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
3.2. Para Pemangku Kepentingan Utama dan Peran Mereka
Terlepas dari kebijakan dan peraturan penghematan energi, setiap kebijakan juga harus
difokuskan pada keuntungan dari kerjasama tersebut, terutama pada sharing keahlian
dan pengetahuan. Kota-kota bisa mendapatkan keuntungan dari bekerja sama untuk
mendapatkan proyek skala besar dan dengan demikian bisa menurunkan biaya (REEP
2009).
Untuk konteks penerangan jalan hemat energi, banyak pemangku kepentingan yang terlibat,
mulai dari pemerintah pusat hingga sub-nasional, penyedia listrik dan penyalur dan dari
perusahaan swasta hingga lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum. Untuk
dapat berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, perlu dibentuk suatu komite
pengawasan. Komite tersebut, mungkin dapat dibentuk dibawah otoritas pemerintah lokal,
akan berkoordinasi secara rutin dengan pemangku kepentingan lainnya yang relevan untuk
mengidentifikasi kesulitan yang ada dan memformulasikan serta memperbaharui kebijakan.
Sebagai tahap pertama, penting untuk melakukan pemetaan atas pemangku kepentingan
yang relevan. Para pemangku kepentingan tersebut bisa individual atau organisasi, yang
relevan atau tertarik dengan proyek tersebut. Pemetaan tersebut harus bisa disusun
oleh setiap manajer proyek tsb dari setiap kota. Pemetaan tersebut juga berguna untuk
mengindentifikasi seberapa pentingnya peran para pemangku kepentingan tersebut
(tidak semua pemangku kepentingan memiliki peran yang sama pentingnya!), seberapa
pentingnya untuk memberikan informasi yang relevan pada mereka dan seberapa
besar kebutuhan untuk bekerja sama dengan mereka. Dengan kata lain, pemetaan
tersebut menyediakan sarana untuk mengelompokkan pemangku kepentingan terkait,
dan dengan demikian dapat mempertimbangkan pemangku-pemangku kepentingan
tersebut sebagai satu kelompok ketimbang individu. Para pemangku kepentingan bisa
didata pada matriks berikut (Lihat Gambar 4).
KeepSatisfied
KeepInformed
Interest
Influence
ManageClosely
KeepInformed
+Two Way
Communication
Gambar 5:Pemetaan atasPemangkuKepentingan
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
28/6722
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
Berbagai pemangku kepentingan diketahui tertarik pada isu penerangan jalan. Meski
demikian, kemampuan mempengaruhi keputusan mengenai tipe penerangan yang
dibuat, tingkat pencahayaan, dan masalah perawatan serta penggantian lampu,
tentu akan berbeda antara para pemangku kepentingan (Commonwealth of Australia
2005). Dengan banyaknya kelompok dan individu yang akan terpengaruh dampak
dari penerangan jalan, baik kuantitas maupun kualitas, mereka dapat dikelompokkan
menjadi tiga pemangku kepentingan. Pihak berkepentingan tersebut terdiri dari PLN,perusahaan negara penyedia listrik, otoritas local terkait, dan kontraktor lokal.
Pasar dari perusahaan listrik milik negara mendominasi pasar listrik. PLN bisa
memasang instalasi hingga 84% dari total kapasitas yang sudah dipasang. Meskipun,
UU Energi No. 30/2009 secara teoritis mengakhiri posisi monopoli PLN di pasar listrik
Indonesia sekaligus memperbolehkan IPPs untuk menghasilkan dan membeli listrik
bagi para pelanggan, namun PLN masih tetap menjadi pemain dominan untuk beberapa
tahun ke depan.
PLN telah dilibatkan pada proyek-proyek penerangan jalan sebelumnya sebagai
bagian dari sisi manajemen permintaan (Demand Side Management /DSM). PLN tidak
mempunyai otoritas untuk pengoperasian dan pemeliharaan kecuali LG mempunyai
perjanjian tertulis. Sejauh ini, keterlibatan PLN hanya mencakup hal yang mendasar
dan kebanyakan melakukan instalasi dari meteran yang baru. Keterlibatan PLN yang
kuat dilihat saat menentukan kesuksesan program penerangan jalan (World Bank
2007). Contohnya, program penggantian CFL tahun 2006/07 yang dinilai sukses
karena adanya keterlibatan dari PLN (REEP 2009). Sementara keterlibatan PLN lebih
banyak berfokus pada sisi penyediaan (supply), mereka sudah menyatakan ketertarikan
untuk lebih terlibat pada sisi permintaan. Secara spesifik, mereka berencana untuk
lebih terlibat pada perencanaan energi perkotaan untuk mengindentifikasi kehilangan
tenaga (power loss) dalam skala besar (contoh, lampu penerangan jalan ilegal denganinstansi pemerintah daerah) dan mendukung pendekatan hemat energi. Untuk PLN,
program penerangan jalan yang efektif dan hemat energi akan memberikan keuntungan
signifikan, dalam bentuk berkurangnya penjualan yang tidak memberikan profit, serta
meringankan beban pada beberapa jaringan listrik (World Bank 2007, REEP 2009).
Sistem pembayaran penerangan jalan saat ini dinilai merugikan karena memberikan
kesempatan terjadinya pencurian listrik. Hal tersebut berujung pada situasi di mana
PLN dengan sengaja menurunkan penyaluran listrik dengan mematikan listrik pada
malam hari dan menyalakan tombol off lebih awal untuk mengurangi jumlah listrik
yang bisa dicuri oleh jaringan-jaringan tidak resmi (REEP 2009). Pendekatan efektif
untuk mengatasi pencurian listrik adalah dengan memasang sistem kontrol digital.
Penerangan jalan hemat energi juga bisa mengatasi persoalan ketidakseimbanganpenyediaan/permintaan yang berujung kepada pemutusan listrik secara regular dan
tampaknya akan semakin memburuk di masa depan sehubungan dengan permintaan
yang akan semakin meningkat sementara kapasitas suplai semakin terbatas. Dengan
perkiraan penghematan energi sebesar 80-160 MW dari sektor penerangan jalan dan
hampir tumpang tindih dengan waktu beban puncak PLN, penggantian penerangan
jalan konvensional oleh LED menjadi pilihan yang menarik bagi PLN (World Bank 2007).
Pemangku kepentingan yang relevan kedua adalah pemerintah daerah. Sebagai bagian
dari pelayanan publik, pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk keseluruhan
pengoperasian dan pemeliharaan penerangan jalan umum. Dalam keputusan terkait
dengan penerangan jalan, pemerintah daerah harus bisa menjamin kualitas dan kuantitas
dari penerangan jalan umum yang sesuai dengan kebutuhan para pembayar pajak meliputi
para pejalan kaki dan keselamatan kendaraan, kenyamanan, dan pelayanan lainnya yang
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
29/6723
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
berkaitan dengan penerangan publik (REEP 2009). Dikarenakan penerangan jalan umum
berpengaruh secara signifikan terhadap budget pemerintah kota, pada umumnya banyak
kota yang tertarik dengan keunggulan ekonomis dari penerangan jalan hemat energi. Tidak
seperti negara lain, pemerintah daerah di Indonesia memiliki kontrol utama dan tanggung
jawab terhadap instalasi dan operasi penerangan jalan. Tanggung jawab pada pengadaan
Penerangan Jalan akan tergantung kepada tipe jalan : Untuk Jalan Nasional (dana dari
Kementerian Perhubungan); untuk Propinsi (dana Propinsi), dan untuk jalan kota (danakota). Meski demikian, setelah pemasangan seluruh perlengkapan, pengoperasian dan
pemeliharaan Penerangan Jalan harus dialihkan kepada otoritas kota yang bertanggung
jawab untuk kegiatan tersebut. Lebih lanjut, tanggung jawab tersebut akan didelegasikan
kepada Dinas terkait (tergantung kepada rencana jangka menengah pemerintah daerah).
Dalam pemerintah daerah, unit spesifik, DSM PJU, ditugaskan untuk melakukan koordinasi
terkait penerangan jalan. Unit tersebut biasanya terintegrasi pada salah satu lembaga
pemerintah daerah : Dinas Pekerjaan Umum (DPU); Badan Lingkungan Hidup (BLH) atau
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Kurangnya kapasitas administrasi dan teknis
untuk mempertahankan LED dan penerangan jalan hemat energi dan berhubungan
dengan pemangku kepentingan lainnya (REEP 2009) menjadi salah satu penghalang bagi
manajemen penerangan jalan yang efisien. Sharing pengetahuan dan keahlian antara
pemerintah daerah bisa diperkuat dengan membentuk kelompok kerja regional yang
terdiri dari beberapa dewan tingkat propinsi sama seperti yang dilakukan di Australia
(ICLEI 2008).
Keterlibatan kontraktor lokal bervariasi untuk kota yang berbeda. Tanggung jawab utama
mereka adalah perlengkapan LED, penggantian penerangan jalan dan instalasi penerangan
jalan baru. Untuk beberapa kota, mereka juga memperhatikan perawatan secara regular.
Pemangku kepentingan lainnya yang juga relevan, antara lain, lembaga pemerintahan
tingkat nasional (kementerian, dinas penghematan energi, dll), pemerintah daerah, pusat,regulator listrik daerah, penyedia perlengkapan, dan lembaga swadaya masyarakat.
Secara teori, ada banyak variasi suplier yang potensial. Secara umum, produk-produk
penerangan jalan harus mematuhi standard dari Standard Nasional Indonesia (SNI)
dan ketentuan kebijakan dan prosedur. Meski demikian, tergantung dari skala proyek
tersebut, bisa terdapat beberapa kesulitan dalam menarik suplier yang potensial dengan
harga yang masuk akal. Idealnya, para suplier dapat dipilih dengan proses tender
yang kompetitif. Pemangku kepentingan industrial yang penting termasuk asosiasi
penerangan jalan (ALIKI, APERLINDO) dan asosiasi kontraktor listrik (AKLI).
Untuk peran pemerintah, Direktorat Jendral Kelistrikan dan Penggunaan Energi(DGEEU) di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bertindak
sebagai focal point untuk konservasi energi dan energi efisiensi. Lembaga tersebut
memformulasikan tujuan energi efisiensi, menetapkan norma, standard, proses dan
kriteria terkait dengan konservasi energi. DGEEU bekerja sama dengan PLN bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan aktifitas DSM di Indonesia (IEEJ 2011). Secara total,
DSM memliki empat sub-program, termasuk DSM PJU, yang mengkoordinasikan sisi
manajemen permintaan energi pada penerangan jalan umum. Pada proyek penerangan
jalan sebelumnya, peran DGEEU dibatasi. Meski demikian, sama halnya dengan PLN,
keterlibatan yang lebih kuat dan strategi yang lebih agresif kepada implementasi
penerangan publik hemat energi dilihat sebagai hal yang krusial (World Bank 2007).
Aktor publik lainnya yang relevan termasuk Kementerian Pekerjaan Umum yang
menyediakan standard Penerangan Jalan dan panduan untuk ketentuan dan instalasi,
dan kementerian perhubungan menyediakan panduan untuk kondisi umum dari jalan-
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
30/6724
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
jalan yang ada di perkotaan. Untuk beberapa kasus, Kementerian Perumahan juga
terlibat dalam perencanaan DSM PJU untuk jalan arteri sekunder di area perumahan
dan jalan-jalan kecil. Sektor listrik juga tergantung kepada keputusan administrasi dari
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Keuangan (Kemenkeu),
dan Badan Perencanaan Pembangungan Nasional (BAPPENAS). Dengan demikian harus
ada penilaian lebih menyeluruh terkait kementerian mana yang relevan dan cara untuk
mengintegrasikan mereka (Lihat : Tabel 3).
Lembaga keuangan dapat memiliki peran yang penting dalam menyediakan produk-
produk finansial untuk pendekatan energi efisiensi. Meski demikian, karena rendahnya
tarif listrik, proyek energi efisiensi belum sepenuhnya dipertimbangkan karena mereka
masih belum dianggap menarik untuk memberikan keuntungan investasi. Satu-satunya
pengecualian adalah Asian Development Bank (ADB) yang sudah terlibat pada program
CFL sebelumnya dengan mengembangkan pinjaman baru untuk efisiensi dari sisi
permintaan yang mencakup pendanaan untuk mendistribusikan jutaan CFLs untuk
pelanggan PLN yang sangat miskin (US AID 2007). Pengguna penerangan jalan tidak
dapat mempengaruhi (atau terbatas pengaruhnya) dalam proses pemilihan lampu
penerangan jalan; mereka hanya bisa/seharusnya bisa meminta lampu penerangan jalan
lebih banyak atau yang berbeda atau mengajukan komplain. Meski demikian, otoritas
kota harus menjamin bahwa penerangan jalan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
dan memberikan informasi apabila ada perubahan dari penerangan jalan.
Pemangku Kepentingan Lingkup Kerja
Lembaga Pemerintahan
Kementerian Energi dan Sumber Tugas dan tanggung jawabDaya Mineral (ESDM) Bertindak sebagai focal point dari konservasi energi nasionalDirektorat aktif dalam efisiensi energi dan program penghematan energi.Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakandan Pemanfaatan Energi (DGEEU) konservasi energi (contohnya, Peraturan Pemerintah No.Direktorat Jendral Energi Terbarukan 70/2009)dan Konservasi Energi (EBTKE) Menetapkan norma, standard, proses, dan kriteria terkait
dengan konservasi energi Menyediakan pelatihan teknis dan mengevaluasi program
konservasi energi Menjalankan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang akan dilakukan oleh
PLN (disetujui oleh parlemen, misalnya Peraturan Menteri No7/2010)
Bersama Kementerian Dalam Negeri mengedarkan SKB (SuratKeputusan Bersama) kepada PLN untuk mengoleksi danmenerima pajak penerangan jalan (untuk diberikan kepadapemerintah lokal dalam mempromosikan program efisiensi/konservasi (contohnya, DSM)
Pendidikan dan Pusat Pelatihan untuk Kelistrikan dan Energi
Terbarukan yang akan menggelar pelatihan terkait denganenergi efisiensi dan konservasi energi
Kementerian Keuangan (DEPKEU) Tugas dan tanggung jawab Menetapkan pajak lokal dan UU retribusi no 28/2009 untuk
diimplementaskan oleh pemerintah lokal (misalnya, pajakpenerangan jalan)
Badan Perencanaan Pembangunan Mengkonsolidasikan perencanaan nasional, termasuk energiNasional (BAPPENAS) Menentukan dukungan pemerintah Indonesia Menunjuk partner pemerintah
Dewan Koordinasi Energi Nasional Dewan koordinasi antar-kementerian energi nasional(BAKOREN) Mengkoordinasikan program energi nasional
Tabel 5:Peta awal dari
pemangku kepentingan
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
31/6725
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Badan Pengkajian dan Penerapan Mendukung upaya pengkajian teknologi untuk pemerintahTeknologi (BPPT) Indonesia
Membantu perencanaan nasional dalam pengaplikasian teknologi danaudit energi
Mengembangkan dan mengimplementasikan proyek percontohan danpre-komersial
Mengatur laboratorium penelitian energi bersih dan fasilitas uji coba Mempromosikan kesadaran energi
Badan Standard Nasional (BSN) Menetapkan standard untuk aplikasi seperti CFLs, lemaripendingin,pendingin ruangan, dan motor kecil
Menetapkan standards minimum kinerja energi (MEPS) untuk alat-alat yang terpilih berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI)
Menetapkan standard uji coba untuk kinerja energi bagi alatalatlistrik
Menteri Koordinasi bidang Ekonomi Mengkoordinasikan dan mensinkronkan persiapan dan formulasi(MenkoPerekonomian) kebijakan ekonomi
Mengkoordinasikan kementerian negara dan kepala non departemenuntuk meningkatkan integrasi kebijakan, rencana, dan program dariseluruh departemen
Mengkoordinasikan penggunaan biofuel dan melaporkan kepadapresiden
Clearing House of Energy Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan energi efisiensiConservation dan kegiatan konservasi
Badan Usaha Milik Negara
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Intervensi di tingkat Nasional Mengusulkan (dengan ESDM) tarif dasar lisrik, skema pajakDivisi penerangan jalan untuk disetujui oleh parlemen (DPR)Divisi Pelayanan Sertifikasi Memberikan sertifikasi kepada produk-produk listrik yang akanDivisi Distribusi Regional digunakan konsumen (misalnya, KWh meter)Kantor Pelayanan dan Area Jaringan Mengkalibrasi sistem meter kelistrikan
Mempromosikan program penerangan energi efisiensiIntervensi di tingkat Lokal
Mengimplementasikan undang-undang dan peraturan pemerintahterkait pelayann penyediaan listrik dan skema tarif bagi pelanggan disetiap region
Mempertahankan pelayanan jaringan distribusi Menginspeksi adanya koneksi ilegal (misalnya, penerangan jalan ilegal
dengan pemerintahan tingkat lokal) Melakukan survei kalibrasi meter
Mengumpulkan dan menerima tagihan listrik (termasuk pajakpenerangan jalan)
Melakukan transfer pajak penerangan jalan yang sudah terkumpulkepada dinas keuangan pemerintah lokal
Koneba Perusahaan pelayanan energi (ESCO) Menyediakan pelayanan konsultasi terkait dengan manajemen energi
dan teknik, termasuk audit energi Divisi energi terbarukan
Pemerintah LokalPemerintah dan otoritas lokal Intervensi pada tingkat lokal(kabupaten/kota) Menjalankan peraturan daerah terkait dengan tarif pajak penerangan jalan (disetujui oleh dewan kota)Departemen Merencanakan dan mengimplementasikan program peneranganDinas/Departemen bertanggungjawab jalanuntuk manajemen penerangan jalan Intervensi pada tingkat nasionalumum (PJU) Menjalankan peraturan daerah terkait dengan pajak peneranganDinas/departemen bertanggungjawab jalan (disetujui oleh dewan kota)menerima pajak penerangan jalan Merancang, menganggarkan, mengimplementasikan, dan mengawasi(Dispenda) program penerangan jalan daerah
Memasang dan merawat seluruh penerangan jalan serta fasilitaspendukungnya
Pengadaan produk-produk penerangan jalan dan fasilitaspendukungnya
Menerima dan melayani permintaan dan komplain pelanggan terkaitpenerangan jalan
Mengeluarkan ijin pelayanan penerangan jalan Melakukan inspeksi jaringan penerangan jalan yang ilegal (bekerja
sama dengan PLN di area tersebut)
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
32/6726
Penggantian PeneranganJalan Konvensional
dengan LED
Non-Pemerintahan
Produsen dan Distributor Intervensi pada tingkat lokalPenerangan/Penerangan Jalan Memproduksi dan mendistribusikan produk-produk penerangan/(misalnya, Phillips, Osram, dll) penerangan jalan yang sudah memenuhi standard dari
Standard Nasional Indonesia (SNI) and procurement policy andprocedures
Intervensi pada tingkat nasional Mendistribusikan produk-produk penerangan/penerangan jalan
kepada konsumen
Asosiasi Produsen Penerangan/ Intervensi pada tingkat lokalPenerangan Jalan (AILKI, Mempromosikan program penerangan hemat energi/APERLINDO) penerangan jalan
Intervensi pada tingkat nasional Mematuhi seluruh prosedur dan sistem pengadaan Memfasilitasi peningkatan kapasitas di daerah
Asosiasi kontraktor Kelistrikan (AKLI) Intervensi pada tingkat lokal Bekerja sama dan bermediasi dengan kementerian nasional
yang terkait (ESDM, Industri, etc) sehubungan denganperkembangan penerangan nasional/penerangan jalan diIndonesia ( program produk nasional)
Intervensi pada tingkat nasional
Menangani dan merespons permintaan dan komplain pelanggan Menginisiasi skema keuangan yang memungkinkan kepada LGatau melalui organisasi perantara (misalnya, ESCO)
Institusi keuangan (contoh, bank Intervensi tingkat lokal dan nasionalnasional dan regional) Memperkenalkan pendanaan hijau (green financing) untuk
program penghematan energi
NGO nasional dan lokal (terkait Intervensi pada tingkat lokaldengan energi) Mempromosikan program kesadaran penghematan energi
Intervensi pada tingkat nasional Mempromosikan program kesadaran penghematan energi
Berpartisipasi dalam memerangi jaringan ilegal peneranganjalan
Yayasan Lembanga Konsumen Intervensi pada tingkat lokal
Indonesia (YLKI) Melakukan mediasi dengan kementerian nasional/pemangkukepentingan lainnya (ESDM,PLN, swasta) terkait dengan tarifdasar listrik, pajak penerangan jalan, pengadaan hijau, anti-monopoli,pelayanan, etc.
Intervensi pada tingkat nasional Melakukan mediasi dengan pemerintah lokal terkait pelayanan
dan kinerja penerangan jalan, skema tarif penerangan jalandaerah, etc
Universitas Lokal (misalnya, Intervensi pada tingkat nasionaldepartemen kelistrikan) Melakukan penelitian terhadap produk-produk penghematan
energi dan penggunaannya di daerah Mempromosikan kesadaran penghematan energi dan program
peningkatan kapasitas Mendukung pengembangan penerangan jalan di daerah
(misalnya, survei, desain/perencanaan/pengawasan, sistemmeter, etc)
-
5/25/2018 Giz Osram Rad Grk Led Street Lighting Sb Ind
33/6727
Penggantian PeneranganJalan Konvensionaldengan LED
Table 7:Aset penerangan jalanmilik kota.
Grid emission factors(as of 31 March 2011)
OM: Operating MarginBM: Build MarginCM: Combined Margin
Untuk langkah pertama menjalankan proyek penerangan listrik hemat energi
harus melihat persediaan yang ada. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran infrastruktur dari penerangan jalan yang ada da