Gerakan Sosial Keagamaan FPI (Front Pembela Islam) …
Transcript of Gerakan Sosial Keagamaan FPI (Front Pembela Islam) …
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
88 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
Gerakan Sosial Keagamaan FPI (Front Pembela Islam)
Muslim
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah Bogor
Abstract
Emerging of Front Pembela Islam (FPI) is very interesting for public in Indonesia, even controversial. Besides its activities that are often exposed in mass media, sometimes there is issue that the organization is radical. Although meaning of “radical” is still debatebale, but piercing of the FPI’s great leader when expressing opinions and criticals make oppositions feel enough challenged. This research discusses history of FPI, lineage, and leadership style of its great leader. This research uses phenomenology method illustrates FPI movement that is viewed “radical”. FPI movement is very systematical, active, shrill and controversial, till growing refusal from some Indonesian Muslim group, even there are people who propose so that government disperse it. Involvement of FPI in politics world is very clear when movement 212 occurred in December 2, 2016. Packaging of together prayers that was accessoried by “‘flag’ solidarity of Muslim for the country” made many people impressed and called to attend, though some people must be on foot. They believed that it is a “jihad” (holy war). Influence of Habieb Rizieq is very strong, even there are people state that he can combine some theories, i.e. greath man theory, contingency leadership theory, situational leadership theory, partisipative theory and relationship/transformation leadership theory. Today, FPI is known as a religious movement that is like participcate to support Indonesian politics world actively.
Keywords: radical organization, FPI controversy, Habieb Rizieq
Abstrak
Kemunculan Front Pembela Islam (FPI) sangat menarik perhatian publik di Indonesia, bahkan kontroversial. Selain aktitvitasnya yang cukup sering terekspos media massa, tidak jarang muncul isu bahwa organisasi tersebut disebut radikal. Walaupun makna “radikal” masih dalam perdebatan, tapi kelantangan imam besar FPI ketika mengemukakan pendapat dan kritik cukup membuat lawan bicaranya terasa “tertantang. Penelitian ini mengungkapkan sejarah FPI, nasab dan gaya kepemimpinan imam besarnya. Penelitian dengan metode fenomenologi ini menggambarkan pergerakan FPI yang dianggap “radikal”. Gerakan FPI sangat sistematis, aktif, lantang dan kontroversial, sehingga memicu penolakan di sebagian kalangan umat Islam Indonesia bahkan ada yang mengusulkan agar pemerintah membubarkannya.
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
89 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
Keterlibatan FPI dalam kancah politik sangat terlihat jelas pada saat terjadi gerakan 212 yang terjadi pada tanggal 2 Desember 2016. Balutan doa bersama yang dipenuhi “’bendera’ solidaritas umat Islam untuk negeri” sangat membuat banyak orang terpesona dan terpanggil untuk menghadirinya walaupun ada yang dengan berjalan kaki. Mereka yakin ini adalah jihad. Pengaruh Habieb Rizieq tampak sangat kuat, bahkan ada yang menyatakan bahwa beliau mampu menggabungkan beberapa teori, yakni greath man theory, teori kepemimpinan kontingensi, teori kepemimpinan situasional, teori kepemimpinan partisipatif dan teori kepemimpinan relationship/transformasi. Saat ini, FPI dikenal sebagai gerakan agama yang suka berpartisipasi mendukung dunia politik secara aktif.
Kata kunci: organisasi radikal, kontroversi FPI, Habieb Rizieq
A. Sejarah FPI
Keberadan Front Pembela Islam pada tahun 2018 ini telah memasuki
dekade ke dua di Indonesia. FPI dideklarasikan secara terbuka di Pondok
Pesantren Al-Umm, Tangerang, pada 25 Robi’uts Tsani 1419 Hijriyyah atau
tanggal 17 Agustus 1998. FPI didirikan oleh sejumlah ulama, haba’ib, serta
aktivis muslim yang dipelopori seorang tokoh keturunan Hadrami bernama
Rizieq Husein Shihab. Meskipun secara formal baru terbentuk pada 17
Agustus 1998, tetapi FPI sebelumnya telah merintis kemunculannya di publik
lewat pengajian, tabligh akbar, audiensi dengan unsur-unsur pemerintahan,
serta silaturahmi dengan tokoh-tokoh agama terkemuka. Habib Rizieq adalah
tokoh yang berhasil mengumpulkan 20 sesepuh pendiri FPI, di antaranya KH
Fathoni, KH Misbahul Anam, KH Cecep Bustomi, dan Habib Idrus
Jamalullail. Tokoh-tokoh ini dikenal sebagai mubalig yang keras sejak jaman
Orde Baru. Berdirinya FPI di awal mula jatuhnya rezim Oede Baru tak dapat
dilepaskan dari pembentukan organ paramiliter Pengamanan (Pam) Swakarsa.
Tujuan awal pembentukan FPI didasari oleh tiga poin berikut1: (1)
adanya penderitaan panjang yang dialami umat Islam Indonesia akibat adanya
1 Risalah Historis dan Garis Perjuangan FPI
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
90 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa, (2) adanya kewajiban
bagi setiap muslim untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat
Islam serta umat Islam, serta (3) adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk
dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Institut Studi Arus Informasi
(ISAI)2 mengungkapkan bahwa pembentukan FPI tak dapat dilepaskan dari
tiga peristiwa: Kerusuhan Ketapang, Sidang Istimewa MPR, dan pembentukan
organ paramiliter Pengamanan (Pam) Swakarsa. Ketiga peristiwa ini
merupakan lanjutan gelombang demonstrasi Reformasi 1998 yang bergulir
sejak Mei 1998. Studi ISAI menyebut Kerusuhan Ketapang pada November
1998 merupakan debut FPI di Indonesia. Bentrokan di Ketapang diawali
intimidasi puluhan preman asal Ambon yang diduga membekingi perjudian di
sekitar wilayah Ketapang, Jakarta Pusat. Warga Ketapang yang berang dengan
perilaku arogan tersebut langsung memburu para preman tersebut bahkan
membunuh beberapa orang. Rizieq Shihab sendiri sempat hadir saat kerusuhan
berlangsung untuk menenangkan massa. Beberapa saat sebelumnya, ia sempat
berceramah di salah satu masjid di dekat lokasi, namun acara itu berlangsung
aman. Dalam kerusuhan itu, sejumlah anggota FPI turut berada di tengah-
tengah massa.
ISAI mencatat FPI juga turut aktif terlibat dalam penggalangan Pam
Swakarsa menjelang Sidang Istimewa 10-13 November 1998 yang melantik B.J
Habibie sebagai presiden; mengamankan Sidang Umum MPR pada Oktober
1999; serta membantu aparat membendung demonstrasi mahasiswa yang
menolak RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya. Saat itu, FPI masih bernaung
dalam Pam Swakarsa, sebuah organ paramiliter yang dibentuk militer untuk
membendung aksi demonstrasi mahasiswa.
Momentum yang menjadi ajang unjuk kekuatan pertama FPI terjadi pada
pertengahan Desember 1999. Saat itu, ribuan anggota FPI datang
menggeruduk Balai Kota DKI Jakarta untuk menemui Gubernur Sutiyoso.
2 Premanisme Politik (2000)
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
91 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
Tuntutan mereka tegas: Sutiyoso harus menutup semua tempat "maksiat"
seperti kelab malam, panti pijat, bar, dan diskotek, selama bulan puasa.
Peristiwa penggrudukan FPI sukses membuat Sutiyoso meninjau ulang
kebijakan jam operasi tempat-tempat “maksiat” tersebut. Dalam aksi ini,
kelompok pimpinan Rizieq telah resmi memanggul nama FPI, lengkap dengan
atribut jubah putih, menggunakan ikat kepala atau sorban putih, berselempang
kain hijau, dan beberapa di antaranya membawa pentungan atau kayu. Sebuah
citra yang hingga saat ini melekat kuat dalam benak masyarakat.
FPI kerapkali dituding sebagai kelompok yang mendapatkan
perlindungan politik dari beberapa tokoh terkemuka atau bahkan dari aparat
keamanan. Kecurigaan ini seringkali muncul karena FPI seakan-akan kebal dari
hukum atas aksi-aksi main hakim sendiri yang pernah mereka lakukan. Taufik
Adnan Amal dan Samsu Rizal Panggabean3 mencatat FPI dinilai dekat dengan
orang-orang di sekitar Soeharto, khususnya Prabowo Subianto yang
merupakan menantunya sekaligus seorang perwira tinggi militer pada tahun
1998. Setelah Prabowo diberhentikan dari TNI terkait penculikan aktivis, FPI
mengalihkan dukungannya kepada Jenderal Wiranto. Dukungan FPI terhadap
Wiranto terlihat dalam aksi ratusan milisi FPI ketika menyatroni kantor
Komnas HAM untuk memprotes pemeriksaan terhadap Jenderal Wiranto
dalam kasus Mei 1998. Sementara kedekatan dengan ABRI/TNI terlihat dalam
aksi demonstrasi tandingan yang dilakukan FPI melawan mahasiswa penentang
RUU Keadaan Darurat/RUU PKB yang diajukan Mabes TNI kepada DPR
pada tanggal 24 Oktober 1999.
Beberapa tokoh yang diduga turut memberikan dukungannya terhadap
FPI adalah Kapolda Metro Jaya tahun 1998-1999 Mayjen (Pol) Nugroho
Djayoesman dan Pangdam Jaya (selanjutnya diangkat menjadi Pangkostrad)
Mayjen TNI Djaja Suparman. Riset ISAI mencatat FPI sempat mendatangi
Polda Metro Jaya untuk meminta aparat Polda tidak ragu memberantas
3 Politik Syari’at Islam: Dari Indonesia ke Nigeria (2004)
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
92 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
narkoba. FPI juga kerap mengadakan pertemuan informal dengan para
petinggi militer, seperti yang pernah dilakukan dengan Mayjen Djaja Suparman
di Hotel Milenium Jakarta, menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1999.
Para petinggi militer dan kepolisian, khususnya di tingkat Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, beberapa kali menghadiri apel siaga yang dilakukan FPI
maupun ormas-ormas lain yang menyandang nama “PAM Swakarsa”.
Dukungan-dukungan kepada kubu-kubu tertentu yang memiliki pengaruh
politik merupakan salah satu metode yang digunakan FPI untuk masuk ke
dalam politik praktis. Meskipun FPI atau tokoh-tokohnya tidak terjun
langsung menjadi politikus, namun kedekatan dengan aktor-aktor politik
sangat berguna khususnya untuk melindungi sepak-terjang FPI.
Dukungan FPI kepada aktor-aktor politik terlihat saat FPI masuk ke
dalam unsur-unsur milisi sipil yang dimobilisasi untuk mendukung presiden B.J
Habibie menjelang Sidang Umum MPR pada tanggal 14-21 Oktober 1999.
Dalam peristiwa ini, FPI bergabung dengan ormas-ormas Islam seperti KISDI
(Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam), Gerakan Pemuda Ka’bah
(GPK), Gerakan Pemuda Islam (GPI) dan lain sebagainya untuk mendukung
presiden B.J. Habibie yang dianggap memiliki kesamaan ideologis dengan
mereka. Dukungan FPI terhadap figur politik nasional juga ditunjukkan saat
pemilu 2004. Saat itu FPI kembali mendukung Wiranto sebagai calon presiden
bahkan mengirimkan dai-dai ke daerah-daerah untuk mendiskreditkan Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai pesaing terberat Wiranto. Wiranto kala itu
memang tak berhasil menang melawan Yudhoyono, tapi FPI sendiri terus
berkembang. Mereka mampu menjadi amplifier isu sekaligus mengerahkan
massa. Termasuk peristiwa yang sangat penomena dalam hal pengerahan
massa terbesar dalam sebuah demonstrasi terhadap seburah rezim yang terjadi
pada hari Jum’at tanggal 4 November dan tanggal 2 Desember 2016 atau yang
lebih popular dikenal dengan gerakan 212.
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
93 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
B. Nasab dan Eksistensi Muhammad Rizieq Syihab
Sebutan habib untuk Muhammad Rizieq Syihab adalah sebuah hal yang
lumrah di Indonesia karena ia seorang yang bergelar Sayyid4. Nasab beliau
adalah Muhammad Rizieq Syihab bin Husein bin Muhammad bin Husein bin
Abdullah bin Husein bin Muhammad bin Syeikh bin Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad Syihabuddin Al-Asghar bin Abdurrahman Al-Qadhi
bin Ahmad Syihabuddin Al-Akbar bin Abdurrahman bin Syeikh Ali bin Abu
Bakar As-Sakran bin Abdurrahman As-Segaf bin Muhammad Maulad
Daawilah bin Ali bin Alwi Ibnul Faqih bin Muhammad Al-Faqihil Muqaddam
bin Ali Walidil Faqih bin Muhammad Shahib Murbath bin Ali Khala’ Qasam
bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa
An-Naqib bin Muhammad Djamaluddin bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-
Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein As-Sibth
bin Ali bin Abi Thalib wa Fathimah Az-Zahra binta Rasulullah Muhammad
SAW. Asal muasal keberadaan para Habib dapat dilacak dari pendirinya, yaitu
Ahmad bin Isa (wafat tahun 345 H). Pria yang lebih dikenal dengan nama Al-
Imam Ahmad bin Isa atau al-Imam al-Muhajir ini adalah generasi ke-8 dari
keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Ahmad bin Isa diketahui
melakukan hijrah dari Basra ke Hadhramaut (Yaman) bersama keluarganya
pada tahun 317 H untuk menghindari Dinasti Abbasiyah yang sedang berkuasa
pada saat itu. Sebelum ke Yaman, Ahmad bin Isa diketahui pernah melakukan
hijrah dari Mekah ke Madinah, dia kemudian tinggal di dekat kuburan
buyutnya.
Di Madinah, beredar isu bahwa para keturunan Rasul akan mengambil
alih kekuasaan. Isu tersebut membuat pemerintah yang berkuasa saat itu cemas
sehingga banyak keturunan Nabi yang diburu dan bahkan dibunuh. Karena hal
4 Arti habib menurtut KBBI adalah; kekasih, atau panggilan kepada orang arab yang berarti tuan, atau panggilan kepada orang yang bergelar sayyid. (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/habib)diakses tgl 8 November 2018
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
94 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
itu lah, akhirnya Ahmad bin Isa dan keluarganya memutuskan untuk
berhijrah5. Sementara, versi lain mengatakan bahwa Ahmad bin Isa adalah
seorang yang ‘alim, ‘amil (mengamalkan ilmunya), hidupnya bersih
dan wara’ (pantang bergelimang dalam soal keduniaan). Di Irak beliau hidup
terhormat dan disegani, mempunyai kedudukan terpandang, dan mempunyai
kekayaan cukup banyak. Mereka hijrah ke Hadhramaut bukan karena dimusuhi
atau dikejar-kejar oleh penguasa, melainkan karena lebih mementingkan
keselamatan akidah keluarga dan pengikutnya. Mereka hijrah dari Basrah ke
Hadhramaut mengikuti contoh kakek buyutnya, yaitu Muhammad Rasulullah
SAW yang hijrah dari Mekah ke Madinah6. Ahmad bin Isa wafat di Husaisah,
salah satu desa di Hadhramaut, pada tahun 345 Hijriah. Beliau mempunyai dua
orang putera yaitu Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersama
ayahnya ke Hadramaut dan mendapat tiga orang putera yaitu Alwi (Alawi),
Jadid, dan Ismail. Pada akhir abad ke-6 H keturunan Ismail dan Jadid
dikatakan tidak mempunyai kelanjutan, sehingga mereka punah dalam sejarah,
sedangkan keturunan Alwi tetap berlanjut. Keturunan dari Alwi inilah yang
kemudian dikenal dengan kaum Alawiyin. Maka, secara khusus, istilah “Habib”
mengacu kepada keturunan Alwi bin Ubaidillah (wafat awal abad ke-5 H).
Ahmad bin Isa semasa hidupya dikenal sebagai orang yang berilmu tinggi dan
berbudi tinggi, selain itu, beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW,
sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa beliaulah pewaris agama
Islam serta Ahlul Bait yang sah.
Berdasarkan fakta tersebut, maka dalam perkembangannya, wilayah
Hadhramaut menjadi semacam “sekolah” bagi orang-orang yang ingin
menimba ilmu agama Islam, walaupun sebenarnya di sana tidak ada institusi
5 Arbi Sumandoyo, “Kita Harus Bisa Memilah antara Sayid dan Habib”, dari
laman https://tirto.id/kita-harus-bisa-memilah-antara-sayid-dan-habib-chc8, diakses tgl 8 November 2018 6 Benmashoor, “Asal Usul Para Habaib di Nusantara”, dari laman http://www.sarkub.com/asal-
usul-para-habaib-di-nusantara/, diakses 8 November 2018.
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
95 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
formal. Hubungan antara murid dan guru di sana lebih diikat dalam bentuk
ikatan spiritual. Di kemudian hari sekolah Hadhramaut dikenal memiliki aliran
tersendiri yang disebut al-tariqa al-Alawiyya (Tarikat Alawiyin)7. Muhammad
Rizieq Shihab lahir di Jakarta 24 Agustus 1965. Memulai pendidikan sekolah
dasar negri 1 Petamburan Jakarta (1975) SMP 40, Jakarta SMP Kristen Bethel
Petamburan, Jakarta (1979) SMAN 4, Gambir, Jakarta SMA Islamic Village,
Tangerang (1982) Jurusan Studi Agama Islam (Fikih dan Ushul) King Saud
University (S1), Riyadh, Arab Saudi (1990) Studi Islam, Universitas Antar-
Bangsa (S2), Malaysia. Beliau adalah tokoh yang sangat berpengaruh di
kalangan keturunan Hadrami di Indonesia. Ayahnya, Sayyid Husein, adalah
pendiri Gerakan Pandu Arab Indonesia sekaligus seorang agitator perlawanan
terhadap Belanda yang terkemuka. Ia sendiri awalnya dikenal sebagai
intelektual Islam yang sempat mengenyam pendidikan di LIPIA (Lembaga
Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab). Ia kemudian melanjutkan
pendidikan di jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah, King Saud
University Arab Saudi. Rizieq sempat pulang dan menjadi mubalig di Jakarta
pada 1992. Kemudian, ia mencoba melanjutkan studi di Universitas Antar
Bangsa Malaysia. Akhirnya Rizieq pulang ke Indonesia dan diangkat menjadi
Kepala Madrasah Aliyah Jami’at Khair pada 1994. Posisinya di Jami’at
Khair itu mulai menandai kiprahnya sebagai mubalig yang keras mengkritik
segala perilaku maksiat dan kemungkaran rezim Orde Baru. Reputasi ini
dipertahankan Rizieq Shihab sekaligus membantunya mendirikan FPI.
Saat ini, Habib Rizieq Shihab menyandang gelar sebagai Imam Besar
FPI. Posisi tersebut disandangnya sejak Musyawarah Nasional FPI III pada
2013 lalu. Sementara itu, pimpinan FPI sekarang dijabat K.H. Ahmad Shabri
Lubis, dibantu K.H. Jafar Shidiq selaku Wakil Ketua Umum. Rizieq sendiri
7 https://ganaislamika.com/melacak-asal-usul-habib-di-indonesia-1-siapakah-habib/ diakses tgl 8 November 2018
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
96 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
saat ini lebih banyak berada di Bogor untuk mengurus Pesantren Agrokultural
Markaz Syariah Mega Mendung yang didirikannya beberapa tahun terakhir ini.
C. Kepemimpinan Sang Imam Besar
Muhammad Rizieq Syihab seorang panutan bagi para pengikutnya dari
sisi pribadi, keberanian, kesederhanaan, kecerdasan, dan keilmuan. Semangat
yang tinggi dalam menegakkan kebenaran dan selalu konsisten dengan
dakwahnya serta berani menjadikan dirinya jaminan dan bertanggung jawab
penuh dalam beberapa kegiatan baik sosial maupun dakwah tentang agama
Islam. Ceramah yang beliau sampaikan selalu dengan nada suara yang tinggi
dan semangat yang berapi-api sehingga menimbulkan kekaguman dan
keyakinan bagi pendengarnya. Habib Rizieq memang terkenal dengan fikiran
beliau yang Tawasut/moderat, tidak condong ke kanan seperti sekelompok
komunitas yang gemar menuduh saudaranya dengan tuduhan-tuduhan yang
sangat ekstrim, tidak juga condong ke kiri seperti segelintir pihak yang justru
menunjukkan dukungannya kepada aliran-aliran sesat dan kafir sehingga sangat
membingungkan ummat. Di saat umat gelisah dengan gerakan komunisme
yang kembali marak akhir-akhir ini, ternyata lagi-lagi Habib Rizieq telah
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
97 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
memiliki sikap yang tegas, pandangan yang jauh dan analisa yang sangat tajam.
Di banyak kesempatan dalam ceramahnya, Habib Rizieq mengupas tuntas
ancaman komunisme yang dihadapi bangsa Indonesia.
Dalam teritorial kepemimpinan gelar habib merupakan daya tarik
tersendiri, identik dengan orang yang alim dan sangat dihormati masyarakat.
Karisma seorang habib tersebut membawa citra dan pemikiran positif di
masyarakat. Seiring dengan perkembangan waktu dan dinamika
kehidupan, FPI menjadi menarik dan mendapat banyak simpati masyarakat
Indonesia. Apabila dibandingkan dengan organisasi lain, gelar habib lebih
banyak mewarnai kepengurusan Ormas FPI, walaupun tidak semua
ketua FPI dan anggotanya bergelar habib. Berdasarkan pengalaman sejarah
kehidupan manusia pada saat suatu negara mengalami krisis kepemimpinan,
maka akan lahir seorang pemimpin karismatik. Tokoh semacam itu akan
tampil sebagai orang yang menolak masa lalu yang dianggap salah dan
menawarkan jalan keluar. Dengan kata lain, ia adalah pemimpin yang tepat,
yang tampil pada waktu yang tepat pula.
Apabila menelisik kembali sejarah lahirnya FPI dan hadirnya Habib
Rizieq, yaitu ketika banyak terjadi ketidakadilan pemerintah terhadap rakyat
dan merajalelanya kemaksiatan. Saat itu, banyak ormas-ormas dan partai-partai
yang muncul, salah satunya adalah ormas FPI yang menawarkan jalan keluar
melalui jalur agama dengan mengusung visi dan misi menegakkan amar ma’ruf
nahi munkar dan membantu kaum-kaum yang tertindas. Hadirnya Habib
Rizieq yang memiliki wibawa di mata para anggota FPI khususnya dengan
adanya beberapa kebijakan dalam organisasi dan kehidupan beliau yang
sederhana, yang patut dijadikan teladan. Pengakuan terhadap posisi Habib
Rizieq sebagai pemimpin politik umat Islam saat ini tentu sangat beralasan. Di
Indonesia, tidak banyak tokoh agama yang berani membangun gerakan Nahi
Mungkar sebagaimana yang dilakukan Habib Rizieq dengan Front Pembela
Islamnya. Terlepas bahwa FPI bukanlah gerakan yang tanpa cela, namun yang
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
98 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
jelas Nahi Mungkar adalah tuntutan Islam setelah Amar Makruf. Di Indonesia
banyak yang melakukan Amar Ma’ruf, namun sedikit yang concern pada Nahi
Mungkar. Pekerjaan ini memang penuh resiko karena akan berhadapan dengan
jaringan mafia hitam yang telah mengakar secara sistemik di negeri ini.
Pemimpin karismatik bukanlah orang yang mengandalkan rasionalitas,
melainkan keajaiban.
Dengan kata lain, ada pandangan yang mengatakan bahwa karisma
adalah suatu anugrah yang dibawa secara alamiah oleh pribadi tertentu.
Karisma bisa diciptakan pada diri seseorang, asalkan orang itu memiliki
potensi. Weber juga mengakui adanya karisma yang bersifat "tali
kekeluargaan". Dikaitkan dengan gelar habib yang disandang Muhammad
Rizieq Syihab jelas hal ini membawa karisma dalam pengajaran nilai-nilai Islam
di kalangan awam. Secara perlahan nurani kaum muslimin menyimpan rasa
cinta dan rindu kepada Habib Rizieq. Publik jelas bisa membaca dengan baik
reputasi jaringan yang selalu menyerang beliau dan gerakan Nahi Mungkarnya
yang penuh resiko itu. Faktanya, seruan Habib Rizieq dan para ulama lain
untuk Aksi Bela Islam mendapatkan antusiasme besar dari umat Islam.
Puncaknya adalah seruan aksi bela Islam pada hari Jum’at tanggal 2
Desember 2016 atau yang populer saat ini dengan gerakan 212 yang lalu
disambut gegap gempita jutaan umat Islam Indonesia. Sambutan luas umat
Islam atas seruan untuk bela Islam menandakan Habib Rizieq adalah tokoh
yang memiliki reputasi baik di mata umat Islam Indonesia.
Jika model kepemimpinan yang ada pada habib Rizieq saat ini dianalisa
dan dibedah dengan teori kepemimpinan, maka dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan beliau menggabungkan beberapa teori yang telah dijelaskan
oleh para pakar. Di antaranya adalah; greath man theory, teori kepemimpinan
kontingensi, teori kepemimpinan situasional, teori kepemimpinan partisipatif
dan teori kepemimpinan relationship/transformasi. Greath Man
Theory didefinisikan sebagai pola terpadu dari karakteristik pribadi yang
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
99 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
mencerminkan berbagai perbedaan individual dan efektivitas kepemimpin yang
konsisten di berbagai kelompok dan situasi organisasi. Teori ini menganggap
pemimpin itu dilahirkan (given), bukan karena faktor pendidikan dan pelatihan.
Konsep kepemimpinan dalam teori orang besar adalah atribut tertentu yang
melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin
dari pengikutnya. Teori ini secara garis besar merupakan penjelasan tentang
orang besar atau pahlawan dengan pengaruh individualnya berupa karisma,
intelegensi, kebijaksanaan, atau dalam bidang politik tentang pengaruh
kekuasaannya yang berdampak terhadap sejarah.
Teori Kepemimpinan Kontingensi adalah seorang pemimpin
memfokuskan diri akan adanya variabel tertentu yang berkaitan dengan
lingkungan yang mungkin menentukan gaya kepemimpinan seseorang,
sehingga seorang pemimpin lentur dan fleksibel mengambil semua daya yang
tengah tersedia padanya. Adapun Teori Kepemimpinan Situasional mengatakan
bahwa pemimpin memilih tindakan yang terbaik berdasarkan variabel
situasional yang ada pada saat ia mengambil sebuah keputusan. Teori
Kepemimpinan Partisipatif menunjukan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal
adalah yang mengambil masukan dari orang lain ke account pengambilan
keputusan. Teori ini sudah setua umur demokrasi. Sedangkan Teori
Kepemimpinan Relationship dikenal juga sebagai Teori Kepemimpinan
Transformasi, fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan
pengikutnya. Atas dasar teori-teori kepemimpinan inilah, habib Rizieq
memenage gaya kepemimpinan beliau, baik dalam kancah/skup organisasi
Front Pembela Islam (FPI) maupun dalam kancah yang lebih besar seperti
GNPF-MUI yang saat ini berganti nama menjadi GNPF-Ulama yang terjadi
dalam kurun dua tahun ke belakang ini.
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
100 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
D. Penutup
Front Pembela Islam (FPI) dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 di
Pondok Pesantren Al-Umm, Tangerang yang dipelopori seorang tokoh
keturunan Hadrami bernama Rizieq Husein Shihab. Walaupun secara formal
baru terbentuk pada 17 Agustus 1998, tetapi FPI sebelumnya telah merintis
kemunculannya di publik melalui pengajian, tabligh akbar, audiensi dengan
unsur-unsur pemerintahan, serta silaturahmi dengan tokoh-tokoh agama
terkemuka. Habib Rizieq adalah tokoh yang berhasil mengumpulkan 20
sesepuh pendiri FPI. Tujuan awal pembentukan FPI didasari oleh tiga poin
berikut8: (1) adanya penderitaan panjang yang dialami umat Islam Indonesia
akibat adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa, (2)
adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga dan mempertahankan
harkat dan martabat Islam serta umat Islam, serta (3) adanya kewajiban bagi
setiap muslim untuk dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Yang termasuk peristiwa yang sangat fenomenal dalam hal pengerahan
massa terbesar dalam sebuah demonstrasi terhadap sebuah rezim terjadi pada
hari Jum’at tanggal 4 November dan tanggal 2 Desember 2016 atau yang lebih
popular dikenal dengan gerakan 212. Kepemimpinan beliau menggabungkan
beberapa teori yang telah dijelaskan oleh para pakar antara lain greath man theory,
teori kepemimpinan kontingensi, teori kepemimpinan situasional, teori
kepemimpinan partisipatif dan teori kepemimpinan relationship/transformasi.
Daftar Pustaka
Abiyoso W & Thohari S. 2019. Gerakan Front Pembela Islam (FPI) dalam Aksi Bela Islam Pada Tahun 2016 di Jakarta, Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya 3 (2), hlm. 78-100.
Arianto B. TT. Memahami Front Pembela Islam: Gerakan Aksi Atau Negara Islam, Jurnal Communitarian, Vol. 2 No. 1, hlm. 147-166.
8 Risalah Historis dan Garis Perjuangan FPI
Gerakan Sosial Keagamaan FPI
101 AJIQS Vol. 1 No. 2 Desember 2019
Adnan, Taufik Amal dan Samsu Rizal Panggabean. “Politik Syari’at Islam: Dari Indonesia ke Nigeria”, 2004.
Akhrani LA. 2018. Front Pembela Islam: Menggali Akar Konflik Beragama Ditinjau Dari Fanatisme Agama, Prasangka Agama an Intensi Konflik, Fenomena: Jurnal Psikologi, Volume 1, No. 1, hlm. 40-50.
Anwar S. 2014. Pemikiran dan Gerakan Amr Ma'ruf Nahy Munkar Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia 1989-2012, Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, Volume 4, Nomor 1, hlm. 220-250.
Dokumen Risalah Historis dan Garis Perjuangan FPI.
Dzawafi AA. 2012. Pemahaman Tekstual dan Implikasinya Terhadap Gerakan Dakwah Front Pembela Islam (FPI), Jurnal Adzikra, Vol. 03, No. 1, hlm. 25-49.
Effendy, Bahtiar. “Agama dan Radikalisme Di Indonesia” Jakarta; Nuqtah, 2007.
Faiz F. 2014. FRONT PEMBELA ISLAM: Antara Kekerasan dan Kematangan Beragama, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume 8, Nomor 2, hlm. 347-366.
Fathorrahman & Mujahra. 2017. Menakar Kembali Akar Ideologi Ormas Radikal-Fundamentalis (Studi Kasus Terhadap Front Pembela Islam (FPI)), AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 1, No. 2, hlm. 289-314.
Institut Studi Arus Informasi. “Premanisme Politik”, 2000.
Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Wawasan Kebangsaan Menuju NKRI Bersyariah, Jakarta: Suara Islam Press, 2013.
Shadrak TM. 2017. Pandangan dan Aktivitas Politik Tokoh Front Pembela Islam Dalam Mewujudkan NKRI Bersyariah di Kota Medan, Al-Lubb, Vol. 2, No. 2, hlm. 365-376.
Sukayat T. 2018. Radikalisme Islam atas Nama Dakwah Hisbah Front Pembela Islam, Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, Volume 12 Nomor 1, hlm. 1-26.
Supardi A, Sapriya, Darmawan C. TT. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta, hlm. 82-85.
Syaefudin M. 2014. Reinterpretasi Gerakan Dakwah Front Pembela Islam (FPI), Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 34, No.2, hlm. 259-276.
Wahid AH. 2018. Model Pemahaman Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Al-Qur’an dan Hadis, Refleksi, Volume 17, Nomor 1, hlm. 79-100.