GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

12
27 Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI Geology of The Site of Menapo Ujung Tanjung II, Muaro Jambi District, Jambi Province M. Fadhlan S. Intan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Jakarta 12510 [email protected] Naskah diterima: 20/05/2020; direvisi: 06/06/2020; disetujui: 06/06/2020; publikasi ejurnal: 26/06/2020 Abstract Menapo Unjung Tanjung II holds a cultural heritage, from the Hindu-Buddhist period which has not received the attention of environmental researchers. This is the main problem that covers general geological conditions. Therefore, the purpose of this research is to map surface geology in general as an effort to present geological information, while the aim is to find out the geomorphological, stratigraphic, geological structure, and hydrological aspects. The research method begins with a literature review, survey, and interpretation of field data. Environmental observations provide information about the landscape including the terrain morphology unit. Trellis-patterned, rectangular river, old mature river, and periodic/permanent river. The constituent rocks are alluvial, and the Kasai Formation. Geological structure in the form of anticline and syncline. The hydrology consists of surface water and groundwater. Research in Menapo Ujung Tanjung II has succeeded in finding the structure of bricks, which are thought to function as waterways. This assumption cannot be justified scientifically. Keywords: Geology, Menapo Ujung Tanjung II, brick structure, water channel Abstrak Menapo Unjung Tanjung II menyimpan tinggalan budaya masa Hindu-Budha yang belum mendapat perhatian para peneliti lingkungan. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang mencakup kondisi geologi secara umum. Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk menyajikan informasi geologi, sedangkan tujuannya untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan hidrologi. Metode penelitian diawali dengan kajian pustaka, survei, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alamnya termasuk satuan morfologi dataran. Sungainya berpola trellis, dan rektangular, berstadia sungai dewasa-tua, dan sungai periodik/permanen. Batuan penyusun adalah aluvial, dan Formasi Kasai. Struktur geologi berupa antiklin dan sinklin. Hidrologinya terdiri dari air permukaan dan air tanah. Penelitian di Menapo Ujung Tanjung II berhasil menemukan struktur batu bata, yang diduga berfungsi sebagai saluran air. Dugaan tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kata kunci: Geologi, Menapo Ujung Tanjung II, struktur batu bata, saluran air PENDAHULUAN Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten di wilayah bagian timur Provinsi Jambi. Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Batang Hari, dan secara resmi pemerintahan mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 1999. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu kota kabupaten, dengan Pusat Perkantoran di Bukit Baling Kecamatan Sekernan. Kabupaten Muaro Jambi memiliki letak geografis wilayah yang cukup strategis berada di hinterland Kota Jambi, memberikan

Transcript of GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

Page 1: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

27

Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan

GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II,

KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI

Geology of The Site of Menapo Ujung Tanjung II,

Muaro Jambi District, Jambi Province

M. Fadhlan S. Intan

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Jakarta 12510

[email protected]

Naskah diterima: 20/05/2020; direvisi: 06/06/2020;

disetujui: 06/06/2020; publikasi ejurnal: 26/06/2020

Abstract

Menapo Unjung Tanjung II holds a cultural heritage, from the Hindu-Buddhist period which

has not received the attention of environmental researchers. This is the main problem that

covers general geological conditions. Therefore, the purpose of this research is to map

surface geology in general as an effort to present geological information, while the aim is to

find out the geomorphological, stratigraphic, geological structure, and hydrological aspects.

The research method begins with a literature review, survey, and interpretation of field data.

Environmental observations provide information about the landscape including the terrain

morphology unit. Trellis-patterned, rectangular river, old mature river, and

periodic/permanent river. The constituent rocks are alluvial, and the Kasai Formation.

Geological structure in the form of anticline and syncline. The hydrology consists of surface

water and groundwater. Research in Menapo Ujung Tanjung II has succeeded in finding the

structure of bricks, which are thought to function as waterways. This assumption cannot be

justified scientifically.

Keywords: Geology, Menapo Ujung Tanjung II, brick structure, water channel

Abstrak

Menapo Unjung Tanjung II menyimpan tinggalan budaya masa Hindu-Budha yang belum

mendapat perhatian para peneliti lingkungan. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan

yang mencakup kondisi geologi secara umum. Maksud penelitian ini adalah untuk

melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk

menyajikan informasi geologi, sedangkan tujuannya untuk mengetahui aspek-aspek

geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan hidrologi. Metode penelitian diawali dengan

kajian pustaka, survei, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan

informasi tentang bentang alamnya termasuk satuan morfologi dataran. Sungainya berpola

trellis, dan rektangular, berstadia sungai dewasa-tua, dan sungai periodik/permanen. Batuan

penyusun adalah aluvial, dan Formasi Kasai. Struktur geologi berupa antiklin dan sinklin.

Hidrologinya terdiri dari air permukaan dan air tanah. Penelitian di Menapo Ujung Tanjung

II berhasil menemukan struktur batu bata, yang diduga berfungsi sebagai saluran air. Dugaan

tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Kata kunci: Geologi, Menapo Ujung Tanjung II, struktur batu bata, saluran air

PENDAHULUAN

Muaro Jambi merupakan salah satu

kabupaten di wilayah bagian timur Provinsi

Jambi. Kabupaten Muaro Jambi dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun

1999 sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten

Batang Hari, dan secara resmi pemerintahan

mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober

1999. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti

sebagai ibu kota kabupaten, dengan Pusat

Perkantoran di Bukit Baling Kecamatan

Sekernan. Kabupaten Muaro Jambi memiliki

letak geografis wilayah yang cukup strategis

berada di hinterland Kota Jambi, memberikan

Page 2: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

28

Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38

keuntungan karena memiliki peluang yang

cukup besar sebagai daerah pemasok kebutuhan

Kota Jambi, seperti pemasaran untuk hasil

pertanian, perikanan, industri dan jasa (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi, 2018a).

Gambar 1. Keletakan Kabupaten Muaro Jambi

dalam wilayah Provinsi Jambi

(Sumber: Desaign Map 2013 dengan pengolahan).

Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ±

5.246 km², secara administratif mempunyai

batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah

utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, sebelah selatan berbatasan dengan

Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari,

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Tanjung Jabung Timur (Gambar 1). Secara

Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak

antara 1°15'-2°20' LS dan 103°10'-104°20' BT.

Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah

dataran rendah dengan ketinggian 10-300 dari

permukaan air laut, beriklim tropis dengan curah

hujan merata sepanjang tahun rata-rata 186 mm

per hari dengan Intensitas hujan rata-rata 16 hari

hujan. Temperatur rata-rata 32°C dengan variasi

antara musim hujan dengan kemarau relatif

kecil. Kabupaten Muaro Jambi secara

administratif terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan,

150 desa dan 5 kelurahan (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Muaro Jambi, 2018a).

Kecamatan Maro Sebo merupakan salah

satu dari 11 kecamatan yang ada dalam wilayah

Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Maro Sebo

dengan topografi dataran, memiliki luas wilayah

± 410 Km². Kecamatan Maro Sebo terletak

diantara 103°39’10” - 103°45`40” BT dan

1°40’10” - 1°57’50” LS. Adapun batas

wilayahnya adalah di sebelah utara dengan

Kabupaten Tanjab Timur, di sebelah timur

dengan Kota Jambi, di sebelah selatan dengan

Kecamatan Taman Rajo, dan di sebelah barat

dengan Kecamatan Sekernan (Badan Pusat

Statistik Kabupaten Muaro Jambi, 2018b).

Wilayah Maro Sebo terdapat tinggalan arkeologi

menapo atau gundukan batu bata kuno yang

diperkirakan saluran air.

Menapo Ujung Tanjung di tepi Sungai

Seno merupakan salah satu struktur bangunan air

yang berada di wilayah Kecamatan Maro Sebo

(Purwanti et al., 2019). Menapo Ujung Tanjung

merupakan salah satu menapo dari tiga menapo

yang ada di sebelah barat Candi Kedaton. Ketiga

Menapo tersebut memiliki tafonomi yang sama

dan hanya dibedakan dengan angka, yaitu

Menapo Ujung Tanjung 1, Menapo Ujung

Tanjung 2 dan Menapo Ujung Tanjung 3. Ketiga

menapo tersebut pernah dikaji secara teknis oleh

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCB

Jambi) tahun 2002 untuk mengetahui kandungan

arkeologisnya. Hasil kajian tidak menemukan

struktur bata intact sehingga direkomendasikan

untuk tidak dilakukan pengupasan (Purwanti et

al., 2019).

Penelitian Situs Menapo Ujung Tanjung

Menapo II dilaksanakan oleh sebuah tim dari

Balai Arkeologi Sumatera Selatan yang

dipimpin oleh Retno Purwanti pada tahun 2018.

Menurut Purwanti dkk (2018), sebaran menapo

di Situs Muarajambi dan di sekitar Candi

Kedaton, kemungkinannya memperlihatkan

suatu pola permukiman tertentu, yang sampai

saat ini belum diketahui, khususnya menapo

yang terletak di sebelah barat Candi Kedaton.

Hasil penelitian 2018 memberikan kesimpulan

bahwa kosmologi percandian Muaro Jambi

secara regional berbentuk ladam kuda yang

dibatasi oleh Aliran Sungai Batanghari, Sungai

Brembang, dan Sungai Seno (Sungai Terusan).

Secara makro berbentuk kepulauan

(archipelago), sementara mikronya berbentuk

parit ladam kuda. Permasalahan mengenai

bentuk arsitektur Menapo Ujung Tanjung belum

dapat terjawab (Purwanti et al., 2019).

Struktur bangunan air juga ditemukan di

sebelah barat Candi Kedaton, yaitu di atas

Menapo Ujung Tanjung II. Candi Kedaton

sendiri merupakan salah satu bangunan candi

yang diperkirakan memiliki fungsi sebagai

vihara. Terdapat bangunan berupa sumur

berlapis bata yang diperkirakan merupakan

sumur penampung air hujan di dalam kompleks

Candi Kedaton. Temuan baru di sebelah barat

Candi Kedaton menarik untuk dikaji, karena

Candi Kedaton telah memiliki sumber air minum

Page 3: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

29

Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan

didalamnya. sehingga perlu dipertanyakan

mengapa bangunan air di Situs Menapo Ujung

Tanjung II dibangun, dan apa fungsi serta

hubungannya dengan Candi Kedaton (Purwanti

et al., 2019).

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2019,

diperoleh kesimpulan sementara, bahwa Situs

Menapo Ujung Tanjung II merupakan struktur

bangunan dengan fungsi sebagai saluran air. Air

diduga berasal dari Sungai Jambi di sebelah

selatan Situs Menapo Ujung Tanjung II dan

dialirkan ke arah timur laut menuju 3 kolam

yang letaknya berderet. Air digunakan untuk

mengaliri lahan pertanian atau kebun masyarakat

yang tinggal di sekitar Vihara Candi Kedaton.

Hasil kebun atau pertanian digunakan sebagai

bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan

makanan para biksu, kaum sramana/sramaneri

yang tinggal di dalam maupun di luar vihara.

Lokasi pertanian/perkebunan kemungkinan

terletak di sebelah barat dan timur Candi

Kedaton. Selain untuk mengairi areal pertanian,

air kolam juga difungsikan sebagai penyedia air

untuk keperluan sehari-hari di lingkungan vihara

(Purwanti et al., 2019).

Permasalahan dalam penelitian ini, dapat

dirumuskan secara umum yaitu mengkaji

kondisi geologi regional maupun lokal yang erat

kaitannya dengan penelitian di Situs Menapo

Ujung Tanjung II. Rumusan masalah adalah: a)

bagaimana kondisi bentang alam daerah

penelitian; b) bagaimana stratigrafi daerah

penelitian; c) bagaimana permasalahan struktur

geologi daerah penelitian dan; d) bagaimana

kondisi hidrologi daerah penelitian. Maksud dari

penelitian untuk melakukan pemetaan geologi

permukaan secara umum sebagai salah satu

upaya untuk menyajikan informasi geologi

berdasarkan analisa pada daerah penelitian.

Tujuannya untuk mengetahui kondisi geologi

yang meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi,

struktur geologi, dan hidrologi. Tujuan yang

lebih khusus adalah tentang Pola pengeringan

permukaan (surface drainage pattern) baik

sungai alam, maupun buatan.

Gambar 2. Lokasi Penelitian dalam peta wilayah

Kabupaten Muaro Jambi

(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

dengan pengolahan).

Lokasi penelitian tercantum pada Peta

Rupa Bumi Indonesia Lembar Jambi (1014)

Edisi-I Tahun 1986, berskala 1:25.000 dan Peta

Topografi Lembar Jambi, SA48-6 Series T503

Edition-1 AMS Tahun 1955 berskala 1:250.000.

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Danau

Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten

Muaro Jambi, dapat dicapai dengan kendaraan

beroda dua dan beroda empat (Gambar 2 dan 3).

Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah

hasil penelitian penulis bersama Tim Penelitian

Balai Arkeologi Sumatera Selatan Tahun 2019.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah

kajian pustaka dan survei. Kajian pustaka

dilakukan dengan mempelajari lokasi penelitian

terdahulu melalui buku, jurnal, maupun dari

internet. Survei dengan mengamati keadaan

geomorfologi, kondisi litologi, struktur geologi,

dan kondisi hidrologinya. Langkah analisis

disesuaikan dengan kebutuhan dan urutan kerja

geologi, yaitu:

1. Geomorfologi, penentuan bentuk bentang

alam akan mempergunakan Sistem

Desaunettes (Desaunettes, 1977; Todd, 1980)

yang didasarkan atas besarnya kemiringan

lereng dan beda tinggi relief suatu tempat.

Hasilnya adalah pembagian wilayah

berdasarkan ketinggian dalam bentuk

prosentase lereng. Pengamatan sungai

dilakukan untuk melihat pola pengeringan

(drainage basin), misalnya klasifikasi

berdasarkan atas kuantitas air, pola dan

stadia sungai.

Page 4: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

30

Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38

2. Litologi, sampel batuan di analisis, melalui

petrologi, unsur batuan yang di analisis

adalah jenis batuan, warna, kandungan

mineral, tekstur, struktur, fragmen, matriks,

semen. Hasil analisis diharapkan akan

memberikan informasi mengenai jenis batuan

(batuan beku, batuan sedimen dan batuan

metamorf) dan nama batuan (andesit,

batugamping, sekis dan lain sebagainya).

3. Struktur Geologi, pengamatan struktur

geologi di lapangan akan dilanjutkan melalui

analisis jenis struktur, misalnya patahan

(fault) apakah jenis patahan normal (normal

fault), patahan naik (thrust fault), patahan

geser (strike fault) dan sebagainya. Lipatan

(fold) apakah sinklin ataukah antiklin. Kekar

(joint) apakah kekar tiang (columnar joint)

atau kekar lembar (sheet joint).

4. Hidrologi, memperhatikan tata air

permukaan dan tata air tanah.

Data dari kajian pustaka dan hasil

lapangan dikompilasikan dengan hasil

penelitian, lalu dilakukan interpretasi peta

geologi dan peta topografi. Manfaat yang dapat

diperoleh dalam penelitian ini, adalah

menambah pengetahuan tentang kondisi geologi

wilayah Maro Sebo dan sekitarnya.

Gambar 3. Keletakan Situs MUT-II dan Candi

Kedaton

(Sumber: Bakosurtanal, 1986, dengan pengolahan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Geologi Wilayah Situs Menapo Ujung

Tanjung II

Geologi wilayah Situs Menapo Ujung

Tanjug II dan sekitarnya, akan diuraikan adalah

tentang kondisi geologi yang mencakup bentang

alam, stratigrafi, dan struktur geologi di wilayah

tersebut (Intan, 2019). Uraian tentang kondisi

geologinya dan aspek terkait akan diuraikan

sebagai berikut:

Geomorfologi

Morfologi atau bentuk bentang alam

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a)

Litologi penyusun bentang alam yang berbeda

akan mempunyai sifat resistansi yang berbeda

terhadap gaya eksogen yang bekerja, sehingga

akan memperlihatkan kenampakan bentang alam

yang berbeda; b) Struktur geologi merupakan hal

yang memegang peranan penting dalam

pembentukan bentang alam. Walaupun litologi

penyusun sama pada daerah yang terkena

struktur, akan memperlihatkan kenampakan

bentang alam yang berbeda dengan daerah yang

belum atau tidak mengalami gangguan struktur;

c) Stadia suatu daerah merupakan hal penting

karena dapat mempengaruhi bentang alam.

Walaupun litologi penyusun bentang alam sama,

tetapi stadia suatu daerah berbeda, akan

memperlihatkan bentang alam yang berbeda

pula dan; d) Tingkat perkembangan erosi,

merupakan faktor penting dalam pembentukan

bentang alam. Perubahan atau perbedaan cuaca

akan mempercepat tingkat pelapukan, sehingga

proses erosi yang berlangsung akan lebih cepat

(Thornbury, 1954).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka

secara umum bentang alam (morfologi) wilayah

penelitian pada pengamatan lapangan,

memperlihatkan kondisi dataran rendah. Kondisi

bentang alam seperti ini, apabila di

klasifikasikan dengan mempergunakan Sistem

Desaunettes (Desaunettes, 1977; Todd, 1980),

terbagi atas satu satuan morfologi yaitu, Satuan

Morfologi Dataran yang dicirikan dengan

bentuk permukaan yang sangat landai dan datar,

dengan prosentase kemiringan lereng antara 0 -

2%, bentuk lembah yang sangat lebar. Satuan

morfologi ini menempati 100% dari wilayah

penelitian. Pembentuk satuan morfologi ini pada

umumnya endapan aluvial, batupasir tufaan dan

batulempung tufaan. Satuan morfologi dataran,

pada umumnya dimanfaatkan oleh penduduk

sebagai permukiman, dan areal pertanian (Intan,

2019). Ketinggian wilayah penelitian dan

sekitarnya, secara umum adalah 5 - 20 meter

diatas permukaan air laut (Intan, 2019) (Gambar

4-8).

Page 5: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

31

Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan

Gambar 4. Morfologi alam dan keletakan Situs

MUT-II dan Candi Kedaton

(Sumber: Intan, 2019; Data Topografi berdasarkan

Jarvis et al. 2008).

Gambar 5. Morfologi alam dan keletakan Situs

MUT-II dan Candi Kedaton dalam bentuk tiga

dimensi

(Sumber: Intan, 2019; Data Topografi berdasarkan

Jarvis et al. 2008).

Gambar 6. Keletakan Situs MUT-II dan Candi

Kedaton dalam garis ketinggian (kontur)

(Sumber: Dinas PPW-Jambi, t.t., dengan

pengolahan).

Gambar 7. Keletakan Situs MUT-II dan Candi

Kedaton dalam garis ketinggian (kontur)

(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan

Jarvis et al. 2008).

Gambar 8. Blok diagram dari Menapo Remah,

Candi Kedaton, Situs MUT-II, Sungai Jambi, dan

Sungai Seno

(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan

Jarvis et al. 2008).

Pola pengeringan permukaan (surface

drainage pattern) sungai-sungai di lokasi

penelitian menunjukkan arah aliran ke arah

utara-timur laut dan bermuara di Laut Cina

Selatan, serta mengikuti bentuk bentang alam

lokasi penelitian. Sungai induk di wilayah

penelitian dan sekitarnya adalah Sungai Batang

Hari. Sungai-sungai yang lebih kecil meliputi

Sungai Jambi, Sungai Melayu, Sungai Terusan,

Sungai Medak, Sungai Amburan Jalo, dan

beberapa sungai kecil lainnya (Gambar 9).

Gambar-9: Situs Menapo Remah, dan Candi

Kedaton dalam sistem jaringan air, dengan

Sungai Batang Hari sebagai sungai induk

(Sumber: BPCB Jambi, 2014 dengan pengolahan).

Sungai-sungai besar dan kecil di wilayah

penelitian termasuk pada kelompok sungai yang

berstadia Sungai Dewasa Tua (old mature river

stadium), dan Stadia Sungai Tua (old river

stadium). Sungai Dewasa Tua (old mature river

stadium), yang dicirikan dengan gradient

sedang, aliran sungai berkelok-kelok, sudah

tidak dijumpai adanya danau di sepanjang aliran

sungai, erosi vertikal sudah diimbangi dengan

erosi horizontal, dan lembahnya sudah agak

tumpul (Lobeck, 1939; Thornbury, 1954). Stadia

Sungai Tua (old river stadium) dicirikan dengan

erosi vertikal sudah tidak berperan lagi, dan

diganti dengan erosi lateral. Proses pengendapan

sangat besar, sudah banyak kelokan-kelokan

sungai dan sudah terbentuk pemotongan-

pemotongan sungai karena kelokan sehingga

terbentuk danau tapal kuda (oxbow lake).

Penampang sungai berbentuk U, sudah terbentuk

dataran banjir (floodplain) yang luas/lebarnya

melebihi jalur kelokan (meander belt). Endapan-

endapan pasir sudah terbentuk pada kelokan-

Page 6: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

32

Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38

kelokan sungai atau pada sungainya sendiri yang

disebut sand bar (Lobeck, 1939; Thornbury,

1954).

Keseluruhan sungai-sungai di wilayah

penelitian dan sekitarnya (sungai besar dan

sungai kecil), memberikan kenampakan pola

pengeringan trellis. Pola trellis adalah sungai

yang alirannya menyerupai pagar yang dikontrol

oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan

antiklin. Sungai dengan pola aliran trellis

memiliki ciri-ciri kumpulan saluran-saluran air

yang membentuk pola sejajar yang mengalir

mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak

lurus terhadap saluran utamanya (Gambar 10).

Saluran utama pada sungai biasanya searah

dengan sumbu lipatan (Lobeck, 1939;

Thornbury, 1954).

Gambar 10. Situs MUT-II dan Candi Kedaton

dalam sistem DAS dan daerah Dataran Banjir

Sungai Jambi

(Sumber: BPCB Jambi, 2016 dengan pengolahan).

Pola aliran trellis mengandung perpaduan

antara sungai konsekuen dan subsekuen. Pola

aliran trellis dapat terbentuk di sepanjang

lembah yang paralel pada sabuk pegunungan

lipatan. Sungai akan banyak yang melewati

lembah untuk bergabung dengan saluran

utamanya yang pada akhirnya akan menuju

muara sungai (Lobeck, 1939; Thornbury, 1964).

Berdasarkan klasifikasi atas kuantitas air, maka

sungai besar dan sungai kecil, termasuk pada

Sungai Periodik/Permanen. Sungai Periodik

atau Sungai Permanen adalah sungai yang

volume airnya besar pada musim hujan, tetapi

pada musim kemarau volumenya kecil (Lobeck,

1939; Thornbury, 1954).

Stratigrafi

Batuan penyusun Situs MUT-II adalah

aluvial atau sedimen Kuarter, batupasir tufaan

dan batulempung tufaan yang termasuk Formasi

Kasai (Intan 2019) (Gambar 11). Aluvial atau

Sedimen Kuarter merupakan litologi termuda

yang tidak terpengaruh oleh orogenesa Plio-

Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak

selaras diatas formasi yang lebih tua terdiri

kerikil, pasir, lanau, lempung, endapan sungai,

dan rawa, serta merupakan hasil pelapukan

batuan penyusun wilayah penelitian. Satuan

batuan ini memiliki ketebalan aluvial mencapai

150 meter, yang terhampar di satuan morfologi

dataran dan di sepanjang sungai di wilayah

penelitian dan berumur Holosen.

Formasi Kasai dengan ketebalan 850 m –

1.200 meter, terdiri dari batupasir tufan,

batulempung tufaan dan tefra riolitik di bagian

bawah. Bagian atas terdiri dari tuf pumice kaya

kuarsa, batupasir, konglomerat, tuf pasiran

dengan lensa rudit berkomposisi pumice dan tuf

berwarna abu- abu kekuningan, banyak dijumpai

sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu

yang terkersikkan. Fasies pengendapannya

adalah fluvial dan alluvial fan. Formasi Kasai

berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal (Mangga

et al., 1993).

Gambar 11. Situs MUT-II dan Candi Kedaton yang

terletak pada Formasi Kasai dalam peta geologi

regional

(Sumber: Mangga, et al,.1993 dengan pengolahan).

Struktur Geologi

Struktur geologi yang dijumpai di wilayah

penelitian adalah Lipatan (fold) dari jenis Sinklin

dan Antiklin. Struktur ini dicerminkan oleh

perbukitan yang bergelombang memanjang

dengan arah barat laut tenggara (Intan, 2019).

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang

terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan

bergerak dari kedudukan semula membentuk

lengkungan. Berdasarkan bentuk

lengkungannya, Sinklin adalah bentuk lipatan

yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan

antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah

atas (Marland, 1972).

Hidrologi

Berdasarkan bentuk bentang alam

maupun topografi, hidrologi wilayah Kabupaten

Muaro Jambi dapat dikelompokkan berdasar tata

aliran sungai yang mencakup air permukaan dan

pola aliran sungai sebagai daerah yang rendah

Page 7: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

33

Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan

dan terdapat banyak cekungan-cekungan. Tata

aliran air permukaan terutama air hujan

menggenang di bagian-bagian yang rendah baik

pada cekungan maupun lahan pertanian dataran

rendah. Wilayah Kabupaten Muaro Jambi

banyak berupa cekungan dan dataran rendah

maka drainase telah berjalan dengan baik. Air

permukaan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi

bagian timur lebih tinggi dibandingkan dengan

wilayah bagian barat, hal ini terjadi karena

permukaan tanah wilayah bagian timur berupa

cekungan dan rawa sehingga air tidak cepat

menembus tanah atau mengalir sebagai run off.

Kondisi geohidrologi secara regional terdiri dari

air permukaan dan air tanah.

Sungai di wilayah Kabupaten Muaro

Jambi, mempunyai limpasan permukaan sungai

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

kondisi tanah, jenis batuan, tata guna lahan dan

sistem pertanian. Berdasarkan pada pola

pengeringan, wilayah penelitian mempunyai

pola trellis, yang aliran sungainya menyerupai

pagar yang dikontrol oleh struktur geologi

berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai

dengan pola aliran trellis ini memiliki ciri-ciri

oleh kumpulan saluran-saluran air yang

membentuk pola sejajar yang mengalir

mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak

lurus terhadap saluran utamanya. Saluran utama

pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu

lipatan, sehingga karakteristik dari puncak

banjirnya tidak terpusat dan dengan durasi banjir

yang lama.

Karakteristik sungai di wilayah

penelitian termasuk pada sungai periodik atau

sungai permanen adalah sungai yang volume

airnya besar pada musim hujan, tetapi pada

musim kemarau volumenya kecil. Kapasitas

sumber mata air sangat tergantung dari kondisi

hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan

struktur geologi (Gambar 12-13).

Gambar 12. Situs MUT-II dan Candi Kedaton

dalam sistem pola pengaliran permukaan

(Sumber: BPCB Jambi, 2014 dengan pengolahan).

Gambar 13: Situs MUT-II dan Candi Kedaton

dalam sistem DAS dan Kanal Kuna

(Sumber: BPCB Jambi, 2014 dengan pengolahan).

Secara regional, di Kabupaten Muaro

Jambi ada beberapa titik sumber mata air dengan

penyebaran sumber mata air, yang tidak merata

dan sebagian lagi potensi sumbernya kecil.

Pemanfaatan sumber mata air eksisting untuk

penyediaan air bersih juga digunakan untuk air

irigasi. Hampir sebagian besar elevasi sumber

mata air berada jauh dibawah dan aliran mata air

menyatu dengan aliran permukaan sungai.

Kondisi daerah aliran sungai (DAS) dengan

vegetasi yang baik dan masih berfungsi sebagai

daerah resapan maka aliran yang terjadi adalah

aliran kontinyu pada sungai. Aliran mata air

pada musim kemarau pada kondisi ini sebagai

aliran dasar (base flow).

Air tanah bebas (hidrogeologi) adalah air

yang tersimpan dalam suatu lapisan pembawa air

tanpa lapisan kedap air di bagian atasnya.

Kondisi air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh

besarnya intensitas curah hujan setempat dan

penggunaan lahan di sekitarnya. Hasil penelitian

hidrogeologi menunjukkan kondisi air tanah dan

produktivitas akuifer (lapisan pembawa air)

yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi

(termasuk wilayah penelitian) adalah akuifer

dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir

yang terdiri dari:

a. Akuifer produktivitas tinggi dan

penyebarannya luas (akuifer dengan

keterusan dan kedalaman muka air sangat

beragam, debit air umumnya lebih besar 5

lt/dt).

b. Akuifer produktivitas sedang dan penyebaran

luas akuifer dengan keterusan dan kedalaman

muka air sangat beragam, debit air umumnya

lebih kecil 5 lt/dt).

c. Setempat akuifer produktif (akuifer dengan

keterusan sangat beragam, umumnya air

tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya

muka air tanah, setempat muka air tanah

dapat diturap.

Page 8: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

34

Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38

Hadiwijoyo (1972) menjelaskan bahwa

kandungan air tanah di Kabupaten Muaro Jambi

dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:

a. Kandungan air tanah besar dengan debit 10

lt/dt terdapat di bagian selatan,

b. Kandungan air tanah sedang dengan debit 5

lt/dt terdapat di bagian tengah,

c. Kandungan air tanah rendah dengan debit

kurang dari 1 lt/dt terdapat di bagian utara

(Hadiwijoyo, 1972).

Berdasarkan pembagian tersebut, maka wilayah

penelitian termasuk pada point-3 yaitu

kandungan air tanah rendah dengan debit kurang

dari 1 liter/detik.

Situs Menapo Ujung Tanjung II

Penelitian di Situs Menapo Ujung

Tanjung II (MUT-II) dari tahun 2018 hingga

tahun 2019, telah berhasil membuka beberapa

kotak ekskavasi, sehingga struktur batu bata

kuna sudah bisa memberikan pandangan tentang

fungsi dari struktur tersebut (Intan, 2019).

Lokasi Situs MUT-II dalam wilayah

Kompleks Percandian Muara Jambi, terletak di

sebelah barat bagian selatan dan berada tidak

jauh dari Sungai Jambi. Situs MUT-II berada di

sebelah barat Candi Kedaton, diluar pagar utama

candi tersebut (Gambar 14 dan 15).

Gambar 14. Situs MUT-II dan Candi Kedaton

dalam peta Kompleks Percandian Muara Jambi

(Sumber: BPCB, t.t., dengan pengolahan).

Gambar 15. Situs MUT-II dan Candi Kedaton

dalam peta Kabupaten Muaro Jambi

(Sumber: Pemkab Muaro Jambi, t.t., dengan

pengolahan).

Hasil ekskavasi 2019, memperlihatkan

jalur-jalur struktur bata kuna yang berarah 30°

dan kalau ditarik garis lurus (30°) akan melewati

tiga cekungan (Gambar 16).

Gambar 16. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-

II

(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan

Jarvis et al. 2008).

Fungsi Struktur Batu Bata

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2018,

ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa

sejumlah struktur batu bata yang ditemukan

sejajar adalah Struktur Jaringan Tata Air, dengan

data-data lapangan berupa: a) Kemiripan bentuk

dan stuktur dengan temuan di Situs dekat PIM

Trowulan, Jawa Timur; b) Ditemukan lapisan

tanah halus (silt) dan padat di dasar struktur.

Lapisan tersebut secara kasat mata merupakan

campuran dari tanah liat dan larutan bata.

Kondisinya padat dan menjadi penanda adanya

pengendapan oleh aliran air, sehingga dapat

dipastikan adanya aliran air pada masa lalu; c)

Terdapat perbedaan warna permukaan bata di

bagian dalam struktur dengan di luar. Warna

bata di bagian dalam struktur ialah abu-abu

kehijauan. Kondisinya merata di seluruh struktur

bagian dalam, dengan ketebalan kurang lebih 1/5

sampai dengan 1/4 lebar bata. Asumsi sementara

terhadap perbedaan warna ini ialah karena diberi

pelapis atau karena terendam cairan; d) Terdapat

indikasi adanya struktur di atas bangunan air

(Gambar 17), yang seolah-olah berfungsi

sebagai penutup saluran. Adanya struktur

penutup tersebut, kemungkinan saluran air ini

ialah saluran tertutup. Untuk memastikannya,

perlu melakukan ekskavasi secara menyeluruh;

e) Struktur bata dasar struktur jaringan air

ditemukan di bawah lapisan lumpur (tanah yang

sangat halus = silt). Bata tersebut berada dalam

posisi seperti menjadi dasar struktur (Gambar

18) dan; f) Selain lapisan tanah halus, terdapat

adanya temuan konsentrasi arang pada jalur

jaringan tata air yang posisinya paling barat

berada pada kedalaman kurang lebih 70 cm.

Page 9: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

35

Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan

Arang ini menimbulkan pertanyaan darimana

asal arang tersebut dan kenapa ada di situ.

Keberadaan arang dalam satu bangunan air tidak

lazim terjadi sehingga perlu dilihat lebih lanjut

(Purwanti et al., 2018).

Selain itu, memunculkan pertanyaan dari

mana sumber air yang mengisi saluran air di

Situs Menapo Ujung Tanjung II, kalau dikatakan

berasal dari Sungai Jambi, maka sangat tidak

mungkin, karena air mengalir dari tempat

ketinggian ke tempat yang lebih rendah,

sedangkan kenyataan di lapangan air mengalir

dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi

(Gambar 17).

Gambar 17. Diagram ketinggian Situs MUT II,

Sungai Jambi, dan Sungai Seno, serta arah aliran air

(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan

Jarvis et al. 2008).

Gambar 18. Kondisi Temuan Struktur Bata

(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2018).

Gambar 19. Temuan Konsentrasi Arang pada

Struktur Bata lajur barat

(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2018).

Gambar 20. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-

II yang berarah 30° hasil penelitian tahun 2019

(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2019).

Gambar 21. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-

II yang berarah 30° hasil penelitian tahun 2019

(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2019).

Gambar 22. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-

II yang berarah 30° hasil penelitian tahun 2019

(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan selama dua tahap di Situs Menapo

Ujung Tanjung II, belum dapat ditarik suatu

kesimpulan akhir bahwa struktur batu bata yang

terletak di sebelah barat Candi Kedaton diduga

berfungsi sebagai saluran air (Purwanti et al.,

2019). Struktur batu bata di situs tersebut

disebutkan sebagai saluran air, namun dalam

pengamatan langsung di lapangan, tidaklah

Page 10: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

36

Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38

mencirikan sebagai suatu saluran air, seperti

yang banyak terdapat di Trowulan, Jawa Timur.

Beberapa foto saluran air, kolam dan bak kontrol

yang ditemukan di Situs Trowulan (Gambar 23-

32).

Gambar 23. Saluran air dan bak kontrol di Sektor

Trowulan, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Gambar 24. Saluran air berpenutup yang ditemukan

di Sektor Bejijong-1, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Gambar 25. Saluran air berpenutup yang ditemukan

di Sektor Bejijong-2, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Gambar 26. Saluran air berpenutup di Sektor

Blendren, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Gambar 27. Struktur bata menyerupai sumur

berbentuk nyaris bujur sangkar dan disebut dengan

Bak Kontrol Blendren

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Gambar 28. Saluran air di Sektor Nglinguk Kulon-

1, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Page 11: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

37

Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan

Gambar 29. Saluran air di Sektor Nglinguk Kulon-

2, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2004).

Gambar 30. Saluran air yang ditemukan di Sektor

Nglinguk Kulon-2, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2018).

Gambar 31. Saluran air yang ditemukan di Sektor

Nglinguk Kulon-3, Situs Trowulan

(Sumber: Puslit Arkenas 2018).

Gambar 32. Kolam air di Sektor Nglinguk Kulon-4,

Situs Trowulan (tanda panah merupakan lubang-

lubang air)

(Sumber: Puslit Arkenas 2018).

Berdasarkan perbandingan foto struktur

batu bata yang diduga saluran air di Situs

Menapo Ujung Tanjung II, maupun saluran air,

bak kontrol, dan kolam di Situs Trowulan,

terdapat ketidaksamaan struktur-struktur batu

bata tersebut.

KESIMPULAN

Secara umum bentang alam wilayah

penelitian tersusun atas satuan satuan morfologi

dataran (0-2%), serta ketinggian wilayah

penelitian dan sekitarnya adalah 5-20 mdpl.

Sungai induk yang mengalir di wilayah

penelitian dan sekitarnya adalah Sungai Batang

Hari. Sungai-sungai yang lebih kecil dari sungai

induk adalah Sungai Jambi, Sungai Melayu,

Sungai Terusan, Sungai Medak, Sungai

Amburan Jalo, dan beberapa sungai kecil

lainnya. Sungai-sungai tersebut termasuk pada

kelompok sungai yang berstadia Sungai Dewasa

Tua (old mature river stadium), dan Stadia

Sungai Tua (old river stadium). Berpola aliran

Trellis, dan Pola Pengeringan Rektangular serta

termasuk pada Sungai Periodik/Permanen.

Batuan penyusun wilayah penelitian dan

sekitarnya, adalah Formasi Kasai berumur

Pliosen Akhir-Plistosen Awal dan aluvial

berumur Holosen. Struktur geologi yang

melewati di wilayah penelitian dan sekitarnya

adalah lipatan (fold) dari jenis antiklin dan

sinklin, berarah tenggara-barat laut. Berdasarkan

hidrologi, wilayah penelitian terbagi atas air

permukaan dan air tanah. Air permukaan tidak

dapat dilepaskan dengan pola aliran sungai,

sungai dengan pola aliran trellis ini memiliki

ciri-ciri oleh kumpulan saluran-saluran air yang

Page 12: GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …

38

Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38

membentuk pola sejajar yang mengalir

mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak

lurus terhadap saluran utamanya. Saluran utama

pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu

lipatan, sehingga karakteristik dari puncak

banjirnya tidak terpusat dan dengan durasi banjir

yang lama. Kapasitas sumber mata air sangat

tergantung dari kondisi hidrologi, iklim, daerah

tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi.

Kondisi air tanah dan produktivitas akuifer

(lapisan pembawa air) yang terdapat di

Kabupaten Muaro Jambi (termasuk wilayah

penelitian) adalah akuifer dengan aliran melalui

celah dan ruang antar butir. Wilayah penelitian

termasuk pada point-3 yaitu kandungan air tanah

rendah dengan debit kurang dari 1 liter/detik.

*****

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi.

(2018a). Kabupaten Muaro Jambi Dalam

Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Muaro Jambi.

https://muarojambikab.bps.go.id/publication/

2018/08/16/dd186c2a3565d945238b1920/ka

bupaten-muaro-jambi-dalam-angka-

2018.html

Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi.

(2018b). Kecamatan Maro Sebo Dalam Angka

2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro

Jambi.

https://muarojambikab.bps.go.id/publication/

2018/09/26/ae3d70dced309984aaa04938/kec

amatan-maro-sebo-dalam-angka-2018.html

Desaunettes, J. R. (1977). Catalogue of landforms for

Indonesia : examples of a physiographic

approach to land evaluation for agricultural

development. Soil research institute.

Hadiwijoyo, P. (1972). Hidrogeologi Kabupaten

Muaro Jambi. Direktorat Geologi Tata

Lingkungan.

Intan, M. F. S. (2019). Geologi Menapo Ujung

Tanjung II, Kecamatan Maro Sebo.

Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Lobeck, A. K. (1939). Geomorphology: An

Introduction To The Study of Landscape. Mc

Graw Hill Book Company Inc.

Mangga, S. A., Santosa, S., & Hermanto, B. (1993).

Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatera. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Marland, P. B. (1972). Billing, M.P., 1972 Structural

Geology. Prentice-Hall, Inc. Englewood

Cliggs, New Jersey. (3rd ed.). Prentice-Hall,

Inc.

Purwanti, R., Andhifani, W. R., Hendra, N.,

Rachmawan, T. F., & Siregar, S. M. (2018).

Penelitian Arkeologi Kosmologi Percandian

Muaro Jambi.

Purwanti, R., Intan, M. F. S., Eriawati, Y., Andhifani,

W. R., Rachmawan, F., T., & Sudaryadi, A.

(2019). Fungsi Struktur Bangunan Air

Manopo Ujung Tanjung II Situs Kawasan

Percandian Muaro Jambi Tahap II.

Thornbury, W. D. (1954). Thornbury, W.D., 1964

Principle of Geomorphology. New York,

London, John Wiley And Sons, inc. John Wiley

And Sons Inc,.

Todd, D. K. (1980). Groundwater Hydrology

(Second Edi). John Willey and Son’s.