GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …
Transcript of GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II, KABUPATEN …
27
Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan
GEOLOGI SITUS MENAPO UJUNG TANJUNG II,
KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI
Geology of The Site of Menapo Ujung Tanjung II,
Muaro Jambi District, Jambi Province
M. Fadhlan S. Intan
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Jakarta 12510
Naskah diterima: 20/05/2020; direvisi: 06/06/2020;
disetujui: 06/06/2020; publikasi ejurnal: 26/06/2020
Abstract
Menapo Unjung Tanjung II holds a cultural heritage, from the Hindu-Buddhist period which
has not received the attention of environmental researchers. This is the main problem that
covers general geological conditions. Therefore, the purpose of this research is to map
surface geology in general as an effort to present geological information, while the aim is to
find out the geomorphological, stratigraphic, geological structure, and hydrological aspects.
The research method begins with a literature review, survey, and interpretation of field data.
Environmental observations provide information about the landscape including the terrain
morphology unit. Trellis-patterned, rectangular river, old mature river, and
periodic/permanent river. The constituent rocks are alluvial, and the Kasai Formation.
Geological structure in the form of anticline and syncline. The hydrology consists of surface
water and groundwater. Research in Menapo Ujung Tanjung II has succeeded in finding the
structure of bricks, which are thought to function as waterways. This assumption cannot be
justified scientifically.
Keywords: Geology, Menapo Ujung Tanjung II, brick structure, water channel
Abstrak
Menapo Unjung Tanjung II menyimpan tinggalan budaya masa Hindu-Budha yang belum
mendapat perhatian para peneliti lingkungan. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan
yang mencakup kondisi geologi secara umum. Maksud penelitian ini adalah untuk
melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk
menyajikan informasi geologi, sedangkan tujuannya untuk mengetahui aspek-aspek
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan hidrologi. Metode penelitian diawali dengan
kajian pustaka, survei, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan
informasi tentang bentang alamnya termasuk satuan morfologi dataran. Sungainya berpola
trellis, dan rektangular, berstadia sungai dewasa-tua, dan sungai periodik/permanen. Batuan
penyusun adalah aluvial, dan Formasi Kasai. Struktur geologi berupa antiklin dan sinklin.
Hidrologinya terdiri dari air permukaan dan air tanah. Penelitian di Menapo Ujung Tanjung
II berhasil menemukan struktur batu bata, yang diduga berfungsi sebagai saluran air. Dugaan
tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kata kunci: Geologi, Menapo Ujung Tanjung II, struktur batu bata, saluran air
PENDAHULUAN
Muaro Jambi merupakan salah satu
kabupaten di wilayah bagian timur Provinsi
Jambi. Kabupaten Muaro Jambi dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun
1999 sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten
Batang Hari, dan secara resmi pemerintahan
mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober
1999. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti
sebagai ibu kota kabupaten, dengan Pusat
Perkantoran di Bukit Baling Kecamatan
Sekernan. Kabupaten Muaro Jambi memiliki
letak geografis wilayah yang cukup strategis
berada di hinterland Kota Jambi, memberikan
28
Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38
keuntungan karena memiliki peluang yang
cukup besar sebagai daerah pemasok kebutuhan
Kota Jambi, seperti pemasaran untuk hasil
pertanian, perikanan, industri dan jasa (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi, 2018a).
Gambar 1. Keletakan Kabupaten Muaro Jambi
dalam wilayah Provinsi Jambi
(Sumber: Desaign Map 2013 dengan pengolahan).
Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ±
5.246 km², secara administratif mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, sebelah selatan berbatasan dengan
Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Gambar 1). Secara
Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak
antara 1°15'-2°20' LS dan 103°10'-104°20' BT.
Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian 10-300 dari
permukaan air laut, beriklim tropis dengan curah
hujan merata sepanjang tahun rata-rata 186 mm
per hari dengan Intensitas hujan rata-rata 16 hari
hujan. Temperatur rata-rata 32°C dengan variasi
antara musim hujan dengan kemarau relatif
kecil. Kabupaten Muaro Jambi secara
administratif terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan,
150 desa dan 5 kelurahan (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Muaro Jambi, 2018a).
Kecamatan Maro Sebo merupakan salah
satu dari 11 kecamatan yang ada dalam wilayah
Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Maro Sebo
dengan topografi dataran, memiliki luas wilayah
± 410 Km². Kecamatan Maro Sebo terletak
diantara 103°39’10” - 103°45`40” BT dan
1°40’10” - 1°57’50” LS. Adapun batas
wilayahnya adalah di sebelah utara dengan
Kabupaten Tanjab Timur, di sebelah timur
dengan Kota Jambi, di sebelah selatan dengan
Kecamatan Taman Rajo, dan di sebelah barat
dengan Kecamatan Sekernan (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Muaro Jambi, 2018b).
Wilayah Maro Sebo terdapat tinggalan arkeologi
menapo atau gundukan batu bata kuno yang
diperkirakan saluran air.
Menapo Ujung Tanjung di tepi Sungai
Seno merupakan salah satu struktur bangunan air
yang berada di wilayah Kecamatan Maro Sebo
(Purwanti et al., 2019). Menapo Ujung Tanjung
merupakan salah satu menapo dari tiga menapo
yang ada di sebelah barat Candi Kedaton. Ketiga
Menapo tersebut memiliki tafonomi yang sama
dan hanya dibedakan dengan angka, yaitu
Menapo Ujung Tanjung 1, Menapo Ujung
Tanjung 2 dan Menapo Ujung Tanjung 3. Ketiga
menapo tersebut pernah dikaji secara teknis oleh
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi (BPCB
Jambi) tahun 2002 untuk mengetahui kandungan
arkeologisnya. Hasil kajian tidak menemukan
struktur bata intact sehingga direkomendasikan
untuk tidak dilakukan pengupasan (Purwanti et
al., 2019).
Penelitian Situs Menapo Ujung Tanjung
Menapo II dilaksanakan oleh sebuah tim dari
Balai Arkeologi Sumatera Selatan yang
dipimpin oleh Retno Purwanti pada tahun 2018.
Menurut Purwanti dkk (2018), sebaran menapo
di Situs Muarajambi dan di sekitar Candi
Kedaton, kemungkinannya memperlihatkan
suatu pola permukiman tertentu, yang sampai
saat ini belum diketahui, khususnya menapo
yang terletak di sebelah barat Candi Kedaton.
Hasil penelitian 2018 memberikan kesimpulan
bahwa kosmologi percandian Muaro Jambi
secara regional berbentuk ladam kuda yang
dibatasi oleh Aliran Sungai Batanghari, Sungai
Brembang, dan Sungai Seno (Sungai Terusan).
Secara makro berbentuk kepulauan
(archipelago), sementara mikronya berbentuk
parit ladam kuda. Permasalahan mengenai
bentuk arsitektur Menapo Ujung Tanjung belum
dapat terjawab (Purwanti et al., 2019).
Struktur bangunan air juga ditemukan di
sebelah barat Candi Kedaton, yaitu di atas
Menapo Ujung Tanjung II. Candi Kedaton
sendiri merupakan salah satu bangunan candi
yang diperkirakan memiliki fungsi sebagai
vihara. Terdapat bangunan berupa sumur
berlapis bata yang diperkirakan merupakan
sumur penampung air hujan di dalam kompleks
Candi Kedaton. Temuan baru di sebelah barat
Candi Kedaton menarik untuk dikaji, karena
Candi Kedaton telah memiliki sumber air minum
29
Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan
didalamnya. sehingga perlu dipertanyakan
mengapa bangunan air di Situs Menapo Ujung
Tanjung II dibangun, dan apa fungsi serta
hubungannya dengan Candi Kedaton (Purwanti
et al., 2019).
Berdasarkan hasil penelitian tahun 2019,
diperoleh kesimpulan sementara, bahwa Situs
Menapo Ujung Tanjung II merupakan struktur
bangunan dengan fungsi sebagai saluran air. Air
diduga berasal dari Sungai Jambi di sebelah
selatan Situs Menapo Ujung Tanjung II dan
dialirkan ke arah timur laut menuju 3 kolam
yang letaknya berderet. Air digunakan untuk
mengaliri lahan pertanian atau kebun masyarakat
yang tinggal di sekitar Vihara Candi Kedaton.
Hasil kebun atau pertanian digunakan sebagai
bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
makanan para biksu, kaum sramana/sramaneri
yang tinggal di dalam maupun di luar vihara.
Lokasi pertanian/perkebunan kemungkinan
terletak di sebelah barat dan timur Candi
Kedaton. Selain untuk mengairi areal pertanian,
air kolam juga difungsikan sebagai penyedia air
untuk keperluan sehari-hari di lingkungan vihara
(Purwanti et al., 2019).
Permasalahan dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan secara umum yaitu mengkaji
kondisi geologi regional maupun lokal yang erat
kaitannya dengan penelitian di Situs Menapo
Ujung Tanjung II. Rumusan masalah adalah: a)
bagaimana kondisi bentang alam daerah
penelitian; b) bagaimana stratigrafi daerah
penelitian; c) bagaimana permasalahan struktur
geologi daerah penelitian dan; d) bagaimana
kondisi hidrologi daerah penelitian. Maksud dari
penelitian untuk melakukan pemetaan geologi
permukaan secara umum sebagai salah satu
upaya untuk menyajikan informasi geologi
berdasarkan analisa pada daerah penelitian.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi geologi
yang meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi,
struktur geologi, dan hidrologi. Tujuan yang
lebih khusus adalah tentang Pola pengeringan
permukaan (surface drainage pattern) baik
sungai alam, maupun buatan.
Gambar 2. Lokasi Penelitian dalam peta wilayah
Kabupaten Muaro Jambi
(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2012
dengan pengolahan).
Lokasi penelitian tercantum pada Peta
Rupa Bumi Indonesia Lembar Jambi (1014)
Edisi-I Tahun 1986, berskala 1:25.000 dan Peta
Topografi Lembar Jambi, SA48-6 Series T503
Edition-1 AMS Tahun 1955 berskala 1:250.000.
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Danau
Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten
Muaro Jambi, dapat dicapai dengan kendaraan
beroda dua dan beroda empat (Gambar 2 dan 3).
Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah
hasil penelitian penulis bersama Tim Penelitian
Balai Arkeologi Sumatera Selatan Tahun 2019.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah
kajian pustaka dan survei. Kajian pustaka
dilakukan dengan mempelajari lokasi penelitian
terdahulu melalui buku, jurnal, maupun dari
internet. Survei dengan mengamati keadaan
geomorfologi, kondisi litologi, struktur geologi,
dan kondisi hidrologinya. Langkah analisis
disesuaikan dengan kebutuhan dan urutan kerja
geologi, yaitu:
1. Geomorfologi, penentuan bentuk bentang
alam akan mempergunakan Sistem
Desaunettes (Desaunettes, 1977; Todd, 1980)
yang didasarkan atas besarnya kemiringan
lereng dan beda tinggi relief suatu tempat.
Hasilnya adalah pembagian wilayah
berdasarkan ketinggian dalam bentuk
prosentase lereng. Pengamatan sungai
dilakukan untuk melihat pola pengeringan
(drainage basin), misalnya klasifikasi
berdasarkan atas kuantitas air, pola dan
stadia sungai.
30
Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38
2. Litologi, sampel batuan di analisis, melalui
petrologi, unsur batuan yang di analisis
adalah jenis batuan, warna, kandungan
mineral, tekstur, struktur, fragmen, matriks,
semen. Hasil analisis diharapkan akan
memberikan informasi mengenai jenis batuan
(batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf) dan nama batuan (andesit,
batugamping, sekis dan lain sebagainya).
3. Struktur Geologi, pengamatan struktur
geologi di lapangan akan dilanjutkan melalui
analisis jenis struktur, misalnya patahan
(fault) apakah jenis patahan normal (normal
fault), patahan naik (thrust fault), patahan
geser (strike fault) dan sebagainya. Lipatan
(fold) apakah sinklin ataukah antiklin. Kekar
(joint) apakah kekar tiang (columnar joint)
atau kekar lembar (sheet joint).
4. Hidrologi, memperhatikan tata air
permukaan dan tata air tanah.
Data dari kajian pustaka dan hasil
lapangan dikompilasikan dengan hasil
penelitian, lalu dilakukan interpretasi peta
geologi dan peta topografi. Manfaat yang dapat
diperoleh dalam penelitian ini, adalah
menambah pengetahuan tentang kondisi geologi
wilayah Maro Sebo dan sekitarnya.
Gambar 3. Keletakan Situs MUT-II dan Candi
Kedaton
(Sumber: Bakosurtanal, 1986, dengan pengolahan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Geologi Wilayah Situs Menapo Ujung
Tanjung II
Geologi wilayah Situs Menapo Ujung
Tanjug II dan sekitarnya, akan diuraikan adalah
tentang kondisi geologi yang mencakup bentang
alam, stratigrafi, dan struktur geologi di wilayah
tersebut (Intan, 2019). Uraian tentang kondisi
geologinya dan aspek terkait akan diuraikan
sebagai berikut:
Geomorfologi
Morfologi atau bentuk bentang alam
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a)
Litologi penyusun bentang alam yang berbeda
akan mempunyai sifat resistansi yang berbeda
terhadap gaya eksogen yang bekerja, sehingga
akan memperlihatkan kenampakan bentang alam
yang berbeda; b) Struktur geologi merupakan hal
yang memegang peranan penting dalam
pembentukan bentang alam. Walaupun litologi
penyusun sama pada daerah yang terkena
struktur, akan memperlihatkan kenampakan
bentang alam yang berbeda dengan daerah yang
belum atau tidak mengalami gangguan struktur;
c) Stadia suatu daerah merupakan hal penting
karena dapat mempengaruhi bentang alam.
Walaupun litologi penyusun bentang alam sama,
tetapi stadia suatu daerah berbeda, akan
memperlihatkan bentang alam yang berbeda
pula dan; d) Tingkat perkembangan erosi,
merupakan faktor penting dalam pembentukan
bentang alam. Perubahan atau perbedaan cuaca
akan mempercepat tingkat pelapukan, sehingga
proses erosi yang berlangsung akan lebih cepat
(Thornbury, 1954).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
secara umum bentang alam (morfologi) wilayah
penelitian pada pengamatan lapangan,
memperlihatkan kondisi dataran rendah. Kondisi
bentang alam seperti ini, apabila di
klasifikasikan dengan mempergunakan Sistem
Desaunettes (Desaunettes, 1977; Todd, 1980),
terbagi atas satu satuan morfologi yaitu, Satuan
Morfologi Dataran yang dicirikan dengan
bentuk permukaan yang sangat landai dan datar,
dengan prosentase kemiringan lereng antara 0 -
2%, bentuk lembah yang sangat lebar. Satuan
morfologi ini menempati 100% dari wilayah
penelitian. Pembentuk satuan morfologi ini pada
umumnya endapan aluvial, batupasir tufaan dan
batulempung tufaan. Satuan morfologi dataran,
pada umumnya dimanfaatkan oleh penduduk
sebagai permukiman, dan areal pertanian (Intan,
2019). Ketinggian wilayah penelitian dan
sekitarnya, secara umum adalah 5 - 20 meter
diatas permukaan air laut (Intan, 2019) (Gambar
4-8).
31
Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan
Gambar 4. Morfologi alam dan keletakan Situs
MUT-II dan Candi Kedaton
(Sumber: Intan, 2019; Data Topografi berdasarkan
Jarvis et al. 2008).
Gambar 5. Morfologi alam dan keletakan Situs
MUT-II dan Candi Kedaton dalam bentuk tiga
dimensi
(Sumber: Intan, 2019; Data Topografi berdasarkan
Jarvis et al. 2008).
Gambar 6. Keletakan Situs MUT-II dan Candi
Kedaton dalam garis ketinggian (kontur)
(Sumber: Dinas PPW-Jambi, t.t., dengan
pengolahan).
Gambar 7. Keletakan Situs MUT-II dan Candi
Kedaton dalam garis ketinggian (kontur)
(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan
Jarvis et al. 2008).
Gambar 8. Blok diagram dari Menapo Remah,
Candi Kedaton, Situs MUT-II, Sungai Jambi, dan
Sungai Seno
(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan
Jarvis et al. 2008).
Pola pengeringan permukaan (surface
drainage pattern) sungai-sungai di lokasi
penelitian menunjukkan arah aliran ke arah
utara-timur laut dan bermuara di Laut Cina
Selatan, serta mengikuti bentuk bentang alam
lokasi penelitian. Sungai induk di wilayah
penelitian dan sekitarnya adalah Sungai Batang
Hari. Sungai-sungai yang lebih kecil meliputi
Sungai Jambi, Sungai Melayu, Sungai Terusan,
Sungai Medak, Sungai Amburan Jalo, dan
beberapa sungai kecil lainnya (Gambar 9).
Gambar-9: Situs Menapo Remah, dan Candi
Kedaton dalam sistem jaringan air, dengan
Sungai Batang Hari sebagai sungai induk
(Sumber: BPCB Jambi, 2014 dengan pengolahan).
Sungai-sungai besar dan kecil di wilayah
penelitian termasuk pada kelompok sungai yang
berstadia Sungai Dewasa Tua (old mature river
stadium), dan Stadia Sungai Tua (old river
stadium). Sungai Dewasa Tua (old mature river
stadium), yang dicirikan dengan gradient
sedang, aliran sungai berkelok-kelok, sudah
tidak dijumpai adanya danau di sepanjang aliran
sungai, erosi vertikal sudah diimbangi dengan
erosi horizontal, dan lembahnya sudah agak
tumpul (Lobeck, 1939; Thornbury, 1954). Stadia
Sungai Tua (old river stadium) dicirikan dengan
erosi vertikal sudah tidak berperan lagi, dan
diganti dengan erosi lateral. Proses pengendapan
sangat besar, sudah banyak kelokan-kelokan
sungai dan sudah terbentuk pemotongan-
pemotongan sungai karena kelokan sehingga
terbentuk danau tapal kuda (oxbow lake).
Penampang sungai berbentuk U, sudah terbentuk
dataran banjir (floodplain) yang luas/lebarnya
melebihi jalur kelokan (meander belt). Endapan-
endapan pasir sudah terbentuk pada kelokan-
32
Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38
kelokan sungai atau pada sungainya sendiri yang
disebut sand bar (Lobeck, 1939; Thornbury,
1954).
Keseluruhan sungai-sungai di wilayah
penelitian dan sekitarnya (sungai besar dan
sungai kecil), memberikan kenampakan pola
pengeringan trellis. Pola trellis adalah sungai
yang alirannya menyerupai pagar yang dikontrol
oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan
antiklin. Sungai dengan pola aliran trellis
memiliki ciri-ciri kumpulan saluran-saluran air
yang membentuk pola sejajar yang mengalir
mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak
lurus terhadap saluran utamanya (Gambar 10).
Saluran utama pada sungai biasanya searah
dengan sumbu lipatan (Lobeck, 1939;
Thornbury, 1954).
Gambar 10. Situs MUT-II dan Candi Kedaton
dalam sistem DAS dan daerah Dataran Banjir
Sungai Jambi
(Sumber: BPCB Jambi, 2016 dengan pengolahan).
Pola aliran trellis mengandung perpaduan
antara sungai konsekuen dan subsekuen. Pola
aliran trellis dapat terbentuk di sepanjang
lembah yang paralel pada sabuk pegunungan
lipatan. Sungai akan banyak yang melewati
lembah untuk bergabung dengan saluran
utamanya yang pada akhirnya akan menuju
muara sungai (Lobeck, 1939; Thornbury, 1964).
Berdasarkan klasifikasi atas kuantitas air, maka
sungai besar dan sungai kecil, termasuk pada
Sungai Periodik/Permanen. Sungai Periodik
atau Sungai Permanen adalah sungai yang
volume airnya besar pada musim hujan, tetapi
pada musim kemarau volumenya kecil (Lobeck,
1939; Thornbury, 1954).
Stratigrafi
Batuan penyusun Situs MUT-II adalah
aluvial atau sedimen Kuarter, batupasir tufaan
dan batulempung tufaan yang termasuk Formasi
Kasai (Intan 2019) (Gambar 11). Aluvial atau
Sedimen Kuarter merupakan litologi termuda
yang tidak terpengaruh oleh orogenesa Plio-
Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak
selaras diatas formasi yang lebih tua terdiri
kerikil, pasir, lanau, lempung, endapan sungai,
dan rawa, serta merupakan hasil pelapukan
batuan penyusun wilayah penelitian. Satuan
batuan ini memiliki ketebalan aluvial mencapai
150 meter, yang terhampar di satuan morfologi
dataran dan di sepanjang sungai di wilayah
penelitian dan berumur Holosen.
Formasi Kasai dengan ketebalan 850 m –
1.200 meter, terdiri dari batupasir tufan,
batulempung tufaan dan tefra riolitik di bagian
bawah. Bagian atas terdiri dari tuf pumice kaya
kuarsa, batupasir, konglomerat, tuf pasiran
dengan lensa rudit berkomposisi pumice dan tuf
berwarna abu- abu kekuningan, banyak dijumpai
sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu
yang terkersikkan. Fasies pengendapannya
adalah fluvial dan alluvial fan. Formasi Kasai
berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal (Mangga
et al., 1993).
Gambar 11. Situs MUT-II dan Candi Kedaton yang
terletak pada Formasi Kasai dalam peta geologi
regional
(Sumber: Mangga, et al,.1993 dengan pengolahan).
Struktur Geologi
Struktur geologi yang dijumpai di wilayah
penelitian adalah Lipatan (fold) dari jenis Sinklin
dan Antiklin. Struktur ini dicerminkan oleh
perbukitan yang bergelombang memanjang
dengan arah barat laut tenggara (Intan, 2019).
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang
terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan
bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya, Sinklin adalah bentuk lipatan
yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan
antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah
atas (Marland, 1972).
Hidrologi
Berdasarkan bentuk bentang alam
maupun topografi, hidrologi wilayah Kabupaten
Muaro Jambi dapat dikelompokkan berdasar tata
aliran sungai yang mencakup air permukaan dan
pola aliran sungai sebagai daerah yang rendah
33
Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan
dan terdapat banyak cekungan-cekungan. Tata
aliran air permukaan terutama air hujan
menggenang di bagian-bagian yang rendah baik
pada cekungan maupun lahan pertanian dataran
rendah. Wilayah Kabupaten Muaro Jambi
banyak berupa cekungan dan dataran rendah
maka drainase telah berjalan dengan baik. Air
permukaan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi
bagian timur lebih tinggi dibandingkan dengan
wilayah bagian barat, hal ini terjadi karena
permukaan tanah wilayah bagian timur berupa
cekungan dan rawa sehingga air tidak cepat
menembus tanah atau mengalir sebagai run off.
Kondisi geohidrologi secara regional terdiri dari
air permukaan dan air tanah.
Sungai di wilayah Kabupaten Muaro
Jambi, mempunyai limpasan permukaan sungai
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kondisi tanah, jenis batuan, tata guna lahan dan
sistem pertanian. Berdasarkan pada pola
pengeringan, wilayah penelitian mempunyai
pola trellis, yang aliran sungainya menyerupai
pagar yang dikontrol oleh struktur geologi
berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai
dengan pola aliran trellis ini memiliki ciri-ciri
oleh kumpulan saluran-saluran air yang
membentuk pola sejajar yang mengalir
mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak
lurus terhadap saluran utamanya. Saluran utama
pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu
lipatan, sehingga karakteristik dari puncak
banjirnya tidak terpusat dan dengan durasi banjir
yang lama.
Karakteristik sungai di wilayah
penelitian termasuk pada sungai periodik atau
sungai permanen adalah sungai yang volume
airnya besar pada musim hujan, tetapi pada
musim kemarau volumenya kecil. Kapasitas
sumber mata air sangat tergantung dari kondisi
hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan
struktur geologi (Gambar 12-13).
Gambar 12. Situs MUT-II dan Candi Kedaton
dalam sistem pola pengaliran permukaan
(Sumber: BPCB Jambi, 2014 dengan pengolahan).
Gambar 13: Situs MUT-II dan Candi Kedaton
dalam sistem DAS dan Kanal Kuna
(Sumber: BPCB Jambi, 2014 dengan pengolahan).
Secara regional, di Kabupaten Muaro
Jambi ada beberapa titik sumber mata air dengan
penyebaran sumber mata air, yang tidak merata
dan sebagian lagi potensi sumbernya kecil.
Pemanfaatan sumber mata air eksisting untuk
penyediaan air bersih juga digunakan untuk air
irigasi. Hampir sebagian besar elevasi sumber
mata air berada jauh dibawah dan aliran mata air
menyatu dengan aliran permukaan sungai.
Kondisi daerah aliran sungai (DAS) dengan
vegetasi yang baik dan masih berfungsi sebagai
daerah resapan maka aliran yang terjadi adalah
aliran kontinyu pada sungai. Aliran mata air
pada musim kemarau pada kondisi ini sebagai
aliran dasar (base flow).
Air tanah bebas (hidrogeologi) adalah air
yang tersimpan dalam suatu lapisan pembawa air
tanpa lapisan kedap air di bagian atasnya.
Kondisi air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh
besarnya intensitas curah hujan setempat dan
penggunaan lahan di sekitarnya. Hasil penelitian
hidrogeologi menunjukkan kondisi air tanah dan
produktivitas akuifer (lapisan pembawa air)
yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi
(termasuk wilayah penelitian) adalah akuifer
dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir
yang terdiri dari:
a. Akuifer produktivitas tinggi dan
penyebarannya luas (akuifer dengan
keterusan dan kedalaman muka air sangat
beragam, debit air umumnya lebih besar 5
lt/dt).
b. Akuifer produktivitas sedang dan penyebaran
luas akuifer dengan keterusan dan kedalaman
muka air sangat beragam, debit air umumnya
lebih kecil 5 lt/dt).
c. Setempat akuifer produktif (akuifer dengan
keterusan sangat beragam, umumnya air
tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya
muka air tanah, setempat muka air tanah
dapat diturap.
34
Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38
Hadiwijoyo (1972) menjelaskan bahwa
kandungan air tanah di Kabupaten Muaro Jambi
dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Kandungan air tanah besar dengan debit 10
lt/dt terdapat di bagian selatan,
b. Kandungan air tanah sedang dengan debit 5
lt/dt terdapat di bagian tengah,
c. Kandungan air tanah rendah dengan debit
kurang dari 1 lt/dt terdapat di bagian utara
(Hadiwijoyo, 1972).
Berdasarkan pembagian tersebut, maka wilayah
penelitian termasuk pada point-3 yaitu
kandungan air tanah rendah dengan debit kurang
dari 1 liter/detik.
Situs Menapo Ujung Tanjung II
Penelitian di Situs Menapo Ujung
Tanjung II (MUT-II) dari tahun 2018 hingga
tahun 2019, telah berhasil membuka beberapa
kotak ekskavasi, sehingga struktur batu bata
kuna sudah bisa memberikan pandangan tentang
fungsi dari struktur tersebut (Intan, 2019).
Lokasi Situs MUT-II dalam wilayah
Kompleks Percandian Muara Jambi, terletak di
sebelah barat bagian selatan dan berada tidak
jauh dari Sungai Jambi. Situs MUT-II berada di
sebelah barat Candi Kedaton, diluar pagar utama
candi tersebut (Gambar 14 dan 15).
Gambar 14. Situs MUT-II dan Candi Kedaton
dalam peta Kompleks Percandian Muara Jambi
(Sumber: BPCB, t.t., dengan pengolahan).
Gambar 15. Situs MUT-II dan Candi Kedaton
dalam peta Kabupaten Muaro Jambi
(Sumber: Pemkab Muaro Jambi, t.t., dengan
pengolahan).
Hasil ekskavasi 2019, memperlihatkan
jalur-jalur struktur bata kuna yang berarah 30°
dan kalau ditarik garis lurus (30°) akan melewati
tiga cekungan (Gambar 16).
Gambar 16. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-
II
(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan
Jarvis et al. 2008).
Fungsi Struktur Batu Bata
Berdasarkan hasil penelitian tahun 2018,
ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa
sejumlah struktur batu bata yang ditemukan
sejajar adalah Struktur Jaringan Tata Air, dengan
data-data lapangan berupa: a) Kemiripan bentuk
dan stuktur dengan temuan di Situs dekat PIM
Trowulan, Jawa Timur; b) Ditemukan lapisan
tanah halus (silt) dan padat di dasar struktur.
Lapisan tersebut secara kasat mata merupakan
campuran dari tanah liat dan larutan bata.
Kondisinya padat dan menjadi penanda adanya
pengendapan oleh aliran air, sehingga dapat
dipastikan adanya aliran air pada masa lalu; c)
Terdapat perbedaan warna permukaan bata di
bagian dalam struktur dengan di luar. Warna
bata di bagian dalam struktur ialah abu-abu
kehijauan. Kondisinya merata di seluruh struktur
bagian dalam, dengan ketebalan kurang lebih 1/5
sampai dengan 1/4 lebar bata. Asumsi sementara
terhadap perbedaan warna ini ialah karena diberi
pelapis atau karena terendam cairan; d) Terdapat
indikasi adanya struktur di atas bangunan air
(Gambar 17), yang seolah-olah berfungsi
sebagai penutup saluran. Adanya struktur
penutup tersebut, kemungkinan saluran air ini
ialah saluran tertutup. Untuk memastikannya,
perlu melakukan ekskavasi secara menyeluruh;
e) Struktur bata dasar struktur jaringan air
ditemukan di bawah lapisan lumpur (tanah yang
sangat halus = silt). Bata tersebut berada dalam
posisi seperti menjadi dasar struktur (Gambar
18) dan; f) Selain lapisan tanah halus, terdapat
adanya temuan konsentrasi arang pada jalur
jaringan tata air yang posisinya paling barat
berada pada kedalaman kurang lebih 70 cm.
35
Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan
Arang ini menimbulkan pertanyaan darimana
asal arang tersebut dan kenapa ada di situ.
Keberadaan arang dalam satu bangunan air tidak
lazim terjadi sehingga perlu dilihat lebih lanjut
(Purwanti et al., 2018).
Selain itu, memunculkan pertanyaan dari
mana sumber air yang mengisi saluran air di
Situs Menapo Ujung Tanjung II, kalau dikatakan
berasal dari Sungai Jambi, maka sangat tidak
mungkin, karena air mengalir dari tempat
ketinggian ke tempat yang lebih rendah,
sedangkan kenyataan di lapangan air mengalir
dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi
(Gambar 17).
Gambar 17. Diagram ketinggian Situs MUT II,
Sungai Jambi, dan Sungai Seno, serta arah aliran air
(Sumber: Intan 2019; Data Topografi berdasarkan
Jarvis et al. 2008).
Gambar 18. Kondisi Temuan Struktur Bata
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2018).
Gambar 19. Temuan Konsentrasi Arang pada
Struktur Bata lajur barat
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2018).
Gambar 20. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-
II yang berarah 30° hasil penelitian tahun 2019
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2019).
Gambar 21. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-
II yang berarah 30° hasil penelitian tahun 2019
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2019).
Gambar 22. Struktur batu bata kuna di Situs MUT-
II yang berarah 30° hasil penelitian tahun 2019
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan selama dua tahap di Situs Menapo
Ujung Tanjung II, belum dapat ditarik suatu
kesimpulan akhir bahwa struktur batu bata yang
terletak di sebelah barat Candi Kedaton diduga
berfungsi sebagai saluran air (Purwanti et al.,
2019). Struktur batu bata di situs tersebut
disebutkan sebagai saluran air, namun dalam
pengamatan langsung di lapangan, tidaklah
36
Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38
mencirikan sebagai suatu saluran air, seperti
yang banyak terdapat di Trowulan, Jawa Timur.
Beberapa foto saluran air, kolam dan bak kontrol
yang ditemukan di Situs Trowulan (Gambar 23-
32).
Gambar 23. Saluran air dan bak kontrol di Sektor
Trowulan, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
Gambar 24. Saluran air berpenutup yang ditemukan
di Sektor Bejijong-1, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
Gambar 25. Saluran air berpenutup yang ditemukan
di Sektor Bejijong-2, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
Gambar 26. Saluran air berpenutup di Sektor
Blendren, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
Gambar 27. Struktur bata menyerupai sumur
berbentuk nyaris bujur sangkar dan disebut dengan
Bak Kontrol Blendren
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
Gambar 28. Saluran air di Sektor Nglinguk Kulon-
1, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
37
Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung II, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi - M. Fadhlan S. Intan
Gambar 29. Saluran air di Sektor Nglinguk Kulon-
2, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2004).
Gambar 30. Saluran air yang ditemukan di Sektor
Nglinguk Kulon-2, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2018).
Gambar 31. Saluran air yang ditemukan di Sektor
Nglinguk Kulon-3, Situs Trowulan
(Sumber: Puslit Arkenas 2018).
Gambar 32. Kolam air di Sektor Nglinguk Kulon-4,
Situs Trowulan (tanda panah merupakan lubang-
lubang air)
(Sumber: Puslit Arkenas 2018).
Berdasarkan perbandingan foto struktur
batu bata yang diduga saluran air di Situs
Menapo Ujung Tanjung II, maupun saluran air,
bak kontrol, dan kolam di Situs Trowulan,
terdapat ketidaksamaan struktur-struktur batu
bata tersebut.
KESIMPULAN
Secara umum bentang alam wilayah
penelitian tersusun atas satuan satuan morfologi
dataran (0-2%), serta ketinggian wilayah
penelitian dan sekitarnya adalah 5-20 mdpl.
Sungai induk yang mengalir di wilayah
penelitian dan sekitarnya adalah Sungai Batang
Hari. Sungai-sungai yang lebih kecil dari sungai
induk adalah Sungai Jambi, Sungai Melayu,
Sungai Terusan, Sungai Medak, Sungai
Amburan Jalo, dan beberapa sungai kecil
lainnya. Sungai-sungai tersebut termasuk pada
kelompok sungai yang berstadia Sungai Dewasa
Tua (old mature river stadium), dan Stadia
Sungai Tua (old river stadium). Berpola aliran
Trellis, dan Pola Pengeringan Rektangular serta
termasuk pada Sungai Periodik/Permanen.
Batuan penyusun wilayah penelitian dan
sekitarnya, adalah Formasi Kasai berumur
Pliosen Akhir-Plistosen Awal dan aluvial
berumur Holosen. Struktur geologi yang
melewati di wilayah penelitian dan sekitarnya
adalah lipatan (fold) dari jenis antiklin dan
sinklin, berarah tenggara-barat laut. Berdasarkan
hidrologi, wilayah penelitian terbagi atas air
permukaan dan air tanah. Air permukaan tidak
dapat dilepaskan dengan pola aliran sungai,
sungai dengan pola aliran trellis ini memiliki
ciri-ciri oleh kumpulan saluran-saluran air yang
38
Tumotowa Volume 3 No. 1, Juni 2020: 27 - 38
membentuk pola sejajar yang mengalir
mengikuti arah kemiringan lereng serta tegak
lurus terhadap saluran utamanya. Saluran utama
pada sungai ini biasanya searah dengan sumbu
lipatan, sehingga karakteristik dari puncak
banjirnya tidak terpusat dan dengan durasi banjir
yang lama. Kapasitas sumber mata air sangat
tergantung dari kondisi hidrologi, iklim, daerah
tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi.
Kondisi air tanah dan produktivitas akuifer
(lapisan pembawa air) yang terdapat di
Kabupaten Muaro Jambi (termasuk wilayah
penelitian) adalah akuifer dengan aliran melalui
celah dan ruang antar butir. Wilayah penelitian
termasuk pada point-3 yaitu kandungan air tanah
rendah dengan debit kurang dari 1 liter/detik.
*****
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi.
(2018a). Kabupaten Muaro Jambi Dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Muaro Jambi.
https://muarojambikab.bps.go.id/publication/
2018/08/16/dd186c2a3565d945238b1920/ka
bupaten-muaro-jambi-dalam-angka-
2018.html
Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi.
(2018b). Kecamatan Maro Sebo Dalam Angka
2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro
Jambi.
https://muarojambikab.bps.go.id/publication/
2018/09/26/ae3d70dced309984aaa04938/kec
amatan-maro-sebo-dalam-angka-2018.html
Desaunettes, J. R. (1977). Catalogue of landforms for
Indonesia : examples of a physiographic
approach to land evaluation for agricultural
development. Soil research institute.
Hadiwijoyo, P. (1972). Hidrogeologi Kabupaten
Muaro Jambi. Direktorat Geologi Tata
Lingkungan.
Intan, M. F. S. (2019). Geologi Menapo Ujung
Tanjung II, Kecamatan Maro Sebo.
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Lobeck, A. K. (1939). Geomorphology: An
Introduction To The Study of Landscape. Mc
Graw Hill Book Company Inc.
Mangga, S. A., Santosa, S., & Hermanto, B. (1993).
Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatera. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Marland, P. B. (1972). Billing, M.P., 1972 Structural
Geology. Prentice-Hall, Inc. Englewood
Cliggs, New Jersey. (3rd ed.). Prentice-Hall,
Inc.
Purwanti, R., Andhifani, W. R., Hendra, N.,
Rachmawan, T. F., & Siregar, S. M. (2018).
Penelitian Arkeologi Kosmologi Percandian
Muaro Jambi.
Purwanti, R., Intan, M. F. S., Eriawati, Y., Andhifani,
W. R., Rachmawan, F., T., & Sudaryadi, A.
(2019). Fungsi Struktur Bangunan Air
Manopo Ujung Tanjung II Situs Kawasan
Percandian Muaro Jambi Tahap II.
Thornbury, W. D. (1954). Thornbury, W.D., 1964
Principle of Geomorphology. New York,
London, John Wiley And Sons, inc. John Wiley
And Sons Inc,.
Todd, D. K. (1980). Groundwater Hydrology
(Second Edi). John Willey and Son’s.