GENDER TRAINING FOR FD, FK AND PL...Sebelum pelatihan dimulai, fasilitator mendesign beberapa...
Transcript of GENDER TRAINING FOR FD, FK AND PL...Sebelum pelatihan dimulai, fasilitator mendesign beberapa...
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
GENDER TRAINING FOR FD, FK AND PL
in
• Aceh Utara • Aceh Timur • Aceh Selatan
May 5-10, 2008
Makmué Gampóéng Kareuna Daméé Program Nanggroe Aceh Darussalam
2008 - 2009
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 1
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
ACEH UTARA
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 2
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
GENDER SENSITIVITY TRAINING REPORT ACEH UTARA
Proses Training Pelatihan ini diadakan selama 4 hari untuk para fasilitator desa yang berada di beberapa kecamatan Kota Lhokseumawe, dalam pelatihan diharapkan para fasilitator memiliki kemampuan untuk memfasilitasi program-program di komunitas berdasarkan kepada kebutuhan perempuan dan laki-laki (based on gender need). Dalam proses pelatihan tersebut melalui beberapa tahapan untuk melihat pemahaman peserta sejauh mana mereka mengetahui tentang isu-isu keadilan gender di tingkat komunitas. Sebelum pelatihan dimulai, fasilitator mendesign beberapa pertanyaan yang berkaitan erat dengan partisipasi perempuan dan laki-laki di ruang domestik dan public (lihat notulensi training). Pre-Test Pada awal pertanyaan dalam Pre_Test ini sebagian peserta belum mengetahui bahwa partisipasi perempuan sangat dibutuhkan dalam setiap level kegiatan yang akan di rencanakan . Persoalan yang dihadapi perempuan masih dilihat sebatas dalam lingkup domestik (rumah tangga / reproduktif), pekerjaan seperti dianggap sebagai kewajiban dari perempuan untuk melakukannya sedangkan laki-laki berkewajiban untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan di luar rumah tangga seperti mencari nafkah bagi keluarga. Tingkat pengalaman dan pendidikan yang berbeda diantara para peserta menimbulkan perbedaan cara pandang yang berbeda pula. Sebagian dari mereka tingkat kesadaran sudah baik tinggal bagaimana materi yang akan disampaikan dapat membantu mereka untuk menganalisa masalah-masalah komunitas secara lebih mendalam lagi. Mempertajam cara berpikir dengan melihat realita sekeliling mereka, bagaimana pelaksanaan program-program selama ini dilaksanakan merupakan cara terbaik untuk melihat contoh secara langsung juga dapat membatu mereka dalam menjawab soalan pada pre-test ini.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 3
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Materi
Post - Training
Pre-Test
Evaluasi
Disamping itu juga Pre – test ini sangat membantu para peserta untuk melihat perbedaan tajam diantara yang mengatakan “setuju” dan “tidak setuju” dalam isu partisipasi perempuan di luar rumah tangga (publik sektor). Hal ini sangat menarik untuk dicermati karena sebenarnya secara umum seperti itulah cara masyarakat kita berpikir. Materi Mengingat bahwa sebagian besar dari peserta Cuma menamatkan pendidikan di jenjang SD maka dipilih methode penyampaian materi melalui penampilan “gambar-gambar” yang dianggap sangat berkaitan dengan isu-isu yang akan disampaikan selama proses belajar ini berlangsung. Methode dengan menggunakan gambar ini lebih efektif diterapkan selama proses berlangsung karena para peserta dapat dengan mudah memahami dengan apa yang dilihat oleh mereka. Beberapa materi yang disampaikan tersebut antara lain : 1. menganalisa kehidupan masyarakat kehidupan masyarakat yang ada di desa serta persoalan yang mereka hadapi, social, ekonomi, politik, budaya, kesehatan dan pendidikan. Dengan menunjukan beberapa gambar perempuan pada pekerjaan informal, para peserta diajak untuk menganalisa apa yang terjadi di tengah – tengah masyarakat khususnya bagi perempuan. Pekerjaan informal yang biasa dilakukan oleh perempuan di pesisir pantai akan berbeda dengan perempuan yang bekerja di daerah pegunungan demikian juga dengan kerentanan atau bahaya yang akan mereka hadapi. Bekerja sebagai pencari tiram, pembuat batu bata
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 4
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
mendatang penghasilan yang tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari, perempuan tetap saja akan berada pada garis kemiskinan. Bahaya penyakit juga akan turut mengancam karena berendam selama lebih kurang 8 jam di dalam air akan menimbulkan persoalan-persoalan yang akan mengganggu kesehatan mereka. Baik kesehatan reproduksi, penyakit kulit dan sebagainya demikian juga dengan perempuan yang tinggal di pegunungan dengan mengerjakan lahan pertanian, akan menghabiskan waktunya berjam-jama untuk kegiatan pertanian tersebut. Mereka terkadang harus mencari nafkah dimana terkadang suami pergi masuk ke dalam hutan selama berminggu-minggu meninggal mereka. Pada saat itu peran public juga harus diambil perempuan sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kehidupan anggota keluarga. Pada saat yang bersamaan sebenarnya laki-laki atau suami juga mengalami kerentanan juga ketika masuk ke hutan untuk berburu misalnya, diserang binatang buas adalah salah satu resiko yang akan dialami oleh laki-laki yang tinggal di wilayah pegunungan. Demikian juga para laki-laki yang bekerja di sector perikanan terkadang mereka harus terombang ambing di tengah laut karena kencangnya angin atau bahkan hilang di tengah laut karena badai dan sebagainya. 2. Persoalan ketidakadilan yang dihadapi perempuan juga salah satu topic yang dibicarakan dalam training, bentuk-bentuk ketidakadilan dan apa factor penyebabnya sehingga kekerasana dan ketidakadilan sering dialami perempuan 3. peran dan pembagian kerja gender, mengidentifikasi peran dan kerja laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan selama 24 jam sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Tujuannya dari topic ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta akan dampak dan pengaruh dari pembedaan peran dan kerja laki-laki dan perempuan terhadap peri laku, kegiatan dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu juga dalam membuat kegiatan yang akan dilakukan di desa harus melihat peran-peran tersebut mencocok waktu yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki adalah hal utama yang harus diperhatikan untuk memastikan bahwa semua orang bisa ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada di desa. 4. kebutuhan gender, mengidentifikasi kebutuhan perempuan dan laki-lkai yang berbeda berdasarkan peran dan pembagian kerja gendernya, kebutuhan praktis dan strategis gender. Tujuannya peserta paham akan berbagai kebutuhan yang muncul antara perempuan dan laki-laki yang sering disebut dengan kebutuhan praktis dan strategis. 5. Kontrol dan Relasi kekuasaan, peserta diajakan untuk melihat seberapa besar perempuan dan laki-laki memiliki posisi control atau posisi pengambil keputusan dalam sebuah kegiatan program atau bahkah didalam rumah tangga sekalipun. Keterwakilan perempuan sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa perempuan terlibat dalam perencanaan kegiatan yang ada didesa dan mereka terlibat dalam menentukan arah kebijakan yang akan di buat. Keberadaan mereka diperhitungkan dengan tepat bukan hanya sebagai alat legitimasi saja bahwa mereka sudah hadir namun lebih dari itu bahwa mereka didengarkan sarannya. 6. Mengidentifikasi program-program yang gagal dan berhasil selama ini dijalankan, serta menganalisa kegagalan tersebut siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan. Posisi dan peran perempuan dalam program sangat menentukan karena cara perempuan melihat dan menyelesaikan persoalan pasti berbeda dengan laki-laki. Perempuan akan memperhitungkan banyak hal termasuk keselamatan anaknya dan bahaya yang bisa ditimbulkan jika mengabaikan faktor-faktor resiko dan kelompok rentan lainnya. 7. Mengidentifikasi kekhawatiran dan para fasiltator perempuan dan laki-laki ketika mereka menjadi fasilitator desa serta menganalisa penyebabnya, bahwa perempuan dan laki-laki mengkhawatirkan hal-hal yang berbeda.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 5
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
8. Peran Gender, peran kerja reproduktif, peran kerja produktif dan peran kerja komunitas, memparkan kepada peserta apa yang dimaksuk dengan ketiga peran tersebut. Bagaimana dan dimana ketiganya bekerja, ketika ketiga peran tersebut harus dijalankan oleh perempuan dan laki-laki dan apa dampaknya bagi mereka. 9. Menjelaskan siklus sebuah proyek merupakan hal lain yang di paparkan dalam training tersebut mengingat bahwa perempuan dan laki-laki yang akan bekerja untuk memfasilitasi masyarakat harus mengenal dengan siklus tersebut. Sebagai fasilitator harus aktif untuk melibatkan komunitas pada tahap-tahapan tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi atau bahkan sampai melakukan audit program. 10. Partispasti komunitas, bagaimana melibatkan komunitas dan dampak terhadap sebuah program ketika komunitas tidak dilibatkan. Partisipasi adalah komponen penting untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan sebuah program yang ada di desa. Partipasi pada semua tahapan program, akan menentukan juga sejauh mana program tersebut keberlanjutannya dan manfaat bagi komunitas sebagai penerima manfaat. Masyarakat harus dilihat sebagai subjek dalam setiap pelaksanaan program karena merekalah yang harus aktif untuk memperhatikan proses program tersebut pada setiap tahapannya. Peserta Peserta pada umumnya telah mulai memahami materi-materi yang telah disampaikan, serta implikasinya dalam program-program yang akan mereka laksanakan nantinya di desa. Namun pelatihan satu hari itu seharusnya ada follow up yang bisa dilakukan untuk lebih mempertajam kepekaan mereka dalam melihat realita social yang ada di tengah mereka. Pelaksana proyek harus menggali terus kemampuan para fasilitator ini karena mereka bekerja di komunitas dan ujung tombak program-program yang di buat di desa tersebut. Kemampuan diantara para peserta sangat ditentukan dari pengalaman mereka bekerja di lapangan, karena FD yang lama lebih memahami persoalan dibandingkan dengan FD yang baru di rekrut. Latar belakang pendidikan bisa saja tidak menjadi faktor penghambat utama bila mereka lebih sering didampingi dan diberikan bantuan teknis lainnya dalam program yang dijalankan. Diskusi-diskusi kecil di desa bisa mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk lebih peka untuk memetakan persoalan di komunitasnya dengan membiasakan mengkritisi hal-hal umum yang terjadi di desa. Rekomendasi 1. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan dalam beberapa hari, karena waktu satu hari terlalu minim untuk membangun pemahaman kritis diantara para peserta. Kelompok ini merupakan kelompok strategis yang harus didukung dengan upaya-upaya capacity building lainnya untuk mengarahakan program-program tersebut bisa memberikan manfaat dan keberlanjutannya bagi masyarakat. 2. Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebaiknya menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan dalam merekrut para FD memberikan alternative vocational training adalah salah satu strategi yang bisa dilakukan untuk membuat mereka terbiasa dalam berhadapan dengan komunitas walau sebenarnya mereka direkrut dalam desa yang bersangkutan namun belum berarti mereka tahu persoalan yang dihadapi oleh masyarakatnya selama ini. 3. Untuk membuat para FD lebih efektif dalam kerja-kerja komunitas maka peran dari FK juga sangat menentukan dalam mendampingi FD nya, kunjungan regular dan memfasilitasi pertemuan kecil untuk meningkatkan kekritisan mereka adalah kunci utama dalam mendevelop kapasitas para FD agar lebih berperan di komunitas.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 6
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
TRAINING GENDER UNTUK FASILITATOR KOMUNITAS DAN DESA (I) Hari/Tanggal : Senin/05 Mei 2008 Tempat : SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Peserta : 16 Laki-laki dan 10 Perempuan (26 Peserta) SESI PAGI Mukaddimah -------------------------------------------------------------------------------------- Perkenalan Jumlah Peserta disesi pagi ini adalah 14 laki-laki dan 10 perempuan (24 Peserta) Beberapa peserta laki-laki memperkenalkan diri: • Desa Beunot kec. Samtalira Bayu Didesa ini ada sekitar 2000 jiwa penduduknya. Sebahagian besar penduduk (laki-laki dan perempuan) bekerja sebagai petani dan pedagang. Perempuan pergi kesawah juga, mempunyai kelompok pengajian dan wirid dan rata-rata memiliki pendidikan yang rendah. • Desa Payah Leupah, Kec. Simpang Keuramat Desa ini berpenduduk sekitar 800 jiwa. Pekerjaan laki-laki dan perempuan adalah petani disawah. Sama seperti desa Beunot, kelompok perempuan didesa ini mempunyai kelompok pengajian dan tingkat pendidikan perempuan rendah. Fasilitator memberikan Pre-test kepada peserta. Peserta diharapkan memberikan pendapatnya (Setuju atau tidak setuju) dengan pernyataan dari fasilitator. S = Setuju, TS = Tidak Setuju 1. Perempuan menjadi pemimpin, baik dilevel komunitas ataupun yang lainnya (24 peserta menyatakan tidak setuju) 2. Perempuan terlibat aktif di pertemuan-pertemuan desa (24 peserta menyatakan setuju) 3. Perempuan mudah terkena (rentan) terhadap bencana (wabah penyakit, konflik dll) (7 laki-laki setuju dan 17 (laki-laki dan perempuan tidak setuju) 4. Kewajiban membesarkan anak dalam keluarga adalah kewajiban laki-laki dan perempuan (24 peserta menyatakan setuju) 5. Waktu yang dihabiskan perempuan untuk bekerja lebih banyak dibandingkan laki-laki (24 peserta menyatakan setuju) Fasilitator mengajak peserta untuk melihat apa yang dikerjakan istri dan suami?? Jawaban peserta: Yang dikerjakan istri: - Memasak - Mencari kayu bakar - Menyuci - Bersih-bersih rumah - Mengurus anak (jemput anak sekolah) - Ke sawah (kadang-kadang)
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 7
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Yang dikerjakan suami: - Bermain dengan anak - Bekerja diluar rumah (mencari nafkah) - Kadang membantu istri • Perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja • Ketika bencana, ada pergeseran peran-peran kerja antara laki-laki dengan perempuan, mengapa? Misalnya: - Perempuan yang kehilangan suami ketika bencana, maka dia harus menjadi kepala rumah tangga dan bekerja baik didalam maupun diluar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (orang tua tunggal) - Anak-anak bekerja, tidak sekolah karena biaya dan jarak sekolah yang jauh Fasilitator memberikan meta plan kepada peserta untuk menulis apa saja perbedaan dampak yang ada/dialami laki-laki dan perempuan dalam bekerja? Peserta menjawab: Perbedaan dampak laki-laki dan perempuan dalam bekerja: - Gaji yang berbeda (perempuan mendapatkan gaji yang lebih rendah dibandingkan laki-laki) - Perempuan gampang sakit (terserang penyakit)/rentan terhadap penyakit - Perempuan cepat capek atau lelah - Perempuan tidak layak kerja berat - Perempuan kurang tenaga untuk bekerja - Kesehatan perempuan menurun - Jika perempuan bekerja, anak akan terlantar tidak sekolah dan berkurang waktu untuk mengurus anak - Laki-laki lebih kuat tenaganya daripada perempuan Fasilitator menanyakan alasan mengapa gaji perempuan lebih rendah daripada laki-laki, peserta menjawab: - Laki-laki bisa membawa beban yang lebih besar daripada perempuan - Lebih cepat laki-laki bekerja daripada perempuan - Tenaga laki-laki lebih besar daripada perempuan - Perempuan terlambat pergi kerja, karena mengurus rumah tangga terlebih dahulu - Perempuan membawa anak ketempat bekerja, sehingga waktu berkurang untuk bekerja (menjaga anak juga ditempat kerja) Fasilitator menanyakan, apakah pekerjaan laki-laki dan perempuan dapat dinilai sama produktifnya?tahukan ibu, bapak, kakak dan abang apa yang dimaksud dengan kerja produktif dan juga reproduktif? • Produktif : Kerja-kerja yang mendatangkan uang (dibayar dengan uang, seperti menyuci pakaian orang lain mendapatkan uang dll) • Reproduktif : Kerja-kerja yang tidak dibayar uang (misalnya kerja menyuci dan memasak dirumah yang tidak digaji)
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 8
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Kemudian fasilitator kembali melemparkan pertanyaan ke peserta apakah perempuan bekerja (dibayar) hanya untuk menambah pendapatan rumah tangga (karena gaji yang kecil atau kerja sampingan??), benar atau salah? • Bagaimana jika pendapatan perempuan lebih besar, apakah juga dianggap menambah pendapatan rumah tangga?? - Bisa, perempuan bisa mendapatkan pendapatan yang lebih besar karena faktor pendidikan - Bisa, ketika konflik terjadi di aceh, laki-laki pergi ke gunung berhari-hari bahkan berbulan-bulan maka perempuan bekerja untuk pendapatan rumah tangga dan itu disebut pendapatan utama keluarga/rumah tangga, karena hanya perempuan satu-satunya yang bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Fasilitator bercerita pengalaman pemberdayaan ekonomi perempuan di sebuah proyek pada sebuah desa , perempuan di desa tersebut bekerja sebagai menjemur ikan, mereka membeli ikan dari nelayan laki-laki dan perempuan mengeringkan ikan untuk kemudian dijual. Program pemberdayaan ekonomi, memberikan bantuan modal bagi perempuan untuk usahanya sebagai penjemur ikan. Namun apa yang terjadi, nelayan laki-laki menaikkan harga ikan basah karena mereka mengetahui perempuan mendapatkan uang pemberdayaan ekonomi dari NGO, sehingga mereka menaikkan harga ikan basah. Mengapa bisa seperti ini? Ini karena ketika pemberdayaan ekonomi diberikan kepada perempuan, tidak melibatkan atau tidak memberikan pemahaman kepada laki-laki bahwa uang yang diberikan untuk perempuan adalah untuk memberdayakan perempuan dan meningkatkan pendapatan perempuan yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pentingnya memberikan pemahaman yang saling mendukung terhadap program-program dimasyarakat adalah salah satu cara agar program yang dijalankan dapat sustain dan berhasil. Pada daerah pesesir pantai, para perempuan yang bekerja di sektor perikanan misalanya mencari tiram, udang pada tambak atau pantai mereka biasanya akan berada dalam air lebih dari 8 jam sehari. Dalam situasi seperti ini kita bisa membayangkan dan memperkirakan hal-hal yang bisa membuat mereka terkena gampang terkena penyakit baik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit kulit atau penyakit lainnya. Fasilitator memberikan pertanyaan lain “mengapa perempuan gampang terkena penyakit???”, peserta menjawab - Perempuan lebih lemah fisiknya daripada laki-laki - Jika perempuan hamil dan bekerja, bagaimana dia bekerja menggangkat benda berat? Ini akan mempengaruhi janinnya dan bagaimana dengan asupan gizi yang dimakan? Tentu akan mempengaruhi kerja-kerjanya ketika perempuan sedang hamil - Perempuan yang bekerja mencari tirom, akan berendam di air yang tidak baik (berlumpur dan bau) sekitar 5-7jam dan ini akan mempengaruhi organ reproduksinya karena organ reproduksi perempuan yang sensitif sehingga dapat mengakibatkan gatal-gatal dan keputihan. • Perempuan lebih nyaman berdiskusi dengan perempuan Bagaimana dengan program cash for work??? - Sejarah lahirnya cash for work yaitu di negara Afrika, adanya pengungsi lintas negara. Ketika pengungsi ini pergi ke perbatasan, mereka meninggalkan seluruh harta benda/aset mereka dikampungnya. Maka, lahirlah cash for work, dimana tujuan awalnya untuk membantu mereka memulai kembali kehidupannya. Tapi cash for work yang ada diaceh paska tsunami ketika masa darurat, memang benar sebagian program ini membantu
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 9
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
masyarakat, tapi disisi lain membuat masyarakat ketergantuangan dan malas untuk bekerja (membersihkan sawahnya sendiri harus dibayar, jika tidak dibayar maka tidak mau membersihkan), ini semua karena program itu tidak dilakukan dengan pendekatan dan manajemen yang benar kepada masyarakat. Paska tsunami, Perempuan dan laki-laki sudah mulai terlibat untuk program-program dimasyarakat. Bagaimana mereka menilai leadership atau kepemimpinan? Kepemimpinan bukan berarti harus menjadi Presiden atau Gubernur tapi yang paling sederhana yang dapat dilihat adalah bagaimana peserta (fasilitator-fasilitator desa dan kecamatan) menlead atau mengorganisir suatu forum atau kegiatan dalam komunitas, itu dapat dikatakan leadership. Jadi bagaimana perempuan dan laki-laki ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan disekitar mereka. Saat ini yang perlu dilakukan adalah bagaimana mendorong keterlibatan perempuan secara aktif dikomunitas kita dalam rangka memberdayakan perempuan. Dalam mengimplementasi program-program dikomunitas, fasilitator-fasilitator desa/kecamatan ini diharapkan dapat melihat kebutuhan-kebutuhan dilapangan (skala prioritas) misalnya: - Berapa banyak yang membutuhkan? - Siapa-siapa saja yang membutuhkan? - Peta/kondisi daerah (letak, misalnya membangun sekolah, apakah dekat atau sulit dijangkau) - Material (bahan) yang dibutuhkan, apakah sesuai standar? - Desain yang sesuai dengan kebutuhan laki-laki dan perempuan juga anak (melihat tingkat kerentanan) ---------------------------------------------------------------------------Lunch Break 12.30------ SESI SIANG Fasilitator mengajak peserta untuk melihat gambar dan menganalisis apa yang terjadi yang digambarkan dalam gambar tersebut Gambar: “Ada Laki-laki dan perempuan yang sedang berjalan, laki-laki berjalan didepan sambil merokok dan perempuan berjalan dibelakang sambil memikul ranting-ranting/kayu bakar yang diambil dari hutan”, apa yang dapat dilihat??? Peserta menjawab: - Sedih melihat, tidak adil dan kasihan - Tidak adil perempuan harus menanggung beban yang berat • Apa yang terjadi terhadap perempuan dikarenakan beban berat yang harus dipikul?? Fasilitator membagikan meta plan dan peserta menjawab, dan jawabannya adalah: - Penindasan terhadap perempuan - Pemaksaan terhadap perempuan - Mudah sakit seperti sakit pinggang, pegal-pegal
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 10
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Kesehatan berkurang (jika hamil akan terganggu janinnya) - Dapat berakibat fatal, kematian - Perempuan menjadi kurus - Sering bertengkar - Sebaiknya harus ditanggung bersama-sama - Tidak adil, akan mengakibatkan perempuan cepat tua - Lelah dan capek sehingga menjadi sakit - Merusak badan - Lambat laun tidak dapat bekerja lagi (trok) - Akan terjadi ketidakadilan jika terjadi terus menerus - Badan kecil, menurun harapan hidup Supaya adil, harus seperti apa??? Peserta menjawab: - Berat sama dipikul ringan sama dijinjing - Bekerja sama antara laki-laki dan perempuan - Kalau laki-laki bisa memikul, mengapa harus dibebankan lagi kepada perempuan? - Tempatkan sesuatu, sesuai pada tempatnya • Harus ada kesadaran peran-peran antaran laki-laki dan perempuan Fasilitator menjelaskan, bahwa peserta sudah mulai paham dengan ketidakadilan yang terjadi pada perempuan. Ada beberapa bentuk ketidakadilan yaitu: 1. Diskriminasi – Membeda-bedakan perlakuan dikarenakan seseorang laki-laki atau perempuan (dibedakan karena jenis kelamin) 2. Kekerasan – Perlakuan dari seseorang yang melukai orang lain baik fisik maupun non fisik 3. Beban Ganda – Kerja yang berlipat-lipat yang dialami perempuan (misalnya ketika perempuan bekerja diluar maka dia juga harus bekerja didalam rumah) 4. Pelebelan – Stempel atau cap yang diberikan kepada perempuan misalnya janda sering di “cap” tidak baik atau perempuan yang pulang malam, di “cap”/dianggap perempuan yang tidak baik-baik Melihat gambar kedua “Bagaimana perempuan di dunia????” Dalam gambar juga ada beberapa informasi: - 70% waktu dari 24 jam adalah waktu yang dihabiskan perempuan untuk bekerja - 75% perempuan didunia buta huruf - 14% perempuan di Parlemen - 8% perempuan di kabinet kementrian - Dan Memproduksi separuh lebih makanan didunia Tugas kelompok Fasilitator memberikan selembar kertas yang masing-masing berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain Kelompok I
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 11
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Apa Peran Perempuan dan Laki-laki? 1. Pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki tidak seimbang 2. Apa akibatnya bagi perempuan dan laki-laki? 3. Bagaimana seharusnya pembagian kerja ini bisa dirasakan adil oleh perempuan dan laki-laki? 4. Siapa seharusnya yang memutuskan pembagian kerja tersebut? 5. Bagaimana memutuskannya? Siapa yang mencuci, memasak, menjaga anak, mencari nafkah dan sebagainya Jawaban kelompok I Ad 2. Bagi Perempuan - Merasa capek - Gampang sakit - Bisa stress Bagi Laki-laki - Bisa stress - Cepat emosi - Merasa tidak dihargai oleh istri - Menjadi suami takut istri Ad 3. adanya saling pengertian, saling membantu dan bekerja sesuai dengan porsi masing-masing Ad 4. Harus diputuskan secara berdiskusi Ad 5. Secara musyawarah atau kepala keluarga dengan jalan musyawarah Tanya jawab: 1. bagaimana jika tidak saling pengertian, bagaimana membangkitkan rasa pengertian dala rumah tangga/keluarga Jawab: - tidak otoriter (monopoli) - Tidak diputuskan sendiri-sendiri - Saling jujur dan terbuka satu sama lain 2. Apa latar belakang dari pernyataan “suami takut istri”? - Ketika pembagian kerja tidak adil 3. Jika kepala keluarga ada masalah, kemana/bagaimana melakukan musyawarah? - saya akan meluruskan kembali maksud dari kelompok kami, disini dikatakan bagaimana memutuskannya? Siapa yang mencuci, memasak, menjaga anak, mencari nafkah dan sebagainya. Jadi menurut kami, kita harus mengatur (bermusyawarah) untuk memutuskan siapa-siapa melakukan apa dalam pekerjaan rumah tangga itu. Kelompok II Perempuan dan Management Waktu 1. Berapa banyak waktu setiap harinya dihabiskan perempuan untuk mengurus kebutuhan anggota keluarga 2. Berapa sisanya untuk mengurus kepentingan diri sendiri? 3. Mengapa ini bisa terjadi? 4. Apa yang harus dilakukan perempuan sebaiknya dalam pembagian waktu dengan laki-laki?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 12
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Jam Kegiatan Perempuan Laki-laki05.30 Sembahyang subuh √ √ 06.00 Memasak nasi dll √ 07.00 Memandikan anak √ 07.30 Antar anak kesekolah √ √ 08.00 Mencuci √ 10.30 Belanja kepasar/jemput anak √ 11.00 Memasak siang √ 12.00 Siapkan makan siang √ 15.00 Sholat zhuhur √ √ 16.00 Sembahyang ashar √ 16.30 Bersih-bersih √ 18.00 Siapkan makan malam √ 18.30 Sholat magrib √ √ 19.00 Makan malam √ √ 20.00 Kumpul dengan anak/istri/suami √ √ 20.30 Sembahyang Isya √ √ 22.00 Waktu untuk suami √ √ 23.00 Istirahat malam √ √ 05.00 Mandi pagi √ √ Ad 1. 19 Jam Ad 2. Sisanya waktu untuk diri sendiri (5 jam) Ad 3. Karena banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mengurus rumah tangga Ad 4. Akan mencari pembantu yang bisa mengurus anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah (kalau punya uang) Tanya jawab: 1. Jika 19 jam untuk mengurus rumah tangga, 5 jam mengurus diri sendiri, kapan waktu istirahat? - Istirahat dapat dilakukan antara jam 11-12 siang (sela setelah memasak menyiapkan makanan) juga jam 8-10 malam ketika berkumpul dengan keluarga Kelompok III Ada Gambar yang menceritakan sepasang suami istri yang sedang berjualan bersama Apa yang bisa dilihat dari gambar dibawah ini? 1. Apa yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan? 2. Bagaimana menurut pendapat anda 3. Apakah sudah adil? Ad 1. sama-sama sedang menjual perhiasan Ad 2. - Tidak layak dilakukan bersama-sama dengan usaha yang kecil karena usaha itu bisa dilakukan sendiri oleh perempuan atau laki-laki - Seharusnya laki-laki bisa mencari pekerjaan lain yang lebih memadai karena akan lebih meningkatkan penghasilan keluarga
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 13
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Ad 3. - Tidak adil, karena usaha yang dilakukan itu tak perlu bersama-sama dan bisa dilakukan sendiri - Karena seharusnya perempuan hanya menanggung pekerjaan dirumah saja untuk mengurus anak dan lainnya yang sesuai dengan fisik perempuan itu sendiri. Tanya jawab: 1. Mengapa istri harus dirumah saja? Bukankah itu tidak adil bagi perempuan? - Seharusnya laki-laki bekerja yang lain yang lebih memadai 2. Tanggapan - Tidak adil bagi suami, karena pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan kecil, sehingga bisa dikerjakan istri maka suami harus mencari pekerjaan yang lain untuk menambah ekonomi keluarga. • Mengapa penting membuat peta waktu (kalender musim) ketika kita dilapangan? - Laki-laki dan perempuan mempunyai waktu yang berbeda dan sehingga kita mengetahui kapan saja/waktu untuk berdiskusi dikomunitas (dengan laki-laki atau perempuan) - Dengan mengetahui kalender musin juga kita dapat melihat potensi desa tersebut. • Berilah pemahaman kepada perempuan mengapa mereka penting untuk diundang pada pertemuan-pertemuan desa, sehingga mereka mengetahui apa yang sedang terjadi didesa mereka, dan dapat memberikan masukan dari proses pertemuan tersebut • Bagaimana mendesai proyek - Mengerti tentang bahan baku/material yang dibeli, ini akan berpengaruh terhadap ongkos produksi - Melihat waktu-waktu untuk berdiskusi dengan perempuan - Melihat tingkat kerentanan laki-laki dan perempuan - Melihat kebutuhan laki-laki dan perempuan - Program yang sustain - Menjalankan program berdasarkan kebutuhan praktis? Atau strategis? EVALUASI Peserta memberikan kembali pertanyaan pre-test dan jawabannya semua peserta setuju. Evaluasi Materi, proses, Fasilitator dan peserta Fasilitator memberikan metaplan kepada peserta untuk menuliskan senang ☺ atau tidak senang selama mengikuti training ini: 1. Materi ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII II = 22
= IIII = 4 2. Proses ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIII = 24
= II = 2
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 14
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
3. Fasilitator ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIII = 24
= II = 2 4. Peserta ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIII = 24
= II = 2 ----------------------------------------------------------------------------------Selesai---------------
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 15
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
TRAINING GENDER UNTUK FASILITATOR KOMUNITAS DAN DESA (II) Hari/Tanggal : Selasa/06 Mei 2008 Tempat : Matang Kuli Peserta : 15 Laki-laki dan 14 Perempuan (14 Desa, 2 Kecamatan) SESI PAGI Mukaddimah ------------------------------- Perkenalan Masyarakat diajak untuk memperkenalkan diri, dan beberapa diajak mengajak untuk menceritakan kondisi desanya • Desa Geureughek Kecamatan Payah Bakong, pekerjaan laki-laki dan perempuan pergi kesawah, ke kebun. Ini salah satu kendala, perempuan sulit hadir ke meunasah untuk pertemuan karena mereka pergi ke sawah. • Desa Paya Baro Kecamatan Matang Kuli, pekerjan laki-laki dan perempuan sama yaitu pergi ke sawah sehingga perempuan juga sulit hadir pada pertemuan-pertemuan desa. • Desa Tuetong Kecamatan Matang Kuli, sama seperti desa-desa yang lain, pekerjaan laki-laki dan perempuan adalah pergi kesawah dan sebahagian mereka tamatan SMA • Desa Teupin Keubee, banyak mereka yang putus sekolah, ada juga beberapa yang cacat. Pekerjaan perempuan kesawah, jahit menjahit dan membuat kue • Desa...........(kecamatan paya bakong). Banyak penduduk didesa ini yang dibawah garis kemiskinan, dikarenakan konflik yang panjang. Sekitar 80% laki-laki petani dan selebihnya berprofesi sebagai pegawai, pedagang dll. Tingkat pendidikan didesa ini rata-rata penduduknya hanya menamatkan pendidikan pada level SMP. Fasilitator memberikan Pre-test kepada peserta. Peserta diharapkan memberikan pendapatnya (Setuju atau tidak setuju) dengan pernyataan dari fasilitator. S = Setuju, TS = Tidak Setuju 1. Perempuan menjadi pemimpin, baik dilevel komunitas ataupun yang lainnya (29 peserta menyatakan tidak setuju) 2. Apakah perempuan boleh memberikan pendapat/suaranya baik dalam keluarga maupun dalam pertemuan-pertemuan desa. (29 peserta menyatakan setuju) 3. Jika terjadi bencana (alam dan konflik) misalnya seperti tsunami, perang, ada wabah penyakit maka perempuan adalah kelompok mudah terkena (rentan) terhadap bencana. (29 peserta menyatakan setuju) 4. Membesarkan anak adalah kewajiban laki-laki dan perempuan. (29 peserta menyatakan setuju) 5. Perempuan menghabiskan waktu lebih banyak untuk bekerja sekitar 70% (29 peserta menyatakan setuju) Fasilitator mengajak peserta untuk melihat cerita perempuan-perempuan yang bekerja diluar rumah. Cerita tentang perempuan pencari tirom:
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 16
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Perempuan pencari tirom menghabiskan waktu sekitar 8 jam untuk bekerja dan itu berendam dalam air yang tidak bersih - Setiap harinya mereka menghasilkan sekitar 3 mug kaleng susu tirom yaitu dijual untuk satu mug nya sebesar Rp.5000 - Beberapa perempuan ini adalah janda karena suami mereka telah meninggal karena tsunami, atau jika suami masih ada tetapi suaminya sakit dan tidak bisa mencari nafkah. Bagaimana kesehatan reproduksi mereka? Karena perempuan lebih rentan terkana penyakit pada alat reproduksinya. Tetapi karena pekerjaan ini dilakukan setiap hari, ini menjadi hal yang biasa bagi mereka sehingga kesehatannya sering diabaikan. Misalnya ketika laki-laki di PHK, tingkat stress yang dialami laki-laki tentu berbeda dengan perempuan, mungkin jauh lebih tinggi tingkat stress yang dialami laki-laki daripada perempuan karena pandangan dimasyarakat laki-laki sebagai kepala rumah tangga harus mempunyai uang untuk menafkahi anggota keluarganya. • Oleh sebab itu, tingkat kerentanan yang dialami perempuan dan laki-laki akan berbeda. • Bagaimana melihat perempuan dan kaitannya dengan lingkungan? Dampak kerusakan hutan/lingkungan akan sangat mempengaruhi/berdampak bagi perempuan. Rusaknya air/sungai akan berpengaruh bagi perempuan karena perempuan dan anak sering atau sangat dekat dengan sumber-sumber kehidupan seperti air (mengambil air untuk memasak, menyuci dll) Beberapa program pemberdayaan ekonomi juga dapat dilihat dimasyarakat. Misalnya disuatu desa dipesisir, sebelum tsunami, laki-laki bekerja sebagai nelayanmencari ikan dan perempuan bekerja membuat garam. Apa yang terjadi paska tsunami? Bantuan diberikan, laki-laki diberikan jambo/rumah tempat memasak garam dan perempuan diberikan grek/sorong untuk mengangkut tirom yang didapat. Apa yang terjadi ketika program yang dilaksanakan tidak melihat kebutuhan? Fasilitator mengajak peserta untuk menganalisis program tersebut (tulis dalam meta plan) Jawaban peserta: - Seharusnya jambo diberikan untuk perempuan dan grek untuk laki-laki, program ini merugikan perempuan dan dampaknya tidak saling menguntungkan. - Dampak dari program, sudah berhasil karena sudah mendapatkan bantuan - Kerja laki-laki lebih mudah/ringan daripada perempuan padahal perempuan rentan terhadap penyakit. - Paska tsunami, sudah ada kemajuan, sudah benar karena ada bantuan dan jambo adalah pekerjaan yang berat jadi untuk laki-laki - Seharusnya laki-laki yang mencari nafkah (mengerjakan semua) agar kaum perempuan sejahtera. - Dampak dari program bagi perempuan, sulit bekerja karena kerja yang berat - Menyimpang, karena seharusnya perempuan memasak garam, karena mencari tirom akan mengganggu kesehatannya - Pekerjaan berat harus dilakukan laki-laki
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 17
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Tidak tepat sasaran, karena pekerjaan yang dahulu perempuan dan sekarang diberikan kepada laki-laki. Program ini dapat dikatakan gagal, karena: - Tidak melalui pertemuan gampong - Tidak melalui analisa kebutuhan - Paska tsunami, ketika air laut pasang, maka jambo akan tergenang air (banjir), dan itu artinya ketika program ini di implementasikan, tidak menganalisis peta/potensi desa. Akan berbeda program-program yang diberikan untuk laki-laki dan perempuan, sehingga pelaksanaannya juga berbeda. Contoh: ketika FK/FD ingin melakukan pertemuan-pertemuan desa, ini harus disesuaikan dengan waktu/jam kegiatan laki-laki dan perempuan didesanya. Sehingga mereka dapat pergi ke pertemuan-pertemuan desa. Skala prioritas dalam melihat kebutuhan juga harus dianalisis, misalnya jika perempuan diberikan pelatihan menjahit untuk mengembangkan usaha perempuan. Apakah program itu dapat dijalankan, misalnya bahan baku, pembuatan dll apakah sesuai dengan penjualan, ini akan berpengaruh pada berapa mahal barang yang harus dijualnya (ongkos produksi) sehingga apakah menjahitnya menguntungkan bagi mereka atau malah sebaliknya menjadi rugi bagi mereka. Sekarang ini, banyak kita temui dimasyarakat program bantua ekonomi berupa bantuan dana bergulir (revolving fund). Dana ini sebahagian besar dijadikan sebagai modal usaha yang baru ataupun usaha yang sudah ada. Tentu pemberian modal usaha melihat skala kebutuhan penerima manfaat. Tidak mungkin akan sama bantuan yang diberikan untuk perempuan menjual pisang goreng dipinggir jalan dengan perempuan yang mempunyai usaha dagang toko pecah belah. Program juga prioritaskan untuk mereka yang belum menerima bantuan. Program atau proyek yang ada dimasyarakat kita ada dua kategori, yaitu: - Program Fisik (misalnya membangun sekolah/rumah/jalan/infrastruktur dll) - Program Non Fisik (pemberdayaan ekonomi dan pelatihan-pelatihan atau program peningkatan kapasitas) Melihat cerita bergambar “Perempuan dan membuat bata” Apa yang dapat dilihat dari gambar tersebut: Peserta: (menjelaska proses pembuatan batan) Peserta: Perempuan mencetak bata, dan laki-laki mencari tanah liat Peserta: ada anak yang bekerja (pekerja dibawah umur) Mari kita lihat....... Perempuan pekerja bata menghabiskan waktunya untuk bekerja sekitar 8 jam dalam sehari. Mereka bekerja mencetak bata yang bata itu dihargai sebesar Rp.30,-/buah. Rata-rata mereka bisa menghasilkan sekitar 1000-2000 bata. Ketika mereka bekerja, kadang bahkan sering mereka membawa anaknya (anak yang balita dan bayi), apa yang terjadi? Mereka akan
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 18
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
mendapatkan hasil yang kurang dari target karena mereka selain bekerja juga harus menjaga anak ditempat mereka bekerja. Jadi ada kerja-kerja produktif dan kerja-kerja reproduktif. Apa yang dimaksud denga kerja produktif? Kerja-kerja yang selalu dibayar atau digaji. Misalnya berdagang, pegawai dll Bagaimana dengan kerja reproduktif? Kerja-kerja yang tidak dibayar/digaji. Seperti menyuci dirumah, memasak nasi dll Dimasyarakat kita, laki-laki sebagai kepala rumah tangga/keluarga, mempunyai kewajiban mencari nafkah. Nah bagaimana dengan perempuan yang kehilangan suami/laki-laki sebagai pencari nafkah? - Paska tsunami atau konflik, banyak kita melihat perempuan kehilangan suami atau laki-laki sebagai mencari nafkah, yang akhirnya mereka harus bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka harus menggantikan peran-peran (mencari nafkah) suaminya karena kehilangan-kehilangan itu. - Karena tsunami/konflik, suami menjadi cacat dan tidak mampu lagi bekerja, sehingga peran-perannya diluar rumah (bekerja) harus digantikan oleh istri atau perempuan Jadi ada pergeseran peran-peran yang dialami oleh perempuan dan laki-laki Banyaknya players atau donor yang ada dalam satu kawasan/wilayah juga berpengaruh pada pola pikir dan kondisi masyarakatnya. Misalnya disalah satu desa yang terkena tsunami. Banyak donor (sekitar 15 donor lokal dan internasional) yang masuk kewilayah ini untuk memberikan bantuan baik fisik dan non fisik. Mereka memberikan bantuan rumah, listrik dari matahari (Solar system), safety tank dimeunasah yang terbuat dari fiber, manggrove dll Apa yang terjadi???? - Mereka bahkan tidak mengetahui rumah bantuan yang diberikan berasal dari donor mana. - Solar system, rusak tidak dapat digunakan karena masyarakat tidak mengerti bagaimana menggunakan peralatan tersebut (bahkan ada peralatan masyarakat yang rusak akibat dari memakai peralatan solar sistem ini) - Safety tank, tidak digunakan karena mereka tidak mengerti fungsi dari safety tank yang terbuat dari fiber ini. - Manggrove banyak yang mati karena tanah yang berpasar paska tsunami tidak cocok untuk menanam manggrove. - Mengapa bisa demikian?? - Karena program atau peralatan yang diberikan tidak didahului dengan analisa kebutuhan (need assessment) - Program-program yang dijalankan tidak melalui sosialisasi kepada masyarakat sehingga ketika donor tidak berada lagi didesa tersebut, mereka masyarakat tidak dapat mengoperasikan dan menjalankan bantuan tersebut. - Banyak yang rusak atau mati dikarenakan tidak dirawat, yang artinya mereka masyarakat tidak diberikan pemahaman untuk menjaga dan mencintai pemberian tersebut, sehingga masyarakat tidak merasa memiliki program tersebut.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 19
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Pengalaman program pemberdayaan ekonomi di suatu wilayah yang dilakukan oleh salah satu UN Agency (bukan IOM). Daerah tersebut adalah daerah pesisir yang mana rata-rata laki-lakinya bekerja sebagai nelayan menangkap ikan dan perempuannya mengeringkan ikan. Pemberdayaan ekonomi yang diberikan untuk perempuan adalah modal usaha dalam mengembangkan hasil laut (ikan yang dijemur). Apa yang terjadi dengan program ini? Program ini gagal karena ternyata, laki-laki menaikkan harga ikan basah yang dibeli oleh perempuan karena mereka mengetahui bahwa perempuan diberikan modal usaha. Dan akhirnya, perempuan tidak mampu lagi membeli ikan-ikan basah itu dari nelayan laki-laki karena harga yang terlalu mahal (akan rugi). Mengapa seperti itu????? Karena program tersebut tidak diberikan pemahamannya (disosialisasikan) kepada laki-laki. Pendekatan yang dilakukan hanya kepada perempuan tidak kepada laki-laki. Dan ini salah, karena semestinya harus melihat potensi atau apa yang dimiliki laki-laki dan perempuan, sehingga pendekatan yang dilakukan juga akan berbeda antara laki-laki dan perempuan. ----------------------------------------------------------------------Lunch break 12.300------------------- SESI SIANG Peserta menanyakan beberapa pertanyaan kepada fasilitator 1. Ada bangunan-bangunan yang dibangun tidak bermanfaat/berguna, apakah ada kerugian bagi masyarakat dan apakah ada sanksi bagi NGO?? 2. Apakah saat ini masyarakat atau perempuan khususnya sudah berpartisipasi? Bagaimana konsep masyarakat yang ideal? 3. Bagaimana mengatasi bantuan-bantuan tersebut agar dapat bermanfaat bagi masyarakat? Saat ini, banyak donor diaceh dan ini menjadi peluang bagi kita untuk memperbaiki daerah kita. Semua tergantung dari kita bagaimana kita mamanfaatkan bantuan tersebut. Adanya booming bantuan, salary (gaji) dll dan semua ini tentu membawa dampak positif dan negatif bagi semua. Positif: - Meningkatnya pendapatan (gaji) yang diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan - Meningkatkan aset - Benyaknya tumbuh kelompok-kelompok swadaya masyarakat laki-laki dan perempuan (KSM atau KUD dll) Negatif: - Tidak seimbang bantuan yang diberikan dengan keberhasilan yang ada dimasyarakat (bantuan banyak tetapi masyarakat masih kesulitan ekonomi) - Ketergantungan pada donor dan BRR Dulu, paska tsunami, kita sering mendengar adanya program cash for work yang dimasyarakat dari Donor. Program ini adalah pemberian dana bagi mereka yang membersihkan rumah atau ladangnya.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 20
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Padahal spiritnya program cash for work lahir karena terjadinya pengungsian di wilayah lintas negara (refugee). Jadi saat itu di suatu wilayah yang terkena konflik (saya lupa dinegara mana), masyarakatnya mengungsi diperbatasan negara lain, dan mereka meninggalkan seluruh aset yang dimiliki dikampung halamannya. Cash for work diberikan karena mereka harus memulai kembali kehidupan mereka di daerah baru. Apa yang terjadi dengan masyarakat kita? Masyarakat sudah tidak mau bergotong royong membersihkan rumah/ladang mereka jika tidak dibayar. Kita mengetahui bahwa masing-masing donor mempunyai kepentingan untuk “menghabiskan” uang ke masyarakat. Artinya masyarakat diuntungkan karena menerima manfaat tersebut dan akan sangat bagus sekali jika mampu dimanfaatkan dengan baik. Diskusi kelompok --------------------------------------------------------------------------------------- Fasilitator memberikan beberapa lembar untuk dianalisis oleh masing-masing kelompok. Kelompok I Perempuan dan Management Waktu 1. Berapa banyak waktu setiap harinya dihabiskan perempuan untuk mengurus kebutuhan anggota keluarga 2. Berapa sisanya untuk mengurus kepentingan diri sendiri? 3. Mengapa ini bisa terjadi? 4. Apa yang harus dilakukan perempuan sebaiknya dalam pembagian waktu dengan laki-laki?
Jam Kegiatan Perempuan Laki-laki05.30 Shalat subuh √ √ 06.00 Menyiapkan sarapan pagi √ 07.00 Sarapan bersama √ √ 07.30 Membersihkan rumah √ 08.00 Berangkat kerja √ 08.30 Mengurus anak-anak √ 09.00 Belanja √ 10.00 Masak siang √ 12.00 Makan bersama √ √ 13.00 Shalat zhuhur bersama √ √ 14.00-15.00 Mengurus kepentingan diri sendiri √ 16.00 Shalat Ashar √ √ 17.00 Masak Sore √ 18.00 Mandi √ √ 19.00 Shalat magrib √ √ 19.30 Makan malam √ √ 20.00 Mengajar √ √ 20.30 Nonton bareng √ √ 22.00 Shalat Isya √ √ 22.30 Tidur √ √
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 21
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
• Karena perempuan banyak menghabiskan waktu untuk mengurus keluarga • Harus pandai membagi waktu bersama suami tercinta. Kelompok II I. Gambar pertama, “Ada Laki-laki dan perempuan yang sedang berjalan, laki-laki berjalan didepan sambil merokok dan perempuan berjalan dibelakang sambil memikul ranting-ranting/kayu bakar yang diambil dari hutan”, - Apa yang dilihat dari gambar tersebut? - Bagaimana seharusnya? - Bagaimana pembagian kerjanya? - Apa yang terjadi/akibatnya pada perempuan tersebut? Jawab: - Seorang perempuan yang bekerja luar biasa - Saling bekerja sama - Suatu hal yang bukan pekerjaannya - Akan selalu tertindas dan pembodohan perempuan II. Gambar kedua, yang menceritakan sepasang suami istri yang sedang berjualan bersama Apa yang bisa dilihat dari gambar dibawah ini? 1. Apa yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan? 2. Bagaimana menurut pendapat anda 3. Apakah sudah adil? Jawab: 1. Transaksi dan berembuk dalam hal jual beli 2. Biasa aja karena suatu hal yang lumrah 3. Sudah, karena suka sama suka. Kelompok III Apa Peran Perempuan dan Laki-laki? Pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki tidak seimbang 1. Apa akibatnya bagi perempuan dan laki-laki? 2. Bagaimana seharusnya pembagian kerja ini bisa dirasakan adil oleh perempuan dan laki-laki? 3. Siapa seharusnya yang memutuskan pembagian kerja tersebut? 4. Bagaimana memutuskannya? Siapa yang mencuci, memasak, menjaga anak, mencari nafkah dan sebagainya Jawaban kelompok I 1. Kondisi perempuan tidak seimbang dengan kondisi laki-laki karena perempuan cepat lemah karena sehari bekerja 8 jam. 2. Harus ada pembagian waktu antara perempuan dan laki-laki 3. Hasil musyawarah yang ditentukan oleh kepala keluarga
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 22
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
4. Memutuskan hasil musyawarah seperti: menyuci, memasak dan menjaga anak dilakukan oleh perempuan. Sedangkan mencari nafkah dilakukan oleh laki-laki. Diskusi Tanya Jawab/Tanggapan 1. Perempuan tertindas??bagaimana setelah berumah tangga mengapa perempuan lebih banyak bekerja??? 2. Lankah-langkah kongkrit untuk mengurangi penindasan terhadap perempuan?? - Diskusi dan kerjasama 3. Berapa banyak waktu istirahat bagi perempuan?? - 2 jam beristirahat antara jam 2 – 4 sore 4. Perempuan ada yang kesawah dan ke kebun?? Bagaimana?? 5. Kondisi badan perempuan lemah dibandingkan laki-laki 6. Musyawarah yang ditentukan kepala keluarga 7. Kapan waktu-waktu untuk bermusyawarah dalam pembagian waktu kerja?? - bisa kapan saja 8. Bagaimana jika kepala keluarga (suami) jatuh sakit tidak mampu bekerja, bagaimana un tuk memenuhi kebutuhannya?? - Istri bekerja semampunya dan berdoa. • Mengapa ada pembagian waktu? Apa gunanya? - digunakan untuk menganalisa/sebagai analisa dalam pembagian peran laki-laki dan perempuan - Untuk melihat waktu-waktu yang digunakan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan didesa. Manajemen waktu
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 23
Melihat waktu produktif dan reproduktif
Tingkat kerentanan laki-laki dan perempuan
Membuat Perencanaan program harus memperhatikan kesediaan waktu yang
dimiliki laki-laki dan perempuan
Melihat beban kerja antara laki-laki dan perempuan
Kegunaan analisa???
Analisa Pembagian KerjaLaki-laki dan perempuan
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Tahapan Pelaksanaan P ogram r Perencanaan
- Pertemuan dengan kelompok desa - Membuat Rencana Desa - Prioritas Program (skala Kebutuhan)
Monitoring - Program - Peserta penrima manfaat - Masalah yang dihadapi
Implementasi prog
- Program - Penerima m- Masalah ya
Evaluasi Dampak proyek aki-
P- Kendala/ha- Rekomenda
Partisipasi??? Syarat-syarat atau kapan partisipasi- Kompak - Musyawarah - Dukungan - Terbuka
Nanggroe A
bagi perempuan dan llaki
Audit
anfaat (gender audit) ng dihadapi
elaporan mbatan si
dapat berjalan???
ceh Darussalam, May 5-10, 2008 24
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Satu kata satu tujuan - Ada waktu luang • Mengapa peserta beruntung menjadi FD? - Membantu masyarakat - Karena FD yang paling tau potensi desa/peta desanya - Masyarakat lebih terbuka dengan sesama mereka (asal yang sama) • Apa yang dilakukan untuk mendukung keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam partisipasi desa? - Memakai alat ukur untuk melihat keberhasilan program Fasilitator menjelaskan beberapa contoh ketidakadilan yang terjadi pada perempuan. Ada beberapa bentuk ketidakadilan yaitu: 1. Diskriminasi – Membeda-bedakan perlakuan dikarenakan seseorang laki-laki atau perempuan (dibedakan karena jenis kelamin) 2. Kekerasan – Perlakuan dari seseorang yang melukai orang lain baik fisik maupun non fisik 3. Beban Ganda – Kerja yang berlipat-lipat yang dialami perempuan (misalnya ketika perempuan bekerja diluar maka dia juga harus bekerja didalam rumah) 4. Pelebelan – Stempel atau cap yang diberikan kepada perempuan misalnya janda sering di “cap” tidak baik atau perempuan yang pulang malam, di “cap”/dianggap perempuan yang tidak baik-baik Evaluasi Fasilitator memberikan kembali pertanyaan pre-test kepada peserta dan semua pertanyaan dijawab setuju oleh peserta Evaluasi Materi, proses, Fasilitator dan peserta Fasilitator memberikan metaplan kepada peserta untuk menuliskan senang ☺ atau tidak senang selama mengikuti training ini: 1. Materi ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII I = 21
= IIIII II = 7 2. Proses ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII I = 21
= IIIII II = 7 3. Fasilitator ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIII = 24
= IIII = 4 4. Peserta ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII I = 21
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 25
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
= IIIII II = 7 ------------------------------------------------------------Selesai------------------------------------------- TRAINING GENDER UNTUK FASILITATOR KOMUNITAS DAN DESA (III) Hari/Tanggal : Rabu, 07 Mei 2008 Tempat : SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Peserta : 6 Laki-laki dan 7 Perempuan Perkenalan -------------------------------------------------------------------------------------------- Fasilitator memberikan pertanyaan awal sebagai Pre-Test bagi peserta. Peserta diberikan pilihan untuk menjawab setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan atau statement fasilitator Sebelumnya fasilitator mempertanyakan mengapa kita perlu membahas masalah laki-laki dan perempuan? Karena: - Kebutuhan perempuan dan laki-laki berbeda - Perempuan dapat mengeluarkan pendapat mereka, mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi - Dalam perencanaan, hak laki-laki dan perempuan sama dalam perencanaan program hingga akhir program. Pre-Test
S = Setuju, TS = Tidak Setuju 1. Perempuan menjadi pemimpin, baik dilevel komunitas ataupun yang lainnya (13 peserta menyatakan tidak setuju) 2. Jika terjadi bencana (alam dan konflik) misalnya seperti tsunami, perang, ada wabah penyakit maka perempuan adalah kelompok mudah terkena (rentan) terhadap bencana. (13 peserta menyatakan setuju) 3. Apakah perempuan boleh memberikan pendapat/suaranya baik dalam keluarga maupun dalam pertemuan-pertemuan desa. (13 peserta menyatakan setuju) 4. Perempuan bisa menjadi kepala keluarga (13 peserta menyatakan setuju dan tidak setuju) 5. Kewajiban menjaga anak/keluarga adalah kewajiban bersama. (13 peserta menyatakan setuju) 6. Perempuan menghabiskan waktu lebih banyak untuk bekerja sekitar 70% (13 peserta menyatakan setuju) Sebagai diskusi awal, fasilitator mengajak peserta untuk melihat kondisi desa. Masing-masing peserta diberikan kesempatan untuk menjelaskan desa mereka (sekitar 4 desa yang berbagi cerita memberikan gambaran keadaan desanya)
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 26
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
• Desa Riseh Teungoh, Ada kekerasan didesa ini seperti ayah menelantarkan anaknya. Kebanyakan perempuan mencari nafkah untuk keluarga padahal mereka masih mempunyai suami. Sebagian besar perempuan didesa ini bekerja sebagai petani ke sawah, kekebun dll • Desa Riseh Baroh, ada kekerasan, suami sering menyalahkan istri dan tidak menerima pendapat istri, ada kasus istrinya sedang hamil anak ke-5 tetapi suami kawin lagi. Perempuan didesa ini berprofesi sebagai petani kesawah dank e ladang • Desa Babah Krueng, Perempuan dan laki-laki bekerja di sawah dan kebun. Lebih banyak perempuan yang bekerja mencari nafkah. • Desa Gunci, Sama seperti desa-desa yang lain, sebagian besar perempuan dan laki-laki bekerja disawah, tidak ada masalah dengan perempuan(???) • Desa Lhok Kuyun, Prempuan dan laki-laki bekerja sebagai petani, ada juga yang menjadi pegawai, berdagang dll • Desa Pante Jaloh, Sebagian besar petani, perempuan banyak yang mencari nafkah untuk keluarga, anak kecil tidak disuruh keladang • Desa Jurong, pekerjaan perempuan di desa ini sebagian besar petani. Tidak ada masalah yang lain (????) Fasilitator mengajak peserta untuk melihat cerita perempuan-perempuan yang bekerja diluar rumah. Cerita tentang perempuan pencari tirom: - Perempuan pencari tirom menghabiskan waktu sekitar 8 jam untuk bekerja dan itu berendam dalam air yang tidak bersih - Setiap harinya mereka menghasilkan sekitar 3 mug kaleng susu tirom yaitu dijual untuk satu mug nya sebesar Rp.5000 - Beberapa perempuan ini adalah janda karena suami mereka telah meninggal karena tsunami, atau jika suami masih ada tetapi suaminya sakit dan tidak bisa mencari nafkah. Bagaimana kesehatan reproduksi mereka? Karena perempuan lebih rentan terkana penyakit pada alat reproduksinya. Tetapi karena pekerjaan ini dilakukan setiap hari, ini menjadi hal yang biasa bagi mereka sehingga kesehatannya sering diabaikan. Penghasilan yang mereka dapatkan untuk memnuhi kebutuhan keluarga seperti membeli beras, minyak kompor dll. Karena persoalan-persoalan hidup yang terjadi, perempuan menjadi Nampak/kelihatan lebih tua dari umurnya. Misalnya ketika laki-laki di PHK, tingkat stress yang dialami laki-laki tentu berbeda dengan perempuan, mungkin jauh lebih tinggi tingkat stress yang dialami laki-laki daripada perempuan karena pandangan dimasyarakat laki-laki sebagai kepala rumah tangga harus mempunyai uang untuk menafkahi anggota keluarganya. • Oleh sebab itu, tingkat kerentanan yang dialami perempuan dan laki-laki akan berbeda. Melihat cerita bergambar “Perempuan dan membuat bata” Perempuan pekerja bata menghabiskan waktunya untuk bekerja sekitar 9 jam dalam sehari. Mereka bekerja mencetak bata yang bata itu dihargai sebesar Rp.30,-/buah. Rata-rata mereka bisa menghasilkan sekitar 1000-2000 bata. Ketika mereka bekerja, kadang bahkan sering
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 27
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
mereka membawa anaknya (anak yang balita dan bayi), apa yang terjadi? Mereka akan mendapatkan hasil yang kurang dari target karena mereka selain bekerja juga harus menjaga anak ditempat mereka bekerja. Jadi ada kerja-kerja produktif dan kerja-kerja reproduktif. Apa yang dimaksud denga kerja produktif? Kerja-kerja yang selalu dibayar atau digaji. Misalnya berdagang, pegawai dll Bagaimana dengan kerja reproduktif? Kerja-kerja yang tidak dibayar/digaji. Seperti menyuci dirumah, memasak nasi dll Pengalaman program pemberdayaan ekonomi di suatu wilayah yang dilakukan oleh salah satu UN Agency (bukan IOM). Daerah tersebut adalah daerah pesisir yang mana rata-rata laki-lakinya bekerja sebagai nelayan menangkap ikan dan perempuannya mengeringkan ikan. Pemberdayaan ekonomi yang diberikan untuk perempuan adalah modal usaha dalam mengembangkan hasil laut (ikan yang dijemur). Apa yang terjadi dengan program ini? Program ini gagal karena ternyata, laki-laki menaikkan harga ikan basah yang dibeli oleh perempuan karena mereka mengetahui bahwa perempuan diberikan modal usaha. Dan akhirnya, perempuan tidak mampu lagi membeli ikan-ikan basah itu dari nelayan laki-laki karena harga yang terlalu mahal (akan rugi). Mengapa seperti itu????? Karena program tersebut tidak diberikan pemahamannya (disosialisasikan) kepada laki-laki. Pendekatan yang dilakukan hanya kepada perempuan tidak kepada laki-laki. Dan ini salah, karena semestinya harus melihat potensi atau apa yang dimiliki laki-laki dan perempuan, sehingga pendekatan yang dilakukan juga akan berbeda antara laki-laki dan perempuan. ----------------------------------------------------------------------Lunch break 12.300------------------- SESI SIANG Fasilitator kembali memberikan gambar “perempuan yang sedang mengangkut tirom menggunakan grek” Disuatu desa dipesisir, sebelum tsunami, laki-laki bekerja sebagai nelayan mencari ikan dan perempuan bekerja membuat garam. Apa yang terjadi paska tsunami? Bantuan diberikan, laki-laki diberikan jambo/rumah tempat memasak garam dan perempuan diberikan grek/sorong untuk mengangkut tirom yang didapat. Apa yang terjadi ketika program yang dilaksanakan tidak melihat kebutuhan? - Paska tsunami, ketika air laut pasang, maka jambo akan tergenang air (banjir), dan itu artinya ketika program ini di implementasikan, tidak menganalisis peta/potensi desa. - Beralih fungsi dijadikan kandang sapi/kambing dan akhirnya tidak termanfaatkan Seharusnya kita melihat bahwa ada perbedaan-perbedaan situasi dan peran, dimana kondisi, tingkat kerentanan antara laki-laki dengan perempuan berbeda, situasi dan peran-peran yang berbeda dari satu wilayah dengan wilayah yang lain dan inilah yang disebut dengan Gender
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 28
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Fasilitator memberikan kembali gambar yang lain. “Perempuan yang memikul kayu bakar yang banyak dan didepannya jalan suaminya yang sedang asik merokok” Mengapa demikian??? (peserta menjawab) - Karena alas an perempuan saying kepada suaminya - Kerja yang berat seharusnya diberikan kepada laki-laki bukan perempuan Dimana letak ketidakadilannya? (Peserta menjawab) - Tidak adil karena pekerjaan berat ditanggung oleh perempuan - Beban harus dibagi 2 biar adil Bentuk-bentuk ketidakadilan: Ada beberapa bentuk ketidakadilan yaitu: 1. Diskriminasi – Membeda-bedakan perlakuan dikarenakan seseorang laki-laki atau perempuan (dibedakan karena jenis kelamin) 2. Kekerasan – Perlakuan dari seseorang yang melukai orang lain baik fisik maupun non fisik 3. Beban Ganda – Kerja yang berlipat-lipat yang dialami perempuan (misalnya ketika perempuan bekerja diluar maka dia juga harus bekerja didalam rumah) 4. Pelebelan – Stempel atau cap yang diberikan kepada perempuan misalnya janda sering di “cap” tidak baik atau perempuan yang pulang malam, di “cap”/dianggap perempuan yang tidak baik-baik Tugas Kelompok ------------------------------------------------ Kelompok I Fasilitator memberikan dua contoh cerita yang harus dianalisis oleh kelompok I. 1. Ada NGO XXX memberikan bantuan pada sebuah desa untuk membersihkan desa mereka. Masyarakatnya diberikan uang 35 ribu/hari untuk membersihkan rumah mereka (cash for work) 2. Pada kantor XYZ di MALI, ada 2 orang teknisi IT, laki-laki dan perempuan, keduanya adalah pekerja baru. Jika anda adalah manajernya, setelah beberapa minggu anda mengetahui bahwa teknisi perempuan dibidang IT tersebut selalu membuat kopi di pagi hari dan setelah makan siang. Anda merasa tidak senang dengan hal itu dan ingin membicarakannya dengan kedua teknisi IT itu. Mengapa anda merasa tidak bahagia? Apa yang akan anda katakan kepada mereka? Presentasi kelompok I 1. Merekan mau bekerja apa saja yang penting mereka bisa bertahan hidup, sebaiknya NGO memberikan modal untuk mereka buka usaha, bukan dengan memberikan bayaran 35 ribu/hari, walaupun ini sangat berguna untuk mereka, tetapi akan lebih bermanfaat lagi jika diberikan modal usaha 2. Karena mereka adalah Teknisi IT bukan Office Boy, mereka tidak sewajarnya bekerja untuk membuat kopi bagi pegawai kantor lainnya. apalagi itu bukan tugas mereka. Kita menyarankan agar mereka bekerja sesuai dengan tugas masing-masing yang telah ditetapkan. Kelompok II Apa Peran Perempuan dan Laki-laki?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 29
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki tidak seimbang 1. Apa akibatnya bagi perempuan dan laki-laki? 2. Bagaimana seharusnya pembagian kerja ini bisa dirasakan adil oleh perempuan dan laki-laki? 3. Siapa seharusnya yang memutuskan pembagian kerja tersebut? 4. Bagaimana memutuskannya? Siapa yang mencuci, memasak, menjaga anak, mencari nafkah dan sebagainya Presentasi Kelompok II
Jam Kegiatan Perempuan Laki-laki05.00 Bangun tidur √ √ 05.30 Shalat subuh √ √ 06.00 Masak/Menyiapkan sarapan pagi √ 06.30 Bangunin anak-anak dan mempersiapkan anak
sekolah √
07.00 Sarapan bersama √ √ 07.15 Mengantarkan anak sekolah √ √ 07.30 Membersihkan tempat tidur √ 08.00 Berangkat Kerja √ 08.30 Membersihkan rumah √ 09.00 Kasih Bobok Anak √ 09.30 Menyuci Pakaian √ 10.30 Belanja kepasar √ 11.00 Masak (mempersiapkan makan siang) √ 12.30 Pulang kerja √ 13.00 Makan siang √ 13.30 Shalat zhuhur bersama √ √ 14.00 Istirahat bersama √ √ 15.00 Antarin anak Les √ √ 16.00 Shalat Ashar √ √
16.30-16.50 Mneyuci Piring √ 16.50-17.20 Mandiin anak √ 17.20-17.55 Nonton berita √ 17.55-18.20 Panasin nasi √ 18.20-18.30 Mandi √ √ 18.30-19.00 Shalat magrib √ √ 19.20-19.30 Makan malam √ √ 19.30-20.00 Shalat Isya √ √ 20.00-21.00 Mengajar anak mengaji dan belajar √ √ 21.00-22.00 Nonton bersama √ √
22.00 Tidurkan anak-anak √ √ 22.30 Tidur √ √
1. Apa akibatnya bagi perempuan dan laki-laki?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 30
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Bagi perempuan, tidak bisa mengurus diri sendiri dan tidak bisa menambah ilmu 2. Bagaimana seharusnya pembagian kerja ini bisa dirasakan adil oleh perempuan dan laki-laki? - Seharusnya laki-laki juga ikut membantu pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh istri 3. Siapa seharusnya yang memutuskan pembagian kerja tersebut? - Sama-sama (ibu dan bapak) 4. Bagaimana memutuskannya? Siapa yang mencuci, memasak, menjaga anak, mencari nafkah dan sebagainya - Suami mencari nafkah, istri memasak, menyuci dirumah. Apabila suami tidak bekera juga ikut membantu istri. Kelompok III Perempuan dan Management waktu 1. Berapa banyak waktu setiap harinya dihabiskan perempuan untuk mengurus kebutuhan anggota keluarga 2. Berapa sisanya untuk mengurus kepentingan diri sendiri? 3. Mengapa ini bisa terjadi? 4. Apa yang harus dilakukan perempuan sebaiknya dalam pembagian waktu dengan laki-laki? Presentasi Kelompok III
Jam Kegiatan Perempuan Laki-laki05.00 Bangun pagi √ √ 05.30 Shalat subuh √ √ 06.00 Memasak √ 06.30 Mengurus anak-anak sekolah √ 07.00 Makan pagi bersama √ √ 08.00 Berangkat Kerja √ 08.30 Membersihkan rumah √ 09.00 Pergi ke kebun √ 11.30 Masak siang √ 12.00 Jemput anak kesekolah √ 12.30 Shalat Zhuhur √ √ 13.00 Makan siang √ √ 13.30 Kerja rumah, membersihkan meja makan dan dapur √ 14.00 Kerja dikebun √ √ 16.30 Shalat Ashar √ √ 16.50 Masak untuk malam √ 17.30 Mandi dan bersihkan diri √ √ 18.00 Mandikan anak dan memakaikan pakaian √ 18.50 Shalat magrib bersama √ √ 20.00 Makan malam √ √ 20.30 Ngajar anak mengaji √ 21.30 Waktu Tidur √ √
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 31
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
1. Berapa banyak waktu setiap harinya dihabiskan perempuan untuk mengurus kebutuhan anggota keluarga? - 15 jam 2. Berapa sisanya untuk mengurus kepentingan diri sendiri? - 30 menit untuk mengurus diri sendiri 3. Mengapa ini bisa terjadi? - Karena perempuan mempunyai banyak tugas RT yang memang menjadi tanggung jawab perempuan (????) disamping factor ekonomi yang sangat mendesak perempuan harus bersama-sama bekerja dengan laki-laki diluar pekerjaan rumah tangga. 4. Apa yang harus dilakukan perempuan sebaiknya dalam pembagian waktu dengan laki-laki? - Perempuan dan laki-laki harus punya tanggung jawab bersama, laki-laki harus punya tenggang rasa dan pengertian memberikan waktu luang untuk perempuan beristirahat. Dulu, paska tsunami, kita sering mendengar adanya program cash for work yang dimasyarakat dari Donor. Program ini adalah pemberian dana bagi mereka yang membersihkan rumah atau ladangnya. Padahal spiritnya program cash for work lahir karena terjadinya pengungsian di wilayah lintas negara (refugee). Jadi saat itu di suatu wilayah yang terkena konflik (saya lupa dinegara mana), masyarakatnya mengungsi diperbatasan negara lain, dan mereka meninggalkan seluruh aset yang dimiliki dikampung halamannya. Cash for work diberikan karena mereka harus memulai kembali kehidupan mereka di daerah baru. Apa yang terjadi dengan masyarakat kita? Masyarakat sudah tidak mau bergotong royong membersihkan rumah/ladang mereka jika tidak dibayar. Kita mengetahui bahwa masing-masing donor mempunyai kepentingan untuk “menghabiskan” uang ke masyarakat. Artinya masyarakat diuntungkan karena menerima manfaat tersebut dan akan sangat bagus sekali jika mampu dimanfaatkan dengan baik. Tahapan Pelaksanaan P ogram r Perencanaan
- Pertemuan dengan kelompok desa - Membuat Rencana Desa - Prioritas Program (skala Kebutuhan)
Monitoring - Program - Peserta penrima manfaat - Masalah yang dihadapi
Implementasi program
Nanggroe A
Dampak proyek uan dan laki-
Evaluasibagi peremplaki
ceh Darussalam, May 5-10, 2008 32
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Audit - Program - Peserta penrima manfaat - Masalah yang dihadapi
Pelaporan - Kendala/hambatan - Rekomendasi
Evaluasi Fasilitator memberikan kembali pertanyaan pre-test kepada peserta dan semua pertanyaan dijawab setuju oleh peserta Evaluasi Materi, proses, Fasilitator dan peserta Fasilitator memberikan metaplan kepada peserta untuk menuliskan senang ☺ atau tidak senang selama mengikuti training ini: 1. Materi ☺ = IIIII IIIII IIII = 14
= II = 2 2. Proses ☺ = IIIII IIIII IIIII = 15
= I = 1 3. Fasilitator ☺ = IIIII IIIII IIIII = 15
= I = 1 4. Peserta ☺ = IIIII IIIII IIIII = 15
= I = 1 ----------------------------------------------------------Selesai--------------------------------------------
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 33
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
NOTULENSI TRAINING HARI KE-4 Hari/Tanggal : Kamis/08 Mei 2008 Tempat : Baktiya Peserta : 16 Laki-laki dan 13 Perempuan (2 Kecamatan, 13 Desa) SESI PAGI Mukaddimah ------------------------------- Perkenalan dan Kontrak Belajar (Panitia) ------------------------- Fasilitator memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa Gender bukan persamaan hak atau perempuan. Seringkali dimasyarakat, kita berkesimpulan bahwa gender itu adalah perempuan, atau ketika berbicara tentang gender perempuan harus diatas laki-laki mengalahkan laki-laki. Fasilitator tidak memulai dengan definisi-definisi tentang gender, fasilitator mengajak peserta dengan menggali dan melihat apa kebutuhan-kebutuhan dimasyarakat antara laki-laki dan perempuan. Pre-Test Fasilitator memberikan Pre-test kepada peserta. Peserta diharapkan memberikan pendapatnya (Setuju atau tidak setuju) dengan pernyataan dari fasilitator. S = Setuju, TS = Tidak Setuju 7. Perempuan menjadi pemimpin, baik dilevel komunitas ataupun yang lainnya (1 laki-laki menyatakan setuju dan yang lain menyatakan tidak setuju) 8. Ketika terjadi bencana (tsunami, konflik, wabah penyakit) perempuan merupakan salah satu kelompok yang paling mudah/rentan terkena bencana (6 perempuan menyatakan setuju dan yang lainnya tidak menjawab—blm paham apa yang dimaksud dengan kelompok rentan) 9. Memelihara anak adalah kewajiban suami dan istri (29 peserta menyatakan setuju) 10. Perempuan bisa menjadi kepala keluarga (29 peserta menyatakan tidak setuju) 11. Perempuan dan laki-laki dapat mengeluarkan pendapatnya (29 peserta menyatakan setuju) Beberapa peserta memperkenalkan kondisi desa mereka: • Desa Padang Meriah (Langkahan) Perempuan di desa ini berprofesi sebagai petani, emnjahit, berkebn dan berdagang kecil-kecilan. Laki-laki berprofesi sebagai petani juga, berkebun dan berjualan. Ada kekerasan, KDRT tapi tidak Nampak.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 34
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
• Desa Matang Teungoh Selatan Desa ini tidak mempunyai lahan sawah yang luas karena sebagian besar hanya rawa sehingga kesulitan pangan. Masyarakat ingin mengolah rawa tersebut tetapi tidak ada biaya. • Desa Rumoh Rayeuk Di desa ini terdapat lahan tidur (gambut) sekitar 50 ha, digarap oleh rakyat untuk jalan dan saluran. Desa ini merupakan sawah tadah hujan. • Desa Miebo Perempuan dan laki-laki setara (pekerjaan laki-laki juga dikerjakan perempuan kecuali manjat kelapa), ada perempuan yang menjadi muge (mengambil dari nelayan dan menjualkan ikannya), perempuannya didesa ini juga ada yang menjadi petani, berkebun, punya bisnis angsuran keramik dan ambal/karpet dll Fasilitator melihat bahwa banyak peserta yang tidak mau berbicara, diam dan tidak aktif. Fasilitator kemudian memberikan meta plan kepada peserta dan mengajak peserta “curhat” di kertas meta plan apa yang menjadi kendala atau kekhawatiran mereka (FD) ketika ke masyarakat. Inilah jawaban mereka Jawaban Peserta laki-laki: - Bagi saya tidak merasa kesusahan, karena saya boleh dibilang jadikan sebuah pengalaman dan pendidikan yang lebih mendalam tentang fasilitator desa, apapun yang dibutuhkan dalam masyarakat bersama. Itu aja. - Saya ingin membangun gampong supaya maju, seperti kampong-kampung lain. Karena selama ini masyarakat merasa kecewa sekali - Sangat sulit dimengerti pada masyarakat tentang PPK - Terutama sekali kami FD sangat minin dengan honor yang kami terima. Untuk berbicara dengan masyarakat desa kami sendiri, masyarakatnya tidak mengindahkan. Kami ditunjuk sebagai FD tetapi kami tidak didengarkan - Karena saya FD baru, saya kurang yakin dengan kemampuan saya, tapi saya usahakan memberikan kualitas kerja yang maksimal untuk kampong saya, walaupun menurut pendapat FD lama bahwa dikampung saya, masyarakat kurang berpastisipasi dari masyarakat tentang program ini. - Kurangnya perhatian dari masyarakat terhadap program-program yang disosialisasikan, karena ada program sebelumnya yang tidak sesuai dengan apa yang disosialisasikan. - Menatap mata masyarakat yang difasilitasi - FD pekerjaan yang gampang, kendala/susahnya FD waktu bicara didepan umum - Biasa, ada masyarakat yang bisa menerima dan ada yang menjadi pengacau - Kecewa, tiap kali dana turun itu yang ada persennya Cuma TPK, sedangkan FD dak ada. Yang ada cuma capek doang. - Ketakutan tidak dapat/kurang merespon apa yang dibahas oleh tim pelaksanaan pembangunan dan pelatihan - Kami FD sangat minim honornya, tidak cukup dan membutuhkan biaya + kantor - Honor tidak memadai, sementara kami sudah berkeluarga - Menjadi FD bukan gampang karena kita tidak tau apa itu FD dan bagaimana cara kerjanya. Jawaban Peserta Perempuan - Karena masih baru tidak mengerti tentang masalah ini, jadi mohon dimaklum aja
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 35
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Tidak ada kendala - Kendala saya selama menjadi FD sebenarnya tidak ada, karena semua informasi-informasi bila kami mengikuti pelatihan-pelatihan selalu kami musyawarahkan dulu dengan tokoh-tokoh didesa kami dan juga dengan masyarakat didesa kami - Menjadi FD sangat minim honornya - Bagi saya tidak ada keluhan, malah saya sangat senang karena jadi FD saya punya banyak teman. - Saya merasakan dalam diri saya gimana cara saat ngomong sama masyarakat nanti saya bingung, karena baru kali ini jadi FD - Kendalanya sebagian besar masyarakatnya kurang memahami keterlibatannya dalam bermasyarakat khususnya wanita. - Susah ngomongnya, gmana cara ngomongnya - Terlalu susah ngomong dengan masyarakat - Saya khawatir mungkin saya tidak sanggup melakukan tugas-tugasnya. Saya takut tidak dihargai dan sulit memahami pendapat masyarakat - Karena saya tidak sanggup berbicara kepada masyarakat, FD diserang oleh masyarakat. - Bagi saya tidak ada keluhan apapun, baik-baik saja - Keresahan yang saya rasakan sejak menjadi FD/KPMD adalah: • Kemampuan saya yang masih terbatas dalam menfasilitasi program,yang ada dalam PPK/PNPM mandiri • Karena berkomunikasi dengan masyarakat sangat sulit karena kemampuan masyarakat itu sendiripun masih terbatas • Jika ada masalah didesa kadang kala saya kewalahan menghadapinya. Seperti waktu pencairan dana, SPP, UEP. Dari persoalan-persoalan atau kendala yang dihadapi oleh FD laki-laki dan perempuan berbeda, FD perempuan lebih banyak mengkhawatirkan kemampuan mereka bekerja dimasyarakat (kapasitas), sedangkan FD laki-laki lebih banyak yang mengeluhkan honor mereka tidak cukup. Ketika melakukan pertemuan-pertemuan, FD sebaiknya melihat nyaman atau tidak perempuan-perempuan berdiskusi dengan laki-laki. Sebaiknya pertemuan itu dipisah (perempuan-perempuan atau laki-laki saja), karena perempuan lebih nyaman berdiskusi dengan perempuan. Begitu juga dengan keadaan/hal-hal yang dialami oleh penduduk pesisir atau pengunungan, tentu mereka akan mengalami hal yang berbeda (gender) • Perempuan dipesisir bekerja mencari udang atau tirom. Sehari-hari mereka menghasilkan 2-3 mug kaleng susu yang dihargai sebesar Rp.5000/mug. Dari hasil ini mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, karena sebagian mereka adalah janda tsunami, atau suami yang telah sakit2an tidak dapat lagi bekerja. Mereka akhirnya menjadi kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 36
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
• Mereka juga menghabiskan waktu 8 jam untuk berendam dikolam/krueng yang airnya berlumpur/kotor. Bagaimana dengan kesehatan reproduksinya? Bagaimana jika perempuan yang bekerja itu hamil?bagaimana kesehatannya dan gizi? • Alat/orgam reproduksi perempuan yang letaknya dalam dan berongga tentu rentan terhadap penyakit (karena dalam, akan sulit untuk membersihkannya dengan lama dan air bersih), mereka juga mengatakan bahwa kulit dan organ reproduksi mereka gatal-gatal. Bekerja dimasyarakat, harus bisa melihat persoalan-persoalan masyarakat bukan melihat persoalan masyarakat memakai “baju” kita sebagai fasilitator. Ada persoalan-persoalan lain dimasyarakat yang kita sebagai fasilitator harus peka. Laki-laki juga mempunyai kerentanan, tentu tingkat kerentanan, resiko, depresi/stress dll antara laki-laki dan perempuan berbeda dan banyak factor yang mempengaruhinya. Fasilitator memberikan kembali gambar “ Perempuan pembuat batu bata” Perempuan pekerja bata menghabiskan waktunya untuk bekerja sekitar 8 jam dalam sehari. Mereka bekerja mencetak bata yang bata itu dihargai sebesar Rp.30,-/buah. Rata-rata mereka bisa menghasilkan sekitar 1000-2000 bata. Ketika mereka bekerja, kadang bahkan sering mereka membawa anaknya (anak yang balita dan bayi), apa yang terjadi? Mereka akan mendapatkan hasil yang kurang dari target karena mereka selain bekerja juga harus menjaga anak ditempat mereka bekerja. Jadi ada kerja-kerja produktif dan kerja-kerja reproduktif. Apa yang dimaksud denga kerja produktif? Kerja-kerja yang selalu dibayar atau digaji. Misalnya berdagang, pegawai dll Bagaimana dengan kerja reproduktif?Kerja-kerja yang tidak dibayar/digaji. Seperti menyuci dirumah, memasak nasi dll Fasilitator bercerita tentang refensi buku yang berjudul “Aset orang miskin” didalam buku ini dijelaskan program yang diberikan untuk mengurangi kemiskinan (tujuan awal), tetapi program ini gagal, karena: - Subsidi/dana tidak dijadikan modal - Setelah didata, makin banyak orng yang menjadi miskin (dari 14% menjadi 18%) - Karena perencanaan awal tidak dimulai dengan menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Tidak menjawab kebutuhan strategis masyarakat tetapu kebutuhan praktis (sesaat) Program dimasyarakat harus dikomunikasikan kepada laki-laki dan perempuan sehingga mereka sama-sama diuntungkan dari program tersebut. Juga melihat dampak yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. ---------------------------------------------------------------------------lunch break---------------- SESI SIANG Sebelum melanjutkan sesi siang, fasilitator memberikan 2 buah cerita: 1. Ada sepasang Serigala, sang betina meminta sang jantan untuk mencari ikan karena sang betina ingin makan ikan. Pergilah sang jantan ke sungai untuk untuk mencari ikan, tetapi
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 37
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
karena dia tidak pandai mengambilkan disungai akhirnya belum ada satu ikanpun yang ditangkapnya. Diseberang sana, ada 2 ekor berang-berang yang berebut ikan karena mereka mendapatkan satu ikan. Datanglah Serigala tersebut mendekati mereka dan berniat membantu mereka dalam memecahkan masalah mereka. Sang serigala juga mengatakan karena dia menjadi hakim maka dia berhak mendapatkan juga ikan tersebut. Akhirnya serigala memberikan pembagian kepala untuk satu berang dan ekor untuk berang yang lain, sedangkan badan/ashoo untuk sang hakim yaitu serigala tersebut. Berang menerimanya dengan senang. (Inti dari cerita ini adalah janganlah oran lain yang mengambil keuntungan dari pertengkaran/konflik kita) 2. Seorang saudagar menyewa keledai untuk pergi ke desa tetangga. Si punya keledai menuntun keledainya (sopir). Ditengah perjalanan, mereka beristirahat, si punya keledai duduk dibawah keledai/dibayang2 keledai untuk menghindari matahari. Penyewa menyuruh si punyai keledai untuk jauh dari baying itu karena si penyewa ingin beristirahat. Si punya keledai mengatakan tidak bisa karena si penyewa hanya menyewa keledai bukan bayangan keledai. Bertengkarlah mereka, selagi mereka bertengkar, sang keledai pergi meninggalkan mereka berdua. (pertengkaran yang sia-sia) Mengapa perempuan rentan, mengapa? - Ketika tsunami, korban lebih banyak adalah perempuan, mengapa? Karena ketika tsunami perempuan akan berusaha menyelamatkan anggota keluarganya (anak-anaknya) - Kemudian barak yang dibangun, juga harus mempertimbangkan kebutuhan dan keamanan bagi perempuan (missal letaknya yang jauh, berbukit, sanitasi dll) - Seperti air bersih, kebutuhan laki-laki dan perempuan tentu berbeda, mengapa? Karena ketika perempuan ke kamar mandi, perempuan membutuhkan waktu dan air yang cukup banyak, mereka emmbawa anak untuk dimandikan, menyuci pakaian, sayur, piring dll Diskusi kelompok ------------------------------------------------------------------------------- Kelompok I Fasilitator memberikan dua contoh cerita yang harus dianalisis oleh kelompok I. 3. Ada NGO XXX memberikan bantuan pada sebuah desa untuk membersihkan desa mereka. Masyarakatnya diberikan uang 35 ribu/hari untuk membersihkan rumah mereka (cash for work). Bagaimana menurut anda bantuan yang NGO XXX berikan, seharusnya bagaimana? 4. Pada kantor XYZ di MALI, ada 2 orang teknisi IT, laki-laki dan perempuan, keduanya adalah pekerja baru. Jika anda adalah manajernya, setelah beberapa minggu anda mengetahui bahwa teknisi perempuan dibidang IT tersebut selalu membuat kopi di pagi hari dan setelah makan siang. Anda merasa tidak senang dengan hal itu dan ingin membicarakannya dengan kedua teknisi IT itu. Mengapa anda merasa tidak bahagia? Apa yang akan anda katakan kepada mereka? Presentasi Kelompok I
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 38
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
1. Membuat program kerja dan untuk mensejahterakan masyarakat didaerah tersebut. Menurut kami harus ada perubahan karena pekerjaan yang berupa pembersihan didesa itu sangat positif dan dibenarkan bagi kaum laki-laki. 2. Karena perempuan itu tidak sesuai dengan pekerjaannya. Bagaimana penegurannya? Jika kalian ingin bekerja disini, kerjakanlah pekerjaan kalian sesuai dengan posisi kalian masing-masing. Jadilah yang terbaik demi kebaikan bersama. Kelompok II Perempuan dan Management waktu
Jam Kegiatan Perempuan Kegiatan Laki-laki 05.30 – 06.00 Shalat subuh Shalat subuh 06.00 – 07.00 Masak Kesawah 07.00 – 08.00 Mengurus keluarga Sarapan pagi 08.00 – 10.00 Menyuci Melanjutkan pekerjaan 10.00 – 12.00 Masak siang Masi melanjutkan pekerjaan 12.00 – 14.00 Makan siang, shalat zhuhur dan istirahat Makan siang, shalat zhuhur dan
istirahat 14.00 – 16.00 Mengurus rumah dan anak Belanja kebutuhan keluarga 16.00 – 18.00 Shalat Ashar dan JJS Shalat Ashar dan JJS 18.00 – 19.00 Menjelang magrib Menjelang magrib 19.00 – 20.00 Mengajar buah hati, mengaji dan shalat
isya Nonton diwarkop dan shalat isya
20.00 – 22.00 Nonton bareng Nonton bareng keluarga 22.00 – 05.30 Istirahat malam Istirahat 1. Sisa waktu untuk kepentingan diri sendiri? 5 jam 2. Mengapa ini bisa terjadi? Karena banyak menghabiskan waktu untuk mengurus keluarga 3. Pembagian waktu laki-laki dan perempuan? Perempuan dan laki-laki harus pintar mengurus waktu (bersama) Kelompok III Gambar 1. Sepasang suami istri terlihat sedang berjualan perhiasan bersama Gambar 2. Sepasang suami istri terlihat sedang berjalan memikul ranting (perempuan) dan merokok sambil berjalan (suami). Presentasi kelompok III Gambar 1. - Mereka sedang menjual perhiasan manik-manik - Saling kerja sama dan saling kompromi
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 39
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Adil karena saling bekerja sama Gambar 2. - Penindasan terhadap perempuan (karena memikul beban) - Seharusnya beban si wanita (istri) tersebut ditanggung (pikul) oleh si lelaki (suami) - Membawa (menanggung) beban yang sangat dekat. - Mudah terkena penyakit (ginjal, sesak dll) Program cash for work??? - Sejarah lahirnya cash for work yaitu di negara Afrika, adanya pengungsi lintas negara. Ketika pengungsi ini pergi ke perbatasan, mereka meninggalkan seluruh harta benda/aset mereka dikampungnya. Maka, lahirlah cash for work, dimana tujuan awalnya untuk membantu mereka memulai kembali kehidupannya. Tapi cash for work yang ada diaceh paska tsunami ketika masa darurat, memang benar sebagian program ini membantu masyarakat, tapi disisi lain membuat masyarakat ketergantuangan dan malas untuk bekerja (membersihkan sawahnya sendiri harus dibayar, jika tidak dibayar maka tidak mau membersihkan), ini semua karena program itu tidak dilakukan dengan pendekatan dan manajemen yang benar kepada masyarakat. Paska tsunami, Perempuan dan laki-laki sudah mulai terlibat untuk program-program dimasyarakat. Bagaimana mereka menilai leadership atau kepemimpinan? Kepemimpinan bukan berarti harus menjadi Presiden atau Gubernur tapi yang paling sederhana yang dapat dilihat adalah bagaimana peserta (fasilitator-fasilitator desa dan kecamatan) menlead atau mengorganisir suatu forum atau kegiatan dalam komunitas, itu dapat dikatakan leadership. Jadi bagaimana perempuan dan laki-laki ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan disekitar mereka. Saat ini yang perlu dilakukan adalah bagaimana mendorong keterlibatan perempuan secara aktif dikomunitas kita dalam rangka memberdayakan perempuan. Fasilitator menjelaskan beberapa bentuk ketidakadilan yaitu: 5. Diskriminasi – Membeda-bedakan perlakuan dikarenakan seseorang laki-laki atau perempuan (dibedakan karena jenis kelamin) 6. Kekerasan – Perlakuan dari seseorang yang melukai orang lain baik fisik maupun non fisik 7. Beban Ganda – Kerja yang berlipat-lipat yang dialami perempuan (misalnya ketika perempuan bekerja diluar maka dia juga harus bekerja didalam rumah) 8. Pelebelan – Stempel atau cap yang diberikan kepada perempuan misalnya janda sering di “cap” tidak baik atau perempuan yang pulang malam, di “cap”/dianggap perempuan yang tidak baik-baik Tahapan Pelaksanaan P ogram r Perencanaan
- Pertemuan dengan kelompok desa - Membuat Rencana Desa - Prioritas Program (skala Kebutuhan)
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 40
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Monitoring - Program - Peserta penrima manfaat - Masalah yang dihadapi
Implementasi program
Audit - Program - Peserta penrima manfaat - Masalah yang dihadapi
Evaluasi Dampak proyek bagi perempuan dan laki-
laki
Pelaporan - Kendala/hambatan - Rekomendasi
EVALUASI Peserta memberikan kembali pertanyaan pre-test dan jawabannya semua peserta setuju. Evaluasi Materi, proses, Fasilitator dan peserta Fasilitator memberikan metaplan kepada peserta untuk menuliskan senang ☺ atau tidak senang selama mengikuti training ini: 5. Materi ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII = 25
= II = 2 6. Proses ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII II = 22
= IIIII = 5 7. Fasilitator ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I = 26
= I = 1
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 41
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
8. Peserta ☺ = IIIII IIIII IIIII IIIII IIII = 24
= III = 3 ----------------------------------------------------------------------------------Selesai---------------
ACEH TIMUR
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 42
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
LAPORAN TRAINING GENDER SENSITIVITY ACEH TIMUR
Pendahuluan Pelatihan gender sensitivity ini dilakukan di Kabupaten Aceh Timur, Tepatnya di Islamic Center Kota Langsa. Pelatihan ini berlangsung selama empat hari berturut-turut dengan peserta dibagi dalam empat ronde. Masing-masing ronde berjumlah tiga puluh orang dengan melibatkan dua kecamatan. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para fasilitator desa untuk memfasilitasi program-program di lapangan yang berbasis gender atau keseimbangan antara kebutuhan laki-laki dan perempuan. Proses pelatihan ini di desain dengan beberapa tahapan, tujuannya untuk menganalisa dan mengenali sejauhmana pengetahuan peserta tentang isu-isu gender di tingkat komunitas masing-masing. Mengawali pelatihan fasilitator telah mendesain beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan peran laki-laki baik disektur domestic maupun sektor public. Pre-Tes Mengawali pelatihan, untuk membuka wawasan dan pengalaman fasilitator memberikan pre-test dengan megajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan diajukan satu persatu, setiap pertanyaan langsung dijawab dengan metode tertentu. Tujuan dari pre test ini adalah untuk menggali sejauh mana pemahaman peserta tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam setiaip peran dan setiap level kegiatan. Dari hasil pree-test didapatkan kesimpulan bahwa mayoritas peserta masih memahami bahwa peran perempuan masih sebatas level domestic atau mengurusi anak, dapur dan kasur atau wilayah rumah tangga sedangkan laki-laki lebih berperan di wilayah Publik atau atau berperan diluar rumah yang berkewajiban untuk mencari nafkah keluarga. Namun sebagian peserta sudah mempunyai wawasan yang lebih memadai dan memahami arti dan pentingnya kebersamaan dalam rumah tangga atau kehidupan sehari-hari. Perbedaan usia, pengalaman dan pendidikan juga turut mewarnai perbedaan pandangan peserta dalam melihat dan memahami tentang peran perempuan dan laki-laki dalam pelatihan ini, walaupun sebagian peserta sudah lebih bijak memahami dan memberikan tanggapan bahwa peran perempuan juga sangat dituntut dan dibutuhkan sekarang ini. Kendatipun demikian dibutuhkan beberapa analisa dan kajian materi lebih mendalam untuk memberikan
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 43
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
pengetahuan dan pemahaman serta analisis kritis mereka tentang pentingnya partisipasi laki-laki dan perempuan dalam merumuskan program-program di tingkat komunitas mereka Agar pree-Test ini dapat dipahami peserta dengan baik maka dalam proses pelaksanaannya dilakukan dengan metode “peran”, dimana peserta cukup untuk memilih “setuju” kemudian berkumpul satu tempat dan “tidak setuju” kemudian berkumpul satu tempat. Kemudian masing-masing peserta diberikan kesempatan untuk mengemukakan alasan-alasan mereka dalam memilih opsi tersebut. Hasil dari analisis peserta akan dirumuskan dan kemudian menjadi masukan dalam pengembangan dan pengayaan materi pelatihan untuk melihat sejauh mana perbedaan pandangan peserata dalam memahami peran perempuan dan laki-laki dalam wilayah public maupun domestik. Materi Dalam penyampaian materi perlu dipahami tentang latar belakang dan keberagaman peserta. Latar belakang peserta pelatihan sangat berpengaruh terhadap pengemasan materi pelatihan. Melihat latar belakang pendidikan peserta mayoritas SD/tamat SD atau sederajat maka materi yang sifatnya ceramah sebisa mungkin dikurangi, untuk mengatasinya materi yang diberikan lebih menekankan pada metode permainan peran, meta plan dan “gambar-gambar” bahkan pemutaran film yang dianggap sangat sesuai dengan isu-isu dan materi yang disampaikan selama proses pelatihan, karena dengan menggunakan metode ini peserta dapat dengan mudah mengerti dan memahami apa yang mereka lihat. Adapun beberapa materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah : 1. Konsep gender, Materi ini lebih menekankan kepada penggalian pemahaman peserta tentang perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik dari segi peran mapun pisiknya. Perbedaan-perbedaan biologis tersebut dihubungkan dengan peran yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Materi kemudian dikembangkan dengan menganalisis peran antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses terhadap sumber daya, kesempatan dalam berpartisipasi dan keterlibatan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pengambilan keputusan proses dalam perencanaan di tingkat komunitas masing-masing. Analisis ini kemudian dikembangkan untuk melihat dan membedakan mana sifat-sifat biologis atau kodrat dan mana yang bukan kodrat atau merupakan peran-peran yang dapat dipertukarkan. Peserta diberikan kesempatan untuk memberikan analisis terhadap materi-materi yang diberikan, kemudian mengajak peserta untuk memutuskan mana yang merupakan kodrat dan mana yang bersifat “peran”, dari hasil tersebut pengembangan materi tersebut peserta diajak untuk merumuskan tentang pengertian gender. 2. Mengapa Gender dipersoalkan Persoalan-persoalan ketidak adilan gender juga menjadi salah satu topic dalam pelatihan ini, persoalan-persoalan tersebut dipicu karena beban kerja yang berlebihan antara satu dengan yang lain baik di dalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga. Disamping itu peserta diberikan kesempatan untuk menganalisa peran antara laki-laki dan perempuan selama 24 jam yang disesuaikan dengan pengalaman dan kebiasaan yang mereka lakukan di masyarakat.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 44
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Tujuan analisa ini adalah untuk mengetahi beban yang ditanggung oleh laki-laki dan perempuan akibat prilaku yang diberikan. Sehingga diharapkan para fasilitator di desa dapat merumuskan program-program yang disesuaikan dengan kondisi laki-laki dan prempuan sehingga masing-masing dapat berpartisipasi dan mengontrol kegiatan tersebut. Untuk mempertajam analisa fasilitator menyajikan media gambar sehingga peserta dapat memberikan komentar dan analisis terhadap prilaku yang diberikan terhadap perempuan dan laki-laki yang dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dan budaya-budaya setempat. 3. Bentuk-bentuk ketidak adilan gender Disamping persoalan-persoalan gender, bentuk-bentuk ketidak adilan gender juga menjadi bahasan dalam pelatihan ini. Peserta diberikan waktu untuk mengemukakan beberapa bentuk ketidak adilan gender. Secara umum ketidak adilan gender berupa kekerasan, pelabelan, marginalisasi dan diskriminasi. Namun ketidak adilan ini dikaji juga dari segi kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan atau program-program yang pernah dilakukan apakah program tesebut menimbulkan ketidak adilan atau keadilan gender bagi masyarakat sekitarnya, disamping itu juga mengkaji beberapa kegagalan program dan pengaruh-pengaruhnya dalam menyumbang ketidak adilan gender. 4. Diskusi Kelompok Secara berkelompok peserta mengidentifikasi masalah ketidakadilan gender yang mereka ketahui , lihat atau yang mereka alami di masyarakat, factor – factor penyebab dan solusinya. 5. Faktor-faktor penyebab ketidak adilan gender 1. Faktor penyebab dan pelestari konstruksi sosial yang tidak adil gender di masyarakat yang berasal dari; budaya, penafsiran agama/ kepercayaan, sistem ekonomi yang kapitalis, sistem pendidikan, hukum, politik, media massa, seni. 2. Pengertian PATRIARKI yakni suatu sistem sosial masyarakat yang mengutamakan laki-laki sehingga perempuan menjadi kelas dua. 3. Penafsiran agama dilakukan oleh manusia, sehingga dia dipengaruhi oleh struktur sosial, konteks, pemahamahaman dan siapa yang menafsirkan, sehingga budaya patriarki turut mempengaruhi dalam penafsiran agama dan hal ini menimbulkan ketidakadilan gender. 4. Ketidakadilan gender diperkuat oleh sistem pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling kuat untuk memproduksi relasi sosial dan gender. Transisi budaya dan hirarki sosial di sekolah telah memproduksi perbedaan gender. 5. Banyak produk hukum yang tidak memberikan perlindungan pada perempuan dan bias gender 6. Media massa aktif dalam melanggengkan ketidakadilan gender, pelabelan/cap tentang tubuh perempuan. 7. Sistem politik yang mengutamakan laki-laki meminggirkan perempuan. 6. Indikator kesetaraan gender 1. Memperoleh akses yang sama atas hak-hak dasar;
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 45
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
2. Berpartisipasi yang sama dalam proses pencapaian hak-hak dasar dan sumber daya pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan 3. Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan 4. Memperoleh manfaat yang sama dalam lingkungan sekolah dan pekerjaan Peserta Dari hasil evaluasi terhadap pelatihan yang dilakukan, peserta pada umumnya memahami materi yang diberikan baik dari segi teori maupun penerapannya di lapangan. Namun karena peserta merupakan fasilitator daerah yang nantinya memberikan fasilitasi terhadap masyarakat disekitarnya melihat pelatihan ini hanya satu hari untuk setiap peserta masih diperlukan beberapa tindak lajut utuk mengasah dan mempertajam kepekaan meraka dalam melihat realita yang ada. Pelibatan para fasilitator daerah ini dalam berbagai firum diskusi atau pelatihan-pelatihan lainnya akan lebih membantu dalam mempertajam analisa dan keekaan mereka, karena keberhasilan program yang dijalankan oleh pelaksana program juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan fasilitator daearah dalam melakukan analisa-analisa terhadap kebituhan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Rekomendasi 1. Pelatihan gender ini seyogianya tidak dilakukan hanya satu hari karena waktu sesingkat itu tidak cukup untuk menggali lebih mendalam tentang persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat secara mendalam. 2. Sebaiknya dalam perekrutan tim fasilitator desa harus memprhatikan beberapa aspek, antara lain pengalaman, kemampuan untuk memfasilitasi, dan pendidikan, oleh karena itu melihat kenyataan yang ada perlu lebih ditingkatkan pemahaman mereka tentang berbagai aspek termasuk hal-hal yang sifatnya memfasilitasi masyarakat. 3. Untuk meningkatkan kemampuan Fasilitator desa ada baiknya peserta dibekali dengan pelatihan leardership sehingga FD akan mudah dan lebih kreatif dalam memfasilitasi pertemuan didesa. 4. Untuk membuat para FD lebih efektif dalam kerja-kerja komunitas maka peran dari FK juga sangat menentukan dalam mendampingi FD nya, kunjungan regular dan memfasilitasi pertemuan kecil untuk meningkatkan kekritisan mereka adalah kunci utama dalam mendevelop kapasitas para FD agar lebih berperan di komunitas.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 46
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Laporan Gender Sensitivity untuk Fasilitator Desa - IOM Islamic Centre, 5 s/d 6 Mei 2008,
Langsa Nanggroe Aceh Daarussalam Pengantar Pelatihan sensitivity gender ini diprakarsai oleh IOM. Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang terdiri dari 15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Peserata ini mewakili dua kecamatan Madat dan Pantai Bidari di wilayah kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peserta pelatihan ini merupakan orang-orang yang dipilih menjadi fasilitator desa untuk melaksanakan program-program IOM di wilayah masing-masing. Dari hasil pelatihan ini diharapkan para fasilitator mengerti tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki, persamaan hak dan kewajiban, serta dapat mengikutsertakan perempuan dalam proses perencanaan program di wilayah masing-maisng. Sesi I Mengawali sesi pertemuan pertama fasilitator memberikan gambaran tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga misalnya pendidikan, partisipasi dalam pertemuan-pertemuan di desa/kampung/politik, pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu juga fasilitator menceritakan faktor-faktor yang mempengaruhi pikiran atau tanggapan masyarakan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Factor tersebut sangat tergantung dari segi mana orang memandangnya, dan dimana orang berada. Disamping itun juga dipengaruhi oleh budaya-budaya, dimana budaya satu sama yang lain sangat berbeda, misalnya, budaya Aceh tentu sangat berbeda dengan budaya di Sumatera Barat atau di Pulau Jawa. Selanjutnya fasilitator melanjutkann sesi ini dengan memberikan pree test. Tujuan diadakan pree test ini untuk menyaring atau mengetahui sejauh manna pemahamanan peserta atau pengetahuan peserta terhadap gender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan).
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 47
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Dalam melakukan Pree test ini, fasilitator membagi peserta ke dalam tiga bagian (kelompok). Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, bagi yang setuju akan berkumpul satu kelompok, yang tidak setuju berkumpul satu kelompok, dan ragu-ragu akan berkumpul satu kelompok. Pree test tersebut tidak di tuliskan akan tetapi dibacakan oleh fasilitator dan peserta langsung mengambil kelompok masing-masing sesuai dengan yang dia inginkan. Bahan Pree Test Training 1.Untuk anak pertama yang ditunggu jenis kelamin lakilaki ? 2.Anak perempuan lembut 3.Anak laki-laki tegas 4.Boleh kah Perempuan menjadi kepala keluarga 5.Suami yang membantu pekerjaan Rumah Tangga disebut budak istri Dari hasil pree test tersebut didapati gambaran sebagai berikut Pertanyaan Setuju Tidak setuju Ragu-ragu 1 0 19 11 2 10 21 0 3 22 0 8 4 8 11 11 5 1 29 0 Kepada ketiga kelompok tersebut fasilitator meminta alasan mereka dari opsi yang mereka pilih. Dari hasil diskusi kelompok tersebut dapata diambil kesimpulan sebagai berikut: Kelompok setuju 1. Anak pertama harus laki-laki 2. perempuan di didik menjadi orang yang lembut 3. laki-laki harus tegas kalau lembut dikira bencong. 4. wajiban laki-laki sebagai kepala keluarga 5. sampai kapanpun laki-laki bukan tugasnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga Kelompok tidak setuju 1. Anak adalah pembrian tuhan jadi laki-laki dan perempuan sama saja. 2. ada jug perempuan yang keras 3. tidak ada. 4. perempuan juga bisa menjadi kepala keluarga misal ketika dia tidak mempunyak suami lagi, atau kalau suaminya sakit dan lain-lain. 5. laki-laki dan perempuan bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga Kelompok Ragu-ragu 1. Anak yang masih dalam kandungan kita tidak tau laki-laki atau perepmuan jadi ditunggu saja karena pemberian tuhan 2. tidak ada 3. laki-laki dan perempuan ada yang tegas dan ada yang tidak. 4. bisa saja (laki-laki dan perempuan bisa menjadi kepala keluarga) 5. tidak ada.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 48
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
SESSI II KONSEP GENDER Fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang diketahui oleh peserta tentang apa itu gender, dari hasil curah pendapat dengan peserta didapatkan gambaran sebagai berikut : 1. Perempuan yang sudah baliq 2. Jenis kelamin 3. Persamaan hak laki-laki dan perempuan. Fasilitator membagikan 2 (dua) warna metaplan kepada peserta, kemudian peserta diminta untuk menuliskan hal-hal berkenaan dengan perbedaan ciri-ciri biologis, sifat/karakter, peran/ pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, pada metaplan. tersebut. Aspek Laki-laki Perempuan Ciri Biologis - Penis
- sperma - melahirkan - Haid - Menyusui - Hamil
Sifat/karakter - Perkasa - Kuat - Melindungi keluarga - Kasar - Berani - Tegas - Pemimpin walau sebodoh apapun - Keras - Cepat emosi - Suka menggoda - Menjaga melindungi yang ditanggungnya - Bertanggung jawab - Perayu - Mempunyai sifat kepemimpinan - Ingin dimanja dan butuh pengertian dari perempuan
- gemulai - penipu - lembut - sensitive - keibuan - takut/ragu-ragu mengambil keputusan - menebar pesona pada lawan jenis - mudah tergoda - ingin bergabung dengan suami dan keluarga - pandai memasak - mudah tersinggung - lemah perempuan yang dipimpin walau sepandai apapun
Peran/pekerjaan - mencari nafkah
- mengurus rumah tangga - memasak - mencuci menjaga dan membesarkan anak
Setelah menulis peserta diminta untuk menempelkan kertas tersebut di papan tulis yang telah dibagi 2 kolom (laki-laki dan perempuan). Setelah semua tertempel, fasilitator menukar jumlah kolom (kolom laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya). Dari curah pendapat tersebut, fasilitator akan mendapat data yang menurut peserta merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan. Kemudian fasilitator mengajak peserta
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 49
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
untuk menganalisa data itu dengan mengajukan pertanyaan “hal-hal apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan. Jawaban peserta diidentifikasikan ke dalam dua bagian : 1) Yang mungkin bisa berubah 2) Yang tidak mungkin berubah (tetap) Dan fasilitator memisahkan kertas yang tidak dapat dipertukarkan kebagian yang lain. Berdasar analisa tersebut, peserta dapat menyimpulkan bahwa ada hal-hal yang bisa dipertukarkan, yang disebut dengan gender, dan hal-hal yang tidak dapat dipertukarkan yang selanjutnya disebut jenis kelamin/kodrat. Setelah itu fasilitator menjelaskan apa itu jenis kelamin/kodrat, apa itu gender dan perbedaan jenis kelamin/kodrat dengan gender. Materi konsep gender bertujuan untuk : • Mengetahui perbedaan jenis kelamin (kodrat) dan non kodrat (gender) • Menghindari kerancuan pemahaman antara jenis kelamin/kodrat dengan gender • Menumbuhkan kesadaran peserta bahwa gender bukan suatu hal yang universal dan kekal. Perbedaan Jenis Kelamin - Gender
JENIS KELAMIN (SEX) G E N D E R Perbedaan biologis Perbedaan peran, fungsi,
laki-laki dan perempuan dan tanggungjawab Berikut fungsi reproduksinya laki-laki dan perempuan
hasil konstruksi sosial
•Buatan manusia
• Bersifat sosial
• Dapat berubah
•Dapat dilakukan laki-laki & perempuan sesuai dg kebutuhan, kesempatan dan komitmen
•Tergantung waktu dan budaya setempat
•Ciptaan Tuhan
•Bersifat kodrat
•Tidak dapat berubah
•Tidak dapat ditukar
•Berlaku sepanjang zaman & di mana saja
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 50
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
SESSI III MENGAPA GENDER DIPERSOALKAN Fasilitator menunjukan kepada peserta dua gambar :
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 51
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Peserta diminta untuk mengomentari beberapa pertanyaan dibawah ini : - Bagaimana kita melihat gambar di sebelah ini? - Apa seharusnya yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki - Apa yang sedang terjadi dengan perempuan - Apa yang akan terjadi terhadap perempun jika terus seperti ini? • Pemutaran film Imposible drem Fasilitator membagikan peserta menjadi 2 (dua) kelompok, kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, peserta diminta untuk membuatkan kegiatan dari mulai bangun sampai tidur kembali. Berikut Kegiatan Laki-laki dan perempuan selama 24 (dua puluh empat) jam.
KEGIATAN NO. PUKUL LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Bangun pagi Bangun pagi/mandi 2. Salat subuh Salat subuh 3. Mandi Menyiapkan sarapan 4. Sarapan Mengurus keluarga (mensiapkan
anak kesekolah, mencuci, menyapu)
5. Berangkat kerja Berangkat kerja 6. Makan siang Pulang kerja/belanja 7. Sahat dhuhur Masak siang 8. Istirahat siang Shalat zuhur 9. Kerja lanjutan Makan siang
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 52
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
10. Salat ashar Membereskan rumah 11. Berkumpul dengan keluarga Istirahat 12. Salat magrib Shalat ashar 13. Makan malam Memasak 14. Menemani anak belajar Mandi sore 15. Shalat Isya Shalat magrib 16. Tidur malam Berkumpul keluarga 17. Tidur Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa peran lelaki dan perempuan bisa dipertukarkan dan bersifat tidak mutlak, tergantung kesepakatan antara pasangan. Peserta harus emahami dikotomi peran perempuan dan laki-laki merupakan bentukan social. Peran gender bisa memuat ketidakadilan (adanya perbedaan nilai atau penghargaan). Pada dasarnya, perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan tidak menimbulkan persoalan, sepanjang tidak menimbulkan ketidak adilan. Perbedaan peran sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial, maka ketidakadilan dalam perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan juga sering disebut sebagai ketidakadilan gender. Mengapa gender dipersoalkan karena adanya perbedaan citra/sifat, peran dan posisi menimbulkan ketidaksetaraan salah satu jenis kelamin, misalnya ketika kita melihat aktivitas selama 24 (dua puluh empat) jam, ternyata sudah menimbulkan ketidak setraan didalam pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.. Sehingga ketidakadilan tersebut telah menyebabkan adanya perilaku yang diskriminitif kepada salah satu jenis kelamin. Gender dipersoalkan apabila salah satu jenis kelamin merasa terbebani atau merasa tidak adil, kalau mereka meresa adil dengan apa yang telah mereka lakukan, maka gender tidak dipersoalkan. SESSI IV BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER Beban ganda/ beban kerja berlebihan/berlipat adalah memaksa dan membiarkan salah
satu jenis kelamin menanggung beban aktifitas berlebih. Misalnya beban perempuan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan (domestic) dan pekerjaan – pekerjaan public karena adanya pembagian kerja yang ketat antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Akibatnya, perempuan yang mencari nafkah tetap harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya. Hal ini tidak berlaku bagi laki-laki sehingga beban ganda merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan. Kekerasan atau serangan baik terhadap laki-laki maupun perempuan berdasarkan
pandangan gendernya. Kekerasan berbasis gender disebabkan pandangan bias yang menempatkan salah satu jenis kelamin superior dan lebih berkuasa. Umumnya, kekerasan berbasis gender lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada pada laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada persepsi dominan bahwa perempuan adalah mahluk lemah atau kuatnya anggapan banwa istri harus patuh pada suami. Secara Peraturan perundang-undangan No. 23 Tahun 2004, bahwa kekerasan dalam rumah tangga ada 4 yaitu : Kekerasan Fisik, Kekerasan Phisikis, Kekerasan Sexual dan Penelantaran dalam rumah tangga..
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 53
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Marginalisasi (peminggiran) adalah Proses penyingkiran kepentingan, hak-hak, kebutuhan, serta aspirasi berdasarkan jenis kelamin yang berlangsung secara sistematis dalam memperoleh manfaat dari kesejahteraan hidup dan pembangunan. Sebagaimana peminggiran itu dapat terjadi secara sengaja atau ‘dianggap’ sebagai sesuatu yang wajar . Misalnya proses peminggiran perempuan yang mengakibatkan kemiskinan perempuan secara social maupun ekonomi. Misalnya, penggunaan mesin-mesin dalam sector pertanian mengakibatkan perempuan kehilangan pekerjaan, atau tiddak terlibatnya perempuan didalam pertemuan-pertemuan didesa. Stereotype( Pelabelan/cap) adalah himpunan pandangan-pandangan, anggapan, atau
kepercayaan negatif terhadap salah satu jenis kelamin. Pandangan-pandangan stigmatik dan negatif yang merendahkan memiliki dampak yang merugikan. Pelabelan negative terhadap jenis kelamin tertentu, misalnya perempuan. Perempuan dalam masyarakat diberi label sebagai manusia yang lemah, emosional, cengeng, sehingga akses perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di ranah domestic dan public menjadi kecil. Atau laki-laki yang bekerja disalon akan dicap sebagai waria. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap seseorang atau sekelompok orang
dikarenakan jenis kelamin, ras, agama, status social atau suku. Misalnya, salah satu bentuk diskriminasi berbasis gender adalah memberikan keistimewaan kepada anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi dibanding perempuan. DISKUSI KELOMPOK Secara berkelompok peserta mengidentifikasi masalah ketidakadilan gender di masyarakat, faktor penyebab dan solusinya. KELOMPOK IDENTIFIKASI BENTUK-
BENTUK KETIDAKADILAN GENDER
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBABNYA
SOLUSI
Kelompok 1 1. Membedakan/ melebelan peran anak perempuan peran anak laki-laki dan perempuan sejak dari kecil. 2. Adanya pemahaman/asumsi dari masyarakat bahwa anak laki-laki lebih diutamakan ddalam memperoleh pendidikan. 3. Adanya pemahaman ditengah-tengah masyarakat bahwa kaum wanita dikesampingkan dalam hal mengambil keputusan
1. Kurangnya sosialisasi gender kepada masyarakat 2. tingkat pendidikan kaum perempuan sangat rendah 3. pelabelan dalam masyarakat bahwa wanita itu Cuma hanya mampu di dapur disumur dan dikasur.
1. Memberikan pendidikan yang selevel/setingkat kepada wanita maupun laki-laki. 2. Memberikan kesempatan sama kepada perempuan dan laki-laki dalam memperoleh pekerjaan sebatas tidak menyalahi koodrat. 3. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 54
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
masyakat mengenai gender secara continue.
Kelompok 2 1. Perbedaan antara hak laki-laki dan perempuan. 2. Kurang memperhatikan istri di dalam rumah tangga 3. Perempuan lebih banyak memperhatikan keluarganya ketimbang laki-laki 4. Suami tidak bertanggung jawab di dalam rumah tangga sering terjadi kekerasan fisik
1. Kebiasaan ibu lebih dekat dengan anak sedangkan bapak kurang. 2. Bapak mau beres saja, bapak mengeluarkan biaya saja ibu yang mengurus pendidikan anak.
1. Sering berkumpul sama keluarga. 2. Musyawarah dalam keluarga.
Kelompok 3 1. Dalam keluarga mempunyai dua orang anak satu laki-laki dan satu perempuan. Anak pertama mendapat perhatian yang lebih dari ortu, sedangkan anak yang kedua kurang diperhatikan
Kasih saying orang tua sudah duluan dicurahkan untuk anak yang pertama, sedangkan untuk anak yang kedua mereka sulit untuk membagi kasih saying
Seharusnya orang tua tidak boleh pilih kasih, karena setiap anak berhak mendapatkan kedudukan dan kasih saying sama dalam keluarga.
Kelompok 4 1. PPemerasan laki-laki terhadap perempuan 2. Beban perempuan lebih banyak dari laki-laki. 3. wanita diperbudak oleh h sayan laki-laki. 4. kasih saying seorang wanita lebih tinggi daripada seorang laki-laki terhadap anaknya 5. terjadinya emosi yang tidak dapat dikontrol.
1. Kasih saying seorang wanita lebih tinggi daripada laki-laki terhadap anaknya
Wanita tidak boleh diperbudak oleh laki-laki
Faktor-faktor Penyebab dan Pelestari Ketidakadilan Gender a. Faktor penyebab dan pelestari konstruksi sosial yang tidak adil gender di masyarakat yang berasal dari; budaya, penafsiran agama/ kepercayaan, sistem ekonomi yang kapitalis, sistem pendidikan, hukum, politik, media massa, seni. b. Pengertian PATRIARKI yakni suatu sistem sosial masyarakat yang mengutamakan laki-laki sehingga perempuan menjadi kelas dua.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 55
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
c. Penafsiran agama dilakukan oleh manusia, sehingga dia dipengaruhi oleh struktur sosial, konteks, pemahamahaman dan siapa yang menafsirkan, sehingga budaya patriarki turut mempengaruhi dalam penafsiran agama dan hal ini menimbulkan ketidakadilan gender. d. Ketidakadilan gender diperkuat oleh sistem pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling kuat untuk memproduksi relasi sosial dan gender. Transisi budaya dan hirarki sosial di sekolah telah memproduksi perbedaan gender. e. Banyak produk hukum yang tidak memberikan perlindungan pada perempuan dan bias gender f. Media massa aktif dalam melanggengkan ketidakadilan gender, pelabelan/cap tentang tubuh perempuan. g. Sistem politik yang mengutamakan laki-laki meminggirkan perempuan SESSI V EVALUSI NO. MATERI PESERTA FASILITATOR AKOMODASI 1 Yang telah
kami analisa selama 2 hari mengenai indevender gender (MGKD) didesa
Sudah saling mengenal antara teman yang telah berkumpul disini dan sudah memahami apa yang telah kami diskusikan
Ibu yang telah bersedia untuk dating kemari
Setelah kami sampai disini kami sangat puas dengan dilaayani dalam berbagai macam baik dari makan, tidur, mandi
2. Baik Semua saling kenal-mengenal
Mudah bersikap dari pemateri
Semua makan minum
3. Materi yang diberikan tentang pemahaman gender
Baik –baik Baik Persediaan tempat untuk kami sangat bagus
4. Materi yang disampaikan sangat bagus, menambah wawasan peserta tentang gender
Cukup aktif dan partisipatif
Fasilitator cukup bagus, penyajiannya mudah dipahami
Bagus air mandi yang bermasalah
5. Kami sangat senang dengan materi yang kami terima dari fasilitator kami
Kami sangaat bertaerima ksasih apa yang telah disarankan oleh teman-teman
Kami harapjan apa yang telah kami pelajari agar kami bias mapaikan kepada masyarakat di desa
Kami ucapan terimakasih atas tempat, ruang belajar dan makanan.
6 Banyak yang kami dapat dari pelatihan ini
Peserta aktif dalam mengikuti pelatihan
Kami sangat tanggap apa yang sudah di jelaskan oleh pemandu kami
Penginapan lumayan dan sangat istimewa Cuma yang kurang air mandinya saja.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 56
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
7 Materi sangat memuaskan
Peserta sangat aktif - Tempat tidur sederhana ketimbang pelatihan di tempat lain baikpun mandi dan juga segi makanan ada yang kekurangan?
8 Semua materi yang telah diberikan sangat berguna bagi kami
Selama pelatihan ini peserta semua pada senang dengan segala hal.
Saya sangat senang dengan pemateri karena ramah dan lembut pokoknya gitu deh!
Semua menginap disini semuanya sangat memuaskan baik tempat maupun makanan kecuali air.
9 Mudah diserap dan dari semua materi bias menambah wawasan
Semua peserta menuruti peraturan yang telah ditetapkan
Yang telah memberikan kepada kami cukup sangat mudah dipahami
Tempat yang disediakan cukupbaik tetapi airnya yang tidak mencukupi.
10 Nmeresapi atas penjelasan yagn disampaikan
Peserta baik-baik patuh peraturan
Pemateari jelas Akomodasi tempat tidur lumayan makan juga pas.
11 Materi yangt sudah diberikan sangat memuaskan dan dapat saya pahami dengan baik dan jelas
Peserta yang mengikuti pelatihan mematuhi peraturan yang ada dengan baik
Pemateri yang telah memberikan materi kepada kami cukup menarik dan cara menyampaikan materi sangat mudah dipahami.
Tempat yang telah disedikan cukup baik tapi airnya yang tidak mencukupi.
12 Mengenai tentang permasalahan dan factor-faktor, solusi tentang jender
Sangat menyenangkan dan kompak
Fasilitator cukup bagus dalam penyajian dan mudah dimengerti.
Cukup baik Cuma dikamar waktu tidur panas karena ac-nya tidak hidup dan air mandinya kurang.
13 Sangat bagus kami dapat belajar banyak disini
Peserta sangat baik, mereka berani mengeluarkan pendapat dan mereka dapat bermusyawarah dengan baik
Saya rasa sudah sangat berpengalaman dan mempunyai wawasan yang luas
Tempat nyaman makanan juga teratur, tapi kami kekurangan air.
14 Materi yang diberikan adalah tentang permasalahan gender untuk dibawakan ke desa bagi kami sangat puas
Sangat mendukung, mendengarkan apa yang disampaikan
Sangat memeuaskan karena saya seorang laki-laki bias jadi perempuan didalam penyampaiannya juga ok mudah diterima dan lembut orangnya
Penginapan ok makanan pas air mandi kurang.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 57
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
15 Mudah diserap dan dari semua materi bias menambah wawasan
Semua kawan0-kawan bias saling kenal dan bersahabat
Semua makanan memadai
16 Mudah diserap Peserta ramah bersahabat
17 Materi yang diberikan bias untuk menambah wawasan
Sudah mengikuti pelatihan dan telah memahami walau sedikit bias mendambah ilmu bagi peserta
Sangat memahami memberikan materi kepada peserta ddan bias memahami keinginan peserta
Kapasitaspenginapan cupuk memadai beserta makanan dan snack
18 Mudah dicerna menyenangkan dan bias menambah wawasan
Peserta ramah, bersahabat dan konsultatif
Penyamaianya sangat menyenangkan dan mampu membuat suasana nyaman.
Makan memadai tempat tidur nyaman air bersih tidak cukup
19 Bias menambah wawasan
Baik, ramah, bersahabat, selevel
Penyamnpaiannya mudah ditangkap dan diresapi
Makan lumayan enak, tempat tidak membosankan.
20 Materi yang diberikan sangat tepat karena materi diperlukan untuk para pesearta waktu turun ke lapangan
Peserta sangat mendukung/nyambung dengan apa yang disampaikan oleh para pemateri
Fasilitator sangat ok karena saya cowok jadi okk deh
Makanan perlu perubahan menu dech tempat mandi kurang bagus
21 Materi yang disajikan cukup berbobot sehingga mmenambah wawasan tentang jender
Peserta cukup aktif dan berpartisipasi dalam pelatihan
Cukup bagus dalam penyajian hingga mudah dimengerti
Cuma pengadaan air mandi kurang sehingga kami harus mandi ke tempat lain.
22 Materi yang disampaikan tidak hanya ceramah namun ada Tanya jawab dan lain-lain
Peserta sangat antusias/bersemangat mengikuti pelatihan
Menguasai materi juga menguasai local
Nasi masih lumayanhm tempat tidur juga namun yang kurang untuk mandi dan sholat.
23 Materi cukup baik bila ditinjau dari segi kita
Cukup untuk satu kelas/ruangan dan sangat serius mendengarkan materi
Cukup lumayan bias diambil manfaat dan juga bias jadi ilmu kita
Lumayan enak tapi kurang puas karena sedikit.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 58
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
lakukan sehari-hari
24 Rame dan ramah orangnya
Bagus sekali Kurang bagus Karena enggak ada air
25 Materi pelatihan pasilitator desa bias menampung aspirasi masyarakat di kampong
Ramah-ramah kami dari fasilitator daerah enak deh sama ibu emsa
Cukup bagus peneyajiannya cepat dipahami
Tinggalnya agak lumayanlah tapi ada sedikit gangguan, makanan, tempat tidur dan lain-lainnya.
Penutup Fasilittor bernyanyi bersama-sama peserta dengan judul Membangun Gender MEMBANGUN GENDER Mau aku mau, bila Acehku maju Pendidikanya bermutu, masyarakatnya maju Umatnya pasti rindu, ingin slalu bertemu Berdiskusi tanpa ragu Mau aku mau, bila umatku mulia Budayanya ramah gender, mau bekerjasama Membangun daerah kita dengan bersama-sama Pria dengan wanita Reff: Sungguh aneh tapi nyata, tiada terduga Umat kita belum juga bisa setara Umat mengharapkan kita, untuk adil dan setara Menghilangkan bias gender,menuju hidup sejahtera
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 59
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Laporan Gender Sensitivity untuk Fasilitator Desa - IOM Islamic Centre, 6 Mei 2008,
Langsa Nanggroe Aceh Daarussalam Pengantar Pelatihan sensitivity gender ini diprakarsai oleh IOM. Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang terdiri dari 15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Peserta ini mewakili tiga kecamatan Peulerak Barat, Peurelak Timur dan di wilayah kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peserta pelatihan ini merupakan orang-orang yang dipilih menjadi fasilitator desa untuk melaksanakan program-program IOM di wilayah masing-masing. Dari hasil pelatihan ini diharapkan para fasilitator mengerti tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki, persamaan hak dan kewajiban, serta dapat mengikutsertakan perempuan dalam proses perencanaan program di wilayah masing-maisng. Sesi I Mengawali sesi pertemuan pertama fasilitator memberikan gambaran tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga misalnya pendidikan, partisipasi dalam pertemuan-pertemuan di desa/kampung/politik, pekerjaan, dan lain-lain.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 60
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Disamping itu juga fasilitator menceritakan faktor-faktor yang mempengaruhi pikiran atau tanggapan masyarakan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Factor tersebut sangat tergantung dari segi mana orang memandangnya, dan dimana orang berada. Disamping itun juga dipengaruhi oleh budaya-budaya, dimana budaya satu sama yang lain sangat berbeda, misalnya, budaya Aceh tentu sangat berbeda dengan budaya di Sumatera Barat atau di Pulau Jawa. Selanjutnya fasilitator melanjutkann sesi ini dengan memberikan pree test. Tujuan diadakan pree test ini untuk menyaring atau mengetahui sejauh manna pemahamanan peserta atau pengetahuan peserta terhadap gender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). Dalam melakukan Pree test ini, fasilitator membagi peserta ke dalam tiga bagian (kelompok). Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, bagi yang setuju akan berkumpul satu kelompok, yang tidak setuju berkumpul satu kelompok, dan ragu-ragu akan berkumpul satu kelompok. Pree test tersebut tidak di tuliskan akan tetapi dibacakan oleh fasilitator dan peserta langsung mengambil kelompok masing-masing sesuai dengan yang dia inginkan. Bahan Pree Test Training 6.Untuk anak pertama yang ditunggu jenis kelamin lakilaki ? 7.Anak perempuan lembut 8.Anak laki-laki tegas 9.Boleh kah Perempuan menjadi kepala keluarga 10. Suami yang membantu pekerjaan Rumah Tangga disebut budak istri 11. Kodrat perempuan adalah didapur Dari hasil pree test tersebut didapati gambaran sebagai berikut Pertanyaan Setuju Tidak setuju Ragu-ragu 1 13 10 7 2 11 19 0 3 20 0 10 4 4 26 0 5 0 30 0 6 25 5 0 Kepada ketiga kelompok tersebut fasilitator meminta alasan mereka dari opsi yang mereka pilih. Dari hasil diskusi kelompok tersebut dapata diambil kesimpulan sebagai berikut: Kelompok setuju 6. Anak pertama harus laki-laki karena akan mengantikan bapaknya kalau bapaknya tidak mampu menjadi pencari nafkah lagi 7. perempuan yang baik adalah yang lembut 8. laki-laki harus tegas karena akan menjadi pemimpin. 9. Laki-laki adalah pemimpin didalam rumah tangga 10. laki-laki tugasnya mencari nafkah, perempuan tugasnya adalah mengurus rumah tangga. 11. perempuan memang dari dulu kodratnya didapur
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 61
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Kelompok tidak setuju 6. Anak pertama jenis kelamin apa pun boleh, karena sama saja antara laki-laki dan perempuan.. 7. lembut itu relatif, kadang perempuan juga tegas dan tegar. 8. ada juga laki-laki yang tidak tegas, bahkan laki-laki harus minta pendapat dari perempuan. 9. perempuan juga bisa menjadi kepala keluarga kalau dia sudah menjadi janda.. 10. laki-laki dan perempuan bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga 11. kodrat perempuan bukan didapur itukan hanya istilah Kelompok Ragu-ragu 6. Anak pertama apa pun boleh yang penting sehat. 7. tidak ada 8. ada juga laki-laki yang tidak tegas. 9. tidak ada 10. tidak ada. 11. tidak ada SESSI II KONSEP GENDER Fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang mereka ketahui tentang apa itu gender, dari hasil curah pendapat dengan peserta didapatkan gambaran sebagai berikut : 4. Emansipasi perempuan 5. Perempuan Fasilitator membagikan 2 (dua) warna metaplan kepada peserta, kemudian peserta diminta untuk menuliskan hal-hal berkenaan dengan perbedaan ciri-ciri biologis, sifat/karakter, peran/ pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, pada metaplan. tersebut. Aspek Laki-laki Perempuan Ciri Biologis - Penis
- Sperma - Membuahi
- melahirkan - Haid - Menyusui - Hamil
Sifat/karakter - Perkasa - Kuat - Melindungi keluarga - Kasar - Berani - Tegas - Pemimpin walau sebodoh apapun - Keras - Cepat emosi - Suka menggoda - Menjaga melindungi yang ditanggungnya
- gemulai - penipu - lembut - sensitive - keibuan - takut/ragu-ragu mengambil keputusan - menebar pesona pada lawan jenis - mudah tergoda - ingin bergabung dengan suami dan keluarga - pandai memasak
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 62
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Bertanggung jawab - Perayu - Mempunyai sifat kepemimpinan - Ingin dimanja dan butuh pengertian dari perempuan - Ganteng - Kumis - Gagah
- mudah tersinggung - lemah perempuan yang dipimpin walau sepandai apapun - Berambut panjang - Gemulai - Cantik - penurut - Penakut
Peran/pekerjaan - mencari nafkah - Direktur
- mengurus rumah tangga - memasak - mencuci menjaga dan membesarkan anak
Setelah menulis peserta diminta untuk menempelkan kertas tersebut di papan tulis yang telah dibagi 2 kolom (laki-laki dan perempuan). Setelah semua tertempel, fasilitator menukar jumlah kolom (kolom laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya). Dari curah pendapat tersebut, fasilitator akan mendapat data yang menurut peserta merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan. Kemudian fasilitator mengajak peserta untuk menganalisa data itu dengan mengajukan pertanyaan “hal-hal apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan. Jawaban peserta diidentifikasikan ke dalam dua bagian : 1) Yang mungkin bisa berubah 2) Yang tidak mungkin berubah (tetap) Dan fasilitator memisahkan kertas yang tidak dapat dipertukarkan kebagian yang lain. Berdasar analisa tersebut, peserta dapat menyimpulkan bahwa ada hal-hal yang bisa dipertukarkan, yang disebut dengan gender, dan hal-hal yang tidak dapat dipertukarkan yang selanjutnya disebut jenis kelamin/kodrat. Setelah itu fasilitator menjelaskan apa itu jenis kelamin/kodrat, apa itu gender dan perbedaan jenis kelamin/kodrat dengan gender. Materi konsep gender bertujuan untuk : • Mengetahui perbedaan jenis kelamin (kodrat) dan non kodrat (gender) • Menghindari kerancuan pemahaman antara jenis kelamin/kodrat dengan gender • Menumbuhkan kesadaran peserta bahwa gender bukan suatu hal yang universal dan kekal. Perbedaan Jenis Kelamin - Gender
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 63
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
JENIS KELAMIN (SEX) G E N D E R Perbedaan biologis Perbedaan peran, fungsi,
laki-laki dan perempuan dan tanggungjawab Berikut fungsi reproduksinya laki-laki dan perempuan
hasil konstruksi sosial
•Buatan manusia
• Bersifat sosial
• Dapat berubah
•Dapat dilakukan laki-laki & perempuan sesuai dg kebutuhan, kesempatan dan komitmen
•Tergantung waktu dan budaya setempat
•Ciptaan Tuhan
•Bersifat kodrat
•Tidak dapat berubah
•Tidak dapat ditukar
•Berlaku sepanjang zaman & di mana saja
SESSI III MENGAPA GENDER DIPERSOALKAN Fasilitator membagikan peserta menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, peserta diminta untuk mengidentifikasi kegiatan selam 24 (dua puluh empat ) jam (dari bangun sampai tidur kembali. Berikut hasilnya seperti dibawah ini : Kelompok Laki-Laki
No. JAM KEGIATAN 1. 05.00 Bangun pagi/mandi 2. 05.30 Shalat subuh 3. 06.00 Membantu istri jaga anak 4. 07.30 Sarapan pagi/ Persiapan bekerja 5. 08.00 Kerja 6. 12.00 ISOMA 7. 14.00 Kerja 8. 17.00 Pulang kerumah/shalat ashar 9. 18.00 Kumpul dengan keluarga 10. 18.30 Shalat magrib 11. 19.30 Kumpul dengan keluarga/makan malam 12. 20.00 Shalat isya 13. 20.30 Ngopi di warung/gosip 14. 23.00 Tidur
Kegitan Perempuan
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 64
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
NO. KEGIATAN 1. Mandi pagi 2. Shalat subuh 3. Menyiapkan sarapan 4. Makan 5. Menyuci 6. Menyiapkan persiapan anak-anak 7. Bersih-bersih rumah 8. Bekerja 9. Belanja 10. Menyiapkan makan siang 11. Makan siang 12. Shalat zuhur 13. Istirahat/bekerja 14. Kemas-kemas didapur 15. Mandi 16. Shalat ashar 17. Jalan-jalan sore 18. Shalat Magrib 19. Mengaji/mengajar anak-anak 20. Nonton 21. Shalat Isya 22. Tidurin Anak 23. Tidurin bapak
Dari aktivitas perempuan dan laki-laki dari bangun sampai tidur kembali, fasilitator menanyakan kepada peserta adil kah ini ?, media yang dilalukan fasilitaor adalah dengan curah pendapat. 1. Tidak adil karena lebih banyak perempuan bekerja dari pada laki-laki 2. Tidak adil karena terlalu banyak pekerjaan, sementara laki-laki sering duduk diwarung kopi 3. Tidak adil kalau perempuan harus bekerja diluar rumah, kalau tidak bekerja kebutuhan rumah tangga makin meningkat sementara penghasilan suami tidak cukup. 4. Sah-sah saja karena bekerja dirumah merupakan pekerjaan perempuan dan perempuan tidak pernah mengeluh. 5. Pekerjaan perempuan merupakan tugas utama perempuan. Fasilitator memberikan perubahan opini kepada peserta bahwa peran lelaki dan perempuan bisa dipertukarkan, selama mereka pasangan setuju utuk melakukan pekerjaan tersebut. Peserta harus memahami bahwa dikotomi peran perempuan dan laki-laki merupakan bentukan sosial.peran gender bisa memuat ketidakadilan (adanya perbedaan nilai atau penghargaan), misalnya di rumah perempuan yang melakukan pekerjaan memasak, sehingga perempuan tidak mendapat nilai atau penghargaan, sementara di warung-warung/rumah makan kebanyakan laki-laki yang melakukannya, mereka mendapatkan nilai dan penghargaan, nilai tersebut bias berbentuk gaji yang merek terima tiap bulannya. Mengapa gender dipersoalkan karena adanya perbedaan citra/sifat, peran dan posisi menimbulkan ketidaksetaraan salah satu jenis kelamin, misalnya ketika kita melihat aktivitas selama 24 (dua puluh empat) jam, ternyata sudah menimbulkan ketidak setraan didalam
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 65
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.. Sehingga ketidakadilan tersebut telah menyebabkan adanya perilaku yang diskriminitif kepada salah satu jenis kelamin. Gender dipersoalkan apabila salah satu jenis kelamin merasa terbebani atau merasa tidak adil, kalau mereka meresa adil dengan apa yang telah mereka lakukan, maka gender tidak dipersoalkan. Fasilitator menunjukan kepada peserta dua gambar :
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 66
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Fasilitator minta kepada peserta untuk mengomentari gambar diatas berdasarkan beberapa pertanyaan dibawah ini : - Bagaimana kita melihat gambar di sebelah ini? - Apa seharusnya yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki - Apa yang sedang terjadi dengan perempuan - Apa yang akan terjadi terhadap perempun jika terus seperti ini? SESSI IV BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER Beban ganda/ beban kerja berlebihan/berlipat adalah memaksa dan membiarkan salah
satu jenis kelamin menanggung beban aktifitas berlebih. Misalnya beban perempuan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan (domestic) dan pekerjaan – pekerjaan public karena adanya pembagian kerja yang ketat antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Akibatnya, perempuan yang mencari nafkah tetap harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya. Hal ini tidak berlaku bagi laki-laki sehingga beban ganda merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan. Kekerasan atau serangan baik terhadap laki-laki maupun perempuan berdasarkan
pandangan gendernya. Kekerasan berbasis gender disebabkan pandangan bias yang menempatkan salah satu jenis kelamin superior dan lebih berkuasa. Umumnya, kekerasan berbasis gender lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada pada laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada persepsi dominan bahwa perempuan adalah mahluk lemah atau kuatnya anggapan banwa istri harus patuh pada suami. Secara Peraturan perundang-undangan No. 23 Tahun 2004, bahwa kekerasan dalam rumah tangga ada 4 yaitu : Kekerasan Fisik, Kekerasan Phisikis, Kekerasan Sexual dan Penelantaran dalam rumah tangga.. Marginalisasi (peminggiran) adalah Proses penyingkiran kepentingan, hak-hak,
kebutuhan, serta aspirasi berdasarkan jenis kelamin yang berlangsung secara sistematis dalam memperoleh manfaat dari kesejahteraan hidup dan pembangunan. Sebagaimana peminggiran itu dapat terjadi secara sengaja atau ‘dianggap’ sebagai sesuatu yang wajar . Misalnya proses peminggiran perempuan yang mengakibatkan kemiskinan perempuan secara social maupun ekonomi. Misalnya, penggunaan mesin-mesin dalam sector pertanian mengakibatkan perempuan kehilangan pekerjaan, atau tiddak terlibatnya perempuan didalam pertemuan-pertemuan didesa. Stereotype( Pelabelan/cap) adalah himpunan pandangan-pandangan, anggapan, atau
kepercayaan negatif terhadap salah satu jenis kelamin. Pandangan-pandangan stigmatik dan negatif yang merendahkan memiliki dampak yang merugikan. Pelabelan negative terhadap jenis kelamin tertentu, misalnya perempuan. Perempuan dalam masyarakat diberi label sebagai manusia yang lemah, emosional, cengeng, sehingga akses perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di ranah domestic dan public menjadi kecil. Atau laki-laki yang bekerja disalon akan dicap sebagai waria. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap seseorang atau sekelompok orang
dikarenakan jenis kelamin, ras, agama, status social atau suku. Misalnya, salah satu bentuk
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 67
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
diskriminasi berbasis gender adalah memberikan keistimewaan kepada anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi dibanding perempuan. DISKUSI KELOMPOK Secara berkelompok peserta mengidentifikasi masalah ketidakadilan gender di masyarakat, faktor penyebab dan solusinya. KELOMPOK IDENTIFIKASI
MASALAH GENDER DI MASYARAKAT
FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA
SOLUSI
Kelompok 1 1. Keputusan perempuan selalu dikalahkan oleh kaum laki-laki. 2. Sifat manja dari perempuan, kerab membuat lelaki terbebani
1. Perempuan plin-plan dalam mengambil keputusan 2. Lelaki kurang tegas dalam menyikapi sifat perempuan
1. Perempuan harus membulatkan keputusannya 2. Membuat sebuah komitmen untuk saling memahami antara perempuan dan laki-laki
Kelompok 2 1. Yang terjadi dikampung kami, perempuan kerja diperkebunan jadi buruh kasar, sedangkan laki-laki santai-santai dirumah/warung 2. Kekerasan fisik terhadap istri yang dilakukan oleh suami.
1. Seorang suami merasa adalah orang yang paling berkuasa didalam rumah tangga. 2. Suami cemburu terhadap istri
1. Antara suami dan istri seharusnya saling membantu satu sama lain. Dalam hak dan kewajiban. 2. Jangan ringan tangan 3. Harus ada pengertian dan kepercayaan.
Kelompok 3 1. Kekerasan fisik dan fisikologis 2. Intervensi suami lebih tinggi didalam rumah 3. Pekerjaan perempuan berat 4. Perempuan terpinggirkan
1. SDM rendah 2. Kebutuhan biologis 3. Suami merasa berwewenang penuh, menjadi beban kebiasaan 4. Perempuan merasa diri rendah
1. Butuh pendidikan 2. Kodrat laki-laki dan perempuan 3. Diberi hak keadilan yang sama 4. Diberinya pemahaman-pemahaman ilmu pengetahuan gender
Kelompok 4 1. Terlalu membebankan tugas/pekerjaan kepada pihak
1. Pihak laki-laki tidak mau membagi tugas atau bekerja sama
1. Harus saling mengisi dalam melaksanakan tugas-tugas didalam rumah tangga.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 68
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
perempuan 2. Istri selalu harus mengikuti keputusan suami 3. Kesalahan diselesaikan dengan kekerasan.
2. Laki-laki merasa lebih berkuasa didalam rumah tangga 3. laki-laki lalai melaksanakan tugas
2. Saling menghargai pendapat yang satu dengan yang lain dalam melaksanakan hasil yang sama. 3. Saling memanfaatkan dan introfeksi diri masing-masing dalam menyelesaikan masalah.
Faktor-faktor Penyebab dan Pelestari Ketidakadilan Gender h. Faktor penyebab dan pelestari konstruksi sosial yang tidak adil gender di masyarakat yang berasal dari; budaya, penafsiran agama/ kepercayaan, sistem ekonomi yang kapitalis, sistem pendidikan, hukum, politik, media massa, seni. i. Pengertian PATRIARKI yakni suatu sistem sosial masyarakat yang mengutamakan laki-laki sehingga perempuan menjadi kelas dua. j. Penafsiran agama dilakukan oleh manusia, sehingga dia dipengaruhi oleh struktur sosial, konteks, pemahamahaman dan siapa yang menafsirkan, sehingga budaya patriarki turut mempengaruhi dalam penafsiran agama dan hal ini menimbulkan ketidakadilan gender. k. Ketidakadilan gender diperkuat oleh sistem pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling kuat untuk memproduksi relasi sosial dan gender. Transisi budaya dan hirarki sosial di sekolah telah memproduksi perbedaan gender. l. Banyak produk hukum yang tidak memberikan perlindungan pada perempuan dan bias gender m. Media massa aktif dalam melanggengkan ketidakadilan gender, pelabelan/cap tentang tubuh perempuan. n. Sistem politik yang mengutamakan laki-laki meminggirkan perempuan Indikator kesetaraan gender • Memperoleh akses yang sama atas hak-hak dasar; • Berpartisipasi yang sama dalam proses pencapaian hak-hak dasar dan sumber daya pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan • Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan • Memperoleh manfaat yang sama dalam lingkungan sekolah dan pekerjaan Bahan Post Test Training Pertanyaan Setuju Tidak setuju Ragu-ragu 1. Untuk anak pertama yang ditunggu jenis kelamin lakilaki ?
5 20 5
2. Anak perempuan lembut 5 25 0 3. Anak laki-laki tegas 10 19 1 4. Boleh kah Perempuan menjadi kepala 15 10 5
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 69
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
keluarga 5. Suami yang membantu pekerjaan Rumah Tangga disebut budak istri
0 30 0
6. Kodrat perempuan adalah didapur 5 25 0
Laporan Gender Sensitivity untuk Fasilitator Desa - IOM Islamic Centre, 8 Mei 2008,
Langsa Nanggroe Aceh Daarussalam Pengantar Pelatihan sensitivity gender ini diprakarsai oleh IOM. Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang terdiri dari 15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Peserta ini mewakili tiga kecamatan Idi Rayeuk, Nurul Salam di wilayah kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peserta pelatihan ini merupakan orang-orang yang dipilih menjadi fasilitator desa untuk melaksanakan program-program IOM di wilayah masing-masing. Dari hasil pelatihan ini diharapkan para fasilitator mengerti tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki, persamaan hak dan kewajiban, serta dapat mengikutsertakan perempuan dalam proses perencanaan program di wilayah masing-maisng.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 70
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Sesi I Mengawali sesi pertemuan pertama fasilitator memberikan gambaran tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga misalnya pendidikan, partisipasi dalam pertemuan-pertemuan di desa/kampung/politik, pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu juga fasilitator menceritakan faktor-faktor yang mempengaruhi pikiran atau tanggapan masyarakan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Factor tersebut sangat tergantung dari segi mana orang memandangnya, dan dimana orang berada. Disamping itun juga dipengaruhi oleh budaya-budaya, dimana budaya satu sama yang lain sangat berbeda, misalnya, budaya Aceh tentu sangat berbeda dengan budaya di Sumatera Barat atau di Pulau Jawa. Selanjutnya fasilitator melanjutkann sesi ini dengan memberikan pree test. Tujuan diadakan pree test ini untuk menyaring atau mengetahui sejauh manna pemahamanan peserta atau pengetahuan peserta terhadap gender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). Dalam melakukan Pree test ini, fasilitator membagi peserta ke dalam tiga bagian (kelompok). Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, bagi yang setuju akan berkumpul satu kelompok, yang tidak setuju berkumpul satu kelompok, dan ragu-ragu akan berkumpul satu kelompok. Pree test tersebut tidak di tuliskan akan tetapi dibacakan oleh fasilitator dan peserta langsung mengambil kelompok masing-masing sesuai dengan yang dia inginkan. Bahan Pree Test Training Pertanyaan Setuju Tidak setuju Ragu-ragu 1. Perempuan menjadi kepala keluarga
2 24 0
2. Perempuan sifatnya lembut
8 18 0
3. Laki-laki sifatnya tegas
17 7 2
4. Kodrat perempuan adalah didapur
11 15 0
Kepada ketiga kelompok tersebut fasilitator meminta alasan mereka dari opsi yang mereka pilih. Dari hasil diskusi kelompok tersebut dapata diambil kesimpulan sebagai berikut: Kelompok setuju 12. Perempuan dapat maju 13. Perempuan memang lembut. 14. Tujuan memimpin laki-laki baik 15. Perempuan memang memasak.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 71
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Kelompok tidak setuju 12. Laki-laki adalah pemimpin dan pelindung. 13. lembut itu relatif, kadang perempuan juga keras 14. Kadang-kadang ada laki-laki yang seperti perempuan, istri mempertahankan prinsip. 15. Perempuan kodratnya bukan didapur... Kelompok Ragu-ragu 12. Tidak ada 13. Tidak ada 14. Laki-laki dan perempuan harus tegas. 15. Tidak ada SESSI II KONSEP GENDER Fasilitator membagikan 2 (dua) warna metaplan kepada peserta, kemudian peserta diminta untuk menuliskan hal-hal berkenaan dengan perbedaan ciri-ciri biologis, sifat/karakter, peran/ pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, pada metaplan. tersebut. Aspek Laki-laki Perempuan Ciri Biologis - Penis
- Sperma - Membuahi
- melahirkan - Haid - Menyusui - Hamil
Sifat/karakter - Perkasa - Kuat - Melindungi keluarga - Kasar - Berani - Tegas - Pemimpin walau sebodoh apapun - Keras - Cepat emosi - Suka menggoda - Menjaga melindungi yang ditanggungnya - Bertanggung jawab - Perayu - Mempunyai sifat kepemimpinan - Ingin dimanja dan butuh pengertian dari perempuan - Ganteng - Kumis - Gagah
- gemulai - penipu - lembut - sensitive - keibuan - takut/ragu-ragu mengambil keputusan - menebar pesona pada lawan jenis - mudah tergoda - ingin bergabung dengan suami dan keluarga - pandai memasak - mudah tersinggung - lemah perempuan yang dipimpin walau sepandai apapun - Berambut panjang - Gemulai - Cantik - penurut - Penakut
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 72
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Peran/pekerjaan - mencari nafkah - pemimpin
- mengurus rumah tangga - memasak - mencuci menjaga dan membesarkan anak
Setelah menulis peserta diminta untuk menempelkan kertas tersebut di papan tulis yang telah dibagi 2 kolom (laki-laki dan perempuan). Setelah semua tertempel, fasilitator menukar jumlah kolom (kolom laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya). Dari curah pendapat tersebut, fasilitator akan mendapat data yang menurut peserta merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan. Kemudian fasilitator mengajak peserta untuk menganalisa data itu dengan mengajukan pertanyaan “hal-hal apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan. Jawaban peserta diidentifikasikan ke dalam dua bagian : 1) Yang mungkin bisa berubah 2) Yang tidak mungkin berubah (tetap) Dan fasilitator memisahkan kertas yang tidak dapat dipertukarkan kebagian yang lain. Berdasar analisa tersebut, peserta dapat menyimpulkan bahwa ada hal-hal yang bisa dipertukarkan, yang disebut dengan gender, dan hal-hal yang tidak dapat dipertukarkan yang selanjutnya disebut jenis kelamin/kodrat. Setelah itu fasilitator menjelaskan apa itu jenis kelamin/kodrat, apa itu gender dan perbedaan jenis kelamin/kodrat dengan gender. Materi konsep gender bertujuan untuk : • Mengetahui perbedaan jenis kelamin (kodrat) dan non kodrat (gender) • Menghindari kerancuan pemahaman antara jenis kelamin/kodrat dengan gender • Menumbuhkan kesadaran peserta bahwa gender bukan suatu hal yang universal dan kekal. Perbedaan Jenis Kelamin - Gender
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 73
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
JENIS KELAMIN (SEX) G E N D E R Perbedaan biologis Perbedaan peran, fungsi,
laki-laki dan perempuan dan tanggungjawab Berikut fungsi reproduksinya laki-laki dan perempuan
hasil konstruksi sosial
•Buatan manusia
• Bersifat sosial
• Dapat berubah
•Dapat dilakukan laki-laki & perempuan sesuai dg kebutuhan, kesempatan dan komitmen
•Tergantung waktu dan budaya setempat
•Ciptaan Tuhan
•Bersifat kodrat
•Tidak dapat berubah
•Tidak dapat ditukar
•Berlaku sepanjang zaman & di mana saja
SESSI III MENGAPA GENDER DIPERSOALKAN Fasilitator membagikan peserta menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, peserta diminta untuk mengidentifikasi kegiatan selam 24 (dua puluh empat ) jam (dari bangun sampai tidur kembali. Berikut hasilnya seperti dibawah ini :
KEGIATAN NO. PUKUL LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. 05.30 Bangun pagi Bangun pagi dan shalat 2. 05.30 Mandi/shalat subuh Memasak 3. 06.00 Sarapan - Bangunin anak
- memberesi anak/mandi 4. 06.30 Kerja - Menyapu rumah
- Mencuci piring - Mencuci baju - Antarin anak kesekolah - Belanja
5. 12.00 Istirahat - Menyiapkan hidangan - Jemput anak sekolah - Makan siang - Shalat zuhur - Istirahat siang
7. 14.00 Kerja - Mencuci piring - Memasak - Menyapu
8. 16.00 Shalat ashar - Mandi
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 74
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Shalat Ashar 9. 16.30 Santai - Santai 10. 18.30 Shalat berjamaah Shalat magrib 11. 19.00 Makan malan Makan malam 12. 19.30 Mengajar bgaji anak-anak Mengajari ngaji anak dan
pelajaran sekolah 13. 21.00 Tidur - Menonton TV
- Shalat isya 14. 22.00 Tidur malam Dari aktivitas perempuan dan laki-laki dari bangun sampai tidur kembali, fasilitator menanyakan kepada peserta adil kah ini ?, media yang dilalukan fasilitaor adalah dengan curah pendapat. 6. Tidak adil karena lebih banyak perempuan bekerja dari pada laki-laki 7. Tidak adil kalau perempuan harus bekerja diluar rumah, sementara pekerjaan dirumah tangga merupakan tugas perempuan juga.. 8. Adil karena bekerja dirumah merupakan pekerjaan perempuan Fasilitator memberikan perubahan opini kepada peserta bahwa peran lelaki dan perempuan bisa dipertukarkan, selama mereka pasangan setuju utuk melakukan pekerjaan tersebut. Peserta harus memahami bahwa dikotomi peran perempuan dan laki-laki merupakan bentukan sosial.peran gender bisa memuat ketidakadilan (adanya perbedaan nilai atau penghargaan), misalnya di rumah perempuan yang melakukan pekerjaan memasak, sehingga perempuan tidak mendapat nilai atau penghargaan, sementara di warung-warung/rumah makan kebanyakan laki-laki yang melakukannya, mereka mendapatkan nilai dan penghargaan, nilai tersebut bias berbentuk gaji yang merek terima tiap bulannya. Mengapa gender dipersoalkan karena adanya perbedaan citra/sifat, peran dan posisi menimbulkan ketidaksetaraan salah satu jenis kelamin, misalnya ketika kita melihat aktivitas selama 24 (dua puluh empat) jam, ternyata sudah menimbulkan ketidak setraan didalam pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.. Sehingga ketidakadilan tersebut telah menyebabkan adanya perilaku yang diskriminitif kepada salah satu jenis kelamin. Gender dipersoalkan apabila salah satu jenis kelamin merasa terbebani atau merasa tidak adil, kalau mereka meresa adil dengan apa yang telah mereka lakukan, maka gender tidak dipersoalkan. Sebelum istirahat sore peserta bernyanyi bersama, berikut teks lagunya : MEMBANGUN GENDER Mau aku mau, bila Acehku maju Pendidikanya bermutu, masyarakatnya maju Umatnya pasti rindu, ingin slalu bertemu Berdiskusi tanpa ragu Mau aku mau, bila umatku mulia Budayanya ramah gender, mau bekerjasama Membangun daerah kita dengan bersama-sama Pria dengan wanita
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 75
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Reff: Sungguh aneh tapi nyata, tiada terduga Umat kita belum juga bisa setara Umat mengharapkan kita, untuk adil dan setara Menghilangkan bias gender,menuju hidup sejahtera
Fasilitator minta kepada peserta untuk mengomentari gambar diatas berdasarkan beberapa pertanyaan dibawah ini : - Bagaimana kita melihat gambar di sebelah ini? - Apa seharusnya yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki - Apa yang sedang terjadi dengan perempuan - Apa yang akan terjadi terhadap perempun jika terus seperti ini? Memutaran Film Imposible drem Setelah pemutaran film fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang mereka lihat : 1. Tidak mengerti 2. Mimpi bekerja sama antara suami dan istri dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga 3. Tidak seimbang pekerjaan antara ibu dan bapak dan antara anak perempuan dan laki-laki 4. Istri yang setia 5. Seorang istri sanggup bekerja begitu banyak didalam rumah 6. Adanya perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan 7. Karena kemajuan alat tehnologi membuat pekerjaan mencangkul dikebun menjadi lama, sementara dengan traktor sangat cepat, sehingga dikwatirkan perempuan akan kehilangan pekerjaan.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 76
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
SESSI IV BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER n membiarkan salah
terhadap laki-laki maupun perempuan berdasarkan
erempuan dari pada pada
a kekerasan dalam rumah
minggiran) adalah Proses penyingkiran kepentingan, hak-hak,
abelan/cap) adalah himpunan pandangan-pandangan, anggapan, atau
akuan terhadap seseorang atau sekelompok orang
ISKUSI KELOMPOK a mengidentifikasi masalah ketidakadilan gender di masyarakat,
OK IDENTIFIKASI KETIDAKADILAN GENDER
FAKTOR-FAKTOR SOLUSI
Kelompok 1 - Cap/pelabelan terhadap seseorang
- Tidak ada keseimbangan - Laki-laki dan
Beban ganda/ beban kerja berlebihan/berlipat adalah memaksa dasatu jenis kelamin menanggung beban aktifitas berlebih. Misalnya beban perempuan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan (domestic) dan pekerjaan – pekerjaan public karena adanya pembagian kerja yang ketat antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Akibatnya, perempuan yang mencari nafkah tetap harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya. Hal ini tidak berlaku bagi laki-laki sehingga beban ganda merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan. Kekerasan atau serangan baik
pandangan gendernya. Kekerasan berbasis gender disebabkan pandangan bias yang menempatkan salah satu jenis kelamin superior dan lebih berkuasa. Umumnya, kekerasan berbasis gender lebih banyak terjadi pada plaki-laki. Hal tersebut didasarkan pada persepsi dominan bahwa perempuan adalah mahluk lemah atau kuatnya anggapan banwa istri harus patuh pada suami. Secara Peraturan perundang-undangan No. 23 Tahun 2004, bahwtangga ada 4 yaitu : Kekerasan Fisik, Kekerasan Phisikis, Kekerasan Sexual dan Penelantaran dalam rumah tangga.. Marginalisasi (pe
kebutuhan, serta aspirasi berdasarkan jenis kelamin yang berlangsung secara sistematis dalam memperoleh manfaat dari kesejahteraan hidup dan pembangunan. Sebagaimana peminggiran itu dapat terjadi secara sengaja atau ‘dianggap’ sebagai sesuatu yang wajar . Misalnya proses peminggiran perempuan yang mengakibatkan kemiskinan perempuan secara social maupun ekonomi. Misalnya, penggunaan mesin-mesin dalam sector pertanian mengakibatkan perempuan kehilangan pekerjaan, atau tiddak terlibatnya perempuan didalam pertemuan-pertemuan didesa. Stereotype( Pel
kepercayaan negatif terhadap salah satu jenis kelamin. Pandangan-pandangan stigmatik dan negatif yang merendahkan memiliki dampak yang merugikan. Pelabelan negative terhadap jenis kelamin tertentu, misalnya perempuan. Perempuan dalam masyarakat diberi label sebagai manusia yang lemah, emosional, cengeng, sehingga akses perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di ranah domestic dan public menjadi kecil. Atau laki-laki yang bekerja disalon akan dicap sebagai waria. Diskriminasi adalah pembedaan perl
dikarenakan jenis kelamin, ras, agama, status social atau suku. Misalnya, salah satu bentuk diskriminasi berbasis gender adalah memberikan keistimewaan kepada anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi dibanding perempuan. DSecara berkelompok pesertfaktor penyebab dan solusinya. KELOMP
PENYEBABNYA
Penilaian negative antara laki-laki dan perempuan harus
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 77
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
misalnya : seorang istri pulang larut malam - Beban ganda
mpuan sama dengan
san lam perbuatan misanya
malas kerja maka
dianggap dan
Kelompok 2 capan/pelabelan
kan
- Karena kebiasaan
ss laki-laki
laki-laki
i lemah
perempuan
- Hilangkan dan
ada
i harus
ya untuk
an
yaan. da
Kelompok 3 - Cap/Pelabelan
n
- Penilaian orang lain yang
seorang istri
ering
alasan suami
rang istri selalu
Tidak boleh
ada
i/tanggu
i
Pekerjaan perepekerjaan laki-laki, tapi upahnya berbeda - KekeraKekerasan daseorang suami memukul istrinya. - Kemiskinan Suami yang terjadilah kemiskinan dalam rumah tangga - Penge
perempuan - Perempuanlemah oleh laki-laki
berpengertian - Laki-laki perempuan harus setara dalam pekerjaan dan pendidikan
- Beban ganda - Kekerasan - Kemiskinan- Menomordua
(kebudayaan) - Karena tugadikerjakan oleh perempuan - Karena
s
mendominasi perempuan (lebih menguasai) - Karena ekonommaka perempuan harus bekerja lebih membantu suami untuk menambahkan pendapatan keluarga - Karenaselalu dikesampingkan oleh kaum laki-laki
kebiasaan kebudayaan yang salah - Harukesetaraan tugas perempuan dengan laki-laki - Laki-lakmemahami bahwa perempuan sama derajatnya dengan laki-laki - Berupamenghilangkan kemiskinan dengprogram pemberda- Harus tidak aperbedaan antara laki-laki dengan perempuan.
- Beban ganda - Kekerasan - Kemiskinan- Penomorduaa
tidak-tidak - Pekerjaandicuekin oleh suami. - Seorang suami smemukul istrinya tanpa sebab - Kemdibebani kepada seorang istri - Seo
- menilai orang sembarangan - Setiap pekerjaan dalam rumah tangga sebaiknya dikompromng jawab bersama. - Sebaiknya suammelindungi
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 78
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
mengutamakan kepantingan sukepentingan diri dan anak perempuannya.
ami pada peringa
suami
g
Kelompok 4 - Pekerjaan rumah lebih banyak
ulan terhadap
lebih diutamakan laki-
mbagian upah lebih rendah untuk
perempuan
- Perempuan kerjanya
k
komunikasi agai
anggap
perempuan
diskriminasi
rjasama
setara
hak dan
nghargai
Kelompok 5 - Cap rasan
n
Adat istiadat emahami
empatan
dirumah
- Merubah pola
s belajar
ari peluang
istrinya/memtinya dengan penuhkasih saying. - Seorang dalam rumah tangga harus bertanggung jawab sepenuhnya. - Sebaiknya seoransuami tidak boleh memperduakan istri dan anak perempuan, harus ada keseimbangan dalam menjalankan rumah tangga yang sakinah dan mawaddah. - Adanya ke
dikerjakan perempuan - Sering terjadi pemukperempuan - Pendidikanlaki - Peperempuan - Pendapatandinomorduakan
mengurus rumah tangga - Emosional dan ketidasabaran - Kurang- Karena laki-laki sebkepala keluarga, penanngung jawab - Perempuan dilemah dan kurang kreatifitas - Karena disepelekan - Terjadinya
- Saling komunikasi setiap ada permasalahan - Harus pendidikan - Persamaankewajiban - Saling me- Tidak adnyadiskriminasi.
- Keke- Kemiskinan - penomorduaa
- - Kurang mfungsi masing-masing didalam rumah tangga. - Kurangnya pendidikan- Malas bekerja - Kurangnya kes- Kurangnya membukadiri (egois) - Penunggu
piker - Haruuntuk memahami fungsi masing-masing dalam rumah tangga - Menc- Memperdalam ilmu agama
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 79
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Faktor-faktor Penyebab dan Pelestari Ketidakadilan Gender
. Faktor penyebab dan pelestari konstruksi sosial yang tidak adil gender di masyarakat yang
sosial masyarakat yang mengutamakan laki-
, sehingga dia dipengaruhi oleh struktur sosial,
yang
n perlindungan pada perempuan dan bias
massa aktif dalam melanggengkan ketidakadilan gender, pelabelan/cap tentang
mengutamakan laki-laki meminggirkan perempuan
ndikator kesetaraan gender tas hak-hak dasar;
aian hak-hak dasar dan sumber daya
nan; dan erjaan
ahan Post Test Training
ertanyaan Setuju Tidak setuju Ragu-ragu an menjadi 16
. Perempuan sifatnya 17 18 5
. Laki-laki sifatnya 25 4 1
. Kodrat perempuan 1 22 7
oberasal dari; budaya, penafsiran agama/ kepercayaan, sistem ekonomi yang kapitalis, sistem pendidikan, hukum, politik, media massa, seni. p. Pengertian PATRIARKI yakni suatu sistem laki sehingga perempuan menjadi kelas dua. q. Penafsiran agama dilakukan oleh manusiakonteks, pemahamahaman dan siapa yang menafsirkan, sehingga budaya patriarki turut mempengaruhi dalam penafsiran agama dan hal ini menimbulkan ketidakadilan gender. r. Ketidakadilan gender diperkuat oleh sistem pendidikan. Pendidikan merupakan cara paling kuat untuk memproduksi relasi sosial dan gender. Transisi budaya dan hirarki sosial di sekolah telah memproduksi perbedaan gender. s. Banyak produk hukum yang tidak memberikagender t. Mediatubuh perempuan. u. Sistem politik yang I• Memperoleh akses yang sama a• Berpartisipasi yang sama dalam proses pencappembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan • Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangu• Memperoleh manfaat yang sama dalam lingkungan sekolah dan pek B P1. Perempukepala keluarga
12 2
2lembut 3tegas 4adalah didapur
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 80
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
SESSI EVALUSI PESERTA FASILITATOR AKOMODASI
kan
n
nangkan
n
2. Bekerja sama Bagus mia
ukup dan makan-
4. Bagus, jadi tau Kompak, saling ya Semuanya lengkap dan
5. na Sangat serius untuk i
ih telah
r
kan
6 Banyak yang kompak Cukup memuaskan
7 Bagus dan bias an menyenangkan Cukup memuaskan
8 Bias mbah
Saompakngat dan angkan
Cukup memuaskan
9 Enak juga Fasilitator enak dan Tempat - sempurna
10 Lebih jelas Lebih menampakan Biasa-biasa aja
11 Cukup bias Terima kasih telah Cukup memuaskan
12 Merasa bangga Baik Cukup baik
13 Yang erikan - Brkesan oleh ibu
er
Sangat menyenangkan
n airnya
14 Ada saja yang
Ramah tamah
15 Sangat ang Sangat sopan Memuaskan ilmu
Memuaskan
NO. MATERI 1 Yang diberi
sangat berkesaBagus
Sangat menye Baik dalam memberikanmaterinya Bagus
Sangat senang daaman
3. - - Cara ibumengajarkan cjelas dan cukup mendalam dan berpandangan Cara mengajarn
Tempatminum teratur dan memuaskan
yang selama ini enggak tau Sangat bergu
dukung bagus mudah dipahami Terima kas
tidak ada keterlambatankonsumsi menyenang
yang kani terima Bagus
mendengarkan mater mengajarkan kami materi-materi gendeYang ibu tahu lebih
mau kompromi Cukup kompak d
luas Suka/
menambag wawasan
lucu dan semua yang dibahas mudah dimengerti Sangat
menapengalaman Lumayan
menyenangkan menyen
lucu Siplaah
keberaniannya -
menambah ilmu
membimbing saya dalam pelatihan Bagus luar biasa
ada pelatihan gender
dibsangat bagus Mia, rasanya mau
satu hari lagi masalah gendBaik
tempat tidur, makannya. Dapun sangat memuaskanMemuaskan
diberitahu mudah kitatangkap.
senkarena hari ini beda dengan kamarin
yang kita dapatkandari yang kemarin
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 81
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
16 Kurang as
g n
Tapi
top
ya
Yess Yess Yess
17 Bagus Bagus, dalam an
Bagus
18 Bagus Semua bagus mau ya Tempatnya nyaman
19 Meluaskan n ramah bagus dan Sangat memuaskan
20 Tenang menerima Layak, nyaman, Cuma
21 Sangat padat Tertib Luar biasa
ah
tahuan
ompak dan
ya
baik
23 Patuh, kreatif Cara pelatihan sudah
i
-
24 Sangat aat
Sangat semangat Sarapan pagi juga pedas
25
Suka dan senang a baik dan Makanan dan ke
kasih26. berguna Kurang fokus Bagus
i sikap cara
ebagai penutup Fasilittor bernyanyi bersama-sama peserta dengan judul :
pbagi kami karena yankami harapkapenjelasan tentang makmoegampong.ini juga yang dibahas tentang skekerasan. Penjelasannbagus juga Bagus
menyampaikanmateri, diharapkpemateri lebih merangsang. Penyampaiann
kerja sama Kompak da
bagus Sangat
wawasan Lumayan
bias dimengerti
materi panitia tidak tinggal ditempat kalau malamBaik
22 Sangat baik dan menambwawasan dan ilmu penge
-
Sangat k Sangat jelassepurna cara penyampaiann
Sangat
memadai, enak mudah dipahamSangat bagus dan
bermanfBahan dan
mantap Orangny
pelajatannyabagus Sangat
ramah minumannya obanget dan terima Untuk sementara OK
27. Baik Aktif Baik darpenyampaian dan penampilan
Cukup memuaskan
S
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 82
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
KEMITRAAN INI JANGAN CEPAT BERLALU
ua hari…….. i kita berdiskusi
slami lai
ningkatan mutu, umat di daerah kami lalu
u
D Di Asrama haj Dan mengkaji……… Kesadaran gender yang I Ada hati…. Untuk segera memu PeKemesraan ini…….. Janganlah cepat berKemesraan ini…….. PUG menjadi visiku Hatiku damai…….. Gender ada di rumahkHatiku damai…….. Aceh kita menjadi maju
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 83
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Laporan Gender Sensitivity untuk Fasilitator Desa - IOM
Langsa Nanggroe Aceh Daarussalam
engantar nsitivity gender ini diprakarsai oleh IOM. Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang
eserta pelatihan ini merupakan orang-orang yang dipilih menjadi fasilitator desa untuk
esi I ali sesi pertemuan pertama fasilitator memberikan gambaran tentang kesetaraan
isamping itu juga fasilitator menceritakan faktor-faktor yang mempengaruhi pikiran atau
elanjutnya fasilitator melanjutkann sesi ini dengan memberikan pree test. Tujuan diadakan
alam melakukan Pree test ini, fasilitator membagi peserta ke dalam tiga bagian (kelompok).
Islamic Centre, 9 Mei 2008,
PPelatihan seterdiri dari 15 orang perempuan dan 15 orang laki-laki. Peserta ini mewakili tiga kecamatan Idi Tunong, Banda Alam di wilayah kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pmelaksanakan program-program IOM di wilayah masing-masing. Dari hasil pelatihan ini diharapkan para fasilitator mengerti tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki, persamaan hak dan kewajiban, serta dapat mengikutsertakan perempuan dalam proses perencanaan program di wilayah masing-maisng. SMengawantara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga misalnya pendidikan, partisipasi dalam pertemuan-pertemuan di desa/kampung/politik, pekerjaan, dan lain-lain.Bahkan untuk terwujudnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Pengarusutamaan gender (kesetaraan ) tahun 2000. Dtanggapan masyarakan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Factor tersebut sangat tergantung dari segi mana orang memandangnya, dan dimana orang berada. Disamping itun juga dipengaruhi oleh budaya-budaya, dimana budaya satu sama yang lain sangat berbeda, misalnya, budaya Aceh tentu sangat berbeda dengan budaya di Sumatera Utara atau di Pulau Jawa. Spree test ini untuk menyaring atau mengetahui sejauh mana pemahamanan peserta atau pengetahuan peserta terhadap gender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). DDengan mengajukan beberapa pertanyaan, bagi yang setuju akan berkumpul satu kelompok, yang tidak setuju berkumpul satu kelompok, dan ragu-ragu akan berkumpul satu kelompok. Pree test tersebut tidak di tuliskan akan tetapi dibacakan oleh fasilitator dan peserta langsung mengambil kelompok masing-masing sesuai dengan yang dia inginkan.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 84
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Bahan Pree Test Training
ertanyaan Setuju Tidak setuju Ragu-ragu an menjadi 1
. Perempuan 0 13 0
tnya 26 1 0
kelahiran anak 19 6 0
ada ketiga kelompok tersebut fasilitator meminta alasan mereka dari opsi yang mereka
elompok setuju sudah tidak ada lagi perempuan yang menjadi kepala keluarga
harus lembut mudah mengajarinya
elompok tidak setuju emimpin untuk perempuan.
ja.
elompok Ragu-ragu isinya
ESSI II KONSEP GENDER rna metaplan kepada peserta, kemudian peserta diminta
logis a
hi
sui
Sifat/karakter - Perkasa i anjang
P1. Perempukepala keluarga
19 3
2kodratnya didapur 3. Perempuan sifalembut 4. Untukpertama, yang diiginkan adalah anak laki-laki. Keppilih. Dari hasil diskusi kelompok tersebut dapata diambil kesimpulan sebagai berikut: K16. Kalau suami17. Tidak ada 18. Perempuan19. Lebih suka laki-laki karena K16. Laki-laki menjadi p17. Perempuan kerjanya tidak hanya didapur 18. Perempuan juga sering cerewet. 19. Laki-laki dan perempuan sama sa K16. Tergandung kond17. Tidak ada 18. Tidak ada 19. Tidak ada SFasilitator membagikan 2 (dua) wauntuk menuliskan hal-hal berkenaan dengan perbedaan ciri-ciri biologis, sifat/karakter, peran/ pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, pada metaplan. tersebut. Aspek Laki-laki Perempuan Ciri Bio - Penis
- Sperm- Membua
- melahirkan- Haid - Menyu- Hamil
- Kuat - Gemula- Rambut P
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 85
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Jakun - Rambut pendek
rga
pin walau sebodoh
mosi da
ungi yang
awab
nyai sifat
a dan butuh
bu
/ragu-ragu mengambil
pesona pada lawan
ah tergoda dengan suami
asak g
n yang dipimpin walau
g
Peran/pekerjaan i nafkah s rumah tangga
an membesarkan anak etelah menulis peserta diminta untuk menempelkan kertas tersebut di papan tulis yang telah
yang menurut peserta
asikan ke dalam dua bagian :
(tetap)
an fasilitator memisahkan kertas yang tidak dapat dipertukarkan kebagian yang lain. bisa
etelah itu fasilitator menjelaskan apa itu jenis kelamin/kodrat, apa itu gender dan perbedaan
- Melindungi kelua- Kasar - Berani - Tegas - Pemimapapun - Keras - Cepat e- Suka menggo- Menjaga melindditanggungnya - Bertanggung j- Perayu - Mempukepemimpinan - Ingin dimanjpengertian dari perempuan - Ganteng - Kumis - Gagah
- Penipu - Lembut - Payudara- Pakai kera- keibuan - takutkeputusan - menebar jenis - mud- ingin bergabungdan keluarga - pandai mem- mudah tersinggun- lemah perempuasepandai apapun - Berambut panjan- Gemulai - Cantik - penurut- Penakut
- Mencar- Pemimpin - Pelindung
- Menguru- Memasak - Mencuci - Menjaga d
Sdibagi 2 kolom (laki-laki dan perempuan). Setelah semua tertempel, fasilitator menukar jumlah kolom (kolom laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya). Dari curah pendapat tersebut, fasilitator akan mendapat data merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan. Kemudian fasilitator mengajak peserta untuk menganalisa data itu dengan mengajukan pertanyaan “hal-hal apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan. Jawaban peserta diidentifik 1) Yang mungkin bisa berubah 2) Yang tidak mungkin berubah DBerdasar analisa tersebut, peserta dapat menyimpulkan bahwa ada hal-hal yangdipertukarkan, yang disebut dengan gender, dan hal-hal yang tidak dapat dipertukarkan yang selanjutnya disebut jenis kelamin/kodrat. Sjenis kelamin/kodrat dengan gender. Materi konsep gender bertujuan untuk : • Mengetahui perbedaan jenis kelamin (kodrat) dan non kodrat (gender)
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 86
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
• Menghindari kerancuan pemahaman antara jenis kelamin/kodrat dengan gender an kekal.
erbedaan Jenis Kelamin - Gender
ESSI III MENGAPA GENDER DIPERSOALKAN ender dipersoalkan karena ada
emudian fasilititor menunjukan sebuah gambar yang dikemudian peserta diminta untuk
• Menumbuhkan kesadaran peserta bahwa gender bukan suatu hal yang universal d P
JENIS KELAMIN (SEX)
Be a
G E N D E R Perbe gsi, Perbedaan biologis
lak n daan peran, fun
i-laki dan perempua dan tanggungjawab lak rikut fungsi reproduksiny i-laki dan perempuanhasil konstruksi sosial
• an Tuhan
bah
aman
• tan manusia
laki-laki
g waktu dan
Bua
• Bersifat sosial
• Dapat berubah
•Dapat dilakukan & perempuan sesuai dg kebutuhan,
dan kesempatan komitmen
•Tergantunbudaya setempat
Cipta
•Bersifat kodrat
•Tidak dapat beru
•Tidak dapat ditukar
•Berlaku sepanjang z & di mana saja
SFasilitator memberikan pengantar kepada peserta bahwa gjenis kelamin yang dibebani atau berlebihan kerja, tanggung jawab atau peran, baik didalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga. Atau salah satu jenis kelamin apakah itu laki-laki atau pun perempuan merasa terdiskriminasikan kerena perbedaan nilai dan penghargaan yang diberikan oleh lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat bahkan lingkungan negara. Masalah ketidakadilan ini sering yang menjadi korban adalah perempuan. Tatkala berbagai bentuk ketidakadilan terhadap perempuan sudah menjadi hal yang biasa yang sudah mengakar dan tersembunyi didalam kehidupan sehari-hari didalam masyarakat. Kmengkomentari gambar tersebut, berikut gambarnya seperti dibawah ini :
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 87
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Pertanyaan :
Bagaimana kita melihat gambar di sebelah ini? Apa seharusnya yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki Apa yang sedang terjadi dengan perempuan Apa yang akan terjadi terhadap perempun
Jawaban : 9. Tidak adil bagi perempuan. 10. Buang aja kayunya, Membagikan kayu tersebut dengan laki-laki tersebut, atau bergantian untuk membawa kayu tersebut antara laki-laki dan perempuan. 11. Perempuan terbebani dengan kayu tersebut sementara laki-laki tidak mau tahu. 12. Kalau perempuan terus menerus maka perempuan tersebut akan mati, atau stres dan sakit badannya. Kemudian fasilitator memutarkan film Imposible drem Setelah pemutaran film fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang mereka lihat : 1. Keluarga yang tidak saling kerja sama antara suami dan istrinya. 2. Tidak adil untuk jenis kelamin perempuan 3. Keluarga tidak gender 4. Laki-laki yang suka mengoda perempuan 5. Suami yang tidak perduli keadaan Fasilitator memberikan perubahan opini kepada peserta bahwa peran lelaki dan perempuan bisa dipertukarkan, selama mereka pasangan setuju utuk melakukan pekerjaan tersebut. Peserta harus memahami bahwa dikotomi peran perempuan dan laki-laki merupakan bentukan sosial.peran gender bisa memuat ketidakadilan (adanya perbedaan nilai atau penghargaan), misalnya di rumah perempuan yang melakukan pekerjaan memasak, sehingga perempuan tidak mendapat nilai atau penghargaan, sementara di warung-warung/rumah
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 88
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
makan kebanyakan laki-laki yang melakukannya, mereka mendapatkan nilai dan penghargaan, nilai tersebut bias berbentuk gaji yang merek terima tiap bulannya. Mengapa gender dipersoalkan karena adanya perbedaan citra/sifat, peran dan posisi menimbulkan ketidaksetaraan salah satu jenis kelamin, misalnya ketika kita melihat aktivitas selama 24 (dua puluh empat) jam, ternyata sudah menimbulkan ketidak setraan didalam pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.. Sehingga ketidakadilan tersebut telah menyebabkan adanya perilaku yang diskriminitif kepada salah satu jenis kelamin. Gender dipersoalkan apabila salah satu jenis kelamin merasa terbebani atau merasa tidak adil, kalau mereka meresa adil dengan apa yang telah mereka lakukan, maka gender tidak dipersoalkan. SESSI IV BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER Beban ganda/ beban kerja berlebihan/berlipat adalah memaksa dan membiarkan salah
satu jenis kelamin menanggung beban aktifitas berlebih. Misalnya beban perempuan untuk bertanggungjawab atas pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan (domestic) dan pekerjaan – pekerjaan public karena adanya pembagian kerja yang ketat antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Akibatnya, perempuan yang mencari nafkah tetap harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaannya. Hal ini tidak berlaku bagi laki-laki sehingga beban ganda merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan. Kekerasan atau serangan baik terhadap laki-laki maupun perempuan berdasarkan
pandangan gendernya. Kekerasan berbasis gender disebabkan pandangan bias yang menempatkan salah satu jenis kelamin superior dan lebih berkuasa. Umumnya, kekerasan berbasis gender lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada pada laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada persepsi dominan bahwa perempuan adalah mahluk lemah atau kuatnya anggapan banwa istri harus patuh pada suami. Secara Peraturan perundang-undangan No. 23 Tahun 2004, bahwa kekerasan dalam rumah tangga ada 4 yaitu : Kekerasan Fisik, Kekerasan Phisikis, Kekerasan Sexual dan Penelantaran dalam rumah tangga. Marginalisasi (peminggiran) adalah Proses penyingkiran kepentingan, hak-hak,
kebutuhan, serta aspirasi berdasarkan jenis kelamin yang berlangsung secara sistematis dalam memperoleh manfaat dari kesejahteraan hidup dan pembangunan. Sebagaimana peminggiran itu dapat terjadi secara sengaja atau ‘dianggap’ sebagai sesuatu yang wajar . Misalnya proses peminggiran perempuan yang mengakibatkan kemiskinan perempuan secara social maupun ekonomi. Misalnya, penggunaan mesin-mesin dalam sector pertanian mengakibatkan perempuan kehilangan pekerjaan, atau tiddak terlibatnya perempuan didalam pertemuan-pertemuan didesa. Stereotype( Pelabelan/cap) adalah himpunan pandangan-pandangan, anggapan, atau
kepercayaan negatif terhadap salah satu jenis kelamin. Pandangan-pandangan stigmatik dan negatif yang merendahkan memiliki dampak yang merugikan. Pelabelan negative terhadap jenis kelamin tertentu, misalnya perempuan. Perempuan dalam masyarakat diberi label sebagai manusia yang lemah, emosional, cengeng, sehingga akses perempuan untuk
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 89
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
mengaktualisasikan dirinya di ranah domestic dan public menjadi kecil. Atau laki-laki yang bekerja disalon akan dicap sebagai waria. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap seseorang atau sekelompok orang
dikarenakan jenis kelamin, ras, agama, status social atau suku. Misalnya, salah satu bentuk diskriminasi berbasis gender adalah memberikan keistimewaan kepada anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi dibanding perempuan. DISKUSI KELOMPOK Secara berkelompok peserta mengidentifikasi masalah ketidakadilan gender yang mereka ketahui , lihat atau yang mereka alami di masyarakat, factor – factor penyebab dan solusinya. KELOMPOK IDENTIFIKASI
KETIDAKADILAN GENDER FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA
SOLUSI
Kelompok 1 - Tidak adan keseimbangan dalam bekerja - Kekerasan dalam rumahtanggan - Pelecehan seksual.
- Tidak saling bekerja sama - Kurang komunikasi, tidak ada saling menghargai - Karena ada kesempatan pemaksaan kehendak
- Pembagian tugas dan saling pengertian - Membangun rasa saling menghargai dan meningkatkan komunikasi. - Menghindari perbuatan tersebut.
Kelompok 2 - Perempuan selalu berkerja keras - Laki-laki tidak saling bekerja sama dengan perempuan - Pekerjaan dalam rumah tangga laki-laki kurang mampu
- Karena tidak ada bantuan dari laki-laki - Laki-laki mementingkan kepentingan diri sendiri - Tidak harmonis dalam rumah tangga, bila tidak saling membantu
- Musyawarah dalam rumah tangga - Saling berbagi rasa - Laki-laki harus berkoordinasi dalam rumah tangga
Kelompok 3 - Bekerja di sawah sering dikerjakan oleh kaum wanita
- Kaum laki-laki merasa gengsi padahal itu kebutuhan - Suami tidak open keadaan
- Harus diajak kerja sama disetiap pekerjaan
Kelompok 4 - Tidak ada kerjasama dalam keluarga - Sering terjadi kekerasan - Pekerjaan dalam rumah tangga tidak seimbang
- Kurang berkomunikasi dalam keluarga - Karena menganggap suami lebih tinggi peran dari istri - Tidak harmonis dalam rumah tangga
- Harus sering berkomunikasi dalam keluarga - Setiap melakukan pekerjaan harus ada kesempatan bersama - Menetapkan tugas dan fungsi masing-masing
Kelompok 5 - Tidak ada keseimbangan dalam bekerja. - Kekerasan dalam rumah tangga
- Kurang pendidikan - Kurang komunikasi
- Harus berkomunikasi dalam keluarga
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 90
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Faktor-faktor Penyebab dan Pelestari Ketidakadilan Gender v. Faktor penyebab dan pelestari konstruksi sosial yang tidak adil gender di masyarakat yang berasal dari; budaya, penafsiran agama/ kepercayaan, sistem ekonomi yang kapitalis, sistem pendidikan, hukum, politik, media massa, seni. w. Pengertian PATRIARKI yakni suatu sistem sosial masyarakat yang mengutamakan laki-laki sehingga perempuan menjadi kelas dua. x. Penafsiran agama dilakukan oleh manusia, sehingga dia dipengaruhi oleh struktur sosial, konteks, pemahamahaman dan siapa yang menafsirkan, sehingga budaya patriarki turut mempengaruhi dalam penafsiran agama dan hal ini menimbulkan ketidakadilan gender. y. Ketidakadilan gender diperkuat oleh sistem pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling kuat untuk memproduksi relasi sosial dan gender. Transisi budaya dan hirarki sosial di sekolah telah memproduksi perbedaan gender. z. Banyak produk hukum yang tidak memberikan perlindungan pada perempuan dan bias gender å. Media massa aktif dalam melanggengkan ketidakadilan gender, pelabelan/cap tentang tubuh perempuan. ä. Sistem politik yang mengutamakan laki-laki meminggirkan perempuan. Indikator kesetaraan gender • Memperoleh akses yang sama atas hak-hak dasar; • Berpartisipasi yang sama dalam proses pencapaian hak-hak dasar dan sumber daya pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan • Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan • Memperoleh manfaat yang sama dalam lingkungan sekolah dan pekerjaan SESSI EVALUSI NO. MATERI PESERTA FASILITATOR AKOMODASI 1 Mudah Lumayan Cantik Sangat baik 2. - Bagus Baik Pas tidak kurang
apapun 3. - - Sangat senang
belajar dengan ibu mia, tidak terlalu cepat dan tidak dan kami belajar cepat menanggapinya.
Sangat senang dengan makanan dan juga tempat tidurnya
4. Kedamaian dalam rumah tangga
Memahami penyampaian
Mantap Layak dan teratur
5. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
Bagus banget Bagus Sesudah makan sampah harus dibuang ditempatnya
6 Sangat suka belajar ilmu ini
Setelah kita bersama-sama menimba ilmu
Terima kasih ibu yang telah
Cukup senang dengan fasilitasi yang
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 91
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
karena baru ini saya dapat ilmu tentang kesetaraan gender
di program IOM saya lebih banyak kenal ama teman-teman baru
memberikan materi kepada kami, sangat baik jelas dan saya senang ibu.
diberikan kepada kami
7 Sangat bermanfaat Sangat kompak Sangat bagus dan mantap
Bagus deh
8 Bagus Oke Ramah Bagus 9 Bagus Kurang pede Yang diberikan
sangat bermanfaat -
10 Bagus Kurang pede Oke Lancar 11 Pertama sekali
pendapat materi tentang gender, maunya ditambah
Kompak dalam menjalankan tugas
Cara penyampaiannya baik
Tempat pelatihan, tempat tidur dan makan baik
12 Lumanyan bagus Bersemangat dalam menerima materi
Cantik dan baik Sangat baik
13 Bagus Kurang aktif Cukup menguasai Lumayan 14 Sangat
menyenangkan untuk dibahas
Agresif tapi belum berani
Menyenangkan cara penjelasan jelas dan tegas juga cantik lagi
Cukup bagus dan menyenangkan
15 Bagus Kurang pede - - 16 Oke Masih ada yang
kurang berani/pede Bagus, dapat diambil apa yang dijelaskan
Kurang
17 Cukup baik Oke Bagus Mantap 18 Mantap Oke Bagus Tempat kurang bersih 19 Mantap/sangat
berpengelaman Banyak diam Baik terimqa kasih
bu Mia Tempat pelatihan lebih nyaman, penginapan bagus, makan dan minum bagus.
20 - - - Selama disini lumayan makan dan minum serta tidur
21 Sangat berguna untuk kita mengimbangi antara laki-laki dan perempuan
Kompak semua Sangat saya sukai dan mantap
Nyaman dan aman
22 Dengan adanya materi gender bias menambah wawasan peserta , terutama ibu Mia penyampaikannya mudah untuk
Kompak Mantap (gagah dan berani)
Super lumayan
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 92
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
diingat 23 Lumayan bagus Bersemangat
walaupun ada yang diam , apalagi pemberi materi cantik banget
Mantap dan tidak membosankan
Sangat tidak memadai baik tempat belajar dan penginapannya
24 Mudah diingat Semangat lumanyan Ramah dan mantap Sangat lumanyan 25 Bagus Kurang jelas Ramah Bagus/bersih 26. Bagus Alhamdulillah Baik Baik 27. Baru pertama
mendapat gender, dan mudah diingat
Kurang pede Bagus banget Kurang nyaman
28. Kondisi yang seimbang
Kurang pede Baik Selama disini makan, minum teratur
29. Lumanyan bagus Tidak ngantuk Cantik dan tidak membosankan
Lumanyan
Sebagai penutup Fasilittor bernyanyi bersama-sama peserta dengan judul : KEMITRAAN INI JANGAN CEPAT BERLALU Satu hari…….. Di Asrama haji kita berdiskusi Dan mengkaji……… Kesadaran gender yang Islami Ada hati…. Untuk segera memulai Peningkatan mutu, umat di daerah kami Kemesraan ini…….. Janganlah cepat berlalu Kemesraan ini…….. PUG menjadi visiku Hatiku damai…….. Gender ada di rumahku Hatiku damai…….. Aceh kita menjadi maju
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 93
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
ACEH SELATAN
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 94
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
GENDER SENSITIVITY TRAINING REPORT ACEH SELATAN
Proses Training Pelatihan ini diadakan selama 3 hari untuk para fasilitator desa yang berada di beberapa kecamatan di Aceh Selatan, dengan pelatihan tersebut diharapkan para fasilitator memiliki kemampuan untuk memfasilitasi program-program di komunitas berdasarkan kepada kebutuhan perempuan dan laki-laki (based on gender need). Dalam proses pelatihan tersebut melalui beberapa tahapan untuk melihat pemahaman peserta sejauh mana mereka mengetahui tentang isu-isu keadilan gender di tingkat komunitas. Sebelum pelatihan dimulai, fasilitator mendesign beberapa pertanyaan yang berkaitan erat dengan partisipasi perempuan dan laki-laki di ruang domestik dan public (lihat notulensi training). Pre-Test Pada awal pertanyaan dalam Pre_Test ini sebagian peserta belum mengetahui bahwa partisipasi perempuan sangat dibutuhkan dalam setiap level kegiatan yang akan di rencanakan. Beberapa diantaranya masih ragu-ragu dan masih menganggap bahwa perempuan hanya tanggung jawab mengurusi keluarga dan menyelesaikan tugas-tugas domestic, sementara kegiatan-kegiatan lain diluar rumah boleh saja dilakukan oleh perempuan apabila tanggung jawabnya dirumah tangga dapat dipenuhi dengangan baik. Sementara yang bertanggung jawab diluar rumah adalah laki-laki baik untuk mencari nafkah, menghadiri pertemuan-pertemuan/Rapat dan lain-lain. Perempuan boleh bekerja diluar rumah apabila diizinkan oleh suami. Sebagian dari mereka tingkat kesadaran sudah baik tinggal bagaimana materi yang akan disampaikan dapat membantu mereka untuk menganalisa masalah-masalah komunitas secara lebih mendalam lagi. Mempertajam cara berpikir dengan melihat realita sekeliling mereka, bagaimana pelaksanaan program-program selama ini dilaksanakan merupakan cara terbaik untuk melihat contoh secara langsung juga dapat membatu mereka dalam menjawab soalan pada pre-test ini.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 95
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Materi
Post - Training
Pre-Test
Evaluasi
Disamping itu juga Pre – test ini sangat membantu para peserta untuk melihat perbedaan tajam diantara yang mengatakan “setuju” dan “tidak setuju” serta “ragu-ragu” dalam isu partisipasi perempuan di luar rumah tangga (publik sektor). Hal ini sangat menarik untuk dicermati karena sebenarnya secara umum seperti itulah cara masyarakat kita berpikir. Materi Materi yang diberikan merupakan konsep dasar tentang gender yaitu apa peran dan sifat-sifat yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki, mana yang dapat dipertukarkan serta yang mana yang disebut dengan kodrat. disesuaikan dengan kasus-kasus yang muncul ditengah tengah masyarakat, selanjutnya mengapa gender dipersoalkan dan bentuk-bentuk ketidak adilan gender yang selama ini terjadi terutama terhadap perempuan dilengkapi dengan gambar-gambar yang mudah di pahami oleh peserta yang sangat berkaitan dengan isu-isu yang disampaikan selama proses belajar berlangsung. Selain itu juga peserta diajak untuk memperagakan peran-peran laki-laki dan perempuan dalam lingkup kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. Methode ini dipilih sepaya peserta lebih peka terhadap banyaknya tugas perempuan yang dianggap kewajiban yang harus dilakukan dalam rumah tangga. Serta apa pengaruh yang paling berat yang dirasakan perempuan. Ditambah dengan kasus yang terjadi tentang pemahaman yang keliru tentang gender dan pelibatan perempuan sehingga sering sekali menyebabkan perempuan menjadi korban.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 96
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Beberapa materi yang disampaikan tersebut antara lain : 11. Menganalisa peran, sifat perempuan dan laki-laki yang merupakan bentukan social yang dapat dipertukarkan. Menganalisa bentuk-bentuk fisik perempuan serta alat-alat reproduksi yang merupakan kodrat. 12. Bentuk-bentuk ketidakadilan yang dihadapi perempuan yang dibebabkan oleh ketimpangan peran-peran yang dilekatkan pada keduanya. 13. Bermain peran tentang: Peran dan pembagian kerja gender, mengidentifikasi peran dan kerja laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan selama 24 jam sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Tujuannya dari topic ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta akan dampak dan pengaruh dari pembedaan peran dan kerja laki-laki dan perempuan terhadap peri laku, kegiatan dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Kontrol dan Relasi kekuasaan, peserta diajak untuk melihat seberapa besar perempuan dan laki-laki memiliki posisi control atau posisi pengambil keputusan dalam sebuah kegiatan program atau bahkah didalam rumah tangga sekalipun. Keberadaan mereka diperhitungkan dengan tepat bukan hanya sebagai alat legitimasi saja bahwa mereka sudah hadir namun lebih dari itu bahwa mereka didengarkan sarannya. 14. Menganalisa Mengapa perempuan jarang terlibat dalam kegiatan perencanan sebuah pembangunan di desa atau apabila terlibat hanya pasif saja. Apa factor-faktor yang menyebabkannya, selain disebabkan oleh faktor budaya yaitu perempuan tidak perlu terlibt dalam kegiatan rapat-rapat desa, kesibukan perempuan dengan tugas-tugas domestic, metode pertemuan yang menggabungkan laki-laki dengan perempuan sehingga perempuan menjadi malu dan takut bicara juga disebabkan karena tempat pertemuan yang biasanya di lakukan dimesjid sehingga perempuan yang sedang haid, membawa bayi tidak dapat masuk, ditambah lagi ada anggapan perempuan ketika didalam mesjid tidak dibenarkan mengeluarkan pendapat. 15. Jaring Laba-laba : Analisa kasus tentang program-program yang tidak tepat sasaran serta menganalisa kegagalan tersebut siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan. Apa dampak yang bisa ditimbulkan jika mengabaikan pelibatan masyarakat khususnya perempuan. 16. Partispasti perempuan, bagaimana melibatkan perempuan dan dampak terhadap sebuah program ketika perempuan tidak dilibatkan. Partisipasi adalah komponen penting untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan sebuah program yang ada di desa. Partipasi pada semua tahapan program, akan menentukan juga sejauh mana program tersebut keberlanjutannya dan manfaatnya. Peserta Peserta pada umumnya telah memahami tujuan dari pelatihan gender tersebut namun sebagian besar masih mengannggap bahwa pengertian gender adalah kesetaraan posisi, oleh karena itu mereka khawatir bahwa dengan adanya training gender maka perempuan menuntut disetarakan dengan posisi laki-laki. Menurut mereka dalam konteks agama hal itu akan bertolak belakang Karena ada posisi-posisi dari laki-laki yang tidak boleh di gantikan oleh perempuan seperti menjadi imam, wali nikah. Namun setelah materi-materi disampaikan, peserta dapat menyimpulkan apa yang disebut dengan gender, kodrat, mengapa gender dipersoalkan, serta korban yang paling rentan terhadap ketimpangan gender tersebut. Rekomendasi 4. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan dalam beberapa hari, karena waktu satu hari terlalu minim untuk membangun pemahaman kritis diantara para peserta.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 97
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
5. Jumlah peserta training minimal 25 orang saja dengan satu fasilitator, karena training dengan peserta yang melebihi kapasitas menjadi kurang efektif. 6. FK harus benar-benar memantau para FD yang bekerja di komunitas serta memastikan semuanya mampu untuk berbicara ditengah-tengah masyarakat terutama perempuan. Karena dalam proses training ada beberapa FD perempuan yang enggan berbicara walau sudah di sodorkan mikrofon. 7. FK juga mampu serta mempunyai pemahaman yang baik tentang Gender karena, para FD dalam bekerja di komunitas mengharapkan masukan-masukan dari FK dalam berbagai hal termasuk tentang gender.
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 98
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
LAPORAN PROSES GENDER TRAINING Training Gelombang I
Sessi I: Perkenalan Sessi ini bertujuan untuk menggali informasi tentang peserta serta membangun keakraban antar masing-masing peserta. Perkenalan dilakukan dengan menggunakan personal mandala. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan tentang hoby serta ciri yang paling dominan pada diri masing-masing, serta harapan dan kekhawatiran terhadap training yang akan diberikan. Dari jawaban masing–masing peserta terdapat beberapa kesamaan baik pada hobby maupun harapan dan kekhawatiran, antara lain: • Hobby: Perempuan dan laki-laki sama-sama menyukai olah raga, berorganisasi, menyanyi, nonton, jalan-jalan dan juga menjahit. • Harapan: - Bisa berbagi informasi dan pengalaman - Menambah pengetahuan - Transformasi nilai - Bisa menangkap materi gender dengan baik - Bisa memberikan pemahaman gender ke masyarkat - Bisa menganalisa isu-isu gender - Menambah kapsitas perempuan - Membuat perempuan lebih maju - Lahirnya Cut Nyak Dhien muda - Mendapat penyadaran akan kesetaraan gender - Ada training lanjutan • Kekhawatiran: - Perempun dan laki-laki Tidak bisa menjaga hubungan yang setara - Tidak bisa menangkap materi yang diberikan - Tidak bisa menyampaikan kembali materi ke masyarakat - Adanya krisis kepercayaan dari masyarakat - Fasilitator tidak senang membagi ilmu - Fasilitator bosan - Tidak bisa menjawab - Proyek tidak jalan, masyarakat kecewa - Training hanya 1 kali Selanjutnya Fasiliator mengajak untuk merumuskan Norma belajar. Hasilnya: a. Partispasi aktif(semua harus bicara) b. Menghargai pendapat teman c. Pergunakan forum diskusi untuk saling belajar d. Jangan merokok didalam ruang Sesi II : Pre test Sessi ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan atau kepekaan peserta akan isu-isu gender yang ada disekeliling mereka, serta melihat bagaimana perhatian peserta terhadap partisipasi semua elemen utama dalam pelakasanaan proyek. Peserta diminta untuk
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 99
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
berdiri pada sisi metaplan yang telah disediakan oleh Fasilitator sesuai dengan jawaban yang mereka yakini yaitu setuju, tidak setuju dan ragu-ragu. Adapun pertanyaan yang diajukan antara lain: 1. Apakah perempuan boleh menjadi pemimpim di sebuah negara atau kelompok masyarakat tertentu? Setuju : 23 Ragu : 13 Tidak setuju : 4 2. Apakah perempuan boleh mengemukakan pendapatnya ditengah pertempuan desa? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - 3. Apakah perempuan boleh aktifk diluar rumah (dalam organisasi kampung: menjadi sekdes, ketua LKMD, dll)? Setuju : 38 Ragu : 2 Tidak setuju : - 4. Apakah boleh perempuan menjadi kepala keluarga Setuju : 35 Ragu : 2 Tidak setuju : 3 5. Kalau terjadi bencana (bancaa alam atau perang) perempuan adalah pihak yang paling rentan terkena imbas? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - 6. Perempuan adalah kelompok paling rentan dan paling sering mendapatkan kekerasan atau pelecehan? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - Sessi III : Brainstroming (Analisa ciri-ciri perempuan dan laki-laki) Sessi ini bertujuan untuk mengajak peserta mengenal lebih dalam peran-peran yang selama ini melekat pada perempuan dan laki-laki yang dianggap adalah kodrat dan tidak dapat dipertukarkan. Sessi ini merupakan materi dasar yang akan memepengaruhi pemahaman peserta dalam melihat interaksi sosial antar perempuan dan laki-laki, peran dan tanggung jawab masing-masing, serta beban yang ditanggung kedua belah pihak. Peserta diminta untuk menyebutkan ciri dari laki-laki dan perempuan baik fisik maupun mental dari hasil tersebut peserta diminta untuk membedakan yang mana yang disebut
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 100
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
dengan Gender dan yang mana yang disebut dengan Kodrat. Kemudian fasilitator menjelaskan apa perbedaan antara keduanya (Gender Dan Kodrat). Perempuan Laki-laki Lembut Pemalu Sabar Sensitif Pendiam Keibuan Mengurus rumah Melahirkan Menyusui Hamil Mempunyai vagina Mempunyai rahim
Gagah Pemberani Kasar Bijaksana Bertanggung jawab Pintar Mempunyai penis Mempunyai sperma
Kemudian disimpulkan bahwa peran dan sifat yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki dapat saling dipertukarkan, kecuali jenis kelamin yang di ciptakan Allah SWT. Secara garis besar para peserta sudah mengetahui apa tujuan dari pada training gender namun yang menjadi pertanyaan dari mereka adalah apa devinisi gender? Mengapa gender itu dipersoalkan? Serta kapan gender mulai di dengungkan? Selanjutnya fasilitator menjelaskan mengapa gender dipersoalkan dan Bentuk ketidak adilan gender yang sering terjadi di dalam konteks kehidupan sehari-hari seperti: kekerasan, beban ganda, penomor duaan, pelebelan dan pemiskinan, dilengkapi dengan gambar-gambar yang mudah dipahami oleh peserta. Sessi IV :Bermain Peran Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok diminta untuk memperagakan sebuah kelurga yang terdiri dari suami, istri, anak laki- laki dan anak perempuan serta apa saja yang dilakukan selama 24 jam dirumah, sessi ini bertujuan untuk melihat kegiatan apa saja yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki serta bagaimana posisi dan peran perempuan dalam keluarga. Setelah semua kelompok melakukan simulasi , fasilitator dan peserta melakukan review. Berkut adalah catatan dari review tersebut. • Pekerjaan anak perempuan di dalam rumah lebih banyak • Anak perempuan bertanggungjawab membantu ibu menyiapkan makan untk anggota keluarga yang lain • Anak laki-laki lebih dimanjakan • Ibu terlalu diam dan tidak berkomentar • Suami lebih dominan • Anak perempuan tidak boleh sekolah tinggi dan lebih baik dikawinkan saja • Ayah merupakan pihak yang paling berhak membuat keputusan. Sessi V : Pelibatan Perempuan dalam perencanaan pembangunan Sessi ini diawali dengan memberikan beberapa pertanyaan bagi peserta antara lain: 1. Mengapa Perempun tidak dilibatkan dalam pertemuan atau rapat gampong untuk merencanakan pembangunan?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 101
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
2. Mengapa sudah diberi peluang namun perempuan tidak mau terlibat? 3. Mengapa pembangunan baik fisik maupun non fisik kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Sebelumnya fasilitator mencoba mengajak peserta untuk menggambarkan keadaan desa masing-masing dalam perencanaan sesuatu pembangunan baik fisik maupun lainnya, tergambar bahwa kesempatan yang sama bagi perempuan sudah disediakan namun kendalanya perempuan sendiri belum mau memamfatkan peluang tersebut, artinya perempuan masih pasif dan menerima saja setiap hasil keputusan yang diambil oleh laki-laki; Persoalan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antar lain: 1. Budaya (perempuan malu memberi pendapat atau bicara didepan umum, takut pendapatnya tidak di dengar, merasa apa yang ingin disamaikan sudah terwakilkan oleh teman yang lain) 2. Tempat (apabila rapat-rapat diadakan dimesjid maka perempauan enggan datang karena sedang haid atau membawa anak bayi) 3. Waktu (perempuan tidak akan datang apabila rapat dilaksanakan pada jam-jam perempuan sedang melakukan tugas-tugas domestik) 4. Metode (perempuan akan lebih diam bila rapat digabungkan dengan laki-laki) Sessi VI: Bedah Kasus ( Permainan Jaring laba-laba) Sessi ini bertujuan untuk menganalisa Dampak sebuah pembangunan yang tidak melibatkan partisipasi perempuan dalam perencanaan serta kurangnya perhatian masyarakat terhadap kepentingan perempuan. Kasus; Inong adalah seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga tidak mampu, ia tinggal di desa yang terletak diseberang sungai, didesa inong belum banyak fasilitas yang dibangun, sumber air bersih jauh, apalagi untuk ke puskesmas dan klinik bersalin harus pergi ke kecamatan di seberang. Sebelumnya sempat datang lembaga yang ingin membantu pembangunan desa, namun saat diadakan rapat untuk merencanakan pembangunan apa yang akan dipilih, dari perempuan sangat sedikit yang hadir hanya istri geucik dan perangkat desa lainnya, kebanyakan pesertanya adalah laki-laki sehingga pilihan pembangunanyapun lebih berpihak pada kepentingan laki-laki seperti jembatan dan lapangan olah raga. Karena persoalan dana maka orang tua Inong memutuskan agar ia tidak lagi melanjutkan sekolahnya. Setahun kemudian Inong dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang pria yang 20 tahun lebih tua darinya, namun sayang pernikahannya tak semulus yang diinginkan karena ternyata suaminya mempunyai perangai yang kasar dan sering memukul Inong, saat Inong hamil penderitaannya tidak juga berakhir, suami tidak peduli, kondisi tubuh Inong lemah namun tetap harus melakukan pekerjaan rumah dan mengangkat air ke sumur Bor yang cukup jauh dari rumahnya karena menurut adat bahwa mengerjakan pekerjaan domestik dan hamil adalah kodrat bagi perempuan, Inong juga tidak memeriksakan kandungannya ke puskesmas. Penduduk desa yang prihatin pada kondisi inong tidak berani berbuat apa-apa karena takut dianggap mencampuri rumah tangga orang, Sampai akhirnya Inong terjatuh dan kehilangan banyak darah lalu meninggal dunia, Peserta diminta untuk: 1. Menyebutkan masalah apa saja yang melilit inong dan menyebabkan ia meninggal? 2. Apa solusi yang bisa kita lakukan supaya inong terlepas dari masalah tersebut dan dapat diselamatkan?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 102
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Setelah melakukan roll play jaring laba-laba, peserta diajak untuk meriview dan hasilnya adalah: - Perempuan merupakan korban paling rentan dalam semua sektor - pelibatan perempuan dalam perencanaan pembangunan sangat penting dilakukan - Perencanaan pembangunan yang salah sasaran menyebabkan kerugian bagi Perempuan - KDRT bukanlah urusan pribadi korban, untuk itu korban harus mendapat dukungan dari berbagai pihak - Pentingnya dilakukan sosialisasi baik tentang gender maupun penghentian KDRT - dll Sessi VII; Penutup (Post test dan Evaluasi) • Post test: Fasilitator menanyakan kembali pertanyaan pada Pre test untuk melihat perbandingan pemahaman peserta setelah training. Dan hasilnya sebagai berikut: 1. Apakah perempuan boleh menjadi pemimpim di sebuah negara atau kelompok masyarakat tertentu? Setuju : 39 Ragu : - Tidak setuju : 1 2. Apakah perempuan boleh mengemukakan pendapatnya ditengah pertempuan desa? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - 3. Apakah perempuan boleh aktifk diluar rumah (dalam organisasi kampung: menjadi sekdes, ketua LKMD, dll)? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - 4. Apakah boleh perempuan menjadi kepala keluarga Setuju : 38 Ragu : 2 Tidak setuju : - 5. Kalau terjadi bencana (bancaa alam atau perang) perempuan adalah pihak yang paling rentan terkena imbas? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - 6. Perempuan adalah kelompok paling rentan dan paling sering mendapatkan kekerasan atau pelecehan? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : -
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 103
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
EVALUASI; Sesi ini bertujuan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap training yang diberikan guna masukan dan perbaikan untuk training selanjutnya. Namun dari 40 peserta yang mengikuti training, hanya 38 peserta yang mengembalikan lembar evaluasi. Adapun hasilnya sebagai berikut:
No. Kriteria Bagus Tidak Bagus 1. Keaktifan peserta 33 Orang 5 Orang 2. Materi 38 Orang 0 3. Fasilitator 38 Orang 0 4. Metode 36 Orang 2 Orang 5. Waktu 28 Orang 10 Orang
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 104
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
LAPORAN PROSES GENDER TRAINING Training Gelombang II
Sessi I: Perkenalan Sessi ini bertujuan untuk menggali informasi tentang peserta, membangun keakraban antar masing-masing peserta serta menumbuhkan kepercayan diri pada peserta. Perkenalan dilakukan dengan menggunakan personal mandala. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan tentang nama, ciri yang paling dominan pada diri masing-masing, serta apa hal yang paling dibanggakan pada dirinya Dan harapan-kekhawatiran terhadap training yang akan diberikan. Dari jawaban masing–masing peserta merasa bangga dapat terpilih menjadi fasilitator masyarakat yang akan memberikan pemahaman-pemahaman bagi masyarakat guna mencapai kearaha yang lebih baik. adapun harapan dan juga kekhawatiran antara lain : • Harapan: - Menambah pengetahuan - Memahami materi gender dengan baik - Bisa menyampaikan pemahaman gender ke masyarkat - Bisa menganalisa isu-isu gender - Menambah teman - Membuat perempuan lebih maju - Perempuan dapat setara dengan laki-laki - Perempuan mempunyai kesempatan yang sama - Pembangunan tepat sasaran dan dapat berjalan sesuai rencana • Kekhawatiran: - Tidak bisa menangkap materi yang diberikan - Tidak bisa menyampaikan kembali materi ke masyarakat - Suami akan menjadi korban KDRT - Fasilitator bosan - Masarakat menolak isu gender - Proyek tidak jalan, masyarakat kecewa - Tidak ada tindak lanjut Selanjutnya Fasiliator mengajak untuk merumuskan Norma belajar. Hasilnya: e. tidak boleh ada suara HP f. tidak boleh merokok g. Partispasi aktif(semua harus bicara) h. Menghargai pendapat teman i. Pergunakan forum diskusi untuk saling belajar j. Jangan merokok didalam ruang Sesi II : Pre test Sessi ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan atau kepekaan peserta akan isu-isu gender yang ada disekeliling mereka, serta melihat bagaimana perhatian peserta terhadap partisipasi semua elemen utama dalam pelakasanaan proyek. Adapun pertanyaan yang diajukan antara lain: 7. Apakah perempuan boleh menjadi pemimpim di sebuah negara atau kelompok masyarakat tertentu?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 105
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Setuju : 23 Ragu : 10 Tidak setuju : 2 8. Apakah perempuan boleh mengemukakan pendapatnya ditengah pertempuan desa? Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : - 9. Apakah perempuan boleh aktifk diluar rumah (dalam organisasi kampung: menjadi sekdes, ketua LKMD, dll)? Setuju : 12 Ragu : 13 Tidak setuju : 10 10. Apakah boleh perempuan menjadi kepala keluarga Setuju : 2 Ragu : 4 Tidak setuju : 29 11. Kalau terjadi bencana (bancaa alam atau perang) perempuan adalah pihak yang paling rentan terkena imbas? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - 12. Perempuan adalah kelompok paling rentan dan paling sering mendapatkan kekerasan atau pelecehan? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - Sessi III : Brainstroming (Analisa ciri-ciri perempuan dan laki-laki) Sessi ini bertujuan untuk mengajak peserta mengenal lebih dalam peran-peran yang selama ini melekat pada perempuan dan laki-laki yang dianggap adalah kodrat dan tidak dapat dipertukarkan. Peserta diminta untuk menyebutkan ciri dari laki-laki dan perempuan baik fisik maupun mental dari hasil tersebut peserta diminta untuk membedakan yang mana yang disebut dengan Gender dan yang mana yang disebut dengan Kodrat. Kemudian fasilitator menjelaskan apa perbedaan antara keduanya (Gender Dan Kodrat). Peserta dapat menerima sebagian besar dari perbedaan antar laki-laki dan perempuan namun beberapa diantara berpendapat bahwa kodrat perempuan sesuai dengan ajaran islam adalah salah satunya: berambut panjang dan tidak boleh menjadi pemimpin. setelah terjadi diskusi yang alot akhirnya peserta menyimpulkan beberapa hal yaitu:
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 106
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Rambut panjang adalah merupakan sunnah bagi perempuan namun apabila seseorang memiliki ketidak nyamanan dengan rambut panjang tersebut tidak dapat dipaksakan, karena pada dasarnya islam hadir demi kemaslahatan seluruh umat. - Perempuan boleh menjadi pemimpin apabila mempunyai kapasitas, dan dalam islam perempuan tidak boleh menjadi pemimpim shalat apabila makmumnya laki-laki. Selanjutnya fasilitator menjelaskan mengapa gender dipersoalkan dan Bentuk ketidak adilan gender yang sering terjadi di dalam konteks kehidupan sehari-hari seperti: kekerasan, beban ganda, penomor duaan, pelebelan dan pemiskinan, dilengkapi dengan gambar-gambar yang mudah dipahami oleh peserta. Sessi IV :Bermain Peran Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok diminta untuk memperagakan sebuah kelurga yang terdiri dari suami, istri, anak laki- laki dan anak perempuan serta apa saja yang dilakukan selama 24 jam dirumah, sessi ini bertujuan untuk melihat kegiatan apa saja yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki serta bagaimana posisi dan peran perempuan dalam keluarga. Setelah semua kelompok melakukan simulasi , fasilitator dan peserta melakukan review. Berkut adalah catatan dari review tersebut. • Perempuan adalah korban paling rentan terhadap kekerasan • Perempuan dengan perekonomian keluarga yang miskin akan semakin terpuruk • Pekerjaan domestik merupakan tanggung jawab perempuan • Perempuan menjadi fasif dalam pengambilan keputusan di keluarga Sessi V : Pelibatan Perempuan dalam perencanaan pembangunan Sessi ini diawali dengan memberikan beberapa pertanyaan bagi peserta antara lain: 1. Mengapa Perempuan tidak dilibatkan dalam pertemuan atau rapat gampong untuk merencanakan pembangunan? 2. Mengapa sudah diberi peluang namun perempuan tidak mau terlibat? 3. Mengapa pembangunan baik fisik maupun non fisik kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Sebelumnya fasilitator mencoba mengajak peserta untuk menggambarkan keadaan desa masing-masing dalam perencanaan sesuatu pembangunan baik fisik maupun lainnya, tergambar bahwa kesempatan yang sama bagi perempuan sudah disediakan namun kendalanya perempuan sendiri belum mau memamfaatkan peluang tersebut, artinya perempuan masih pasif dan menerima saja setiap hasil keputusan yang diambil oleh laki-laki; Persoalan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antar lain: 1. Budaya (perempuan malu memberi pendapat atau bicara didepan umum, takut pendapatnya tidak di dengar, merasa apa yang ingin disamaikan sudah terwakilkan oleh teman yang lain) 2. Tempat (apabila rapat-rapat diadakan dimesjid maka perempauan enggan datang karena sedang haid atau membawa anak bayi) 3. Waktu (perempuan tidak akan datang apabila rapat dilaksanakan pada jam-jam perempuan sedang melakukan tugas-tugas domestik) 4. Metode (perempuan akan lebih diam bila rapat digabungkan dengan laki-laki)
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 107
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Sessi VI: Bedah Kasus ( Permainan Jaring laba-laba) Sessi ini bertujuan untuk menganalisa Dampak sebuah pembangunan yang tidak melibatkan partisipasi perempuan dalam perencanaan serta kurangnya perhatian masyarakat terhadap kepentingan perempuan. Kasus; Inong adalah seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga tidak mampu, ia tinggal di desa yang terletak diseberang sungai, didesa inong belum banyak fasilitas yang dibangun, sumber air bersih jauh, apalagi untuk ke puskesmas dan klinik bersalin harus pergi ke kecamatan di seberang. Sebelumnya sempat datang lembaga yang ingin membantu pembangunan desa, namun saat diadakan rapat untuk merencanakan pembangunan apa yang akan dipilih, dari perempuan sangat sedikit yang hadir hanya istri geucik dan perangkat desa lainnya, kebanyakan pesertanya adalah laki-laki sehingga pilihan pembangunanyapun lebih berpihak pada kepentingan laki-laki seperti jembatan dan lapangan olah raga. Karena persoalan dana maka orang tua Inong memutuskan agar ia tidak lagi melanjutkan sekolahnya. Setahun kemudian Inong dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang pria yang 20 tahun lebih tua darinya, namun sayang pernikahannya tak semulus yang diinginkan karena ternyata suaminya mempunyai perangai yang kasar dan sering memukul Inong, saat Inong hamil penderitaannya tidak juga berakhir, suami tidak peduli, kondisi tubuh Inong lemah namun tetap harus melakukan pekerjaan rumah dan mengangkat air ke sumur Bor yang cukup jauh dari rumahnya karena menurut adat bahwa mengerjakan pekerjaan domestik dan hamil adalah kodrat bagi perempuan, Inong juga tidak memeriksakan kandungannya ke puskesmas. Penduduk desa yang prihatin pada kondisi inong tidak berani berbuat apa-apa karena takut dianggap mencampuri rumah tangga orang, Sampai akhirnya Inong terjatuh dan kehilangan banyak darah lalu meninggal dunia, Peserta diminta untuk: 1. Menyebutkan masalah apa saja yang melilit inong dan menyebabkan ia meninggal? 2. Apa solusi yang bisa kita lakukan supaya inong terlepas dari masalah tersebut dan dapat diselamatkan? Setelah melakukan roll play jaring laba-laba, peserta diajak untuk meriview dan hasilnya adalah: - Perempuan merupakan korban paling rentan dalam semua sektor - Pelibatan perempuan dalam perencanaan pembangunan sangat penting dilakukan - Perencanaan pembangunan yang salah sasaran menyebabkan kerugian bagi Perempuan - KDRT bukanlah urusan pribadi korban, untuk itu korban harus mendapat dukungan dari berbagai pihak - Pentingnya dilakukan sosialisasi baik tentang gender maupun penghentian KDRT Sessi VII; Penutup (Post test dan Evaluasi) • Post test: Fasilitator menanyakan kembali pertanyaan pada Pre test untuk melihat perbandingan pemahaman peserta setelah training. Dan hasilnya sebagai berikut: 7. Apakah perempuan boleh menjadi pemimpim di sebuah negara atau kelompok masyarakat tertentu? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : -
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 108
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
8. Apakah perempuan boleh mengemukakan pendapatnya ditengah pertempuan desa? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - 9. Apakah perempuan boleh aktifk diluar rumah (dalam organisasi kampung: menjadi sekdes, ketua LKMD, dll)? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - 10. Apakah boleh perempuan menjadi kepala keluarga Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - 11. Kalau terjadi bencana (bancaa alam atau perang) perempuan adalah pihak yang paling rentan terkena imbas? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - 12. Perempuan adalah kelompok paling rentan dan paling sering mendapatkan kekerasan atau pelecehan? Setuju : 35 Ragu : - Tidak setuju : - EVALUASI; Sesi ini bertujuan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap training yang diberikan guna masukan dan perbaikan untuk training selanjutnya. Adapun hasilnya sebagai berikut:
No. Kriteria Bagus Tidak Bagus 1. Keaktifan peserta 35 Orang 0 2. Materi 34 Orang 1 Orang 3. Fasilitator 34 Orang 1 Orang 4. Metode 33 Orang 2 Orang 5. Waktu 35 Orang 0
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 109
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
LAPORAN PROSES GENDER TRAINING Training Gelombang III
Sessi I: Perkenalan Sessi ini bertujuan untuk menggali informasi tentang peserta, membangun keakraban antar masing-masing peserta serta menumbuhkan kepercayan diri pada peserta. Perkenalan dilakukan dengan menggunakan personal mandala. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan tentang nama, ciri yang paling dominan pada diri masing-masing, serta apa hal yang paling dibanggakan pada dirinya Dan harapan-kekhawatiran terhadap training yang akan diberikan. peserta terdiri dari 41 orang dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan. Tiap-tiap peserta mempunyai harapan dan kehawatiran yang serupa yaitu tentang faham gender yang nantinya akan sulit diterima oleh masyarakat karena berasal dari budaya asing Sesi II : Pre test Sessi ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan atau kepekaan peserta akan isu-isu gender yang ada disekeliling mereka, serta melihat bagaimana perhatian peserta terhadap partisipasi semua elemen utama dalam pelakasanaan proyek. Adapun pertanyaan yang diajukan antara lain: 13. Apakah perempuan boleh menjadi pemimpim di sebuah negara atau kelompok masyarakat tertentu? Setuju : 30 Ragu : 5 Tidak setuju : 6 14. Apakah perempuan boleh mengemukakan pendapatnya ditengah pertempuan desa? Setuju : 41 Ragu : - Tidak setuju : - 15. Apakah perempuan boleh aktifk diluar rumah (dalam organisasi kampung: menjadi sekdes, ketua LKMD, dll)? Setuju : 10 Ragu : 15 Tidak setuju : 6 16. Apakah boleh perempuan menjadi kepala keluarga Setuju : 7 Ragu : 9 Tidak setuju : 25 17. Kalau terjadi bencana (bancaa alam atau perang) perempuan adalah pihak yang paling rentan terkena imbas? Setuju : 39 Ragu : - Tidak setuju : 2 18. Perempuan adalah kelompok paling rentan dan paling sering mendapatkan kekerasan atau pelecehan?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 110
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Setuju : 40 Ragu : - Tidak setuju : 1 Sessi III : Brainstroming (Analisa ciri-ciri perempuan dan laki-laki) Sessi ini bertujuan untuk mengajak peserta mengenal lebih dalam peran-peran yang selama ini melekat pada perempuan dan laki-laki. Peserta diminta untuk menyebutkan apa saja ciri dari laki-laki dan perempuan yang diketahui baik dari segi sifat, pekerjaan, dan bentuk fisik. fasilitator mencatat semua kedalam plano, kemudian fasilitator menukarkan judul plano untuk ciri laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya. selanjutnya peserta diminta memberi tanggapan terhadap pertukaran tersebut. pada awalnya peserta keberatan karena menganggap sebagian dari ciri-tersebut bukan pada tempatnta namun setelah di uraikan satu persatu maka dapatlah kesimpulan: 1. ciri yang ada pada laki-laki juga ada pada perempuan (lembut, kasar, memasak, sopir, sensitif, penyayang, sdb ) 2. ada beberapa ciri yang tidak bisa dipertukarkan ( vagina, penis, hamil, melahirkan, menyusui, haid) peserta diminta untuk membedakan yang mana yang disebut dengan Gender dan yang mana yang disebut dengan Kodrat. Kemudian fasilitator menjelaskan apa perbedaan antara keduanya (Gender Dan Kodrat). Selanjutnya fasilitator menjelaskan mengapa gender dipersoalkan dan Bentuk ketidak adilan gender yang sering terjadi di dalam konteks kehidupan sehari-hari seperti: kekerasan, beban ganda, penomor duaan, pelebelan dan pemiskinan, dilengkapi dengan gambar-gambar yang mudah dipahami oleh peserta. Sessi IV :Bermain Peran Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok diberikan skenario bermain peran yang telah disiapkan oleh fasilitator yaitu kasus kekerasan terhadap perempuan. Setelah semua kelompok melakukan simulasi , fasilitator dan peserta melakukan review. Berkut adalah catatan dari review tersebut. • Perempuan adalah korban paling rentan terhadap kekerasan • Perempuan dengan perekonomian keluarga yang miskin akan semakin terpuruk • Perempuan yang menjadi korban tindak kekerasan malah dikucilkan oleh masyarakat • Perempuan tidak mempinyai kekuatan dalam mempertahankan pendapat. Sessi V : Pelibatan Perempuan dalam perencanaan pembangunan Sessi ini diawali dengan memberikan beberapa pertanyaan bagi peserta antara lain: 1. Mengapa Perempuan tidak dilibatkan dalam pertemuan atau rapat gampong untuk merencanakan pembangunan? 2. Mengapa sudah diberi peluang namun perempuan tidak mau terlibat? 3. Mengapa pembangunan baik fisik maupun non fisik kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat?
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 111
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Sebelumnya fasilitator mencoba mengajak peserta untuk menggambarkan keadaan desa masing-masing dalam perencanaan sesuatu pembangunan baik fisik maupun lainnya, tergambar bahwa kesempatan yang sama bagi perempuan sudah disediakan namun kendalanya perempuan sendiri belum mau memamfaatkan peluang tersebut, artinya perempuan masih pasif dan menerima saja setiap hasil keputusan yang diambil oleh laki-laki; Persoalan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antar lain: 1. Budaya (perempuan malu memberi pendapat atau bicara didepan umum, takut pendapatnya tidak di dengar, merasa apa yang ingin disamaikan sudah terwakilkan oleh teman yang lain) 2. Tempat (apabila rapat-rapat diadakan dimesjid maka perempauan enggan datang karena sedang haid atau membawa anak bayi) 3. Waktu (perempuan tidak akan datang apabila rapat dilaksanakan pada jam-jam perempuan sedang melakukan tugas-tugas domestik) 4. Metode (perempuan akan lebih diam bila rapat digabungkan dengan laki-laki) Sessi VI: Bedah Kasus ( Permainan Jaring laba-laba) Sessi ini bertujuan untuk menganalisa Dampak sebuah pembangunan yang tidak melibatkan partisipasi perempuan dalam perencanaan serta kurangnya perhatian masyarakat terhadap kepentingan perempuan. Kasus; Inong adalah seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga tidak mampu, ia tinggal di desa yang terletak diseberang sungai, didesa inong belum banyak fasilitas yang dibangun, sumber air bersih jauh, apalagi untuk ke puskesmas dan klinik bersalin harus pergi ke kecamatan di seberang. Sebelumnya sempat datang lembaga yang ingin membantu pembangunan desa, namun saat diadakan rapat untuk merencanakan pembangunan apa yang akan dipilih, dari perempuan sangat sedikit yang hadir hanya istri geucik dan perangkat desa lainnya, kebanyakan pesertanya adalah laki-laki sehingga pilihan pembangunanyapun lebih berpihak pada kepentingan laki-laki seperti jembatan dan lapangan olah raga. Karena persoalan dana maka orang tua Inong memutuskan agar ia tidak lagi melanjutkan sekolahnya. Setahun kemudian Inong dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang pria yang 20 tahun lebih tua darinya, namun sayang pernikahannya tak semulus yang diinginkan karena ternyata suaminya mempunyai perangai yang kasar dan sering memukul Inong, saat Inong hamil penderitaannya tidak juga berakhir, suami tidak peduli, kondisi tubuh Inong lemah namun tetap harus melakukan pekerjaan rumah dan mengangkat air ke sumur Bor yang cukup jauh dari rumahnya karena menurut adat bahwa mengerjakan pekerjaan domestik dan hamil adalah kodrat bagi perempuan, Inong juga tidak memeriksakan kandungannya ke puskesmas. Penduduk desa yang prihatin pada kondisi inong tidak berani berbuat apa-apa karena takut dianggap mencampuri rumah tangga orang, Sampai akhirnya Inong terjatuh dan kehilangan banyak darah lalu meninggal dunia, Peserta diminta untuk: 1. Menyebutkan masalah apa saja yang melilit inong dan menyebabkan ia meninggal? 2. Apa solusi yang bisa kita lakukan supaya inong terlepas dari masalah tersebut dan dapat diselamatkan? Setelah melakukan roll play jaring laba-laba, peserta diajak untuk meriview dan hasilnya adalah:
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 112
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
- Perempuan merupakan korban paling rentan dalam semua sektor - Pelibatan perempuan dalam perencanaan pembangunan sangat penting dilakukan - Perencanaan pembangunan yang salah sasaran menyebabkan kerugian bagi Perempuan - KDRT bukanlah urusan pribadi korban, untuk itu korban harus mendapat dukungan dari berbagai pihak - Pentingnya dilakukan sosialisasi baik tentang gender maupun penghentian KDRT Sessi VII; Penutup (Post test dan Evaluasi) • Post test: Fasilitator menanyakan kembali pertanyaan pada Pre test untuk melihat perbandingan pemahaman peserta setelah training. Dan hasilnya sebagai berikut: 1. Apakah perempuan boleh menjadi pemimpim di sebuah negara atau kelompok masyarakat tertentu? Setuju : 40 Ragu : 1 Tidak setuju : - 2. Apakah perempuan boleh mengemukakan pendapatnya ditengah pertempuan desa? Setuju : 41 Ragu : - Tidak setuju : - 3. Apakah perempuan boleh aktifk diluar rumah (dalam organisasi kampung: menjadi sekdes, ketua LKMD, dll)? Setuju : 41 Ragu : - Tidak setuju : - 4. Apakah boleh perempuan menjadi kepala keluarga Setuju : 39 Ragu : 2 Tidak setuju : - 5. Kalau terjadi bencana (bancaa alam atau perang) perempuan adalah pihak yang paling rentan terkena imbas? Setuju : 41 Ragu : - Tidak setuju : - 6. Perempuan adalah kelompok paling rentan dan paling sering mendapatkan kekerasan atau pelecehan? Setuju : 41 Ragu : - Tidak setuju : -
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 113
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
EVALUASI; Sesi ini bertujuan untuk mengetahui penilaian peserta terhadap training yang diberikan guna masukan dan perbaikan untuk training selanjutnya. Adapun hasilnya sebagai berikut:
No. Kriteria Bagus Tidak Bagus 1. Keaktifan peserta 28 Orang 13 Orang 2. Materi 40 Orang 1 Orang 3. Fasilitator 41 Orang 0 4. Metode 40 Orang 1 Orang 5. Waktu 37 Orang 4 Orang
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 114
Proceeding on Gender Training For KDP Staffs
Nanggroe Aceh Darussalam, May 5-10, 2008 115