food poisoning
-
Upload
ezragoenadi -
Category
Documents
-
view
25 -
download
1
description
Transcript of food poisoning
BAB I
PENDAHULUAN
Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti Ilmu Kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain. Sampai abad ke-19, dokter, pengacara dan pelaksana hukum yang dapat dipercaya menyatakan bahwa salah satu tanda atau gejala keracunan pada seseorang adalah berwarna kehitaman, biru atau berbintik pada tubuh korban. Pada awal abad ke-18, seorang dokter Belanda, Herman Boerhoave berteori bahwa berbagai racun mempunyai ciri khas tersendiri terhadap tubuh dari reaksi yang dihasilkannya.
Racun ialah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan faali, yang dalam dosis toksik selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal ini dapat berakhir dengan penyakit atau kematian. Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui ingesti, inhalasi, injeksi, penyerapan melalui kulit dan pervaginam atau perektal. Intoksikasi merupakan suatu keadaan dimana fungsi tubuh menjadi tidak normal yang disebabkan oleh suatu jenis racun atau bahan toksik lain. Salah satu contohnya pada intoksikasi karbon monoksida dimana terjadi keadaan toksik sebagai akibat dari terhirup dan terserapnya gas karbon monoksida, dimana karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin dan menggantikan oksigen dalam darah. Di luar kematian akibat kebakaran, ada sekitar 2700 kematian yang disebabkan oleh karbon monoksida setiap tahunnya di Amerika Serikat. Sekitar 2000 dari kasus ini adalah bunuh diri dan 700-nya adalah kecelakaan. Pada kenyataannya seluruh kasus bunuh diri tersebut melibatkan penghirupan gas buangan mobil.
Kasus di Amerika pada tahun 1991 dimana terdapat 3.022 disebabkan oleh kasus kokain atau sekitar 45,75%, 2.436 kasus alkohol (36.90%), 2.333 kasus heroin/morphin (35.3%). Penggunaan alkohol merupakan masalah yang sering muncul di Amerika Serikat dimana sekitar 40.000 kematian disebabkan kecelakaan akibat penggunaan alkohol, yang 50% kejadian tersebut dikarenakan pengemudi yang mabuk dan 60% terjadi pada pejalan kaki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Toksikologi
Toksikologi berasal dari kata Yunani, toxicos dan logos merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap organism atau mahluk hidup. Dalam toksikologi, dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara detoksifikasi serta deteksi keracunan pada sistem biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat bermanfaat untuk memprediksi atau mengkaji akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat terhadap manusia dan lingkungannya.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal. Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain. Di samping itu ilmu ini terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya, dan ini semua pada gilirannya akan menyulitkan kita dalam membuat definisi yang singkat dan tepat mengenai Toksikologi. Sebagai contoh, menurut Ahli Kimia Toksikologi adalah ilmu yang bersangkutan paut dengan efek-efek dan mekanisme kerja yang merugikan dari agent-agent Kimia terhadap binatang dan manusia. Sedangkan dari para ahli Farmakologi Toksikologi merupakan cabang Farmakologi yang berhubungan dengan efek samping zat kimia didalam sistem biologik. Dengan keluasan Toksikologi maka sejumlah besar ahli-ahli dibidang yang masing-masing turut terlibat dalam Toksikologi dalam bidang yang sesuai dengan keahliannya.
Toksikologi forensik, adalah penerapan toksikologi untuk membantu investigasi medikolegal dalam kasus kematian, keracunan maupun penggunaan obat-obatan. Dalam hal ini, toksikologi mencakup pula disiplin ilmu lain seperti kimia analitik, farmakologi, biokimia dan kimia kedokteran. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi forensik bukanlah keluaran aspek hukum dari investigasi secara toksikologi, namun mengenai teknologi dan teknik dalam memperoleh serta menginterpretasi hasil seperti: pemahaman perilaku zat, sumber penyebab keracunan atau pencemaran, metode pengambilan sampel dan metode analisa, interpretasi data terkait dengan gejala atau efek atau dampak yang timbul serta bukti-bukti lainnya yang tersedia.
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Berdasarkan sumber dapat digolongkan menjadi racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan; opium, kokain, kurare, aflatoksin. Dari hewan; bias/toksin ular/laba-laba/hewan laut. Mineral; arsen, timah hitam. Dan berasal dari sintetik; heroin.
Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan bakteri, parasit, virus, atau bahan kimia.Gejala-gejala, yang bervariasi dalam derajat dan kombinasi, termasuk sakit perut, muntah, diare, dan sakit kepala, lebih kasus serius dapat mengakibatkan mengancam jiwa neurologis, hati, ginjal dan sindrom yang menyebabkan cacat tetap atau kematian. Organisme dapat mencemari makanan pada setiap saat selama pengolahan atau produksi.Kontaminasi juga dapat terjadi di rumah jika makanan tidak benar ditangani atau dimasak. Makanan gejala keracunan sering termasuk mual, muntah atau diare, yang dapat mulai hanya beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi.Paling sering, keracunan makanan ringan dan sembuh tanpa pengobatan.Tapi beberapa kasus yang parah, yang memerlukan rawat inap.
Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi racun yang terdapat di alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga misalnya deterjen, insektisida, pembersih. Racun yang digunakan dalam pertanian misalnya insektisida, herbesida, pestisida. Racun yang digunakan dalam industri laboratorium dan industri misalnya asam dan basa kuat, logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan misalnya CN di dalam singkong, toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk obat misalnya hipnotik sedatif. Pembagian lain berdasarkan atas kerja atau efek yang ditimbulkan. Ada racun yang bekerja secara lokal, sistemik dan lokal-sistemik.
----
2.2. Etiologi
Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap saat selama produksi: penanaman, pembelian bahan makanan atau cocok tanam, pengolahan, penyimpanan, pengiriman atau mempersiapkan.Kontaminasi silang (transfer organisme berbahaya dari satu permukaan ke yang lain) sering menjadi penyebabnya.Hal ini sangat berisiko pada makanan seperti salad atau produk lainnya, karena makanan ini tidak dimasak, organisme berbahaya tidak hancur sebelum makan dan dapat menyebabkan keracunan makanan.
Bakteri dapat masuk ke makanan Anda dalam berbagai cara:
Daging atau unggas dapat datang ke dalam kontak dengan bakteri usus ketika sedang diproses
Air yang digunakan selama tumbuh atau pengiriman dapat berisi binatang atau kotoran manusia
Makanan yang tidak tepat penanganan atau persiapan
Keracunan makanan lebih sering terjadi setelah makan makanan pinggir jalan, kantin sekolah, acara makan massal, atau restoran.Sebagian besar kasus keracunan makanan disebabkan oleh bakteri umum seperti Staphylococcus atau Escherichia coli (E. coli).
Tabel berikut menunjukkan beberapa kontaminan mungkin, ketika Anda mungkin mulai merasa gejala dan cara umum organisme menyebar.
Tabel 2.2. Berbagai Jenis Etiologi Kontaminan
Pencemaran
Timbulnya gejala
Makanan terpengaruh dan sarana transmisi
Campylobacter
2 sampai 5 hari
Daging dan unggas.Kontaminasi terjadi selama pemrosesan jika kotoran hewan menghubungi permukaan daging.Sumber-sumber lain termasuk susu yang tidak dipasteurisasi dan air yang terkontaminasi.
Clostridium botulinum
12-72 jam
Home-kaleng makanan dengan keasaman rendah, makanan komersial tidak benar kaleng, ikan asap atau asin, kentang dipanggang di aluminium foil dan makanan lainnya disimpan pada suhu hangat terlalu lama.
Clostridium perfringens
8 sampai 16 jam
Daging, semur dan gravies.Umumnya menyebar ketika melayani hidangan tidak menyimpan cukup makanan panas atau dingin makanan terlalu lambat.
Escherichia coli (E. coli) O157: H7
1 sampai 8 hari
Daging sapi yang terkontaminasi dengan kotoran selama pembantaian.Menyebar terutama oleh daging sapi setengah matang.Sumber-sumber lain termasuk susu yang tidak dipasteurisasi dan sari apel, kecambah alfalfa dan air yang terkontaminasi.
Giardia lamblia
1 sampai 2 minggu
Baku, siap saji memproduksi dan air yang terkontaminasi.Dapat ditularkan oleh penjamah makanan yang terinfeksi.
Hepatitis A
28 hari
Baku, siap saji produk dan kerang dari air yang terkontaminasi.Dapat ditularkan oleh penjamah makanan yang terinfeksi.
Listeria
9-48 jam
Hot anjing, makan siang daging, susu yang tidak dipasteurisasi dan keju, dan produk baku dicuci.Dapat menyebar melalui tanah dan air yang terkontaminasi.
Noroviruses (Norwalk-like virus)
12 sampai 48 jam
Baku, siap saji produk dan kerang dari air yang terkontaminasi.Dapat ditularkan oleh penjamah makanan yang terinfeksi.
Rotavirus
1 sampai 3 hari
Baku, siap saji menghasilkan.Dapat ditularkan oleh penjamah makanan yang terinfeksi.
Salmonella
1 sampai 3 hari
Daging mentah atau tercemar, unggas, susu atau kuning telur.Selamat memasak tidak memadai.Dapat ditularkan melalui pisau, memotong permukaan atau penjamah makanan yang terinfeksi.
Shigella
24 sampai 48 jam
Seafood dan mentah, siap saji menghasilkan.Dapat ditularkan oleh penjamah makanan yang terinfeksi.
Staphylococcus aureus
1 sampai 6 jam
Daging dan salad siap, saus krim dan krim yang dipenuhi kue-kue.Dapat menyebar melalui kontak tangan, batuk dan bersin.
Vibrio vulnificus
1 sampai 7 hari
Baku tiram dan kerang mentah atau setengah matang, kerang dan remis keseluruhan.Dapat menyebar melalui air laut yang terkontaminasi.
2.3. Jenis-Jenis Keracunan
2.3.1. Keracunan Botulisme
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan toksin/racun yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan mengadakan sparing dengan serabut adrenergic, Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan di ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna melalui makanan yang tercemar oleh kuman clostridium. Biasanya terdapat juga makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka kematian akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.
Gejala Klinis
Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat, maka keadaannya lebih serius dan berat.
Gejala klinis tersebut dapat berupa:
Mual dan muntah
Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)
Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyeri
Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur), disfagia, kelelahan dan diikuti dengan gangguan otot-otot pernafasan.
Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Tindakan segera yang kita lakukan adalah:
Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign
Muntahkan korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam.
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
Bilas Lambung
Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
Segera rujuk ke RS
2.3.2. Keracunan Insektisida
Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan maupun binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Insektisida digunakan di negara-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari kerusakan.
Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida jelas menimbulkan keracunan pada manusia. Insektisida yang sering menyebabkan keracunan antara lain:
2.3.2.1. Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase Inhibitor Insecticides)
Insektisida golongan penghambat kolinesterase sangat toksis dan insiden keracunan oleh bahan ini cenderung meningkat karena senyawa organofosfat banyak digunakan sebagai bahan pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di beberapa negara.
Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya paration, malation, systox, TEPP, HEPP, OMPA, sedangkan yang lain adalah golongan carbonates misalnya dimethan dan matacil. Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase. Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion otonom, ujung-ujung saraf parasimpatis dan ujung-ujung saraf motorik hambatan asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.
Gejala Klinis
Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya antara lain:
nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi,
Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi pernafasan
Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare
Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea, hipersalivasi, banyak keringat
Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat menimbulkan ekzem
Penatalaksanaan
Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit yang terkontaminasi
Bilas lambung bila racun tertelan
Beri atropin
Kontrol vital sign
Segera rujuk ke rumah sakit terdekat
2.3.2.2. Insektisida Golongan Chlorinated
Organokhlorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah Dichloro-diphenyl-trichloroethan atau disebut DDT. Insektisida golongan Chlorinated ini dibagi menjadi 3 golongan antara lain:
1. Cyclodienes: Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.
2. Hexachlorocyclohexan: Lindane
3. Derivat Chlorinated-ethan: DDT
Gejala Klinis
Gejala permulaan keracunan akut adalah
rasa mual dan muntah,
sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.
Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi :
hipereksitabilitas susunan saraf pusat secara umum dengan delirium dan kejang klonik atau tonik.
Fase ini kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian
Penatalaksanaan
Control vital sign
Bilas lambung
Muntahkan bila perlu
Rujuk ke rumah sakit
2.3.3. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum)
Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan tersebut ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang dapat diisolasi dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung dari jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau di masak lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.
Gejala Klinis
Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol.
Gejala yang terjadi dapat berupa:
Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah
Adanya serangan kolik pada waktu berkemih
Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria.
Nafas dan urine berbau jengkol.
Penatalaksanaan
Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja. Atau pasien bisa dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.
Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5% dengan dosis 2-5 mEq/KgBB selama 4-8 jam
Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder
Anjuran untuk tidak memakan jengkol
2.3.4. Keracunan Singkong (Manihot utilissima)
Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air.
HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal (mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.
Gejala Klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala keracunan singkong ini antara lain:
Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
Renjatan (kejang)
Syok.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:
Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.
Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan. Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.
Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menitBeri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.
2.3.5. Keracunan Minyak Tanah
Karakteristik Minyak Tanah :
Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna, tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Termasuk dalam golongan petrolium terdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik didih 163oC 204oC, titik beku 54oC.
Efek Toksik Minyak Tanah
Efek pada paparan akut minyak tanah :
Kontak kulit: kering, dapat iritasi, menyebabkan rash
Absorbsi kulit: jarang
Kontak mata: iritasi, dapat menyebabkan kerusakan permanen
Inhalasi: iritasi, sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi
Ingesti: sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi
Efek pada paparan kronis minyak tanah :
Secara umum: kulit pecah-pecah, dermatitis, kerusakan hepar/kelenjar adrenal/ginjal, dan abnormalitas eritrosit
Insiden Intoksikasi Minyak Tanah :
Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
Daerah perkotaan > daerah pedesaan
Pria > wanita
Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Patofisiologi :
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna. Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
Tanda / Gejala Klinis :
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi.
Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus emphysema.
Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen mata.
Penatalaksanaan
Monitor sistem respirasi
Inhalasi oksigen
Jangan muntahkan korban
Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke paru.
Antasida : untuk mencegah iritasi mukosa lambung
Pemberian susu atau bahan dilusi lain
Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi (skin burn) sekunder
Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End Expiratory Pressure PEEP)
2.3.6. Keracunan Bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora dan Bacterium cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.
Gejala Klinis
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :
Pusing, diplopia, anorexia
Merasa lemah, ptosis, strabismus
Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.
Penatalaksanaan
Kontrol Vital Sign
Bilas Lambung atau muntahkan korban
Antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.
2.3.7. Keracunan Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival. Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.
Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai jenis jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan ramuan obat, tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.
Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka amatilah bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai (stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai saat ini masih belum diketahui, berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan dan tidak membahayakan.
Gejala Klinis
Gejala klinis keracunan jamur antara lain:
1. Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun muskarin mempunyai gejala-gejala:
setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah.
penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,
lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat menimbulkan kematian.
2. Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :
setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.
sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong dapat menimbulkan kematian
Penatalaksanaan
Muntahkan korban
Bilas lambung
Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum Atopin.
2.4. Faktor Risiko
Sakit setelah makan makanan tercemar tergantung pada organisme, jumlah paparan, usia dan kesehatan Anda.Kelompok berisiko tinggi meliputi:
Orang dewasa yang lebih tua.Ketika anda beranjak tua, sistem kekebalan tubuh tidak dapat merespon dengan cepat dan efektif untuk organisme menular seperti ketika Anda muda.
Ibu hamil.Selama kehamilan, perubahan dalam metabolisme dan sirkulasi dapat meningkatkan resiko keracunan makanan.Reaksi Anda mungkin lebih parah saat hamil.Jarang, bayi Anda mungkin sakit juga.
Bayi dan anak-anak muda.sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya dikembangkan.
Orang dengan penyakit kronis.Memiliki kondisi kronis - seperti diabetes, penyakit hati atau AIDS - atau menerima kemoterapi atau terapi radiasi untuk kanker mengurangi respon kekebalan tubuh.
Keracunan makanan sering terjadi dari makan atau minum karena:
Setiap makanan yang disiapkan oleh seseorang yang tidak mencuci tangan dengan benar
Makanan disajikan dengan menggunakan peralatan memasak najis, talenan, atau alat lainnya
Produk susu atau mayones makanan yang mengandung (seperti kubis atau salad kentang) yang telah keluar dari lemari es terlalu lama
Makanan beku atau didinginkan yang tidak disimpan pada suhu yang tepat atau tidak dipanaskan dengan benar
Baku ikan atau kerang
Baku buah atau sayuran yang belum dicuci bersih
Baku sayur atau jus buah dan susu
Kurang matang daging atau telur
Air dari sumur atau sungai, atau air kota atau kota yang belum diobati
Faktor Yang Mempengaruhi Keracunan
1. Cara masuk
----Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain secara berturut-turut melalui intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah melalui kulit yang sehat.
2. Umur.
----Orang tua dan anak-anak lebih sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih rentan terhadap obat oleh karena ekskresi melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.
Pakaian. Pada pakaian dapat ditemukan bercak-barcak yang disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat.
Lebam mayat. Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
Perubahan warna kulit. Pada hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis pada telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebirubiruan akibat keraunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati.
Kuku. Keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal yang tidak teratur. Pada keracunan Talium kronik ditemukan kelainan trofik pada kuku.
Rambut. Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan talium, arsen, ari raksa dan boraks.
Sklera. Tampak ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetraklorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bias ular.
2.5. Gejala Klinis
Ketika Anda mengembangkan gejala tergantung pada penyebab yang tepat dari keracunan makanan.Jenis yang paling umum dari keracunan makanan umumnya menimbulkan gejala dalam waktu 2 - 6 jam makan makanan.
Gejala mungkin termasuk:
Perut kram
Diare(mungkin berdarah)
Demamdan menggigil
Sakit kepala
Mual dan muntah
Kelemahan(mungkin serius dan menyebabkan serangan pernapasan, seperti dalam kasus botulisme)
Hal ini dapat menyebabkan jumlah yang banyak kehilangan cairan yang berakibat pada dehidrasi.Di negara-negara berkembang di mana epidemi menular menyebabkan penyakit diare, ribuan orang mati karena dehidrasi.
Seperti telah dijelaskan pada bagian atas, sistem organ lainnya dapat terinfeksi dan terkena keracunan makanan.Gejala akan tergantung pada apa sistem organ yang terlibat (misalnya, ensefalopati akibat infeksi otak).
2.6. Patofisiologi
Patogenesis diare pada keracunan makanan diklasifikasikan luas menjadi jenis peradangan atau inflamasi. Peradangan diare disebabkan oleh aksi enterotoksin pada mekanisme sekresi mukosa dari usus kecil, tanpa invasi.Hal ini menyebabkan tinja berair volume besar dengan tidak adanya darah, nanah, atau sakit perut yang parah.Sesekali, dehidrasi yang mendalam dapat terjadi. Enterotoksin dapat berupa proses sebelum menelan atau diproduksi dalam usus setelah konsumsi. Contohnya termasukVibrio cholerae,enterotoxicEscherichia coli, Clostridium perfringens, Bacillus cereus,aureus organisme,Giardia lamblia,Cryptosporidium, rotavirus, norovirus (genus Norovirus, yang sebelumnya disebutvirus Norwalk) danadenovirus.
Diare inflamasi disebabkan oleh aksi cytotoxin pada mukosa, yang menyebabkan invasi dan kehancuran.Usus besar atau usus kecil distal umum yang terlibat. Diare biasanya berdarah, berlendir dan leukosit yang hadir.Pasien biasanya demam dan mungkin muncul beracun.Dehidrasi kurang mungkin dibandingkan dengan diare peradangan karena volume tinja lebih kecil.Leukosit tinja atau feses tes laktoferin positif menunjukkan proses inflamasi, dan lembar leukosit menunjukkan kolitis.
Kadang-kadang, organisme menembus mukosa dan berkembang biak dalam jaringan limfatik lokal, diikuti dengan penyebaran sistemik.Contohnya termasuk Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus,enterohemorrhagic dan enteroinvasifE coli, Yersinia enterocolitica,Clostridium difficile,Entamoeba histolytica,danSalmonelladanShigellaspesies.
Pada beberapa jenis keracunan makanan (misalnya, staphylococci,B cereus), muntah disebabkan oleh toksin yang bekerja pada sistem saraf pusat.Sindrom klinisbotulismehasil dari penghambatan pelepasan asetilkolin di ujung saraf oleh botulinum itu. Mekanisme patofisiologis yang menghasilkan gejala gastrointestinal akut yang dihasilkan oleh beberapa penyebab keracunan makanan tidak menular (alami zat [misalnya,jamur, jamur payung] danlogam berat[misalnya, arsenik, merkuri, timbal]) tidak dikenal.
2.7. Diagnosis
Anamnesis tentang makanan yang Anda makan sebelumnya, keluhan.
memeriksa tanda-tanda keracunan makanan, Pemeriksaan fisik dimulai dengan mengambil tanda-tanda vital pasien (seperti tekanan darah, denyut nadi dan suhu).Tanda-tanda klinis dehidrasi termasuk kering, kulit tenting, mata cekung,mulut kering dan kurangnya keringat di ketiak dan pangkal paha.Pada bayi, selain tanda-tanda dehidrasi halus di atas mungkin termasuk otot miskin, miskin menyusui, dan fontanel cekung.
Tes dapat dilakukan pada darah rutin, tinja, muntahan, atau makanan yang dimakan untuk menentukan penyebab dari gejala.Namun, tes mungkin tidak dapat membuktikan bahwa Anda memiliki keracunan makanan. mungkin perlu diperiksa kadar elektrolit di dalam darah serta fungsi ginjal Jika ada kekhawatiran tentang hepatitis,tes fungsi hatidapat dilakukan.
Dalam kasus yang jarang tetapi mungkin serius, mungkin dilakukan sigmoidoskopi, suatu prosedur dimana sebuah tabung tipis ditempatkan di anus untuk mencari sumber perdarahan atau infeksi.
Sampel tinja mungkin berguna terutama jika ada kekhawatiran tentang infeksi yang disebabkan olehSalmonella, ShigelladanCampylobacter, terutama terjadi ketika pasien hadir dengan diare berdarah, dianggap akibat infeksi.Jika ada kekhawatiran tentang infeksi parasit, sampel tinja dapat diperiksa juga untuk kehadiran parasit.
Tergantung pada penyebab diduga keracunan makanan, ada beberapa tes imunologi (misalnya, deteksi racun Shiga) bahwa CDC merekomendasikan. Metode lain dapat digunakan (misalnya, deteksi prion dalam contoh jaringan).
Diagnosa Kasus Keracunan
Kriteria diagnostik pada keracunan:
Anamnesa kontak korban dengan racun
Adanya tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari keracunan racun yang diduga
Dari sisa benda bukti, harus dibuktikan bahwa benda bukti tersebut memang racun yang dimaksud
Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai dengan keracunan dari racun yang diduga
Analisa kimia atau pemeriksan toksikologik
Kriteria 4 dan 5 adalah kriteria yang terpenting.
2.8. Penatalaksanaan Secara Umum
Pengobatan untuk keracunan makanan biasanya tergantung pada sumber penyakit, jika diketahui, dan tingkat keparahan gejala.Bagi kebanyakan orang, penyakit sembuh tanpa pengobatan dalam beberapa hari, meskipun beberapa jenis keracunan makanan dapat berlangsung seminggu atau lebih. Pengobatan keracunan makanan dapat termasuk:
Penggantian cairan yang hilang.Cairan dan elektrolit - mineral seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh Anda - hilang untuk kebutuhan diare persisten diganti.Anak-anak dan orang dewasa yang sangat membutuhkan pengobatan dehidrasi di rumah sakit, di mana mereka dapat menerima garam dan cairan melalui vena (intravena), bukan melalui mulut. Hidrasi intravena memberikan tubuh dengan air dan nutrisi penting jauh lebih cepat daripada larutan oral lakukan.
Antibiotik.Dokter mungkin meresepkan antibiotik jika Anda memiliki beberapa jenis keracunan makanan bakteri dan gejala yang berat.Keracunan makanan disebabkan oleh kebutuhan listeria untuk diobati dengan antibiotik intravena di rumah sakit.Dan pengobatan cepat dimulai, lebih baik.Selama kehamilan, pengobatan antibiotik yang cepat dapat membantu menjaga infeksi dari mempengaruhi bayi.
Obat untuk membantu mengontrolmual dan muntah.
Obat untuk mengurangi frekuensi diare dapat diindikasikan tetapi jika keracunan makanan dicurigai, yang terbaik adalah berkonsultasi dengan praktisi kesehatan sebelum menggunakan obat OTC seperti loperamide (Imodium), karena dapat menimbulkan masalah lebih lanjut bagi pasien.
Gaya Hidup dan Pengobatan Rumah
Keracunan makanan biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 48 jam.Untuk membantu menjaga diri Anda lebih nyaman dan mencegah dehidrasi saat Anda sembuh, coba berikut ini:
Biarkan perut Anda puas.Berhenti makan dan minum selama beberapa jam.
Cobalah mengisap chip es atau menyesap air.Anda juga dapat mencoba minum soda yang jelas, seperti 7UP atau Sprite atau noncaffeinated minuman olahraga.Orang dewasa yang terkena dampak harus mencoba untuk minum setidaknya delapan sampai 16 gelas cairan setiap hari, mengambil kecil, teguk sering.Anda akan tahu bahwa Anda mendapatkan cukup cairan ketika Anda buang air kecil secara normal, dan urin Anda jelas dan tidak gelap.
Kemudahan kembali ke makan.Secara bertahap mulai makan hambar, mudah mencerna makanan, seperti keripik, soda, roti bakar, agar-agar, pisang dan beras.Berhenti makan jika kembali mual Anda.
Hindari makanan tertentu dan zat sampai Anda merasa lebih baik.Ini termasuk produk susu, kafein, alkohol, nikotin, dan makanan berlemak atau sangat berpengalaman.
Banyak istirahat.Penyakit dan dehidrasi mungkin telah membuat Anda lemah dan lelah.
Jangan gunakan obat anti-diare.Obat dimaksudkan untuk mengobati diare, seperti loperamide (Imodium, lainnya) dan diphenoxylate dengan atropin (Lomotil, Lonox), dapat memperlambat penghapusan bakteri atau racun dari sistem anda dan dapat membuat kondisi Anda lebih buruk.
Berikan anak cairan elektrolit yang dijual di toko obat.
Keracunan makanan biasanya akan pulih dari jenis yang paling umum dari keracunan maknan dalam beberapa hari. Caranya adalah dengan mempertahankan jumlah yang tepat dari cairan, dan menjaga kondisi tubuh.
Kunci untuk perawatan di rumah adalah mampu menjaga orang yang terkena dehidrasi.Terapi rehidrasi oral dengan air atau larutan elektrolit seimbang seperti Gatorade atau Pedialyte biasanya cukup untuk mengisi tubuh dengan cairan.Seseorang bisa kehilangan sejumlah besar cairan dengan setiap buang air besar diare, dan cairan yang harus diganti untuk rehydrate.Pasien yang menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti buang air kecil menurun,pusing, atau membran mukosa kering, terutama pada yang muda atau tua, akan melihat dokter.
2.9. Pencegahan
Untuk mencegahkeracunan makanan, mengambil langkah-langkah berikut ketika mempersiapkan makanan:
Cuci tangan sesering mungkin, dan selalu sebelum memasak atau membersihkan.Selalu cuci lagi setelah menyentuh daging mentah.
Bersihkan piring dan peralatan yang punya kontak dengan daging mentah, unggas, ikan, atau telur.
Gunakan termometer saat memasak.Masak daging sapi untuk setidaknya 160 F, unggas setidaknya 180 F, dan ikan untuk setidaknya 140 F.
Jangan menempatkan daging dimasak atau kembali ikan ke piring yang sama atau wadah yang memegang daging mentah, kecuali wadah telah sepenuhnya dicuci.
Segera mendinginkan makanan apapun Anda tidak akan makan.Jauhkan lemari es diatur ke sekitar 40 F dan freezer Anda pada atau di bawah 0 F. Jangan makan daging, unggas, atau ikan yang telah didinginkan mentah selama lebih dari 1 sampai 2 hari.
Masak makanan beku untuk waktu penuh dianjurkan pada kemasan.
Jangan menggunakan makanan usang, makanan dikemas dengan segel rusak, atau kaleng yang menggembung atau penyok.
Jangan menggunakan makanan yang memiliki bau yang tidak biasa atau rasa aneh.
Jangan minum air dari sungai atau sumur yang tidak diobati.Hanya minum air yang telah diobati atau diklorinasi.
Lain langkah yang harus diambil:
Jika Anda merawat anak-anak muda, cuci tangan Anda sering dan membuang popok hati-hati sehingga bakteri tidak dapat menyebar ke permukaan atau orang lain.
Jika Anda membuat makanan kaleng di rumah, pastikan untuk mengikuti teknik pengalengan yang tepat untuk mencegah botulisme.
Jangan memberi makan madu untuk anak di bawah usia 1 tahun.
Jangan makan jamur liar.
Bila bepergian dimana kontaminasi lebih mungkin, makan hanya panas, makanan yang baru dimasak.Minum air hanya jika telah direbus.Jangan makan sayuran mentah atau buah dikupas.
Jangan makan kerang yang telah terkena air pasang merah.
Jika Anda sedang hamil atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, jangan makan keju lunak, keju terutama yang lembut diimpor dari negara di luar Amerika Serikat.
Jika orang lain mungkin makan makanan yang membuat Anda sakit, biarkan mereka tahu.Jika Anda pikir makanan itu terkontaminasi ketika Anda membelinya dari toko atau restoran, katakan toko dan departemen kesehatan setempat.
2.10. Komplikasi
Dehidrasi adalah komplikasi yang paling umum.Hal ini dapat terjadi dari salah satu penyebab keracunan makanan. Komplikasi yang kurang umum tetapi lebih serius tergantung pada bakteri yang menyebabkan keracunan makanan.Ini mungkin termasuk radang sendi, masalah perdarahan, masalah ginjal, kerusakan pada sistem saraf, dan bengkak atau iritasi pada jaringan di sekitar jantung, bahkan kematian,
Beberapa jenis keracunan makanan memiliki komplikasi yang serius bagi orang-orang tertentu.Ini termasuk:
Listeria monocytogenes.Komplikasi dari keracunan makanan listeria mungkin paling berat bagi bayi yang belum lahir.Pada awal kehamilan, infeksi listeria dapat menyebabkan keguguran.Kemudian pada kehamilan, infeksi Listeria dapat menyebabkan lahir mati, kelahiran prematur atau infeksi fatal pada bayi setelah lahir - bahkan jika ibu itu hanya sedikit sakit.Bayi yang bertahan hidup infeksi listeria dapat mengalami kerusakan jangka panjang neurologis dan pengembangan tertunda.
Escherichia coli (E. coli).Beberapa strain E. coli dapat menyebabkan komplikasi yang serius yang disebut sindrom uremik hemolitik.Sindrom ini merusak lapisan pembuluh darah kecil pada ginjal, kadang-kadang menyebabkan gagal ginjal.Orang dewasa, anak-anak di bawah usia 5 dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi ini.Jika Anda berisiko tinggi sindrom uremik hemolitik, pergilah ke dokter pada tanda pertama dari diare berlimpah atau berdarah.
2.11. Prognosis
Kebanyakan orang benar-benar pulih dari jenis yang paling umum dari keracunan makanan dalam waktu 12 - 48 jam.Komplikasi serius dapat timbul Namun, dari beberapa jenis keracunan makanan.
Kematian dari keracunan makanan pada orang yang sehat jarang terjadi di Amerika Serikat.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan bakteri, parasit, virus, atau bahan kimia.
3.2. Cara racun masuk kedalam tubuh yaitu peroral (ingesti), inhalasi, parenteral (injeksi), penyerapan melalui kulit yang sehat atau sakit dan per-rektal atau pervaginal.
3.3. Mekanisme kerja racun dalam tubuh yaitu bekerja lokal atau setempat (zat-zat korosif), yang bekerja secara sistemik (narkotika, karbon-monoksida, sianida, insektisida) dan racun yang bekerja secara lokal maupun sistemik (asam oksalat, arsen).
3.4. Diagnosis kasus keracunan dengan : Anamnesa kontak korban dengan racun, adanya tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari keracunan racun yang diduga, dari sisa benda bukti, harus dibuktikan bahwa benda bukti tersebut memang racun yang dimaksud, dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai dengan keracunan dari racun yang diduga, analisa kimia atau pemeriksan toksikologik
3.5. Pengobatan untuk keracunan makanan biasanya tergantung pada sumber penyakit, jika diketahui, dan tingkat keparahan gejala.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur Dan Bidang-Bidang Toksikologi. htpp://www.freewweb.com.
2. Etam Odah. Keracunan Karbon Monoksida.
(htpp//www.kutaikartanegara.com)
3. http://www.mayoclinic.com/health/food-poisoning/DS00981
4. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001652.htm
(medline plus)
5. http://emedicine.medscape.com/article/175569-overview#showall (medscape)
6. http://www.medicinenet.com/food_poisoning/article.htm
26