Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

download Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

of 106

Transcript of Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    1/106

    i

    PENGARUH LAMA PAPARAN DEBU TEMBAKAU TERHADAP KADAR

    HEMATOKRIT DARAH PADA PEKERJA PABRIK TEMBAKAU NON

    PEROKOK

    SKRIPSI

    Oleh

    Firsty Demi C.

    NIM 122010101040

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    2/106

    PENGARUH LAMA PAPARAN DEBU TEMBAKAU TERHADAP KADAR

    HEMATOKRIT DARAH PADA PEKERJA PABRIK TEMBAKAU NON

    PEROKOK

    SKRIPSI

    diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S-1)

    Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    Oleh

    Firsty Demi C.

    NIM 122010101040

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    3/106

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan untuk:

    1. Tuhan Yesus Kristus Yang Mahabaik, yang senantiasa setia disetiap perkara

    dan langkah;

    2. Bapak Dewanto Setyo Hadi, Ibu Emy Kuntarini, Mama Yudea Christyorini

    dan Papa Sumarsono yang tiada henti berdoa, mencurahkan kasih sayang

    serta perhatian;

    3. Mas terkasih Sony Kristiandi yang selalu mendampingi, menyemangati

    4.

    Adik Destoe Christanto, Adik Michael Christanto, Adik Gabriel Christanto,

    Adik Girang Marinda dan Adik Grazia Silva yang selalu memberikan

    semangat dan motivasi tiada henti;

    5.

    Guru-guruku sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang telah

    mendidik, memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;

    6.

    Keluarga Besar Pabrik Tembakau Mangli Djaya Raya sebagai tempat

    penerapan ilmu saya selama pengerjaan penelitian ini;

    7. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember;

    8. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2012 Fakultas Kedokteran

    Universitas Jember.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    4/106

    MOTTO

    Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan

    kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan

    dibukakan bagimu.

    Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari,

    mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan

    (Lukas 11: 9-10)*)

    atau

    Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudusyang diam di

    dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,dan bahwa kamu bukan

    milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:

    Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

    (1 Korintus 6 : 19-20)*)

    __________________________________________________________________

    *) Lembaga Alkitab Indonesia. 2001.Alkitab. Jakarta: PT. LAI.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    5/106

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Firsty Demi C.

    NIM : 122010101040

    menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Pengaruh

    Lama Paparan Debu Tembakau terhadap Peningkatan Hematokrit Darah pada

    Pekerja Pabrik Tembakau Non Perokok adalah benar-benar hasil karya sendiri,

    kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan

    pada institusi mana pun, dan bukan karya plagiat. Saya bertanggung jawab atas

    keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung

    tinggi.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan

    dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

    ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

    Jember, 14 Januari 2016

    Yang menyatakan,

    Firsty Demi C.

    NIM 122010101040

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    6/106

    SKRIPSI

    PENGARUH LAMA PAPARAN DEBU TEMBAKAU TERHADAP KADAR

    HEMATOKRIT DARAH PADA PEKERJA PABRIK TEMBAKAU NONPEROKOK

    Oleh:

    Firsty Demi C.

    NIM 122010101040

    Pembimbing

    Dosen Pembimbing Utama : dr.Ancah Caesarina Novi Marchianti, Ph.D

    Dosen Pembimbing Anggota : dr. Rini Riyanti, Sp. PK.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    7/106

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    8/106

    RINGKASAN

    Pengaruh Lama Paparan Debu Tembakau terhadap Kadar Hematokrit pada

    Pekerja Pabrik Tembakau Non Perokok; Firsty Demi C., 122010101040;

    2016; 107 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

    Industri tembakau di Indonesia khususnya di Jember merupakan industri

    yang disorot sebagai ikon dari Kabupaten Jember. Besarnya daya tampung

    peekrja industri tembakau berdampak positif pada peningkatan taraf ekonomi

    masyarakat. Keberadaan pabrik tembakau dengan kapasitas industri yang besar

    juga memiliki dampak negatif terlebih pada pekerja yang secara langsung terpapar

    debu nikotin. Paparan nikotin yang terus-menerus dan menyebabkan sejumlah

    kondisi patologis yang secara garis besar disebut Tobakosis.

    Tobakosis merupakan semua penyeakit yang terjadi akibat dari paparan

    nikotin melalui merokok, mengunyah, inhalasi debu tembakau dan mensusur

    tembakau. Penyakit tersebut adalah kanker mulut, kanker nasofaring, kanker

    laring, kanker trakea, kanker bronkus, kanker paru dan lain sebagainya. Perubahan

    patologis tersebut akan terjadi pada 15 20 tahun lamanya terpapar tembakau.

    Perubahan patologis dini yang dapat menjadi suatu indikator adanya tobakosis

    adalah perubahan viskositas darah yang diketahui melalui pemeriksaan

    hematokrit.

    Pengenalan keadaan patologis dini melalui pemeriksaan hematokrit menjadi

    salah satu latar belakang penelitian ini. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui pengaruh lama paparan debu tembakau terhadap perubahan viskositas

    darah yang diketahui melalui pemeriksaan hematokrit yang dilakukan pada

    pekerja pabrik tembakau. Untuk menunjang tujuan tersebut perlu juga diketahui

    distibusi pekerja berdasarkan lama paparannya, karakteristik general pekerja,

    karakteristik tanda-tanda vital, riwayat kesehatan serta distribusi kadar hematokrit

    secara keseluruhan.

    Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross

    Sectional. Subyek penelitiannya adalah 108 orang yang pilih secara acak (Simple

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    9/106

    Random Sampling) dari 150 orang yang telah sesuai dengan kriteria inklusi.

    Penelitian dilaksanakan selama 10 hari pada bulan November Desember 2015.

    Instrumen yang digunakan adalah seperangkat alat pemeriksaan hematokrit,

    tanda-tanda vital serta kuesioner.

    Berdasarkan hasil uji statistik Somers D dengan tabel kontingensi 3x3

    didapatkan nilai -0,776. Nilai korelasi menyatakan korelasi yang kuat dan bernilai

    negatif. Nilai p< 0.05 mengindikasikan kemaknaan antara dua variabel yakni lama

    paparan dan kadar hematokrit. Dari hasil penelitian ini disimpulkan adanya

    korelasi negatif yang kuat dan bermakna dari lama paparan dan kadar hematokrit.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    10/106

    PRAKATA

    Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang hanya oleh

    karena kasih karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Pengaruh Lama Paparan Debu Tembakau terhadap Kadar Hematokrit Darah

    pada Pekerja Pabrik Tembakau. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

    syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kedokteran

    Universitas Jember.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

    itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Bapak Dewanto Setyo Hadi, Ibu Emmy Kuntarini, Mama Yudea Christyorini

    dan Papa Sumarsono yang senantiasa mencurahkan doa, kasih sayang, waktu,

    materi, tenaga dan pikirannya untuk mendampingiku dalam berbagai kondisi

    hingga akhirnya skripsi ini selesai. Terima kasih telah menjadi motivasi

    terbesar dalam hidup;

    2.

    Kakek Alex Wardi, Nenek Ummi, segenap keluarga di Malang, Nenek Sri

    Yekti, Tante Yuli, Om Laksono dan segenap keluarga di Wringintelu. Terima

    kasih untuk doa serta motivasi yang diberikan;

    3. Mas terkasih Sony Kristiandi yang selalu mendampingi dan menyemangati.

    Terima kasih untuk kasih sayang dan perhatian yang tiada henti;

    4.

    Adik Destoe Christanto, Adik Michael Christanto, Adik Gabriel Christanto,

    Adik Girang Marinda dan Adik Grazia Silva yang telah menjadi malaikat-

    malaikat kecil penyemangat dan penghibur. Terima kasih untuk canda dan

    tawa penuh semangat yang tiada pernah habis;

    5. dr. Enny Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

    Jember atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama

    menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Jember;

    6. dr. Ancah Caesarina Novi Marchianti, Ph.D selaku Dosen Pembimbing

    Utama dan dr. Rini Riyanti, Sp. PK. selaku Dosen Pembimbing Anggota

    yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta perhatiannya dalam

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    11/106

    memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan

    skripsi ini;

    7. dr. Ida Srisurani Wiji Astuti, M.Kes dan dr. Septa Surya Wahyudi, Sp.U

    selaku penguji, yang sudah meluangkan waktunya untuk memberi kritik dan

    saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini;

    8. dr. Almunawir, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

    selalu mendampingi serta memberi motivasi kepadaku agar selalu semangat

    menjalankan berbagai kewajiban di Fakultas Kedokteran Universitas Jember;

    9. Keluarga Bapak Giri. Terima kasih telah banyak membantu, membimbing

    serta mengarahkan saya selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini;

    10. Segenap keluarga besar PT Mangli Djaya Raya. Terima kasih atas bantuan

    serta bimbingan yang telah diberikan selama berjalannya penelitian ini;

    11.

    Guru-guru tercinta sejak TK Bhayangkari Mayang, SDN Mayang 2, SMPN 3

    Jember, SMAN 1 Jember sampai Almamaterku Fakultas Kedokteran

    Universitas Jember yang senantiasa mendidik tanpa lelah dan selalu bersabar

    memberi ilmu yang berguna untuk masa depan Saya nantinya;

    12.

    Sahabat serta rekan perjuangan luar biasa, Galih Putri Wahyunaning, Dina

    Aprilianti, Erdito Muro Suyono, Nugroho Priyo Utomo, Hans Kristian Owen,

    Fatchi, Dzuhrotul Athiyat dan Imam Adi Nugroho yang selalu ada dalam

    setiap episode penelitian dan pengerjaan skripsi. Terima kasih telah mengisi

    hari-hari penelitian dengan canda tawa;

    13.

    Pak Guru Johan Deretah serta sahabat-sahabat KTB Saya, Dwi Dutha Arie

    Sampoerna, Martharia Anugrawati dan Listyani Chita Ellary. Terima kasih

    telah menyemangati, berjuang, berdoa serta bertumbuh dalam iman bersama;

    14. Sahabat-sahabat terkasih Saya di Blok Diagnostik Molekular, Rekan

    Seperjuangan di Blok Kardiovaskular dan Blok Neurosensoris. Terima kasih

    atas jalinan persahabatan, semangat perjuangan, dan canda tawa yang

    senantiasa terukir dalam kebersamaan kita;

    15. Adik-adik angkatan 2014 tutorial H selama Blok Kardiovaskular dan adik-

    adik angkatan 2013 tutorial B selama Blok Neurosensoris. Terima kasih

    untuk motivasi, semangat serta waktu belajar yang luar biasa.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    12/106

    16.

    Teman-teman seangkatan dan seperjuangan FK Angkatan 2012 Panacea

    terima kasih atas tiga tahun lebih persaudaraan, kebersamaan dan

    kekompakan yang luar biasa sehingga kita bisa berjuang bersama-sama demi

    mendapat gelar Sarjana Kedokteran;

    17. Kakak dan adik tingkat Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang telah

    memberikan semangat tiada henti;

    18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

    bantuan dan kerjasamanya.

    Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua

    pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi

    ini dapat bermanfaat.

    Jember, 14 Januari 2016 Penulis

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    13/106

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ........................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... v

    HALAMAN PEMBIMBINGAN ......................................................... vi

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... vii

    RINGKASAN ....................................................................................... viii

    PRAKATA ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................ xvii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xviiiDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xix

    BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5

    2.1 Pencemaran Udara .................................................................. 5

    2.1.1 Jenis Pencemaran Udara ................................................. 6

    2.1.2 Pencemaran Udara melalui Partikel (Debu) ................... 7

    2.2 Debu Tembakau ....................................................................... 10

    2.2.1 Kandungan Debu Tembakau ........................................... 14

    2.2.2 Nikotin ............................................................................ 14

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    14/106

    2.3 Tobakosis ............................................................................... 19

    2.3.1 Definisi ............................................................................ 19

    2.3.2 Epidemiologi ................................................................... 20

    2.3.3 Faktor Resiko .................................................................. 21

    2.3.4 Patogenesis dan Patofisiologi ......................................... 21

    2.4 Darah dan Sel Darah Merah ................................................ 27

    2.4.1 Sel Darah Merah ............................................................. 27

    2.4.2 Bentuk dan Ukuran Sel Darah Merah ............................. 27

    2.4.3 Konsentrasi Sel Darah Merah .......................................... 27

    2.4.4 Jumlah Hemoglobin dalam Sel Darah Merah ................. 28

    2.5 Hematopoiesis ....................................................................... 28

    2.5.1 Definisi ............................................................................ 28

    2.5.2 Sel Punca Hemopoietik (Hemopoietic Stem Cell) .......... 29

    2.5.3 Lingkungan Mikro (Microenvirontment) Sumsum Tulang 31

    2.5.4 Bahan-bahan Pembentuk Darah ...................................... 32

    2.5.5 Proses Hemopoiesis ......................................................... 33

    2.5.6 Tahap-tahap Diferensiasi Sel Darah Merah .................... 34

    2.5.7 Mekanisme Regulasi ........................................................ 35

    2.6 Erithropoiesis ......................................................................... 37

    2.6.1 Definisi ............................................................................ 37

    2.6.2 Proses Eritropoiesis ......................................................... 37

    2.6.3 Pengaturan Produksi Sel Darah Merah melalui

    Peran Eritropoietin........................................................... 38

    2.7 Hematokrit Darah ................................................................. 39

    2.7.1 Definisi ............................................................................ 39

    2.7.2 Prinsip Hematokrit Darah ............................................... 40

    2.7.3 Cara Menentukan Hematokrit Darah ............................... 40

    2.7.4 Nilai Normal Hematokrit ............................................... 41

    2.7.5 Faktor yang Memengaruhi Pemeriksaan Hematokrit ...... 41

    2.8 Kerangka Konseptual .......................................................... 43

    2.8 Hipotesis Penelitian .............................................................. 44

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    15/106

    BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................... 45

    3.1 Jenis Penelitian....................................................................... 45

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 45

    3.3 Sampel Penelitian ................................................................. 46

    3.3.1 Besar Sampel ................................................................... 46

    3.3.2 Teknik Sampling ............................................................. 48

    3.4 Variabel Penelitian ............................................................... 48

    3.5 Definisi Operasional ............................................................. 48

    3.5.1 Pekerja Pabrik Tembakau Non Perokok .......................... 49

    3.5.2 Teknik Sampling ............................................................. 49

    3.5.3 Hematokrit Darah ............................................................ 49

    3.6 Prosedur Penelitian .............................................................. 49

    3.6.1 Permohonan Persetujuan (Informed Consent) ................. 49

    3.6.2 Pengisian Kuesioner ........................................................ 50

    3.6.3 Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Pekerja Pabrik Tembakau 50

    3.6.4 Pengukuran Kadar Hematokrit ........................................ 50

    3.7 Metode Pengumpulan Data .................................................. 52

    3.7.1 Sumber Data..................................................................... 52

    3.7.2 Instrumen Penelitian ........................................................ 53

    3.8 Analisis Data ......................................................................... 53

    3.9 Alur Penelitian ...................................................................... 54

    BAB 4. HASIL PENELITIAN ............................................................. 55

    4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 55

    4.1.1 Distribusi Pekerja Pabrik berdasarkan Lama Paparan .... 55

    4.1.2 Karakteristik General Pekerja Pabrik Tembakau ............ 57

    4.1.3 Karakteristik TTV Pekerja Pabrik Tembakau ................. 58

    4.1.4 Karakteristik Riwayat Kesehatan Pekerja ....................... 59

    4.1.5 Distribusi Kadar Hematokrit ............................................ 61

    4.2 Analisis Hasil Penelitian ....................................................... 61

    4.3 Pembahasan .......................................................................... 66

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    16/106

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 68

    5.1 Kesimpulan ......................................................................... 68

    5.2 Saran ................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 71

    LAMPIRAN ........................................................................................... 80

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    17/106

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    2.1 Kriteria Udara Bersih dan Udara Tercemar ................................. 6

    2.2 KlasifikasiNicotiana tobacum ...................................................... 11

    2.3 Komposisi Zat Kimia Debu Tembakau ......................................... 14

    4.1 Distribusi Pekerja dengan Lama Paparan 05 tahun (K0) .......... 55

    4.2 Distribusi Pekerja dengan Lama Paparan 619 tahun (K1) ........ 56

    4.3 Distribusi Pekerja dengan Lama Paparan 20 tahun (K2)........... 56

    4.4 Karakteristik General Pekerja Pabrik Tembakau .......................... 57

    4.5 Karakteristik Tanda-tanda Vital Pekerja Pabrik Tembakau .......... 58

    4.6 Karakteristik Riwayat Kesehatan Pekerja Pabrik Tembakau ........ 59

    4.7 Distribusi Kadari Hematokrit ........................................................ 61

    4.8 Tabel Silang antara Lama Paparan Pekerja Pabrik Tembakau

    dengan Kadar Hematokrit ............................................................. 624.9 Analisis K0 dengan Tabel Silang Kelompok Usia 03 tahun

    dan 45 tahun terhadap Kadar Hematokrit ................................. 62

    4.10 Analisis K0 dengan Somers D..................................................... 63

    4.11 Analisis K1 dengan Tabel Silang Kelompok Usia 610 tahun,

    1115 tahun dan 1619 tahun terhadap Kadar Hematokrit ....... 63

    4.12 Analisis K1 dengan Somers D..................................................... 64

    4.13 Analisis Hasil Penelitian dengan Uji Korelasi Somers D............ 65

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    18/106

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    2.1 Tanaman Tembakau ....................................................................... 12

    2.2 Daun Tembakau Kering .................................................................. 13

    2.3 Proses Produksi Daun Tembakau Kering ........................................ 13

    2.4 Struktur Kimia Nikotin dan Metabolitnya (Cotinin) ....................... 15

    2.5 Blood-Air Barrierdi Alveoli sebagai Membran Permukaan yang

    Dilewati oleh Nikotin Menuju ke Sirkulasi ..................................... 16

    2.6 Blood Air Barrier Components ....................................................... 16

    2.7 Skematis Jaringan Kulit dan Pori-pori Kulit secara Transdermal ... 17

    2.8 Rute Utama Metabolisme Nikotin ................................................... 18

    2.9 Metabolisme Nikotin dengan Persentasenya Beredar di Sirkulasi

    dan yang Diekskresikan .................................................................. 19

    2.10 Patofisiologi Gangguan Kardiovaskular akibat Paparan

    Tembakau ........................................................................................ 23

    2.11 Patogenesis Kanker pada Tobakosis ............................................... 25

    2.12 Sel Darah Merah Normal (under microscope) ................................ 28

    2.13 Perkembangan Hemopoiesis menurut Umur ................................... 29

    2.14 Diagram Sel Punca Pluripoten Sumsum Tulang dan Galur-

    Galur Sel Keturunannya .................................................................. 30

    2.15 Skema Lingkungan Mikro Sumsum Tulang ................................... 32

    2.16 Pembentukan Sel Darah Merah ....................................................... 35

    2.17 Fungsi Mekanisme Eritopoietin ...................................................... 39

    2.18 Komponen Darah ............................................................................ 40

    2.19 Kerangka Konseptual ...................................................................... 43

    3.1 Contoh Pemeriksaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit 52

    3.2 Alur Penelitian ................................................................................. 54

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    19/106

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    A. Ethical Clearance ............................................................................ 80

    B. Hasil Penelitian .............................................................................. 82

    C. Analisis Hasil Penelitian dengan Uji Korelasi Somers D ............. 85

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    20/106

    1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    2.1.Latar Belakang

    Perindustrian merupakan salah satu sarana penyedia lapangan kerja yang

    potensial dan menyerap banyak tenaga kerja, terlebih industri tembakau (Likke, et

    al, 2000). Pesatnya pergerakan industri tembakau di Jember terekam dalam data

    Badan Pusat Statistik Kab. Jember tahun 2014, tenaga kerja pabrik pada usaha

    rumahan atau pabrik dalam skala besar yang dipekerjakan sebanyak 58.879

    orang.

    Banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh industri tembakau ternyata juga

    menimbulkan dampak negatif, terlebih dari debu tembakau yang menjadi polutan

    industri (Zarima, 2011). Debu tembakau yang merupakan residu dari proses

    produksi dengan bahan baku berupa daun tembakau (Widyawati, 2004). Dari

    penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kandungan terbesar debu

    tembakau adalah nikotin (Trikunakornwong, et al, 2009). Rata-rata konsentrasi

    nikotin pada debu tembakau berada dalam range 0,0470,154 mg/m3. Nikotin

    berupa alkaloid yang bersifat sedatif narkotik sekaligus emetik, depresan jantung

    dan antispasmodik (Dorland, 2010). Semua penyakit yang terjadi akibat paparan

    debu tembakau bernikotin dilingkungan kerja sering dikenal dengan istilah

    Tobakosis (Ravenholt, 2008). Menurut data yang dihimpun oleh INCHEM

    (International Programmer on Chemical Safety) pada tahun 2015, seorang akan

    mengalami tobakosis setelah 15 20 tahun terpapar. Namun, perubahan secara

    hematologi akan terjadi lebih awal pada 3 5 tahun awal terpapar nikotin (Asif,

    et al., 2013)

    Dalam penelitian lain, nikotin dalam tembakau terbukti dapat menginduksi

    hematopoiesis ekstramedular yakni di organ limpa (spleen). Induksi yang terjadi

    akan merangsang peningkatan sel pluripoten untuk membentuk BFU-E, CFU-E,

    CFU- GM, CFU-Eos dan CFU-B (Pandit, et al, 2006). Keberadaan CFU E dan

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    21/106

    2

    BFU E akan berlanjut pada peningkatan produksi eritrosit dan peningkatan

    hemoglobin. Kemudian, di lain penelitian yang membahas tentang perubahan

    parameter hematologi pada paparan nikotin melalui merokok dilaporkan terdapat

    anomali nilai hematologi, yakni peningkatan pada hasil RBC count, WBC count,

    Hb level danPCT level. Peningkatan eritrosit akan meningkatkan viskositas darah

    yang dapat dinyatakan dalam kadar hematokrit (Asif, et al., 2013).

    Selain itu, pada penelitian yang mengkaji tentang relasi norepinefrin,

    epinefrin, ADH dan nikotin menyatakan bahwa keberadaan nikotin dalam tubuh

    akan merangsang pelepasan epinefrin, norepinefrin dan ADH yang akibatnya

    adalah vasokontriksi, retensi air dan garam, hingga minimnya vaskularisasi dan

    pasokan oksigen (Mendelson, et al, 2005). Minimnya pasokan oksigen akan

    merangsang eritropoitin dan akan meningkatkan eritrosit dan hemoglobin

    (Sherwood, 2012). Manifestasi akhirnya adalah peningkatan viskositas darah yang

    dapat diketahui melalui kadar hematokrit (Guyton dan Hall, 2007).

    Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan tobakosis selalu menjadikan

    perokok sebagai subyek penelitian yang terpapar nikotin. Berdasarkan data dari

    Research Cancer UKdi tahun 2010,prevalensi kejadian tobakosis pada usia > 16

    tahun di Inggris sebesar 23 % pada pria dan 20 % pada wanita. Di Indonesia

    belum ada penelitian yang menghimpun data mengenai kejadian tobakosis di

    Indonesia terlebih di lingkungan kerja sehingga pengaruh paparan debu tembakau

    yang mengandung nikotin pada kesehatan pekerja belum benyak diketahui dan

    diteliti. Hal ini semakin memicu peneliti untuk melakukan penelitian ini.

    Berdasarkan uraian diatas serta mengingat pengaruh paparan debu tembakau

    bagi kesehatan pekerja pabrik yang jika tidak diketahui dan dicegah secara dini

    akan bermanifestasi sebagai bermacam gangguan patologis berupa tobakosis.

    Tobakosis yang terjadi dan keadaan industri tembakau Jember dengan banyak

    pekerja tentunya ingin mengurangi serta mencegah pengaruh tersebut secara dini.

    Salah satu langkah mengetahuinya secara dini adalah pengukuran kadar

    hematokrit yang mencerminkan dari keadaan patologis secara hematologi. Maka

    dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh paparan debu tembakau pada

    kadar hematokrit pekerja pabrik sebagai potret kesehatan pekerja pabrik dan untuk

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    22/106

    3

    mengetahui jangka waktu perubahan hematologi direkrut tiga kelompok pekerja

    dengan lama kerja berbeda, yaitu 05 tahun sebagai kelompok baru terpapar dan

    kemungkinan belum terjadi perubahan hematologi, 6 19 tahun dan 20tahun

    kerja sebagai kelompok yang telah terjadi perubahan hematologi. Selain itu, untuk

    mengurangi faktor bias peneliti hanya merekruerja yang hanya terpapar nikotin

    dari paparan debu tembakau atau dengan kata lain hanya pekerja dengan status

    non-perokok aktif.

    2.2.Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian , maka permasalahan yang dirumuskan

    adalah Bagaimana pengaruhpaparan debu tembakau terhadap perubahan kadar

    hematokrit pada pekerja pabrik tembakau non perokok?

    2.3.Tujuan Penelitian

    Penelitian ini disusun dengan dua tujuan, yakni tujuan umum sebagai tujuan

    utama penelitian dan tujuan khusus sebagai tujuan yang menunjang penelitian.

    2.3.1. Tujuan Umum

    Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama

    paparan debu tembakau terhadap perubahan viskositas darah yang diketahui

    melalui pemeriksaan kadar hematokrit darah yang terjadi pada pekerja pabrik

    tembakau non perokok.

    2.3.2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui distribusi pekerja pabrik berdasarkan lama paparan

    dalam tahun.

    b. Untuk mengetahui karakteristik general pekerja pabrik tembakau.

    c. Untuk mengetahui karakteristik tanda-tanda vital pekerja pabrik

    tembakau.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    23/106

    4

    d.

    Untuk mengetahui karakteristik riwayat kesehatan pekerja pabrik

    tembakau.

    e. Untuk mengetahui distribusi kadar hematokrit yang terjadi pada

    pekerja pabrik tembakau.

    2.4.Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa komponen, yaitu:

    Bagi pekerja pabrik (masyarakat)

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan mengenai bahaya

    paparan nikotin melalui debu tembakau bagi kesehatan sehingga diperlukan

    adanya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk

    mengurangi paparan debu tembakau.

    Bagi pemilik pabrik/industri

    Penelitian ini dapat menjadi sebagai bahan masukan bagi perusahaan

    untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan

    kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya.

    Bagi instansi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember

    Penelitian ini dapat dijadikan salah satu literatur ataupun referensi pada

    penelitian-penelitian selanjutnya mengenai Ilmu Kesehatan Masyarakat atau

    Patologi Klinik.

    Bagi pemerintah

    Penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam menentukan

    kebijakan-kebijakan tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja pekerja

    pabrik terutama kebijakan mengenai penggunaan APD.

    Bagi peneliti

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan

    pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, sebagai sarana penerapan ilmu yang

    didapat dari proses belajar di Fakultas Kedokteran.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    24/106

    5

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pencemaran Udara

    Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai

    Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas

    manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik. Menurut Peraturan

    Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,

    pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau

    komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara

    memburuk.

    Udara tidak pernah bebas dan bersih dari partikel-partikel asing yang jika

    konsentrasinya terlalu tinggi akan memperburuk kualitas udara dan mengganggu

    kesehatan. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan

    No.1407/MENKES/SK/IX/2002, yang menyatakan bahwa pencemaran udara,

    adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke

    dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat

    tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

    Menurut World Health Organization (WHO), pencemaran udara adalah

    pencemaran udara yang terjadi lingkungan indoor atau outdoor dengan bahan

    kimia, agen fisik atau biologis yang mengubah karakteristik alami dari atmosfer.

    Perangkat rumah tangga pembakaran, kendaraan bermotor, fasiltas industri dan

    kebakaran hutan merupakan sumber umum dari polusi udara. Polutan dari

    masalah kesehatan masyarakat yang utama termasuk partikulat, karbon

    monoksida, ozon, nitrogen dioksida. Polusi udara menyebabkan gangguan

    pernapasan, iritasi mata, iritasi kulit dan penyakit lainnya, yang dapat berakibat

    fatal.

    Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau

    zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    25/106

    6

    udara dari susunan atau keadaan normalnya. Keberadaan bahan atau zat asing

    tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat

    menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan

    (Wardhana, 2004).

    Tabel 2.1 Kriteria Udara Bersih dan Udara Tercemar

    Sumber : World Health Organization, 1986

    2.1.1

    Jenis Pencemaran Udara

    Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):

    1. Berdasarkan bentuk

    a.

    Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena

    dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya : CO2, CO, SOx, NOx.

    b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari

    zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan,

    cairan maupun padatan-cairan. Contohnya : debu, asap, kabut danlain-lain.

    2. Berdasarkan tempat

    a.Indoor air pollution disebut juga pencemaran udara dalam ruang.

    Biasanya asap rokok, asap dapur dan lain sebagainya.

    b. Outdoor air pollution yang disebut juga pencemaran udara bebas

    seperti asap-asap dari industri maupun kendaraan bermotor.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    26/106

    7

    3.

    Berdasarkan efeknya terhadap kesehatan

    a. Iritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi

    jaringan tubuh, seperti nikotin yang mengiritasi mata.

    b.

    Asfiksia, adalah suatu kondisi kekurang oksigen dan tidak dapat

    melepas karbon dioksida dalam tubuh. Zat penyebabnya adalah CO2,

    H2S, NH3dan CH4.

    c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya

    merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya,

    Formaldehide dan alkohol.

    d.

    Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat

    penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, Nikotin dan

    Insektisida

    4.

    Berdasarkan susunan kimia

    a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon

    seperti asbestos, ammonia, asam sulfat dan lain-lain.

    b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti

    pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.

    5. Berdasarkan asalnya

    a.

    Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke

    udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan

    membahayakan. Contohnya: CO2yang meningkat diatas konsentrasi

    normal.

    b. Sekunder , adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil

    reaksi antara zat polutan primet dengan komponen alamiah.

    ContohnyaPeroxy Acetil Nitrat (PAN).

    2.1.2 Pencemaran Udara melalui Partikel (Debu)

    Pencemaran udara melalui partikel atau debu merupakan salah satu jenis

    pencemaran udara yang berdasarkan bentuk bentuknya (Sunu, 2001). Debu

    adalah zat kimia pada, yang dihasilkan dari kekuatan-kekuatan alami atau mekanis

    seperti pengolahan industri, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    27/106

    8

    lain-lain dari bahan non organik maupun organik (Suma'mur, 2009). Menurut

    Departemen Kesehatan RI (2005) debu ialah partikel-partikel kecil yang

    dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah

    partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.

    2.1.2.1Sifat Fisika dan Kimia

    Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)merupakan

    campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang

    terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron500

    mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif

    lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh

    manusia melalui saluran pernapasan, mengganggu daya tembus pandang mata dan

    bermanifestasi pada berbagai reaksi kimia di udara (Departemen Kesehatan,

    2008).

    2.1.2.2Konsentrasi Debu di Lingkungan Kerja

    Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur dalam Keputusan

    Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

    (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2002) tentang persyaratan

    Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Berdasarkan Surat

    Keputusan tersebut, nilai baku mutu konsentrasi debu maksimal ditetapkan

    10mg/m3 untuk waktu pengukuran rata-rata 8 jam. Secara internasional

    konsentrasi Total Suspended Particle (TSP) ditetapkan dalam National Ambient

    Air Quality (NAAQ) EPA sebesar 260 g/m3untuk waktu pengukuran satu tahun

    sedangkan PM 10 ditetapkan sebesar 150 g/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam

    dan 50 g/m3 untuk waktu pengukuran satu tahun (US.EPA, 2004 dalam

    Putranto, 2007).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    28/106

    9

    2.1.2.3

    Jalan masuk Debu ke dalam Tubuh

    Terdapat tiga rute masuknya debu ke dalam tubuh (Putranto, 2007),

    yakni:

    1.

    Inhalation adalah jalan masuk yang paling signifikan substansi yang

    berbahaya masuk dalam tubuh melalui pernapasan dan dapat

    menyebabkan penyakit baik akut maupun kronis.

    2. Absorbtion adalah paparan debu masuk ke dalam tubuh melalui

    absorbsi kulit dan dapat menyebabkan iritasi dan gatal.

    3. Ingestion adalah jalan masuk yang melalui saluran pencernaan atau

    tertelah (jarang terjadi).

    Inhalasi merupakan jalan masuk debu dengan dampak yang paling besar.

    Mekanisme masuk dan tertimbunnya debu di dalam paru adalah sebagai berikut

    debu terinhalasi dalam partikel debu solid yang akan terdeposisi sesuai

    ukurannya. Debu yang berukuran 5-10 m akan tertahan dalam saluran napas

    bagian atas, debu yang berukuran 3-5 m akan tertahan dalam saluran napas

    bagian tengah dan debu yang berukuran 1-3 m disebut respirable dust yang

    merupakan ukuran debu yang paling berbahaya karena akan mengendap dan

    tertimbun mulai dari bronchiolus terminalis hingga permukaan alveoli yang

    menginduksi terjadinya inflamasi (Pudjiastuti, 2002).

    Mekanisme masuknya debu ke dalam paru, menurut Putranto (2007) :

    1. Kelembaman debu yang bergerak (inertia)

    Pada waktu udara membelok ketika jalan pernapasan yang tidak lurus,

    partikel-partikel debu yang bermassa cukup besar tidak dapat

    membelok mengikuti aliran udara, tetapi terus lurus dan akhirnya

    menumpuk pada lapisan mukosa dan hinggap di paru-paru.

    2. Pengedapan (sedimentation)

    Pada bronchioli kecepatan udara pernapasan sangat kurang, kira-kira 1

    cm per detik sehingga gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel

    debu dan mengendapkannya.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    29/106

    10

    3.

    Gerak Brown terutama partikel berukuran sekitar 0,1 m, partikel-

    partikel tersebut membentuk permukaan alveoli dan tertimbun di paru-

    paru.

    2.1.2.4Dampak Paparan Debu bagi Kesehatan

    Inhalasi merupakan salah satu rute pajanan debu tembakau yang

    berdampak negatif bagi kesehatan terlebih jika ada beberapa senyawa lain yang

    melekat pada partikulat seperti nikotin. Selain itu, partikulat debu yang melayang

    dan beterbangan menyebabkan iritasi pada mata dan mengurangi daya tembus

    pandang mata (Putranto, 2007). Debu merupakan iritan yang kuat untuk

    menyebabkan reflek batuk atau spasme laring. Jika debu masuk dalam paru-paru

    dapat menyebabkan bronkitis, edema paru atau pneumonitis (Departemen

    Kesehatan, 2012).

    2.2

    Debu Tembakau

    Debu tembakau adalah debu yang dihasilkan selama aktifitas produksi

    dengan bahan baku berupa daun tembakau. Aktifitas produksi yang menghasilkan

    residu sampingan berupa debu tembakau adalah aktifitas pengeringan daun

    tembakau yang mengharuskan pekerja untuk membalik daun tembakau hingga

    daun kering, pemindahan daun tembakau kering ke pabrik penampungan,

    penyortiran daun tembakau, pelintingan cerutu atau rokok hingga packaging

    (Trikunakornwong, et al., 2009)

    Daun tembakau kering merupakan hasil dari pengeringan daun tembakau

    segar yang dipetik dari tanaman tembakau. Tembakau merupakan salah satu

    famili Solanaceae dari genus Nicotiana. (Basuki, et al., 1999) dengan tinggi

    tanaman mencapai 1,8 m dan bentuk daun yang melebar, meruncing dan dapat

    mencapai panjang 30 cm (Dinas Perkebunan, 2011).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    30/106

    11

    Tabel 2.2 KlasifikasiNicotiana tobacum

    KlasifikasiNicotiana tobacum

    Kingdom Plantae

    (tumbuhan)

    Subkingdom Tracheobionta/Tracheophyta

    (Tumbuhan berpembuluh)

    Superdivisi Spermatophyta(Tumbuhan berbiji)

    Divisi Magnoliiophyta

    (Tumbuhan berbunga)

    Kelas Magnoliopsida

    (berkeping dua/dikotil)

    Subkelas Asteridae

    Ordo SolanalesFamili Solanaceae

    (Suku terung-terungan)

    Genus Nicotiana

    Spesies Nicotiana tobacum L.

    Sumber : (Basuki, et al., 1999)

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    31/106

    12

    Gambar 2.1 Tanaman tembakau

    Secara garis besar berdasarkan iklim, tembakau yang diproduksi di

    Indonesia digolongkan dalam dua kelompok yakni (Dinas Perkebunan Prov. JawaTimur, 2012) :

    a.

    Tembakau musim kemarau (Voor-Oogst/VO), yaitu tembakau bahan

    baku rokok putih dan rokok kretek.

    b. Tembakau musim penghujan (Na-Oogst/NO), yaitu tembakau bahan

    baku cerutu dan cigarillo, selain itu untuk tembakau hisap dan

    kunyah (susur).

    Daun tembakau merupakan bahan baku rokok, baik dengan pipa maupun

    digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyak

    dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    32/106

    13

    Gambar 2.2 Daun Tembakau Kering

    Gambar 2.3 Proses Produksi Daun Tembakau Kering

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    33/106

    14

    2.2.1

    Kandungan Debu Tembakau

    Kandungan terbesar debu tembakau di dalam ruangan adalah nikotin dan

    atrazin. Rata-rata konsentrasi nikotin pada debu tembakau dalam ruangan berada

    dalam range 0,047 0,154 mg/m3 (Trikunakornwong, et al., 2009). Debu

    tembakau yang merupakan residu sampingan proses produksi dengan bahan baku

    berupa daun tembakau (Widyawati, 2004).

    Debu tembakau mengandung nitrogen (N) dalam jumlah yang cukup besar

    sekitar 2,35% dan fosfor (P) yakni 937 g/g (Chaturvedi, et al., 2008). Debu

    tembakau memiliki karbon organik tinggi (Adediran, et al.,2003).

    Tabel 2.3 Komposisi Zat Kimia Debu Tembakau

    Sumber : Sponza, 2002.

    2.2.2

    Nikotin

    Nikotin merupakan alkaloid parasimpatomimetik poten dan reseptor

    asetilkolin nikotinik (nAChR) agonis (IUPHAR Database, 2014). Selain itu,

    nikotin adalah merupakan alkaloid utama tembakau dengan komposisi 1,5% dari

    berat daun tembakau (Benowitz, et al., 2010) dan terakumulasi di akar dan

    melimpah di daun tembakau (Haidar, et al., 2010). Sekitar 10 15 % nikotin

    terabsorbsi ke sirkulasi sistemik (Benowitz, et al., 1987). Nikotin adalah zat

    adiktif. Dalam dosis yang rendah (kurang dari 2 mg) bertindak sebagai stimulan

    dan dalam dosis tinggi (50 100 mg) efek stimulan berubah menjadi sifat adiktif.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    34/106

    15

    Sifat adiktif nikotik merupakan efek psikoaktif dan paparan tembakau terlalu lama

    (California Department of Public Health, 2015).

    Nikotin mendasari setiap perubahan patologis yang terjadi. Perubahan

    patologis yang terjadi dipengaruhi oleh karakteristik absorbsi, distribusi dan

    disposisi nikotin. Nikotin dimetabolisme di hati dengan enzim CYP2A6, UDP-

    glucorunosyltransfease (UGT), dan flavin yang mengandung monooxygenase

    (FMO). Selain itu, faktor genetik, diet dan makanan, usia, jenis kelamin dan

    kerusakan fungsi ginjal. Biomarker nikotin yang paling banyak diaplikasikan

    adalah cotinin yang merupakan metabolit nikotin. Cotinin dalam tubuh dapat

    diukur dalam darah, urin, air liur, rambut dan kuku (Jacob, et al., 1999).

    Gambar 2.4 Struktur Kimia Nikotin dan Metabolitnya (Cotinin)

    2.2.2.1Absorbsi Nikotin

    Nikotin merupakan senyawa alkoloid yang bersifat basa lemah dengan

    pKa= 8,0. Nikotin akan masuk ke dalam saluran pernapasan dibawa oleh debu

    tembakau sebagai particullated matter pada pekerja tembakau yang terpaparlangsung atau tar pada perokok aktif. Absorbsi nikotin terjadi Blood-Air-Barrier

    di alveoli. Nikotin yang merupakan basa lemah akan terionisasi terlebih dahulu

    sebelum melewati membran permukaan alveolus dikarenakan keadaan pH alveoli

    yang cenderung netral (pH= 7,4) dan sebagian kecil nikotin akan terabsorbsi pada

    membran buccalpada rongga mulut (Pankow, 2001).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    35/106

    16

    Gambar 2.5Blood-Air Barrierdi Alveoli sebagai membran permukaan yangdilewati oleh nikotin menuju ke sirkulasi.Sumber : rise.duke.edu, 2014.

    Gambar 2.6Blood Air Barrier Components.Sumber :Kelly, 2014.

    Inhalasi debu tembakau melalui saluran pernapasan dan membran

    permukaan alveoli terabsorbsi ke sirkulasi sistemik. Selain itu, nikotin juga dapat

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    36/106

    17

    terabsorbsi melalui kulit. Absorbsi melalui kulit merupakan salah satu resiko

    terjadinya keracunan tembakau pada pekerja tembakau. Absorbsi nikotin melalui

    kulit bergantung pada permeabilitas kulit. Absorbsi melalui kulit atau transdermal

    dapat melalui pori-pori kulit muara dari kelenjar keringat dan pori-pori dari folikel

    rambut (Fant, et al., 2000).

    Gambar 2.7 Skematis jaringan kulit dan pori-pori kulit secara transdermal.Sumber: Fant, et al.,2000

    2.2.2.2Distribusi Nikotin dalam Jaringan Tubuh

    Setelah absorbsi, nikotin memasuki aliran darah yang derajat keasamannya

    cenderung netral yakni pH=7,4 mengakibatkan 69% nikotin yang terinhalasi

    mengalami ionisasi dan 31% lainnya tidak terionisasi. Nikotin terionisasi akan

    berikatan dengan protein plasma (Benowitz, et al., 2010). Berdasarkan otopsi

    manusia yang terpapar nikotin, organ dengan afinitas tertinggi terhadap nikotin

    adalah hati, ginjal, limpa, paru-paru dan afinitas terendah terdapat pada jaringan

    adiposa. Pada otot rangka, konsentrasi nikotin dan kotinin terdapat pada otot

    rangka yang dekat pada pembuluh darah arteri. Nikotin dapat berikatan dengan

    jaringan otak dengan afinitas yang lebih tinggi pada seorang yang terpapar nikotin

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    37/106

    18

    (Benowitz, et al., 2010). Selain itu, akumulasi nikotin juga terdapat di asam

    lambung, plasma darah dan air liut. Akumulasi ini disebabkan oleh ion-trapping

    yang terjadi di asam lambung dan air liur. Ion-trappingnikotin juga terjadi pada

    air susu ibu. Nikotin juga dapat melintasiplacental-barrierdengan mudah, hal ini

    terbukti dengan ditemukannya akumulasi nikotin dalam serum janin dan cairan

    amnion dalam konsentrasi yang lebih tinggi dari pada serum ibu (Dempsey dan

    Benowitz, 2001).

    2.2.2.3Metabolisme Nikotin

    Nikotin secara keseluruhan dimetabolisme oleh hepar dan menghasilkan

    sejumlah metabolit. Lima metabolit utama dari nikotin yakni Kotinin, Kotinin-N-

    Glukuronida, Nikotine-N-Glukuronida, Trans-3-Hidroksikotinin, dan Trans-3-

    Hidroksikotinin-O-Glukuronida (Hukkanen, et al., 2005). Dalam tubuh manusia,

    sekitar 7080 % nikotin dikonversi menjadi Kotinin. Konversi ini terjadi dalam

    dua tahapan, tahap pertama menggunakan CYP2A6 sebagai mediatornya untuk

    menghasilkan 2-Hidroksikotinin dan tahap keduanya dikatalisis oleh aldehida

    oksidase sitoplasma (Benowitz, et al., 2010).

    Gambar 2.8 Rute Utama Metabolisme Nikotin. Sumber : Hukkanen, et al., 2005.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    38/106

    19

    Gambar 2.9 Metabolisme Nikotin dengan Persentasenya beredar di Sirkulasi dan yang

    diekresikan. Sumber : Helsinski, 2002

    2.2.2.4

    Ekskresi Nikotin oleh Ginjal

    Nikotin diekskresikan oleh filtrasi glomerulus dan sekresi tubular.

    Ekskresi nikotin bergantung pada pH urin. Peningkatan ekskresi nikotin terjadi

    pada urin asam dengan derajat keasaman pH=4,4 dan penurunan ekskresi nikotin

    terjadi pada urin alkali dengan derajat keasaman pH=7,0 (Benowitz, et al., 2010).

    2.3 Tobakosis

    2.3.1 Definisi Tobakosis

    Tobakosis adalah semua penyakit yang dihasilkan akibat dari paparan

    nikotin melalui merokok, mengunyah, terinhalasi debu tembakau, dan mensusur

    tembakau (Atula, 2002). Penyakit tersebut adalah kanker mulut, kanker

    nasofaring, kanker laring, kanker trakea, kanker bronkus, kanker paru-paru,

    kanker kerongkongan, kanker lambung, kanker hati, kanker pankreas, kanker

    ginjal, kanker kandung kemih, kanker prostat dan kanker serviks serta leukemia.

    Selain itu juga termasuk aterosklerosis dari sistem kardiovaskular, penyakit

    jantung koroner (disertai iskemik dan infark miokard), kardiomiopati, aneurisma

    aorta, perdarahan serebrovaskular dan penyumbatan; gagal ginjal dan penyakit

    pembuluh darah perifer; emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik; ulkus

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    39/106

    20

    peptikum dan sirosis hati; dan kegagalan endokrin dan disfungsi metabolisme; dan

    penyakit janin serta cacat kongenital (Ravenholt, 2008).

    Tobakosis merupakan wabah yang terjadi dikarenakan ulah manusia

    sendiri dan lebih berbahaya dari Black Death, cacar, malaria, hepatitis, koleran

    dan TBC. Tobakosis berbeda dengan wabah mikrobiologis lainnya, seorang yang

    mengalami tobakosis akan terjadi perubahan patologis dalam beberapa hari atau

    minggu pemaparan, tobakosis adalah sebuah entitas penyakit yang sangat

    berbahaya. Masa latennya panjang akibat paparan tembakau selama bertahun-

    tahun atau puluhan tahun dan ditunjukan oleh terjadinya peningkatan salah satu

    dari spektrum yang luas penyakit neoplastik dan degeneratif yang biasanya

    dikaitkan dengan usia lanjut (Ravenholt, 1990).

    2.3.2

    Epidemiologi Tobakosis

    Sejak tahun 1950, paparan tembakau telah terbukti jelas memiliki sifat

    karsinogenitas. Di akhir 1950, terbukti adanya kaitan antara paparan tembakau

    dengan munculnya kanker seperti kanker paru yang dianalisis dengan Case

    Control-Cohort Study, karsinogen yang diidentifikasi dalam tembakau terbuksi

    menyebabkan pertumbuhan pro-onkogen pada kulit tikus (Doll, 1998). Sejak itu,

    peningkatan angka mortalitas pada seorang yang terpapar tembakau membuktikan

    bahwa paparan tembakau bertanggung jawab sekitar 30 % dari semua kematian

    akibat kanker yang terjadi terlebih di negara berkembang (Peto & Lopez, 2001).

    Selain itu, paparan tembakau menyebabkan kerusakan pembuluh darah, gangguan

    sistem respirasi dan mencetuskan pertumbuhan kanker, secara akumulatif paparan

    tembakau menyebabkan kematian sekitar 4 -5 juta kematian per tahun di seluruh

    dunia. Akumulasi ini diproyeksikan meningkat sekitar 10 juta kematian per tahun

    pada 2030. Sehingga, jika paparan tembakau tetap berlanjut akan ada lebih dari 1

    milyar kematian pertahun disebabkan tobakosis pada abad XXI (Vineis, et al.,

    2004).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    40/106

    21

    2.3.3

    Faktor Resiko Tobakosis

    Pekerjaan sebagai pekerja pabrik tembakau yang terpapar tembakau

    melalui debu residu produksi merupakan faktor resiko terjadinya tobakosis.

    Paparan debu mengandung nikotin akan menyebabkan perubahan fisiologis pada

    keadaan tubuh pekerjanya. Jalur masuk debu yang paling banyak terjadi dan

    paling banyak menimbun nikotin adalah jalur melalui inhalasi. Pekerja yang

    terpapar debu tembakau secara kontinyu pada usia 15 - 25 tahun akan terjadi

    penurunan kemampuan kerja, usia 25-35 tahun timbul batuk produktif, usia 45-55

    tahun terjadi sesak hipoksemia, usia 55-65 tahun terjadi cor pulmonal sampai

    kegagalan napas dan kematian (Widyawati, 2004). Sedimentasi debu yang

    mengakibatkan gangguan fungsi pada pernapasan akan mempengaruhi perubahan

    parameter hematologi akibat difusi nikotin kedalam sirkulasi tubuh (Asif, et al.,

    2013).

    Lama kerja yang mengindikasikan lamanya paparan debu tembakau pada

    pekerja menunjukkan bahwa semakin lama seseorang terpajan debu, akan

    semakin besar risiko terjadinya tobakosis. Pada pekerja yang berada di lingkungan

    dengan kadar debu tinggi dalam waktu lama memiliki resiko yang semakin tinggi.

    Masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor resiko terjadinya tobakosis

    pada pekerja di industri yang berdebu lebih dari 1520 tahun ( INCHEM, 2015),

    tapi perubahan hematologi sudah dapat terjadi saat 3 5 tahun terpapar nikotin

    melalui aktifitas merokok (Asif et al, 2013).

    2.3.4 Patogenesis dan Patofisiologi Tobakosis

    a.

    Efek Tembakau terhadap Sistem Saraf

    Terinhalasinya tembakau bernikotin dalam paru dan terabsorbsi ke

    sirkulasi. Dalam tujuh detik, nikotin segera merangsang nAChR dan secara tidak

    langsung merangsang pelepasan chemical messenger seperti asetilkolin,

    norepinefrin, epinefrin, arginin, vasopresin, serotonin, dopamin dan beta-

    endorphin di otak. Nikotin juga akan memperpanjang durasi efek positif dari

    dopamin (Easton, 2002).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    41/106

    22

    b.

    Efek Tembakau terhadap Kardiovaskular

    Tembakau yang mengandung nikotin berhubungan dengan penyakit

    kardiovaskular (Surgeon General of The United States, 2014). Nikotin dapat

    meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Nikotin juga menginduksi

    terjadinya aterogenesis pada sel endotel arteri koroner diakibatkan efek

    simpatomimetik yang meningkat sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,

    kontraktilitas miokard, meningkatkan resistensi pembuluh darah koroner dan

    mengurangi sensitivitas insulin, sehingga meningkatkan resiko penyakit

    kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis dan lain

    sebagainya (Lee & Cooke, 2012).

    Aterosklerosis juga terjadi karena aktifitas nAChR (Reseptor Asetilkolin

    Nikotinik). nAChR adalah protein reseptor neuron yang sinyalnya memberikan

    stimulus kimia terhadap kontraksi otot. nAChR adalah reseptor kolinergik yang

    membentuk saluran ion-ligand-gated dalam membran plasma neuron dan disisi

    presynapticdan postsynaptic dari sambungan neuromuskuler. nAChR ditemukan

    di sel saraf, sel otot, sel imun dan sel endotel (Purves, et al., 2004). Aktifasi dari

    nAChR mengakibatkan induksi proliferasi sel otot polos vaskular dan migrasinya

    menuju lapisan endotel (Lee & Cooke, 2012).

    Dilain sisi, nikotin yang pada metabolismenya menghasilkan enam

    metabolit yang juga bersifat toksik. Toksik lain tersebut menyebabkan inflamasi

    sehingga terjadi induksi sitokin dan stress oksidatif yang terjadi juga merangsang

    resistensi insulin (sensitifitas insulin berkurang) sehingga terjadi disfungsi

    endotel. Resistensi insulin yang terjadi menyebabkan kadar glukosa meningkat

    dan proses anabolisme kolesterol meningkat. Peningkatan kolesterol serum

    mengakibat resiko pembentukan trombus dan terjadinya aterosklerosis meningkat

    (Nancy, et al., 2013).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    42/106

    23

    Gambar 2.10 Patofisiologi Gangguan Kardiovaskular akibat Paparan Tembakau

    Sumber : (Nancy, et al., 2013)

    c.

    Efek Tembakau terhadap Sistem Gastrointestinal

    Paparan tembakau dapat menyebabkan ulkus peptikum dan timbulnya

    kanker di saluran pencernaan (Wu dan Cho, 2004). Beberapa faktor menyebabkan

    tercetusnya proses ulserogenesis tetapi sekresi asam lambung masih dianggap

    salah satu faktor utama yang agresif dalam pembentukan ulkus. Pada paparan

    tembakau kronis ditemukan peningkatan asam lambung. Hal ini disebabkan oleh

    sensitifitas reseptor muskarinik meningkat dan manifestasi akhirnya adalah

    peningkatan sekresi asam lambung dan menyebabkan dispepsia bagi

    penderitanya.

    Selain ulserogenesis pada lambung, paparan tembakau juga menyebabkan

    peningkatan perkembang-biakan Helicobacter pyloridi lambung. Dalam hal ini,

    nikotin dibuktikan memiliki kemampuan untuk mempotensisasi aktivitas

    vacuolating toksinH. pilory. Pada akhirnya, paparan nikotin dapat menyebabkan

    perkembangan gastritis atrofi dan metaplasia usus pada infeksiH. pilory (Wu dan

    Cho, 2004).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    43/106

    24

    d. Efek Tembakau terhadap Sistem Respirasi

    Inhalasi tembakau pada non-perokok dapat menyebabkan inisiasi

    rangsangan untuk batuk dan bronkokontriksi saluran pernapasan. Sehingga,

    paparan tembakau pada akhirnya akan menyebabkan batuk dan obstruksi jalan

    napas. Obstruksi ini disebabkan oleh bronkokontriksi yang terjadi akibat stimulai

    ujung saraf aferen pada mukosa bronkus dan dimediasi melalu jalur kolinergik

    parasimpatis (Hanssons, et al., 1994).

    e.

    Efek Tembakau terhadap Sistem Reproduksi dan Janin

    Paparan tembakau pada wanita juga dapat menyebabkan gangguan pada

    sistem reproduksi, berkontribusi pada abortus, premature delivery, low birth

    weight, sudden infant death dan attention hyperactivity deficit disorders. Selain

    itu, paparan tembakau juga menyebabkan ketidak-teraturan siklus menstruasi,

    komplikasi kehamilan, penurunan kesuburan dan berefek anti-estrogenik pada

    wanita (Weisberg, 1985).

    Paparan tembakau pada pria dapat menyebabkan kelambatan

    spermatogenesis dan penurunan steroidogenesis. Steroidogenesis pada pria

    merupakan hal penting, dikarenakan relasinya dengan sindroma metabolik dan

    penyakit jantung koroner. Selain itu, dampak paparan tembakau pada pria adalah

    ejakulasi dini dan mengurangi ereksi penis; namun hal ini tergantung pada

    sensitifitas dan kerentanan individu (Oyeyipo, et al., 2011).

    f.

    Efek Tembakau terhadap Pertumbuhan Sel kanker

    Inhalasi kronis tembakau pada jaringan dan sel yang terpapar akan

    merangsang kuat menculnya mutagen dan carcinogen (Ravenholt, 1990). Paparan

    tembakau yang mengandung nikotin dan dalam metabolismenya menghasilkan

    enam metabolit mayor. Metabolit mayor inilah yang menyebabkan efek

    genotoksik dengan cara DNA adduction. DNA adduction menyebabkan mutasi

    pada gen vital seperti K-Ras dan p53. Selain itu, nikotin mengaktivasi reseptor

    asetilkolin nikotinik (nAChR) dan -Adrenergik reseptor (-ARS) yang

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    44/106

    25

    bermanifestasi sebagai proliferasi sel. Pada kelanjutannya, akan menyebabkan

    progresi siklus sel, angiogenesis, metastasis sel kanker dan pertumbuhan sel

    kanker. Hal ini terjadi karena nAChR dan -ARS adalah reseptor faktor

    pertumbuhan epidermal (Epidermal Growing Factor/EGFR). Berbagai kaskade

    sinyal yang disebabkan oleh nikotin melalui nAChR, termasuk jalur MAPK/ERK,

    PI3K/AKT dan sinyal JAK/STAT. Selain itu, aktivasi nAChR juga menginduksi

    Src-Kinase dengan cara 1--arrestin yang mengarah ke inaktivasi protein Rb dan

    mengakibatkan ekspresi gen proliferasi E2F1(gen regulator proliferasi sel) yang

    menyebabkan peningkatan proliferasi sel dan resisten terhadap apoptosis (Schaal

    dan Chellappan, 2014).

    Gambar 2.11 Patogenesis Kanker pada Tobakosis (Sumber : Ravenholt, 2008)

    g.

    Efek Tembakau terhadap Perubahan Hematologi

    Perubahan parameter hematologi yang diakibatkan oleh paparan tembakau

    dapat menginisiasi berbagai gangguan vaskular (Sharif, et al., 2014). Perubahan

    parameter hematologi terjadi karena gangguan pada proses proliferasi, diferensiasi

    dan self-renewal dari sel sumsum tulang hemopoiesis yang prosesnya diatur

    dengan sangat terstruktur. Pengaturan ini diperankan oleh sitokin, interleukin dan

    kemokin, serta oleh matriks ekstraselular (ECM) dan molekul adhesi.

    Kompartemen selular dari sumsum tulang terdiri dari populasi heterogen sel

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    45/106

    26

    matang, termasuk sel-sel progenitor hemopoietik pada berbagai tahap diferensiasi

    dan stroma sel. Sel stroma merupakan bagian integral dari jaringan regulasi dalam

    lingkungan mikro sumsum tulang dan berperan penting dalam hemopoiesis. Sel

    stroma berkontribusi dalam pembentukan stem cell niches. Stem cell niches

    mengatur proliferasi, diferensiasi, dan self-renewal dari induk hemopoietik sel

    stroma. Beberapa sumsum tulang berasal dari sel stroma primer. Sel stroma

    primer menimbulkan bendungan sinyal regulasi sel melalui produksi sitokin,

    ECM dan ekspresi molekul adhesi (Siggins, et al., 2014).

    Sel stroma sensitif terhadap faktor regulasi ekstrinsik. Misalnya, hormon

    steroid dan sitokin dapat mengubah produksi ECM dan sitokin oleh sel-sel stroma.

    Pola ekspresi molekul adhesi dan aktivitas ligand-binding dapat mempengaruhi

    paparan kimia dan sitokin. Selain itu, Platelet Derived Growing Factor(PDGF),

    Fibroblast Growing Factor (FGF), Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-

    CSF) mengatur fungsi sel stroma oleh mekanisme autokrin. Disfungsi sel stroma

    yang berperan dalam perubahan hematologi (Siggins, et al., 2014).

    Paparan tembakau menyebabkan ketidakseimbangan dalam hemopoiesis.

    Paparan ini menyebabkan pengurangan sel imunokompeten fungsional aktif. Studi

    terbaru mengungkapkan bahwa sistem hematopoietik adalah salah satu sasaran

    nikotin dari tembakau. Sejumlah konstituen dari nikotin yang didistribusikan ke

    sirkulasi sistemik dan secara langsung mempengaruhi sel target seperti CD44

    pada sumsum tulang. Proliferasi sel stroma dipengaruhi oleh sitokin, interleukin

    dan kemokin. Sitokin dan kemokin induksinya dirangsang oleh CD44. CD44

    merupakan target dari nikotin. Nikotin mampu merubah permukaan CD44

    sehingga produksi sel stroma terinhibisi dan mempengaruhi proses hemopoiesis

    (Khaldoyanidi, et al., 2001).

    Selain itu, nikotin terbukti menyebabkan peningkatan hemopoiesis

    ekstramedular yang menunjukkan gangguan funsi fisiologis microenvironmental

    dari bone marrow niche (Siggins, et al., 2014).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    46/106

    27

    2.4 Darah dan Sel Darah Merah

    Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang

    sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah sesalu berada dalam pembuluh

    darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai : (a) pembawa oksigen

    (oxygen carrier); (b) mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi; dan (c)

    mekanisme hemostasis. Darah terdiri atas dua komponen utama :

    1. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas

    air, elektrolit, dan protein darah.

    2.

    Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas :

    a. Eritrosit (Red Blood CellRBC)

    b. Leukosit (White Blood CellWBC)

    c.

    Trombosit (Platelet)

    (Bakta, 2006)

    2.4.1 Sel Darah Merah atau Eritrosit (Red Blood CellRBC)

    Sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah sarana

    pengangkutan hemoglobin, yang selanjutnya mengikat oksigen dan diedarkan ke

    jaringan (oxygen carrier) (Guyton dan Hall, 2007).

    2.4.2 Bentuk dan Ukuran Sel-sel Darah Merah

    Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter 7,8 m

    dan dengan ketebalan 2,5 m pada bagian yang paling tebal serta 1 m dibagian

    tengahnya. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 95 m3. Bentuk sel

    darah merah seperti kantung elastis mengikuti lebar kapiler yang dilalui dan tidak

    mudah mengalami ruptur (Guyton dan Hall, 2007).

    2.4.3 Konsentrasi Sel-sel Darah Merah

    Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik

    adalah 5.200.000 ( 300.000); pada wanita normal, 4.700.000 ( 300.000)

    (Guyton dan Hall, 2007).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    47/106

    28

    2.4.4 Jumlah Hemoglobin dalam Sel

    Sel-sel darah merah mampu mengonsentrasikan hemoglobin dalam cairan

    sel 34 gram per 100 mililiter sel. Kandungan hemoglobin dalam sel darah merah

    mempengaruhi kadar hematokritnya. Kadar normal hematokrit 40 45 % dengan

    kandungan hemoglobin pada pria normal 15 gram hemoglobin per 100 mililiter

    sel; pada wanita normal 14 gram per 100 mililiter sel. Dalam hubungannya

    sebagai oxigen carrier, setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan

    1,34 mililiter oksigen (Guyton dan Hall, 2007).

    Gambar 2.12 Sel Darah Merah Normal (under microscope)

    2.5 Hematopoiesis

    2.5.1

    Definisi

    Hematopoiesis atau hemopoesis adalah proses pembentukan darah.

    Tempat hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan usianya :

    a. Yolk sac : umur 03 bulan intrauterin

    b. Hati dan spleen : umur 36 bulan intrauterin

    c. Sumsum tulang : umur 4 bulan intrauterin hingga dewasa.

    (Bakta, 2006)

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    48/106

    29

    Gambar 2.13 Perkembangan Hemopoesis menurut umur (Sumber :Bakta, 2006)

    2.5.2 Sel Punca Hemopoietik (Hemapoietic Stem Cell)

    Sel Punca hemopoietik adalah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-

    sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan juga beberapa

    sel dalam susmsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif di

    sebut sebagai Pluripotent (Totipotent) Stem Cell. Sel punca (induk) pluripoten

    mempunyai sifat :

    a. Self renewal adalah kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga

    tidak akan pernah habis meskipun terus membelah;

    b. Proliferatif adalah kemampuan membelah atau memperbanyak diri;

    c. Diferensiatif adalah kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-

    sel dengan fungsi tertentu.

    (Bakta, 2006)

    Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik

    dapat dibagi menjadi :

    a. Pluripotent (Totipotent) stem cell : sel induk yang mempunyai

    kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.

    b.

    Committed stem cell : sel induk yang mempunyai kemampuan untuk

    berdifensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk

    yang termasuk golongan ini ialah sel induk mieloid dan sel induk

    limfoid.

    Yolk Sac

    Bone Mar row (distal long bone)

    Hepar & Spleen

    Bone Mar row (axial skeleton)

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    49/106

    30

    c.

    Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi

    hanya beberapa jenis sel. Misalnya, CFU-GM (Colony Forming Unit-

    Granulocyte/Monocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel

    granulosit dan sel-sel monosit.

    d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang

    menjadi satu jenis sel saja. Contoh : CFU-E (Colony Forming Unit

    Erythrocyte) hanya dapat menjadi eritorosit.

    (Bakta, 2006)

    Semula sel induk hemopoetik hanya berada dalam sumsum tulang, setelah

    berdifensiasi menjadi sel matang kemudian dilepaskan ke darah tepi. (Hoffbrand

    dan Moss, 2013)

    Gambar 2.14 Diagram Sel Punca Pluripoten Sumsum Tulang dan Galur-galur SelKeturunannya (Sumber : Leyley, 2014)

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    50/106

    31

    2.5.3

    Lingkungan Mikro (Microenvirontment) Sumsum Tulang

    Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan

    sel induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :

    a.

    Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang

    b. Sel-sel stroma : sel endotel, sel lemak, fibrolast, dan sel retikulum

    (blanket cell)

    c. Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemanektin, laminin, kolagen,

    dan proteoglikan.

    Lingkungan mikro dalam hematopoiesis memiliki fungsi sebagai berikut :

    a.

    Penyedia nutrisi dan bahan hematopoiesis yang dibawa oleh peredaran

    darah mikro dalam sumsum tulang.

    b. Penyalur komunikasi antarsel (cell to cell communication), terutama

    ditentukan oleh adanya adhesion molecule.

    c. Penghasil zat yang mengatur hematopoiesis seperti hematopoiesis

    growth factor, cytokine; dan lain-lain.

    (Bakta, 2006)

    Hubungan antara semua komponen tersebut membentuk suatu struktur

    yang sangat komplek dan digambarkan secara skematis seperti gambar 2.6.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    51/106

    32

    Gambar 2.15 Skema lingkungan mikro sumsum tulang (Sumber : Hoffbrand dan Moss,2013)

    2.5.4 Bahan-bahan Pembentuk Darah

    Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah (Bakta,

    2006) :

    a. Asam folat dan vitamin B12, merupakan bahan pokok pembentuk

    inti sel.

    b. Besi, sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, cobalt,

    magnesium, cuprum, zink.

    c. Asam amino

    d.

    Vitamin lain : vitamin C, vitamin B kompleks dan lain-lain.

    Sumsum tulang yang normal merupakan bagian esensial dari

    hematopoiesis. Apabila struktur atau fungsi sumsum tulang terganggu maka dapat

    menimbulkan kelainan. Gangguan sumsum tulan dapat terjadi oleh karena :

    a. Kegagalan produksi sel, dijumpai pada anemia aplastik.

    b.

    Kegagalan maturasi sel, dijumpai pada sindroma mielodisplastik.

    c. Produksi sel-sel yang tidak normal, misalnya pada thalasemia,

    hemoglobinopati dan lain-lain.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    52/106

    33

    d.

    Hilangnya mekanisme regulasi normal, seperti pada leukemia akut,

    penyakit mieloproliferatif, penyakit limfoproliferatif

    Gangguan sumsum tulang meninmbulkan berbagai jenis penyakit.

    Penyakit-penyakit yang mengenai sel induk hematopoietik antara lain :

    a. Leukemia mieoloid akut

    b. Leukemia mieloid kronik

    c. Sindroma preleukemia (myelodysplastic syndrome)

    d. Polisitemia vera

    e. Myelofibrosis with myeloid metaplasia

    f.

    Anemia aplastik

    g. Cyclic neutropenia

    2.5.5

    Proses Hemopoiesis

    Sel darah memulai kehidupannya di sumsum tulang dari suatu tipe sel

    yang disebutsel stem hematopoietik pluripotent (Hematopoietic Stem Cell HSC),

    yang merupakan asal dari semua sel dalam darah sirkulasi. Gambar 2.14

    memperlihatkan urutan pembelahan sel-sel pluripoten untuk membentuk berbagai

    sel darah sirkulasi. Sewaktu sel-sel darah ini bereproduksi, ada sebagian kecil dari

    sel-sel ini yang bertahan persis seperti sel-sel pluripoten asalnya dan disimpan

    dalam sumsum tulang guna mempertahankan suplai sel-sel darah tersebut,

    walaupun jumlahnya berkurang seiring dengan pertambahan usia. Sebagian besar

    sel-sel yang bereproduksi akan berdiferensiasi untuk membentuk sel-sel tipe lain.

    Sel yang berada pada tahap pertengahan sangat mirip dengan sel stem pluripoten,

    walaupun sel-sel ini telah membentuk suatu jalur khusus pembelahan sel dan

    disebut commited stem cells (Guyton dan Hall, 2007).

    Berbagai commited stem cells, bial ditumbukan dalam biakan, akan

    menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Suatu commited stem cellsyang

    menghasilkan ertirosit disebut unit pembentuk koloni eritrosit (Colony-Forming

    Units- Erythrocyte) digunakan untuk menandai jenis sel stem ini (Guyton dan

    Hall, 2007).

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    53/106

    34

    Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur oleh bermacam-

    macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Salah satu penginduksi

    pertumbuhan adalah interleukin-3 (IL-3), yang memulai pertumbuhan dan

    reproduksi hampir semua jenis commited stem cells yang berbeda-beda,

    sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe-tipe sel yang

    spesifik (Guyton dan Hall, 2007).

    Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan dan bukan memicu

    diferensiasi sel-sel. Diferensiasi sel adalah fungsi dari rangkaian protein yang lain,

    yang disebut penginduksi diferensiasi. Masing-masing protein ini akan

    menghasilkan satu tipe commited stem cellsuntuk berdiferensiasi sebanyak satu

    langkah atau lebih menuju ke sel darah dewasa bentuk akhir (Guyton dan Hall,

    2007).

    Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi diferensiasi yang

    dikendalikan oleh faktor-faktor diluar sumsum tulang. Contohnya, pada eritrosit,

    paparan darah dengan oksigen yang rendah dalam waktu yang lama akan

    mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam

    jumlah yang sangat banyak (Guyton dan Hall, 2007).

    2.5.6

    Tahap-tahap Diferensiasi Sel Darah Merah

    Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah

    merah adalah proeritroblas. Dengan perangsangan dari eritropoietin, proeritroblas

    dibentuk dari sel-sel stem CFU-E. Begitu proeritroblas terbentuk, akan membelah

    beberapa kali, sampai akhirnya membentuk banyak sel darah merah yang matur.

    Sel-sel generasi pertama ini disebut basofil eritroblas sebab dapat dipulas dengan

    zat warna basa; sel yang terdapat pada tahap ini mengumpulkan sedikit sekali

    hemoglobin. Pada generasi setelah basofil eritroblas, sel sudah dipenuhi oleh

    hemoglobin dengan konsentrasi sekitar 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan

    sisa akhirnya diabsorbsi atau didorong keluar dari sel. Pada saat yang sama,

    retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit karena

    masih mengadung sejumlah kecil materi basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa

    aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya. Selama tahap

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    54/106

    35

    retikulosit ini, sel sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler darah

    dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler) (Guyton dan

    Hall, 2007). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan

    menghilang dalam 1 2 hari, dan sel kemudia menjadi eritrosit matur, karena

    waktu hidup retikulosit ini pendek, maka konsentrasinya diantara semua sel darah

    merah normalnya sedikit kurang dari 1% (Guyton dan Hall, 2007).

    Gambar 2.16 Pembentukan Sel Darah Merah (Sumber : Guyton dan Hall, 2007)

    2.5.7 Mekanisme Regulasi Hemopoiesis

    Mekanisme regulasi dilakukan untuk mengatur arah dan kuantitas

    pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke

    darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh yang tepat.

    Produksi komponen darah yang berlebihan atau kekurangan akan menimbulkan

    penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi hematopoiesis

    adalah :

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    55/106

    36

    a.

    Faktor pertumbuhan hematapoiesis ( Hematopoietic Growth

    Factor), yakni : GM-CSF, G-CSF, M-CSF, Thrombopoietin, BPA,

    danKit Ligand.

    b.

    Sitokin (Cytokine) seperti : IL-3, IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-

    10, dan IL-11. Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk

    oleh sel-sel darah seperti limfosit, monosit atau makrofad dan

    sebagian sel-sel penunjang seperti fibroblas dan endoterl. Sitokin

    ada yang merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory

    cytokine) sebagian lagi menekan pertumbuhan sel indul (inhibitory

    cytokine). Kesetimbangan kedua jenis sitokin ini sangat

    menentukan proses hematopoiesis normal.

    c. Hormon hematopoietik spesifik seperti eritropoietin yakni hormon

    yang dibentuk di ginjal khusus untuk merangsang pertumbuhan

    prekursor eritroid.

    d. Hormon nonspesifik, yakni beberapa jenis hormon yang diperlukan

    dalam jumlah kecil untuk hematopoiesis, seperti :

    Androgen, yang berfungsi menstimulasi eritropoiesis

    Estrogen, yang menimbulkan inhibisi eritropoiesis

    Glukokortikoid

    Growth hormone

    Hormon tiroid

    Dalam regulasi hematopoiesis normal terdapatfeedback mechanism, yakni

    suatu mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesis jika tubuh

    kekurangan komponen darah (positive loop) atau menekan hematopoiesis jika

    tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative loop).

    (Bakta, 2006)

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    56/106

    37

    2.6 Erithropoiesis

    2.6.1 Definisi

    Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum

    tulang hingga terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan

    dirangsang oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah hormon glikoprotein

    yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus ginjal, dalam respon

    terhadap kekurangan oksigen atas bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh

    sel-sel induk sumsum tulang. Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada

    semua stadium terutama saat sel induk membelah diri dan proses pematangan sel

    menjadi eritrosit. Di samping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga

    memudahkan pengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan

    memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi

    (Bakta, 2006).

    2.6.2 Proses Eritropoiesis

    Proses eritropoiesis diatur oleh glikoprotein bernama eritropoietin yang

    diproduksi ginjal (85%) dan hati (15%). Pada janin dan neonatus pembentukan

    eritropoietin berpusat pada hati sebelum diambil alih oleh ginjal (Ganong, 2008).

    Eritropoietin bersirkulasi di darah dan menunjukkan peningkatan menetap pada

    penderita anemia, regulasi kadar eritropoietin ini berhubungan eksklusif dengan

    keadaan hipoksia. Sistem regulasi ini berkaitan erat dengan faktor transkripsi yang

    dinamai hypoxia induced factor-1 (HIF-1) yang berkaitan dengan proses aktivasi

    transkripsi gen eritropoeitin. HIF-1 termasuk dalam sistem detektor kadar oksigen

    yang tersebar luas di tubuh dengan efek relatif luas (contoh: vasculogenesis,

    meningkatkan reuptake glukosa, dan lain sebagainya), namun perannya dalam

    regulasi eritropoiesis hanya ditemui pada ginjal dan hati (Rankin, et al., 2007).

    Eritropoeitin ini dibentuk oleh sel-sel endotel peritubulus di korteks ginjal,

    sedangkan pada hati hormon ini diproduksi sel Kupffer dan hepatosit. Selain

    keadaan hipoksia beberapa zat yang dapat merangsang eritropoiesis adalah garam-

    garam kobalt, androgen, adenosin dan katekolamin melalui sistem -adrenergik.

    Namun perangsangannya relatif singkat dan tidak signifikan dibandingkan

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    57/106

    38

    keadaan hipoksia (Hoffbrand, 2013).

    a. Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh

    yolk sac dan kemudian oleh hati dan limpa sampai sumsum tulang

    terbentuk dan mengambil alih produksi eritrosit secara ekslusif.

    b. Pada anak, sebagian tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang

    mampu memproduksi sel darah. Namun, seiring dengan pertambahan

    usia, sumsum kuning tulang yang tidak mampu melakukan eritropoiesis

    secara perlahan menggantikan sumsum merah, yang tersisa hanya di

    beberapa tempat, misalnya sternum, iga dan ujung-ujungg atas tulang

    oanjang ekstremitas. Pada periode stress hematopoietik tubuh dapat

    melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan sumsum berisi lemak untuk

    memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai hematopoiesis

    ekstramedular.

    c. Sumsum tulang tidak hanya memproduksi sel darah merah tetapi juga

    merupakan sumber leukosit dan trombosit. Di sumsum tulang terdapat

    sel punca pluripoten tak berdiferensiasi yang secara terus menerus

    membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan semua jenis sel

    darah.

    d.

    Ginjal mendeteksi penurunan kapasitas darah yang mengangkut oksigen.

    Jika O2yang disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan

    hormone eritropoietin dalam darah yang berfungsi merangsang

    eritropoiesis (produksi eritrosit) dalam sumsum tulang. Tambahan

    eritrosit di sirkulasi meningkatkan kemampuan darah mrngangkut O2.

    Peningkatan kemampuan darah mengangkut O2 menghilangkan

    rangsangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.

    2.6.3 Pengaturan Produksi Sel Darah Merah melalui Peran Eritropoietin

    Jumlah total sel darah merah dalam sistem sirkulasi diatur dalam kisaran

    batas yang kecil, sehingga sejumlah sel-sel darah merah yang adekuat selalu

    tersedia untuk mengangkut oksigen yang cukup dari paru-paru ke jaringan, namun

    sel-sel tersebut tidak menjadi berlimpah sehingga aliran darah tidak terhambat.

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    58/106

    39

    Gambar 2.17 Fungsi mekanisme eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darahmerah ketika oksigenasi jaringan berkurang (Sumber : Guyton dan Hall,

    2007)

    2.7 Hematokrit Darah

    2.7.1 Definisi Hematokrit Darah

    Hematokrit darah (Ht atau Hct), juga disebut sebagai Packed Cell Volume

    (PCV) atau Erytrocyte Volume Fraction (EVF), adalah persentase volume (%)dari sel darah merah dalam darah (Purves, 2004). Hematokrit merupakan bagian

    integral dari pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mengetahui persentase sel

    darah merah yang berfungsi sebagai transporter oksigen dari paru ke jaringan

    tubuh. Jadi, persentase hematokrit dapat menjadi acuan kemampuan transportasi

    oksigen oleh sel darah merah (UCIrvine, 2006).

    Secara etimologis, hematokrit berasal dari Bahasa Yunani Kuno yakni

    Haema yang berarti darah dan Krites yang berarti memisahkan sehingga

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    59/106

    40

    Hematokrit dapat berarti memisahkan darah atau to separate blood (Sather, et al.,

    2015).

    Gambar 2.18 Komponen Darah (Sumber : MedlinePlus, 2015)

    2.7.2 Prinsip Hematokrit Darah

    Persentase volume (%) dari sel darah merah dalam darah yang dipisahkandari plasma dengan cara me-sentrifugasinya dengan kecepatan 11.500 15.000

    rpm selama 5 menit menggunakan tabung kapiler yang berukuran tinggi 7 cm dan

    diameter 1 mm. Kadar hematokrit yang diperoleh menggunakan metode

    mikrohematokrit.

    2.7.3 Cara menentukan Hematokrit Darah

    Ada dua cara menentukan nilai hematokrit, yakni makrohematokrit dengan

    tabung wintrobe dan mikrohematokrit dengan tabung kapiler dengan atau tanpa

    antikoagulan (Gandasoebrata, 2007).

    Hematokrit dapat diukur dengan darah vena atau darah kapiler dengan

    teknik makro maupun mikro. Dengan cara Wintrobe (Makrohematokrit), darah

    vena yang telah dicampur antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung yang

    panjangnya 100 mm, kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 2.260 rpm

    selama 30 menit. Volume eritrosit dan plasma dapat dibaca langsung pada tada

  • 7/26/2019 Firsty Demy C- 122010101040- FINAL.pdf

    60/106

    41

    milimeter pada dinding tabung. Pada cara Mikrohematokrit, pada tabung kapiler

    yang panjangnya 7 cm dan diameter 1 mm diisi dengan darah vena atau darah

    kapiler. Lalu, tabung ini di sentrifugasi dengan kecepatan 11.500 15.000 rpm

    selama 5 menit dan perbandingan plasma dan eritrosit diukur dengan

    menggunakan alat baca berskala khusus. Cara mikrohematokrit ini cepat dan

    mudah tetapi daya sentrifugal sentrifus harus dikontrol dan posisi tabung pada

    saat membaca dengan skala harus tepat.

    2.7.4 Nilai Normal Hematokrit

    Anak : 3338 %

    Pria Dewasa : 4050 %

    Wanita Dewasa : 3644 %

    (Gandasoebrata, 2007)

    2.7.5 Faktor yang memengaruhi pemeriksaan hematokrit

    Faktor dari keadaan eritrosit (Sel Darah Merah) :

    a.

    Jumlah eritrosit; Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak

    (polisitemia) maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit

    sedikit (dalam keadaan anemi) maka niali hematokrit akan menurun.

    b. Ukuran eritrosit; Ukuran sel darah merah dapat mempengaruhi

    vikositas darah. Vikositas darah yang tinggi maka nilai hematokrit

    juga akan tinggi.

    c. Bentuk eritrosit; apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka

    akan terjadi trapped plasma sehingga nilai hematokrit meningkat