FILM DOKUMENTER “IBUKU BUKAN TERORIS”repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.12.2878.pdf ·...
Transcript of FILM DOKUMENTER “IBUKU BUKAN TERORIS”repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.12.2878.pdf ·...
FILM DOKUMENTER “IBUKU BUKAN TERORIS”
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Setyo Kurniawan
08.12.2878
kepada JURUSAN SISTEM INFORMASI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
YOGYAKARTA 2012
DOCUMENTARY FILM "MY MOTHER IS NOT A TERRORIST" FILM DOKUMENTER “IBUKU BUKAN TERORIS”
Setyo Kurniawan Melwin Syafrizal
Jurusan Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta
ABSTRACT Phenomenon of Pesantren which is often related to a occurrence - terrorism
occurrence in Indonesia very fretting side of pesantren which wish to join in to become the interior move forward from education side in this State. Likely - processing of pesantren which active sharing from event - terrorism event that happened. This Stigma also likely have sticked to sliver once wide of society perception about terrorism and pesantren so that lessen the society trust to bail science in pesantren.
This thesis is about documentary filming which is studying existence of pesantren and whereof and how actually pesantren which always catch with the terrorism that happened in Indonesia. Also to eliminate the stigma society about skepticism to pesantren during the time, so that by degrees will return the society trust to existence of pesantren.
Expected technological growth System can link the pesantren with the wide society submitting information about how and what role pesantren in fact through the documentary film.
Key Word : Pesantren, Terrorism, Documentary Film, Technology System
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena terorisme yang sering dikaitkan dengan eksistensi pesantren di
Indonesia sangat meresahkan pihak pesantren yang ingin ikut serta menjadi bagian
dalam memajukan bangsa dari sisi pendidikan di Negara ini. Seolah – olah pesantren
mempunyai tendensi keberadaannya dalam peristiwa – peristiwa terorisme yang terjadi.
Stigma ini juga seolah telah melekat erat sekali pada persepsi sebagian masyarakat luas
tentang terorisme dan dunia pesantren sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat
untuk atau menitipkan putra putrinya menimba ilmu di pesantren.
Pesantren juga merasa tersudut dengan keadaan yang terus bergulir di benak
pihak luar dan tuduhan – tuduhan yang tidak semestinya pihak pesantren terima sebagai
akibat dari perbuatan sekelompok radikalis sepihak yang menghendaki lingkungan
mengikuti keyakinannya tanpa toleransi hak asasi manusia.
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana membuat sebuah film dokumenter yang baik dan layak tayang di
media dengan standar dan menajemen produksi yang diperlukan untuk menjaga kualitas
hasil produksi ?
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dimaksudkan untuk memberikan titik fokus pembahasan dan
memberikan arahan yang lebih jelas, maka batasan masalah yang akan dipelajari adalah
ruang lingkup proses pra-produksi, produksi dan pasca produksi.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada jurusan Sistem
Informasi Strata 1 di Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika dan Komputer
AMIKOM Yogyakarta.
2. Memproduksi film dokumenter berjudul IBUKU BUKAN TERORIS
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh gelar Sarjana Komputer ( S.Kom)
2. Menerapkan ilmu teoritis yang didapat oleh penulis selama mengikuti proses
kependidikan di STMIK AMIKOM Yogyakarta dan Mendapat pengalaman tentang
kerja tim yang dilakukan dalam dunia produksi film
3. Sebagai alternatif metode penyampaian informasi pihak Pondok Pesantren
Pabelan kepada masyarakat luas tentang keberadaan dan fungsional pesantren
pada umumnya.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam proses pengumpulan data tertermin dalam
berbagai tahapan yaitu :
Tahap I : Observasi
Tahap II : Survei dan Wawancara
Tahap III : Kepustakaan
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan sebelum halaman pertama
terdapat halaman formalitas yang terdiri dari judul, halaman persembahan, motto, kata
pengantar, dan daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel apabila diperlukan. Dan setelah
bab ke-lima terdapat daftar pustaka dan lampiran. Pembagian bab demi bab dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teori
Bab III : Analisis dan Perancangan Sistem
Bab IV : Implementasi dan Pembahasan
Bab V : Penutup
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Multimedia
Multimedia secara harfiah berasal dari kata Multi yang berarti banyak dan Media
yang berarti piranti atau segala sesuatu yang berhubungan dengan sarana penghubung
agar tercipta komunikasi antar muka. Multimedia tercipta apabila unsur – unsur
pembentuk multimedia dapat terkombinasi dengan benar, unsur – unsur elemen yang
dibutuhkan agar menjadi suatu multimedia adalah seperti video, audio, teks, grafik dan
gambar.
2.2 Sejarah Multimedia
Istilah multimedia berawal dari teater, bukan komputer. Pertunjukan yang
memanfaatkan lebih dari satu medium seringkali disebut pertunjukan multimedia.
Pertunjukan multimedia mencakup monitor video, synthesized band, dan karya seni
manusia sebagai bagian dari pertunjukan.
Sistem Multimedia dimulai pada akhir 1980-an dengan diperkenalkannya
HyperCard oleh Apple pada tahun 1987, dan pengumuman oleh IBM pada tahun 1989
mengenai perangkat lunak Audio visual connection (AVC) dan video adhapter card bagi
PS/2. Sejak permulaan tersebut, hampir setiap pemasok perangkat keras dan lunak
melompat ke multimedia. Pada 1994, diperkirakan ada lebih dari 700 produk dan sistem
multimedia di pasaran.
2.3 Elemen Multimedia
Multimedia terwujud dari beberapa elemen yang saling terintegrasi, yaitu Text,
Text dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam multimedia yang menyajikan
bahasa; Image, Image (grafik) merupakan hasil sebuah pengambilan citra yang didapat
melalui alat penangkap citra, seperti kamera dan scanner, yang hasilnya sering disebut
dengan gambar; Audio, audio (suara) adalah komponen multimedia yang dapat
berwujud narasi, musik, efek suara atau penggabungan di antara ketiganya; Video, video
merupakan sajian gambar dan suara yang ditangkap oleh sebuah kamera, yang
kemudian disusun ke dalam urutan frame untuk dibaca dalam satuan detik; Animation,
animation (animasi) merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada
layer.
2.4 Definisi Film
Sederhananya film dapat juga disebut sebagai gambar hidup atau sinema.
Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Perngertian secara harafiah
film ( sinema ) adalah Cinemathographie yang berasal dari kata cinema + tho = phytos
(cahaya) + graphie = ghrap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis
gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya kita perlu alat
khusus yang sering disebut kamera.
2.5 Jenis – Jenis Film
2.5.1 Film Dokumenter
Film documenter menyajikan realita dengan berbagai cara pembuatan dan
berbagai macam tujuan seperti tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan
propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.
2.5.2 Film Pendek
Film pendek merupakan film dengan durasi yang singkat, biasanya jenis ini
mempunyai durasi dibawah 60 menit. Film ini bisa berupa fiksi maupun non fiksi.
2.5.3 Film Panjang
Pada dasarnya film panjang sama dengan film pendek, hanya saja film ini
mempunyai durasi yang lebih lama, layaknya film panjang mempunyai durasi 60 sampai
100 menit.
2.6 Pengertian Dokumenter
John Grierson pertama-tama menemukan istilah „dokumenter‟ dalam suatu
pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1926), yang berasal dari
Perancis „documentaire‟.
Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen
visual tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema bukanlah
seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan
100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu, dokumenter
pun termasuk di dalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik yang, dalam istilah
Grierson sendiri, disebut „perlakuan kreatif atas keaktualitasan‟ (creative treatment of
actuality).
2.7 Peralatan yang Digunakan
2.7.1 Kamera Foto dan Video
Kamera foto nantinya akan dipakai untuk keperluan pengambilan gambar
sebagai dokumentasi dan behind the scene. Sedangkan kamera video, yang akan
digunakan untuk pengambilan gambar bergerak.
2.7.2 Mikrofon
Mikrofon adalah salah satu alat yang sangat penting dalam proses produksi yang
digunakan untuk mengambil suara / audio dalam proses pengambilan dan perekaman.
2.7.3 Tripod
Alat ini berguna untuk membantu kameramen dalam pengambilan gambar yang
membutuhkan still dengan durasi yang panjang agar gambar bisa tenang dan tidak
goyang saat perekaman.
2.7.4 Lampu / Lighting
Lampu / lighting dipakai saat proses produksi agar mendapatkan pencahayaan
seperti yang sesuai dengan yang diharapkan.
2.7.5 Komputer
Komputer digunakan sebagai alat editing mulai dari transformasi data dari
berbagai sumber alat pada saat produksi dan finishing.
2.8 Klasifikasi Shot dan Gerakan Kamera
2.8.1 Klasifikasi Shot
Klasifikasi atau jenis shot dalam pembuatan video atau film ada beberapa, antara
lain : ECU (Extreme Close Up), VCU (Very Close Up), BCU (Big Close Up), CU (Close
Up), MCU (Medium Close Up), MS (Medium Shot), Three Quarter Shot, LS (Long Shot),
ES (Establish Shot), Two Shot, OSS (Over Shoulder Shot).
2.8.2 Sudut Pengambilan Gambar
Pengambilan gambar dapat dilakukan dari berbagai sisi yang sering disebut
sudut pengambilan gambar, antara lain : Height Angle / Bird eye view, Normal Angle /
Eye Level, Low Angle / Frog eye view, Subjective Camera.
2.8.3 Gerakan Kamera
Pada umumnya gerakan kamera yang sering digunakan terdiri dari empat
gerakan, yaitu : PAN (Panning), Following Pan , Survening Pan , Kecepatan Panning ,
Whipe Pan , Tracking / Dollying , Framing , Tilting.
2.9 Kru
Membuat sebuah film tidak dapat dilakukan seorang diri untuk mendapatkan
hasil yang bagus, untuk itu pekerjaan ini perlu dilakukan secara bersama – sama atau
sering disebut dengan kru. Bagian – bagian kru diantaranya adalah : Produser,
Sutradara, Penulis naskah, Storyboard artis, Kameramen, Pencatat adegan, Manajer
lokasi, Editor.
2.10 Standar Video
Dalam dunia broadcasting atau perfilman ada beberapa standar video yang
dipakai sekarang, diantaranya adalah NTSC, PAL, SECAM dan HDTV.
2.11 Perangkat Lunak yang Dipakai
Produksi video dokumenter diperlukan perangkat lunak / software sebagai media
untuk pengerjaan proyek maupun desain untuk pra-produksi, produksi dan pasca
produksi. Aplikasi utama yang digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini adalah
Adobe premiere Pro CS3. Adobe Premiere merupakan perangkat lunak editing video
digital yang sangat popular di mata masyarakat saat ini.
Gambar 2.6 Tampilan Aplikasi Adobe Premiere Pro CS3
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM
3.1 Analisis
3.1.1 Analisis Masalah
Tujuannya adalah mengetahui permasalahan – permasalahan dan mencari
solusinya guna memperlancar proses produksi itu sendiri, beberapa permasalahan yang
mungkin akan dihadapi nantinya mungkin seperti berikut :
3.1.1.1 Penentuan Ide Dasar, Tema dan Sinopsis Video yang Hendak Dibuat
Ide dibuatnya film dokumenter ini adalah berdasarkan kenyataan yang terjadi
bahwa fenomena terorisme sering dikaitkan dengan dunia pesantren secara general
sehingga dapat mencemari nama baik pesantren.
3.1.1.2 Riset
Pada tahap ini mulai dilakukan kegiatan yang mesti dilihat langsung, baik dari
lokasi, sumber data ataupun keadaan lapangan yang sesungguhnya. Oleh karena itu
pembuat proyek harus terjun langsung ke lapangan. Tahapan – tahapan tersebut antara
lain :
a. Observasi
b. Survey lapangan
c. Wawancara
3.1.2 Analisis SWOT
Tabel 3.1 Analisis SWOT
INTERNAL
STRENGHT
1. Tema yang diangkat cukup menarik karena masih banyak diperbincangkan
2. Objek lokasi cukup dikenal
3. Perijinan penelitian mudah
4. Pihak objek kooperatif untuk bekerja sama
WEAKNESS
1. Sulit memadankan waktu luang antara peneliti dengan objek
2. Keterbatasan alat 3. Cuaca yang tidak
dapat diprediksi 4. Peralatan tidak
bekerja dengan baik 5. Pengatahuan tentang
broadcasting masih minim, belum memenuhi standar
EKSTERNAL
perfilman 6. Artistik yang kurang
optimal
OPPORTUNITY
1. Kesempatan mempraktikkan ilmu yang telah didapat
2. Kesempatan untuk mencoba peralatan broadcast
3. Mengenal dunia luar lebih dalam
4. Belajar bersosialisasi dengan ingkungan yang berbeda
1. Bisa diminta untuk menjadi rekan kerja dengan orang lain
2. Mendapat tawaran untuk bekerja sama membuat film / video
3. Hasil bisa menjadi dokumen penting sebuah lembaga
4. Menjadi media informasi rujukan masyarakat
1. Serirng dipandang sebelah mata sebagai mahasiswa penelitian
2.
TREATH
1. Kondisi cuaca tidak dapat diprediksi
2. Alat rusak 3. Kru terlambat sehingga
mengganggu waktu wawancara
1. Semakin banyak rumah produksi film yang berdiri, menjadi tantangan tersendiri untuk menjadi unggul. Tapi, dengan kreativitas dan profesionalitas yang tinggi serta lobi yang handal diharapkan dapat menuntun prejuangan bersaing
1. Apabila terjadi kerusakan pada alat menjadi kerugian tersendiri
2. Cuaca yang tidak mendukung menjadi meragukan proses pembuatan video
3.1.3 Identifikasi Masalah
Beberapa inti permasalahan yang ada adalah sebagai berikut :
1. Stigma masyarakat kebanyakan tentang dunia pesantren yang sering
dikaitkan dengan peristiwa terorisme.
2. Lingkungan pesantren yang resah terhadap opini – opini bahwa pesantren
memiliki peran dalam mencetak karakter manusia menjadi ekstrem dan
radikal.
3. Memberikan informasi tentang bagaimana dunia pesantren yang
sebenarnya.
3.1.4 Biaya Produksi
Setiap proyek pasti memerlukan biaya untuk mendukung kelancaran proyek
tersebut. Video dokumenter ini juga pasti membutuhkan biaya, estimasi biaya tersebut
antara lain :
1. Sewa kamera video = Rp 400.000,-
2. Kaset MiniDivi = Rp 100.000,-
3. Transportasi = Rp 50.000,-
4. Konsumsi = Rp 350.000,-
a. Makan pagi 5 orang x @10.000,- = Rp 50.000,-
b. Makan siang 2 x 5 orang x @10.000,- = Rp 100.000,-
c. Makan malam 2 x 5 orang x @10.000,- = Rp 100.000,-
d. Lain – lain = Rp 100.000,-
5. Pembuatan ijin dan lain – lain = Rp 25.000,-
6. DVD finishing editing 4 keping @5.000,- = Rp 20.000,-
Total anggaran = Rp 1.295.000,-
3.2 Pra – Produksi
Tahap pra-produksi adalah aktivitas yang dilakukan awal proyek film / video yang
terjadi sebelum proses produksi yang nyata dilapangan, dan berisikan konsep yang akan
dikerjakan di lapangan.
3.2.1 Persiapan Awal
Persiapan awal terdiri atas beberapa tahap dimana setiap tahap menjelaskan
rencana yang akan dilakukan dalam proses pembuatan video dokumenter ini.
3.2.2 Persiapan Jadwal Pembuatan Video
Waktu pelaksanaan yang tersedia sangat sempit, sehingga perlu dibuat agenda
jadwal pembuatan yang tersusun sebagai berikut :
Bulan Januari 2012
Mempersiapkan ide dan konsep skripsi. Survey, Observasi, penyusunan
breakdown dan story board dan melakukan ijin kepada objek dan nara sumber
yang akan diwawancarai.
Minggu I dan II bulan Februari 2012
Shooting dan wawancara. Dan penyempurnaan dari seluruh proses ini akan
dilakukan pada tahap editing.
3.2.3 Jadwal Pengambilan Gambar
Shooting video maupun film memerlukan jadwal untuk shooting supaya dalam
proses produksi dapat diperkirakan waktu dimulai dan waktu selesai. Jadwal shooting ini
berguna supaya para kru dan artis detail kegiatan ini dilakukan. Contoh jadwal seperti
dibawah ini :
Day : 1
Date : 14 April 2012
Location : Pondok Pesantren Pabelan. Magelang, Jawa Tengah
Crew Call : 11.00 WIB
On Cam : 13.00 WIB
Off Cam : 21.00 WIB
3.2.4 Persiapan Kru
Kru dalam pembuatan film dokumenter ini adalah enam orang yang masing mempunyai
tanggung jawab sendiri.
Table 3.2 Kru
Posisi Nama
Produser Setyo Kurniawan
Sutradara Setyo Kurniawan
Kameramen 1. Ridha Ristanto
2. Purna Karyanto Musafirin
Pewawancara Rizqi Nadia Nur‟aini
Editor 1. Setyo Kurniawan
2. Ridha Ristanto
Narator Nida Ameli Furqoni
Transportasi Lulus Sedyono
3.2.5 Persiapan Alat yang Digunakan
Kebutuhan akan perangkat keras yang akan digunakan dalam pembuatan video
dokumenter ini adalah sebagai berikut :
1. Komputer notebook untuk keperluan data mobile dan editing
2. Kamera DSLR Canon EOS 550D
3. Tripod
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Produksi
Produksi merupakan tahap lanjutan atau implementasi dari tahap sebelumnya
yaitu pra produksi yang meliputi kegiatan – kegiatan seperti penentuan ide dan konsep
video yang akan dibentuk. Pada film ini kegiatan produksi dilakukan dengan mengambil
gambar dan suara yang diperlukan dalam keseluruhan video.
4.1.2 Langkah – Langkah Produksi
4.1.2.1 Briefing
Sebelum melaksanakan kegiatan inti yaitu pengambilan gambar, agar lebih
terkondisi, diperlukan briefing kru untuk membahas shooting yang akan dikerjakan secara
teknis.
4.1.2.2 Shooting
Briefing yang sudah selesai dilaksanakan dan segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk shooting telah siap, kini waktunya pengambilan gambar.
4.1.2.3 Preview
Gambar – gambar yang telah berhasil direkam perlu ditinjau kembali apakah
sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum, apabila sudah sesuai maka langsung
dilanjutkan ke adegan selanjutnya dan apabila belum sesuai, dilakukan rekam ulang
sampai mendapat hasil yang diinginkan oleh sutradara.
4.2 Pasca Produksi
Pasca produksi secara sederhana sering disebut proses editing yang dilakukan
setelah pengambilan gambar selesai dilakukan dilapangan. Langkah yang dilakukan bisa
dilakukan dengan cara berikut :
a. Memadukan skenario dan gambar yang diambil
b. Melakukan pemilihan shot yang layak dipakai dan yang tidak terpakai
c. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek
suara
d. Berkomunikasi dengan kru lain yang berhubungan tentang bentuk video yang
akan dibentuk
e. Meneliti kembali hasil edit yang telah selesai tahap pengeditan
4.2.1 Editing
Dunia perfilman terbantu sekali dengan banyaknya program yang dibuat untuk
editing video, program – program itu diantaranya adalah Ulead, Pinacle, Vegas, Windows
Movie Maker, Adobe Premiere, dan masih banyak lagi yang lainnya.
4.2.1.1 Mengcapture Video dari Kamera
Capturing merupakan kegiatan memindahkan gambar / video dari pita kaset
video menjadi data kedalam komputer dan disimpan dalam ruang hardisk. Proses ini bisa
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Adobe Premiere.
Film dokumenter ini tidak memerlukan proses capturing seperti diatas karena
kamera yang digunakan adalah kamera dengan media penyimpanan hardisk / memori
sehingga proses capturing bisa langsung dilakukan dengan memindah data yang ada
pada memori kamera ke komputer.
4.2.1.2 Memulai Project Editing
Proses editing disini adalah kegiatan seperti melakukan pemotongan –
pemotongan film, menata potongan – potongan film yang dirasa tepat dan memberi efek
baik suara narasi dan transisi dengan menggunakan perangkat lunak Adobe Premiere
Pro CS3 untuk kemudian diatur sesuai dengan rancangan storyboard karena pada saat
shooting dilakukan secara acak.
4.2.1.3 Rendering
Proses rendering merupakan tahap finishing atau mengeksport susunan video
yang telah selesai di edit pada Adobe Premiere menjadi file video yang bisa diputar pada
aplikasi player. Langkah – langkahnya sebagai berikut :
a) Pilih menu File > Eksport > Movie
b) Setelah itu muncul kotak dialog eksport file, pilih Setting > General. File Type
pilih AVI, kemudian takan OK
c) Proses rendering sedang berjalan
4.3 Review Editing
Film yang telah selesai di produksi perlu ditinjau lagi untuk mengecek apakah
masih ada bagian – bagian yang perlu diperbaiki dan untuk memastikan bahwa film
tersebut sudah layak dan sesuai dengan keinginan.
4.4 Evaluasi
Setelah selesai melakukan review dan hasilnya dirasa cukup dan sesuai, maka film
masih perlu di evaluasi bersama – sama dengan pihak yang lebih luas. Kegiatan evaluasi
dapat melibatkan :
Ahli sinematografi
Ahli produksi film
Masyarakat umum / penikmat film
Dari keseluruhan hasil korespondensi yang berjumlah 30 orang, dapat diperoleh
data bahwa lebih dari 50% korespondensi yang ikut berpartisipasi dari kalangan
masyarakat awam dan akademisi berpendapat setuju dengan video dokumenter ini untuk
dibuat dan dipergunakan untuk media informasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasar penjelasan dan uraian dari bab – bab sebelumnya sampai pada akhir
laporan ini dan rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa membuat video dokumenter berbeda dengan pembuatan film jenis
lain, baik film panjang maupun film pendek. Dokumenter dibuat berdasarkan fakta yang
terjadi di lapangan dan relatif lebih komplek karena dibutuhkan momentum yang tepat,
peralatan yang lengkap yang sesuai dengan kebutuhan adalah hal yang fundamental
untuk keberhasilan produksi sebuah film. Apabila peralatan yang digunakan tidak
mumpuni akan sangat mempengaruhi hasil dari film yang dibuat.
5.2 Saran
Setelah melakukan berbagai proses tersebut, terlintas beberapa saran agar
produksi sebuah video menjadi lebih baik lagi :
1. Pemilihan perangkat keras yang tepat adalah hal yang sangat penting
karena akan menentukan kualitas video tersebut, baik dari visual maupun
audionya
2. Ide yang dipunyai juga harus dirancang sedemikian rupa agar kerja keras
yang dilakukan mendapat hasil yang memuaskan
3. Perangkat lunak juga perlu sekali untuk diperhatikan sebagai alat pendukung
untuk mendapatkan kualitas video yang bagus
4. Penjadwalan yang tertata rapi dan konseptual akan mempermudah jalannya
produksi
5. Pendanaan juga aspek pendukung yang tidak bisa diabaikan, walaupun
bukan masalah utama
6. Dalam membuat sebuah video dokumenter, hal yang fundamental adalah
kualitas dalam mengolah data yang sesuai dengan realita dan bukan dari
kreatifitas imajinasi belaka .
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, M. 2003. MULTIMEDIA Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing.
Yogyakarta. Andi Offset
Benyahia. S.C, dkk. 2006. A2 Film Studies : The Essential Introduction. Oxon OX14 4RN.
Routledge
http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film, diakses Sabtu, 17 Maret 2012
Jam 13.05 WIB
http://www.perpuskita.com/jenis-jenis-film/121/, diakses Senin, 19 Maret 2012 Jam 14.58
WIB
http://dc303.4shared.com/doc/54fHiNjR/preview.html, diakses Kamis, 31 Mei 2012 Jam
12.21 WIB