Field Lab Kelompok 1

23
LAPORAN FIELD LAB PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE Disusun oleh : Aprila Citra Dara (1313010003) Syarah Mutia Dewi (1313010012) Zaky Rabbani Musaad (1313010016) Afra Bryges Tamia (1313010020) Fadhila Putri Palupi (1313010029) Bayu Aji Wicaksono (1313010033) Abel Oktano Bimantara (1313010035) Fachri Mubarak (1313010037) Nuan Syafrina (1313010043) Faradilla Nur Muliana (1313010047) Preceptor lapangan : Dr. Hendro Harjito Dr. Cahyanita Sayekti Preceptor Fakultas : Dr. Lita Hati Dwi Purnami Effendi

description

aaaa

Transcript of Field Lab Kelompok 1

Page 1: Field Lab Kelompok 1

LAPORAN FIELD LAB

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun oleh :

Aprila Citra Dara (1313010003)

Syarah Mutia Dewi (1313010012)

Zaky Rabbani Musaad (1313010016)

Afra Bryges Tamia (1313010020)

Fadhila Putri Palupi (1313010029)

Bayu Aji Wicaksono (1313010033)

Abel Oktano Bimantara (1313010035)

Fachri Mubarak (1313010037)

Nuan Syafrina (1313010043)

Faradilla Nur Muliana (1313010047)

Preceptor lapangan :

Dr. Hendro Harjito

Dr. Cahyanita Sayekti

Preceptor Fakultas :

Dr. Lita Hati Dwi Purnami Effendi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2015

Page 2: Field Lab Kelompok 1

DAFTAR ISI

Page 3: Field Lab Kelompok 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Demam Berdaarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti,

yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa

penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda

perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan

kesadaran menurun atau renjatan.

a. Penyebab

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk

dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok

flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe,

yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing – masing saling

berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada

manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah

di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering

ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN

1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling

dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit

yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak

yang meninggal.

b. Penularan dan masa inkubasi

Vektor DBD

Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui

gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor

epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti

Ae.albopictus, Ae.polynesiensis dan Ae. niveus juga

dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti

semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-

sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host

yang sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka

merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding

Page 4: Field Lab Kelompok 1

Ae.aegypti. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di

seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Siklus penularan

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue

pada saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang

dalam fase demam akut (viraemia) yaitu 2 hari sebelum

panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk

menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah

penderita yang sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik)

dan tetap infektif selama hidupnya. Setelah melalui periode

inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk

bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan

ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan

ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah

masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari (rata-rata

selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara

mendadak, yang ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri

otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala

lainnya.

Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala

awal penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih

lima hari. Saat-saat tersebut penderita dalam masa sangat

infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam siklus

penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap

kemungkinan digigit nyamuk. Hal tersebut merupakan

bukti pola penularan virus secara vertikal dari nyamuk-

nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.

Masa inkubasi

Infeksi Dengue mempunyai masa inkubasi antara 2 sampai

14 hari, biasanya 4-7 hari.

Host

Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies

dari primate rendah. Tubuh manusia adalah reservoir utama

Page 5: Field Lab Kelompok 1

bagi virus tersebut, meskipun studi yang dilakukan di

Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat

terinfeksi oleh virus dengue sehingga dapat berfungsi

sebagai host reservoir. Semua orang rentan terhadap

penyakit ini, pada anak-anak biasanya menunjukkan gejala

lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Penderita

yang sembuh dari infeksi dengan satu jenis serotipe akan

memberikan imunitas homolog seumur hidup tetapi tidak

memberikan perlindungan terhadap terhadap

infeksi serotipe lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh

serotipe lainnya.

2. Epidemiologi DBD

Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi berarti atas,

demos berarti masyarakat, logos berarti ilmu, sehingga epidemiologi dapat

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejadian di masyarakat.

Epidemiologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang

kejadian dan distribusi dan frekuensi penyakit Dengue (DD/DBD/SSD)

menurut variabel epidemiologi (orang, tempat dan waktu) dan berupaya

menentukan faktor resiko terjadinya kejadian itu di kelompok populasi.

Distribusi yan dimaksud diatas adalah distribusi orang, tempat dan waktu;

sedangkan frekwensi dalam hal ini adalah Insidens, CFR, dll. Determinan

faktor risiko berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi

risiko atas terjadinya penyakit DD/DBD/SSD.

Fogging dan Usaha Pencegahan Pemberantasan DBD.

Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah, antara lain

dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Pelaksanaan pengabutan dengan aplikasi

ultra low volume (ULV) masih merupakan metode yang paling diandalkan dalam

pengendalian vector. Namun metode aplikasi penggunaan bahan kimia jika tidak terkontrol

dapat berakibat pada terjadinya pencemaran lingkungan, serta berpotensi pada terjadinya 

resistensi vector.

Page 6: Field Lab Kelompok 1

Sementara secara teknis, beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pengkabutan antara

lain:

1. Faktor alamiah seperti cuaca yang meliputi faktor angin, suhu, kelembaban, hujan.

2. Faktor sosial seperti masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam melakukan

pemberantasan sarang nyamuk.

3. Faktor teknis seperti peralatan yang digunakan dan pengetahuan petugas dalam

melaksanakan pengendalian vektor DBD.

Metode pengasapan menurut WHO (2000), merupakan metode utama pemberantasan demam

berdarah dengue yang telah dilakukan hampir selama 25 tahun di banyak Negara.

Penyemprotan sebaiknya tidak dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB

atau wabah. Penyemprotan di masyarakat akan menimbulkan rasa aman semu, walaupun

erdasarkan aspek politis metode ini lebih disukai karena terlihat lebih nyata dan pemerintah

terkesan sudah melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan DBD.

Klasifikasi Kasus Dan Berat Penyakit

Sekarang ini disepakati bahwa dengue adalah suatu penyakit yang memiliki presentasi klinis

bervariasi dengan perjalanan penyakit dan luaran (outcome) yang tidak dapat diramalkan.

Diterbitkannya panduan World Health Organization (WHO) terbaru di tahun 2009 lalu,

merupakan penyempurnaan dari panduan sebelumnya yaitu panduan WHO 1997. Klasifikasi

kasus yang disepakati sekarang adalah:

a. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs),

b. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan

c. Dengue berat (severe Dengue)

Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :

Dengue probable :

1.      Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue

2.      Demam disertai 2 dari hal berikut :

a. Mual, muntah

Page 7: Field Lab Kelompok 1

b. Ruam

c. Sakit dan nyeri

d. Uji torniket positif

e. Lekopenia

f. Adanya tanda bahaya

3.      Tanda bahaya adalah :

a. Nyeri perut atau kelembutannya

b. Muntah berkepanjangan

c. Terdapat akumulasi cairan

d. Perdarahan mukosa

e. Letargi, lemah

f. Pembesaran hati > 2 cm

g. Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang

cepat

Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas)

Kriteria dengue berat :

a. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi

cairan dengan distress pernafasan.

b. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi

c. Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran,

gangguan jantung dan organ lain)

Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji

tourniquet, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi uji ini tetapi

sangat membantu diagnosis, sensitivitas uji ini sebesar 30 % sedangkan

spesifisitasnya mencapai 82 %.

Gambaran Klinis DBD

Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3

sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat

sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)

berlangsung sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam,

demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7

hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah

Page 8: Field Lab Kelompok 1

trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.

Tiga tahap presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan.

Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu :

a. Derajat I : Dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket +

(positif)

b. Derajat II : Yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan

lain

c. Derajat III : Ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta

penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80

mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasen tampak

gelisah

d. Derajat IV : Ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapat

diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Diagnosis DBD

Diagnosis klinis :

a. Ditandai demam akut

b. Trombositopenia

c. Perdarahan ringan-berat,

d. Kebocoran plasma hemokonsentrasi

e. Efusi pleura

f. Hipoalbuminemia.

Diagnosis Laboratorium :

a. Pemeriksaan Hematologi Rutin.

b. Uji virology

c. Uji serologi

Terdapat lima uji serologi dasar yang umum digunakan untuk mendiagnosis infeksi

Dengue secara rutin yaitu :

a. Uji hambatan hemaglutinasi (Hemaglutinasi inhibition = HI)

b. Uji Fiksasi komplemen (Complemen fixation = CF)

c. Uji Netralisasi (Neutralization test = NT)

Page 9: Field Lab Kelompok 1

d. IgM Capture enzymelinked immunosorbent assay (MAC ELISA)

e. Indirect lgG ELISA

Pencegahan DBD

Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah, antara

lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Penyemprotan sebaiknya tidak

dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB atau wabah.Upaya yang paling

tepat untuk mencegah demam berdarah adalahmembasmi jentik-jentiknya ini dengan cara

sebagai berikut :

a. Bersihkan ( kuras )tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum dll)

seminggusekali.

b. Tutuplah kembali tempayan rapat-rapat setelah mengambil airnya, agar nyamuk

Demam berdarah tidak dapat masuk dan bertelur disitu.

c. Gantilah air di vas bunga dan pot tanaman air setiap hari

d. Kubur atau buanglah sampah pada tempatnya, plastik dan barang-barang bekas

yang bisa digenangi air hujan

Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk

Abateke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.  Ulangi hal ini

setiap 2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan ditempat itu.

Takaran penggunaan bubuk  Abate adalah sebagai berikut : untuk 10 liter air cukup dengan 1

gram bubuk Abate atau 10 gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila tidak ada alat

untukmenakar, gunakan sendok makan. Satu sendok makan peres (yang diratakan di atasnya)

berisi 10 gram Abate. Anda tinggal membaginya atau menambahnya sesuai dengan

banyaknya air yang akan diabatisasi.Takaran tak perlu tepat betul. (Abate dapat dibeli di

apotik-apotik).

Penyelidikan Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Sesuai rekomendasi Depkes RI, setiap kasus DBD harus segera ditindaklanjuti dengan

penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan lainnya untuk mencegah penyebarluasan atau

mencegah terjadinya KLB. Penyelidikan epidemiologi demam berdarah dengue merupakan

kegiatan pencarian penderita atau tersangka lainnya, serta pemeriksaan jentik nyamuk

penular DBD dirumah penderita atau tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius

Page 10: Field Lab Kelompok 1

sekurang¬kurangnya 100 meter. Juga pada tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber

penularan penyakit. Tujuannya utama kegiatan ini untuk mengetahui ada tidaknya kasus

DBD tambahan serta terjadinya potensi meluasnya penyebaran penyakit padad wilayah

tersebut

Sedangkan pengertian pengamatan penyakit DBD merupakan kegiatan pencatatan jumlah

kasus DBD dan kasus tersangka DBD menurut waktu dan tempat kejadian, yang

dilaksanakan secara teratur dan menyebarkan informasinya sesuai kebutuhan program

pemberantasan penyakit DBD. Laporan kewaspadaan DBD merupakan laporan secepatnya

kasus DBD agar dapat segera dilakukan tindakan atau langkah¬langkah untuk membatasi

penularan penyakit DBD.

Komponen kegiatan diatas antara lain dengan melakukan pengamatan jentik. Pengamatan ini

dilakukan dengan menggunakan indikator ukuran kepadatan jentik yaitu: angka bebas jentik

(ABJ), house index (HI), container index (CI) dan bruteau index (BI). HI lebih

menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah tertentu (Depkes, 1990). Apabila HI

kurang dari 5% menunjukkan kecepatan penularan DBD cukup, sedangkan bila lebih 5%

berarti potensial terjadi penularan DBD.

Hasil penyelidikan epidemiologi akan menentukan langkah selanjutnya dalam pemberantasan

penyakit DBD. Dinas Kesehatan akan melakukan tindakan seperti fogging atau tidak fogging,

dan pokja DBD serta masyarakat melakukan PSN-DBD dengan gerakan 3 M. Tindakan

penanggulangan KLB dilakukan bersama kegiatan penyelidikan epidemiologi, penggerakan

PSN DBD dengan abatisasi, fogging focus dan fogging massal.

Page 11: Field Lab Kelompok 1

TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Mampu menegakkan diagnosis DBD

b. Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi

c. Mampu menentukan adanya kejadian KLB dari hasil penyelidikan

epidemiologi

d. Mampu melakukan pelaporan kasus DBD

e. Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di Indonesia

f. Mampu menentukan tindakan penanggulangan yang harus diambil dari

hasil penyelidikan epidemiologi

g. Mampu menjelaskan cara evaluasi penanggulangan KLB-DBD

Page 12: Field Lab Kelompok 1

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

RESPONDEN 1

a. PELAKSANAAN

Hari / tanggal : Selasa, 13 Januari 2015

Waktu : 08.00 – 12.30 wib

Tempat : Puskesmas Purwokerto Selatan

b. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Usia : 15 tahun

Alamat : Karang klesem

c. CARA KERJA

1. Praktikan datang ke Puskesmas Purwokerto Selatan pukul 08.00 WIB.

2. Praktikan dikumpulkan di aula lantai 2 bersama dengan petugas Puskesmas lainnya.

3. Praktikan menyimak presentasi singkat dari Bp. Dono Nusito mengenai teknik

pelaporan di lapangan.

4. Kemudian presentasi dilanjutkan oleh dr. Nita yaitu cara mendiagnosa Demam

Berdarah Dengue.

5. Praktikan diperkenalkan oleh petugas – petugas dari masing – masing ruangan di

Puskesmas.

6. Praktikan dibagi menjadi 2 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 5 anggota.

7. Praktikan menunggu pasien yang dicurigai Demam Berdarah Dengue diruang Balai

Pengobatan.

8. Praktikan mengucapkan salam, perkenalan diri, kemudian meminta izin untuk

melakukan wawancara dan kemudian melakukan test rumple leed.

9. Melakukan pengukuran tekanan darah dahulu pada lengan kiri pasien dan

didapatkan hasil 120/80 mmHg.

10. Kemudian melakukan test rumple leed pada tekanan 100 mmHg.

11. Kemudian ditahan selama kurang lebih 5 menit.

Page 13: Field Lab Kelompok 1

12. Sambil menunggu, kemudian pasien ditanya keluhannnya dan diajak mengobrol

dengan aktif supaya pasien tidak merasa jenuh dan terasa kesemutan pada

lengannya.

13. Setelah 5 menit selesai, tensimeter dilepas kemudian dilihat hasilnya dengan

bantuan penerangan (senter). Umumnya pada pasien normal tidak timbul petekie.

14. Mencatat hasil pemeriksaan ke kertas sementara setelah itu mengucapkan terima

kasih pada pasien.

15. Praktikan kembali ke ruangan semula untuk melaporkan ulang hasil observasi yang

sudah dilakukan.

RESPONDEN 2

a. PELAKSANAAN

a. Hari / tanggal : Selasa, 13 Januari 2015

b. Waktu : 08.00 – 12.30 WIB

c. Tempat : Puskesmas Purwokerto Selatan

b. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. S

b. Usia : 65 tahun

c. Alamat : Karangpucung

c. CARA KERJA

1. Praktikan datang ke Puskesmas Purwokerto Selatan pukul 08.00 WIB.

2. Praktikan diberikan pengarahan mengenai prosedur pelaksanaan oleh Kepala

Puskesmas Purwokerto Selatan.

3. Praktikan diberikan penjelasan mengenai alur pencatatan KLB ( Kejadian Luar

Biasa ) DBD oleh Bapak Dono Nursito.

4. Praktikan diberikan penjelasan mengenai PE ( Penyelidikan Epidemiologi ) oleh

Bapak Dono Nursito.

5. Praktikan diberikan penjelasan mengenai DBD ( Demam Berdarah Dengue ) oleh

Dr. Cahyanita Sayekti di Puskesmas Purwokerto Selatan.

6. Praktikan melakukan Anamnesis dan tes rumple leed di ruang periksa atas perintah

dokter di Puskesmas Purwokerto Selatan.

7. Praktikan memberikan salam, memperkenalkan diri kemudian meminta ijin untuk

wawancara.

Page 14: Field Lab Kelompok 1

8. Praktikan melakukan tes rumple leed dengan cara mengukur tekanan darah terlebih

dahulu pada lengan kiri hasilnya 140 /90 mmHg.

9. Kemudian praktikan melakukan tes rumple leed pada tekanan 115 mmHg ditahan

selama 5 menit.

10. Sambil menunggu 5 menit pasien diberikan pertanyaan mengenai keluhannya.

Setelah 5 menit, tensimeter dilepas dan dilihat dengan menggunakan senter,

dan hasilya tidak didapatkan petenchie.

RESPONDEN 3

a. PELAKSANAAN

a. Hari, tanggal : Selasa, 13 Januari 2015

b. Waktu : 08.00 – 12.30 WIB

c. Tempat : Puskesmas Purwokerto Selatan

b. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Bapak SD

b. Usia : 71 tahun

c. Alamat: Ganda Suli, Rt.01/01, Karang Pucung, Purwokerto

c. CARA KERJA

1. Praktikan menunggu pasien yang memiliki demam dan akan dilakukan

pemeriksaan.

2. Meminta ijin terlebih dahulu kepada pasien untuk melakukan tes Rumpleed

dan tensi.

3. Melakukan tensi pada lengan kiri dengan hasil 140/80 mmHg.

4. Kemudian tetap memompa manset pada tekanan 140+80/2= 110 mmHg.

5. Ditunggu selama 5 menit, sambil mengajak pasien bercerita tentang

keadaannya agar pasien merasa nyaman.

6. Setelah 5 menit, lepaskan manset dan lihat apakah timbul bercak-bercak

merah pada lengan pasien atau petechie (agar lebih jelas menggunakan senter).

7. Ternyata pasien terdapat lebih dari 10 petechie, maka di sangka Demam

Berdarah.

8. Selanjutnya dari pihak pasien memberikan surat rujukan ke rumah sakit agar

dilakukan pemeriksaan darah untuk memastikan diagnosis Demam Berdarah.

Page 15: Field Lab Kelompok 1

RESPONDEN 4

Page 16: Field Lab Kelompok 1

PEMBAHASAN

Page 17: Field Lab Kelompok 1

PENUTUP

A. Hambatan

Dari hasil field lab yang sudah dilaksakan oleh praktikan di puskesmas Purwokerto

Selatan, ditemukan beberapa hambatan, seperti :

1. Penyelidikan epidemiologi tidak dilakukan/ dipraktekkan langsung sehingga

praktikan masih belum begitu paham mengenai penyelidikan epidemiologi.

2. Tidak ditemukan pasien suspct DBD karena saat praktikan berada BP waktunya

sangat sedikit sehingga puskesmas pun susah untuk mencarikan pasien dengan

suspect DBD.

3. Topik field lab yang tidak sesuai dengan blok yang sedang dilalui oleh praktikan.

Hal ini membuat praktikan kurang memahami materi karena persiapan dan

penjelasan materi tentang field lab yang kurang.

B. Saran

1. Waktu dilakukannya field lab lebih diperpanjang atau mungkin dibuat lebih dari satu

hari agar lebih bisa menemukan pasien yang memiliki kasus-kasus yang bervariasi.

2. Sebaiknya topik yang diberikan sesuai dengan kelangsungan berjalannya blok saat ini,

karena bila diluar dari materi yang diberikan maka pemahaman dari praktikan juga

kurang efektif terhadap jalannya field lab.

Page 18: Field Lab Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectious Diseases

Depkes RI 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

Suroso T, dkk,. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue  dan

Demam Berdarah Dengue. Depkes RI

Suroso T., Umar, A.I. 2000. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD, FK UI.

Jakarta

WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit  Demam Dengua dan Demam

Berdarah Dengue,