faktor pembentukan nikel laterit

download faktor pembentukan nikel laterit

of 30

Transcript of faktor pembentukan nikel laterit

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    1/30

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    2/30

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat-Nya dan hidayah Nya, sehingga alhamdulilah makalah

    Geologi Endapan Laterit dengan judul Faktor Faktor Pembentukan

    Endapan Nikel Laterit dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

    Dalam proses pembuatan makalah ini kami mengalami kesulitan dalam

    melakukan penyusunan, akan tetapi berkat bantuan dari pihak terkait terutama

    kepada temanteman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah

    ini sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimah

    kasih dan penghargaan setinggi-tingginya dan teriring doa semoga ALLAH SWT

    dapat melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal baktinya.

    Kami merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

    kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

    membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.

    Kendari, 23 Oktober 2014

    Kelompok VII

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    3/30

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting, manfaatnya

    begitu besar bagi kehidupan sehari hari, seperti pembuatan logam anti karat,

    campuran pada pembuatan stainless steel, baterai nickel metal hybride, dan

    berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel

    sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak

    1950 permintaan akan nikel rata rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan

    deperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan.

    Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat

    pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0,2 0,4 % (Golightly,

    1981). Jenisjenis batuan tersebut antara lain batuan yang banyak mengandung

    mineral olivin, piroksen, dan amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya

    ditemukan pada daerah tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya

    pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur

    geologi (Elias, 2001).

    Endapan nikel terbentuk melalui suatu proses yang panjang dan memakan

    waktu lama. Proses pembentukan endapan laterit nikel dimulai ketika batuan

    mengalami pengangkatan sehingga tersingkap di permukaan bumi, batuan

    tersebut akan terurai. Adanya pelapukan kimiawi dan fisika menghancurkan

    batuan tersebut hingga menjadi tanah (soil). Apabila batuan tersebut mengandung

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    4/30

    nikel maka pelapukan akan menyebabkan kandungan nikel semakin tinggi. Proses

    pembentukan bijih laterit nikel dimulai dari proses pelapukan batuan ultrabasa

    (Dunit atau Peridotit).Batuan ultrabasa tersusun atas atas mineral olivine,

    piroksen, amfibol, dan mika. Olivin pada batuan ini mempunyai kandungan nikel

    sekitar 0,3 %. Batuan ultrabasa yang mengandung nikel ini mengalami proses

    serpentinisasi, yaitu proses terisinya retakan atau kekar oleh mineral serpentin

    yang kemudian mengalami proses kimiawi yang disebabkan karena adanya

    pengaruh dari tanah. Selanjutnya oleh pengaruh iklim setempat batuan induk

    mengalami pelapukan fisika dan kimiawi. Proses tersebut mengakibatkan

    terbentuknya endapan laterit nikel (Prasetiawati, 2004). Oleh karena itu, karena

    prosesnya yang panjang dan memakan waktu yang tidak sebentar serta proses

    pembentukannya, hal inilah yang menjadi dasar faktor apa saja yang

    mempengaruhi proses pembentukan endapan nikel laterit tersebut.

    I.2 Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah yang dapat disajikan dalam makalah ini adalah

    sebagai berikut :

    1.

    Apakah yang dimaksud dengan endapan nikel laterit ?

    2. Bagaimanakah proses pembentukan endapan nikel laterit ?

    3. Faktor apa saja kah yang mempengaruhi proses pembentukan endapan

    nikel laterit ?

    4. Bagaimanakah profil nikel laterit ?

    I.3 Tujuan Penulisan

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    5/30

    Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

    1. Menyediakan informasi tentang faktor yang mengontrol proses

    pembentukan endapan nikel laterit.

    2. Memahami proses pembentukan endapan nikel laterit.

    3. Mengetahui tentang nikel maupun endapan nikel laterit.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    6/30

    BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1 Endapan Nikel Laterit

    Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses

    pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit

    sendiri diambil dari bahasa Latin later yang berarti batubata merah, yang

    dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan

    bangunan di Mysore, Canaradan Malabryang merupakan wilayah India bagian

    selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu

    lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.

    Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolithatau tubuh

    batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami

    pelapukan, termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang

    masih tampak batuan asalnya.

    Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi

    dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan

    dan bauksit.

    Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan

    suatu material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil

    proses pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan

    tinggi. Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan

    oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    7/30

    II.2 Proses Pembentukan Endapan Nikel Laterit

    Pembentukan nikel laterit secara kimia terkait dengan proses serpentinisasi

    yang terjadi pada batuan peridotite akibat pengaruh larutan hidrotermal yang akan

    merubah batuan peridotite menjadi batuan serpentinite atau batuan serpentinite

    peridotite. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air, serta pergantian

    panas dingin yang bekerja kontinu (berkelanjutan), menyebabkan disintegrasi dan

    dekomposisi pada batuan induk.

    Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah kaya akan CO2 yang berasal

    dari udara dan pembusukan tumbuh tumbuhan akan menguraikan mineral

    mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksen) pada batuan ultrabasa, kemudian

    menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut dalam Si yang cenderung membentuk koloid

    dari partikel partikel silika sangat halus. Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan

    mengendap sebagai ferri hidroksida , akhirnya membentuk mineral mineral

    seperti goethite, limonite, dan hematite dekat permukaan. Bersama mineral

    mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

    Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus mengalir

    kebawah tanah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi

    dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan,

    maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hidrosilikat. Nikel yang

    terkandung dalam rantai silikat atau hidrosilikat dengan komposisi bervariasi

    tersebut akan mengendap pada celahcelah atau rekahanrekahan yang dikenal

    dengan urat urat garnierite dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan

    membentuk suatu senyawa yang disebut saprolite yang berwarna coklat kuning

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    8/30

    kemerahan. Unsur unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai

    bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan

    sebagai dolomite, magnesite, yang biasa mengisi celah celah atau rekahan

    rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat urat ini dikenal sebagai batas

    penunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan

    akar pelapukan (root of weathering).

    Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan

    ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung

    olivin,piroksen, magnesium silikatdan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil

    dan mudah mengalami proses pelapukan.

    Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air

    tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan

    mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan harzburgit tersebut.

    Kandungan olivin,piroksen, magnesium silikat, besi, nikel dansilikaakan terurai

    dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang telah terbentuk tersebut, besi

    akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagaiferri hidroksida.

    Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga

    kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi

    mineral-mineral sepertigoethite (FeO(OH)), hematit(Fe2O3) dan cobalt. Mineral-

    mineral tersebut sering dikenal sebagai besi karat.

    Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan

    magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak

    turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    9/30

    proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan

    unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan

    berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari

    kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan

    unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan

    kombinasinya.

    Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar,

    maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di

    zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock

    (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan

    membentuk mineral garnieritdengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila

    proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses

    pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini

    terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga

    terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena

    muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan musim.

    Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer

    yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering

    disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan

    Harzburgit.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    10/30

    II.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Endapan Nikel Laterit

    Gambar II.1 Skema faktorfaktor yang mempengaruhi sistem pelapukan (ahmad,

    2006)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini

    adalah:

    1. Batuan Asal

    Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan

    nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada

    batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara

    batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak

    stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah

    larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

    Faktor Biologi Tipe Vegetasi

    Pembusukan Vegetasi

    Aktivitas Mikroba

    Aktivitas Manusia

    Faktor Iklim Temperatur Curah Hujan pH Hujan

    Musim

    Faktor Litologi Geomorfologi

    Komposisi batuan induk

    Ukuran butir mineral

    Kestabilan mineral

    Fracture dan joint

    Kombinasi Keseluruhan

    Faktor

    Tingkat keasaman (pH)

    Potensial redoks Kecepatan pelarutan dari

    material

    Faktor Hidrologi Ketersediaan air

    Absorpsi air Pergerakan vertikal air

    Porositas dan drainase Posisi water table

    Sistem Pelapukan

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    11/30

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    12/30

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    13/30

    perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

    penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi

    andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan

    sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk

    topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run

    off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan

    kurang intensif.

    Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan sirkulasi air

    serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk pengendapan bijih

    nikel adalah punggung-punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara 10

    30. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak

    yang mengalir (run-off) dari pada yang meresap kedalam tanah, sehingga yang

    terjadi adalah pelapukan yang kurang intensif. Pada daerah ini sedikit terjadi

    pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis. Sedangkan

    pada daerah yang landai, air hujan bergerak perlahan-lahan sehingga mempunyai

    kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan

    atau pori-pori batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan kimiawi secara

    intensif. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai

    sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan

    mengikuti bentuk topografi.

    6. Waktu

    Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup

    intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Waktu merupakan faktor yang

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    14/30

    sangat penting dalam proses pelapukan, transportasi, dan konsentrasi endapan

    pada suatu tempat. Untuk terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktu

    yang lama, mungkin ribuan atau jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda

    maka terbentuk endapan yang tipis. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan

    pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

    Banyak dari faktor tersebut yang saling berhubungan dan karakteristik profil di

    satu tempat dapat digambarkan sebagai efek gabungan dari semua faktor terpisah

    yang terjadi melewati waktu, ketimbang didominasi oleh satu faktor saja.

    Ketebalan profil laterit ditentukan oleh keseimbangan kadar pelapukan

    kimia di dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi. Tingkat

    pelapukan kimia bervariasi antara 10 50 m per juta tahun, biasanya sesuai

    dengan jumlah air yang melalui profil, dan 2 3 kali lebih cepat dalam batuan

    ultrabasa daripada batuan asam. Disamping jenis batuan asal, intensitas

    pelapukan, dan struktur batuan yang sangat mempengaruhi potensi endapan nikel

    lateritik, maka informasi perilaku mobilitas unsur selama pelapukan akan sangat

    membantu dalam menentukan zonasi bijih di lapangan (Totok Darijanto, 1986).

    II.4 Klasifikasi Nikel Laterit

    Klasifikasi nikel laterit berdasarkan perubahan kandungan mineral, dapat

    dibedakan menjadi 3 tipe (Brand et al, 1998) :

    1.

    Endapan silikat hydrous (Hydrous silicate deposit)

    Endapan silikat hydrous ini adalah endapan nikel laterit yang mempunyai

    kadar Ni paling tinggi yang berkisar 1.8 - 2.5%. saprolit baginn bawah merupakan

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    15/30

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    16/30

    Klasifikasi nikel laterit berdasarkan perubahan kandungan mineral (Brand et al,

    1998).

    II.5 Profil Endapan Nikel Laterit

    Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan

    ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah penutup

    atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.

    1.

    Lapisan Tanah Penutup

    Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan

    berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga sisa-

    sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena terdiri dari konkresi

    Fe-Oksida (mineral Hematite dan Goethite), dan Chromiferous dengan kandungan

    nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0 2 m. Tekstur batuan asal

    sudah tidak dapat dikenali lagi.

    Iron Capping Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang

    laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa

    organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur.

    Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan.

    Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua,

    merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai

    kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-

    mineral hematite, chromiferous.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    17/30

    2. Lapisan Limonit

    Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai

    pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit, dengan

    tebal lapisan berkisar antara 1 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal,

    dan sempat hilang karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur yang

    mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan

    kadar SiO2berkisar 2 5% berat. Sebaliknya kadar Fe2O3menjadi sekitar 60

    80% berat dan kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Zone ini didominasi oleh

    mineral Goethit, disamping juga terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta Kuarsa

    sekunder. Pada Goethit terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium, dan Aluminium.

    Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.

    Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.

    Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar

    tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-

    bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak

    ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah

    menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained,

    merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh

    area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.

    Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,

    lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz,

    gibsite, maghemite.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    18/30

    3. Silika Boxwork

    Putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian

    menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian

    mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral

    opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin

    berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada

    bedrock yang serpentinized

    4. Lapisan Saprolit

    Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah-

    bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan

    tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang terletak

    di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel bertambah, dengan kadar Ni

    keseluruhan lapisan antara 2 4%, sedangkan Magnesium dan Silikon hanya

    sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein Garnierite, Mangan,

    Serpentin, Kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon, dan di beberapa

    tempat sudah terbentuk limonit yang mengandung Fe-hidroksida.

    Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa

    oksida besi, serpentin sekitar

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    19/30

    umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang

    rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims,

    vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa

    kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke

    bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-

    mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya

    diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous

    serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat

    5. Bedrock(Batuan Dasar)

    Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam

    kehijauan, terdiri dari bongkah bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm,

    dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar mineral

    mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe 5% serta Ni dan

    Co antara 0.010.30%.

    Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih

    besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak

    mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan

    batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang

    umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada

    rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%.

    Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas

    serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    20/30

    garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root

    zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

    Skema profil laterit

    II.6 Potensi Sumberdaya Mineral Nikel Laterit di Indonesia

    Sebagian besar sumber nikel dunia yang telah diketahui terkandung dalam

    tipe depositlaterit. Sekitar 72% sumber nikel dunia ditemukan terutama di daerah

    tropis sepertiIndonesia, Kuba, Kaledonia Baru, Filipina dan Australia. Sisanya

    sebesar 28% adalah tipe deposit sulfida terutama terdapat di Kanada dan

    Rusia.Walaupun mayoritas sumber nikel dunia yang diketahui terkandung dalam

    laterit, produksi nikel dari sulfida lebih dominan karena kadar nikel yang lebih

    tinggi dan pengolahan yang lebih mudah dibandingkan dengan tipe deposit laterit.

    Kadar nikel dalam tipe deposit sulfida secara komersial bervariasi antara 0,5-

    8,0%, sedangkan dari tipe deposit laterit sekitar 1,0-2,0%.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    21/30

    Saat ini, Indonesia mempunyai cadangan laterit nikel terindetifikasi sekitar

    1.576 juta ton dengan total kandungan nikel sebanyak 25 juta ton. Hal ini

    menjadikan Indonesia sebagai sumber laterit nikel terbesar ketiga dunia setelah

    Kaledonia Baru dan Filipina.

    II.7 Produksi Nikel

    Variasi sumber nikel dan produk serta ketersediaan teknologi proses

    pengolahan menghasilkan beberapa alternatif proses pengolahan yang berbeda

    tergantung pada bahan baku dan produk yang ingin dihasilkan. Umumnya produk

    nikel dapat dibagi menjadi tiga (3) kelompok:

    1. Nikel murni (kelas I), mengandung 99% atau lebih nikel, seperti nikel

    elektrolitik, pelet, briket, granul, rondel dan serbuk.

    2. Charge nickel (kelas II), mengandung nikel lebih kecil dari 99%, seperti

    ferronickel,nickel matte, sinter nikel oksida.

    3. Bahan kimia, seperti nikel oksida, sulfat, klorid, karbonat, asetat hidroksid,

    dan lain-lain.

    Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya

    ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan

    menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),

    bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit

    sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    22/30

    HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya

    HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.

    Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan

    nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,

    peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

    1. Kominusi

    Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian

    menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan

    galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan

    galian meliputi kegiatan berikut :

    a. Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang

    diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses

    ini bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang

    langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar

    (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai

    ukuran 2,5 cm.

    Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu

    antara lain :

    1. Jaw crusher

    2. Gyratory crusher

    3.

    Cone crusher

    4.

    Roll crusher

    5.

    Impact crusher

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    23/30

    6.

    Rotary breaker

    7.

    Hammer mill

    b. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus

    yang diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral

    berharga, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri,

    Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses.

    2. Sizing

    Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi

    sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah

    satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing

    dibagi menjadi dua antara lain :

    a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)

    Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik

    berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam

    skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

    Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :

    1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

    2.

    Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan

    (undersize).

    Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain :

    1. Hand sieve

    2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive

    3. Sieve shaker / rotap

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    24/30

    4.

    Wet and dry sieving

    Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain :

    1. Stationary grizzly

    2. Roll grizzly

    3. Sieve bend

    4. Revolving screen

    5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)

    6.

    Shaking screen

    7.

    Rotary shifter

    b.

    Klasifikasi (Classification)

    Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan

    pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam

    suatu alat yang disebut classifier.

    Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:

    1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas

    disebut overflow.

    2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian

    bawah (dasar) disebut underflow.

    Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept),

    yaitu :

    a. Partition concept

    b. Tapping concept

    c. Rein concept

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    25/30

    3. Pengeringan (Drying)

    Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang

    berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).

    Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam macam, yaitu antara lain:

    a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di

    atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).

    b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu : tower drier, material (mineral) yang basah

    dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (800

    1000). rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang

    yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan

    arah.

    4. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

    Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi

    sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying,

    bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering

    secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan

    kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel

    logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan

    dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu

    untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan

    operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi

    sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk

    mengikat nikel dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    26/30

    kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini

    disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 7000o

    C.

    5. Peleburan Ditanur

    Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa

    lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai

    umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa

    dengan transfer car ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur

    kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi

    dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga.

    Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut

    kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

    6. Pengkayaan di Tanur Pemurni

    Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen

    menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag

    diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan

    pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan

    penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan

    yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah untuk

    dipisahkan.

    7. Granulasi dan Pengemasan

    Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran

    yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam

    tandis sembari secara terus menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    27/30

    Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran

    halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    28/30

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    29/30

    III.2 Saran

    Sebaiknya materi yang di sajikan bisa lebih maksimal lagi agar pembaca

    tidak mengalami kesulitan memahami makalah yang dibuat.

  • 8/10/2019 faktor pembentukan nikel laterit

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    http://rudhysuryadhy.blogspot.com/2012/03/proses-pengolahan-nikel.html

    (Diakses Tanggal 19 Oktober 2014 Pukul 19.12 WITA)

    Primanda, Alam. 2008. Sebaran Potensi Deposit Nikel Laterit Di Sorowako,

    Sulawesi Selatan. Universitas Indonesia. Jakarta

    http://rudhysuryadhy.blogspot.com/2012/03/proses-pengolahan-nikel.htmlhttp://rudhysuryadhy.blogspot.com/2012/03/proses-pengolahan-nikel.html