FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN...
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
63
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGEMBANGAN
AGROINDUSTRI KOPI OLAHAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG
FACTORS THAT DETERMINE THE DEVELOPMENT OF AGROINDUSTRY
PROCESSED COFFEE IN THE DISTRICT TEMANGGUNG
Eny Hari Widowati
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah
ABSTRAK
Meningkatnya konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri
pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia
mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahunnya, lebih tinggi dibanding
pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Produksi kopi di
Kecamatan Kledung pada umumnya dan di desa Tlahap pada khususnya dijual dalam
bentuk gelondong basah sehingga petani tidak melakukan kegiatan olahan apapun, hal
ini dilakukan karena petani lebih memilih cara termudah untuk menjual produk
pertanian yang dilakukan. Di Desa Tlahap terdapat agroindustri pengolahan kopi ose
kering, kopi bubuk yang masing-masing dikelola oleh kelompok tetapi pelaksanaan
usaha yang dikembagkan masih belum optimal. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor
yang menentukan pengembangan agroindutri kopi olahan. Metode: Penelitian dengan
pendekatan deskriptif kuantitatif, lokasi di Desa Tlahap dan dipilih secara purposive,
responden adalah petani, pengolah, pedagang dan instansi terkait. Pengumpulan data
dengan wawancara dan FGD. Analisis data menentukan faktor-faktor dengan deskriptif
dan scoring. Hasil: Faktor internal memiliki kekuatan: ketersediaan lahan, iklim,
budidaya kopi, ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, instansi
Pembina,kebijakan pemerintah, sarana prasarana, ketersediaan air,terdapat kelompok
pengolah dengan kendala berupa faktor kelemahan:keterampilan, pola tanam
tumpangsari, peralatan, packaging,modal lemah,kontiunitas bahan baku,manajemen
usaha,koordinasi lembaga pembina. Sedangkan faktor ekternal memiliki peluang
pemasaran eksport, ketersediaan kredit,ketersediaan teknologi, kesempatan bermitra,
keuntungan usaha serta harus memperhatikan ancaman berupa produk sejenis, fluktuasi
harga, standarisasi produk,suku bunga, inflasi. Posisi agroindustri pada sel II
menunjukkan bahwa agroindustri pada proses penumbuhan. Strategi yang diterapkan
Meningkatkan produksi dengan kualitas sesuai dengan standar produk melalui
pembinaan dan pengelolaan manajemen bisnis dan penggunaan peralatan yang efisien.
Kata Kunci: Faktor-faktor, Kopi Olahan, Agroindustri.
ABSTRACK
The increasing world coffee consumption became the catalyst for the coffee
processing industry to increase its production. Coffee consumption in Indonesia
experienced an average increase of about 3% annually, higher than the world growth of
coffee consumption averages about 2%. Coffee production in Kledung District in
general and in the village of Tlahap in particular were sold in the form of wood steam
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
64
wet so that farmers don’t do any processed activities, this is done because farmers
prefer the easiest way to sell agricultural product. In the village there are a coffee
processing agro industries Tlahap ose dried, grown coffee, each of which is managed
by the group but the implementation effort developed is still not optimal. Purpose: to
analyze the factors that determine the development of agro industries for processed
coffee. Methods: a descriptive quantitative research approach, the location in the village
of Tlahap and was chosen by purposive, respondents are farmers, processors, traded and
related institution. Data collection with interviews and forum group discussion, data
analysis to determine the factors with descriptive and scoring. Result: internal factors
have the strength: the availability of the land, the climate, the cultivation of the coffee,
the availability of raw materials, quality raw materials, the builder, government policy
agencies, infrastructure, availability of water, there is a group of processors with a factor
of weakness: skill, patterns of cropping intercropping, equipment, packaging, weak
capital, continuities raw materials, business management, coordinating institution
builder. While external factors have an export marketing opportunities, the availability
of credit, the availability of technology, partnering opportunities, business profits and
should pay attention to the threat of similar products, price fluctuations, standardization
of product, interest rates, inflation. Agro industries on the cell’s position II indicates that
agro industries in the process of growth. The strategies implemented to increase
production quality in accordance with product standards through the coaching and the
management of business management and the use of efficient equipment.
Keywords: Factors, Processed Coffee, Agroindustry’s
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian sehingga tidak
dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa sektor pertanian menyediakan
bahan baku industri, lapangan kerja serta merupakan sumber pendapatan dan sumber
devisa negara. Disamping itu sektor pertanian juga memberi imbas dalam peningkatan
Produk Domestik Bruto(PDB) terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor non migas
yang lain sebesar 7,3% yang berarti sektor pertanian mampu memberikan sumbangsih
terhadap pendapatan nasional (BPS, 2009). Berkaitan dengan penyediaan lapangan
kerja disektor pertanian maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menumbuhkan agroindustri seperti dikatakan (Djusniati rasinan. 2011) bahwa industri
merupakan usaha yang perlu dikembangkan oleh pemerintah dan swasta, karena industri
terkait dengan penyerapan tenaga kerja produktif dalam rangka mengatasi
pengangguran. Pengembangan agroindustri yang didasarkan pada kemampuan daerah
dalam menggali keunggulan sumber daya dan potensi daerah diharapkan dapat
meningkatkan nilai produk pertanian, sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani
meningkat. Pengolahan lanjut hasil pertanian dapat memberikan nilai tambah yang
tinggi, meningkatkan daya tahan simpan hasil panen, meningkatkan dan memperlancar
perdagangan, serta meningkatkan kesempatan kerja (Azis,1993 dalam Ulyatu dkk,
2006).
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
65
Indonesia sebagai penghasil kopi pada urutan ke 4 didunia dengan kemampuan
rata-rata produksi selama 9 tahun (2000-2008) setiap tahun mencapai 646.831.4 ton
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,843%/tahun (Direktorat Jendral Perkebunan,
2009). Struktur industri pengolahan kopi nasional belum seimbang hanya 20% kopi
diolah menjadi kopi olahan (kopi bubuk, kopi instan, kopi mix) dan 80% dalam bentuk
kopi biji kering. Dari 20% kopi olahan yang mampu diekspor hanya 3-4% sedangkan
ekspor lainnya dalam bentuk kopi biji kering.
Meningkatnya nilai konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri
pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia
mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahunnya, lebih tinggi dibanding
pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Hal tersebut menjadi
peluang meningkatkan produksi kopi guna memenuhi bahan baku untuk
mengembangkan dan menumbuhkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Produksi kopi di Jawa Tengah selama 5 tahun (2006 s/d 2010) rata-rata sebesar
14.316,88 ton/th yang terdiri dari kopi jenis robusta sebesar 13.018,56 ton/th dan kopi
arabica sebesar 1.298,32 ton/th. Sentra produksi kopi terbesar di Jawa Tengah di
Kabupaten Temanggung dengan rata-rata produksi sebesar 6.193,94 ton/th sehingga
kabupaten temanggung mampu menyumbang produk sebesar 43,26% (BPS Jateng,
2011 dan BPS Temanggung, 2011). Pengembangan agroindustri kopi dapat dilakukan
melalui pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki serta
kelayakan usaha. Untuk meraih sejumlah peluang yang ada tidak hanya dilakukan untuk
pemenuhan volume produksi terhadap pasar, tetapi bagaimana memperkuat daya saing
produk karena keberhasilan pemasaran sangat ditentukan oleh daya saing produk itu
sendiri.
Produksi kopi di Kecamatan Kledung pada tahun 2011 sebesar 302,7 ton dari
luas panen 589,7 ha sehingga produktivitas per ha 1,95 ton. Produksi kopi di Kecamatan
Kledung pada umumnya dan di desa Tlahap pada khususnya dijual dalam bentuk
gelondong basah sehingga petani tidak melakukan kegiatan olahan apapun hal ini
dilakukan karena petani lebih memilih cara termudah untuk menjual produk pertanian
yang dilakukan. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, kelompok di Desa Tlahap
berupaya melakukan pengolahan kopi tetapi masih belum optimal. Belum mampunya
kelompok di Desa Tlahap dalam melakukan kegiatan agroindustri tentunya dipengaruhi
oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar sehingga agroindustri pedesaan yang telah
dirintis masih belum bisa berkembang, oleh karena itu untuk mendorong agar
agroindustri yang ada di Desa Tlahap bisa berkembang harus dilakukan analisis
agroindustri apa yang mempunyai kekuatan untuk dikembangkan di Desa Tlahap.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survai, wawancara dilakukan pada responden
yang terlibat pada pengembangan usaha kopi. Wawancara dengan menggunakan
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
66
kuesioner yang telah disiapkan sebagai pedoman pertanyaan untuk alat pengumpul
data (Singarimbun dan Effendi, 1989). Setelah wawancara dilakukan maka
dilanjutkan Fokus Group Discusion(FGD.)
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (Purposive) dengan
pertimbangan Desa Tlahap merupakan sentra kopi arabica terbesar di Kabupaten
Temanggung dan terdapat kelompok tani yang melakukan prosesing kopi.
3. Responden
Pemilihan sampel dilakukan secara purposive yaitu petani yang melakukan
usahatani kopi yang memiliki luas lahan yang luas, pedagang perantara, kelompok
yang melakukan proses pengolahan kopi ose, kopi bubuk maupun kopi sangrai,
pedagang kopi olahan dan instansi terkait.
4. Ruang Lingkup
Penentuan faktor ekternal dan internal diperoleh dari rangkuman hasil wawancara
dengan responden. Setelah itu diinventarisasi dan dibuat pemilihan faktor internal
dan ekternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri pedesaan.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan agroindustri
dianalisis dengan:
a. Evaluasi faktor peluang dan ancaman pada faktor ekternal (EFE). Langkah-
langkah yang dilakukan adalah
1) Pembobotan dilakukan dengan membuat daftar peluang dan ancaman. Bobot
yang diberi nilai mulai dari
a) Tidak penting = 0,25 b) Kurang penting = 0.50
c) Penting = 0.75 d) Sangat penting = 1.
2) Selanjutnya diberikan ranking.
a) Ranking 1 = Dibawah rata-rata b) Ranking 2 = Rata-rata
c) Ranking 3 = Diatas rata-rata d) Ranking 4 = sangat diatas rata-rata.
3) Tahap selanjutnya kalikan bobot dengan ranking sehingga menghasilkan
weight score, jumlahkan weight score untuk mendapatkan total weight score
( David, 2002 dalam Sufandi 2006),
b. Evaluasi kekuatan dan kelemahan, pada faktor internal dianalisis dengan
evaluasi faktor internal (EFI). Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan cara:
1) Tentukan faktor-faktor kritis dalam kekuatan dan kelemahan sebanyak
10-20 faktor;
2) Pembobotan dilakukan dengan membuat daftar peluang dan kendala.
bobot yang diberi nilai
a) Tidak penting = 0,25 b) Kurang penting = 0.50
c) Penting = 0.75 d) Sangat penting = 1.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
67
3) Selanjutnya diberikan ranking.
a) Ranking 1 = Kelemahan utama, b) Ranking 2 = Kelemahan kecil,
c) Ranking 3 = Kekuatan kecil, d) Ranking 4 = Kekuatan utama
4) Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang
bobot untuk setiap variabel;
5) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total
nilai bobot.
Berdasarkan analisis matrik faktor ekternal dan internal maka akan didapat
peluang dan ancaman yang harus direspon paling besar, serta kekuatan yang
akan dioptimalkan dan kelemahan yang akan dieleminir.
c. Matrik ekternal dan internal (IE). Matrik IE didasarkan pada dua dimensi kunci
total nilai EFI yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi
bobot pada sumbu y.
1) Pada sumbu x total nilai EFI yang diberi:
a) Bobot 1 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah,
b) Bobot 2 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal sedang;
c) Bobot nilai 3 sampai 4 menunjukkan posisi internal yang kuat.
2) Pada sumbu y total nilai EFE yang diberi:
a) Bobot 1 sampai 1,99 menunjukkan posisi ekternal yang lemah,
b) bobot 2 sampai 2,99 menunjukkan posisi ekternal sedang;
c) Bobot nilai 3 sampai 4 menunjukkan posisi ekternal yang kuat
Menurut david (2006) adapun arti pada masing-masing divisi adalah sebagai
berikut:
1) Divisi yang masuk dalam sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai
daerah tumbuh dan kembangkan,
2) Divisi yang masuk dalam sel III, V, VII dapat dikelola dengan cara jaga
dan pertahankan,
3) Divisi yang masuk sel IV,VII dan IX adalah tuai atau divestasi. Sedangkan
keterkaitan antara matrik IE dan matrik SWOT adalah matrik IE
merupakan faktor pengendali dalam melakukan analisis SWOT.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui hambatan dan dukungan pengembangan agroindustri
pedesaan maka harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan agoindustri produk kopi ose kering di Desa Tlahap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain:
1. Faktor Internal
a. Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan yang mempengaruhi pengembangan agroindustri kopi ose
kering di Desa Tlahap terdiri dari:
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
68
1) Ketersediaan lahan
Lahan merupakan faktor yang penting untuk melakukan penanaman kopi.
Potensi lahan untuk ditanami tanaman kopi sebesar 312 ha berupa lahan
bukan sawah milik petani.
2) Iklim
Iklim sangat berpengaruh untuk melakukan budidaya karena iklim
mempengaruhi kesesuaian tumbuh dari tanaman kopi sehingga mampu
menghasilkan produksi yang optimal.
3) Budidaya kopi
Budidaya tanaman kopi yang dilakukan petani sudah sesuai dengan baku
teknis. Umur tanaman bervariasi antara 1 s/d 11 tahun. Pola tanam yang
diterapkan adalah tumpangsari dengan tanaman semusim.
4) Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting untuk
berlangsungnya agroindustri pedesaan kopi ose. Ketersediaan bahan baku
selama lima(5) tahun di Kecamatan Kledung sebesar 302,82 ton, di
Kabupaten Temanggung sebesar 424,34 ton. Dengan demikian porsi
ketersediaan bahan baku di Kecamatan Kledung sebesar 73,24% dan Desa
Tlahap sebesar 11,13%.
5) Kualitas bahan baku
Mutu kopi sangat ditentukan oleh tingkat kemasakan buah, idealnya kopi
dipanen pada saat umur kematangannya optimal ditandai dengan warna
merah. Buah kopi yang dipetik merah akan menghasilkan biji ose berwarana
cerah dan rendemennyapun tinggi (http://pphp). Petani di Desa Tlahap dalam
melakukan panenan sudah mengikuti baku teknis yaitu melakukan petik
merah.
6) Instansi Pembina
Instansi yang membina adalah Dinas Pertanian yang melakukan pembinaan
berkaitan pencapaian kualitas, kuantitas dan kontiunitas produksi. Dinas
Koperasi memberikan sosialisasi agar membentuk koperasi sehingga
kelompok mudah memperoleh pinjaman modal dan memperoleh fasilitas alat
pengolahan kopi. Dinas perindustrian dan perdagangan membina dalam
pengolahan produk kopi serta memfasilitasi pemasaran dan promosi produk
melalui pameran.
7) Kebijakan pemerintah
Komoditas kopi oleh pemerintah Kabupaten Temanggung dinyatakan sebagai
komoditas unggulan dan hal ini dibuktikan sudah tersusunnya kompetensi
inti. Pada kompetensi inti berisi Renstra kegiatan hulu hilir kopi.
8) Sarana dan Prasarana
Kebutuhan input untuk budidaya kopi dapat diperoleh dikios pertanian desa
maupun dipasar parakan yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sarana transpotasi
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
69
mudah diakses dengan kondisi jalan beraspal dan lokasi desa dekat dengan
jalan raya.
9) Ketersediaan Air
Air merupakan faktor penting untuk pencucian karena cara pengolahan
menggunakan cara basah. Ketersediaan air berasal dari 3 sumber air.
10) Kelompok Pengolah
Kelembagaan kelompok tani yang merupakan salah satu kelompok di Desa
Tlahap dengan nama Daya Sindoro memiliki kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan kelompok tani yang lain hal ini disebabkan
kepengurusan kelompok oleh warga yang memiliki kemauan untuk
memajukan desanya, mau berkorban dengan memberi contoh terlebih dahulu
dalam menerapkan inovasi.
b) Faktor Kelemahan
1) Keterampilan
Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk
mengelola sumberdaya yang ada. Keterampilan sumberdaya manusia
tergolong kurang mendukung untuk pengembangan agroindustri sehingga
perlu pendampingan. Kuantitas tenaga kerja pada musim tembakau banyak
yang tercurah untuk melakukan kegiatan aktifitas usaha tembakau.
2) Pola tanam tumpangsari
Budidaya dilakukan dengan pola tumpangsari tentu hasilnya berbeda dengan
pola tanam monukultur. Hasil yang diperoleh responden dalam melakukan
budidaya kopi pada musim panen tahun 2012 rata-rata produktivitas perpohon
minimal 3 kg sehingga dengan luas rata-rata 1,32 ha dan ditanami tanaman
sebanyak 1.300 pohon maka produksi yang dihasilkan mampu sebesar 3,9 ton
gelondong basah.
3) Penjualan Bentuk Gelondong Basah
Produk kopi dijual dalam bentuk kopi gelondong basah dan tergantung pada
pedagang pengumpul. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh maka petani
akan memperoleh harga yang murah dibandingkan petani menjual dalam
bentuk ose kering karena harga penjualan kopi gelondong basah sebesar Rp
4.500,-/kg sedangkan kalau dijual dalam bentuk ose kering sebesar Rp 55.000
untuk Grade A dan Rp 19.000 untuk Grade B.
4) Peralatan Pengolah
Dalam pengembangan agroindustri kopi ose kering di Desa Tlahap peralatan
akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan
sehingga proses produksi menjadi efisien. Peralatan yang dimiliki baru
pulper, sedangkan huller masih menggunakan jasa.
5) Sarana Pengeringan
Pengeringan selama ini dilakukan masih tergantung pada pedagang lain
sehingga penjualan yang dilakukan masih ada kulit tanduknya. Untuk
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
70
pengembangan agroindustri maka tempat dan peralatan harus dipenuhi
sehingga kelompok tidak tergantung kepada pedagang besar lain.
6) Packaging
Kemasan sangat menentukan produk yang dijual, kemasan yang baik akan
melindungi produk dari kerusakan selama pengangkutan, cemaran kotoran,
jamur dan cemaran lain selain itu kemasan juga menjadikan daya tarik
konsumen. Kemasan yang digunakan oleh agroindustri di Desa Tlahap masih
berupa karung-karung bahkan karung yang digunakan juga karung bekas.
7) Modal Lemah
Modal merupakan faktor penting untuk menjalankan agroindustri pedesaan.
Modal disini adalah modal untuk pembelian bahan baku. Kelompok memiliki
modal yang lemah karena modal yang dimiliki diperoleh dari anggota
kelompok dan meminjam ke bank dengan tanggungan salah satu anggota
kelompok.
8) Kontiunitas bahan baku
Produksi kopi merupakan produk yang dihasilkan secara musiman. Tanaman
kopi di Desa Tlahap mulai panen pada bulan April sampai dengan Agustus.
Panenan kopi biasanya tidak dijual petani seluruhnya tetapi petani akan
menyimpan kopi dalam bentuk biji ose kering. Dari hasil wawancara
sebanyak 95% petani melakukan penyimpanan untuk dikonsumsi sendiri,
jumlah kopi yang disimpan rata-rata sebanyak 5% dari produksi kopi yang
dipanen.
9) Manajemen Usaha
Manajemen usaha industri di Desa Tlahap belum dilakukan secara optimal
baik dari segi teknis, pemasarannya dan analisis yang mendalam dalam
pembelian produk karena orientasi kelompok baru dalam menolong petani
agar tidak tergantung pada pedagang pengumpul sehingga petani mempunyai
sedikit posisi tawar.
10) Koordinasi antar lembaga terkait
Pelaksanaan koordinasi antar instansi untuk pengembangan agroindustri
selama ini masih belum bisa sinkron untuk saling mendukung tetapi masing-
masing instansi berjalan sendiri-sendiri.
2. Faktor Ekternal
a. Faktor Peluang
1) Ekspor ke Luar Negeri/Daerah lain
Produk kopi ose kering memiliki potensi untuk dijual ke daerah lain seperti
Bandung, Semarang dan Surabaya. Produk yang dijual ke Surabaya akan
diekspor ke Korea, bahkan permintaan dari industri korea belum bisa
terpenuhi karena terkendala oleh modal dan peralatan.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
71
2) Ketersediaan Kredit
Lembaga pembiayaan yang pernah melakukan pembinaan dan siap membantu
adalah bank mandiri. Pembiayaan digunakan untuk pemasaran dengan cara
ekspor selain itu pembiayaan dapat juga diakses dengan mendirikan koperasi
yang berbadan hukum karena dengan berbadan hokum.
3) Ketersediaan Teknologi
Ketersediaan teknologi untuk melakukan proses budidaya dapat dilakukan
melalui pendampingan dari penyuluh lapangan, perguruan tinggi, badan
penelitian dan pengembangan.
4) Kesempatan Bermitra
Kemitraan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangakan agroindustri agar produk yang dihasilkan secara kualitas
dan kuantitas sesuai standar yang ditetapkan dan produk mudah
pemasarannya sehingga tersedia lapangan kerja. Kemitraan dapat dilakukan
dengan lembaga swasta dengan fasilitasi dari pemerintah. Kemitraan dapat
dilakukan dalam bentuk pembinaan, penyediaan modal, pemasaran dan
penyediaan sarana produksi.
5) Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha merupakan faktor utama yang diprioritaskan oleh pelaku
usaha agroindustri. Keuntungan yang tinggi mudah dicapai karena industri
pedesaan lokasinya dekat dengan penyediaan bahan baku dan peralatan yang
digunakan tidak terlalu tinggi sehingga biaya murah.
b. Faktor Ancaman
1) Produk sejenis dari daerah lain
Produk kopi arabica di Kecamatan Kledung dikembangkan di 10 desa dari 13
desa sedangkan di Kabupaten Temanggung dikembangkan di 12 kecamatan
dari 20 kecamatan. Pengolahan biji kopi ose kering kopi arabica banyak
dilakukan oleh pedagang besar di tingkat kecamatan dan di kabupaten.
2) Fluktuasi harga
Harga kopi dikendalikan oleh industri besar pengolah dan pengekpor kopi,
industri besar biasanya akan memberikan harga yang rendah pada panen raya
dan harga tinggi pada panenan kurang.
3) Standarisasi Produk
Standar produk kopi secara nasional sudah dibuat untuk menentukan kualitas
produk sehingga mengakibatkan produk yang akan dijual harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan untuk pangsa pasar tertentu.
4) Suku Bunga
Permodalan yang akan diakses melalui lembaga pembiayaan untuk
agroindustri memiliki suku bunga yang tinggi ini memberatkan bagi pelaku
karena akan mengurangi biaya modal yang seharusnya bisa digunakan untuk
pembelian bahan baku.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
72
5) Inflasi
Krisis ekonomi yang berkepanjangan tentu saja berpengaruh pada
pengembangan agroindustri karena akan berkaitan dengan harga sarana
produksi sehingga berpengaruh pada meningkatnya harga bahan baku serta
biaya operasional lain seperti tenaga kerja, listrik dan lain sebagainya.
3. Strategi Pengembangan Agroindustri Pedesaan Kopi Olahan
Untuk mengetahui strategi yang akan digunakan, dapat dilakukan evaluasi
terhadap faktor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri
pedesaan kopi ose kering dengan menggunakan evaluasi faktor internal untuk faktor
internal dan evaluasi faktor ekternal untuk faktor ekternal.
a. Evaluasi faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri pedesaan kopi ose
kering terbagi 2 yaitu faktor kekuatan dan kelemahan untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Evalusasi Faktor Internal
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
73
1) Faktor Kekuatan
Faktor yang mempunyai dampak terhadap pengembangan agroindustri
dibandingkan dengan faktor lainnya. 5 Faktor tersebut adalah ketersediaan bahan
baku (0,60), kualitas bahan baku(0,60), sarana dan prasarana(0.60) dan
kebijakan pemerintah(0,60). Ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku,
instansi pembina, kebijakan pemerintah dan sarana prasarana mempunyai nilai 4
yang berarti sangat menentukan pengembangan agroindustri pedesaan. Faktor
kekuatan yang lain mempunyai nilai 3 yang berarti mempunyai pengaruh
terhadap pengembangan agroindustri.
2) Faktor Kelemahan
Faktor utama yang menentukan pengembangan agroindustri pedesaan yaitu
faktor yang mempunyai nilai 1 yaitu faktor keterampilan pelaku agroindustri,
modal yang lemah, sarana pengering, kontiunitas bahan baku, manajemen usaha
dan koordinasi lembaga yang terkait. Untuk faktor lain yang mempunyai nilai 2,
artinya mempunyai pengaruh terhadap pengembangan agroindustri pedesaan
kopi ose kering. Dilihat dari jumlah nilai skor total faktor kekuatan mempunyai
skor sebesar 1,892 sedangkan faktor kelemahan mempunyai skor sebesar 0.611
artinya kekuatan yang ada dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang serta
dapat meminimalisir kelemahan. Sementara total nilai weight score yang didapat
2503 artinya komoditas agroindustri mempunyai nilai yang layak untuk
dikembangkan.
b. Evaluasi faktor ekternal
Faktor ekternal yang mempungai pengaruh terhadap pengembangan agroindustri
kopi ose kering ada 2 yaitu faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Evaluasi faktor Ekternal
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
74
1) Faktor Peluang
Faktor yang menentukan pengembangan agroindustri ada 3 sedangkan faktor
yang berpengaruh dengan ranking 4. Ketiga faktor tersebut antara lain
potensi/kesempatan memasarkan produk keluar negeri atau keluar daerah,
ketersediaan teknologi baik dari prosesingnya maupun peralatan sedangkan yang
ketiga adalah keuntungan usaha untuk agroindustri.
2) Faktor Ancaman
Faktor yang berpengaruh besar adalah faktor produk sejenis dari daerah lain
dengan bobot 0,98 dan standarisasi produk (0,96) apabila dibandingkan faktor
lainnya. Faktor yang menentukan pengembangan agroindustri mempunyai
ranking 3 adalah faktor produk sejenis dari daerah lain dan fluktuasi harga yang
merupakan. Faktor lainnya mempunyai ranking 2 yang artinya memiliki
pengaruh terhadap pengembangan agroindustri pedesaan kopi ose kering. Total
nilai peluang sebesar 2.030 sedangkan total nilai ancaman sebesar 1.067
sehingga total nilai peluang lebih tinggi dibandingkan dengan total nilai
ancaman hal ini menunjukkan pengembangan agroindustri dapat dilakukan
dengan memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya dan mengendalikan
ancaman.
c. Matrik Internal dan Ekternal
Matrik internal dan ekternal digunakan untuk mengetahui strategi umum yang akan
digunakan untuk pengembangan agroindutri pedesaan kopi ose kering di Desa
Tlahap, matrik dapat dilihat pada gambar 1. Pada gambar 1 matrik internal
ekternal(IE) didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor IFE sumbu x
sedangkan total skor EFE pada sumbu y. Berdasarkan hasil analisis diperoleh total
skor IFE sebesar 2.503 dan total skor EFE 3,097. Total skor pada sumbu x 2.503
menunjukkan posisi internal pada nilai 2 sampai 2.99 yang berarti menunjukkan
posisi internal sedang. Untuk total skor pada sumbu y pada nilai 3.907 menunjukkan
posisi ekternal pada nilai 3 sampai 4 yang berarti menunjukkan posisi ekternal kuat,
dengan demikian posisi agroindustri pedesaan kopi ose di Desa Tlahap pada sel II.
Pada sel II menunjukkan bahwa agroindustri pada proses penumbuhan sehingga pada
posisi ini yang harus dilakukan dalam penetapan strateginya.
Gambar 1. Matrik IE untuk pengembangan agroindustri kopi ose kering di
Desa Tlahap
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
75
Agroindustri pedesaan komoditas kopi olahan pada tahap penumbuhan yang artinya
perusahaan masih bersifat konservatif melalui pertumbuhan internal. Pengembangan
usaha diarahkan sepenuhnya untuk meningkatkan volume penjualan, meningkatkan
pangsa pasar dan menumbuh kembangkan loyalitas konsumen(Suwarsono, 1994)
dengan demikian maka strategi yang dilaksanakan untuk pengembangan usaha melalui
strategi pertumbuhan. Menurut Suwarsono(1994) strategi pertumbuhan adalah strategi
bersaing yang berusaha mengembangkan(membesarkan) perusahaan sesuai dengan
ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.
Perusahaan disebut tumbuh jika perusahaan tersebut berhasil misalnya: meningkatkan
volume penjualan, besarnya pangsa pasar yang dikuasai, besarnya laba yang diperoleh,
wilayah pemasaran yang dijangkau, ragam produk yang dihasilkan, harta kekayaan yang
dioperasionalkan, penguasaan teknologi, jumlah karyawan dan ukuran lain yang
ditetapkan. Strategi pertumbuhan yang dapat diterapkan dapat dibedakan sebagai
berikut: 1) Konsentrasi, 2) Perluasan pasar, 3) Pengembangan produk, 4) Intregasi
horizontal, 5) Intregasi vertical, 6) Diversifikasi konsentrik, 7) Diversifikasi
konglomerasi.
PENUTUP
Kesimpulan
a. Faktor Internal yang menentukan pengembangan agroindustri pedesaan kopi ose
kering adalah: Kekuatan dengan faktor penentu: 1) Ketersediaan bahan baku, 2)
Kualitas bahan baku, 3) Instansi Pembina, 4) Kebijakan pemerintah, 5) Sarana
prasarana dan kelemahan dengan faktor penentu: 1) Keterampilan pelaku
agroindustri, 2) Modal yang lemah, 3) Sarana pengering, 4) Kontiunitas bahan
baku, 5) Manajemen usaha dan f) Koordinasi lembaga yang terkait.
b. Faktor Ekternal yang menentukan pengembangan agroindustri pedesaan kopi
ose kering adalah: Peluang dengan faktor penentu: 1) Potensi atau kesempatan
memasarkan produk keluar negeri atau keluar daerah, 2) Ketersediaan teknologi
baik dari prosesingnya maupun peralatan, 3) Keuntungan usaha dan ancaman
dengan faktor penentu: 1) Produk yang sejenis dari daerah lain, b) Standarisasi
produk .
c. Posisi agroindustri kopi ose kering pada sel II yang menunjukkan bahwa
agroindustri pada proses penumbuhan.
Saran
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kopi dengan menerapkan standar
operasional prosedur.
b. Merintis kemitraan dengan swasta dan perbankan untuk mengakses modal dan
pemasaran
c. Melakukan manajemen bisnis untuk perencanaan pengaturan pembelian bahan
baku dan penjualan produk.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
76
d. Penyediaan peralatan pengolahan dan pengeringan untuk memudahkan
pengolahan kopi sehingga produk yang dihasilkan lebih efisien dan dapat dijual
dalam 2 jenis produk yaitu produk kopi HS dan kopi beras.
e. Melakukan kegiatan promosi produk yang dihasilkan melalui iklan, brosur,
pameran dan website klaster, dalam promosi dapat juga dilakukan pemotongan
harga untuk menarik konsumen.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah
2. Kelompok tani Daya Sindoro Kabupaten Temanggung
DAFTAR PUSTAKA
Azis A, 1992. Siapa dan Bagaimana Menggarap Agroindustri. Makalah disampaikan
pada Seminar Nasional Agroindustri III Desember 1992. Yogjakarta
Badan Pusat Statistik Nasional. Indonesia Dalam Angka 2009.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah Dalam Angka. 2011.
Semarang
Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung. Temanggung Dalam Angka. 2011.
Temanggung
David,F.R. 2006. Strategic Management, Edisi 10. PT Salemba Empat. Jakarta
Departemen Pertanian, 2003. Kebijakan dan Program Pembangunan dan pengolahan
Hasil
Djusniati rasinan. 2011. Peranan UMKM Dalam Penyerapan Tenaga Kerja di
Kabupaten Maros. Adiwidia, Edisi Juli 2010 NO 1
Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES
Sufandi, 2006. Strategi Agroindustri Pedesaan di Kabupaten Bengkalis. IPB. Bandung
Suwarsono, 1994. Manajemen Strategik. UPP Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN. Yogjakarta
http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/1/0/1406/masij-soal.kopi.html