Faculty of Medicine and health...

112

Transcript of Faculty of Medicine and health...

Page 1: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 2: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 3: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

ii

Faculty of Medicine and health sciences

School of Nursing

Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi, Januari 2016

Syahir Noer Muhamad, NIM : 1111104000024

Imaging of Cognitive Function in Patient of COPD at RSU KabupatenTangerang

(xvii + 71 Pages + 18 Table + 2 Schemes + 4 Attachments)

ABSTRACT

Human cognitive function consist of orientation time and place, attention, memory, language, visuospacial, eksecutive, dan abstract skill. The cognitive function could alter if hypo perfusion occur. Patients with COPD suffer hypoksia lead to brain hypoperfusi. The aim of the research was to investigate cognitive function of patient with COPD, this study had been carried out during 5 month from March until Jule 2015. Quantitative method was used and descriptive design with cross sectional approach. Has been choosen sample were 48 patient at RSU Kabupaten Tangerang with non probability sampling technique and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result has been delivered 38 out of 48 patient has cognitive function altered whereas 10 of them still normal. Most of them were at above 60 years old 64.8%, 31.5% were around age of 45-59, and 4.2% were below ≤ 44 years old. Mele were most potential of suffering COPD than female (34 male and 5 male on this study). Thus 34 male shown cognitive function altered while female only 4 people. In conclusion cognitive changed could be affected by age and chronic disease of COPD nurse are needed to educate to COPD Patient in order to reduce cognitive changing induced by hypoksia such as COPD.

Key word : Cognitive function, COPD, MoCa

Reference : 58 (2003-2015)

Page 4: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

iii

3

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi, Januari 2016

Syahir Noer Muhamad, NIM : 1111104000024

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

( xvii + 71 Halaman + 18 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran )

ABSTRAK

Perubahan kognitif dapat terjadi jika terjadi hipoperfusi pada otak, penyebab terjadinya hipoperfusi otak yakni kondisi hipoksia pada otak, salah satunya terjadi pada penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada penyakit paru obstruktif kronis yang dilakukan selama 5 bulan dari bulan Maret hingga Juli 2015. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 48 pasien di RSU Kabupaten Tangerang dengan teknik non probability sampling. Pengambilan data menggunakan kuisioner Montreal Cognitive Assesment (MoCa). Hasil penelitian menunjukan dari 48 responden, 38 diantaranya (79.1%) mengalami perubahan fungsi kognitif dan 10 orang (20.9%) memiliki fungsi kognitif yang normal. Rata-rata pasien PPOK yang mengalami perubahan kognitif pada usia ≥ 60 tahun sebanyak 31 orang (64.8%), 45-59 tahun sebanyak15 orang (31.5%) dan ≤ 44 sebanyak 2 orang (4.2%). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak yakni 43 orang (89.6%) di diagnosa PPOK dibanding perempuan sebanyak 5 orang (10.4%), pada laki-laki 34 orang (79.1%) terjadi perubahan kognitif dan 9 orang (20.9%) kognitif normal, pada perempuan 4 orang (80.0%) dengan perubahan kognitif dan 1 orang (20.0%) kognitif normal. Dengan begitu perubahan fungsi kognitif dapat dipengaruhi oleh faktor usia dan penyakit yang menahun maka diperlukan peran perawat sebagai caregiver dalam menekankan edukasi terhadap pasien PPOK agar dapat mengurangi prevalensi kejadian gangguan kognitif pada pasien PPOK.

Kata Kunci : Fungsi Kognitif, PPOK, MoCa

Daftar Bacaan : 58 (2003-2015)

Page 5: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 6: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 7: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 8: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, Berkat rahmat,

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran

Fungsi Kognitif Pada Penderita Penyakit Paru Obstrukstif Kronis di RSU

Kabupaten Tangerang”

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai

gelar sarjana keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta mengembangkan teori-teori yang

penulis peroleh selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan

sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa

penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini sebabkan masih terbatasnya

pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, oleh karena itu,

segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis

terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang

tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 9: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

4. Ibu Nia Damiati, S.Kp, M.SN. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih

sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi

selama 4 tahun masa akademik.

5. Ibu Ns. Mardiyanti, M.Kep.,MDS dan Ibu Maftuhah, Ph.D selaku Dosen

Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan

waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama

proses pembuatan skripsi ini.

6. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep dan Bapak Ns.Waras Budi Utomo., S.Kep.,

MKM.

7. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak ternilai, serta seluruh

staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Perawat RSU Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan dan membantu

peneliti dalam melakukan penelitian.

9. Orang tuaku, Ibu Baiatin Nassa Kardiani dan Bapak Ns.Yayat Ruhiyat., S.Kep

yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan

keberhasilan penulis,serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada

penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, adikku,

Syaifan Bachtiar Nirwansyah, dan segenap keluargaku yang selalu memberikan

semangat tanpa pamrih.

Page 10: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

10. Teman-teman PSIK 2011, PSIK 2010, Kak Yoga, Kak Andri, Kak Egi, Kak Qoys,

Wiwi, Manda dan teman-teman kosan yang telah membantu, memberi masukan,

memberi inspirasi, dan terkhusus untuk Nika Sari Cahyaningrum yang telah

banyak memberikan referensi dan membantu proses perkuliahan dan sebagai

tempat berbagi keluh kesah selama menjadi mahasiswa UIN Jakarta.

11. Teman-teman BEM FKIK 2013-2014 yang telah memberikan pelajaran praktik

berorganisasi.

`Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, Januari 2016

Syahir Noer Muhamad

Page 11: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HAL

Lembar pernyataan...............................................................................................................i

Abstrack..............................................................................................................................ii

Abstrak...............................................................................................................................iii

Pernyataan Persetujuan.......................................................................................................iv

Lembar pengesahan.............................................................................................................v

Riwayat Hidup...................................................................................................................vii

Kata Pengantar....................................................................................................................ix

Daftar Isi............................................................................................................................xii

Daftar Singkatan................................................................................................................xv

Daftar Gambar..................................................................................................................xvi

Daftar Tabel.....................................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................4

C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................5

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................5

E. Manfaat Penelitian.......................................................................................5

F. Ruang linkup................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)....................................................8

1. Definisi PPOK.......................................................................................8

2. Faktor Risiko PPOK .............................................................................9

3. Jenis PPOK .........................................................................................12

4. Komplikasi PPOK ..............................................................................16

5. Pemeriksaan Diagnostik PPOK ..........................................................18

B. Fungsi Kognitif .........................................................................................23

1. Pengertian Fungsi Kognitif .................................................................23

2. Aspek-Aspek Fungsi Kognitif .............................................................24

3. Anatomi Fungsional pada Fungsi Kognitif .........................................26

C. Pengaruh PPOK terhadap Fungsi Kognitif ...............................................29

D. Alat Ukur Fungsi Kognitif.........................................................................31

E. Kerangka Teori .........................................................................................32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ......................................................................................33

B. Definisi Operasional .................................................................................34

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ......................................................................................37

Page 12: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................37

C. Populasi dan Sampel ............................................................. ...................38

D. Instrumen Penelitian ......................................................................... ……40

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ ……42

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ............................................. ……43

G. Pengolahan Data ............................................................................... ……44

H. Analisis Data ..................................................................................... ……45

I. Etika Penelitian .........................................................................................46

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data………………………………………………......................47

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia………... …………................47

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin …………...............47

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan………….....................48

4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Merokok………..............48

5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Penyakit………...............49

6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan.......................................49

7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Trauma Kepal………....................50

8. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Usia…………................50

9. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Jenis Kelamin.................51

10. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Pekerjaan………............51

11. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Merokok……….............52

12. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Pendidikan……..............53

13. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Penyakit……….............54

14. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Trauma Kepala…...........55

15. Distribusi Frekuensi MoCa dengan Jumlah Responden……...............55

16. Distribusi Frekuensi Diagnosa Kerja…………………………...........55

17. Distribusi Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan diagnosa.. ..........56

BAB VI PEMBAHASAN

A. Pembahasan……………………………………………………...............58

1. Gambaran Fungsi kognitif berdasarkan Usia……………..................58

2. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Jenis Kelamin……..............59

3. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan pendidikan………...............60

4. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan pekerjaan………….............60

5. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan status merokok….................61

6. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan riwayat penyakit…...............62

7. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Skor MoCa………...............64

8. Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Diagnosa Kerja….................65

B. Keterbatasan Penelitian…………………………………………..............65

Page 13: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………....................67

B. Saran……………………………………………………………..............68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

DAFTAR SINGKATAN

AGD : Analisa Gas Darah

CHF : Coronary Hearth Failure

EKG : Electrocardiogram

FEV1 : Forced Expired Volume in One Second

FVC : Forced Vital Capacity

GARD : Global Alliance Againts Respiratory Disease

GOLD :Global Inititative for Chronic Obstructive Lung Disease

ICCU : Intensive cardiac care unit

ICU : Intensive care unit

MMSE : Mini Mental State Examination

MoCa : Montreal Cognitive Asessement

NICE : National Institute for Health and Care Excellence

NTT : Nusa Tenggara Timur

PEF : Peak Expiratory flow

PPOK :Penyakit Paru Obstruktif Kronis

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RVC : Relaxed after capacity

SDM : Sumber daya manusia

UIN : Universitas Islam Negeri

WHO : World Health Organization

IgE : Imunoglobulin E

Page 15: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Kerangka Teori……………………………………………………………..31

Kerangka Konsep………...……….………………………………………..32

Page 16: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

DAFTAR TABEL

HALAMAN

1.1Pengkajian menentukan derajat berat asma………………...…………………13

1.2 Klasifikasi PPOK………..……………………………………….……………...18

1.3 Fungsi kognitif berdasarkan skor MMSE…………………………….............29

2.1 Definisi operasional…………………………………………………............35

5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia…………. …………….....52

5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin…. ……………53

5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan………… ………….…….....53

5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat merokok…………………………54

5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat penyakit………………………..54

5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan………………………………..55

5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat trauma kepala…………………..55

5.8 Distribusi proporsi antara fungsi kognitif dengan usia…………………….56

5.9 Distribusi proporsi antara fungsi kognitif dengan jenis kelamin…………..56

5.10 Distribusi proporsi fungsi kognitif dengan pekerjaan…………………….57

5.11 Distribusi proporsi fungsi kognitif dengan riwayat merokok…………….58

5.12 Distribusi proporsi fungsi kognitif dengan status pendidikan……………59

5.13 Distribusi proporsi fungsi kognitif dengan riwayat penyakit……………..60

5.14 Distribusi proporsi antara fungsi kognitif dengan riwayat trauma kepala…61

5.15 Distribusi frekuensi MoCa dengan jumlah responden………………… 61

Page 17: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 18: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah istilah umum yang digunakan

untuk menggambarkan kondisi obstruksi irreversibel progresif aliran udara ekspirasi.

Individu dengan PPOK mengalami kesulitan bernapas, batuk produktif, dan intoleransi

aktivitas (Gede dan Effendy, 2003). The Global Initiative For Chronic Obstructive Lung

Disease (GOLD) tahun 2006, mendefinisikan penyakit PPOK merupakan penyakit yang

dapat dicegah dan diobati, PPOK dapat pula mempengaruhi tingkat keparahan penyakit

pada individu dengan riwayat asma.

Menurut Patrick (2005) faktor genetika yang turut mempengaruhi terjadinya

PPOK adalah defisiensi a1-antitripsin yang merupakan faktor predisposisi

berkembangnya PPOK dini disertai dengan pengaruh faktor lingkungan. Faktor

lingkungan yang menjadi penyebab utama adalah merokok serta resiko tambahan akibat

polutan di tempat kerja atau debu di perkotaan dan gaya hidup perokok aktif yang

mempengaruhi peningkatan jumlah penderita PPOK. Faktor usia juga menjadi faktor

penyebab terjadinya PPOK, rata-rata lanjut usia mengidap PPOK karena sudah

mengalami degeneratif pada fungsi tubuhnya

World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dalam terbitannya, Global

Alliance Againts Chronic Respiratory Disease (GARD) didasari oleh prevalensi PPOK di

dunia yang merupakan masalah kesehatan selama lebih dari 40 tahun dan merupakan

permasalahan di kemudian hari. Perkembangan angka kesakitan dan kematian dari PPOK

sangat tinggi pada negara-negara di Asia dan Afrika selama lebih dari dua dekade.

Estimasi kejadian kisaran 4% hingga 20% pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40

Page 19: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

tahun serta hal tersebut di dukung dengan laporan statistik yang di prakarsai oleh WHO

(2015) bahwa prevalensi perokok pada usia ≥ 15 tahun di Indonesia pada tahun 2012 sangat

tinggi dan di dominasi oleh laki-laki yakni sebanyak 71,8% dan 4% perempuan.

Penderita PPOK di negara maju seperti Amerika di tahun 2006 terbilang cukup tinggi

dan merupakan penyebab kematian keempat yakni sebanyak 120.970 jiwa pada tahun GOLD

(2006). Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

pada tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sendiri masih cukup

mengkhawatirkan karena prevalensi PPOK di Indonesia masih terbilang cukup tinggi dengan

presentasi 4.5% per mil.

PPOK merupakan masalah serius dengan ditetapkannya sebagai penyebab kematian

keempat di dunia, tidak sampai disana beberapa dampak yang diakibatkan oleh PPOK juga

membuat kerugian yang lebih besar. Salah satunya yakni organ yang dipengaruhi oleh PPOK

selain paru sebagai akibat dari komplikasi adalah otak yang merupakan salah satu organ

khusus yang mudah diserang oleh dampak sistemik dari PPOK Thakur et al (2010),

disamping itu PPOK dapat meningkatkan resiko kerusakan neuron yang berhubungan dengan

hipoksemia (Dodd et al, 2009).

Gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK menjadi sebuah topik yang menarik

untuk diteliti pasalnya belum terdapat penelitian terkait gangguan fungsi kognitif pada

penderita PPOK di Indonesia. Sangat penting mengkaji fungsi kognitif pada pasien dengan

PPOK dalam rangka mengoptimalisasi perawatan yang berorientasi pada pasien sebagai

upaya pencegahan komplikasi dari PPOK, sesuai dengan hipotesis penelitian De Carolis et al

(2011) yang menjelaskan bahaya dari komplikasi PPOK yakni terjadinya hipoksia kronik

yang mana hipoksia kronik pada PPOK meningkatkan kejadian neurodegenerasi penyakit

Alzheimer, yang diakibatkan oleh disfungsi mitokondria dan aktivasi program kematian sel.

Page 20: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Gangguan pada fungsi kognitif akan mempengaruhi produktivitas seseorang bahkan

hilangnya kemandirian, terlebih penderita PPOK, pasalnya kemandirian seseorang akan

terhambat karena berdasarkan tanda dan gejala seperti napas pendek, batuk berlebih,

frekuensi ekserbasi, kelelahan, dan depresi dapat berdampak besar pada orang normal

terutama pada pasien PPOK yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan hal

kecil (Barnett, 2006).

Penelitian yang di lakukan oleh Li & Guang (2013) menemukan adanya hubungan

antara tingkat keparahan penderita PPOK dengan gangguan fungsi kognitif. Penelitian ini

dilakukan dengan cara pengukuran fungsi paru, dimana terlihat rendahnya kadar oksigen atau

(PaO2). Kadar PaO2 hanya dapat dilihat melalui pengukuran analisa gas darah melalui cara

pengambilan darah arteri perifer (Barnett, 2006). Rendahnya kadar oksigen yang

menyebabkan terjadinya hipoksemia kronis. Hipoksemia kronis menyebabkan terjadinya

atrofi hippokampus yang berperan sebagai kunci utama terjadinya gangguan kognitif pada

penderita PPOK.

Data prevalensi mengenai gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK di

Indonesia masih belum banyak terkaji seperti data angka kematian dan kesakitan PPOK. Hal

ini menjadi bukti dasar bahwa gangguan fungsi kognitif pada penderita PPOK masih belum

banyak mendapat perhatian dari kalangan klinis dan akademisi. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran fungsi kognitif pada penderita PPOK.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan bahwa PPOK merupakan

salah satu penyakit penyebab kematian keempat di dunia. Meskipun WHO dalam terbitannya

Page 21: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

GOLD menyatakan bahwa PPOK merupakan penyakit yang dapat di obati tergantung dari

tingkat keparahan penyakit akan tetapi penyebab dominan adalah merokok yang menjadi

masalah utama yang cukup memprihatinkan terutama di negara-negara berkembang, bahkan

debu polutan pun dapat berkontribusi terjadinya penyakit PPOK. Meski demikian dampak

dari PPOK lebih besar kerugian yang didapat seperti komplikasi berupa terjadinya gagal

nafas, hipertensi paru, dan gangguan kognitif.

Perubahan fungsi kognitif pada penderita PPOK di Indonesia masih belum banyak

tergali karena dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, budaya, dan latar belakang

pendidikan. Selain itu perubahan fungsi kognitif akibat dari komplikasi PPOK berupa

kejadian hipoksia. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran fungsi

kognitif pada penderita penyakit paru obstruksi kronis.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran demografi yang terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan

terakhir pasien PPOK di RSU Kab Tangerang ?

2. Bagaimana gambaran hasil tes diagnostik yang di sertai diagnosa kerja pada pasien

PPOK di RSU Kab Tangerang ?

3. Bagaimana gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK di Kab Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien

penyakit paru obstruktif kronis di RSU Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran demografi pada penderita PPOK di RSU Kab

Tangerang.

Page 22: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

b. Mengidentifikasi hasil diagnosa kerja pada penderita PPOK di RSU Kab Tangerang.

c. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif pada penderita PPOK di RSU Kab

Tangerang.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan seputar PPOK beserta dengan komplikasinya yang dapat terjadi

dan mekanisme terjadinya gangguan fungsi kognitif.

2. Bagi Perawat

a. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi terhadap perawatan dan intervensi

keperawatan terhadap pasien PPOK.

b. Penelitian ini dapat sebagai tanggung jawab yang bisa dijalankan atas dasar

perawatan pada pasien PPOK dengan dasar pemenuhan kebutuhan dasar biologis,

psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.

3. Bagi pasien PPOK

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi penderita penyakit PPOK untuk

mencegah terjadinya komplikasi berupa perubahan fungsi kognitif pada penderita PPOK

4. Bagi perkembangan pendidikan keperawatan

Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan Medikal Bedah mengenai

pentingnya pengetahuan tentang terjadinya gangguan kognitif pada pasien dengan PPOK

untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan pasien dengan PPOK.

F. Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan oleh mahasiswa program studi ilmu keperawatan di RSU Kabupaten

Tangerang, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien penyakit

paru obstruktif kronis. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan

Page 23: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

metode purposive sampling yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi-eksklusi. Metode

pengambilan data menggunakan kuisioner yang di adaptasi dari Montreal Cognitive

Asessment (MoCa) dan data rekam medis pasien berupa nilai Analisa Gas Darah (AGD), foto

rontgen, dan diagnosa kerja. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga September 2015

yang mana responden yang menjadi subjek adalah pasien yang berada di ruang rawat inap

dan rawat jalan RSU Kabupaten Tangerang.

Page 24: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

1. Definisi PPOK

Menurut Priece and Lorraine (2005) penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang

berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara

sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkhitis kronis, emfisema, dan asma

bronkhial membentuk kesatuan yang disebut PPOK. Sedangkan menurut Djojodibroto

(2009) istilah PPOK ditunjukkan untuk mengelompokan penyakit-penyakit yang

mempunyai gejala terhambatnya aliran udara pernapasan.

Selain itu PPOK yang didefinisikan oleh Global Initiative for Chronic Obstructive

Lung Disease (GOLD) 2006, menyatakan bahwa PPOK merupakan keadaan penyakit

yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible.

Sementara, National institute for health and care excellence (NICE) mendefinisikan

PPOK adalah obstruksi jalan nafas yang di tunjukan karena kombinasi kerusakan dari

parenkim dan jalan nafas.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa PPOK

adalah istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit yang ditandai oleh

hambatan aliran udara yang sepenuhnya tidak irreversibel serta peningkatan resistensi

terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkhitis kronis,

emfisema, dan asma bronkhial membentuk kesatuan yang disebut PPOK.

Page 25: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

2. Faktor Risiko PPOK

1) Faktor risiko primer

1. Merokok

Merokok tembakau merupakan penyebab utama dan paling penting

terjadinya PPOK. Walaupun PPOK dapat terjadi pada pasien yang tidak

merokok, sekitar 90% kasus terjadi pada individu yang merokok secara aktif.

Merokok tembakau bereaksi sebagai bronkhial iritan, yang menyebabkan

perubahan permanen dari kelenjar yang memproduksi mukus dan sampai

hipersekresi mukus. Merokok juga menyebabkan perubahan inflamasi dalam

dinding dari jalan napas dan destruksi dari dinding alveolar, menyebabkan

berkembangnya emfisema pada individu yang rentan (Barnett, 2006).

Merokok merupakan penyebab PPOK yang paling umum, dan mencakup

80% dari semua kasus PPOK yang ditemukan. Dengan risiko perseorangan

meningkat sebanding dengan peningkatan jumlah rokok yang dihisapnya

(Francis, 2008).

2. Defisiensi Alpha-1 antitripsin

Pasien dengan defisiensi alpa-1 antitripsin berisiko berkembangnya

emfisema pada usia dini yaitu antara usia 20 dan 40 tahun dan sering kali

memiliki riwayat penyakit pada keluarga. Pasien dengan defisiensi antitripsin

dan emfisema inhereditas salah satu gen abnormal dari salah satu orang tua,

dengan kata lain orang tua yang memiliki gen karier (Barnett, 2006).

3. Faktor usia

PPOK jarang mulai menyebabkan gejala yang dikenali secara klinis

sebelum mencapai usia 40 tahun. Kasus-kasus ini terkait dengan defisiensi

bawaan dari anti tripsinalfa-1. Ketidakmampuan ini dapat mengakibatkan

Page 26: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

seseorang mengalami emfisema dan PPOK pada usia sekitar 20 tahun, yang

berisiko menjadi semakin berat jika mereka merokok (Francis, 2008).

Klasifikasi usia berdasarkan kategori lansia terdiri sebagai berikut.

1. Pralansia (prasenil)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Maryam dkk, 2008).

2) Faktor Risiko yang Berhubungan

a. Polusi Lingkungan

Terdapat bukti yang kuat bahwa PPOK diperburuk oleh polusi udara,

namun peran polusi dalam etiologi PPOK menunjukkan pengaruh yang lebih

kecil dibandingkan dengan merokok (Bourke, 2003 dalam Barnett, 2006).

b. Faktor Pekerjaan

Beberapa pekerjaan di mana pekerja terpapar dengan batu bara, silica dan

kapas seperti buruh tambang, pekerja tekstil dan pekerja semen, berhubungan

Page 27: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

dengan meningkatkan risiko PPOK. Pajanan logam berat, dan asap las telah

dikenali menyebabkan emfisema sejak tahun 1950 (Barnett, 2006).

c. Infeksi Pernapasan pada Masa Anak-Anak

Infeksi pernapasan pada tahun pertama kehidupan, seperti pneumonia dan

bronkhitis, mungkin mempengaruhi berkembangnya PPOK pada kehidupan

setelahnya. Hal ini mungkin terjadi sebagai hasil belum lengkapnya

perkembangan sistem respirasi saat lahir sampai paru berkembang pada awal

masa dewasa (Stick, 2000 dalam Barnett, 2006).

d. Faktor Sosioekonomi Rendah

Insiden PPOK lebih tinggi pada pasien dengan status sosioekonomi

rendah, terutama tinggal pada daerah pinggiran kota daripada daerah

pedesaan. Merokok juga merupakan hal yang biasa pada populasi ini, namun

tidak menjadi faktor satu-satunya yang terlibat. Faktor lain seperti lingkungan

rumah yang buruk, kondisi yang lembab dan kepadatan yang berlebihan yang

memungkinkan frekuensi dan menyebabkan infeksi respirasi dan menaikkan

polusi udara dalam ruangan (Barnett, 2006).

e. Atrophy dan Hiperesponsif Jalan Napas

Penurunan fungsi paru pada PPOK karena kerusakan akibat infeksi

berulang, yang mana pemulihan fungsi paru tidak dapat diperoleh. Hipotesis

lain menyebutkan bahwa fungsi paru menurun lebih cepat pada pasien

perokok dan yang mempunyai unsur alergi (atopy) dan meningkatnya level

imunoglobulin E (IgE), menyebabkan hiperaktivitas yang dapat dilihat pada

asma (Barnett, 2006).

Page 28: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

3. Jenis PPOK

a. Asma

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri

bronkospasme periodik yaitu kontraksi spasme pada saluran napas (Soemantri,

2008).

1) Tipe-tipe Asma

Asma terbagi menjadi alergik, idiopatik atau non alergik dan campuran :

a) Asma alergik

Merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh allergen misalnya bulu

binatang, debu, makanan, dan lain-lain. Allergen yang paling umum adalah

allergen penyebaran melalui udara (airbone) dan allergen musiman

(Soemantri, 2008). Seringkali Gejala asma dapat meliputi batuk kering

intermiten, mengi, dada sesak, dispnea sering kali setelah terpajan stimulus

(Brashers, 2007).

b) Asma idiopatik atau non allergen

Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung dengan

alergen spesifik seperti Infeksi saluran nafas atas, emosi, pilek/flu, dan

aktivitas fisik berlebih. (Soemantri, 2008).

Beberapa agen farmakologis seperti beta-adrenergik dan agen sulfite

(penyedap rasa) juga dapat berperan sebagai faktor pencetus. Bentuk asma ini

biasanya dimulai pada saat dewasa (>35 tahun).

c) Asma campuran

Adalah asma yang terdiri dari komponen asma ekstrinsik dan instrinsik.

Sebagian besar pasien asam instrinsik dan ekstrinsik akan berlanjut menjadi

Page 29: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

bentuk campuran (Priece and Lorraine, 2005). Asma tipe ini pada kasus klinis

merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan (Soemantri, 2008).

2) Manifestasi Klinis Asma

Gejala asma terdiri atas triad : dispnea, batuk, dan mengi. Gejala sesak

napas sering dianggap sebagai gejala yang harus ada. Adapun gambaran klinis

penderita asma :

a) Gambaran objektif :

Kondisi penderita asma seperti sesak napas parah disertai wheezing,

disertai batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan, bernapas dengan

menggunakan otot-otot napas tambahan, dapat berupa sianosis, takikardi,

gelisah serta cemas.

b) Gambaran subjektif :

Penderita mengeluh sukar bernapas, sesak, dan anoreksia (Soemantri, 2008).

Tabel 2.1 pengkajian menentukan derajat berat asma

Sumber : Soemantri (2008)

b. Bronchitis Kronik

Bronkhitis adalah radang pada bronkus yang biasanya mengenai trachea

dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringo trakheo bronkhitis.

Istilah bronkhitis kronis juga menunjukan kelainan pada bronkus yang sifatnya

menahun (Soemantri, 2008).

Manifestasi klinis Skor 0 Skor 1

a. Penurunan toleransi beraktivitas b. Penurunan otot bantu napas tambahan, adanya

retraksi interkostalc. Wheezingd. Respiratory per menite. Pulse rate per menitf. Teraba pulsus paradoksusg. Puncak expiratory flow rate (L/Menit)

Ya Tidak ada

Tidak ada<25<120Tidak ada>100

TidakAda

Ada>25>120Ada<100

Page 30: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Temuan utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa

bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltrasi

sel-sel radang dan edema mukosa bronkus (Priece and Lorraine, 2005).

1) Etiologi Bronkhitis Kronik

Terdapat beberapa jenis bakteri penyebab bronkhitis, yaitu

Staphylococcus, Sreptococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus

influenza. Selain pajanan bakteri, bronchitis dapat disebabkan oleh alergi,

polusi udara, terutama asap rokok (Soemantri, 2008).

2) Manifestasi Klinis Bronchitis Kronis

penampilan umum cenderung overweight, sianosis akibat pengaruh

sekunder polisitemia, edema akibat CHF (Coronary heart failure) dekstra,

dan barrel chest. Adanya temuan pembesaran jantung, cor pulmonal, dan

di dapat hematokrit > 60% serta riwayat merokok yang positif (+).

c. Emfisema

Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai

oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan

(Soemantri, 2008). Demikian pula menurut Djojodibroto (2009) menyatakan

bahwa emfisema merupakan keadaan paru yang abnormal, yaitu pelebaran

rongga udara pada asinus yang sifatnya permanen.

1) Tipe Emfisema :

Terdapat beberapa tipe emfisema berdasarkan bagian paru-paru :

a) Emfisema sentriolobular

Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakan

bronkhiolus, biasanya pada daerah paru-paru bagian atas. inflamasi

Page 31: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

merambah sampai bronkhiolus sampai bronkhiolus tetapi biasanya

kantung alveolus tetap bersisa.

b) Emfisema panlobular

Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umumnya juga merusak

paru-paru bagian bawah. Tipe ini sering disebut centracinar emfisema,

seringkali timbul pada perokok. Panacinar timbul pada orang tua dan

pasien dengan defisiensi enzim alpha-antitripsin.

c) Emfisema paraseptal

Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs

(udara dalam alveoli) atau disebut dead space di sepanjang perifer

paru-paru (Soemantri, 2008)

4. Komplikasi PPOK

a. Cor Pulmonal

Cor pulmonal adalah kegagalan jantung pada sisi kanan yang disebabkan

oleh peningkatan ketegangan dan tekanan pada ventrikel kanan. Peningkatan

resistensi pembuluh darah paru mengakibatkan induksi hipoksia terhadap

vasokontriksi pada kapiler pembuluh darah paru yang menghasilkan tegangan

yang berlebih pada sisi jantung sebelah kanan. Pada akhirnya hal ini mengacu

pada hipertrofi dan kegagalan pada ventrikel kanan. Hasilnya terjadinya

edema peripheral berkembang menjadi kegagalan jantung sebelah kanan,

dimana merembesnya cairan keluar dari kapiler masuk ke jaringan sekitar

(Barnett, 2006).

Cor pulmonal akut merupakan dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan

dekompensasi. Cor pulmonal kronis merupakan bentuk cor pulmonal yang

paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat

Page 32: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

penyakit paru-paru atau adanya kelainan pada toraks, sehingga menyebabkan

hipertensi dan hipoksia sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan (Somantri,

2007).

1) Etiologi Cor pulmonal

Secara umum cor pulmonal disebabkan oleh :

a) Penyakit paru-paru yang merata. Terutama emfisema, bronkhitis

kronis, dan fibrosis akibat tuberkulosis.

b) Penyakit pembuluh darah paru-paru. Terutama thrombosis dan

embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan

elastistisitas pembuluh darah paru-paru.

c) Hipoventilasi alveolar menahun. Adalah semua penyakit yang

menghalangi pergerakan dada normal, misalnya; penebalan pleura,

kelainan neuromuskuler, dan kiposkoliosis yang mengakibatkan

penurunan kapasitas rongga toraks sehingga pergerakan toraks

berkurang (Soemantri, 2007)

b. Pneumothorax

Pneumothorax bisa saja muncul secara spontan pada pasien dengan

emfisema. Pada emfisema dengan kerusakan alveoli menjadikan ruang udara

yang cukup besar yang bisa di sebut bula. Hal ini dapat membuat rupture

secara spontan, menyebabkan udara keluar ke cavitas pleura. Gejala dari

pneumothorax termasuk kejadian onset nyeri dada, dan meningkatnya

pernapasan (Barnett, 2006).

c. Polisitemia

Polisitemia terjadi seiring berjalannya waktu secara terus menerus

terhadap rendahnya kadar oksigen di sirkulasi (Hipoksia) dapat membuat

Page 33: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

sebuah peningkatan jumlah sel darah merah. Hal tersebut merupakan cara

tubuh beradaptasi dengan kondisi hipoksia dan lebih banyak menghasilkan

hemoglobin dengan membawa sejumlah oksigen (Barnett, 2006).

5. Pemeriksaan diagnostik PPOK

Pemeriksaan diagnostik PPOK terdiri atas tes fungsi paru, Analisa gas darah,

CT-Scan, dan skreening defisiensi alfa 1-antitripsin

a. Tes fungsi paru-paru

Tes fungsi paru pada PPOK untuk mengetahui diagnosis dan derajat

obstruksi aliran udara yang paling baik dikaji melalui alat spirometri.

Spirometri adalah standar paling untuk pengukuran obstruksi aliran udara

secara akurat pada pasien dengan PPOK.

Spirometri merupakan alat esensial untuk mendiagnosa PPOK karena

adanya perbedaan antara penyakit restriktif dan obstruktif. Berikut beberapa

keterangan hasil dari pengukuran oleh spirometri :

a) FEV1 (forced expired volume in one second) adalah volume udara yang

dihembuskan dalam satu detik pertama atau tekanan ekspirasi setelah

inspirasi maksimal.

b) FVC (forced vital capacity) adalah volume maksimal jumlah udara

yang dapat dihirup (total lung capacity) hingga penghembusan

maksimal (residual volume) yang diukur kembali dengan jeda waktu.

c) RVC (relaxed after capacity) adalah pengukuran ekspirasi tanpa

tekanan, di mana biasanya terdapat hasil lebih besar dibanding FVC

pada pasien PPOK. Caranya sebagai berikut, pasien akan

menghembuskan nafas yang besar dan sekencang-kencangnya dengan

Page 34: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

sekali hembusan setelah menghirup udara maksimal lalu pada saat yang

menghembuskan pasien menjepit hidung.

d) PEF (peak expiratory flow) adalah jumlah aliran udara yang di

hembuskan dengan mengawali hirup nafas sedalam-dalamnya lalu

menghembuskan nafas selama-lamanya sekitar 10 detik.

Tabel 2.2 klasifikasi PPOK. Diadopsi dari National Collaborating Centre For Chronic Condition (2004) dalam Barnett (2006)

Kategori Gejala Tanda

Ringan(FEV1 50-80% perkiraan)

Batuk perokok :Napas pendek

Tidak ada

Sedang(FEV130-49% perkiraan)

Napas sesak dan atauwhezze : batuk disertai sputum

Beberapa tanda

Berat(FEV1<30% perkiraan)

Napas sesak : batuk, wheeze

Hiperinflasi :hipoksia, edema peripheral.

Sumber : Barnett (2006)

b. CT-Scan

Tampilan dari gambar CT-Scan berbeda dengan tampilan gambaran

foto sinar X-ray. Alat ini lebih sensitif, di mana sesuatu yang dihasilkan

gambaran CT berupa potong lintang dan dapat dengan akurat menentukan

lokasi lesi.

c. EKG (elektrokardiogram)

EKG merupakan alat yang berguna mendeteksi penyakit jantung

iskemik dan aritmia. Pasien dengan cor pulmonal dapat menunjukan adanya

hipertrofi pada ventrikel kiri.

Page 35: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

d. Skreening defisiensi alpha 1-antitripsin :

Merupakan faktor resiko yang langka bagi penderita PPOK yang

merupakan faktor keturunan adanya defisiensi enzyme tersebut. Pada

kasusnya enzyme tersebut mencegah terjadinya kerusakan enzim proteolitik

di paru-paru. Namun pada pasien yang telah lama menderita emfisema

antara usia 20-40 tahun atau memiliki riwayat pada keluarga yang erat

menderita penyakit tersebut, maka alpha 1-antitripsin dapat diukur. Sebuah

konsentrasi serum di bawah 15-20% dari nilai normal dapat di indikasikan

terjadinya defisiensi. (Barnett, 2006).

e. Analisa gas darah

Analisa gas darah (AGD) merupakan salah satu tes diagnostik untuk

menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan

melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenisasi dan status asam

basa. Komponen yang terdapat dalam pemeriksaan AGD adalah pH, PCO2,

PO2, saturasi O2 (Muttaqin, 2008).

Pengukuran AGD merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi

keseimbangan asam-basa. Untuk menilai hasil pemeriksaan AGD,

sebelumnya pemeriksa harus memahami arti dari komponen tersebut :

1) pH mengukur konsentrasi H+ untuk menunjukan status asam-basa

darah. Nilai menunjukan apakah pH arteri normal (7,40), asam < 7,40,

atau alkalosis > 7,40. Karena kemampuan mekanisme kompensasi

untuk � Menormalkan� pH, nilai hampir normal tidak menghilangkan

kemungkinan dari gangguan asam-basa.

2) PaCO2 adalah tekanan parsial karbon dioksida pada arteri.

Page 36: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

PaCO2 merupakan komponen pernapasan dari pengaturan asam basa

dan diatur oleh perubahan frekuensi dan kedalaman ventilasi pulmoner.

Hiperkapnea (PaCO2 > 45 mmHg) menunjukan hipoventilasi alveolar

dan asidosis respiratori. Hiperventilasi mengakibatkan pada PaCO2 < 35

mmHg dan alkalosis respiratori. kompensasi respirator terjadi dengan

cepat pada ketidakseimbangan asam basa metabolik. Bila ada

abnormalitas pada PaCO2 terjadi, ini penting untuk menganalisa

parameter ph dan HCO3 untuk menentukan gangguan pernapasan atau

respon kompensasi terhadap abnormalitas asam basa metabolik.

3) PaO2 adalah tekanan oksigen parsial dalam arteri. PaO2 tidak

mempunyai peran pengaturan asam basa bila terdapat dalam rentang

normal. Adanya hipoksemia dengan PaO2 (< 60 mmHg) dapat

menimbulkan metabolisme anaerobik, mengakibatkan produksi asam

laktat dan asidosis metabolik. Terdapat penurunan normal pada PaO2

sesuai pertambahan usia. Hipoksemia juga dapat menyebabkan

hiperventilasi mengakibatkan alkalosis respiratori.

4) Saturasi SaO2 merupakan rasio antara jumlah oksigen aktual yang

terikat oleh hemoglobin terhadap kemampuan total hemoglobin darah

mengikat oksigen (Djojodibroto, 2009).

f. Diagnosa kerja

Merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis tentang kemungkinan

penyakit yang ada pada pasien disebut diagnosis kerja. Setiap diagnosis

kerja harus diiringi dengan diagnosis banding. Ada dua cara membuktikan

diagnosis kerja, yaitu dengan instrumen waktu dan terapi dan kedua dengan

data klinik tambahan.

Page 37: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Pembuktian dengan instrumen waktu dan terapi mengandung

konsekuensi perlunya pemantauan yang ketat khususnya pada kasus yang

potensial (Hardjodisastro, 2006).

B. Fungsi Kognitif

1. Pengertian Fungsi Kognitif

Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memproses, mempertahankan,

dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif mencakup pemikiran,

penilaian, persepsi, perhatian, pemahaman dan memori. Kemampuan kognitif

penting pada individu dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah,

menginterpretasikan lingkungan, dan mempelajari informasi yang baru, untuk

memberikan nama pada beberapa hal (Videbeck, 2008).

Menurut Ginsberg (2008), fungsi kognitif meliputi fungsi otak yang lebih

tinggi, dan dapat di sub klasifikasi menjadi; (1) Fungsi kognitif yang

terdistribusi, yakni fungsi yang tidak terlokalisasi pada region otak tertentu,

namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian pada kedua sisi otak, seperti:

atensi dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif, konduksi sosial dan

kepribadian. (2) Fungsi kognitif yang terlokalisasi, yakni fungsi yang berjalan

tergantung dari struktur dan fungsi normal dari suatu area tertentu pada satu

hemisfer serebri.

Fungsi kognitif dapat didefinisikan dengan semua proses mental yang

meliputi persepsi, memori, kreasi imajinasi, dan berpikir yang membentuk

kesadaran dan kesiagaan serta proses membuat keputusan (Panentu, 2013).

Page 38: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

2. Aspek-Aspek Fungsi Kognitif

a. Atensi dan Konsentrasi

Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan perhatian pada

masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk

mempertahankan fokus tersebut. Atensi yang terpusat merupakan hal esensial

dalam belajar dan memberikan kemampuan untuk memproses item penting

yang dipilih, dan mengabaikan yang lainnya (Lumbantobing, 2008)

b. Orientasi

Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar

dengan pengalaman lampau (Lumbantobing, 2008).

c. Memori

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan & penyandian informasi,

proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh

dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori (Sidiarto,

2003 dalam Hamidah, 2011). Gangguan mengingat sering merupakan gejala

yang pertama timbul pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kognitif

(Panentu, 2013).

Dalam klinik neurologi fungsi memori dibagi tiga tingkatan bergantung

lamanya rentang waktu antara stimulus dan recall, yaitu : (1) memori

segera/Immediate memory, merupakan rentang waktu antara stimulus dan

recall hanya beberapa detik. Pada poin ini dibutuhkan sebuah perhatian untuk

mengingat/attention. (2) memori baru/recent memori merupakan rentang waktu

lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan, bahkan tahun.(3) memori

lama/remote memoy adalah rentang waktunya bertahun-tahun bahkan seumur

hidup (Panentu, 2013).

Page 39: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

d. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif meliputi kemampuan untuk membuat rencana,

beradaptasi, menangani konsep abstrak, dan menyelesaikan masalah, digabung

dengan aspek sosial dan kepribadian misalnya inisatif, motivasi, dan inhibisi

(Ginsberg, 2005).

e. Visuospasial

Merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru

berbagai macam gambar misal lingkaran dan menyusun balok-balok. Semua

lobus berperan dalam kemampuan konstruksi. (Sidiarto, 2003 dalam Hamidah,

2011).

f. Bahasa

Kelainan pada bahasa merupakan syarat pertama untuk menegaskan adanya

bukti hilangnya sebagian besar fungsi otak dapat lebih spesifik pada region

otak berdasarkan kerja pada broca (Larner, 2008).

3. Anatomi Fungsional pada Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif terbagi dalam beberapa fungsi namun masing-masing

fungsinya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, tetapi sebagai kesatuan yang

disebut sistem limbik (Hamidah, 2011).

Sistem limbik terdiri dari amigdala, hipokampus, nukleus talamik anterior,

girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus,

dan korpus mamillare. Sementara alveus, fimbria, formiks, traktus

mamilotalamikus, dan striae terminalis membentuk jaras-jaras penghubung

sistem ini.

Page 40: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Gambar 2.1 Sumber :http://spinwarp.ucsd.edu/Neuroweb/Text

Para sentral limbik meliputi memori, pembelajaran, motivasi, emosi,

fungsi neuroendokrin, dan aktivitas otonom. Struktur otak berikut bagian dari

sistem limbik :

a) Amigdala, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan

predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada

hemisfer kiri predominan untuk belajar emosi pada saat sadar.

b) Hipocampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,

pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses belajar.

c) Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial.

d) Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan

darah, dan kognitif yaitu atensi. Korteks cinguli anterior (ACC)

merupakan struktur limbic terluas, berfungsi pada afektif, kognitif,

otonom, perilaku dan motorik.

e) Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammilary body, dan

septal nukelus, forniks berperan dalam memori dan pembelajaran.

Page 41: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

f) Hipotalamus, berfungsi mengatur sistem saraf otonom melalui produksi

dan pelepasan hormone, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, libido,

dan siklus tidur/bangun, perubahan memori baru menjadi memori jangka

panjang.

g) Thalamus, ialah kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon

membentuk dinding lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat

hantaran rangsang indra dari perifer ke korteks serebri. Dengan kata lain,

thalamus merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif di otak/sebagai

stasiun relay ke korteks serebri.

h) Mamaliari bodies, berperan dalam pembentukan memori dan

pembelajaran

i) Girus dentatus, berperan dalam memori baru dan mengatur rasa bahagia.

j) Korteks entorhinal, penting dalam memori dan merupakan komponen

asosiasi. Sedangkan lobus otak yang ikut berperan dalam kognitif adalah.

a. Lobus frontalis

Fungsi lobus frontalis mengatur motorik, perilaku, kepribadian,

bahasa, memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisis dan

sintesis. Sebagian korteks medial lobus frontal dikaitkan sebagai

bagian sistem limbik, karena banyaknya koneksi anatomik dengan

struktur limbik dan adanya perubahan emosi bila terjadi kerusakan.

b. Lobus parietalis

Berfungsi dalam membaca, persepsi, memori, dan visuospasial.

Korteks ini menerima stimuli sensori (input visual, auditori, takil)

dari area asosiasi sekunder karena menerima input dari berbagai

Page 42: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

modalitas sensori sering disebut korteks hemoromodal dan mampu

membentuk asosiasi sensori. Sehingga manusia dapat

menghubungkan input visual dan menggambarkan apa yang mereka

lihat atau pegang.

c. Lobus temporal

Berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori,

kategorisasi benda-benda, dan seleksi rangsangan auditorik dan

visual.

d. Lobus oksipital

Berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori, dan

bahasa (Hamidah, 2011).

C. Pengaruh PPOK terhadap Fungsi Kognitif

Gangguan kognitif telah ditemukan menjadi salah satu manifestasi di luar

sistem respirasi yang penting pada pasien dengan PPOK (Antonelli et al, 2003

dalam Li et al, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh De Carolis et al (2011)

pada 44 responden dengan penderita PPOK dan non PPOK menunjukkan

bahwa responden dengan PPOK sedikit, namun secara signifikan menunjukkan

performa yang buruk dibandingkan dengan kelompok kontrol pada tes

neuropsikologi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Li et al (2013) sebelumnya

menemukan bahwa gangguan kognitif berhubungan dengan klasifikasi dari

keparahan PPOK. Selanjutnya Li & Guang (2013) meneliti bagaimana

pengaruh PPOK terhadap struktur otak yang mungkin mempengaruhi fungsi

kognitif. Dalam penelitiannya tersebut menemukan bahwa terjadi atrofi pada

Page 43: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

hipokampus yang ditentukan melalui MRI dan penemuan ini berhubungan

secara signifikan dengan PaO2, SaO2 dan hasil MMSE yang mengukur

penurunan kognitif pada pasien PPOK. Salah satu kemungkinan penjelasannya

yakni bahwa pasien PPOK berada dalam status inflamasi yang rendah dan

keterbatasan aliran udara secara terus-menerus yang menyebabkan hipoksemia

kronik.

Hipoksemia kronik adalah mekanisme utama yang dapat berdampak

kurang baik pada fungsi kognitif dan volume hipokampus. Hipoksemia kronik

pada pasien PPOK menstimulasi atrofi hipokampus, yang mana memerankan

peran krusial pada gangguan kognitif. Hipokampus yang berlokasi di dalam

lobus temporal bagian medial merupakan komponen utama pada otak.

Hipokampus terdiri dari dua bagian utama yang tersambung dan empat divisi

histologi. Hal tersebut berperan dalam fungsi kognitif dan yang paling utama

sangat rapuh terhadap efek buruk dari hipoksemia (Li & Guang, 2013).

Penemuan secara morfologi menggunakan MRI menunjukkan bahwa

atrofi pada hipokampus adalah diagnostik biomarker / penanda untuk gangguan

kognitif (Dawe et al, 2011). Rendahnya volume hipokampus yang dideteksi

oleh MRI secara konsisten ditemukan pada gangguan kognitif ringan dan

penyakit Alzheimer (Zhang et al, 2012 dalam Li dan Guang, 2013).

D. Alat Ukur Fungsi Kognitif

1. Montreal Cognitive Assessment (MoCA)

Page 44: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dibuat pada tahun 1966 oleh Dr. Ziad

Nasreddine di Montreal, Canada. MoCA telah dikembangkan sebagai alat

screening cepat untuk gangguan kognitif ringan dan awal demensia Alzheimer.

MoCA mengkaji domain fungsi kognitif yang meliputi; atensi dan konsentrasi,

fungsi eksekutif, memori, bahasa, kemampuan visuo konstruksional, berpikir

konseptual, kalkulasi, dan orientasi (Doerflinger dan Inova, 2012).

Dalam penelitian Crisan et al (2014) berpendapat bahwa instrument MoCA

lebih baik dibandingkan MMSE dalam mendeteksi tahap awal gangguan kognitif.

Dong dan Villeneuve dalam Crisan et al (2014) menguatkan bahwa instrumen

MoCA adalah alat yang lebih unggul dibanding MMSE dalam mendeteksi pasien

dengan gangguan kognitif.

Pernyataan tersebut sebanding dengan validasi terkait kedua instrument yang

dilakukan oleh Friedman (2012) dalam studi thesisnya menyatakan yakni kedua

instrumen MoCA dan MMSE memiliki kelebihan dan kekurangan yang relatif

sama, namun MoCA sedikit lebih baik dalam tingkat keakuratan diagnostik

dibandingkan dengan MMSE dan memperlihatkan sebagai alat yang lebih sensitif.

Berdasarkan dari beberapa penelitian maka peneliti menggunakan instrument

MoCA sebagai alat ukur dalam penelitian ini.

Page 45: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Francis (2008), Lumbantobing (2008), Panentu (2013), Ginsberg (2007), Hamidah (2011), Dawe et al (2011), Li dan Guang-He (2013), Li et al (2013), Barnett

(2006)

↓ Fungsi Kognitif

Faktor Risiko PPOK

1. Primer :- Merokok- Defisiensi Alpha-1

antitripsin

2. Faktor risiko yang berhubungan :

- Polusi lingkungan- Pekerjaan- Infeksi pernapasan

masa kanak-kanak- Atopy dan Hiper-

responsif Jalan Napas

(Barnett, 2006; Francis, 2008)

PPOK

↑ resistensi terhadap aliran

udara

Hipoksemia Kronis

Atrofi pada hippocampus melalui

gambaran MRI

(Li and Guang, 2013)

Pemeriksaan MoCA tool

Pemeriksaan AGD

Komponen Fungsi Kognitif

1. Orientasi 2. Atensi3. Memori4. Fungsi eksekutif5. Visuospasial

(Lumbantobing, 2008; Panentu, 2013; Ginsberg, 2007; Hamidah, 2011).

↓ Oksigenasi serebral

↓ Saturasi O2

Hipocampus sebagai

pembentuk memori

Aktifitas fisik

Sosial

Mental

Daya ingat

Page 46: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep dalam dunia penelitian dapat diartikan segala sesuatu yang bersifat

masih abstrak. Agar konsep ini dapat dimengerti dan dioperasionalkan oleh semua

pihak, maka harus diberikan ukuran dan variabel (Imron dan Amrul, 2010).

Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran fungsi kognitif pada

penderita penyakit paru obstruktif kronis.

Gambar 3.1Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

Gambaran Fungsi Kognitif pada Penderita Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Visuospasial UsiaBahasa Jenis KelaminEksekutif PekerjaanMemori/Delayed recall Tingkat PendidikanAtensi Riwayat MerokokAbstraksi Riwayat Trauma Diagnosa Kerja

(Lumbantobing, 2008; Panentu, 2013; Ginsberg, 2007; Hamidah, 2011).

Page 47: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No.

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Fungsi kogntif Fungsi kognitif merupakan proses berpikir pada manusia yang meliputi fungsi eksekutif, visuospasial, eksekutif, bahasa, delayed recall/memori, atensi, abstraksi, orientasi.

Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner

Kuesioner Montreal Cognitive Assessment(MoCA)

Kuesioner terdiri dari 30 item pernyataan.

≥ 26-30 = Normal< 26 = Tidak Normal

Sumber : www.mocatest.org

Ordinal

2. Karakteristik Responden a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Pendidikan terakhir

Lamanya masa hidup responden berdasarkan tanggal lahir hingga saat ini.

Identitas responden berdasarkan ciri fisik dan biologis.

Tingkat pendidikan formal terakhir responden.

Mengajukan pertanyaan melalu kuesioner

Menanyakan langsung ke responden

Menanyakan langsung responden

Kuisioner data demografi

Kuisioner data demografi

Kuisioner data demografi

1 = < 44 tahun2= 45-59 tahun3= > 60 tahun

1 = Laki-laki2 = Perempuan

1 = Tidak sekolah2= SD3 = SMP4 = SMA 5 = PT

Nominal

Nominal

Ordinal

Page 48: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

d. Pekerjaan

e. Riwayat Merokok

f. Riwayat cidera kepala

Jenis pekerjaan responden

Status merokok responden di masa lalu.

Status responden pernah jatuh di bagian kepala di masa lalu

Menanyakan langsung ke responden

Menanyakan langsung ke responden

Menanyakan langsung ke responden

Kuisioner data demografi

Kuisioner data demografi

Kuisioner data demografi

1 = Tidak bekerja2 = Petani 3= Wiraswasta4 = Buruh5 = Pensiunan6 = TNI/POLRI

1 = Merokok2 = Tidak merokok

1 = Iya2 = Tidak

Nominal

Nominal

Normal

Normal

3. Analisa Gas Darah

AGD adalah pengukuran untuk menentukan status respirasi yang digambarkan melalui status oksigenasi dan status asma basa yang meliputi pH, PCO2, PO2, dan saturasi O2

Melakukan observasi melalui data sekunder berupa rekam medis pasien.

Data sekunder berupa rekam medis pasien

pH 7.35-7.45 = NormalPaO2 80-100 mmHg = NormalPaCO2 35-45 mmHg = NormalSaO2 ≥ 95% = Normal

1= Normal2= Tidak normal

Sumber :Craven and Constance, 2009

Interval

4. Spirometri Merupakan pengukuran fungsi paru-paru dengan melihat fungsi jalan napas

Melakukan observasi pada rekam medis

Data sekunder berupa rekam medis pasien

FEV1 80% atau lebih = NormalFEV1 50 � 79% = SedangFEV1 30-49% = BeratFEV1 < 30% = Sangat berat1 = Normal2 = Tidak normal

Pengukuran dilakukan dengan

Interval

Page 49: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

menghembuskan udara dalam waktu 1 detik

5. EKG Alat yang dapat merekam kelistrikan jantung

Dengan dilakukan observasi pada rekam medis pasien

Data sekunder berupa rekam medis pasien

1 = Normal2 = Tidak normal

Nominal

6. Diagnosa Kerja Diagnosa yang telah ditegakkan oleh dokter dan menjadi patokan untuk menyeleksi responden berdasarkan penyakitnya

Dengan melihat rekam medis

Data sekunder berupa rekam medis

1 = PPOK & TB Paru2 = PPOK & Asma3 = PPOK & DM4 = PPOK & Stroke 5 = PPOK & Hipertensi 6 = PPOK

Nominal

Page 50: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep dalam dunia penelitian dapat diartikan segala sesuatu yang bersifat

masih abstrak. Agar konsep ini dapat dimengerti dan dioperasionalkan oleh semua

pihak, maka harus diberikan ukuran dan variabel (Imron dan Amrul, 2010).

Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu gambaran fungsi kognitif pada

penderita penyakit paru obstruktif kronis.

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

Gambaran Fungsi Kognitif pada Penderita Pasien

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Visuospasial Usia

Bahasa Jenis Kelamin

Eksekutif Pekerjaan

Memori/Delayed recall Tingkat Pendidikan

Atensi Riwayat Merokok

Abstraksi Riwayat Trauma

Diagnosa Kerja

(Lumbantobing, 2008; Panentu, 2013; Ginsberg, 2007;

Hamidah, 2011).

Page 51: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

.

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Fungsi kogntif Fungsi kognitif

merupakan proses

berpikir pada manusia

yang meliputi fungsi

eksekutif, visuospasial,

eksekutif, bahasa,

delayed recall/memori,

atensi, abstraksi,

orientasi.

Mengajukan

pertanyaan

melalui

kuesioner

Kuesioner

Montreal

Cognitive

Assessment

(MoCA)

Kuesioner

terdiri dari 30

item

pernyataan.

≥ 26-30 = Normal

< 26 = Tidak Normal

Sumber : www.mocatest.org

Ordinal

2. Karakteristik

Responden

a. Usia

b. Jenis

Kelamin

c. Pendidikan

terakhir

Lamanya masa hidup

responden berdasarkan

tanggal lahir hingga saat

ini.

Identitas responden

berdasarkan ciri fisik

dan biologis.

Tingkat pendidikan

formal terakhir

responden.

Mengajukan

pertanyaan

melalu

kuesioner

Menanyakan

langsung ke

responden

Menanyakan

langsung

responden

Kuisioner data

demografi

Kuisioner data

demografi

Kuisioner data

demografi

1 = < 44 tahun

2= 45-59 tahun

3= > 60 tahun

1 = Laki-laki

2 = Perempuan

1 = Tidak sekolah

2= SD

3 = SMP

4 = SMA

Nominal

Nominal

Ordinal

Page 52: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

d. Pekerjaan

e. Riwayat

Merokok

f. Riwayat

cidera

kepala

Jenis pekerjaan

responden

Status merokok

responden di masa lalu.

Status responden pernah

jatuh di bagian kepala di

masa lalu

Menanyakan

langsung ke

responden

Menanyakan

langsung ke

responden

Menanyakan

langsung ke

responden

Kuisioner data

demografi

Kuisioner data

demografi

Kuisioner data

demografi

5 = PT

1 = Tidak bekerja

2 = Petani

3= Wiraswasta

4 = Buruh

5 = Pensiunan

6 = TNI/POLRI

1 = Merokok

2 = Tidak merokok

1 = Iya

2 = Tidak

Nominal

Nominal

Normal

Normal

3. Analisa Gas

Darah

AGD adalah

pengukuran untuk

menentukan status

respirasi yang

digambarkan melalui

status oksigenasi dan

status asma basa yang

meliputi pH, PCO2, PO2,

dan saturasi O2

Melakukan

observasi

melalui data

sekunder

berupa rekam

medis pasien.

Data sekunder

berupa rekam

medis pasien

pH 7.35-7.45 = Normal

PaO2 80-100 mmHg = Normal

PaCO2 35-45 mmHg = Normal

SaO2 ≥ 95% = Normal

1= Normal

2= Tidak normal

Sumber :

Craven and Constance, 2009

Interval

4. Spirometri Merupakan pengukuran

fungsi paru-paru dengan

melihat fungsi jalan

napas

Melakukan

observasi

pada rekam

medis

Data sekunder

berupa rekam

medis pasien

FEV1 80% atau lebih = Normal

FEV1 50 – 79% = Sedang

FEV1 30-49% = Berat

FEV1 < 30% = Sangat berat

1 = Normal

2 = Tidak normal

Interval

Page 53: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Pengukuran dilakukan dengan

menghembuskan udara dalam

waktu 1 detik

5. EKG Alat yang dapat

merekam kelistrikan

jantung

Dengan

dilakukan

observasi

pada rekam

medis pasien

Data sekunder

berupa rekam

medis pasien

1 = Normal

2 = Tidak normal

Nominal

6. Diagnosa Kerja Diagnosa yang telah

ditegakkan oleh dokter

dan menjadi patokan

untuk menyeleksi

responden berdasarkan

penyakitnya

Dengan

melihat

rekam medis

Data sekunder

berupa rekam

medis

1 = PPOK & TB Paru

2 = PPOK & Asma

3 = PPOK & DM

4 = PPOK & Stroke

5 = PPOK & Hipertensi

6 = PPOK

Nominal

Page 54: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat gambaran

fungsi kognitif pada pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang dengan desain

penelitian cross sectional, cross sectional adalah desain penelitian yang dilakukan

pengumpulan datanya pada satu waktu atau at one poin in time (Polit & Beck, 2003

dalam Swarjana, 2012). Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian pada satu

titik waktu di mana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat

yang sama (Setiadi, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-September 2015 di Ruang Rawat Inap

Dewasa Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang, tepatnya di Paviliun

Cempaka, Flamboyan, Seruni, Kenanga dan ruang rawat jalan.

Alasan peneliti memilih RSU Kabupaten Tangerang sebagai lokasi penelitian

karena di rumah sakit ini belum pernah di lakukan penelitian tentang fungsi kognitif

pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap Dewasa RSU Kabupaten Tangerang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien dewasa yang menderita

PPOK di Ruang Rawat jalan Dewasa RSU Kabupaten Tangerang berdasarkan

Page 55: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

studi pendahuluan pada bulan Januari dari Oktober 2014 - Januari 2015 dengan

total sebanyak 78 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Hidayat, 2007). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

non probability sampling yaitu teknik yang tidak memberikan kesempatan yang

sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Setiadi, 2013).

Non probability sampling ini merupakan pengambilan data hanya pada

individu atau obyek pada suatu populasi yang memenuhi persyaratan tertentu

terpilih menjadi sampel (Imron & Amrul, 2010). Adapun kriteria inklusi-eksklusi

yang digunakan untuk menentukan sampel yang akan diteliti adalah sebagai

berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian pada

populasi target dan sumber (Riyanto, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah :

1. Pasien dengan penyakit PPOK sekurang-kurangnya 6 bulan menderita

penyakit.

2. Pasien dewasa dengan usia 22 tahun sampai 65 tahun.

3. Pasien yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik

4. Pasien dengan kondisi kesadaran penuh

5. Pasien yang bersedia mengikuti penelitian

6. Pasien yang berada di pelayanan rawat jalan

b. Kriteria eksklusi

Page 56: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien dengan gangguan kejiwaan

2. Pasien yang tidak bisa berbahasa Indonesia

3. Pasien dengan gangguan fungsi pendengaran dan penglihatan.

4. Pasien yang terpasang ventilator atau oksigen

3. Besar Sampel

Budiarto (2008) dalam menentukan besarnya sampel, dilakukan perhitungan

sampel dengan menggunakan rumus slovin.

n =

Keterangan :

N = Besar populasi

n = jumlah sampel

e = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (90%)

Angka populasi di masukan dalam rumus besar populasi yaitu :

n =

= 43,82 = 44

Berdasarkan hasil perhitungan sampel dengan menggunakan rumus maka didapatkan

hasil sampel sebesar 44 orang dan ditambahkan 10% untuk menghindari sampel drop

out, maka didapatkan sampel keseluruhan sebanyak 44 + 10% = 48.4 atau 48 orang

sebagai sampel dalam penelitian ini.

D. Instrumen penelitian

Page 57: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk

memperoleh informasi dari responden. Kuesioner adalah cara pengumpulan data

dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi

dari responden (Sandjaja, 2006).

Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan terdiri dari 3 bagian,

yakni:

1. Bagian 1 : Berupa pertanyaan mengenai data demografi responden yang meliputi

usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan riwayat merokok.

2. Bagian 2 : Berupa lembar hasil tes diagnostik paru yang meliputi nilai analisa gas

darah, hasil EKG, hasil tes fungsi paru, hasil rontgen yang diperoleh dari rekam

medis responden.

3. Bagian 3 : Berupa kuesioner MoCA INA yang terdiri dari 30 poin yang akan

diujikan dengan menilai domain fungsi kognitif, yaitu :

a. Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail making B (1 poin)

b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing test (3 poin) dan menggambarkan

kubus 3 dimensi (1 poin)

c. Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin),

mengulang 2 kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)

d. Delayed recall: menyebutkan 5 kata, menyebutkan kembali setelah 5 menit (5

poin)

e. Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit

forward and backward (2 poin)

f. Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)

g. Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota (6

poin). (Panentu dan Irfan, 2013).

Page 58: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-

benar mengukur apa yang di ukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuisioner tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-

masing skor item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor variabel

tersebut (Hidayat, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Panentu dan Irfan pada tahun

2013 yang menguji instrument MoCA INA pada pasien pasca stroke fase recovery

ditemukan validitas MoCA INA yang diuji melalui uji korelasi pearson

menunjukkan hasil r = 0,529 dan p = 0,046 yang dengan demikian instrument

MoCA INA dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan pada tingkat

kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2010). Reliabilitas adalah tingkat

konsistensi dari suatu pengukuran. Reliabilitas menunjukan apakah pengukuran

menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan kembali secara

berulang (Dharma, 2011).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Panentu dan Irfan, (2013) yang menguji

reliabilitas instrument MoCA INA dengan uji test-retest menggunakan uji korelasi

person didapatkan nilai r = 0.963 dan p = 0,000 dengan demikian MoCA INA

dinyatakan reliabel.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Page 59: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2015. Data yang

didapatkan dalam penelitian ini data primer melalui kuisioner tentang fungsi kogntif

dan data sekunder berupa hasil analisa gas darah. Adapun tahapan dalam penelitian

ini, yaitu ;

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat

permohonan penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada kepala Bidang

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) RSU Kabupaten Tangerang.

3. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh kepala Diklit lalu peneliti

mendapat surat pengantar ke tiap kepala ruangan

4. Setelah ijin penelitian disetujui oleh kepala Instalasi Rawat jalan RSU Kabupaten

Tangerang

5. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Ruangan, peneliti menyeleksi calon

responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Dengan menggunakan rumus perhitungan sample slovin, peneliti menentukan

calon responden banyaknya sesuai dengan responden yang memenuhi kriteria

yaitu sebanyak 43,82 pasien PPOK yang ditambah sebanyak 10% dari total

populasi yaitu ditambah 10 menjadi 44 orang.

7. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. jika

calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar

persetujuan kemudian menandatanganinya.

8. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya

diajukan pertanyaan oleh peneliti atau asisten peneliti melalui kuisioner.

Page 60: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

9. Waktu wawancara melalui kuisioner selama kurang lebih 20 menit untuk setiap

responden dan responden hanya dianjurkan bertanya setelah proses wawancara

selesai namun tidak diperkenankan bertanya sebelum dan selama proses

wawancara berlangsung.

10. Kuisioner yang telah terisi melalui wawancara selanjutnya diolah dan dianalisa

oleh peneliti.

G. Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data yang meliputi :

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya. Hal

yang perlu diperhatikan dalam mengedit meliputi kelengkapan pengisian,

kejelasan tulisan, kejelasan makna, kesesuaian dan konsistensi antar jawaban.

2. Coding

Coding adalah usaha member kode-kode tertentu pada jawaban responden. coding

merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori.

3. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner dalam program

computer agar dapat dianalis, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukan ke dalam komputer untuk memastikan dan telah bersih dari kesalahan

sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2007).

Page 61: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis setiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007).

Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang

meliputi : 1) karakteristik pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang yang terdiri

dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat merokok, riwayat

penyakit, dan riwayat trauma kepala 2) gambaran hasil analisa gas darah pada

pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang, 3) gambaran fungsi kognitif pada

pasien PPOK di RSU Kabupaten Tangerang.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan penerapan prinsip etika penelitian

yang meliputi :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini

diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi

kriteria sampel. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud

dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Page 62: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah diolah

dalam penelitian (Hidayat, 2007).

Page 63: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data

Pada bab ini peneliti menyajikan analisis data berdasarkan hasil penelitian

pada pasien PPOK yang berupa gambaran karakteristik responden berdasarkan usia,

jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status riwayat merokok, riwayat penyakit, dan

riwayat trauma kepala, serta gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK yang

menjalani pengobatan di poli rawat jalan dan rawat inap di RSU Kabupaten

Tangerang tahun 2015, yang berjumlah 48 orang. Hasil penelitian didapatkan melalui

kuesioner data demografi dan MoCa untuk menggambarkan fungsi kognitif responden

yang dijabarkan pada tabel di bawah ini :

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia (n=48)

Variabel Jumlah Persentase (%)

Usia ≤ 44 tahun 2 4.2

Usia 45-59 tahun 15 31.5

Usia ≥ 60 tahun 31 64.8

Total 48 100

Rata-rata responden berusia ≥ 60 tahun yakni sebanyak 31 orang

(64,8%), sementara responden yang berusia ≤ 40 tahun hanya berjumlah 2

orang (4,2%), sedangkan sisanya berada pada rentang usia 45-59 tahun yakni

sebanyak 15 orang (31,5%).

Page 64: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin (n=48)

B

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 43 orang (89,6%), sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan hanya berjumlah 5 orang

(10,4%).

3. Distribusi Frekuensi Pasien PPOK Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan (n=48)

Variabel Jumlah Persentase (%)

Tidak sekolah 3 6.3

SD 20 41.7

SMP 6 12.5

SMA 14 29.2

PT 5 10.4

Total 48 100

Responden sebagian besar menempuh pendidikan sampai sekolah

dasar (SD) yakni sebanyak 20 orang (41,7%), sedangkan responden yang

menempuh pendidikan sampai SMA sebanyak 14 orang (29,2%), selanjutnya

adalah responden dengan jenjang pendidikan SMP yakni sebanyak 6 orang

(12,5%), serta responden yang menempuh jenjang pendidikan sampai

perguruan tinggi (PT) sebanyak 5 orang (10,4%) dan responden yang tidak

menempuh pendidikan yakni sebanyak 3 orang (6,3%).

Variabel Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 43 89.6

Perempuan 5 10.4

Total 48 100

Page 65: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

1. Distribusi Frekuensi Pasien PPOK berdasarkan Status Riwayat Merokok

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Merokok (n=48)

Variabel Jumlah Persentase %

Iya 38 79.2

Tidak 10 20.8

Total 48 100

Sebagian besar responden memiliki riwayat merokok yakni sebanyak

38 orang atau sebesar 79.2%. Sedangkan responden yang tidak memiliki

riwayat merokok sebanyak 10 orang (20,8%).

2. Distribusi Frekuensi Pasien PPOK berdasarkan Status Riwayat Penyakit

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat penyakit (n=48)

Berdasarkan tabel 5.5 frekuensi riwayat penyakit terdapat pasien

dengan riwayat stroke sebanyak 2 orang (4,2%), diabetes melitus sebanyak 2

orang (4,2%), hipertensi sebanyak 15 orang (31,3%), penyakit lain sebesar

(18,8 %), dan tidak memiliki penyakit 20 orang (41,7%).

Variabel Jumlah Frekuensi

Tidak ada penyakit 20 41.7

Hipertensi 15 31.3

Stroke 2 4.2

Diabetes mellitus 2 4.2

Penyakit lain 9 18.8

Total 48 100

Page 66: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan

Variabel Jumlah Persentase (%)

Tidak bekerja 6 12.5

Petani 4 8.3

Wiraswasta 12 25

Buruh 7 14.6

TNI/POLRI 3 6.3

Pensiunan 16 33.3

Total 48 100

Responden sebagian besar merupakan pensiunan yakni sebanyak 16

orang (33,3%), sedangkan responden dengan wiraswasta sebanyak 12 orang

(25%), responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 7 orang (14,6%), dan

responden dengan profesi sebagai TNI/POLRI paling sedikit ditemukan

sebagai respoden yakni 3 orang (6,3%).

4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Trauma Kepala

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Trauma Kepala (n=48)

Berdasarkan tabel 5.7 terdapat pasien dengan trauma kepala sebanyak 6 orang

(13.6%), dan non trauma kepala sebanyak 38 orang (86.4%).

Variabel Jumlah Presentase (%)

Trauma Kepala 6 13.6

Non Trauma kepala 38 86.4

Total 48 100

Page 67: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

5. Distribusi Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan Usia

Tabel 5.8

Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Usia (n=48)

Variabel Jumlah Persentase (%)

Usia ≤ 44 tahun 2 4.2

Usia 45-59 tahun 15 31.5

Usia ≥ 60 tahun 31 64.8

Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.8 terdapat usia yang paling banyak terjadi

gangguan fungsi kognitif pada usia ≥ 60 tahun yakni sebanyak 30 orang (79%)

dan yang memiliki fungsi kognitif normal pada usia 45-59 yakni sebanyak 7

orang (70%), untuk yang paling banyak memiliki fungsi kognitif normal

diantara ketiga kategori usia yakni rentang usia ≤ 44 tahun sebanyak 100%.

6. Distribusi Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan Jenis Kelamin

Tabel 5.9

Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Jenis Kelamin (n=48)

Jenis

Kelamin

Fungsi Kognitif

Total Perubahan Fungsi

Kognitif

Fungsi kognitif

Normal

Laki-laki 34

89.5%

9

90%

43

89.6%

Perempuan 4

10.5%

1

10%

5

10.4%

Total 38

100%

10

100%

48

100%

Berdasarkan tabel 5.9 terdapat perbedaan besar antar laki-laki dan

perempuan, pada laki-laki terjadi perubahan fungsi kognitif sebesar 34 orang

(89.5%) dan fungsi kognitif normal sebanyak 9 orang (90%) sedangkan pada

responden perempuan yang mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 4

orang (10.5%) lalu dengan fungsi kognitif normal sebanyak 1 orang (10%).

Page 68: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

7. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Pekerjaan

Tabel 5.10

Distribusi Proporsi fungsi kognitif dengan pekerjaan

Pekerjaan

Fungsi kognitif

Total Perubahan Fungsi

Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Tidak bekerja 6

15.8%

0

0%

6

12.5%

Buruh 6

15.8%

1

10%

7

14.6%

Wiraswasta 8

21.1%

4

40%

12

25%

TNI/POLRI 2

5.3%

1

10%

3

6.25%

Pensiunan

Petani

12

31.6%

4

10.5%

4

40%

0

0%

16

33.3%

4

8.3

Total 38

100%

10

100%

48

100%

Berdasarkan pekerjaan responden yang mengalami gangguan fungsi

kognitif paling banyak dialami oleh responden yang tidak bekerja yakni

sebanyak 6 orang (15.8%) seluruhnya mengalami perubahan. Sedangkan

responden dengan fungsi kognitif normal paling banyak dimiliki oleh

wiraswasta dan TNI/POLRI yakni 33,3%.

Page 69: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

8. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Riwayat Merokok

Tabel 5.11

Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Riwayat Merokok (n=48)

Riwayat

Merokok

Fungsi kognitif

Total Perubahan Fungsi

Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Iya 29

76.3%

9

90%

38

79.2%

Tidak 9

23.7%

1

10%

10

20.8%

Total 38

100%

10

100%

48

100%

Berdasarkan distribusi proporsi pada tabel 5.11 responden yang

memiliki riwayat merokok cenderung lebih besar mengalami perubahan fungsi

kognitif yakni sebanyak 29 orang (76.3%) dari 38 responden yang merokok.

Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat merokok juga

menunjukkan perubahan fungsi kognitif yang cukup besar yakni 9 orang dari

10 responden yang tidak merokok.

Page 70: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

9. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Status Pendidikan

Tabel 5.12

Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Tingkat Pendidikan (n=48)

Tingkat

pendidikan

Fungsi kognitif

Total Perubahan Fungsi

Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Tidak sekolah 2

5.3%

1

10%

3

6.2%

SD 20

52.6%

0

0%

20

41.7%

SMP 6

15.8%

0

0%

6

12.5%

SMA 6

15.8%

8

80%

14

29.2%

Perguruan

Tinggi

4

10.5%

1

10%

5

10.4%

Total 38

100%

10

100%

48

100%

Distribusi proporsi pada status pendidikan dengan fungsi kognitif

sesuai tabel 5.12 didapatkan yakni terdapat pada pasien yang tidak menempuh

pendidikan memiliki gangguan kognitif sebanyak 2 orang (5.3%) dan dengan

fungsi kognitif normal sebanyak 1 orang (10%), pada jenjang SD yang

memiliki perubahan fungsi kognitif sebesar 20 orang (52.6%) lalu dengan

fungsi kognitif normal tidak ada sama sekali, pada jenjang SMP yang terdapat

gangguan fungsi kognitif sebanyak 6 orang (15.8%) dan yang normal tidak

ada, pada jenjang SMA yang terdapat perubahan fungsi kognitif sebanyak 6

orang (15.8%) dan yang normal sebanyak 8 orang (80%), pada jenjang

Page 71: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

perguruan tinggi yang terdapat gangguan fungsi kognitif sebesar 4 orang

(10.5%) lalu yang normal sebanyak 1 orang (10%).

10. Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Riwayat Penyakit

Tabel 5.13

Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Riwayat Penyakit (n=48)

Penyakit

Fungsi Kognitif

Total Perubahan Fungsi

Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Tidak ada

penyakit

16

42.2%

4

40%

20

41.6%

Hipertensi 12

31.5%

3

30%

15

31.3%

Diabetes

Melitus

1

2.6%

1

10%

2

4.2%

Stroke 2

5.3%

0

0%

2

4.2%

Lain-lain 7

18.4%

2

20%

9

18.7%

Total 38

100%

10

100%

48

100%

Distribusi proporsi antara fungsi kognitif dengan status riwayat penyakit

didapatkan pada penderita Hipertensi dengan perubahan fungsi kognitif

sebanyak 12 orang (31.5%) dan dengan fungsi normal sebanyak 3 orang (30%),

pada penderita Stroke dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 2 orang

(5.3%) dan dengan fungsinya yang normal sebanyak 0 orang (0%), pada

penderita DM dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 1 orang (2.6%) dan

dengan fungsi kognitif normal sebanyak 1 orang (10%), lalu pada penderita

penyakit lainnya dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 7 orang (18.4%)

dan dengan fungsi kognitif normal sebanyak 2 orang (20%), dan pada pasien

PPOK tanpa menderita penyakit apapun dengan perubahan fungsi kognitif

Page 72: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

sebanyak 16 orang (42.2%) serta dengan fungsi kognitifnya sebanyak 4 orang

(40%).

11. Distribusi Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan Trauma Kepala

Tabel 5.14

Distribusi Proporsi Fungsi Kognitif dengan Riwayat Trauma Kepala

(n=48)

Distribusi proporsi antara fungsi kognitif dengan riwayat trauma

kepala pada pasien PPOK didapatkan hasil yakni, pasien PPOK dengan riwayat

trauma kepala didapatkan adanya gangguan fungsi kognitif sebanyak 5 orang

(12.8%) dan dengan fungsi kognitif normal sebanyak 2 orang (22.2%), pada

pasien tanpa Riwayat trauma didapatkan adanya gangguan fungsi kognitif

sebanyak 34 orang dan yang memiliki fungsi normal sebanyak 7 orang (77.8%).

12. Distribusi Frekuensi Skor MoCa Dengan Jumlah Responden

Tabel 5.15

Distribusi Frekuensi Skor MoCa dengan Jumlah Responden

Skor MoCa Jumlah Persentase

Skor < 26 38 79.1 %

Skor 26 – 30 10 20.9 %

Total 48 100 %

Variabel Jumlah Presentase (%)

Trauma Kepala 6 13.6

Non Trauma kepala 38 86.4

Total 48 100

Page 73: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Distribusi frekuensi yang ditampilkan berdasarkan tabel, yakni terdapat

10 orang yang memiliki skor normal (20.9%) dari 48 orang (79.1%).

13. Distribusi Frekuensi Diagnosa Kerja

Tabel 5.16

Distribusi frekuensi diagnosa kerja (N=48)

Variabel Jumlah Persentase (%)

PPOK & TB Paru 2 4.2

PPOK & Asma 5 10.4

PPOK & DM 3 6.3

PPOK & Stroke 1 2.1

PPOK & Hipertensi 15 31.3

PPOK & Jantung 1 2.1

PPOK 21 43.8

Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.16 didapat distribusi frekuensi diagnosa kerja

paling banyak pada PPOK yakni sebanyak 21 orang (43.8%), dan terbanyak

kedua yakni PPOK & Hipertensi sebanyak 15 orang (31.3%), dan PPOK &

Asma sebanyak 5 orang (10.4%), PPOK & DM sebanyak 3 orang (6.3%),

PPOK & TB paru sebanyak 2 orang (4.2%), PPOK & Jantung 1 orang (2.1%),

dan PPOK & Stroke sebanyak 1 orang (1%).

Page 74: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

14. Distribusi Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan Diagnosa Kerja

Tabel 5.17

Proporsi Antara Fungsi Kognitif dengan Diagnosa Kerja

Diagnosa Kerja Fungsi Kognitif Total

Perubahan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

PPOK & TB Paru 1

(2.6%)

1

(10.0%)

2

(4.2%)

PPOK & Asma 4

(10.5%)

1

(10.0%)

5

(10.4%)

PPOK & DM 2

(5.3%)

1

(10.0%)

3

(6.3%)

PPOK & Stroke 1

(2.6%)

0

(0.0%)

1

(2.6%)

PPOK & Hipertensi 12

(31.6%)

3

(30.0%)

15

(31.3%)

PPOK & Jantung 1

(2.6%)

0

(0.0%)

1

(2.1%)

PPOK 17

(44.7%)

4

(40.0%)

21

(43.8%)

Total 38 10 48

Proporsi pada diagnosa kerja yang mengalami perubahan fungsi

kognitif dengan fungsi kognitif normal sesuai tabel 5.17 di dapat paling

banyak pada diagnosa PPOK yaitu 17 orang (44.7%) mengalami perubahan

kognitif dan 4 orang (40.0%) memiliki fungsi normal, dan PPOK & hipertensi

sebanyak 12 orang (31.6%) mengalami perubahan dan 3 orang (30.0%)

memiliki fungsi normal, pada diagnose PPOK & Jantung sebanyak 1 orang

(2.6%) mengalami perubahan dan 0 orang (0.0%) memiliki fungsi normal,

pada PPOK & Stroke sebanyak 1 orang (2.6%) mengalami perubahan, dan 0

orang (0.0%) dengan fungsi normal, pada PPOK & DM sebanyak 2 orang

(5.3%) mengalami perubahan dan 1 orang (10.0%) dengan fungsi normal, dan

Page 75: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

PPOK & TB paru sebanyak 1 orang (2.6%) mengalami perubahan kognitif dan

1 orang dengan fungsi normal (10.0%).

Page 76: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

1. Gambaran Fungsi kognitif berdasarkan Usia

Usia terbagi menjadi tiga golongan yaitu usia ≤ 44 tahun, usia 45-59 tahun,

dan usia ≥ 60 tahun. Dalam penelitian ini pasien PPOK lebih banyak di derita oleh

pasien berusia ≥ 60 tahun yakni sebanyak 31 orang dengan persentase (100 %)

dibandingkan dengan usia ≤ 44 tahun dan usia 45-59 tahun. Selain itu gangguan

fungsi kognitif lebih banyak terjadi pada golongan usia ≥ 60 tahun yakni dengan

perbandingan 30 orang mengalami gangguan fungsi kognitif (96.7 %) dan 1 orang

dengan fungsi kognitif normal (33.3 %).

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa adanya

mekanisme perubahan yakni terjadinya dilatasi ventrikel berdampak pada fungsi

kognitif yang diakibatkan oleh faktor penuaan, yakni terjadinya perubahan volume

pada otak muncul lebih cepat sebanyak 1.18 % per tahun pada orang dewasa

dengan usia lebih dari 50 tahun, dan pada usia lebih dari 70 tahun sebanyak 1.85

% (Bherer et al, 2013). Selain itu Rata-rata responden yang mengalami perubahan

fungsi kognitif berusia > 60 tahun, yang mana hal tersebut berkaitan dengan usia

yang rentan terjadinya atrofi hipokampus dengan kondisi aliran darah ke otak

(Chen et al, 2011). Maka pasien yang lebih banyak mengalami perubahan fungsi

kognitif adalah lansia, hal tersebut dikarenakan seiring bertambahnya usia terdapat

penurunan fisik, mental, dan psikososial (Sutikno, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa rerata responden yang mengalami perubahan fungsi

kognitif cenderung pada usia lebih dari 60 tahun, senada dengan Bherer et al

Page 77: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

(2013) dimana usia tersebut berisiko mengalami perubahan volume otak seiring

bertambahnya usia dimulai dari usia 50 tahun.

2. Gambaran Fungsi Kognitif pada PPOK Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil yaitu pada laki-laki lebih banyak

menderita PPOK dibanding dengan perempuan, dengan laki-laki sebanyak 43

orang dengan persentase 100 % dan perempuan sebanyak 5 orang dengan

persentase 100 %. gangguan fungsi kognitif ditemukan lebih banyak terjadi pada

laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan pada laki-laki yang

mengalami gangguan sebanyak 34 orang (79 %) dan yang normal sebanyak 9

orang (21 %), lalu pada wanita yang mengalami gangguan sebanyak 4 orang (80

%) dan yang normal sebanyak 1 orang (20 %).

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan penyakit PPOK yang

terdiri atas pneumonia, efusi pleura, gagal nafas kronis lebih banyak ditemukan

pada pria dibandingkan dengan wanita, dan perubahan kognisi, demensia, serta

tanda degeneratif pada otak lebih tinggi frekuensinya pada laki-laki namun pada

wanita lebih cenderung terjadi perubahan fungsi kognitif dikarenakan adanya

riwayat anemia (Negro et al, 2015).

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Myers (2008) yakni kadar hormone

seks endogen berperan penting dalam mempengaruhi fungsi kognitif, rendahnya

tingkat bioavaibilitas estradiol berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif

secara menyeluruh dan memori verbal. Estradiol merupakan sebagai pelindung

neuron/neuroprotective yang dapat meminimalisir terjadinya trauma stress

oksidatif. Dengan demikian jenis kelamin juga mempengaruhi terjadi perubahan

Page 78: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

fungsi kognitif yang salah satunya adanya perbedaan hormon antara laki-laki dan

perempuan.

3. Gambaran Fungsi Kognitif PPOK Berdasarkan Pendidikan

Hasil yang di dapat pada domain pendidikan dengan perubahan fungsi kognitif

yakni paling banyak pada tingkat pendidikan SD sebanyak 20 orang mengalami

perubahan fungsi kognitif dan tidak terdapat satu pun yang memiliki fungsi

kognitif normal. tingkat pendidikan rendah mengalami penurunan fungsi kognitif

lebih banyak di bandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi, pernyataan tersebut

sesuai dengan Banks and Mazzona (2013) yang menyatakan bahwa ditemukannya

adanya hubungan sebab akibat antara tingkat pendidikan dan kemampuan daya

ingat walaupun begitu, adanya faktor pendidikan dapat mempengaruhi

kemampuan kognitif secara spesifik masih belum jelas (Banks and Mazzona,

2013).

Kesimpulan dari hasil tersebut yakni tingkat pendidikan turut mempengaruhi

terjadinya perubahan fungsi kognitif dengan berbagai faktor yang mempengaruhi

baik kemampuan akademis yang didapat selama mengenyam pendidikan maupun

kemampuan dalam lingkungan yang terjadi selama proses pendidikan

berlangsung.

4. Gambaran Fungsi Kognitif PPOK Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pada pasien PPOK dengan berbagai

jenis pekerjaan, dominan yang menderita adalah pensiunan sebanyak 16 orang

dengan persentase 100%, hal tersebut terbagi atas dua kategori yakni pasien

pensiunan yang mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 12 orang (75%)

Page 79: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

dan yang normal 4 orang (25.0%) di bandingkan pekerjaan lainnya, pensiunan

lebih banyak dikarenakan rata-rata pensiunan berusia lebih dari 60 tahun yang

berkaitan dengan usia. Berdasarkan penelitian Min et al (2015) yang meneliti

gambaran dari dampak pekerjaan terhadap fungsi kognitif dan fisik pada dewasa

tua di korea, menyimpulkan bahwa pensiunan dan pengangguran memiliki

kemampuan kognitif dan kemampuan fisik yang lebih rendah dibandingkan

dengan pekerja aktif, pada pria dengan durasi kerja yang lama berkontribusi lebih

baik pada fungsi kognitif maupun fisik akan tetapi pada wanita dengan durasi

kerja yang lama berdampak hanya pada kapasitas fisik.

Dengan catatan pada penelitian Min et al (2015) memiliki populasi dengan

durasi pekerjaan yang panjang, terutama pada pria kebanyakan dengan pekerjaan

buruh dan dari keterangan tersebut yang menjadi perbandingan penelitian yang

aktif yakni pekerja kasar lalu dengan perbandingan pria-wanita, pekerja manual-

non manual, dan pekerja aktif –pekerja pasif.

5. Gambaran Fungsi Kognitif pada PPOK Berdasarkan Status Merokok

Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan pada pasien PPOK dengan status

merokok lebih banyak mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 30 orang

dengan persentase 76.9 % dan 8 orang yang memiliki fungsi normal dengan

persentase 88.9% dengan total pasien PPOK yang merokok sebanyak 38 orang.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa merokok

dapat berdampak pada fungsi kognitif, yakni suatu kondisi hipoksia serebral

karena peningkatan kadar karbon monoksida menyebabkan disasosiasi

oksihemoglobin (Dood et al, 2010). Penelitian yang dilakukan Sabia et al (2008)

menyatakan bahwa seorang perokok aktif memiliki resiko tinggi terhadap

Page 80: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

penurunan daya ingat, terutama pada orang dewasa, dan pada mantan perokok

memiliki resiko rendah terhadap penurunan daya ingat.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat orang yang merokok masih

tinggi yang mana hasil skrening pada perokok lebih banyak mengalami perubahan

fungsi kognitif. Pernyataan tersebut senada dengan penelitian James et al (2012)

yang menemukan bahwa adanya hubungan antara merokok dengan penurunan

volume dan densitas materi abu-abu di frontal dan atrofi serebral berdasarkan

penglihatan magnetic resonance imaging.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang perokok aktif

maupun pasif sama-sama memiliki resiko penurunan daya ingat serta dapat

memicu terjadinya deoksihemoglobin akibat peningkatan karbon monoksida

sehingga secara berkala terjadi kondisi hipoksemia yang menimbulkan berbagai

masalah kesehatan yang serius dan yang lebih parah kondisi tersebut

mengakibatkan terjadi perubahan fungsi kognitif yang tidak normal.

6. Gambaran Fungsi Kognitif pada PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit

Berdasarkan hasil penelitian jumlah pasien PPOK lebih banyak mengidap

PPOK murni sebanyak 20 orang, lalu disusul oleh pasien PPOK dengan

Hipertensi sebanyak 15 orang, lalu penyakit lain seperti glukoma, skabies

sebanyak 9 orang, dan terakhir diabetes melitus dan stroke sama-sama sebanyak 2

orang. Dari berbagai klasifikasi pasien PPOK yang mengidap penyakit yang

menyertai terdapat kategori fungsi kognitif yakni untuk gambaran pasien PPOK

murni dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 16 orang (80%) dan yang

normal 4 orang (20 %), lalu pada pengidap penyakit PPOK penyerta Hipertensi

Page 81: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 12 orang (80%) dan yang fungsi

kognitif normal sebanyak 3 orang (20%), lalu untuk gambaran pasien PPOK

penyerta penyakit yang lain-lain dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 7

orang (77.8%) dan yang normal sebanyak 2 orang (22.2%), dan untuk penyakit

DM dengan perubahan fungsi kognitif sebanyak 1 orang (50%) dan yang

fungsinya normal sebanyak 1 orang (50%), dan untuk penyakit PPOK penyerta

stroke yang mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 2 orang (100%) dan

yang normal tidak ada (0.0%).

Pada hasil dengan jumlah terbanyak yakni murni PPOK sesuai dengan

penelitian yang menyatakan bahwa gangguan kognitif telah digambarkan

sebanyak 77 % pasien dengan PPOK dan hipoksemia (Dood et al, 2010). Satu hal

yang pasti bahwa hipoksemia yang sudah kronis dapat menyebabkan perubahan

fungsi kognitif dan volume/massa hipokampus (Li dan He, 2013). Berdasarkan

hasil penelitian yang ditampilkan pada tabel 5.13, bahwa penyakit hipertensi dan

DM adalah penyakit penyerta setelah pasien dengan PPOK murni, sesuai dengan

penelitian Kilander et al (2015) yang menyatakan adanya hubungan yang kuat

antara hipertensi dengan kerusakan kognitif yang di lihat pada subjek pria yang

tidak mengkonsumsi anti hipertensi. Okusaga et al (2013) menyatakan dalam

penelitiannya yang meneliti faktor resiko kerusakan fungsi kognitif pada lansia

menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat menjadi faktor resiko

terjadinya kerusakan pada subkortikal pada otak yang berdampak pada penurunan

kecepatan psikomotor, penurunan atensi, kerja memori, dan fungsi eksekutif.

Hasil penelitian menyatakan adanya indikasi kuat antara perubahan kognitif

dengan riwayat penyakit, sesuai hasil penelitian baik hipertensi, asma, maupun

diabetes mellitus yang menjadi penyerta penyakit PPOK. Maka dapat disimpulkan

Page 82: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

bahwa faktor penyakit penyerta selain PPOK dapat memperparah kognitif

seseorang dan status fungsional seseorang.

7. Gambaran Fungsi Kognitif pada PPOK Berdasarkan Skor MoCA

Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien PPOK yang dilakukan pengukuran

fungsi kognitif dengan kuisioner MoCA didapat perubahan fungsi kognitif

sebanyak 38 orang (79.1%) dan 10 orang (20.9%) dengan fungsi kognitif normal.

Hasil tersebut didapat dari total populasi sebanyak 48 orang responden dan yang

memiliki fungsi kognitif normal atau skor MoCA ≥ 16 sebanyak 38 orang pasien

dan selebihnya 10 orang memiliki perubahan fungsi kognitif dengan skor MoCA

< 16.

MoCA lebih banyak memasukan pertanyaan yang mengevaluasi fungsi

eksekutif, tingginya tingkat pengetahuan bahasa, daya ingat/memori, dan proses

visuospasial yang kompleks. MoCA melihat beberapa domain dalam menentukan

adanya suatu perubahan fungsi kognitif yakni ; a) Fungsi eksekutif, b)

Visuospasial, c) Bahasa, d) Delayed recall, e) Atensi, f) Abstraksi, g) Orientasi

(Panentu & Irfan, 2013). Laporan studi terkait perubahan fungsi kognitif yang

dilakukan Hilman et al dalam Myers (2008) yang dilakukan pada manusia, yakni

adanya perubahan struktural dan fungsional pada korteks frontal, pre frontal, dan

parietal. Pasien PPOK seringkali mengalami perubahan fungsi kognitif,

tergantung dari tingkat keparahan penyakit serta lama menderita penyakit.

Kerusakan kognitif pada PPOK hasil yang dilaporkan di domain recall yang

berdampak pada kemampuan memori verbal (Ortapamuk, 2006).

Beberapa laporan terkait kasus kognitif pada PPOK di atas, dapat di tarik

kesimpulan bahwa rata-rata pasien PPOK mengalami masalah kognitif pada

Page 83: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

memori verbal yang mana gangguan tersebut di manifestasikan berupa kelemahan

dalam mengingat/recall kata-kata yang tampak pada otak yakni adanya perubahan

pada beberapa bagian kortek pada otak.

8. Gambaran Fungsi Kognitif Berdasarkan Diagnosa Kerja

Hasil penelitian menunjukan pada diagnosa yang memiliki data perubahan

fungsi kognitif paling banyak yakni pasien dengan PPOK dengan total 21 orang

yang di diagnosa, sebanyak 17 orang mengalami perubahan fungsi kognitif

(44.7%) dan yang normal sebanyak 4 orang (40.0%), hasil terbanyak tersebut

sesuai dengan penelitan yang menyatakan bahwa penderita dengan PPOK dapat

menunjukan kedua faktor yang dapat membuat terjadinya kerusakan fungsi

kognitif yakni usia yang berhubungan dengan penurunan aliran darah, dan

penyakit berhubungan dengan oksigen arteri, selain itu yang menjadi dampak

yakni domain recall atau kemampuan mengingat kembali pada pasien PPOK

dengan kondisi hipoksemia (Ortapamuk, 2006). Berdasarkan hasil penelitian

tampak jelas bahwa pasien PPOK yang mengalami perubahan kognitif lebih

dominan pada pasien yang di diagnosa PPOK saja tanpa disertai penyakit lain

meski demikian tingkat keparahan lebih besar kemungkinan pada pasien dengan

multi diagnosa.

B. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian ini, beberapa keterbatasan penelitian ini yaitu ;

1. Penelitian ini dalam penggunaan variabel seharusnya terdapat hasil nilai analisa

gas darah, spirometri, dan rontgen namun pada kenyataannya di lapangan

Page 84: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

pemeriksaan tersebut tidak dapat dilakukan karena sudah ada diagnosa yang

ditegakan oleh dokter yakni diagnosa kerja.

2. Penelitian ini dilakukan di tempat atau daerah yang tidak menentu jumlah angka

kejadiannya namun rutin pasien yang melakukan kunjungan untuk berobat.

3. Pada penelitian ini pasien rawat inap jarang dapat dilakukan tanya-jawab terkait

kuisioner dikarenakan pasien rawat inap sudah mengalami berbagai komplikasi

dan tergolong dalam kriteria ekslusi, disamping itu pasien yang masuk dalam

kriteria inklusi lebih banyak di poli/rawat jalan.

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yakni penelitian yang

mengambil desain menganalisis suatu keadaan dalam satu waktu tertentu saja,

pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat yang bersamaan

Page 85: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tentang gambaran fungsi kognitif pada pasien PPOK yang dilaksanakan di

RSU Kabupaten Tangerang didapatkan beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Distribusi penderita PPOK berdasarkan usia didapatkan gambaran dengan klasifikasi usia

≥ 60 tahun, usia 45-49 tahun, dan usia ≤ 44 tahun yang lebih dominan penderita

PPOK sebanyak 31 orang (64.8%) pada usia ≥ 60 tahun.

2. Frekuensi pasien PPOK berdasarkan jenis kelamin perbedaannya sangat signifikan antar

laki-laki dan perempuan. Responden 48 orang yang menderita PPOK, 43 di antaranya

berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang lainnya berjenis kelamin perempuan.

3. Frekuensi fungsi kognitif pada PPOK berdasarkan pekerjaan lebih tinggi pada

pensiunan dibandingkan pekerjaan yang lain, hal ini dapat dikarenakan pensiunan

memiliki rata-rata usia ≥ 60 tahun yakni sebanyak 16 orang (7.68%)

4. Pasien yang paling banyak mengalami perubahan fungsi kognitif yakni yang di

diagnosa PPOK diantara diagnosa kerja lain.

5. Sebagian besar pasien PPOK yang mengalami penurunan fungsi kognitif terdapat

pada jenjang pendidikan SD

6. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pasien PPOK yang di lakukan tes

menggunakan kuisioner kognitif MoCa dengan total responden 48 orang,

mengalami perubahan fungsi kognitif sebanyak 38 orang dan 10 orang memiliki

fungsi kognitif yang baik.

Page 86: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang di ajukan antara lain :

1. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini dapat sebagai pertimbangan dalam melakukan perawatan terhadap

pasien PPOK yang akut maupun kronis dengan berbagai komplikasi dan menjadi

bahan memperkaya pengetahuan terkait dampak yang dirugikan pada fungsi

kognitif oleh penyakit PPOK.

2. Bagi RSU Kabupaten Tangerang

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi seluruh komponen tenaga medis

di RSU Kabupaten Tangerang dalam menyikapi pasien PPOK dan menjadi bahan

pertimbangan dalam mencanangkan berbagai program-program pendidikan

kesehatan terhadap pasien PPOK dan keluarga pasien yang dapat sebagai tindakan

preventif mencegah perburukan pada pasien PPOK dan memberikan kepuasan

pada hidup pasien dan keluarga pasien.

3. Bagi pasien PPOK dan keluarga

Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi terkait dampak jangka panjang

menderita salah satu penyakit paru obstruktif kronis dan sebagai informasi penting

untuk melakukan langkah pencegahan terjadinya perburukan pada kemampuan

kognitif yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang.

4. Bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan metode yang berbeda dengan

penelitian ini, yakni dengan menggunakan metode eksperimen maupun

hubungan antar variabel yang sama.

b. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian di RS pusat paru agar

lebih memudahkan dalam mendapatkan responden yang sesuai variabel.

Page 87: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

c. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu melakukan penelitian di daerah

yang tinggi angka kejadian terkait penyakit paru obstruktif kronis yang mana

menjadikan dasar yang kuat melakukan penelitian di daerah tersebut.

Page 88: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Manajemen penelitian. Jakarta. Rineka Cipta, 2010

Banks James and Mazzona Fabrizio. The effect of education on old age cognitive abillites :

evidence from regression discontinuity design. London. National institute of health

public access, 2012.

Barnett Margaret. Chronic Obstructive Pulmonary Disease in primary care. England: John

Wiley & Son, 2006

Bherer Louis et al. A Review of the Effect of Physical Activity and Exercise on Cognitive

and Brain Function in Older Adults. Hindawi Publishing Corporation, 2013

Brashers, Valentina L. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen. Ed 2.

Jakarta : EGC. 2007

Budiarto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.

Jakarta :EGC. 2008

Craven R F and Constance J H. Fundamentals of Nursing Human Health and Fuction 6th

edition. USA : Lippincot Williams

Crisan A, et al. Cognitive Impairment In Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Plos One

9(7, 2014

Dawe, R J., Bennett D A., Scneider J A., et al. Neuropathologic Correlates Of Hippocampal

Atrophy In The Elderly : A Clinical, Pathological, Postmortem MRI Study. PloS One.

2011

De Carolis Antonella, Franco G, et al. Chronic Obtructive Pulmonary Disease Is Associated

With Altered Neuropsychological Performance in Young Adults. Karger. 2011

Page 89: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Dharma, Kelana K. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan

Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : Trans Info Media, 2011.

Djojodibroto, Darmanto. Respirologi : Respiratory Medicine. Jakarta: EGC. 2009

Doerfinger, D M, and Inova F. (2012). Mental Status assessment in older adult : Montreal

cognitive assessment : MoCA Version 7.1. The Hartford Institute for Geriatric

Nursing. New York University College of Nursing.

Dood. J.W, Getov and P.W. Jones. Cognitive function in COPD. Europans Respiratory

Journal. 2009

Fiona A.H.M.Cleutjens. Review article : Cognitive-Pulmonary Disease. Hindawi Publishing

Corporaion, Biomed research international. 2014

Francis, Caia. Perawatan Respirasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008

Friedman E, Lauren. Evaluating The Montreal Cognitive Assessment (Moca) And The Mini

Mental State Exam (MMSE) For Cognitive Impairment Post Stroke : A Validation

Study Against The Cognistat. Thesis. Graduate Program In Epidemiology And

Biostatistics The University Of Western London, Ontario, Canada. 2012

Gede Yasmin N. S.Kp dan Effendy Christianty. S.kp. Keperawatan Medikal Bedah, Klien

dengan gangguan system pernapasan. Jakarta : EGC. 2003

Ginsberg Lionel. Lecture Note : Neurology. Ed 8. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008

GOLD (Global Initiative Chronic Obstuctive Lung Disease). Global Strategy For The

Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

2006

Hamidah. Perbedaan kognitif penderita difuse injury grade II dengan pemberian latihan fisik

awal dan latihan fisik standar. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik

dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf Universitas

Diponegoro Semarang. 2011

Hardjodisastro, Daldiyono Prof. DR. dr. Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana dokter

berpikir, bekerja, dan menampilkan diri. Jakarta : Gramedia. 2006

Page 90: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Hidayat, A.Aziz Alimul. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta :

Salemba medika. 2007

http://spinwarp.ucsd.edu/Neuroweb/Text diakses dan di unduh pada tanggal 11 Januari 2015.

Imron. Moch, Drs, TA, MM, MBA & Amrul Munif, Drs, MSc, APU. Metodologi Penelitian

Kesehatan ; Bahan ajar untuk mahasiswa. Jakarta : Sagung seto. 2010

J.J. Chen, H. D. Rosas, and D. H. Salat. “Age-Associated Reductions In Cerebral Blood Flow

Are Independent From Regional Atrophy”, Neuroimage, 2011

Jing Li, and Guang He-Fei. The Unique Alteration Of Hippocampus And Cognitive

Impairment In Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Biomed central. 01. 2013

Joko, R. Manfaat Rehabilitasi Paru Terhadap Perubahan Kualiti Hidup Dan Kapasiti

Fungsional Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Dinilai Dengan St

George’s Respiratory Questionaire (SGRQ) Dan Uji Jalan 6 Menit. Tesis,

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran respirasi, Universitas Indonesia. 2005

Kathleen A. Cagney, and Diane S. Laudardale. Education, Wealth, And Cognitive Function

In Later Life. 2015

Kilander Lena, et al. Hypertension related to cognitive impairment a 20- year follow-up of

999 men. Ahajournal. 2015

Larner, A, J. Neuropsychological Neurology ; The Neurocognitive Impairment of

Neurological Disorders. Cambridge University, New York, USA. 2008

Lautenschlager N T, Cox F L, Flicker L, et al. Effect Of Physical Activity On Cognitive

Function In Older Adults At Risk For Alzheimer Disease : A Randomized Trial.

JAMA. 2008

Li Jing and Guang-He Fei. The Unique Alterations Of Hippocampus And Cognitive

Impairment In Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Respiratory Research,

14:140. 2013

Page 91: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Li Jing, Huang Y, Fei G, et al. The Evaluation Of Cognitive Impairment And Relevant

Factors In Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Respiration,

85:98–105. 2013

Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI, 2008.

Maryam R Siti et al. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Salemba medika : Jakarta. 2008

Min, Jin-young et al. The impact of occupational experience on cognitive and physical

functional status among older adults in a representative sample of Korean subject.

Annals of Occupational and Environment Medicine. Page 1 of 9. 2015

Mukhasona Luluk Fitria. Gambaran Dan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif Pada

Pasien Diabetes Melittus Tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.

skripsi, Program studi pendidikan dokter, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2013

Muttaqin, Arif. Buku ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta :Penerbit Salemba Medika. 2008

NICE (National institute for health and care excellence). “Chronic Obstructive Pulmonary

Disease” 2014. Artikel diakses pada 08 Oktober 2014 dari http://www.nice.org.uk

Nursalam. Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto, 2008.

Ortapamuk, Hulya and Seniha Naldoken. Brain Perfusion Abnormalities in Chronic

Obstructive Pulmonary Disease Comparison With Cognitive Impairment. Annals of

Nuclear Medicine. Ankara. Turkey, 2006.

Panentu, Doddy dan M Irfan. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan Dengan

Montreal Cognitive Assesment Versi Indonesia (MOCA-INA) Pada insan pasca stroke

fase recovery. Jurnal Fisioterapi 13 (1) : 55-67. 2013

Patrick Davey. “At a Glance Medicine”. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005

Price, Sylvia Anderson and Lorraine M Wilson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses

penyakit ed 6, vol 2. 784-785. Jakarta : EGC. 2005

Rabahi Marcelo Fouad et al. Prevalence of Chronic Obstructive Pulmonary Disease Among

Patients With Systemical Arterial Hypertension Without Respiratory Symptoms.

Dovepress. 1527, 2015

Page 92: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Raz, N., Lindenberger, U., Rodrigue et al. Regional brain changes in aging healthy adults:

General trends, individual differences and modifiers. Cerebal Cortex, 15(11), 1676-

1689, 2005.

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan

Kementrian Kesehatan RI, 2013

Riyanto, Agus. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.

Sabia, Severine, MSc et al. Smoking History and Cognitive Function in Middle Age From the

Whitehall II Study. Arch Intern Med, 2008

Sandjaja dan Albertus. Panduan penelitian. Jakarta. Pustakaraya, 2006

Setiadi. Konsep dan penulisan riset keperawatan yogyakarta : Graha ilmu, 2007

Smeltzer Suzanne C, Brenda C. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Jakarta: EGC, 2001

Soemantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah :Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :Penerbit Salemba Medika, 2008

Supardi, Dwi Ichsan. Pengaruh terapi warna merah terhadap daya ingat pada lansia di unit

rehabilitasi sosial dewanata cilacap. Skripsi, Unsoed. Purwoketo, 2012

Sutikno, Ekawati. Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia. Skripsi.

Institute ilmu kesehatan bhakti wiyata, Kediri, 2011

Swarjana, I. Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan ; Tutunan praktis pembuatan proposal

penelitian. Ed I. Yogyakarta : ANDI, 2012

Thakur N, Paul D Blanc, Laura J Julian, et al. COPD and cognitive impairment: the role of

hypoxemia and oxygen therapy. Dovepress. 263, 2010

Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Renata Komalasari. Jakarta :

EGC, 2008.

Page 93: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

WHO. Global Surveillance, Prevention, and Control of Chronic Respiratory Disease A

comprehensive approach, 2007

www.mocatest.org diakses pada tanggal 25 Desember 2015

Page 94: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA PPOK DI RSU KABUPATEN

TANGERANG

Assalamualaikum Wr.Wb

Salam Sejahtera

Nama : Syahir Noer Muhamad

NIM : 1111104000024

Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melakukan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Bapak/ Ibu / Saudara/I bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Kerahasiaan jawaban Bapak/ Ibu/ Saudara/I akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Kuisioner ini mohon dijawab dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/I dalam pengisian kuisioner ini.

Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara/I bersedia menjadi responden ?

YA / TIDAK

Tertanda

Responden

Page 95: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result
Page 96: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Lampiran 2

Penilaian Kognitif Montreal

(Montreal Cognitive Assesment � MoCA)

Petunjuk tentang penggunaan kuisioner

Penilaian MoCA (Montreal Cognitive Assesement) telah dibuat sebagai alat yang dapat melihat disfungsi kognitif ringan. MoCA menilai berbagai aspek-aspek kognitif. Perhatian, fungsi eksekutif, daya ingat, bahasa, orientasi, kemampuan abstrak, dan visuospasial. Waktu yang dapat dilakukan selama menggunakan MoCA yakni selama 10 menit. Jumlah total skor yang didapat adalah 30, skor dengan lebih 26 dianggap normal.

1. Menarik garis sesuai angka dan abjad menjadi bentuk selang seling :

Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi ke subjek : � Bisa anda gambarkan sebuah garis, berawal dari angka ke abjad sesuai urutan. Dimulai dari sini (poin 1) dan gambra sebuah garis dari 1 lalu ke A l;alu ke 2 dan seterusnya. Berakhir disini (poin E).

Penilaian : alokasikan satu poin jika subjek berhasil menggambarkan pola yang berurutan 1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa garis yang terlewati. Setiap kesalahan yang tidak segera dirubah oleh dirinya(responden) sendiri sadari mendapat nilai 0.

2. Kemampuan Visuokonstruksional (Kubus) :

Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : � salin gambar tersebut, seakurat mungkin sesuai kemampuan anda di ruang kosong di bawahnya.

Penilaian : satu poin dialokasiakan untuk gambar yang benar

∑ Gambar harus tiga dimensi

∑ Semua garis tergambar

∑ Tidak ada garis tambahan

∑ Garis harus sama panjang

Sebuah poin tidak diberikan apabila kriteria diatas tidak memenuhi

3. Kemampuan visuokontruksional (Jam) :

Pelaksanaan : Indikasi tiga benar sesuai instruksi : � gambar sebuah jam. Berikan semua angka dan atur waktu pukul 10 lewat 11 menit� .

Page 97: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Penilaian : satu poin dialokasikan untuk setiap tiga kriteria berikut :

∑ Garis (1pt) : wajah jam harus berbentuk bulat hanya distorsi minor yang dapat diterima

∑ Angka (1pt) : semua angka jam harus menggambarkan tanpa angka tambahan, angka yang dipilih haruslah tepat dan benar sesuai tempat berdasarkan kuadrannya, angka romawi dapat diterima, angka dapat ditaruh diluar lingkaran.

∑ Jarum jam (1pt) : lengan jam harus ada dua, lengan penunjuk jam harus lebih pendek daripada lengan penunjuk menit.

Sebuah poin tidak diberikan apabila kriteria diatas tidak memenuhi

4. Penamaan :

Pelaksanaan : dimulai dari sisi sebelah kiri, poin dari setiap figure dan menanyakan � Bisa anda beri tahu nama dari binatang ini:.

Penilaian : satu poin setiap respon yang diberikan : (1) Singa (2) Badak (3) Unta

5. Memori :

Pelaksanaan : peneliti membacakan daftar kata-kata dari 5 kalimat dengan kecepatan satu kata per detik, memberikan instruksi : � ini adalah tes daya ingat, saya akan membacakan daftar kalimat yang akan anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan baik-baik. Pada saat saya menanyakan, baritahu saya kalimat yang anda ingat semampu anda� . Beri tanda ceklis pada ruang kosong pada setiap kata yang subjek ingat setelah dua trial berikutnya. Pada akhir di trial kedua terlewati, beritahu subjek untuk menyebutkan kata-kata yang telah diingat sebelumnya � saya akan meminta anda untuk mengingat kembali kalimat yang telah anda ingat sebelumnya�

Penilaian : tidak ada poin untuk trial pertama dan kedua.

6. Perhatian :

Pelaksanaan forward digit spam : berikan instruksi berikut : � saya akan menyebutkan beberapa angka dan pada saat itu anda ulangi tepat setelah saya mengatakannya� baca lima angka satu digit per satu detik.

Pelaksanaan Backward digit span : beri isntruksi sebagai berikut : � Sekarang saya akan mengatakan beberapa angka, tetapi pada saat saya mengatakannya anda harus mengulangi dari belakang� baca tiga angka satu digit per satu detik.

Page 98: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Penilaian : alokasikan satu poin untuk setiap kata yang diulangi benar.

Pelaksanaan kewaspadaan : peneliti membaca daftar kata-kata dengan kecepatan satu kata per detik, berikan instruksi � saya akan membacakan kata-kata tidak beruruta. Setiap kali saya mengucapkan kaa A angkat tangan anda sekali. Jika saya menyebutkan kata lain, anda jangan mengangkat tangan.

Penilaian : beri skor satu apabila tidak ada satupun kesalahan (sebuah kesalahan jika mengangkat bila bukan kata A yang disebutkan)

Pelaksanaan serial 7s : peneliti memberikan instruksi berikut : � sekarang saya akan meminta anda unntuk menghitung angka 100 dikurangi 7 lalu tetap mengurangi angka 7 dari hasil jawaban anda sampai saya memberitahukan anda untuk berhenti� berikan instruksi sebanyak dua kali.

Penilaian : item ini diberi skor 3 poin. beri (0) poin jika tidak ada jawaban yang benar, (1) poin untuk jawaban benar satu, (2) poin untuk dua atau tiga jawaban benar, dan 3 poin jika semua jawaban benar.

7. Pengulangan kalimat

Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : � saya akan membacakan anda sebuah kalimat. Ulangi setelah saya menyebutkannya, tentu dengan jeda: Wati membantu saya menyapu lantai hari ini. Sekarang saya akan membacakan kalimat lainnya. Ulangi setelah saya mengucapkannya, tentu dengan jeda : Kucing bersembunya di bawah meja ketika ada anjing.

Penilaian : alokasikan 1 point untuk setiap kalimat yang di ulangi benar. Pengulangan harus tepat. Waspada terhadap pengulangan kalimat yang tidak tepat.

8. Kelancaran Verbal :

Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : � berikan saya kata-kata sebanyak mungkin yang anda ketahui dimulai dari abjad yang akan saya beritahu. Anda dapat mengatakan kata-kata apa saja. Sekarang bisa anda beri saya kata-kata berawalan abjad S. (waktu 60 detik). Stop�

Page 99: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Penilaian : alokasikan satu poin jika subjek mengucapkan 11 kata atau lebih dalam waktu 60 detik. Salin kata-kata yang di sebutkan oleh subjek di bawah kertas yang kosong.

9. Abstaksi :

Pelaksanaan : peneliti menanyakan kepada subjek untuk menjawab persamaan benda : � Beritahu saya persamaan antara jeruk dan pisang� jika subjek menjawab tepat maka lanjut ke pertanyaan berikut : � Beritahu saya persamaan antara kereta dan sepeda� lalu pertanyaan ketiga � sekarang persamaan antara penggaris dan jam tangan � jangan memberikan instruksi lainnya.

Penilaian : hanya dua item terakhir yang diberikan nilai. Beri 1 point untuk setiap item dengan jawaban benar. Berikut respon yang dapat diterima :

Penggaris � Jam = intrumen mengukur, pengukur

Respon berikut yang tidak dapat diterima : kereta � sepeda = memiliki roda; penggaris � jam : terdapat angka

10. Delayed recall

Pelaksanaan : peneliti memberikan instruksi sebagai berikut : saya membaca beberapa kata kepada anda � Saya membacaka beberapa kalimat kepada anda di awal, bisakah anda mengingatnya. Beri tahu saya kalimat sebanyak yang anda ingat.� beri ceklis untuk setiap kata-kata yang benar untuk di ingat.

Penilaian : alokasikan 1 point untuk setiap kata-kata yang di ingat secara bebas tanpa sedikitpun pentunjuk.

Jawaban opsional : Berikut untuk jawaban pilihan dengan pentunjuk.

Wajah Petunjuk kategori: bagian dari tubuhPilihan ganda: hidung, wajah, tangan

Sutra Petunjuk kategori: sebuah jenis kainPilihan ganda: Celana, Sutra, Beludru

Page 100: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Masjid Petunjuk Kategori : Jenis sebuah bangunanPilihan ganda: Sekolah, Masjid, Rumah Sakit

Anggrek Petunjuk kategori: Jenis bungaPilihan ganda: Mawar, Anggrek, Tulip

MerahPetunjuk kategori: Sebuah warnaPilihan ganda: Merah, Biru, Hijau

Penilaian: Tidak ada point yang di alokasikan untuk bantuan petunjuk ataupun bantuan pilihan ganda.

11. Orientasi

Pelaksanaan : Peneliti memberikan instruksi: � Anda tau tanggal berapa sekarang� jika subjek tidak memberikan jawaban yang lengkap, maka berikan pertanyaan � berikan saya tahun, bulan, tanggal, dan hari� lalu katakan. � Sekarang, bisa anda beritahu nama tempat ini, dan dimana kota anda saat ini�

Penilaian : Alokasikan satu poin untuk jawaban yang benar. Tidak ada poin yang di alokasikan jika subjek membuat sebuah kesalahan pada pernyataan hari dan tanggal.

Nilai Total : Jumlahkan semua daftar sub skor yang terdapat di samping kanan. Tambahkan satu poin apabila individu menempuh pendidikan kurang dari 12 tahun atau kurang, untuk poin maksimal 30 poin, skor 26 atau lebih dinyatakan normal dan di bawah 26 dinyatakan tidak normal.

Page 101: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Lampiran 3

1. Data Demografi

a. Inisial Responden :...................

b. Usia :...................

c. Pekerjaan :� � � � ...

d. Jenis kelamin : 1. Laki-laki2. Perempuan

e. Pendidikan terakhir : 1. SD2. SMP3. SMA atau sederajat 4. Perguruan Tinggi

f. Riwayat merokok : 1. Iya 2. Tidak

g. Riwayat penyakit : Stroke / Diabetes Mellitus / Hipertensi atau � � � � ..

h. Riwayat trauma kepala : 1. Iya 2. Tidak

2. Diagnosa Kerja

PPOK + TB :

PPOK + Asma :

PPOK + DM :

PPOK + Hipertensi :

PPOK + Stroke :

PPOK + Jantung :

PPOK :

Page 102: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Lampiran 3

Frequency Table

Bahasa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 2 4.2 4.2 4.2

1 2 4.2 4.2 8.3

2 31 64.6 64.6 72.9

3 13 27.1 27.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Abstraksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 14 29.2 29.2 29.2

1 16 33.3 33.3 62.5

2 18 37.5 37.5 100.0

Total 48 100.0 100.0

Delay recall

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 12 25.0 25.0 25.0

1 5 10.4 10.4 35.4

2 9 18.8 18.8 54.2

3 14 29.2 29.2 83.3

4 5 10.4 10.4 93.8

5 3 6.3 6.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Atensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 2 4.2 4.2 4.2

Page 103: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

1 4 8.3 8.3 12.5

2 4 8.3 8.3 20.8

3 4 8.3 8.3 29.2

4 12 25.0 25.0 54.2

5 13 27.1 27.1 81.3

6 9 18.8 18.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Eksekutif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 13 27.1 27.1 27.1

1 2 4.2 4.2 31.3

2 7 14.6 14.6 45.8

3 26 54.2 54.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

Visuospasial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 19 39.6 39.6 39.6

1 10 20.8 20.8 60.4

2 19 39.6 39.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Penamaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 2.1 2.1 2.1

2 5 10.4 10.4 12.5

3 42 87.5 87.5 100.0

Total 48 100.0 100.0

Orientasi

Page 104: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 1 2.1 2.1 2.1

4 5 10.4 10.4 12.5

5 7 14.6 14.6 27.1

6 35 72.9 72.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 37 1 2.1 2.1 2.1

44 1 2.1 2.1 4.2

49 2 4.2 4.2 8.3

50 1 2.1 2.1 10.4

51 1 2.1 2.1 12.5

52 2 4.2 4.2 16.7

53 1 2.1 2.1 18.8

54 2 4.2 4.2 22.9

55 2 4.2 4.2 27.1

57 3 6.3 6.3 33.3

58 1 2.1 2.1 35.4

60 6 12.5 12.5 47.9

61 2 4.2 4.2 52.1

62 4 8.3 8.3 60.4

63 3 6.3 6.3 66.7

64 6 12.5 12.5 79.2

66 1 2.1 2.1 81.3

69 1 2.1 2.1 83.3

70 3 6.3 6.3 89.6

71 2 4.2 4.2 93.8

72 3 6.3 6.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Jenis kelamin

Page 105: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 43 89.6 89.6 89.6

Perempuan 5 10.4 10.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak sekolah 3 6.3 6.3 6.3

SD 20 41.7 41.7 47.9

SMP 6 12.5 12.5 60.4

SMA 14 29.2 29.2 89.6

PT 5 10.4 10.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIdak bekerja 6 12.5 12.5 12.5

petani 4 8.3 8.3 20.8

wiraswasta 12 25.0 25.0 45.8

buruh 7 14.6 14.6 60.4

pensiunan 16 33.3 33.3 93.8

TNI/POLRI 3 6.3 6.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Riwayat merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Iya 38 79.2 79.2 79.2

Tidak 10 20.8 20.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Riwayat penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 106: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Valid Tidak ada 20 41.7 41.7 41.7

Stroke 2 4.2 4.2 45.8

Diabetes mellitus 2 4.2 4.2 50.0

Hipertensi 15 31.3 31.3 81.3

dan lain-lain 9 18.8 18.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Diagnosa kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PPOK & TB paru 2 4.2 4.2 4.2

PPOK & Asma 5 10.4 10.4 14.6

PPOK & DM 3 6.3 6.3 20.8

PPOK & Stroke 1 2.1 2.1 22.9

PPOK & Hipertensi 15 31.3 31.3 54.2

PPOK 21 43.8 43.8 97.9

PPOK & Jantung 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Riwayat trauma kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Iya 7 14.6 14.6 14.6

Tidak 41 85.4 85.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Hasil tes diagnostik paru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada hasil 48 100.0 100.0 100.0

Fungsi Kognitif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Gangguan Fungsi Kognitif 38 79.2 79.2 79.2

Fungsi Kognitif Normal 10 20.8 20.8 100.0

Page 107: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Total 48 100.0 100.0

Tot_Kog

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10.00 2 4.2 4.2 4.2

11.00 1 2.1 2.1 6.3

12.00 1 2.1 2.1 8.3

13.00 1 2.1 2.1 10.4

15.00 6 12.5 12.5 22.9

16.00 2 4.2 4.2 27.1

17.00 1 2.1 2.1 29.2

18.00 1 2.1 2.1 31.3

19.00 3 6.3 6.3 37.5

20.00 4 8.3 8.3 45.8

21.00 1 2.1 2.1 47.9

22.00 6 12.5 12.5 60.4

23.00 2 4.2 4.2 64.6

24.00 6 12.5 12.5 77.1

25.00 1 2.1 2.1 79.2

26.00 2 4.2 4.2 83.3

27.00 2 4.2 4.2 87.5

28.00 5 10.4 10.4 97.9

29.00 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Jenis kelamin * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Jenis kelamin Laki-laki Count 35 8 43

% within Fungsi Kognitif 89.7% 88.9% 89.6%

Perempuan Count 4 1 5

% within Fungsi Kognitif 10.3% 11.1% 10.4%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Page 108: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Pekerjaan * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Pekerjaan TIdak bekerja Count 6 0 6

% within Fungsi Kognitif 15.4% 0.0% 12.5%

petani Count 4 0 4

% within Fungsi Kognitif 10.3% 0.0% 8.3%

wiraswasta Count 8 4 12

% within Fungsi Kognitif 20.5% 44.4% 25.0%

buruh Count 6 1 7

% within Fungsi Kognitif 15.4% 11.1% 14.6%

pensiunan Count 13 3 16

% within Fungsi Kognitif 33.3% 33.3% 33.3%

TNI/POLRI Count 2 1 3

% within Fungsi Kognitif 5.1% 11.1% 6.3%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Usia * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Usia 37 Count 0 1 1

% within Fungsi Kognitif 0.0% 11.1% 2.1%

44 Count 0 1 1

% within Fungsi Kognitif 0.0% 11.1% 2.1%

49 Count 1 1 2

% within Fungsi Kognitif 2.6% 11.1% 4.2%

50 Count 1 0 1

% within Fungsi Kognitif 2.6% 0.0% 2.1%

51 Count 1 0 1

% within Fungsi Kognitif 2.6% 0.0% 2.1%

52 Count 2 0 2

% within Fungsi Kognitif 5.1% 0.0% 4.2%

Page 109: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

53 Count 0 1 1

% within Fungsi Kognitif 0.0% 11.1% 2.1%

54 Count 0 2 2

% within Fungsi Kognitif 0.0% 22.2% 4.2%

55 Count 2 0 2

% within Fungsi Kognitif 5.1% 0.0% 4.2%

57 Count 1 2 3

% within Fungsi Kognitif 2.6% 22.2% 6.3%

58 Count 1 0 1

% within Fungsi Kognitif 2.6% 0.0% 2.1%

60 Count 5 1 6

% within Fungsi Kognitif 12.8% 11.1% 12.5%

61 Count 2 0 2

% within Fungsi Kognitif 5.1% 0.0% 4.2%

62 Count 4 0 4

% within Fungsi Kognitif 10.3% 0.0% 8.3%

63 Count 3 0 3

% within Fungsi Kognitif 7.7% 0.0% 6.3%

64 Count 6 0 6

% within Fungsi Kognitif 15.4% 0.0% 12.5%

66 Count 1 0 1

% within Fungsi Kognitif 2.6% 0.0% 2.1%

69 Count 1 0 1

% within Fungsi Kognitif 2.6% 0.0% 2.1%

70 Count 3 0 3

% within Fungsi Kognitif 7.7% 0.0% 6.3%

71 Count 2 0 2

% within Fungsi Kognitif 5.1% 0.0% 4.2%

72 Count 3 0 3

% within Fungsi Kognitif 7.7% 0.0% 6.3%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Pendidikan * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif Total

Page 110: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Pendidikan Tidak sekolah Count 2 1 3

% within Fungsi Kognitif 5.1% 11.1% 6.3%

SD Count 20 0 20

% within Fungsi Kognitif 51.3% 0.0% 41.7%

SMP Count 6 0 6

% within Fungsi Kognitif 15.4% 0.0% 12.5%

SMA Count 7 7 14

% within Fungsi Kognitif 17.9% 77.8% 29.2%

PT Count 4 1 5

% within Fungsi Kognitif 10.3% 11.1% 10.4%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Riwayat merokok * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Riwayat merokok Iya Count 30 8 38

% within Fungsi Kognitif 76.9% 88.9% 79.2%

Tidak Count 9 1 10

% within Fungsi Kognitif 23.1% 11.1% 20.8%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Riwayat penyakit * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Riwayat penyakit Tidak ada Count 17 3 20

% within Fungsi Kognitif 43.6% 33.3% 41.7%

Stroke Count 2 0 2

% within Fungsi Kognitif 5.1% 0.0% 4.2%

Diabetes mellitus Count 1 1 2

% within Fungsi Kognitif 2.6% 11.1% 4.2%

Page 111: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Hipertensi Count 12 3 15

% within Fungsi Kognitif 30.8% 33.3% 31.3%

dan lain-lain Count 7 2 9

% within Fungsi Kognitif 17.9% 22.2% 18.8%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Riwayat trauma kepala * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Riwayat trauma kepala Iya Count 5 2 7

% within Fungsi Kognitif 12.8% 22.2% 14.6%

Tidak Count 34 7 41

% within Fungsi Kognitif 87.2% 77.8% 85.4%

Total Count 39 9 48

% within Fungsi Kognitif 100.0% 100.0% 100.0%

Diagnosa kerja * Fungsi Kognitif Crosstabulation

Count

Fungsi Kognitif

Total

Gangguan

Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif

Normal

Diagnosa kerja PPOK & TB paru 1 1 2

PPOK & Asma 4 1 5

PPOK & DM 2 1 3

PPOK & Stroke 1 0 1

PPOK & Hipertensi 12 3 15

PPOK 17 4 21

PPOK & Jantung 1 0 1

Total 38 10 48

Page 112: Faculty of Medicine and health sciencesrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30626/1/SYAHIR... · and using montreal Cognitive Assesment (MoCa) questionnaire. The result

Lampiran 4