Postoperative Spinal Epidural Hematoma: Risk Factor and Clinical
Epidural Hematoma
-
Upload
natalia-ihalauw -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
description
Transcript of Epidural Hematoma
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
1/21
1
EPIDURAL HEMATOM
I. PENDAHULUAN
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering
terjadi oleh karena fraktur pada tulang tengkorak. Otak di tutupi oleh tulang tengkorak yang
kaku dan keras. Selain itu otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai
pembungkus yang di sebut dura yang berfungsi untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus
vena, dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika terjadi benturan yang hebat di kepala
kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan
pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, dan ketika
pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura
dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom.(1,2,3 )
Epidural hematom merupakan keadaan kegawat daruratan neurologis dan biasanya
berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga
menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh
vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery
yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila
terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.(15)
I.1. Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala ,yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang, dan jaringan otak atau kombinasinya
(Standar Pelayanan Medis ,RS Dr.Sardjito, PPNI Kab.Klaten,2009)
Cedera Kepala suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat
menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak
(Sastrodiningrat, 2009).
MenurutBrain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
2/21
2
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown,
Thomas, 2006)
I.2 Jenis trauma
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma
(Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu
secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup
merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah
luka. The Brain and Spinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup
adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan
jaringan otak menekan tengkorak.
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada
dura mater. (Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma
adalah seperti berikut :
a. FrakturMenurut AmericanAccreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur
yaitusimple fracture, linear or hairline fracture, depressed fracture, compound
fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:
Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit Linear or hairline : retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi,
distorsi dan splintering.
Depressed : retak pada kranial dengan depresi ke arah otak. Compound : retak atau kehilangan kulit dan splinteringpada tengkorak. Selain
retak terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
3/21
3
Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak ataukelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini
memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini
sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat
(Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-
tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal
keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoonseye (penumpukan darah pada orbital
mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
4/21
4
saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media
dan posterior (Garg, 2004).
Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang maxilofasial yang
merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian
ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari (Garg, 2004).
b. Luka memar (kontosio)Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana n
pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit
tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak
terjadi apabila otak menekan tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada
frontal, temporal dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau
MRI (Magnetic Resonance Imaging) seperti luka besar. Pada kontusio dapat terlihat
suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema. Jika
pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan, 2004).
Umumnya,individu yang mengalami cidera luas mengalami fungsi motorik
abnormal,gerakan mata abnormal,dan peningkatan TIK yang merupakan prognosis
buruk.
c. Cedera kepala ringan (Komosio)Setelah cedera kepala ringan,akan terjadi kehilangan fungsi neurologis
sementara dan tanpa kerusakan struktur. Komosio (commotio) umumnya meliputi
suatu periode tidak sadar yang berakir sselama beberapa detik sampai beberapa menit.
Kedaaan komosio ditunjukan dengan gejala pusing atau berkunang-kunang. Dan
terjadi kehilangan kesadaran penuh sesaat. Jika jaringan otak dilobus frontal terkena
maka pasien akan berperilaku sedikit aneh, sementara jika lobus temporal yang
terkena maka akan menimbulkan amnesia dan disoreintasi.
d. Laserasi (luka robek atau koyak)Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau
runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam
dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah apabila terjadi
kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
5/21
5
kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya pada
penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.
e. AbrasiLuka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini
bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan
subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.
f. AvulsiLuka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi
sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada
kranial terlepas setelah kecederaan (Mansjoer, 2000).
I.3 Klasifikasi Cedera Kepala
Cedera kepala akibat trauma diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, berat-ringannya
cedera, dan morfologi, selengkapnya ditampilkan pada tabel klasifikasi cedera kepala.
Tabel 1 : Klasifikasi Cedera Kepala
Mekanisme Tumpul - Kecepatan tinggi (tabrakanmobil)
- Kecepatan rendah(jatuh,dipukul)
Tembus - Luka tembak- Cedera tembus lain
Berat-ringannya Cedera Kepala Ringan(CKR) GCS 14-15
Cedera Kepala Sedang (CKS) GCS 9-13
Cedera Kepala Berat (CKB) GCS 3-8
Morfologi Fraktur Tengkorak :
- Kalvaria Garis Vs. Bintang (Stelata)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
6/21
6
- Dasar Tengkorak
Depresi / non-depresi
Terbuka/Tertutup
Dengan/tanpa kebocoran CSS
Dengan/tanpa paresis n. VIILesi intracranial :
- Fokal
- Diffus
Epidural Hematom
Subdural Hematom
Intracerebral Hematom
Konkusi
Konkusi Multiple
Hipoksia/iskemik
(Dikutip dengan ijin dari Valadka, AB; Narayan, RK : Emergency room management of the
head injured patient, in Narayan, RK; Wilberger, JE; Povlishock, JT (eds) : Neurotrauma,
New York, Mc.Graw-Hill, 1996, p.120) (ATLS,2004)
Berdasarkan nilai GCS cedera kepala dibagi menjadi 3 kelompok :
1. CKR (Cedera Kepala Ringan) apabila :GCS 14
Tidak terdapat kelainan pada CT scan otak.
Tidak memerlukan tindakan operasi
Lama dirawat di RS < 48 jam
2. CKS (Cedera Kepala Sedang) apabila :GCS 9-13
Ditemukan kelainan pada CT Scan otak
Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intracranial
Dirawat di RS setidaknya 48 jam
3. CKB (Cedera Kepala berat ) apabila :Dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai GCS 8 (Dewanto dkk.,2009)
II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
7/21
7
Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan hematoma epidural
dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi kejadian hematoma
epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat.Orang yang beresiko
mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.(2,9)
MenurutBrain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah
karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan
kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di
medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Rutland-Brown,
Thomas, 2006).
60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang
terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada
pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1. (9)
Tipe- tipe trauma kepala diantaranya: (6)
1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri2. Subacute hematoma ( 31 % )3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena
III. ANATOMI OTAK
Otak di lindungi diantaranya oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya.
Tanpa adanya perlindungan maka otak akan mudah untuk mengalami cedera dan kerusakan.
Selain itu, apabila neuron mengalami kerusakan maka tidak dapat di perbaiki lagi. Sebagian
masalah merupakan akibat langsung dari cedera kepala sehingga harus dihindari dan di
temukan sesegera mungkin oleh tim medis untuk menghindari rangkaian kejadian yang
menimbulkan gangguan mental, fisik dan bahkan kematian.(1)
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa, padat
yang dapat digerakkan dengan bebas dan memiliki kemampuan untuk menyerap energi dari
trauma eksternal. Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran
dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh darah besar. Apabila terdapat robek pembuluh
tersebut maka sukar untuk mengadakan vasokontriksi sehingga dapat menyebabkan
kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala. Tepat dibawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan diploika.
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
8/21
8
Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam
tengkorak, yang jelas memperlihatkan betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit
kepala yang seksama apabila galea terkoyak. (1)
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan yang tidak memungkinkan untuk
terjadinya pelebaran. Tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding atau tabula yang di pisahkan
oleh tulang berongga. Dinding luar disebut tabula eksterna dan dinding bagian dalam di sebut
tabula interna. Tabula interna mengandung alur-alur yang berisiskan arteria meningea
anterior, media, dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan terkoyaknya
salah satu dari arteri-arteri ini, akan mengakibatkan perdarahan arteri yang tertimbun dalam
ruang epidural sehingga dapat manimbulkan akibat yang fatal kecuali apabila ditangani
dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan meninges adalah
dura mater, arachnoid, dan pia mater (1)
1. Dura mater cranialis merupakan lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dualapisan yakni :
- Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteum yangmembungkus dalam calvaria
- Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat yangberlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater spinalis yang
membungkus medulla spinalis
2. Arachnoidea mater cranialis merupakan lapisan antara yang menyerupai sarang laba-laba
3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak pembuluhdarah.
IV. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi cedera kepala dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
9/21
9
1. Cedera Primer
Merupakan kerusakan akibat langsung trauma, antara lain fraktur tulang tengkorak,
robek pembuluh darah (hematom), kerusakan jaringan otak (termasuk robeknya
duramater, laserasi, kontusio).
2. Cedera Sekunder
Merupakan kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut
melampaui batas kompensasi ruang tengkorak.
Hukum Monroe Kellie mengatakan bahwa ruang tengkorak tertutup dan volumenya
tetap. Volume dipengaruhi oleh tiga kompartemen yaitu darah, liquor, dan parenkim
otak. Kemampuan kompensasi yang terlampaui akan mengakibatkan kenaikan TIK
yang progresif dan terjadi penurunan Tekanan Perfusi Serebral (CPP) yang dapat fatal
pada tingkat seluler.
Penurunan CPP kurang dari 70 mmHg menyebabkan iskemia otak. Iskemia otak
mengakibatkan edema sitotoksikkerusakan seluler yang makin parah (irreversibel).
Diperberat oleh kelainan ekstrakranial hipotensi / syok, hiperkarbi, hipoksia,
hipertermi, kejang, dan lain lain.
Pada epidural hematom, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura meter.
Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea
media robek. Robekan ini sering terjadi apabila terdapat fraktur tulang tengkorak di daerah
bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.(8)
Arteri meningea media memperdarahi hingga kedalam tengkorak melalui foramen
spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan
yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan
durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar. (8)
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
tanda-tanda neurologis.(1)
Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteri yang mengurus formation retikularis
di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuclei saraf
cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
10/21
10
ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah
ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat
cepat, dan tanda babinski positif.(1)
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah
yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut
peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda
vital dan fungsi pernafasan.(1)
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar
hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita
pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam , penderita akan
merasakan nyeri kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun.
Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di
sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada
Epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hamper selalu berat
atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar. (8)
Sumber perdarahan : (8) ,,,,,,,,,,,, CREVIER 2005
Arteri meningea media : pada 50 % kasus, lucid interval berkisar 23 jam .Vena meningea media : pada 33 % kasus.Sinusvenosus duramater : pada 17 % kasus.
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan gambaran hematom (hiperdense) berbentuk
bikonveks atau menyerupai lensa cembung pada umumnya terletak di area temporal atau
temporoparietal (ATLS,2004)
Gambar 1 : Epidural hematom
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
11/21
11
Epidural hematom akibat perdarahan arteri meningea media,terletak antara duramater dan
lamina interna tulang pelipis.
Os Temporale (1), Hematom Epidural (2), Duramater (3), Otak terdorong kesisi lain (4)
(Dikutip dari kepustakaan 8)
Epidural hematoma merupakan salah satu kasus yang paling darurat dan
membutuhkan penanganan yang segera di bedah saraf dikarenakan progresifitasnya yang
cepat oleh karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung mendesak ke
parenkim otak dan menyebabkan mudahnya terjadi herniasi trans dan infra tentorial. Karena
itu setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung
lama dan progresif memberat. Sehingga harus segera di rawat dan diperiksa dengan
seksama.(8,10)
V. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien
dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga.
Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti ini
harus di observasi dengan teliti.(3)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
12/21
12
Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera
kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala.
Gejala yang umunya terjadi : (3,8)
Penurunan kesadaran, dapat menyebabkan koma Disorientasi Penglihatan kabur Susah bicara Nyeri kepala yang hebat Keluar cairan darah dari hidung atau telinga Nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala. Mual Pusing Berkeringat Pucat Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
Pada tahap kesadaran menurun sebelum terjadinya stupor atau koma, bisanya
dijumpai hemiparese atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalan klinis, terjadi pelebaranpupil yang akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada mulanya masih positif menjadi
negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Selain itu terdapat pula kenaikan tekanan
darah (hipertensi) dan penurunan denyut nadi (bradikardi). Pada tahap akhir, kesadaran
mengalami penurunan hingga terjadinya koma, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran
sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda
kematian. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya
disfungsi rostrocaudal batang otak.(11)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
13/21
13
Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti kontusio serebri (memar
otak), interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur. (8)
VI. GAMBARAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan intrakranial
dintaranya dengan pemeriksaan CT-scan dan MRI. (2)
1. Foto Polos KepalaPada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti suatu perdarahan
intrakranial sebagai epidural hematom. Foto polos kepala diperiksa dengan proyeksi Antero-
Posterior (AP) dan lateral dengan sisi yang mengalami trauma pada film untuk melihat
adanya fraktur tulang yang memotong sulcus arteria meningea media. (10)
Fraktur impresi dan linier pada tulang parietal, frontal dan temporal
(Dikutip dari kepustakaan 7)
Computed Tomography (CT-Scan)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
14/21
14
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedara
intracranial lainnya. CT-Scan merupakan standard baku untuk mendeteksi perdarahan
intracranial.
Semua pasien dengan GCS < 15 sebaiknya menjalani pemeriksaan CT Scan,
sedangkan pada pasien dengan GCS 15, indikasi dilakukan adalah:
Nyeri kepala hebat Adanya tanda-tanda fraktur basis kranii Adanya riwayat cedera yang berat Muntah lebih dari 1 kali. Usia >65 tahun dengan penurunan kesadaran atau amnesia Kejang Riwayat gangguan vaskuler atau menggunakan obat-obat antikoagulan Amnesia, gangguan orientasi, berbicara, membaca, dan menulis Rasa baal pada tubuh Gangguan keseimbangan atau berjalanPada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada
kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah temporoparietal. Densitas
darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral.
Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang tinggi pada stage
yang akut ( 6090 HU), ditandai dengan adanya peregangan dari pembuluh darah.(6,8,16)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
15/21
15
Gambar 1. Gambaran CT-Scan Hematoma Epidural di Lobus Fronal kanan.
(Di kutip dari kepustakaan 9)
Gambar 2. Gambaran CT-Scan fraktur tulang frontal kanan di anterior sutura coronalis (Di
kutip dari kepustakaan 9)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi
duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan
batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dipilih untuk
menegakkan diagnosis.(9,10,16)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
16/21
16
Gambar 3. Gambaran MRI Hematoma Epidural.
(Di kutip dari kepustakaan 4)
VII. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana cedera kepala :
Pada saat menangani pasien dengan cedera kepala maka dilakukan survey primer diantaranya
dengan pemeriksaan ABCDE yakni :
Airway + C Spine Control
Maksimalkan oksigenasi dan ventilasi
Imobilisasi servikal menggunakan stiffneck collar, head block, dan diikat pada alas yang
kaku pada kecurigaan fraktur servikal
Breathing & Ventilasi
Menilai : Laju pernapasan, kesimetrisan gerakan dinding dada, penggunaan otot bantu napas,
dan auskultasi bunyi napas
Circulation & bleeding control
Resusitasi cairan intravena, yaitu cairan isotonic, seperti Ringer Laktat atau Normal Salin (20
ml/kgBB) jika pasien syok, tranfusi darah 10-15 ml/kgBB harus dipertimbangkan
Defisit Neurologis
Dinilai GCS, ukuran dan reaksi pupil. Hiperventilasi menurunkan pCO2dengan sasaran 35-
40 mmHg, sehingga terjadi vasokonstriksi di otak dan menurunkan tekanan intracranial.
Exposure / paparan
Semua pakaian harus dilepas sehingga semua luka dapat terlihat.
Algoritma tatalaksana Cedera Kepala yakni :
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
17/21
17
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
18/21
18
Penanganan darurat :
Dekompresi dengan trepanasi sederhana (boor hole) Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 300dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau
gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan
meningkakan drainase vena.(9)
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason
(dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis 1-3
mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini
masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi
profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya
focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan
karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
19/21
19
masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,
dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk
mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak
dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB
dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1
mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.(8)
Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat : (15)
Volume epidural hematom > 30 ml tanpa memandang GCS pasien. Keadaan pasien memburuk yang ditandai dengan penurunan GCS. Pendorongan garis tengah (midline shift) > 5 mm. Basal Cistern (Fossa interpeduncularis) menghilang pada CT-Scan kepala. Basal
cistern merupakan suatu rongga yang terbentuk dari lipatan arachnoid yang berisikan
cairan cerebrospinal.
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
20/21
20
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life savingdan untuk fungsional
saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergenci.
Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.(8)
Indikasi untuk life savingadalah jika lesi desak ruang bervolume :
> 25 ccdesak ruang supra tentorial > 10 ccdesak ruang infratentorial > 5 ccdesak ruang thalamus
Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
Penurunan klinis Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan
klinis yang progresif.
Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunanklinis yang progresif.
VIII. PROGNOSIS
Prognosis pada Epidural hematom tergantung pada : (8)
Lokasinya ( infratentorial lebih jelek ) Besarnya Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena
kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan
kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma
sebelum operasi. (2,14)
-
5/26/2018 Epidural Hematoma
21/21
21
Pasien dengan GCS yang rendah pada 6-24 jam setelah trauma, prognosisnya lebih buruk
daripada pasien dengan GCS 15. (Dewanto dkk., 2009)
(Grace & Neil, 2007)