Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture...

31

Click here to load reader

Transcript of Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture...

Page 1: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Efektivitas Klinis dan Mikrobiologis dari Tiga Metode Perawatan yang Berbeda

dalam Menangani Denture Stomatitis

(Clinical and Microbiological Efficacy of Three Different Treatment Methods in The

Management of Denture Stomatitis)

Tujuan: Penelitian ini mengevaluasi efek obat kumur dan kondisioner jaringan pada

temuan klinis dan flora mikroba dari 60 pasien dengan Denture Stomatitis tipe II

Newton (N2DS).

Latar Belakang: Denture stomatitis adalah masalah umum bagi pemakai gigitiruan

lengkap.

Bahan dan metode: Enam puluh pasien dengan N2DS dilibatkan dalam penelitian

ini dan dibagi menjadi tiga kelompok. Dua kelompok pasien diinstruksikan untuk

berkumur dengan obat kumur yang dipilih DioxiDent dan Corsodyl dua kali sehari

selama 1 menit dan merendam gigitiruan mereka semalaman dengan larutan ini untuk

15 hari. Untuk kelompok ketiga, kondisioner jaringan ditempatkan pada tiap

gigitiruan rahang atas pada 20 pasien. Pasien dievaluasi baik secara klinis dan

mikrobiologis pada awal dan setelah 15 hari. Apusan palatal dan smear diambil dari

setiap pasien sebelum dan setelah perawatan dan sampel tersebut diperiksa secara

mikologikal. Perbedaan antara kolonisasi kandida sebelum dan setelah perawatan dan

perbedaan temuan klinis antara pra-perawatan dan pasca perawatan dinilai.

Hasil: DioxiDent dan Corsodyl menunjukkan perbaikan inflamasi palatal dan

penurunan Kolonisasi Kandida dibandingkan dengan Visco-gel.

Kesimpulan: Efektivitas klorin dioksida dan chlorhexidine glukonat topikal dalam

penanganan N2DS telah didemonstrasikan.

1

NUR AMALJ11106109

Page 2: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Pendahuluan

Dilaporkan bahwa pada 11-67% dari pemakai gigitiruan lengkap mengalami denture

stomatitis dan banyak metode perawatan berbeda yang telah disarankan untuk

mengobati gejala ini.1-6 Etiologinya multifaktorial, dengan Kandida albicans menjadi

agen penyebab utama7-9 yang dapat berhubungan dengan adanya plak bakteri yang

sudah lama, trauma, penggunaan protesa yang terus menerus, reaksi alergi terhadap

basis material gigitiruan dan produk pembersih, kurangnya kebersihan mulut, diet

yang tidak memadai, atau penggunaan antibiotik.2,5,6 Spesies kandida terjadi dalam

bentuk ragi (blastospore) atau bentuk miselium (hifa).3 Bentuk miselium terlihat

konsisten dalam denture stomatitis, sedangkan bentuk blastospore mungkin ada pada

mukosa palatal klinis yang normal pada pemakai gigitiruan. Dengan demikian, bercak

pada langit-langit membentuk miselium merupakan tanda kandida menyebabkan

denture stomatitis.3

Meskipun disarankan metode perawatan yang berbeda untuk denture stomatitis,

terdapat tiga pendekatan utama:

1. Efektif membersihkan gigitiruan dengan pembersih.7-12

2. Mengutamakan perawatan pada langit-langit menggunakan agen

antijamur.13-16

3. Membuat gigitiruan yang baru atau menggunakan lapisan gigitiruan

untuk mengurangi trauma.5,17-22

Peneliti mempercayai bahwa trauma menjadi faktor penyebab yang signifikan untuk

denture stomatitis menganjurkan membuat gigitiruan baru dan menggunakan

kondisioner jaringan.5,17-22 Beberapa peneliti menganggap bahwa lapisan silikon

lembut dan kondisioner jaringan digabungkan dengan zink undecylenate dapat

menghilangkan pertumbuhan kandida. Hal ini diperlihatkan oleh beberapa peneliti

bahwa kondisioner jaringan yang dikombinasikan dengan agen antijamur berhasil

dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, C. krusei dan C. tropicalis, tetapi

terdapat kekurangan daya hambat dari kondisioner jaringan itu sendiri.17, 18 Terdapat

hasil bertentangan adheren/kolonisasi untuk lapisan bahan. Beberapa studi in vitro

2

Page 3: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

melaporkan bahwa lapisan yang tidak pas pada gigitiruan menghasilkan efek hambat

yang signifikan pada C. albicans19, sedangkan banyak studi terbaru menunjukkan

bahwa lapisan gigitiruan hanya memiliki batas sifat antijamur dan tidak signifikan

dalam mengurangi kolonisasi dan perlekatan kandida.20-22 Davenport1 dan Budtz-

Jorgensen4 menyatakan bahwa dalam kasus denture stomatitis, koloni C. albicans

lebih sering membaik dari permukaan jaringan gigitiruan resin akrilik sebagai lawan

mukosa palatal yang sesuai. Oleh karena itu, diperlukan untuk menghilangkan ragi

dari gigitiruan untuk mencegah kolonisasi oleh C. Albicans. Untuk itu, rutin

membersihkan gigitiruan yang tepat diperlukan untuk mencegah denture stomatitis

dan menjaga kesehatan jaringan pendukung.

Banyak modalitas untuk memberikan perawatan oral yang telah diusulkan dalam

literatur. Studi-studi membandingkan efektivitas dari teknik pembersihan gigitiruan

yang diusulkan, baik mekanik atau kimia, telah menggunakan berbagai metode untuk

mengevaluasi kontrol plak7-12. Sabun dan sikat disarankan pada pasien untuk

pembersihan mekanis. Meski telah diterima secara luas sebagai metode yang efektif,

metode mekanis untuk kepuasan pembersihan gigitiruan membutuhkan upaya dan

perhatian yang cermat oleh pasien23. Webb dkk.6 dan Kulak dkk.11 menunjukkan

bahwa mengendalikan biofilm gigitiruan hanya dengan cara menyikat tidak seefektif

seperti pembersih kimia dalam mengurangi plak pada gigitiruan untuk mencegah

denture stomatitis. Para peneliti menyatakan bahwa perawatan denture stomatitis

melibatkan tindakan kebersihan gigitiruan yang ketat dan penggunaan agen

antiseptik. Secara khusus, pasien sebaiknya dihindarkan memakai gigitiruan mereka

pada malam hari dan gigitiruan harus direndam semalaman dalam antiseptik solution6,

24. Selama lebih dari 30 tahun, kontrol plak secara mekanik dan kimia telah menjadi

pencegahan primer terhadap karies, radang gusi, dan penyakit periodontal25.

Alat mekanis sendiri memiliki keterbatasan, perhatian yang lebih besar telah

ditunjukkan dalam metode kimia. Berkumur dengan menggunakan obat kumur klorin

dioksida aktif, klorheksidin (0,12%), obat kumur fenolik, sanguinarine atau obat

kumur setil piridium telah terbukti mengurangi beban bakteri mulut 10-fold25. Ada

3

Page 4: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

juga beberapa studi melaporkan penggunaan solution antiseptik sebagai obat kumur

dan rendaman gigitiruan untuk menghilangkan denture stomatitis26-32.

Meskipun upaya bermanfaat saat ini pada efektivitas pembersihan gigitiruan untuk

mengurangi Kandida spp. pada gigitiruan telah dilakukan5,7-12, terdapat informasi yang

tidak memadai mengenai tujuan yang sama untuk obat kumur. Hal ini jelas dari

literatur pemeliharaan jaringan dan obat kumur bahwa saat ini ada perawatan yang

dikenal efektif secara keseluruhan untuk mencegah atau mengurangi kejadian denture

stomatitis.

Oleh karena itu, studi ini meneliti: (1) Efek dari pemeliharaan jaringan dan dua obat

kumur dalam mengatasi gejala klinis umum denture stomatitis, (2) Efek metode

perawatan ini pada pengurangan C. albicans, dan (3) Efek dari metode perawatan ini

dalam menghilangkan hifa yang diidentifikasi sebagai bentuk patogen dari C.

albicans.

Hipotesis null adalah bahwa kondisioner jaringan dan obat kumur akan efektif dalam

menghilangkan inflamasi palatal, kolonisasi kandida dan bentuk hifa C. albicans

dalam perawatan denture stomatitis.

Bahan dan Metode

Enam puluh pemakai gigitiruan lengkap yang memiliki denture stomatitis

Newton tipe II (N2DS) dan tidak memiliki penyakit sistemik berpartisipasi dalam

penelitian ini. Rincian demografis dan riwayat medis dan kesehatan gigi lengkap

diperoleh dari setiap peserta. Berdasarkan informasi dari riwayat kesehatan dan awal

pemeriksaan klinis, 60 pasien, (37 perempuan dan 23 laki-laki, usia rata-rata: 60,8 ±

15) dengan diagnosis positif N2DS dilibatkan dalam penelitian ini. Protokol

eksperimental yang digunakan untuk penelitian ini disetujui komite tinjauan etik

Universitas Marmara.

4

Page 5: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan mikologi: pengukuran kuantitatif mikrobiologi dilakukan untuk

menetapkan nilai dasar untuk keberadaan C. albicans. Mukosa palatal itu di apus

dengan kapas wol polos. Apusan dikultur dalam medium Sabourauds’ pada suhu

37oC selama 48 jam, dan jumlah unit koloni (CFU / mL)yang terbentuk dicatat.

Kandida albicans diidentifikasi oleh tabung pembentukan kuman dan kemampuan

untuk tumbuh pada agar tepung jagung.

Apusan diambil dari palatum dari semua pasien dengan spatula logam, seperti yang

dijelaskan oleh Kulak dkk.5

Konsentrasi sel ragi dicatat menggunakan skala Budtz-Jorgensen3 dan skala serupa

digunakan setelah perawatan.

Perawatan. Pasien yang menghasilkan 100 atau lebih koloni dan menunjukkan bukti

klinis N2DS dibagi rata menjadi tiga kelompok perlakuan.

Gigitiruan tersebut kemudian dirawat dengan salah satu cara berikut: protesa pasien

kelompok pertama dilapisi dengan bahan kondisioner jaringan Visco gel,

DENTSPLY DeTrey GmbH, De Trey-Straße 1, D-78467 Konstanz. Visco-gel

dicampur sesuai dengan instruksi pabrik. Setelah dibersihkan, gigitiruan tersebut

diletakkan lebih rendah yang diperlukan untuk membebaskan titik-titik tekanan dan

undercut, dibilas dengan air dan dikeringkan secara menyeluruh dan sebuah film tipis

dari separator Visco-gel diaplikasikan ke permukaan gigitiruan yang longgar.

Perawatan harus diambil untuk menghindari separator apapun pada permukaan

gigitiruan yang pas karena hal ini akan mencegah adhesi. Kemudian, Visco-gel

diaplikasikan untuk menutupi seluruh permukaan gigitiruan yang pas. Setelah bahan

campuran mencapai konsistensi yang sesuai, gigitiruan dimasukkan ke mulut,

biasanya 2-3 menit dari campuran awal. Pasien diperintahkan untuk menutup mulut

dengan hati-hati ke oklusi yang normal dan tetap dalam posisi tersebut tidak kurang

dari 2 menit. Pasien kemudian diinstruksikan untuk melaksanakan gerakan rahang

fungsional, misalnya mengunyah lembut dan menelan, setidaknya selama 2 menit.

Sekitar 7-8 menit dari pencampuran awal, gigitiruan dilepaskan dan diperiksa

5

Page 6: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

keadekuatannya, khususnya di perbatasannya. Material tambahan ditambahkan, jika

diperlukan, dengan mengulangi prosedur di atas. Setiap material yang berlebihan

dihilangkan dengan hati-hati dengan alat yang tajam atau pisau panas untuk

menghindari gangguan pada tepi gulungan. Pasien dalam kelompok ini memiliki

gigitiruan rahang atas yang telah dilapisi dengan kondisioner jaringan setiap 7 hari

dan diinstruksikan untuk melepaskan gigitiruan mereka pada malam hari untuk

direndam dalam air.

Kelompok kedua menerima obat klorin dioksida (0,8% ClO2 DioxiDent-Frontier

Farmasi, Inc, Melville, NY, USA) yang diberikan dalam bentuk dua cairan. Bahan

aktif dalam bagian A terdiri dari sodium klorit dan bagian B asam lemah. Kombinasi

yang sama dari bagian A dan B menghasilkan klorin dioksida sebagai produk. Pasien

diinstruksikan untuk mencampurkan masing-masing sekitar 15 ml dari dua bagian,

untuk berkumur dan menjaga cairan tetap kontak dengan jaringan selama 1 menit dan

kemudian membuangnya. Pasien mengulang hal ini dua kali sehari, di pagi hari dan

pada saat waktu tidur. Selain itu, pasien diperintahkan untuk rendam gigitiruan

mereka dalam campuran ClO2 setiap malam selama 15 hari.

Kelompok ketiga diperintahkan untuk berkumur dengan obat kumur Corsodyl (0,2%

chlorhexidine glukonat, Grup Laboratories SA (Pty) Ltd, Epping Industri 1, Cape

Town) dua kali setiap hari selama 1 menit dan merendam gigitiruan mereka tiap

malam dalam obat kumur ini selama 15 hari.

Pemeriksaan klinis dan mikologi dilakukan untuk subyek baseline dan setelah 15

hari. Budtz-Jorgensen dkk.3, indeks digunakan untuk menilai efek klinis perawatan.

Penyembuhan: tidak ada inflamasi, kemajuan: inflamasi menurun, kegagalan: tidak

ada perubahan dalam inflamasi.

Analisis Statistik

Perbedaan antara kolonisasi kandida sebelum dan setelah perawatan diuji untuk

signifikansi statistik dengan uji-t, dan temuan klinis perbedaan antara perawatan pra

dan pasca perawatan dievaluasi oleh Wilcoxon rank signed test.

6

Page 7: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Hasil

Temuan Klinis Inflamasi Palatal

Penilaian oleh peneliti mengungkapkan bahwa 65% dari kelompok pertama yang

dirawat dengan Visco-gel merespon perawatan, 40% dari pasien sembuh dan 25%

dari pasien menunjukkan perbaikan. Penurunan bermakna secara statistik (p = 0,04)

terlihat pada inflamasi palatal.

Delapan puluh lima persen dari kelompok kedua yang diobati dengan DioxiDent

merespon perawatan, 60% dari pasien telah sembuh, dengan 25% dari pasien

menunjukkan perbaikan. Sebuah penurunan yang signifikan secara statistik (p =

0,001) pada inflamasi palatal juga dicatat. Pada kelompok ketiga yang dirawat dengan

Corsodyl, 90% dari pasien merespon perawatan, 70% pasien sembuh dan 20% dari

pasien menunjukkan perbaikan dan penurunan yang signifikan secara statistik (p =

0,04) terlihat pada inflamasi palatal (Gambar 1). Ada perbedaan yang signifikan

secara statistik dalam penurunan inflamasi palatal antara Visco-gel dan kelompok

yang lainnya (p = 0,03).

Kolonisasi Kandida

Pada kelompok subjek yang dirawat dengan Visco-gel tanpa antiseptik solution,

menunjukkan sedikit penurunan pada jumlah rata-rata koloni C. albicans. Namun,

penurunan ini secara statistik tidak signifikan dibandingkan dengan tahap sebelum

perawatan (p = 0,4). Dalam kelompok subjek yang dirawat dengan DioxiDent,

terlihat penurunan rata-rata jumlah koloni C. albicans yang signifikan secara statistik

pada akhir perawatan (p = 0,001), hampir sama dengan kelompok yang dirawat

dengan Corsodyl (p = 0,001) (Tabel 1, Gambar. 2). Ada perbedaan yang signifikan

secara statistik pada rata-rata jumlah koloni C. albicans antara Visco-gel dan

kelompok lain (p = 0,001).

7

Page 8: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Gambar 1. Hasil inflamasi palatal dari kelompok berbeda. Kelompok 1 diobati dengan

Visco-gel. Kelompok 2 diobati dengan DioxiDent. Kelompok 3 diobati dengan Corsodyl.

Tabel 1. Kolonisasi Kandida Albicans CFU/mL Sebelum dan Setelah Perawatan pada

Kelompok Berbeda

KelompokRata-rata ± SDSebelum Perawatan Setelah Perawatan

Visco-gel 208.35 ± 17.45 196.15 ± 14.95DioxiDentCorsodyl

204.75 ± 18.05 202.24 ± 18.47

74.21 ± 15.5557.81 ± 19.27

*Rods vertikal memperlihatkan tidak ada statistik signifikan

Noda

Sebelum prosedur perawatan, 35% dari pasien yang dirawat dengan Visco-gel

memperlihatkan noda hifa dari palatum, dan blastospora diidentifikasi di semua noda.

Setelah perawatan, hifa juga muncul di tujuh noda. Namun, blastospora muncul pada

75% dari pasien tetapi nilai hifa tidak menunjukkan penurunan signifikan secara

statistik pada akhir perawatan (p = 0,08).

Sebelum prosedur perawatan, 45% dari pasien yang dirawat dengan

DioxiDent menghasilkan hifa dalam apusan dari palatal dan blastospores

teridentifikasi di semua noda. Setelah pengobatan, hifa muncul dalam empat dari

noda dan blastospora muncul 10 pada noda. Jumlah hifa menunjukkan penurunan

yang signifikan secara statistik pada akhir perawatan (p = 0,03). Sebelum perawatan,

8

Page 9: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

45% dari pasien yang diobati dengan Corsodyl menghasilkan hifa dalam apusan dari

palatal sedangkan blastospora teridentifikasi di semua noda. Setelah perawatan, hifa

yang muncul hanya dua dari noda sementara blastospora muncul di tujuh noda.

Jumlah hifa menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik pada akhir

perawatan (P> 0,01) (Tabel 2). Ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada

jumlah hifa antara Visco-gel dan kelompok yang lain (p = 0,025).

Gambar 2. Kolonisasi candida sebelum dan setelah perawatan dalam kelompok yang berbeda.

Kelompok 1 dirawat dengan Visco-gel. Kelompok 2 dirawat dengan DioxiDent. Kelompok 3

dirawat dengan Corsodyl.

Tabel 2. Hasil Jumlah Sel Ragi Pasien pada Noda Palatal Sebelum dan Setelah

Perawatan

Sel ragiSebelum Perawatan Setelah PerawatanBlastospora Hifa Blastospora Hifa

Visco-gelDioxiDentCorsodyl

202020

7910

15107

742

9

Page 10: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Diskusi

Dalam studi ini, DioxiDent (klorin dioksida) dan Corsodyl (chlorhexidine glukonat)

adalah solution yang digunakan baik untuk antiseptik topikal dan sebagai obat kumur

dibandingkan dengan bahan kondisioner jaringan Visco-gel untuk perawatan N2DS.

Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara

Visco-gel dan kelompok obat kumur lain dalam mengurangi inflamasi palatal (p =

0,03). Selain itu, ada perbedaan yang signifikan dalam penurunan kolonisasi kandida

dan hifa antara Visco-gel dan kelompok obat kumur lain (p = 0,001 dan p = 0,025,

masing-masing). De Paula dkk.26 mengevaluasi efek dari obat kumur antimikroba dan

lapisan gigitiruan halus pada temuan klinis dan flora mikroba dari 78 pasien dengan

denture stomatitis. Mereka menunjukkan bahwa ketiadaan prosedur kebersihan

mekanik gigitiruan lain, kumur antiseptik dan relines yang sama-sama efektif dalam

mengurangi denture gigitiruan dan flora patogen plak gigitiruan. Hasil penelitian

kami tidak sesuai dengan hasil studi De Paola dkk.26. Perbedaan dapat terjadi akibat

bahan yang digunakan dan waktu aplikasi.

Hal ini diterima bahwa dalam fase miselium C. albicans adalah parasit namun

saprophytic di fase blastospora. Oleh karena itu isolasi struktur hifa dalam noda

merupakan indikasi infeksi kandida, sedangkan isolasi C. albicans oleh kultivasi

dianggap dapat membuktikan adanya infeksi kandida3, 5. Noda langsung dari daerah

inflamasi adalah cara untuk menetapkan patogenesis kandida5. Penerapan Corsodyl

dan DioxiDent sebagai obat kumur dan agen rendaman untuk permukaan bagian

dalam dari gigitiruan rahang atas menyebabkan perbaikan yang signifikan dari

jaringan yang meradang di bawah gigitiruan. Sebagai hasilnya, sebagian besar bentuk

hifa C. albicans dihilangkan dari noda. Blastospora, diasumsikan non-patogen

pada kandidiasis superficial3, 5, masih ada setelah perawatan di sebagian besar noda

palatal. Penerapan Visco-gel tidak berpengaruh pada pemberantasan bentuk hifa C.

albicans dan blastospora di semua noda palatal yang diambil setelah perawatan.

Jadi bagian pertama dari hipotesis null menolak bahwa kondisioner jaringan tidak

efektif dalam menghilangkan kolonisasi candida dan hifa. Namun, skenario klinis

10

Page 11: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

membaik diamati pada mukosa mulut pasien tanpa pengurangan signifikan C.

albicans pada kelompok Visco-gel. Hal ini diyakini murni karena penghilangan

trauma yang disebabkan oleh gigitiruan tua pada bantalan mukosa gigitiruan.

Pelapisan sangat diperlukan pada banyak situasi klinis di mana pasien memiliki

gigitiruan tipis, tajam, atau resorpsi residu ridge alveolar yang buruk atau jaringan

iritasi kronis dari gigitiruan mereka21, 22. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa

perawatan denture stomatitis dengan Visco-gel saja tidak cukup untuk mengontrol

patogenitas kandida. Temuan dalam penelitian kami mendukung penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa bahan kondisioner jaringan hanya terbatas pada

sifat antijamur dan tidak signifikan pada penurunan perlekatan dan kolonisasi

kandida20-22. Dalam kelompok kedua Corsodyl dan DioxiDent, diamati sebuah

penekanan terhadap konsentrasi sel-sel ragi di mukosa palatal dan penurunan

inflamasi dan hilangnya hifa. Dengan demikian, bagian kedua dari hipotesis nul

diterima bahwa obat kumur efektif dalam menghilangkan inflamasi palatal, kolonisasi

kandida dan hifa.

Sebagai obat kumur Corsodyl digunakan untuk pertama kali dalam perjalanan

perawatan untuk denture gigitiruan, tidak mungkin untuk membuat perbandingan

langsung dengan penelitian lain. Tidak ada efek samping dari seluruh penggunaan

obat kumur selama 2 minggu ini. Penelitian ini mengkonfirmasikan hasil dari

Epstein29 dan Lal dkk.31. Ini akan diperlukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

yang terdiri dari periode perawatan lagi dan mengendalikan rekurensi C. albicans

karena kurangnya hasil konsensus di kalangan albicans dan rekurensi C. albicans

pada topik ini setelah perawatan. Efek antiseptik klorin dioksida telah dibuktikan

dalam studi sebelumnya dan ClO2 telah terbukti efektif sebagai agen topikal.

Efek dari obat kumur klorin dioksida pada mulut baik streptokokus, laktobasilus dan

C. albicans diteliti dalam literature31. Efektivitas klinis dan mikrobiologi klorin

dioksida (ClO2) sebagai antiseptik topikal dan agen desinfektan digunakan untuk

pengobatan denture stomatitis pada pasien geriatri juga telah dinilai. Efektivitas

klorin dioksida topikal (0,8%) dalam penanganan atrofik kandidiasis kronis

11

Page 12: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

ditunjukkan oleh Mohammad dkk.32 mereka menyatakan bahwa ClO2 memberikan

keamanan dan pilihan keefektivan klinis dalam menangani atrofik kandidiasis kronis.

Hasil studi ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mohammad dkk.32. Sejak ClO2

tampaknya menjadi agen antiseptik yang efektif untuk perawatan denture stomatitis

dan tidak memiliki efek samping yang merugikan yang dilaporkan dalam literatur,

akan menjadi alternatif yang layak untuk antiseptik derivatif klorheksidin. Karena

klorin dioksida belum dimasukkan dalam banyak laporan, diperlukan penelitian in

vitro dan in vivo lebih lanjut.

Kesimpulan

Perawatan N2DS dengan klorin dioksida 0,8% (DioxiDent), 0,2% klorhexidin

glukonat (Corsodyl) menghasilkan peningkatan yang lebih besar dari inflamasi

palatal daripada dengan pelapisan ulang gigitiruan dengan kondisioner jaringan.

Penggunaan kondisioner jaringan untuk perawatan N2DS tidak berpengaruh pada

penghilangan bentuk hifa C. albicans yang teridentifikasi dalam noda dan efeknya

dalam menghilangkan sel ragi tidak signifikan, namun hal tersebut membantu

penurunan inflamasi palatal.

12

Page 13: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Telaah Artikel

Sistematika penulisan dari artikel ini sudah cukup mengikuti ketentuan yang

benar. Ditinjau dari judul artikel yang jelas, ringkas, dan tidak lebih dari 15 kata serta

memberi gambaran yang dapat mewakili isi dari artikel. Penulis dan institusinya juga

ditulis dengan jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan apabila terdapat

kekeliruan di dalamnya. Abstrak disajikan dengan singkat, padat, jelas, dan cukup

informatif serta isi abstrak tidak melebihi 250 kata. Secara umum, artikel ini sudah

cukup baik dan berikut akan dibahas mengenai hal-hal yang kurang informatif dari isi

artikel dan selanjutnya akan ditelaah lebih lanjut.

Denture stomatitis merupakan bentuk dari oral candidiasis yang

bermanifestasi seperti inflamasi yang difus pada daerah yang berkontak dengan

gigitiruan. Setidaknya 70% individu dengan tanda klinis denture stomatitis

memperlihatkan pertumbuhan jamur, dan kondisi ini sering menghasilkan kolonisasi

ragi pada mukosa mulut, berkombinasi dengan kolonisasi bakteri.1

Tahap klinis perkembangan dari denture stomatitis. Tahap pertama terdiri dari

banyaknya palatal petechiae. Tahap kedua memperlihatkan eritema yang lebih

menyebar melibatkan paling banyak dari mukosa yang ditutup gigitiruan. Tahap

ketiga termasuk perkembangan granulasi jaringan atau nodular (hyperplasia papila),

sering melibatkan daerah sentral dari palatum keras dan ridge alveolar.1

Sebagian peneliti percaya bahwa penyebab denture stomatitis adalah

multifaktorial. Ada tiga faktor yang menyebabkan denture stomatitis yaitu, trauma,

infeksi dan alergi.2

13

Page 14: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Tingkatan dari denture stomatitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :3,4

Tipe I – hiperemia yang jelas atau inflamasi lokal.

Tipe II – eritema difus terbatas pada mukosa yang kontak dengan basis

gigi tiruan.

Tipe III – permukaan granular atau inflamasi papilla hiperplasia dari

palatum.

Denture stomatitis tipe III melibatkan respon epitel terhadap rangsangan inflamasi

kronis sekunder untuk kolonisasi ragi dan, mungkin, trauma lokal yang dihasilkan

dari gigitiruan yang tidak pas.

Cara pembersihan gigitiruan lepasan ada dua, yaitu:5

1. Mekanis atau getaran ultrasonic

2. Dengan menggunakan bahan-bahan kimia

14

Page 15: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

1. Cara Mekanis5

1.1. Penyikatan

Alat yang digunakan adalah sikat khusus untuk menyikat gigitiruan lepasan

hingga semua bagian dari gigitiruan dapat dicapai. Penderita kebanyakan

membersihkan gigitiruan lepasan dengan sabun atau pasta gigi dan sikat gigi. Cara ini

efektif dalam menghilangkan plak dan debris makanan pada gigitiruan lepasan,

sehingga gigitiruan lepasan menjadi bersih, tetapi pada gigitiruan sebagian lepasan

cara tersebut tidak efektif karena pada gigitiruan sebagian lepasan terdapat daerah

yang sukar dibersihkan.

Cara lain adalah, gigitiruan lepasan direndam lebih dulu dalam bahan khusus

yang membentuk oksigen, kemudian dilakukan penyikatan. Untuk mendapatkan hasil

yang efektif, penyikatan dilakukandengan arah yang berbeda dan dilakukan setiap

kali setelah makan dan sebelum tidur.

1.2. Getaran Ultrasonik

Akhir-akhir ini dikembangkan penggunaan energi sonic dan ultrasonik untuk

membersihkan gigitiruan lepasan. Energi alat sonik sebagai pembersih gigitiruan

lepasan, berbeda dengan energi vibrator dan bukan energy ultrasonik.

The American Dental Association (ADA) Council on Dental Material and

Devices merekomendasikan alat mekanis sonik untuk membersihkan gigitiruan

lepasan dengan memakai larutan deterjen untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai

pembersih, tetapi ADA menyatidakan bahwa alat ultrasonik lebih efektif

dibandingkan dengan alat sonik dalam hal membersihkan gigitiruan lepasan.

2. Bahan kimia5,6

Beberapa persyaratan bahan yang digunakan untuk membersihkan gigituruan

yaitu; mudah dipergunakan untuk membersihkan gigitiruan, efektif untuk

membersihkan deposit pada gigitiruan baik organik maupun non organik, mempunyai

efek bakterisidal dan fungisidal, serta tidak merusak bahan gigitiruan.

15

Page 16: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

Sabun dan pasta gigi dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan

lepasan. Selain Dioxident dan Corsodyl, bahan pembersih gigitiruan lepasan yang

lain adalah alkalin peroxide, alkalin hipoklorit, dilute acid, desinfektan dan enzime.

2.1. Sabun

Sabun untuk wajah yang mengandung sodium bicarbonat dapat digunakan

untuk membersihkan gigitiruan lepasan akrilik dan tidak menyebabkan perubahan

permukaan akrilik.

2.2. Pasta gigi

Hampir semua pasta gigi yang terdapat di pasaran mengandung bahan

abrasive. Pemakaian pasta gigi tidak dianjurkan untuk membersihkan gigitiruan

lepasan akrilik karena dapat menimbulkan goresan pada permukaannya, sehingga

pemakaian bahan ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan retensi plak

dan stain. Tetapi pasta gigi dapat digunakan untuk membersihkan gigitiruan lepasan

dengan basis kromium-kobalt tanpa merusak.

Cara membersihkannya yaitu dengan mengoleskan pasta gigi pada basis

gigitiruan dan permukaan dalam dari lengan klamer. Kemudian dengan secarik kain

katun yang telah dibasahi air basis tersebut digosok, untuk lengan klamer digosok

dengan hati-hati kearah atas dan bawah sepanjang lengan klamer tersebut.

2.3. Alkalin peroxide

Bubuk alkalin peroxide biasa mengandung deterjen alkalin dan juga

mengandung sodium perborat atau percarbonat. Bahan ini bila dicampur dengan air

akan melepaskan oksigen. Mekanisme inilah yang melepaskan debris dan stain

derajat ringan.

Bahan ini dapat dipakai untuk membersihkan gigitiruan lapasan basis akrilik

maupun logam, tetapi pemakaian dalam jangka waktu yang lama dilaorkan

mempunyai efek yang merugikan komponen logam pada gigitiruan sebagian lepasan.

Bahan ini mempunyai bau yang enak dan cara pemakaiannya mudah tetapi

bahan ini tidak dapat melepaskan karang gigi dan stain derajat berat. Cara

menggunakan bahan ini untuk membersihkan gigitiruan lepasan yaitu dengan

16

Page 17: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

merendam gigitiruan dalam bahan ini yang dicampur dengan air selama 6-8 jam.

Bahan ini efektif menghilangkan plak atau stain yang immature dari gigitiruan

lepasan.

2.4. Alkalin hipoklorit

Unsure pokok bahan ini adalah sodium hipoklorit atau pemutih. Sebagai

bahan pembersih gigi tiruan lepasan, bahan ini sangat efektif karena mempunyai

kemampuan untuk melarutkan mucin atau organik lain yang membentuk plak pada

gigitiruan lepasan, selain itu bahan ini juga mampu melarutkan matrix organik yang

melekat pada gigitiruan lepasan. Oleh sebab itu bahan ini dapat melepas stain dan

karang gigi pada gigitiruan lepasan. Hipoklorit mempunyai sifat bakterisidal dan

fungisidal.

Dalam penggunaannya sebagai pembersih gigitiruan adalah dengan merendam

gigitiruan lepasan dalam air dan hipoklorit selama 6-8 jam pada malam hari.

Sebaiknya bahan ini digunakan sekali seminggu pada penderita yang cenderung

mengakumulasi stain dan karang gigi pada gigitiruan lepasan. Hipoklorit mempunyai

kerugian yaitu menyebabkan tarnis dan korosi pada gigitiruan lepasan basis logam

kromium dan pin gold – plated nickel dari gigi anterior yang terbuat dari porselen.

2.5. Diluted acid

Unsure pokok bahan ini adalah 3-4% asam hidrochlorit atau asam sulphanic.

Bahan ini direkomendasikan bagi penderita yang mengakumulasi stain dan karang

gigi pada gigitiruan lepasan. Diluted acid bersifat tak merusak matrix organik yang

mengikat stain drngan karang gigi pada gigitiruan lepasan, tetapi hanya melarutkan

inorganic phosphate dan stain, sehingga dengan penyikatan mudah dihilangkan.

2.6. Desinfektan

Bahan desinfektan klorhexidin dapat digunakan sebagai pembersih gigitiruan

lepasan, karena mempunyai kapasitas menghambat pembentukan plak, bersifat

bakterisidal atau bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negative.

Selain itu klorhexidin juga menghambat virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidak

aktif melawan spora bakteri pada suhu kamar. Penggunaannya yaitu gigitiruan

17

Page 18: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

lepasan disikat lebih dahulu kemudian direndam dalam larutan yang mengandung

klorhexidin selama 6-8 jam. Klorhexidin mempunyai efek samping yaitu

meninggalkan warna coklat pada gigitiruan lepasan bila digunakan dalam jangka

waktu yang lama.

Sodium hipoklorit merupakan desinfektan yang biasa digunakan sebagai

pembersih gigitiruan lepasan, larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi karena

sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Pemakaian

sodium hipoklorit sebagai desinfektan dengan konsentrasi 0,5% untuk merendam

gigitiruan lepasan dianjurkan 10 menit tiap hari.

2.7. Enzim

Unsur utama bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mengandung enzim

adalah enzim proteolytic. Enzim yang digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan

lepasan bereaksi memutuskan rantai molekul susunan glikoprotein, mukoprotein, dan

extracellular polysaccharide menjadi molekul-molekul yang kecil sehingga daya

adhesinya menjadi berkurang.

Pemakaian bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mengandung enzim ini

sama dengan pembersih gigitiruan lepasan yang lain yaitu diencerkan dengan air dan

gigitiruan lepasan direndam dalam larutan ini selama 6-8 jam untuk mendapatkan

hasil yang efektif.

Bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mengandung enzim lebih efektif

dibandingkan dengan bahan pembersih gigitiruan lepasan yang lain dalam

menghilangkan plak. Bahan pembersih gigitiruan lepasan yang mangandung enzim

bersifat bakterisidal, fungisidal, tidak toksik dan pemakaian yang terus menerus tak

menimbulkan kerusakan pada gigitiruan lepasan.

18

Page 19: Efektivitas Klinis Dan Mikrobiologis Dari Tiga Metode Perawatan Yang Berbeda Dalam Menangani Denture Stomatitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Martin SG, Michael G. Burket’s oral medicine diagnosis & treatment. 4th Ed.

Canada: BC Decker Inc; 2003. P. 96-7.

2. I Gede W. Denture plaque control. The indonesian journal of dental health 1995;

1(4): 4-6.

3. James JS. Denture stomatitis workup. 2009 Feb [dikutip 2011 Oktober 13];

Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1075994-

workup#showall.

4. Dental asia. Candida and clinical manifestations of oral candidiasis. [dikutip

2011 Oktober 13]; available from URL: http://www.dentalasia.net/?id=285.

5. Rostiny. Pemeliharaan gigitiruan lepasan. The indonesian journal of dental health

1994; 1(2): 9-16.

6. David, Elly M. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam

larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Maj. Ked. Gigi (Dent. J.)

2005; 1(38): 36-40.

19