E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

12
E-ISSN : 2252 - 4797 Volume 2 No. 1 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistics, Literature and Education Alqur‘an Dan Sains (Suatu Sudut Pandang terhadap Legalitas Penafsiran Sains atas Alquran) Husnel Anwar Matondang, Sabriandi Erdian Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Ushuluddin Politeknik Negeri Padang Jurusan Bahasa Inggris [email protected] AbstractAs a complete guidance, Qur‘an needs to be relied on responding any important event surrounding the human itself both spritually and timely. Fundamental scientists have a legitimation to interpret Qur‘an from many perspectives or various interpretations, for example: history, language, law, words/ sayings, correlation, etc. In addition, the science can also be legitimated to analyze the meanings in the Qur‘an verses. The contextual interpretation in interpretating the : history, language, law, words/ sayings, correlation will not set free of the Quran verse itself. It is because the Qur‘an itself is an absolut truth from Al lah. Meanwhile, interpretation is a truth from human in which the truth itself can be right or wrong. The similiar thing also happens in science interpretation. It is an eloquent decisions though it has the mistakes. KeywordsHistory, language, law, words/ sayings. I. PENDAHULUAN Ketika membaca sejumlah buku yang bertemakan sekitar Alquran dan sains, saya merasa telah digiring ke dalam sebuah dunia penafsiran yang asing tetapi akrab. Sepintas, ungkapan ini terkesan paradoks, tetapi sebenarnya tidak demikian adanya. Asing, karena literatur tafsir yang menjadi bacaan orang-orang yang mengikut ortodoksi Islam - seperti saya- selalu menekankan pada riwayat dan literatur klasik dalam memahami Alquran. Bahkan, terkadang hampir tidak bisa memisahkan antara kesakralan Alquran dan penafsirannya kecuali hanya pada pengakuan verbal belaka. Akrab, karena bukti-bukti yang dikemukakan penafsiran sains terhadap Kitab Suci ini tidak terbantahkan oleh logika dan sanad-sanad yang teronggok di dalam memori periwayatan. Sebab, fakta kebenaran penafsiran ini ada di hadapan mata dan dalam keseharian siapapun. Subhanallah, bukan saya orang yang pertama terkesima ketika fakta pembenaran sains terhadap Alquran atau Alquran menginspirasi penemuan sains itu terbukti secara musyahadah. Saya bukan siapa-siapa, tetapi lihatlah semisal tokoh besar seperti Maurice Bucaille, 1 ia pun tak kuat untuk menahan gejolak hatinya mengucapkan syahadat tatkala menemukan kebenaran Lihat Permadi Alibasyah, Bahan Renungan Kalbu, Pengantar Mencapai Pencerahan Jiwa (Jakarta: Yayasan Mutiara Tauhid), h. 213. 1 14

Transcript of E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

Page 1: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

E-ISSN : 2252 - 4797 Volume 2 No. 1 - Tahun 2013

Journal Polingua

Scientific Journal of Linguistics, Literature and Education

Alqur‘an Dan Sains (Suatu Sudut Pandang terhadap Legalitas Penafsiran Sains

atas Alquran)

Husnel Anwar Matondang, Sabriandi Erdian

Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Ushuluddin Politeknik Negeri Padang Jurusan Bahasa Inggris [email protected]

Abstract— As a complete guidance, Qur‘an needs to be relied on responding any important event surrounding the human itself both spritually and timely. Fundamental scientists have a legitimation to interpret Qur‘an from many perspectives or various interpretations, for example: history, language, law, words/ sayings, correlation, etc. In addition, the science can also be legitimated to analyze the meanings in the Qur‘an verses. The contextual interpretation in interpretating the : history, language, law, words/ sayings, correlation will not set free of the Quran verse itself. It is because the Qur‘an itself is an absolut truth from Allah. Meanwhile, interpretation is a truth from human in which the truth itself can be right or wrong. The similiar thing also happens in science interpretation. It is an eloquent decisions though it has the mistakes. Keywords— History, language, law, words/ sayings.

I. PENDAHULUAN

Ketika membaca sejumlah buku yang bertemakan sekitar Alquran dan sains, saya merasa telah digiring ke dalam sebuah dunia penafsiran yang asing tetapi akrab. Sepintas, ungkapan ini terkesan paradoks, tetapi sebenarnya tidak demikian adanya. Asing, karena literatur tafsir yang menjadi bacaan orang-orang yang mengikut ortodoksi Islam - seperti saya- selalu menekankan pada riwayat dan literatur klasik dalam memahami Alquran. Bahkan, terkadang hampir tidak bisa memisahkan antara kesakralan Alquran dan penafsirannya kecuali hanya pada pengakuan verbal belaka. Akrab, karena bukti-bukti yang dikemukakan penafsiran sains terhadap Kitab Suci ini tidak

terbantahkan oleh logika dan sanad-sanad yang teronggok di dalam memori periwayatan. Sebab, fakta kebenaran penafsiran ini ada di hadapan mata dan dalam keseharian siapapun. Subhanallah, bukan saya orang yang pertama terkesima ketika fakta pembenaran sains terhadap Alquran atau Alquran menginspirasi penemuan sains itu terbukti secara musyahadah. Saya bukan siapa-siapa, tetapi lihatlah semisal tokoh besar seperti Maurice Bucaille, 1 ia pun tak kuat untuk menahan gejolak hatinya mengucapkan syahadat tatkala menemukan kebenaran

Lihat Permadi Alibasyah, Bahan Renungan Kalbu, Pengantar Mencapai Pencerahan Jiwa (Jakarta: Yayasan Mutiara Tauhid), h. 213.

1

14

Page 2: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

Alquran; demikian juga dengan Arther J. Alison;2 atau Nabih Abdurrahman Usman tak bisa membendung kata merajut lafal ketakjuban terhadap mukjizat Alquran;3 atau penulis Nasional seperti Wisnu Araya Wardana,BambangPranggono;Agus Purwanto, dan sederet nama lainnya yang ternganga dan terkagum-kagum atas temuan sains terhadap kebenaran ayat-ayat Alquran. Sebagai issu yang tergolong baru, tafsir saintifik atas Alquran selalu mendapat kritikan tajam. Tujuan para kritikus itu sangat imani, yaitu untuk memproteksi penafsiran Alquran dari kekeliruan dan keserampangan. Namun, kuatkah alasan itu secara konseptual; atau penafsiran para saintis itu justru mengangkat derajat Alquran yang memang sudah tinggi itu. Inilah yang menjadi telahaan makalah ini yang memposisikan diri mencari sedikit celah pembahasan yang masih tersisa di seputar integrasi ilmu dan sains.

II. PROBLEMA YANG MASIH TERSISA

2.1 Keabsolutan Alquran

penerjemahannya. 4 Artinya, Alquran hanya boleh ditafsirkan oleh orang yang memenuhi persyaratan sebagai ulama (mufassir) dan sumber penafsirannya berasaskan nash dan ijtihad yang dilegitimasi nash. Disebabkan persyaratan yang ketat itulah hampir saja tafsir seperti al-Kasysyaf karya Zamakhsyari tidak diterima di lungkungan Sunni karena ia dikenal sebagai pengikut dan propagandis paham Muktazilah; 5 atau tafsir Mafatih al- Ghaib karya ar-Razi karena ia menjadikan rasio sebagai tulang punggung penafsirannya; 6 atau tafsir al-Jauhar fi Tafsir al-Qur`an karya Thanthawi Jauhari karena tafsir ini sangat saintifik.7 Az-ZahabididalamIttijahatal- Munharifah fi Tafsir al-Qur`an al-Karim mengatakan bahwa salah satu penyimpangan terhadappenafsiranAlquranadalah menafsirkannya melalui temuan ilmiah yang

Manna‘ Khalil al-Qattan memberikan sembilan persyaratan yang harus dipenuhi seorang mufasir, yaitu memiliki akidah yang benar, terlepas dari tujuan hawa nafsu, mendahulukan tafsir Alquran terhadap Alquran, mencari penafsiran dari Sunnah, mencari penafsiran dari sahabat dan tabi`in, mendahulukanpenafsiranulamamu‘tabarah, mengetahui bahasa Arab dengan baik, mengetahui ilmu Alquran, memiliki pengetahuan yang luas dan cermat. Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al- Qur`an, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1996, hlm. 465- 468. 5 Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim Mahmud bin ‗Umar al-Zamakhsyari Khawarizmi. Ia digelar para penulis belakangan dengan Fahkr al- Khawarizm. Zamakhsyari lahir pada hari Rabu tanggal 27 Rajab tahun 467 H., pada masa pemerintahan Nizam al-Mulk di salah satu desa yang bernama Khawarizm, sebuah desa yang terletak di bagian Zamakhsyar. Di dalam teologi (ilmu kalam) ia menganut aliran Mu‘tazilah. Ia seorng mufassir dan menulis kitab tafsir al-Kasysyaf al Haqa‘iq Gawamid al-Tanzil Wa ‗Uyun al-Aqawil Fi Wuijuh al-Tanwil. Sebuah tafsir al-Qur‘an al-Karim yang bercirikan tafsir analitis. Buku sangat terkenal, baik di kalangan Sunni maupun Syi‘i. Buku ini juga merupakan rujukan ulama dalam menafsirkan alqur‘an seperti Tafsir Abi Su‘ud dan Tafsir Muhammad bin al-Alusi dan lain-lain. 6 Tafsir karya ar-Razi ini telah dilecehkan oleh sebagian orang dengan ungkapan, ―Segalanya ada di dalam tafsir ar-Razi kecuali tafsir itu sendiri.‖ Lihat Manna‘ al-Qaththan, Mabahits fi ‗Ulum al-Qur`an (Riyad: Mansyurat al-‗Ashr al-Hadits, tt), h. 371. 7 Misalnyaungkapan yang sama yang diberikan kepada ar-Razi, ―Semua ada di sini kecuali tafsir itu sendiri.‖ Manna‘ al-Qaththan, h. 371.

4

Alquran adalah kalam Allah yang eternal karena dinisbatkan kepada Zat yang Qadim. Ia adalah kebenaran absolut karena sifat dari Zat yang Maha Hak. Oleh sebab itu, Alquran bukan pedoman biasa yang dapat diabaikan oleh orang-orang yang mencari kebenaran objektif. Seterusnya, ia juga tidak bisa ditafsirkan begitu saja karena akan mendistorsi pengertian sebenarnya sebagai hidayah. Alquran dipenuhi informasi tentang kemutlakan dan juga tentang kenisbian. Ia mengandung pesan-pesan yang pasti dan tetap aktual di sepanjang masa dan tempat. Karena kedudukan Alquran begitu tinggi, -sebagai yang digambarkan di atas-, maka ulama memberikan batasan untuk menafsirkannya. Batasan itu tidak saja pada orang-orangyangberhakuntuk menerjemahkan makna dari redaksi ilahiah ini tetapi juga terhadap sumber-sumber

Bambang Pranggono, Mukjizat Sains dalam Alquran (Bandung: IDE Islami, 2008), h. 119. 3 Nabih Abdurrahman Usman, Mu‗jizah Khlaq al-Insan bain ath-Thib wa al-Qura`an, terj. Lukman Abdul Jalal, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005), h. ix.

2

15

Page 3: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

dilakukan oleh sebagian ulama.8 Sebenarnya, keberatan az-Zahabi telah didahului oleh asy- Syathibi di dalam al-Muwafaqat. Ia menandaskan sebagai berikut:

آرقلا الحد ؤ ثكيرا نم سانلا تجاوزوا فى ىوعدلا ىلع ن ‖اهنم ن

اوفاضؤف هيلإ لك ملع ركذي مدقتمللين اوألمنيرخؤت نم مولع

ور وجمعي رظنام هيف تايعيبطلا ميلاعتلاو اولمقطن ملعو الحف

ورظا نم هذه نونفلا اههابشأو اذهو اذإ هانضرع ىلع ام نلان مدقت لم حصي إولى اذه نإف فلسلا ااصللح نم ةباحصلا

آرقلاب همولعبو امو عدوأ اوعباتلين نمو مهيلي اوناك فرعأ ن

هيف ولم انغلبي هنأ ملكت دحأ مهنم فى ءىش نم اذه الميعد

ىوس ام مدقت امو تبث هيف نم ماكحأ فيلاكتلا ماكحأو

ةرخلآا امو يلي كلذ ولو ناك لهم فى كلذ ضوخ رظنو

ؤ لذك لم نكي انغلبل هنم ام انلدي ىلع لصأ المةلؤس لاإ ن

آرقلا ؤ ن لدف ىلع هنأ غير دوجوم مهدنع كلذو ليلد ىلع ن

رلم دصقي هيف قت ري ءىشل مما اومعز.…― 9

Di era terkini, penafsiran saintis tersebut juga dikritik tajam oleh sejumlah kalangan. Penafsiran ini oleh Huzni Toyyar disebut sebagai model integrasi keilmuan Islam ala Bucaillisme. Keberatan itu disebabkan penemuan dan teori sains Barat berubah-berubahmengikutperubahan paradigma, contohnya dari paradigma klasik Newton yang kemudian berubah menjadi paradigma Quantum Planck dan kenisbian Enstein. Model ini mendapat kritik tajam karena apabila ayat Alquran dinyatakan sebagai bukti kebenaran suatu teori dan teori tersebut mengalami perubahan, maka kewibawaan Alquran akan rusak karena membuktikan teori yang salah mengikuti paradigma yang baru ini.10

2.2 Kenisbian Sains

Ittijahat al-Munharifah fi Tafsir al-Qur`an al-Karim, (Kairo: Dar al-I‘tisham, 1987), h. 91. 9 Asy-Syathibi, al-Muwafaqat, (Beirut: Dar al- Ma‘rifah, tt.), Juz II, h. 69-82. 10 Huzni Toyyar, Model-model Integrasi Ilmu dan Upaya Membangun Landasan Keilmuan Islam: Survey Literatur Pemikiran Islam Kontemporer, (Makalah) h. 19.

8 Az-Zahabi,

Ilmu merupakan organized body of knowledge. Karakteristiknya, -sebagaimana yang dikatakan Yuyun Suriasumantri- yaitu rasional, empiris, dan sistematis. 11 Karena akal menyimpulkan sesuatu berdasarkan ma`qulat maka ia akan bisa saja berubah disebabkan oleh dalil-dalil baru yang merubah persepsi akal; empiris juga dapat bersifat nisbi karena tergantung kepada pengalaman dan penelaahan manusia yang terus bergulir. Oleh sebab itu, hasil temuan sains dapat diperbaharui dan diperbaiki menuju kesempurnaanya. Sistematis berarti sains memiliki metode untuk merumuskan hasil temuan tersebut. Sementara metode itu sendiri adalah jamak, ada yang bersifat deduksi, induksi, dan anatisis. Karena itu, hasilnya pun bisa berbeda –untuk tidak dikatakan bertentangan-. Namun kenisbian sains dari sisi ini tidak akan menghilangkan keuniversalannya. Sebab, jika siapapun akan melakukan penelitian yang sama dengan objek dan metode yang sama maka hasilnya akan tetap sama. Namun demikian, karena sains adalah sesuatu yang fana maka ia tetap dalam kenisbian dan perubahannya

III. ALQURAN DAN SAINS SEBAGAI AYAT-AYAT ALLAH

3.1 Alquran Ayat Qauliyah dan Sains Ayat Kauniyah Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Alquran adalah kalam Allah. Ia terdiri dari 6660 ayat yang tersebar di dalam 114 surah dan 30 juzuk. Seluruh ayat-ayat ini merupakan hidayah bagi manusia untuk menuju kebahagiaan dunia akhirat. Sebagai hidayah bagi kehidupan manusia, maka Alquran tentunya tidak hanya menunjuki pada aspek ketuhanan (spritual) semata tetapi juga mencakup aspek temporal (duniawi) manusia; tidak hanya menyangkut masalah batin tetapi juga mencakup masalah lahir; tidak hanya mencakup masalah pribadi tetapi juga masalah sosial, tidak hanya masalah gaib tetapi juga masalah saintifik. Sains dan teknologi merupakan bagian dari kebutuhan manusia –yang banyak berperandidalammengantarkan

Yuyun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar Harapan, 1998), h. 47.

11

16

Page 4: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

kebahagiaan hidup manusia- seyogianya juga mendapat cercahan cahaya dari kalam Allah. Oleh sebab itu, umumnya kaum muslim berpendapatbahwaAlqurantidak bertentangan dengan penemuan sains, bahkan ia memberikan isyarat agar manusia mengembangkannya seiring dengan ajakan Alquran untuk terus memikirkan ayat-ayat Allah. Ayat yang pertama kali diturunkan (al-‗Alaq: 1-5) mengandung perintah untuk mempelajariilmupengetahuanyang diisyaratkan dengan membaca dan menulis. Membaca berarti melakukan telaahan dan penelitian,sementaramenulisadalah mendokumentasikan hasil dari telaahan dan penelitian tersebut. Allah berfirman: Artinya: ―Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang telah mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya‖. (Al-Alaq 1-5). Rangkaian ayat ini mengiringkan keharusan manusia membaca atas nama Tuhan yang menciptakan. Itu artinya bahwa yang pertama kali diperintahkan Tuhan adalah meyakini Allah dan membuktikannya dengan ayat-ayat kauniyah-Nya; yang diawali dari penciptaan manusia itu sendiri sebagai khalifah di bumi. Dari ayat di atas ditemukan juga bahwa sains harus didokumentasikan karena Tuhan mengajarkan manusia untuk menulis (al- qalam). Sains adalah ibarat binatang buruan, dan tulisan sebagai tali pengikat. Oleh karena itu berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditulis dan disusun, baik dalam bentuk buku maupun dengan menggunakan media lainnya agar tidak mudah hilang dan dapat dipelajari olehmanusia dari generasi selanjutnya. Ayatlainyangmendorong dilakukannya pembelajaran adalah firman Allah pada surah Az-Zumar: 9:

Artinya: ―Katakanlah‖ Apakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang- orangyangtidakmengetahui‖

sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.‖ (Az-Zumar: 9). Alquran juga memotivasi manusia untuk menguasai dan mengembangkan teknologi, baik teknologi transportasi, pertanian, peternakan, kedokteran, maupun teknologi yang lain yang bermanfaat untuk manusia.LihatlahmisalnyaAlquran mempersilahkan manusia untuk menjelajah, melintas, dan menembus penjuru langit dan bumi sebagai antariksawan. Misalnya, firman Allah pada surah ar-Rahman ayat 33: Artinya: ―Hai jama‘ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (teknologi).‖ (Ar-Rahman: 33). Sedangkan dorongan Alquran untuk mengembangkan penelitian antara lain dapat dilihat di dalam isyarat firman Allah di bawah ini: Artinya: ―Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka?‖ (Ar-Rum: 8). Artinya: ―Dan di bumi ini terdapat tanda- tanda (ayat-ayat) kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? (Az-Zariyat: 20-22). Kata ―afala tubshirun‖ (apakah kamu tidak memperhatikan?) di dalam Alquran diulang-ulangsampai lima kali. Ini menunjukkan betapa pentingnya penelitian, sedangkan isyarat ―unzhur‖ disebut sebanyak 26 kali, ―unzhuru‖ sebanyak 9 kali. Ayat-ayatqauliyahdiatas mengisyaratkan bahwa manusia harus mempergunakan akal dan kemampuannya untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Bahkan Allah mengatakan, ciptaan-ciptan- Nya itu adalah sebagai ayat-ayatnya juga yang diistilahkan dengan ayat kauniyah.

3.2 Isyarat-isyarat Alquran terhadap Sains Pada hari ini, kita sudah kebanjiran buku yang menjelaskan tentang kemukjizatan Alquran atas dasar kesesuaian isyaratnya dengan temuan ilmiah. Tradisi ini diawali oleh Maurice Bucaille, lalu muncul sejumlah karya. Di antaranya yang penulis ketahui adalah Qur`an and Modern Science and Amazing Qur`an oleh Zakir Naik dan Gary

17

Page 5: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

Miler, Scientific Facts Revealed in The Glorious Qur`an oleh Z.R. EL-Naggar, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Konsep- konsep Kosmologi dalam Alquran oleh Ahmad Baiquni, Mukjizat Sains dalam Alquran,olehBambangPranggono, Minyingkap Kebenaran Alquran, oleh M. Jamaluddin Dimyati, Mukjizat al-Qur`an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib, oleh M. Quraish Shihab, Ayat-ayat Semesta: Sisi al- Qur`an yang Terlupakan oleh Agus Purwanto, Ensiklopediana Ilmu dalam Alquran oleh Afzalur Rahman, Kasyf al- I‘jazal-‗Ilmi fi al-Qur`an wa as-Sunnah oleh Abd as-Salam Harun Sabil, Min Mu`jizat al- Qur`an: at-Tafsir al-‗Ilmi oleh Sami Nuh Hasan al-Musawi. Berikut ini dikemukakan sample penafsiran saintis terhadap Alquran menurut Zakir naik dan Gary Miller di dalam Qur`an and Modern Science and Amazing Qur`an.

Bidang Ilmu 1. Astronomi a) Penciptaan alam se-mesta dari sesuatu

yang padu lalu terjadi pemisahan sekunderyangmenimbulkan terbentuknya galaksi. (teori Big Bang) Al-Anbiya`, 30: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? b) Sebelum terjadinya galaksi-galaksi zat langit pada awalnya berwujud gas (asap). Fushilat, 11: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati." c) Bentuk bumi tidak datar telah dibuktikan pada awalnya oleh Sir Francis Drake. Lalu diikuti dan dipastikanolehtemuan-temuan berikutnya. Az-Zumar 5: Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia

menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

d) Matahari berputar di ruang angkasa 150 mil perdetik. Matahari dan bulan ada pada garis edarnya masing-masing. Al-Anbiya`, 33: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

e) Matahari akan padam setelah periode tertentu

Yasin 38: dan matahari berjalan ditempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

f) Cahaya bulan adalah pantulan bukan dari dirinya sendiri.

Al-Furqan 61: Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.

g) Ahli astrofisika menemukan kehadiran kehadiranplasmadanberisi seluruhnya berupa gas yang terionisasi dengan jumlah yang sama dari elektron bebas dan ion positif. Plasma kadangkala disebut juga masalah keempat di samping tiga masalah yang lain, yaitu zat padat, cair, dan gas.

Al-Furqan 59: Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) YangMahaPemurah,maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.

h) Edwin Hubble memberikan bukti bahwa semua galaksi bersifat mundur satu sama lain. Ini menyatakan abhwa alam semesta memuai.

Az-Zariyat 47: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kamibenar-benarberkuasa (meluaskannya).

18

Page 6: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

2. Ilmu Fisika a) Atom bukanlah partikel terkecil. Ia

dapat dibagi lagi. As-Saba`, 3:

Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami." Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahuiyangghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datangkepadamu.Tidakada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)"

terjadi di atas lempengan merupakan dasar yang kuat.

An-Naba`, 7:

. ini

dan gunung-gunung sebagai pasak,

b) Pegunungan dengan kuat ditetapkan. Luqman, 10:

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkangunung-gunung(di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

3. Geografi a) Siklus air dipahami dari rembesan

hujan ke dalam celah-celah bumi yang merupakan penyebab fenomena siklus tersebut.

Az-Zumar, 21: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwasesungguhnyaAllah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan- Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnyakekuning-kuningan, kemudiandijadikan-Nyahancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

5. Oseanologi a) Penghalang antar air tawar dan air

asin. Ar-Rahman 20: antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.

b) Kegelapan di kedalaman samudra. An-Nur 40:

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah diadapatmelihatnya,(dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.

b) Angin memenuhi awan merupakan salah satu teori yang sudah lazim yangf mengakibatkan impregnasi. Angin mendorong awan-awan bersama-sama meningkatkankondensasiyang menyebabkan petir dan hujan.

Al-Hijr, 22: Dan Kami telah meniupkan angin untukmengawinkan(tumbuh- tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.

6. Biologi a) Semua makhluk hidup dari air.

Sitoplasma, unsusr dasar sel terdiri atas 80 % air. Penelitian modern juga mengungkapkan bahwa kebanyakan organisme-organisme terdiri atas 50% sampai 90% air dan setiap kesatuan hidupmemerlukanairuntuk keberadaannya. Al-Anbiya` 30: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

4. Geologi a) Gunung sebagaipasakbumi.

Permukaan bumi dipecah menjadi banyak lempengan yang kaku dengan ketebalan sekitar 100 km. lempengan ini mengambang di suatu daerah secaraparsialmelelehdisebut aesthenoshere.Bentukan gunung

7. Tumbuh Tumbuhan a) Tumbuhan diciptakan jantan dan

betina.

19

Page 7: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

Thaha 53: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan- ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis daritumbuh-tumbuhanyang bermacam-macam.

(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

d) Jaring laba-laba merupakan jaring terlemah namun dapat dijadikan sebagai alat pemangsa. Bahkan laba- lababetinabiasamemangsa pejantannya di jaringnya tersebut

Al-Ankabut 41: Perumpamaan orang-orang yang mengambilpelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yangmembuatrumah.Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.

b) Semua berpasangan

Az-Zariyat 49:

makhluk diciptakan

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

8. Ilmu Hewan a) Binatang dan burung hidup dalam

komunitas. Al-An`am 38:

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

e) Semut merupakan binatang yang dapatberkomunikasi.Penelitian menunjukkanbahwasemut menguburkan semut yang mati sebagaimanamanusia,memiliki pembagiankerja,saling berkomunikasi,bertukarbarang, menyimpan makanan. An-Naml 17-18: Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";

b) Ada sejumlahjenisburung menyimpan kode genetik yang dapat melakukan perjalanan panjang tanpa ada pengalaman sebelumnya

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

An-Nahl 79:

9. Pengobatan a) Madu dapat menyembuhkan sejumlah

penyakit. An-Nahl 69:

kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)buah-buahandan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkanbagimanusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

c) Lebah merupakan binatang yang terorganisir. An-Nahl 68-69: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)buah-buahandan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkanbagimanusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

10. Psikologi a) Predaran darah dan produksi susu.

An-Nahl 66: Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaranbagikamu.Kami memberimu minum dari pada apa

20

Page 8: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.

11. Ilmu Janin a) Manusia diciptakan dari tetasan yang

memancar antara tulang punggung dan iga

Al-‗Alaq ayat 2: Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Ath-Thariq 6: Dia diciptakan dari air yang dipancarkan

ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?

g) Langkah yang berkenaan dengan janin Al-Mu`minun 13-14: Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempatyangkokoh(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

b) Manusia diciptakan dari nutfah Al-Hajj 5: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

h) Sebagian embrio berbentuk sebagian tidak berbentuk.

Al-Hajj 5: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),maka(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetesmani,kemudiandari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannyadanyangtidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,kemudianKami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlahdanmenumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

c) Sulalah (inti dari zat cair) As-Sajadah 8:

KemudianDiamenjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.

d) Zat cair yang dicampur Al-Insan 2:

e) Penentuan jenis kelamin An-Najm 45: dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita

f) Janin yang dilindungi oleh tiga selubung kegelapan

Az-Zumar 6: Dia menciptakan kamu dari seorang dirikemudianDiajadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang

i) Indera penglihatan dan pendengaran pada janin. Al-Insan ayat 2:

21

Page 9: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

SesungguhnyaKamitelah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

A. Tafsir Saintis Seharusnya Diterima Alquran tidak bisa disejajarkan dengan sains. Sebab Alquran bersifat mutlak sementara sains adalah nisbi. Oleh sebab itu, tidak ada komparasi antara Alquran dan sains untuk menguji kebenaran ayat-ayat Alquran. Namun demikian, kenisbian sains sebenarnya adalahpadaketidakakuratanatau ketidaksempurnaantemuanituoleh penelitinya bukan pada ―esensi‖ sains tersebut. Sebab, penelitian sains sebenarnya adalah bertujuan untuk menemukan hukum dari ayat-ayat kauniyah Allah. Sementara itu ayat-ayat kauniyah itu telah memiliki hukum yang ditetapkan Allah sebagai takdirnya. Ia akan tetap dengan hukumnya selama selama tidak ada hukum baru yang merubahnya. Oleh sebab itu, jika penemuan itu valid maka sains itu akan ditemukan objektivitasnya. Disebabkan tidak adanya kepastian apakah seorang peneliti telah sampai kepada objektivitas temuannya, maka temuan para saintis itu akan terus mengalami perubahan danperbaikan.Inilahsalahsatu kekhawatiran sebagian ulama jika penafsiran saintifik diterima sebagai sesuatu corak penafsiran untuk menyibak hidayah Alquran. Ketika seorang saintis mufassir sampai pada sebuah kesimpulan, maka umat yang membacanya akan menyimpulakan itulah kebenaran. Namun di saat temuan itu digugat oleh penemuan (teori) yang baru maka umat dimungkinkan terbagi ke dalam dua sisi pandang. Pertama, Alquran bertentangan dengan temuan sains terkini. Itu artinya, Alquran ketinggalan zaman. Kedua, Alquran tidak dapat ditafsirkan dengan sains modern dan menjadikan isyarat-isyarat Alquran tentang sains tersebut tanpa makna secara ilmiah, ia hanya dipahami dalam bentuk gaib. Kedua sisi ini akan menjauhkan umat dari cahaya hidayah Alquran. Bahkan secara ekstrin dapat meragukan validitas ayat-ayat Alquran tersebut. Ini pula argumen yang

disebutkan Huzni Toyyar atas keberatan sejumlah ahli terhadap model integrasi keilmuan Islam oleh Bucaillisme sebagaimana yang telah disebutkan. Sesungguhnya, eksistensi sains yang nisbi itu tidak dapat dijadikan alasan untuk menolak temuan saintis sebagai salah satu perspektif untuk memahami ayat-ayat Alquran. Sebab, bagaimanapun, isyarat- isyarat Alquran tersebut memiliki kesesuaian dengan sejumlah hasil temuan tersebut dan belum terbantahkan hingga saat ini. Kenyataan ini merupakan bukti bahwa Alquran sebagai ayat qauliyah Allah tidak bertentangan dengan ayat-ayat kauniyah-Nya yang telah tersibak. Jika memang keduanya dipahami sebagai ayat Allah, maka diyakini tidakakanterjadikontradiksidan pertentangan. Itu juga berarti bahwa di antara iradah syar‘iyah Allah yang tertuang di dalam kalamnya sejalan dengan iradah kauniyah-nya yang terwujud dengan af‘al- Nya. Iradah syar‘iyah Allah ditemukan di dalam Alquran dan iradah kauniya-hnya ditemukan di dalam alam. Jika penolakan terhadap penafsiran sains diasaskan pada kenisbiannya, maka dapat diajukan pula kritikan terhadap tafsir- tafsir konvensional (non sains) yang dilakukan sebelumnya. Artinya, kenisbian itu juga ada pada tafsir-tafsir yang dipandang mu‗tabarat oleh kalangan ulama. Misalnya, terhadap tafsir bi al-Ma`tsur karya ath- Thabari atau Ibn Kasir, keduanya mengklaim bahwa penafsirannya diasaskan pada riwayat dari Nabi, sahabat, dan tabiin. Namun riwayat itu –umumnya- dilihat dari segi kuantitas periwayatan merupakan riwayat ahad, bahkan secara kualitas ada yang daif. Hal ini bermakna bahwa tafsir ini adalah tafsir yang kebenarannya adalah relatif bahkan terdapat kekeliruan fatal. Dan, memang dapat dipastikan bahwa tafsir adalah sesuatu yang relatif (zhann); yang absolut adalah ayat-ayat Alquran yang ditafsirkan itu. Oleh karenya, kedudukan tafsir saintis tidak jauh berbeda dari tafsir bi al-Ma`tsur, yaitu penafsiran yang relatif (zhann). Al-Ghazali mengatakan bahwa jika hanya memadakan tafsir bi al-ma`tsur semata maka tidak ada lagi penafsiran

22

Page 10: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

terhadap Kitab Suci ini setelah generasia awal. Sebab, riwayat telah selesai. Padahal Alquran adalah pedoman hidup untuk seluruh era dan zaman yang harus ditafsirkan oleh anak zamannya dan kebutuhan spritual serta temporal mereka. Paling tidak ada sembilan alasan yang dikemukakan oleh al-Gazali dalam mendukung tafsir rasional dan ilmiah. Sebagian di antaranya adalah:

Firman Allah swt: ―Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajarankecualiorang-orangyang berakal.‖ (QS. Al-Baqarah: 269). Ibnu Abbas ra., mengatakan bahwa yang dimaksud hikmah pada ayat tersebut adalah pemahaman (penafsiran) terhadap Alquran. Sebab ayat itu diakhiri dengan penisbatan ulul albab.

2. Firman Allah swt., ―Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat): dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.‖ (QS. Al-Anbiyaa‘ : 79).

Imam Ghazali mengatakan bahwa yang diberikan kepada Nabi Sulaiman sa. adalah ilmu dan hikmah, akan tetapi yang secara khusus dimiliki oleh Nabi Sulaiman adalah pemahaman, dan itu adalah bagian dari hikmah dan ilmu.12

3. Firman Allah swt., ―Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang- orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali

sebagian kecil saja (di antaramu).‖ (QS. An- Nisa‘: 83)

Imam Ghazali mengatakan, ―Orang-orang yang berilmu dapat mengambil kesimpulan, dan sudah maklum bahwa hal itu di luar apa yang didengar.‖

Do‘a Nabi saw. kepada Ibnu Abbas ra, ―Ya Allah pahamkanlah dia dalam urusan agama, dan ajarkan kepadanya takwil.‖ 13 Dalam hal ini Imam Ghazali mengatakan, ―Apabila takwil itu dapat didengar seperti wahyu dan terjaga seperti wahyu, maka apa arti pengkhususan dari wahyu itu?‖ 14 Perkataan Imam Ali bin Abi Thalib ra, ―Kecuali Allah memberi kepada seorang hamba pemahaman terhadap Alquran.‖ 15 Dalam hal ini Imam Ghazali mengatakan, ―Jika bukan terjemah dari nash Alquran, maka apakah pemahaman itu?‖ Perkataan Imam Ali bin Abi Thalib ra. juga, ―Barang siapa yang memahami Alquran, maka ia telah dapat manafsirkansemua ilmu.‖ 16 Ia menunjukkan bahwa Alquran adalah sumber dari berbagai ilmu. Dalam hal ini Imam Ghazali mengatakan, ―Kesimpulannya, ilmu- ilmu secara keseluruhannya masuk dalam perbuatan Allah swt dan sifat-sifat-Nya, dan dalam Alquran terdapat penjelasan tentang Zat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan sifat- sifat-Nya. Ilmu-ilmu tiada akhirnya, di dalam Alquran semua itu ditunjukkan-, maka, pendalaman makna Alquran tergantung pada pemahaman Alquran.‖ 17 Perkataan Abu Darda‘ ra., ―Seseorang tidak menguasai fiqih hingga ia melihat Alquran dari berbagai sudut pandang.‖ 18 Para Sahabat dan Mufassir berbeda pendapat dalam menafsirkan sebagian ayat Alquran, bahkan sampai ada pendapat yang dikutip dari mereka hingga lima sampai tujuh makna. Di antara makna- makna ini ada sesuatu yang tidak dapat

HR. Ahmad, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Dar Sahnun, tt.) Juz I, h. 266, 314, 328, 335. 14 Al-Ghazli, Juz I, h. 525. 15 Lihat masalah ini di dalam al-Bukhari Shahih al-Bukhari, pada kitab ilmu dan kitab jihad serta kitab diyat. 16 Abu Thib Al-Makki dalam ―Al-Quut‖ (Dar al- Fikr, tt ) Juz I, h. 103. 17 Al-Ghazali, Juz I, h. 523. 18 As-Suyuthi, al-Itqan, (Mesir: Dar al-Qalam, tt), Juz IV, h. 198.

13

Ihya‘ Ulumiddin, (Kairo: Dar al- Fikr, tt), Juz I, h. 524.

12Al-Ghazali,

23

Page 11: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

disatukan, maka tidak mungkin dikatakan bahwa mereka semua mendengarnya dari Rasulullah saw. Sebab, apabila itu didengar dari Rasulullah saw. niscaya yang lainnya tidak dapat diterima. Ini berarti bahwa setiap mufassirmengatakan dalam makna itu sesuatu yang zahir menurut pemahamannya yang baik, dan hasil pemikirannya yang panjang, maka tidak diragukan lagi bahwa itu merupakan suatu kesimpulan.‖19

ImamGhazalimengatakan, ―Kesimpulan dari yang kita kutip dari perkataan para sahabat dalam memahami Alquran jelas bertentangan dengan konklusi orang yang tidak diperbolehkannya tafsir bir ra‘yi. Maka, tidak benar disyaratkan dalam mentakwil harus mendengar dari Rasulullah saw. Karena itu, setiap orang dapat menyimpulkandariAlquransesuai pemahamannya dan batasan akalnya...‖ 20 Dalam kaitan ini temuan sains sebagai sebuah tafsir bi ar-ra`yi atau ijtihad saintis merupakan salah satu perspektif untuk memahami ayat-ayat Allah yang dapat dilegitimasi.

IV. PENUTUP

sains, ia juga merupakan ijtihad yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah kendatipun masih bisa mengandung kekeliruan. Dalam pada itu, efek kejiwaan yang ditimbulkan tafsir versi ini jauh lebih kuat bagi para pembacanya daripada tafsir yang lain karena bukti ilmiah –umumnya- tidak dapat didustakan dan dapat diuji kembali oleh siapapun dengan metode yang sama. Sejalan dengan itu, sebenarnya sains adalah menafsirkan ayat-ayat Allah dengan ayat-ayat Allah. Jika ayat Allah di dalam Alquran diyakini kebenarannya lalu mengapa ayat Allah yang terbentang ini tidak bisa diyakini? Keduanya adalah dua aspek kebenaran yang sama. Wallahu a‗lam.

REFERENCES [1]

[2] [3]

[4]

[5]

[6]

[7]

Abd as-Salam Harun Sabil, Kasyf al-I‘jazal-‗Ilmi fi al-Qur`an wa as- Sunnah, (Beirut: tt) Abu Thib Al-Makki dalam ―Al-Quut‖ (Dar al-Fikr, tt ) Juz I. Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Alquran (Bandung: Mizani, 2009). Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Lain al-Quran yang Terlupakan (Bandung: Mizan, 2008) Ahmad Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung: Pustaka Salman, 1983) Ahmad mahmud Sulaiman, Tuhan dan Sains (Jakarta: Serambi, 2001). Ahmad Zuhri, Risalah Tafsir: Berintegrasi dengan Alquran Versi Imam al-Ghazali (Bandung: Cipta Pustaka, 2008). Ahmad, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Kairo: Dar Sahnun, tt.) Juz I. Bambang Pranggono, Mukjizat Sains dalam Alquran (Bandung: IDE Islami, 2008) Ghazali, Ihya‘ Ulumiddin, (Kairo: Dar al-Fikr, tt), Juz I. Huzni Toyyar, Model-model Integrasi Ilmu dan Upaya Membangun Landasan Keilmuan Islam: Survey Literatur Pemikiran Islam Kontemporer, (Makalah). M. Jamaluddin Dimyati, Minyingkap Kebenaran Alquran. M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur`an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2009). Manna‘ al-Qaththan, Mabahits fi ‗Ulum al-Qur`an (Riyad: Mansyurat al-‗Ashr al-Hadits, tt). Maurice Bucaille, La Bible, Le Coran Et La Science, ter. Bibel, Qur`an, dan Sains Modern (Jakarta: Bulan Bintang, 1978). Muhammad Iqbal, Sains dan Islam: Wacana, Dilema, dan Harapan (Bandung: Nuansa, 2007) Mulyadi Karta Negara, Mengislamkan Nalar (Jakarta: Erlangga, 2007) Nabih Abdurrahman Usman, Mu‗jizah Khlaq al-Insan bain ath-Thib wa al-Qura`an, terj. Lukman Abdul Jalal, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005). Permadi Alibasyah, Bahan Renungan Kalbu, Pengantar Mencapai Pencerahan Jiwa (Jakarta: Yayasan Mutiara Tauhid). Sami Nuh Hasan al-Musawi, Min Mu`jizat al-Qur`an: at-Tafsir al- ‗Ilmi (Iran: tt.) Suyuthi, al-Itqan, (Mesir: Dar al-Qalam, tt), Juz IV. Syathibi, al-Muwafaqat, (Beirut: Dar al-Ma‘rifah, tt.), Juz II. Yuyun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar Harapan, 1998). Z.R. EL-Naggar, Scientific Facts Revealed in The Glorious Qur`an (Egypt: Shorouk Intl, 2006) Zahabi, Ittijahat al-Munharifah fi Tafsir al-Qur`an al-Karim, (Kairo: Dar al-I‘tisham, 1987). Zakir Naik dan Gary Miler, Qur`an and Modern Science and Amazing Qur`an terj. Keajaiban Alquran dalam Telaah Sains Modern (Yogyakarta: Media Ilmu, 2009).

Sebagai hidayah paripurna, Alquran perlu dihadirkan untuk merespons segala peristiwa penting yang mengitari manusia. Hal itu tidak saja terhadap persoalan spritualitas tetapi juga berkenaan dengan temporalitasnya. Ketika para cendikiawan (ulama)klasikmendapatlegitimasi menafsirkannya dari berbagai perspektif dan corak penafsiran -seperti dari sisi komentar salaf (riwayat), kebahasaan, hukum, kalam, korelasi (munasabah), dan lainnya,- maka penemuan sains juga dapat dilegitimasi untuk menguraikan makna-makna yang terkandung di dalam ayat Alquran. Kerelatifan penafsiran dari tafsir riwayat, bahasa, hukum, kalam, dan lainnya itu tidaklah merelatifkan ayat- ayat Alquran. Sebab, Alquran adalah kebenaran mutlak dari Allah, sementara tafsir adalah kebenaran yang bersumber dari zat yang relatif yang kemungkinan besar benar dan juga dapat keliru. Demikian juga tafsir

19Al-Ghazali,

[8] [9]

[10] [11]

[12] [13]

[14]

[15]

[16]

[17]

[18]

[19]

[20]

[21] [22] [23]

[24]

Juz I, h. 524. 20Al-Ghazali, Juz I, h. 525.

24

Page 12: E-ISSN : 2252 - 4797 Journal Polingua

25