:..Drugs For Asthma Attack..:

download :..Drugs For Asthma Attack..:

of 9

Transcript of :..Drugs For Asthma Attack..:

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    1/9

    OBAT OBAT PADA SERANGAN ASMA

    (DRUGS FOR ASTHMA ATTACK)

    Makmuri MS, Landia Setiawati, Gunadi Santosa

    LAB/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair / RSUD Dr. SoetomoSurabaya.

    ABSTRAKObat-obatan yang digunakan pada serangan asma terdiri dari beberapa golongan obat,

    terutama beta adrenergik kerja pendek sebagai terapi fundamental dan pilihan utama.

    Dewasa ini obat 2 agonis selektif makin luas dipakai dan dapat dikombiansikan dengan

    antikolinergik ( ipratropium bromide ) untuk efek bronkodilatasi yang lebih baik.

    Kortikosteroid sistemik harus pula diberikan sebagai bagian dari penatalaksanaanserangan asma. Pada beberapa kasus refrakter, dapat dipertimbangkan penggunaan metil

    xanhine dan magnesium sulfat sebagai terapi sistemik, namun harus mewaspadai efek

    samping yang akan terjadi. Dosis dan cara penggunaan masing-masing obat tersebut akan

    diuraikan lebih lanjut. Pemberian oksigen untuk perbaikan oksigenasi perlu diperhatikan.

    Kombinasi oksigen dan helium (heliox) masih kontroversial dan perlu penelitian lebih

    lanjut. Terapi suportif lainnya seperti terapi cairan dan ventilasi mekanis harus

    disesuaikan dengan kondisi klinis penderita.

    ABSTRACTThe drug regimen for acute asthmatic attack consists of several drugs, particularly short

    acting beta adrenergic as the fundamental therapy and ultimate choice. Selective 2

    agonist drugs have been widely accepted and can be combined with anticholinergic to

    achieve better bronchodilatation effect. Systemic corticosteroid should also be considered

    in asthmatic attack. In some refracted cases, the use of methyl xanthine and sulphate

    magnesium for systemic therapy shows promising results with precaution of the side

    effects. Dosage and usage of each drug will be discussed in this paper. Oxygen

    administration to provide better oxygenation should also be considered, too. The

    combination of oxygen and helium ( heliox ) is still a controversy and need further

    study. Other supportive therapy such as fluid therapy and mechanical ventilation should

    be correlated with clinical conditions of each patient.

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    2/9

    BETA ADRENERGIK KERJA PENDEK ( SHORT ACTING )

    Beta adrenergik agonis merupakan terapi fundamental pada serangan asma, dan

    merupakan obat pilihan1,2,3

    . Stimulasi dari reseptorreseptor beta adrenergik merubah

    ATP menjadi cyclic AMP yang menimbulkan relaksasi dari otot polos jalan nafas, terjadi

    bronkhodilatasi. Efek lain juga bisa terjadi peningkatan klirens mukosiliar, menurunkan

    permeabilitas vaskular, dan mengurangi pelepasan mediator dari selsel mast. Reseptor

    reseptor 1 terutama di jantung sedangkan reseptorreseptor 2 berada di epitel jalan

    nafas, otot pernafasan, alveoli, selsel inflamasi, jantung, pembuluh darah, otot bergaris,

    juga di liver dan pankreas3.

    EPHINEPRINE / ADRENALIN

    Pada umumnya tidak lagi di rekomendasikan pada pengobatan serangan asma,

    kecuali bilamana tidak ada obatobat 2 agonis selektif2,3

    . Terutama diberikan bila ada

    reaksi anafilaksis atau angioedema2. Dapat diberikan secara subkutan atau inhalasi

    aerosol3. Dosis subkutan larutan 1 : 1000 (1 mg/ml), 0,01 ml/kg BB maksimum 0,3 ml

    dapat diberikan tiaptiap 20 menit 3 kali.

    Pemberian dengan aerosol larutan racemic ( dl ) ephineprine 2,25% dapat

    diberikan dengan nebuliser. Adrenalin subkutan mempunyai onset 515 menit, efek

    puncak 30 120 menit, durasi efek 2 3 jam. Efek samping oleh karena selain stimulasi

    reseptor adrenergik 2 juga terjadi stimulasi reseptor 1 dan reseptor a, bisa didapatkan

    sakit kepala, gelisah, palpitasi, takiaritmia, tremor, hipertensi. Pemberian aerosol

    ephineprine efeknya kurang menguntungkan karena durasi efek bronkodilatatasinya

    hanya 1 1,5 jam dan efek samping terutama pada jantung dan CNS3.

    OBAT-OBAT 2 AGONIS SELEKTIF

    Yang sering dipakai adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol1,2,3

    . Dosis salbutamol

    oral 0,1 0,15 mg/kg BB/dosis tiap 6 jam. Terbutalin oral 0,05 0,1 mg/kg BB/dosis tiap

    6 jam. Fenoterol 0,1 mg/kg BB/dosis tiap 6 jam. Pemberian secara oral mempunyai onset

    bronkodilatasi 30 menit, efek puncak dicapai dalam 2 4 jam dan lama kerjanya sampai

    5 jam3. Dengan pemberian inhalasi ( dengan inhaler / nebuliser ) onset kerja terjadi lebih

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    3/9

    cepat ( 1 menit ) efek puncaknya dalam 10 menit, dan lama kerjanya 4 6 jam3.

    Pemberian subkutan tidak memberi efek bronkodilatasi yang lebih baik dari nebulasi, jadi

    tidak dianjurkan bilamana ada alat nebuliser. Dosis salbutamol subkutan 10 20

    mcg/kg/dosis. Terbutalin subkutan 5 10 mcg/kg/dosis.

    Pemberian secara non invasif ( inhalasi ) lebih disukai daripada pemberian dengan

    cara subkutan / intravena untuk mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan penderita.

    Serangan ringan dapat diberi MDI 2 4 puf tiap 3 4 jam, serangan sedang: 6 10 puf

    tiap 1 2 jam, serangan berat perlu 10 puf2.

    Pemberian dengan MDI 3 4 puff ke dalam spacer dan masker pada penderita

    dengan asma akut ( tetapi pada kasus yang tidak mengancam jiwa ) ternyata mempunyai

    efek bronkodilatasi yang sama dengan nebuliser4. Dosis salbutamol bisa diberikan

    dengan nebuliser dengan dosis 0,1 0,15 mg/kg BB dengan interval 20 menit dengan

    dosis maksimum 5 mg/dosis atau nebulasi terus menerus 0,3 0,5 mg/kg BB/jam

    maksimum 15 mg/jam4,5

    . Pasien yang tidak respon dengan 2 kali inhalasi ( MDI dan

    spacer ) atau nebuliser dikatagorikan sebagai non responder dan pada inhalasi ke 3 bisa

    ditambahkan ipratoprium bromide2,4,6

    . Nebulasi terbutalin bisa diberikan 2,5 mg atau 1

    respules/nebulasi7.

    Pemberian obat beta agonis secara intravena secara teori berguna pada serangan

    asma berat dimana dengan cara inhalasi mungkin obat beta agonis sulit mencapai jalan

    nafas distal dari obstruksi ; meskipun demikian pada beberapa penelitian tidak terdapat

    beda signifikan efek bronkodilatasi antara yang diberi secara IV dan inhalasi3,4

    ,

    sedangkan pada pemberian IV efek samping takikardi lebih banyak terjadi. Pemberian 2

    agonis IV bisa dipertimbangkan bilamana tidak ada respon dengan nebulasi 2 agonis,

    kortikosteroid IV, dan teofilin ipratropium bromide. Dosis salbutamol IV dapat dimulai

    0,2 mcg/kg BB/mnt dan dinaikkan 0,1 mcg/kg tiap tiap 15 menit dengan maksimal 4

    mcg/kg BB/mnt6. Terbutalin IV dosis 10 mcg/kg BB diberi dengan infus selama 10 menit

    dilanjutkan dengan 0,1 4 mcg/kg BB/jam dengan infus kontinyu8. Sangat perlu

    monitoring konsentrasi serum kalium dan elektro kardiogram oleh karena resiko

    hipokalemi juga perlu mengukur kadar CPKMB1, jadi sebaiknya diberikan di ICU.

    Efek samping dari 2 agonis termasuk tremor dari otot otot skeletal, sakit

    kepala, agitasi dan palpitasi, takikardi. Bisa terjadi imbalans dari ventilasi dan perfusi

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    4/9

    oleh karena adanya peningkatan perfusi ( sirkulasi ) yang melewati paruparu yang masih

    under-ventilated, sehingga terjadi hipoksemia ; juga bisa terjadi hipokalemia.

    IPRATROPIUM BROMIDE

    Kombinasi antara nebulasi 2 agonis dan anti kolinergik ( ipratropium bromide )

    akan memberi efek bronkodilatasi yang lebih baik dari pada masingmasing obat sendiri

    sendiri2,4,6,9,10

    . Sebaiknya diberikan setelah 2 kali nebulasi 2 agonis selang 20 menit tidak

    ada atau kurang respon. Kombinasi ini dianjurkan diberikan lebih dulu sebelum diberikan

    methyl xanthin2. Dosis yang dianjurkan 0,1 ml/kg nebulasi tiap tiap 4 jam, atau lebih

    dari 6 tahun: 8 20 tetes, kurang dari 6 tahun: 4 10 tetes larutan 0,025%6,7

    . Efek

    samping kekeringan di mulut (minimal) atau rasa tidak enak di mulut, secara umum tidak

    efek samping yang berarti4.

    KORTIKOSTEROID

    Pemberian kortikosteroid secara sistemik mempercepat perbaikan dari serangan

    asma dan harus diberikan sebagai bagian penata laksanaan serangan asma kecuali pada

    serangan ringan, terutama pada keadaan2

    :

    - Terapi inisial dari inhalasi 2 agonis kerja cepat gagal mencapai perbaikan yangcukup lama.

    - Tetap terjadi serangan asma meskipun penderita telah mengunakan kortikosteroidoral.

    - Pada serangan asma sebelumnya mengunakan kortikosteroid oral.Pemberian glukokortikosteroid sistemik paling tidak perlu waktu 4 jam untuk

    mencapai perbaikan klinis dan efek maksimum diperlukan waktu 12 24 jam10

    .

    Pemberian kortikosteroid bisa mencegah progresifitas dari asma, mencegah MRS,

    mengurangi simtom dan memperbaiki fungsi paru juga memperbaiki respon

    bronkodilatasi dari 2 agonis. Preparat oral yang dipakai : prednison, prednisolon,

    triamsinolon dengan dosis 1 2 mg/kg BB/hari diberikan 2 3 kali sehari selama 3 5

    hari (1). Dexametason oral 0,6 mg/kg BB/hari diberikan 2 kali sehari10

    .

    Pada kasuskasus asma yang MRS diperlukan pemberian kortikosteroid secara

    intravena (IV). Methyl prednisolon merupakan pilihan utama oleh karena penetrasi

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    5/9

    kejaringan paru yang lebih baik, efek anti inflamasi yang lebih besar juga efek

    mineralokortikoid yang minimal1. Dosis yang dianjurkan : methyl prednisolon 1 mg/kg

    BB IV tiaptiap 4 6 jam. Hidro kortisone 4 mg/kg BB IV tiaptiap 4 6 jam. Dexa

    metasone - 1 mg/kg BB bolus dilanjutkan 1 mg/kg BB/hari diberikan tiaptiap 6 8

    jam.

    Pemakaian steroid inhalasi dengan dosis rendah tidak bermanfaat untuk serangan

    asma, jadi tidak dianjurkan. Ada yang berpendapat steroid nebulasi dapat digunakan

    untuk serangn berat, namun perlu dosis sangat tinggi (1600 mcg), tetapi belum banyak

    kepustakaan yang mendukung. Pada penderita yang intoleran atau tidak bisa diberi

    prednison oral, hasil yang sama bisa didapat dengan inhalasi steroid dosis sangat tinggi1.

    Perlu dibuat penelitian lebih lanjut mengenai keuntungan dari pemberian steroid inhalasi

    pada serangan asma terutama dari segi cost effectivenes bila dibanding prednison oral.

    METHYL XANTHINE ( Short acting theophyline )

    Efek bronkodilatasinya setara dengan inhalasi 2 agonis tetapi karena efek

    sampingnya lebih banyak dan safety marginnya yang sempit dianjurkan hanya setelah

    kombinasi 2 agonis dengan anti kolinergik dan steroid tidak ada kurang respon pada

    serangan asma sedang, juga diberikan pada serangan asma berat / status asmatikus2.

    Konsentrasi serum terapetik harus dijaga sekitar 10 sampai 20 mcg/ml8. Dosis yang

    diberikan aminophilin diberikan secara intavena bila pasien belum mendapat

    aminophillin sebelumnya diberikan dosis awal (inisial)7

    : 4 6 mg/kg BB dilarutkan

    dalam dektrose 5% atau garam fisiologis sebanyak 20 ml diberikan dalam 20 30 menit.

    Jika pasien sudah mendapat aminophilin sebelumnya kurang dari 4 jam dosis diberikan

    setengahnya. Selanjutnya aminophilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5 1 mg/kg

    BB/jam. Oleh karena pengaruh umur terhadap kinetik theophillin yang berbeda beda

    maka ada yang menganjurkan starting dose untuk aminophilin berbeda sesuai umur12:

    Umur 1 6 bulan : 0,5 mg/kg BB/jam Umur 6 11 bulan : 1,0 mg/kg BB/jam Umur 1 9 tahun : 1,2 1,5 mg/kg BB/jam Umur > 10 tahun : 0,9 mg/kg BB/jam

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    6/9

    Efek samping mual, muntah, sakit kepala pada konsentrasi lebih tinggi bisa terjadi

    kejang, takikardia dan aritmia. Secara teori keuntungan theophylin pada serangan asma

    selain sebagai bronkodilator juga sebagai stimulan dari pusat nafas, dan meningkatkan

    kontraktilitas otot otot nafas3.

    MAGNESIUM SULFAS

    Akhir akhir ini pemberian magnesium sulfas dianjurkan sebagai terapi sistemik

    pada status asmatikus. Jadi dapat dipertimbangkan pada perawatan di ICU pada anak

    anak serangan asma berat, terutama yang tidak ada / kurang respon dengan kortikosteroid

    sistemik dan nebulasi berulang dengan 2 agonis dan aminophilin10

    . Beberapa teori yang

    menerangkan efek bronkodilatornya melalui perannya di dalam regulasi komplek adenyl

    cyclase dari 2 reseptor, suatu cofactor dalam system enzim yang mengatur keluar

    masuknya Na dan K via membran sel. Juga sebagai calsium channel blocker efek

    sedatif, mengurangi pelepasan asetil kolin pada ujung ujung saraf juga stabilisasi sel

    mast11

    . Dosis 25 50 mg/kg BB IV selama 1 jam. Kadar magnesium sebaiknya di cek

    setiap 6 jam, infus magnesium harus ditritasi menjaga kadar antara 3,5 4,5 meq/dl9.

    Efek samping : kelemahan otot, deep tendon reflex yang menurun, hipotensi, takikardi,

    mual, muntahmuntah, flushing dari kulit disritmia jantung.

    Nebulasi salbutamol dengan magnesium sulfas isotonic pada suatu laporan

    pendahuluan menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada salbutamol dengan normal

    saline, namun penggunaan magnesium sulfas isotonic belum bisa di rekomendasikan

    untuk dipakai secara rutin sampai ada penelitian lebih lanjut2.

    OKSIGEN

    Pada bayi / anak kecil saturasi oksigen sebaiknya diukur dengan pulse oxymetry,

    nilai normalnya di atas 95%. Bila saturasi oksigen kurang dari 90% meskipun sudah

    mendapat oksigen aliran tinggi dan kondisinya memburuk maka dipertimbangkan

    pemeriksaan analisa gas darah. Saturasi oksigen sedapat mungkin dipertahankan sekitar

    95% ( pada bayi dan anak kecil ), hal ini bisa dicapai dengan pemberian oksigen

    memakai kanula hidung, masker, atau kadangkadang head box terutama pada bayi. Pada

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    7/9

    pemberian nebulasi, 2 agonis sebaiknya diberi oksigen untuk mengatasi efek samping

    hipoksianya1,2,6

    .

    Inhalasi heliox ( 80% helium dan 20% oksigen ) selama 15 menit sebagai

    tambahan pada pemberian oksigen ( dengan kanula hidung ) bersamasama nebulasi

    salbutamol dan methyl prednisolone IV secara bermakna menurunkan pulsusparadoksus,

    meningkatkan peakflow, dan menurunkan indek sesak. Juga cara ini bisa mencegah

    kebutuhan ventilasi mekanis pada beberapa penderita. Campuran helium dan oksigen bisa

    memperbaiki oksigenasi Karena sifat helium yang ringan sehingga bisa merubah aliran

    turbulen menjadi laminar sehingga oksigen lebih bisa mencapai alveoli1.

    Sayangnya pengalaman dengan heliox pada penderita anak dengan serangan asma

    yang berat tidak selalu mendapatkan hasil yang menguntungkan. Alasan mengapa

    terdapat hasil yang berbedabeda masih belum jelas sehingga untuk menetapkan terapi

    heliox sebagai pengobatan standar pada serangan asma masih perlu penelitian lebih

    lanjut1.

    TERAPI CAIRAN

    Dehidrasi mungkin bisa terjadi pada serangan asma berat. Hal ini karena intake

    cairan yang kurang adekuat, peningkatan insensible water lose karena takipnea juga

    karena efek diuretik dari theophilin. Pada asma berat juga terjadi peningkatan sekresi

    ADH yang memudahkan terjadinya retensi cairan, juga oleh karena tekanan negatif yang

    tinggi dari peak inspiratory pleural pressure, memudahkan terjadinya oedema paru. Jadi

    hatihati jangan sampai terjadi over hidrasi. Biasanya cairan cukup diberikan 1 1,5 kali

    kebutuhan maintanance12

    .

    INDIKASI VENTILASI MEKANIS1

    - Pulsus paradoksus yang cepat meningkat.- Penurunan pulsus paradoksus pada penderita yang kelelahan ( exhausted ).- Status mental yang memburuk ( lethargy / agitasi ).- Cardiac aritmia atau arrest.- Respiratory arrest.- Tidak bisa bicara.

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    8/9

    - Asidosis laktat yang tidak bisa membaik.- Diaphorisis pada posisi berbaring.- Silent chest meskipun usaha nafas yang hebat.- *Hipoksemia ( PaO2 < 60 mmhg ) tidak membaik dengan oksigen 100%.- *PaCO2 > 60 mmhg dan meningkat lebih dari 5 mmhg/jam.*

    indikasi relatif.

    PENGOBATAN LAINLAIN2,6

    - Antibiotik tidak diperlukan secara rutin kecuali bila ada tandatanda pneumoniaatau panas atau sputum yang purulen yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,

    juga bila diduga adanya sinusitis bakteri.

    - Inhalasi obatobat mukolitik tidak menunjukkan kegunaan dalam menanganiserangan asma, pada eksaserbasi berat malah bisa memperberat batukbatuk dan

    menghambat aliran nafas.

    - Sedatifa harus dihindari selama serangan asma oleh karena efek depresi darirespirasi karena obatobat anxiolitik dan hipnotik.

    - Anti histamin sebaiknya dihindari pada serangan asma ( memperkental sputum )begitu juga fisioterapi dada sebaiknya dihindari.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Larsen Gary L, Colasurdo G.N: Assessment and treatment of acute asthma inchildren and aldolecens in: Naspitz CK, Szefler SJ, Tinkelman DG, Warner JO:Text Book of Pediatric Asthma. In international perspective. Martin Dunitz 1Ed.

    United Kingdom 2001, pp 189 209.

    2. Global Initiative for Asthma ( GINA ): Establish Plans for ManagingExacervations. Global strategi for Asthma Management and Prevention. National

  • 7/31/2019 :..Drugs For Asthma Attack..:

    9/9

    Intitutes of Health, Bethtsda, Maryland USA, National Heart, Lung and Blood

    Intitutes Revised 2002, pp 133 142.

    3. Jenne JW, Tashkin DP: Beta Adrenergic Agonists: in Weiss EB, Stein M:Bronchial Asthma, Mechanism and Therapeutics. Little Brown and Comp. Boston

    Toronto London 3Ed 1993, pp 700 748.

    4. Fitzgerald M: Acute Asthma Clinical Review. Exstract from Clinical EvidenceBMJ 2001: 323,841 845.

    5. Bierman CV, Pearlman DS: Asthma in Kendigs Disorders of The RespiratoryTract in Childrent. WB Saunders Comp. Philadelphia, London, Toronto,

    Montreal, 5Ed 1990, pp 557 601.

    6. South African Chilhood Asthma Working Group Management of AcuteAsthmatic Attack in Children.http//zingssolutions.com/ALLSA/Acute.htm

    7. UKK Pulmonologi, PP IDAI: Pedoman Nasional Asma Anak, Tatalaksanaserangan asma, Bali 2002, hal 1 9.

    8. Shannt F: Drug Doses Intensive Care Unit Royal Childrens Hospital Parkville,Victoria 3052, Australia, 2001.

    9. Briening EP: Management of The Pediatric Patient in Status Asthmaticus CriticalCare Nurse, February 1998, 18,1 pp 1 8.

    10.Pediatrics Guideline: Treatment of Acute Asthma in Children. Revision 2000, pp1 5. http://www.U manitoba.ca/colleges/cps/Guidelines and Statement/913 html.

    11.Schuch Suzanne: Evidence Based Management of Severe Asthma on theEmergency Department. http://www.pem data base.org./files/2EB Mgt severe

    asthma Dec 2002.doc.

    Behrman R.E., Kliegman RM, Jenson HB: Asthma in Nelson Text book of Pediatrics.

    WB Saunders Comp. Philadelphia, London, New York, St. Louis, Sydney, Toronto 16t