Draf BungaRampai FLTA2020

164
Catatan Pengalaman Menarik FLTA 2020 Bunga Rampai Draf

Transcript of Draf BungaRampai FLTA2020

Page 1: Draf BungaRampai FLTA2020

Catatan Pengalaman Menarik

FLTA2020Bunga Rampai

Draf

Page 2: Draf BungaRampai FLTA2020

FLTA 2020

Atase Pendidikan dan KebudayaanKBRI Washington D.C. Amerika Serikat

Assistant

Foreign

TeachingLanguage

Page 3: Draf BungaRampai FLTA2020

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak CiptaPasal2:1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.

Ketentuan PidanaPasal72:1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: Draf BungaRampai FLTA2020
Page 5: Draf BungaRampai FLTA2020

BUNGA RAMPAI

FLTA 2020

Atase Pendidikan dan KebudayaanKBRI Washington D.C. Amerika Serikat

Assistant

Foreign

TeachingLanguage

FLTA 2020

Atase Pendidikan dan KebudayaanKBRI Washington D.C. Amerika Serikat

Assistant

Foreign

TeachingLanguage

CATATAN PENGALAMAN MENARIK

Kedutaan Besar Republik IndonesiaAtase Pendidikan dan Kebudayaan

Washington, D.C., USA

Page 6: Draf BungaRampai FLTA2020

Bunga Rampai Foreign Language Teaching Assistant Catatan Pengalaman MenarikFLTA 2020

Penulis: Berlin Adi, Emma Eunika, Fatmawati, I Kadek Dony, Ihsan Nur, Ildi Kurniawan, Irma Zavitri, Kunto Nurcahyoko, Lidya Pawestri, Muhammad Kurniawan, Nahar Nuhun, Ni Luh Putu, Shinta Amalia, Wimbo Pambudi.

Editor: Popy Rufaidah

Tim Kreatif: Retno Juni Rochmaningsih, Sismono La Ode, M.A., MS Lubis, Nafratilova Septiana, Danang Suryo

Sumber Ilustrasi: manoa.hawaii.edu (hlm 8) flaticon.com (sampul), freepik.com (sampul),

Diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C. Amerika Serikat Atase Pendidikan dan Kebudayaan Massachusetts Avenue NW, Washington, D.C. 20036 Telp: +1 (202) 775 5200 Faks: +1 (202) 775 5236 E-mail: [email protected]

Bekerjasama dengan UNY Press untuk pengadaan ISBN.Cetakan 1, Oktober 2020 ISBN 978-602-498-206-5x + 144 hlm; 15,5 x 22,5 cm

Page 7: Draf BungaRampai FLTA2020

vii

Pengantar Atase Pendidikan dan Kebudayaan

Sebuah Pengalaman Menarik “Meng-Indonesia-kan” Negeri Paman Sam

Atase pendidikan dan kebudayaan KBRI di Washington, D.C. terus mendukung program Foreign Language Teacher As-sistance (FLTA) yang diinisiasi oleh American Indonesian

Exchange Foundation (AMINEF). Program ini sangat penting guna meningkatkan keterampilan mengajar bahasa Indonesia bagi penutur asing di Amerika Serikat. Selain memperoleh wa-wasan budaya internasional, para pengajar juga dapat bertukar ragam budaya Nusantara kepada mahasiswa Amerika Serikat.

Sebanyak 14 kumpulan tulisan para pengajar bahasa Indonesia yang tersebar di kampus terbaik di Amerika Serikat ini memba-gikan pengalaman mengajarnya secara bernas. Mulai dari persi-apan mengajar hingga evaluasi diri saat mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Saat di dalam kelas mereka adalah pengajar, namun saat di luar kelas, mereka adalah kawan dari ma-hasiswa di Negeri Paman Sam.

Sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan, saya menilai buku ini adalah bentuk literasi bagi angkatan pengajar berikut-nya atau pembaca secara umum yang menggeluti dunia Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). saya mendukung se-penuhnya atas tulisan-tulisan dalam buku ini. Tanpa berbagi pengalaman, kita tidak akan pernah tahu sejauhmana bahasa Indonesia diminati, diajarkan, sampai dikembangkan, teruta-ma di negara Amerika Serikat.

Popy RufaidahAtase Pendidikan dan Kebudayaan

Page 8: Draf BungaRampai FLTA2020

viii BUNGA RAMPAI FLTA 2020

Daftar Isi

Pengantar Atase Pendidikan dan Kebudayaan vii

1 Program BIPA di IUB: Persaingan dengan Banyaknya Program Bahasa Asing di IUB

Berlin Adi Pranedya

9 Indonesian FLTA at University of Hawai’i at ManoaEmma Eunike Ronsumbre

15 Teaching BIPA dan Promoting Indonesia’s Culture in American University: A Perspective of A Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) in Madison

Fatmawati

25 Dari Mulut ke Mulut: Alasan Populernya Kelas Bahasa Indonesia di Yale

I Kadek Dony Suantika

Page 9: Draf BungaRampai FLTA2020

ixDAFTAR ISI

39 Mengapa Mahasiswa Amerika Belajar Bahasa Indonesia?Ihsan Nur Iman Faris

51 Pengajaran Bahasa Indonesia Level Beginner di Northern Illinois UniversityIldi Kurniawan

63 Indonesia Bukan Hanya tentang Bali: Refleksi tentang Indonesia dan Bahasa Indonesia di Mata Dunia

Irma Zavitri

79 Bahasa Indonesia di Harvard: Tantangan dan SolusiKunto Nurcahyoko

93 Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai Pendukung Kelas Bahasa Indonesia Lidya Pawestri Ayuningtyas

101 Mengenal Potensi Pengajaran Bahasa Indonesia di Pennsylvania Muhammad Kurniawan Rachman

111 Pasang Surut Gelombang BIPA di University of Georgia Nahar Nurun Nafi’

119 Pemanfaatan Jam Pelajaran Tambahan dengan Hasil Belajar Mahasiswa Tingkat Pemula di Universitas Northern Illinois Ni Luh Putu Bunga Mastari Dewi

Page 10: Draf BungaRampai FLTA2020

x BUNGA RAMPAI FLTA 2020

129 Highlights of Being An FLTA at Arizona State University: Understanding Professional and Personal Lives Shinta Amalia

139 Mengajar Bahasa Indonesia di Columbia University: Faktor Pendukung dan Penghambat Wimbo Pambudi Wicaksono

Page 11: Draf BungaRampai FLTA2020

xiDAFTAR ISI

Page 12: Draf BungaRampai FLTA2020

xii

Page 13: Draf BungaRampai FLTA2020

1

Program BIPA di IUB:Persaingan dengan BanyaknyaProgram Bahasa Asing di IUB

Berlin Adi Pranedya

Departemen/Universitas :Southeast Asia and ASEAN studies, Hamilton Lugar School of Global and International Studies, Indiana University

Chairperson : Margaret Sutton

Institusi Asal : Wisma Bahasa Yogyakarta

Kota dan Negara Bagian : Bloomington, Indiana

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai : Mei 2020

Person in Charge di US : Margaret Sutton

Alamat di Indonesia : Demakan TR III/551, Tegalrejo, Yogyakarta

Email : [email protected]

Program Foreign Language Teaching Assistant di Universitas Indiana Bloomington telah dimulai sejak tahun 2018. Saya adalah orang kedua dari program

tersebut yang mengajar di IU. Sebelum pengajar dari program FLTA mengampu kelas Bahasa Indonesia di IU, Universitas Indiana mempekerjakan WNI yang tengah menempuh program S2 atau S3 di IU untuk mengajar Bahasa Indonesia. Pada tahun ini, kelas Bahasa Indonesia di IU terdiri dari dua tingkat: SEAS 101 untuk tingkat awal dan SEAS 201 untuk tingkat menengah. Empat mahasiswa tergabung di kelas

Page 14: Draf BungaRampai FLTA2020

2 BERLIN ADI PRANEDYA

SEAS 101 dan dua mahasiswa tergabung di kelas SEAS 201 pada semester musim gugur 2019. Program ini berjalan di bawah naungan Hamilton Lugar School of Global and International Studies (HLS) dan Departemen Kajian Asia Tenggara dan ASEAN. Di Universitas Indiana, terdapat lebih dari 80 program bahasa asing. Universitas Indiana juga memiliki empat program unggulan (Language Flagship Program) untuk bahasa Arab, Mandarin, Turki dan Rusia. Memiliki empat program flagship juga menjadikan Universitas Indiana sebagai pemegang peringkat pertama dalam jumlah ketersediaan Language Flagship Programs di seluruh Amerika Serikat.

Saya adalah satu-satunya pengajar Bahasa Indonesia di IU. Saya berperan sebagai pengajar utama, bukan sebagai asisten pengajar. Hal ini berarti saya harus menjalankan semua tu-gas termasuk persiapan program (rancangan silabus, materi tiap tiap pertemuan dan agenda kelas), pelaksanaan program (mengajar semua kelas, mengevaluasi murid dan memberi ni-lai) dan evaluasi program (pemberian nilai, laporan kepada departemen setempat, dan lain lain). Kelas Bahasa Indonesia di IU berbobot 4 kredit dan hanya bisa diambil oleh mahasis-wa yang terdaftar sebagai pemelajar di IU. Walaupun berbo-bot 4 kredit, namun kelas Bahasa Indonesia di IU hanya ber-langsung selama 50 menit pada setiap pertemuan, 3 kali per minggu. Durasi tersebut lebih pendek jika dibandingkan de-ngan kelas bahasa lain, seperti misalnya bahasa Spanyol, Je-pang Mandarin, Hindi, Thailand, Myanmar dan lain lain.

Jumlah ketersediaan kelas bahasa asing di IU juga menjadi isu tersendiri dalam pelaksanaan kelas Bahasa Indonesia. Banyaknya jumlah pilihan untuk mahasiswa membuat masing-

Page 15: Draf BungaRampai FLTA2020

3PROGRAM BIPA DI IUB

masing departemen harus melakukan usaha ekstra untuk ‘menarik’ mahasiswa untuk mempelajari bahasa mereka. Jumlah pemelajar Bahasa Indonesia tergolong kecil jika dibandingkan kelas bahasa lain, khususnya yang tergolong dalam program flagship. Biasanya sebelum tahun ajaran baru berlangsung, HLS mengadakan acara ‘pameran program bahasa’, di mana para staf dan pengajar dari program bahasa di IU dapat membuat stan kecil untuk menunjukkan betapa menariknya budaya dan bahasa dari masing- masing program. Acara ini adalah salah satu kesempatan untuk mempromosikan program Bahasa Indonesia di IU. Selain acara tersebut, kami juga membuat stan di atrium gedung studi internasional setiap bulan, dengan tajuk ‘Hospitality Hour’, di mana mahasiswa yang lewat bisa mencicipi kopi dari Indonesia, mengenal budaya Indonesia, serta dan mengobrol dengan pengajar Bahasa Indonesia. Beragam usaha ini diharapkan lebih banyak mahasiswa tertarik untuk mengikuti kelas Bahasa Indonesia di semester berikutnya.

Dalam pelaksanan program pengajaran Bahasa Indonesia, selain mengenai promosi program Bahasa Indonesia, isu lain adalah pada konsistensi kurikulum dan silabus yang digunakan. Seperti saya sebutkan sebelumnya, saya adalah orang kedua dari program FLTA yang mengajar di IU. Sebelum saya memulai program di IU, penanggungjawab kurikulum program bahasa di IU menugaskan saya untuk memperbaiki silabus yang digunakan oleh pengajar pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa silabus yang digunakan di tahun-tahun sebelumnya belum matang, dan masih dapat dimatangkan lagi. Karena itu salah satu misi saya pada program FLTA 2019-2020 ini adalah untuk mematangkan rancangan silabus dan materi

Page 16: Draf BungaRampai FLTA2020

4 BERLIN ADI PRANEDYA

program Bahasa Indonesia sehingga pengajar pada tahun-tahun berikutnya dapat dengan lebih mudah menggunakannya untuk mengajar Bahasa Indonesia di IU.

Di luar pelaksanaan kelas Bahasa Indonesia, kami juga me-miliki beberapa program di luar kelas, yang diharapkan da-pat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Karena terbatasnya durasi pertemuan pada setiap kelas, biasanya setiap minggu saya juga mengadakan ‘Jam Kopi’ atau ‘Coffee Hour’, di mana mahasiswa bisa berkumpul di luar jam kelas secara lebih informal dan mengobrol tentang berbagai isu yang berkaitan dengan Indonesia. Kami meng-adakan pertemuan di kafe kopi di luar lingkungan kampus sehingga mahasiswa merasa lebih santai dan tidak merasa se-perti mengikuti kelas Bahasa Indonesia. Dalam setiap perte-muan, saya juga mengundang tamu yang berbeda yang bisa berbagi tentang topik topik seperti budaya, musik, makan-an dan pengalaman tinggal di Indonesia. Beberapa kali saya meng- undang beberapa warga Negara Amerika yang sebe-lumnya pernah tinggal di Indonesia, supaya mereka bisa ber-bagi tentang sudut pandang orang asing tentang pengalaman di Indonesia. Saya juga mengundang WNI yang belajar di IU untuk berbagi tentang isu isu yang berkaitan dengan studi me-reka, seperti budaya dan lingkungan. Tentu saja selama perte-muan ini kami memakai Bahasa Indonesia. Kadang-kadang kami harus sedikit mencampurkan Bahasa Inggris karena pertemuan ini juga dihadiri mahasiswa tingkat awal.

Saya berharap bahwa dari kegiatan-kegiatan yang dilak-sanakan dalam program Bahasa Indonesia di IU, mahasiswa dapat merasakan pengalaman yang autentik tentang Indo-nesia. Beberapa mahasiswa bahkan sudah mendaftar untuk

Page 17: Draf BungaRampai FLTA2020

5PROGRAM BIPA DI IUB

program beasiswa yang akan memberi mereka kesempatan untuk berkunjung ke Indonesia dan mengalami langsung ba-gaimana belajar dan tinggal di Indonesia. Dalam berbagai ke-sempatan lain saya juga mengikuti acara-acara di luar kampus untuk memperkenalkan budaya Indonesia di sekolah-seko-lah dan masyarakat Bloomington. Misalnya pada acara “In-ternational Night” di Project School di Blooming- ton, saya dan rekan rekan saya mengajak anak-anak SD di sana untuk menyanyi lagu Indonesia dan mengenal budaya Indonesia lebih jauh.

Sebagai pengajar Bahasa Indonesia di IU, misi saya selama program ini adalah mematangkan program Bahasa Indonesia di Universitas Indiana dan memperkenalkan budaya Indonesia seluas-luasnya kepada masyarakat di sekitar saya. Program Bahasa Indonesia di IU masih tergolong kecil dibandingkan program bahasa bahasa yang lain. Oleh karena itu, saya mengharapkan dukungan penuh terhadap program tersebut dan siapapun yang nantinya akan melanjutkan pengembangan program BIPA di IU. Sebagai universitas yang menduduki peringkat pertama dalam ketersediaan program bahasa asing di Amerika Serikat, Universitas Indiana memiliki potensi yang luar biasa untuk menyebarluaskan penggunaan bahasa dan pengenalan budaya Indonesia. Saran saya untuk keberlanjutan program Bahasa Indonesia di masa depan adalah mengadakan lebih banyak acara dan kesempatan untuk mempromosikan program Bahasa Indonesia dan budaya Indonesia, seperti membuat stan di acara acara budaya, membuat pertunjukan kecil, seperti menari dan menyanyi, atau mengadakan acara memasak bersama. Selain itu pengajar BIPA di Universitas Indiana juga dapat bekerja

Page 18: Draf BungaRampai FLTA2020

6 BERLIN ADI PRANEDYA

sama dengan pengajar di universitas- universitas lain yang memliki program BIPA dan membuat program bersama dengan media daring.

Foto-foto: beragam aktivitas pemelajaran di kelas Bahasa Indonesia,Universitas Indiana, Bloomington.

Page 19: Draf BungaRampai FLTA2020

7PROGRAM BIPA DI IUB

Atas: pertunjukan budaya untuk anak-anak di SD project School Bloomington. Bawah: bersama peserta FLTa dari Thailand dan myanmar dalam acara international night.

Page 20: Draf BungaRampai FLTA2020

8 EMMA EUNIKE RONSUMBRE

Page 21: Draf BungaRampai FLTA2020

9

Indonesian FLTA at University of Hawai’i at Manoa

Emma Eunike Ronsumbre

Departemen/Universitas : Indo Pacific Languages, University of Hawai’iat Manoa

Chairperson : Jesse Ross Knutson

Institusi Asal : Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan, Universitas Cenderawasih

Kota dan Negara Bagian : Honolulu, Hawai’i

Tahun Memulai : Agustus 2019

Person in Charge di US : Ulrich Kozok

Email : [email protected]

I live in Jayapura, the capital of Papua Province. In Jayapu-ra, I worked as an English language teacher at a local NGO called SAGU Foundation. I teach Beginner to Intermediate

classes. When I was in high school, I was very interested in learning a new language, then I decided to work as a language teacher.

I applied for the FLTA Fulbright program in 2018 and really blessed to be one of the FLTA grandee. Personally, I believe that this program will be very beneficial for me because I will have the opportunity to teach students at a university in the United States. I have had teaching experience at one of the campuses in Jayapura as a teaching assistant for several

Page 22: Draf BungaRampai FLTA2020

10 EMMA EUNIKE RONSUMBRE

months. However, teaching on campus at Unites states will be very different. There were not many applicants for this program from Papua, maybe because not many people know about it. So, being chosen as one of Foreign Language Teaching Assistants to teach Indonesian language in USA is an honor for me, my family and my community where I come from.

After some selections and finally I was placed at the Univer-sity of Hawai’i at Manoa. This makes me happier because I’m going to Hawai’i, who doesn’t like Hawai’i? Everyone around the world is eager to be able to visit this beautiful island. An-other advantage that I got from Hawai’i was that the weather in this place was no different from the weather in Papua.

Indonesian Language at University of Hawai’i at Manoa

Indonesian is one of the subjects below The Department of Indo- Pacific Languages and Literatures (IPLL) which is the largest language-teaching unit at the University of Hawai’i. There are 14 languages that are taught. These languages are lo-cated primarily in the Pacific and in Southeast Asia, but IPLL also teach Hindi, Sanskrit and Arabic.

Teaching Indonesian at UH at Manoa is very interesting because of this university uses multimedia teaching materials and methods, which make learning Indonesian a more engaging, in- teractive, and hence more effective, experience. Students who want to learn Indonesian can study face to face in class with the teacher. Not only that, if the students are not in Hawai’i, or cannot be present in class because of work and other reasons, they can take online class.

Page 23: Draf BungaRampai FLTA2020

11INDONESIAN FLTA

Indonesian language lecturer at the university of Hawai’i at Manoa is Prof. Uli Kozok. He developed online Indonesian language material very well. This online material is not only used at this university for the students but is also used by Indo-nesian language learners in other parts of the world such as in Australia. online material can be accessed on https://indone-sian-online.com.

All students who take Indonesian classes at University of Ha-wai’i at Manos can access them. This online material is very in-teractive. This online material covers all the skills that a for-eign language learner needs, ranging from speaking, listening, speaking and writing exercises. There are lots of interesting model of exercises, one of which is like a crossword puzzle. In addition, this online material provides language learning from beginner to advance levels.

Besides Indonesian-online.com, another media used for the Indonesian language learning process is Laulima. It is the  University of Hawaii’s online course management system that is used for traditional face-to-face, online, and hybrid class-es. Laulima’s tools allow students and faculty to communicate with others in the class (through mail, forums, and chats), dis-tribute/receive  materials, and test.  It can conveniently be ac-cessed 24 hours a day, 7 days a week.

There were five classes last year at Fall semester 2019, (IND 103) Beginning Indonesian I, (IND 203) Intermediate In-donesian I, (IND 305) Third Level Indonesian and (IND 402) Fourth-Level Indonesian. The total number of students from all classes were sixteen students.

Page 24: Draf BungaRampai FLTA2020

12 EMMA EUNIKE RONSUMBRE

No Class Number of Student Online Students

1. IND 103 – Beginning Indonesian I 8 2/8*two online

students out of 8

2. IND 203 – Intermediate Indonesian I 2 -

3. IND 305 – Third Level Indonesian 5 5

4. IND 307 – Third Level Conversation 5 1/5*one online

students out of 5

5. IND 402 – Fourth-Level Indonesian 1 -

There are six courses in Spring semester 2020. They are (IND 104) Beginning Indonesian II, (IND 204) Intermediate Indonesian II, (IND 306) Third Level Indonesian, (IND 308) Third Level Conversation, (IND 402) Fourth-Level Indone-sia, (IND 461) Modern Indonesian Literature. The total num-ber of students from all classes are twenty-two students.

No Class Number of Student Online Students

1. IND 104 – Beginning Indonesian II 7 1/7*two online

students out of 8

2. IND 204 – Intermediate Indonesian I 1 -

3. IND 306 – Third Level Indonesian 7 7

4. IND 308 – Third Level Conversation - 2/5*one online

students out of 7

5. IND 402 – Fourth-Level Indonesian - -

6. IND 461 – Modern IndonesianLiterature.

-

Page 25: Draf BungaRampai FLTA2020

13INDONESIAN FLTA

From the data above, we can see that the number of students at the University of Hawai’i at Manoa who took Indonesian language classes increased compared to last year. This is a good new. Many reasons are owned by the students, why they want to learn Indonesian. Some students learn Indonesian because they want to do research in Indonesia, some say they want to go on vacation to Bali, also some are heritage students so they want to learn Indonesian so they can communicate with their families in Indonesia.

Activities Outside the Classroom

Interaction with students not only inside the classroom, students are also invited to take part in several activities carried out by Indonesian people who live in Hawai’i. IWIH stands for Ikatan Warga Indonesia di Hawai’i, this Indonesian community often makes activities such as the celebration of Sumpah Pemuda, the feast of independence, national batik day and others. Students are also invited to participate in these activities. The students get many benefits because they can meet with native Indonesians, taste Indonesian food, get to know Indonesian culture and more specifically they can practice speaking Indonesian.

Hawai’i is a very beautiful island with many places to visit. The weather on this island is also very nice. Teachers and students sometimes do “pot luck” or picnics together, so at the time, stu- dents can ask about something he afraid to ask inside the classroom or just to practice Indonesian about many topics. This activity is very beneficial for both students and teacher because its built good rapport between us.

Page 26: Draf BungaRampai FLTA2020

14 FATMAWATI

Page 27: Draf BungaRampai FLTA2020

15

Teaching BIPA dan Promoting Indonesia’s Culture in American University: A Perspective ofA Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) in Madison

Fatmawati

Departemen/Universitas : Department of Asian Language and Culture, Univer-sity of Wisconsin - Madison

Chairperson : Steve Rodgley

Institusi Asal : SMK Negeri 3 Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

Kota dan Negara Bagian : Madison, Wisconsin

Tahun Memulai : 14 Agustus 2019

Tahun Selesai : 31 Mei 2020

Person in Charge di US : Erlin Barnard

Alamat di Indonesia : Dusun Sumer Payung, Kec Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

Email : [email protected]

Globalisation has made some huge impacts in the way we humans live our lives. One of those impacts is the fact that we now have become more connected to ‘another

world’ and got better access to information that can help us in learning and doing more so that we can go further in life. Globalisation, in a way or another, has helped us to grow and challenged us to always be ready in meeting the continuously changing demands from work force.

Page 28: Draf BungaRampai FLTA2020

16 FATMAWATI

As the world has now become more connected and people-to-people interaction has become wider in scale, the need to learn and master at least one foreign language is increasing. Decades ago, English speaking students would have probably learned only European languages such as Spanish, French, Portuguese, or Ital- ian at their schools or universities. Meanwhile, non English speakers would learn English only. Recently, more and more schools and universities all over the world offer numbers of foreign languages for their students. They offer not only the popular languages as mentioned above, but also foreign languages such as Hmong, Thai, Japanese, Mandarin, Pashto, Finish, Tagalog, Indonesia, etc.

University of Wisconsin in Madison is one of the many universities in the United States of America that has been offering various language classes to their students. As stated on their official website (https://alc.wisc.edu/languages/), the Department of Asian Languages and Cultures offers languages from East Asia (Chinese, Japanese, and Korean), South Asia (Hindi, Tibetan, and Urdu), and Southeast Asia (Tagalog, Hmong, Indonesian, Thai, and Vietnamese) to their students. This has opened opportunities for many Asians, including me, to experience living and working in the USA. Looking from a Teaching Assistant (TA) perspective, this essay will discuss not only the challenges in teaching and promoting Indonesian language and culture, but also some important points that might be beneficial for the teaching of English as a foreign language in Indonesian context. Finally, this essay will also offer some suggestions that might help in improving and promoting the teaching of Indonesian language and culture in the future.

Page 29: Draf BungaRampai FLTA2020

17TEACHING BIPA

Teaching of Bahasa Indonesia in the University of Wisconsin - Madison

Foreign language teachers are responsible not only in the teaching of a language but also in promoting the culture of where that language is from. As a TA, my responsibilities consist of but not limited to teaching, finding and developing authentic learning materials, grading, preparing classroom and language table, and having office hours. During my TA-ing period, I have learnt about what it means to be a teach-er, more specifically a foreign language teacher. I found out that teaching a foreign language should not be too hard and challenging if only we have the support we badly need. Along with the provision of workshops and seminars for profes-sional development of teachers, I believe monetary support is needed to cater the needs of stationary and other teaching and learning needs.

Teaching Bahasa Indonesia in UW - Madison was, most of the time, extremely enjoyable because we have a strong support system. The classroom we were using for the whole semester was equipped with technology that helps us in delivering interactive learning activities. In addition, teaching administration was not as complicated as it is in Indonesia. We do not need a 6-pages-long lesson plan to design a fun and interactive teaching and learning activities. A precise and concise one will do. Furthermore, learning activities in our classroom did not heavily depend on text-books. We looked for authentic materials and developed them in such a way so that students can learn about the language and culture of Indonesia at the same time.

Though the teaching and learning activities have been

Page 30: Draf BungaRampai FLTA2020

18 FATMAWATI

designed as interactive as possible, sometimes there were times when it did not go as planned. There are some factors that contributed to this problem, such as errors in the technology, different levels of language proficiency, and conflicts in our students’ schedule because all of them are graduate students who are also working as a TA or RA. One student came for a visit during office hours and confessed that he had a hard time studying and being a TA and RA at the same time. That affected his performance in class. Having this issue, as a teacher we tried to accommodate his needs and helped him with his struggle. This is another thing that we, most teachers in Indonesia, do not do. We often demand students to follow our rules without trying to understand their struggle. Another case that I think worth mentioning is when a student came and complained about the class or his grades. As a high school teacher in Indonesia, this is something that has never happened to me before. American students are different. They were raised to speak up their mind and talk about their discomfort. They ask a lot of questions. Therefore, we should ensure that everything that we do or say should be accountable or reliable.

Given all these hard works and supports that we have given for the students, as well as their willingness to study hard, to communicate their struggles, and utilised any form of learning facility and support available, it was such a rewarding feeling to see their improvement in communicating in Bahasa Indonesia and how their knowledge about Indonesia has increased thanks to all the authentic materials we have given them during teaching and learning activities in the classroom.

Page 31: Draf BungaRampai FLTA2020

19TEACHING BIPA

Promoting Indonesian Culture in American Community Talking about promoting culture is talking about demonstrat-ing and sharing our values and ways of being to a wider com-munity. I personally think that as a cultural ambassador of In-donesia, everything that we do and say can be seen as a way of promoting our culture. For example, I wear ‘batik’ in as many occasions as possible. Looking at me wearing something dif-ferent and ‘unusual’ for their standard, many Americans and people from other cultures would come to me and ask about the dress or shirt I was wearing. The process of explaining the batik itself, its pattern and how it was made as well as which region it is originally from, is an activity of promoting the culture. Another way of promoting a culture is through food. Sometimes I invited some friends over for dinner at my place. I would cook some Indonesian foods and when they liked it, they would ask me what it was and how to cook it. In a classroom context, I promote our cultures through the texts or videos that I shared with my students during teaching and learning activities. Meanwhile, during Language Table sessions, we would talk about popular culture in Indonesia. We would talk about foods, music, movies, celebrities, or po-litical and environmental issues happened during that time. Since all my students are PhD candidates majoring in either Southeast Asian culture, political history, or history in gen-eral, they claimed to be enjoying talking and discussing those topics during the sessions.

In a broader context, the activity of promoting Indonesian culture took place in some bigger events such as International Night at Kennedy Elementary School, Cultural Fair in Uni-

Page 32: Draf BungaRampai FLTA2020

20 FATMAWATI

versity Apartment - Eagle Heights, World Appreciation Day for Middle School Teachers in UW - Madison, etc. In those events, I either opened a cultural table, in which I show-cased some traditional costumes or traditional foods from my hometown, or doing a performance such as dancing or story telling. For instance, during the International Night at Ken-nedy Elementary School, I showcased a collection of Batik from Indonesia and showed the children how Batik is made. I also let them cosplaying with the traditional attire I brought all the way from Sumbawa, my hometown, and took photos while doing so. In another event, with the help of some other Indonesians in Madison, I opened a ‘food truck’ where peo-ple could have a taste of some of Indonesia’s most famous foods such as rendang, soto ayam, lontong sayur, bakso, bak-wan,etc. These activities were more challenging for me per-sonally because I am not a skilled dancer or story teller. These are something that is totally new for me. Another reason that makes them more chal- lenging is that because it required more time and money to prepare for the events.

Conclusion

To sum it up, being a language teacher and cultural ambas-sador for Indonesia in the USA is something that is exciting and challenging at the same time. On a personal level, being an FLTA in the USA has made me become more aware of my own culture and my own values as a human being, and as an Indonesian in general. Through my FLTA fellows and oth-er Indonesians studying or working in the USA, I feel like I have learnt more about Indonesia and its culture while I am

Page 33: Draf BungaRampai FLTA2020

21TEACHING BIPA

so far away from it. Through my interactions with some other people from all over the world, I have become more aware of the issues of diversity in social identities. I feel that living and working in the USA has a significant role in my intellectual and spiritual growth. On a professional level, working in one of the best universities in the USA has surely helped me in be-coming a better and more professional teacher. Through the many workshops and seminars for professional develop-ment of teachers, and constant guiding from my supervisor as well as support from my colleagues at work, I have become more adapt to changes and more empathetic toward my stu-dents. Being more adapt to changes and showing more empa-thy toward students are two qualities that I think many teach-ers in Indonesia are not capable of yet.

Learning is an ongoing process. If there is anything that I can share from my experience as an FLTA, that I think will be of great help for language teachers in Indonesia or Indo-nesian language teachers (future FLTA probably?) in the USA, that would be to always challenge yourself in your teaching approach. Do something that will work for your students learning. A professor once said that no matter how smart the teacher is, or how great the learning approach is, learning does not succeed until the students learn. Don’t let the students get out from the class without learning some-thing. Therefore, teachers should design a learning that suits their student’s needs and not just following a template set by others. This is the mindset that I intend to bring home and share with my fellow teachers. As for promoting culture, on a personal level, the best suggestion that I can give is to always be and show the better version of yourself. As a cultural ambassa-

Page 34: Draf BungaRampai FLTA2020

22 FATMAWATI

dor, we are more than just ourselves. We are the representative of the country we are from, and everything we do or say will be the mirror of our culture. We must exercise mindfulness. On a broader level, any kind of support from Indonesian govern-ment (the embassy or consulate general officials) will make the promotion of Indonesian culture becoming more impactful.

Page 35: Draf BungaRampai FLTA2020

Foreign language teachers are

responsible not only in the

teaching of a language but also

in promoting the culture of

where that language is from.

Page 36: Draf BungaRampai FLTA2020

24 I KADEK DONY SUANTIKA

Page 37: Draf BungaRampai FLTA2020

25

Dari Mulut ke Mulut: Alasan Populernya Kelas Bahasa Indonesia di Yale

I Kadek Dony Suantika

Departemen/Universitas : Council for Southeast Asian Studies, Yale University

Chairperson : Erik Harms

Institusi Asal : Cinta Bahasa & Elizabeth International

Kota dan Negara Bagian : New Haven, Connecticut

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai : Mei 2020

Person in Charge di US : Indriyo Sukmono

Alamat di Indonesia : Jalan Raya Samplangan No. 11, Gianyar – Bali 80512

Email : [email protected]

Yale University adalah salah satu universitas Ivy League di kawasan Pantai Timur Amerika Serikat. Awalnya diidirikan pada 1701 sebagai Collegiate School di wilayah

Saybrook, Yale kini berlokasi di Kota New Haven, Connecticut sejak 1716. Yale sudah menunjukkan ketertarikan pada Asia Tenggara sebelum Perang Dunia II pecah. Sebagai inisiator pertama di belahan utara Amerika, Yale mendirikan Kajian Wilayah Asia Tenggara pada awal 1930-an yang diinisiasi oleh sejarawan Clive Day dan Ray mond Kennedy, sosiolog dan antropolog pendiri program Asia Tenggara. Bukan hanya seorang cendekiawan, Profesor Kennedy juga penyokong

Page 38: Draf BungaRampai FLTA2020

26 I KADEK DONY SUANTIKA

ekstrim upaya kemerdekaan RI yang tewas dalam perjalanan dari Bandung ke Cirebon tahun 1949.

Sementara itu, perjalanan program bahasa Indonesia di Yale terbagi atas dua periode: periode 1940-an sampai 2000 dan periode 2001 sampai sekarang. Pada 1940-an, pengajaran bahasa Indonesia berawal dari pengajaran bahasa Melayu yang dianggap esensial terutama untuk kepentingan militer karena bahasa Melayu merupakan lingua franca di wilayah Asia Tenggara. Profesor Isidore Dyen memulai program dengan memanfaatkan awak kapal dan penutur asli bahasa Melayu yang turun kapal di sekitar New York. Salah satu mahasiswa serta penutur asli Indonesia yang kebetulan sedang berkuliah di program master di New Haven adalah bapak antropolog Indonesia Koentjaraningrat (angkatan 1955). Program bahasa Indonesia sempat hiatus selama hampir dua tahun pada 1999-2000. Kemudian, Indriyo Sukmono direkrut sebagai pengajar untuk menggairahkan kembali program bahasa Indonesia. Beliau memulai program hanya dengan dua mahasiswa undergraduate pada semester Fall 2001. Meski awalnya program ini sempat sepi peminat, namun lambat laun kian populer dan puncaknya adalah jumlah mahasiswa pada semester Fall 2015 mencapai 120 orang dari 8 kelas berbagai tingkat. Jumlah ini merupakan yang terbesar di antara pengelola program bahasa Indonesia anggota COTI— Consortium for the Teaching of Indonesian—dan di Amerika.

Kebijakan Pengajaran Program Bahasa Asing

Kelas bahasa asing diwajibkan bagi seluruh mahasiswa Yale, satu kelas untuk undergraduate dan dua kelas untuk graduate.

Page 39: Draf BungaRampai FLTA2020

27DARI MULUT KE MULUT

Meski pada saat diterima di Yale sudah menguasai satu atau dua bahasa asing, mereka tetap diwajibkan mengambil kelas pada tingkat yang lebih mahir atau mata kuliah lain dengan pengantar bahasa tersebut, misalnya “Medical French: Conversation and Culture”. Kelas bahasa tingkat pemula ditawarkan sebagai paket L-1 dan L-2 untuk satu tahun. Mahasiswa wajib mengambil kelas minimal tiga semester sampai L-3 sebagai prasyarat penguasaan bahasa Asing.

Sebagai universitas liberal, Yale merupakan salah satu yang memiliki kebijakan yang sangat ketat dalam pengajaran bahasa, yaitu: Durasi kelas L-1 sampai L-4 adalah lima puluh menit per pertemuan, lima hari per minggu, setiap hari Senin sampai Jumat.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pemelajar bahasa Indonesia di Yale mengalami fluktuasi dalam hampir satu dekade ini. Tren peningkatan jumlah mahasiswa terus

Page 40: Draf BungaRampai FLTA2020

28 I KADEK DONY SUANTIKA

menanjak hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun sejak tahun 2010. Dengan peningkatan jumlah ini, tujuh ta-hun yang lalu universitas memberikan dana untuk mengang-kat satu tambahan pengajar tetap: Dinny Aletheiani. Puncak dari membludaknya jumlah pemelajar terjadi di antara tahun 2013-2016 dengan 95, 113 dan 121 mahasiswa. Tiga sesi kelas Pemula disiapkan untuk mengakomodasi peminat pemelajar bahasa Indonesia dari mahasiswa Yale College undergradua-tes.

Sebenarnya tren jumlah pemelajar bahasa Indonesia tidak akan mengalami penurunan apabila pada tahun ajaran 2016-2017 pihak universitas dan pusat bahasa Yale tidak mengelu-arkan kebijakan baru tentang beban mengajar maksimal bagi pengajar bahasa. Para pengajar bahasa hanya diperbolehkan mengajar maksimal 3 kelas per semester. Pun jumlah ma-hasiswa bahasa Indonesia dibatasi hanya 14 orang per ke-las. Meskipun jumlah peminat kelas bahasa Indonesia tetap tinggi, batas jumlah pemelajar yang bisa terdaftar membuat tren jumlah mahasiswa tercatat menurun. Di luar dari tabel di atas, jumlah mahasiswa yang mendaftar dan atau hadir di ke-las Pemula pada dua minggu pertama semester (shopping period) biasanya antara 50-65 orang. Kelas bahasa Indonesia selalu kelebihan pendaftar sehingga sekitar 15-20 pendaftar ditolak setiap semester Fall.

Untuk mengimbangi jumlah pemelajar, selama tujuh ta-hun berturut-turut program bahasa Indonesia Yale menda-patkan tenaga pengajar tambahan Fulbright FLTA (Foreign Language Teaching Assistant) dari Indonesia. Serta dukungan tenaga ahli dari PPSDK (Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan) melalui tiga kali penempatan, dan

Page 41: Draf BungaRampai FLTA2020

29DARI MULUT KE MULUT

untuk pertama kali, Menristek Dikti melalui Program SAME, mengirimkan pengajar senior berpengalaman pada Fall 2018 dari Universitas Cendana, Kupang.

Bagaimana Program Bahasa Indonesia di Yale Bisa Sepopuler Itu?

Pada semester Fall 2019 ini, jumlah pemelajar bahasa Indo-nesia di kelas Pemula ada 36 mahasiswa yang terbagi atas 2 kelas. Pada shopping period, tercatat ada 66 mahasiswa yang mendaftar dan atau hadir di kelas. Survei di awal semester di-lakukan untuk mengetahui dari mana mahasiswa mengetahui informasi tentang kelas bahasa Indonesia.

Pada diagram di bawah dapat dilihat bahwa 77% dari pen-daftar mengetahuinya dari teman atau teman setim olah raga mereka. Hanya 14% dari pendaftar mengaku mengetahui in-formasi ini dari situs pencari mata kuliah resmi universitas, Yale Bluebook. Dan 9% persen lainnya mengetahui informasi ini dari sumber lain seperti anggota keluarga, senior, ataupun alumni yang pernah mengambil kelas sebelumnya.

Page 42: Draf BungaRampai FLTA2020

30 I KADEK DONY SUANTIKA

Fakta menarik dari kelas bahasa Indonesia di Yale adalah le-bih dari setengah pemelajar di kelas biasanya adalah mahasiswa atlet. Pada semester Fall 2019 lebih dari 60% adalah mahasiswa atlet berbagai cabang olah raga di antaranya: Football Amerika, Lacrosse, Basket, Baseball, Hoki Es, Hoki Lapangan, Sepakbo-la, Renang, Dayung, dan Atletik. Dari hasil survei bisa disimpul-kan bahwa informasi tentang kelas bahasa Indonesia tersebar secara lebih efektif melalui mulut ke mulut. Selain melalui te-man setim olah raga mahasiswa, juga dari orang terdekat entah dari keluarga, teman seasrama, maupun teman sekelas di mata kuliah lain. Karena pada umumnya ikatan yang dimiliki maha-siswa atlet dengan tim olah raga mereka cenderung sangat kuat, tanggapan dan ulasan positif tentang kelas bahasa Indonesia dari teman setim menjadi alasan mereka untuk mengambil kelas ini. Banyak yang menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan untuk mengambil kelas karena mendapat rekomendasi dari te-man-temannya yang berpendapat bahwa kelas bahasa Indonesia sangat menarik, interaktif serta pengajarnya sangat menyenang-kan.

Salah satu kegiatan kelas yang menjadi dasar keberhasil-an program adalah pertemuan individu dengan penutur asli, satu kali per minggu. Melalui kegiatan ini, setiap mahasiswa ber-temu sekitar 15 sampai 20 menit dengan penutur asli. Dengan rata-rata 18 mahasiswa per kelas, diperlukan setidaknya tiga penutur asli untuk melayani mereka (3 penutur asli melayani 6 mahasiswa dalam satu jam pelajaran). Selain itu, pengenalan pengetahuan budaya yang interaktif dari para pengajar juga sa-ngat mempengaruhi pengalaman belajar mahasiswa. Memain-kan audio/video gamelan atau dangdut sebelum kelas dimulai, bermain angklung di kelas, berfoto mengenakan baju batik ada-

Page 43: Draf BungaRampai FLTA2020

31DARI MULUT KE MULUT

lah beberapa hal yang dilakukan oleh Pak Indriyo. Beliau selalu berusaha membawakan contoh alat dan bahan seperti angklung, wayang, buah-buahan tropis sehingga mahasiswa dapat melihat, merasakan, memainkan bahkan mencicipinya langsung. Kue pandan dan pisang goreng merupakan ciri khas dari kelas Pemu-la karena hampir tiap minggu dibawakan oleh pengajar sehingga mahasiswa berkesempatan untuk menikmatinya di kelas.

Proses belajar-mengajar tidak hanya dilakukan di kelas. Pik-nik kelas bahasa Indonesia diagendakan satu kali per semester dan diadakan di Old Campus. Mahasiswa kelas bahasa Indo-nesia disuguhkan berbagai masakan khas Indonesia yang seka-ligus menjadi ajang promosi untuk mahasiswa lain karena area Old Campus adalah tempat tinggal dari hampir 80% mahasis-wa undergraduates. Mahasiswa juga diajak untuk mengunjungi Indo-Pacific Gallery—Yale Art Gallery—yang memiliki koleksi Indonesia hasil sumbangan serta dana dari Thomas Jaffe, alumni 1971 serta mengunjungi koleksi seperangkat gamelan Jawa dari Solo di School of Music, Yale. Selain berbagai kegiatan di atas, mahasiswa juga dilibatkan dalam kegiatan budaya penunjang promosi keberadaan Indonesia di kampus, di New Haven dan negara bagian Connecticut dan sekitarnya seperti: (1) Southeast Asia Spring Festival, dimulai pada tahun 2003 dengan mengajak rekan pengajar bahasa Vietnam. Sebagian pertunjukan berasal dari kelompok budaya Indonesia termasuk gamelan dan tari Bali dari KJRI New York, mahasiswa di kelas bahasa dan masyarakat. (2) Malam Budaya Indonesia, diadakan selama bulan Oktober atau awal November oleh masyarakat Indonesia di CT dan se-kitarnya. Festival pertama diadakan di Beckham Hall, Wesleyan University dan silih berganti dengan Luce Hall, Yale University. Pada acara ini, mahasiswa kelas bahasa Indonesia sering kali dili-

Page 44: Draf BungaRampai FLTA2020

32 I KADEK DONY SUANTIKA

batkan dalam penampilan seni dan budaya atau sekedar berpar-tisipasi sebagai penonton. Baik kunjungan ke galeri dan gamelan maupun festival terbukti berhasil menumbuhkan rasa ingin tahu serta meningkatkan apresiasi terhadap budaya, bahasa dan nega-ra Indonesia terutama di kalangan mahasiswa.

Kesimpulan Program bahasa Indonesia di Yale University secara umum san-gat populer dan memiliki pemelajar terbanyak di antara 12 uni-versitas anggota COTI dan di Amerika Serikat. Hal ini tentu saja bukan kebetulan melainkan buah dari pemikiran dan kerja keras pengajarnya, Pak Indriyo dan Bu Dinny, yang selalu berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang interaktif, otentik dan menarik kepada pemelajar. Memberikan kesempatan un-tuk berinteraksi dengan penutur asli secara konstan, kegiatan di luar kelas yang variatif serta pelibatan mahasiswa dalam berb-agai kegiatan kebudayaan berbuah respon dan ulasan positif. Hal itu mengarah pada kesuksesan program menyentuh kelom-pok-kelompok yang memiliki ikatan kuat seperti tim olahraga dan asrama dan memberikan efek positif terhadap tanggapan dan animo mahasiswa terhadap program. Rekomendasi oleh alumni kelas kepada anggota keluarga, pacar, teman asrama, dan teman setim ternyata sangat ampuh dalam mempengaruhi calon pemelajar untuk mengambil kelas bahasa Indonesia. Promosi dari mulut ke mulut terbukti masih efektif di era akses informasi bisa dengan mudah didapatkan dari situs resmi kampus ataupun media lainnya.Referensi Sukmono, Indriyo. 2019. Yale-SEA-Indonesia-F-2019. New

Haven, United States of America.

Page 45: Draf BungaRampai FLTA2020

33DARI MULUT KE MULUT

In my over twenty years of language teaching in Indonesia and in the U.S. (since 1995), I have worked with many language instructors and assistants, encouraging them to pursue careers

in higher institution language teaching. Dony is as fine an example as anyone, who is ready for a greater challenge and to reach new heights.

Dony Suantika is not only a talented language learner but also brings his enthusiasm for world cultures, extensive experience, and fine scholarship into the classroom. It is also equally im-portant to add that Dony is not only a great colleague, but is also a pleasure to work with. His fun and cheerful predisposition has won the hearts of both students and friends. Even as a newcomer at Yale and the city of New Haven, he rooted himself quickly to the campus community. Being also a gifted cultural performer in Indonesian dance and music, his instruction and performance with and for students truly promoted language studies on campus in dynamic ways. In sum, Dony is a fine, mature, and committed young individual ready to take any challenge and is a great ambas-sador to the world through language and culture.

Indriyo SukmonoCouncil on Southeast Asia Studies

Yale University

Testimoni Supervisor (Indriyo Sukmono)

Page 46: Draf BungaRampai FLTA2020

34 I KADEK DONY SUANTIKA

Atas: suasana kelas bahasa indonesia 1 bersama Pak Indriyo. Bawah: Pak Indriyo bermain angklung bersama peserta kelas.

Page 47: Draf BungaRampai FLTA2020

35DARI MULUT KE MULUT

Atas: mengenalkan gamelan Bali di depan kelas. Bawah: bersama para mahasiswa seusai bermain gamelan Jawa di Yale School of music.

Page 48: Draf BungaRampai FLTA2020

36 I KADEK DONY SUANTIKA

Atas: mahasiswa kelas pemula – Fall 2019 bersama pak indriyo, Dony (FLTa) dan nina (ppSDK) Bawah: piknik kelas bahasa Indonesia.

Page 49: Draf BungaRampai FLTA2020

Untuk mengimbangi jumlah

pemelajar, selama tujuh

tahun berturut-turut program

bahasa Indonesia Yale

mendapatkan tenaga pengajar

tambahan Fulbright

FLTA (Foreign Language

Teaching Assistant) dari

Indonesia.

Page 50: Draf BungaRampai FLTA2020

38 IHSAN NUR IMAN FARIS

Page 51: Draf BungaRampai FLTA2020

39

Mengapa Mahasiswa Amerika Belajar Bahasa Indonesia?

Ihsan Nur Iman Haris

Departemen/Universitas : Asian Studies, Central for International Studies, Ohio University

Chairperson : Takaaki Suzuki

Institusi Asal : Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia

Kota dan Negara Bagian : Athens, Ohio

Tahun Memulai : 10 Agustus 2019

Tahun Selesai : 09 Mei 2020

Person in Charge di US : Pittaya Paladroi-Shane

Alamat di Indonesia : Jalan Geger Arum Satu no. 63, Desa Isola, Sukasari - Bandung

Email : [email protected]

Berdasarkan pengalaman mengajar Bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA) di Ohio University, saya rasa hal per- tama yang pengajar harus pikirkan bukanlah

silabus atau media pembelajaran, melainkan bagaimana menarik mahasiswa untuk mendaftar kelas. Oleh karena itu, berbagai promosi, seperti menggelar meja pameran dan penampilan seni saya lakukan sebe- lum semester dimulai. Mahasiswa-mahasiswa yang hadir mengaku kagum dan tertarik dengan seni-budaya Indonesia setelah melihat cantiknya batik, kerajinan tangan, dan tarian yang ditampilkan saat promosi. Namun, kekaguman dan ketertarikan tersebut tidak mendorong kebanyakan mahasiswa untuk mendaftar

Page 52: Draf BungaRampai FLTA2020

40 IHSAN NUR IMAN FARIS

dan belajar di kelas bahasa Indonesia. Analoginya, orang-orang yang senang menonton Doraemon belum tentu tertarik untuk belajar bahasa Jepang. Orang-orang yang menikmati suara merdu gamelan juga belum tentu tertarik untuk belajar bahasa Indonesia. Perlu lebih dari sekadar promosi seni budaya untuk menarik minat mahasiswa di Amerika Serikat untuk belajar bahasa Indonesia.

Ada enam orang yang mendaftar untuk semester fall ini. Keenam orang tersebut dibagi lagi ke dalam empat kelas yang berbeda yaitu, elementary I, advanced I, special topics conversation, dan special topics penelitian suku Dayak. Keenam orang tersebut adalah Megan, Rachel, Aaron, Ammar, Anne, dan Piwey. Mempelajari alasan mengapa keenam mahasiswa tersebut memilih kelas bahasa Indonesia dibandingkan kelas bahasa asing lainnya akan membantu kita menentukan program promosi seperti apa yang bisa menarik mahasiswa Amerika Serikat belajar bahasa Indonesia. Bisa dibilang keenam mahasiswa yang belajar di semester fall itu memiliki semangat dan motivasi yang tinggi karena mereka tidak lagi memerlukan kelas bahasa asing sebagai syarat kelulusan. Mereka belajar bahasa Indonesia murni karena keinginan dan kebutuhan personal.

Alasan Mahasiswa Ohio University Belajar Bahasa Indonesia

Megan adalah mahasiswa S2 (graduate) di program jurnalistik. Ketika melihat saya dan rekan di meja promosi bahasa Indonesia, Megan teringat dengan ayahnya yang pernah pergi ke Indonesia dan pulang membawa cinderamata. Megan

Page 53: Draf BungaRampai FLTA2020

41MENGAPA MAHASISWA AMERIKA

bercerita kalau dia adalah seorang fotografer dan bertanya apakah ada program tertentu yang bisa membantu dia untuk memotret kehidupan suku di pedalaman. Kami bercerita tentang program seperti Critical Language Scholarship dan Boren Awards. Karena tertarik pergi ke Indonesia untuk memotret kehidupan suku di pedalaman, Megan mendaftar kelas bahasa Indonesia di level elementary I.

Aaron adalah mahasiswa S2 di proram studi Asia. Dia sudah mulai belajar bahasa Indonesia sejak S1. Ketertarikannya belajar bahasa Indonesia berkaitan erat dengan penelitian tentang suku Dayak yang dia tekuni sejak lama. Aaron juga pernah mengikuti program pelatihan bahasa Indonesia di Universtias Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah. Saat ini dia belajar bahasa Indonesia di kelas special topics penelitian suku Dayak karena membutuhkan bantuan untuk mempelajari buku bahasa Indonesia yang menjelaskan tentang identitas suku Dayak. Buku tersebut merupakan sumber penting untuk proyek capstone-nya. Aaron juga mendaftar Boren Awards untuk meneliti suku Dayak di Kalimantan.

Ammar adalah mahasiswa S1 (undergraduate) di program biologi. Ammar merupakan seorang heritage learner atau pemelajar yang orang tuanya merupakan penutur bahasa asing yang akan dipelajari. Sebagai warga negara Amerika Serikat, Ammar lebih sering menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indo- nesia. Orangtua Ammar pun membiasakannya berbicara bahasa Inggris sedari kecil agar lebih mudah bergaul dengan masyarakat sekitar. Sampai akhirnya penggunaan bahasa Indonesia untuk komunikasi di keluarga menjadi hal yang sangat sulit karena

Page 54: Draf BungaRampai FLTA2020

42 IHSAN NUR IMAN FARIS

dia sudah terlalu terbiasa dengan bahasa Inggris. Ammar mengambil kelas bahasa Indonesia karena ingin terhubung dan berkomunikasi dengan keluarganya di Palembang, Sumatera Selatan. Belajar bahasa Indonesia baginya adalah penjaga identitas sebagai seorang keturunan Indonesia. Dia bercerita bagaimana kakak dan adiknya tidak bisa berkomunikasi satu sama lain dengan keluarga di Indonesia karena tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Dia baru saja menyelesaikan level advanced I semester fall yang lalu. Untuk bisa lebih mengaplikasikan pelajaran bahasa Indonesia yang sudah dipelajarinya, Ammar mendaftar program Boren Awards untuk penelitian medis.

Tiga pemelajar lainnya adalah Rachel yang memiliki teman dan misi keagamaan di Indonesia, Anne yang merupakan teman satu apartemen seorang pengajar bahasa Indonesia, dan Piwey yang merupakan pemelajar berbagai bahasa. Bisa dibilang alasan Rachel dan Anne belajar bahasa Indonesia adalah kedekatan dengan seorang teman. Sementara Piwey adalah seorang guru bahasa Prancis yang dasarnya memang suka belajar bahasa asing.

Apakah Pendekatan Promosi Kita Sudah Tepat?

Kalau diperhatikan, mahasiswa Ohio University mengambil kelas bahasa Indonesia karena alasan pengembangan profesional, kebu- tuhan akademik, kepentingan keluarga, kedekatan dengan teman, dan ketertarikan yang mendalam dalam mempelajari bahasa asing. Ketertarikan terhadap seni dan budaya bukanlah alasan utama. Budaya memang tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran bahasa. Mempelajari

Page 55: Draf BungaRampai FLTA2020

43MENGAPA MAHASISWA AMERIKA

bahasa berarti mempelajari budaya. Namun, alasan utama seseorang mempelajari sebuah bahasa belum tentu ingin mempelajari budaya. Selain itu, ketika berbicara budaya yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, budaya yang lebih ter- kait adalah budaya dimensi sosiologis dan pragmatis, atau yang berhubungan dengan kehidupan sosial sehari-hari (Adaskou, Britten, dan Fahsi, 1990). Oleh karena itu, wajar kiranya Orang Amerika yang terpesona oleh tarian dan musik dari Indonesia belum begitu tertarik belajar bahasa Indonesia secara mendalam. Mereka mungkin belum melihat kebutuhan bahasa Indonesia di kehidupan sosial yang mereka jalani sehari-hari.

Saat promosi, saya juga bertanya mengapa mahasiswa yang menghampiri meja promosi belum tertarik mengambil kelas bahasa Indonesia. Jawaban mereka beragam, namun jawaban paling umum yang saya dapatkan adalah karena bahasa Indonesia tidak berhubungan langsung dengan bidang yang mereka tekuni. Sebagai seorang yang kelak akan menjadi profesional, belum terbayang oleh para calon siswa bagaimana keterampilan berbahasa Indonesia bisa membantu pengembangan profesional mereka. Sebagian mahasiswa bahkan menjelaskan kalau hal pertama yang mereka pikirkan setelah lulus adalah bagaimana melunasi pinjaman (student loan). Penjelasan dan promosi yang menawarkan keuntungan kultural tidak begitu menarik minat mereka karena yang dibutuhkan adalah kemampuan meningkatkan ekonomi dari mata kuliah yang mereka ambil. Aaron, mahasiswa yang saat ini mengambil kelas special topics penelitian Dayak juga pernah bilang kalau dia akan mengambil program sertifikasi guru bahasa Inggris setelah lulus agar bisa mengajar di

Page 56: Draf BungaRampai FLTA2020

44 IHSAN NUR IMAN FARIS

Indonesia. “That way, the Indonesian lessons that I took will be paid off.”, menjelaskan pada saya bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia akan memberikan manfaat ekonomi dan profesional yang diharapkan.

Simpulan dan Saran

Mahasiswa di Ohio University tertarik belajar bahasa Indonesia karena keterampilan berbahasa Indonesia membantu memenuhi kebutuhan profesional, akademik, dan sosial mereka. Agar mahasiswa Amerika Serikat tertarik bahasa Indonesia, kita harus bisa menjelaskan bagaimana bahasa Indonesia bisa digunakan di ranah profesional dan sosial sehari-hari. Hal ini tentu merupakan tantangan tersendiri untuk pemerintah dan guru BIPA karena jumlah penutur bahasa Indonesia dan ranah pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa Indonesia harus bersaing dengan bahasa asing lain yang lebih banyak digunakan di ranah publik seperti bahasa Spanyol dan Prancis.

Ada beberapa saran untuk meningkatkan jumlah pemelajar bahasa Indonesia di Amerika Serikat. Pertama, mulai dari calon pemelajar yang sangat dekat dengan budaya Indonesia, yaitu anak- anak dan pemuda warga Indonesia yang lahir di Amerika Serikat. Walaupun orangtua mereka berbahasa Indonesia, keturunan generasi ketiga dan seterusnya cenderung lebih sering menggunakan bahasa Inggris, bahkan untuk komunikasi sehari-hari di rumah. Pemerintah melalui KBRI bisa memberikan program pembelajaran bahasa Indonesia untuk para heritage learners. Insentif dalam bentuk program pulang kampung dan terhubung dengan keluarga di Indonesia

Page 57: Draf BungaRampai FLTA2020

45MENGAPA MAHASISWA AMERIKA

bisa diberikan agar para pemelajar lebih bersemangat. Kedua, program bahasa Indonesia sebaiknya di- integrasikan dengan kelas yang berhubungan dengan ekonomi dan pendidikan di Indonesia bahkan ASEAN. Dengan cara ini, mahasiswa akan melihat bahwa keterampilan bahasa Indonesia dapat membuka pengetahuan lain yang berhubungan langsung dengan pengembangan profesionalisme mereka.

Ketiga, promosi budaya Indonesia sebaiknya bukan hanya difokuskan pada budaya estetik seperti tarian dan nyanyian, tapi juga budaya sosial dan pragmatis. Program homestay with Indonesian family bisa diadakan oleh KBRI. Dalam program tersebut, siswa yang belajar bahasa Indonesia akan tinggal selama satu minggu bersama keluarga Indonesia yang menetap di Amerika. Keluarga yang menjadi tuan rumah haruslah keluarga yang masih mempraktikan budaya-budaya sosial Indonesia. Keempat, promosi program Critical Language Scholarship dan Darmasiswa perlu diperbanyak, dan bila perlu kuota untuk orang Amerika Serikat ditambah. Beasiswa untuk belajar dan penelitian langsung di Indonesia akan menunjukkan bahwa bahasa Indonesia yang mereka pelajari di kelas itu rewarding.

Referensi

Adaskou, K., Britten, D. Y. Fahsi, B. (1990). “Design decisions on the cultural content of a secondary English course for Morocco”. ELT Journal, 44, 1: 3-10.

Page 58: Draf BungaRampai FLTA2020

46 IHSAN NUR IMAN FARIS

Atas: bersama delegasi Fulbright lainnya saat Homecoming parade Ohio university 2019. Bawah: mengadakan promosi kelas bahasa dan budaya indonesia bersama agam Syahrial, penerima beasiswa Teaching assistant, di pusat kegiatan mahasiswa Ohio university.

Page 59: Draf BungaRampai FLTA2020

47MENGAPA MAHASISWA AMERIKA

Bersama paladroi pittaya, kepala World Languages program di Ohio university, saat Center for international Studies new students’ reception.

presentasi tentang tantangan literasi di indonesia

Page 60: Draf BungaRampai FLTA2020

48 IHSAN NUR IMAN FARIS

Atas: menjadi pembawa acara perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik indonesia yang ke-74 di Ohio university. Bawah: lomba balap kelereng untuk penduduk athens dan mahasiswa Ohio university dalam rangka perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Ri.pusat kegiatan mahasiswa Ohio university.

Page 61: Draf BungaRampai FLTA2020

49MENGAPA MAHASISWA AMERIKA

Bermain kacapi Sunda Cianjuran untuk mempromosikan budaya indonesia, khususnya Jawa Barat.

Page 62: Draf BungaRampai FLTA2020

50 ILDI KURNIAWAN

Page 63: Draf BungaRampai FLTA2020

51

Pengajaran Bahasa Indonesia Level Beginner di Northern Illinois University

Ildi Kurniawan

Departemen/Universitas : Northern Illinois University

Chairperson : Eric Jones

Institusi Asal : Universitas Bengkulu

Kota dan Negara Bagian : DeKalb, Illinois

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai : Mei 2020

Person in Charge di US : Rahmi Hartati

Alamat di Indonesia : Jl. WR. Supratman Blok B3 No.13 Perumahan Sakha Falih

Email : [email protected]

Program beasiswa Foreign Language Teaching Assisstant (FLTA) merupakan program pengajaran bahasa asing di Amerika Serikat. Beasiswa ini merupakan salah satu

dari beberapa beasiswa yang ditawarkan oleh Fulbright mela-lui American Indonesian Foundation (AMINEF) di Indonesia. Penerima beasiswa ini akan mengajarkan Bahasa Indonesia di universitas ataupun sekolah tinggi di Amerika Serikat selama dua semester.

Status atau kedudukan Bahasa Indonesia di kampus-kam-pus Amerika tersebut bervariasi. Ada yang berstatus sebagai credit, artinya mata kuliah tersebut wajib diambil oleh maha-

Page 64: Draf BungaRampai FLTA2020

52 ILDI KURNIAWAN

siswa dan akan mendapatkan nilai yang akan muncul di trans-krip nilai nantinya. Namun, ada juga Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah tapi tetapi masih berstatus Audit, yaitu mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa, tetapi nilainya tidak akan ada di tranksrip. Khusus di Northern Illinois University (NIU), Baha-sa Indonesia ini sudah berstatus credits dan tentu sudah masuk dalam daftar mata kuliah di Jurusan World Language and Cul-ture, NIU dengan kode mata Kuliah FLIN 103, FLIN 203, dan FLIN 400.

Selain itu, dengan adanya Center for Southeast Asian Stu-dies (CSEAS) NIU, memperkuat posisi Bahasa Indonesia di universitas ini. CSEAS inilah yang menurut saya menjadi pro-motor utama Bahasa Indonesia di NIU. Mereka mempunyai banyak program yang mendorong mahasiswanya untuk mem-pelajari bahasa di Asia Tenggara misalnya, Thai Language, Bur-messe Language, Tagalog Language, dan Indonesia Language.

Issues

Isu pertama yaitu tentang pelevelan kelas bahasa. Pengajaran mata kuliah Bahasa Indonesia di NIU sudah sejak lama dimu-lai. Namun pada program FLTA ini kegiatannya dimulai pada bulan agustus 2019 (Fall, 2019). Mata kuliah ini mempunyai tiga level, yaitu level beginner, level intermediate, dan level advanced. Masing-masing level memiliki tingkat kesulitan ber-beda dengan tujuan pembel- ajaran berbeda pula. Berikut ini adalah rincian jumlah mahasiwa Bahasa Indonesia Fall 2019 per levelnya.

Page 65: Draf BungaRampai FLTA2020

53PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

Dari tabel di atas jelas ada tiga level kemampuan mahasis-wa yang dipakai di kampus ini. Namun jika kita bandingkan dengan level dari program pengajaran Bahasa Indonesia un-tuk penutur Asing (BIPA) yang dikeluarkan oleh Pusat Pe-ngembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasasaan (PPSDK) maka levelnya ada penambahan satu lagi yaitu proficiency level (BIPA 4). Di level ini mahasiswa diarahkan pada kompetensi menulis (writing) serta topik tertentu untuk menjadi bahan diskusinya (Speaking).

Dari sini jelas ada sedikit perbedaan dalam hal pelevelan ke-las Bahasa Indonesia di NIU, proficiency level di NIU tidak ada karena sepertinya sudah disatukan saja dengan advanced level di kurikulum kampus tersebut.

Isu kedua yaitu tentang standarisasi Buku Ajar. Di NIU, buku pegangan wajib mahasiswa dalam belajar bahasa Indone-sia adalah buku “The Indonesian Way 1, 2, dan 3” karangan Ge-orge Quinn & Uli Kozok edisi 2014 yangterdiri dari tiga modul untuk tiga level kelas di atas. Buku ini juga menjadi pegangan utama mahasiswa di University of Hawai’i at Manoa serta kam-pus lain yang menawarkan mata kuliah Bahasa Indonesia. Buku ini simpel dan mudah diikuti oleh mahasiswa serta dilengkapi dengan berbagai latihan dan audio percakapan.

Page 66: Draf BungaRampai FLTA2020

54 ILDI KURNIAWAN

Walaupun sudah ada beberapa buku BIPA seperti “Sahabatku Indonesia” ataupun “Tujuh Hari Pertama di Indonesia” ataupun buku lainnya dari Kemendikbud. Namun sepertinya kampus di Amerika belum begitu tertarik menggunakannya sebagai pegangan utama dalam kelas Bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, mungkin perlu adanya koordinasi dan standardisasi buku-buku BIPA tersebut sehingga bisa menjadi bahan ajar utama nantinya di kelas-kelas Bahasa Indonesia.

Page 67: Draf BungaRampai FLTA2020

55PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

Challenges

Dalam pengajaran Bahasa Indonesia, tantangan terbesarnya adalah menarik minat mahasiswa mengambil mata kuliah ini. Dibandingkan dengan bahasa Spanyol, jumlah peminat bahasa Indonesia di NIU masih sedikit. Misalnya saja, di ke-las Advanced, jumlah mahasiswa untuk kelas Bahasa Indo-nesia ini cuma dua orang saja. Masih ada ditemukan maha-siswa yang berpikiran tentang hasil akhir yang akan ia dapat bila mana ia mengambil mata kuliah ini. Apakah bahasa In-donesia bisa menjamin saya mendapatkan pekerjaan lebih baik? Itu adalah salah pertanyaan yang pernah saya dengar dari mahasiswa di kampus.

Tantangan berikutnya adalah keberlanjutan program bela-jar bahasa Indonesia. Ada sebuah kasus, mahasiswa harus ber-henti melanjutkan kelas bahasa Indonesia ke level berikutnya karena faktor keuangan dan masalah lainnya. Namun, ini juga menjadi tantangan tidak hanya untuk mata kuliah bahasa Indo-nesia saja tetapi juga mata kuliah lainnya. Ini artinya, kalau ada banyak program beasiswa belajar bahasa Indonesia, mungkin bisa menarik minat orang belajar bahasa dan membantu mereka untuk terus belajar bahasa Indonesia ke depannya.

Insights

Di Amerika, mereka punya standard sendiri dalam pengajar-an Bahasa Asing. Standar tersebut dirumuskan oleh Ameri-can Council on Teaching of Foreign Language (ACTFL) dan mereka menetapkan World-Readiness Standards for Learning Language. Ada baiknya memang penyusunan buku ajar untuk

Page 68: Draf BungaRampai FLTA2020

56 ILDI KURNIAWAN

mahasiswa atau siswa di AS merujuk ke standard mereka ter-utama dalam hal penyusunan tujuan pembelajaran (Standard goals: communication, cultures, connections, comparisons, communities) ataupun standar peni- laiannya. Di sini, mereka menekankan penilaian dalam pengajaran Bahasa Asing berba-sis Integrated Performance Assessment (IPA) yang mencakup penilaian komunikasi yang meliputi interpretive, interpersonal dan presentational

Hopes

Harapannya adalah adanya standar yang sama dalam peng-ajaran Bahasa Indonesia di Amerika terutama untuk buku uta-ma pegangan guru, dosen, ataupun mahasiswa dalam belajar. Selain itu, Standard penilaian seharusnya bisa menyesuaikan dengan kebutuhan negara dimana Bahasa Indonesia diajarkan sehingga memudahkan para guru dalam mengajarkan Bahasa Indonesia tersebut.

Solutions

Para pengajar, penggiat, pemerhati BIPA ataupun peme-rintah untuk dapat menyusun sebuah buku pegangan standard yang memenuhi kebutuhan negara di mana Bahasa Indonesia tersebut diajarkan. Tujuannya supaya buku tersebut dapat di-pakai dan menjadi rujukan utama para pengajar dalam menga-jarkan Bahasa Indonesia.

Page 69: Draf BungaRampai FLTA2020

57PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

Conclusion and Recommendation

Bahasa Indonesia di NIU sudah cukup established dan men-dapatkan dukungan sepenuhnya dari NIU, namun peminat untuk kelas Bahasa Indonesia belum begitu besar bila diban-dingkan dengan Bahasa asing lainnya. Promosi melalui beasis-wa untuk belajar Bahasa Indonesia perlu diperbanyak, standar tujuan pembelajaran/kompetensi harus disesuaikan dengan standar negara tujuan, termasuk standar buku yang akan digu-nakan maupun standar penilainnya.

Page 70: Draf BungaRampai FLTA2020

58 ILDI KURNIAWAN

Page 71: Draf BungaRampai FLTA2020

59PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

Page 72: Draf BungaRampai FLTA2020

60 ILDI KURNIAWAN

Page 73: Draf BungaRampai FLTA2020

61PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

Page 74: Draf BungaRampai FLTA2020

62 IRMA ZAVITRI

Page 75: Draf BungaRampai FLTA2020

63

Indonesia Bukan Hanya tentang Bali: Re!eksi tentang Indonesia dan Bahasa Indonesia di Mata DuniaIrma Zavitri

Departemen/Universitas : ALTEC, Center For Asian Studies, Colorado University at Boulder

Chairperson : Susanna Pamies dan Timothy Oakes

Institusi Asal : Sastra Inggris, Universitas Hasanuddin

Kota dan Negara Bagian : Boulder, Colorado

Tahun Memulai : 12 Agustus 2019

Tahun Selesai : 15 Mei 2020

Person in Charge di US : Justin A Vannes dari IIE, Suzanne Pamier dan Timothy Oakes dari CU at Boulder

Alamat di Indonesia : Jalan Tamangapa Raya V No. 52 B - Makassar

Email : [email protected]

• “Hi Irma, nice to meet you. Are you from Malaysia?”• “Hi I am Irma, I am from Indonesia. Have you heard

about Indonesia?”. “Hmmm I am not sure, maybe no.” • “Where are you from, Irma?”. “I am from Indonesia.” • “Do you know where Bali is?”. “I know Bali, but I am not

sure where Bali is.” • “Bali is just a small island in Indonesia, it is one of the

17.000 islands.”

Page 76: Draf BungaRampai FLTA2020

64 IRMA ZAVITRI

Yang diatas itu adalah beberapa penggalan percakapan dan komentar yang sering saya dapatkan ketika saya berjumpa dengan orang Amerika pertama kalinya dan

saya menyebutkan dari mana asal saya. Sering kali ketika saya bertanya pada mereka tentang Indonesia mereka akan menja-wab Bali ada di Indonesia dan merupakan tempat yang sangat indah, tempat yang sangat romantis untuk berbulan madu. Jadi yang ada di pikiran mereka tentang Indonesia adalah Bali sebagai tempat wisata, seakan Bali adalah keseluruhan kein-dahan yang ada di Indonesia.

Oya perkenalkan, nama saya Irma. Saya lahir di kepulau-an Selayar dan tumbuh besar di Kota Makassar provinsi Su-lawesi Selatan. Saya yakin tidak banyak yang tahu tentang kepulauan Selayar bahkan bagi orang Indonesia sekalipun. Seperti yang saya kutip dari situs Indonesia travel, di kepu-lauan Selayar terdapat sebuah taman nasional bernama Taka Bonerate. “Taka Bonerate is the third largest atoll region in the world after Kwajalein in the Marshall Islands and Suvadiva in the Maldives. Taka Bonerate, together with Wakatobi, Ambon, Banda and Raja Ampat, together with Bunaken as well as the Derawan Island in Kalimantan, are at the heart of the Coral Triangle which stretches from the Solomon Islands in the east, to the Philippines in the north, to Bali, Lombok, Komodo, Flores and the Savu Sea in the south, these latter form the base of the huge Coral Triangle. Besides atolls, this national park comprises 21 islands.”

Mencengangkan, bukan? Yah itulah Indonesia. Ada ba-nyak sekali hal-hal menakjubkan dari negeri bernama Indo-nesia ini. Saya sebagai pengajar Bahasa Indonesia harus bela-jar banyak tentang Indonesia sebagai bahan pengajaran saya di

Page 77: Draf BungaRampai FLTA2020

65INDONESIA BUKAN HANYA

kelas dan dengan mencari informasi mengenai Indonesia saya mendapati diri saya menjadi semakin bangga menjadi warga negara Indonesia. Semoga pembaca sekalian juga demikian.

Keikusertaan saya pada program FLTA bukan yang perta-ma, saya mendaftar program FULBRIGHT FLTA (Foreign Language Teaching Assistant) untuk yang kedua kalinya ba-rulah saya kemudian dinyatakan lulus. Keinginan saya untuk menjadi bagian dari FLTA adalah selain untuk meningkatkan kemampuan profesional saya dalam mengajar juga untuk me-lakukan misi diplomasi Kebudayaan dan Kebahasaan. Saya sangat senang memperkenalkan dan mempromosikan Ba-hasa dan Budaya Indonesia kepada orang- orang. Juga saya selalu tertarik mengamati dan menjalani proses bagaimana bahasa dan budaya mengalami pergesekan karena adanya perbedaan-perbedaan tapi juga dapat berjalan beriringan de-ngan harmonis karena juga memiliki persamaan-persamaan.

Semangat untuk memperkenalkan Indonesia dan budaya Indonesia dalam diri saya telah tumbuh sejak lama. Ketika saya bertemu dengan orang asing di Indonesia di tempat-tempat yang sering mereka kunjungi seperti di Museum, saya akan bersemangat sekali menjelaskan soal keunikan-keunikan budaya dan tempat-tempat di Indonesia. Dalam tulisan ini saya akan membahas tentang pengalaman saya mengunjungi Amerika dan pengalaman saya selama mengajar Bahasa Indo-nesia dan berbagi pengetahuan tentang budaya Indonesia di Amerika. Saya juga akan bercerita tentang pengalaman saya berinteraksi dengan masyarakat Amerika.

Saat saya duduk di dalam bus menuju ke kampus atau me-nuju ke tempat perbelanjaan. Saya pasti selalu mendapati orang Cina, orang India dan orang Arab dalam satu bus yang

Page 78: Draf BungaRampai FLTA2020

66 IRMA ZAVITRI

sama. Kemudian saya berpikir dan bertanya-tanya dalam hati Mengapa negara-negara dengan jumlah penduduk besar la-innya seperti India dan Cina atau bahkan Arab banyak sekali jumlahnya di Amerika, baik sebagai pekerja maupun sebagai mahasiswa sementara Indonesia dengan populasi terbanyak keempat di dunia tidak demikian adanya. Di Boulder saja misalnya sangat jarang saya menemui orang Indonesia dan dalam banyak kesempatan saya selalu dikira mahasiswa Ma-laysia. Malaysia yang merupakan negara sekecil itu bahkan lebih diperhatikan dan dikenal di Amerika. Sungguh meng-herankan dan menggelitik. Ini adalah pertanda bahwa nega-ra juga perlu mendorong agar lebih banyak lagi orang-orang Indonesia yang bisa belajar ke Amerika agar Indonesia lebih terkenal dan lebih familiar di mata dunia.

Mengajarkan bahasa Indonesia di sini memberikan saya banyak pengetahuan bahwa tidak banyak yang mengetahui Indonesia secara geografis dan keunikan apa yang dimiliki Indonesia selain Bali. Menurut penilaian dan observasi saya hal ini mengindikasikan dua hal yang pertama, mereka tidak tertarik mengkaji soal Indonesia, berkunjung dan mengeta-hui soal Indonesia karena mereka tidak banyak tahu tentang potensi apa yang dimiliki Indonesia. Yang kedua Diaspora Indonesia di luar negeri di level bawah tidak menonjolkan ke-Indonesiaannya. Sehingga orang tidak tahu banyak soal Indonesia. Saya rasa orang Indonesia di dalam dan luar negeri harus lebih dibangun dan dibangkitkan semangat nasionalis-menya dan keindonesiaannya agar Indonesia lebih dikenal di mata dunia.

Tinggal bersama dengan yang bukan orang Indonesia di Amerika adalah juga cara yang bagus untuk memperkenal-

Page 79: Draf BungaRampai FLTA2020

67INDONESIA BUKAN HANYA

kan Indonesia. Misalnya disini saya tinggal indekos bersama beberapa teman orang Amerika, sering sekali saya mengajak mereka ke tempat belanja toko Asia (Pacific Ocean Market place) dan saya membawa mereka ke bagian Makanan dan bumbu Indonesia. Saya menjelaskan tentang sambal, tentang kerupuk, tentang Mie Indomie kepada mereka lalu mereka mau mencoba sambal ABC dan ke- mudian mereka tahu bah-wa orang Indonesia menyukai cabai dan makanan pedas.

Untuk meningkatkan minat orang Asing untuk belajar ba-hasa Indonesia kita perlu mengetahui alasan dan tujuan me-reka ingin belajar bahasa Indonesia. Ambil contoh di kampus saya mengajar, ada delapan orang Mahasiswa saya, saya akan jelaskan satu persatu alasan mereka mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia.

• Satu orang mahasiswa tingkat lanjut yang ingin meneliti tentang Lingkungan di Indonesia, khususnya hutan di daerah Papua untuk disertasinya.

• Satu orang mahasiswa mengambil jurusan hubungan Internasional yang tertarik untuk belajar dan mengkaji lebih jauh tentang Indonesia. Juga dia lahir di Malaysia sehingga dia tidak ingin lupa bahasa Melayunya. Dengan belajar Bahasa Indonesia yang kuat hubungannya dengan Bahasa Melayu dia berharap bisa membantunya tetap mengingat bahasa Melayunya.

• Satu orang mahasiswa mengambil kelas Bahasa Indonesia karena tertarik dengan budaya Indonesia dan lebih tertarik lagi karena mengetahui bahwa Indonesia adalah pemeluk Islam terbesar di dunia.

• Satu orang mahasiswa tertarik belajar bahasa Indonesia

Page 80: Draf BungaRampai FLTA2020

68 IRMA ZAVITRI

karena keragaman bahasa dan etnis yang ada di Indonesia. • Satu orang di antaranya ingin belajar bahasa Indonesia

karena ingin belajar bahasa lain, jadi dia ingin mencoba belajar bahasa Indonesia.

• Satu orang Mahasiswa tertarik belajar bahasa Indonesia karena sebelumnya dia pernah belajar bahasa Indonesia dan ingin melanjutkannya.

• Satu orang lagi belajar bahasa Indonesia karena ingin bisa ber- bahasa Indonesia dengan lebih baik kepada pacar dan teman- temannya dan orang-orang yang ada di Indonesia jika dia jalan- jalan ke Indonesia lagi.

• Satu orang lagi belajar Bahasa Indonesia karena berencana pindah, tinggal dan bekerja di Indonesia.

Berangkat dari beberapa alasan di atas kita bisa menjadi-kan ini titik tolak untuk membuat langkah-langkah apa yang perlu di- lakukan untuk meningkatkan jumlah pemelajar ba-hasa Indonesia di luar negeri. Jika saya rangkum maka berikut ini alasan-alasan orang belajar bahasa Indonesia:

• Satu orang lagi belajar Bahasa Indonesia karena berencana pindah, tinggal dan bekerja di Indonesia.

• Orang belajar bahasa Indonesia karena tujuan akademik, untuk penelitian. Nah bidang penelitian ini mencakup bidang yang amat luas. Untuk Indonesia sendiri bidang-bidang seperti Linguistik, Sastra dan budaya, Flora dan Fauna, Laut (perairan), kerajinan tangan, Islam, Politik dan Ekonomi adalah bidang yang sangat menarik untuk dikaji karena Indonesia kaya dan unik.

• Untuk tujuan yang lebih personal seperti pariwisata,

Page 81: Draf BungaRampai FLTA2020

69INDONESIA BUKAN HANYA

orang belajar dan Ingin ke Indonesia karena ingin mencicipi makanannya yang enak, bertemu dengan orang-orangnya yang ramah, melihat pariwisatanya yang Indah dan budayanya yang unik.

• Tujuan ekonomi (perdagangan) dan politik, saya rasa di bidang ini pemerintah yang memegang peran yang lebih utama. Jika Indonesia mulai memainkan posisi yang penting dalam percaturan perpolitikan di dunia maka ini juga akan membuat orang-orang tertarik belajar bahasa Indonesia, saya melihat contohnya di kampus ini ada banyak orang yang tertarik belajar Bahasa Arab, Bahasa Jepang, dan Bahasa Cina tentu ini tidak jauh dari alasan posisi perpolitikan dunia dari negara-negara tersebut. Jika pemerintah bisa membangun kondisi pereko- nomian yang baik, kerjasama luar negeri yang menjanjikan maka akan semakin banyak pula orang yang tertarik dan ingin belajar Bahasa Indonesia.

Hal menarik lain yang saya dapati bahwa disini juga ban-yak orang yang tertarik belajar tentang Islam dan Alquran tapi yang saya dapati perspektif mereka tentang Islam adalah perspektif dunia arab. Di tataran masyarakat awam Ameri-ka orang-orang mengetahui Islam dari sudut pandang timur tengah misal tentang Jilbab, Burqa, pembatasan pada perem-puan, Hukum Syariah, dst dst. Ini adalah celah untuk mem-perkenalkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan pen-duduk muslim terbanyak dan dengan kelompok etnis yang beragam adalah salah satu negara paling demokratis dan tol-eran. Jika ingin belajar soal toleransi dan kerukunan hidup be-ragama dan antar suku maka kiblatnya adalah negara kita. Jika

Page 82: Draf BungaRampai FLTA2020

70 IRMA ZAVITRI

ingin melihat Islam dipraktekkan dengan cara yang berbeda maka Indonesia adalah pilihan yang tepat.

Ada tiga fakta unik tentang Indonesia yang saya yakin tidak banyak diketahui orang di luar negeri.

1. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 17 ribu pulaunya, memiliki 300 kelompok etnis dan 700 bahasa.

2. Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

3. Indonesia Menduduki peringkat keempat jumlah penduduk terbesar dan merupakan negara demokrasi ketiga di dunia.

Seperti yang sering saya ceritakan sebelumnya, sudah se-ring kita mendapati ketika orang ditanya soal Indonesia me-reka sering tidak tahu dimana itu tapi ketika ditanyai tentang Bali kebanyakan dari mereka pasti tahu. Yang lebih parahnya ada dari mereka yang tahu Bali tapi tidak tahu kalau Bali ha-nya satu dari pulau Indonesia yang belasan ribu banyaknya. Dunia hanya mengetahui Bali dengan pariwisata dan buda-yanya yang unik padahal ada banyak tempat lain yang juga memiliki keindahan serupa bahkan Lebih indah daripada Bali seperti tetangganya Lombok yang juga memiliki pantai, sawah dan pegunungan yang Indah seperti gunung Rinjani di Lombok. Gunung Rinjani dinyatakan sebagai Geopark du-nia oleh UNESCO pada tahun 2018. Selain Bali, ada banyak hal lain yang menarik dari negeri Indonesia seperti danau tiga warna dan Komodo dragon di Flores, kehidupan suku Kajang di Sulawesi Selatan dan Suku Dayak di Kalimantan atau ten-tang Pembuatan perahu Pinisi di Bulukumba, Sulawesi Se-

Page 83: Draf BungaRampai FLTA2020

71INDONESIA BUKAN HANYA

latan. Ada banyak hal lain selain Bali yang bisa dipromosikan dari Indonesia dan dengan ini orang-orang asing disediakan banyak pilihan sesuai dengan minat mereka masing-masing. Misalnya mereka yang tertarik dengan vulkanologi bisa me-ngunjungi Gunung Rinjani, mereka yang ter- tarik dengan kehidupan Fauna bisa mengunjungi Komodo Dragon di Flores, atau Orang utan Sumatera dan Kalimantan, Mereka yang tertarik dengan Flora bisa mengunjungi Sumatera un-tuk melihat Amorphophallus titanum yang merupakan The most odorous flower on Earth dan The world’s largest flower, Rafflesia Arnoldi yang hanya ada di Sumatera. Mereka yang tertarik dunia perairan dan bawah laut seperti menyelam dan terumbu karang bisa mengunjungi Taka Bonerate, Wakatobi, Raja Ampat, Bunaken. Mereka yang tertarik soal Islam bisa mengunjungi pesantren-pesantren di Jawa, atau berkunjung Ke aceh dimana Syariah Law diterapkan, Mereka yang terta-rik dengan kehidupan masyarakat asli bisa mengunjungi Suku Dayak atau Suku Kajang. Bagi mereka yang tertarik dengan arsitektur dan arkeologi mereka bisa berkunjung melihat be-gitu banyak candi yang tersebar di indonesia atau pergi me-lihat tentang pembuatan perahu Pinisi di Bulukumba. Yang tertarik dengan Linguistik bisa mengunjungi tanah Papua de-ngan ratusan bahasanya yang hampir punah. Jadi Indonesia itu perlu dipromosikan bukan hanya dari segi pariwisatanya yang Indah tapi ada banyak hal-hal lain yang juga menarik bagi orang- orang asing. Dan tentu saja Indonesia bukan ha-nya tentang Bali. Mari kita memperkenalkan Indonesia de-ngan lebih adil dan merata dari Sabang sampai Merauke.

Salah satu cara lain yang bisa dicoba untuk memperkenal-kan Indonesia dan meningkatkan keinginan mereka untuk

Page 84: Draf BungaRampai FLTA2020

72 IRMA ZAVITRI

belajar Bahasa Indonesia adalah dengan pendekatan Makan-an. Di kelas dan di beberapa pertemuan dan acara-acara “pot-luck” saya selalu membawa makanan Indonesia dan selalu laku. Orang-orang Amerika sangat suka makanan Indonesia maka saya berpikir bahwa jika pemerintah memberi modal kepada orang-orang Indonesia yang tinggal di Luar negeri yang ingin membuka usaha makanan Indonesia ini akan men-jadi cara yang bagus untuk mempromosikan Indonesia. Jadi selain membuka lapangan pekerjaan juga membuka kesem-patan promosi makanan dan budaya Indonesia di luar negeri. Dalam suatu kesempatan, saya pernah makan sate di warung Thailand, Penampakan satenya sungguh aneh tidak seperti sate yang biasa kita makan dan kita kenal di Indonesia. Di su-atu kesempatan lain saya mendapati menu makanan yang di-beri nama “Indonesian noodle peanut sauce” ini juga aneh menurut saya, ini lebih kepada makanan Thailand yang di-Indonesiakan, setahu saya makanan Indonesia dengan saus kacang namanya gado-gado, dan bukan mie bahan utamanya tapi sayur-sayuran. Maksud saya adalah makanan adalah salah satu sarana yang utama yang ampuh untuk mempromosikan Indonesia maka ini adalah cara yang baik untuk dimanfaat-kan. Juga yang perlu kita ingat saat promosi bahwa makanan Indonesia bukan hanya soal Rendang, Sate, dan Nasi goreng tapi ada banyak makanan enak lainnya yang akan berbeda ra-sanya jika dibuat oleh orang Indonesia sendiri. Indonesia me-miliki makanan lain yang juga khas seperti gado- gado, Coto Makassar, Nasi Rawon, dan jajanan pinggir jalan seperti Bak-wan, Pisang, goreng dan Martabak.

Mempromosikan Indonesia bisa berasal dari masyarakat awam dan masyarakat awam bisa disentuh dengan mudah

Page 85: Draf BungaRampai FLTA2020

73INDONESIA BUKAN HANYA

dengan pendekatan makanan. Di Boston ada warung makan dengan Nama Penang, ada Warung Makan Vietnam yang ter-kenal dengan “Pho”- nya atau warung Makan Thailand yang terkenal dengan mango sticky rice, dan Padthai. Di sini ada banyak bertaburan warung makan India dan Timur tengah bahkan Makanan Nepal/Tibet namun di Boulder tidak ada satupun warung Indonesia yang saya temukan. Negara sebe-sar dan sekaya Indonesia (apalagi soal rempah-rempah) juga harus memotivasi warganya untuk mempromosikan masakan Indonesia agar lebih dikenal. Olehnya saya mendorong orang Indonesia untuk membuka warung makan Indonesia di Ame-rika ini dan tentu saja dengan bantuan modal dari pemerintah usaha ini akan lebih mudah dan cepat. Sebagai penutup dari tulisan ini ada hal lain yang perlu dilaku- kan oleh bangsa Indo-nesia baik di dalam maupun di luar negeri untuk mempromo-sikan Indonesia di mata dunia yaitu adalah dengan berusaha menjadi orang Indonesia yang lebih baik. Seperti kata pepatah “dari mata turun ke hati.” Jika orang asing melihat yang baik dari kita maka kesan yang sampai ke hatinya pun akan baik sehingga diharapkan mereka akan tertarik untuk mengeta-hui Indonesia lebih banyak. Ada banyak stereotyping dan cap jelek tentang orang Indonesia seperti tidak tepat waktu, ma-las, koruptif, tidak disiplin, suka membuang sampah semba-rangan, tidak taat aturan, dll. Dalam tulisan ini perkenankan saya untuk mengingatkan diri saya dan diri orang lain bahwa Indonesia terlepas dari segala keindahan dan kekayaan yang dimilikinya juga banyak hal yang harus dan masih perlu dibe-nahi bersama-sama untuk Indonesia yang lebih baik di mata dunia. Jadi mempromosikan Indonesia bukan hanya dengan berbicara tentang pariwisata Indonesia yang indah dan segala

Page 86: Draf BungaRampai FLTA2020

74 IRMA ZAVITRI

keunikan yang dimiliki negeri yang kita cintai ini tapi kita se-bagai orang Indonesia perlu memberi citra yang baik tentang negara kita, mari menjadi contoh orang Indonesia yang baik dimanapun kita berada. Mari mendidik anak-anak kita di se-kolah untuk menjadi orang Indonesia yang lebih baik. Tentu ini bukan sesuatu yang mudah, tapi selalu ada cara untuk ber-ubah menjadi lebih baik jika kita benar-benar mengusaha-kannya. Sehingga ketika orang Indonesia datang berkunjung ke negeri kita mereka akan mendapatkan kesan yang baik tentang Indonesia dan bagi kita yang tinggal jauh dari tanah air juga mari selalu mencoba menjadi orang Indonesia yang lebih baik, sehingga orang Asing yang mengenal kita juga me-ngenal Indonesia dengan kesan yang baik. Karena saya per-caya sejatinya setiap Individu rakyat Indonesia mengemban misi diplomasi ini. Setiap individu rakyat Indonesia adalah cermin dari negara Indonesia. Maka mari menjadi cermin yang menunjukkan hal-hal yang baik di mata dunia dan selalu berbenah untuk Indonesia yang kita cintai.

Referensi

https://www.indonesia.travel/gb/en/destinations/sulawesi/ma kassar/taka-bonerate-national-park

https://www.idntimes.com/opinion/social/faris-ferdian/kebiasaan-buruk-c1c2/full

https://www.youtube.com/watch?v=F4cc_8rXrvs https://www.wowshack.com/25-interesting-facts-about-indone sia-you-might-not-know/

Page 87: Draf BungaRampai FLTA2020

75INDONESIA BUKAN HANYA

During the 2019-20 academic year, the Center for Asian Studies at the University of Colorado Boulder hosted Irma Zavitri through the Fulbright FLTA Program.

Irma was the first FLTA hosted by CAS. She helped us work out the kinks as there were many aspects of this program that we were unfamiliar with and needed to learn as we went. Irma taught our sequence of Beginning Indonesian language classes and contributed her charm, sense of humor, and friendship to our community throughout the academic year. We depend on the FLTA program to offer our students a rich experience studying Indonesian language. Unlike many FLTAs who help with language classes as teaching assistants, Irma was responsible for teaching the entire class on her own. This was a big job, and she handled it amazingly well! There were a lot of challenges that she and us had to tackle together, some of them bureaucratic, some involving communication across cultures. But Irma was never shy about asking questions and making sure she understood how to handle the class and her role. Her classes were very successful and the students really loved her teaching, interacting with her, and learning from her about Indonesian culture and society. Irma was active

Testimoni Supervisor (Susanna Pamies)

Page 88: Draf BungaRampai FLTA2020

76 IRMA ZAVITRI

among her fellow Indonesian FLTAs around the country, and helped host a virtual celebration of Kartini’s birthday and her contributions to gender equality in Indonesia. In addition, after the COVID-19 pandemic made in-person teaching impossible during the Spring semester, she invited other FLTAs to join her class and introduce her students to their different regions of Indonesia.

I still vividly remember meeting Irma at the airport when she first arrived in Colorado. She was immediately full of questions, and we talked non-stop all the way back to Boulder. She was not shy! And I knew right away that she was going to make a huge impression on our community. And she did. Not only did she enrich the lives of the students who took her class, but many others in the community who interacted with her through language tables, Indonesian dinners, and excursions into the mountains. Irma really embodied the ideals of the Fulbright program in helping to build people-to-people ties between the United States and the rest of the world.

Susanna PamiesDirector ALTEC

Page 89: Draf BungaRampai FLTA2020

77INDONESIA BUKAN HANYA

Page 90: Draf BungaRampai FLTA2020

78 KUNTO NURCAHYOKO

Page 91: Draf BungaRampai FLTA2020

79

Bahasa Indonesia di Harvard: Tantangan dan SolusiKunto Nurcahyoko

Departemen/Universitas : Ash Center, Harvard Kennedy School, Harvard University

Chairperson : Jay Rosengard

Institusi Asal : STKIP Pamane Talino

Kota dan Negara Bagian : Cambridge, Massachusetts

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai : Mei 2020

Person in Charge di US : Jay Rosengard

Alamat di Indonesia : Desa Kancilan RT 01/05, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara

Email : [email protected]

Kelas Bahasa Indonesia (BIPA) di Harvard University dilaksanakan di bawah dua departemen. Satu kelas Ba-hasa Indonesia ditawarkan khusus untuk mahasiswa

Universitas Harvard oleh Faculty of Arts and Sciences (FAS) dan satu kelas ditawarkan untuk peserta umum oleh Harvard Kennedy School (HKS) di bawah Ash Center of Governance and Innovation.

Program Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) sendiri dilaksanakan di bawah koordinasi Ash Center dan te-lah dimulai sejak tahun 2015 melalui program Fulbright. Pada tahun 2019, FAS tidak lagi menawarkan kelas Bahasa Indone-sia karena kurangnya peminat dan pengajar Bahasa Indonesia

Page 92: Draf BungaRampai FLTA2020

80 KUNTO NURCAHYOKO

yang memenuhi kualifikasi pengajar (BIPA). Melalui program Fulbriht-FLTA, Ash Center menawarkan sebuah kelas Baha-sa Indonesia yang terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya apapun. Tahun ini, terdapat 18 pemelajar yang berasal dari berbagai latar belakang profesi dan pendidikan. Sebagi-an dari pemelajar berasal dari kalangan akademisi yang akan melakukan riset di Indonesia dan beberapa pemelajar belajar Bahasa Indonesia untuk tujuan berkunjung di Indonesia. Be-berapa pemelajar terafiliasi dengan Massachusetts Institute of Technology, Harvard University, Wheaton College, Tufts University, Boston University dan dari kalangan umum.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan untuk kelas Baha-sa Indonesia Ash Center, terdapat 52,9% pemelajar yang be-lum pernah belajar Bahasa Indonesia di kelas formal sebelum-nya. Sedangkan 47,1% telah belajar di beberapa lembaga formal seperti kelas FLTA tahun sebelumnya dan lembaga BIPA lain-nya. Yang menarik, 100% pemelajar mengutarakan bahwa bela-jar Bahasa Indonesia penting untuk mereka.

Saat mendaftar untuk mengikuti kelas Bahasa Indonesia, pemelajar mendapatkan tes awal untuk menentukan level kemampuan Bahasa Indonesia yang mereka miliki. Hasil tes inilah yang digunakan untuk menentukan kelas Bahasa In-donesia yang akan mereka ambil. Kelas BIPA di Ash Center dilaksanakan selama seminggu sekali setiap hari Jumat untuk dua level, yaitu level beginner dan level intermediate. Selain kelas mingguan, program BIPA di Ash Center juga menawar-kan kelas tutorial di mana mahasiswa dapat meminta kelas privat khusus untuk menambah materi di luar jam minggu-an. Jadwal tutorial dilaksanakan setiap hari Senin-Rabu pukul 13.00-15.00.

Page 93: Draf BungaRampai FLTA2020

81BAHASA INDONESIA DI HARVARD

Page 94: Draf BungaRampai FLTA2020

82 KUNTO NURCAHYOKO

Survey awal juga menunjukkan bahwa pemelajar yang mengambil kelas BIPA di Ash Center mendapatkan informa-si dari teman. Selain itu terdapat pula pemelajar yang men-dapatkan informasi dari laman Ash Center, E-Buletin dan poster dan lain-lain. Tahun ini, terdapat peningkatan jumlah pemelajar yang rata-rata hanya 8-10 pemelajar setiap tahun-nya. Meskipun bukan sebuah mata kuliah kredit, pemelajar BIPA di Ash Center menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi. Terdapat 88,2% pemelajar yang menganggap pembel-ajaran Bahasa Indonesia penting untuk mereka, sedangkan 11,8% menjawab “mungkin”. Mereka juga menyatakan bahwa tujuan mereka meng- ikuti kelas BIPA adalah untuk mendu-kung riset yang mereka lakukan di Indonesia. Beberapa tu-juan lain dalam mengikuti kelas BIPA di Ash Center antara lain adalah untuk mempelajari budaya Indonesia, mengingat kembali kemampuan Bahasa Indonesia yang telah mereka pelajari, mempersiapkan kunjungan mereka ke Indonesia dan lain-lain. Terdapat satu pemelajar yang masuk dalam kategori heritage learner, yaitu pemelajar berasal dari keluarga Indo-nesia tetapi telah menetap di Kanada sejaka kecil. Sehing-ga, kemampuan Bahasa Indonesia sangat sedikit karena ku-rangnya masukan Bahasa Indonesia di lingkungan dia berada.

Tantangan

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh pengajar da-lam pelaksanaan kelas BIPA di Ash Center. Tantangan perta-ma adalah status kelas Bahasa Indonesia di Harvard Kennedy School (HKS) yang masih non-graded/non-credit. Program BIPA yang diseleng- garakan oleh Ash Center di HKS me-

Page 95: Draf BungaRampai FLTA2020

83BAHASA INDONESIA DI HARVARD

rupakan sebuah kelas Bahasa Indonesia yang terbuka untuk umum dan non-credit. Artinya, di akhir pembelajaran, pemel-ajar tidak mendapatkan nilai transkrip yang terafiiasi dengan Universitas Harvard.

Sebenarnya, terdapat mata kuliah kredit Bahasa Indonesia yang ditawarkan oleh FAS. Namun, mata kuliah ini hanya di-perbolehkan diambil oleh mahasiswa Harvard. Sayangnya, di tahun 2019, mata kuliah ini tidak lagi ditawarkan karena ter-batasanya peminat pemelajar dan pengajar yang memenuhi kualifikasi. Dalam evaluasi akhir semester, salah satu pemel-ajar menulis bahwa “I loved it! I just wish we had more oppor-tunities... and I wish that I could take it for a grade (so it could be more work and I wouldn’t have to prioritize all of my other work).”1 Hal ini menunjukkan bahwa status kelas Bahasa In-donesia yang tidak menjadi mata kuliah kredit membuat be-berapa mahasiswa kurang termotivasi dalam mengikuti setiap pertemuan.

Tantangan kedua yang dihadapi pengajar adalah perbeda-an level dan tujuan pemelajar BIPA. Kelas BIPA di Ash Cen-ter dibuka secara gratis untuk kalangan umum. Pemelajar cukup hanya mendaftar dan melengkapi berkas pendaftaran tanpa dipungut biaya apapun. Sebagai konsekuensinya, ter-dapat pemelajar yang berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang. Perbadaan tujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh pemelajar BIPA di Ash Center mengharuskan penga-jar berusaha ekstra untuk memberikan materi dan instruk-si pengajaran yang sesuai dengan kelas tersebut. Tantangan

1 Terjemahan: “Saya suka kelas ini! Saya hanya berharap agar (kelas) kita memi-liki lebih banyak kesempatan... dan saya berharap bisa mengambil kelas ini untuk SKS wajib (sehingga, kelasnya dapat memberikan lebih banyak tugas dan saya tidak perlu memprioritaskan pekerjaan saya yang lain.”

Page 96: Draf BungaRampai FLTA2020

84 KUNTO NURCAHYOKO

terakhir adalah belum adanya kurikulum yang standar di Universitas Harvard untuk kelas BIPA. Meskipun telah ber-jalan beberapa tahun, kelas BIPA di Ash Center belum me-miliki modul resmi dan materi ajar yang telah distandarkan. Setiap tahunnya, instruktur BIPA dari program FLTA akan mendesain kurikulum dan materi ajar yang berbeda karena harus disesuaikan dengan kelas serta pemelajar pada tahun tersebut. Supervisor BIPA yang ada di Ash Center membe-rikan kebebasan kepada instruktur untuk mendesain dan melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, diper-lukan adanya kurikulum standar yang dapat dite- rapkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan kelas BIPA di Universitas Harvard. Dan tidak kalah penting, diperlukan juga rencana pembelajaran dan silabus yang dapat disem-purnakan untuk kelas-kelas BIPA selanjutnya.

Solusi

Dari beberapa tantangan tersebut, diperlukan adanya upaya perbaikan sehingga pembelajaran BIPA di Ash Center HKS dapat berjalan secara optimal. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat status kelas BIPA di Uni-versitas Harvard menjadi mata kuliah credit/graded. Peruba-han status kelas BIPA di Harvard University dari non-credit menjadi credit akan memberikan dampak yang besar tidak hanya untuk pemelajar, tetapi juga kepada pengajar. Kelas Bahasa Indonesia yang selama ini ditawarkan di Faculty of Arts and Sciences dapat digabung dengan kelas BIPA yang ada di Ash Center, HKS. Sehingga kurikulum, instruktur dan program yang ditawarkan dapat lebih terintegrasi. Se-

Page 97: Draf BungaRampai FLTA2020

85BAHASA INDONESIA DI HARVARD

lain itu, status credit juga akan memberikan kesempatan pe-melajar untuk mendapatkan pengakuan resmi terhadap usa-ha belajar yang mereka lakukan melalui nilai transkrip mata kuliah. Untuk mengatasi perbedaan kemampuan, maka pen-gelompokan pemelajara BIPA berdasarkan level kemamp-uan bahasa mereka sangat penting. Hal ini akan memberi-kan kesempatan lebih kepada pengajar untuk mendesain kelas sesuai dengan kemampuan bahasa mereka dengan lebih maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi-kan tes saat pertama kali dan me- nambah kelompok kelas. Setelah mengetahui level kemampuan bahasa Indonesia dari pemelajar, maka kurikulum dan silabus dapat disesuaikan. Setelahnya, kurikulum tersebut hendaknya disempurnakan untuk kelas-kelas BIPA selanjutnya.

Berkaitan dengan kurangnya kurikulum standar, koordinasi dengan FLTA dan kelas BIPA di beberapa universitas sangat diperlukan. Evaluasi berkala dengan para pengajar BIPA di universitas lain melakui Consortium of Teaching Indonesian (COTI) dan lain- lain akan sangat membantu instruktur untuk membuat kurikulum dan bahan ajar yang standard. Tentunya, bahan ajar dan kurikulum ini juga harus tetap mempertimbangkan kebutuhan dan kekhasan kelas BIPA dan pemeajar yang ada di Harvard Kennedy School.

Selain itu, diperlukan upaya mempromosikan kelas BIPA dengan menggunakan promosi budaya seperti language table, Indonesian day, dan lain-lain. Dalam kelas BIPA, instruktur mengajarkan materi pembelajaran dengan mengintegrasikan budaya seperti kelas makanan dan kelas angklung. Diharapkan, materi ajar yang seperti ini dapat

Page 98: Draf BungaRampai FLTA2020

86 KUNTO NURCAHYOKO

menarik minat mahasiswa untuk tetap belajar dan juga mempromosikan kelas Bahasa Indonesia di lingkungan mereka.

Kesimpulan Dari beberapa poin di atas, dapat disimpulkan bahwa penga-jaran Bahasa Indonesia di Ash Center HKS, Universitas Har-vard dapat ditingkatkan melakui partisipasi aktif program FLTA, pengajar, universitas dan pemelajar. Minat terdapat trend peningkatan minat pemelajar yang tertarik untuk bel-ajar Bahasa Indonesia setiap tahunnya. Dengan mengintegra-sikan metode pengajaran yang inovatif dan komunikatif da-lam mengajarkan bahasa dan budaya, kelas Bahasa Indonesia yang ada di Universitas Harvard akan semakin mendapatkan banyak peminat.

Berkaitan dengan status pembelajaran BIPA di Ash Cen-ter, HKS yang masih belum sebagai mata kuliah kredit, di-perlukan usaha ekstra agar dapat menjadikan kelas BIPA se-bagai salah satu mata kuliah yang ada di Universitas Harvard. Tentunya usaha untuk merubah status mata kuliah menjadi isu yang tidak mudah. Namun, beberapa mekanisme seperti kerjasama dengan FAS dapat dipertimbangkan. Selain itu, di-perlukan juga komitmen dari berbagai pemangku kebijakan agar pembelajaran BIPA yang ada di Universitas Harvard da-pat dilaksanakan secara optimal.

Page 99: Draf BungaRampai FLTA2020

87BAHASA INDONESIA DI HARVARD

Academic year 2019-2020 was exceptional for the FLTA program at the Harvard Kennedy School (HKS). The year began as usual, with another wonderful FLTA, Kunto

Nurcahyoko, carrying on the fine tradition of his predecessors. He taught Indonesian language classes spanning the spectrum from beginning to advanced and offered individual tutorials as needed. He also served as an “ambassador” from Indonesia, introducing the Harvard University community to Indonesia’s rich cultural heritage. However, when we were struck by the COVID-19 pandemic and switched to an entirely virtual campus, Kunto demonstrated remarkable creativity and resilience by transforming his residential teaching to an online platform over our one-week spring break. Kunto not only received rave reviews from his Harvard students, but his remarkable adaptation to our “new normal” also paved the wave for this year’s FLTA to work entirely from Indonesia for as long as public health conditions preclude resumption of residential teaching. Kunto’s efforts are very much appreciated by his colleagues at HKS, and we wish him all the best in his future endeavors.

Jay RosengardFaculty Chair, Harvard Kennedy School Indonesia Program

Testimoni Supervisor (Jay Rosengard)

Page 100: Draf BungaRampai FLTA2020

88 KUNTO NURCAHYOKO

Page 101: Draf BungaRampai FLTA2020

89BAHASA INDONESIA DI HARVARD

Page 102: Draf BungaRampai FLTA2020

90 KUNTO NURCAHYOKO

Page 103: Draf BungaRampai FLTA2020

Perlu usaha ekstra

untuk menjadikan kelas

Bahasa Indonesia sebagai

salah satu mata kuliah

yang ada di Universitas

Harvard. Usaha yang tidak

mudah. Namun, beberapa

mekanisme seperti

kerjasama dengan FAS bisa

dipertimbangkan.

Page 104: Draf BungaRampai FLTA2020

92 LIDYA PAWESTRI AYUNINGTYAS

Page 105: Draf BungaRampai FLTA2020

93KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai Pendukung Kelas Bahasa Indonesia

Lidya Pawestri Ayuningtyas

Departemen/Universitas :Southeast Asian Language Program, Asian Languages and Cultures Department, University of Michigan

Chairperson :Susan Juster (Asian Languages and Cultures De-partment Chair), Agustini (Southeast Asian Lan-guage Program Director)

Institusi Asal : Program Studi Bahasa Inggris untuk Komunika-si Bisnis dan Profesional, Politeknik Negeri Jakarta

Kota dan Negara Bagian : Ann Arbor, Michigan

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai : Mei 2020

Person in Charge di US : Agustini

Alamat di Indonesia : Green Leaf Village Blok B No. 8, Bedahan, Sawangan, Depok, Jawa Barat 16519

Email : [email protected]

Universitas Michigan di kota Ann Arbor adalah salah satu universitas publik terbesar di Amerika Serikat yang me-nyediakan kelas kredit bahasa Indonesia. Kelas baha-

sa Indonesia berada di bawah program Southeast Asian Lang-uage Program (SEALP) dengan direktur Ibu Agustini yang sekaligus adalah dosen pengajar bahasa Indonesia di Universi-tas Michigan. Program Southeast Asia Language Program ber-

Page 106: Draf BungaRampai FLTA2020

94 LIDYA PAWESTRI AYUNINGTYAS

ada di departemen Asian Languages and Cultures (ALC), Col-lege of Literature, Science, and the Arts Universitas Michigan.

Terdapat tiga tingkat kelas bahasa Indonesia, yaitu tingkat pemula (1st Year Indonesian), tingkat madya (2nd Year Indo-nesian), dan tingkat mahir (Advanced Indonesian). Tingkat pemula dan madya berlangsung dari hari Senin sampai dengan Kamis selama satu jam per hari sedangkan kelas mahir bertemu seminggu dua kali dengan total pertemuan tiga jam per minggu. Tahun ini jumlah pemelajar adalah sekitar 10 mahasiswa untuk ketiga tingkatan kelas. Jika mengambil kelas bahasa Indonesia, pemelajar dapat meraih kesempatan untuk mendapatkan be-asiswa dari Universitas Michigan dan mendapatkan informasi dan kesempatan beasiswa untuk belajar bahasa Indonesia lang-sung di Indonesia yang dise- diakan oleh berbagai pihak.

Untuk kelas tingkat pemula, buku yang digunakan adalah Ayo Berbahasa Indonesia Volume 1 dan Asyik Berbahasa Indo-nesia Volume 1 dan 2. Untuk tingkat madya, buku yang diguna-kan adalah Ayo Berbahasa Indonesia Volume 2 dan Asyik Ber-bahasa Indonesia Volume 3. Tingkat madya juga menggunakan teks pendek seperti dongeng dan fabel untuk kelas membaca. Sementara, untuk ting- kat mahir menggunakan teks berita otentik berbahasa Indonesia dari situs-situs berita populer di Indonesia.

Seri buku Ayo Berbahasa Indonesia membahas aspek keca- kapan berkomunikasi dan Asyik Berbahasa Indonesia membahas aspek tata bahasa Indonesia dalam konteks. Buku-buku ini juga dilengkapi oleh audio yang dapat diakses secara bebas pada tautan http://www.indonesiantextbooks.wisc.edu/. Seluruh seri buku ini diterbitkan oleh University of Hawai’i Press.

Page 107: Draf BungaRampai FLTA2020

95KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Seri Buku ayo dan asyik Berbahasa indonesia

Hampir setiap tahun, kelas bahasa Indonesia di Universi-tas Michigan menerima Fulbright Foreign Language Teaching Assistant (FLTA). Pada tahun ajaran 2019-2020, saya ditugas-kan di Universitas Michigan untuk menjadi Fulbright FLTA. Tugas Fulbright FLTA adalah untuk mengasistensi kegiatan belajar mengajar di kelas dan mengadakan tutoring, language table, cooking class, movie class, dan mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia baik di dalam maupun di luar kampus. Tutoring diadakan bagi siswa yang ingin mengulang pelajaran dan biasanya diadakan pada office hours. Language table dia-dakan tiap bulan sebanyak tiga kali dalam satu semester dengan topik yang berbeda. Sementara promosi bahasa dan budaya

Page 108: Draf BungaRampai FLTA2020

96 LIDYA PAWESTRI AYUNINGTYAS

Indonesia dilakukan dengan bekerja sama dengan berbagai pi-hak seperti acara Asian Language Fair dari departemen Asian Languages and Cultures dan acara Taste of Southeast Asia.

Kegiatan lain yang juga rutin dilakukan adalah Indonesi-an Potluck yang diprakarsai oleh Ibu Agustini. Kegiatan ini mengundang komunitas Indonesia dan siapapun yang tertarik dengan bahasa dan budaya Indonesia untuk berbagi makanan Indonesia dan makanan lain. Kegiatan ini dilakukan di Central Campus Universitas Michigan sehingga dapat dijangkau de-ngan mudah oleh semua orang. Acara terkait Indonesia lainnya adalah Indonesian Cultural Night yang rutin diadakan setahun sekali dan pertunjukan gamelan dari kelas gamelan Universitas Michigan.

Language Table dan Cooking Class

Kegiatan language table ditujukan khusus untuk seluruh pemel-ajar bahasa Indonesia dari berbagai tingkat. Tujuannya adalah untuk melatih percakapan mengenai berbagai topik (conversa-tion class). Biasanya, FLTA memaparkan topik dengan dan pe-melajar mendengarkan dan mengajukan pertanyaan. Diskusi juga selalu terjadi setiap pertemuan, misalnya para peserta juga mengemukakan pendapat dari perspektif mereka. Makanan ringan dan minuman juga disiapkan untuk para peserta. Kegi-atan ini dilaksanakan tiap hari Jumat, dengan alasan hari Jumat tidak terdapat kelas bahasa Indonesia dan jadwal mahasiswa yang relatif lebih santai pada hari tersebut. Language Table bu-kanlah kegiatan yang wajib dihadiri seperti kelas biasa, meski-pun jika dihadiri akan menambah extra credit bagi mahasiswa.

Karena pesertanya terdiri dari pemelajar pemula hingga

Page 109: Draf BungaRampai FLTA2020

97KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

tingkat mahir, bahasa Indonesia yang digunakan dilakukan secara sederhana dan memakai kalimat-kalimat yang singkat. Terkadang pula diselingi dengan bahasa Inggris. Hal ini untuk mengakomodasi seluruh pemelajar.

Pada language table yang pernah dilaksanakan baik oleh saya maupun FLTA sebelumnya, sesekali kegiatan diselingi de-ngan menari dan bermain musik tradisional seperti angklung. FLTA juga pernah menunjukkan bagaimana memakai pakaian tradisional Indonesia dan melakukan upacara tradisional.

Cooking class juga merupakan kelas yang ditunggu-tung-gu. Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali yang waktunya berdekatan dengan topik mengenai memasak di dalam kelas, sehingga pemelajar bisa mempraktikkan kosakata dan struk-tur yang sudah mereka pelajari dalam konteks memasak secara langsung. Lokasi yang digunakan adalah fasilitas yang terdapat di dalam kampus. Kegiatan ini sangat menarik karena pemela-jar, dosen, dan asisten pengajar memasak langsung menu yang sudah disepakati dan menyantapnya bersama-sama.

Secara umum, kegiatan pelaksanaan kelas Bahasa Indone-sia dan kegiatan ekstrakurikuler sudah terlaksana dengan baik. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak memungkinkan pe-melajar ber- interaksi dengan pengajar dan sesama pemelajar dengan lebih intensif. Siswa pun berkesempatan untuk menja-di sukarelawan pada kegiatan terkait Indonesia di Universitas Michigan. Namun, untuk menarik jumlah siswa lebih banyak lagi, diperlukan kerjasama antara berbagai pihak terkait seperti Badan Bahasa, KBRI di Amerika Serikat, dan kelas Bahasa In-donesia di Universitas Michigan sendiri.

Page 110: Draf BungaRampai FLTA2020

98 LIDYA PAWESTRI AYUNINGTYAS

Page 111: Draf BungaRampai FLTA2020

Kegiatan language

table ditujukan khusus

untuk seluruh pemelajar

bahasa Indonesia dari

berbagai tingkat. Tujuannya

adalah untuk melatih

percakapan mengenai

berbagai topik.

Page 112: Draf BungaRampai FLTA2020

100 MUHAMMAD KURNIAWAN RACHMAN

Page 113: Draf BungaRampai FLTA2020

101

Mengenal Potensi Pengajaran Bahasa Indonesia di Pennsylvania

Muhammad Kurniawan Rachman

Departemen/Universitas : Penn Language Center, University of Pennsylvania

Chairperson : Lada Vassilieva

Institusi Asal : UPT Bahasa Universitas Lakidende

Kota dan Negara Bagian : Philadelphia, Pennsylvania

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai : Mei 2020

Person in Charge di US : Simon Richter

Alamat di Indonesia : Jl. Mayjend Katamso No. 52, Kendari, Sulawesi Tenggara

Email : [email protected]

Philadelphia merupakan kota dengan populasi terbe-sar ke-5 di Amerika Serikat. Dengan populasi diaspo-ra Indonesia sebanyak kurang lebih 10.000 orang, kota

ini menjadi salah satu kota dengan potensi perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia yang besar dikarenakan fak-tor interaksi antara masyarakat dan budaya Indonesia yang sangat dekat dengan penduduk lokal maupun internasion-al. Pengenalan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat di Philadelphia telah banyak dilakukan oleh diaspora Indonesia saat ini, dimulai dari menjamurnya rumah makan Indonesia di selatan kota sampai acara rutin bulanan atau tahunan yang

Page 114: Draf BungaRampai FLTA2020

102 MUHAMMAD KURNIAWAN RACHMAN

dilakukan oleh masyarakat Indonesia setempat seperti pertu-jukan gamelan, wayang kulit atau lokakarya film dokument-er tentang Indonesia untuk membahas isu lingkungan atau politik tentang negara Indonesia. Interaksi budaya dan baha-sa Indonesia telah berkembang sejak lama dan menjadi keuni-kan sendiri bagi masyarakat di wilayah Philadelphia selatan. Namun, jika dilihat dari perkembangan pembelajaran di Uni-versity Pennsylvania yang merupakan universitas terbesar di negara bagian Pennsylvania sendiri, minat pemelajar untuk mengambil kelas bahasa Indonesia belum sebesar apa yang diharapkan sebagai pengaruh dari pengenalan budaya dari Diaspora di daerah ini.

Isu dan Tantangan

Saat ini hanya ada 5 mahasiswa yang terdiri dari 4 mahasis-wa di kelas pemula dan 1 mahasiswa di kelas menengah. Ada beberapa faktor yang ternyata menyebabkan kurangnya mi-nat untuk mengambil kelas bahasa Indonesia di University of Pennsylvania melalui pengamatan FLTA yang bekerja pada di kota ini, di antaranya:

1. Mahalnya biaya untuk mengambil kelas Bahasa Indonesia di University of Pennsylvania Kelas bahasa Indonesia di University of Pennsylvania bera-

da di bawah Penn Language Center. Pusat bahasa ini menge-lola lebih dari 36 bahasa asing dari seluruh negara di dunia termaksud Ba- hasa Indonesia. Saat ini untuk mengambil ke-las Bahasa Indonesia, seseorang harus mengambil kelas me-lalui Penn Language Center dan biaya yang dikenakan untuk

Page 115: Draf BungaRampai FLTA2020

103MENGENAL POTENSI PENGAJARAN

mengambil kelas ini sangatlah besar sehingga peminat kelas bahasa Indonesia yang bukan berasal dari kampus ini memi-liki keterbasan untuk belajar Bahasa Indonesia. Setelah ba-nyak interaksi di beberapa kesempatan, penulis menemukan fakta lain bahwa peminat kelas bahasa Indonesia yang me-rupakan penduduk Amerika yang memiliki ketertarikan de-ngan budaya, politik dan pesona alam Indonesia memilih un-tuk belajar bahasa Indonesia melalui platform daring seperti mango atau duolingo. Persaingan teknologi dan kelas tatap muka juga menjadi fenomena yang mempengaruhi perkem-bangan kelas bahasa Indonesia di Universitas Pennsylvania sendiri, walaupun jika dilihat dari segi hasil pembelajaran, pe-melajar memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup berbeda terkait bahasa, budaya dan konteks penggunaannya pada kehidupan sehari-hari. Fakta lain yang didapatkan juga adalah Universitas lain di Pennsylvania seperti Swarthmore College dan University of Pittsburgh menyediakan kelas yang membahas tentang budaya Indonesia seperti kelas Gamelan dan diskusi tentang Indonesia namun tidak menyediakan ke-las untuk pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri akibat-nya, Indonesia dipelajari hanya melalui budaya tanpa bahasa-nya. Ini menjadi satu hal yang perlu didiskusikan lebih jauh.

2. Tidak ada pusat pembelajaran Bahasa Indonesia resmi Berangkat dari permasalahan diatas hal lainnya yang juga

menjadi masalah dalam perkembangan pembelajaran bahasa indonesia adalah tidak adanya pusat pembelajaran bahasa In-donesia resmi bagi masyarakat umum yang ingin mengambil kelas bahasa Indonesia. Dengan sumber daya manusia yang cukup memadai (penutur jati) di Philadelphia, pusat pem-

Page 116: Draf BungaRampai FLTA2020

104 MUHAMMAD KURNIAWAN RACHMAN

belajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan untuk membantu menyediakan lapangan kerja bagi diaspora Indonesia di bidang akademik sehingga penyebaran bahasa Indonesia dapat dila-kukan dengan lebih baik dan dalam jangka waktu yang lama. Melihat sejarah pengajaran di kota ini, para pengajar berasal dari mahasiswa Indonesia di University of Pennsylvania yang sedang sedang melanjutkan pendidikannya dan hanya melaku-kan pengajaran dalam jangka waktu yang tidak lama.

3. Minat mengambil bahasa Indonesia bagi penutur warisanPenutur warisan atau penutur yang memiliki latar be-

lakang keluarga Indonesia merupakan salah satu potensi be-sar bagi pemelajar di kelas bahasa Indonesia terbukti dengan setengah dari pemelajar bahasa Indonesia di tingkat dasar ada-lah mereka yang memiliki latar belakang keluarga Indonesia dan ingin belajar menggunakan bahasa mereka kepada keluar-ga dan relasi mereka ketika berada di Indonesia. Namun, pada kenyataanya melalui diskusi dengan Persatuan Mahasiswa In-donesia di Amerika Serikat, rata-rata penutur warisan memilih untuk belajar bahasa yang akan mereka gunakan dalam jangka waktu yang dekat dan berhubungan dengan area tempat bek-erja mereka di masa depan seperti bahasa cina, spanyol atau perancis. Hal ini mengakibatkan bahasa Indonesia belum men-jadi bahasa yang populer di kalangan mahasiswa khususnya di University of Pennsylvania.

Upaya dan Solusi

Dalam hal pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia, Fulbright sebagai salah satu institusi yang bertujuan untuk

Page 117: Draf BungaRampai FLTA2020

105MENGENAL POTENSI PENGAJARAN

mempromosikan interkoneksi antar budaya di dunia mem-buat program bagi para pengajar bahasa asing dari berbagai negara di seluruh dunia untuk memperkenalkan bahasa dan budaya melalui Fulbright Language Teaching Assistant. Uni-versity of Pennsylvania tahun ini kembali mengundang peng-ajar untuk kelas bahasa Indonesia. Kelas bahasa Indonesia telah menjadi kelas yang diambil untuk mendapatkan kredit dalam sistem perkuliahan. Saat ini kelas bahasa Indonesia me-nyediakan dua program yaitu kelas bahasa Indonesia pemula dan menengah di bawah Penn Language Center. Selama ku-rang lebih lima bulan, pengajar yang dikirim untuk bekerja pada universitas ini telah melakukan banyak usaha dalam me-ningkatkan perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya:

1. Pengenalan budaya melalui materi pembelajaran dan meja bahasa Bahasa tidak dapat terlepas dari budaya. Melalui pembela-

jaran dalam kelas, pengajar mempromosikan budaya dan ba-hasa dalam bentuk “diplomasi makanan”, video wisata, dis-kusi ringan terkait lingkungan dan politik dan juga kunjungan museum. Hal ini menjadi salah satu kegiatan yang menarik antusias pemelajar bahasa Indonesia disamping pembelajar-an tentang bagaimana bahasa bisa digunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Kegiatan lainnya yang juga terus dilakukan pengajar adalah meja bahasa yaitu kegiatan tambahan dalam memperkenalkan budaya dan bahasa selama satu jam setiap minggunya, kegiatan yang dilakukan meliputi “dis- kusi sambil ngopi” dengan menyediakan kopi asli dan diskusi sederhana tentang sejarah kopi di Indonesia, budaya “indomie”, dan pe-

Page 118: Draf BungaRampai FLTA2020

106 MUHAMMAD KURNIAWAN RACHMAN

ngenalan penokohan wayang. Kegiatan ini menarik cukup ba-nyak perhatian mahasiswa tentang budaya Indonesia yang cukup berbeda dan diharapkan dapat meningkatkan minat belajar terhadap bahasa Indonesia kedepannya.

2. Interaksi dengan diaspora Indonesia Interaksi dengan diaspora Indonesia setempat merupakan

usaha yang dilakukan dengan tujuan membantu usaha dalam peningkatan promosi budaya seperti misalnya membantu per-tunjukan wayang kulit dan menghadiri acara seperti konferen-si Indonesia, pengenalan jamu dan lokakarya film dokumenter terkait isu lingkungan di Indonesia. Menjadi agen negara dalam setiap kesempatan yang ada menjadi salah satu tugas yang dap-at membantu masyarakat setempat untuk melihat sisi pendapat lain dari penutur dan salah satu masyarakat Indonesia lainnya.

3. Menulis artikel tentang Indonesia Penulisan artikel mengangkat isu sosial politik, lingkungan

dan budaya untuk dipresentasikan atau diterbitkan melalui ju-rnal atau konferensi merupakan satu usaha sadar yang kemudi-an dapat dimanfaat selama berada di dalam lingkungan akade-mik di Amerika. Dengan melakukan usaha ini, pengaruh yang diberikan dapat menjangkau lebih banyak orang dalam usaha pengenalan budaya Indonesia secara akademik.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dengan melihat permasalahan dan usaha yang telah dilakukan oleh pengajar bahasa Indonesia pada paruh akhir tahun 2019 ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang renca-

Page 119: Draf BungaRampai FLTA2020

107MENGENAL POTENSI PENGAJARAN

na yang dapat dilakukan pengajar selanjutnya terutama bagi pengajar yang akan dikirim untuk bertugas di University of Pennsylvania pada tahun-tahun berikutnya. Tentu saja poten-si pembelajaran bahasa Indonesia di daerah ini sangatlah besar mengingat intensitas dan pengenalan budaya dari diaspora se-tempat sudah sangatlah besar dan telah dilakukan dalam jangka waktu yang lama menjadi variabel besar untuk meningkatkan jumlah pemelajar bahasa Indonesia dalam banyak cara kreatif di Philadelphia. Usaha dalam rangka peningkatan pembelajar-an ini kemudian diharapkan dapat dilakukan dengan tujuan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Perseri-katan Bangsa-Bangsa di masa mendatang.

Page 120: Draf BungaRampai FLTA2020

108 MUHAMMAD KURNIAWAN RACHMAN

Bersama peserta FLTa dari negara lain.

Page 121: Draf BungaRampai FLTA2020

109MENGENAL POTENSI PENGAJARAN

The University of Pennsylvania understands that language is inseparable from culture and welcomes opportunities that reinforce that connection. Wawan

came to our university as an FLTA at an opportune time. Faculty and students from a variety of disciplines had begun to coalesce around the idea of making Indonesian more visible on campus. Wawan’s outgoing and friendly nature helped facilitate relationships between the university and the Indonesian diaspora community in Philadelphia. He represented Indonesian culture and cultures joyfully and proudly. When COVID-19 forced campus to shut down, we were in the midst of organizing the visit of of an Indonesian city planner and the director of an artists’ collective. Unfortunately these events have had to be postponed indefinitely, but Wawan’s energy and commitment would have contributed much to making this a memorable event for students, faculty, and community.

Simon RichterClass of 1942 Endowed Term

Professor of German

Testimoni Supervisor (Simon Richter)

Page 122: Draf BungaRampai FLTA2020

110 NAHAR NURUN NAFI

Page 123: Draf BungaRampai FLTA2020

111

Pasang Surut Gelombang BIPA di University of Georgia

Nahar Nurun Nafi’

Departemen/Universitas : University of Georgia

Chairperson : Sandy Dwayne Martin

Institusi Asal : Universitas Sebelas Maret

Kota dan Negara Bagian : Athens, Georgia

Tahun Memulai : 30 Juni 2019

Person in Charge di US : Alan Godlas

Alamat di Indonesia : Dk. Karangturi RT03/07 Wotan, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.

Email : [email protected]

Ada enam mahasiswa yang mengabil kelas Bahasa Indo-nesia di university of Georgia. Empat orang mengambil kredit dan dua orang mengambil audit. Alasan mahasis-

wa yang mengambil kelas audit karena mereka terlalu sibuk dengan peker- jaan dan kuliahnya. Sedangkan mereka yang memutuskan untuk mengambil kelas kredit karena ada yang sebagian adalah heritage learner yang mana ayah dan ibunya adalah keturunan asli Indonesia tetapi yang bersangkutan tinggal di Amerika sejak kecil jadi tidak bisa berbahasa Indo-nesia. sementara itu sebagian lagi memiliki ketertarikan un-tuk melakukan penelitian di Indonesia.

Ada beberapa tantangan mengajar Bahasa Indonesia di University of Georgia. Tantangan pertama adalah fakta bah-wa Bahasa Indonesia di University of Georgia bukanlah baha-

Page 124: Draf BungaRampai FLTA2020

112 NAHAR NURUN NAFI

sa populer untuk dipelajari. Selain itu University of Georgia juga tidak memiliki jurusan Asian Studies ataupun Southeast Asian Studies karena minat mahasiswa dalam bidang itupun masih sedikit. Perkembangan Bahasa Indonesia di kampus ini pasang surut. Sempat dari tahun 2012-2016 tak ada kelas Ba-hasa Indonesia hingga kemudian tahun 2017-sekarang kelas Bahasa Indonesia bisa berjalan lagi.

Itu adalah karena Kelas Bahasa Indonesia hanya bergan-tung kepada para FLTA. Mereka adalah primary teachers. Artinya mulai dari pengajaran, pembuatan silabus, sampai penilaian semua mahasiswa adalah murni tanggung jawab si FLTA. Walau demikian, hal itu justru akan membuat penga-laman yang berharga menjadi seorang dosen Bahasa di kam-pus U.S. selain melatih kemandirian, hal itu juga membuka cakrawala tentang sistem pendidikan di kampus Amerika yang mana sangat berbeda dengan Indonesia.

Salah satu trik saya dalam memperkenalkan Bahasa Indo-nesia adalah dengan membuat Club Bahasa Indonesia. Kelas Bahasa Indonesia hanya bisa diambil oleh orang yang terdaf-tar sebagai mahasiswa di University of Georgia. Padahal ada beberapa alumni yang dulu pernah belajar Bahasa Indone-sia dan mereka ingin belajar lagi. Klub Bahasa Indonesia itu adalah wadah bagi mereka untuk bisa praktik dan berbicara menggunakan Bahasa Indonesia. Banyak sekali kegiatan bu-daya dalam klub tersebut misalnya mem- perkanalkan musik Indonesia seperti Angklung, dan Gamelan. Kadang juga ma-kanan seperti Bakwan, Kerupuk, dan Mie goreng. Klub ini terbuka untuk umum, tidak harus menjadi mahasiswa untuk bisa bergabung. Harapannya semakin banyak orang yang tahu budaya Indonesia dan tertarik untuk belajar bahasanya.

Page 125: Draf BungaRampai FLTA2020

113PASANG SURUT GELOMBANG BIPA

Fakta menarik adalah pengajaran Bahasa Indonesia hanya ada ketika program FLTA ada, maka silabus yang ada pun se-nantiasa berubah-ubah setiap tahunnya. Tidak hanya itu, buku referensi yang dipakai juga ikut berubah. Segala perubahan itu menyesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa yang belajar Ba-hasa Indonesia. Instruktur kemudian menyesuaikan dengan materi ajar. Walaupun demikian, tetap ada satu buku utama sebagai pegangan mahasiswa dan instruktur dalam kegiatan belajar-mengajar. Tantangan dalam hal ini adalah instruktur ti-dak bisa serta merta menggunakan teks yang ada dalam buku. Banyak sekali kosa kata yang susah untuk dipahami oleh maha-siswa. Instruktur biasanya menghapus atau mengubah cukup banyak kosa kata dalam teks sehingga levelnya sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Pengajaran sehari hari memang se-ring menggunakan Genre Based Text karena buku yang diter-bitkan oleh pemerintah Indonesia juga menggunakan pembel-ajaran berbasis teks.

Membandingkan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing yang lain di University of Georgia, Bahasa Indonesia dikate-gorikan sebagai salah satu Critical Language. Tidak sepopuler Bahasa Perancis, Jerman ataupun Spanyol yang mana favorit. Kadang saya merasa iri dengan FLTA dari negara Arab yang mempunyai banyak murid yaitu 50 lebih. Tidak dengan jumlah mahasiswa yang meng- ambil kelas Bahasa Indonesia yaitu 6.

Apa kemudian langkah untuk mendatangkan mahasiswa le-bih banyak ke kelas? Salah satu strategi selain Klub Bahasa In-donesia adalah mengadakan Language Table. Kalau Klub Ba-hasa Indonesia diadakan rutin setiap Jum’at selama 1 semester penuh, Language Table diadakan ketika jadwal memilih mata kuliah tiba. Setiap mahasiswa di University of Georgia diwajib-

Page 126: Draf BungaRampai FLTA2020

114 NAHAR NURUN NAFI

kan untuk mengambil mata kuliah Bahasa Asing. Apalagi ma-hasiswa dengan jurusan Antropologi dan Hubungan Internasi-onal, syarat Bahasa asingnya bisa lebih dari satu. Saat itulah saya menggelar karpet di aula utama dan meletakkan Angklung, Wayang, Blankon dan benda benda khas Indonesia untuk me-narik perhatian mahasiswa. Saya buat semacam Indonesan Corner. Kadang juga saya siapkan makanan kecil disampingnya untuk bisa diambil gratis oleh mahasiswa. Nah ketika ada ma-hasiswa yang mengambil snack atau bertanya ten- tang benda benda yang dipamerkan, saat itu promosi dilakukan. Selebaran tentang kelas Bahasa Indonesia langsung diberikan sambil me-yakinkan mahasiswa untuk mengambil kelas Bahasa Indonesia di semester tersebut.

Apakah cara itu berhasil? Bisa jadi tapi juga kadang tidak bisa maksimal. Saya katakan bisa jadi karena Language Tab-le memang sangat noticeable. Ada mahasiswa yang baru tahu kalau kelas Bahasa Indonesia di university of Georgia itu ada melalui language table. Tapi presentase angkanya Cuma sedi-kit. Selain itu saya juga amati kalau itu kurang begitu maksimal. Ada mahasiswa yang bertanya banyak hal tentang budaya In-donesia dan sangat tertarik dengan itu tapi merasa tidak perlu untuk mengambil Bahasa Indonesia.

6 mahasiswa yang mengambil kelas Bahasa Indonesia, ham-pir semuanya ingin belajar Bahasa Indonesia dengan alasan akademik seperti penelitian. Saran kedepan adalah teks yang digunakan di buku PPSDK bisa disesuaikan dengan tema pe-nelitian geologi atau antropoligi kekinian karena seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya alamnya. Banyak sekali ilmuan yang ingin melakukan pene-litian di Indonesia. Langkah kecil untuk promosi bisa dilaku-

Page 127: Draf BungaRampai FLTA2020

115PASANG SURUT GELOMBANG BIPA

kan melalui buku ajar. Bahasa mandarin adalah contoh kenapa orang orang ingin mempelajari bahasa tersebut karena suatu alasan yang kuat, yaitu bisnis. Sedangkan Bahasa Inggris kare-na memang banyak sekali institusi institusi dan lembaga pendi-dikan terbaik di luar negeri menggunakan Bahasa Inggris. Ba-hasa Indonesia bisa memulai dengan memperkenalkan budaya dan kekayaan alam di teks yang diajarkan. Sebenarnya sudah ada bagian tentang budaya di Indonesia tapi dibuat terpisah de-ngan teks yang dipelajari.

Rekomendasi yang lain tentang buku ajar terbitan peme-rintah adalah sangat perlunya memmberikan penjelasan suatu konsep Bahasa dalam Bahasa inggris. Imbuhan dalam Bahasa Indonesia memang sangat rumit sekali dan butuh penjelasan yang masuk akal. Seringkali saya menggunakan buku referen-si selain terbitan pemerintah untuk menjelaskan suatu konsep bahasa kepada para mahasiswa. Buku referensi lain tersebut se-perti, Asyik berbahasa Indonesia, Keren, dan Complete Indo-nesian. Penjelasan suatu konsep bagi beginner sangatlah berar-ti apalagi jika yang bersang- kutan ingin belajar mandiri.

Page 128: Draf BungaRampai FLTA2020

116 NAHAR NURUN NAFI

Page 129: Draf BungaRampai FLTA2020

117PASANG SURUT GELOMBANG BIPA

Page 130: Draf BungaRampai FLTA2020

118 NI LUH PUTU BUNGA MASTARI DEWI

Page 131: Draf BungaRampai FLTA2020

119

Pemanfaatan Jam Pelajaran Tambahan dengan Hasil Belajar Mahasiswa Tingkat Pemula di Universitas Northern Illinois

Ni Luh Putu Bunga Mastari Dewi

Departemen/Universitas : Center for Southeast Asian Studies, Northern Illinois University

Chairperson : Eric Jones, John Bentley

Institusi Asal : Pengajar BIPA di Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Kemdikbud RI

Kota dan Negara Bagian : Dekalb, Illinois

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai Mei 2019

Person in Charge di US : Rahmi Aoyama

Alamat di Indonesia : Jl. Cok Gde Rai 122 Ubud, Gianyar, Bali 80571

Email : [email protected]

Northern Illinois University (NIU) merupakan salah satu dari beberapa universitas ternama di Amerika Serikat yang mendukung dan bekerja sama secara rutin dengan

program Fulbright FLTA pada setiap tahunnya. Program FLTA di NIU sendiri saat ini berada di bawah naungan Center for Sountheast Asian Studies dengan Bapak Eric Jones seba-gai direkturnya, dan Departement of World Languages and Cultures di bawah pimpinan Bapak John Bentley. Program bahasa Indonesia di NIU berada dalam asuhan Ibu Rahmi Ao-

Page 132: Draf BungaRampai FLTA2020

120 NI LUH PUTU BUNGA MASTARI DEWI

yama, yang juga merupakan seorang alumni Fulbright FLTA di NIU, sekaligus dosen tetap mata kuliah bahasa Indonesia di kampus ini. Pada program Southeast Asian Studies, bahasa Indonesia atau disebut Foreign Language Indonesian (FLIN) ini harus bersaing dengan kelas bahasa lainnya seperti Tagalog (Filipina), Thai (Thailand), dan Burma (Myanmar). Belum lagi persaingan yang ketat dengan kelas bahasa lain di Depar-teman WLC yaitu bahasa Spanyol, Italia, Jepang, dan Peran-cis yang juga sangat populer di kalangan mahasiswa. Untuk ta-hun ini, persaingan berlangsung dengan sangat ketat antara kelas bahasa Asia Tenggara, di mana Tagalog menjadi kelas bahasa yang paling banyak diminati oleh mahasiswa. Hal ini terjadi akibat kesalahan sistem yang dilakukan oleh pegawai departemen World Languages and Cultures yang memuat jadwal kelas bahasa Indonesia untuk lima hari, yang seharus-nya hanya untuk empat hari. Maka dari itu, banyak mahasis-wa yang merasa enggan untuk mengikuti kelas ini, karena me-reka mengira bahwa kelas bahasa Indonesia diadakan untuk lima hari dalam seminggu. Untuk semester ganjil ini, jumlah total mahasiswa yang mengikuti kelas bahasa Indonesia mu-lai dari tingkat pemula, menengah, dan atas tercatat sebanyak 23 orang dengan rincian 16 orang pada kelas pemula (FLIN 103), 5 orang pada kelas menengah (FLIN 203), dan 2 orang kelas lanjutan (FLIN 400).

Secara kebetulan, untuk tahun ini Fulbright mengirimkan dua orang pengajar FLTA untuk ditugaskan di NIU yaitu saya sendiri dan Bapak Ildi Kurniawan. Pada semester ini, Pak Ildi bertugas sebagai pengajar utama kelas FLIN 103 yang menyi-apkan materi bahan ajar dan saya sebagai asistennya bertugas untuk menulis daftar hadir mahasiswa, memeriksa dan mem-

Page 133: Draf BungaRampai FLTA2020

121PEMANFAATAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN

berikan nilai pekerjaan rumah, serta mencatat poin-poin par-tisipasi mahasiswa di kelas. Saya juga bertugas sebagai peng-ajar utama di kelas FLIN 400 untuk dua mahasiswa tingkat atas dan menjadi asisten pengajar untuk supervisor saya, Ibu Rahmi, pada kelas FLIN 203.

Wawasan dan Tantangan

Sebagai seorang asisten pengajar pada kelas FLIN 103 yang membantu pengajar utama, saya mendapatkan beberapa peng-alaman menarik yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Karena secara praktikal saya lebih banyak berin- teraksi dengan mahasiswa saat kelas berlangsung, maka dari itu banyak juga mahasiswa yang tidak sungkan untuk meminta bantuan dari saya untuk mengerjakan pekerjaan ru-mah, mengejar pelajaran yang tertinggal, ataupun mempersi-apkan diri untuk ujian atau yang disebut kuis (quiz) di kampus ini. Semenjak tahun ini, Ibu Rahmi sebagai dosen bahasa Indo-nesia, mulai menetapkan sistem baru yaitu dengan menghapus ujian tengah dan akhir semester dan menggantinya dengan sis-tem kuis mingguan yang diadakan setiap hari terakhir dalam satu minggu, yang biasanya jatuh pada hari Kamis. Selain waktu belajar di kelas, mahasiswa juga diperbolehkan untuk bertemu dengan asisten pengajar (TA) pada jam-jam tertentu menurut jam kerja (office hours) yang termasuk juga jam pelajaran tam-bahan (tutoring hours) kami yang tercantum pada silabus. Saya dan Pak Ildi memiliki jam kerja yang berbeda sehingga kami bisa mengakomodasi lebih banyak siswa dengan jadwal yang bervariasi.

Pada saat awal kelas berlangsung, sangat jarang sekali terja-

Page 134: Draf BungaRampai FLTA2020

122 NI LUH PUTU BUNGA MASTARI DEWI

di mahasiswa berkunjung ke kantor pada saat jam kerja di luar kelas. Bahkan, saya dan Pak Ildi sampai berulang kali mempro-mosikan kepada mahasiswa kami untuk datang pada jam kerja baik untuk mendiskusikan soal pelajaran di kelas yang mungkin belum jelas, ataupun untuk mempersiapkan diri menjelang kuis mingguan.

Namun, menjelang pertengahan semester, mulai ada bebera-pa mahasiswa yang mulai membuat janji untuk mengikuti jam pelajaran tambahan karena ia tertinggal dalam pelajaran kare-na sakit. Sebut saja mahasiswa A, yang biasanya sangat rajin di kelas dan selalu mendapatkan nilai yang hampir sempurna untuk kuis-kuis sebelumnya, kali ini mendapatkan nilai penuh dan sempurna setelah mengikuti jam pelajaran tambahan. Pun ada siswa yang sebelumnya mendapatkan nilai quiz di bawah margin, mulai rajin membuat janji temu untuk mengikuti ke-las tambahan dengan kami. Sebut saja mahasiswi B, yang kerap kali tidak berkonsentrasi selama mengikuti pelajaran ini, sering mendapatkan nilai yang tidak memuaskan untuk kuis-kuisnya. Setelah beberapa kali meng- ikuti jam pelajaran tambahan, mahasiswi ini mengalami pening- katan hasil belajar yang ter-bukti lewat nilai-nilai yang meningkat secara cukup signifikan dan peningkatan minat belajar di dalam kelas. Menjelang akhir semester, mahasiswi ini membuktikan peningkatan yang cu-kup baik di mana sebelumnya pada pertengahan semester ia terancam tidak dapat lulus mata kuliah bahasa Indonesia dan berakhir mendapatkan nilai akhir yang memuaskan yaitu lulus dengan nilai ‘B’.

Ada juga mahasiswa C, yang sejak awal sampai pertengah-an semester jarang datang ke kelas untuk mengikuti pelajaran, tidak mengumpulkan pekerjaan rumah, dan hampir dinyatakan

Page 135: Draf BungaRampai FLTA2020

123PEMANFAATAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN

gagal dalam kelas ini, mulai mengikuti jam pelajaran tambahan pada pertengahan semester. Setelah beberapa kali mengikuti jam pelajaran tambahan, mahasiswa C menunjukkan sedikit peningkatan dalam kemampuan belajar di kelas, namun tidak cukup untuk mengejar ketinggalan yang sudah terlanjur jauh untuk mencukupi syarat kelulusan dalam kelas bahasa Indo-nesia ini. Adapun tantangan yang kami hadapi sehubungan dengan jam pelajaran tambahan ini yaitu membludaknya per-mintaan jam tambahan pada saat menjelang akhir semester. Di mana para mahasiswa yang baru menyadari kalau nilai mereka kemungkinan tidak memenuhi standar kelulusan dan mulai me-rasa panik sehingga mereka mendadak meminta jam pelajaran tambahan kepada kami, para pengajarnya. Saya sendiri sempat merasa kewalahan melayani permintaan beberapa siswa yang ingin mengambil jam pelajaran tambahan menjelang akhir se-mester dan saya pun harus menolak beberapa dari mereka ka-rena jadwal yang sangat padat.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Menurut saya pribadi, pengadaan jam pelajaran tambahan sangat membantu kebutuhan mahasiswa yang secara pribadi mempunyai kemampuan berbahasa yang berbeda satu sama lain, terutama dalam sebuah kelas yang terhitung cukup be-sar, dengan jumlah 16 siswa. Jam pelajaran tambahan ini dapat mengakomodasi kebutuhan siswa secara pribadi, yang mana akan berdampak positip terhadap peningkatan minat belajar dan kemampuan belajar siswa di dalam kelas. Seperti yang su-dah saya sampaikan di atas, rata-rata mahasiswa yang mengi-kuti jam pelajaran tambahan, mengalami kenaikan tingkat ke-

Page 136: Draf BungaRampai FLTA2020

124 NI LUH PUTU BUNGA MASTARI DEWI

mahiran berbahasa dan kempampuan belajar di dalam kelas dan sangat membantu mereka yang kemampuannya sedikit lebih lemah ketika berada di dalam kelas. Hal ini dapat dise-babkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hasil ke-mampuan belajar siswa yang mengikuti jam pelajara tamba-han contohnya kurangnya rasa percaya diri ketika mengikuti pelajaran di dalam kelas ketika berhadapan dengan kelompok mahasiswa lain yang mempunyai tingkat kemampuan lebih. Mereka merasa lebih nyaman untuk belajar dengan pengajarn-ya langsung tanpa harus merasa khawatir untuk memband-ingkan diri dengan mahasiswa yang lebih cepat menangkap pelajaran. Faktor lain adalah kurangnya fokus belajar di dalam kelas, yang dialami beberapa mahasiswa yang merasa lebih fokus untuk belajar ketika berada dalam kelas tatap muka sa-tu-satu (one-on-one). Hal ini disampaikan sendiri oleh seo-rang mahasiswa saya yang m nyatakan bahwa ia merasa lebih fokus ketika belajar dengan si pengajar saja.

Adapun saran yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini yaitu agar jam pelajaran tambahan dapat dipromosikan lebih gencar lagi demi memfasilitasi kebutuhan mahasiswa yang berbeda- beda agar dapat mencapai tujuan belajar ber-sama yaitu peningkatan kemampuan belajar siswa yang beru-jung pada pencapaian nilai akhir yang memuaskan. Adapun yang ingin saya tambahkan pada jam pelajaran tambahan agar menarik minat siswa untuk mengikutinya adalah dengan pen-genalan wawasan budaya, seperti memperkenalkan kuliner khas Indonesia, yang bisa membantu memperluas wawasan budaya siswa dan agar siswa mendapatkan pengalaman nyata yang berhubungan tidak hanya dengan bahasa tapi juga den-gan budaya Indonesia yang sebenarnya.

Page 137: Draf BungaRampai FLTA2020

125PEMANFAATAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN

Page 138: Draf BungaRampai FLTA2020

126 NI LUH PUTU BUNGA MASTARI DEWI

Page 139: Draf BungaRampai FLTA2020

Jam pelajaran tambahan dapat

mengakomodasi kebutuhan

siswa secara pribadi, sehingga

akan berdampak positif

terhadap peningkatan minat

dan kemampuan belajar siswa di

dalam kelas.

Page 140: Draf BungaRampai FLTA2020

128 SHINTA AMALIA

Page 141: Draf BungaRampai FLTA2020

129

Highlights of Being An FLTA at Arizona State University: Understanding Professional and Personal Lives

Shinta Amalia

Departemen/Universitas : School of International Letters and Cultures, Arizona State University

Chairperson : Nina Breman

Institusi Asal : Universitas Negeri Malang

Kota dan Negara Bagian : Tempe, Arizona

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai Mei 2020

Person in Charge di US : Peter Suwarno

Alamat di Indonesia : Jl. Melati Gang V No. 38 Ds. Mojosulur, Kec.Mojosari, Kab. Mojokerto, Jawa Timur 61382

Email : [email protected]

Teaching the Indonesian language for foreign speakers in the USA has been a great experience in many aspects. Being assigned to teach at the School of International

letters at Arizona State University (ASU) has taught me a lot about teaching US students, getting to know my culture de-eper, being more critical about my native language linguisti-cally and culturally, and so much more. The FLTA grantee at ASU also has some work to do with the Melikian Center to promote the program and the Indonesian course. The Melik-ian Center at ASU also provided a scholarship opportunity to

Page 142: Draf BungaRampai FLTA2020

130 SHINTA AMALIA

ASU students for an eight-week immersion program in Bali, Indonesia through CLI scholarship. This university has more than 13,000 international students and is one of the universi-ties with the most significant number of students across the United States.

Mr. Suwarno is the Indonesian language professor and my supervisor at ASU. I was the primary instructor for IDN 101, 201, 102, and 202, and I occasionally observed advanced and independent study classes during my FLTA year. The Indonesian course at ASU has a relatively small number of students, which makes us strong in terms of language instructions and acquisition. The number of students benefits the learning of a foreign language since students can have full attention from the instructor and the class interactions are very welcoming, warm, and friendly. Indonesian course has been taught for many years at ASU; among other more popular foreign languages in demand including Spanish and Chinese. Every year, the Indonesian course participates in the homecoming event and international language fair for the promotional activities dedicated to showcasing various cultures, foods, dances, songs, and traditions of Indonesia at the university. Surprisingly, at times, I interacted with people and they were amazed to find out that Indonesia is taught as a course at ASU.

In the pre-departure orientation, we were made aware of the culture shock, and the roller-coaster feeling (having a honeymoon and fall phases) we might get during the semester. Everything was new when I arrived in Arizona for the first time. Tempe Arizona was a very lively and beautiful dessert college town. I was quite overwhelmed with the curiosity

Page 143: Draf BungaRampai FLTA2020

131HIGHLIGHTS OF BEING FLTA

to explore the campus and also the city potentials despite the scorching heat from the summer sun. On the bright side, sunsets are amazing in this valley of the sun.

The weeks before the semester started turned out to be one of the busiest ones. I had both graduate student orientation and teaching assistant orientation, where I met so many inspiring people who would be willing to help out and provide some assistance when needed. They were welcoming and everything went successfully. I had a chance to do a microteaching with a Chinese language professor and her TAs. She was very pleased with my presentation that day. Her TAs also congratulated me for that. I learned that the US education culture acknowledges an individual’s efforts and emphasizes giving positive and constructive feedback. In addition, ASU has a predicate of being number 1 in innovation. In the teaching instructions, we were prepared with technologies for remote teaching using Zoom. The Indonesian course at ASU is taught as a hybrid course. Therefore, when COVID had forced closed our campus in the mid of the 2020 Spring semester, I adjusted my remote teaching immediately and smoothly.

During the initial weeks, the FLTA has to start learning time management and quick ways to de-stress. Being an FLTA at Arizona State University required me to be indepen-dent and have initiatives. The grant provided neither housing nor meal plan. Thus, I had to be proactive in finding housing through some websites or by contacting an American Indo-nesian Student Association at ASU (PERMIAS Phoenix). The Melikian center staff, David Brokaw was very helpful. He tour-guided me for the city and campus area including gro-

Page 144: Draf BungaRampai FLTA2020

132 SHINTA AMALIA

cery shopping, for the first few days I arrived in Arizona. He would also help me find the accommodation had I not find one myself. I was very fortunate to finally be able to find my-self an affordable furnished house owned by Mrs. Viernes who had been living in Indonesia for 5 years. I consider myse-lf lucky! We shared many things about Indonesia and a life in the USA. I was fortunate to share the house with another Ful-brighter from Pakistan whom I get along like my own sister, and a retired ASU librarian who taught me a lot about Ameri-can culture and basic things, such as how Americans do hou-se chores, and US holiday celebration. We often cooked and had dinner together. We would share things about our days, our countries, religious views, and many more.

Adjusting the first month of living in the US was a success for me. I made many friends and get along very well with my office colleagues, although I am the only Fulbright FLTA gr-antee in 2019 at ASU. I tried to make friends with other gra-duate TAs in the same department at ASU. Also, I made good friends with some graduate TAs in the English department where I took some courses, or when I study in their hall. It is a struggle to be the only FLTA in the university because the sense of having the same role, share knowledge or experience, and to develop self-efficacy is challeng- ing. However, there are training and workshops that I could attend and I often see my classmates and study together. It is essential that we seek friendship and not wait until someone approaches us to in-vite us to do activities. People are very welcoming as long as we also take initiatives and ask for help. This has taught me a lot about being self-sufficient and being approachable.

Being the person from Indonesia that the US community

Page 145: Draf BungaRampai FLTA2020

133HIGHLIGHTS OF BEING FLTA

might encounter, people might think that we are as an FLTA is the face of Indonesia or the face of the religion that we embrace. Our un- derstanding of self and our country is challenged and inquired a lot. People ask questions about languages, cultures, religion, tourism spots, education, and the list go on. This can be quite overwhelming. But as Indonesians, we tend to answer with big smiles on our faces because we love our country de-arly. Getting involved with Indonesians in the community and the Indonesian American student Association (PERMIAS) can be very helpful. More importantly, being open-minded has become a daily dose of habit. The United States is a melting pot country; therefore, as an FLTA, it is best to be understanding and respectful towards other religions, customs, and cultures in the place where we are assigned.

Besides teaching, FLTAs are also required to take cour-ses. Communicating with the supervisor and the professors regarding the status in the class is crucial because there is the time when the FLTA may feel like floating due to the status as a teaching assistant and also a student, in the ASU’s case is an unofficial auditing status. Sometimes not being invol-ved much in the department is common. Also, missing class discussions often occur. However, being initiative in asking questions regarding what we can offer to help or assist and as-king the professor as to what our assignments are in the class can be significantly beneficial for being an FLTA in the class.

I aspire that at ASU, there will be more Indonesian acti-vities, cultural events, or assembly to promote more about Indonesia. Soft diplomacy can be done through Indonesian cooking class, batik workshop, traditional dance courses, Pencak silat, cooking class, or any other types of cultural ac-

Page 146: Draf BungaRampai FLTA2020

134 SHINTA AMALIA

tivities. Learning a language is not merely the language itself but also the culture. I am looking forward to seeing more of the chances to experience Indonesian culture for ASU stu-dents to see on campus. I hope that through my writing, AT-DIKBUD and Indonesian course at ASU can build a bridge regarding the promotion of Indonesian language and culture; so that more students participate and engage more in the In-donesian activities besides Indonesian courses. I am hope-ful that with the help of the Indonesian government for ASU, it will increase significantly. Adjusting life in the US has been both a blessing and a challenge; one is demanded to be in-sightful and independent. Most importantly, being proactive in asking for assistance and support is absolutely important. Professionally, FLTAs are encouraged to inspire students to study Indonesian and visit Indonesia for further cooperation, research, and promote to others about Indonesian language and cultures. With the help of the Indonesian government and the Indonesian community in the US, promoting Indo-nesian cultures and language can be excellent cooperation.

Page 147: Draf BungaRampai FLTA2020

135HIGHLIGHTS OF BEING FLTA

Page 148: Draf BungaRampai FLTA2020

136 SHINTA AMALIA

Page 149: Draf BungaRampai FLTA2020

!e United States is a melting pot

country; therefore, as an FLTA, it

is best to be understanding and

respectful towards other religions,

customs, and cultures in the

place where we are assigned.

Page 150: Draf BungaRampai FLTA2020

138 WIMBO PAMBUDI WICAKSONO

Page 151: Draf BungaRampai FLTA2020

139

Mengajar Bahasa Indonesia di Columbia University: Faktor Pendukung dan Penghambat

Wimbo Pambudi Wicaksono

Departemen/Universitas : Columbia University

Chairperson : Stephane A. Charlitos

Institusi Asal : Language Training Center

Kota dan Negara Bagian : New York

Tahun Memulai : Agustus 2019

Tahun Selesai Juni 2020

Person in Charge di US : Stephane A. Charlitos

Alamat di Indonesia : Jl. Diponegoro 171 D

Email : [email protected]

Terletak di kota yang terkenal dengan nama Big Apple, Columbia University adalah salah satu universitas terna-ma dan terbesar di Amerika Serikat. Universitas ini didi-

rikan pada tahun 1754 oleh raja George II dari Inggris dengan nama King’s College dan sampai saat ini sudah banyak nama-nama besar yang dilahirkan dari universitas ini. Tercatat ada 84 penerima nobel yang merupakan alumni CU, beberapa di an-taranya adalah Theodore Roosevelt dan Barrack Obama yang pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat. Ditawar-kannya kelas bahasa Indonesia di CU tentunya merupakan sa-lah satu kehormatan dan bukti bahwa bahasa Indonesia turut diperhitungkan sebagai bahasa yang penting untuk dipelajari.

Page 152: Draf BungaRampai FLTA2020

140 WIMBO PAMBUDI WICAKSONO

Kelas Bahasa Indonesia di CU ditawarkan sebagai mata kuli-ah kredit. Oleh karena itu, setiap mahasiswa akan mendapat-kan nilai pada akhir semester. Ada empat tingkat yang ditawar-kan kepada mahasiswa CU, tingkat dasar dan tingkat madya yang masing- masing terbagi menjadi 2 tingkat. Mahasiswa akan belajar di dalam kelas selama 2 kali seminggu. Satu kali pertemuan berlangsung selama 110 menit.

Pada semester 1 tahun ajaran 2019-2020, jumlah mahasis-wa mata kuliah Bahasa Indonesia ada sembilan orang. Unikn-ya, maha- siswa dari New York University (NYU) dan institu-si-institusi yang berafiliasi dengan CU diperbolehkan untuk mengambil kelas bahasa Indonesia di CU. Pada semester 1 (fall term) tahun ajaran 2019-2020, ada 4 mahasiswa yang bukan mahasiswa CU. Selain itu, ada 2 orang mahasiswa yang bersta-tus mahasiswa S2 dan 1 orang mahasiswa yang sedang bersta-tus mahasiswa S3.

Page 153: Draf BungaRampai FLTA2020

141MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI COLUMBIA

Berdasarkan figur 1, ada beberapa alasan dan tujuan dari para mahasiswa bahasa Indonesia di CU. Alasan terbesar me-nunjukkan bahwa ada ikatan antara mahasiswa dengan bahasa dan juga negara Indonesia secara khusus. Mahasiswa-mahasis-wa tersebut mempunyai kerabat yang masih tinggal di Indone-sia, tetapi mereka sudah lama menetap di Amerika dan tidak pernah menggunakan bahasa Indonesia. Alasan-alasan lainnya menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya terkenal akan ke-indahan alamnya saja, tetapi juga ada potensi-potensi lain yang membuat para mahasiswa ingin pergi dan melakukan peneli-tian di Indonesia. Faktor Pendukung Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa hal yang mendukung pembelajaran bahasa Indonesia di CU, antara lain:

1. Sikap Positif Pemelajar Mahasiswa di CU memiliki motivasi belajar yang sangat

tinggi. Mereka tidak mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia secara kebetulan atau acak saja, tetapi masing-masing mempu-nyai tujuan yang ingin dicapai setelah menguasai bahasa Indo-nesia. Selain itu, mereka sangat antusias dalam mengikuti sega-la kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan kondisi psikologis yang sepositif ini, tak heran mereka sangat cepat memahami materi yang diajarkan.

2. Kampus yang Kondusif Faktor kedua adalah kondisi kampus yang sangat mendu-

kung kegiatan pembelajaran. Seluruh ruang kelas dilengkapi dengan multimedia dan akses internet yang cepat sehingga hampir tidak pernah ada masalah teknis saat melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Selain itu, gedung perpustaka-

Page 154: Draf BungaRampai FLTA2020

142 WIMBO PAMBUDI WICAKSONO

an yang buka selama 24 jam menyediakan tempat belajar dan sumber yang lengkap. Gedung perpustakaan yang senantiasa penuh dengan para mahasiswa yang belajar ini tidak dapat di-sangkal lagi memotivasi semua orang untuk ikut giat belajar.

3. Staf dan Rekan yang Berpengalaman dan Profesional Faktor ketiga adalah dukungan dari staf di Language

Resource Center (LRC), rekan-rekan Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) dan pengajar yang tergabung dalam COTI (Consortium of Teaching Indonesia). Staf LRC sangat profesional dan selalu siap membantu saat ada kesulitan, apalagi saat proses adaptasi dengan lingkungan baru pada minggu-minggu awal tinggal di New York. Lalu, teman-teman pengajar di program FLTA saling mendukung dan memberikan masukan satu sama lain demi kelancaran kelas bahasa Indonesia. Tidak jarang kami meminta bantuan untuk aktivitas kelas melalui Zoom. Selain itu, pengajar tetap bahasa Indonesia yang tergabung dalam COTI juga memberikan gambaran mengenai pengajaran bahasa Indonesia di AS melalui teleconference. Banyak bantuan dalam bentuk berbagi pengalaman dan menjawab pertanyaan yang diajukan melalui ponsel.

4. Dukungan Pihak Luar Selain ketiga faktor di atas, KJRI secara tidak langsung

ikut mempromosikan bahasa Indonesia. Pada satu kesempatan, Bapak Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menteri Perekonomian dan Kemaritiman menyempatkan diri untuk memberikan kuliah umum. Selain itu, KJRI juga secara rutin mengadakan acara untuk mengenalkan budaya Indonesia

Page 155: Draf BungaRampai FLTA2020

143MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI COLUMBIA

seperti Tjanting Batik dan Indonesian Street Food Festival. Melalui acara-acara ini, saya dapat mengajak mahasiswa saya untuk datang dan menikmati makanan atau penampilan-penampilan yang telah dipersiapkan.

Faktor Penghambat

Setidaknya ada dua faktor yang dapat menghambat proses pembelajaran para mahasiswa, yaitu:

1. Keterbatasan Kesempatan Menggunakan Bahasa Indonesia Belajar bahasa dapat diumpamakan seperti orang yang

belajar naik sepeda. Orang yang baru belajar naik sepeda akan semakin terampil naik sepeda jika dia sering berlatih atau menaiki sepedanya, begitu juga pemelajar bahasa. Satu-satunya kesempatan terbaik mahasiswa untuk mendengarkan dan menggunakan bahasa Indonesia adalah saat belajar di kelas. Oleh karena itu, saya selalu menggunakan bahasa Indonesia selama mengajar. Sayangnya, mahasiswa tidak mempunyai banyak kesempatan untuk meng- gunakan bahasa Indonesia di luar kelas. Selain karena kesibukan mereka untuk belajar, kesempatan atau situasi yang mengharuskan mereka menggunakan bahasa Indonesia sangat terbatas.

2. Pengajar yang Selalu Berganti Setiap Tahunnya Pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia di CU adalah

penerima beasiswa Fulbright yang terpilih melalui program FLTA. Berbeda dengan pengajar bahasa asing lainnya yang sudah lama mengajar di CU, pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia di Columbia University selalu berganti

Page 156: Draf BungaRampai FLTA2020

144 WIMBO PAMBUDI WICAKSONO

tiap tahunnya. Menurut saya, dua semester hanya cukup untuk mengenal program ini tetapi tidaklah cukup untuk mengembangkannya. Selain itu, rencana rencana yang telah disusun belum tentu dapat dilaksakan pada kesempatan selanjutnya.

Strategi Menghadapi Hambatan Hambatan yang paling berarti dari segi pengajaran adalah kurangnya kesempatan bagi mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesian di luar kelas. Oleh karena itu, pekerjaan rumah (PR) sudah seharusnya selalu diberikan di setiap pertemuan. Walaupun mahasiswa CU sudah terbiasa dengan tugas PR atau tugas tambahan di luar kelas, pengajar harus bisa membuat PR menjadi lebih menarik. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui tren saat ini. PR dapat diberikan dalam bentuk mendengarkan musik atau menonton film pendek, mewawancarai teman di Indonesia melalui media sosial, membuat video kampanye atau podcast, dan lain-lain. Suatu ketika saya mengajak kelas Intermediate 1 pergi makan siang di restoran Indonesia di Queens, New York. Di sana, mahasiswa mewawancarai pemilik rumah makan. Setelah itu, mereka membuat poster mengenai makanan Indonesia yang mereka coba. Yang perlu diperhatikan, tujuan dari setiap aktivitas atau PR harus jelas karena mahasiswa akan menanyakannya jika tugas yang diberikan dirasa hanya menyita waktu mereka saja tanpa ada manfaat yang berarti bagi pembelajaran bahasa Indonesia.

Hambatan lain adalah bergantinya pengajar bahasa Indonesia di CU setiap tahun. Selain mengajar, pengajar utama di CU juga harus mengembangkan program bahasa

Page 157: Draf BungaRampai FLTA2020

145MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI COLUMBIA

Indonesia. Komunikasi wajib dilakukan antara calon pengajar dengan pengajar sebelumnya. Jika bisa, jangan hanya berfokus pada kegiatan pembelajaran di kelas, tetapi juga pengembangan program bahasa Indonesia di CU. Pengajar bahasa Indonesia pada tahun sebelumnya harus senantiasa siap membantu karena dia akan menjadi satu-satunya sumber yang bisa diandalkan. Biasanya, sudah ada masukan- masukan dari pengajar-pengajar sebelumnya, tetapi proses adap-tasi di lingkuangan baru dan belum adanya rekan di New York membuat ide-ide ini sulit terwujud.

Saran Harus diakui bahwa bahasa Indonesia tidak sepopuler bahasa- bahasa asing lain seperti bahasa Spanyol, Italia, Cina dan Jerman. Berdasarkan Language Fair yang diadakan pada awal tahun, hanya sedikit mahasiswa S1 yang datang untuk bertanya tentang mata kuliah ini. Oleh karena itu, akan sangat baik jika ada pertunjukan atau acara yang rutin untuk mengenalkan Indonesia yang dilaku- kan di CU. KJRI sebagai perwakilan pemerintahan Indonesia di New York dapat mengambil bagian dalam kesempatan ini. Saya yakin belum banyak mahasiswa CU yang tahu bahwa mempelajari bahasa Indonesia akan membuka banyak kesempatan untuk untuk melakukan penelitian, mengembangkan karir, atau bahkan me- nikmati keindahan alam di Indonesia.

Saran yang kedua adalah menyesuaikan program pembekalan dengan kondisi dan kurikulum yang digunakan di AS. Saya amat mengapresiasi pembekalan yang telah disiapkan oleh American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) dan Badan Bahasa di Jakarta. Namun, akan sangat membantu

Page 158: Draf BungaRampai FLTA2020

146 WIMBO PAMBUDI WICAKSONO

lagi jika calon pengajar dibekali pengetahuan tentang ACTFL (The American Council on the Teaching of Foreign Languages). Pengajaran bahasa asing di institusi di AS akan selalu merujuk ke ACTFL. Karena itu, pengetahuan mengenai ACTFL sangat penting bagi pengajar bahasa asing di AS. Saya berharap program bahasa Indonesia di CU akan lebih populer. Karena itu, sinergi yang baik antara pengajar dan KJRI yang menjadi perwakilan pemerintahan Republik Indonesia akan menjadi salah satu faktor utama pengembangan program bahasa Indonesia di kota New York. Dengan dukungan KJRI, pengajar dapat mempromosikan program bahasa Indonesia kepada khalayak umum di New York sambil mengembangkan diri demi meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Sementara itu, dengan semakin kuatnya perekonomian dan negara Indonesia, saya yakin akan semakin banyak alasan bagi calon pemelajar untuk belajar bahasa Indonesia.

Page 159: Draf BungaRampai FLTA2020

147MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI COLUMBIA

The 2019-20 academic year was, by any measure, extra-ordinary, surprising and even, to a certain degree, a lit-tle bit strange. The Fall 2019 semester had been very

smooth and the Spring 2020 semester had started off conven-tionally. Students had returned to campus from their winter break, classes were underway, and the faculty was caught up in their daily regimen of teaching, grading, office hours, and seemingly endless meetings.

But then, suddenly, in the space of a few short days, this fa-miliar world ruptured. In a turn of events that none of us could have anticipated, everything changed in the second week of March 2020, as a worldwide pandemic made its way to the greater New York area. Overnight it seems, the campus shut down, classes were canceled, and students and faculty scat-tered all over the globe.

As it slowly came to grips with the reality of the COVID-19 pandemic, Columbia University, like most other American in-stitutions of higher education, was forced to transition mid-se-mester from a traditional model of in-person teaching to one that emphasized online and remote instruction. This pivot affected all programs at Columbia including the Bahasa In-

Testimoni Supervisor (Stephane Charitos)

Page 160: Draf BungaRampai FLTA2020

148 WIMBO PAMBUDI WICAKSONO

donesia language program which had been doing extremely well under Wimbo Pambudi Wicaksono, a Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) whom we had picked to teach the language from a small pool of select candidates provided to Columbia by the Institute of International Education. I should point out that contrary to many other institutions participating in this program, FLTAs at Columbia are in complete control of all aspects of the courses they teach. Consequently, during his time at Columbia, Wimbo had full responsibility for the en-tire Indonesian language program including teaching all class-es on offer (Elementary and Intermediate I & II); developing the respective syllabus for each course within the context of the overall objectives of the university's language policy, and creating instructional material as needed to support classroom activities and learning objectives.

Like everyone else teaching at Columbia, Wimbo was forced to adapt to the new teaching reality imposed upon us by the pandemic. And I suspect that making the transition from in-person teaching to remote instruction must have been ex-acting on him. Not only did he have little previous hands-on experience with online teaching or blended course design, but even if he did, how does one go about tuning out the distrac-tions — from family, from the news — to focus on this new challenge?

How does one deal with the stress of moving courses to a new mode of delivery, of tackling new technologies, of em-bracing a new format of instruction overnight even as one is dealing with the daily uncertainties of living in a pandemic?

But Wimbo faced these uncertainties head on with the same enthusiasm, optimism, and work ethic that he demonstrated

Page 161: Draf BungaRampai FLTA2020

149MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI COLUMBIA

to adapt to an educational system that, I am sure, was quite for-eign to him when he first arrived in New York.

Starting in early March 2020, Wimbo assiduously attend-ed all the training workshops the Language Resource Center offered to help language faculty at Columbia transition to this new mode of instruction. He also participated in the intensive training seminar for distance language teaching pedagogy that introduced and discussed the theory and practice of distance language pedagogy and, having completed this training, he planned and taught a series of successful language classes in the online format.

Being an FLTA is not an easy assignment at the best of time as those chosen for this program have to rapidly adapt to a new country, new norms of teaching and learning, a strange new social environment – all without the daily support of family, friends and loved one. Yet, as all the Indonesian FLTA who have come to Columbia since 2003 have demonstrated year af-ter year, they always find the inner resolve, the resilience, the courage, and the strength of character to be successful. And Wimbo was no exception. As has been the case with all the In-donesian FLTAs we have had the pleasure of hosting at Colum-bia, he conclusively proved that we once again made the right decision when we decided to entrust our 2019-2020 Bahasa In-donesia program to Fulbright.

Stephane CharitosDirector, Language Resource Center Department;

Lecturer in French and Romance Philogy

Page 162: Draf BungaRampai FLTA2020

Being an FLTA is not an easy assign-

ment at the best of time as those

chosen for this program have to

rapidly adapt to a new country, new

norms of teaching and learning, a

strange new social environment – all

without the daily support of family,

friends and loved one.

Page 163: Draf BungaRampai FLTA2020
Page 164: Draf BungaRampai FLTA2020