DOES MARKETING SYSTEM INFLUENCE ON CONSUMER …
Transcript of DOES MARKETING SYSTEM INFLUENCE ON CONSUMER …
ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07 (01): 16-29 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim.2019. 007.01.02
Cite this as: Abidin, Z. and M. Meitasari (2019). Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish Marketing System at Fish Auction “PPN Muara Angke”, North Jakarta. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(01):16-29 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/
16
DOES MARKETING SYSTEM INFLUENCE ON CONSUMER SATISFACTION?: STUDY OF MARINE FISH MARKETING SYSTEM AT FISH AUCTION “MUARA ANGKE”, NORTH JAKARTA
APAKAH SISTEM PEMASARAN BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN?:
KAJIAN SISTEM PEMASARAN IKAN LAUT DI TPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA
Zainal Abidin*1 and Melati Meitasari2
1Fisheries Agribusiness, Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University. Jl. Veteran, Malang, Jawa Timur. 2Business-preneur in Tangerang, Indonesia
Received: November 12, 2018/ Accepted: August 07, 2019
ABSTRACT
Market performance in the form of marketing efficiency is the result of a good marketing system which then affects consumer satisfaction. This research was conducted to analyze: 1) satisfaction of marine fish consumers at fish auction PPN Muara Angke, 2) influence of market performance on consumer satisfaction, 3) differences in marketing efficiency between fishermen and traders, 4) differences in satisfaction of fishermen and merchant’s consumers. The research method used is a qualitative and quantitative descriptive research type. The population in this study are ship owners or fishermen, auction participants which include wholesalers, wholesalers, processors, and retail traders. Sample determination technique using purposive sampling and snowball sampling with a sample of 42 people. The analysis technique used is descriptive, simple linear regression, and one-way ANOVA real difference test. Based on the results of the study that marine fish consumer satisfaction in Muara Angke it can be said to be satisfied and market performance affects consumer satisfaction. The marketing efficiency of fishermen and traders is equally efficient but more efficient marketing of fishermen and the satisfaction of fishermen and traders are equally satisfying but more satisfied by fishermen consumers.
Keywords: marketing system, marketing efficiency, consumer satisfaction, Muara Angke.
ABSTRAK Penampilan pasar berupa kondisi efisiensi pemasaran merupakan hasil dari sistem pemasaran yang
baik yang kemudian berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis tentang: 1) kepuasan konsumen ikan laut di TPI PPN Muara Angke, 2) pengaruh
penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen, 3) perbedaan efisiensi pemasaran antara nelayan
dan pedagang, 4) perbedaan kepuasan konsumen nelayan dan pedagang. Metode penelitian yang
digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitaif. Populasi pada penelitian ini adalah
pemilik kapal atau nelayan, peserta lelang yang meliputi pedagang besar, pedagang grosir,
pengolah dan pedagang pengecer. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive dan
snowball sampling dengan sampel yang berjumlah 42 orang. Teknik analisis deskriptif digunakan
mencapai tujuan ke-1, analisis regresi linier sederhana untuk tujuan ke-2, sedangkan uji beda nyata
one way anova untuk mencapai tujuan ke-3 dan ke-4. Berdasarkan hasil penelitian kepuasan
konsumen ikan laut di Muara Angke dapat dikatakan puas dan penampilan pasar berupa efisiensi
pemasaran berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Efisiensi pemasaran nelayan dan
pedagang sama-sama efisien namun lebih efisien pemasaran nelayan dan kepuasan konsumennya
nelayan dan pedagang sama-sama memuaskan namun lebih puas konsumennya nelayan.
Kata kunci: sistem pemasaran, efisiensi pemasaran, kepuasan konsumen, Muara Angke.
* Corresponding author: Zainal Abidin, [email protected]
Fisheries Agribusiness, Marine and Science Faculty, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 167, Malang
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 17
PENDAHULUAN
Potensi rata-rata hasil perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnya pada 5 tahun
terakhir ini. Pada tahun 2016 produksi perikanan mencapai 6,83 juta ton dengan nilai Rp 125,3 triliun,
Pada 2015, produksi perikanan 6,52 juta ton dengan nilai mencapai Rp 116,3 triliun. Adapun pada
2014, produksi perikanan tangkap 6,21 juta ton dengan nilai Rp 108,5 triliun, pada 2013 produksinya
5,86 juta ton dengan nilainya Rp 85,1 triliun, dan produksi 2012 hanya 5,84 juta ton dengan nilai
Rp 79,3 triliun (KKP, 2016).
Dalam upaya pengembangan sektor perikanan, pemerintah memiliki peran penting dalam hal
penyediaan berbagai fasilitas yang dapat memberikan kemudahan dalam melakukan usaha
perikanan. Pembangunan beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam mengembangkan sektor perikanan. Terkait dengan pendaratan hasil tangkapan
dan jaminan pemasaran, salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung pengembangan
sektor perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat Pelelangan Ikan
(TPI). Menurut sejarahnya, TPI didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di
pulau Jawa dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh
tengkulak, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam
mengembangkan usahanya (TPI Muara Angke, 2018).
TPI merupakan salah satu jenis kelembagaan formal yang diharapkan dapat membantu para
nelayan memperlancar pemasaran hasil tangkapannya. Namun apakah TPI sudah berfungsi seperti
yang sudah dijelaskan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan? Data Kementrian Kelautan
Perikanan tahun 2016 menunjukkan potensi rata-rata perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap
tahunnya jika dibandingkan dengan volume hasil perikanan tangkap yang dijual di TPI seluruh
Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jika dipersentasekan tidak sampai 10 persen
volume total produksi hasil tangkapan yang dijual di TPI melainkan sisanya dijual di luar TPI.
Persoalan pada sistem pemasaran hasil perikanan laut di TPI dapat menyebabkan inefisiensi
pemasaran. Menurut Dyanasari et al. (2010), efisiensi sistem pemasaran dapat didekomposisi ke
dalam komponen struktur, perilaku dan penampilan pasar sesuai dengan variabel pada tingkat
komponen. Secara teoritis ketiga komponen tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi, dimana
kinerja pemasaran merupakan hasil interaksi struktur dan perilaku pasar. Kemudian kinerja pasar
dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan pelaku pemasaran di TPI.
Kepuasan konsumen adalah kepuasan maksimum yang diterima karena harga dari suatu
barang itu sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan ada dalam jangkuan daya belinya (Eviyati
dan Wahyuni, 2011). Dengan demikian untuk tercipta kepuasan konsumen dapat ditempuh dengan
cara menciptakan penampilan pasar yang efisien, antara lain ditunjukkan atau dicirikan oleh margin
pemasaran yang rendah. Rendahnya margin pemasaran akan dirasakan konsumen atau pembeli
berupa harga yang terjangkau, yaitu harga yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Dengan
kata lain, pemasaran yang efisien berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 18
RS = m − n
b
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, medeskripsikan dan menganalisis:
1. Kepuasan konsumen ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Muara Angke, Jakarta Utara.
2. Pengaruh penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen.
3. Perbedaan efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang.
4. Perbedaan kepuasan konsumennya nelayan dan kepuasan konsumennya pedagang.
METODE PENELITIAN
Penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif ini dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara. Teknik pengumpulan data
dengan wawancara dengan panduan kuesioner, juga observasi dan dokumentasi yang
menghasilkan data sekunder dan primer.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pemilik kapal atau nelayan (1.600 orang), peserta lelang
yaitu pedagang besar (40 orang), pedagang grosir (23 orang), pengecer (35 orang) dan pengolah
(24 orang). Teknik penentuan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling dan teknik
snowball sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan teknik disproportioned sampling, dimana
sampel untuk tujuan pertama dan kedua sebesar 42 orang yang terdiri dari 20 orang pedagang
besar, 10 orang pengolah, 6 orang pedagang grosir dan 6 orang pengecer. Sampel untuk tujuan
ketiga berjumlah 20 pasang nilai efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang dari setiap ikan
yang diteliti dan untuk tujuan keempat sampel berjumlah 42 pasang kepuasan konsumennya
nelayan dan pedagang.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Analisis deskriptif atas kepuasan konsumen menggunakan skala likert
Analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui kepuasan konsumen
ikan laut di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara. Menurut Azwar (2003), skala Likert merupakan
metode pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai.
Penggunaan skala interval dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui seberapa kuat
responden setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang ada dalam kuesioner melalui skala likert.
Analisis ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata kuesioner kepuasan konsumen dengan
menggunakan skala likert yang diambil dari 42 orang konsumen di TPI PPN Muara Angke yang
meliputi pedagang besar, pengolah, pedagang grosir dan pengecer.
Menurut Putra et al. (2014), rumus yang digunakan pada skala likert untuk mengetahui nilai
interval penilaian dan pengukuran kepuasan konsumen skala yaitu sebagai berikut:
Nilai Interval Penilaian
(1)
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 19
Keterangan: RS = Rentang Skala m = Angka tertinggi dalam pengukuran n = Angka terendah dalam pengukuran b = Banyaknya kelas atau kategori yang dibentuk
Pengukuran Kepuasan Konsumen Skor = Jumlah total dari masing – masing variabel (2) Rata - rata = (Skor SS x 4) + (Skor S x 3) + (Skor TS x 2) + (Skor STS x 1) / Jumlah responden
2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis ini digunakan untuk mejawab tujuan kedua yaitu mengetahui pengaruh penampilan
pasar terhadap kepuasan konsumen. Menurut Putra (2014), analisis regresi sederhana merupakan
teknik statistik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, tujuan
menggunakan analisis ini adalah untuk melihat pengaruh penampilan pasar berupa efisiensi
pemasaran (X) terhadap kepuasan konsumen (Y) dengan formula sebagai berikut:
(3)
Keterangan: Y = kepuasan konsumen a = konstanta b = koefisien regresi X = efisiensi pemasaran.
Efisiensi pemasaran diukur dengan rumus = 𝐵𝑃
𝐻𝑒 𝑥 100% (Abidin, Z. dkk. 2017).
Dimana BP = biaya pemasaran (Rp/unit), He = Harga eceran (Rp/unit)
3. Uji beda nyata One Way Anova
Analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui perbedaan efisiensi
pemasaran antara nelayan dan pedagang dan tujuan keempat yaitu mengetahui perbedaan
kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang. Menurut Riduwan (2008), tujuan dari uji anova satu
arah adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata, sedangkan gunanya untuk menguji
kemampuan generalisasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan laporan tahunan UPT. PPP Muara Angke (2017), kawasan Pelabuhan Perikanan
Muara Angke merupakan pusat pembinaan kepada lebih 30.000 orang yang bergantung pada
kegiatan perikanan. Luas lahan Muara Angke saat ini sebesar 63,34 Ha. Dengan SK Gub. No. 1263
tahun 2006 tentang panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Terpadu (UDGL) Muara
Angke, diproyeksikan akan diperluas dengan kawasan reklamasi menjadi seluas 71,7 Ha. Secara
astronomis terletak pada posisi 6°6′21″ LS, 106°46′29.8″ BT.
Kawasan Muara Angke mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 0 - 1 meter. Daerah ini
tergolong strategis karena letaknya yang berada di tengah-tengah kawasan bisnis dan pemukiman elit
daerah Jakarta Utara. Mudahnya akses menuju kawasan Muara Angke ditunjang sarana transportasi
berupa angkutan kota, metromini maupun bus antar kota antar provinsi (UPT PPP Muara Angke, 2017).
Y = a + bX
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 20
Muara Angke terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dengan jumlah
penduduk 52.392 jiwa, yang terdiri dari 25.901 jiwa laki – laki dan 26.491 jiwa perempuan dengan
jumlah kepala keluarga sebesar 18.312 (Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018). Jumlah
penduduk Muara Angke yang tergolong dalam usia produktif (20-39) tahun yaitu sebesar 18.066
jiwa yang dapat dikatakan sudah bisa mendapatkan pekerjaan. Untuk yang sedang menempuh
pendidikan (5-19) tahun yaitu sebesar 12.628 jiwa dan yang sudah memasuki masa pensiun (>55)
tahun sebesar 4.272 jiwa. Struktur penduduk di Muara Angke sendiri terbagi menjadi 2 kelompok
yaitu Penduduk tetap dan Penduduk Musiman. Pendidikan penduduk didominasi lulusan
SLTA/sederajat (43%) dengan jumlah 22.496 jiwa dan terendah pada tingkatan Tamat Akademi/ PT
yaitu sebanyak 8% dengan jumlah 4.041 jiwa (Laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit, 2018).
Jumlah penduduk Muara Angke berdasarkan pekerjaan yang memiliki jumlah tertinggi pada
pekerjaan lain- lain dengan presentase 32% dan berjumlah 16.478 jiwa, pekerjaan lain-lain di Muara
Angke seperti wirausaha karena banyak penduduk disini yang menjadi wirausaha. Pekerjaan
terendah yaitu sebagai fakir miskin dengan persentase 0,4% dan berjumlah 204 jiwa. Penyerapan
tenaga kerja yang terserap di kawasan PPN Muara Angke adalah lebih dari 40.000 orang yang terdiri
dari tenaga kerja di unit produksi, unit pengolahan, unit pemasaran dan unit penunjang. Unit produksi
meliputi nelayan, tenaga bongkar muat, pengangkut ikan, koperasi, dan peserta lelang. Unit
pengolahan meliputi tenaga pengepakan, pengolah ikan, warung penunjang, tenaga di cold storage,
dan workshop pengolahan ikan. Tabel 1 tentang gambaran jumlah penduduk Kelurahan Pluit.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tani - - Karyawan Swasta/Pemerintah/ TNI 14.327 27
Pedagang 8.094 15 Nelayan 1.712 3
Buruh Tani - - Pensiunan
Pertukangan Pengangguran
Fakir Miskin Lain-lain
5.148 6.100
261 204
16.478
10 12
0.6 0.4 32
Total 52.324 100
(Sumber: TPI Muara Angke, 2018) Keadaan Umum Perikanan
Profil Tempat Pelelangan Ikan
Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan TPI Muara Angke, penyelenggaran kegiatan
pelelangan ikan di Muara Angke sebelum diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah seperti saat ini,
kegiatan pelelangan diselenggarakan oleh Koperasi Mina Jaya yang berdiri pada tanggal 30 Desember
dan pada tanggal 9 Juni 1975. Pada tanggal 21 Desember 1995 dilaksanakan Rapat Anggota
Perubahan Anggaran Dasar untuk penyesuaian dengan UU 25 tahun 192 tentang perkoperasian yang
kemudian disahkan dengan Hak Badan Hukum Nomor 172/BH/PAD/KWK/9/VI/1996 dan rapat
memutuskan serta menetapkan Koperasi Mina Jaya DKI Jakarta.
Sejak Bulan Oktober 2015 sampai sekarang Tempat Pelelangan Ikan di Muara Angke
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 21
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Muara Angke dan retribusi pelelangan juga dihapuskan. Pelaksanaan pelelangan
ikan di TPI Muara Angke sehari-hari dipimpin oleh Kepala TPI dan bertanggung jawab kepada
Satuan Pelaksana Kepelabuhan Perikanan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara
Muara Angke. Kepala TPI diwajibkan melaporkan secara tertulis mengenai volume produksi, nilai
produksi, jumlah peserta lelang dan jumlah armada penangkapan. Kepala TPI dibantu oleh
bawahannya yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu Mutu Tempat Pelelangan Ikan, Pelaporan Data
Pelelangan, Juru Bakul dan Kasir, Juru Timbang dan Juru Lelang. Struktur organisasi pada TPI
termasuk dalam bentuk organisasi Lini dimana wewenang dari atasan disalurkan langsung secara
vertikal kepada bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara
langsung ditujukan kepada atasan.
Profil Nelayan di Lokasi Penelitian
Nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi walaupun mereka tidak
secara langsung melakukan penangkapan di laut. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah
satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakan dan meningkatkan
usaha dan kesejahteraan nelayan (Widayati, 2008).
Menurut laporan Bulan Februari Kelurahan Pluit jumlah penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan berjumlah 1.712 jiwa, yaitu berjumlah 3% dari total jumlah penduduk di Kelurahan Pluit.
Nelayan di Muara Angke sendiri terbagi menjadi 2 yaitu nelayan dengan kapal < 10 GT dan nelayan
pemilik dengan kapal 10–60 GT. Nelayan dengan kapal < 10 GT berada di kawasan kali adem dan
nelayan dengan kapal 10–60 GT mendarat di kawasan TPI Muara Angke. Menurut Mentri Kelautan
dan Perikanan nelayan pemilik tidak bisa disebut nelayan karena pendapatannya seperti pengusaha.
Armada Penangkapan
Armada penangkapan yang digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke
menggunakan kapal yang berkapasitas <10 sampai >30 Gross Ton (GT). Jumlah kapal yang berada
di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke kurang lebih sebanyak 1.600 kapal. Untuk
lebih jelasnya berikut merupakan grafik armada penangkapan di Muara Angke berdasarkan Gross
Ton (GT) kapal pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Gross Ton (GT) (Sumber: TPI Muara Angke, 2018)
10 - 30 GT
(60%)
> 30 GT(39%)
< 10 GT(1%)
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 22
Jumlah armada yang terbanyak di Muara Angke adalah Kapal yang berkapasitas 10 – 30 GT,
karena kapal dengan kapasitas 10 – 30 GT merupakan kapal yang berkapasitas sedang dan dapat
dipakai berlabuh selama 1-2 bulan.
Jenis Alat Tangkap
Jenis Alat Tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke
saat ini antara lain Bouke Ami (Jaring Cumi), Gill Net, Purse seine, Bubu dan Pengangkut. Grafik
persentase jumlah kapal sebanyak 1.600 berdasarkan alat tangkap yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Alat Tangkap (Sumber: TPI Muara Angke, 2018)
Jenis dan Jumlah Produksi Ikan
Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di TPI Muara Angke terdapat berbagai macam jenis. Tidak
semua hasil tangkapan tersebut dilelang di TPI melainkan ada yang langsung disimpan di Cold
Storage untuk di ekspor ke Negara China, Singapura, Taiwan, Hongkong dan Malaysia. Ikan yang di
ekspor sebagian besar hasil tangkapan Bouke Ami (Jaring Cumi) yaitu Cumi-cumi, Tenggiri, Kakap,
Kerapu dan lain–lain. Ikan yang dilelang terdapat berbagai macam jenis namun yang lebih dominan
yaitu Kerapu, Kakap, Bawal, Tongkol, Manyung, Cendro, Kembung, Teri, Cucut, Pari, Kwe, Baronang,
Layur, Selar, Como, Golok-golok, Tembang, Sontong, Udang dan Campur.
Selama 5 tahun terakhir dari tahun 2013 sampai 2017, ikan yang didaratkan di TPI Muara Angke
sebesar 169.441.159 kg dengan nilai sebesar Rp 3.569.811.942.715. Setiap tahunnya jumlah
produksi ikan yang dilelang tidak stabil. Dari tahun 2013 sampai tahun 2016 mengalami kenaikan
setiap tahunnya namun pada tahun 2017 mengalami penurunan sebanyak 8.666.836 kg volume
ikan dan nilai Rp 83.236.858.860. Hal ini dipengaruhi oleh cuaca yang tak menentu sehingga
mempengaruhi jumlah penangkapan ikan. Untuk lebih jelasnya jumlah produksi ikan yang dilelang
di TPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Produksi Ikan di Tempat Pelelangan IKan Muara Angke Tahun 2013 - 2017
Tahun Ikan Yang dilelang
Volume (kg) Nilai (Rp)
2013 20.520.709 81.645.909.145 2014 24.574.079 100.908.566.055 2015 32.507.207 437.428.496.600 2016 50.253.000 1.566.987.197.915 2017 41.586.164 1.483.750.339.055
Jumlah 169.441.159 3.569.811.942.715
(Sumber: TPI Muara Angke, 2018).
Bouke Ami (Jaring Cumi)
(65%)
Bubu(1%)
Pengangkut(15%)
Gill Net(3%)
Purse Seine(16%)
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 23
Kepuasan Konsumen Ikan Laut di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara
Kepuasan konsumen merupakan perasaan senang atau kecewa yang dirasakan seseorang dari
evaluasi mengenai layanan yang diberikan suatu organisasi dengan apa yang diharapkannya
(Zeithaml, V., dan Bitner, M. (2003). Kepuasan konsumen ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Muara angke diteliti dengan panduan kuesioner yang dirancang dengan skala likert. Skala
pengukuran untuk tingkat kepuasan 1 (Sangat Tidak Setuju), 2 (Tidak Setuju), 3 (Setuju) dan 4
(Sangat Setuju). Sebelum menghitung kepuasan konsumen maka harus diketahui nilai interval
penilaian, nilai interval yang didapat sebesar 0,75 dengan perhitungan sebagai berikut:
RS = 4 − 1
4= 0,75
Tabel 3. Interval Skala Likert Sangat Setuju SS 3,25 ≤ x ≤ 4
Setuju S 2,5 ≤ x ≤ 3,25
Tidak Setuju TS 1,75 ≤ x ≤ 2,5
Sangat Tidak Setuju STS 1 ≤ x ≤ 1,75
Dari hasil perhitungan interval di atas maka dapat dibuat tabel perhitungan kepuasan konsumen
ikan laut di TPI Muara Angke dengan hasil pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Skala Likert Kepuasan Konsumen Ikan Laut
Pernyataan*) SS S TS STS Rata- rata Interpretasi
1 18 22 2 0 3,38 Sangat Setuju
2 24 17 1 0 3,55 Sangat Setuju
3 31 8 3 0 3,67 Sangat Setuju
4 11 16 15 0 2,90 Setuju
5 17 24 1 0 3,38 Sangat Setuju
*) Keterangan: 1. Kualitas ikan yang dijual baik, 2. Harga sesuai kualitas ikan & terjangkau, 3. Pelayanan memuaskan, 4. Ketersediaan ikan selalu ada, 5. Penentuan harga sesuai daya beli & dapat dijual kembali
Berdasarkan hasil Tabel 4, pengukuran kepuasan konsumen berdasarkan pernyataan 1 dapat
dikatakan sangat setuju karena diinterpretasikan hasil rata-rata berkisar 3,25 ≤ x ≤ 4 yaitu sebesar
3,38. Pernyataan 2 dapat diinterpretasikan sangat setuju karena didapatkan hasil rata-rata berkisar
3,25 ≤ x ≤ 4 yaitu sebesar 3,55. Pernyataan 3 dapat diinterpretasikan sangat setuju karena
didapatkan hasil rata-rata berkisar 3,25 ≤ x ≤ 4 yaitu sebesar 3,67. Pernyataan 4 dapat
diinterpretasikan dikatakan setuju karena didapatkan hasil rata-rata berkisar 2,5 ≤ x ≤ 3,25 yaitu
sebesar 2,90. Pernyataan 5 dapat diinterpretasikan sangat setuju karena didapatkan hasil rata-rata
berkisar berkisar 2,5 ≤ x ≤ 3,25 yaitu sebesar 3,38. Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa
kepuasan konsumen terhadap ketersediaan ikan berdasarkan pernyataan ke 4 ketersediaan ikan
tidak selalu ada walaupun dihasilkan setuju karena berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang
ketersediaan ikan menjadi faktor penghambat usaha.
Dari hasil kuesioner diatas yang menjadi penyebab menurunnya kepuasan konsumen di TPI
Muara Angke adalah ketersediaan ikan yang tidak selalu terjaga. Pihak TPI sebaiknya
memperhatikan utility of time agar ketersediaan ikan selalu terjaga. Menurut Chandra (2001), utilitas
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 24
waktu (time utility) yakni ketersediaan produk atau jasa saat diinginkan oleh pelanggan tertentu.
Pihak TPI bisa memfasilitasi cold storage gratis kepada nelayan untuk menyimpan ikannya agar
stok ikan setiap harinya selalu terjaga. Dari sini jika ketersediaan ikan selalu terjaga maka harga
pun demikian, karna jika ikan banyak maka harga akan rendah dan sebaliknya jika ikan sedikit ikan
harga ikan tinggi namun jika jumlah ikan stabil maka harga ikan akan stabil yang nantinya harga
akan mempengaruhi margin pemasaran dan efisiensi pemasaran kemudian kepuasan konsumen.
Pengaruh Penampilan Pasar (Efisiensi Pemasaran) terhadap Kepuasan Konsumen
Pengaruh penampilan pasar terhadap kepuasan konsumen dianalisis dengan cara
meregresikan variabel independent (X) yaitu efisiensi pemasaran dan variabel dependent (Y) yaitu
kepuasan konsumen dengan analisis regresi linear sederhana. Variabel independent (X) efisiensi
pemasaran dengan variabel indikator margin pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan.
Variabel dependent (Y) kepuasan konsumen didapatkan dari kuesioner yang diisi oleh para
konsumen yang berada di TPI Muara Angke. Sebelum dilakukan analisis regresi linier sederhana
maka harus dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Uji validitas dilaksanakan dengan rumus korelasi bivariate person dengan program SPSS.
Adapun ringkasan hasil uji validitas sebagaimana data dalam Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas No Item Pernyataan*) rhitung rtabel 5% (42) Kriteria
1 0,757 0,304 Valid 2 0,741 0,304 Valid 3 0,745 0,304 Valid 4 0,752 0,304 Valid 5 0,779 0,304 Valid
*) Keterangan: 1. Kualitas ikan yang dijual baik, 2. Harga sesuai kualitas ikan & terjangkau, 3. Pelayanan memuaskan, 4. Ketersediaan ikan selalu ada, 5. Penentuan harga sesuai daya beli & dapat dijual kembali
Hasil pehitungan uji validitas menunjukan bahwa semua nilai rhitung lebih besar datai nilai rtabel
pada nilai signifikasi 5% yaitu sebesar 42. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua item
dalam angket penelitian ini valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan alat bantu program SPSS versi 21. Adapun
ringkasan hasil uji reliabilitas sebagaimana data dalam tabel 6. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai
alpha lebih besar dari nilai 0,60 yaitu sebesar 0,801. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
semua angket dalam penelitian ini reliabel atau konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai
instrumen penelitian.
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
0,801 5
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa model regresi linier sederhana yang
dihasilkan tidak bias. Berdasarkan uji asumsi klasik, semua uji dinyatakan lolos dan maknanya
model regresi linier yang dihasilkan layak digunakan untuk menduga kepuasan konsumen
menggunakan efisiensi pemasaran. Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 25
diperoleh nilai Asymp.sig. lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,109 maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal. Uji linearitas menunjukkan bahwa nilai signifikasi variabel yang dihubungkan
sebesar 0,073, atau dapat dikatakan linear karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa antara varibel X (efisiensi pemasaran) berhubungan linear dengan
variabel Y (kepuasan konsumen). Berdasarkan uji heteroskedastisitas dengan metode glesjer
diperoleh nilai signifikansi lebih besar 0,05 yaitu sebesar 0,905, sehingga dapat disimpulkan data
tidak terjadi masalah heterokedastisitas.
Analisis Regresi Sederhana: Pengaruh Efisiensi Pemasaran terhadap Kepuasan Konsumen
Setelah lolos uji asumsi klasik, data diregresi linier sederhana untuk menganalisis apakah
penampilan pemasaran (yang diukur melalui efisiensi pemasaran) mempengaruhi kepuasan
konsumen. Hasil regresi linear sederhana sebagaimana data dalam Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Regresi Linear Sederhana Variabel Koefisien Regresi t Sig
Konstanta 18,487 X -1,144 -5,010 0,000
R2 = 0,386
Berdasarkan tabel 7 diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y= 18,487 - 1,144 X + e
Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear sederhana tersebut adalah:
a = 18,487 menyatakan bahwa jika nilai efisiensi pemasaran (X) tidak mengalami perubahan naik
atau turun maka nilai konsistensi kepuasan konsumen (Y) sebesar 18,487.
b = -1,144 menyatakan bahwa jika nilai efisiensi pemasaran (X) bertambah (makin tidak efisien),
maka kepuasan konsumen (Y) akan mengalami penurunan sebesar -1,144.
Dari hasil regresi linier sederhana dan intepretasi diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan
penampilan pasar berupa efisiensi pemasaran dan kepuasan konsumen bersifat negatif, artinya
semakin rendah nilai efisiensi pemasaran maka pemasaran semakin efisien dan kepuasan
konsumennya semakin tinggi. Pemasaran yang efisien ditunjukkan oleh biaya pemasaran yang
rendah dan harga yang terjangkau. Sesuai dengan pendapat Dahl and Hammond (1977), dengan
menggunakan konsep biaya tataniaga, suatu sistem tataniaga dikatakan efisien bila dapat
dilaksanakan dengan biaya yang rendah.
Menurut Abidin et al (2017), margin pemasaran rendah, biaya rendah, keuntungan tinggi dan
pemasaran yang rendah (EP<50%) maka pemasaran tersebut semakin efisien dan semakin tinggi
kepuasan konsumen. Tinggi rendahnya margin pemasaran tergantung dari panjangnya saluran
pemasaran dan seberapa besar biaya produk itu mulai tahap transportasi, pengolahan,
penyimpanan dan lain-lain hingga penjualan. Margin pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan
pemasaran dan efisiensi pemasaran saling berkaitan. Biaya pemasaran disebabkan oleh struktur
pasar yang tidak kompetitif, rendahnya pengetahuan pasar dan informasi pasar yang tidak merata.
Dengan demikian, margin pemasaran yang rendah, biaya pemasaran yang rendah, dan efisiensi
pemasaran yang rendah maka kepuasan konsumen akan tinggi, hal ini seperti pendapat Eviyati dan
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 26
Wahyuni (2011), kepuasan konsumen adalah kepuasan maksimum yang diterima karena harga dari
suatu barang itu sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan ada dalam jangkauan daya belinya.
Harga yang terjangkau dan biaya yang rendah mempengaruhi kepuasan konsumen.
Berdasarkan analisis data menggunakan SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,386. Hal ini bermakna bahwa besarnya kemampuan penampilan pemasaran berupa efisiensi
pemasaran dalam menjelaskan variasi perubahan kepuasan konsumen sebesesar 38,6 % sedangkan
sisanya sebesar 61,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti kualitas ikan sesuai
dengan pendapat Kotler dan Amstrong (2004), kualitas produk yang baik merupakan harapan
konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan kunci
perkembangan produktivitas perusahaan. Pelayanan penjual juga mempengaruhi kepuasan
konsumen menurut Tjiptono (2002) dalam Putra et al. (2017), pada umumnya pelayanan yang bertaraf
tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kemudian
ketersediaan ikan juga mempengaruhi kepuasan konsumen menurut Putra et al. (2017), ketersediaan
ikan sangat penting bagi konsumen dan penilaian kepuasannya sangat baik bagi konsumen,
konsumen akan merasa puas karena menganggap ketersediaan ikan sangat baik karena tetap stabil
walaupun terdapat beberapa hari hujan yang dapat menyebabkan jumlah stok ikan menurun.
Efisiensi Pemasaran antara Nelayan dan Pedagang
Perbedaan efisiensi pemasaran yang dilakukan nelayan dan pedagang dianalisis
menggunakan uji one way anova. Uji one way anova dalam penelitian ini dilakukan dengan alat
bantu program SPSS. Hasil output uji one way anova dengan SPSS tersaji di Tabel 8.
Tabel 8. One Way Anova untuk Efisiensi Pemasaran antara Nelayan dan Pedagang Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 0,214 6 0,214 0,073 0,788 Within Groups 224,693 33 2,956 Total 224,907 39
Berdasarkan output Anova diketahui nilai sig sebesar 0,788 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata efisensi pemasaran antara nelayan dan pedagang adalah tidak berbeda secara
nyata atau sama–sama efisien yaitu kedua nilai efisiensi pemasarannya <50%. Berikut merupakan
nilai dari efisiensi pemasaran antara nelayan dan pedagang dalam bentuk grafik yang disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Perbedaan Efisiensi Pemasaran (EP) Nelayan dan Pedagang
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Efi
sie
nsi
Pem
asara
n (
%)
EP Nelayan EP Pedagang
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 27
Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat nilai efisiensi pemasaran dan pedagang tidak ada yang
lebih dari 50% maka dapat dikatakan pemasaran yang dilakukan nelayan dan pedagang (pedagang
besar, pedagang grosir, pengolah dan pengecer) di TPI Muara Angke masih cenderung efisien.
Pemasaran yang efisien ditunjukan dengan biaya yang rendah dan harga yang terjangkau.
Terlihat bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang (besar dan grosir) lebih rendah
daripada nelayan, sedangkan biaya pemasaran nelayan lebih rendah daripada pengolah dan
pedagang pengecer. Hal ini sesuai Mubyarto (1975), sistem pemasaran dianggap efisien jika
mampu menyampaikan hasil-hasil petani kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.
Namun jika dilihat berdasarkan harga, nelayan lebih efisien karena harga yang ditawarkan
nelayan lebih rendah dan terjangkau dari pedagang karena melalui sistem lelang, hal ini sependapat
dengan pernyataan Maulidi (1994) yaitu semakin tinggi harga pembelian akan mengurangi marjin
pemasaran yang berarti pula akan meningkatkan efisiensi pemasaran. Berdasarkan hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pemasaran oleh nelayan lebih efisien.
Kepuasan Konsumennya Nelayan dan Pedagang
Analisis perbedaan kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang menggunakan uji one way
anova dengan SPSS. Adapun ringkasan hasil uji one way anova dengan SPSS sebagai berikut:
Tabel 9. One Way Anova untuk Kepuasan Konsumen antara Nelayan dan Pedagang
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 46,252 7 6,607 1,757 0,129 Within Groups 127,867 34 3,761 Total 174,119 41
Berdasarkan output Anova (Tabel 9), diketahui nilai sig sebesar 0,129 > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang adalah tidak berbeda
nyata atau sama-sama merasa puas. Berikut merupakan total kepuasan konsumen dari setiap
konsumennya nelayan dan pedagang yang berada di Muara Angke dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Rata - rata Tiap Butir Pernyataan Kepuasan Konsumen
Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat rata – rata tiap butir kepuasan konsumen dari
konsumennya nelayan dan pedagang semua pernyataan menunjukan setuju atau puas karena tidak
ada nilai yang kurang dari 2,5 karena nilai ≤ 2,5 menunjukan ketidakpuasan konsumen. Dapat
3,33 3,47 3,66
2,853,383,48 3,28
3,52
2,57
3,23
00,511,522,533,54
P1 P2 P3 P4 P5
Skala
In
terv
al
Butir Pernyataan
Kepuasan Konsumennya Nelayan Kepuasan Konsumennya Pedagang
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 28
disimpulkan bahwa kepuasan konsumennya nelayan dan pedagang sama–sama puas namun lebih
besar tingkat kepuasan konsumennya nelayan yaitu peserta lelang yang terdaftar di TPI seperti
pedagang besar, pedagang grosir, pengolah dan pengecer karena nilai rata–rata kepuasan konsumen
dari ke 5 pernyataan hanya pada pernyataan ke 1 kepuasan konsumennya nelayan lebih rendah dari
pedagang dan untuk 4 pernyataan lain kepuasa konsumennya nelayanlah yang lebih besar.
Implikasi pada penelitian ini adalah nelayan dan pedagang perantara mampu menciptakan
sistem pemasaran yang efisien dengan segala fasilitas yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Muara Angke. Nelayan dan pedagang perantara dapat menciptakan sistem pemasaran yang efisien
dengan cara menekan biaya pemasaran dan memberikan harga yang terjangkau yang masih sesuai
jangkauan daya beli konsumen ikan laut yang berada di Muara Angke namun masih mendapatkan
keuntungan yang rasional karena sesuai dengan hasil penelitian bahwa efisiensi pemasaran
mempengaruhi kepuasan konsumen, pemasaran yang efisien ditunjukan dengan biaya pemasaran
yang rendah dan harga yang terjangkau.
Pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke juga mampu menjaga kestabilan marjin
pemasaran, efisiensi pemasaran dan kepuasan konsumen tetap terjaga karena ketersediaan ikan
merupakan faktor penghambat usaha yang nantinya berkaitan dengan kepuasan konsumen.
Ketersediaan ikan di sini dapat mempengaruhi harga ikan yang nantinya akan mempengaruhi marjin
pemasaran dan efisiensi pemasaran, karena semakin banyak ikan maka harga semakin rendah dan
sebaliknya kemudian jika harga rendah maka marjin pemasaran semakin rendah dan pemasaran
makin efisien dan sebaliknya. Pihak TPI bisa memfasilitasi cold storage gratis atau dengan subsidi
kepada nelayan untuk menyimpan ikannya agar stok ikan setiap harinya selalu terjaga. Jika
ketersediaan ikan selalu terjaga maka harga pun demikian karena jika jumlah ikan stabil maka harga
ikan akan berpeluang stabil yang nantinya harga akan mempengaruhi margin pemasaran dan
efisiensi pemasaran kemudian kepuasan konsumen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
sistem pemasaran dan kepuasan konsumen di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta utara sebagai berikut: a). Kepuasan konsumen ikan laut di
TPI Muara Angke cenderung puas. Ketersediaan ikan yang tidak selalu ada menjadi faktor
menurunnya kepuasan konsumen; b). Penampilan pemasaran berupa efisiensi pemasaran memiliki
hubungan negatif terhadap kepuasan konsumen, artinya semakin rendah nilai efisiensi pemasaran
(semakin efisien), maka kepuasan konsumen semakin tinggi; c). Efisiensi pemasaran antara
nelayan dan pedagang sama-sama efisien. Namun demikian, karena biaya pemasaran yang
dikeluarkan pedagang (pedagang besar dan pedagang grosir) lebih rendah daripada oleh nelayan,
sedangkan sebaliknya biaya pemasaran nelayan lebih rendah daripada oleh pengolah dan
pedagang pengecer. Jika dilihat dari harga jual, maka harga yang ditawarkan nelayan lebih rendah
Abidin, Z. and M. Meitasari: Does Marketing System Influence on Consumer Satisfaction?: Study of Marine Fish..
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):16-29 29
dari pedagang, sehingga pemasaran nelayan cenderung lebih efisien; d). Kepuasan konsumennya
nelayan dan pedagang sama-sama puas. Namun lebih puas konsumennya nelayan karena lebih
tingginya nilai rata-rata tiap butir pernyataan kepuasan konsumennya nelayan.
Saran
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah: a). Lelang Murni:
pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) lebih mengoptimalkan peraturan dan pengawasan sistem
lelang murni; b) Lelang Non Murni (opow): perlu adanya pantauan khusus dari pihak Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) terhadap sistem lelang opow agar harga yang ditetapkan oleh PT yang berada
dikawasan Muara Angke tidak terlalu menekan harga dari nelayan; c). Pihak Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke: perlu memperbaiki fasilitas
dan pelayanan di TPI agar lebih nyaman dan dibangun cold storage milik TPI sebagai sarana untuk
nelayan menyimpan ikan agar kualitas dan ketersediaan ikan selalu terjaga serta meningkatkan
kepuasan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z, Harahab, N, Asmarawati, L. 2017. Pemasaran Hasil Perikanan. UBPress: Malang.
Azwar, Saiffudin. 2003. Metode Penelitian Cetakan Ke-enam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chandra, Gregorius. Pemanasan Global, edisi pertama. Yogyakarta: Andi, 2001.
Dahl, C. D. and Hammond, J. W., 1977. Market Place Analysis The Agryculture Industry. MC. Graw-Hill Book Company. New York.
Dyanasari, Wahyunindyawati, Asnah, Kasijati, F. 2010. Pendekatan SCP (Structure, Conduct, and Performance) pada Pengukuran Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo. Buana Sains Vol.10/ No.1:57-66: Malang.
Eviyati, R, dan Wahyuni, S. 2011. Kepuasan Konsumen Terhadap Pemilihan Kualitas dan Rasa Beras. Jurnal Agrijati Vol. 16 No. 1. Cirebon Jawa Barat.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Tahunan Kementrian Kelautan Perikanan 2016. Jakarta (ID): KKP.
Kotler dan Armstrong. 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. Alih Bahasa oleh Wisnu Chandra Kristiaji.
Jilid 2. Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga
Mubyarto. 1975. Masalah Beras di Indonesia. Lembaga Penelitian Ekonomi, Fakultas Ekonomi. UGM: Yogyakarta.
Putra, Eko. 2014. Pengaruh Harga terhdap Kepuasan Konsumen pada Citra Swalayan dengan Variabel Intervening Service Quality. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 2 No 2. STIE: Pasaman Barat
Riduwan, 2008. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. 2018. Data Produksi Ikan Armada Serta Alat Tangkap. Jakarta.
Zeithaml, V., and Bitner, M. (2003). Service Marketing: Integrating Customer Focus across the Firm. 3th Ed. New York: McGraw-Hill.